BAB 1 ARAH PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL NASIONAL 201 2015 - 2019 019 1.1 1.1
Keran Kerangk gka a Pe Peng ngem emba bang ngan an Wila Wilaya yah h
Isu utama pembangunan wilayah nasional1 saat ini adalah masih besarnya kesenjangan antar wilayah, khususnya kesenjangan pembangunan antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Hal ini tercermin salah satunya dari kontribusi PDRB terhadap PDB, yang mana selama 30 tahun (1983-2013), kontribusi PDRB KBI sangat dominan dan tidak pernah berkurang dari 80 persen terhadap PDB. GAMBAR 1.1 PERAN WILAYAH WILAYAH/PULAU /PULAU DALAM PEMBENTUKAN PDB NASIONAL 1983-2013 (PERSEN)
Sehubungan dengan hal tersebut, arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pengurangan kesenjangan pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera.
1
Wilayah nasional adalah seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi berdasarkan peraturan perundang-undangan (PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional)
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
1
Transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah tersebut bertumpu pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia, peningkatan efisiensi dan nilai tambah sumber daya alam, penguatan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi, penyediaan infrastruktur yang terpadu dan merata; serta penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik. “Kerangka Pengembangan Wilayah” untuk mempercepat dan memperluas pembangunan wilayah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mendorong Mendorong percepat percepatan an pembangu pembangunan nan pusat-pus pusat-pusat at pertumbuhan ekonomi, sebagai penggerak utama pertumbuhan (engine of growth), di masing-masing pulau, terutama di wilayah koridor ekonomi, dengan menggali potensi dan keunggulan daerah. Industrialisasi perlu didorong untuk mengolah bahan mentah, agar dapat meningkatkan nilai tambah serta menciptakan kesempatan kerja baru. 2. Kedepan, Kedepan, secara secara khusu khususs akan akan dilak dilakukan ukan pula percepatan percepatan pembangunan ekonomi nasional berbasis maritim (kelautan) dengan memanfaatkan sumber daya kelautan dan jasa ja sa maritim, yaitu peningkatan produksi perikanan; pengembangan energi dan mineral kelautan; pengembangan kawasan wisata bahari; dan kemampuan industri maritim dan perkapalan. 3. Dikarenak Dikarenakan an adanya adanya keterbat keterbatasan asan dana pemerint pemerintah, ah, maka tidak semua wilayah dapat dikembangkan pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu, perlu dipilih pusat-pusat pertumbuhan yang mempunyai komoditas prospektif (nilai tambah tinggi dan menciptakan kesempatan kerja tinggi), terutama yang berada di masing-masing koridor ekonomi. Selain itu, prioritas juga akan diberikan pada pengembangan kawasan pesisir yang mempunyai sumber daya kelautan dan jasa maritim. 4. Investasi Investasi Pemerinta Pemerintah, h, BUMN/BUMD BUMN/BUMD,, dan dan Swasta Swasta perlu perlu dioptimalkan pada klaster-klaster industri untuk memicu dampak penggandanya (multiplier effect ) pada daerah sekitarnya, termasuk di wilayah-wilayah tertinggal. 5. Upaya peningkata peningkatan n pemban pembangunan gunan ekonomi ekonomi di semua semua pusat pusat pertumbuhan tersebut, harus tetap mengacu Rencana Tata Ruang Wilayah dan menggunakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sebagai pedoman untuk menjaga keseimbangan alam dan kelangsungan keserasian ekosistem dan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, diharapkan dapat diciptakan pertumbuhan yang inklusif yang dapat menjangkau seluruh wilayah dan masyarakat dengan tetap menjaga keberlanjutan di masa depan.
2
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
6. Keterkaita Keterkaitan n antara antara pusat pusat pertumb pertumbuhan uhan wilayah wilayah dan dan daerah daerah sekitarnya, perlu difasilitasi dengan infrastruktur wilayah yang terintegrasi dan terhubung dengan baik dan terpadu, khususnya infrastruktur jalan dan perhubungan, baik perhubungan laut maupun udara, termasuk jaringan informasi dan komunikasi, serta pasokan energi, sehingga tercipta konektivitas nasional, baik secara domestik maupun secara internasional (locally integrated, internationally connected ). ). Prioritas khusus akan diberikan pada peningkatan fungsi dan peran perhubungan laut sebagai pengembangan poros maritim. 7. Untuk Untuk memperl memperlancar ancar distribu distribusi si logist logistik ik barang, barang, jasa, dan informasi, pemerintah pusat dan daerah, maupun melalui kerja sama dengan dunia usaha, termasuk BUMN, berupaya untuk (a) menurunkan biaya transaksi logistik (transaction cost ); ); (b) mengurangi ekonomi biaya tinggi; (c) menurunkan rata-rata dwelling time (waktu tunggu kapal di pelabuhan); (d) mengembangan sistem logistik dan distribusi secara elektronik, terutama untuk proses pre-clearance sampai dengan post clearance; dan (e) optimalisasi perijinan ekspor-impor secara terintegrasi dan elektronik antar sektor. 8. Selain itu, perlu dilakuk dilakukan an pula pula peningka peningkatan tan kemam kemampuan puan SDM dan Iptek untuk mendukung pengembangan klaster-klaster industri. Ketersediaan sumber daya manusia yang terampil dan cerdas (skilled labor ) merupakan modal utama untuk merintis terbangunnya proyek-proyek besar di setiap klaster industri. 9. Dari sisi sisi regul regulasi, asi, Pemeri Pemerintah ntah secara secara berkelanj berkelanjutan utan terus terus berupaya untuk menciptakan dan meningkatkan iklim usaha dan iklim iklim inve investa stasi si yang yang kondus kondusif if bagi bagi para inves investo tor. r. Pemerintah perlu melakukan deregulasi (debottlenecking) terhadap beberapa peraturan yang menghambat pelaksanaan investasi. Fasilitasi dan katalisasi secara bertahap akan terus diberikan oleh Pemerintah melalui pemberian insentif fiskal dan non fiskal. 10. Pemerintah secara secara berkelanjutan perlu berupaya untuk meningkatkan koordinasi, sinkronisasi dan sinergi kebijakan antar Kementerian/Lembaga dan antara Kementerian/Lembaga dengan Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu bersinergi dan meningkatkan kualitas belanjanya sehingga menjadi stimulus bagi berkembangnya usaha dan investasi di daerah. 11. Untuk menciptakan menciptakan iklim investasi yang yang kondusif kondusif bagi investor, perlu dilakukan peningkatkan dan penguatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah termasuk kejelasan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
3
pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, serta peningkatan kapasitas aparatur, kelembagaan, dan keuangan pemerintah daerah. 12. Untuk menghindari menghindari timbulnya timbulnya kesenjangan baru baru antara wilayah koridor ekonomi dengan wilayah sekitarnya di setiap pulau, maka pembangunan daerah tertinggal, termasuk desa tertinggal, perlu ditingkatkan dengan melakukan pemberdayaan ekonomi lokal, penciptaan akses transportasi lokal ke wilayah pertumbuhan, dan percepatan pemenuhan infrastruktur dasar. 13. Pada saat yang bersamaan bersamaan diperlukan percepatan peningkatan peningkatan pembangunan kawasan perkotaan untuk mewujudkan kota layak huni yang aman dan nyaman; hijau yang berketahanan iklim dan bencana; cerdas; dan mempunyai mempunyai daya saing saing kota. Disamping itu, diperlukan juga peningkatan pembangunan kawasan perdesaan yang bertujuan untuk mewujudkan kemandirian masyarakat dan menciptakan desa-desa mandiri dan berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi, dan ekologi, serta penguatan keterkaitan kegiatan ekonomi kota-desa. 14. Selain daripada itu, itu, akan dilakukan pula pula penanganan kawasan kawasan perbatasan yang ditujukan untuk mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, saing, dan aman. aman. Pendekatan Pendekatan pembangunan pembangunan kawasan perbatasan terdiri: (i) pendekatan keamanan (security approach) dan (ii) pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat ( prosperity approach). 15. Karena hampir seluruh seluruh wilayah di Indonesia Indonesia memiliki risiko risiko tinggi terhadap bencana, maka risiko bencana tersebut perlu dikelola atau diminimalkan. diminimalkan. Pada akhirnya diharapkan dapat tercapai pengurangan kesenjangan antar wilayah antara KBI dan KTI. Kerangka pengembangan wilayah secara diagramatis dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.
4
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
GAMBAR 1.2 KERANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH
Sumber : Bappenas, 2014
1.2 1.2
Tema Tema Pen Penge gemb mban anga gan n Wil Wilay ayah ah
Pengembangan wilayah didasarkan pada pembagian 7 (tujuh) wilayah pembangunan, yaitu: Wilayah Papua, Wilayah Maluku, Wilayah Nusa Tenggara, Wilayah Sulawesi, Wilayah Kalimantan, Wilayah JawaBali dan Wilayah Sumatera. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau menjadi acuan utama dalam mengendalian tata ruang, serta pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
5
GAMBAR 1.3 SKETSA HIRARKI PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DAN HINTERLAND
Sumber : Bappenas, 2014
6
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Pengembangan wilayah berdasarkan pada potensi dan keunggulan daerah, serta lokasi geografis yang strategis di masingmasing pulau. Adapun tema pengembangan wilayah di setiap pulau adalah sebagai berikut : 1. Pembangunan Wilayah Pulau Papua sebagai "lumbung pangan melalui pengembangan industri berbasis komoditas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, sagu, ubi, sayur dan buahbuahan, serta pengembangan peternakan dan tanaman nonpangan, seperti tebu, karet, dan kelapa sawit; percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan pariwisata bahari; serta lumbung energi di Kawasan Timur Indonesia melalui pengembangan minyak, gas bumi, dan tembaga." 2. Pembangunan Wilayah Kepulauan Maluku sebagai "produsen makanan laut dan lumbung ikan nasional dengan percepatan pembangunan perekonomian berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri berbasis komoditas perikanan; serta pengembangan industri pengolahan berbasis nikel, dan tembaga." 3. Pembangunan Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara sebagai "pintu gerbang pariwisata ekologis melalui pengembangan industri Meeting, Incentive, Convetion, Exhibition (MICE); penopang penopang pangan pangan nasional nasional dengan percepatan percepatan pembangun pembangunan an perekonomian berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan, garam, dan rumput laut; pengembangan industri berbasis peternakan terutama sapi, jagung; serta pengembangan industri mangan, dan tembaga.” 4. Pembangunan Wilayah Pulau Sulawesi sebagai "salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional dan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia dengan pengembangan industri berbasis logistik; serta lumbung pangan nasional dengan pengembangan industri berbasis kakao, padi, jagung; dan pengembangan industri berbasis rotan, aspal, nikel, dan biji besi; serta percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan dan pariwisata bahari." 5. Pembangunan Wilayah Pulau Kalimantan sebagai "salah satu paru-paru dunia dengan mempertahankan luasan hutan Kalimantan; dan lumbung energi nasional dengan pengembangan hilirisasi komoditas batu bara; serta pengembangan industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet,
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
7
bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir kuarsa, serta pengembangan food estate." 6. Pembangunan Wilayah Pulau Jawa-Bali sebagai "lumbung pangan nasional dan pendorong sektor industri dan jasa nasional dengan pengembangan industri makanan-minuman, tekstil, otomotif, alutsista, telematika, kimia, alumina dan besi baja; salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia dengan pengembangan ekonomi kreatif; serta percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perkapalan dan pariwisata bahari.” 7. Pembangunan Wilayah Pulau Sumatera sebagai "salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional dan lumbung energi nasional, diarahkan untuk pengembangan hiliri hilirisas sasii komod komodita itass batu batu bara, bara, serta serta indus industri tri berbas berbasis is komoditas kelapa sawit, karet, timah, bauksit, dan kaolin." Secara diagramatis, tema pembangunan wilayah di masingmasing pulau dapat dilihat pada Gambar 1.3 dan Gambar 1.4. 1.3
Tujua Tujuan n dan dan Sasar Sasaran an Poko Pokok k Penge Pengemba mbanga ngan n Wilay Wilayah ah
Dengan Dengan mengacu mengacu Rencana Rencana Pembangun Pembangunan an Jangka Jangka Panjang Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, maka tujuan pengembangan wilayah pada tahun 2015-2019 adalah untuk mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah antara KBI dan KTI melalui percepatan dan pemerataan pembangunan wilayah dengan menekankan keunggulan kompetitif perekonomian daerah berbasis SDA yang tersedia, SDM berkualitas, penyediaan infrastruktur, serta meningkatkan kemampuan ilmu dan teknologi secara terus menerus. Pada akhirnya diharapkan dapat tercapai "Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Secara Merata di Seluruh Wilayah." Adapun sasaran pengembangan wilayah pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Untuk Untuk perce percepatan patan dan perluasan perluasan pengemban pengembangan gan ekonomi ekonomi wilayah, sasarannya adalah pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di masing-masing pulau dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk diantaranya adalah pengembangan 10 KEK, 13 KAPET, 4 KPBPB, 169 KPI.
8
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
GAMBAR 1.4 TEMA PENGEMBANGAN WILAYAH
WILAYAH
TEMA
PAPUA
Sebagai lumbung pangan melalui pengembangan industri berbasis komoditas padi, jagung, kacang tanah, sagu, ubi, sayur dan buah-buahan, serta pengembangan peternakan dan tanaman non-pangan , seperti tebu, karet, dan kelapa sawit; percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim melalui pengembangan pengembangan pariwisata pariwisata bahari; bahari; serta lumbung energi (kelautan) melalui di kawasan Timur Indonesia , melalui melalui pengembanga pengembangan n minyak, minyak, gas bumi, bumi, dan tembaga.
MALUKU
Sebagai produsen makanan laut dan lumbung ikan nasional dengan percepatan pembangunan perekonomian berbasis maritim (kelautan), melalui serta pengembangan industri berbasis komoditas perikanan ; pengembangan industri pengolahan berbasis nikel dan tembaga.
NUSA TENGGARA
Sebagai pintu gerbang pariwisata ekologis dan penopang pangan nasional, nasional , diarahkan dengan pengembangan industri MICE; penopang pangan nasional dengan percepatan perekonomian berbasis maritim (kelautan) melalui perikanan, garam dan rumput laut; pengembangan industri berbasis peternakan , terutama sapi, jagung; serta pengembangan industri mangan, dan tembaga.
SULAWESI
Sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional dan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia dengan pengembangan industri berbasis logistik, serta lumbung pangan nasional dengan pengembangan industri berbasis kakao, padi, jagung, dan pengembangan industri berbasis rotan, aspal, nikel, dan bijih besi; serta percepatan pembangunan berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan dan pariwisata bahari.
KALIMANTAN
Sebagai salah satu paru-paru dunia dengan mempertahankan luas hutan Kalimantan; dan lumbung energi nasional dengan pengembangan hilirisasi komoditas batu bara; serta pengembangan industri berbasis komuditas kelapa sawit, karet, bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir kuarsa, serta pengembangan food estate.
JAWA-BALI
Sebagai lumbung pangan nasional dan penopang sektor industri dan jasa nasional dengan mengembangkan industri makanan-minuman, tekstil, otomotif, alutsista, telematika, kimia, alumina, dan besi baja; salah satu pintu gerbang gerbang destinasi destinasi wisata terbaik dunia dengan pengembangan industri kreatif; serta percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perkapalan dan pariwisata bahari.
SUMATERA
Sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional dan energi nasional , diarahkan untuk pengembangan hilirisasi komoditas batu bara, serta industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet, timah, bauksit, dan kaolin.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9
9 1 0 2 5 1 0 2 A I S E N O D N 5 . I H 1 A R Y A A B L I M W A N G A G N A B M E G N E P A M E T
10
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
2. Perc Percep epat atan an pemb pemban angu guna nan n eko ekono nomi mi nasi nasion onal al berb berbas asis is maritim (kelautan) dengan memanfaatkan sumber daya kelautan, yaitu peningkatan produksi perikanan; pengembangan energi dan mineral kelautan; pengembangan kawasan bahari; dan kemampuan industri maritim dan perkapalan, dengan sasaran (a) peningkatan produksi perikanan tangkap dan budidaya sebesar 48 juta ton pada tahun 2019 (termasuk rumput laut); (b) peningkatan dan pengembangan jumlah kapal perintis 75 unit untuk menghubungkan pulau besar dan pulau-pulau kecil dan 100 lintas subsidi perintis; (c) pengutuhan dan penambahan luasan kawasan koservasi laut dari 15,7 juta ha (tahun 2013) menjadi 20 juta ha (tahun 2019); (d) pengembangan energi dan mineral kelautan, serta kawasan wisata bahari; (e) peningkatan cakupan pengawasan sumber daya perikanan dan kelautan menjadi 53,4 persen terhadap wilayah pengelolaan perikanan Indonesia. 3. Untuk Untuk menghi menghindar ndarii terjad terjadinya inya kesenjang kesenjangan an antar antar wilayah wilayah di masing-masing pulau, sasarannya adalah pembangunan daerah tertinggal sebanyak 75 Kabupaten tertinggal dapat terentaska terentaskan n dengan dengan sasaran sasaran outcome: (a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal sebesar 7,35 persen; (b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 12,5 persen; dan (c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal sebesar 71,5. 4. Untuk Untuk mendorong mendorong pertumbuh pertumbuhan an pembangu pembangunan nan kawasan kawasan perkotaan sekaligus pemerataan pembangunan di luar Jawa, sasarannya adalah percepatan pembangunan 5 Kawasan Strategis Nasional (KSN) Perkotaan baru sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). 5. Untuk Untuk mengen mengendalik dalikan an (buff (buffer) er) arus urbanisas urbanisasi, i, dilaku dilakukan kan optimalisasi sedikitnya 20 kota otonom sedang di luar Pulau Jawa khususnya di KTI sebagai pusat pertumbuhan utama yang mendorong keterkaitan kota dan desa-desa di sekitarnya; 6. Untuk Untuk menjag menjaga a pertu pertumbuh mbuhan an wilayah wilayah dan meningkat meningkatkan kan daya saing kota, dilakukan peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di 7 KSN Perkotaan yang sudah ada sebagai pusat kegiatan skala global; Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
11
7. Sementara itu, sesuai dengan amanat UU No. 6/2014 tentang Desa, maka akan dilakukan pembangunan perdesaan dengan sasaran mengurangi jumlah desa tertinggal dari 26 persen (2011) menjadi 20 persen (2019). 8. Untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan kotadesa, sasarannya adalah dapat diwujudkan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). 9. Untuk pembangunan perdesaan, sasarannya adalah mengurangi jumlah desa tertinggal sampai 5.000 desa atau meningkatkan jumlah desa mandiri sedikitnya 2.000 desa. 10. Untuk mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, sasarannya adalah pengembangan 26 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong pengembangan kawasan sekitarnya, terutama 187 lokasi prioritas (lokpri) perbatasan. 11. Untuk mengurangi risiko bencana, maka sasaran penanggulangan bencana adalah mengurangi indeks risiko bencana pada PKN dan PKW yang memiliki indeks risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai KEK, KAPET, KSN, ataupun PKSN. 12. Untuk penguatan tata kelola pemerintahan dan peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah, sasaran yang perlu dicapai adalah: (1) Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; (2) Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota pada tahun 2019 serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; (3) Meningkatnya opini audit BPK di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota; (4) Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar 60% dan S2-S3 sebesar 8%; (5) Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah; (6) Terlaksananya evaluasi otsus dan pembenahan terhadap kelembagaan, aparatur, dan pendanaan pelaksanaan otsus; (7) Terlaksananya sinergi perencanaan dan penganggaran di wilayah; (8) 12
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; (9) Terlaksananya pengaturan kewenangan secara bertahap di daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; (10) Meningkatnya persentase jumlah PTSP di daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; (11) Meningkatnya persentase jumlah perizinan terkait investasi yang dilimpahkan oleh kepala daerah ke PTSP; (12) Terlaksananya sinergi perencanaan dan penganggaran; (13) Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah; (14) terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara online di daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; (14) Terlaksananya penguatan kelembagaan Badan Percepatan Pembangunan Kawasan Papua dan Papua Barat. 13. Untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, maka sasaran penataan ruang meliputi: (a) terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; (b) terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan (c) terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019, kesenjangan pembangunan wilayah antara KBI dan KTI semakin berkurang yang dicerminkan dengan makin meningkatnya kontribusi PDRB KTI terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 20 persen (2014) menjadi 22-25 persen. Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di KTI. Secara rinci target pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan pengangguran dalam kurun waktu 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 1.2 sampai dengan Tabel 1.4 sebagai berikut :
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
13
TABEL 1.1 S ASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI PER WILAYAH TAHUN 2015-2019
Wilayah
Pertumbuhan Ekonomi (Persen) 2015
2016
2017
2018
2019
Sumatera
5.7 - 5.8
6.1 - 6.3
6.3 - 6.7
6.7 - 7.3
7.2 - 8.0
Jawa-Bali
5.6 - 5.7
6.5 - 6.7
6.9 - 7.3
7.0 - 7.6
7.4 - 8.2
Nusa Tenggara
5.9 - 6.1
6.2 - 6.5
6.5 - 6.9
7.2 - 7.8
7.3 - 8.1
Kalimantan
5.0 - 5.1
5.8 - 6.0
6.0 - 6.3
6.6 - 7.2
7.3 - 8.0
Sulawesi
7.4 - 7.5
7.5 - 7.8
8.0 - 8.5
8.5 - 9.2
8.7 - 9.6
Maluku
6.4 - 6.6
6.7 - 7.0
7.5 - 8.0
7.7 - 8.3
7.8 - 8.6
11.7-11.9
13.0-13.5
15.5 -16.5
16.5-17.9
16.5-18.2
Papua
Sumber : Perhitungan Bappenas, 2014
TABEL 1.2 SASARAN TINGKAT KEMISKINAN PER WILAYAH TAHUN 2015-2019 Wilayah
Tingkat Kemiskinan (Persen) 2015
2016
2017
2018
2019
Sumatera
9.4 - 9.2
9.0 - 8.6
8.1 - 7.6
7.1 - 6.5
5.6 - 5.1
Jawa-Bali
9.1 - 8.9
8.7 - 8.4
7.8 - 7.4
6.9 - 6.4
5.5 - 5.0
16.1 - 15.8
15.4 - 14.8
13.8 - 13.0
12.2 - 11.2
9.6 - 8.7
Kalimantan
5.8 - 5.7
5.5 - 5.3
4.9 - 4.6
4.3 - 4.0
3.4 - 3.1
Sulawesi
9.7 - 9.5
9.3 - 8.9
8.4 - 7.9
7.4 - 6.8
5.8 - 5.3
Maluku
12.9 - 12.7
12.3 - 11.8
11.0 - 10.3
9.7 - 8.9
7.6 - 6.9
Papua
27.1 - 26.6
25.8 - 24.8
23.0 - 21.6
20.1 – 18.6
15.9 - 14.4
Nusa Tenggara
Sumber : Perhitungan Bappenas, 2014
14
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
TABEL 1.3 SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN PER WILAYAH TAHUN 2015-2019 Wilayah
Tingkat Pengangguran (Persen) 2015
2016
2017
2018
2019
Sumatera
5.7 - 5.5
5.5 - 5.3
5.3 - 5.0
5.1 - 4.8
5.0 - 4.5
Jawa-Bali
6.4 - 6.3
6.3 - 6.0
6.1 - 5.7
5.9 - 5.5
5.8 - 5.2
Nusa Tenggara
3.8 - 3.7
3.6 - 3.5
3.5 - 3.3
3.4 - 3.1
3.3 – 3.0
Kalimantan
4.8 - 4.7
4.7 - 4.5
4.5 - 4.3
4.4 - 4.0
4.2 - 3.8
Sulawesi
4.8 - 4.7
4.7 - 4.5
4.6 - 4.3
4.4 - 4.1
4.1 - 3.7
Maluku
5.6 - 5.5
5.4 - 5.2
5.2 - 4.9
5.0 - 4.7
4.9 - 4.4
Papua
3.3 - 3.3
3.2 - 3.1
3.1 - 2.9
3.3 - 3.0
2.9 - 2.6
Sumber : Perhitungan Bappenas, 2014
1.4
Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah
1.4.1 Pengembangan Kawasan Strategis2 Arah Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis adalah percepatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah akan mengembangkan produk yang menjadi potensi dan keunggulannya. Strategi yang akan dilakukan dalam pengembangan kawasan strategis tersebut adalah: 1.
Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan, baik yang telah ada (KEK, KAPET, KPBP, dan KPI) maupun yang baru, terutama di wilayah koridor ekonomi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Pada pusat-pusat pertumbuhan tersebut akan dibangun klaster-klaster industri pengolahan
2
Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan untuk mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai “penggerak utama pengembangan wilayah.” Pusat-Pusat pertumbuhan tersebut dapat berupa KEK, KAPET, KPI, KPBPB dsb.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
15
produk yang menjadi keunggulannya, terutama yang mempunyai nilai tambah tinggi dan menciptakan banyak kesempatan kerja. Selain itu, akan dilakukan pula percepatan pembangunan ekonomi nasional berbasis maritim (kelautan) di kawasan pesisir dengan memanfaatkan sumber daya kelautan dan jasa kemaritiman, yaitu peningkatan produksi perikanan; pengembangan energi dan mineral kelautan; pengembangan kawasan wisata bahari; dan kemampuan industri maritim dan perkapalan. 2.
Percepatan Pembangunan Konektivitas Percepatan pembangunan konektivitas/infrastruktur di wilayah pertumbuhan, antar wilayah pertumbuhan serta antar wilayah koridor ekonomi atau antar pulau melalui percepatan pembangunan infrastruktur pelabuhan, bandara, jalan, informasi dan telekomunikasi, serta pasokan energi. Tujuan penguatan konektivitas adalah untuk (a) menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi untuk memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan melalui intermodal supply chained system ; (b) memperluas pertumbuhan ekonomi dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya (hinterland ) (c) menyebarkan manfaat pembangunan secara luas melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan.
3.
Peningkatan Kemampuan SDM dan Iptek Peningkatan pengembangan kemampuan SDM dan Iptek dilakukan melalui penyediaan SDM yang memiliki kompetensi yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan industri di masing-masing pusat-pusat pertumbuhan, Selain itu, akan dilakukan pembangunan klaster inovasi sebagai Centre of Excellence atau Science and Technology Park dalam rangka mendukung peningkatan kemampuan berinovasi untuk meningkatkan daya saing di Koridor Ekonomi, serta mengoptimalkan interaksi dan pemanfaatan sumber daya universitas, lembaga litbang, dan dunia usaha.
4.
Regulasi dan Kebijakan Dalam rangka mempermudah proses pembangunan, Pemerintah akan melakukan deregulasi (debottlenecking) peraturan-
16
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
peraturan yang menghambat pengembangan investasi dan usaha di kawasan pertumbuhan ekonomi, melalui: (i) mempercepat penyelesaian peraturan pelaksanaan undangundang yang terkait dengan investasi, (ii) menghilangkan tumpang tindih antar peraturan yang sudah ada baik di tingkat pusat dan daerah, maupun antara sektor/lembaga, (iii) merevisi atau menerbitkan peraturan yang sangat dibutuhkan untuk mendukung pengembangan wilayah strategi, (iv) menyusun peraturan untuk memberikan insentif bagi pengembangan investasi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, dan (v) menyusun atau merevisi peraturan untuk mempercepat dan menyederhanakan proses serta memberikan kepastian perizinan; 5.
Peningkatan Iklim Investasi dan iklim usaha Dalam rangka mempermudah dan memperlancar proses kemudahan berusaha dan berinvestasi, perlu dilakukan melalui: (i) penyederhanaan prosedur investasi dan prosedur berusaha, (ii) peningkatan efisiensi logistik, (iii) optimalisasi Pelayanan Terpada Satu Pintu (PTSP) dan penggunaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE), (iv) meningkatkan efektivitas pelaksanaan KPS terutama dalam investasi penyediaan infrastruktur dan energi, (v) meningkatkan efektivitas strategi promosi investasi, (vi) pembatalan perda bermasalah dan pengurangan biaya untuk memulai usaha, (vii) menerapkan kebijakan labour market flexibility terutama terkait pertimbangan penetapan UMP dengan tetap mempertimbangkan upaya untuk menarik minat investor (iklim usaha); dan pemberian insentif fiskal dan non fiskal.
1.4.2 Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan 1.4.2.1 Pembangunan Perkotaan Arah kebijakan pembangunan wilayah perkotaan difokuskan untuk membangun kota berkelanjutan dan berdaya saing menuju masyarakat kota yang sejahtera berdasarkan karakter fisik, potensi ekonomi dan budaya lokal. Untuk itu, strategi pembangunan perkotaan tahun 2015-2019 adalah : 1. Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN) a) Mengembangkan 5 Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
17
Perkotaan sebagai Pusat Kegiatan skala global dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu: kawasan perkotaan Jabodetabekjur3 di provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten; kawasan perkotaan Cekungan Bandung4(Jawa Barat); kawasan perkotaan Kedungsepur5 di Provinsi Jawa Tengah; kawasan perkotaan Gerbangkertosusila6 di Provinsi Jawa Timur; dan kawasan perkotaan Sarbagita7 di Provinsi Bali, di wilayah Jawa-Bali. b) Mengembangkan KSN Perkotaan di luar Jawa-Bali termasuk kawasan perkotaan Mebidangro8 di wilayah Sumatera dan kawasan perkotaan Mamminasata9 di wilayah Sulawesi; dan membentuk usulan KSN Perkotaan baru di Wilayah Sumatera (kawasan perkotaan Palembang dan sekitarnya, kawasan perkotaan Padang dan sekitarnya), Kalimantan (kawasan perkotaan Banjarmasin dan sekitarnya), Sulawesi (kawasan perkotaan Manado dan sekitarnya), dan Nusa Tenggara Barat (kawasan perkotaan Mataram dan sekitarnya) sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pembangunan di luar Jawa-Bali. c) Melakukan optimalisasi sedikitnya di 20 Kota sedang yang diarahkan sebagai pengendali (buffer ) arus urbanisasi dan diarahkan sebagai pusat pertumbuhan utama yang mendorong keterkaitan kota dan desa di wilayah sekitarnya. d) Mengembangkan 39 pusat pertumbuhan baru sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)10 atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL)11 yang mendorong terwujudnya keterkaitan kota dan desa.
3
Jakarta – Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Cianjur
4
Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kota Cimahi, Kab. Majalengka, Kab. Sumedang
5 6 7 8 9
Kabupaten Kendal, Demak, Ungaran di Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kota Semarang, dan Purwodadi di Kabupaten Grobogan Gersik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, dan Tabanan) di Provinsi Bali, di wilayah Jawa-Bali Kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar
10
PKW: kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota 11PKL: kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan
18
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
2. Perwujudan Kota Layak Huni yang Aman dan Nyaman a) Menyediakan sarana dan prasarana dasar perkotaan sesuai dengan tipologi kotanya; b) Meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sosial budaya; c) Mengembangkan perumahan sesuai dengan tipologinya; d) Mengembangkan sistem transportasi publik terintegrasi dan multimoda sesuai dengan tipologi dan kondisi geografisnya; e) Menyediakan dan meningkatkan sarana prasarana ekonomi khususnya sektor perdagangan dan jasa termasuk pasar tradisional, koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM); f) Meningkatkan keamanan kota melalui pencegahan, penyediaan fasilitas dan sistem penanganan kriminalitas dan konflik, serta memberdayakan modal sosial masyarakat kota; 3. Perwujudan Kota Hijau yang Berketahanan Iklim dan Bencana a) Menata, mengelola, dan mengendalikan penyelenggaraan penataan ruang dan kegiatan perkotaan yang efisien dan berkeadilan. b) Meningkatkan kapasitas masyarakat, kelembagaan dan teknologi informasi dan komunikasi dalam menerapkan prinsip kota hijau dan membangun ketahanan kota terhadap perubahan iklim dan bencana alam (urban resilience). c) Mengembangkan dan menerapkan konsep kota hijau melalui: green transportation, green open space (ruang terbuka hijau), green waste (pengelolaan sampah dan limbah melalui 3R12), green water (efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan air permukaan) dan green energy (pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan) untuk pengurangan tingkat pencemaran di darat, laut, dan udara, pemanfaatan energi alternatif dan terbarukan, pemanfaatan daur
12
3R: pengurangan ( Reduce), pemanfaatan kembali ( Re-use), dan Daur Ulang ( Re-cycle)
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
19
ulang, serta pengembangan kegiatan perekonomian kota ( green Economy ). 4. Pengembangan Kota Cerdas dan Daya Saing Kota a) Mengembangkan perekonomian dengan membangun pencitraan kota (city branding) yang mendukung pencitraan bangsa (nation branding). b) Menyediakan infrastruktur dan pelayanan publik melalui penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). c) Membangun kapasitas masyarakat yang inovatif, kreatif dan produktif. 5. Peningkatan Perkotaan
Kapasitas
Tata
Kelola
Pembangunan
a)
Mewujudkan sistem, peraturan dan prosedur dalam birokrasi kepemerintahan kota yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat kota berkelanjutan.
b)
Meningkatkan kapasitas pemimpin kota yang visioner dan kapasitas aparatur pemerintah dalam membangun dan mengelola kota berkelanjutan, melalui pendidikan, pelatihan dan pembinaan secara bersikenambungan.
c)
Menyederhanakan proses perijinan dan berusaha bagi para pelaku ekonomi termasuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
d)
Membangun dan mengembangkan kelembagaan dan kerjasama pembangunan antar kota dan antar kotakabupaten.
e)
Mengembangkan dan menyediakan pusat data informasi perkotaan terpadu yang mudah diakses.
f)
Meningkatkan peran swasta, organisasi masyarakat, dan organisasi profesi secara aktif, dalam penyusunan kebijakan perencanaan dan pembangunan Kota Berkelanjutan.
g)
Mengembangkan lembaga bantuan teknis dan bank pembiayaan pembiayaan infrastruktur perkotaan.
1.4.2.2 Pengembangan Perdesaan Sesuai dengan amanat UU No. 6/2014 tentang Desa, tujuan pembangunan desa/ perdesaan adalah mewujudkan kemandirian masyarakat dan menciptakan desa-desa berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi, dan ekologi, serta membangun keterkaitan
20
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
pembangunan ekonomi lokal antara perdesaan dan perkotaan. Sasaran utama pembangunan perdesaan difokuskan kepada pembangunan desa dan pembangunan kawasan perdesaan. Pembangunan desa ditujukan untuk menurunkan tingkat kemiskinan di desa dan mengurangi jumlah desa tertinggal dan terisolasi, serta meningkatkan desa-desa berkembang dan desa mandiri. Sedangkan pembangunan kawasan perdesaan ditujukan untuk memperluas dan mendiversifikasikan kegiatan ekonomi masyarakat desa, mendorong terjadinya industrialisasi perdesaan berbasis usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, serta mengembangkan kegiatan pengolahan Sumber Daya Alam (SDA) yang berkelanjutan oleh masyarakat desa berbasis ketahanan sosial-ekonomi dan ekologi perdesaan. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan perdesaan tahun 2015-2019 dilakukan dengan strategi sebagai berikut: 1. Perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau a)
Mempercepat pembangunan sistem, sarana dan prasarana transportasi yang terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal; b) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah; c) Mempercepat pemenuhan suplai energi untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri. 2. Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi. a)
Meningkatkan hasil pertanian dan perikanan, serta mengembangkan industri pengolahannya yang berbasis koperasi dan usaha kecil dan menengah.
b)
Menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan agribisnis di sektor pertanian dan perikanan/kelautan serta pengembangan kawasan pariwisata.
c)
Mengembangkan lembaga keuangan di daerah untuk meningkatkan akses terhadap modal usaha khususnya di sektor pertanian dan perikanan/kelautan serta sektor lain yang mendukung.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
21
d) 3.
Menerapkan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri pengolahan dan jasa.
Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan desa-kota a) Mengembangkan sistem perdagangan antar daerah yang efisien; b) Meningkatkan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah; c) Mengembangkan kerjasama antar daerah khususnya di luar Jawa-Bali dan kerjasama pemerintah-swasta; d) Mengembangkan forum dialog antar stakeholder yang mendorong perwujudan kerjasama; e) Mengembangkan pendidikan kejuruan untuk memperkuat kemampuan inovasi, dan kreatifitas lokal
1.4.2.3 Peningkatan Keterkaitan Perkotaan dan Perdesaan Arah kebijakan peningkatan keterkaitan perkotaan dan perdesaan difokuskan pada perwujudan Sistem Perkotaan Nasional yang berperan sebagai Penghubung Kota-Desa (PKD), dengan menghubungkan keterkaitan fungsional antara pasar dan kawasan produksi. Dalam PKD ini terdapat suatu kegiatan yang dapat meningkatkan nilai dari komoditas barang dan jasa dari kawasan sekitar (hinterland ) perkotaan maupun perdesaan. Kebijakan tersebut dijabarkan melalui strategi sebagai berikut: 1. Perwujudan Konektivitas antar Kota Sedang dan Kota Kecil, dan antar Kota Kecil dan Desa sebagai Tulang Punggung (Backbone) Keterhubungan Desa-Kota. a)
Mempercepat pembangunan sistem, sarana dan prasarana di bidang transportasi, dan komunikasi untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal.
b)
Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah.
c)
Mempercepat pemenuhan suplai energi untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri.
2. Perwujudan Keterkaitan antara Kegiatan Ekonomi Hulu (upstream linkages) dan Kegiatan Ekonomi Hilir (downstream linkages) Desa-Kota. a)
22
Mengembangkan industri kecil dan menengah yang mengolah hasil pertanian/perikanan dan industri yang berbasis koperasi dan usaha kecil dan menengah.
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
b)
Menyediakan sarana dan prasarana termasuk informasi pasar dan pemasaran dalam menunjang kegiatan agribisnis dan industrialisasi perdesaan.
c)
Mengembangkan lembaga keuangan daerah untuk meningkatkan akses terhadap modal usaha di sektor pertanian dan perikanan.
d)
Menerapkan teknologi dan inovasi guna menerapkan ekonomi hijau dan ekonomi kreatif sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing di industri pengolahan.
e)
3.
Strategi perwujudan keterkaitan antara Kegiatan Ekonomi Hulu dan Hilir tersebut di atas dapat dilakukan melalui pengembangan agribisnis (agrowisata dan agroindustri), pariwisata, dan transmigrasi. Peningkatan Kapasitas Tata Kelola, Kelembagaan, dan Masyarakat dalam Peningkatan Keterkaitan Kota-Desa a)
Menyediakan peraturan yang mendukung pergerakan barang dan jasa antara desa-kota dan antar wilayah.
b)
Menyederhanakan proses perijinan dan berusaha dengan mengefektifkan peran lembaga Perijinan Terpadu Satu Pintu di daerah guna meningkatkan iklim dunia usaha.
c)
Mengembangkan kerjasama antar daerah dan kerjasama pemerintah-swasta, serta mengembangkan forum-forum yang mendorong perwujudan kerjasama.
d)
Meningkatkan pendidikan formal dan informal untuk memperkuat kemampuan inovasi, kreatifitas lokal serta potensi keragaman sosial budaya untuk membangun daya saing kota-desa.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
23
1.4.3 Pengembangan Perbatasan14
Daerah
Tertinggal13
dan
Kawasan
1.4.3.1 Pengembangan Daerah Tertinggal Arah kebijakan percepatan pembangunan daerah tertinggal difokuskan pada: a. Upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik; b. Pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan kawasan strategis. Strategi pengembangan daerah tertinggal sebagai berikut: a.
Pengembangan perekonomian masyarakat di daerah tertinggal dalam rangka meningkatkan nilai tambah sesuai dengan karakteristik, posisi strategis, dan keterkaitan antarkawasan yang meliputi aspek infrastruktur, manajemen usaha, akses permodalan, inovasi, dan pemasaran;
b.
Peningkatan aksesibilitas yang menghubungkan daerah tertinggal dengan kawasan strategis melalui pembangunan sarana dan prasarana, seperti: peningkatan akses jalan, jembatan, pelabuhan, serta pelayanan penerbangan perintis dan pelayaran perintis;
c.
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Iptek, dan kapasitas tata kelola kelembagaan pemerintahan daerah tertinggal, meliputi aspek peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan daerah, kelembagaan dan keuangan daerah;
d.
Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan publik dasar di daerah tertinggal, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, air minum, transportasi, listrik, dan telekomunikasi;
13
Daerah Tertinggal adalah meliputi kabupaten yang masih dalam kategori tertinggal berdasarkan kriteria ekonomi; SDM; infrastruktur; kapasitas keuangan daerah; aks esibilitas; dan karakteristik daerah.
14
Kawasan Perbatasan Negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan demografis berbatasan langsung dengan negara tetangga dan atau laut lepas. Kawasan perbatasan negara meliputi kawasan perbatasan darat dan kawasan perbatasan laut termasuk pulau-pulau kecil terluar.
24
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
e.
Penguatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah dan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk daerah tertinggal yang sudah terentaskan.
f.
Percepatan pembangunan wilayah Papua dan Papua Barat yang diprioritaskan pada: (i) peningkatan tata kelola pemerintah daerah, dan (ii) peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui pengembangan ekonomi masyarakat asli Papua, peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang menjangkau di kampong terisolir, membuka akses infrastruktur di pegunungan tengah dan wilayah terisolir Papua dan Papua Barat lainnya, pemihakan putra-putri asli Papua dalam pendidikan kedinasan dan pendidikan menengah, dan meningkatkan kemampuan kelembagaan pemerintahan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Papua dan Papua Barat.
1.4.3.2 Pengembagan Kawasan Perbatasan Pengembangan kawasan perbatasan 2015-2019 difokuskan pada 26 Pusat Kegiatan Strategis Nasional15 (PKSN) Kawasan Perbatasan dan 187 lokasi prioritas (lokpri) perbatasan. Arah kebijakan pengembangan kawasan perbatasan adalah mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan terdiri: (i) pendekatan keamanan (security approach), dan (ii) pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat ( prosperity approach). Sehubungan dengan hal tersebut,strategi pengembangan kawasan perbatasan diperlukan melalui:
15
a.
Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara berdasarkan karakteristik wilayah, potensi lokal, dan mempertimbangkan peluang pasar negara tetangga dengan didukung pembangunan infrastruktur transportasi, energi, sumber daya air, dan telekomunikasi;
b.
Pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang handal serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam memanfaatkan dan mengelola potensi lokal, untuk
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
25
mewujudkan kawasan perbatasan negara yang berdaya saing; c.
Pembangunan konektivitas simpul transportasi utama Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dengan lokasi prioritas (Kecamatan disekitarnya), Pusat Kegiatan Wilayah (Ibukota Kabupaten), Pusat Kegiatan Nasional (Ibukota Provinsi). Untuk kawasan perbatasan laut, pelayanan transportasi laut perlu peningkatan kualitas dan intensitas pelayanan. Konektivitas simpul transportasi juga didorong untuk menghubungkan dengan negara tetangga. Membuka akses transportasi darat, sungai, laut, dan udara di dalam Lokasi Prioritas (Lokpri) dengan jalan/moda/dermaga non status dan pelayanan keperintisan;
d.
Transformasi kelembagaan lintas batas negara, yaitu Costum, Immigration, Quarantine, Security (CIQS) menjadi satu sistem pengelolaan yang terpadu;
e.
Peningkatan kualitas dan kuantitas, serta standarisasi sarana-prasarana pengamanan perbatasan laut dan darat, serta melibatkan peran aktif masyarakat dalam mengamankan batas dan kedaulatan negara;
f.
Penegasan batas wilayah negara di darat dan laut melalui Pra-investigation, refixation, maintanance (IRM), pelaksanaan IRM, penataan kelembagaan diplomasi perundingan yang didukung oleh kelengkapan data/peta dukung dan kapasitas peran dan fungsi kelembagaan yang kuat; dan
g.
Peningkatan kerjasama perdagangan (Border Trade Aggreement ) dan kerjasama pertahanan dan keamanan batas wilayah dengan negara tetangga.
1.4.4 Penanggulangan Bencana Untuk mengantisipasi risiko bencana yang sudah ada dan yang berpotensi dimasa yang akan datang bila tidak dikelola/ diminimalisasi akan dapat mengakibatkan terjadinya kemunduran dari pembangunan yang sudah dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka arah kebijakan didalam penanggulangan bencana adalah (1) mengurangi risiko bencana; dan (2) meningkatkan ketangguhan menghadapi bencana. Strategi penanggulangan bencana dan risiko bencana adalah sebagai berikut.
26
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
1.4.5
a.
Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan sektoral dan wilayah;
b.
Harmonisasi kebijakan dan bencana di pusat dan daerah;
c.
Penyediaan kajian dan peta risiko untuk perencanaan pembangunan;
d.
Penyusunan RPJMD dan RTRWP/K yang sensitif terhadap risiko bencana;
e.
Penyediaan dan operasionalisasi sistem peringatan dini;
f.
Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan;
g.
Pengembangan IPTEK dan pendidikan untuk membangun budaya keselamatan terhadap bencana;
h.
Perkuatan kapasitas manajemen penanggulangan bencana pada fase pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana dan peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat;
i.
Partisipasi dan peranserta multi-pihak penyelenggaraan penanggulangan bencana;
j.
Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunan berkelanjutan;
k.
Penurunan kerentanan terhadap bencana.
regulasi
penanggulangan
dalam
Pengembangan Tata Ruang Wilayah Nasional
Untuk mendukung pelaksanaan percepatan pembangunan wilayah, diperlukan landasan utama pembangunan, yaitu: penataan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang yang ditujukan untuk pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Acuan untuk pengembangan tata ruang wilayah nasional mengacu pada PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Adapun arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional adalah sebagai berikut: a) Kebijakan terkait pengembangan struktur tata ruang:
peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki; peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional;
b) Kebijakan terkait pengembangan pola ruang: Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
27
pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan; pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional; pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional; pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan.
Strategi yang diuraikan di bawah hanya mencakup strategi untuk pengembangan struktur ruang khususnya terkait dengan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasaran; dan strategi untuk pengembangan pola ruang khususnya pengembangan kawasan lindung, dan strategi pengendalian perkembangan kegiatan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Sedangkan strategi untuk pengembangan kebijakan lainnya dipertimbangkan dalam perumusan pengembangan strategi-strategi pengembangan kawasan strategis, daerah tertinggal, daerah perbatasan, kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan. Untuk melaksanakan arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional tersebut, maka strategi pengembangan tata ruang wilayah sebagai berikut: 1.
Peningkatan Kualitas dan Jangkauan Pelayanan Jaringan Prasarana, meliputi: a) meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;
28
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
b) mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi; c) meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; d) meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air; e) meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal. 2.
Pemeliharaan dan Perwujudan Lingkungan Hidup, meliputi:
Kelestarian
Fungsi
a) menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi; b) mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30 persen dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya; c) mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah. 3.
Pencegahan Dampak Negatif Kegiatan Manusia Terhadap Kerusakan Lingkungan Hidup, meliputi: a) menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup; b) melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; c) melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya; d) mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
29
e) mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; f)
mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya;
g) mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana. 4.
5.
30
Pengendalian Perkembangan Kegiatan Budi Daya Sesuai Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan, meliputi: a)
membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;
b)
mengembangkan perkotaan metropolitan dan kota besar dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak;
c)
mengembangkan ruang terbuka hjau dengan luas paling sedikit 30 persen (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan;
d)
membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan besar dan metropolitan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya. mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil.
Pelestarian dan Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup, meliputi: a)
menetapkan lindung;
kawasan
strategis
b)
mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;
c)
membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;
d)
membatasi pengembangan prasarana dan sarana di
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
nasional
berfungsi
dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya; e)
mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun;
f)
merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.
1.4.6 Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah Tata kelola pemerintah daerah dan otonomi daerah memiliki arah kebijakan dan strategi sebagai berikut: 1. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah a)
Penataan kewenangan Adapun arah kebijakan penataan kewenangan adalah meningkatkan kualitas dan sinkronisasi penataan kewenangan antar level pemerintahan. Strategi yang dilakukan adalah: (a) Penguatan regulasi dan kebijakan penataan kewenangan; (b) Penguatan peran gubernur melalui sebagai wakil Pemerintah Pusat; dan (c) Formulasi desentralisasi Asimetris dalam penataan kewenangan.
b)
Harmonisasi peraturan perundangan Adapun arah kebijakannya adalah meningkatkan kualitas harmonisasi peraturan perundangan sektoral dan investasi dengan peraturan perundangan daerah. Strategi yang dilakukan adalah (a) Pembinaan dan fasilitasi peningkatan kapasitas pelaku penyusun Perda dan (b) Fasilitasi peningkatan kapasitas pemerintahan provinsi dalam evaluasi dan harmonisasi peraturan daerah.
c)
Penataan daerah Adapun arah kebijakannya adalah meningkatkan kualitas penataan DOB serta “penundaan” pemekaran DOB. Strategi yang dilakukan adalah: (a) Penguatan regulasi dan kebijakan penataan daerah; (b) Pengembangan pedoman daerah persiapan, Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
31
penggabungan serta penghapusan daerah; dan (c) Peningkatan kapasitas DOB. d) Sinergi perencanaan dan penganggaran Adapun arah kebijakannya adalah meningkatkan sinergi perencanaan dan penganggaran untuk efektifitas dan efesiensi serta pemerataan pelaksanaan pembangunan di daerah. Strategi yang dilakukan adalah: (a) Penguatan regulasi sinergi perencanaan dan penganggaran; dan (b) Perbaikan mekanisme perencanaan, khususnya Musrenbang. e) Inovasi dan Pelayanan Publik Arah kebijakan inovasi dan pelayanan publik yaitu perbaikan kualitas pelayanan publik yang semakin merata agar mampu mendukung percepatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan daya saing daerah. Strategi terkait inovasi dan pelayanan public meliputi: (a) Optimalisasi pemanfataan teknologi informatika guna menciptakan pelayanan yang lebih cepat, murah dan efisien; (b) Penerapan standar pelayanan dan sistem pengaduan pada tiap pemerintah daerah yang terintegrasi dengan manajemen kinerja; dan (c) Penguatan peran PTSP sebagai sarana penyederhanaan pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha. 2. Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Daerah a)
Penguatan Aparatur Pemerintah Daerah Arah kebijakan terkait isu penguatan aparatur pemerintah daerah yaitu percepatan penerapan Undang-undang Aparatur Sipil Negara dalam rangka menjamin tersedianya aparatur pemerintah daerah yang profesional, memiliki integritas, dan terdistribusikan secara merata di berbagai daerah sesuai dengan beban kerja masing-masing daerah. Strategi turunan arah kebijakan tersebut yaitu penguatan mutu pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi sesuai arah dan prioritas pembangunan daerah.
32
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
b)
Reformasi Birokrasi Arah kebijakan Reformasi Birokrasi aparatur pemerintah daerah yaitu percepatan reformasi birokrasi pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan tata penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bersih dari korupsi dan kolusi. Untuk mewujudkan percepatan reformasi birokrasi tersebut strategi yang dilakukan yaitu penguatan transparansi dan pemberdayaan peran masyarakat dalam memperkuat sistem akuntabilitas pemerintah daerah sebagai sarana percepatan pemberantasan korupsi.
3. Peningkatan Kapasitas Keuangan Daerah a)
Kualitas belanja pemerintah daerah Adapun arah kebijakannya adalah Meningkatkan belanja pemerintah daerah yang berkontribusi signifikan terhadap pembangunan. Strategi yang dilakukan adalah: (a) Peningkatan proporsi belanja modal; (b) Pengurangan rasio belanja pegawai terhadap total belanja; (c) Pengembangan variasi pendanaan untuk belanja infrastruktur di daerah, antara lain melalui skema hibah, pinjaman, dan skema obligasi; dan (d) Peningkatan akuntabilitas dan transparansi penganggaran, salah satunya melalui penciptaan informasi anggaran pemerintah daerah melalui egovernment. Peningkatan kualitas yang kerjasama daerah dalam upaya peningkatan pelayanan publik di daerah.
b)
Mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer - Arah kebijakannya adalah Penyempurnaan Kebijakan Dana Transfer ke Daerah melalui strategi penyempurnaan revisi UU No.33 tahun 2004 dan regulasi turunan yang terkait. - Arah kebijakannya adalah penguatan mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer melalui strategi yang dilakukan meliputi: (a) Penataan mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer yang terintegrasi di tingkat provinsi secara on-line; (b) Penerapan skema evaluasi dan penetapan alokasi dana transfer sesuai
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
33
kinerja dalam sistem transfer yang ada saat ini; dan (c) Penataan mekanisme dalam proses monitoring dana transfer Otsus melalui pelibatan aktif masyarakat. 4. Pelaksanaan Otonomi Khusus Adapun arah kebijakannya adalah penguatan pelaksanaan Otonomi Khusus bagi kemajuan pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Strategi pembangunan yang ditempuh antara lain adalah: (a) Perbaikan kerangka peraturan perundangan mengenai Otonomi Khusus; dan (b) Penguatan tranparansi dan akuntabilitas kebijakan dan pengelolaan keuangan Daerah. 1.5
Kaidah Pelaksanaan Pengembangan Wilayah
1.5.1 Sinergi Pusat-Daerah dan Kerjasama Antardaerah Salah satu faktor terpenting dalam sinergi pusat dan daerah adalah terwujudnya sinergi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah. Oleh karena itu, setiap kebijakan yang dirumuskan perlu memperhatikan dan menampung aspirasi daerah, serta mengutamakan penyelesaian permasalahan secara nyata di daerah. Selain itu, sinergi kebijakan juga dimaksudkan agar pemerintah daerah mampu memahami dan melaksanakan kebijakan pemerintah pusat dengan efisien dan efektif; serta mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut dengan berbagai sumber daya yang tersedia. Sinergi kebijakan pembangunan antara pusat dan daerah dan antardaerah diperlukan untuk: (1) memperkuat koordinasi antarpelaku pembangunan di pusat dan daerah; (2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan, baik di Pusat maupun di Daerah; (4) mengoptimalkan partisipasi masyarakat di semua tingkatan pemerintahan; serta (5) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Upaya bersama Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dapat dilakukan antara lain: (1) sinergi berbagai dokumen perencanaan pembangunan (RPJP dan RPJPD, RPJM dan RPJMD, RKP dan RKPD); (2) sinergi dalam penetapan target pembangunan; (3) standarisasi indikator pembangunan yang digunakan oleh kementerian/lembaga dan satuan perangkat kerja daerah; (4) pengembangan database dan sistem informasi pembangunan yang 34
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
lengkap dan akurat; (5) sinergi dalam kebijakan perijinan investasi di daerah; dan (6) sinergi dalam kebijakan pengendalian tingkat inflasi. Sinergi dalam perencanaan kebijakan pembangunan pusat dan daerah baik lima tahunan maupun tahunan akan dilaksanakan dengan mengoptimalkan penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di semua tingkatan pemerintahan (desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional) sehingga terwujud sinkronisasi antara kebijakan, program dan kegiatan antarsektor, antarwaktu, antarwilayah, dan antara pusat dan daerah. Selain itu, Musrenbang juga diharapkan dapat lebih mendorong terciptanya proses partisipasi semua pelaku pembangunan dan berkembangnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan 1.5.2 Kerangka Pendanaan Sinergi Pusat-Daerah dilaksanakan selaras dengan upaya penataan dan penguatan kerangka perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Salah satu kebijakan RPJMN 2015-2019 adalah restrukturisasi dan penataan instrumen pendanaan melalui transfer ke daerah termasuk dana alokasi umum (DAU), dana alokasi khusus (DAK) dan dana bagi hasil (DBH) yang secara keseluruhan disebut dana perimbangan (DP); serta dana otonomi khusus (Dana Otsus) untuk menjaga harmonisasi kepentingan nasional dan kebutuhan daerah. Dalam lima tahun mendatang pengelolaan dana perimbangan dan dana otonomi khusus diarahkan untuk: (1) meningkatkan kapasitas fiskal daerah dan mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah, serta antar daerah; (2) menyelaraskan besaran kebutuhan pendanaan di daerah dengan pembagian urusan pemerintahan; (3) meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah; (4) meningkatkan daya saing daerah; (5) mendukung kesinambungan fiskal nasional dalam kerangka kebijakan ekonomi makro; (6) meningkatkan kemampuan daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah; (7) meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional; dan (8) meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan rencana pembangunan daerah. Dalam rangka meningkatkan efektivitas pemanfaatan DAU langkah yang akan dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah antara lain adalah untuk: (1) mewujudkan seutuhnya fungsi DAU sebagai block grant belanja publik pemda menurut kewenangan; (2) menyusun formulasi DAU secara komprehensif yang mampu Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
35
menggambarkan seluruh fungsi daerah dalam menunjang keutuhan nasional, serta memberikan perhatian khusus kepada daerah-daerah dengan beban nasional seperti pusat prasarana vital dan strategis, pusat investasi, kawasan hutan lindung dan wilayah perbatasan yang belum diakomodasi dalam aspek legal. Dalam upaya meningkatkan efektivitas pelaksanaan DAK, langkah yang akan ditempuh Pusat-Daerah antara lain adalah: (1) sinergi perencanaan DAK antara kementerian/lembaga dan satuan kerja perangkat daerah agar pengelolaan dan pemanfaatan DAK benarbenar mendorong peningkatan pelayanan publik di daerah dan mendukung pencapaian prioritas nasional; (2) memberi kewenangan kepada Gubernur dalam pelaksanaan DAK sehingga masuk dalam APBD, serta menjamin efektivitas program dan kelancaran pelaporan; dan (3) sinkronisasi petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang dikeluarkan kementerian/lembaga agar sesuai dengan kebutuhan daerah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan DBH dan mengurangi ketimpangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemda, langkah yang akan ditempuh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah dalam lima tahun mendatang adalah: (1) menjamin keterbukaan informasi dan data dari pusat kepada daerah; dan (2) mempercepat penyaluran DBH sumber daya alam. Dalam rangka menjamin efektivitas pengelolaan dan pemanfaatan dana dekonsentrasi untuk mencapai prioritas pembangunan nasional, memperkuat kapasitas pemerintah daerah, dan meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah, maka langkah yang akan ditempuh dalam lima tahun mendatang adalah (1) mempertegas kerangka organisasi dan personil pelaksana pemanfaatan dana dekonsentrasi; (2) sinkronisasi perencanaan program antara kementerian/lembaga dan satuan kerja perangkat daerah; dan (3) penentuan sasaran fungsional program secara bersama. Selain itu, dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan pendanaan pembangunan daerah, maka dapat dilakukan dengan peningkatan Kerjasama Pemerintah – Swasta (KPS), penerbitan obligasi daerah, dan peningkatan kinerja BUMD. 1.5.3
Kerangka Regulasi
Sinergi dalam kerangka regulasi diarahkan untuk mendorong harmonisasi peraturan perundang-undangan baik dalam bentuk Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan
36
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Presiden, dan Peraturan Menteri dalam mendukung pelaksanaan program dan kegiatan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019. Selain itu, sinergi juga diarahkan untuk meningkatkan kesepahaman, kesepakatan dan ketaatan dalam melaksanakan peraturan perundangundangan. Oleh karena itu, setiap kebijakan dan peraturan perundangundangan di daerah baik Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati dan Peraturan Walikota harus harmonis dan sinkron dengan kebijakan dan peraturan perundang-undangan nasional baik Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri. Sinergi pusat dan daerah antara lain dilakukan dengan: (1) konsultasi dan koordinasi secara lebih efektif dalam penyusunan peraturan perundangan; (2) pembentukan forum koordinasi lintas instansi dalam rangka harmonisasi peraturan perundangan: baik penyusunan peraturan baru maupun review atas peraturan yang sudah ada; dan (3) fasilitasi proses legislasi guna mengurangi jumlah Perda yang bermasalah. 1.5.4 Kerangka Kelembagaan Sinergi Pusat-Daerah dalam bidang pemerintahan akan diarahkan untuk memperbaiki tata kelola kelembagaan pemerintahan daerah dan meningkatkan kapasitas aparatur daerah. Dalam upaya memperbaiki tata kelola pemerintahan daerah, upaya yang akan dilakukan dalam lima tahun mendatang diarahkan mempercepat reformasi organisasi perangkat daerah agar mampu menyelenggarakan urusan pemerintahan secara lebih efisien dan efektif, meningkatkan mutu dan jangkauan publik pelayanan sesuai standar pelayanan minimal (SPM) yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, melaksakan kaidah penyelenggaraan pemerintahan yang baik; serta meningkatkan daya saing daerah. Sementara, upaya peningkatan kapasitas aparatur daerah diarahkan untuk menjadi aparatur yang lebih handal, kompeten dan profesional dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Sinergi Pemerintah Pusat-Daerah yang akan dilakukan dalam lima tahun mendatang adalah: (1) menata dan menyempurnakan pengaturan kewenangan antartingkat pemerintahan sebagai dasar penetapan kinerja dan alokasi anggaran dengan penerapan anggaran berbasis secara bertanggung jawab; (2) mengendalikan pemekaran daerah dan memantapkan pengelolaan daerah otonom dengan tetap mengutamakan harmonisasi kepentingan nasional dan kebutuhan daerah dan rentang kendali manajemen yang ideal: serta (3) meningkatkan kapasitas aparatur yang mampu menjembatani
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
37
kepentingan nasional dan daerah serta kerjasama antardaerah. Sinergi dalam kerangka regulasi diarahkan untuk mendorong harmonisasi peraturan perundang-undangan baik dalam bentuk Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri dalam mendukung pelaksanaan program dan kegiatan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019. Selain itu, sinergi juga diarahkan untuk meningkatkan kesepahaman, kesepakatan dan ketaatan dalam melaksanakan peraturan perundangundangan. Oleh karena itu, setiap kebijakan dan peraturan perundangundangan di daerah baik Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati dan Peraturan Walikota harus harmonis dan sinkron dengan kebijakan dan peraturan perundang-undangan nasional baik Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri. Sinergi pusat dan daerah antara lain dilakukan dengan: (1) konsultasi dan koordinasi secara lebih efektif dalam penyusunan peraturan perundangan; (2) pembentukan forum koordinasi lintas instansi dalam rangka harmonisasi peraturan perundangan: baik penyusunan peraturan baru maupun review atas peraturan yang sudah ada; dan (3) fasilitasi proses legislasi guna mengurangi jumlah Perda yang bermasalah.
38
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
BAB 2 ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA 2.1
Capaian Kinerja Saat Ini
1. Berdasarkan data BPS dari tahun 2009 hingga Triwulan II tahun 2014, kinerja pertumbuhan ekonomi provinsi di Wilayah Papua mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Rata-rata pertumbuhan ekonomi dengan migas Wilayah Papua selama kurun waktu 2009 – 2013 sebesar 9,6 persen (dengan migas) atau diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,9 persen. Namun demikian, peranan Wilayah Papua dalam pembentukan PDB nasional mengalami penurunan dari 2,0 persen (2009) menjadi 1,6 persen (Triwulan II 2014). 2. Pemerintah Provinsi di Wilayah Papua telah cukup berhasil dalam menurunkan jumlah penduduk miskin dari tahun 2009 hingga 2014 (Maret), namun masih berada di atas angka kemiskinan nasional sebesar 14,15 persen (2009) dan 11,25 persen (Maret 2014). Demikian halnya dengan pencapaian tingkat pengangguran terbuka (TPT), Pemerintah Provinsi di Wilayah Pulau juga telah berhasil menurunkan TPT dan sudah di bawah TPT nasional sebesar 7,87 persen (2009) dan 5,70 persen (Feb, 2014). 3. Dari sisi peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka di Wilayah Papua ini masih perlu ditingkatkan. Hal ini diindikasikan dengan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Wilayah Papua masih berada di bawah rata-rata IPM nasional sebesar 71,76 (2009) dan 73,81 (2013). Namun demikian, dari tahun ke tahun pada masing-masing provinsi mengalami peningkatan nilai IPM. 4. Dari sisi distribusi pendapatan antar golongan masyarakat, seluruh provinsi di Wilayah Papua mengalami kenaikan kesenjangan pendapatan antar golongan. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya angka Rasio Gini provinsi-provinsi di Wilayah Papua yang cenderung meningkat pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2009 dan masih berada di atas ratarata rasio gini nasional 0,413 (2013). Ke depan, hal ini perlu mendapatkan perhatian agar proses pembangunan terus lebih melibatkan masyarakat secara inklusif, sehingga hasil-hasil pembangunan tersebut dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
1
2.2
Potensi dan Keunggulan Wilayah
Wilayah Papua sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia dengan potensi sumber daya alam sangat besar di sektor pertambangan, migas dan pertanian. 1. Komoditas sektor pertambangan dan penggalian yang paling dominan adalah minyak, gas, dan tembaga. Pada tahun 2013, sektor pertambangan dan penggalian sudah berkontribusi sebesar 33,56 persen untuk seluruh Wilayah Papua. Kontribusi sektor ini di Wilayah Papua terpusat di Provinsi Papua yang menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi sektor pertambangan nasional. Dengan bertumpunya perekonomian Wilayah Papua pada sektor pertambangan dan penggalian menyebabkan fluktuasi pada sektor ini akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. 2. Wilayah Papua memiliki potensi gas bumi sebesar 23,91 TSCF (Trillion Square Cubic Feet ) atau sebesar 23,45 persen dari potensi cadangan gas bumi nasional. Sementara itu, cadangan minyak bumi di Wilayah Papua mencapai sekitar 66,73 MMSTB atau sebesar 0,91 persen dari cadangan minyak bumi nasional yang mencapai 7.039,57 MMSTB (Million Stock Tank Barrels/Cadangan Minyak Bumi). Cadangan gas bumi di sekitar Teluk Bintuni. Sementara itu, cadangan migas terbesar terdapat di sekitar Sorong, Blok Pantai Barat Sarmi, dan Semai. 3. Tembaga merupakan hasil tambang yang sangat potensial untuk dikembangkan di Wilayah Papua karena memiliki lebih dari 45 persen cadangan tembaga nasional yang sebagian eksplorasi dan pengolahannya terpusat di Timika (Kabupaten Mimika). Cadangan bijih tembaga di Wilayah Papua diperkirakan sekitar 2,6 milliar ton, sementara itu cadangan logam tembaga hanya sekitar 25 juta ton. Bahan tambang dan galian yang menjanjikan potensi lainnya adalah bijih nikel, pasir besi, dan emas. Bijih nikel terdapat di daerah Tanah Merah, Jayapura. Sebagian besar dari sumber daya tersebut masih dalam indikasi dan belum dieksploitasi. Penambangan pasir besi, bijih tembaga, dan emas berlokasi di tempat yang sama dengan penambangan biji tembaga di Timika. 4. Pengembangan MIFEE (Merauke Integrated Food & Energy Estate) dialokasikan seluas 1,2 juta Ha yang terdiri dari 10 Klaster Sentra Produksi Pertanian (KSPP). Empat Klaster Sentra Produksi Pertanian yang dikembangkan yaitu: Greater 2
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Merauke, Kali Kumb, Yeinan, dan Bian di Kabupaten Merauke. Untuk jangka menengah (kurun waktu 2015 – 2019) diarahkan pada terbangunnya kawasan sentra produksi pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan, serta perikanan darat di Klaster Okaba, Ilwayab, Tubang, dan Tabonji. Sedangkan untuk jangka panjang (kurun waktu 2020 – 2030) diarahkan pada terbangunnya kawasan sentra produksi pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan. 5. Dari sektor pertanian terutama perkebunan, Wilayah Papua merupakan produsen kelapa sawit yang besar di Asia, yaitu sebesar 7,80 persen per tahun lebih tinggi dibandingkan Malaysia yang hanya sebesar 4,20 persen per tahun. Perkebunan kelapa sawit di Wilayah Papua saat ini telah memiliki 43 persen dari total produksi minyak mentah sawit (Crude Palm Oil /CPO) dunia sehingga Indonesia dikenal sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Investasi kelapa sawit dalam skala besar dapat meningkatkan pendapatan pemerintah untuk jangka pendek tetapi akan sedikit mempengaruhi proses hilir dan pertumbuhan sektor lain dikarenakan keterbatasan kemajuan dan kaitannya multiplier effect sektor ini. Selain kelapa sawit, produksi perkebunan karet di Wilayah Papua secara keseluruhan cukup besar. Produksi karet di Wilayah Papua mengalami peningkatan selama periode 2009-2013. Pada tahun 2013, produksi karet di Wilayah Papua mencapai 2.308 ton dengan dominasi produksi dari Provinsi Papua sebesar 2.281 ton. Wilayah Papua juga sangat berpotensi untuk menjadi penghasil tebu yang besar karena memiliki lahan untuk produksi tebu terluas di luar Jawa yaitu sebesar 500.000 Ha atau 47 persen dari total lahan tebu di luar Pulau Jawa. 6. Berdasarkan data BPS tahun 2013, produksi tanaman pangan di Wilayah Papua terdiri dari produksi jagung sebesar 9.107 ton dari luas panen 4.255 ha, produksi padi mencapai 199.362 ton dari luas panen 58.634 ha, produksi kedelai mencapai 5.219 ton dari luas panen sebesar 4.367 ha, produksi kacang tanah mencapai 2.693 ton dari luas panen sebesar 2.551 ha, produksi sagu sebesar 7.319 ton dari luas panen 7.608 ha, dan produksi ubi jalar mencapai 455.742 ton dari luas panen sebesar 34.100 ha (2012), serta ubi kayu yang memiliki produksi mencapai 51.120 ton dari luas panen 4.253 ha. Sedangkan untuk peternakan besar di Wilayah Papua, jumlah populasi terbesar adalah babi, sapi potong, dan kambing. Sebaran populasi ternak babi terbesar di Provinsi Papua sebesar 577.407 ekor di tahun Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
3
2012. Secara umum, jumlah populasi untuk ternak, sebagian besar terdapat di Provinsi Papua dibandingkan di Provinsi Papua Barat. 7. Selain pengembangan pertanian, Wilayah Papua juga memiliki beberapa potensi pengembanganpariwisata terutama wisata bahari yang merupakan tujuan wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal yang salah satunya terdapat di Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. 2.3
Tema Pengembangan Wilayah Papua
Berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah Papua, maka tema besar pembangunan Wilayah Papua sebagai "lumbung pangan melalui pengembangan industri berbasis komoditas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, sagu, ubi, sayur dan buah-buahan, serta pengembangan peternakan dan tanaman non-pangan, seperti tebu, karet, dan kelapa sawit; percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan pariwisata bahari; serta lumbung energi di Kawasan Timur Indonesia melalui pengembangan minyak, gas bumi, dan tembaga." 2.4
Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Papua
Tujuan pengembangan Wilayah Papua tahun 2015-2019 adalah mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Papua dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah melalui: (a). pengembangan hilirisasi komoditas minyak, gas bumi dan tembaga, (b). pengembangan industri berbasis komoditas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, sagu, ubi, sayur dan buah-buahan, (c) peternakan dan tanaman non-pangan, seperti tebu, karet, dan kelapa sawit, (d). pengembangan pariwisata bahari, (e). penyediaan infrastruktur wilayah, dan (f). peningkatan SDM dan Ilmu serta teknologi secara terus menerus. Adapun sasaran pengembangan Wilayah Papua pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi Wilayah Papua, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di koridor ekonomi dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk diantaranya adalah pengembangan 1 Kawasan Industri, 1 MIFEE, 1 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), 11 Kawasan Perhatian Investast (KPI). 2. Sementara itu, untuk menghindari terjadinya kesenjangan antar wilayah di Wilayah Papua, maka akan dilakukan 4
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran sebanyak 9 Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaran outcome: (a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal menjadi 9,5 persen di tahun 2019; (b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 18 persen di tahun 2019; (c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal sebesar 68,3 pada tahun 2019. 3. Untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kawasan perkotaan di Papua, maka akan dilakukan optimalisasi peran 2 kota otonom berukuran sedang sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, pusat pelayanan primer, dan hub untuk Pulau Papua dan Maluku dalam bentuk Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai pendukung pengembangan kawasan perbatasan negara. 4. Sesuai dengan amanat UU 6/2014 tentang Desa, maka akan dilakukan pembangunan perdesaan dengan sasaran berkurangnya jumlah desa tertinggal sedikitnya 340 desa atau meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 140 desa. 5. Meningkatkan keterkaitan desa-kota, dengan memperkuat 4 pusat-pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL). 6. Dalam rangka mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, maka akan dikembangkan 3 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong pengembangan kawasan sekitarnya. 7. Untuk meningkatkan pelaksanaan Otonomi Daerah di Wilayah Papua ditunjukkan dengan: (1) Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 10% untuk propinsi dan 8% untuk kabupaten/kota; (2) Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 35% dan untuk Kabupaten/Kota sebesar 35% pada tahun 2019 serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; (3) Meningkatnya jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) sebanyak 2 provinsi dan 8 kabupaten/kota di wilayah Papua; (4) Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar 50% dan S2-S3 sebesar 5%; (5) Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah Papua Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
5
sebesar 30 angkatan; (6) Terlaksananya evaluasi otsus dan pembenahan terhadap kelembagaan, aparatur, dan pendanaan pelaksanaan otsus; (7) Terlaksananya sinergi perencanaan dan penganggaran di wilayah Papua (dengan proyek awal Provinsi Papua); (8) Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; (9) Meningkatnya persentase jumlah PTSP sebesar 40%; (10) Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah; (11) terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on-line di wilayah Papua; (12) Terlaksananya penguatan kelembagaan Badan Percepatan Pembangunan Kawasan Papua dan Papua Barat. 8. Sasaran penanggulangan bencana adalah mengurangi Indeks Risiko Bencana di Wilayah Papua pada 2 (dua) PKN terdiri dari Kota Sorong dan Kota Jayapura; 4 (empat) PKW terdiri dari Kota Manokwari, Kabupaten Nabire yang merupakan bagian wilayah KAPET Biak; Kabupaten Merauke sebagai MIFFEE Merauke dan Kabupaten Sarmi, serta Kabupaten Raja Ampat sebagai kawasan minapolitan dan pariwisata yang memiliki indeks risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai KAPET, KSN, atau PKSN. Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019, pembangunan Wilayah Papua semakin meningkat. Hal ini dicerminkan dengan makin meningkatnya kontribusi PDRB Wilayah Papua terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 1,8 persen (2014) menjadi 2,6 persen. Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Wilayah Papua. Secara rinci target pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran dalam kurun waktu 2015-2019 di Wilayah Papua dapat dilihat pada Tabel 2.1 sampai dengan Tabel 2.3 sebagai berikut.
6
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
TABEL 2.1 SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PAPUA PER PROVINSI TAHUN 2015-2019 Pertumbuhan Ekonomi (persen) Provinsi
Papua Papua Barat
2015
2016
2017
2018
2019
14,0 – 14,3
14,7 - 15,3
16,2 – 17,2
16,9 – 18,3
16,9 - 18,6
7,8 – 8,0
10,1 – 10,5
14,3 – 15,1
15,8 – 17,1
15,8 – 17,4
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
TABEL 2.2 SASARAN TINGKAT KEMISKINAN WILAYAH PAPUA PER PROVINSI TAHUN 2015-2019 Tingkat Kemiskinan (persen) Provinsi 2015
2016
2017
2018
2019
Papua
23,4 – 22,9
22,1 – 21,2
19,6 – 18,4
17,1 – 15,8
13,4 – 12,1
Papua Barat
28,2 – 27,6
26,8 – 25,7
23,9 – 22,5
21,0 – 19,4
16,6 – 15,0
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
TABEL 2.3 SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH PAPUA PER PROVINSI TAHUN 2015-2019 Tingkat Pengangguran (persen) Provinsi 2015
2016
2017
2018
2019
Papua
5,5 – 5,4
5,3 – 5,1
5,1 – 4,8
4,9 – 4,5
4,7 – 4,2
Papua Barat
2,9 – 2,8
2,8 – 2,6
2,6 – 2,5
2,9 – 2,6
2,4 – 2,2
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
7
2.5
Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Papua
2.5.1 Pengembangan Kawasan Strategis Pengembangan kawasan strategis bidang ekonomi di Kawasan Papua difokuskan pada pengembangan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Biak, Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE), Kawasan Perdagangan Internasional Skouw Kota Jayapura, Kawasan Industri Bongrang, Kawasan Industri Tembaga Timika, Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE) Wamena Kabupaten Jayawijaya dan usulan KEK di Provinsi Papua Barat dengan fokus industri petrokimia dan pengembangan industri pengolahan pertambangan mineral, yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. Arah kebijakan pengembangan kawasan strategis bidang ekonomi dilakukan melalui pengembangan untuk meningkatkan infrastruktur dasar, pengembangan sumber daya manusia, dan meningkatkan konektivitas menuju dan dalam kawasan-kawasan strategis tersebut. Percepatan pembangunan kawasan strategis di Wilayah Papua dilakukan melalui strategi sebagai berikut: 1.
Peningkatan Potensi Ekonomi Wilayah di Koridor Ekonomi Wilayah Papua Pengembangan kegiatan ekonomi di kawasan strategis erat kaitanya dengan memberdayakan masyarakat berbasis potensi ekonomi wilayah, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas unggulan. a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a)
Peningkatan produktivitas ekspor untuk produk minyakgas, pengolahan pertambangan mineral di papua bagian barat, pertanian/perkebunan, dan hasil laut.
b) Pengembangan kawasan industri petrokimia di Papua bagian barat. c)
Pembangunan Smelter di Kabupaten Mimika.
b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
8
a)
Pengembangan pengelolaan KAPET Biak dengan fokus komoditas perikanan, rumput laut, dan pariwisata (bahari, budaya, sejarah);
b)
Percepatan pembangunan kawasan ekonomi lokal Papua berbasis kesatuan adat, meliputi (1) Wilayah Mamta
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
dengan pusat pertumbuhan di Jayapura, dan fokus industri pengolahan komoditas sagu, kakao, kelapa dalam, pariwisata kawasan wisata Danau Sentani; (2) Wilayah Saireri dengan pusat pertumbuhan di Biak, dan fokus industri pengolahan komoditas rumput laut, perikanan tangkap, udang, teripang, kelapa dalam, produk kayu rakyat, kawasan wisata bahari Padaido; (3) Wilayah La Pago dengan pusat pertumbuhan di Wamena, dan fokus industri komoditas buah merah, kopi, ubi-ubian, ternak babi, wisata budaya; (4) Wilayah Me Pago dengan pusat pertumbuhan di Timika, dan fokus industri pengolahan komoditas Sagu, Kopi, Buah Merah, Kepiting, Emas, Batu Bara, Kayu Rakyat, Perikanan Air Tawar; (5) Wilayah Anim Ha dengan pusat pertumbuhan di Merauke, dan fokus industri pengolahan komoditas pengolahan karet, minyak kayu putih, padi, perikanan tangkap, pengolahan perikanan;
2.
c)
Pengembangan sentra-sentra produksi industri rakyat di lima kawasan berbasis adat untuk memenuhi kebutuhan input kegiatan produksi (saprodi);
d)
Pengembangan sagu komoditas sagu;
e)
Pengembangan pusat-pusat kegiatan ekonomi kecil dan menengah guna mendukung potensi sektor pariwisata, terutama industri kreatif dan makanan olahan khas wilayah KAPET Biak, Jayapura, Merauke, Sorong, Manokwari, Fak-fak, dan Wamena;
f)
Pembinaan terhadap mutu produk usaha kecil dan menengah di KAPET Biak.
rakyat
dan
investasi
industri
Percepatan Penguatan Konektivitas Peningkatan konektivitas antara pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan kawasan-kawasan penyangga sekitarnya meliputi: a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Penyelesaian pembangunan ruas-ruas jalan strategis nasional sesuai Peraturan Presiden RI No. 40 Tahun 2013 tentang Pembangunan Jalan Strategis Nasional Dalam Rangka Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat; b) Percepatan pembangunan jaringan kereta api untuk Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9
mengatasi keterisolasian dan kemahalan di pegunungan tengah; c) Konektivitas Kawasan MIFEE di Merauke dan sekitarnya (Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, dan Kabupaten Boven Digoel); d) Konektivitas Kawasan Industri Arar, Kawasan Peternakan (Salawati, Bomberai, Kebar), dan lumbung pangan Sorong Selatan, yang terhubungkan dengan Kota Sorong dan Manokwari; e) Percepatan penyediaan sumber energi berupa pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Urumuka, Mamberamo, Baliem, dan Orya; f)
Pengembangan pelabuhan Sorong, Merauke, Pomako; penambahan kapasitas kargo Pelabuhan Laut Pomako di Timika, pengembangan pelabuhan terminal agribisnis, pergudangan, dan pelabuhan ekspor-impor Depapre di Jayapura, serta pelabuhan ekspor Serapuh dan Wogikel di Merauke.
b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
3.
a)
Pengembangan konektivitas darat, laut, maupun udara pusat KAPET Biak Numfor dengan daerah penyangga sekitarnya yaitu Nabire, Kepulauan Yapen, Waropen, dan Supiori;
b)
Pengembangan konektivitas darat, laut, maupun udara di kawasan berbasis adat (Mamta, Saireri, La Pago, Me Pago, Anim Ha);
c)
Peningkatan kapasitas bandara yang melayani rute daerah tertinggal, terpencil, dan terisolir (Waghete, Mopah, Wamena, Kambuaya, Mozes Kilangin, Mindiptana).
Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan kapasitas kelembagaan di tingkat pusat maupun di daerah dilakukan dengan strategi: a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI)
10
a)
Pembinaan kelembagaan untuk mendukung pengelolaan kawasan yang berdaya saing;
b)
Penguatan peraturan
kemampuan Pemda pemanfaatan lahan
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
dalam menyusun ulayat bersama
masyarakat investasi.
adat
untuk
memberikan
kemudahan
c)
Penyiapan tenaga kerja berkualitas dengan kompetensi unggulan di bidang industri petrokimia dan pengolahan pertambangan mineral, pertanian, perkebunan MIFEE Merauke, kawasan industri Arar, kawasan peternakan Bomberai, Kebar dan Salawati;
d)
Pembangunan Science Park berteknologi tinggi sebagai sarana peningkatan kualitas SDM kawasan.
b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
4.
a)
Restrukturisasi kelembagaan dan peningkatan kualitas SDM Badan Pengelola KAPET Biak, pengelola kawasan MIFEE di Merauke, dan pengelola Kawasan Arar;
b)
Memberikan pelatihan dan pembinaan terhadap masyarakat Papua untuk meningkatkan nilai tambah komoditas di kawasan berbasis kesatuan adat;
c)
Menyiapkan SDM yang memiliki kompetensi untuk mengelola komoditas unggulan KAPET Biak dan kawasan ekonomi berbasis kesatuan adat Papua;
d)
Peningkatan kapasitas Orang Asli Papua (OAP) untuk mendapatkan akses sumber daya ekonomi;
e)
Pembangunan Technology Park bidang pangan dan maritim untuk meningkatkan inovasi teknologi.
Penguatan Regulasi bagi Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha Dalam upaya pengembangan kawasan strategis di Wilayah Papua diperlukan sinergisasi dan sinkronisasi regulasi melalui strategi berikut: a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a)
Penerapan regulasi insentif fiskal yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan kompetitif, antara lain fasilitas fiskal disemua bidang usaha, pembebasan PPN dan PPNBM untuk bahan dan barang impor yang akan diolah dan digunakan di KEK;
b)
Penetapan regulasi untuk mengatur pemanfaatan tanah ulayat dalam rangka memudahkan investasi;
c)
Pemetaan dan penegasan batas (deliniasi) hak ulayat
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
11
khususnya pada kawasan strategis yang dikembangkan sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi; d)
Sosialisasi kepada masyarakat adat dan investor terhadap regulasi pemanfaatan lahan ulayat untuk investasi di kawasan MIFEE dan kawasan industri Arar, kawasan peternakan Bomberai, Kebar, dan Salawati;
e)
Pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di bidang perizinan perindustrian, perdagangan, pertanahan, dan penanaman modal di Kawasan MIFEE dan Kawasan Industri Arar.
b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) a)
Harmonisasi peraturan perundangan terkait dengan iklim investasi, diantaranya adalah PP. Nomor 147 Tahun 2000 Tentang Perlakuan Perpajakan di KAPET;
b) Pelimpahan kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan instansi terkait kepada pengelola kawasan strategis nasional dan kawasan-kawasan industri lainnya; c)
Sosialisasi kepada masyarakat adat terhadap regulasi pemanfaatan lahan ulayat untuk investasi di KAPET Biak dan kawasan ekonomi berbasis kesatuan adat;
d) Pelibatan desa dan warga desa pemilik tanah adat sebagai pemegang saham (shareholdings) dalam pelaksanaan program-program investasi pembangunan perdesaan; e)
Pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di bidang perizinan perindustrian, perdagangan, pertanahan di KAPET Biak dan MIFEE di Merauke.
2.5.2 Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan 2.5.2.1 Pengembangan Kawasan Perkotaan Arah kebijakan pembangunan wilayah perkotaan di Wilayah Papua difokuskan untuk membangun kota berkelanjutan dan berdaya saing menuju masyarakat kota yang sejahtera berdasarkan karakter fisik, potensi ekonomi dan budaya lokal. Untuk itu, strategi pembangunan perkotaan tahun 2015-2019 adalah :
12
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
1. Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN) Perwujudan SPN merupakan langkah untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan kota, baik itu antar kota maupun kota dengan desa serta pemenuhan fungsi kota itu sendiri. Kondisi kota otonom di Papua (Sorong dan Jayapura) sudah memenuhi standar, sehingga program diarahkan untuk meningkatkan keterkaitan antar kota maupun kota-desa, yang dilakukan dengan: a. Mengembangkan 2 kota sedang di pulau Papua, yakni Sorong dan Jayapura dalam rangka mempercepat perannya sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, pusat pelayanan primer, dan hub untuk Pulau Papua dan Pulau Maluku dalam bentuk Pusat Kegiatan Nasional serta sebagai pendukung pengembangan kawasan perbatasan negara; b. Mengembangkan kegiatan industri pengolahan untuk mengembangkan ekonomi dan meningkatkan keterkaitan dengan desa-kota sekitar. c.
Meningkatkan aksesibilitas antar PKN, PKW, dan PKL disekitarnya melalui penyediaan simpul transportasi khususnya simpul transportasi laut.
2. Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota layak huni yang aman dan nyaman a.
Mempercepat pemenuhan dan peningkatan pelayanan sarana prasarana permukiman sesuai dengan peran dan tipologi kota serta kearifan lokal pulau Papua;
b.
Meningkatkan aksesibilitas antar kota melalui penyediaan sarana transportasi khususnya transportasi laut termasuk penyeberangan yang didukung oleh transportasi terpadu dan optimal sesuai dengan tipologi dan kondisi geografis Kota Sorong dan Jayapura
c.
Menyediakan pelayanan sarana dan tenaga terampil kesehatan dan pendidikanyang mudah diakses masyarakat;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
13
d.
Mengembangkan sarana sosial budaya yang sesuai dengan kearifan lokal;
e.
Menyediakandan Meningkatkan sarana ekonomi, khususnya di sektor perdagangan dan jasa serta dapat mendukung pengembangan ekonomi kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar;
f.
Mendorong berkembangnya industri pengolahan yang didukung oleh Pelabuhan Nasional Sorong dan Jayapura sebagai pusat koleksi dan distribusi di Pulau Papua;
g.
Meningkatkan keamanan kota melalui pencegahan, penyediaan fasilitas dan sistem penanganan kriminalitas dan konflik antar suku
3. Perwujudan Kota yang Berketahanan terhadap Iklim dan Bencana
a.
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam upaya adaptasi dan mitigasi terhadap iklim danbencana (urban resilience);
b.
Membangun infrastruktur mitigasi terhadap bencana alam yang dapatmelindungi aset-aset sosial ekonomi masyarakat khususnya bencana banjir dan longsor;
c.
Mengembangkan sistem peringatan dini termasuk petunjuk tindakan yang harus dilakukan pada saat ada peringatan;
4. Peningkatan Kapasitas Tata Kelola Pembangunan Perkotaan a. Meningkatkan kapasitas pemimpin kota yang visioner dan kapasitas aparatur pemerintahmelalui pendampingan, pembinaan, pelatihan dan penilaian kinerja dalam merencanakan, membangun dan mengelola kota berkelanjutan;
14
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 N M J P R A U P A P H A Y A L I W 1 . N 2 A H R U A B B M M U A T G R E P T A S U P T A S U P I S A K O L A T E P
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
15
b. Meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah kota melalui pendampingan secara langsung dari pemerintah pusat; c.
Membangunpusat data dan informasi perkotaan terpadu yang mudah diakses;
d. Meningkatkan peran swasta, organisasi masyarakat, dan organisasi profesi secara aktif, dalam penyusunan kebijakan perencanaan dan pembangunan Kota Berkelanjutan; e. Memperkuat peran lembaga daerah dan masyarakat dalam mitigasi bencana daerah; f.
Merevitalisasi kelembagaan di pusat dan daerah untuk Percepatan Pembangunan Kawasan Papua dan Papua Barat.
2.5.2.2 Pengembangan Kawasan Perdesaan Arah kebijakan pengembangan desa dan kawasan perdesaan di Wilayah Papua adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa (selanjutnya disebut kampung) dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana kampung, membangun potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan dengan sasaran berkurangnya jumlah kampung tertinggal sedikitnya 340 kampung atau meningkatnya jumlah kampung mandiri sedikitnya 140 kampung. Selain itu, membangun keterkaitan ekonomi lokal antara perkotaan dan perkampungan melalui integrasi perkampungan mandiri pada 4 kawasan pertumbuhan, yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.5. Dalam rangka percepatan pembangunan desa di Wilayah Papua akan dilakukan: 1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum sesuai dengan kondisi geografis Kampung a. Membangun sarana dan prasarana dasar perumahan di kawasan kampung tertinggal dan berkembang; b. Membangun sarana dan prasarana pendidikan, khususnya 16
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
sekolah dasar dan sekolah menengah mempertimbangkan cakupan pelayanannya; c.
dengan
Menyediakan layanan puskesmas keliling dan membangun puskesmas yang memiliki kelengkapan obat-obatan yang cukup;
d. Meningkatkan distribusi tenaga pendidik dan tenaga kesehatan khususnya di kampung-kampung terpencil; e. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi, baik darat, air, maupun udara, khususnya pada pembangunan bandara perintis; f. Meningkatkan ketersediaan jaringan listrik (tenaga surya, tenaga air, dll) dan jaringan telekomunikasi yang menjangkau kampung terpencil, pulau-pulau, dan kampung perbatasan. 2. Pengembangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi Desa. a. Meningkatkan peran dan kapasitas pemerintah daerah dalam memajukan ekonomi masyarakat miskin dan rentan; b. Meningkatkan kapasitas masyarakat miskin dan rentan dalam pengembangan usaha berbasis lokal melalui pendampingan-pendampingan yang intensif; c.
Memberikan dukungan bagi masyarakat miskin dan rentan melalui penyediaan lapangan usaha bagi masyarakat kampung;
d. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana produksi (benih, pupuk, jaringan irigasi, armada perikanan, alat tangkap, bahan bakar), pasca panen, pengolahan, dan pasar kampung. 3. Pembangunan Sumber Daya Manusia, Keberdayaan, dan Modal Sosial Budaya Masyarakat Kampung a.
Menguatkan lembaga adat dan kampung Adat, perlindungan hak-hak masyarakat adat sesuai dengan perundangan yang berlaku termasuk hak atas tanah adat/ulayat;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
17
b. Meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui penguatan kelompok masyarakat (kelompok wanita, pemuda, anak, dan TKI); c.
Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan dan kesehatan; d. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan tanah dan SDA termasuk pengelolaan kawasan pesisir dan laut yang berkelanjutan; e. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam bidang kewirausahaan berbasis potensi lokal; f.
Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi kebijakan shareholding pemerintah, kampung, dan pihak ketiga melalui pendampingan intensif;
4. Penguatan Kampung
Pemerintahan
Kampung
dan
masyarakat
a. Sosialisasi peraturan pelaksanaan UU No.6/2014 tentang Kampung; b. Peningkatan kapasitas pemerintah kampung, Badan Permusyawaratan Kampung, dan kader pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi, pelatihan, dan pendampingan dalam (i) Perencanaan, pelaksanaan dan monitoring pembangunan kampung, (ii) Pengelolaan keuangan kampung, (iii) Pelayanan publik, (iv) Penyiapan dan penetapan batas desa (khususnya desa-desa perbatasan); serta (v) peta kampung; c.
Penguatan pemerintah kampung, masyarakat, dan kelembagaan masyarakat dalam meningkatkan ketahanan ekonomi, sosial, lingkungan keamanan dan politik;
d. Meningkatkan ketersediaan pemerintahan kampung;
sarana
prasarana
e. Fasilitasi pengembangan data dan informasi kampung yang digunakan sebagai acuan bersama perencanaan dan pembangunan kampung.
18
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
5. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perkampungan a. Menjamin pelaksanaan redistribusi lahan kepada petani dan nelayan (land reform); b. Menekan laju alih fungsi lahan pertanian, hutan, dan kawasan pesisir secara berkelanjutan; c.
Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan, pengelolaan, dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang seimbang, berkelanjutan, dan berwawasan mitigasi bencana;
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mewujudkan kemandirian pangan; e. Rehabilitasi dan konservasi daerah pesisir dan pulaupulau kecil. 6. Pengembangan ekonomi kawasan perkampungan untuk mendorong keterkaitan kampung-kota. a.
Mewujudkan sentra produksi perikanan budidaya di kawasan Samate, P.Rembombo, P.Yefman, P. Matan, P. Senapan, Muara Tami, Muara Heram, dan sentra produksi pertanian padi di kawasan Prafi, Masui, Sidey, Tanah Miring, Kurik, Malind;
b.
Meningkatkan akses masyarakat kampung terhadap modal usaha, pemasaran, dan informasi pasar;
c.
Meningkatkan pemahaman masyarakat kampung terhadap lembaga pendukung ekonomi kampung seperti koperasi, BUMKampung, dan lembaga ekonomi mikro lainnya;
d.
Mengembangkan kerjasama antar kampung dan antar daerah.
2.5.2.3 Peningkatan Keterkaitan Kota dan Desa di Wilayah Papua Peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Papua diarahkan dengan memperkuat 4 pusat pertumbuhan, yaitu kawasan Misool dan sekitarnya (Prov. Papua Barat), Manokwari dan sekitarnya (Prov. Papua Barat), Arso dan sekitarnya (Prov. Papua), serta kawasan Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
19
Merauke dan sekitarnya (Prov. Papua). Kawasan-kawasan ini mencakup kawasan transmigrasi, kawasan agropolitan dan minapolitan, serta kawasan pariwisata (lihat tabel 2.2). Arah kebijakan dan strategi peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Papua adalah sebagai berikut: 1.
2.
Perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau a.
Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan Lintas Papua, pelabuhan nasional Manokwari dan Merauke, bandar udara tersier Manokwari dan Merauke, serta angkutan sungai yang melayani Kawasan Merauke;
b.
Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah;
c.
Mempercepat pemenuhan suplai energi untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri, dengan prioritas pengembangan PLTD Manokwari dan PLTD Merauke.
Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi a. Mengembangkan sentra produksi dan pengolahan hasil pertanian di Kawasan Manokwari, Arso, dan Marauke, serta sentra produksi dan pengolahan hasil perikanan/kelautan di Kawasan Misool dan Arso; b. Meningkatkan akses desa-desa produksi menuju pusatpusat pertumbuhan (lihat tabel 2.2) dan simpul-simpul transportasi, pengembangan pasar, dan toko sarana dan prasarana produksi; c.
Mengembangkan daya tarik wisata bahari dan Taman Nasional Laut di Kawasan Pariwisata Raja Ampat dan sekitarnya, melalui peningkatan promosi dan ketersediaan infrastruktur penunjang, meliputi peningkatan kapasitas dan kualitas penerbangan menuju ke Sorong-Raja Ampat, pengembangan fasilitas kapal yatch, resort, dan fasilitas wisata olah raga air, dan toko souvenir khas lokal;
d. Membangun bank pertanian dan perikanan untuk meningkatkan akses terhadap modal usaha di sektor pertanian dan perikanan/kelautan.
20
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
3.
Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan desa-kota a.
Menerapkan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah;
b.
Mengembangkan pendidikan kejuruan untuk memperkuat kemampuan inovasi, dan kreatifitas lokal di sektor pertanian dan perikanan;
c.
Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan kawasan ekonomi khusus dan kawasan ekonomi terpadu, serta kerjasama di wilayah-wilayah perbatasan.
d.
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat mengenai kelestarian laut dan pesisir serta mitigasi bencana, terutama di Kawasan Perdesaan Pesisir Misool, Manokwari, Arso, dan Merauke.
Secara diagramatis, lokasi prioritas pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan Tabel 2.4. dan Tabel 2.5. TABEL 2.4 LOKASI PRIORITAS KOTA SEDANG YANG BERFOKUS PADA UPAYA PEMERATAAN WILAYAH DI PAPUA
Kode
Lokasi Prioritas
Fokus Pengembangan
P1
Jayapura (PKN)
Sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang difokuskan dalam pengembangan Perdagangan dan Jasa (outlet pemasaran produksi tanaman pangan, hasil hutan, logam, dan perikanan), Industri (pengolahan pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan dan pertambangan), serta dikembangkan sebagai transhipment point di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan pusat pelayanan administrasi pelintas batas negara (perbatasan Indonesia-PNG-Palau).
P2
Sorong (PKN)
Sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berorientasi pada pengembangan kegiatan industri pengolahan: hasil hutan, bahan tambang dan hasil perikanan serta sebagai Penghubung/Hub Utama untuk Wilayah Papua dan Maluku.
Sumber : Bappenas, 2014
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
21
TABEL 2.5 LOKASI PRIORITAS PUSAT PERTUMBUHAN BARU YANG BERFOKUS PADA UPAYA PEMERATAAN WILAYAH DI PAPUA
Kode DD1
Lokasi Prioritas
Misool dan sekitarnya (Kab. Raja Ampat, Prov. Papua Barat)
DD2
Manokwari dan sekitarnya (Kab. Manokwari, Prov. Papua Barat)
DD3
Arso dan sekitarnya (Kab. Keerom, Prov. Papua)
DD4
Merauke dan sekitarnya (Kab. Merauke, Prov. Papua)
Kelompok Kawasan Perkotaan Misool Kawasan Minapolitan Perikanan Budidaya: Samate, Pulau Rembombo, Pulau Yefman, Pulau Matan, Pulau Senapan Kawasan Pariwisata: KSPN Raja Ampat Kota Otonom Terdekat : Sorong PKW Manokwari Kawasan Agropolitan (Padi): Prafi, Masui, Sidey Kawasan Transmigrasi: Prafi, Manokwari, PKW Arso Kawasan Transmigrasi: Senggi Kawasan Minapolitan Perikanan Budidaya: Muara Tami dan Muara Heram. Kota Otonom Terdekat : Jayapura PKW dan PKSN Merauke Kawasan Agropolitan (Padi): Tanah Miring, Kurik, Malind KPB Salor Kawasan Transmigrasi: Kurik, Jagebob Kawasan MIFEE
Komoditas Unggulan Ikan kerapu Rumput laut Wisata Taman Nasional Laut Wisata bahari Padi Kako
Jagung Ikan Nila
Padi Kelapa Sawit
Sumber : Bappenas, 2014
2.5.3 Pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan 2.5.3.1 Pengembangan Daerah Tertinggal Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Papua difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik dan pengembangan perekonomian masyarakat yang berbasis pengembangan pangan, perikanan, energi, dan pertambangan yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang handal yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas 22
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
antara daerah tertinggal dan pusat pertumbuhan terutama pada 21 kabupaten terisolir di Provinsi Papua. Pembangunan daerah tertinggal dilakukan melalui strategi sebagai berikut: 1. Pemenuhan Pelayanan Publik Dasar Mendukung pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan dasar publik di daerah tertinggal dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Bidang Pendidikan 1) Pemerataan distribusi tenaga pendidik khususnya di bagian pegunungan tengah dan perbatasan negara; 2) Peningkatan program Sarjana Mendidik di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (SM3T), khususnya untuk penempatan di Provinsi Papua dan Papua Barat;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
23
A U P A P U A L U P H A Y A L I W I D N A A S E D R E P N A D N 2 . A 2 A R T A O B K R E M A P G N A S A W A K N A G N A B M E G N E P S A T I R O I R P I S A K O
24
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
3)
Peningkatan kapasitas tenaga pendidik khususnya di bagian pegunungan tengah dan perbatasan negara;
4)
Pemberian insentif tenaga pendidik khususnya di bagian pegunungan tengah dan perbatasan negara;
5)
Penyediaan rumah dinas tenaga pendidik di wilayahwilayah terisolir dan perbatasan;
6)
Penyelenggaraan guru kunjung di wilayah terisolir dan perbatasan khususnya di bagian pegunungan tengah wilayah Papua;
7)
Penyelenggaraan sekolah satu atap berasrama di daerah terisolir dan perbatasan;
8)
Pengembangan asrama sekolah khususnya di bagian pegunungan tengah wilayah Papua
9)
Pengembangan sekolah kecil di wilayah terisolir dan perbatasan khususnya di bagian pegunungan tengah wilayah Papua;
10)
Penyediaan bus sekolah khususnya pegunungan tengah wilayah Papua;
11)
Pengembangan pendidikan jarak jauh khususnya di bagian pegunungan tengah wilayah Papua;
12)
Program pendidikan keaksaraan tingkat dasar;
13)
Pengembangan pendidikan kesetaraan (kelompok belajar paket A,B,C) khususnya di bagian pegunungan tengah wilayah Papua;
14)
Pemberian kuota khusus beasiswa Perguruan Tinggi untuk daerah tertinggal;
15)
Penyelenggaraan program PAUD;
16)
Pengembangan kurikulum untuk meningkatkan kemampuan dasar dan pengembangan minat bakat melalui program olah raga dan kesenian lokal;
17)
Pembangunan dan rehabilitasi sarana pendidikan dasar dan penunjang khususnya di bagian pegunungan tengah wilayah Papua.
di
bagian
b. Bidang Kesehatan 1)
Pemberian insentif tenaga kesehatan diutamakan di bagian tengah dan perbatasan;
2)
Penyediaan rumah dinas tenaga kesehatan diutamakan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
25
di bagian tengah dan perbatasan; 3)
Pembangunan, rehabilitasi, dan peningkatan sarana kesehatan diutamakan di bagian tengah dan perbatasan;
4)
Pengadaan sarana kesehatan keliling untuk kepulauan di bagian tengah wilayah Papua;
5)
Pengembangan fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pratama terutama di kawasan perbatasan;
6)
Pemerataan alat kesehatan dan obat-obatan di daerah tertinggal dan perbatasan;
7)
Pengembangan telemedis khususnya di wilayah terisolir dan kawasan perbatasan;
8)
Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular HIV Aids, TB Paru, dan Malaria melalui sosialisasi, fasilitasi, dan pengembangan Pusat Aids-Tuberculosis-Malaria.
c. Bidang Energi 1)
Pengembangan PLTMH, PLTS, PLTU dan Biomass khususnya di Kabupaten Yahukimo, Puncak Jaya, Paniai, Pegunungan Bintang, Yalimo, Tolikara, Nduga, Dogiyai, Deiyai, Lanny Jaya, dan kawasan perbatasan;
2)
Pemberian bantuan subsidi listrik pada pemakaian 3060 kWh;
3)
Penyediaan energi biogas yang ramah lingkungan khususnya di bagian utara dan selatan Papua;
4)
Penyediaan bahan bakar minyak ke wilayah terpencil khususnya di wilayah pegunungan tengah dan perbatasan;
5)
Pengembangan Depo BBM di daerah terisolir, khususnya di pegunungan tengah.
d. Bidang Informasi dan Telekomunikasi
26
1)
Pengembangan radio komunitas dan radio komunikasi diutamakan untuk menghubungkan wilayah perbatasan, bagian tengah Papua, dan pusat-pusat pertumbuhan;
2)
Pembangunan menara penguat sinyal dan radio penguat siaran RRI dan TVRI.
3)
Pendirian Media Center di setiap penyebarluasan program dan kebijakan;
4)
Pengembangan jaringan internet;
5)
Pengadaan M-PUSTIKA (Mobile Pusat Teknologi Informasi Komunitas) berupa kendaraan roda dua dan
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
SKPD
untuk
roda empat; 6)
Pengembangan radio penguat siaran RRI dan TVRI, khususnya di wilayah perbatasan.
e. Bidang Permukiman dan Perumahan 1)
Pembangunan prasarana perumahan dan air bersih yang sehat dan layak huni khususnya wilayah terisolir dan perbatasan;
2)
Pembangunan sarana air bersih sehat di seluruh kampung terutama di seluruh kampung terutama di wilayah terisolir dan perbatasan;
3)
Perbaikan lingkungan permukiman tidak layak huni khususnya di wilayah pegunungan tengah dan kawasan perbatasan.
2. Pengembangan Ekonomi Lokal Pengembangan kinerja perekonomian masyarakat di daerah tertinggal dalam rangka meningkatkan nilai tambah sesuai dengan karakteristik, posisi strategis, dan keterkaitan antar kawasan. Strategi ini meliputi aspek infrastruktur, manajemen usaha, akses permodalan, inovasi, dan pemasaran dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a.
Penyusunan rencana induk dan rencana aksi pengembangan ekonomi berbasis agroindustri berdasarkan masterplan pengembangan komoditas, serta menggunakan pendekatan berbasis lima wilayah adat;
b.
Pengembangan sistem logistik ikan melalui penyediaan Cold Storage disetiap sentra perikanan;
c.
Penyediaan bibit tanaman agroindustri dan hewan ternak;
d.
Penyediaan pengolahan limbah agroindustri perkebunan dan peternakan;
e.
Penegakkan imbal jasa lingkungan bagi masyarakat di kawasan konservasi;
f.
Pengembangan pusat informasi dan teknologi, serta pengembangan SDM bagi pelaku usaha khususnya subsektor perkebunan dan perikanan laut, perhutanan;
g.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui penyediaan tenaga pendamping;
h.
Penurunan biaya distribusi bahan pokok dan melancarkan distribusi kebutuhan bahan pokok;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
27
i.
Optimalisasi peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk pengembangan produk potensial lokal;
j.
Pengembangan jaringan irigasi;
k.
Pengembangan gudang dan fasilitas pengolahan pasca panen;
l.
Pengembangan sentra kuliner pengolahan hasil laut di wilayah pesisir;
m.
Pengembangan kegiatan kepariwisataan bahari dan sosial-budaya melalui peningkatan insfrastruktur, promosi, dan peningkatan peran masyarakat adat, khususnya di Kabupaten Sorong, Raja Ampat, Fak-Fak, Biak Numfor, dan Kabupaten Merauke;
n.
Pengembangan rumah pusat kebudayaan dan kesenian, museum;
o.
Pembangunan pasar kecamatan.
3. Penguatan Konektivitas dan Sislognas Peningkatan konektivitas di Wilayah Papua difokuskan pada pembukaan keterisolasian wilayah Pegunungan Tengah dan perbatasan dengan prioritas kegiatan sebagai berikut:
28
a.
Pembuatan sistem konektivitas laut untuk mendistribusikan hasil bumi menuju lokasi di luar kawasan Papua;
b.
Penyusunan masterplan transportasi dengan pemetaan status jalan dan sinergi kewenangan pembangunan infrastruktur transportasi untuk membuka akses seluruh kabupaten dan distrik;
c.
Pengembangan 15 ruas jalan strategis sepanjang 966 Km di Provinsi Papua yang meliputi daerah tertinggal seperti Kabupaten Asmat, Yahukimo, Pegunungan Bintang, Yapen, Memberamo Raya, dan Waropen; serta di Provinsi Papua Barat yang meliputi daerah tertinggal tertinggal seperti Kabupaten Tambrauw, Sorong Selatan, Maybrat, dan non tertinggal seperti Kabupaten Manokwari Selatan;
d.
Pembangunan jalan yang menghubungkan kampungkampung dan distrik yang masih terisolir dan kawasan perbatasan;
e.
Pengembangan bandar udara perintis serta penyediaan pesawat udara perintis di wilayah terisolir dan perbatasan;
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
f.
Pengembangan pelabuhan, dermaga dan moda transportasi sungai, danau, dan laut sebagai penghubung rute regional dan antarpulau;
g.
Pengembangan terminal transportasi darat;
h.
Pembangunan sentra logistik;
i.
Pembangunan Pondok Singgah di rute-rute jalan pejalan kaki di wilayah Pegunungan Tengah.
dan
prasarana
penunjang
4. Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK Penguatan Kemampuan SDM dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) difokuskan pada afirmasi pendidikan bagi putera puteri asli Papua dan peningkatan kapasitas aparatur pemerintah di dalam pelayanan publik dan pengelolaan keuangan dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a.
Harmonisasi kebijakan, program, dan kegiatan daerah untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal;
b.
Pemantapan Sistem Tata Kelola Pemerintahan yang baik di Papua dan Papua Barat;
c.
Peningkatan kualitas aparatur daerah dalam memberikan pelayanan yang memenuhi SPM;
d.
Peningkatan jumlah dan kapasitas pemerintah daerah dalam monitoring dan evaluasi pencapaian SPM Pelayanan dasar publik di daerah tertinggal;
e.
Afirmasi putera puteri asli Papua dalam pendidikan menengah, afirmasi pendidikan tinggi, dan sekolah kedinasan;
f.
Pengembangan kelembagaan bagi peningkatan kapasitas Orang Asli Papua (OAP) untuk mendapatkan akses terhadap pusat-pusat kegiatan perekonomian;
g.
Pembangunan pusat penelitian dan pengembangan;
h.
Pengembangan dan peningkatan kejuruan dan keterampilan;
i.
Pengembangan Balai Pelatihan Kerja dan Kewirausahaan;
j.
Pendirian akademi keperawatan dan kebidanan atau politeknik kesehatan;
k.
Peningkatan kelembagaan pendidikan tinggi bidang pertanian, pariwisata, kelautan, perikanan, dan olahan kayu;
sarana
pendidikan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
29
l.
Peningkatan kesempatan pemagangan (internship industri mitra) bagi putera puteri asli Papua;
m.
Penyelenggaran program guru dengan output lulusan Kursus Pendidikan Guru (KPG) Diploma 2.
5. Penguatan Regulasi dan Insentif Dalam upaya menciptakan iklim yang kondusif untuk pengelolaan hasil bumi dan energi dilakukan melalui prioritas kegiatan sebagai berikut: a.
Penyusunan strategi daerah pembangunan daerah tertinggal;
tentang
percepatan
b.
Harmonisasi kebijakan, program, dan kegiatan daerah untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal;
c.
Pengaturan kembali sistem distribusi keuangan nasional sesuai dengan kondisi dan kebutuhan wilayah Papua yang asimetris;
d.
Pengaturan dan pengelolaan hak ulayat;
e.
Koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah dengan pemerintah daerah, antar-SKPD dalam penyelenggaraan program pembangunan di daerah;
f.
Dialog Pembangunan Ekonomi Papua-Jakarta terkait kebijakan pengakuan dan afirmasi potensi ekonomi masyarakat lokal;
g.
Pengaturan Khusus penerapan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa untuk mengakomodir hak-hak masyarakat adat di kampung-kampung wilayah Papua;
h.
Pemberian insentif untuk pihak swasta dalam proses pengembangan usaha di daerah tertinggal;
i.
Tunjangan khusus penyuluh pertanian.
6. Pembinaan Daerah Tertinggal Terentaskan Pembinaan daerah tertinggal yang terentaskan melalui penguatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah dan peningkatan kapasitas SDM. 7. Pengembangan Kawasan Perdesaan Mendukung pengembangan kawasan perdesaan sebagai upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah. Dalam proses pembangunan kedepan, diharapkan adanya pelibatan warga desa sebagai pemilik tanah adat dalam perencanaan, penyelenggaran, dan evaluasi pembangunan di daerah tertinggal. 30
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
8. Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat Pemihakan Regulasi dan Anggaran bagi keberlanjutan pelaksanaan program Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat, sesuai dengan kebijakan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat dengan lima program utama yaitu: a.
Peningkatan ekonomi lokal;
b.
Peningkatan pelayanan pendidikan;
c.
Peningkatan pelayanan kesehatan;
d.
Peningkatan infrastruktur dasar;
e.
Pemihakan terhadap Masyarakat Asil Papua’
Lima program utama tersebut didukung oleh tiga program penunjang, yaitu: a.
Penguatan dan pengendalian pemanfaatan ruang dan pengelolaan pertanahan;
b.
Peningkatan keamanan dan ketertiban; dan
c.
Pengembangan kapasitas kelembagaan.
Pada periode RPJMN 2010-2014 wilayah Papua terdiri dari 2 provinsi dengan total 42 kabupaten/kota, dimana 83,3 persen atau 35 kabupaten masuk dalam kategori daerah tertinggal. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di wilayah ini sebesar 60,33, berada dibawah target IPM rata-rata nasional di daerah tertinggal dalam RPJMN 2010-2014 sebesar 72,2. Pertumbuhan ekonomi sebesar 9,07 persen, melampaui target yang diharapkan pada RPJMN 2010-2014, sebesar 7,1 persen. Angka kemiskinan di daerah tertinggal wilayah Papua masih sebesar 32,98 persen, jauh dari target Angka Kemiskinan secara nasional di daerah tertinggal dalam RPJMN 2010-2014, sebesar 14,2 persen. Dalam periode RPJMN 2010-2014 di wilayah Papua telah ditetapkan 35 kabupaten tertinggal yang menjadi lokus agenda percepatan pembangunan daerah tertinggal. Pada akhir tahun 2014 diindikasikan terdapat 2 kabupaten tertinggal yang dapat terentaskan. Sehingga pada periode RPJMN 2015-2019 jumlah daerah tertinggal di wilayah Papua sebanyak 33 kabupaten. Pada akhir periode RPJMN 2015-2019 ditargetkan sebanyak 9 kabupaten tertinggal dapat terentaskan.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
31
2.5.3.2 Pengembangan Kawasan Perbatasan Arah kebijakan Pengembangan Kawasan Perbatasan di Wilayah Papua difokuskan untuk meningkatkan peran kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang maju dan berdaulat dengan negara tetangga Papua Nugini di perbatasan darat dan terhadap negara Australia di perbatasan laut. Fokus Pengembangan Kawasan Perbatasan di Wilayah Papua diarahkan pada pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di Wilayah Papua, yaitu PKSN Jayapura, PKSN Tanah Merah, PKSN Merauke, serta serta mempercepat pembangunan di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) tahun 20152019. Strategi pengembangan kawasan perbatasan diarahkan untuk mewujudkan kemudahan aktivitas masyarakat kawasan perbatasan dalam berhubungan dengan negara tetangga dan menciptakan kawasan perbatasan yang berdaulat, yang dilakukan melalui: 1. Penguatan pengelolaan dan fasilitasi penegasan, pemeliharaan, pengamanan kawasan perbatasan Papua. Penguatan pengelolaan dan fasilitasi penegasan, pemeliharaan, pengamanan, dan kawasan perbatasan secaraterpadudi Wilayah Papua, dilakukan dengan: a. Pengembangan pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan terpadu (satu atap) di PKSN Jayapura, PKSN Tanah Merah, dan PKSN Merauke; b. Perbaikan aktivitas lintas batas di pintu-pintu alternatif (ilegal) di kawasan perbatasan, khususnya sepanjang perbatasan darat Papua dengan PNG. c.
Pengembangan pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara di PKSN Jayapura, PKSN Tanah Merah, dan PKSN Merauke;
d. Perkuatan fungsi pengamanan perbatasan wilayah darat (khususnya untuk daerah perbatasan RI-PNG yang memiliki topografi sulit), sungai, dan laut, baik penyediaan alutsista maupun non alutsista; e. Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil Terluar di Pulau Fani, Pulau Fanildo, dan Pulau Bras dengan pendekatan keamanan, ekonomi dan lingkungan; f.
Menjalin kerjasama pengamanan dan kawasan perbatasan negara antara RI-PNG;
pertahanan
g. Sosialisasi batas wilayah darat, sungai, dan batas wilayah 32
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
laut RI-PNG kepada masyarakat perbatasan Wilayah Papua, serta pelibatan peran serta masyarakat dalam menjaga pertahanan dan keamanan di perbatasan; h. Pengembangan standar operasional prosedur (SOP) pertahanan dan keamanan yang profesional bagi aparatur pengaman perbatasan. 2. Pengembangan Ekonomi Lokal. Pengembangan ekonomi lokal secara terpadu pada kawasan perbatasan negara di Wilayah Papua, dilakukan dengan: a. Peningkatan produksi dan nilai tambah hasil pertanian pangan dan perkebunan untuk kebutuhan lokal dan melayani negara Papua Nugini di PKSN Merauke, PKSN Tanah Merah, dan PKSN Jayapura; b. Pengembangan kawasan agropolitan di 3 (tiga) Pusat Kegiatan Strategis Nasional di PKSN Jayapura, PKSN Tanah Merah, dan PKSN Merauke; c.
Peningkatan kualitas dan kuantitas supply hasil perikanan dan kelautan melalui pengembangan sarana dan prasarana pengolahan untuk mencukupi kebutuhan lokal dan negara tetangga di Kepulauan Ayau, PKSN Jayapura, dan PKSN Merauke;
d. Pengembangan program transmigrasi di kawasan perbatasan dalam bentuk Kota Terpadu Mandiri di Merauke, Jayapura, dan Tanah Merah; e. Peningkatan nilai potensi pariwisata alam, budaya, dan sejarah melalui pengelolaan pariwisata yang optimal (promosi dalam dan lintas negara dan penyediaan infrastruktur penunjang pariwisata) di Kepulauan Ayau, PKSN Merauke, dan PKSN Tanah Merah; f.
Pengembangan pusat perdagangan skala internasional berbasis komoditas lokal berorientasi pasar ke negara tetangga serta secara bertahap menurunkan jumlah pelintas batas tradisional dititik lintas batas (Papua Nugini) di PKSN Jayapura, PKSN Tanah Merah, dan PKSN Merauke;
g. Pengembangan balai-balai latihan kerja untuk meningkatkan mengelola komoditas unggulan lokal yang berorientasi pasar ke negara tetangga di kawasan perbatasan Papua dan Papua Barat.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
33
A U P A P U A L U P H A Y A L I W L 9 A 1 3 0 . G 2 2 G N I R T 5 A R 1 B E 0 2 T M A H G A R E A D N A R A B E S A T E P
34
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
A U P A P U A L U P H A Y A L I W L A 6 . G 2 G L N E I B T A R T E T H A R E A D L I F O R P
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
35
36
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
3. Penguatan Konektivitas dan Sislognas Peningkatan konektivitas kawasan perbatasan baik ke pusat pertumbuhan maupun konektivitas dengan negara tetangga Papua Nugini dan Australia, yang dilakukan dengan: a.
Pembangunan ruas jalan strategis Waropko-Oksibil di Kabupaten Pegunungan Bintang;
b.
Peningkatan konektivitas dengan membangun sistem jaringan jalan lokal di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) dan antar Lokpri yang saling terhubung dengan pusat kegiatan ekonomi;
c.
Peningkatan intensitas dan pelayanan keperintisan yang menghubungkan pulau-pulau di kawasan perbatasan negara, termasuk pulau kecil terluar berpenduduk di Wilayah Papua, khususnya di Kepulauan Ayau dan Supiori, serta konektivitasnya dengan sistem transportasi laut nasional dan internasional;
d.
Pengembangan dermaga keperintisan pada pulau-pulau kecil terluar berpenduduk di Kepulauan Ayau dan Supiori;
e.
Penjaminan ketersedian logistik, khususnya untuk pulaupulau kecil terluar berpenduduk;
f.
Pengembangan pusat pelayanan transportasi sungai, laut, dan udara internasional di PKSN Jayapura, PKSN Merauke, PKSN Tanah Merah;
g.
Penyediaan infrastruktur dasar kewilayahan terutama jalan, listrik, air bersih, dan telekomunikasi di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri).
4. Penguatan Kemampuan SDM dan Iptek Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di kawasan perbatasan negara di Wilayah Papua, yang dilakukan dengan: a. Pengembangan dan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan kejuruan dan keterampilan berbasis sumberdaya lokal (pertanian, perkebunan, perikanan tangkap, dan pertambangan) di kawasan perbatasan Papua dan Papua Barat; b. Pengembangan sekolah bertaraf internasional, serta berasrama di Kawasan Perbatasan Keerom, Boven Digoel, dan Merauke; Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
37
c.
Peningkatan akses pelayanan sosial dasar (pendidikan dan kesehatan) di kawasan perbatasan negara, khususnya di distrik-distrik terdepan dan terisolir dengan penyediaan sarana prasarana sesuai karakteristik geografis wilayah untuk meningkatkan SDM penduduk yang berkualitas;
d. Peningkatan tenaga pendidikan dan kesehatan yang handal, serta penyedian insentif, serta sarana prasarana penunjang yang memadai khususnya di Distrik-Distrik terdepan dan terisolir; e. Peningkatan kapasitas aparatur wilayah perbatasan melalui penerapan kebijakan wajib tugas belajar dan pelatihan teknis, agar diperoleh sumberdaya aparatur yang memiliki kemampuan dan merumuskan kebijakan pengelolaan kawasan perbatasan dan pelayanan yang diperlukan oleh masyarakat perbatasan; f.
Pengembangan teknologi tepat guna dalam menunjang pengembangan kawasan perbatasan di Wilayah Papua.
5. Penguatan Regulasi dan Insentif Dalam upaya mendukung pengembangan kawasan perbatasan negara, harmonisasi regulasi agar afirmasi terhadap pengembangan kawasan perbatasan. Beberapa regulasi yang kurang harmonis dalam mendukung afirmasi terhadap pengembangan kawasan perbatasan sebagai berikut:
38
a.
Akses masyarakat perbatasan yang tinggal di kawasan lindung untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di dalamnya, serta untuk kemudahan pembangunan infrastruktur yang melalui hutan lindung;
b.
Regulasi pengelolaan lintas batas;
c.
Regulasi Perdagangan lintas batas, Perjanjian kerjasama antara RI-Australia, maupun RI-Papua New guinea dalam pengembangan kawasan perbatasan negara;
d.
Regulasi untuk memberikan kewenangan yang lebih luas (asimetrik) kepada Pemerintah Pusat untuk menyediakan sumber daya air, pengelolaan jalan non status, dan pelayanan pendidikan dan kesehatan di kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar;
e.
Penciptaan iklim investasi yang kondusif di kawasan perbatasan;
f.
Pembagian kewenangan atau urusan antar jenjang pemerintah: pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam pengelolaan kawasan perbatasan;
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
g.
Kelembagaan pengelola perbatasan yang memiliki otoritas penuh untuk mengelola pos-pos lintas batas negara;
h.
Pemberian kewenangan khusus bagi pemerintahan kecamatan di wilayah perbatasan (Lokpri) dalam bentuk desentralisasi asimetrik dengan penetapan daerah khusus untuk akselerasi pembangunan dan efektivitas peningkatan kualitas pelayanan publik;
i.
Penyusunan Rencana Tata Ruang termasuk Detail Tata Ruang Kawasan Perbatasan di Papua dan Papua Barat;
j.
Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Tahun 2015-2019 menjadi acuan bagi Kementerian/Lembaga dan Pemerintahan Daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan negara.
Adapun sebaran lokasi prioritas pengembangan kawasan perbatasan dapat dilihat pada Tabel 2.7 dan Gambar 2.4. TABEL 2.7 DAFTAR LOKASI PRIORITAS PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN WILAYAH PAPUA
No.
Kabupaten/Kota
Kecamatan Lokasi Prioritas
1
Kab. Merauke
Eligobel, Muting, Sota, Ulilin, Naukenjeri
2
Kab. Boven Digoel
Mindiptana, Tanah Merah, Jair, Waraopko
3
Kab. Pegunungan Bintang
Batom, Iwur, Kiwirok, Pepera, Oksomol, Tarub, Murkim, Kiwirok Timur, Mufinop
4
Kab. Keerom
Web, Senggi, Waris, Arso Timur, Towe
5
Kota Jayapura
Muara Tami, Jayapura Utara
6
Kab. Supiori
Supiori Barat, Supiori Utara, Kep.Aruri
7
Kab. Raja Ampat
Kep. Ayau, Ayau
Sumber : Bappenas, 2014
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
39
9 1 0 2 5 1 0 2 A U P A P U A L U P H A Y A L I W N A S A T A B R E 4 . P 2 N R A A S A B W M A A K G ) I R P K O L ( S A T I R O I R P N A R A B E S A T E P
40
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
2.5.4 Penanggulangan Daerah Bencana Wilayah Papua yang terdiri dari Provinsi Papua dan Papua Barat merupakan pertemuan dari tiga lempeng aktif (Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Filipina) sehingga rawan terhadap bencana gerakan tanah dan gempa bumi. Daratan Provinsi Papua merupakan daratan yang terbentuk akibat pergerakan aktif antara lempeng pasifik dan Indo-Australia yang menyebabkan banyak terdapat patahan aktif dan gunung-gunung, Di bagian utara wilayah Provinsi Papua Barat terdapat patahan yang paling aktif di Indonesia, yaitu patahan Sorong sehingga di wilayah Provinsi Papua Barat sering mengalami gempa bumi. Jenis ancaman bencana yang dominan di pulau Papua adalah banjir, longsor, gempa bumi, dan tsunami. Indeks Risiko Bencana yang tinggi di Wilayah Papua dapat disebabkan tingkat ancaman (hazard ) yang tinggi, tingkat kerentanan sedang bila dinilai dari potensi penduduk terpapar dan potensi kerugian fisik (exposures) dan tingkat kapasitas rendah di bidang kelembagaan, peringatan dini, mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Berdasarkan DIBI yang merekam kejadian bencana 1815-2014, berbagai kejadian bencana di Pulau Papua telah mengakibatkan 1.965 orang meninggal dunia, 4.584 orang luka-luka, 6.371 orang hilang, 100.189 orang mengungsi dan 10.522 rumah yang hancur/rusak. Dalam mendukung pengembangan wilayah Papua, maka arah kebijakan penanggulangan bencana di Wilayah Papua diarahkan untuk mengurangi indeks risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan yang memiliki indeks risiko tinggi bencana dan meningkatkan ketangguhan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi bencana. Strategi untuk melaksanakan arah kebijakan tersebut adalah: 1. Internalisasi pengurangan risiko bencana pembangunan berkelanjutan, melalui: a. Pengarusutamaan pengurangan risiko perencanaan pembangunan daerah.
dalam
kerangka
bencana
dalam
b. Pengenalan, pengkajian dan pemantauan risiko bencana melalui penyusunan kajian dan peta risiko skala 1:50.000 pada kabupaten sasaran dan skala 1:25.000 untuk kota sasaran dengan memperhatikan indikator risiko iklim. c.
Integrasi kajian dan peta risiko bencana dalam penyusunan dan review rencana tata ruan provinsi/kabupaten/kota.
d. Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB)
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
41
daerah dan Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD PRB). e. Harmonisasi kebijakan dan bencana di pusat dan daerah. f.
regulasi
penanggulangan
Penyusunan rencana kontinjensi bencana alam banjir, longsor, gempa bumi, dan tsunami sebagai panduan kesiapsiagaan dan operasi penanganan darurat bencana.
2. Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana, melalui: a.
Penguatan sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana di Kota Sorong, Jayapura, Manokwari, Kabupaten Nabire, Merauke, Sarmi dan Raja Ampat.
b.
Perbaikan kualitas hidup masyarakat di daerah pasca bencana, melalui penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana alam di Wasior Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Yapen Waropen dan pasca bencana alam lainnya.
c.
Penataan bangunan dan lingkungan permukiman yang berada di lokasi rawan bencana.
d.
Mendorong dan menumbuhkan kearifan lokal masyarakat Papua untuk pengurangan risiko bencana.
3. Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat melalui:
42
a.
Penguatan kapasitas kelembagaan penanggulangan bencana daerah.
b.
Penyediaan sistem peringatan dini bencana tsunami, longsor, banjir di Sorong, Manokwari, Nabire dan Sarmi serta memastikan berfungsinya sistem peringatan dini dengan baik.
c.
Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan rambu-rambu evakuasi) menghadapi bencana, yang difokuskan pada kawasan rawan dan risiko tinggi bencana.
d.
Pengembangan Desa Tangguh Bencana di Kota Sorong, Jayapura, Manokwari, Kabupaten Nabire, Merauke, Sarmi dan Raja Ampat guna mewujudkan Gerakan Desa Hebat.
e.
Pembangunan pusat logistik kebencanaan di Wilayah Papua, yang dapat menjangkau wilayah terpencil.
f.
Pembentukan dan penguatan kapasitas forum pengurangan
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
dan
aparatur
risiko bencana di daerah. g.
Melaksanakan simulasi tanggap darurat secara berkala untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana di Sorong, Manokwari, Nabire dan Sarmi
2.5.5 Pengembangan Tata Ruang Wilayah Papua A. Arah Kebijakan Tata Ruang Wilayah Papua 1. Kebijakan untuk mewujudkan struktur ruang Pulau Papua dengan menggunakan prinsip pusat pengembangan wilayah berbasis Kampung Masyarakat Adat, meliputi: a.
Pengintegrasian kawasan kampung masyarakat adat dalam pengembangan Wilayah Papua;
b.
Pengembangan pusat klaster;
c.
Pengembangan serta rehabilitasi prasarana dan sarana mitigasi dan adaptasi bencana untuk mengatasi indeks kerawanan dan risiko bencana yang tinggi (Tabel 2.10); dan
d.
Pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan keterkaitan antarkawasan perkotaan nasional
2. Kebijakan untuk mewujudkan kawasan berfungsi lindung paling sedikit 70 persen dari luas Pulau Papua dan kelestarian keanekaragaman hayati kelautan dunia sebagai bagian dari Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle) meliputi: a. Pemantapan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi; b. Pemertahanan kawasan hutan yang bervegetasi sesuai dengan ekosistemnya; dan c.
Pemertahanan dan pelestarian kawasan perairan yang memiliki nilai ekologis tinggi.
3. Kebijakan untuk mewujudkan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis pertanian serta perikanan yang berdaya saing dengan prinsip berkelanjutan meliputi: a. Pengembangan kawasan Merauke sebagai pusat pertanian tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan berbasis bisnis; dan b. Pengembangan kawasan minapolitan. 4. Kebijakan untuk mewujudkan Kawasan Perbatasan sebagai beranda depan negara dan pintu gerbang internasional yang berbatasan dengan Negara Papua Nugini, Negara Palau, dan Negara Australia meliputi:
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
43
a. Percepatan pengembangan Kawasan Perbatasan dengan pendekatan Pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, serta kelestarian lingkungan hidup; dan b. Pemertahanan eksistensi 9 (sembilan) PPKT sebagai titiktitik garis pangkal Kepulauan Indonesia. 5. Kebijakan untuk mewujudkan Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Pulau Papua meliputi: a. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan keamanan negara di Kawasan Perbatasan Papua;
dan
b. Pengembangan dan peningkatakan fungsi Kapet Biak dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien dan mampu berdaya saing dalam perekonomian internasional; dan c.
Pemanfaatan sumberdaya alam di Kawasan Timika secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
B. Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah Papua I.
Struktur Ruang Wilayah 1. Strategi untuk pengintegrasian kawasan Kampung Masyarakat Adat dengan mengintegrasikan kawasan Kampung Masyarakat Adat dalam pengembangan sentra produksi, kawasan perkotaan nasional, serta prasarana dan sarana wilayah. Struktur perkotaan nasional yang akan dikembangkan pada periode 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 2.8. 2. Strategi untuk pengembangan pusat klaster, meliputi: a. Mengembangkan kawasan sebagai pusat klaster; dan
perkotaan
nasional
b. Mendorong pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri komoditas unggulan. 3.
Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan keterkaitan antarkawasan perkotaan nasional, meliputi: a. Mengembangkan dan memantapkan jaringan prasarana dan sarana transportasi sesuai dengan kondisi dan karakteristik kawasan; b. Mengembangkan jaringan transportasi antarmoda untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah;
44
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
c.
Mengembangkan dan meningkatkan jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan serta bandar udara untuk melayani angkutan keperintisan; dan
d. Mengembangkan jaringan jalan serta jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan yang membuka akses kampung masyarakat adat. Prioritas lokasi pengembangan pusat kegiatan pada periode 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 2.8. TABEL 2.8 PRIORITAS LOKASI PENGEMBANGAN PUSAT KEGIATAN PULAU PAPUA PERIODE 2015-2019
Provinsi
Pusat Kegiatan dalam RTRWN PKN
PKW
Papua Barat
Sorong (I/C/1)
Papua
Timika (I/C/1) Jayapura (I/C/1)
Fak-Fak (I/C/1) Manokwari (I/C/1) Ayamaru (II/C/1) Biak (I/C/1) Nabire (II/C/1) Muting (II/C/2) Bade (II/C/2) Merauke (I/C/1) Sarmi (II/C/2) Arso (I/C/1) Wamena (II/C/1)
PKSN
Jayapura (I/A/1) Tanah Merah (I/A/1) Merauke (I/A/1)
Sumber : Diolah, Bappenas 2014 II. Pengembangan Kawasan Lindung 1. Strategi untuk pemantapan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi, meliputi: a. Mempertahankan dan merehabilitasi fungsi ekologis kawasan suaka alam dan pelestarian alam dengan memperhatikan keberadaan Kampung Masyarakat Adat; dan Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
45
b.
Mengembangkan nilai ekonomi dan jasa lingkungan pada kawasan suaka alam dan pelestarian alam.
2. Strategi pemertahanan kawasan hutan yang bervegetasi sesuai dengan ekosistemnya, dilakukan dengan: 3. Strategi pemertahanan dan pelestarian kawasan perairan yang memiliki nilai ekologis tinggi adalah dengan mengendalikan kegiatan budidaya di laut yang mengancam keanekaragaman hayati laut. a. Mempertahankan dan meningkatkan fungsi ekologis kawasan hutan lindung dengan memperhatikan keberadaan Kampung Masyarakat Adat; b. Mempertahankan, merehabilitasi, dan meningkatkan fungsi kawasan peruntukan hutan untuk meningkatkan kesejahteraan Kampung Masyarakat Adat; dan c.
Mengendalikan alih fungsi kawasan peruntukan hutan untuk kegiatan budi daya nonhutan.
4. Strategi pemertahanan dan pelestarian kawasan perairan yang memiliki nilai ekologis tinggi adalah dengan mengendalikan kegiatan budidaya di laut yang mengancam keanekaragaman hayati laut. III.
Pengembangan Kawasan Budidaya
1. Strategi untuk pengembangan kawasan Merauke sebagai pusat pertanian tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan berbasis bisnis, meliputi: a. Mengembangkan pusat penelitian dan pengembangan produksi hasil pertanian tanaman pangan, perkebunan dan peternakan; b. Mengembangkan prasarana sumberdaya air untuk meningkatkan luasan kawasan pertanian tanaman pangan. 2. Strategi untuk pengembangan kawasan minapolitan, meliputi mengembangkan kawasan peruntukan perikanan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang didukung teknologi tepat guna dan memperhatikan kesejahteraan masyarakat. 3. Strategi perwujudan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis pertanian serta perikanan yang berdaya saing dengan prinsip berkelanjutan, dilakukan dengan: a. Mengembangkan sentra pertanian tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan yang didukung industri
46
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
pengolahan ramah lingkungan; b. Mengembangkan prasarana sumber daya air untuk meningkatkan luasan kawasan pertanian tanaman pangan; c.
Mengembangkan kawasan peruntukan industri berbasis komoditas perikanan;
d. Mengembangkan kawasan peruntukan perikanan yang dilengkapi prasarana dan sarana dengan memperhatikan kesejahteraan Kampung Masyarakat Adat. 4. Strategi percepatan pengembangan Kawasan Perbatasan dengan pendekatan pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, serta kelestarian lingkungan hidup, meliputi: a.
Mempercepat pengembangan PKSN sebagai pusat pengembangan ekonomi, pintu gerbang internasional, simpul transportasi, serta pusat promosi dan pemasaran ke negara yang berbatasan;
b.
Mengembangkan kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai perwujudan kedaulatan negara.
5. Strategi untuk pemertahanan eksistensi 9 (sembilan) PPKT sebagai titik-titik garis pangkal Kepulauan Indonesia dengan mengembangkan prasarana dan sarana transportasi penyeberangan yang dapat meningkatkan akses ke PPKT. IV.
Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dalam rangka pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) dikembangkan 3 (tiga) KSN yang mendukung pengembangan wilayah di Pulau Papua. Strategi pengembangan KSN di Pulau Papua dapat dilihat pada Tabel 2.9
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
47
TABEL 2.9 STRATEGI PENGEMBANGAN KSN DI PULAU PAPUA
No 1
2
3
KSN Kawasan Perbatasan Papua
Kawasan Timika
Kapet Biak
Tipe Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan
Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya Alam
Kepentingan Ekonomi
Strategi Pengelolaan kawasan lindung dengan memberdayakan masyarakat adat di Kawasan Perbatasan Papua
Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pertambangan yang produktif dan berdaya saing internasional di Kawasan Timika
Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Pengembangan komoditas unggulan yaitu jeruk manis, kakao, kelapa, kopi, rumput laut, buah merah, udang, teripang dan obyek pariwisata, serta mengembangkan produk-produk turunannya di Kapet Biak.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Penguatan sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi dan sistem jaringan prasarana pendukung di Kapet Biak Sumber : Diolah, Bappenas 2014
48
K/L
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
BNPP Kementerian Pertahanan
Kementerian ESDM
Kementerian Koordinator Perekonomian Bappenas
9 1 0 2 5 1 0 2 A U P A P U A L U P H A Y 5 . A 2 L I R W A A B N M A A G C N E B O K I S I R S K E D N I A T E P
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
49
TABEL 2.10 PROFIL KERAWANAN DAN RISIKO BENCANA PADA PUSAT PERTUMBUHAN DI WILAYAH PAPUA
Lokasi KAPET Biak
KI Bongrang KI Tembaga Timika KPE Wamena MIFEE Merauke Misool dan sekitarnya (Perkotaan Samate, Kawasan Minapolitan Perikanan, Kawasan Pariwisata)
Index Kerawanan (IRBI 2011)
Index Multi Risiko (IRBI 2013)
Kab. Biak Numfor Tinggi untuk banjir, longsor, tsunami Kab. Kep. Yapen tinggi untuk longsor, gempabumi Kab. Mimika tinggi untuk banjir, longsor, gempabumi Kab. Nabire tinggi untuk banjir, longsor, gempabumi Kab. Supiori tinggi untuk longsor Kab. Teluk Wondama tinggi untuk longsor dan tsunami Kab. Teluk Bintuni tinggi untuk banjir, gempabumi Kab. Waropen tinggi untuk banjir, longsor Kab. Jayapura tinggi untuk banjr, longsor Kab. Mimika tinggi untuk banjir, longsor, gempa bumi Kab. Jayawijaya tinggi untuk gempabumi Kab. Merauke sedang untuk longsor Kab. Raja Ampat tinggi untuk ancaman banjir, gempa bumi
Kab. Biak Numfor sedang Kab. Kep Yapen sedang Kab. Mimika sedang Kab. Nabire tinggi Kab. Supiori sedang Kab. Teluk Wondama tinggi Kab. Teluk Bintuni tinggi Kab. Waropen sedang
Kab. Jayapura Tinggi Kab. Mimika sedang Kab. Jayawijaya sedang Tinggi Tinggi
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Papua Sorong Timika – Kab. Mimika Jayapura
Tinggi untuk ancaman:gempa bumi, tsunami, banjir Tinggi untuk ancaman:gempa bumi, banjir Tinggi untuk ancaman: banjir, longsor
Tinggi Sedang Tinggi
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Papua Manokwari
Tinggi untuk ancaman: gempa bumi, tanah longsor, tsunami, banjir
Tinggi
Fak-fak
Tinggi untuk ancaman tanah
Sedang
50
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Lokasi
Biak – Kab. Biak Numfor Nabire Bade – Kab. Mappi Merauke Sarmi Arso – Kab. Keerom Wamena – Kab. Jayawijaya
Index Kerawanan (IRBI 2011) longsor, banjir Tinggi untuk ancaman: banjir, longsor, tsunami Tinggi untuk ancaman: gempa bumi Tinggi untuk ancaman: banjir Sedang untuk ancaman: longsor Tinggi untuk ancaman: gempa bumi, longsor, tsunami, banjir Tinggi untuk ancaman: banjir, longsor Tinggi untuk ancaman: banjir, longsor
Index Multi Risiko (IRBI 2013) Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Papua Tanah Merah – Kab. Boven Digoel Merauke Arso - Kab. Keerom
Tinggi untuk ancaman:banjir
Sedang
Sedang untuk ancaman: longsor Tinggi untuk ancaman: banjir, longsor
Tinggi Sedang
Sumber : Diolah, Bappenas 2014
2.5.6 Tata Kelola Pemerintah dan Otonomi Daerah Arah kebijakan pengembangan Wilayah Papua yakni peningkatan kapasitas pemerintah daerah yang mendorong pelestarian pembangunan berbasis masyarakat adat dan lingkungan, dengan strategi : 1.
Penguatan peran gubernur melalui sebagai wakil Pemerintah Pusat;
2.
Penguatan regulasi sinergi perencanaan dan penganggaran;
3.
Penerapan standar pelayanan dan sistem pengaduan pada tiap pemerintah daerah yang terintegrasi dengan manajemen kinerja;
4.
Penguatan peran PTSP sebagai sarana penyederhanaan pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha;
5.
penguatan mutu pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi sesuai arah dan prioritas pembangunan daerah;
6.
Peningkatan proporsi belanja modal;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
51
7.
Penataan mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer yang terintegrasi di tingkat provinsi secara on-line;
8.
Penataan mekanisme dalam proses monitoring dana transfer Otsus melalui pelibatan aktif masyarakat;
9.
Penguatan tranparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah;
kebijakan
dan
10. Perbaikan pelaksanaan kebijakan otonomi khusus 2.6
Kaidah Pelaksana Pengembangan Wilayah Papua
2.6.1 Prioritas Program Pembangunan 2.6.1.1 Provinsi Papua TABEL 2.11 KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL PROVINSI PAPUA Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Perhubungan Udara 1.
Pengembangan Bandara Sentani
2.
Perpanjangan Bandara Mopah Merauke
3.
Pembangunan Bandara Taria
4.
Pembangunan Bandara Kenyam
5.
Pembangunan Bandara Aboy
6.
Pembangunan Bandara Koroway Batu
Perhubungan Laut 1.
Pengembangan Pelabuhan Jayapura
2.
Pengembangan Pelabuhan Pomako
3.
Pengembangan Pelabuhan Serui
4.
Pembangunan Pelabuhan Bade
5.
Pembangunan Dermaga Terminal Penumpang dan Peti Kemas Pelabuhan Depapre
6.
Pengembangan Pelabuhan Nabire
7.
Pengembangan Pelabuhan Agats
8.
Pengembangan Pelabuhan Amamapare
9.
Pengembangan Pelabuhan Sarmi
10. Pengembangan Pelabuhan Waren 11. Penanganan kapasitas kargo Pelabuhan Laut Timika
52
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 12. Pembangunan terminal agribisnis, pergudangan, dan pelabuhan ekspor di Serapuh & Wogikel 13. Pengembangan Pelabuhan Merauke Jalan 1.
Pembangunan Jalan Buraka - Poletom
2.
Pembangunan Jalan Dekai - Oksibil
3.
Pembangunan Jalan Depapre - Bongkrang
4.
Pembangunan Jalan Enarotali - Tiom (240km)
5.
Pembangunan Jalan Habema - Kenyam
6.
Pembangunan Jalan Habema – Yaguru
7.
Pembangunan Jalan Jayapura - Sarmi
8.
Pembangunan Jalan Jayapura – Wamena - Mulia
9.
Pembangunan Jalan Kumbe - Okaba - Nakias
10. Pembangunan Jalan Merauke - Jagebob - Erambu 11. Pembangunan Jalan Merauke – Muting - Waropko 12. Pembangunan Jalan Merauke - Okaba - Buraka - Wanam - Bian - Wogikel 13. Pembangunan Jalan Ring Road Kota Jayapura 14. Pembangunan Jalan Tanah Miring-Jagebob-SP13 15. Pembangunan Jalan Timika – Enarotali 16. Pembangunan Jalan Timika – Potowaiburu – Wagete - Nabire 17. Pembangunan Jalan Timika-Urumuka 18. Pembangunan Jembatan Erambu-Torai 19. Pembangunan Jembatan Holtekamp 20. Pembangunan Jalan Oksibil - Waropko Ketenagalistrikan 1.
PLTM Walesi 6, 7 2x0,6 MW
2.
PLTA Orya/Genyem (On Going) 20 MW
3.
PLTU Jayapura (FTP1) - Holtekamp 2x10 MW
4.
PLTM Sinagma 4, 5 2x0,2 MW
5.
PLTM Kalibumi I 2,6 MW
6.
PLTGB Timika 8 MW
7.
PLTGB Kurik/Merauke 3x5 MW
8.
PLTU Jayapura - Holtekamp 2 2x15 MW
9.
PLTM Orya 2 10 MW
10. PLTM Kalibumi II 2x2,5 MW
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
53
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 11. PLTM Sanoba 0,3 MW 12. PLTM Mariarotu I 2x0,65 MW 13. PLTM Mariarotu II 2x0,65 MW 14. PLTU Timika 4x7 MW 15. PLTA Baliem 10 MW 16. PLTM Kalibumi III Cascade 2x2,5 MW 17. PLTA Baliem 2x20 MW 18. PLTGB Biak 1 2x6 MW 19. PLTM Tatui 2x2 MW 20. PLTMG Timika Peaker (gas) 5 MW 21. PLTM Amai 1,4 MW 22. PLTU Jayapura 2 2x15 MW 23. PLTMG Nabire (CNG/LNG) 2x5 MW 24. PLTM Walesi Blok II 6x1 MW 25. PLTU Biak (FTP2) 2x7 MW 26. PLTU Merauke (FTP2) 2x7 MW 27. PLTU Nabire (FTP2) 2x7 MW 28. PLTU Jayapura (FTP2) 2x15 MW 29. PLTU Merauke 2 2x7 MW Sumber Daya Air 1.
Pembangunan Embung di Kab. Mimika (Tersebar)
2.
Rehabilitasi dan Peningkatan Embung Makbalin Distrik Mayamuk Makbalin Rehabilitasi dan Peningkatan Embung Majaran 1 Distrik Mayamuk Majaran
3. 4.
Rehabilitasi dan Peningkatan Embung Majaran 2 Distrk Mayamuk Majaran
5.
Rehabilitasi dan Peningkatan Embung Sisipan I. Distrik Salawati
6.
Rehabilitasi dan Peningkatan Embung Sisipan II. Distrik Salawati
7.
Rehabilitasi Embung Majener I. Distrik Moisigin
8.
Rehabilitasi dan Peningkatan Embung Matawolot II . Distrik Salawati
9.
Rehabilitasi dan Peningkatan Embung Klamalu II . Distrik Aimas Klamalu
10. Pembangunan Jaringan Air Baku Warsamson (SPAM Regional) Kab. Sorong 11. Pembangunan Bendung dan Jaringan Air Baku di Kab. Raja Ampat 12. Pembangunan Bendung dan Jaringan Air Baku Ransiki di Kab. Manokwari Selatan 13. Pembangunan Intake dan Jaringan Air Baku di Kab. Sorong Selatan (tersebar)
54
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 14. Pembangunan Bendung Wanggar (2300 Ha) Nabire 15. Pengendalian Banjir Kabupaten Keerom Keerom 16. Pengendalian Banjir Distrik Bonggo Kabupaten Sarmi Sarmi 17. Pengendalian Banjir Kota Sarmi Kabupaten Sarmi Sarmi 18. Pengendalian Banjir S. Titiwuk Kabupaten Sarmi Sarmi 19. Pengendalian Banjir Sungai Yahim Kabupaten Jayapura Jayapura 20. Pengendalian Banjir Sungai Dobokurung Kabupaten Jayapura Jayapura 21. Pengendalian Banjir Distrik Lereh Kabupaten Jayapura Jayapura 22. Pengendalian Banjir Distrik Nimbokrang Kabupaten Jayapura Jayapura 23. Pengendalian Banjir Sungai Wanggar Kabupaten Nabire Nabire 24. Pengendalian Banjir Sungai Nabire Kabupaten Nabire Nabire 25. Pengendalian Banjir Sungai Musairo Kabupaten Nabire Nabire 26. Pengendalian Banjir Sungai Maryadei Kabupaten Yapen Yapen 27. Pengendalian Banjir Sungai Mantembu Kabupaten Yapen Yapen 28. Pengendalian Banjir Sungai Newi Kabupaten Yapen Yapen 29. Pengendalian Banjir Sungai Woru Kabupaten Yapen Yapen 30. Pengendalian Banjir Sungai Uwe Kabupaten Jayawijaya Jayawijaya 31. Pengendalian Banjir Sungai Elokorak Kabupaten Jayawijaya Jayawijaya 32. Pengendalian Banjir Sungai Digoel Kabupaten Boven Digoel Boven Digul 33. Pembangunan Pengaman Pantai Anggaduber Kab. Biak Numfor Biak Numfor 34. Pembangunan Pengaman Pantai Maff Kabupaten Nabire Nabire 35. Pembangunan Pengaman Pantai Sarmi Kabupaten Sarmi Nabire 36. Pembangunan Pengaman Pantai Animi Kab. Biak Numfor Biak Numfor 37. Pembangunan Pengaman Pantai Wadibu Kab. Biak Numfor Biak Numfor 38. Pembangunan Pengaman Pantai Soba Kab. Biak Numfor Biak Numfor 39. Pembangunan Pengaman Pantai Anggopi Kab. Biak Numfor Biak Numfor 40. Pembangunan Pengaman Pantai Skouw Sae Kota Jayapura Jayapura 41. Pembangunan Pengaman Pantai Warbefondi Kab. Supiori Supiori 42. Pembangunan Pengaman Pantai Maryadori Kab. Supiori Supiori 43. Pembangunan Pengaman Pantai Warpen Kab. Waropen Waropen 44. Pembangunan Pengaman Pantai Biak Kab. Biak Numfor Biak Numfor 45. Pembangunan Pengaman Pantai Skow Kota Jayapura Jayapura 46. Pembangunan Pengaman Pantai Holtekamp Kota Jayapura Jayapura 47. Pembangunan Pengaman Pantai Lampu Satu Kabupaten Merauke
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
55
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional (Lanjutan) Merauke 48. Pembangunan KTA/PAH/Bendali di Kabupaten Merauke Merauke 49. Pembangunan Embung di Kabupaten Merauke Merauke 50. Pembangunan Embung di Kabupaten Timika Merauke 51. Pembangunan Embung di Kabupaten Sarmi Merauke 52. Pembangunan Embung di Kabupaten Tolikara Tolikara 53. Pembangunan Embung di Kabupaten Boven Digul Boven Digoel 54. Pembangunan Embung di Kabupaten Lanny Jaya Lanny Jaya 55. Pembangunan Long Storage di Kabupaten Merauke Merauke 56. Pembangunan sarana tampungan air baku rawa Biru distrik Sota Merauke 57. Pembangunan jaringan dan intake Danau Sentani untuk kota Jayapura dan Kota Sentani tahap III (lanjutan) Kota Jayapura
56
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 A U P A P I S N I V O R P L A N O I S A N H A G N E 6 . N 2 E R M A A B K G M A N G A J R U T K U R T S A R F N I S I G E T A R T S N A T A I G E K
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
57
2.6.1.2 Provinsi Papua Barat TABEL 2.12 KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL PROVINSI PAPUA BARAT Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Perhubungan Udara 1.
Pengembangan Bandara Domine Eduard Osok
2.
Pengambangan Bandara Rendani
Perhubungan Laut 1.
Pengembangan Pelabuhan Kaimana
2.
Pembangunan Pelabuhan Seget
3.
Pengembangan Pelabuhan Owi
4.
Pengembangan Pelabuhan Teminabuan
5.
Pengembangan Pelabuhan Saunek
6.
Pengembangan Pelabuhan Kokas
7.
Pembangunan Faspel Laut Arar
8.
Pengembangan Pelabuhan di Sorong
9.
Pengembangan Pelabuhan Fak Fak
Jalan 1.
Pembangunan Jalan Bourof-Bofuer-Bomberai
2.
Pembangunan Jalan Fakfak -Kokas - Bomberai
3.
Pembangunan Jalan Kamiaman-Tanggarum-Sp.Wonama
4.
Pembangunan Jalan Mameh-Wendesi-Ambuni-Tandia
5.
Pembangunan Jalan Manokwari – Bintuni
6.
Pembangunan Jalan Manokwari - Kebar - Sorong
7.
Pembangunan Jalan Resei-Tandia-Sanderawoi-Bts Papua
8.
Pembangunan Jalan Sorong - Pelabuhan Arar
9.
Pembangunan Jalan Sorong-Sausafor-Werman-Mubrani-Manokwari
10. Pembangunan Jalan Tiwara-Moyana-Sp.Wonama-Wonama-Bourof 11. Pembangunan Jalan Wendesi-Idor-Tiwara 12. Pembangunan Jembatan Arar II 13. Pembangunan Jalan Lingkar Raja Ampat Ketenagalistrikan 1.
58
PLTM Prafi 2,5 MW
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 2.
PLTM Prafi II 1 MW
3.
PLTM Kombemur 2x3,3 MW
4.
PLTGB Manokwari 2x3 MW
5.
PLTM Waigo 1 MW
6.
PLTM Ransiki 6 MW
7.
PLTD Fak-Fak (Relokasi PLTD) 2x3 MW
8.
PLTA Warsamson 3x15,5 MW
9.
PLTU Andai (FTP2) 2x7 MW
10. PLTU Klalin (FTP2) 2x15 MW Sumber Daya Air 1.
Lanjutan Pembangunan Bendung Wariori di Kab. Manokwari
2.
Peningkatan Jaringan Irigasi D.I. Oransbari 3.016 Ha (Jaringan Sekunder) di Kab. Manokwari Pembangunan Jaringan Irigasi D. I Mariyat 1.500 Ha (Jaringan Primer) di Kab. Sorong
3. 4.
Pembangunan Jaringan Irigasi Rawa 750 Ha Wonosobo di Kab. Sorong
5.
Pembangunan Jaringan Irigasi Rawa 750 Ha Kampung Segun di Kab. Sorong
6.
Pembangunan Jaringan Irigasi Tambak Danau Ayamaru di Kab. Maybrat
7.
Pengendalian Banjir Sungai Aimasi Kab. Manokwari
8.
Pengendalian Banjir Sungai Ransiki Kab. Manokwari Selatan
9.
Pengendalian Banjir Sungai Wariori Kab. Manokwari
10. Pengendalian Banjir Sungai Tubhi Kab. Teluk Bintuni 11. Pengamanan Pantai Pasir Putih di Kab. Manokwari 12. Pengamanan Pantai Wosi dan Rendani di Kab. Manokwari 13. Pengamanan Pantai Kaimana di Kab. Kaimana 14. Pengamanan Pantai Rado di Kab. Teluk Wondama 15. Pengamanan Pantai Miey di Kab. Teluk Wondama 16. Pengamanan Pantai Biriosi Wirsi di Kab. Manokwari 17. Pengamanan Pantai Maruni Maripi di Kab. Manokwari 18. Pengaman Pantai di Kab. Teluk Bintuni (Tersebar) 19. Pengaman Pantai di Kab. Nabire (Tersebar) 20. Pengaman Pantai di Kab. Mimika (Tersebar) 21. Pengamanan Pantai Oransbari di Kab. Manokwari Selatan 22. Pengamanan Pantai Ransiki di Kab. Manokwari Selatan 23. Pengamanan Pantai Tanjung Kasuari Kota Sorong
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
59
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 24. Pengamanan Pantai Pulau Fani Kab. Raja Ampat 25. Pengamanan Pantai Makbon Kota Sorong 26. Pengamanan Pantai Sausapor Kab. Tambrauw 27. Pengamanan Pantai Seget Kab. Sorong 28. Pengamanan Pantai Sailolof Kab. Sorong 29. Pengamanan Pantai Kotam Kab. FakFak 30. Pembangunan Embung di Kab. Raja Ampat (tersebar) 31. Pembangunan Embung di Kab. Sorong (Tersebar) 32. Pembangunan Embung di Kab. Fak-Fak (Tersebar) 33. Pembangunan Embung di Kab. Manokwari (Tersebar) 34. Pembangunan Embung di Kab. Teluk Bintuni (Tersebar) 35. Pembangunan Embung di Kab. Nabire (Tersebar) 36. Pembangunan Embung di Kab. Sorong Selatan (Tersebar) 37. Pembangunan Embung di Kab. Kaimana (Tersebar) 38. Pembangunan Embung di Kab. FakFak (Tersebar) 39. Pembangunan Embung di Kab. Teluk Bintuni (Tersebar) 40. Pembangunan Embung di Kab. Nabire (Tersebar) 41. Pembangunan Embung di Kab. Dogiyai (Tersebar)
60
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 T A R A B A U P A P I S N I V O R P L A N O I S A N H A 7 . G 2 N E R N A E B M M A A G K G N A J R U T K U R T S A R F N I S I G E T A R T S N A T A I G E K
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
61
2.6.2
Kerangka Regulasi
Pelaksanaan pembangunan Wilayah Papua tidak terlepas dari berbagai kerangka regulasi yang perlu diperhatikan, diantaranya: a.
Regulasi pengelolaan lintas batas;
b.
Regulasi Perdagangan lintas batas, Perjanjian kerjasama antara RI-Australia, maupun RI-Papua New guinea dalam pengembangan kawasan perbatasan negara;
c.
Regulasi yang berkaitan dengan pengelolaan Dryport ;
d.
Regulasi untuk memberikan kewenangan yang lebih luas (asimetrik) kepada Pemerintah Pusat untuk menyediakan sumber daya air, pengelolaan jalan non status, dan pelayanan pendidikan dan kesehatan di kawasan perbatasan dan pulaupulau kecil terluar;
e.
Penyusunan Rencana Tata Ruang termasuk Detail Tata Ruang Kawasan Perbatasan di Papua dan Papua Barat.
f.
Harmonisasi peraturan perundangan terkait dengan iklim investasi, diantaranya adalah PP. Nomor 147 Tahun 2000 Tentang Perlakuan Perpajakan di KAPET;
g.
Peraturan perundangan terkait pelimpahan kewenangan ijin investasi pada kawasan-kawasan ekonomi khusus dan kawasan industri nasional lainnya di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat;
h.
Regulasi untuk mengatur pemanfaatan tanah ulayat;
i.
Penyelesaian peninjauan kembali Perpres No. 57/2014 tentang RTR Pulau Papua.
2.6.3 Kerangka Kelembagaan Pelaksanaan pembangunan Wilayah Papua tidak terlepas dari berbagai kerangka kelembagaan yang perlu diperhatikan, diantaranya: a. Penciptaan iklim perbatasan;
investasi
yang
kondusif
di
kawasan
b. Pembagian kewenangan atau urusan antar jenjang pemerintah: pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam pengelolaan kawasan perbatasan; c. Kelembagaan pengelola perbatasan yang memiliki otoritas penuh untuk mengelola pos-pos lintas batas negara; d. Pengkhususan pemberian kewenangan bagi pemerintahan kecamatan di wilayah perbatasan (Lokpri) dalam bentuk 62
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
desentralisasi asimetrik dengan penetapan daerah khusus untuk akselerasi pembangunan dan efektivitas peningkatan kualitas pelayanan publik; e. Pelimpahan kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan instansi terkait kepada pengelola kawasan strategis nasional dan kawasan-kawasan industri lainnya; f.
Melaksanakan sosialisasi terkait dengan pemanfaatan lahan sebagai peruntukan investasi di KAPET Biak dan dan MIFEE di Merauke;
g. Memberikan pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di bidang perizinan perindustrian, perdagangan, pertanahan di KAPET Biak dan MIFEE di Merauke; h. Penyiapan kemampuan pengelolaan investasi pada usulan KEK di provinsi Papua dan Papua Barat; i.
Melakukan deliniasi hak ulayat pada kawasan kawasan strategis yang dikembangkan sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.
j.
Pengembangan koordinasi Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRD) Provinsi di Pulau Papua dalam melaksanakan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
63
BAB III ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH KEPULAUAN MALUKU
3.1.
Capaian Kinerja Saat Ini Berdasarkan data BPS dari tahun 2009 hingga Triwulan II tahun 2014, kinerja pertumbuhan ekonomi provinsi di Wilayah Kepulauan Maluku mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Rata-rata pertumbuhan Wilayah Kepulauan Maluku selama kurun waktu 2009-2013 sebesar 6,4 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,9 persen. Sementara itu, peranan Wilayah Kepulauan Maluku dalam pembentukan PDB nasional mengalami peningkatan dari 0,25 persen (2009) menjadi 0,28 persen (Triwulan II 2014). Pemerintah Provinsi di Wilayah Kepulauan Maluku telah cukup berhasil dalam menurunkan jumlah penduduk miskin tahun 2009 sebesar 20,86 persen hingga 2014 (Maret) sebesar 14,32 persen akan tetapi masih berada di atas angka kemiskinan nasional sebesar 14,15 persen (2009) dan 11,25 persen (Maret 2014). Demikian halnya dengan pencapaian tingkat pengangguran terbuka (TPT). Pemerintah Provinsi di Wilayah Kepulauan Maluku juga telah berhasil menurunkan TPT tetapi berada diatas TPT nasional sebesar 8,99 persen (2009) dan 6,21 persen (Feb, 2014), kecuali di Provinsi Maluku Utara. Dari sisi peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka di Wilayah Kepulauan Maluku dapat dikatakan sudah cukup baik. Hal ini diindikasikan dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari tahun ke tahun pada masing-masing provinsi di Wilayah Kepulauan Maluku. Namun demikian, pencapaian IPM di Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara masih perlu ditingkatkan karena masih di bawah IPM nasional sebesar 71,76 (2009) dan 73,81 (2013).
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
111
Dari sisi distribusi pendapatan antar golongan masyarakat, seluruh provinsi di Wilayah Kepulauan Maluku mengalami kenaikan kesenjangan pendapatan antar golongan. Hal ini diindikasikan dari angka Rasio Gini provinsi-provinsi di wilayah Kepulauan Maluku lebih tinggi dibandingkan Rasio Gini Nasional sebesar 0,37 (2009) dan 0,41 (2013). Kedepan, hal ini perlu mendapatkan perhatian agar proses pembangunan terus lebih melibatkan masyarakat secara inklusif, sehingga hasil-hasil pembangunan tersebut dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat.
3.2.
Potensi dan Keunggulan Wilayah
Perekonomian Wilayah Kepulauan Maluku berpotensi pada dua sektor utama, yakni sektor pertanian terutama perikanan, dan sektor pertambangan terutama nikel dan tembaga.
Potensi perikanan Wilayah Kepulauan Maluku menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen makanan laut terbesar di Asia Tenggara. Kemudian dalam konteks global, berdasarkan potensi sumber daya alam yang dimiliki, Wilayah Kepulauan Maluku dikenal sebagai produsen skala besar komoditas perikanan dan pertambangan di Indonesia (terutama Provinsi Maluku Utara). Potensi terbesar dari sektor perikanan dan kelautan Wilayah Kepulauan Maluku berasal dari perikanan tangkap. Produksi perikanan tangkap dan budidaya tahun 2012 mecapai 688.241 ton dan untuk perikanan budidaya sebesar 600.383 ton. Dalam hal produksi perikanan tuna, Wilayah Kepulauan Maluku menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil tuna terbesar, dengan peringkat ketiga dunia. Selain potensi perikanan dan kelautan, Wilayah Kepulauan Maluku memiliki potensi pertambangan dan energi yang cukup besar, terutama untuk nikel dan tembaga. Wilayah Kepuluan Maluku merupakan penyumbang terbesar pertambangan nikel di Indonesia dengan cadangan nikel sebesar 39 persen dan tembaga sebesar 92.48 persen dari total nasional. Nikel dan tembaga merupakan sumber daya
112
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
alam yang cukup potensial di Wilayah Kepulauan Maluku, namun belum memiliki hasil produksi yang bernilai tambah dan berdaya saing tinggi. Hasil ekstraksi produk tambang nikel dan tembaga secara umum dilakukan tanpa melalui proses pengolahan untuk memberikan nilai tambah bagi hasil produksi, sehingga kontribusi sektor-sektor tersebut dalam memajukan perekonomian lokal kurang optimal. Hal ini merupakan peluang investasi bagi investor untuk pengembangan usaha di sektor pertambangan di Wilayah Kepulauan Maluku. 3.3.
Tema Pengembangan Wilayah Kepulauan Maluku
Berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah Kepulauan Maluku, maka tema besar Pembangunan Wilayah Kepulauan Maluku sebagai "produsen makanan laut dan lumbung ikan nasional dengan percepatan pembangunan perekonomian berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri berbasis komoditas perikanan; serta pengembangan industri pengolahan berbasis nikel, dan tembaga." 3.4.
Tujuan dan Sasaran Kepulauan Maluku
Pengembangan
Wilayah
Tujuan pengembangan Wilayah Kepulauan Maluku tahun 2015-2019 adalah mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Kepulauan Maluku dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah, melalui: (a) pengembangan komoditas perikanan tangkap dan budidaya, (b) pengembangan sektor pertambangan khususnya komoditas nikel dan tembaga, (c) peningkatan SDM dan ilmu dan teknologi secara terus menerus. Adapun sasaran pengembangan Wilayah Kepulauan Maluku pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1.
Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi Wilayah Kepulauan Maluku, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di koridor ekonomi dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah,
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
113
termasuk diantaranya adalah pengembangan 2 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), 4 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET). 2.
Sementara itu, untuk menghindari terjadinya kesenjangan antar Wilayah Kepulauan Maluku, maka akan dilakukan pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran sebanyak 10 Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaran outcome: (a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal sebesar 7,3 persen; (b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 13,4 persen; dan (c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 72,0.
3.
Untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kawasan perkotaan di Maluku, maka akan dilakukan optimalisasi peran 2 kota otonom berukuran sedang sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dalam bentuk Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai pendukung pengembangan kawasan perbatasan negara.
4.
Sesuai dengan amanat UU 6/2014 tentang Desa, maka akan dilakukan pembangunan perdesaan dengan sasaran berkurangnya jumlah desa tertinggal sedikitnya 140 desa atau meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 50 desa.
5.
Meningkatkan keterkaitan desa-kota, dengan memperkuat 3 pusat-pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
6.
Dalam rangka mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, maka akan dikembangkan 4 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong pengembangan kawasan sekitarnya.
7.
Sasaran untuk Otonomi Daerah adalah: 1) Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 20% untuk propinsi dan 7% untuk kabupaten/kota; (2) Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD propinsi
114
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
sebesar 30% dan untuk Kabupaten/Kota sebesar 30% pada tahun 2019 serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; (3) Meningkatnya jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) sebanyak 2 provinsi dan 5 kabupaten/kota di wilayah Maluku; (4) Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar 50% dan S2-S3 sebesar 5%; (5) Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah Maluku sebesar 30 angkatan; (6) Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; (7) Meningkatnya persentase jumlah PTSP sebesar 85%; (8) Meningkatnya persentase jumlah perizinan terkait investasi yang dilimpahkan oleh kepala daerah ke PTSP sebesar 75%; (9) Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah; (10) terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on-line di wilayah Maluku. 8.
Sasaran penanggulangan bencana adalah mengurangi indeks risiko bencana pada 2 PKN (Kota Ambon dan Kota Ternate) dan 3 PKW (Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kabupaten Maluku Tengah serta 1 PKSN (Morotai) yang memiliki indeks risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai KAPET, KSN atau PKSN.
Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019, pembangunan Wilayah Kepulauan Maluku semakin meningkat. Hal ini dicerminkan dengan makin meningkatnya kontribusi PDRB wilayah Kepulauan Maluku terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 0.28 persen (2014) menjadi 0.33 persen. Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kepulauan Maluku. Secara rinci pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran dalam kurun waktu 2015-2019 diwilayah Kepulauan Maluku dapat dilihat pada Tabel 3.1 sampai dengan Tabel 3.3 sebagai berikut.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
115
Tabel 3.1. Sasaran Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kepulauan Maluku Per Provinsi Tahun 2015-2019 Provinsi
Pertumbuhan Ekonomi (Persen) 2015 2016 2017 2018 2019 Maluku 6,9 - 7,0 7,1 - 7,4 8,0 - 8,6 8,1 - 8,7 8,2 - 9,0 Maluku Utara 5,9 - 6,0 6,2 - 6,4 6,8 - 7,3 7,2 - 7,8 7,4 - 8,2 Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
Tabel 3.2. Sasaran Tingkat Kemiskinan Wilayah Kepulauan Maluku Per Provinsi Tahun 2015-2019 Provinsi
Tingkat Kemiskinan (Persen) 2015 2016 2017 2018 2019 Maluku 17,7 - 17,4 16,9 - 16,2 15,1 - 14,2 13,2 - 12,2 10,5 - 9,5 Maluku Utara 6,0 - 5,9 5,7 - 5,5 5,1 - 4,8 4,5 - 4,1 3,5 - 3,2 Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
Tabel 3.3. Sasaran Tingkat Pengangguran Wilayah Kepulauan Maluku Per Provinsi Tahun 2015-2019 Provinsi
Tingkat Pengangguran (Persen) 2015 2016 2017 2018 2019 Maluku 6,2 - 6,1 6,0 - 5,8 5,8 - 5,4 5,6 - 5,1 5,4 - 4,9 Maluku Utara 4,8 - 4,7 4,7 - 4,5 4,5 - 4,2 4,3 - 4,0 4,1 - 3,8 Sumber : Perhitungan Bappenas, 2014
116
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
3.5.
Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Kepulauan Maluku
3.5.1. Pengembangan Kawasan Strategis Kebijakan pembangunan kawasan strategis bidang ekonomi di Wilayah Kepulauan Maluku diarahkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang memiliki skala ekonomi dengan orientasi daya saing nasional dan internasional berbasis pengembangan produsen makanan laut dan lumbung ikan nasional, diarahkan untuk pengembangan industri berbasis komoditas perikanan serta pengembangan industri pengolahan berbasis nikel, dan tembaga. Persebaran kawasan strategis berada di beberapa provinsi, meliputi: (1) Provinsi Maluku terdapat Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Seram; (2) Provinsi Maluku Utara terdapat satu kawasan strategis, yaitu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Morotai di Kabupaten Pulau Morotai; dan (3)Provinsi Maluku sebagai Kawasan Industri pengolahan perikanan dan perkebunan; Percepatan pembangunan kawasan strategis dilakukan melalui strategi sebagai berikut: 1. Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah di Koridor Ekonomi Maluku Pengembangan potensi ekonomi wilayah dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan dan memberdayakan masyarakat berbasis komoditas unggulan lokal. Pengembangan potensi berbasis komoditas unggulan lokal ini diupayakan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas unggulan. Adapun strategi untuk dapat meningkatkan pengembangan potensi ekonomi wilayah yaitu: a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Menyiapkan kawasan pengembangan komoditas perikanan dan pariwisata bernilai tambah tinggi; Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
117
b) Mengembangkan pusat-pusat industri pengolahan produk perikanan, jasa pariwisata dan logistik berdaya saing internasional; c) Meningkatkan produktivitas hasil olahan perikanan di dalam dan sekitar pusat industri. b. Kawasan Pengembangan Terpadu (KAPET) Dalam rangka mendukung pemerataan pertumbuhan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam lokal dan memiliki daya saing tinggi, maka diperlukan strategi sebagai berikut: a) Menyiapkan kawasan pengelolaan klaster-klaster komoditas unggulan kawasan berupa perikanan tangkap (ikan pelagis dan ikan demersal) dan perkebunan (kelapa, cengkeh, pala, cokelat, dan kopi); b) Meningkatkan produktivitas produk kelapa, kakao, cengkih, dan pala.
turunan dari
2. Percepatan Penguatan Konektivitas Peningkatan konektivitas antara pusat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku dan Maluku Utara dengan daerah sekitarnya yaitu daerah tertinggal (Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Maluku Tengah), kawasan minapolitan (P. Geser, P. Gorom, P. Boano), kawasan agropolitan (Kaloa, Warasiwa), kawasan industri yang direncanakan di Masohi, serta KEK Morotai sebagai penunjang dalam peningkatan kinerja pembangunan ekonomi kawasan dilakukan melalui: a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Pengembangan dan rehabilitasi Bandar Udara Morotai, Bandar Udara di Tual, dan Bandar Udara Sultan Babullah di Ternate; b) Pengembangan Pelabuhan Sofifi-Kaiyasa; c) Pembangunan terminal tipe A di Sofifi. b. Kawasan Pengembangan Terpadu (KAPET)
118
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
a) Pembangunan fasilitas Pelabuhan Pelabuhan Tobelo, Pelabuhan Pelabuhan Labuha/Babang;
Laut Ambon, Matui-Jailolo,
b) Pembangunan dermaga kapal di Waisamu, Pelabuhan Pengumpul Dokyar, Pelabuhan Areate, dermaga laut di Makariki, pelabuhan kontainer di Passo, dermaga penyeberangan Fatkayon, dermaga penyeberangan Gane Timur, dermaga penyeberangan Bicoli-Maba Selatan, dermaga penyeberangan Weda, dan dermaga Ferry Airmanang; c)
Pengembangan Pelabuhan Sofifi-Kaiyasa, Pelabuhan Subaim; Pelabuhan Malbufa, Pelabuhan Tikong, Pelabuhan Wayaluar-Obi; Pelabuhan Saketa; Pelabuhan Bosua;
d) Pengembangan dan rehabilitasi Bandar Udara Oesman Sadik Labuha, dan Lapangan Terbang Kawa. 3. Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Meningkatkan kualitas SDM Badan Pengelola dan Administratur KEK Morotai dan Pengelola Kawasan Industri di Maluku dalam bidang perencanaan, penganggaran, dan pengelolaan kawasan; b) Pengembangan sarana prasarana pendidikan dan tenaga terampil untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, khususnya di bidang perikanan, perkebunan, perdagangan, dan logistik; c)
Penyiapan tenaga kerja berkualitas di sekitar kawasan dalam bidang industri pengolahan berteknologi tinggi;
d) Peningkatan koordinasi antara Badan Pengelola KEK, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah; e) Pembangunan Science Park berteknologi tinggi sebagai sarana peningkatan kualitas SDM kawasan. b. Kawasan Pengembangan Terpadu (KAPET)
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
119
a) Meningkatkan kualitas SDM Badan Pengelola KAPET Seram di bidang perencanaan, penganggaran, dan pengelolaan kawasan; b) Memberikan pembinaan kelembagaan yang mendukung perubahan pola pikir bisnis berorientasi daya saing secara komparatif dan kompetitif; c) Pengembangan sarana prasarana pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM pengelola komoditas unggulan agroindustri, peternakan, perikanan, distribusi dan pemasaran; d) Pembangunan Technology Park bidang pangan dan maritim untuk meningkatkan inovasi teknologi. 4. Penguatan Regulasi bagi Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Penerapan regulasi insentif fiskal yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan kompetitif, antara lain fasilitas fiskal disemua bidang usaha, pembebasan PPN dan PPNBM untuk bahan dan barang impor yang akan diolah dan digunakan di KEK; b) Membuat regulasi terkait dengan pelimpahan kewenangan antara pusat, daerah, dan instansi terkait kepada administrator kawasan-kawasan pertumbuhan; c) Memberikan pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi secara Elektronik (SPIPISE) bidang perindustrian, perdagangan, pertanahan, penanaman modal. b. Kawasan Pengembangan Terpadu (KAPET) a) Harmonisasi peraturan perundangan terkait dengan iklim investasi, diantaranya adalah PP Nomor 147 Tahun 2000 Tentang Perlakuan Perpajakan di KAPET;
120
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
b) Membuat regulasi terkait dengan pembagian kewenangan antara Kabupaten/Kota di pusat-pusat pertumbuhan; c)
Melaksanakan sosialisasi terkait dengan pemanfaatan lahan sebagai peruntukan investasi.
3.5.2. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan 3.5.2.1.
Pengembangan Kawasan Perkotaan
Arah kebijakan pengembangan kawasan perkotaan di Wilayah Maluku diprioritaskan pada peningkatan keterkaitan dan manfaat antar kota dan desa dengan kota, melalui penguatan Sistem Perkotaan Nasional (SPN) berbasis kepulauan melalui optimalisasi 2 kota sedang yakni Ambon dan Ternate sebagai pusat pertumbuhan ekonomi skala Provinsi dalam bentuk Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Untuk itu, pengembangan kawasan perkotaan di Wilayah Maluku juga diarahkan pada upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik dan pengembangan perekonomian berbasis potensi lokal pada bidang perikanan yang didukung bidang perdagangan jasa dan pengangkutan intermoda (pembangunan transhipment point )untuk meningkatkan konektivitas antara kawasan strategis dengan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL), serta pembangunan pusat pelayanan administrasi pelintas batas negara dan antar pulau. Strategi pembangunan perkotaan Wilayah Kepulauan Maluku tahun 2015-2019 yaitu: 1.
Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN) a. Mengembangkan 2 kota sedang di pulau Maluku, yakni Ambon dan Ternate dengan peran sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dalam bentuk Pusat Kegiatan Nasional (PKN) serta sebagai pendukung pengembangan kawasan perbatasan negara; b. Meningkatkan konektivitas antar pusat kegiatan maupun antar pulau melalui pengembangan sistem transportasi
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
121
berbasis udara dan kemaritiman salah satunya dengan peningkatan kapasitas pelabuhan di Ambon 2.
Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota layak huni yang aman dan nyaman pada kawasan metropolitan dan kota sedang di luar Jawa termasuk kawasan perbatasan, kepulauan, dan pesisir . a. Peningkatan aksesibilitas antar kota melalui penyediaan sarana transportasi umum antarmoda khususnya transportasi laut dan udara secara terpadu dan optimal; b. Percepatan pemenuhan dan peningkatan pelayanan sarana prasarana permukiman c. Penyediaan dan peningkatan sarana prasarana ekonomi, pengembangan jalur pariwisata dan distribusi-koleksi kegiatan ekonomi wilayah yang mampu mengakomodasi pasar tradisional, sektor informal termasuk kegiatan koperasi dan Usaha Mikro kecil Menengah (UMKM) serta dapat mendukung kegiatan KAPET dan pengembangan ekonomi kawasan perbatasan untuk kota Ambon; d. Peningkatan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sosial budaya melalui pengembangan sarana prasarana dan tenaga terampil di bidang kesehatan, pendidikan, dan sosial; dan e. Peningkatan keamanan kota melalui pencegahan, penyediaan fasilitas dan sistem penanganan kriminalitas dan konflik, serta meningkatkan modal sosial masyarakat kota.
122
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 N M J P R u k u l a M n a u a l u p e . K 1 . h 3 a y r l a a i b W m a n a G h u b m u t r e P t a s u P t a s u P i s a k o L a t e P
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
123
3.
Perwujudan Kota Hijau yang Berketahanan Iklim dan Adaptif terhadap Bencana Kota yang dibangun dengan memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber daya air, energi dan ruang kota yang memperhatikan dan menjamin kesehatan lingkungan kota serta mensinergikan lingkungan alami dan lingkungan buatan kota untuk dapat mengembangkan ketahanan kota terhadap perubahan iklim. Perwujudan kota hijau yang berketahanan iklim dan bencana melalui: a. Perwujudan penyelenggaraan ruang yang efisien dan berkeadilan serta ramah lingkungan; b. Meningkatkan kapasitas masyarakat untuk tanggap, siap, dan tahan terhadap terjadinya bencana sehingga mampu kembali pada kondisi semula (urban resilience); c. Pembangunan infrastruktur mitigasi terhadap bencana alam untuk melindungi aset-aset sosial ekonomi; d. Penyelenggaraan tindakan preventif dalam penanganan bencana alam berdasarkan siklus bencana, pengawasan terhadap pelaksanaan rencana tata ruang; e. Pengembangan konsep green open space (ruang terbuka hijau), green waste (pengelolaan sampah dan limbah melalui 3R ) dan green water (efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan air permukaan) untuk pengurangan tingkat pencemaran di darat dan laut.
4.
Peningkatkan Kapasitas Tata Kelola Pembangunan Perkotaan a. Penyediaan sistem, peraturan dan prosedur dalam birokrasi kepemerintahan kota yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat kota berkelanjutan; b. Peningkatan kapasitas pemimpin kota yang visioner dan kapasitas aparatur pemerintah dalam membangun dan mengelola kota berkelanjutan, baik melalui kota layak dan nyaman, kota hijau, maupun kota cerdas, melalui pendidikan, pelatihan dan pembinaan secara bersikenambungan;
124
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
c. Penyederhanaan proses perijinan dan berusaha bagi para pelaku ekonomi termasuk pelayanan terpadu satu pintu (PTSP); d. Pengembangan kelembagaan pembangunan antar kota.
dan
kerjasama
e. Pengembangan dan penyediaan pusat data informasi perkotaan terpadu yang mudah diakses; f. Peningkatan peran swasta, organisasi masyarakat, dan organisasi profesi secara aktif, baik dalam forum dialog perencanaan dengan pemerintah dan masyarakat perkotaan, maupun dalam pembangunan kota berkelanjutan, seperti: pembangunan infrastruktur perkotaan maupun masukan terhadap rencana tata ruang kota; g. Pengembangan fasilitas penyediaan bantuan teknis dan pembiayaan infrastruktur perkotaan. 3.5.2.2.
Pengembangan Kawasan Perdesaan
Arah kebijakan pengembangan kawasan perdesaan di Wilayah Kepualuan Maluku adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, membangun potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan dengan sasaran berkurangnya jumlah desa tertinggal sedikitnya 140 desa atau meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 50 desa. Selain itu, membangun keterkaitan ekonomi lokal antara perkotaan dan perdesaan melalui integrasi perdesaan mandiri pada 3 kawasan pertumbuhan, yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.5. Dalam rangka percepatan pembangunan desa di Wilayah Kepulauan Maluku akan dilakukan:
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
125
1.
2.
Pemenuhan Standar Pelayanan dengan kondisi geografis Desa.
Minimum
sesuai
a. Membangun sarana dan prasarana dasar perumahan khususnya sarana prasarana air bersih di desa-desa di pulau-pulau terluar; b. Membangun sarana dan prasarana pendidikan, khususnya sekolah dasar dan sekolah menengah di desa tertinggal, berkembang termasuk desa-desa di pulaupulau terluar; c. Membangun sarana prasarana kesehatan (pos kesehatan desa, pustu, puskesmas keliling) di desa tertinggal, berkembang termasuk desa-desa di pulau-pulau terluar; d. Meningkatkan distribusi tenaga pendidik dan tenaga kesehatan di desa tertinggal, berkembang termasuk desa-desa di pulau-pulau terluar; e. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana jalan dan transportasi, baik darat, air, maupun udara yang mendukung konektifitas antar pulau; f. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi Desa a. Meningkatkan peran dan kapasitas pemerintah, pemerintah daerah dan pemerintah desa dalam memajukan ekonomi masyarakat miskin dan rentan; b. Memberikan dukungan bagi masyarakat miskin dan rentan melalui penyediaan lapangan usaha, dana bergulir, dan jaminan sosial bagi masyarakat desa; c. Revitalisasi dan penguatan peran lembaga lokal dalam memberdayakan masyarakat miskin dan rentan; d. Memberikan jaminan terhadap pasokan energi bagi kegiatan ekonomi nelayan dan bantuan permodalan khususnya bagi nelayan di wilayah perbatasan;
126
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
e. Meningkatkan ketersediaan sarana prasarana produksi (benih, pupuk, jaringan irigasi, armada perikanan, alat tangkap, bahan bakar, sistem informasi nelayan), pasca panen, pengolahan, dan pasar desa. 3. Peningkatan Pembangunan Sumber Daya Manusia, Keberdayaan, dan Modal Sosial Budaya Masyarakat Desa a. Meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan, melalui fasilitasi dan pendampingan pengembangan kewirausahaan; b. Penguatan lembaga adat dan Desa Adat, pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat sesuai dengan perundangan yang berlaku; c. Penguatan peran pemuda dalam membangun desa; d. Penguatan peran perempuan dan kaum marjinal dalam perekonomian dan pendidikan; e. Meningkatkan peran dan kapasitas tenaga kesehatan lokal (dukun beranak), khususnya di desa kepulauan. f. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat di desa tertinggal termasuk desa-desa di pulau-pulau terluar; g. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi kebijakan shareholding pemerintah, desa, dan pihak ketiga. h. Peningkatan keberdayaan petani dan nelayan dalam memanfaatkan teknologi (bio-energi, biofloc). 4. Penguatan Pemerintahan Desa dan masyarakat Desa a. Sosialisasi peraturan pelaksanaan UU No.6/2014 tentang Desa; b. Peningkatan kapasitas pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan kader pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi, pelatihan, dan Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
127
pendampingan dalam (i) Perencanaan, pelaksanaan dan monitoring pembangunan desa, (ii) Pengelolaan keuangan desa, (iii) Pelayanan publik, (iv) Penyiapan dan penetapan batas desa (khususnya desa-desa perbatasan); serta (v) peta desa; c. Penguatan pemerintah desa, masyarakat, dan kelembagaan masyarakat dalam meningkatkan ketahanan ekonomi, sosial, lingkungan keamanan dan politik; 5. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, penataan ruang kawasan perdesaan, serta mewujudkan kemandirian pangan a. Menjamin pelaksanaan distribusi lahan kepada desa dan distribusi hak atas tanah bagi petani dan nelayan; b. Menata ruang kawasan perdesaan untuk menekan laju alih fungsi lahan pertanian, hutan, dan kawasan pesisir secara berkelanjutan; c. Fasilitasi peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan, pengelolaan, dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang seimbang, berkelanjutan, dan berwawasan mitigasi bencana; d. Revitalisasi dan penguatan peran lembaga lokal dalam adaptasi terhadap perubahan iklim untuk mendukung penghidupan berkelanjutan; e. Pengembangan sistem pengelolaan pesisir laut yang berkelanjutan (SASI) yang telah ada sebagai usaha mewujudkan kemandirian pangan; f. Rehabilitasi dan konservasi daerah pesisir dan pulaupulau kecil.
128
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
6. Pengembangan Ekonomi Perdesaan a. Mewujudkan sentra industri perikanan di kawasan Morotai, dan sentra pertanian tanaman lokal (padi, sagu, jagung, rumput laut). b. Meningkatkan akses masyarakat desa terhadap modal usaha, pemasaran dan informasi pasar; c. Mendukung kegiatan perikanan masyarakat dengan penjaminan mutu benih unggul dan penguatan unit pembenihan rakyat; d. Mengembangkan lembaga pendukung ekonomi desa seperti koperasi, BUMDesa, dan lembaga ekonomi mikro lainnya; e. Mengembangkan kerjasama antar desa dan antar daerah. 3.5.2.3.
Peningkatan Keterkaitan Kota - Desa di Wilayah Kepulauan Maluku
Peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Maluku diarahkan dengan memperkuat 3 pusat pertumbuhan, yaitu kawasan Morotai dan sekitarnya (Prov. Maluku Utara), Maba dan sekitarnya (Prov. Maluku Utara), serta Bula dan sekitarnya (Prov. Maluku). Kawasan-kawasan ini mencakup kawasan transmigrasi, kawasan agropolitan dan minapolitan, serta kawasan pariwisata (lihat tabel 3.2). Arah kebijakan dan strategi peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Maluku adalah sebagai berikut: 1.
Perwujudan Konektivitas antar Kota Sedang dan Kota Kecil, dan antar Kota Kecil dan Desa, serta antar pulau a. Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal; b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan Lintas Kepulauan Maluku, pelabuhan regional Morotai, Maba, dan Bula, bandar udara yang melayani Kawasan Daruba, Maba, dan Bula, serta angkutan penyebrangan yang melayani antar gugus kepulauan Maluku;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
129
c. Menerapkan penggunaan teknologi informasi komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan informasi antar wilayah.
dan dan
d. Mempercepat pemenuhan suplai energi/listrik untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri, dengan prioritas pengembangan PLTD Morotai dan PLTD Maba, PLTS, PLT Ombak, dan PLT Angin 2.
Perwujudan Keterkaitan antara Kegiatan Ekonomi Hulu dan Hilir Desa-Kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi a. Mengembangkan sentra produksi dan pengolahan hasil pertanian di Kawasan Maba dan Bula, serta sentra produksi dan pengolahan hasil perikanan/ kelautan di Kawasan Daruba; b. Meningkatkan akses desa-desa produksi menuju pusat pertumbuhan (lihat tabel 3.5) dan simpul-simpul transportasi, pengembangan pasar, dan toko sarana dan prasarana produksi; c. Mengembangkan daya tarik wisata bahari dan kepulauan di Kawasan Pariwisata Morotai dan sekitarnya melalui peningkatan promosi dan ketersediaan infrastruktur penunjang, meliputi perbaikan dermaga dan akses jalur darat, laut, dan antar pulau menuju obyek wisata, peningkatan kualitas homestay dan rumah makan, serta fasilitas umum wisata bahari; d. Membangun bank pertanian dan perikanan untuk meningkatkan akses terhadap modal usaha di sektor pertanian dan perikanan. e. Mengembangkan Techno Park berbasis pertanian dan perikanan/ kelautan rakyat yang mendukung penerapan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri pengolahan dan jasa.
130
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
3.
Peningkatan tata kelola ekonomi lokal berorientasi kepada keterkaitan desa-kota
yang
a. Meningkatkan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah; b. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam perencanaan dan penyelenggaraan kerjasama antar daerah dalam tata kelola ekonomi lokal; c. Mengembangkan pendidikan kejuruan untuk memperkuat kemampuan inovasi, dan kreatifitas lokal di sektor pertanian dan perikanan/ kelautan; d. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat mengenai kelestarian laut dan pesisir serta mitigasi bencana, terutama di Kawasan Perdesaan Pesisir Daruba, Maba, dan Bula. Secara diagramatis, lokasi prioritas pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan Tabel 3.4 serta Tabel 3.5 Tabel 3.4. Lokasi Prioritas Kota Sedang yang Berfokus pada Upaya Pemerataan Wilayah Kepulauan Maluku Kode Lokasi Fokus Pengembangan Prioritas P1 Ternate (PKN) Sebagai pusat kegiatan Nasional (PKN) untuk mendukung sektor produksi wilayah yaitu hortikultura; tanaman tahunan; hasil hutan; dan industri Pengolahan P2
Ambon (PKN)
Sebagai pusat kegiatan nasional (PKN) yang berorientasi pada kegiatan industri pengolahan perikanan, sebagai hub untuk Kawasan Papua dan Maluku, serta mendorong sebagai pusat kegiatan pariwisata kawasan Indonesia Timur.
Sumber : Bappenas, 2014
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
131
Tabel 3.5. Lokasi Prioritas Pusat Pertumbuhan Baru yang Berfokus pada Upaya Pemerataan Wilayah Kepulauan Maluku Kode Lokasi Kelompok Kawasan Komoditas Kawasan Unggulan Daruba dan D1 PKSN Daruba Perikanan Kawasan Tangkap sekitarnya Minapolitan Wisata (Kab. Pulau Perikanan Tangkap: bahari dan Morotai, Morotai kepulauan Prov. Maluku Kawasan Pariwisata: Utara) KSPN Morotai Kawasan Transmigrasi: Morotai KEK (Usulan) Morotai D2 Maba dan Perkotaan Maba Padi sekitarnya Kawasan Agropolitan Jagung (Kab. (Padi): Wasile, Sagu Halmahera Wasile Timur, Maba Timur, Prov. Tengah Maluku Kawasan Utara) Transmigrasi: Subaim Kota Otonom Terdekat : Tidore Kepulauan •
•
•
•
•
•
•
•
•
•
• •
•
•
D3
Bula dan PKW Bula sekitarnya KPB Kobisonta (Kab. Seram Kawasan Bagian Transmigrasi: Bula, Timur, Prov. KAPET Seram. Maluku) Sumber : Bappenas, 2014 •
•
•
•
•
•
Cengkeh Palawija Kakao
•
132
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
n a a s e d r e P n a d n a a t o k r u e P k u n l a a s M n . a w 2 . a a u 3 K l a r n u a p b a g e m n K a a G b h m a y e l a g i n e W P s a t i r o i r P i s a k o L a t e P
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
133
3.5.3. Pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan 3.5.3.1.
Pengembangan Daerah Tertinggal
Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Kepulauan Maluku difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik dan pengembangan perekonomian masyarakat yang berbasis pengembangan pangan, perikanan, energi, dan pertambangan yang didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan pusat pertumbuhan. Pembangunan daerah tertinggal dilakukan melalui strategi sebagai berikut: 1. Pemenuhan Pelayanan Publik Dasar Mendukung pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan dasar publik di daerah tertinggal dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Bidang Pendidikan 1)
Pemerataan distribusi tenaga pendidik diutamakan di bagian utara Kepulauan Maluku;
2)
Peningkatan kapasitas tenaga pendidik diutamakan di bagian utara Kepulauan Maluku;
3)
Pemberian insentif tenaga pendidik diutamakan di bagian utara Kepulauan Maluku;
4) Penyediaan rumah dinas tenaga pendidik diutamakan di bagian utara Kepulauan Maluku;
134
5)
Penyelenggaraan guru kunjung di daerah tertinggal dan perbatasan diutamakan di bagian utara Kepulauan Maluku;
6)
Pengembangan sekolah kecil, diutamakan di Pulau Morotai, Kabupaten Aru, Kabupaten Maluku Barat Daya, dan Maluku Tenggara Barat;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
7)
Penyelenggaraan sekolah satu atap di wilayah kepulauan, diutamakan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kepulauan Aru, Buru, dan Morotai;
8) Pembangunan sekolah berasrama di wilayah kepulauan, diutamakan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kepulauan Aru, Buru, dan Morotai; 9) Pengembangan asrama sekolah diutamakan di bagian utara Kepulauan Maluku; 10) Pengembangan pendidikan jarak jauh; 11) Penyediaan bus sekolah di daerah tertinggal; 12) Pengembangan pendidikan kesetaraan (kelompok belajar paket A,B,C); 13) Pemberian kuota khusus beasiswa Perguruan Tinggi untuk daerah tertinggal. b. Bidang Kesehatan 1)
Pemerataan distribusi tenaga kesehatan diutamakan di kepulauan Aru dan Halmahera Tengah, Maluku Barat Daya dan Maluku Tenggara Barat;
2) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan diutamakan di kepulauan Aru dan Halmahera Tengah, Maluku Barat Daya dan Maluku Tenggara Barat; 3)
Pemberian insentif tenaga kesehatan diutamakan di kepulauan Aru dan Halmahera Tengah, Maluku Barat Daya dan Maluku Tenggara Barat;
4) Penyediaan rumah dinas tenaga kesehatan diutamakan di Kepulauan Aru dan Halmahera Tengah; 5)
Pengadaan sarana kesehatan keliling di daerah tertinggal dan perbatasan;
6) Pengadaan puskesmas Kepulauan Maluku;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
terapung
di
wilayah
135
7) Pengadaan rumah Kepulauan Maluku;
sakit
terapung
di
wilayah
8)
Pengembangan fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pratama di daerah tertinggal dan perbatasan diutamakan di Kepulauan Aru dan Halmahera Tengah;
9)
Pemerataan alat kesehatan dan obat-obatan di daerah tertinggal dan perbatasan;
10) Pengembangan telemedis di daerah tertinggal. c. Bidang Energi 1) Pengembangan PLTMH, PLTS, PLTU diutamakan Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Maluku Barat Daya, Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Kepulauan Aru; 2)
Pengembangan energi biogas ramah lingkungan;
3)
Pemberian bantuan subsidi listrik pada pemakaian 30-60 kWh;
4) Penyediaan terpencil.
bahan
bakar
minyak
di
wilayah
d. Bidang Informasi dan Telekomunikasi 1) Pengembangan radio komunitas dan radio komunikasi khususnya di desa-desa yang tersebar di Wilayah Kepulauan Maluku; 2) Pembangunan menara penguat sinyal khususnya di Kabupaten Aru dan Halmahera Tengah; 3) Pengembangan jaringan internet; 4)
Pengembangan radio penguat siaran RRI dan TVRI, khususnya di Kabupaten Aru, Halmahera Tengah, Maluku Barat Daya dan Maluku Tenggara Barat.
e. Bidang Permukiman dan Perumahan 1)
136
Pembangunan perumahan layak huni di kawasan Wilayah Kepulauan Maluku;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
2)
Pembangunan sarana air bersih sehat di seluruh kampung terutama di kawasan kepulauan Maluku;
3)
Perbaikan lingkungan permukiman tidak layak huni khususnya di kawasan perhutanan, perairan, dan pesisir.
2. Pengembangan Ekonomi Lokal Pengembangan kinerja perekonomian masyarakat di daerah tertinggal dalam rangka meningkatkan nilai tambah sesuai dengan karakteristik, posisi strategis, dan keterkaitan antar kawasan. Strategi ini meliputi aspek infrastruktur, manajemen usaha, akses permodalan, inovasi, dan pemasaran dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Menyusun rencana induk dan rencana aksi pengembangan ekonomi berbasis pada agroindustri, perkebunan, pangan-hortikultura, dan perikanan laut; b. Pengembangan kawasan pusat industri perikanan laut di wilayah Ambon dan Tual; c. Pengembangan kawasan industri di wilayah Seram Utara, Maluku Tenggara, dan Buru; d. Pengembangan ekonomi daerah dan ekonomi masyarakat berbasis perikanan laut, dan pengolahan hasil-hasil laut mulai dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian; e. Fasilitasi bantuan peralatan penangkapan ikan dengan sistem informasi lokasi; f. Pengembangan sistem logistik ikan melalui penyediaan Cold Storage disetiap sentra perikanan; g. Pengembangan sentra produksi dan pusat pemasaran rumput laut dan perikanan di Maluku Utara dan Maluku; h. Pengembangan sentra kuliner pengolahan hasil laut di wilayah pesisir; i. Pengembangan jaringan irigasi; j. Pengembangan gudang dan fasilitas pengolahan pasca panen; Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
137
k. Pengembangan kegiatan kepariwisataan bahari dan sosial-budaya melalui peningkatan insfrastruktur, sarana, promosi, serta peningkatan peran serta masyarakat adat, khususnya di Pulau Morotai, Halmehara, Buru , Banda, Maluku Barat Daya dan Maluku Tenggara Barat; l. Pengembangan rumah pusat kebudayaan dan kesenian, museum; m. Pengembangan koperasi simpan pinjam; n. Pemberian skema kredit yang afirmatif bagi petani, nelayan, dan peternak; o. Pembangunan pasar kecamatan. 3. Penguatan Konektivitas dan Sislognas Peningkatan konektivitas daerah tertinggal dengan pusat pertumbuhan yang diprioritaskan pada ketersediaan sarana dan prasarana penunjang peningkatan kinerja pembangunan ekonomi daerah dengan prioritas program sebagai berikut: a. Pengembangan 12 pelabuhan perikanan di Maluku, yakni: (i) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN): Tantui/Ambon dan Dumar/Tual, (ii) Pelabuhan Penurunan Ikan (PPI): Eri/ Ambon, Taar/Tual, Amahai, Kayeli/Buru, Ukurlarang/Maluku Tenggara Barat, Klishatu/Wetar, Kalar-kalar/Aru, (iii) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP): Dobo, Tamher Timur/ Seram Bagian Timur, Piru/Seram Bagian Barat); (iv) Pelabuhan Perikanan di Maluku Utara (Pulau Morotai) dan Sofifi; b. Peningkatan kapasitas sarana pelabuhan khususnya untuk mendukung pengembangan sektor agroindustri perkebunan; c. Peningkatan kapasitas pelabuhan kapal penumpang dan ferry; d. Pengadaan unit armada ferry baru di wilayah Maluku;
138
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
e. Pengembangan pelabuhan/dermaga dan sarana transportasi laut untuk menghubungkan kawasan kepulauan; f. Pembangunan Dermaga Ferry untuk mendukung jalur operasional Trans Maluku di Kabupaten Seram Bagian Barat dan Maluku Tengah; g. Pengembangan kapal perikanan tangkap 30 GT di kawasan perbatasan bagian utara dan barat daya wilayah Maluku; h. Pengembangan Bandar Udara Amahai di Kabupaten Maluku Tengah; i. Pembangunan jalan dan jembatan Trans Maluku yang meliputi Kabupaten Seram Bagian Barat dan Seram Bagian Timur Seram Bagian Timur, Kepulauan Kei, Maluku Tenggara Barat, Maluku Barat Daya, dan Kepulauan Aru; j. Peningkatan Jalan Dawang-Waru-Airnanang di Kabupaten Seram Bagian Timur; Jalan Lintas SeramSaleman di Kabupaten Maluku Tengah; dan Jalan Piru Loki dan Taniwel – Saleman di Kabupaten Seram Bagian Barat. 4. Penguatan Kemampuan SDM dan Iptek Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan kapasitas kelembagaan pemangku kepentingan pembangunan daerah tertinggal di pusat maupun di daerah yang terintegrasi untuk menunjang pengelolaan pangan, perikanan, energi, dan pertambangan. Strategi ini meliputi aspek peraturan perundangan, tata kelola, SDM, rumusan dokumen kebijakan, dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Peningkatan kualitas aparatur daerah khususnya pada pemenuhan SPM pada bidang pendidikan, kesehatan, listrik, informasi, dan telekomunikasi di daerah tertinggal dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian; Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
139
b. Pengembangan dan peningkatan sarana pendidikan kejuruan dan politeknik kelautan di bagian utara, tengah, dan tenggara wilayah Maluku; dan c. Pengembangan pusat informasi pemasaran serta teknologi, pendidikan, pelatihan untuk menunjang pengembangan SDM pelaku usaha khususnya sub-sektor perkebunan dan perikanan laut. d. Pengembangan Kewirausahaan;
Balai
Pelatihan
Kerja
dan
e. Pengembangan keterampilan pengolahan pangan dan perikanan. 5. Penguatan Regulasi dan Insentif Dalam upaya mendukung percepatan pembangunan daerah tertinggal, bentuk afirmasi yang lebih nyata dan konkrit dilakukan dengan evaluasi terhadap harmonisasi regulasi untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui pelaksanaan prioritas program sebagai berikut: a. Harmonisasi kebijakan, program, dan kegiatan daerah untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal; b. Koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah dengan pemerintah daerah dan antar-SKPD dalam penyelenggaraan program pembangunan di daerah; c. Pemberian insentif untuk pihak swasta dalam proses pengembangan usaha di daerah tertinggal; d. Tunjangan khusus bagi pegawai pelayanan dasar publik di daerah tertinggal (bidan, dokter, guru, penyuluh pertanian). 6. Pembinaan Daerah Tertinggal Terentaskan Pembinaan daerah tertinggal yang terentaskan melalui penguatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah dan peningkatan kapasitas SDM. 7. Pengembangan Kawasan Perdesaan dan Transmigrasi
140
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi sebagai upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah. Dalam proses pembangunan kedepan, diharapkan kawasan transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan baru dapat mendukung upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal dan pengembangan kawasan perdesaan. Pada periode RPJMN 2010-2014 Wilayah Kepulauan Maluku terdiri dari 2 provinsi dengan total 21 kabupaten/kota, dimana 61,90 persen atau 13 kabupaten masuk dalam kategori daerah tertinggal. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di wilayah ini sebesar 69,77 berada dibawah target IPM rata-rata nasional di daerah tertinggal dalam RPJMN 2010-2014 sebesar 72,2. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,86 persen, jauh dari target yang diharapkan pada RPJMN 2010-2014, sebesar 7,1 persen. Angka kemiskinan di daerah tertinggal Wilayah Kepulauan Maluku masih sebesar 18,65 persen, jauh dari target Angka Kemiskinan secara nasional di daerah tertinggal dalam RPJMN 2010-2014, sebesar 14,2 persen. Dalam periode RPJMN 2010-2014 di Wilayah Kepulauan Maluku telah ditetapkan 15 kabupaten tertinggal yang menjadi lokus agenda percepatan pembangunan daerah tertinggal. Pada akhir tahun 2014 diindikasikan terdapat 2 kabupaten tertinggal yang dapat terentaskan. Akan tetapi, terdapat 1 kabupaten dengan status Daerah Otonom Baru (DOB) hasil pemekaran yang masuk kategori daerah tertinggal yaitu Kabupaten Pulau Taliabu. Sehingga pada periode RPJMN 2015-2019 jumlah daerah tertinggal di Maluku diperkirakan sebanyak 14 kabupaten. Pada akhir periode RPJMN 2015-2019 ditargetkan sebanyak 10 kabupaten tertinggal dapat terentaskan. 3.5.3.2.
Pengembangan Kawasan Perbatasan
Arah kebijakan Pengembangan Kawasan Perbatasan di Wilayah Kepulauan Maluku difokuskan untuk meningkatkan peran kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang maju dan berdaulat dengan negara Australia, Palau, dan RDTL.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
141
9 1 0 2 5 1 0 2 N M J P R u k u l a M n a u a l u . p 3 . e 3 K r h a a b y a l m a i G W l a g g n i t r e T h a r e a D n a r a b e S a t e P
142
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
143
Fokus Pengembangan Kawasan Perbatasan di Wilayah Kepulauan Maluku diarahkan pada pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di Wilayah Maluku, yaitu PKSN Saumlaki, Dobo, Ilwaki, dan Daruba, serta mempercepat pembangunan di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) tahun 2015-2019. Strategi pengembangan kawasan perbatasan diarahkan untuk mewujudkan kemudahan aktivitas masyarakat kawasan perbatasan dalam berhubungan dengan negara tetangga dan pengelolaan sumber daya laut untuk menciptakan kawasan perbatasan yang berdaulat. Strategi tersebut dilakukan sebagai berikut: 1. Penguatan Pengelolaan Dan Fasilitasi Penegasan, Pemeliharaan Dan Pengamanan Kawasan Perbatasan Maluku. Penguatan pengelolaan dan fasilitasi penegasan, pemeliharaan, dan pengamanan kawasan perbatasan secara terpadu di Wilayah Kepulauan Maluku, dilakukan dengan: a. Mengembangkan pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan terpadu (satu atap); b. Mengembangkan pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara di kawasan perbatasan Maluku dan Maluku Utara; c. Membenahi aktivitas lintas batas di pintu-pintu alternatif (ilegal) di kawasan perbatasan Maluku dan Maluku Utara; d. Meningkatkan upaya perundingan dalam penetapan dan penegasan batas laut wilayah negara RI-Palau, RIAustralia, dan RI-RDTL; e. Memperkuat fungsi pengamanan perbatasan wilayah darat dan laut di kawasan perbatasan RI-RDTL dan RIAustralia, baik alutsista maupun non alutsista. f. Sosialisasi batas laut wilayah negara RI-Palau, RIAustralia, maupun RI-RDTL kepada masyarakat perbatasan Wilayah Maluku, serta pelibatan peran serta
144
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
masyarakat dalam menjaga pertahanan dan keamanan di perbatasan. g. Meningkatkan hubungan diplomatik RI-Palau, RIAustralia, dan RI-Australia dalam konteks kerjasama lintas batas negara (pertahanan dan keamanan, ekonomi, sosial-budaya). h. Mengembangkan standar operasional prosedur (SOP) pertahanan dan keamanan yang profesional bagi aparatur pengaman perbatasan. i. Mendayagunakan Pulau-Pulau Kecil Terluar di Pulau Kisar, Pulau Larat, Pulau Leti, Pulau Lirang, Pulau Marsela, Pulau Meatimiarang, Pulau Panambulai, Pulau Selaru, dan Pulau Wetar dengan pendekatan keamanan, ekonomi dan lingkungan. 2. Pengembangan Ekonomi Lokal Pengembangan ekonomi lokal secara terpadu pada kawasan perbatasan negara di Wilayah Kepulauan Maluku, dilakukan dengan: a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perikanan tangkap dan sumber daya kelautan melalui pengembangan sarana dan prasarana produksi, pengolahan, dan pemasaran di PKSN Saumlaki, PKSN Ilwaki, PKSN Dobo, dan PKSN Morotai; b. Meningkatkan nilai potensi pariwisata bahari melalui pengelolaan pariwisata yang optimal (promosi dan penyediaan infrastruktur penunjang pariwisata) di PKSN Saumlaki, PKSN Ilwaki, PKSN Dobo, dan PKSN Morotai; c. Mengembangkan pusat kegiatan industri pengolahan hasil perikanan, perkebunan, dan pertambangan; d. Meningkatkan investasi pada sektor perikanan dan kelautan melalui kerjasama ekonomi RI-Palau dan RIPhilipina, termasuk di dua pulau terluar di sekitar Pulau Morotai, yaitu P. Sopi dan P. Bere-bere salah satunya yang mendesak yaitu penyediaan Kapal Tangkap 30 GT; e. Mengembangkan pusat perdagangan berbasis komoditas lokal berorientasi pasar ke negara tetangga (Australia, Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
145
RDTL, dan Palau) di PKSN Morotai, PKSN Dobo, PKSN Dobo dan PKSN Ilwaki; f. Mengembangkan program transmigrasi di kawasan perbatasan dalam bentuk Kota Terpadu Mandiri di Maluku dan Maluku Utara; g. Mengembangkan balai-balai latihan kerja untuk meningkatkan mengelola komoditas unggulan lokal yang berorientasi pasar ke negara tetangga (Australia, RDTL, dan Palau). 3.
Penguatan Konektivitas dan Sislognas Peningkatan konektivitas kawasan perbatasan negara di Wilayah Kepulauan Maluku, dilakukan dengan: a. Meningkatkan intensitas dan pelayanan keperintisan yang menghubungkan pulau-pulau di kawasan perbatasan negara, termasuk pulau kecil terluar berpenduduk di Wilayah Maluku, 3 (tiga) gugus pulau perbatasan di Maluku Barat Daya, Maluku Tenggara Barat, Kepulauan Aru, serta serta konektivitasnya dengan sistem transportasi laut regional, nasional dan internasional; b. Meningkatkan konektivitas dengan membangun sistem jaringan jalan lokal di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) yang saling terhubung dengan pusat kegiatan ekonomi; c. Mengembangkan dermaga keperintisan pada pulaupulau kecil terluar berpenduduk; d. Menjamin ketersedian logistik, khususnya untuk pulaupulau kecil terluar berpenduduk; e. Mengembangkan pusat pelayanan transportasi udara nasional dan internasional di PKSN Saumlaki, Dobo, Ilwaki, dan Daruba; f. Menyediakan infrastruktur dasar kewilayahan terutama jalan, listrik, air bersih, dan telekomunikasi di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri).
146
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
4.
Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) agar mampu mengelola sumber daya alam di kawasan perbatasan dapat melakukan aktivitas dengan negara tetangga dan turut mendukung upaya peningkatan kedaulatan negara dengan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berkualitas, dilakukan dengan: a. Mengembangkan dan meningkatkan prasarana pendidikan kejuruan dan berbasis sumber daya lokal (kelautan, pariwisata, maupun pertambangan) perbatasan Maluku dan Maluku Utara;
sarana dan keterampilan perkebunan, di kawasan
b. Mengembangkan sekolah bertaraf internasional, serta berasrama di Kawasan Perbatasan Maluku dan Maluku Utara; c. Meningkatkan akses pelayanan sosial dasar (pendidikan dan kesehatan) di kawasan perbatasan negara, termasuk di pulau-pulau kecil terluar berpenduduk dengan penyediaan sarana prasarana sesuai karakteristik geografis wilayah; d. Menyediakan tenaga pendidikan dan kesehatan yang handal serta penyedian insentif, serta sarana prasarana penunjang yang memadai, khususnya di pulau-pulau kecil terluar berpenduduk; e. Meningkatkan kapasitas aparatur wilayah perbatasan melalui penerapan kebijakan wajib tugas belajar dan pelatihan teknis, agar diperoleh sumberdaya aparatur yang memiliki kemampuan dan merumuskan kebijakan pengelolaan kawasan perbatasan dan pelayanan yang diperlukan oleh masyarakat perbatasan; f. Mengembangkan teknologi tepat guna dalam menunjang pengelolaan sumber daya alam/potensi lokal di kawasan perbatasan.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
147
5.
Penguatan Regulasi dan Insentif Dalam upaya mendukung pengembangan kawasan perbatasan negara, harmonisasi regulasi agar afirmasi terhadap pengembangan kawasan perbatasan. Beberapa regulasi yang kurang harmonis dalam mendukung afirmasi terhadap pengembangan kawasan perbatasan sebagai berikut: a. Akses masyarakat perbatasan yang tinggal di kawasan lindung untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di dalamnya, serta untuk kemudahan pembangunan infrastruktur yang melalui hutan lindung; b. Regulasi pengelolaan lintas batas; c. Regulasi Perdagangan lintas batas Perjanjian kerjasama antara RI-RDTL, RI-Australia, maupun RI-Palau dalam pengembangan kawasan perbatasan negara; d. Regulasi untuk memberikan kewenangan yang lebih luas (asimetrik) kepada Pemerintah Pusat untuk menyediakan sumber daya air, pengelolaan jalan non status, dan pelayanan pendidikan dan kesehatan di kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar; e. Penciptaan iklim investasi yang kondusif di kawasan perbatasan; f. Pembagian kewenangan atau urusan antar jenjang pemerintah: pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam pengelolaan kawasan perbatasan; g. Kelembagaan pengelola perbatasan yang memiliki otoritas penuh untuk mengelola pos-pos lintas batas negara; h. Pengkhususan pemberian kewenangan bagi pemerintahan kecamatan di wilayah perbatasan (Lokpri) dalam bentuk desentralisasi asimetrik dengan penetapan daerah khusus untuk akselerasi pembangunan dan efektivitas peningkatan kualitas pelayanan publik; i. Penyusunan Rencana Tata Ruang termasuk Detail Tata Ruang Kawasan Perbatasan di Maluku dan Maluku Utara;
148
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
j. Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Tahun 2015-2019 menjadi acuan bagi Kementerian/Lembaga dan Pemerintahan Daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan negara.
Tabel 3.6. Tabel 3.7. Daftar Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perbatasan Wilayah Kepulauan Maluku No.
Kabupaten
Kecamatan Lokasi Prioritas
1 Kab. Morotai
Morotai Selatan, Morotai Jaya, Morotai Utara, Morotai Barat, Morotai Timur
2 Kab. Maluku Tenggara Barat
Tanimbar Selatan, Selaru, Wertamrian, Kormomolin, Nirunmas, Tanimbar Utara, Yaru
3 Kab. Maluku Barat Daya
Wetar, Pulau-Pulau Terselatan, Pulau Leti, Moalakar
4 Kab. Kepulauan Aru Tengah Selatan, Aru Selatan, Aru Aru Selatan Timur Sumber : Bappenas, 2014
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
149
n a s a t a b r 9 e 1 P 0 2 n 5 a s 1 a 0 2 w a N K M ) J i r P p R . k 4 u . o k 3 L u r ( l a s a b a t M i m n a r a o G i r u a P l i s u a p e k K o L h n a y a a r l i a b W e S a t e P
150
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
3.5.4. Penanggulangan Bencana Wilayah Kepulauan Maluku terdiri dari Provinsi Maluku yang berada diujung patahan Sorong, dan Provinsi Maluku Utara yang sebagian besar (76,27%) merupakan wilayah perairan laut. Di Kepulauan Maluku terdapat 11 gunung, beberapa diantaranya merupakan gunung api aktif seperti Gunung Gamalama, Gunung Gamkonora dan Gunung Ibu. Jenis ancaman bencana alam yang sering terjadi di Kepulauan Maluku adalah banjir, longsor, gempa bumi, tsunami, cuaca ekstrim dan abrasi. Berdasarkan DIBI yang merekam kejadian bencana tahun 1815- 2014, berbagai kejadian bencana di Kepulauan Maluku telah mengakibatkan 3.514 orang meninggal dunia, 2.969 orang luka-luka, 213 orang hilang, 71.687 mengungsi dan 3.319 rumah hancur/rusak. Dalam mendukung pengembangan wilayah Kepulauan Maluku, maka arah kebijakan penanggulangan bencana adalah mengurangi indeks risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan dan meningkatkan ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana. Strategi untuk melaksanakan arah kebijakan tersebut adalah: 1.
Internalisasi Pengurangan Risiko Bencana dalam Kerangka Pembangunan Berkelanjutan, melalui: a. Pengenalan, pengkajian dan pemantauan risiko bencana melalui penyusunan kajian dan peta risiko skala 1:50.000 pada Kabupaten Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Maluku Tengah dan skala 1:25.000 di Kota Ambon dan Ternate. b. Integrasi kajian dan peta risiko bencana dalam penyusunan dan review RTRW Provinsi/Kabupaten/ Kota. c. Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana dan Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD PRB) berdasarkan kajian dan peta risiko di Kota Ambon, Kota Ternate, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
151
Seram Bagian Timur, Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Pulau Morotai, dan menjadi masukan untuk penyusunan RPJMD Kab/Kota. d. Penyusunan rencana kontinjensi pada kabupaten/kota sasaran sebagai panduan kesiapsiagaan dan operasi tanggap darurat dalam menghadapi bencana banjir, longsor, gempa bumi dan tsunami di Kota Ambon, Kota Ternate Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Pulau Morotai. 2.
Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana, melalui: a. Mendorong dan menumbuhkan budaya sadar bencana dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan di Kota Ambon, Kota Ternate Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Pulau Morotai. b. Meningkatkan sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakat baik melalui media cetak, radio dan televisi, yang difokuskan di Kota Ambon, Kota Ternate Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Pulau Morotai. c. Bekerjasama dengan mitra pembangunan, OMS dan dunia usaha untuk mengurangi kerentanan sosial dan ekonomi masyarakat di Kota Ambon, Kota Ternate Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Pulau Morotai, dengan memperhatikan potensi lokal. d. Peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah pasca bencana, melalui percepatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana alam banjir bandang di Way Ela Kabupaten Maluku Tengah dan daerah pasca bencana alam lainnya.
152
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
e. Pemeliharaan, penataan bangunan dan lingkungan di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Wae Hatu Merah Apur Efir maupun daerah rawan bencana alam lainnya. f. Membangun dan menumbuhkan kearifan lokal dalam upaya pengurangan risiko bencana gempa bumi, banjir, longsor dan letusan gunung api. 3.
Peningkatan melalui:
kapasitas
aparatur
dan
masyarakat,
a. Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan bencana di pusat dan daerah, diantaranya melalui penyediaan prasarana kantor/ gedung penanggulangan bencana daerah. b. Penyediaan sistem peringatan dini bencana tsunami, letusan gunung api, longsor dan banjir serta memastikan berfungsinya sistem peringatan dini dengan baik. c. Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK dan pendidikan untuk pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. d. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan rambu-rambu evakuasi) menghadapi bencana gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api. e. Pengembangan Desa Tangguh Bencana di Kota Ambon, Kota Ternate Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Pulau Morotai dalam rangka mendukung Gerakan Desa Hebat. f. Peningkatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan, melalui pembangunan 1 (satu) unit depo logistik di wilayah Pulau Maluku yang dapat menjangkau wilayah pasca bencana yang terpencil. g. Pembentukan dan penguatan kapasitas forum pengurangan risiko bencana di Kota Ambon, Kota Ternate Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Pulau Morotai h. Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkala dan berkesinambungan untuk Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
153
meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana di Kota Ambon, Kota Ternate Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Pulau Morotai. 3.5.5. Pengembangan Tata Ruang Wilayah Kepulauan Maluku A. Arah Kebijakan Tata Ruang Wilayah Kepulauan Maluku 1. Kebijakan untuk mewujudkan struktur ruang wilayah Kepulauan Maluku melalui kawasan permukiman perkotaan yang berbasis mitigasi dan adaptasi bencana dengan sistem jaringan prasarana yang handal 2. Kebijakan untuk mewujudkan sistem jaringan prasarana yang handal berbasis Gugus Pulau serta kawasan permukiman perkotaan yang berbasis mitigasi dan adaptasi bencana meliputi: a. Pengendalian perkembangan kawasan permukiman perkotaan yang berada di kawasan rawan bencana; b. Pengembangan jaringan transportasi untuk membuka keterisolasian wilayah; c. Pengembangan jaringan jalan yang terpadu dengan jaringan transportasi penyeberangan, pelabuhan, dan bandar udara berbasis Gugus Pulau; dan d. Pengembangan serta rehabilitasi prasarana sarana mitigasi dan adaptasi bencana.
dan
3. Kebijakan untuk mewujudkan lumbung ikan nasional yang berkelanjutan melalui pengembangan dan rehabilitasi kawasan perikanan tangkap dan perikanan budi daya sebagai kawasan minapolitan. 4. Kebijakan untuk mewujudkan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis minyak dan gas bumi lepas pantai, perkebunan, serta kehutanan yang berkelanjutan dengan memperhatikan ekosistem Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil meliputi: a. Pengembangan dan rehabilitasi sentra perkebunan; dan 154
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
b. Pengendalian dan rehabilitasi sentra pertambangan mineral. 5. Kebijakan untuk mewujudkan Kawasan Perbatasan sebagai beranda depan negara dan pintu gerbang internasional yang berbatasan dengan Negara Timor Leste, Negara Australia, dan Negara Palau meliputi: a. Percepatan pengembangan Kawasan Perbatasan dengan pendekatan pertahanan dan keamanan, kesejahteraan masyarakat, serta kelestarian lingkungan hidup; dan b. Pemertahanan eksistensi PPKT sebagai titik-titik garis pangkal Kepulauan Indonesia. 6. Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) meliputi: a. Pengembangan KSN Perbatasan dalam rangka peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara; b. Pengembangan KSN untuk mendukung Kepulauan Maluku sebagai lumbung ikan nasional; c. Pengembangan KSN untuk meningkatkan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional.
Tabel 3.8. Profil Kerawanan dan Risiko PKN, PKW dan PKSN di Wilayah Kepulauan Maluku Lokasi KAPET Seram di Kab. Maluku Tengah KEK Morotai/Kab.
Index Kerawanan (IRBI 2011) Tinggi untuk gempa bumi, gelombang dan abrasi Tinggi untuk
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kelas Multi Risiko (IRBI 2013) Tinggi
Tinggi 155
Lokasi Morotai (Perkotaan Morotai Selatan,Kawasan Minapolitan, Kawasan Pariwisata, Kawasan Transmigrasi) Maba dan sekitarnya (Kawasan Agropolitan Wasile, Kawasan Transmigrasi, dekat PKSN Tidore Kepulauan)
Index Kerawanan (IRBI 2011) gempabumi, tsunami, banjir
Kelas Multi Risiko (IRBI 2013)
Kab. Halmahera Timur tinggi untuk ancaman banjir dan abrasi
Tinggi
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Maluku Ambon Tinggi untuk ancaman: banjir dan tanah longsor, gempabumi, letusan gunung api, cuaca ekstrim dan abrasi, Ternate
Tinggi untuk ancaman: gempabumi, cuaca ekstrim
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Maluku Masohi – Kab. Tinggi untuk Maluku Tengah ancaman: gempabumi, cuaca ekstrim dan abrasi, 156
Tinggi
Tinggi
Tinggi untuk Kab. Maluku Tengah
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Lokasi Werinama – Kab. Seram Bagian Timur
Kairatu - Kab. Seram Bagian Barat Tual – Kab. Maluku Tenggara
Namlea – Kab. Buru
Wahai – Kab. Maluku Tengah
Tidore Kepulauan
Tobelo – Kab. Halmahera Utara
Labuha – Kab. Halmahera Selatan
Sanana – Kab. Kepulauan Sula
Index Kerawanan (IRBI 2011) kekeringan Tinggi untuk ancaman: cuaca ekstrim dan abrasi Tinggi untuk ancaman: abrasi Tinggi untuk ancaman: banjir, abrasi,
Tinggi untuk ancaman: banjir, gempabumi, abrasi, Tinggi untuk ancaman: gempabumi, abrasi, kekeringan Tinggi untuk ancaman: gempa bumi, gunung api, tsunami, banjir Tinggi untuk ancaman: gempabumi, tanah longsor Tinggi untuk ancaman: banjir, gempabumi, angin topan Tinggi untuk ancaman: gempa bumi,
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kelas Multi Risiko (IRBI 2013) Tinggi untuk Kab. Seram Bagian Timur Tinggi untuk Kab. Seram Bagian Barat Tinggi untuk Kab. Maluku Tenggara Barat Tinggi untuk Kab. Tual Tinggi untuk Kab. Buru
Tinggi untuk Kab. Maluku Tengah
Tinggi untuk Kab. Kepulauan Tidore
Tinggi untuk Kab. Halmahera Utara
Tinggi untuk Kab. Halmahera Selatan
Tinggi untuk Kab. Kepulauan Sula
157
Lokasi
Index Kerawanan (IRBI 2011) tsunami, banjir
Kelas Multi Risiko (IRBI 2013)
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Maluku Saumlaki – Kab. Tinggi untuk Tinggi untuk Kab. Maluku Tenggara ancaman: Maluku Tenggara Barat cuaca ekstrim dan Barat abrasi, Ilwaki – Kab. Tinggi untuk Tinggi untuk Kab. Maluku Barat Daya ancaman: Maluku Barat Daya cuaca ekstrim dan abrasi Dobo – Kab. Tinggi untuk Kab. Tinggi untuk Kepulauan Aru Kepulauan Aru ancaman: cuaca ekstrim, tsunami Daruba – Kab. Tinggi untuk Tinggi untuk Morotai ancaman: Kabupaten Pulau gempa bumi, Morotai tsunami, banjir Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014
158
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
u k u l a M n a u a l u p e K h a . y a 5 . l i 3 r W a a b n m a a c G n e B o k i s i R s k e d n I a t e P
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
159
B. Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah Kepulauan Maluku I. Struktur Ruang Wilayah 1. Strategi pengembangan jaringan transportasi untuk membuka keterisolasian wilayah, dilakukan dengan: a. Mengembangkan jaringan transportasi antarmoda yang menghubungkan Pulau Kecil berpenghuni dengan kawasan perkotaan nasional; dan b. Mengembangkan jaringan jalan nasional yang terpadu dengan dermaga di Pulau Kecil berpenghuni. 2. Strategi pengembangan jaringan jalan yang terpadu dengan jaringan transportasi penyeberangan, pelabuhan, dan bandar udara berbasis Gugus Pulau, dilakukan dengan: a. Mengembangkan jaringan jalan nasional yang terpadu dengan lintas penyeberangan pada pulau-pulau dalam Gugus Pulau; dan b. Mengembangkan jaringan jalan yang terpadu dengan pelabuhan dan bandar udara. 3. Strategi pengembangan serta rehabilitasi prasarana dan sarana mitigasi dan adaptasi bencana yaitu dengan mengembangkan dan merehabilitasi prasarana dan sarana yang adaptif terhadap dampak bencana tanah longsor, gelombang pasang,banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tsunami. Prioritas lokasi pengembangan pusat kegiatan pada periode 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 3.9.
160
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Tabel 3.9 Prioritas Lokasi Pengembangan Pusat Kegiatan Kepulauan Maluku Periode 2015-2019 Provinsi Pusat Kegiatan dalam RTRWN PKN PKW PKSN Maluku
Maluku Utara
Ambon (I/C/1)
Ternate (I/C/1)
Masohi (I/C/1) Werinama (II/C/2) Kairatu (II/C/1) Tual (II/C/1) Namlea (II/C/1) Wahai (II/B) Bula (II/B) Tidore (I/C/1)
Saumlaki (I/A/2) Ilwaki (II/A/2) Dobo (II/A/2)
Daruba (I/A/2)
Tobelo (II/C/2) Labuha (II/C/1) Sanana (II/C/2) Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014. II. Pengembangan Kawasan Lindung 1. Strategi penetapan dan pelestarian kawasan konservasi di laut yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi meliputi: a. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam pada kawasan yang termasuk dalam Segitiga Terumbu Karang yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi; b. Mengendalikan perkembangan kegiatan budi daya dan transportasi perairan yang berpotensi merusak fungsi ekologis kawasan konservasi di laut. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
161
2. Strategi pengendalian wilayah perairan di sekitar Koridor Ekosistem meliputi mengendalikan perkembangan kegiatan budi daya dan aktivitas transportasi pada Koridor Ekosistem. 3. Strategi mempertahankan luasan dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi meliputi: a. Melestarikan kawasan suaka alam dan pelestarian alam dalam kesatuan Gugus Pulau; dan b. Mempertahankan luasan dan merehabilitasi kawasan bervegetasi hutan tetap yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya. 4. Strategi pengembangan dan rehabilitasi kawasan perikanan tangkap dan perikanan budi daya sebagai kawasan minapolitan meliputi: a. Mengembangkan Kawasan Andalan dengan sektor unggulan perikanan sebagai kawasan minapolitan yang berkelanjutan; mempertahankan, memelihara, dan merehabilitasi ekosistem terumbu karang dan kawasan pantai berhutan bakau sebagai kawasan pemijahan ikan, udang, dan/atau hasil laut lainnya yang potensial; dan b. Meningkatkan keterkaitan sentra produksi perikanan dengan kawasan perkotaan nasional. 4. Strategi pengendalian perkembangan kawasan permukiman perkotaan yang berada di kawasan rawan bencana, dilakukan dengan: a. Mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan permukiman perkotaan dan kawasan budi daya terbangun yang berada dikawasan rawan bencana tanah longsor, gelombang pasang, banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tsunami; dan b. Mengendalikan alih fungsi dan merehabilitasi kawasan pantai berhutan bakau di kawasan perkotaan nasional.
162
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
III.
Pengembangan Kawasan Budidaya
1. Strategi pengembangan dan rehabilitasi sentra perkebunan dilakukan dengan mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan hasil perkebunan. 2. Strategi pengendalian dan rehabilitasi pertambangan mineral, dilakukan dengan:
sentra
a. Merehabilitasi sentra produksi komoditas unggulan pertambangan mineral dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; dan b. Mengendalikan perkembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral yang berpotensi merusak lingkungan dan mengancam keberadaan Pulau Kecil. 3. Strategi untuk percepatan pengembangan Kawasan Perbatasan dengan pendekatan pertahanan dan keamanan, kesejahteraan masyarakat, serta kelestarian lingkungan hidup dengan mempercepat pengembangan PKSN sebagai pusat pengembangan ekonomi, pintu gerbang internasional, dan simpul transportasi, serta pusat promosi dan pemasaran ke negara yang berbatasan; 4. Strategi untuk pemertahanan eksistensi PPKT sebagai titik-titik garis pangkal Kepulauan Indonesia meliputi dengan mengembangkan prasarana dan sarana transportasi penyeberangan yang dapat meningkatkan akses ke PPKT berpenghuni di Pulau Panambulai, Pulau Larat, Pulau Selaru, Pulau Marsela, Pulau Meatimiarang, Pulau Letti, Pulau Kisar, Pulau Wetar, dan Pulau Liran. IV.
Pengembangan Kawasan Strategis Nasional
Dalam rangka pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) dikembangkan 4 (empat) KSN yang mendukung pengembangan wilayah di Kepulauan Maluku. Strategi pengembangan KSN di Kepulauan Maluku dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
163
Tabel 3.10 Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Nasional di Kepulauan Maluku KSN 1
Kawasan Perbatas an Maluku
2
Kawasan Perbatas an Maluku UtaraPapua Barat
3
4
164
Tipe
Strategi
K/L
Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan
Mengembang - Kementeria kan prasarana n Agraria dan sarana dan Tata pertahanan Ruang (PU) dan - BNPP keamanan - Kementeria yang n mendukung Pertahanan kedaulatan dan keutuhan batas wilayah negara) di Kawasan Perbatasan Maluku, Kawasan Perbatasan Maluku UtaraPapua Barat
Kawasan Laut Banda
Sudut Kepentingan Pendayaguna an Sumberdaya Alam
Mengembang - Kementeria kan Kawasan n Agraria Laut Banda dan Tata sebagai Ruang (PU) - Kementeria Lumbung Ikan Nasional n Kelautan dengan dan memperhatik Perikanan an kelestarian keanekaraga man hayati
Kapet
Kepentingan
Mengembang kan
- Kementeria
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
KSN Seram
Tipe Ekonomi
Strategi
K/L
komoditas n Agraria utama sebagai dan Tata komoditas Ruang (PU) unggulan - Kementeria yaitu kerapu, n udang, dan Koordinator bandeng, Perekonomi serta an mengembang - Bappenas kan produkproduk turunannya di KAPET Seram Penguatan sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi dan sistem jaringan prasarana pendukung di KAPET Seram
Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014.
3.5.6. Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah Arah kebijakan pengembangan Wilayah Kepulauan Maluku yakni peningkatan kapasitas pemerintah daerah yang mendorong pembangunan ekonomi dan pelayanan publik berbasis kepulauan, dengan strategi: 1. 2.
Penguatan peran gubernur melalui sebagai wakil Pemerintah Pusat; Penguatan peran PTSP sebagai sarana penyederhanaan pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
165
3. 4. 5. 6.
penguatan mutu pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi sesuai arah dan prioritas pembangunan daerah. Peningkatan proporsi belanja modal; Penataan mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer yang terintegrasi di tingkat provinsi secara on-line; Penguatan tranparansi dan akuntabilitas kebijakan dan pengelolaan keuangan Daerah.
3.6.
Kaidah Pelaksanaan Kepulauan Maluku
Pengembangan
Wilayah
3.6.1. Prioritas Program Pembangunan 3.6.1.1.
Provinsi Maluku
Tabel 3.11. Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Maluku Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional PERHUBUNGAN DARAT 1. Pengembangan Sistem Transit Kota Ambon PERHUBUNGAN UDARA 1. Perpanjangan Runway Bandara di Tual 2. Pengembangan Bandar Udara Amahai 3. Pembangunan Bandara Namniwel PERHUBUNGAN LAUT 1. Pembangunan Dermaga Kapal di Waisamu 2. Pembangunan Pelabuhan Areate 3. Pembangunan Dermaga Laut di Makariki 4. Pelabuhan Container di Passo 5. Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut Ambon JALAN 1. Pembangunan Jalan Trans Maluku ruas Ibra--Damar-Tetoat (P. Tual) 2. Pembangunan Jalan Trans Maluku ruas Lingkar Barat Pulau Seram (Kairatu-Piru-Traniwei-Lisabota-Saleman) 3. Pembangunan Jalan Trans Maluku ruas Lingkar Pulau Ambon (Laha-Alang-Wukasibu-Asilulu-Kaitetu-Hitu166
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Morela-Liang) 4. Pembangunan Jalan Trans Maluku ruas Lingkar Selatan Pulau Seram (Haya-Tehoru-Warin-Kotabaru-Airnanang) 5. Pembangunan Jalan Trans Maluku ruas Lingkar Timur Pulau Seram (Airnanang-Musiwang-Waru-Bula) 6. Pembangunan Jalan Trans Maluku ruas Leksuka - Namrole (P. Buru) 7. Pembangunan Jalan Trans Maluku ruas Tual - Ngadi Tamedan - Ohoitu (P. Tual) KETENAGALISTRIKAN 1. PLTD Saparua (Relokasi PLTD) 0,5 MW 2. PLTU Waai ( FTP1) 2x15 MW 3. PLTM Wae Mala 1,5 MW 4. PLTM Ruwapa 1 MW 5. PLTM Tene 4 MW 6. PLTM Makariki 4 MW 7. PLTGB Buru (KPI) 6 MW 8. PLTGB Langgur 6 MW 9. PLTGB Tual (FTP 2) 8 MW 10. PLTP Tulehu (FTP2) 2x10 MW 11. PLTM Isal 3 2x2 MW 12. PLTU Waai 3 15 MW 13. PLTM Nua (Masohi) 6 MW 14. PLTD Tual (Relokasi PLTD) 4x2 MW 15. PLTA Wai Tala 13,5 MW 16. PLTA Wai Tala 40,5 MW 17. PLTM Isal 3x2 MW 18. PLTM PLTM Tersebar Maluku 18,5 MW SUMBER DAYA AIR 1. Pembangunan Bendung D.I. Bula (Fufa) Seram Bagian Timur 2. Pembangunan Irigasi Lahan Kering Kec. Tanimbar Maluku Tenggara Barat 3. Pembangunan D.I. Way Simi Buru Selatan 4. Pembangunan D.I Tehoru P. Seram Buru Selatan Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
167
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 5. Ambon Waterfront City Ambon PERHUBUNGAN LAUT 1. Pengembangan Pelabuhan Ternate 2. Pengembangan Pelabuhan Namlea 3. Pengembangan Pelabuhan Batu Goyang/Kalar-kalar 4. Pengembangan Pelabuhan Dobo 5. Pengembangan Pelabuhan Banda Naira 6. Pengembangan Pelabuhan Tulehu 7. Pengembangan Pelabuhan Saumlaki
168
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 u k u l a M i s n i v o r P l a n o i s a N . h a 6 . g 3 n r e a n b e M m a a G k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
169
3.6.1.2.
Provinsi Maluku Utara
Tabel 3.12 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Maluku Utara Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional PERHUBUNGAN UDARA 1. Pengembangan Bandara Sultan Babullah Ternate 2. Pengembangan Bandara Oesman Sadik Labuha PERHUBUNGAN LAUT 1. Pengembangan Pelabuhan Sofifi/Kaiyasa 2. Pengembangan Pelabuhan Subaim 3. Pengembangan Pelabuhan Malbufa 4. Pengembangan Pelabuhan Tikong 5. Pengembangan Pelabuhan Wayaluar-Obi 6. Pengembangan Pelabuhan Saketa 7. Pengembangan Pelabuhan Bosua 8. Pembangunan Pelabuhan Khusus di Tanjung Buli 9. Pengembangan Pelabuhan Tobelo 10. Pengembangan Pelabuhan Matui-Jailolo 11. Pengembangan Pelabuhan Labuha/Babang 12. Pengembangan Pelabuhan Laut Falabisahaya 13. Adpel Ternate 14. Pengembangan Pelabuhan Gebe 15. Pembangunan Dermaga General Cargo 100 meter Pelabuhan Sofifi 16. Pembangunan Pelabuhan Halmahera JALAN 1. Pembangunan Jalan Daruba - Wayabula - Sopi - Bare bare 2. Pembangunan Jalan Lingkar Pulau Tidore 3. Pembangunan Jalan Lingkar Halmahera Bagian Selatan (Weda - Matuting - Gane, Sakea - Dehep - Payahe) 4. Pembangunan Jalan Lingkar Halmahera Bagian Tengah
170
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional (Boboneigo-Ekor-Subaim-Lolobata-Tamtam-AkelamoGamloba-Jara Jara-Buli-Maba-Sagea-Patani) 5. Pembangunan Jalan Lingkar Halmahera Bagian Utara (Sidangoli-Jailolo-Goal-Kedi-Galela) KETENAGALISTRIKAN 1. PLTU Maluku Utara /Tidore (FTP1) 2x7 MW 2. PLTD Bacan Peaking (Relokasi PLTD) 1,2 MW 3. PLTU Sofifi 2x3 MW 4. PLTD Sanana (Relokasi PLTD) 3 MW 5. PLTGB Tobelo (FTP 2) 8 MW 6. PLTU Tidore 2 2x7 MW 7. PLTD Sanana (Relokasi PLTD) 1x3 MW 8. PLTD Bacan Peaking (Relokasi PLTD) 2 MW 9. PLTM PLTM Tersebar Maluku Utara 4,5 MW 10. PLTP Jailolo (FTP2) 2x5 MW 11. PLTP Songa Wayaua (FTP2) 5 MW 12. PLTP Jailolo 2 5 MW SUMBER DAYA AIR 1. Pembangunan Konstruksi Pengamanan Pantai Maba Thp. I KAB. HALMAHERA TIMUR 2. Pembangunan Konstruksi Pengamanan Pantai Jailolo Thp. I KAB. HALMAHERA BARAT 3. Pembangunan Konstruksi Pengamanan Pantai Bisui & Tabahidayat KAB. HALMAHERA SELATAN 4. Pembangunan Konstruksi Pengamanan Pantai Obi Thp. I KAB. HALMAHERA SELATAN 5. Pembangunan Embung Pulau Sanana Kab. Kepulauan Sula 6. Pembangunan Bendung dan Jar. Irigasi D.I. Jani 650 Ha Halmahera Barat 7. Pembangunan Bendung & Jaringan Irigasi DI. Leleseng 1500 Ha Halmahera Timur
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
171
172
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 a r a t U u k u l a M i s n i v o r P l a n o i s a . N 7 . 3 h r a a g b n e m n a e G M a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
173
3.6.2. Kerangka Regulasi Pelaksanaan pembangunan Wilayah Kepulauan Maluku tidak terlepas dari berbagai kerangka regulasi yang perlu diperhatikan, diantaranya: 1. Harmonisasi peraturan perundangan terkait dengan iklim investasi, diantaranya adalah PP Nomor 147 Tahun 2000 Tentang Perlakuan Perpajakan di KAPET. 2. Membuat regulasi terkait dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah Daerah Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Maluku Tengah dengan Badan Pengembangan KAPET Seram. 3. Regulasi pelayanan terpadu satu pintu di bidang investasi. 4. Regulasi pengelolaan lintas batas. 5. Regulasi Perdagangan lintas batas Perjanjian kerjasama antara RI-RDTL, RI-Australia, maupun RI-Palau dalam pengembangan kawasan perbatasan negara. 6. Regulasi yang berkaitan dengan pengelolaan Dryport . 7. Regulasi untuk memberikan kewenangan yang lebih luas (asimetrik) kepada Pemerintah Pusat untuk menyediakan sumber daya air, pengelolaan jalan non status, dan pelayanan pendidikan dan kesehatan di kawasan perbatasan dan pulaupulau kecil terluar. 8. Penyusunan Rencana Tata Ruang termasuk Detail Tata Ruang Kawasan Perbatasan di Maluku dan Maluku Utara. 9. Penyelesaian peninjauan kembali Perpres No. 77/2014 tentang RTR Kepulauan Maluku. 3.6.3. Kerangka Kelembagaan Pelaksanaan pembangunan Wilayah Kepulauan Maluku tidak terlepas dari berbagai kerangka kelembagaan yang perlu diperhatikan, diantaranya: 1. Melaksanakan promosi potensi unggul KAPET Seram untuk menarik minat investor;
174
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
2. Melaksanakan sosialisasi terkait dengan pemanfaatan lahan sebagai peruntukan investasi di KAPET Seram; 3. Pelimpahan kewenangan perijinan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan instansi terkait kepada pengelola kawasan strategis nasional di Maluku; 4. Kemudahan masyarakat perbatasan yang tinggal di kawasan lindung untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di dalamnya, serta untuk kemudahan pembangunan infrastruktur yang melalui hutan lindung; 5. Penciptaan iklim investasi yang kondusif di kawasan perbatasan; 6. Pembagian kewenangan atau urusan antar jenjang pemerintah: pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam pengelolaan kawasan perbatasan; 7. Kelembagaan pengelola perbatasan yang memiliki otoritas penuh untuk mengelola pos-pos lintas batas negara; 8. Pengkhususan pemberian kewenangan bagi pemerintahan kecamatan di wilayah perbatasan (Lokpri) dalam bentuk desentralisasi asimetrik dengan penetapan daerah khusus untuk akselerasi pembangunan dan efektivitas peningkatan kualitas pelayanan publik; 9. Pengembangan koordinasi Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional dan Provinsi di Wilayah Kepulauan Maluku dalam melaksanakan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
175
BAB IV ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH KEPULAUAN NUSA TENGGARA
4.1
Capaian Kinerja Saat ini Berdasarkan data BPS dari tahun 2009 hingga Triwulan II tahun 2014, kinerja pertumbuhan ekonomi provinsi di Wilayah Nusa Tenggara mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun demikian, rata-rata pertumbuhan Wilayah Nusa Tenggara selama kurun waktu 2009 – 2013 yang sebesar 4,5 persen masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dengan migas nasional sebesar 5,9 persen. Peranan Wilayah Nusa Tenggara dalam pembentukan PDB nasional mengalami penurunan dari 1,5 persen (2009) menjadi 1,3 persen (Triwulan II 2014). Pemerintah Provinsi di Wilayah Nusa Tenggara telah berhasil dalam menurunkan jumlah penduduk miskin dari tahun 2009 hingga 2014 (Maret) walaupun persentasenya masih berada di atas angka kemiskinan nasional sebesar 14,15 persen (2009) dan 11,25 persen (Maret 2014). Demikian halnya dengan pencapaian tingkat pengangguran terbuka (TPT), Pemerintah Provinsi di Wilayah Nusa Tenggara juga telah berhasil menurunkan TPT dan sudah berada di bawah TPT nasional sebesar 7,87 persen (2009) dan 5,70 persen (Feb 2014). Dari sisi peningkatan kualitas sumber daya manusia, di Wilayah KepulauanNusa Tenggara ini dapat dikatakan sudah cukup baik. Hal ini diindikasikan dengan selalu meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari tahun ke tahun pada masing-masing provinsi di Wilayah Nusa Tenggara. Namun demikian, pencapaian IPM di Wilayah Nusa Tenggara masih perlu ditingkatkan karena masih jauh di bawah IPM nasional sebesar 71,76 (2009) dan 73,81 (2013).
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
175
4.2
Dari sisi distribusi pendapatan antar golongan masyarakat, seluruh provinsi di Wilayah Nusa Tenggara mengalami kenaikan kesenjangan pendapatan antar golongan. Hal ini diindikasikan dari angka Rasio Gini provinsi-provinsi di Wilayah Nusa Tenggara cenderung meningkat pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2009, namun masih berada di bawah nasional sebesar 0,37 (2009) dan 0,413 (2013). Kedepan, hal ini perlu mendapatkan perhatian agar proses pembangunan terus lebih melibatkan masyarakat secara inklusif, sehingga hasil-hasil pembangunan tersebut dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat. Potensi dan Keunggulan Wilayah
Perekonomian Wilayah Nusa Tenggara ditopang oleh 3 sektor utama, yaitu pertanian, jasa-jasa, serta perdagangan, hotel dan restoran. Di luar ketiga sektor utama tersebut, sektor pertambangan dan penggalian juga memiliki peran yang cukup besar.
176
Sektor pertanian memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Wilayah Nusa Tenggara. Komoditas unggulan tanaman pangan di Wilayah Nusa Tenggara yaitu jagung dengan tingkat produksi jagung sebesar 947.762 ton pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 1.335.723 ton pada tahun 2013. Di sektor peternakan, jumlah populasi paling dominan di Wilayah Nusa Tenggara adalah sapi potong, babi, dan kambing. Provinsi Nusa Tenggara Timur mendominasi dalam persebaran populasi sapi potong, kambing dan babi. Produksi perikanan dan kelautan di Wilayah Nusa Tenggara terdiri atas perikanan tangkap dan budidaya, dengan produksi terbesar perikanan tangkap berasal dari perikanan tangkap laut di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Untuk perkembangan budidaya perikanan, produksi terbesar adalah jenis budidaya laut dan budidaya tambak, dengan sebaran terbesar untuk produksi perikanan budidaya laut di Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
produksi perikanan budidaya tambak di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Produk kelautan Wilayah Nusa Tenggara adalah garam dan rumput laut. Dalam konteks nasional, Wilayah Nusa Tenggara merupakan lahan potensial produksi garam yang luas di Kawasan Timur Indonesia, mengingat kondisi geografisnya sebagai wilayah kepulauan yang dikelilingi lebih banyak sumber air laut. Sementara itu, volume produksi rumput laut pada tahun 2012 mencapai 2,649 ton di Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan 481 ton di Provinsi Nusa Tenggara Timur, atau sekitar 41 persen dari volume produksi nasional (Statistik Kelautan dan Perikanan, 2012). Peran Wilayah Nusa Tenggara bidang pariwisata bagi nasional didasarkan atas potensi keadaan alam terutama bahari. Dalam hal ini Wilayah Nusa Tenggara diharapkan menjadi etalase wisata ekologis, petualangan, budaya dan bahari serta kepariwisataan yang berbasis UKM. Destinasi pariwisata yang akan diunggulkan yaitu Sail Komodo yang direncanakan sebagai destinasi wisata internasional. Gunung Kelimutu di Flores Nusa Tenggara Timur dan Pulau Komodo di Nusa Tenggara Barat menjadi fokus promosi destinasi wisata oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2014. Wilayah Nusa Tenggara dengan potensi pariwisata yang beragam telah disiapkan menjadi destinasi MICE. Kegiatan MICE selain mendorong kunjungan wisatawan dalam jumlah besar juga akan memperkenalkan potensi daya tarik wisata serta citra wilayah yang positif. Potensi sumber daya alam mineral di Wilayah Nusa Tenggara adalah unsur logam, dengan potensi terbesar adalah bijih mangan dan tembaga. Potensi tambang bijih mangan tersebar di beberapa daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sementara itu, tambang bijih tembaga terbesar di Indonesia terdapat di daerah Batu Hijau, Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sumber daya mangan di Wilayah Nusa Tenggara diperkirakan sebesar 3,44 juta ton berupa bijih mangan dan 1,03 juta ton Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
177
merupakan logam. Sementara itu, cadangan mangan diestimasi sebesar 1,08 juta ton berupa bijih mangan dan sebanyak 0,45 juta ton berupa logam dan terpusat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Mineral and Coal Statistics, 2012). Saat ini, ekspor mangan masih dalam bentuk bahan mentah bijih mangan mengingat belum adanya industri pengolahandi Wilayah Nusa Tenggara. Dalam kurun waktu 2008 – 2013, ekspor mangan sendiri mengalami penurunan sebagai akibat dari penurunan harga komoditi mangan di pasar dunia.
4.3
Komoditas SDA mineral lain yang sangat berpengaruh pada perekonomian Wilayah Nusa Tenggara adalah bijih tembaga. Produksi bijih tembaga yang telah diolah menjadi konsentrat tembaga menunjukkan tren penurunan dalam 3 tahun terakhir sebagai dampak dari terjadinya penghentian produksi pada saat perluasan lahan eksploitasi di Batu Hijau. Pada tahun 2012 produksi konsentrat tembaga di Wilayah Nusa Tenggara mencapai sekitar 73 ribu ton, dengan 20 persennya dijual ke pabrik smelter di Gresik, Jawa Timur dan sebagian lagi diekspor. Nilai ekspor tembaga dalam lima tahun terakhir dalam tren meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan dan keterbatasan suplai di pasar dunia. Tema Pengembangan Wilayah Nusa Tenggara
Berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah Nusa Tenggara, maka tema besar Pembangunan Wilayah Nusa Tenggara sebagai "pintu gerbang pariwisata ekologis melalui pengembangan industri Meeting, Incentive, Convetion, Exhibition (MICE); penopang pangan nasional dengan percepatan pembangunan perekonomian berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan, garam, dan rumput laut; pengembangan industri berbasis peternakan terutama sapi, jagung; serta pengembangan industri mangan, dan tembaga.”
178
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
4.4.
Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Nusa Tenggara
Tujuan pengembangan Wilayah Nusa Tenggara tahun 2015-2019 adalah mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Nusa Tenggara dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah, melalui: (a) pengembangan pariwisata ekologis, serta pengembangan industri berbasis komoditas peternakan terutama sapi, garam, rumput laut, jagung, mangan, dan tembaga, (b) penyediaan infrastruktur wilayah, (c) peningkatan SDM dan ilmu dan teknologi secara terus menerus. Adapun sasaran pengembangan Wilayah Nusa Tenggara pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1.
Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi Wilayah Pulau Nusa Tenggara, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di koridor ekonomi dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk diantaranya adalah pengembangan 1 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), 2 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
2.
Sementara itu, untuk menghindari terjadinya kesenjangan antar wilayah di Wilayah Nusa Tenggara, maka akan dilakukan pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran sebanyak 16 Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaran outcome: (a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal sebesar 5,90 persen; (b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 15,80 persen; dan (c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal sebesar 68,98.
3.
Untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kawasan perkotaan di Nusa Tenggara, maka akan diusulkan pembangunan 1 Kawasan Perkotaan Metropolitan.
4.
Meningkatkan keterkaitan desa-kota, dengan memperkuat 4 pusat-pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
179
5.
Dalam rangka mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, maka akan dikembangkan 3 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong pengembangan kawasan sekitarnya.
6.
Sasaran Otonomi Daerah untuk Wilayah Nusa Tenggara adalah: (1) Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 25% untuk propinsi dan 10% untuk kabupaten/kota; (2) Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 25% dan untuk Kabupaten/Kota sebesar 25% pada tahun 2019 serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; (3) Meningkatnya jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) sebanyak 2 provinsi dan 10 kabupaten/kota di wilayah Nusa Tenggara; (4) Terlaksananya e-budgeting di wilayah Nusa Tenggara (dengan proyek awal Provinsi NTT); (5) Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar 50% dan S2-S3 sebesar 5%; (6) Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah Nusa Tenggara sebesar 30 angkatan; (7) Terlaksananya pengaturan kewenangan secara bertahap di wilayah Nusa Tenggara (dengan proyek awal Provinsi NTB); (8) Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; (9) Meningkatnya persentase jumlah PTSP sebesar 100%; (10) Meningkatnya persentase jumlah perizinan terkait investasi yang dilimpahkan oleh kepala daerah ke PTSP sebesar 100%; (11) Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah; (12) terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on-line di wilayah Nusa Tenggara.
7.
Sasaran Penanggulangan Bencana di Wilayah Nusa Tenggara adalah kawasan pengembangan wilayah berisiko tinggi yaitu: 2 (dua) PKN terdiri dari Kupang dan Mataram
180
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
yang akan dikembangkan sebagai perkotaan Mataram Raya meliputi wilayah Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok Utara; 5 (lima) PKW terdiri dari Kabupaten Bima (KAPET Bima), Kabupaten Ngada (KAPET Mbay), Praya di Kabupaten Lombok Tengah (termasuk KEK Mandalika), Raba di Kabupaten Dompu, Ende dan sekitarnya (Kabupaten Ende dan Ngada) yang akan dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan baru. Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019, pembangunan Wilayah Nusa Tenggara semakin meningkat. Hal ini dicerminkan dengan makin meningkatnya kontribusi PDRB Wilayah Nusa Tenggara terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 1,2 (2014) menjadi 1,3 persen (2019). Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Wilayah Nusa Tenggara. Secara rinci target pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran dalam kurun waktu 2015-2019 di Wilayah Nusa Tenggara dapat dilihat pada Tabel 4.1 sampai dengan Tabel 4.3 sebagai berikut.
Tabel 4.1. Sasaran Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Nusa Tenggara Per Provinsi Tahun 2015-2019 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Pertumbuhan Ekonomi (Persen) 2015
2016
2017
5,9 - 6,0
5,9 - 6,1
6,1 -6,4
2018
2019
7,0 – 7,5 7,0 – 7,7
Nusa Tenggara Timur 6,0 – 6,1 6,6 – 6,9 7,0 – 7,5 7,6 – 8,3 7,6 – 8,4 Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
181
Tabel 4.2. Sasaran Tingkat Kemiskinan Wilayah Nusa Tenggara Per Provinsi Tahun 2015-2019 Tingkat Kemiskinan (Persen) Provinsi
2015
Nusa Tenggara Barat
2016
2017
2018
2019
15,4 – 15,1 14,7 – 14,1 13,2 – 12,4 11,7 – 10,8
Nusa Tenggara Timur 16,8 – 16,5 16,0 – 15,4 14,3 – 13,5 12,6 – 11,6
9,3 – 8,4 10,0 – 9,0
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
Tabel 4.3. Sasaran Tingkat Pengangguran Wilayah Nusa Tenggara Per Provinsi Tahun 2015-2019 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tingkat Pengangguran (Persen) 2015
2016
2017
2018
2019
4,6 – 4,5 4,4 – 4,3 4,3 – 4,1 4,2 – 3,9 4,1 – 3,7
Nusa Tenggara Timur 3,0 – 2,9 2,8 – 2,7 2,7 – 2,5 2,6 – 2,4 2,5 – 2,3 Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
4.5
Arah kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Nusa Tenggara
4.5.1 Pengembangan Kawasan Strategis Kebijakan pengembangan kawasan strategis bidang ekonomi di Wilayah Nusa Tenggara diarahkan menjadi pusatpusat pertumbuhan ekonomi yang memiliki daya saing nasional dan internasional berbasis pengembangan industri MICE, serta pengembangan industri berbasis peternakan terutama sapi, garam, rumput laut, jagung, mangan, dan tembaga. Persebaran pengembangan kawasan strategis di Wilayah Nusa Tenggara, yaitu: (1) Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat Kawasan 182
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Bima dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika; (2) Provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat KAPET Mbay; serta (3) kawasan agropolitan, minapolitan, sebagai hinterland KAPET dan KEK. Percepatan pembangunan kawasan strategis dilakukan melalui strategi sebagai berikut: 1. Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah di Koridor Ekonomi Nusa Tenggara Pengembangan kegiatan ekonomi di kawasan strategis dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan dan memberdayakan masyarakat berbasis potensi ekonomi wilayah, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas unggulan. a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Menyiapkan kawasan KEK Mandalika sebagai pusat kegiatan MICE bertaraf internasional; b) Meningkatkan produktivitas industri kreatif penunjang pariwisata kawasan KEK Mandalika; c) Meningkatkan logistik penunjang kegiatan parawisata di kawasan KEK Mandalika. b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) a) Menyiapkan kawasan pengelolaan klaster-klaster komoditas unggulan sapi, garam, rumput laut, dan jagung secara terpadu; b) Meningkatkan pembinaan dan pendampingan pengelolaan komoditas unggulan sapi, garam, rumput laut, dan jagung untuk meningkatkan produktivitas. c) Mengembangkan industri hilir yang sesuai dengan komoditas unggulan. 2. Percepatan Penguatan Konektivitas Peningkatan konektivitas antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya yang di dalamnya adalah daerah tertinggal dan KEK Mandalika sebagai penunjang Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
183
dalam peningkatan kinerja pembangunan ekonomi kawasan, dilakukan melalui: a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Pengembangan Bandara Internasional Lombok; b) Penanganan ruas jalan Pemenanng – Mataram; b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) a) Pembangunan ruas jalan Bangau - Dompu - Ramba Labuhan Bajo; b) Pembangunan Bendungan Tanju-Mila; c) Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bima, PLTP Hu’u, PLTP Mataloka dan penyediaan jaringan penyaluran energi berupa saluran udara tegangan tinggi (SUTT) di sekitar kawasan. 3. Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Meningkatkan kualitas SDM Badan Pengelola dan Administratur KEK Mandalika di bidang perencanaan, penganggaran, dan pengelolaan kawasan; b) Pengembangan sarana prasarana pendidikan dan pelatihan profesi untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, khususnya di bidang industri jasa pariwisata; c) Peningkatan koordinasi antara Badan Pengelola KEK, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah; d) Peningkatan kemampuan pengelolaan investasi di KEK Mandalika. e) Pembangunan Science Park berteknologi tinggi sebagai sarana peningkatan kualitas SDM kawasan b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) a) Restrukturisasi kelembagaan dan peningkatkan kualitas SDM Badan Pengelola KAPET di bidang perencanaan, penganggaran, dan pengelolaan kawasan; 184
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
b) Memberikan pembinaan kelembagaan yang mendukung perubahan pola pikir bisnis berorientasi daya saing secara komparatif dan kompetitif; c) Pengembangan sarana dan prasarana pendidikan serta tenaga terampil untuk meningkatkan kualitas SDM terhadap kompetensinya mengelola industri peternakan sapi, garam, rumput laut, dan jagung; d) Pembangunan Technology Park bidang pangan dan maritim untuk meningkatkan inovasi teknologi. 4. Penguatan Regulasi bagi Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Membuat regulasi terkait dengan pelimpahan kewenangan antara pusat, daerah, dan instansi terkait kepada administrator kawasan-kawasan pertumbuhan; b) Memberikan pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi secara Elektronik (SPIPISE) bidang perindustrian, perdagangan, pertanahan, penanaman modal. b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) a) Harmonisasi peraturan perundangan terkait dengan iklim investasi, diantaranya adalah PP Nomor 147 Tahun 2000 Tentang Perlakuan Perpajakan di KAPET; b) Membuat regulasi terkait dengan pembagian kewenangan antar instansi dan antara Kabupaten/Kota, provinsi, dan pusat di pusat-pusat pertumbuhan; c) Melaksanakan sosialisasi terkait dengan pemanfaatan lahan sebagai peruntukan investasi.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
185
4.5.2. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan 4.5.2.1 Pengembangan Kawasan Perkotaan Arah kebijakan pengembangan kawasan perkotaan di Wilayah Nusa Tenggara diprioritaskan pada percepatan keterkaitan dan manfaat antar kota dan desa dengan kota, melalui Penguatan Sistem Perkotaan Nasional (SPN) melalui pembentukan 1 Kawasan Perkotaan Metropolitan, yaitu Kawasan Perkotaan Metropolitan Gumi Rinjani Raya (Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Utara) (lihat tabel 4.4). Pengembangan kawasan perkotaan di Wilayah Nusa Tenggara juga diarahkan pada upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik dan pengembangan perekonomian masyarakat yang diprioritaskan pada bidang pariwisata, pengolahan sektor primer,dan pengembangan sektor perdagangan dan jasa. Percepatan pembangunan kawasan perkotaan di Wilayah Nusa Tenggara dilakukan melalui berbagai strategi, sebagai berikut: 1.
Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN) a. Membentuk Kawasan Perkotaan Metropolitan dalam rangka membangun koridor ekonomi wilayah timur Indonesia, mengurangi urbanisasi dari luar Jawa ke Pulau Jawa, serta diharapkan mampu mengurangi ketimpangan antar kota maupun kota-desa; b. Meningkatkan aksesibilitas berbasis kepulauan antar PKN, PKW, dan PKL disekitarnya melalui penyediaan simpul transportasi terutama laut dan udara; dan c. Mengembangkan konektivitas dengan Pulau Bali pada sektor unggulan pariwisata.
186
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 N M J P R a r a g g n e T a s u N . h a 1 . y a 4 l r i a b W m n a a h G u b m u t r e P t a s u P t a s u P i s a k o L a t e P
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
187
2.
Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota layak huni yang aman dan nyaman pada kawasan metropolitan dan kota sedang di luar Jawa termasuk kawasan perbatasan, kepulauan, dan pesisir a. Mempercepat pemenuhan dan peningkatan pelayanan sarana prasarana permukiman; b. Meningkatkan aksesibilitas antar kota melalui penyediaan sarana transportasi umum antarmoda khususnya transportasi laut dan darat secara terpadu dan optimal; c. Menyediakan sarana prasarana pemerintahan dan ekonomi, khususnya di sektor perdagangan dan jasa serta pariwisata yang mampu mengakomodasi kegiatan koperasi, UMKM, industri pengolahan kecil dan menengah; d. Menyediakan sarana pengolahan perindustrian khususnya industri pengolahan untuk mengakomodasi dan mengembangkan kawasan perindustrian yang sudah ditetapkan e. Menyediakan pelayanan prasarana sarana kesehatan, pendidikan, sosial budaya, dan keamanan kota serta meningkatkan modal sosial masyarakat serta memberikan rasa aman dan tentram bagi masyarakat kota; f. Mengembangkan konsep insentif dan disinsentif dalam pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP).
3.
Perwujudan Kota Hijau yang Berketahanan Iklim dan Adaptif terhadap Bencana a. Mewujudkan penyelenggaraan ruang yang efisien dan berkeadilan serta ramah lingkungan; b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam upaya adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan mitigasi bencana (urban resilience).
188
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
c. Memban Membangun gun infras infrastru truktu kturr kota kota dalam dalam upaya upaya adaptas adaptasii dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim dan bencana; d. Meng Mengem emba bang ngka kan n dan mene menera rapk pkan an kons konsep ep kota kota hija hijau u melalui: green openspace (ruang terbuka hijau), green waste (pengelolaan sampah dan limbah melalui 3R )untuk pengurangan tingkat pencemaran di darat, laut, dan dan udar udara, a, pema pemanfa nfaat atan an ener energi gi alte altern rnat atif if dan dan terbarukan, pemanfaatan daur ulang. 4.
Perw Pe rwuj ujud udan an Ko Kota ta Ce Cerd rdas as da dan n Daya Daya Sai Saing ng Ko Kota ta a. Meng Mengem emba bang ngka kan n penc pencit itra raan an kota kota (city (city branding) branding) melalui produk unggulan, SDM unggulan dan memiliki karakter sosial sosial budaya lokal yakni potensi potensi pariwisata; pariwisata; b. Mening Meningkat katkan kan jumlah jumlah tenaga tenaga kerja kerja ahli ahli dan dan teramp terampil il melalui melalui penyediaan penyediaan sarana sarana prasarana prasarana pendidikan pendidikan tinggi tinggi dan pelatihan kejuruan (higher ( higher education and vocational training) training) di bidang bidang pariwisata pariwisata agar agar memiliki memiliki daya saing saing dan kemampuan memasarkan produk unggulan; c. Menyediaka Menyediakan n layanan layanan publik berbasis berbasis Tekno Teknologi logi Informasi dan Komunikasi untuk mendukung kegiatan seluruh sektor dalam bentuk e-government pada sektor pemerintahan, e-commerce pada sektor perdagangan, e procurement atau procurement atau lelang elektronik d. Meny Menyed edia iaka kan n laya layana nan n pub publi lik k ser serta ta pere perenc ncan anaa aan, n, pengoperasian dan pemeliharaan sarana prasarana kota melalui penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam bentuk e-government e-government dan dan e-commerce; e. Men Menge gemb mban ang gkan kan pasar asar keuan euang gan dala dalam m ben bentu tuk k penyediaan kredit lunak kepada industri kecil, koperasi dan UMKM.
5.
Kebija Kebijakan kan untuk untuk Meni Meningk ngkatk atkan an Kapas Kapasita itass Tata Tata Kelo Kelola la Pembangunan Perkotaan a. Mewu Mewuju judk dkan an sist sistem em,, perat peratur uran an dan dan pro prose sedu durr dalam dalam birokrasi kepemerintahan kota yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat kota;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
189
b. Mening Meningkat katkan kan kapasi kapasitas tas pemimpi pemimpin n kota kota yang yang vision visioner er dan kapasitas aparatur pemerintah dalam membangun dan mengelola mengelola kota berkelanjut berkelanjutan, an, baik baik melalu melaluii kota kota layak dan nyaman, kota hijau, maupun kota cerdas, melalui pendidikan, pelatihan dan pembinaan secara bersikenambungan; c. Menyed Menyederh erhana anakan kan proses proses periji perijinan nan dan berusa berusaha ha bagi bagi para para pelaku pelaku ekonom ekonomii term termasu asuk k Pelaya Pelayanan nan Terpadu Terpadu Satu Satu Pintu (PTSP); d. Memb Memban angu gun n dan dan meng mengem emban bangk gkan an kele kelemba mbaga gaan an dan dan kerjasama pembangunan antar kota, untuk mewujudkan kota berkelanjutan; e. Mengem Mengemban bangka gkan n dan menyed menyediak iakan an pusat pusat data data informa informasi si perkotaan terpadu yang mudah diakses; f. Meni Mening ngka katk tkan an pera peran n swast swasta, a, or orga gani nisa sasi si masya masyara raka kat, t, dan organisasi profesi secara aktif, baik dalam forum dialog perencanaan dengan pemerintah dan masyarakat perkotaan, maupun dalam pembangunan kota berkelanjutan, seperti: pembangunan infrastruktur perkotaan maupun masukan terhadap rencana tata ruang kota; g. Men Menge gemb mban ang gkan kan lemb lembag aga a bant bantua uan n pembiayaan infrastruktur perkotaan.
teknis knis
dan dan
4.5.2.2 4.5.2.2 Pengembanga Pengembangan n Wilayah Perdesaan Perdesaan Arah kebijakan pengembangan desa dan kawasan perdesaan perdesaan di di Wilayah Wilayah Nusa Nusa Tengg Tenggara ara adalah adalah meningkatka meningkatkan n kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, membangun potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya sumberdaya alam dan lingkungan lingkungan secara berkelanjuta berkelanjutan n dengan dengan sasaran berkurangnya jumlah desa tertinggal sedikitnya 260 desa atau meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 100 desa. Selain itu, membang membangun un keterka keterkaitan itan ekono ekonomi mi lokal lokal antara antara perkotaan dan perdesaan melalui integrasi perdesaan mandiri pada 4 kawasan kawasan pertumbuhan pertumbuhan,, yang secara secara rinci rinci dapat dilihat dilihat 190
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
pada pada tabel tabel 4.5. 4.5. Dalam Dalam rang rangka ka perce percepat patan an pemban pembangu gunan nan desa desa dan kawa kawasan san perde perdesaa saan n di Wilaya Wilayah h Nusa Nusa Tenggar Tenggara a akan akan dilakukan: 1. Pemenuhan Pemenuhan Standar Standar Pelayanan Pelayanan Minimum Minimum sesuai dengan dengan kondisi geografis Desa a. Pemban Pembangun gunan an maup maupun un peningk peningkata atan n kualit kualitas as sarana sarana dan prasarana dasar bidang pendidikan, khususnya PAUD, sekolah dasar dan sekolah menengah di desa tertinggal dan desa perbatasan; b. Penyediaan Penyediaan sarana sarana dan dan prasarana prasarana keseha kesehatan tan melalui melalui penyediaan poskesdes dan/atau pustu di desa tertinggal, desa berkembang, dan desa perbatasan; c. Penyediaan Penyediaan sarana sarana dan prasar prasarana ana perumahan perumahan di kawasan kawasan desa tertinggal dan berkembang khususnya dalam penyediaan air bersih; bersih; d. Peningkata Peningkatan n distribusi distribusi dan penguatan penguatan kapasitas kapasitas tenaga tenaga pendidik dan tenaga kesehatan termasuk tenaga medis lokal khususnya di desa-desa terpencil; e. Peningkata Peningkatan n kualitas kualitas sarana sarana dan prasara prasarana na transportas transportasi, i, baik darat, laut, maupun udara; f. Peningkata Peningkatan n kapasita kapasitass dan kualitas kualitas jaring jaringan an listrik listrik (tenaga (tenaga surya, tenaga air, mikro hidro, dll) dan jaringan telekomunikasi. 2. Penan Penanggul ggulang angan an kemisk kemiskin inan an dan penge pengemban mbangan gan usaha usaha ekonomi Desa a. Peningkata Peningkatan n peran dan dan kapasitas kapasitas pemerint pemerintah, ah, pemerintah pemerintah daerah dan pemerintah desa dalam memajukan ekonomi masyarakat miskin dan rentan sesuai karakter lokal; b. Peningkata Peningkatan n kapasitas kapasitas masyarak masyarakat at miskin miskin dan rentan rentan dalam pengembangan usaha berbasis sumberdaya local; c. Pemberian Pemberian dukung dukungan an bagi masyarakat masyarakat miskin dan rentan rentan melalui penyediaan lapangan usaha, dana bergulir, dan lembaga keuangan mikro yang disesuaikan dengan karakteristik sosial budaya setempat;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
191
d. Pemberian Pemberian jaminan jaminan sosial sosial bagi bagi masyarakat masyarakat miskin miskin dan dan rentan di Desa; e. Penyediaan Penyediaan dan dan peningka peningkatan tan sarana sarana dan prasarana prasarana produksi (benih, pupuk, jaringan irigasi, revitalisasi bendungan, armada perikanan, alat tangkap, bahan bakar, sistem informasi nelayan), pasca panen (sistem logistik), pengolahan produk pertanian dan perikanan skala rumah tangga desa. 3. Pembangun Pembangunan an Sumber Sumber Daya Manusia, Manusia, Keber Keberdayaan dayaan,, dan dan Modal Sosial Budaya Masyarakat Desa a. Peningkata Peningkatan n keberdayaan keberdayaan masyara masyarakat kat perdesaan perdesaan,, melalui fasilitasi dan pendampingan berkelanjutan dalam perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan desa; b. Peng Pengua uata tan n lemb lembag aga a ada adatt dan dan Desa Desa Adat Adat (lodok lingko, ngende, papalele, awig-awig), awig-awig ), sert serta a perlin perlindu dung ngan an hakhak-ha hak k masyarakat adat sesuai dengan perundangan yang berlaku; c. Penguatan Penguatan peran lembaga lembaga adat/masy adat/masyaraka arakatt adat dalam pembangunan desa melalui kerjasama antar lembaga adat/masyarakat adat dan antara lembaga adat/masyarakat adat dengan Pemerintah Desa; Desa; d. Pengua Penguatan tan peran peran pemuda, pemuda, perempu perempuan, an, dan kaum kaum marji marjinal nal dalam perekonomian, ketahanan pangan, dan pendidikan (arisan pendidikan, PUK/JARPUK, papalele/pedagang papalele/pedagang pinggiran, lumbung pangan desa); e. Peningkata Peningkatan n kesadaran kesadaran masyara masyarakat kat terhadap terhadap pentingn pentingnya ya pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat di desa tertinggal; f. Pening Peningkat katan an kapasit kapasitas as masyar masyaraka akatt dalam dalam kewirausahaan berbasis potensi lokal; dan
bidang bidang
g. Meningkatk Meningkatkan an kapasitas kapasitas masyar masyarakat akat dalam dalam menghadapi menghadapi kebijakan shareholding pemerintah, desa, dan pihak ketiga;
192
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
4. Perwujudan Perwujudan Tata Tata Kelola Pemerin Pemerintahan tahan Desa Desa yang Baik a. Sosiali Sosialisas sasii peratur peraturan an pelaks pelaksana anaan an UU No.6/ No.6/201 2014 4 tentang tentang Desa; b. Penyediaan Penyediaan dan dan peningkatan peningkatan kualita kualitass sarana prasarana prasarana pemerintahan desa. c. Fasilitasi Fasilitasi peningk peningkatan atan kapasitas kapasitas pemerint pemerintah ah desa, desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan lembaga-lembaga lainnya di tingkat desa dalam (i) Perencanaan, pelaksanaan dan monitoring pembangunan desa, (ii) Pengelolaan keuangan desa, (iii) Pelayanan publik, (iv) Penyiapan dan penetapan batas desa (khususnya desadesa perbatasan); serta (v) peta desa; d. Penguatan Penguatan pemerin pemerintah tah desa, desa, masyarak masyarakat, at, dan kelembagaan kelembagaan masyarakat masyarakat dalam meningkatkan meningkatkan ketahanan ekonomi, sosial, lingkungan keamanan dan politik; e. Pengem Pengemban bangan gan data data dan dan inform informasi asi desa desa yang yang diguna digunakan kan sebagai acuan bersama perencanaan dan pembangunan desa. f. Peng Pengua uata tan n pera peran n kade kaderr desa desa (community (community center ) untuk perlindungan dan pemberdayaan buruh migran dan keluarganya. 4. Pengelolaan Pengelolaan sumber sumber daya daya alam dan lingkungan lingkungan hidup hidup berkelanjutan, penataan ruang kawasan perdesaan, serta mewujudkan kemandirian pangan a. Peningkata Peningkatan n pengendali pengendalian an laju alih alih fungsi fungsi lahan lahan pertanian pertanian dan kawasan pesisir antara lain melalui redistribusi lahan kepada petani, buruh tani, dan nelayan (land ( land reform); reform); b. Fasilitasi Fasilitasi penentuan penentuan tapal tapal batas Desa Desa yang rawan rawan konflik; konflik; c. Menjamin Menjamin hak hak bagi bagi desa-des desa-desa a dalam dalam pemanfaat pemanfaatan, an, pengel pengelola olaan, an, dan dan kon konser servas vasii sumber sumber daya daya alam dan lingkungan hidup berskala lokal yang seimbang, berkelanjutan, dan berwawasan mitigasi bencana; d. Fasilitasi Fasilitasi peningka peningkatan tan kesadar kesadaran an dan kemampuan kemampuan masyarakat dalam mewujudkan kemandirian pangan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
193
melalui pengenalan kembali keragaman potensi pangan lokal; e. Fasilitasi Fasilitasi pening peningkata katan n kesadara kesadaran n dan kemampua kemampuan n masyarakat dalam mewujudkan kemandirian energi melalui penggunaan dan pemeliharaan energi alternatif (surya, mikro hidro); f. Fasilit Fasilitasi asi penyed penyediaa iaan n sistem sistem pertani pertanian an tadah tadah hujan hujan berbasis kearifan lokal; g. Rehabil Rehabilita itasi si dan konser konservas vasii daer daerah ah pesisi pesisirr dan pulaupulaupulau kecil. 5. Pengemban Pengembangan gan ekonomi ekonomi kawasan perdesaa perdesaan n untuk mendorong keterkaitan desa-kota a. Mewujudkan Mewujudkan sentra sentra industri industri perikan perikanan an (rumput (rumput laut, laut, perikanan tangkap, perikanan budidaya) terutama di kawasan Jerowaru, Keruak, Lape, dan pertanian unggulan (gaharu, cendana, kemiri, mete, padi, jagung) terutama di kawasan Moyo Hilir, Moyo Utara, Utan, Dompu, Soa, dan peternakan modern (sapi) di kawasan Ngada dan Ende. b. Fasilitasi Fasilitasi dan pemberi pemberian an dukungan dukungan kepada kepada masyaraka masyarakat t dalam mengembangk mengembangkan an usaha usaha yang yang mendukung mendukung wisata wisata bahari di kawasan Ende-Kelimutu dan wisata pegunungan di Rinjani. 4.5.2. 4.5.2.3 3 Penin Peningkat gkatan an Kete Keterkai rkaitan tan Kota Kota dan dan Desa Desa di di Wilayah Wilayah Nusa Nusa Tenggar Tenggara a Peningkatan keterkaitan itan desa-k a-kota di Wilay layah Nusa Tengga Tenggara ra diarah diarahkan kan denga dengan n memperk memperkuat uat 4 pusat pusat pertum pertumbuh buhan, an, yaitu Kawasan Kawasan Praya Praya dan sekita sekitarnya rnya (Prov (Prov.. NTB), Sumbawa Sumbawa Besar dan sekitarnya (Prov. NTB), Raba dan sekitarnya (Prov. NTB), serta Kawasan Ende dan sekitarnya (Prov. NTT). Kawasan-kawasan ini mencakup kawasan transmigrasi, kawasan agropolitan dan minapolitan, serta kawasan pari pariwi wisa sata ta (lih (lihat at tabe tabell 4.5) 4.5).. Ara Arah h kebi kebija jaka kan n dan dan stra strate tegi gi peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Nusa Tenggara adalah sebagai berikut:
194
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
1.
Perwujud Perwu judan an Kone Konekti ktivit vitas as antar antar Kota Kota Sedan Sedang g dan Kota Kota Kecil, dan antar Kota Kecil dan Desa, serta antar Pulau a. Mempercepat Mempercepat pembang pembangunan unan infrastr infrastruktur uktur transpo transportasi rtasi untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal; b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan Lintas Nusa Tenggara, pelabuhan Sumbawa Besar dan Raba, bandar udara yang melayani Kawasan Sumbawa Besar dan Ende serta angkutan penyeberangan yang melayani Kawasan Ende; c. Menerapkan Menerapkan teknol teknologi ogi informa informasi si dan komunik komunikasi asi untuk untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah; d. Mempercepat Mempercepat pemenuhan pemenuhan suplai suplai energi/lis energi/listrik trik untuk untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri.
2.
Perwujud Perwu judan an kete keterkai rkaitan tan antara antara kegi kegiata atan n ekono ekonomi mi hulu hulu dan hilir desa-kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi a. Mengembang Mengembangkan kan sentra sentra produk produksi si dan pengola pengolahan han hasil hasil pertanian di Kawasan Praya, Sumbawa Besar, Raba, dan Ende, serta sentra produksi dan pengolahan hasil perikanan/kelautan di Kawasan Praya dan Sumbawa Besar; b. Meningkatk Meningkatkan an akses akses desa-desa desa-desa produksi produksi menuju menuju pusat pusat pertumbuhan (lihat tabel 5.3) dan simpul-simpul transportasi, pengembangan pasar, dan toko sarana dan prasarana produksi; c. Mengembang Mengembangkan kan daya daya tarik tarik wisata wisata Taman Nasion Nasional al dan sejarah di Kawasan Pariwisata Rinjani melalui peningkatan promosi dan ketersediaan infrastruktur penunjang, meliputi perbaikan akses menuju obyek wisata, peningkatan kualitas hotel, rumah makan, dan fasilitas umum.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
195
d. Mengembang Mengembangkan kan daya daya tarik wisata wisata Taman Taman Nasional Nasional dan dan bahari di Kawasan Pariwisata Ende-Kelimutu melalui pening peningkat katan an keterse ketersedia diaan an promos promosii dan keterse ketersedia diaan an infrastru infrastruktur ktur penunjang, penunjang, meliputi meliputi pengemba pengembangan ngan dan peningkatan fasilitas pelayaran dan jalur darat menuju destinasi wisata, pengembangan akomodasi wisata ecolodge, toko souvernir, restauran dan rumah makan tradisional. e. Membangun Membangun bank bank pertanian pertanian dan perika perikanan nan untuk untuk meningkatkan akses terhadap modal usaha di sektor pertanian pertanian dan perikana perikanan; n; dan f. Men Menge gemb mban ang gkan kan Techno Park berbasis pertanian dan perikanan rakyat yang mendukung penerapan teknologi dan inovasi inovasi untuk untuk meningkatka meningkatkan n nilai tambah dan dan daya saing industri pengolahan dan jasa. 3.
Peningkat Pening katan an Kapa Kapasit sitas as Tata Tata Kelol Kelola, a, Kele Kelemba mbagaan gaan,, dan dan Masyarakat dalam Peningkatan Keterkaitan Kota-Desa a. Mengembang Mengembangkan kan sistem sistem perdag perdagangan angan antar daerah daerah yang yang efisien; b. Mengembang Mengembangkan kan sistem sistem Pelayanan Pelayanan Terpadu Terpadu Satu Pintu Pintu di daerah; c. Meningkatk Meningkatkan an kapasit kapasitas as pemerint pemerintah ah daerah daerah dalam perencanaan dan penyelenggaraan kerjasama antar daerah dan kerjasama antar pemerintah-swasta dalam tata kelola ekonomi lokal; d. Mengembang Mengembangkan kan pendidi pendidikan kan kejurua kejuruan n untuk untuk memperkuat kemampuan kemampuan inovasi, dan kreatifitas kreatifitas lokal lokal di sektor pertanian dan perikanan; e. Meningkatk Meningkatkan an pengetahua pengetahuan n dan dan kemampuan kemampuan masyarakat mengenai kelestarian laut dan pesisir serta mitigasi bencana, terutama di Kawasan Perdesaan Pesisir Praya, Sumbawa, Raba, dan Ende;
Secara diagramatis, lokasi prioritas pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan dapat dilihat pada Gambar 4.2 4.2 dan dan Tabe Tabell 4.4 - 4.5. 4.5.
196
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Tabel 4.4. Lokasi Prioritas Kawasan Strategis Nasional Perkotaan Sebagai Pusat Pertumbuhan Wilayah Di Wilayah Nusa Nusa Tenggara Kode K1
Lokasi Prioritas KSN (Usulan) Perkotaan Mataram Raya (Mataram, (Mataram, Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Ut Utara) ara)
Fokus Pengembangan Diarahkan untuk menjadi pusat kegiatan Nasional (PKN) yang berorientasi pada upaya mendorong perkembangan sektor produksi wilayah seperti kehutanan, pert pertam amba bang ngan an biji bijihh hh besi besi dan agroindustri serta industri pengolahan
Sumber : Bappenas, 2014 Tabel 4.5. Lokasi Prioritas Prioritas Peningkatan Keterkaitan Desa-Kota Untuk Memperkuat Memperkuat Pusat Pusat Pertumb Pertumbuhan uhan di Wilayah Nusa Tenggara Kode D1
Lokasi Kawasan Praya dan sekitarnya (Kab. Lombok Timur, Kab. Lombok Barat, Prov. NTB)
Kelompok Ka Kawasan • •
•
•
PKWPraya PKWPraya Kawasan Minapolitan Perikanan Tangkap: Jerowaru, dan Keruak Kawasan Transmigrasi: Keruak , Selong Belanak Kawasan Pariwisata: KSPN
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
•
• •
•
Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap Padi Wisata Taman Nasional Wisata Sejarah
197
Kode
Lokasi Kawasan
Kelompok Ka Kawasan
• •
D2
Sumbawa Besar dan sekitarnya (Kab. Sumbawa, Prov. NTB)
•
•
•
•
D3
Raba dan sekitarnya (Kab. Dompu, Prov. NTB)
• •
•
• •
D4
198
Ende dan sekitarnya (Kab. Ngada, Kab. Ende, Prov. NTT)
• •
•
Komoditas Unggulan
Rinjani KEK Mandalika Kota Otonom Terdekat : Mataram PKW Sumbawa Besar Kawasan Agropolitan Agropolitan (Padi): Moyo Hilir, Moyo Utara Kawasan Agropolitan Agropolitan (Jagung): Utan Kawasan Minapolitan Perikanan Budidaya: Lape PKW Raba Kawasan Agropolitan Agropolitan (Jagung): Dompu (Kec. Manggalewa) Manggalewa) Kawasan Transmigrasi: Dompu, Hu’u KAPET Bima Kota Otonom Terdekat : Bima PKW Ende Kawasan Agropolitan Agropolitan (Padi): Soa Kawasan Transmigrasi:
• • •
• •
• • • •
•
Padi Jagung Rumput Laut
Jagung Sapi
Padi Kopi Sapi Wisata Budaya Wusata
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kode
Lokasi Kawasan
Kelompok Ka Kawasan
•
•
Maronggela Kawasan Pariwisata: KSPN Ende-Kelimutu KAPET Mbay
•
Komoditas Unggulan Pantai/ Bahari Wisata Taman Nasional
Sumber : Bappenas, 2014
4.5. 4.5.3 3 Peng Pengem emba bang ngan an Daer Daerah ah Tert Tertin ingg ggal al da dan n Ka Kawa wassan Perbatasan 4.5.3.1 Pengembanga Pengembangan n Daerah Tertin Tertinggal ggal Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Nusa Tenggara difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik dan pengembangan perekonomian masyarakat yang berbasis pariwisata, perikanan, dan peternakan yang didukung oleh Sumb Sumber er Day Daya a Manu Manusi sia a (S (SDM DM)) yan yang g berk berkual ualit itas as hand handal al dan dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan kawasan strategis. Percepatan pembangunan daerah tertinggal dilakukan melalui strategi sebagai berikut: 1. Pemenuhan Pemenuhan Pelayanan Pelayanan Publik Publik Dasar Mendukung pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayan pelayanan an publik publik dasar di di daerah tertinggal tertinggal dengan dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Bida Bidang ng Pe Pend ndid idik ikan an 1.
Pemerataan distribus busi tenag aga a pen pendidik di wila ilayah Nusa Tenggara Tenggara bagian timur dan kawasan perbatasan;
2.
Peningk Pen ingkat atan an kapas apasit itas as tena tenag ga pend pendid idik ik di wilay ilayah ah Nusa Tenggara Tenggara bagian timur dan kawasan perbatasan
3.
Pember Pemb eria ian n ins insen enti tiff tena tenaga ga pendi pendidi dik k di wila wilaya yah h Nus Nusa a Tenggara bagian timur dan perbatasan;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
199
n a a s e d r e P n a d n a a t o k r e P a r n a a s g g n . a e w 2 . a T 4 K a r n s a u b a g N m n h a a a G b y a l m i e g W n e P s a t i r o i r P i s a k o L a t e P
200
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
4.
Penyediaan rumah dinas tenaga pendidik di wilayah Nusa Tenggara bagian timur dan perbatasan;
5.
Penyelenggaraan guru kunjung di wilayah Nusa Tenggara bagian timur dan kawasan perbatasan;
6.
Pengembangan sekolah Tenggara bagian barat;
7.
Penyelenggaraan sekolah satu atap di daerah tertinggal dan perbatasan (SD, SMP, SMA/SMK);
8.
Pembangunan sekolah berasrama di wilayah Nusa Tenggara bagian timur dan perbatasan;
9.
Pengembangan asrama sekolah;
kecil
di
wilayah
Nusa
10. Penyediaan bus sekolah; 11. Pengembangan pendidikan jarak jauh; 12. Pengembangan pendidikan kesetaraan (kelompok belajar paket A,B,C); 13. Pemberian kuota khusus beasiswa Perguruan Tinggi untuk daerah tertinggal. b. Bidang Kesehatan 1.
2.
3.
4. 5. 6. 7.
Pemerataan distribusi tenaga kesehatan di Kabupaten Sabu Raijua, Timor Tengah Selatan, dan Timor Tengah Utara; Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di Kabupaten Sabu Raijua, Timor Tengah Selatan, dan Timor Tengah Utara; Pemberian insentif tenaga kesehatan di Kabupaten Sabu Raijua, Timor Tengah Selatan, dan Timor Tengah Utara; Penyediaan rumah dinas tenaga kesehatan di bagian timur Nusa Tenggara dan perbatasan; Pengadaan sarana kesehatan keliling di bagian timur Nusa Tenggara dan perbatasan; Pengadaan puskesmas terapung di kawasan pulau kecil terluar; Pengadaan rumah sakit terapung di kawasan pulau kecil terluar;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
201
8.
Pengembangan fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pratama di bagian timur Nusa Tenggara dan perbatasan; 9. Pemerataan alat kesehatan dan obat-obatan di daerah tertinggal dan perbatasan; 10. Pengembangan telemedis di daerah tertinggal. c. Bidang Energi 1.
Pengembangan PLTMH, PLTS, PLTU di kawasan terpencil dan perbatasan di Nusa Tenggara bagian Timur;
2.
Pemberian bantuan subsidi listrik pada pemakaian 30-60 kWh;
3.
Pengembangan energi biogas ramah lingkungan;
4.
Penyediaan bahan bakar minyak di wilayah terpencil dan perbatasan;
d. Bidang Informasi dan Telekomunikasi 1. Pengembangan radio komunitas dan radio komunikasi khususnya yang menghubungkan wilayah perbatasan, bagian timur Nusa Tenggara, dan pusat-pusat pertumbuhan; 2. Pembangunan menara penguat sinyal; 3. Pengembangan radio penguat siaran RRI dan TVRI, khususnya di wilayah terisolir dan perbatasan; 4. Pengembangan jaringan internet; 5. Pengembangan pusat informasi desa/balai rakyat di wilayah Nusa Tenggara Timur. e. Bidang Permukiman dan Perumahan 1. Pembangunan perumahan layak huni di terisolir dan perbatasan; 2. Pembangunan sarana air bersih sehat di seluruh kampung terutama di wilayah terisolir dan perbatasan; 3. Perbaikan lingkungan permukiman tidak layak huni khususnya di kawasan perhutanan dan pesisir.
202
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
2. Pengembangan Ekonomi Lokal Pengembangan kinerja perekonomian masyarakat di daerah tertinggal secara terpadu dalam rangka meningkatkan nilai tambah sesuai dengan karakteristik, posisi strategis, dan keterkaitan antar kawasan. Strategi ini meliputi aspek infrastruktur, manajemen usaha, akses permodalan, inovasi, dan pemasaran dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di wilayah Nusa Tenggara melalui penyediaan tenaga pendamping masyarakat khususnya dalam bidang pariwisata, perikanan, dan peternakan; b. Optimalisasi peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) khususnya sektor pariwisata, perikanan laut, dan subsektor perikanan laut; c. Pengembangan sistem logistik ikan melalui penyediaan Cold Storage disetiap sentra perikanan; d. Kerjasama investasi antara pemerintah daerah, sektor swasta dan pelaku usaha lainnya seperti perbankan dan koperasi; e. Pengembangan jaringan irigasi; f. Peningkatan produksi dan mutu tanaman berkelanjutan di bagian barat Nusa Tenggara;
buah
g. Peningkatan produksi komoditas jagung di Kabupaten Dompu; h. Peningkatan produksi ternak melalui pendayagunaan sumber daya lokal; i. Pengembangan sentra produksi rumput laut; j. Pengembangan sentra kuliner pengolahan hasil laut di wilayah pesisir; k. Pengembangan pusat-pusat peternakan modern; l. Pengembangan gudang dan fasilitas pengolahan pasca panen bidang pertanian; m. Pengembangan kegiatan kepariwisataan bahari dan sosial-budaya melalui peningkatan insfrastruktur, sarana, promosi, serta peningkatan peran serta masyarakat adat, Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
203
khususnya di Kabupaten Sumba Barat, Bima, Manggarai Barat, Ende, Alor, Flores Timur, Kupang, dan Rote Ndao; n. Pengembangan rumah pusat kebudayaan dan kesenian, museum; o. Pengembangan pasar kecamatan tradisional. 3. Penguatan Konektivitas dan Sislognas Peningkatan konektivitas daerah tertinggal dengan kawasan strategis yang diprioritaskan pada ketersediaan sarana dan prasarana penunjang peningkatan kinerja pembangunan ekonomi daerah dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Membuat sistem konektivitas laut untuk mendistribusikan hasil bumi menuju lokasi di luar Wilayah Nusa Tenggara; b. Peningkatan kapasitas pelayanan Bandara Nagekeo; c. Peningkatan kapasitas pelabuhan kapal penumpang dan ferry; d. Pengadaan unit armada ferry baru di wilayah Nusa Tenggara; e. Pengembangan jalan penghubung menuju kawasan strategis (Kapet Bima) di Kabupaten Dompu dan Bima; f. Pengembangan Tenggara;
bandara
perintis
di
kawasan
Nusa
g. Pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur transportasi (jalan dan jembatan) difokuskan pada Wilayah Nusa Tenggara bagian barat; h. Penyediaan moda karakteristiknya;
transportasi
sesuai
dengan
i. Pembangunan dermaga di pulau-pulau kecil yang tersebar di Wilayah Nusa Tenggara; j. Pengembangan kapal perikanan tangkap 30 GT di kawasan perbatasan wilayah Nusa Tenggara; k. Pengembangan jalur keperintisan laut di Wilayah Nusa Tenggara; l. Pembangunan Tenggara. 204
bandara
perintis
di
Wilayah
Nusa
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
4. Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan kapasitas kelembagaan pemangku kepentingan pembangunan daerah tertinggal di pusat maupun di daerah yang terintegrasi untuk menunjang pengelolaan pariwisata, perikanan, dan peternakan. Strategi ini meliputi aspek peraturan perundangan, tata kelola, SDM, rumusan dokumen kebijakan, dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Prioritas program untuk mendukung strategi ini adalah sebagai berikut: a. Peningkatan kualitas aparatur daerah khususnya pada pemenuhan SPM pada bidang pendidikan, kesehatan, listrik, informasi, dan telekomunikasi di daerah tertinggal dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian; b. Pengembangan pusat informasi pemasaran serta teknologi, pendidikan, pelatihan, pengembangan SDM pelaku usaha untuk menunjang pengembangan usaha khususnya sektor pariwisata, perikanan laut, dan subsektor perikanan laut; c. Peningkatan kompetensi guru di daerah tertinggal melalui pelatihan; d. Pengembangan sekolah kejuruan dan politeknik e. Pembinaan dan pengembangan ketenagalistrikan; f. Pengembangan Balai Pelatihan Kerja dan Kewirausahaan; g. Pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat berbasis pengembangan pariwisata, perikanan, dan peternakan. 5. Penguatan Regulasi dan Insentif Dalam upaya mendukung percepatan pembangunan daerah tertinggal, bentuk afirmasi yang lebih nyata dan konkrit dilakukan dengan evaluasi terhadap harmonisasi regulasi untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam pengelolaan hasil bumi dan energi melalui pelaksanaan prioritas program sebagai berikut: a. Penyusunan Strategi Daerah tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal; Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
205
b. Penyusunan rencana induk dan rencana aksi pengembangan ekonomi berbasis pada agroindustri peternakan dan perikanan laut secara terpadu; c. Penyusunan rencana induk dan rencana aksi pengembangan pariwisata baik wisata bahari dan sosial budaya; d. Harmonisasi kebijakan, program, dan kegiatan daerah untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal; e. Pengaturan dan pengelolaan hak ulayat; f. Koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah dengan pemerintah daerah, antar-SKPD dalam penyelenggaraan program pembangunan di daerah; g. Pemberian insentif untuk pihak swasta dalam proses pengembangan usaha di daerah tertinggal; h. Tunjangan khusus penyuluh pertanian. 6. Pembinaan Daerah Tertinggal Terentaskan Pembinaan daerah tertinggal yang terentaskan melalui penguatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah dan peningkatan kapasitas SDM. 7. Pengembangan Kawasan Perdesaan dan Transmigrasi Mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi sebagai upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah. Dalam proses pembangunan kedepan, diharapkan kawasan transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan baru dapat mendukung upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal dan pengembangan kawasan perdesaan. Pada periode RPJMN 2010-2014 wilayah Nusa Tenggara terdiri dari 2 provinsi dengan total 32 kabupaten/kota, dimana 78,12 persen atau 25 kabupaten masuk dalam kategori daerah tertinggal. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di wilayah ini sebesar 66,65, berada dibawah target IPM rata-rata nasional di daerah tertinggal dalam RPJMN 2010-2014 sebesar 72,2. Pertumbuhan ekonomi sebesar 4,31 persen, jauh dari target 206
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
yang diharapkan pada RPJMN 2010-2014, sebesar 7,1 persen. Angka kemiskinan di daerah tertinggal Wilayah Nusa Tenggara masih sebesar 21,43 persen, jauh dari target angka kemiskinan secara nasional di daerah tertinggal dalam RPJMN 2010-2014, sebesar 14,2 persen. Dalam periode RPJMN 2010-2014 di wilayah Nusa Tenggara telah ditetapkan 28 kabupaten tertinggal yang menjadi lokus agenda percepatan pembangunan daerah tertinggal. Pada akhir tahun 2014 diindikasikan terdapat 3 kabupaten tertinggal yang dapat terentaskan. Akan tetapi, terdapat 1 kabupaten dengan status Daerah Otonom Baru (DOB) hasil pemekaran yang masuk kategori daerah tertinggal yaitu Kabupaten Malaka. Sehingga pada periode RPJMN 2015-2019 jumlah daerah tertinggal di Nusa Tenggara di perkirakan sebanyak 26 kabupaten. Pada akhir periode RPJMN 2015-2019 ditargetkan sebanyak 16 kabupaten tertinggal dapat terentaskan di wilayah ini. 4.5.3.2 Pengembangan Kawasan Perbatasan Arah kebijakan Pengembangan Kawasan Perbatasan di Wilayah Nusa Tenggara difokuskan untuk meningkatkan peran kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang maju dan berdaulat dengan negara yaitu RDTL dan Australia. Fokus Pengembangan Kawasan Perbatasan di Wilayah Nusa Tenggara diarahkan pada pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di Wilayah Nusa Tenggara, yaitu PKSN Atambua, PKSN Kefamenanu dan PKSN Kalabahi, serta Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) penanganan kawasan perbatasan tahun 2015-2019. Strategi pengembangan kawasan perbatasan diarahkan untuk mewujudkan kemudahan aktivitas masyarakat kawasan perbatasan dalam berhubungan dengan negara tetangga dan menciptakan kawasan perbatasan yang berdaulat. Strategi tersebut dilakukan sebagai berikut:
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
207
9 1 0 2 5 1 0 2 a r a g g n e T a s u N h . a 3 . y a 4 l i r a W b l m a a g g G i n t r e T h a r e a D n a r a b e S a t e P
208
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
209
1. Penguatan pengelolaan dan fasilitasi penegasan, pemeliharaan dan pengamanan kawasan perbatasan Nusa Tenggara Penguatan pengelolaan dan fasilitasi penegasan, pemeliharaan, dan pengamanan kawasan perbatasan, secara terpadu di Wilayah Nusa Tenggara dengan strategi sebagai berikut: a. Mengembangkan pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan terpadu di PKSN Atambua, PKSN Kefamenanu, dan PKSN Kalabahi; b. Mengembangkan pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara di PKSN Kefamenanu, PKSN Atambua, dan PKSN Kalabahi; c. Membenahi aktivitas lintas batas di pintu-pintu alternatif (ilegal) di kawasan perbatasan di Belu, Timor Tengah Utara, Rote, Alor, dan Kupang; d. Meningkatkan upaya perundingan dalam penetapan dan penegasan segmen-segmen batas wilayah negara RIRDTL; e. Meningkatkan kapasitas tim perunding dari tingkat teknis, strategi, hingga kebijakan (pengambilan keputusan); f. Mendayagunakan Pulau-Pulau Kecil Terluar di Pulau Alor, Pulau Dana, Pulau Batek, Pulau Ndana dan Pulau Manggudu dengan pendekatan keamanan, ekonomi dan lingkungan; g. Memperkuat pertahanan dan pengamanan perbatasan wilayah laut dan darat baik dengan penambahan sarana dan prasarana alutsista maupun non alutsista; h. Menjalin kerjasama pengamanan dan pertahanan kawasan perbatasan negara antara RI-RDTL dan RI-Australia; i. Pembentukan kerjasama patroli pertahanan dan keamanan batas wilayah Negara RI-RDTL dan RIAustralia;
210
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
j. Sosialisasi batas wilayah laut negara RI-RDTL dan RIAustralia kepada masyarakat perbatasan Wilayah Nusa Tenggara; k. Mengembangkan standar operasional prosedur (SOP) pertahanan dan keamanan yang profesional bagi aparatur pengaman perbatasan. 2. Pengembangan Ekonomi Lokal Pengembangan ekonomi lokal secara terpadupada kawasan perbatasan negara di Wilayah Nusa Tenggara dengan strategi sebagai berikut: a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas supply perikanan tangkap dan sumber daya kelautan, peternakan, pertanian tanaman pangan, dan perkebunan melalui pengembangan sarana dan prasarana produksi, pengolahan, dan pemasaran di PKSN Kalabahi, PKSN Atambua, dan PKSN Kefamenanu; b. Meningkatkan nilai potensi pariwisata alam dan budaya melalui pengelolaan pariwisata yang optimal (promosi dan penyediaan infrastruktur penunjang pariwisata) di PKSN Kalabahi, PKSN Kefamenanu, dan PKSN Atambua; c. Mengembangkan program transmigrasi di kawasan perbatasan dalam bentuk Kota Terpadu Mandiri kawasan perbatasan Nusa Tenggara Timur; d. Mengembangkan pusat perdagangan skala internasional berbasis komoditas lokal berorientasi pasar ke negara tetangga serta secara bertahap menurunkan jumlah pelintas batas tradisional di titik lintas batas (RDTL dan Australia) di PKSN Atambua, PKSN Kefamenanu, dan PKSN Kalabahi; e. Mengembangkan balai-balai latihan kerja untuk meningkatkan mengelola komoditas unggulan lokal yang berorientasi pasar ke negara RDTL maupun Australia.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
211
3. Penguatan Konektivitas dan Sislognas Peningkatan konektivitas kawasan perbatasan negara di Wilayah Nusa Tenggara dengan strategi sebagai berikut: a. Mempercepat pembangunan konektivitas dengan membangun sistem jaringan jalan lokal di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) dan antar Lokpri yang saling terhubung dengan pusat kegiatan ekonomi di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) Kabupaten Timor Tengah Utara, Kupang, dan Belu, terutama desa-desa yang masih terisolir; b. Meningkatkan intensitas dan pelayanan keperintisan yang menghubungkan pulau-pulau di kawasan perbatasan negara di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) Kabupaten Alor dan Kabupaten Rote Ndao, termasuk pulau kecil terluar berpenduduk di Wilayah Nusa Tenggara dengan pusat pertumbuhan/aktivitas ekonomi; c. Mengembangkan dermaga keperintisan pada pulau-pulau kecil terluar berpenduduk; d. Menjamin ketersedian logistik, khususnya untuk pulaupulau kecil terluar berpenduduk; e. Mengembangkan pusat pelayanan transportasi laut dan udara internasional di Kupang, PKSN Kalabahi, dan PKSN Atambua Mengembangkan pusat pelayanan transportasi laut dan udara internasional di Kupang, PKSN Kalabahi, dan PKSN Atambua; f. Menyediakan infrastruktur dasar kewilayahan terutama jalan, listrik, air bersih, dan telekomunikasi di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri); g. Menyediakan dan menata telekomunikasi dan informasi yang masif untuk menegakan kedaulatan telekomunikasi dan informasi di kawasan perbatasan RI-RDTL. 4. Penguatan Kemampuan SDM dan Iptek Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di kawasan perbatasan
212
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
negara di Wilayah Nusa Tenggara dengan strategi sebagai berikut: a. Mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan kejuruan dan keterampilan berbasis sumber daya lokal (kelautan, peternakan, pertanian tanaman pangan, dan perkebunan) di kawasan perbatasan Belu, Timor Tengah Utara, Alor, Kupang, Rote Ndao; b. Meningkatkan akses pelayanan sosial dasar (pendidikan dan kesehatan) di kawasan perbatasan negara, termasuk orientasi pelayanan kepada RDTL; c. Menyediakan tenaga pendidikan dan kesehatan yang handal serta penyedian insentif, serta sarana prasarana penunjang yang memadai, khususnya di pulau-pulau kecil terluar berpenduduk; d. Meningkatkan kapasitas aparatur wilayah perbatasan melalui penerapan kebijakan wajib tugas belajar dan pelatihan teknis, agar diperoleh sumberdaya aparatur yang memiliki kemampuan dan merumuskan kebijakan pengelolaan kawasan perbatasan dan pelayanan yang diperlukan oleh masyarakat perbatasan; e. Mengembangkan teknologi tepat guna dalam menunjang pengelolaan sumber daya alam/potensi lokal di kawasan perbatasan. 5. Penguatan Regulasi dan Insentif Dalam upaya mendukung pengembangan kawasan perbatasan negara, harmonisasi regulasi agar afirmasi terhadap pengembangan kawasan perbatasan. Beberapa regulasi yang kurang harmonis dalam mendukung afirmasi terhadap pengembangan kawasan perbatasan sebagai berikut: a. Akses masyarakat perbatasan yang tinggal di kawasan lindung untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di dalamnya, serta untuk kemudahan pembangunan infrastruktur yang melalui hutan lindung; b. Regulasi pengelolaan lintas batas;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
213
c. Regulasi Perdagangan lintas batas Perjanjian kerjasama antara RI-RDTL maupun RI-Australia dalam pengembangan kawasan perbatasan negara; d. Regulasi untuk memberikan kewenangan yang lebih luas (asimetrik) kepada Pemerintah Pusat untuk menyediakan sumber daya air, pengelolaan jalan non status, dan pelayanan pendidikan dan kesehatan di kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar; e. Penciptaan iklim investasi yang kondusif di kawasan perbatasan; f. Pembagian kewenangan atau urusan antar jenjang pemerintah: pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam pengelolaan kawasan perbatasan; g. Kelembagaan pengelola perbatasan yang memiliki otoritas penuh untuk mengelola pos-pos lintas batas negara; h. Pemberian kewenangan khusus bagi pemerintahan kecamatan di wilayah perbatasan (Lokpri) dalam bentuk desentralisasi asimetrik dengan penetapan daerah khusus untuk akselerasi pembangunan dan efektivitas peningkatan kualitas pelayanan publik.; i. Penyusunan Rencana Tata Ruang termasuk Detail Tata Ruang Kawasan Perbatasan di Nusa Tenggara Timur; j. Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Tahun 2015-2019 menjadi acuan bagi Kementerian/Lembaga dan Pemerintahan Daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan negara. Adapun sebaran lokasi prioritas pengembangan kawasan perbatasan dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.4. Tabel 4.6.
214
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Tabel 4.7. Daftar Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perbatasan Wilayah Nusa Tenggara No. 1 2
Kabupaten
Kecamatan Lokasi Prioritas
Kupang Timor Tengah Utara
Amfoang Timur Insana Utara, Kefamenanu, Miaomaffo Barat, Bikomi Utara, Bikomi Tengah, Bikomo selatan, Bikomi Nalulat, Mutis, Musi, Nalbenu 3 Belu Atambua, Lamaknen, Lamaknen Selatan, Lasiolat, Tasifeto Timur, Raihat, Tasifeto Barat, Nanaet Dubesi, Malaka Barat 4 Malaka Malaka Barat, Kobalima Timur, Kobalima, Malaka Tengah, Wewiku 5 Rote Ndao Rote Barat Daya, Rote Ndao, Rote Ndao, Rote Baru, Rote Barat Laut, Rote Selatan, Rote Timur, Lobalain, Pantai Baru 6 Alor Teluk Mutiara, Alor Timur, Alor Selatan, Alor Barat Daya, Pureman, Mataru, Pantar, Pantar Tengah, Pantar Barat Laut, Pantar Barat 7 Sabu Raijua Raijua Sumber: Bappenas, 2014
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
215
n a s a t a b r e P n 9 a s 1 a 0 2 w a 5 K 1 0 ) i r 2 p a . k r 4 . o a 4 L g r ( g a s n e b a T t i m a a r s o G i u r N P h i s a a y a k l o i L W n a r a b e S a t e P
216
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
4.5.4 Penanggulangan Bencana Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 566 pulau dan pulau berpenghuni sebanyak 42 pulau. Di Wilayah Nusa Tenggara Timur terdapat 19 gunung, diantaranya Gunung Rokatenda dan Gunung Ranaka kategori gunung api dengan status aktif dan 15 sungai sungai dengan fluktuasi aliran yang cukup tinggi, pada musim penghujan berair dan banjir, sedangkan musim kemarau air berkurang, bahkan ada yang kering. Berdasarkan IRBI 2013, seluruh kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur berada dalam kelas risiko tinggi. Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat 16 wilayah sungai dan 16 gunung (7 di Pulau Lombok dan 9 di Pulau Sumbawa), diantaranya adalah Gunung Rinjani di Pulau Lombok dan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, merupakan gunung api dengan status aktif. Ancaman bencana di wilayah Nusa Tenggara adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, kekeringan, banjir dan longsor. Risiko bencana alam yang tinggi di Wilayah Nusa Tenggara dapat disebabkan tingkat ancaman yang tinggi, potensi jumlah penduduk terpapar dan kerugian harta benda yang tinggi serta kapasitas penanggulangan bencana yang belum memadai di bidang kelembagaan, peringatan dini, mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Berdasarkan DIBI yang merekam kejadian bencana tahun 1815-2014, berbagai kejadian bencana di Kepulauan Nusa Tenggara telah mengakibatkan 16.589 orang meninggal dunia, 15.035 orang luka-luka, 3.365 orang hilang, 189.619 orang mengungsi dan 72.250 rumah hancur/rusak. Strategi untuk melaksanakan arah kebijakan tersebut adalah: 1. Internalisasi pengurangan risiko bencana kerangka pembangunan berkelanjutan, melalui:
dalam
a. Pengenalan, pengkajian dan pemantauan risiko bencana, melalui penyusunan kajian dan peta risiko skala 1:50.000 pada Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Utara, Bima, Ngada, Dompu dan Ende, dan skala 1:25.000 pada Kota Mataram dan Kupang. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
217
b. Integrasi kajian dan peta risiko dalam penyusunan dan review RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota. c. Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana dan Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD PRB) berdasarkan kajian dan peta risiko di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Utara, Bima, Ngada, Dompu, Ende, Kota Mataram dan Kupang. d. Penyusunan rencana kontinjensi di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Utara, Bima, Ngada, Dompu, Ende, Kota Mataram dan Kupang sebagai panduan kesiapsiagaan dan operasi tanggap darurat dalam menghadapi bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, kekeringan, banjir dan longsor. 2. Penurunan melalui:
tingkat
kerentanan
terhadap
bencana,
a. Mendorong dan menumbuhkan budaya sadar bencana dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Utara, Bima, Ngada, Dompu, Ende, Kota Mataram dan Kupang; b. Meningkatkan sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, kekeringan, banjir dan longsor kepada masyarakat baik melalui media cetak, radio dan televisi, yang difokuskan di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Utara, Bima, Ngada, Dompu, Ende, Kota Mataram dan Kupang. c. Bekerjasama dengan mitra pembangunan, OMS dan dunia usaha untuk mengurangi kerentanan sosial dan ekonomi masyarakat di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Utara, Bima, Ngada, Dompu, Ende, Kota Mataram dan Kupang; d. Peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah pasca bencana, melalui percepatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana alam gempa bumi di Lombok Utara, Lombok Timur, letusan gunung api 218
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Rokatenda dan daerah pasca bencana alam lainnya di Pulau Nusa Tenggara; e. Pemeliharaan, penataan bangunan dan lingkungan di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Dodokan dan Moyosari di NTB dan DAS Benain Aisessa di NTT maupun daerah rawan bencana alam lainnya; dan f. Membangun dan menumbuhkan kearifan lokal dalam upaya pengurangan risiko bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, kekeringan, banjir dan longsor. 3. Peningkatan melalui:
kapasitas
aparatur
dan
masyarakat,
a. Penguatan kapasitas apratur dan kelembagaan penanggulangan bencana di daerah, melalui penyediaan prasarana gedung kantor; b. Penyediaan sistem peringatan dini bencana tsunami, banjir dan letusan gunung di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Utara, Bima, Ngada, Dompu, Ende, Kota Mataram dan Kupang, serta memastikan berfungsinya sistem peringatan dini dengan baik; c. Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK dan pendidikan untuk pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana; d. Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, kekeringan, banjir dan longsor; e. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan rambu-rambu evakuasi) menghadapi bencana, yang difokuskan pada kawasan rawan dan risiko tinggi bencana tsunami dan letusan gunung api; f. Membangun dan memberikan perlindungan bagi prasarana vital yang diperlukan untuk memastikan keberlangsungan pelayanan publik, kegiatan ekonomi
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
219
masyarakat, keamanan dan ketertiban pada situasi darurat dan pasca bencana; g. Pengembangan Desa Tangguh Bencana di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Utara, Bima, Ngada, Dompu, Ende, Kota Mataram dan Kupang untuk mendukung Gerakan Desa Hebat; h. Peningkatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan, melalui pembangunan 1 (satu) unit pusat logistik kebencanaan di wilayah Nusa Tenggara yang dapat menjangkau wilayah terpencil; dan i. Pembentukan dan penguatan kapasitas forum pengurangan risiko bencana di daerah wilayah Nusa Tenggara. Tabel 4.8. Profil Kerawanan Risiko Bencana Pada Pusat Pertumbuhan di Wilayah Nusa Tenggara
Lokasi
(IRBI 2011)
KAPET Bima di Kota Tinggi untuk gempa Bima dengan wilayah- bumi, gelombang wilayah sentra dan abrasi produksi bahan baku di Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu. KAPET Ngada
Kelas Multi Risiko
Index Kerawanan
(IRBI 2013) Kota tinggi
Bima:
Kab. tinggi
Bima:
Kab. Dompu: tinggi
Mbay-Kab. Tinggi untuk gempa Kab. bumi, tsunami, Tinggi banjir
Ngada:
KEK Mandalika-Kab. Tinggi untuk gempa Kab. Lombok Lombok Tengah bumi Tengah: tinggi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Nusa Tenggara Kupang 220
Tinggi
untuk Tinggi
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Lokasi
Kelas Multi Risiko
Index Kerawanan (IRBI 2011)
(IRBI 2013)
ancaman: gempa tsunami, cuaca abrasi, Mataram
Tinggi ancaman:
bumi, banjir, ekstrim, untuk Tinggi
gempa bumi, tsunami, cuaca ekstrim, abrasi Lokasi
Index Kerawanan (IRBI 2011)
KelasMulti Risiko (IRBI 2013)
KAPET Bima di Kota Tinggi untuk gempa Bima dengan wilayah- bumi, gelombang wilayah sentra dan abrasi produksi bahan baku di Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu.
KAPET Ngada
Kota tinggi
Bima:
Kab. tinggi
Bima:
Kab. Dompu: tinggi
Mbay-Kab. Tinggi untuk gempa Kab. bumi, tsunami, Tinggi banjir
KEK Mandalika-Kab. Tinggi untuk gempa Lombok Tengah bumi
Ngada:
Kab. Lombok Tengah: tinggi
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Nusa Tenggara Kupang
Tinggi ancaman: Gempa tsunami, cuaca
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
untuk Tinggi bumi, banjir, ekstrim,
221
Lokasi
Index Kerawanan (IRBI 2011)
Kelas Multi Risiko (IRBI 2013)
abrasi, Mataram
Tinggi ancaman:
untuk Tinggi
gempa bumi, tsunami, cuaca ekstrim, abrasi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Nusa Tenggara Praya – Kab. Lombok Tinggi untuk Tinggi Tengah ancaman: banjir, gempa bumi, abrasi, kekeringan Raba – Kab. Bima
Tinggi untuk Tinggi ancaman: banjir, gempa bumi, cuaca ekstrim, kekeringan
Sumbawa Besar – Kab. Tinggi untuk Tinggi Sumbawa ancaman: gempabumi, tsunami, cuaca ekstrim, banjir dan tanah longsor, letusan gunung api Soe – Kab. Tengah Selatan
Timor Tinggi untuk Tinggi ancaman: banjir dan tanah longsor, cuaca ekstrim, abrasi
Kefamenanu - Kab. Tinggi untuk Tinggi Timor Tengah Utara ancaman: banjir, angin topan Ende
222
Tinggi ancaman:
untuk tinggi banjir
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Index Kerawanan
Lokasi
(IRBI 2011)
Kelas Multi Risiko (IRBI 2013)
dan tanah longsor, cuaca ekstrim, abrasi Maumere – Sikka
Tinggi untuk Tinggi ancaman: banjir dan tanah longsor, letusan gunung api, abrasi, gempa bumi, tsunami, cuaca ekstrim
Waingapu – Sumba Timur
Kab. Tinggi untuk Tinggi ancaman: abrasi, cuaca ekstrim
Ruteng Manggarai
Kab. Tinggi untuk Tinggi ancaman: banjir dan tanah longsor, cuaca ekstrim, abrasi
–
Labuan Bajo – Manggarai Barat
Kab. Tinggi untuk Tinggi ancaman: banjir dan tanah longsor, cuaca ekstrim
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Nusa Tenggara Atambua – Kab. Belu
Tinggi untuk Tinggi ancaman: angin topan, banjir dan tanah longsor
Kalabahi – Kab. Alor
Tinggi untuk Tinggi ancaman: gempabumi, cuaca, abrasi
Kefamenanu – Kab. Tinggi Timor Tengah Utara ancaman: Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
untuk Tinggi banjir, 223
Lokasi
Index Kerawanan (IRBI 2011)
Kelas Multi Risiko (IRBI 2013)
cuaca ekstrim Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014. 4.5.5. Pengembangan Tata Ruang Wilayah Nusa Tenggara A. Arah Kebijakan Tata Ruang Wilayah Nusa Tenggara 1. Kebijakan untuk mewujudkan lumbung ternak nasional melalui pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan, industri kerajinan, dan industri jasa hasil peternakan. 2. Kebijakan untuk mewujudkan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis perikanan dan kelautan, hortikultura dan perkebunan, pertanian tanaman pangan serta kehutanan yang berdaya saing dengan prinsip berkelanjutan meliputi: a. Pengembangan kawasan minapolitan; dan b. Pengembangan jaringan prasarana dan sarana yang terpadu untuk mewujudkan poros Indonesia Bagian Tenggara. 3. Kebijakan untuk mewujudkan ketersediaan air sepanjang tahun dan kelestarian ekosistem kepulauan yang mendukung kegiatan pengembangan wilayah secara berkelanjutan meliputi: a. Pelestarian kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit 30 persen (tiga puluh persen) dari luas daratan Wilayah Nusa Tenggara sesuai dengan kondisi ekosistemnya dan pelestarian kawasan keanekaragaman hayati kelautan dunia; dan
224
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
a r a g g n e T a s u N h a y a l . i 5 . W 4 a r n a a b d m n a e G B o k i s i R s k e d n I a t e P
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
225
b. Pengendalian perkembangan kawasan permukiman perkotaan dan kawasan budi daya terbangun pada wilayah pesisir, pulau kecil, dan kawasan rawan bencana. 4. Kebijakan untuk mewujudkan Kawasan Perbatasan sebagai beranda depan negara dan pintu gerbang internasional yang berbatasan dengan Negara Timor Leste dan Negara Australia melalui percepatan pengembangan Kawasan Perbatasan dengan pendekatan pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, serta kelestarian lingkungan hidup. 5. Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) meliputi: a. Pengembangan KSN Perbatasan dalam rangka peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara; dan b. Pengembangan KSN untuk meningkatkan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing. B. Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah Nusa Tenggara I. Struktur Ruang Wilayah 1. Strategi pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan, industri kerajinan, dan industri jasa hasil peternakan meliputi: a. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan, industri kerajinan, dan industri jasa hasil peternakan yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu; dan b. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat penelitian dan pengembangan peternakan. 2. Strategi pengembangan kawasan minapolitan meliputi: a. Mengembangkan kawasan peruntukan industri berbasis komoditas perikanan dan kelautan; dan
226
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
b. Mengembangkan prasarana dan sarana transportasi untuk meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan nasional dan sentra perikanan dan kelautan. 3. Strategi untuk arah kebijakan pengembangan jaringan prasarana dan sarana yang terpadu untuk mewujudkan poros Indonesia Bagian Tenggara dengan mengembangkan lintas penyeberangan untuk meningkatkan keterkaitan antarpulau dan antarwilayah. Prioritas lokasi pengembangan pusat kegiatan pada periode 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 4.9 Tabel 4.9 Prioritas Lokasi Pengembangan Pusat Kegiatan Kepulauan Nusa Tenggara Periode 2015-2019 Provinsi NTB
NTT
Pusat Kegiatan dalam RTRWN PKN Mataram (I/C/1)
Kupang (I/C/1)
PKW Praya (I/B) Raba (II/B) Sumbawa Besar (II/C/1) Soe (II/B) Kefamenanu (II/B) Ende (I/C/1)
PKSN
Atambua (I/A/1) Kalabahi (II/A/2) Kefamenanu (I/A/2)
Maumere (I/C/1) Waingapu (II/C/1) Ruteng (II/C/1) Labuan Bajo (I/C/1) Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
227
II. Pengembangan Kawasan Lindung 1. Strategi pelestarian kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit 30 persen (tiga puluh persen) dari luas daratan Wilayah Nusa Tenggara sesuai dengan kondisi ekosistemnya dan pelestarian kawasan keanekaragaman hayati kelautan dunia meliputi: c. Mempertahankan dan merehabilitasi kawasan hutan lindung, kawasan resapan air, sungai, danau, dan waduk; d. Mempertahankan luasan dan merehabilitasi kawasan suaka alam dan pelestarian alam yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi; e. Meningkatkan fungsi ekologis kawasan peruntukan hutan terutama di Pulau Kecil; f. Mengendalikan kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu fungsi kawasan berfungsi lindung; g. Mengendalikan kegiatan budi daya laut yang mengancam habitat keanekaragaman hayati laut; dan h. Mencegah pengembangan pelabuhan dan/atau alur pelayaran yang berpotensi mengganggu fungsi Kawasan Lindung dan ekosistem pesisir. 2. Strategi pengendalian perkembangan kawasan permukiman perkotaan dan kawasan budidaya terbangun pada Wilayah Pesisir, Pulau Kecil, dan kawasan rawan bencana meliputi: a. Mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan permukiman perkotaan dan kawasan budi daya terbangun yang berada di kawasan rawan tanah longsor, gelombang pasang, banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, gerakan tanah, tsunami, dan abrasi; dan b. Mengendalikan alih fungsi dan merehabilitasi kawasan pantai berhutan bakau di kawasan perkotaan nasional. 228
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
III.
Pengembangan Kawasan Budidaya
Strategi percepatan pengembangan Kawasan Perbatasan dengan pendekatan pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, serta kelestarian lingkungan hidup meliputi: a. Mempercepat pengembangan PKSN sebagai pusat pengembangan ekonomi, pintu gerbang internasional, simpul transportasi, serta pusat promosi dan pemasaran ke negara yang berbatasan; b. Mengembangkan kawasan sentra produksi berbasis sumber daya alam potensial dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; dan c. Mengembangkan prasarana dan sarana transportasi penyeberangan dan pemenuhan kebutuhan air baku pada PPKT berpenghuni di Pulau Alor, dan mengembangkan jaringan telekomunikasi pada PPKT berpenghuni di Pulau Alor. IV.
Pengembangan Kawasan Strategis Nasional
Dalam rangka pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) dikembangkan 3 (tiga) KSN yang mendukung pengembangan wilayah di Kepulauan Nusa Tenggara. Strategi pengembangan KSN di Kepulauan Nusa Tenggara dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Nasional di Kepulauan Nusa Tenggara No
KSN
Tipe
1
Kawasan Perbatasa n Nusa Tenggara Timur
udut Kepenting n Pertahana dan
Strategi
K/L
Pengembangan - Kementerian prasarana dan Agraria dan sarana Tata Ruang pertahanan dan - BNPP keamanan yang
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
229
No
KSN
Tipe Keamanan
2
3
Kapet Bima
Kapet Mbay
230
Kepenting an Ekonomi
Kepenting an
Strategi mendukung kedaulatan dan keutuhan batas wilayah negara dan pemertahanan kawasan konservasi di Kawasan Perbatasan Nusa Tenggara Timur Mengembangkan komoditas utama sebagai komoditas unggulan yaitu jambu mete, kelapa, coklat, kopi dan pisang, serta mengembangkan produk-produk turunannya di Kapet Mbay Mengembangkan komoditas utama sebagai komoditas unggulan yaitu sapi, jagung, dan rumput laut, serta mengembangkan produk-produk turunannya di Kapet Bima
K/L
- Kementerian Pertahanan - Kementerian Perhubungan - Kementerian PU dan Perumahan Rakyat
- Kementerian
-
-
-
Agraria dan Tata Ruang (PU) Kementerian Koordinator Perekonomia n Bappenas Kementerian Perhubungan Kementerian PU dan Perumahan Rakyat Kementerian Pertanian
Penguatan sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
No
KSN
Tipe Ekonomi
Strategi
K/L
dan sistem jaringan prasarana pendukung Kapet Bima dan Mbay
Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014. 4.5.6 Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah Arah kebijakan pengembangan Wilayah Nusa Tenggara yakni peningkatan kapasitas pemerintah daerah yang mendorong daya saing berbasis potensi ekonomi lokal dengan prinsip berkelanjutan, dengan strategi : 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7.
8. 9.
Penguatan regulasi dan kebijakan penataan kewenangan; Penguatan peran gubernur melalui sebagai wakil Pemerintah Pusat; Penerapan standar pelayanan dan sistem pengaduan pada tiap pemerintah daerah yang terintegrasi dengan manajemen kinerja; Penguatan peran PTSP sebagai sarana penyederhanaan pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha. penguatan mutu pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi sesuai arah dan prioritas pembangunan daerah. Peningkatan proporsi belanja modal; Peningkatan akuntabilitas dan transparansi penganggaran, salah satunya melalui penciptaan informasi anggaran pemerintah daerah melalui e-government. Penataan mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer yang terintegrasi di tingkat provinsi secara on-line; Penguatan tranparansi dan akuntabilitas kebijakan dan pengelolaan keuangan Daerah.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
231
4.6
Kaidah Pelaksanaan Pengembangan Wilayah Nusa Tenggara
4.6.1 Prioritas Program Pembangunan 4.6.1.1 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tabel 4.11. Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Nusa Tenggara Barat Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional PERHUBUNGAN UDARA 1. Pengembangan Bandara Internasional Lombok PERHUBUNGAN LAUT 1. Pengembangan Faspel Bima 2. Pembangunan Faspel Laut Pelabuhan Lombok 3. Pengembangan Pelabuhan Lembar JALAN 1. Pembangunan Jalan Akses BIL (Patung Sapi - Gadjah Mada) 2. Pembangunan Jalan Benete - Sejorong - Lunyuk 3. Pembangunan Jalan dari Bangau - Dompu - Ramba - Lb. Bajo (159,2 km) 4. Pembangunan Jalan dari Benete - Simpang Negara (72,1km) 5. Pembangunan Jalan Dompu-Huu 6. Pembangunan Jalan Gerung-Kuripan-Sp.Panujak-Praya 7. Pembangunan Jalan Lunyuk-Rapang-Sekokot-ToroSp.Dompu-Dompu 8. Pembangunan Jalan Pemenang - Ampenan 9. Pembangunan Jalan Pemenang - Tanjung - Bayan - Sanbella Lb.Lombok 10. Pembangunan Jalan Penyaring-Labu Sawo dan Moyo Sebewe (Samota)
232
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 11. Pembangunan Jalan Sekotong - Pelangan 12. Pembangunan Jalan Sp.Banggo-Sp.Kempo-DoropatiLb.Kenanga-Kawindatoi-Sp.Kore 13. Pembangunan Jalan Sp.Panujak-Sengkol-Kuta 14. Pembangunan Jembatan Penghubung (Labuan Bajo - Pulau Bajo) KETENAGALISTRIKAN 1. PLTM Santong 0,85 MW 2. PLTU Lombok (APBN) 25 MW 3. PLTU Lombok (FTP1) 2x25 MW 4. PLTU Bima (FTP1) 2x10 MW 5. PLTG/MG Lombok Peaker 2x30 MW 6. PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW 7. PLTU Bima 2 2x10 MW 8. PLTU Lombok (FTP 2) 2x25 MW 9. PLTG/MG Lombok Peaker 2 30 MW 10. PLTA Brang Beh 1 8 MW 11. PLTA Brang Beh 2 4,1 MW 12. PLTU Lombok 2 2x25 MW 13. PLTG/MG Lombok Peaker 3 30 MW 14. PLTG/MG Lombok Peaker 4 30 MW 15. PLTP Sembalun (FTP2) 2x10 MW 16. PLTP Sembalun 2 2x10 MW 17. PLTU Lombok 3 2x25 MW 18. PLTU Lombok 56 MW 19. PLTM PLTM Tersebar NTB 28 MW 20. PLTU Sumbawa (FTP2) 2x10 MW 21. PLTU Lombok Timur 2x25 MW 22. PLTP Hu'u (FTP2) 20 MW 23. PLTP Hu'u 2 2x20 MW SUMBER DAYA AIR 1. Pembangunan Jaringan Irigasi DI. Rababaka Kompleks di Kabupaten Dompu Dompu
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
233
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 2. Pembangunan Pengendali Banjir Sungai Dodokan Lombok Barat 3. Rehabilitasi Tanggul Banjir Sungai Babak Lombok Barat 4. Pembangunan Pengaman Pantai Bintaro/Ampenan Kota Mataram 5. Pembangunan Pengaman Pantai Batu Nampar Lombok Timur 6. Pembangunan Bendung Pengalih dan Saluran Interbasin Bendungan Tanju dan Bendungan Mila Untuk Rababaka Komplek di Kabupaten Dompu Dompu 7. Pembangunan Bendungan Tanju dan Bendungan Mila Untuk Rababaka Kompleks Dompu 8. Pembangunan Bendungan Bintangbano Sumbawa 9. Pembangunan Bendungan Mujur Lombok Tengah 10. Pembangunan Bendungan Meninting Lombok Barat 11. Pembangunan Bendungan Krekeh Sumbawa 12. Pembangunan Embung Rakyat 50 di WS Lombok Tersebar 13. Pembangunan Embung Rakyat 50 di WS Sumbawa Tersebar PERHUBUNGAN LAUT 1. Pengembangan Pelabuhan Bima 2. Pengembangan Pelabuhan Badas 3. Pengembangan Pelabuhan Benete
234
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 t a r a B a r a g g n e T a s u N i s n i v o r P l a n . i o 6 . s 4 a r N a b h a m g a n G e n e M a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
235
4.6.1.2 Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tabel 4.12 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Nusa Tenggara Timur Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional PERHUBUNGAN DARAT 1. Pengembangan Sistem Transit Kota Kupang PERHUBUNGAN UDARA 2. Rehabilitasi Bandara El Tari Kupang PERHUBUNGAN LAUT 1. Pembangunan Dermaga kapal pesiar di Labuan Bajo 2. Pengembangan Dermaga Wisata di Rinca 3. Pengembangan Dermaga pariwisata di Ende 4. Pembangunan Dermaga pariwisata di Maumere 5. Pengembangan Faspel Laut Marapokot 6. Pengembangan Pelabuhan Tenau 7. Penanganan Fasilitas Pelabuhan Laut Pulau Komodo untuk mendukung Pariwisata 8. Pembangunan Pelabuhan Kupang JALAN 1. Pembangunan Jalan Kendidi - Ruteng 2. Pembangunan Jalan Bajawa - Ende 3. Pembangunan Jalan Baranusa-Kabir 4. Pembangunan Jalan Bolok - Lapter.penfui 5. Pembangunan Jalan Ende - Maumere – Magepanda 6. Pembangunan Jalan Lewoleba-Balauring 7. Pembangunan Jalan Lingkar Selatan Pulau Timor (Batuputih-Panite-Oinlausi-Boking-Motamasin) 8. Pembangunan Jalan Lingkar Utara Pulau Flores (NgorangKondo-Reo-Riung-Megapanda-Maumere) 9. Pembangunan Jalan Detusoko - Ronokolo 10. Pembangunan Jalan poros tengah di Kupang-Timor Tengah 236
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Utara (Oilmasi - Sulamo) 11. Pembangunan Jalan Tenau-Sp.Lp.Terbang 12. Pembangunan Jalan Wailebe-Kolilanang-Waiwuring 13. Pembangunan Jalan Lingkar Barat Pulau Sumba (WanokakaPatiate-Bondohodi-Keroso-Waitabula-Waikelo-Memboro) 14. Pembangunan Jalan Waingapu-Melolo-Baing 15. Pembangunan Jalan Perbatasan NTT - Timor Leste 16. Pembangunan Jalan Batutua - Baa - Pantebaru - Eakun KETENAGALISTRIKAN 1. PLTM Ndungga 1,9 MW 2. PLTD Rote (Relokasi PLTD) 1 MW 3. PLTP Ulumbu (APBN) 2 x 2,5 MW 4. PLTU Atambua APBN 6 MW 5. PLTD Kalabahi Peaker (Relokasi PLTD) 0,75 MW 6. PLTU NTT-1 Ropa (FTP1)/Ende 14 MW 7. PLTU NTT-2 Kupang (FTP1) 33 MW 8. PLTU Rote Ndao 6 MW 9. PLTU Alor 6 MW 10. PLTU Atambua APBN (3x6) 18 MW 11. PLTD Kalabahi Peaker (Relokasi PLTD) 0,5 MW 12. PLTM Lokomboro 6, 7 0,4 MW 13. PLTM Maidang 1 MW 14. PLTB Oelbubuk-Soe 2 x 1 MW 15. PLTP Ulumbu (ADB) 5 MW 16. PLTP Ulumbu 4 2,5 MW 17. PLTGB Larantuka (FTP 2) 8 MW 18. PLTBiomass Waingapu 1 MW 19. PLTMH Maubesi 2 x 0,5 MW 20. PLTM Kudungawa 2 MW 21. PLTG/MG Kupang Peaker 20 MW 22. PLTG/MG Kupang Peaker 2 (gas) 20 MW 23. PLTMG Maumere Peaker (gas) 8 MW 24. PLTP Ulumbu 5 2,5 MW 25. PLTM Umbuwangu III 0,2 MW 26. PLTA Wae Rancang I - Man-ggarai 12 MW Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
237
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 27. PLTBiomass Waingapu 2 MW 28. PLTP Bukapiting 2 x 2,5 MW 29. PLTA Wae Rancang II - Man-ggarai 4,5 MW 30. PLTU Kupang 2 2 x 15 MW 31. PLTG/MG Kupang Peaker 3 (gas) 20 MW 32. PLTD Lembata (Relokasi PLTD) 3,5 MW 33. PLTG/MG Kupang Peaker 4 (gas) 20 MW 34. PLTM PLTM Tersebar NTT 14 MW 35. PLTP Ulumbu 3 5 MW 36. PLTP Atadei (FTP 2) 5 MW 37. PLTP Mataloko (FTP 2) 5 MW 38. PLTU Kupang 2 x 15 MW 39. PLTP Oka Larantuka 3 MW 40. PLTP Sokoria (FTP2)- Ende 3 x 5 MW 41. PLTP Mataloko 3 5 MW 42. PLTP Mataloko 4 5 MW 43. PLTP Sokoria 4 5 MW SUMBER DAYA AIR 1. Pembangunan Bendung Linamnutu D.I. Bena Kab. TTS 2. Pembangunan Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Satar Beleng ( 1.225 Ha) Kab. Manggarai Timur 3. Pembangunan Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Mbaing Kab. Sumba Timur 4. Pembangunan Waduk Raknamo Kab. Kupang 5. Pembangunan Waduk Jawa Tiwa (Multi Years) Kab. Nagekeo PERHUBUNGAN LAUT 1. Pengembangan Pelabuhan Maritaing 2. Pengembangan Pelabuhan Ippi 3. Pengembangan Pelabuhan Larantuka
238
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 r u m i T a r a g g n e T a s u N i s n i v o r P l a . n o 7 . i 4 s a r N a b h a m g a n G e n e M a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
239
4.6.2. Kerangka Regulasi Pelaksanaan pembangunan Wilayah Nusa Tenggara tidak terlepas dari berbagai kerangka regulasi yang perlu diperhatikan, diantaranya: a. Harmonisasi peraturan perundangan terkait dengan iklim investasi, diantaranya adalah PP. Nomor 147 Tahun 2000 Tentang Perlakuan Perpajakan di KAPET; b. Membuat regulasi terkait dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah Daerah Kota Bima, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu dengan Badan Pengembangan KAPET Bima; c. Membuat regulasi terkait dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah Daerah Kabupaten Ngada dan Kabupaten Nagekeo dengan Badan Pengembangan KAPET Mbay; d. Peraturan perundangan terkait dengan pelimpahan kewenangan ijin investasi di kawasan-kawasan ekonomi khusus dan kawasan industri nasional lainnya; e. Penyelesaian peninjauan kembali Perpres No. 56/2014 tentang RTR Kepulauan Nusa Tenggara. 4.6.3. Kerangka Kelembagaan Pelaksanaan pembangunan Wilayah Nusa Tenggara tidak terlepas dari berbagai kerangka kelembagaan yang perlu diperhatikan, diantaranya: c. Melaksanakan sosialisasi terkait dengan pemanfaatan lahan sebagai peruntukan investasi di KAPET Bima dan KAPET Mbay; d. Memberikan pelayan terpadu di bidang perizinan perindustrian, perdagangan, pertanahan di kawasan KAPET Bima dan KAPET Mbay; e. Penyiapan kemampuan Mandalika;
pengelolaan investasi
di
KEK
f. Promosi keunggulan wilayah KEK Mandalika kepada investor dalam/luar negeri untuk menarik minat investasi;
240
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
g. Pengembangan koordinasi Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRD) Provinsi di Wilayah Nusa Tenggara dalam melaksanakan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
241
BAB V ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI
5.1. Capaian Kinerja Saat Ini
242
Berdasarkan data BPS dari tahun 2009 hingga Triwulan II tahun 2014, kinerja pertumbuhan ekonomi provinsi di Wilayah Sulawesi mengalami kecenderungan meningkat. Hal ini didukung dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi Pulau Sulawesi yang tinggi selama kurun waktu 2009 – Triwulan II 2014 yaitu sebesar 7,8 persen atau jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebesar 5,9 persen. Peranan Pulau Sulawesi dalam pembentukan PDB nasional juga mengalami peningkatan dari 4,5 persen (2009) menjadi 4,8 persen (Triwulan II 2014). Pemerintah Provinsi di Wilayah Sulawesi telah cukup berhasil dalam menurunkan persentase penduduk miskin dari tahun 2009 hingga 2014 (Maret) dengan kisaran penurunan di setiap Provinsi antara 2 – 9 persen. Walaupun demikian Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo, baik di tahun 2009 maupun di tahun 2014, masih memiliki tingkat kemiskinan di atas angka nasional yaitu 14,2 persen (2009) dan 11,3 persen (Maret 2014). Demikian halnya dengan pencapaian tingkat pengangguran terbuka (TPT). Pemerintah Provinsi di Pulau Sulawesi juga telah berhasil menurunkan TPT dengan kisaran penurunan setiap Provinsi antara 1 – 4 persen dan angkanya sudah di bawah TPT nasional yaitu sebesar 7,9 persen (2009) dan 5,7 persen (Februari, 2014), kecuali Provinsi Sulawesi Utara. Dari sisi peningkatan kualitas sumber daya manusia, Wilayah Sulawesi dapat dikatakan sudah cukup baik. Hal ini diindikasikan dengan selalu meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari tahun ke tahun pada masing-masing provinsi di Pulau Sulawesi. Namun
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
demikian, pencapaian IPM di Wilayah Sulawesi masih perlu ditingkatkan karena hanya Provinsi Sulawesi Utara yang berada di atas angka IPM nasional (71,76 di tahun 2009 dan 73,81 di tahun 2013).
Dari sisi distribusi pendapatan antar golongan masyarakat, seluruh provinsi di Wilayah Sulawesi mengalami kenaikan kesenjangan pendapatan antar golongan. Hal ini dapat diindikasikan dari angka Rasio Gini provinsi-provinsi di Wilayah Sulawesi yang meningkat dari tahun 2009 dibandingkan tahun 2013 dengan kisaran peningkatan di setiap provinsi antara 0,05 – 0,1. Selain itu kesenjangan antar individu provinsi di Sulawesi rata-rata juga masih lebih tinggi dibandingkan dengan nasional yaitu sebesar 0,37 (2009) dan 0,41 (2013). Oleh karena itu, masalah kesenjangan antar individu perlu mendapatkan perhatian khususnya dalam proses pembangunan dengan lebih melibatkan masyarakat secara inklusif, sehingga hasil-hasil pembangunan tersebut dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat.
5.2. Potensi dan Keunggulan Wilayah
Perekonomian Wilayah Sulawesi ditopang oleh 3 sektor utama, yaitu pertanian antara lain tanaman pangan, perkebunan, perikanan, dan kehutanan; pertambangan dan penggalian; serta perdagangan dan jasa-jasa.
Komoditas perkebunan yang paling dominan di Wilayah Sulawesi adalah Kakao. Wilayah Sulawesi merupakan produsen terbesar di Indonesia dengan memasok 67 persen produksi Kakao nasional dan produsen kedua terbesar di dunia dengan memasok sekitar 18 persen produksi Kakao dunia (Tahun 2012). Di sub sektor kehutanan, Sulawesi merupakan produsen terbesar kedua Rotan dengan angka produksi sebesar 2.540 ton di Tahun 2012. Wilayah Sulawesi juga memiliki potensi yang menjanjikan dalam komoditas tanaman pangan khususnya padi dan jagung. Pada tahun 2013, Sulawesi tercatat sebagai produsen beras terbesar ketiga di Indonesia yang Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
243
menyumbang 10 persen produksi padi nasional. Selain itu, Wilayah Sulawesi juga menyumbang 15 persen produksi Jagung nasional dengan produksi dan luas panen paling besar (Tahun 2013).
244
Begitu pula di sub sektor perikanan. Di tahun 2012 Wilayah Sulawesi merupakan produsen perikanan terbesar di Indonesia dengan memasok lebih dari 40 persen produksi perikanan tangkap dan sekitar 20 persen produksi perikanan budidaya nasional. Keunggulan Wilayah Sulawesi, baik di komoditas tanaman pangan dan perikanan, menjadikan Sulawesi berpotensi untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Di sisi lain, pada sub sektor pertambangan, Wilayah Sulawesi merupakan salah satu dari tiga tempat yang memiliki deposit aspal alam terbesar di dunia dan juga penghasil aspal terbesar di Indonesia yaitu di Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Walaupun demikian, pada kenyataannya Indonesia masih melakukan impor aspal untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, produksi aspal perlu ditingkatkan paling tidak untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Wilayah Sulawesi juga menyimpan 50 persen cadangan nikel nasional yang didukung oleh proses produksi nikel paling maju. Kandungan nikel yang tersimpan di Wilayah Sulawesi mencakup hampir 50 persen dari cadangan nikel Indonesia dan menempati peringkat keempat dunia (60 persen). Besarnya cadangan nikel yang dimiliki Sulawesi berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut mengingat luasnya kemanfaatan nikel khususnya dalam mendukung pengembangan industri logam dan merupakan bahan baku utama besi tahan karat atau stainless steel . Semenjak diberlakukannya undang-undang ekspor bahan mentah mineral di 2012, pembangunan pabrik smelter di Wilayah merupakan salah satu yang terbanyak. Hal didukung oleh rencana pengembangan Kawasan
larangan rencana Sulawesi ini juga Ekonomi
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Khusus (KEK) di Sulawesi bagian Tengah, Tenggara, dan Selatan yang memiliki fokus pengembangan industri pengolahan (smelter) pertambangan. Investasi pabrik smelter nikel direncanakan di Morowali, Sulawesi Tengah, Bantaeng, Sulawesi Selatan, Konawe, dan Sulawesi Tenggara. Rencana pembangunan tersebut didasari keyakinan akan ketersediaan pasokan bijih nikel dan prospek permintaan baik domestik maupun global di masa mendatang. Meskipun demikian, salah satu tantangan yang dihadapi dalam peningkatan kapasitas pengolahan biji nikel adalah rendahnya kualitas bijih nikel yang masih jauh dibawah negara-negara lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya optimalisasi teknologi agar kualitas nikel yang dihasilkan dapat ditingkatkan.
Wilayah Sulawesi juga memiliki potensi pada pengolahan biji besi terutama di Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Selain sumber daya dan cadangan biji besi laterit yang besar, juga terdapat potensi pengolahan pasir besi di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah untuk mendukung pengembangan industri besi baja. Sumber daya pasir besi di Wilayah Sulawesi merupakan yang terbesar di luar Wilayah Pulau Jawa. Meskipun demikian, hingga saat ini pasir besi dari Wilayah Sulawesi cenderung langsung diekspor tanpa diolah terlebih dahulu dan mengalami hambatan pengembangan industri pengolahan terutama terkait infrastruktur fisik dan energi. Wilayah Sulawesi menjadi salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional. Secara geografis Wilayah Sulawesi memiliki posisi yang strategis dengan Negara Filipina dan Malaysia yaitu berbatasan di 14 pulau kecil terluar dan 46 gerbang internasional. Sedangkan terkait dengan konektifitas di Indonesia, Wilayah Sulawesi merupakan satu-satunya wilayah yang memiliki pergerakan barang tertinggi di Kawasan Timur Indonesia (data origin-destination tahun 2011). Namun demikian, pergerakan barang yang terjadi tersebut cenderung menuju dan berasal dari Wilayah Pulau Jawa-
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
245
Bali yang kemudian disusul dengan Wilayah Sumatera dan Wilayah Pulau Kalimantan.
Pulau
Selain itu, Sulawesi memiliki akses transportasi lintas pulau yang menghubungkan kawasan budidaya dengan arus peti kemas yang sangat tinggi. Hal tersebut juga didukung oleh pengembangan KEK Palu dan Bitung sebagai pusat pertumbuhan distribusi barang dan menunjang penyediaan logistik di Kawasan Timur Indonesia. Kawasan ekonomi tersebut juga memiliki akses Internasional dan berperan sebagai Hub Internasional, sehingga akan menunjang aktivitas logistik dan rantai distribusi kawasan Indonesia Timur. Oleh karena itu, Sulawesi sangat berpotensi sebagai pengembangan industri berbasis logistik yang tentunya juga akan mendukung industri berbasis komoditas unggulan Sulawesi lainnya. Peluang investasi di Wilayah Sulawesi tidak hanya terbuka bagi ketujuh kegiatan ekonomi tersebut (Kakao, Padi, Jagung, Rotan, Aspal, Nikel, Bijih Besi, dan logistik). Peluang investasi di sektor pariwisata khususnya pariwisata bahari akan bernilai tambah tinggi dengan potensi Sulawesi yang memiliki beberapa kawasan wisata yang sudah menjadi tujuan wisata internasional dan nasional diantaranya taman laut Bunaken, Wakatobi, dan Kepulauan Togean. Hal ini didukung oleh karakteristik fauna dan flora yang unik, dimana hampir semua spesies utama dan endemik dari tanaman, mamalia, burung, reptil dan amfibi menghuni wilayah konservasi dengan luas 20 persen dari total pulau dan tutupan lahan hutan 53 persen dari luas pulau.
5.3. Tema Pengembangan Wilayah Sulawesi
Berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah Sulawesi, maka tema besar Pembangunan Wilayah Sulawesi sebagai "salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional dan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia dengan pengembangan industri berbasis logistik; serta lumbung pangan nasional dengan pengembangan industri berbasis kakao, padi, jagung; dan pengembangan industri 246
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
berbasis rotan, aspal, nikel, dan biji besi; serta percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan dan pariwisata bahari." 5.4. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Sulawesi
Tujuan pengembangan Wilayah Sulawesi tahun 20152019 adalah mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Sulawesi dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah, melalui: (a) pengembangan industri berbasis logistik, komoditas kakao, jagung, perikanan, padi, rotan, aspal, nikel, dan bijih besi, serta pengembangan pariwisata bahari, (b) penyediaan infrastruktur wilayah, (c) peningkatan SDM dan ilmu dan teknologi secara terus menerus. Adapun sasaran pengembangan Wilayah Sulawesi pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi Wilayah Sulawesi, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di koridor ekonomi dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk diantaranya adalah pengembangan 2 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), 4 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET). 2. Sementara itu, untuk menghindari terjadinya kesenjangan antar wilayah di Sulawesi, maka akan dilakukan pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran sebanyak 15 Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaran outcome: (a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal sebesar 9,2 persen; (b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 11,7 persen; dan (c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal sebesar 72,77. 3. Untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kawasan perkotaan di Sulawesi, maka akan dipercepat pembangunan 1 Kawasan Perkotaan Metropolitan, peningkatan efisiensi pengelolaan 1 Kawasan Perkotaan Metropolitan yang sudah ada saat ini, serta mewujudkan optimalisasi peran 6 kota
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
247
otonom berukuran sedang sebagai penyangga (buffer) urbanisasi 4. Sesuai dengan amanat UU 6/2014 tentang Desa, maka akan dilakukan pembangunan perdesaan dengan sasaran berkurangnya jumlah desa tertinggal sedikitnya 640 desa atau meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 260 desa. 5. Untuk meningkatkan keterkaitan desa-kota, dengan memperkuat 9 pusat-pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL). 6. Untuk mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, maka akan dikembangkan 2 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong pengembangan kawasan sekitarnya. 7. Untuk mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah sasaran untuk wilayah Sulawesi adalah: (1) Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 25% untuk propinsi dan 10% untuk kabupaten/kota; (2) Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 30% dan untuk Kabupaten/Kota sebesar 27% pada tahun 2019 serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; (3) Meningkatnya jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) sebanyak 6 provinsi dan 20 kabupaten/kota di wilayah Sulawesi; (6) Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar 70% dan S2-S3 sebesar 10%; (7) Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah Sulawesi sebesar 90 angkatan; (9) Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; (10) Meningkatnya persentase jumlah PTSP sebesar 100%; (11) Meningkatnya persentase jumlah perizinan terkait investasi yang dilimpahkan oleh kepala daerah ke PTSP sebesar 70%; (13) Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil 248
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
pemerintah; (14) terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on-line di wilayah Sulawesi. 8. Untuk Penanggulangan Bencana di Wilayah Sulawesi adalah kawasan pengembangan wilayah berisiko tinggi yaitu: KAPET Palapas, KAPET Manado-Bitung, KAPET Bangsejahtera, KEK Palu, KEK Bitung; 4 (empat) PKN terdiri dari Gorontalo, Palu, Makassar, Sungguminasa; serta kelompok PKW yang terkait dengan pengembangan perkotaan minapolitan/agropolitan. Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019, pembangunan Wilayah Sulawesi semakin meningkat. Hal ini dicerminkan dengan makin meningkatnya kontribusi PDRB Wilayah Sulawesi terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 4,8 persen (2014) menjadi 5,2 persen (2019). Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Wilayah Sulawesi. Secara rinci target pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran dalam kurun waktu 2015-2019 di Wilayah Sulawesi dapat dilihat pada Tabel 5.1 sampai dengan Tabel 5.3 sebagai berikut.
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Sulawesi Per Provinsi Tahun 2015-2019
Wilayah
Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Sulawesi Utara
2015 7,0 - 7,2
2016 7,1 - 7,4
2017 7,5 - 8,0
2018 7,5 - 8,2
2019 7,9 - 8,7
Gorontalo
6,6 - 6,7
7,1 - 7,4
8,1 - 8,6
8,3 - 9,0
8,5 - 9,4
Sulawesi Tengah
7,5 - 7,6
7,6 - 7,9
7,8 - 8,3
8,0 - 8,6
8,4 - 9,3
Sulawesi Selatan
7,3 - 7,5
7,4 - 7,6
8,0 - 8,5
8,7 - 9,4
8,7 - 9,6
Sulawesi Barat
8,0 - 8,1 9,6 - 10,0 9,8 - 10,4 9,8 - 10,6 9,9 - 10,9
Sulawesi Tenggara 7,8 - 7,9
7,9 - 8,2
8,0 - 8,5
9,7 - 10,5 9,8 - 10,8
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
249
Sasaran Tingkat Kemiskinan Wilayah Sulawesi Per Provinsi Tahun 2015-2019 Wilayah
Tingkat Kemiskinan (Persen)
2015 2016 2017 2018 Sulawesi Utara 6,5 - 6,4 6,2 - 6,0 5,6 - 5,3 5,0 - 4,6 14,5 - 14,2 13,8 - 13,3 12,9 - 12,2 10,9 - 10,1 Gorontalo 12,5 - 12,3 11,9 - 11,5 10,7 - 10,1 9,4 - 8,7 Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan 8,3 - 8,2 8,0 – 7,7 7,2 - 6,8 6,4 – 5,9 9,3 - 9,2 8,9 - 8,5 7,9 - 7,5 7,0 - 6,4 Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara 12,3 - 12,1 11,7 - 11,2 10,4 - 9,8 9,1 - 8,4
2019 4,0 - 3,6 8,6 - 7,8 7,4 - 6,7 5,1 - 4,6 5,5 - 5,0 7,2 - 6,5
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
Sasaran Tingkat Pengangguran Wilayah Sulawesi Per Provinsi Tahun 2015-2019 Tingkat Pengangguran (Persen) 2015 2016 2017 2018 2019 8,4 - 8,3 8,3 - 8,0 8,1 - 7,6 7,8 - 7,2 7,7 - 6,9 Sulawesi Utara 4,0 - 3,9 3,9 - 3,8 3,8 - 3,6 3,7 - 3,4 3,6 - 3,2 Gorontalo 4,0 – 3,9 3,9 - 3,8 3,8 - 3,6 3,7 - 3,4 3,5 - 3,2 Sulawesi Tengah 4,6 - 4,5 4,4 - 4,3 4,3 - 4,2 4,2 - 3,9 3,7 - 3,4 Sulawesi Selatan 4,0 – 3,9 3,9 - 3,8 3,8 - 3,6 3,6 - 3,3 3,5 - 3,2 Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara 3,9 - 3,8 3,7 - 3,6 3,6 - 3,4 3,5 - 3,2 3,3 - 3,0 Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014 Wilayah
250
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
5.5. Arah kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Sulawesi 5.5.1. Pengembangan Kawasan Strategis
Kebijakan pengembangan kawasan strategis bidang ekonomi di Wilayah Sulawesi difokuskan sebagai pengembangan industri berbasis logistik, serta pengembangan industri berbasis komoditas kakao, rotan, perikanan, aspal, nikel, dan bijih besi, serta pengembangan pariwisata bahari yang miliki daya saing nasional dan internasional. Persebaran lokasi pengembangan kawasan strategis di Wilayah Sulawesi meliputi: (1) Provinsi Sulawesi Utara terdapat dua kawasan yaitu Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Mando-Bitung dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung; (2) Provinsi Sulawesi Tengah terdapat dua kawasan yaitu KAPET Palapas dan KEK Palu; (3) Provinsi Sulawesi Selatan terdapat satu kawasan yaitu KAPET Pare Pare; serta (4) Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat satu kawasan yaitu KAPET Bangsejahtera. Percepatan pembangunan kawasan strategis dilakukan melalui strategi sebagai berikut: 1. Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah di Koridor Ekonomi Sulawesi
Pengembangan potensi ekonomi wilayah dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan dan memberdayaan masyarakat berbasis komoditas unggulan wilayah. Pengembangan potensi berbasis komoditas unggulan wilayah ini diupayakan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas unggulan yang dilakukan dengan: a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Menyiapkan kawasan industri KEK Palu sebagai sentra pengolahan komoditas unggulan pertambangan mineral, agroindustri (kakao karet, dan rotan), industri manufaktur, dan logistik; serta KEK Bitung sebagai sentra pengolahan perikanan, angroindustri, dan logistik;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
251
b) Mengembangkan klaster-klaster industri pengolahan pertambangan, pertanian, perkebunan dan perikanan yang berorientasi ekspor; c) Meningkatkan produktivitas hasil olahan pertambangan, pertanian, perkebunan dan perikanan di dalam dan sekitar kawasan industri; d) Mengembangkan tempat penyimpanan/pembekuan ikan yang berteknologi tinggi. b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Dalam rangka mendukung pemerataan pertumbuhan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam lokal dan memiliki daya saing tinggi, maka upaya yang dilakukan adalah: a) Mengembangkan kawasan pengelolaan klaster-klaster komoditas unggulan kakao, rotan, peternakan dan perikanan secara terpadu; b) Meningkatkan pembinaan dan pendampingan komoditas unggulan kakao, rotan, peternakan dan perikanan untuk meningkatkan produktivitas. c. Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Mengembangkan produktivitas komoditas unggulan dan industri-industri produk olahan komoditas wilayah untuk mendukung koridor ekonomi Sulawesi dan kawasan pertumbuhan lainnya. 2. Percepatan Penguatan Konektivitas
Peningkatan konektivitas antara kawasan sebagai pusatpusat pengolahan produk bernilai tambah tinggi dan berorientasi ekspor pada KEK Palu dan KEK Bitung dengan kawasan-kawasan sekitarnya sebagai pusat-pusat bahan baku yaitu KAPET dan KPI-KPI di Sulawesi, termasuk di dalamnya daerah tertinggal, agropolitan, dan minapolitan, dilakukan melalui: a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI)
252
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
a) Penerapan insentif fiskal yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan kompetitif, antara lain fasilitas fiskal disemua bidang usaha, pembebasan PPN dan PPNBM untuk bahan dan barang impor yang akan diolah dan digunakan di KEK; b) Pembangunan dan pengembangan pelabuhan Pantoloan dan pengembangan pelabuhan Bitung sebagai Hub Internasional; c) Pembangunan jalur kereta api Palu-Poso, dan jalan tol Menado-Bitung; d) Pembangunan infrastruktur penunjang eksport hasil perkebunan dan perikanan. b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) a) Pengembangan Bandara Mutiara Sis Aljufri sebagai bandara internasional dan perpanjangan landasan pacu Bandara Internasional Sam Ratulangi; b) Pengembangan pelabuhan penyeberangan Garongkong Barru, pengembangan pelabuhan Kendari, Bitung, pelabuhan Pare-pare, Pembangunan ASEAN Ferry Roro Network; c) Mempercepat pembangunan dan pengembangan jaringan jalan menuju Koridor Ekonomi meliputi pembangunan jalan lintas Palu – Parigi , peningkatan ruas jalan Simpang Torobulu-Lainea-Kendari, ruas jalan Kolaka – Lasusua – Batas Sulsel, ruas jalan Kolaka – Pomalaa, Tol Manado – Bitung, ruas jalan Parigi - Poso - Tentena - Tidantana (Batas Sulsel) (Sultra), ruas jalan Atinggola – Maelang – Kaiya; d) Pembangunan bendungan Kuwil dan bendungan Torere; e) Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lainea, PLTP Lahendong V dan VI, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Kendari, PLTU Kolaka, PLTU Tawaeli, PLTU Sulsel Barru 2, PLTU Kendari 3, PLTU Palu 3, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru 2, PLTA Bonto Batu, PLTA Watunohu. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
253
3. Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK
a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Meningkatkan kualitas SDM Badan Pengelola dan Administratur KEK Palu dan Bitung di bidang perencanaan, penganggaran, dan pengelolaan kawasan; b) Pengembangan sarana prasarana pendidikan dan pelatihan profesi untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, khususnya di bidang perkebunan, perikanan, dan logistik; c)
Penyiapan tenaga kerja berkualitas di sekitar kawasan dalam bidang industri pengolahan berteknologi tinggi;
d) Peningkatan koordinasi antara Badan Pengelola KEK, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah; e) Peningkatan kemampuan pengelolaan investasi di KEK Palu dan Bitung. b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) a) Meningkatkan kualitas SDM Badan Pengelola KAPET di bidang perencanaan, penganggaran, dan pengelolaan kawasan; b) Memberikan pembinaan kelembagaan yang mendukung perubahan pola pikir bisnis berorientasi daya saing secara komparatif dan kompetitif ; c)
Pengembangan sarana dan prasarana pendidikan serta tenaga terampil untuk meningkatkan kualitas SDM pengelola komoditas unggulan kakao, karet, rotan, peternakan, perikanan, distribusi dan pemasaran;
d) Pembangunan Technology Park bidang pangan dan maritim untuk meningkatkan inovasi teknologi.
254
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
4. Penguatan Regulasi bagi Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha
a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Penerapan regulasi insentif fiskal yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan kompetitif, antara lain fasilitas fiskal disemua bidang usaha, pembebasan PPN dan PPNBM untuk bahan dan barang impor yang akan diolah dan digunakan di KEK; b) Membuat regulasi terkait dengan pelimpahan kewenangan antara pusat, daerah, dan instansi terkait kepada administrator kawasan-kawasan pertumbuhan; c) Memberikan pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi secara Elektronik (SPIPISE) bidang perindustrian, perdagangan, pertanahan, penanaman modal. b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) a) Harmonisasi peraturan perundangan terkait dengan iklim investasi, diantaranya adalah PP Nomor 147 Tahun 2000 Tentang Perlakuan Perpajakan di KAPET; b) Membuat regulasi terkait dengan pembagian kewenangan antara Kabupaten/Kota di pusat-pusat pertumbuhan; c) Melaksanakan sosialisasi terkait dengan pemanfaatan lahan sebagai peruntukan investasi. c. Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Memberikan pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi secara Elektronik (SPIPISE) bidang perindustrian, pertanahan, dan penanaman modal.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
255
9 1 0 2 5 1 0 2 N M J P R i s e w a l u S h a y a . l i 1 . 5 W r n a a b h m u a b G m u t r e P t a s u P t a s u P i s a k o L a t e P
256
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
5.5.2. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan
5.5.2.1. Pengembangan Kawasan Perkotaan
Arah kebijakan pengembangan perkotaan di Wilayah Sulawesi diprioritaskan pada pemerataan pembangunan dan percepatan keterkaitan manfaat antarkotaserta desa dengan kota, melalui penguatan Sistem Perkotaan Nasional (SPN) Berbasis Kewilayahan di KSN Perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yaitu di KSN PerkotaanMamminasatadan usulanpembentukan 1 KSN Perkotaan baru yaitu KSN Bimindo (Bitung, Minahasa Utara, Manado) (lihat tabel 5.4); melakukan optimalisasi di 4 kota sedang (lihat tabel 5.5.) sebagai buffer urbanisasi. Untuk itu, strategi pembangunan perkotaan Wilayah Sulawesi tahun 2015-2019 adalah: 1. Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN)
a. Membentuk Kawasan Perkotaan Metropolitan untuk membangun pusat pertumbuhan nasional diSulawesi Utara serta meningkatkan konektivitas antar wilayah khususnya kemaritiman skala nasional dan internasional dengan mengembangkan pelabuhan Bitung; b. Meningkatkan aksesibilitas berbasis kepulauan antar PKN, PKW, dan PKL disekitarnya melalui penyediaan simpul transportasi terutama laut dan udara c. Mengembangkan kegiatan industri pengolahan dalam ini pada sektor perikanan dan perkebunan serta pengembangan sektor pariwisata untuk mengembangkan ekonomi dan meningkatkan keterkaitan dengan desa-kota sekitar; 2. Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota layak huni yang aman dan nyaman pada kawasan metropolitan dan kota sedang di luar Jawa termasuk kawasan perbatasan, kepulauan, dan pesisir
a. Mempercepat pemenuhan dan peningkatan pelayanan sarana prasarana permukiman sesuai dengan tipologi, peran, dan kondisi geografisnya;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
257
b. Meningkatkan aksesibilitas antar kota melalui penyediaan sarana transportasi antarmoda terutama transportasi udara dan laut untuk menghubungkan antar pusat kegiatan di Pulau Sulawesi serta mengembangankan transportasi terintegrasi dengan kawasan perbatasan dan penerapan konsep TOD (Transit Oriented Development) untuk kota besar dan metropolitan; c. Menyediakan sarana prasarana ekonomi, khususnya di sektor perdagangan dan jasa serta pariwisata yang mampu mengakomodasi kegiatan koperasi, UMKM, industri pengolahan kecil dan menengah; d. Meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sosial budaya melalui pengembangan sarana prasarana dan tenaga terampil di bidang kesehatan, pendidikan, dan sosial; e. Mengembangkan konsep insentif dan disinsentif dalam pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP); dan f. Meningkatkan keamanan kota melalui pencegahan, penyediaan fasilitas dan sistem penanganan kriminalitas dan konflik, serta meningkatkan modal sosial masyarakat kota 3. Perwujudan Kota Hijau yang Berketahanan Iklim dan Adaptif terhadap Bencana
a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam upaya adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim dan bencana (urban resilience). b. Membangunan infrastruktur kota terkait dengan adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim dan bencana; c. Pengembangan dan menerapkan konsep kota hijau melalui: green transportation, green openspace (ruang terbuka hijau), green waste (pengelolaan sampah dan limbah melalui 3R), green water (efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan air permukaan) dan green energy (pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah 258
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
lingkungan)untuk pengurangan tingkat pencemaran di darat, laut, dan udara, pemanfaatan energi alternatif dan terbarukan, pemanfaatan daur ulang, serta pengembangan kegiatan perekonomian kota ( green Economy ) khususnya pada kota besar dan kota metropolitan Sulawesi. 4. Perwujudan Kota Cerdas dan Berdaya Saing
a. Mengembangkan sektor ekonomi kota dengan membangun pencitraan kota (city branding) yang berbasis pada produk unggulan, arsitektur perkotaan ( urban design), dan berdasarkan karakter sosial budaya lokal; b. Mengembangkan sektor pariwisata laut seperti Taman Laut Bunaken; c. Menyediakan infrastruktur dan meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui penggunaan Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK) pada sektor pendidikan, kesehatan, permukiman, transportasi dan kegiatan pemerintahan (e-government); d. Meningkatkankapasitas masyarakat untuk membangun daya saing kota dengan menggunakan potensi lokal. e. Meningkatkan jumlah tenaga kerja ahli dan terampil melalui penyediaan sarana prasarana pendidikan tinggi dan pelatihan kejuruan (higher education and vocational training); dan f. Meningkatkan efisiensi pasar melalui pengaturan jalur distribusi logistik dan mengembangkankerjasama ekonomi skala nasional dan internasional. 5. Peningkatan perkotaan
kapasitas
tata
kelola
pembangunan
a. Mewujudkan sistem, peraturan dan prosedur dalam birokrasi kepemerintahan kota yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat kota; Perwujudan sistem, peraturan dan prosedur dalam birokrasi kepemerintahan kota yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat kota berkelanjutan; b. Meningkatkan kapasitas pemimpin kota yang visioner dan kapasitas aparatur pemerintah dalam membangun dan Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
259
mengelola kota berkelanjutan\melalui pendidikan, pelatihan dan pembinaan secara bersikenambungan; c. Menyed Menyederh erhana anakan kan proses proses perijin perijinan an dan dan usah usaha a bagi bagi para para pelaku ekonomi termasuk pelayanan terpadu satu pintu (PTSP); d. Memb Memban angu gun n dan dan meng mengem emba bang ngka kan n kele kelemb mbag agaa aan n dan dan kerjasama pembangunan antar kota, untuk mewujudkan kota berkelanjutan; e. Mengemban Mengembangkan gkan dan dan menyediaka menyediakanpus npusat at data informas informasii perkotaan terpadu yang mudah mudah diakses; f. Mening Meningkat katkan kan peran peran swasta swasta,, organis organisasi asi masyar masyaraka akat, t, dan organisasi profesi secara aktif, baik dalam forum dialog perencanaan dengan pemerintah dan masyarakat perkotaan, maupun dalam pembangunan kota berkelanjutan, seperti: pembangunan infrastruktur perkotaan maupun masukan terhadap rencana tata ruang kota; g. Pengemban Pengembangan gan lembaga lembaga bantuan bantuan teknis teknis dan dan pembiayaa pembiayaan n infrastruktur perkotaan. 5.5. 5.5.2. 2.2. 2. Pe Peng ngem emba bang ngan an Kawasa Kawasan n Perde Perdesa saan an
Arah kebijakan pengembangan desa dan kawasan perd perdes esaa aan n di Wil Wilay ayah ah Sul Sulaw awes esii adal adalah ah meni mening ngka katk tkan an kesejahter kesejahteraan aan masyar masyarakat akat desa dan dan kualitas kualitas hidup manusia manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, membangun potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan berkelanjutan dengan sasaran berkurangnya jumlah desa tertinggal sedikitnya 640 desa atau meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 260 desa. Selain itu, memban membangun gun keterk keterkaitan aitan ekono ekonomi mi lokal lokal antara antara perkotaan dan perdesaan melalui integrasi kawasan perdesaan mandiri pada 9 kawasan pertumbuhan, yang secara rinci dapat dilihat dilihat pada pada tabel tabel 5.6. Dalam rangka rangka percepa percepatan tan pemban pembanguna gunan n desa dan kawasan perdesan di Wilayah Sulawesi akan dilakukan:
260
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
1. Pemenuhan Pemenuhan Standar Standar Pelayanan Pelayanan Minimum Minimum sesuai dengan dengan kondisi geografis Desa
a. Meningkatk Meningkatkan an kualitas kualitas sarana sarana dan dan prasarana prasarana dasar bidang bidang pendidikan, khususnya sekolah dasar dan sekolah menengah; b. Meningkatk Meningkatkan an ketersedia ketersediaan an sarana sarana dan prasarana prasarana kesehatan melalui penyediaan puskesmas yang pelayanannya mencakup kawasan desa tertinggal dan berkembang; c. Meningkatk Meningkatkan an keters ketersediaan ediaan sarana dan prasarana prasarana perumahan, sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase lingkungan) dan air minum di kawasan desa tertinggal dan berkembang; d. Meningkatk Meningkatkan an distribusi distribusi tenaga tenaga pendidik pendidik dan tenaga tenaga kesehatan khususnya di desa-desa terpencil; e. Meningkatk Meningkatkan an kualitas kualitas sarana sarana dan prasara prasarana na jalan dan transportasi, baik darat, laut, maupun udara; f. Meningkatk Meningkatkan an kapasi kapasitas tas dan kualitas kualitas jaringan jaringan listrik listrik (tenaga surya, tenaga air, dll) dan jaringan telekomunikasi khususnya di desa-desa terpencil; g. Menyediaka Menyediakan n dan mening meningkatkan katkan sarana sarana dan prasarana prasarana produksi (benih, pupuk, jaringan irigasi, revitalisasi bendungan, armada perikanan, alat tangkap, bahan bakar, sistem informasi nelayan), pasca panen, pengolahan, dan pasar desa; 2. Penanggulan Penanggulangan gan kemiskinan kemiskinan dan pengembang pengembangan an usaha ekonomi Desa
a. Meningkatk Meningkatkan an peran peran dan dan kapasitas kapasitas pemerintah, pemerintah, pemerintah daerah dan pemerintah desa dalam memajukan ekonomi masyarakat miskin dan rentan berbasis karakteristik desa; b. Meningkatk Meningkatkan an kapasitas kapasitas masyarak masyarakat at miskin miskin dan rentan dalam pengembangan usaha berbasis lokal melalui fasilitasi, pelatihan, pendampingan;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
261
c. Memberikan Memberikan dukungan dukungan bagi bagi masya masyarakat rakat miskin miskin dan rentan melalui penyediaan lapangan usaha, dana bergulir, dan jaminan sosial bagi masyarakat desa; d. Memberikan Memberikan jamina jaminan n terhadap terhadap pasokan pasokan energi energi bagi bagi kegiatan ekonomi nelayan. 3. Pembangun Pembangunan an Sumber Sumber Daya Manusia, Manusia, Keberdayaan, Keberdayaan, dan dan Modal Sosial Budaya Masyarakat Desa
a. Meningkatk Meningkatkan an keberday keberdayaan aan masyara masyarakat kat perdesaa perdesaan, n, melalui fasilitasi dan pendampingan pengembangan kewirausahaan; b. Menguatka Menguatkan n lembaga lembaga adat dan dan Desa Adat, Adat, perlindung perlindungan an hak-hak masyarakat adat sesuai dengan perundangan yang berlaku, termasuk pada tapal batas Desa Adat melalui pendampingan; c. Meningkatk Meningkatkan an peran peran aktif aktif masyaraka masyarakatt dalam dalam pendidikan pendidikan dan kesehatan, khususnya dalam peningkatan kapasitas tenaga kesehatan lokal lokal (bidan desa, dukun beranak); d. Meningkatk Meningkatkan an keberdayaan keberdayaan masyaraka masyarakatt (termasuk (termasuk tokoh adat, tokoh agama, tokoh lokal) dan kelompok masyarakat (kelompok wanita, pemuda, anak, dan TKI) dalam membangun desa melalui penguatan sosial budaya masyarakat; e. Meningkatk Meningkatkan an partisipa partisipasi si masyarak masyarakat at terhadap terhadap pendidikan, baik pendidikan formal, maupun pendidikan dan pelatihan pelatihan ketrampilan ketrampilan dan kewirausahaan; kewirausahaan; dan f. Meningkatk Meningkatkan an kapasitas kapasitas petani/ne petani/nelaya layan n memanfaatkan teknologi tepat guna.
dalam
4. Pen Penguatan guatan Pemerintah Pemerintahan an Desa dan masyarakat masyarakat Desa
a. Sosialisas Sosialisasii peraturan peraturan pelaksan pelaksanaan aan UU No. 6/2014 6/2014 tentang tentang Desa b. Meningkatk Meningkatkan an kapasitas kapasitas Pemerint Pemerintah ah Desa dan dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan kader pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi, pelatihan, dan pendampingan dalam (i) Perencanaan, pelaksanaan dan monitoring pembangunan desa, (ii) Pengelolaan keuangan desa, (iii) Pelayanan publik, (iv) Penyiapan dan penetapan 262
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
batas desa (khususnya desa-desa perbatasan); serta (v) peta desa; c. Penguatan Penguatan pemerint pemerintah ah desa, desa, masyarak masyarakat, at, dan dan kelembagaan masyarakat dalam meningkatkan ketahanan ekonomi, sosial, lingkungan keamanan dan politik, terutama di kawasan perbatasan; d. Meningkatk Meningkatkan an ketersed ketersediaan iaan pemerintahan desa;
sarana sarana
prasaran prasarana a
e. Meningkatk Meningkatkan an kerjasam kerjasama a pemerintah pemerintah Desa Desa dengan dengan komunitas adat/Karaeng dalam dalam membangun membangun Desa; dan f. Mengemban Mengembangkan gkan data dan infor informasi masi desa yang digunakan digunakan sebagai acuan bersama perencanaan dan pembangunan desa. 5. Pengelolaan Pengelolaan sumber sumber daya daya alam dan lingkungan lingkungan hidup hidup berkelanjutan serta penataan ruang kawasan perdesaan
a. Meningkatk Meningkatkan an pengendal pengendalian ian pemanfaa pemanfaatan tan ruang ruang kawasan kawasan perdesaan melalui redistribusi lahan kepada petani, buruh tani, dan nelayan (land reform), serta menekan laju alih fungsi lahan pertanian, hutan, dan kawasan pesisir secara berkelanjutan; b. Meningkatk Meningkatkan an kesadaran kesadaran masyarakat masyarakat dalam pemanfaa pemanfaatan, tan, pengelolaan, dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang seimbang, berkelanjutan, dan berwawasan mitigasi bencana; c. Memberikan Memberikan dukungan dukungan kepada kepada masyar masyarakat akat pesisir pesisir dalam gerakan konservasi dan rehabilitasi laut; d. Meningkatka Meningkatkan n kesadaran kesadaran masyarakat masyarakat dan lembaga lembaga lokal lokal dalam mewujudkan kemandirian pangan melalui pengembangan budidaya pangan lokal unggulan; dan. e. Meningkatk Meningkatkan an kesadaran kesadaran masyara masyarakat kat dalam dalam mewujudk mewujudkan an kemandirian energi melalui pemanfataan teknologi tepat guna berbasis kearifan lokal. 6. Pengemban Pengembangan gan ekonomi ekonomi kawasan perdesaa perdesaan n untuk mendorong keterkaitan desa-kota
a. Mendorong Mendorong terwujudnya terwujudnya sentra sentra industri industri berbas berbasis is komoditas pertanian unggulan (padi, jagung, cengkeh, Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
263
kakao, kedelai) di kawasan Mootilango, Tolangohula, Mattiro Sompe, Lanrisang, Duampanua, Kentu Kowuna, Kabangka, Maginti, dan komoditas perikanan (rumput laut, ikan kerapu, udang, lobster) di kawasan Anggrek, Kwandang, Bungku Selatan, Mamuju, Suppa, Kabangka; b. Mendorong Mendorong terwuj terwujudnya udnya kawasan kawasan wisata wisata bahari bahari di kawasan Wakatobi dengan memberdayakan masyarakat dalam membuka usaha; c. Meningkatk Meningkatkan an akses akses masyar masyarakat akat desa desa terhadap terhadap modal modal usaha, pemasaran dan informasi pasar, khususnya pada mekanisme perdagangan pasca menangkap ikan; d. Meningkatk Meningkatkan an peran lemba lembaga ga pendukung pendukung ekonomi ekonomi desa desa seperti koperasi/KUD, BUMDesa, lembaga perkreditan desa dan lembaga ekonomi mikro lainnya; dan e. Mengemban Mengembangkan gkan kerjas kerjasama ama antar antar desa dan antar antar daerah. daerah. 5.5.2. 5.5.2.3. 3. Penin Peningkat gkatan an Kete Keterka rkaita itan n Wilayah Sulawesi
Kota Kota
dan dan
Desa Desa
di
Peni Pening ngka kata tan n kete keterk rkai aita tan n desa desa-k -kot ota a di Wila Wilaya yah h Sula Sulawe wesi si diar diarah ahka kan n deng dengan an memp memper erku kuat at 10 pusa pusatt pert pertum umbu buha han, n, yait yaitu u Kwand Kwandang ang dan sekita sekitarny rnya a (Kab. (Kab. Prov. Prov. Go Goron rontal talo), o), Buol Buol dan sekitarny sekitarnya a (Prov. (Prov. Sulteng), Sulteng), Poso dan sekitarnya sekitarnya (Prov. (Prov. Sulteng), Sulteng), Kolon Koloneda edale le dan sekita sekitarny rnya a (Prov. (Prov. Sulten Sulteng g dan dan Prov Prov Suls Sulsel) el),, Mamuju Mamuju dan seki sekitar tarny nya a (Prov. (Prov. Sulba Sulbar), r), Pinr Pinran ang g dan seki sekitar tarnya nya (Pro (P rov. v. Sul Sulse sel) l),, Barr Barru u dan dan seki sekita tarn rnya ya (P (Pro rov. v. Sul Sulse sel) l),, Raha Raha dan dan seki sekita tarn rnya ya (P (Pro rov. v. Sul Sultr tra) a),, sert serta a Wan Wangi gi-W -Wan angi gi dan dan sek sekit itar arny nya a (Prov. Sultra). Kawasan-kawasan ini mencakup kawasan transmigr transmigrasi, asi, kawasan kawasan agropolit agropolitan an dan minapolita minapolitan, n, serta kawasan pariwisata (lihat tabel 5.6). Adapun prioritas strategi yang dilaksanakan sebagai berikut: 1. Perwujudan Perwujudan konekti konektivitas vitas antara antara kota sedang sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau
a. Mempercep Mempercepat at pembangu pembangunan nan sistem sistem transpor transportasi tasi yang yang terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal; 264
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
b. Meningkatk Meningkatkan an kapasitas kapasitas dan kualitas kualitas jaringan jaringan jalan Lintas Lintas Sulawesi, pelabuhan nasional Kwandang, Poso, Mamuju dan Barru, pelabuhan regional Buol dan Raha, bandar udara yang melayani Kawasan Buol, Poso, Mamuju dan Raha serta angkutan penyeberangan yang melayani Kawasan Poso, Mamuju, Barru, Raha, dan Wakatobi; c. Menerapkan Menerapkan teknologi teknologi informasi informasi dan dan komunikas komunikasii untuk untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah; dan d. Mempercep Mempercepat at pemenuhan pemenuhan suplai suplai energi energi untuk memenu memenuhi hi kebutuhan domestik dan industri, meliputi pengembangan PLTS dan PLTA. 2. Perwujudan Perwujudan keterkai keterkaitan tan antara kegiatan kegiatan ekonomi ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi
a. Mengemban Mengembangkan gkan sentra sentra produks produksii dan pengolahan pengolahan hasil hasil pertanian di Kawasan Kwandang, Buol, Poso, Kolonedale, Mamuju, Pinrang, Barru, dan Raha, serta sentra produksi dan pengolahan hasil perikanan dan/atau kelautan di Kawasan Kwandang, Kolonedale, Mamuju, Pinrang, Raha, dan Wangi-Wangi; b. Meningkatk Meningkatkan an akses desa-des desa-desa a produksi produksi menuju menuju pusat pert pertum umbu buha han n (lih (lihat at tabe tabell 5.6) 5.6) dan sim simpu pull-si simp mpul ul transportasi, pengembangan pasar, dan toko sarana dan prasarana produksi c. Mengemban Mengembangkan gkan daya tarik tarik wisata wisata bahari bahari di Kawasan Kawasan Pariwisata Wakatobi dan sekitarnya melalui peningkatan promosi dan ketersediaan infrastruktur penunjang, meiputi peningkatan kapasitas dan kualitas penerbangan menuju ke Kendari-Wakatobi, peningkatan kualitas jalan menuju tempat wisata, pembangunan dermaga kapal pesiar, pengembangan “ Green Resort ” di kawasan Tanjung Kelayang, serta peningkatan kualitas dan ketersediaan jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih, dan energi ramah lingkungan;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
265
d. Membangun Membangun bank bank pertani pertanian an dan perika perikanan nan untuk untuk meningkatkan akses terhadap modal usaha di sektor pertanian dan perikanan; dan e. Mengemban Mengembangkan gkan Techno Techno Park berbasi berbasiss pertanian pertanian dan dan perikanan rakyat yang mendukung penerapan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri pengolahan dan jasa. 3. Peningkata Peningkatan n tata kelola kelola ekonomi ekonomi lokal lokal yang yang berorie berorientasi ntasi kepada keterkait keterkaitan an desa-kota desa-kota
a. Mengemban Mengembangkan gkan sistem sistem perdagang perdagangan an antar daerah daerah yang yang efisien; b. Meningkatk Meningkatkan an peran Pelayanan Pelayanan Terpadu Terpadu Satu Satu Pintu di di daerah; c. Meningkatk Meningkatkan an kapasit kapasitas as pemerin pemerintah tah daerah daerah dalam perencanaan dan penyelenggaraan kerjasama antar daerah dan kerjasama antar pemerintah-swasta dalam tata kelola ekonomi lokal; d. Mengemban Mengembangkan gkan forum forum dialog dialog antar antar stakeholder stakeholder yang yang mendorong perwujudan kerjasama; e. Mengemban Mengembangkan gkan pendid pendidikan ikan kejuruan kejuruan untuk untuk memperk memperkuat uat kemampuan inovasi, dan kreatifitas lokal di sektor pertanian dan perikanan; f. Mening Meningkat katkan kan kapas kapasita itass pemerin pemerintah tah daera daerah h dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan kawasan ekonomi khusus dan kawasan ekonomi terpadu, serta kerjasama di wilayah-wilayah perbatasan; dan g. Meningkatk Meningkatkan an pengetahu pengetahuan an dan kemampua kemampuan n masyarakat masyarakat mengenai kelestarian laut dan pesisir serta mitigasi bencana, terutama di Kawasan Kwandang, Kolonedale, Mamuju, Pinrang, Barru, Barru, Raha, dan Wakatobi. Wakatobi. Secara diagramatis, lokasi prioritas pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan dapat dilihat pada Gambar 5.2 5.2 dan dan Tabe Tabell 5.4 5.4 – Tabe Tabell 5.6. 5.6.
266
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Lokasi Prioritas Kawasan Strategis Nasional Perkotaan sebagai Pusat Pertumbu Pertumbuhan han Wilayah di Sulawesi Sulawesi Kode Lokasi Prioritas K1 Kawasan Perkotaan Metropolitan Maminasata: Kota Makassar, Kab. Maros, Sungguminasa (Ibukota Kab. gowa), Kab. Takalar K2 Kawasan Perkotaan Metropolitan Bimido: Manado, Bitung, Minahasa Minahas a Utara Utara Sumber : Bappenas, 2014
Fokus Pengembangan Diarahkan sebagai pusat kegiatan global (PKG) yang mendorong pertumbuhan kota-kota disekitarnya sebagai sentra produksi wilayah pulau serta sebagai pusat orientasi pelayanan berskala internasional dan penggerak utama bagi Kawasan Timur Indonesia;
Diarahkan sebagai pusat kegiatan nasional yang berorientasi pada meningkatkan spesialisasi fungsi pariwisata, industri pengolahan dengan tetap mempertahankan budaya lokal.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
267
Lokasi Prioritas Kota Sedang Sedang yang Berfokus Pada Upaya Pemerataan Pemerataan Wilayah Wilayah Di Sulawesi Sulawesi Kode Lokasi Fokus Pengembangan Prioritas P1
P2
Kotamo Kotamobag bagu u Diarah Diarahkan kan sebag sebagaj aj kot kota agropo agropoli littan yang yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah Provinsi yang mendukung pertumbuhan produksi pertanian wilayah di Provinsi Sulawesi Utara Gorront Go ontalo alo Diar Diarah ahk kan seba sebaga gaii kot ota a agr agrop opol olit itan an yang ang berfungsi sebagai pusat kegiatan kegiatan nasional (PKN) yang berorientasi pada upaya mendorong mendorong pertumbuhan pertumbuhan produksi produksi pertanian, pusat pengolahan ikan tangkap, dan wisata bahari yang memanfaatkan potensi Teluk Tomini
P3
Palopo
Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan nasional (PKN) yang berorientasi pada kegiatan pelayanan sentra pengolahan hasil pertanian (sentra pangan nasional) dan perkebuanan
P4
Pare-Pare
P5
Kendari
Diarahkan sebagaj Pusat Kegiatan Wilayah Wilayah dengan dengan fokussebagai fok ussebagai pusat industri pengolaha untuk mendorong kegiatan ekonomi dan agroindustri di kawasan sekitarnya sekitarnya Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan nasional (PKN) dan berorientasi pada kegiatan pariwisata, pengolahan hasil perkebunan, tangkapan ikan dan perdagangan yang melayani kebutuhan pengembangan sentra-sentra produksi wilayah Sulawesi
268
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kode
Lokasi Prioritas
Fokus Pengembangan
Tenggara
P6
Bau-bau
Diarahkan sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah (PKW) yang berorientasi pada aktivitas pariwisata bahari-ekowisata yang memanfaatkan kawasan Taman Laut Nasional Wakatobi yang memiliki nilai global heritage di bidang keanekaragaman flora dan fauna laut dan pengolahan ikan tangkap.
Sumber : Bappenas, 2014
Lokasi Prioritas Prioritas Peningkatan Keterkaitan Desa-Kota Untuk Memperkuat Pusat Pertumbuhan Di Sulawesi Kode Lokasi Kelompok Kawasan Komoditas Kawasan Unggulan Kwandang D1 PKW Kwandang Udang Kawasan Minapolit M inapolitan an Lobster dan Budidaya: Anggrek Kerapu sekitarnya Kawasan Minapolit M inapolitan an Padi (Kab. Perikanan Tangkap: Jagung Boalemo, Kab. Anggrek, Kwandang Gorontalo, dan Kawasan Agropolitan Agropolitan Kab. (Padi): Mootilango, Gorontalo Tolangohula Utara, Prov. KPB Pawonsari Gorontalo) Kawasan Transmigrasi: Dino Liyohu Kota Otonom Terdekat : •
•
•
• •
•
• •
•
• •
•
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
269
Kode
Lokasi Kawasan
Kelompok Kawasan
Komoditas Unggulan
Gorontalo D2
D3
D4
D5
270
Buol dan sekitarnya (Kab. Buol, Prov. Sulteng)
Poso dan sekitarnya (Kab. Poso, Prov. Sulteng) Kolonedale dan sekitarnya (Kab. Morowali, Kab. Morowali Utara, Prov. Sulteng dan Kab. Luwu Timur, Prov Sulsel) Mamuju dan sekitarnya (Kab. Mamuju, Kab. Mamuju Tengah, Prov. Sulbar)
• • •
•
• • •
• •
• • •
• •
• •
PKW Buol KPB Air Tenang Kawasan Transmigrasi: Momunu Kota Otonom Terdekat : Gorontalo dan Palu PKW Poso KPB Tamporole amporole Kawasan Transmigrasi: Ambarona
PKW Kolonedale Kawasan Minapolit M inapolitan: an: Bungku Selatan KPB Mahal M ahalona ona KPB Bungku Kawasan Transmigrasi: Kolonedale, Lembo
PKW Mamuju Kawasan Minapolit M inapolitan an Perikanan Budidaya: Budidaya: Mamuju KPB Tobadak Kawasan Transmigrasi: Salopangkang, Tomo
• •
• •
•
• •
•
• •
Padi Pakawuja
Jagung Cengkeh
Rumput Laut Padi Kakao
Rumput Laut Padi Kakao
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kode
Lokasi Kawasan
D6
Pinrang dan sekitarnya (Kab. Pinrang, Prov. Prov. Sulsel)
Kelompok Kawasan
• •
•
•
D7
D8
Barru dan sekitarnya (Kab. Barru, Kab. Sidenreng Rappang, Prov. Sulsel) Raha dan sekitarnya (Kab. (Kab. Muna, Muna, Prov. Sultra)
• •
•
•
• •
•
•
Perkotaan Pinrang Kawasan Minapolit M inapolitan an Budidaya: Suppa Kawasan Agropolitan Agropolitan (Padi): Matt M attiro iro Sompe, Lanrisang, Duampanua Kota Otonom Terdekat : Pare-Pare PKW Barru Kawasan Agropolitan Agropolitan (Kedelai): Barru Kawasan Transmigrasi: Maritengae (Sindereng Rappang) Kota Otonom Terdekat : Pare-Pare dan Makassar PKW Raha Kawasan Minapolit M inapolitan an Budidaya: Kabangka Kawasan Agropolitan Agropolitan (Jagung): Kentu Kowuna, Kabangka, Maginti Kota Otonom Terdekat : Bau-Bau
Wangi-wangi Perkotaan Wangi-Wangi Kawasan Pariwisata: Pariwisata: dan KSPN Wakatobi sekitarnya Kota Otonom Terdekat : (Kab. Bau-Bau Wakatobi, Prov. Sultra) Sumber : Bappenas, 2014
D9
•
Komoditas Unggulan • •
• •
• •
•
•
•
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
•
Udang Padi
Kedelai Padi
Udang Jagung
Perikanan Tangkap Wisata bahari
271
5.5.3. Pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan
Perbatasan 5.5.3.1. Pengembangan Daerah Tertinggal
Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Sulawesi difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik dan pengembangan perekonomian masyarakat yang berbasis pertanian, perkebunan, perikanan, migas, dan pertambangan nasional yang didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan pusat pertumbuhan. Pembangunan daerah tertinggal dilakukan melalui strategi sebagai berikut: 1.
Pemenuhan Pelayanan Dasar Publik
Mendukung pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan dasar publik di daerah tertinggal dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Bidang Pendidikan 1) Pembangunan dan rehabilitasi sarana pendidikan dasar diutamakan di bagian tengah dan bagian barat Sulawesi; 2) Pemerataan distribusi, kapasitas, dan pemberian insentif tenaga pendidik diutamakan di bagian tengah, bagian barat, sebagian bagian selatan wilayah Sulawesi; 3) Peningkatan penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar bagi masyarakat di kawasan terisolir, perairan, dan kepulauan; 4) Penyediaan rumah dinas tenaga pendidik di di kawasan terisolir, perairan, dan kepulauan. 5) Penyelenggaraan guru kunjung di bagian tengah, bagian barat, sebagian bagian selatan wilayah Sulawesi; 6) Pengembangan sekolah kecil di bagian tengah dan bagian barat Sulawesi; 272
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
7) Penyelenggaraan sekolah satu atap berasrama (SD, SMP, SMA/SMK); 8) Pembangunan asrama sekolah di di bagian tengah dan bagian barat Sulawesi; 9) Penyediaan bus sekolah; 10) Pengembangan pendidikan jarak jauh; 11) Pengembangan pendidikan kesetaraan (kelompok belajar paket A,B,C); 12) Pemberian kuota khusus beasiswa Perguruan Tinggi untuk daerah tertinggal. b. Bidang Kesehatan 1) Pemerataan distribusi tenaga kesehatan di bagian tengah dan utara wilayah Sulawesi; 2) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di bagian tengah dan utara wilayah Sulawesi; 3) Pemberian insentif tenaga kesehatan di bagian tengah dan utara wilayah Sulawesi; 4) Penyediaan rumah dinas tenaga kesehatan di bagian tengah dan utara wilayah Sulawesi; 5) Pengadaan sarana kesehatan keliling diutamakan di bagian Tengah dan Selatan Sulawesi; 6) Pengadaan puskesmas terapung di kawasan pulau kecil terluar; 7) Pengembangan fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pratama di daerah tertinggal;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
273
n a a s e d r e P n a d n a a t o k r e P n i a s s e . a w w a 2 . a l 5 K u r n S a h b a g a y m n a a a l G b i W m e g n e P s a t i r o i r P i s a k o L a t e P
274
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
8) Pemerataan alat kesehatan dan obat-obatan di bagian tengah dan utara wilayah Sulawesi; 9) Pengembangan telemedis di daearh tertinggal. c. Bidang Energi 1) Pengembangan PLTMH, PLTS, dan PLTU; 2) Pemberian bantuan subsidi listrik pada pemakaian 30-60 kWh; 3) Penyediaan energi biogas yang ramah lingkungan khususnya di kawasan terisolir dan kepulauan; 4) Penyediaan bahan bakar minyak ke wilayah terpencil khususnya di kawasan terisolir dan kepulauan. d. Bidang Informasi dan Telekomunikasi 1) Pengembangan radio komunitas dan radio komunikasi khususnya di desa-desa terisolir dan kepulauan di wilayah Sulawesi; 2) Pembangunan menara penguat sinyal; 3) Pengembangan radio penguat siaran RRI dan TVRI, khususnya di kawasan kepulauan, dan desa-desa perhutanan Sulawesi; 4) Pengembangan jaringan internet; 5) Pengembangan pusat informasi desa/balai rakyat di wilayah Sulawesi Selatan. e. Bidang Permukiman dan Perumahan 1) Pembangunan terisolir;
perumahan layak huni di wilayah
2) Pembangunan sarana air bersih sehat di seluruh kampung terutama di wilayah terisolir; 3) Perbaikan lingkungan permukiman tidak layak huni khususnya di kawasan perhutanan, perairan, dan pesisir.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
275
2.
Pengembangan Ekonomi Lokal
Pengembangan kinerja perekonomian masyarakat di daerah tertinggal secara terpadu dalam rangka meningkatkan nilai tambah sesuai dengan karakteristik, posisi strategis, dan keterkaitan antar kawasan. Strategi ini meliputi aspek infrastruktur, manajemen usaha, akses permodalan, inovasi, dan pemasaran dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Peningkatan kapasitas sarana pelabuhan khususnya untuk sektor pertanian, perkebunan, perikanan, migas, dan pertambangan nasional; b. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di wilayah Sulawesi seperti penyediaan tenaga pendamping khususnya subsektor tanaman pangan, perkebunan, dan kawasan pesisir; c. Pengembangan sistem logistik ikan melalui penyediaan Cold Storage disetiap sentra perikanan; d. Peningkatan produktivitas budidaya penerapan teknologi tepat guna;
ikan
melalui
e. Pengembangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Koperasi khususnya dalam bidang perkebunan dan perikanan; f. Pengembangan minapolitan dan penganekaragaman produk hasil laut serta pengembangan mata pencaharian alternatif bagi nelayan; g. Fasilitasi bantuan peralatan penangkapan yang dilengkapi dengan sistem informasi lokasi penangkapan ikan (satelit); h. Pengembangan sarana pengolahan produk hasil laut diutamakan di bagian selatan, utara, dan tenggara wilayah Sulawesi; i. Peningkatan kapasitas fasilitas penyimpanan hasil pangan, perkebunan dan hasil laut di pusat-pusat perdagangan dan pelabuhan;
276
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
j. Pengembangan sentra produksi rumput laut; k. Pengembangan sentra kuliner pengolahan hasil laut di wilayah pesisir; l. Pengembangan jaringan irigasi; m. Pengembangan kegiatan kepariwisataan bahari dan sosial-budaya melalui peningkatan insfrastruktur, sarana, promosi, serta peningkatan peran serta masyarakat adat, khususnya di Kabupaten Wakatobi, Tojo Una-Una, dan Banggai Kepulauan; n. Pengembangan rumah pusat kebudayaan dan kesenian, museum; o. Pengembangan pasar tradisional. 3.
Penguatan Konektivitas dan Sislognas
Peningkatan konektivitas daerah tertinggal dengan pusat pertumbuhan yang diprioritaskan pada ketersediaan sarana dan prasarana penunjang peningkatan kinerja pembangunan ekonomi daerah dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Membuat sistem konektivitas laut untuk mendistribusikan hasil bumi menuju lokasi di luar Kepulauan Sulawesi; b. Pembangunan dermaga di pulau-pulau kecil yang tersebar di wilayah kepulauan Sulawesi; c. Peningkatan kapasitas pelabuhan kapal penumpang dan ferry; d. Pengadaan unit armada ferry baru di wilayah Sulawesi; e. Pembangunan bandara perintis dan moda transportasi udara di sebagai daerah selatan, barat, dan utara Sulawesi; f. Pengembangan pelabuhan nasional dan pelabuhan penyeberangan antarpulau di wilayah kepulauan; g. Pengembangan jalur kereta api antarkota pada kawasan utara, selatan, dan barat Kepulauan Sulawesi; Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
277
h. Peningkatan status jalan dan pembangunan jalan penghubung diutama antara bagian selatan, barat, dan tengah Sulawesi. i. Pengembangan kapal perikanan tangkap 30 GT di kawasan perbatasan wilayah Sulawesi Utara; 4.
Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan kapasitas kelembagaan pemangku kepentingan pembangunan daerah tertinggal di pusat maupun di daerah yang terintegrasi untuk menunjang pengelolaan pertanian, perkebunan, perikanan, migas, dan pertambangan nasional. Strategi ini meliputi aspek peraturan perundangan, tata kelola, SDM, rumusan dokumen kebijakan, dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Menyusun rencana induk dan rencana aksi pengembangan ekonomi berbasis pada agroindustri perkebunan, pangan-hortikultura, dan perikanan laut (minapolitan); b. Peningkatan kualitas aparatur daerah khususnya pada pemenuhan SPM pada bidang pendidikan, kesehatan, listrik, informasi, dan telekomunikasi di daerah tertinggal dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian; c. Pengembangan sekolah-sekolah kejuruan dan politeknik untuk menyiapkan SDM dalam rangka menunjang pengelolaan pertanian, perkebunan, perikanan, migas, dan pertambangan nasional; d. Pengembangan pusat teknologi informasi pemasaran, pendidikan, pelatihan, pengembangan SDM pelaku usaha untuk menunjang pengembangan usaha khususnya subsektor perkebunan, tanaman pangan, tanaman hortikultura, dan perikanan laut; e. Pelatihan keterampilan kewirausahaan bagi pemuda;
278
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
f. Pelatihan pengolahan hasil produksi perikanan kepada masyarakat di kawasan pesisir wilayah Sulawesi. g. Pengembangan Kewirausahaan;
Balai
Pelatihan
Kerja
dan
h. Pelatihan tenaga pendamping kelompok pertanian. 5.
Penguatan Regulasi dan Insentif
Dalam upaya mendukung percepatan pembangunan daerah tertinggal, bentuk afirmasi yang lebih nyata dan konkrit dilakukan dengan evaluasi terhadap harmonisasi regulasi untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam pengelolaan hasil bumi dan energi melalui pelaksanaan prioritas program sebagai berikut: a. Harmonisasi kebijakan, program, dan kegiatan daerah untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal; b. Penyusunan Strategi Daerah tentang Pembangunan Daerah Tertinggal;
Percepatan
c. Koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah dengan pemerintah daerah, antar-SKPD dalam penyelenggaraan program pembangunan di daerah; d. Pemberian insentif untuk pihak swasta dalam proses pengembangan usaha di daerah tertinggal; e. Tunjangan khusus penyuluh pertanian. 6.
Pembinaan Daerah Tertinggal Terentaskan
Pembinaan daerah tertinggal yang terentaskan melalui penguatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah dan peningkatan kapasitas SDM. 7.
Pengembangan Kawasan Perdesaan dan Transmigrasi
Mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi sebagai upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah. Dalam proses pembangunan kedepan, diharapkan kawasan transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan baru dapat mendukung upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal dan pengembangan kawasan perdesaan. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
279
Pada periode RPJMN 2010-2014 wilayah Sulawesi terdiri dari 6 provinsi dengan total 78 kabupaten/kota, dimana 25,64 persen atau 20 kabupaten masuk dalam kategori daerah tertinggal. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di wilayah ini sebesar 71.10, berada dibawah target IPM rata-rata nasional di daerah tertinggal dalam RPJMN 2010-2014 sebesar 72,2. Pertumbuhan ekonomi sebesar 8,94 persen, melampaui target yang diharapkan pada RPJMN 2010-2014, sebesar 7,1 persen. Angka kemiskinan di daerah tertinggal wilayah Sulawesi masih sebesar 14,76 persen, jauh dari target Angka Kemiskinan secara nasional di daerah tertinggal dalam RPJMN 2010-2014, sebesar 14,2 persen. Dalam periode RPJMN 2010-2014 di wilayah Sulawesi telah ditetapkan 34 kabupaten tertinggal yang menjadi lokus agenda percepatan pembangunan daerah tertinggal. Pada akhir tahun 2014 diindikasikan terdapat 21 kabupaten tertinggal yang dapat terentaskan. Akan tetapi, terdapat 4 kabupaten dengan status Daerah Otonom Baru (DOB) hasil pemekaran yang masuk kategori daerah tertinggal yaitu Kabupaten Bangai Laut, Mamuju Tengah, Morowali Utara, dan Konawe Kepulauan. Sehingga pada periode RPJMN 2015-2019 jumlah daerah tertinggal di Sulawesi sebanyak 18 kabupaten. Pada akhir periode RPJMN 2015-2019 ditargetkan sebanyak 15 kabupaten tertinggal dapat terentaskan. 5.5.3.2. Pengembangan Kawasan Perbatasan
Arah kebijakan Pengembangan Kawasan Perbatasan di Wilayah Sulawesi difokuskan untuk untuk meningkatkan peran sebagai halaman depan negara yang maju dan berdaulat dengan negara tetangga Filipina di perbatasan laut. Fokus Pengembangan Kawasan Perbatasan di Wilayah Sulawesi diarahkan pada pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di Wilayah Sulawesi, yaitu PKSN Tahuna dan PKSN Melonguane, serta Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) penanganan kawasan perbatasan tahun 2015-2019. Strategi pengembangan kawasan perbatasan diarahkan untuk mewujudkan kemudahan aktivitas masyarakat kawasan 280
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
perbatasan dalam berhubungan dengan negara tetangga dan pengelolaan sumber daya laut untuk menciptakan kawasan perbatasan yang berdaulat. Strategi tersebut yaitu: 1. Penguatan pengelolaan dan fasilitasi pemeliharaan, pengamanan kawasan Sulawesi
penegasan, perbatasan
Penguatan pengelolaan dan fasilitasi penegasan, pemeliharaan, pengamanan, dan aktivitas lintas batas Wilayah Negara secara terpadu di Wilayah Sulawesi, dilakukan dengan: a. Pengembangan pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan terpadu di PKSN Tahuna dan PKSN Melonguane (termasuk di Pulau Marore dan/atau Pulau Miangas); b. Pembenahan aktivitas lintas batas di pintu-pintu alternatif (ilegal) di kawasan perbatasan Sulawesi; c. Pengembangan pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara di Kabupaten Talaud dan Kabupaten Sangihe; d. Peningkatan upaya perundingan dalam penetapan dan penegasan batas wilayah negara RI- Philipina; e. Peningkatan kapasitas tim perunding dari tingkat teknis, strategi, hingga kebijakan (pengambilan keputusan); f. Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil Terluar di Pulau Miangas, Pulau Marore, Pulau Kawio, Pulau Kawaluso, Pulau Marampit dan Pulau Kakarotan dengan pendekatan keamanan, ekonomi dan lingkungan; g. Penyelesaian status kewarganegaraan Philipina-Sangir (Phisang);
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
masyarakat
281
9 1 0 2 5 1 0 2 i s e w a l u S h a y a . l i 3 . 5 W r l a a b g g n m i a t G r e T h a r e a D n a r a b e S a t e P
282
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
i s e w a l u S h a y a l i 7 . W 5 l l a e g g b i a n T t r e T h a r e a D l i f o r P
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
283
284
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
285
h. Penguatan fungsi pengamanan perbatasan wilayah laut, baik penyediaan alutsista, non alutsista dan pemberdayaan masyarakat dalam menjaga kedaulatan, khususnya perbatasan wilayah laut RI-Philipina; i. Pembentukan kerjasama patroli pertahanan keamanan batas wilayah Negara RI- Philipina;
dan
j. Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil Terluar di Pulau Miangas, Pulau Marore, Pulau Kawaluso, Pulau Kawio, Pulau Kakorotan, dan Pulau Marampit dengan pendekatan ekonomi, keamanan dan lingkungan; k. Sosialisasi batas wilayah laut negara RI- Philipina kepada masyarakat perbatasan Wilayah Sulawesi; l. Pengembangan standar operasional prosedur (SOP) pertahanan dan keamanan yang profesional bagi aparatur pengaman perbatasan. 2. Pengembangan Ekonomi Lokal
Pengembangan ekonomi lokal secara terpadu pada kawasan perbatasan negara di Wilayah Sulawesi, dilakukan dengan: a. Peningkatan kualitas dan kuantitas hasil perikanan dan kelautan untuk ekspor melalui pengembangan sarana dan prasarana produksi, pengolahan, dan pemasaran di PKSN Tahuna, PKSN Melonguane, dan gugus pulau perbatasan di Sangihe dan Talaud (termasuk Miangas dan Marore) yang berorientasi pasar kepada negara Filipina, termasuk yang mendesak yaitu penyediaan Kapal Tangkap 30 GT ; b. Peningkatankerjasama investasi lintas batas negara produk unggulan kawasan perbatasan, khususnya dengan negara Filipina; c. Peningkatan kualitas dan kuantitas hasil perkebunan untuk mencukupi kebutuhan lokal maupun lintas negara; d. Pengembangan program transmigrasi di kawasan perbatasan dalam bentuk Kota Terpadu Mandiri di kawasan perbatasan Sangihe dan Talaud; e. Peningkatan nilai potensi pariwisata bahari dan budaya melalui pengelolaan pariwisata yang optimal (promosi
286
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
dalam dan lintas negara dan penyediaan infrastruktur penunjang pariwisata) di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud; f. Mengembangkan pusat perdagangan skala internasional, nasional, dan regional berbasis komoditas lokal berorientasi pasar ke negara Filipina serta secara bertahap menurunkan jumlah pelintas batas tradisional dititik lintas batas di PKSN Tahuna dan PKSN Melonguane; g. Pengembangan balai-balai latihan kerja berbasis komoditas lokal yang berorientasi pasar ke negara tetangga di kawasan perbatasan Sangihe dan Talaud. 3. Penguatan Konektivitas dan Sislognas
Peningkatan konektivitas kawasan perbatasan negara di Wilayah Sulawesi, dilakukan dengan: a. Peningkatan intensitas dan pelayanan keperintisan yang menghubungkan pulau-pulau di kawasan perbatasan negara, di Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud Melonguane, termasuk pulau kecil terluar berpenduduk, serta konektivitasnya dengan sistem transportasi laut nasional dan internasional; b. Pengembangan dermaga keperintisan pada pulau-pulau kecil terluar berpenduduk di gugus pulau perbatasan Kepulauan Talaud dan Kepulauan Sangihe; c. Penjaminan ketersedian logistic termasuk BBM, khususnya untuk pulau-pulau kecil terluar berpenduduk, khususnya perhatian terhadap Pulau Miangas dan Pulau Marore; d. Pengembangan pusat aktifitas perdagangan dan gudang logistik untuk meningkatkan distribusi hulu-hilir perdagangan antar negara, khususnya di Lokasi Prioritas yang memiliki aktifitas perdagangan tinggi; e. Pengembangan pelayanan transportasi udara internasional dan nasional, khususnya di PKSN Sangihe dan PKSN Talaud; f. Penyediaan infrastruktur dasar kewilayahan terutama jalan, listrik terbarukan memanfaatkan sumber daya Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
287
setempat, air bersih, dan telekomunikasi di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri). 4. Penguatan Kemampuan SDM dan Iptek
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Pulau Sulawesi diarahkan untuk meningkatkan basis IPTEK dan produk unggulan berdaya saing diikuti peningkatan aktivitas perdagangan dengan negara tetangga. Strategi yang dilakukan antara lain: a. Pengembangan dan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan kejuruan dan keterampilan berbasis sumber daya lokal (kelautan, perkebunan, maupun pertambangan) di kawasan perbatasan Sangihe dan Talaud; b. Pengembangan sekolah kejuruan (SMK, politeknik) berbasis kelautan berasrama dan bertaraf internasional, serta berasrama di PKSN Sangihe atau PKSN Melonguane; c. Pengembangan akses pelayanan sosial dasar (pendidikan dan kesehatan) di kawasan perbatasan negara, khususnya di pulau-pulau kecil terluar dengan penyediaan sarana prasarana sesuai karakteristik geografis wilayah (sekolah berasrama, transportasi laut antar jemput); d. Penyediaan tenaga pendidikan dan kesehatan yang handal serta penyedian insentif, serta sarana prasarana penunjang yang memadai, khususnya di desa-desa terdepan dan terutama rumah guru, fasilitas informasi dan telekomunikasi guru; e. Peningkatan kapasitas aparatur wilayah perbatasan melalui penerapan kebijakan wajib tugas belajar dan pelatihan teknis, agar diperoleh sumberdaya aparatur yang memiliki kemampuan dan merumuskan kebijakan pengelolaan kawasan perbatasan dan pelayanan yang diperlukan oleh masyarakat perbatasan; f. Pengembangan teknologi tepat guna dalam menunjang pengelolaan sumber daya alam/potensi lokal di kawasan perbatasan.
288
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
5. Penguatan Regulasi dan Insentif
Dalam upaya mendukung pengembangan kawasan perbatasan negara, harmonisasi regulasi agar afirmasi terhadap pengembangan kawasan perbatasan. Beberapa regulasi yang kurang harmonis dalam mendukung afirmasi terhadap pengembangan kawasan perbatasan sebagai berikut: a. Akses masyarakat perbatasan yang tinggal di kawasan lindung untuk mengelola sumber daya alam yang ada di dalamnya, serta untuk kemudahan pembangunan infrastruktur yang melalui hutan lindung\ b. Regulasi pengelolaan lintas batas; c. Regulasi Perdagangan lintas batas Perjanjian kerjasama antara RI-Filipina dalam pengembangan kawasan perbatasan negara; d. Regulasi untuk memberikan kewenangan yang lebih luas (asimetrik) kepada Pemerintah Pusat untuk menyediakan sumber daya air, pengelolaan jalan non status, dan pelayanan pendidikan dan kesehatan di kawasan perbatasan, khususnya di desa-desa terdepan dan terisolir (kecamatan lokpri); e. Penciptaan iklim investasi yang kondusif di kawasan perbatasan; f. Pembagian kewenangan atau urusan antar jenjang pemerintah: pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam pengelolaan kawasan perbatasan; g. Kelembagaan pengelola perbatasan yang memiliki otoritas penuh untuk mengelola pos-pos lintas batas negara; h. Pengkhususan pemberian kewenangan bagi pemerintahan kecamatan di wilayah perbatasan (Lokpri) dalam bentuk desentralisasi asimetrik dengan penetapan daerah khusus untuk akselerasi pembangunan dan efektivitas peningkatan kualitas pelayanan publik; i. Penyusunan Rencana Tata Ruang termasuk Detail Tata Ruang Kawasan Perbatasan di Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
289
j. Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Tahun 2015-2019 menjadi acuan bagi Kementerian/Lembaga dan Pemerintahan Daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan negara. Adapun sebaran lokasi prioritas pengembangan kawasan perbatasan dapat dilihat pada tabel 5.8 dan gambar 5.4 Tabel 5.8 Daftar Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perbatasan Wilayah Sulawesi No. Kabupaten
1 2
Kep. Sangihe Kep. Talaud
Kecamatan Lokasi Prioritas
Tabukan Utara, Tahuna, Marore, Kendahe Melonguane, Miangas, Nanusa
Sumber : Bappenas, 2014 5.5.4. Penanggulangan Daerah Bencana
Wilayah Sulawesi terdiri dari Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo. Secara geografis, pulau Sulawesi terdapat banyak gunung dan sungai sehingga potensi bencana alam di Wilayah Sulawesi terdiri dari banjir, longsor, gempa bumi, letusan gunung api dan kekeringan. Risiko bencana alam yang tinggi di wilayah Sulawesi dapat disebabkan tingkat ancaman yang tinggi, potensi jumlah penduduk terpapar dan kerugian harta benda yang tinggi dan kapasitas penanggulangan bencana di bidang kelembagaan, peringatan dini, mitigasi dan kesiapsiagaan yang belum memadai. Berdasarkan DIBI yang merekam kejadian bencana tahun 18152014, berbagai kejadian bencana di Pulau Sulawesi telah mengakibatkan 6.944 orang meninggal dunia, 17.140 orang luka-luka, 983 orang hilang dan 545.653 orang mengungsi dan 52.212 rumah hancur/rusak.
290
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
n a s a t a b r e P n a s a 9 1 w a 0 K 2 ) 5 i r 1 p 0 . k 2 4 . o i 5 L s r ( e a s w a b a t l i u m r S a o G i r h P a y i a s l a i k W o L n a r a b e S a t e P
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
291
Untuk mendukung pengembangan Wilayah Sulawesi, maka arahan kebijakan penanggulangan bencana diarahkan untuk mengurangi risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan dan meningkatkan ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana. Strategi penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana di Wilayah Sulawesi adalah sebagai berikut: 1.
Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, melalui:
a. Pengenalan, pengkajian dan pemantauan risiko bencana, melalui penyusunan kajian dan peta risiko bencana skala 1:50.000 di Kabupaten Sigi, Donggala, Poso, Parigi Moutong, Bitung, Kolaka, Konowe, Maros, Takalar, Gowa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Gorontalo, Morowali, Luwu Timur, Mamuju dan Kepulauan Sangihe, dan skala 1:25.000 di Kota Gorontalo, Palu, Makasar, Manado, Kendari. b. Integrasi kajian dan peta penyusunan dan Provinsi/Kabupaten/Kota.
risiko bencana dalam review RTRW
c. Pemanfaatan kajian dan peta risiko untuk penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana dan Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD PRB) di 21 kabupaten/kota. d. Penyusunan rencana kontinjensi pada 21 kabupaten/kota sasaran sebagai panduan kesiapsiagaan dan operasi tanggap darurat bencana banjir, longsor, gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api. 2.
Penurunan melalui:
tingkat kerentanan terhadap bencana
a. Mendorong dan menumbuhkan budaya sadar bencana serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan di 21 kabupaten/kota sasaran. 292
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
b. Meningkatkan sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakat baik melalui media cetak, radio dan televisi pada 21 kabupaten/kota risiko tinggi bencana. c. Bekerjasama dengan mitra pembangunan, OMS dan dunia usaha untuk mengurangi kerentanan sosial dan ekonomi masyarakat di 21 kabupaten/kota risiko tinggi bencana. d. Peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah pasca bencana, melalui percepatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana banjir bandang di Manado dan daerah pasca bencana alam lainnya. e. Pemeliharaan dan penataan lingkungan di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Mamasa, Tondano, Limboto, Tempe maupun daerah rawan bencana alam lainnya. f. Membangun dan menumbuhkan kearifan lokal dalam upaya pengurangan risiko bencana banjir, longsor, gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api. 3.
Peningkatan melalui:
kapasitas
aparatur
dan
masyarakat
a. Penguatan kapasitas kelembagaan, melalui penyediaan sarana dan prasarana penanggulangan bencana di kabupaten/kota risiko tinggi di Pulau Sulawesi. b. Penyediaan sistem peringatan dini bencana banjir, longsor, gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api serta memastikan berfungsinya sistem peringatan dini dengan baik. c. Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK dan pendidikan untuk pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana di Wilayah Sulawesi d. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan rambu-rambu evakuasi) menghadapi bencana gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
293
e. Pembentukan dan pengembangan Desa Tangguh Bencana di 21 kabupaten/kota sasaran di Pulau Sulawesi dalam rangka mendukung Gerakan Desa Hebat. f. Peningkatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan serta pembangunan 2 (dua) unit depo logistik di Wilayah Sulawesi yang dapat menjangkau wilayah pasca bencana yang terpencil. g. Pembentukan dan penguatan pengurangan risiko bencana.
kapasitas
forum
h. Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir, longsor, gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api. Adapun sebaran risiko bencana dan profil kerawanan dan risiko PKN, PKW dan PKSN di Wilayah Sulawesi dapat dilihat pada Gambar 5.5 dan Tabel 5.9.
294
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
i s e w a l u S h a y a l i . W 5 . a 5 n a r c a n b e B m a o G k i s i R s k e d n I a t e P
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
295
Tabel 5.9. Profil Kerawanan dan Risiko PKN, PKW dan PKSN di Wilayah Sulawesi Index Kelas Multi Lokasi Kerawanan Risiko (IRBI 2011) (IRBI 2013) KAPET Palapas Tinggi untuk Kota Palu: tinggi ancaman: banjir Kab. Sigi: dan longsor, sedang gempabumi, Kab.Donggala: cuaca ekstrim, tinggi kekeringan Kab. Parigi Moutong: tinggi KAPET Manado-Bitung Tinggi untuk Kota Manado: banjir dan sedang longsor, letusan Kab. Bitung: gunung api, tinggi gempabumi, cuaca ekstrim dan abrasi KAPET Bangsejahtera Tinggi untuk Kota Kendari: banjir, tinggi gempabumi, Kab. Kolaka: cuaca ekstrim tinggi Kab. Konawe: tinggi KEK Palu Tinggi untuk Tinggi banjir dan longsor, gempabumi, cuaca ekstrim dan abrasi KEK Bitung Tinggi untuk Tinggi banjir, gelombang ekstrim dan abrasi Lokasi Index KelasMulti 296
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Index Lokasi Kerawanan (IRBI 2011) Kerawanan (IRBI 2011) KSN Perkotaan Kab. Maros: Maminasata: tinggi untuk Kota Makassar, Kab. banjir dan cuaca Maros, Sungguminasa ekstrim (Ibukota Kab. gowa), Kab. Kab. Takalar : Takalar banjir, cuaca ekstrim KSN (Usulan) Perkotaan Kab. Tomohon: Manado Raya (Manado, tinggi untuk Bitung,Tomohon,Minahasa banjir dan Utara dan Minahasa longsor Selatan) Kab. Minahasa Utara: tinggi untuk banjir, longsor, cuaca ekstrim, letusan gunung api, abrasi Kab. Minahasa Selatan: tinggi untuk banjir, longsor, letusan gunung api, abrasi Bau-bau (usulan PKW) Tinggi untuk: mendukung pariwisata cuaca ekstrim bahari-ekowisata Taman Laut Nasional Wakatobi Pawonsari dan sekitarnya Kab. Boalemo (perkotaan Limboto, tinggi untuk kawasan minapolitan, banjir dan agropolitan, longsor, gempabumi Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kelas Multi Risiko (IRBI 2013) Risiko (IRBI 2013) Kab. Maros: tinggi Kab. Takalar: tinggi
Kab. Tomohon: sedang Kab. Minahasa Utara: tinggi Kab. Minahasa Selatan: tinggi
Tinggi
Kab. Boalemo: sedang Kab. Gorontalo: tinggi Kab. Gorontalo 297
Lokasi
Poso dan sekitarnya (KPB Tamporole, kawasan agropolitan)
Kolonedale dan sekitarnya (Kawasan MinapolitanBungku Selatan, KPB Mahalona, KPB Bungku, Kawasan Transmigrasi)
Mamuju dan sekitarnya (Kawasan Minapolitan Perikanan, KPB Tobadak, Kawasan Transmigrasi)
298
Index Kerawanan (IRBI 2011) Kab. Gorontalo tinggi untuk banjir dan tanah longsor, kekeringan Kab. Gorontalo Utara tinggi untuk banjir, gempabumi Kab. Poso tinggi untuk banjir, cuaca ekstrim, longsor, abrasi Kab. Donggala tinggi untuk banjir, cuaca ekstrim, gempa, longsor, abrasi Kab. Morowali: tinggi untuk banjir dan longsor Kab. Morowali Utara: data belum tersedia Kab. Luwu Timur: tinggi untuk banjir, longsor, kekeringan Kab. Mamuju:tinggi untuk gempabumi, banjir
Kelas Multi Risiko (IRBI 2013) Utara: sedang
Kab. Poso: tinggi Kab. Donggala: tinggi
Kab. Morowali: tinggi Kab. Morowali Utara: data belum tersedia Kab. Luwu Timur: tinggi
Kab. Mamuju: tinggi Kab. Mamuju Tengah: data tidak tersedia
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Lokasi
Pinrang dan sekitarnya (Kawasan Minapolitan Perikanan, KPB Tobadak, Kawasan Transmigrasi) Barru dan sekitarnya (Perkotaan Lalabata, Kawasan Agropolitan, Kawasan Transmigrasi)
Index Kerawanan (IRBI 2011) Kab. Mamuju Tengah: tinggi untuk banjir dan longsor Kab. Pinrang: tinggi untuk banjir dan longsor, cuaca ekstrim, abrasi Kab. Barru: tinggi untuk cuaca ekstrim Kab. Sidenreng Rappang: tinggi cuaca ekstrim Kab. Muna: tinggi untuk cuaca ekstrim
Muna dan sekitarnya (Kawasan Minapolitan, Kawasan Agropolitan, dekat Bau-bau) Wakatobi dan sekitarnya Kab. Wakatobi: (Perkotaan Wangi-Wangi, tinggi untuk kawasan Pariwisata: KSPN banjir, abrasi Wakatobi, dekat Bau-bau) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Sulawesi Gorontalo Tinggi untuk ancaman: Gempabumi, banjir dan tanah longsor Palu Tinggi untuk ancaman: banjir, tanah longsor, abrasi, Makassar Tinggi untuk ancaman: Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kelas Multi Risiko (IRBI 2013)
Kab. Pinrang: tinggi
Kab. Barru: tinggi Kab. Sidenreng Rappang: sedang Kab. Muna: tinggi
Kab. Wakatobi: sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
299
Index Lokasi Kerawanan (IRBI 2011) banjir, kebakaran permukiman, angin topan Sungguminasa Tinggi untuk ancaman: banjir dan tanah longsor, angin topan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Sulawesi Isimu – Kab. Gorontalo Tinggi untuk ancaman: banjir dan tanah longsor, kekeringan Tilamuta – Kab. Boalemo Tinggi untuk ancaman: banjir dan tanah longsor Luwuk – Kab. Banggai Tinggi untuk ancaman: banjir, abrasi, angin topan, konflik sosial Donggala Tinggi untuk ancaman: gempabumi, banjir, tanah longsor, abrasi, angin topan Mamuju Tinggi untuk ancaman: gempabumi, banjir Pasangkayu –Kab. Mamuju Tinggi untuk 300
Kelas Multi Risiko (IRBI 2013)
Tinggi untuk Kab. Gowa
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Index Kelas Multi Lokasi Kerawanan Risiko (IRBI 2011) (IRBI 2013) Utara ancaman: gempabumi, tanah longsor, abrasi, angin topan Tomohon Tinggi untuk Sedang ancaman: banjir dan tanah longsor Leneponto Tinggi untuk Tinggi ancaman: banjir dan tanah longsor, kekeringan, angin topan Pangkajene Kepulauan Tinggi untuk Tinggi ancaman: angin topan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Sulawesi Melonguane – Kab. Tinggi untuk Sedang Kepulauan Talaud ancaman: gempa bumi, banjir dan tanah longsor, letusan gunung api, abrasi, Tahuna – Kab. Kepulauan Tinggi untuk Tinggi Sangihe ancaman: gempa bumi, banjir dan tanah longsor, letusan gunung api, abrasi, Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
301
5.5.5. Pengembangan Tata Ruang Wilayah Sulawesi
5.5.5.1. Arah Kebijakan Tata Ruang Wilayah Sulawesi
1.
Kebijakan untuk mewujudkan pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber daya kelautan dan konservasi laut meliputi pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan perikanan berbasis mitigasi dan adaptasi dampak pemanasan global.
2.
Kebijakan untuk mewujudkan lumbung pangan padi nasional di bagian selatan Pulau Sulawesi dan lumbung pangan jagung nasional di bagian utara Pulau Sulawesi meliputi: a. Pengembangan sentra pertanian tanaman pangan padi dan jagung yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional; dan b. Pemertahanan kawasan peruntukkan pertanian pangan berkelanjutan.
3.
Kebijakan untuk mewujudkan pusat perkebunan kakao berbasis bisnis di bagian tengah Pulau Sulawesi melalui pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan kakao yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan.
4.
Kebijakan untuk mewujudkan pusat pertambangan mineral, aspal, panas bumi, serta minyak dan gas bumi di Pulau Sulawesi meliputi: a. Pembangunan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan pertambangan mineral berupa nikel serta minyak dan gas bumi yang ramah lingkungan; dan b. Pengembangan kawasan peruntukkan pertambangan mineral, aspal, panas bumi, serta minyak dan gas bumi dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
302
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
5.
Kebijakan untuk mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah meliputi: a. Pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi, dan daya saing ekonomi wilayah; dan b. Pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil.
6.
Kebijakan untuk mewujudkan kelestarian kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari luas Pulau Sulawesi sesuai dengan kondisi ekosistemnya meliputi: a. Pemantapan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi; dan b. Pengembangan koridor berfungsi konservasi.
7.
ekosistem
antarkawasan
Kebijakan untuk mewujudkan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara Filipina dan Negara Malaysia dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup, meliputi: a. Pengembangan kawasan perbatasan negara dengan pendekatan kesejahteraan, pertahanan dan keamanan negara, serta lingkungan hidup; dan b. Pemertahanan eksistensi 14 (empat belas) PPKT sebagai titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia.
8.
Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN), meliputi: a. Pengembangan KSN di Kawasan Sorowako secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
303
b. Pengembangan KSN Perbatasan dalam rangka peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara; dan 9.
Pengembangan KSN untuk meningkatkan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional.
5.5.5.2. Strategi Pengembangan Sulawesi I.
Tata
Ruang
Wilayah
Struktur Ruang Wilayah
1. Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan perikanan berbasis mitigasi dan adaptasi dampak pemanasan global, dengan meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan nasional dan sentra perikanan. Struktur perkotaan nasional yang akan dikembangkan pada periode 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 5.10. 2. Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi, dan daya saing ekonomi wilayah, meliputi: a. Mengembangkan akses prasarana dan sarana transportasi darat, laut dan udara yang menghubungkan antarkawasan perkotaan nasional dan memantapkan koridor ekonomi Pulau Sulawesi; b. Mengembangkan dan memantapkan akses prasarana dan sarana transportasi darat meliputi jalan nasional, jaringan jalur kereta api, dan jaringan transportasi penyeberangan yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan sentra produksi, pelabuhan dan bandar udara; c. Mengembangkan pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul di sepanjang jalur ALKI II dan ALKI III; dan d. Memantapkan fungsi bandara pengumpul dengan skala pelayanan primer, bandar udara pengumpul 304
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
dengan skala pelayanan sekunder, dan badara pengumpul dengan skala pelayanan tersier. 3. Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil, meliputi: a. Mengembangkan jaringan transportasi yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil; dan b. Mengembangkan sistem transportasi antarmoda menuju kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil. Prioritas lokasi pengembangan pusat kegiatan pada periode 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10 Prioritas Lokasi Pengembangan Pusat Kegiatan Pulau Sulawesi Periode 2015-2019 Provinsi
Pusat Kegiatan dalam RTRWN PKN PKW PKSN Gorontalo Gorontalo Isimu (II/C/2) (I/C/1) Kuandang (II/C/2) Tilamuta (II/C/2) Sulawesi Kawasan Tomohon (I/C/1) Melonguane Utara Perkotaan (I/A/2) Manado-Bitung Tondano (II/C/1) Tahuna (I/C/1) (I/A/2) Kotamobagu (II/C/1) Sulawesi Palu (I/C/1) Poso (II/C/3) Tengah Luwuk (II/C/1) Buol (II/C/1) Kolonedale Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
305
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara
(II/C/1) Tolitoli (II/C/1) Donggala (II/C/1) Kawasan Pangkajene Perkotaan (II/C/1) MakassarJeneponto (I/C/1) Sungguminasa- Palopo (I/C/1) Takalar-Maros Watampone (Mamminasata) (II/C/1) (I/C/3) Bulukumba (I/C/1) Barru (II/C/1) Parepare (II/C/1) Mamuju (I/C/1) Kendari (I/C/1)
Unaaha (II/C/1) Lasolo (II/C/1) Bau-bau (I/C/1) Raha (II/C/1) Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014. II. Pengembangan Kawasan Lindung
1. Strategi untuk pemantapan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi, meliputi menetapkan kawasan hutan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas DAS. 2. Strategi untuk pengembangan koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi, meliputi penetapan koridor ekosistem antarkawasan suaka alam dan pelestarian alam dan pengembangan prasarana yang ramah lingkungan pada koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi. III. Pengembangan Kawasan Budidaya
1. Strategi untuk pengembangan sentra pertanian tanaman pangan padi dan jagung yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa untuk mewujudkan 306
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
ketahanan pangan nasional, meliputi mendorong pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan pusat industri jasa hasil pertanian tanaman pangan padi dan jagung. 2. Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan kakao yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan, melalui pengembangan kawasan industri pengolahan hasil perkebunan kakao dan peningkatan keterkaitan antara kawasan perkotaan nasional dengan sentra perkebunan kakao. 3. Strategi untuk pembangunan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan pertambangan mineral berupa nikel serta minyak dan gas bumi yang ramah lingkungan, melalui pengembangan kawasan industri pengolahan beserta prasarana dan sarana untuk kelancaran distribusi hasil produksi dari kawasan peruntukan pertambangan ke pasar nasional dan internasional. 4. Strategi untuk pengembangan kawasan perbatasan negara dengan pendekatan kesejahteraan, pertahanan dan keamanan negara, serta lingkungan hidup, meliputi: a. Mempercepat pengembangan PKSN sebagai pusat pengembangan ekonomi, pintu gerbang internasional, serta simpul transportasi kawasan perbatasan negara dengan Negara Filipina dan Negara Malaysia; b. Mengembangkan kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai perwujudan kedaulatan negara. 5. Strategi untuk pemertahanan eksistensi 14 (empat belas) PPKT sebagai titik-titik garis pangkal Kepulauan Indonesia dengan mengembangkan prasarana dan sarana transportasi penyeberangan yang dapat meningkatkan akses ke PPKT.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
307
IV. Pengembangan Kawasan Strategis Nasional
Dalam rangka pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) dikembangkan 7 KSN yang mendukung pengembangan wilayah di Pulau Sulawesi. Strategi pengembangan KSN di Pulau Sulawesi dapat dilihat pada Tabel 5.11. Tabel 5.11 Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Nasional di Pulau Sulawesi No KSN Tipe Strategi 1 Kawasan Pendayaguna Pengembangan Sorowako an dan peningkatan Sumberdaya kegiatan alam budidaya pertanian dan perikanan yang berkelanjutan sebagai alternatif kegiatan perekonomian masyarakat yang mampu bersaing dalam perekonomian nasional Kawasan Sorowako 2 Perbatasa Pertahanan Pengembangan n dan prasarana dan Sulawesi Keamanan sarana Kawasan UtaraPerbatasan Gorontalo Negara secara -Sulawesi sinergis di Tengah Provinsi Sulawesi Utara –
308
K/L - Kementeria n Agraria dan Tata Ruang - Kementeria n Pertanian - Kementeria n Kelautan dan Perikanan
- Kementeria n Agraria dan Tata Ruang - BNPP - Kementeria n Perhubunga
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
No
KSN
Tipe
Strategi Gorontalo – Sulawesi Tengah
K/L
n - Kementeria n PU dan Perumahan Rakyat
3
Perkotaan Kepentinga Maminasa n Ekonomi ta
Pengembangan - Kementeria Kawasan n Agraria Perkotaan dan Tata Mamminasata Ruang sebagai - Bappenas Pusat orientasi pelayanan berskala internasional dan penggerak utama bagi KTI Pusat pertumbuhan dan sentra pengolahan hasil produksi bagi pembangunan kawasan perkotaan inti dan kawasan perkotaan di sekitarnya
4
Kapet Pare-Pare
Mengembangkan - Kementeria komoditas n Agraria utama sebagai dan Tata komoditas Ruang unggulan yaitu - Kementeria sapi, jagung, dan n rumput laut, Koordinator serta
Kepentinga n Ekonomi
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
309
No
KSN
Tipe
Strategi mengembangkan produk-produk turunannya di Kapet Pare-Pare; Mengembangkan komoditas unggulan kelapa, ikan pelagis, dan rumput laut, beserta produkproduk turunannya di kapet ManadoBitung;
-
-
-
5
Kapet ManadoBitung
Kepentinga n Ekonomi
Mengembangkan komoditas utama sebagai komoditas unggulan yaitu kakao dan rumput laut, serta mengembangkan produk-produk turunannya di KAPET Palapas;
6
Kapet Palapas
Kepentinga n Ekonomi
Mengembangkan sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi yang berfungsi sebagai pusat pelayanan kegiatan sentra
310
K/L Perekonomi an Bappenas Kementeria n Kelautan dan Perikanan Kementeria n Pertanian Kementeria n Perhubunga n Kementeria n PU dan Perumahan Rakyat Kementeria n Koperasi
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
No
KSN
Tipe
7
Kapet Bank Sejahtera
Kepentinga n Ekonomi
Strategi produksi bahan baku, kegiatan sentra industri pengolahan termasuk usaha mikro-usaha kecil-menengah, kegiatan penelitian, kegiatan pendidikan dan pelatihan, kegiatan jasa (informasi, lembaga keuangan, dan koperasi), dan kegiatan distribusi di Kapet Bank Sejahtera;
K/L
Penguatan sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi dan sistem jaringan prasarana pendukung Kapet Pare-Pare, Manado-Bitung, Palapas, Bank Sejahtera Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
311
5.5.6. Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah
Arah kebijakan pengembangan Wilayah Sulawesi yakni peningkatan kapasitas pemerintahan daerah yang mendorong pembangunan ekonomi secara merata berbasis pada pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, dengan strategi: 1. 2.
3. 4. 5. 6. 7.
Penguatan peran gubernur melalui sebagai wakil Pemerintah Pusat; Penerapan standar pelayanan dan sistem pengaduan pada tiap pemerintah daerah yang terintegrasi dengan manajemen kinerja; Penguatan peran PTSP sebagai sarana penyederhanaan pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha. penguatan mutu pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi sesuai arah dan prioritas pembangunan daerah. Peningkatan proporsi belanja modal; Penataan mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer yang terintegrasi di tingkat provinsi secara on-line; Penguatan tranparansi dan akuntabilitas kebijakan dan pengelolaan keuangan Daerah.
5.6. Kaidah Pelaksanaan Pengembangan Wilayah Sulawesi 5.6.1. Prioritas Program Pembangunan
5.6.1.1. Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 5.12 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional KERETA API 1. Pembangunan jalur KA antara Manado - Bitung (track, jembatan, stasiun, persinyalan, telekomunikasi, depo) 312
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional PERHUBUNGAN DARAT 1. Pengembangan Sistem Transit Kota Manado PERHUBUNGAN UDARA 1. Pengembangan Bandara Samratulangi 2. Pembangunan Bandara Miangas PERHUBUNGAN LAUT 1. Pengembangan Pelabuhan (UPP) Tahuna 2. Pengembangan Pelabuhan Lirung 3. Pengembangan Pelabuhan Bitung (Pelabuhan hub Bitung) 4. Pembangunan infrastruktur penunjang eksport hasil perikanan Bitung JALAN 1. Pembangunan Jalan Atinggola – Maelang – Kaiya (Sulut) 2. Pembangunan Jalan Bypass Manado II 3. Pembangunan Jalan Lingkar Pulau Karakelong (EsangRainis) 4. Pembangunan Jalan Lingkar Pulau Sangihe (EnemawiraTomako) 5. Pembangunan Jalan Pinogaluman-Duloduo-Molibagu 6. Pembangunan Jalan Tol Manado - Bitung - 39 km 7. Pembangunan Jalan Tomohon - Manado 8. Pembangunan Jalan Wailang - Waisan - Kokas Kawangkoang KETENAGALISTRIKAN 1. PLTU Sulut II (FTP 1) / Amurang 2x25 MW 2. PLTU Talaud 2x3 MW 3. PLTM Lelipang/Belengan 1x0,5 MW 4. PLTGB Tahuna (FTP 2) 8 MW 5. PLTU Sulut I (FTP 1) 2x25 MW 6. PLTG/MG Minahasa Peaker 3x25 MW 7. PLTM Duminanga 1x0,5 MW 8. PLTA Sawangan 2x6 MW 9. PLTM PLTM Tersebar Sulut 2 MW 10. PLTG/MG Sulut Peaker 3x50 MW Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
313
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 11. PLTP Kotamobagu I (FTP 2) 2x20 MW 12. PLTP Kotamobagu II (FTP 2) 2x20 MW 13. PLTU Amurang 2x25 MW 14. PLTP Lahendong V (FTP 2) 20 MW 15. PLTU Sulut I - Kema 2x25 MW 16. PLTP Lahendong VI (FTP 2) 20 MW 17. PLTGB Tahuna 2 3 MW 18. PLTU Sulut 3 2x50 MW SUMBER DAYA AIR 1. perkuatan Tebing dan Tanggul Banjir Sungai Tondano (Paket 1) Manado 2. perkuatan Tebing dan Tanggul Banjir Sungai Tondano (Paket 2) Manado 3. Pembangunan Sabo Dam Sungai Milangodaa Kab. Bolsel 4. Pengamanan Pantai Amurang (Lanjutan) Kab. Minahasa Selatan 5. Pembangunan Pengaman Pantai Pulau Miangas (Lanjutan) Kab. Kepulauan Talaud 6. Pembangunan Bendungan Lolak Kab. Bolaang Mongondow 7. Pembangunan Bendungan Kuwil Kab. Minahasa Utara 8. Revitalisasi Danau Tondano Kab. Minahasa Utara
314
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 a r a t U i s e w a l u S i s n i v o r P l a n o i s . a 6 . N 5 h r a a g b n e m n a e G M a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
315
5.6.1.2. Provinsi Gorontalo
Tabel 5.13. Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Gorontalo Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional PERHUBUNGAN DARAT 1. Pengembangan Sistem Transit Kota Gorontalo PERHUBUNGAN UDARA 1. Pengembangan Bandara Jalaludin 2. Pembangunan Bandara Pohuwato PERHUBUNGAN LAUT 1. Pengembangan Fasilitas pelabuhan laut Anggrek, Gorontalo 2. Pengembangan Fasilitas pelabuhan Gorontalo JALAN 1. Pembangunan Jalan Gorontalo - Batas Sulut 2. Pembangunan Jalan Gorontalo Outter Ring Road (GORR) Provinsi Gorontalo 3. Pembangunan Jalan Tolinggula - Marisa KETENAGALISTRIKAN 1. PLTU Gorontalo (FTP1) 2x25 MW 2. PLTG/MG Gorontalo Peaker 25 MW 3. PLTU Gorontalo 2 2x50 MW 4. PLTM Taludaa II 1x2 MW 5. PLTU Molotabu 2x10 MW 6. PLTM Taludaa I 1x3 MW 7. PLTU Gorontalo Energi *) 2x6 MW SUMBER DAYA AIR 1. Pembangunan Bendung Randangan (Multi Year) Pohuwato 2. Pembangunan Jaringan Irigasi DI. Randangan Kiri (Lanjutan) Pohuwato 3. Pembangunan Jaringan Irigasi DI. Randangan Kanan Pohuwato 4. Pembangunan / Peningkatan Bendung Pilohayanga (Multi 316
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Year) Gorontalo 5. Pembangunan Jaringan Reklamasi Rawa Imbodu Pohuwato 6. Pengendalian Banjir Sungai Tilamuta Boalemo 7. Pengendalian Banjir Sungai Molosipat Pohuwato 8. Pengendalian Banjir Sungai Lemito Pohuwato 9. Pengendalian Banjir Sungai Bone Bone Bolago 10. Pengendalian Banjir Sungai Tolinggula Prov. Gorontalo 11. Pengendalian Banjir Sungai Pontolo Gorontalo Utara 12. Pembangunan Long Storage Bulia Boalemo 13. Pembangunan Pengendali Sedimen Wil. Kab Boalemo Boalemo 14. Pembangunan Pengendali Sedimen Wil. Kab Pohuwato Pohuwato 15. Pembangunan Pengendali Sedimen Wil. Kab Gorontalo Utara Gorontalo Utara 16. Pengamanan Pantai Sumalata Gorontalo Utara 17. Pengamanan Pantai Tolinggula Gorontalo Utara 18. Pengamanan Pantai Atinggola Gorontalo Utara 19. Pengamanan Pantai Leato Kota Gorontalo 20. Pengamanan Pantai Biluhu Barat Kab. Gorontalo 21. Pengamanan Pantai Biluhu Timur Kab. Gorontalo 22. Pembangunan Waduk Bone Hulu Bone Bolango 23. Pembangunan Waduk Toheti Dehuwa Bone Bolango 24. Pembangunan Waduk Kayu Merah (multi years) Gorontalo 25. Revitalisasi Danau Limboto Gorontalo 26. Revitalisasi Danau Perintis
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
317
9 1 0 2 5 1 0 2 o l a t o r o G i s n i v o r P l a n o i s a N . h 7 . a 5 g r n a e b n e m M a a G k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
318
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
5.6.1.3. Provinsi Sulawesi Barat
Tabel 5.14 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Sulawesi Barat Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional PERHUBUNGAN LAUT 1. Pengembangan Fasilitas pelabuhan laut Belang-belang, Sulawesi Barat JALAN 1. Pembangunan Jalan Akses Bandara Tampa Padang 2. Pembangunan Jalan Malabo - Polewali 3. Pembangunan Jalan Polewali - Batas Sulsel 4. Pembangunan Jalan Salubatu - Mambi - Malabo - Mamasa Tandung 5. Pembangunan Jalan Salubatu - Tibo - Kalumpang - Bts Sulsel (Tanah Toraja) KETENAGALISTRIKAN 1. PLTA Poko 2x117 MW 2. PLTU Mamuju (FTP2) 2x25 MW 3. PLTA Karama Peaking (Unsolicited) 150 MW 4. PLTA Karama Baseload (Unsolicited) 300 MW SUMBER DAYA AIR 1. Lanjutan Pembuatan Tanggul Pengendalian Banjir, Sungai Pasang Kayu Kab. Mamuju Utara Mamuju Utara 2. Pembangunan Pengendalian Banjir, Sungai Lariang, Kab. Mamuju Utara Mamuju Utara 3. Lanjutan Pembangunan Pengendalian Banjir, Sungai Benggaulu, Kab. Mamuju Utara Mamuju Utara 4. Pembuatan Pengendalian Banjir, Sungai Kuma, Kab. Mamuju Utara Mamuju Utara 5. Pembuatan Pengendalian Banjir S.Rondo Mayang, Kab. Mamuju Utara Mamuju Utara Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
319
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 6. Pembuatan Pengendalian Banjir S.Pedongga, Kab. Mamuju Utara Mamuju Utara 7. Pembuatan Pengendalian Banjir S. Lumu Lanjutan, Kab. Mamuju Mamuju 8. Pembuatan Pengendalian Banjir S. KaroSul-Sela, Mamuju Tengah Mamuju Tengah 9. Pembangunan Pengendalian Banjir S. Tobadak Mamuju Tengah 10. Pembangunan Pengendalian Banjir S. Salubiro Mamuju Tengah 11. Pemabangunan Pengendalian Banjir S. Salulebbo Mamuju Tengah 12. Pembuatan Pengendalian Banjir S. Kalukku, Kab. Mamuju Mamuju 13. Pembuatan Pengendalian Banjir Sungai Papalang, Kab. Mamuju Mamuju 14. Pembuatan Pengendali Banjir Sungai Deking Kab. Majene Majene 15. Lanjutan Pembuatan Tanggul Pengendali Banjir dan Perkuatan Tebing Sungai Mapilli Kab. Polman Polman 16. Lanjutan Pembuatan Tanggul Pengendali Banjir Sungai Mandar Kab. Polman Polman 17. Pembangunan Pengendali Banjir Sungai Mamasa Kab. Mamasa Mamasa 18. Pembangunan Pengendali Banjir Sungai Palattoang Kab. Majene Majene 19. Pembangunan Pengendali Banjir Sungai MoSul-Selo Kab. Majene Majene 20. Pengendalian Banjir Sungai Benggaulu Mamuju Utara 21. Lan jutan Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Tapalang Kab. Majene Mamuju 22. Lanjutan Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Pasang Kayu Kab. Mamuju utara Mamuju Utara 23. Lanjutan Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Kalukku Kab. Mamuju Mamuju 320
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 24. Lanjutan Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Budongbudong Kab. Mamuju Mamuju 25. Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Pangiang Kab. Mamuju Utara Mamuju Utara 26. Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Karya Bersama Kab. Mamuju Utara Mamuju Utara 27. Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Mamuju Kab. Mamuju Mamuju 28. Pembangunan Pengaman Abraasi Pantai Bambaira Kab. Mamuju Utara Mamuju Utara 29. Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Kasoloang Kab. Mamuju Utara Mamuju Utara 30. Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Tampaure Kab. Mamuju Utara Mamuju Utara 31. Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Bambapore Kab. Mamuju Utara Mamuju Utara 32. Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Sarasa Kab. Mamuju Utara Mamuju Utara 33. Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Sarudu Kab. Mamuju Utara Mamuju Utara 34. Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Tarailu kab. Mamuju Mamuju 35. Lanjutan Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Buku kab. Polman Polman 36. Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Baurung Kab. Majene Majene 37. Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Mampie kab. Polman Polman 38. Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Tanga-Tanga kab. Polman Polman 39. Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai karama kab. Polman Polman 40. Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Onang Kab. Majene Majene 41. Pemb. Tanggul dan Pemecah Ombak Pantai Pasangkayu Mamuju Utara Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
321
9 1 0 2 5 1 0 2 t a r a B i s e w a l u S i s n i v o r P l a n o i s . a 8 . N 5 h r a a g b n e m n a e G M a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
322
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
5.6.1.4. Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 5.15 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Sulawesi Tengah Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional PERHUBUNGAN UDARA 1. Pengembangan Bandara Ampana di Kabupaten Tojo Unauna 2. Pengembangan Bandar Udara Syukuran Aminudin AmirLuwuk 3. Pengembangan Bandara Mutiara Sis Aljufri Palu 4. Pengembangan Bandara Tampa Padang 5. Perhubungan Laut 6. Pengembangan Pelabuhan Pantoloan 7. Pengembangan Pelabuhan Poso 8. Pengembangan Pelabuhan Toli - toli 9. Pegembangan Fasilitas pelabuhan laut Pantoloan, Sulawesi Tengah JALAN 1. Pembangunan Jalan Basi - Pasiputi - Mepanga 2. Pembangunan Jalan Luwuk - Batul - Moilong-RataBaturube 3. Pembangunan Jalan Pepe - Tomata 4. Pembangunan Jalan Pintas Palu-Parigi (36,45 km) 5. Pembangunan Jalan Poros Soroako – Bahodopi, Kab. Morowali, Sulawesi Tengah 6. Pembangunan Jalan Salakan-Sambut 7. Pembangunan Kolondale - Tondoyondo - Sp.Batutube 8. Pembangunan Jalan Palu - bangga - Simora - Gimpu - Puna Tonusa Tentena KETENAGALISTRIKAN 1. PLTD Ampana (Relokasi PLTD) 2 MW 2. PLTU Ampana 2x3 MW 3. PLTMG Luwuk Peaker (CNG) 10 MW Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
323
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 4. PLTMG Morowali 10 MW 5. PLTM Halulai/Wuasa 2x0,7 MW 6. PLTM Buleleng 2x0,6 MW 7. PLTU Tolitoli 3x15 MW 8. PLTMG Luwuk Peaker (CNG) 5 MW 9. PLTU Palu 2 2x15 MW 10. PLTMG Morowali 2x5 MW 11. PLTU Palu 3 2x50 MW 12. PLTMG Luwuk Peaker (CNG) 5 MW 13. PLTA Poso 2 2x66 MW 14. PLTA Poso Energy (Transfer ke Sulsel) 130 MW 15. PLTA Poso (Transfer ke Palu) 65 MW 16. PLTM PLTM Tersebar Sulteng 25 MW 17. PLTU Tawaeli (Ekspansi) 2x15 MW 18. PLTU Luwuk (FTP2) 2x10 MW 19. PLTP Bora (FTP 2) 5 MW 20. PLTP Marana/Masaingi (FTP 2) 20 MW 21. PLTP Borapulu 2x20 MW SUMBER DAYA AIR 1. Pembangunan D.I. Sibea (3.321 Ha) Kab. Parigi Moutong 2. Pembangunan D.I. Binsil (1.510 Ha) Kab. Parigi Moutong 3. Pembangunan D.I. Meko (2.800 Ha) Kab. Poso Kab. Poso 4. Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I. Lambunu (Saluran, Jalan Inspeksi) Kab. Parigi Moutong 5. Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I. Gumbasa (tahap I) (Saluran Induk, Saluran Sekunder) Kab. Sigi 6. Pembangunan Tanggul Sungai Puna Kab. Poso 7. Pembangunan Revetment Pantai Kab. Donggala Kab. Donggala 8. Pembuatan Tanggul Penahan Tebing Danau Poso Danau poso, Kab. Poso 9. Pengadaan dan Pemasangan Jaringan Transmisi Air Baku Sungai Saluki Gumbasa SPAM Regional PASIGALA (Tahap V) Kab. Sigi
324
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 10. Pembangunan Intake dan Pipa Transmisi Air baku Sungai Tandayo Donggala 11. Pembangunan Intake dan Pipa Transmisi Air baku Sungai Tunu Donggala 12. Pembuatan Tanggul Penahan Tebing Danau Poso Danau poso, Kab. Poso
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
325
9 1 0 2 5 1 0 2 h a g n e T i s e w a l u S i s n i v o r P l a n o i . s a 9 . N 5 h r a a b g n m e a n G e M a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
326
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
5.6.1.5. Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel 5.16 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Sulawesi Selatan Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional KERETA API 1. Pembangunan jalur KA antara Makassar - Pare-Pare (track, jembatan, stasiun, persinyalan, telekomunikasi, depo) 2. Pembangunan KA Perkotaan Mamminasata (tahap 1) PERHUBUNGAN DARAT 1. Pengembangan Sistem Transit Kota Makassar PERHUBUNGAN UDARA 1. Pengembangan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Pembangunan Terminal II di Kawasan Bandara Lama Sultan Hasanuddin Makassar
PERHUBUNGAN LAUT 1. Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Garongkong Barru 2. Pembangunan Pelabuhan Pare-pare 3. Perluasan Pelabuhan Makassar (Makassar New Port) 4. Pengembangan Pembangunan Faspel Laut Garongkong JALAN 1. Pembangunan Fly Over - Akses Bandara Internasional Sultan Hasanuddin 2. Pembangunan Jalan baypass Maminasata 3. Pembangunan Jalan Seseng - Bts.Sulbar 4. Pembangunan Jalan Trans Sulawesi Mamminasata (Middle Ring Road) 5. Pembangunan Jaringan Transportasi Danau Tempe 6. Pembangunan Under Pass A.P. Pettarani 7. Pembangunan Jalan Kaluku - Sae - Talang - Sabang KETENAGALISTRIKAN Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
327
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 1. PLTU Sulsel Barru (FTP 1) 2x50 MW 2. PLTG/MG Makassar Peaker 200 MW 3. PLTU Punagaya/Takalar (FTP2) 2x100 MW 4. PLTD Selayar (Relokasi PLTD) 2x1 MW 5. PLTU Sulsel 2 2x100 MW 6. PLTU Sulsel Barru 2 100 MW 7. PLTA Bakaru 2 2x63 MW 8. PLTM PLTM Tersebar Sulsel 13 MW 9. PLTG Sengkang, Op. Cycle - Unit 2 60 MW 10. PLTU Sulsel-1/Jeneponto Bosowa 2x100 MW 11. PLTGB Selayar (FTP 2) 8 MW 12. PLTGU Sengkang-ST Unit 3 -> Comb. Cycle 60 MW 13. PLTU Jeneponto 2 2x100 MW 14. PLTA Bontobatu (FTP 2) 110 MW 15. PLTA Malea 2x45 MW 16. PLTU Sulsel-3/Takalar 2x100 MW SUMBER DAYA AIR 1. Pembangunan Bendungan Karalloe Gowa 2. Pembangunan DI Pamukulu Takalar 3. Pembangunan Waduk Paselloreng Gowa 4. Pembangunan Waduk Nipa-Nipa Maros 5. Pembangunan Jaringan Irigasi Bayang-Bayang Bulukumba 6. Pembangunan Bendungan Cinemabella Selayar 7. Pembangunan Bendungan Posi Selayar 8. Pembangunan Bendung dan Jaringan Irgasi D.I. Baliase Luwu Utara 9. Pembangunan Bendung D.I. Baliase Luwu Utara 10. Pembangunan Jaringan Irigasi D.I. Baliase Luwu Utara 11. Rehabilitasi Konstruksi dan Pintu Bendung Benteng Pinrang 12. Pembangunan Perkuatan Tebing Bagian Hulu Bendung Gerak Tempe Wajo 13. Pengendalian Banjir dan Daya Rusak Air Sungai Taroang 328
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional dan Muara Sungai Tamanroya Jeneponto 14. Pemataan Sungai Tallo dengan Foto Udara Kt. MakaSulSelar 15. Pengendalian Banjir dan Perbaikan Alur Sungai Kalaena dan Sungai Angkona Luwu Timur 16. Pekerjaan Pengendalian Banjir Sungai Rongkong Luwu Utara 17. Pengendalian Banjir dan Daya Rusak Air Sungai Baliase Luwu 18. Pengendalian Banjir dan Daya Rusak Air Sungai Kanjiro Luwu 19. Pengendalian Banjir dan Daya Rusak Air Sungai Bone-Bone Luwu 20. Pengendalian Banjir Sungai Cenranae Wajo-Bone 21. Pengendalian Banjir dan Daya Rusak Air Sungai Walanae Soppeng 22. Construction of Giant Sand Trap Gowa 23. Construction of Water Selected Intake Gowa 24. Construction of three Sabo Dam No 8-1, 8-2, & 8-3 Gowa 25. Construction of Two Sabo Dam No 8-4 & 8-5 Gowa 26. Rehabilitasi Bangunan Pengendali Sedimen Bagian Hulu Gowa 27. Penggalian Hulu Waduk Bili-Bili Gowa 28. Pembangunan Konsolidasi Dam Gowa 29. Pembangunan Sand Pocket Gowa 30. Pembangunan Bendungan Jenelata Gowa 31. Pembangunan DPS Rongkong Kab. Luwu Utara Luwu Utara 32. Pemb. Pengaman Abrasi Pantai Tanaberu Bulukumba 33. Pemb. Pengaman Abrasi Pantai Lengnga Pinrang 34. Pembangunan Embung Air Baku di Kab. Luwu Utara (7 buah) Luwu Utara
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
329
9 1 0 2 5 1 0 2 n a t a l e S i s e w a l u S i s n i v o r P l a n i . o 0 s a 1 . N 5 h r a a b g n m e a n G e M a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
330
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
5.6.1.6. Provinsi Sulawesi Tenggara Tabel 5.16 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Sulawesi Tenggara Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional PERHUBUNGAN UDARA 1. Pengembangan Bandara Haluoleo 2. Perhubungan Laut 3. Pengembangan Pelabuhan Lawele 4. Pengembangan Fasilitas pelabuhan laut Bungkutoko 5. Pengembangan Pelabuhan Bau - Bau 6. Pengembangan Pelabuhan Raha 7. Pengembangan Pelabuhan Kendari JALAN 1. Pembangunan Jalan Lingkar Kota Kendari 2. Pembangunan Jalan Parigi - Poso - Tentena - Tidantana (Batas Sulsel) - (Sultra) 298 KM 3. Pembangunan Jalan Tampo-Raha 4. Pembangunan Jalan Tinanggea-Alangga-PunggalukuAmbesia 5. Pembangunan Jembatan Teluk Kendari 6. Pembangunan Jalan Raha - Wakuru - Wara KETENAGALISTRIKAN 1. PLTU Kendari - Nii Tanasa (FTP1) 2x10 MW 2. PLTU Kendari - Nii Tanasa (Ekspansi) 10 MW 3. PLTD Wangi-Wangi (Relokasi PLTD) 2x2 MW 4. PLTM Rongi 2x0,4 MW 5. PLTM Lapai 1 2x2 MW 6. PLTM Lapai 2 2x2 MW 7. PLTM Riorita 2x0,5 MW 8. PLTM Toaha 2x0,5 MW 9. PLTU Raha 2x3 MW 10. PLTD Raha (Relokasi PLTD) 2 MW Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
331
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 11. PLTU Wangi-Wangi (FTP 2) 2x3 MW 12. PLTU Bau-Bau (FTP2) 2x10 MW 13. PLTA Konawe 2x25 MW 14. PLTU Kendari 3 2x50 MW 15. PLTA Watunohu 1 20 MW 16. PLTU Bau-Bau 2x7 MW 17. PLTU Kendari (FTP2) 2x25 MW 18. PLTU Kolaka (FTP2) 2x10 MW 19. PLTP Lainea 2x10 MW SUMBER DAYA AIR 1. Pembangunan Tanggul Sungai Konaweha Konawe 2. Pembangunan Pengaman Pantai Bahari Buton 3. Pembangunan Bendungan Pelosika di Kabupaten Konawe Konawe
332
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 a r a g g n e T i s e w a l u S i s n i v o r P l a n . i o 1 s 1 . a 5 N r h a b a g m n a e G n e M a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
333
5.6.2. Kerangka Regulasi
Pelaksanaan pembangunan Wilayah Sulawesi tidak terlepas dari berbagai kerangka regulasi yang perlu diperhatikan, diantaranya: 1.
Penyelesaian peninjauan kembali Perpres No. 88/2011 tentang RTR Pulau Sulawesi.
2.
Harmonisasi peraturan perundangan terkait dengan iklim investasi, diantaranya adalah PP Nomor 147 Tahun 2000 Tentang Perlakuan Perpajakan di KAPET;
3.
Membuat regulasi terkait dengan pembagian kewenangan antara Kabupaten/Kota di wilayah KAPET Pare Pare, KAPET Palapas, KAPET Bank Sejahtera, KAPET ManadoBitung, KEK Palu dan KEK Bitung;
4.
Regulasi pengelolaan lintas batas;
5.
Regulasi Perdagangan lintas batas Perjanjian kerjasama antara RI-Filipina dalam pengembangan kawasan perbatasan negara;
6.
Regulasi yang berkaitan dengan pengelolaan Dryport ;
7.
Regulasi untuk memberikan kewenangan yang lebih luas (asimetrik) kepada Pemerintah Pusat untuk menyediakan sumber daya air, pengelolaan jalan non status, dan pelayanan pendidikan dan kesehatan di kawasan perbatasan, khususnya di desa-desa terdepan dan terisolir (kecamatan lokpri);
8.
Penyusunan Rencana Tata Ruang termasuk Detail Tata Ruang Kawasan Perbatasan di Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud.
5.6.3. Kerangka Kelembagaan
Pelaksanaan pembangunan Wilayah Sulawesi tidak terlepas dari berbagai kerangka kelembagaan yang perlu diperhatikan, diantaranya: 1.
334
Pengembangan koordinasi Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRD) Provinsi di Pulau Sulawesi dalam Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
melaksanakan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau. 2.
Penciptaan iklim investasi yang kondusif di kawasan perbatasan;
3.
Pembagian kewenangan atau urusan antar jenjang pemerintah: pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam pengelolaan kawasan perbatasan;
4.
Kelembagaan pengelola perbatasan yang memiliki otoritas penuh untuk mengelola pos-pos lintas batas negara;
5.
Pengkhususan pemberian kewenangan bagi pemerintahan kecamatan di wilayah perbatasan (Lokpri) dalam bentuk desentralisasi asimetrik dengan penetapan daerah khusus untuk akselerasi pembangunan dan efektivitas peningkatan kualitas pelayanan publik;
6.
Harmonisasi kebijakan, program, dan kegiatan daerah untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal;
7.
Penyusunan Strategi Daerah Pembangunan Daerah Tertinggal;
8.
Koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah dengan pemerintah daerah, antar-SKPD dalam penyelenggaraan program pembangunan di daerah;
9.
Pemberian insentif untuk pihak swasta dalam proses pengembangan usaha di daerah tertinggal;
tentang
Percepatan
10. Tunjangan khusus bagi pegawai pelayanan dasar publik di daerah tertinggal (bidan, dokter, guru, penyuluh pertanian).
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
335
BAB VI ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH PULAU KALIMANTAN
6.1.
336
Capaian Kinerja Saat ini Berdasarkan data BPS dari tahun 2009 hingga Triwulan II tahun 2014, kinerja pertumbuhan ekonomi provinsi di Wilayah Pulau Kalimantan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Namun demikian, rata-rata pertumbuhan ekonomi Wilayah Pulau Kalimantan selama kurun waktu 2009 – 2013 sebesar 4,4 persen atau masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,9 persen. Peranan Pulau Kalimantan dalam pembentukan PDB nasional mengalami penurunan dari 9,2 persen (2009) menjadi 8,3 persen (Triwulan II 2014). Pemerintah Provinsi di Wilayah Pulau Kalimantan telah cukup berhasil dalam menurunkan jumlah penduduk miskin dari tahun 2009 hingga 2014 (Maret) dan sudah berada di bawah angka kemiskinan nasional sebesar 14,15 persen (2009) dan 11,25 persen (Maret 2014). Demikian halnya dengan pencapaian tingkat pengangguran terbuka (TPT), Pemerintah Provinsi di Wilayah Pulau Kalimantan juga telah berhasil menurunkan TPT dan sudah di bawah TPT nasional sebesar 7,87 persen (2009) dan 5,70 persen (Feb, 2014), kecuali di Provinsi Kalimantan Timur yang masih berada di atas TPT Nasional. Dari sisi peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka di Wilayah Pulau Kalimantan ini telah dikatakan sudah cukup baik. Hal ini diindikasikan dengan selalu meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari tahun ke tahun pada masing-masing provinsi di Pulau Kalimantan. Namun demikian, pencapaian IPM di Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi Kalimantan Selatan masih perlu ditingkatkan karena masih di bawah IPM nasional sebesar 71,76 (2009) dan 73,81 (2013). Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Dari sisi distribusi pendapatan antar golongan masyarakat, seluruh provinsi di Wilayah Pulau Kalimantan mengalami kenaikan kesenjangan pendapatan antar golongan. Hal ini diindikasikan dari angka Rasio Gini provinsi-provinsi di Wilayah Pulau Kalimantan yang cenderung meningkat pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2009. Namun, rasio gini Wilayah Pulau Kalimantan sudah berada dibawah rasio gini nasional yaitu 0,413 (2013). Kedepan, hal ini perlu mendapatkan perhatian agar proses pembangunan terus lebih melibatkan masyarakat secara inklusif, sehingga hasil-hasil pembangunan tersebut dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat.
6.2.
Potensi dan Keunggulan Wilayah
Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan ditopang oleh 3 sektor utama, yaitu pertambangan dan penggalian, pertanian terutama perkebunan, dan industri pengolahan.
Komoditas sektor pertambangan dan penggalian yang paling dominan adalah minyak, gas, dan batu bara. Untuk seluruh Wilayah Pulau Kalimantan tahun 2013, sektor pertambangan dan penggalian sudah berkontribusi sebesar 31,8 persen. Kontribusi sektor ini sedikitnya telah menyumbang keuangan negara hingga USD 100 juta pada tahun 2010. Potensi dari komoditas utama sektor ini adalah gas bumi sebesar 17,0 persen dari potensi cadangan gas bumi nasional, minyak bumi sebesar 9,0 persen dari cadangan minyak bumi nasional. Pada tahun 2002 produksi minyak dan gas nasional tidak mampu menopang kebutuhan dalam negeri yang mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menjadi tantangan bagi pengembangan ekonomi di Kalimantan dan ketahanan energi nasional. Revitalisasi kilang tua dan pencarian cadangan minyak dan gas yang baru memberikan peluang investasi bagi investor. Selain menjamin ketahanan energi nasional, upaya tersebut mampu menggerakkan perekonomian di Kalimantan, maka
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
337
sinkronisasi kebijakan untuk sektor migas menjadi hal utama ditengah meningkatnya permintaan migas nasional.
338
Batu bara yang merupakan komoditas tambang utama Kalimantan, mempunyai cadangan 49,6 persen dari cadangan batu bara nasional, dengan naiknya permintaan terhadap batu bara dalam negeri, dan penurunan permintaan dari luar negeri terutama dari Tiongkok, hal ini sebenarnya memberikan peluang untuk pembangunan ekonomi Kalimantan selanjutnya dengan mengalihkan peningkatan permintaan dalam negeri. Terlebih lagi keunggulan yang dimiliki sektor batubara di Kalimantan ialah tingkat kalorinya yang tinggi (mencapai 7000 kalori/kg). Bahan tambang dan galian yang menjanjikan potensinya adalah pasir zirkon, bijih besi dan bauksit. Saat ini, produksi pasir zirkon Indonesia mencapai sekitar 20.000 ton sebulan dan menempati urutan keempat di dunia. Cadangan bauksit di Indonesia diperkirakan mencapai 24 juta ton, saat ini produksi bauksit nasional baru mencapai 5,5 juta ton. Cadangan bijih besi primer di Kalimantan mencapai 84 persen dan cadangan bijih besi laterit mencapai 29 persen dari total cadangan bauksit nasional. Potensi pengembangan produk turunan bijih besi dan bauksit sangat besar. Pembangunan smelter yang menjadi hal wajib untuk meningkatkan nilai tambah bijih besi dan bauksit menunjukkan potensi investasi di ketiga komoditas tersebut sangat terbuka lebar. Ditambah lagi berdasarkan hasil identifikasi (pohon industri Kemenperin), pengembangan klaster industri pengolahan SDA mineral tersebut akan mampu mendukung industri manufaktur yang memproduksi barang elektronik, peralatan listrik, kendaraan bermotor, mesin dan komponennya, serta barang konstruksi. Dari sektor pertanian, pengembangan sumber daya terbarukan, seperti kelapa sawit dan perkayuan juga perlu dipertimbangkan, kedua komoditas ini telah memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar. Pada tahun 2010 Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
luas perkebunan kelapa sawit di Kalimantan mencapai 83 persen dari luas kelapa sawit nasional. Sedangkan, potensi perkayuan di kawasan hutan produksi Kalimantan mencapai 29,8 juta Ha, dari sejumlah itu baru 52 persen (15,7 juta Ha) yang dapat dimanfaatkan. Artinya, potensi pengembangan komoditas kelapa sawit dan perkayuan masih dapat ditingkatkan. Hal ini menggambarkan potensi ekonomi dari kedua sektor ini masih mungkin terus dikembangkan dan tingkatkan nilai tambahnya.
Sektor industri di Wilayah Pulau Kalimantan berpotensi untuk berperan besar menjadi bagian dari rantai industri strategis di wilayah Jawa terutama industri barang kompleks. Sektor industri pengolahan saat ini terkonsentrasi di Provinsi Kalimantan Timur yakni mencapai 23,5 persen yang didominasi oleh sektor industri berbasis migas. Dalam konteks pengembangan rantai industri strategis, hilirisasi potensi sumber daya alam akan dapat memperkuat basis ekonomi Wilayah Pulau Kalimantan secara keseluruhan. Adapun komoditas seperti pasir zirkon, bijih besi, dan bauksit berpotensi untuk diprioritaskan pengembangan dan integrasinya dengan mata rantai industri barang kompleks di wilayah Jawa. Peluang investasi di Wilayah Pulau Kalimantan tidak hanya terbuka bagi ketujuh kegiatan ekonomi tersebut (minyak bumi, gas bumi, batubara, besi baja, bauksit, kelapa sawit, dan perkayuan). Peluang investasi di sektor pertanian pangan sangat terbuka lebar. Pengembangan food estate di Kalimantan pun membuka kesempatan bagi investor untuk terlibat dalam membangun ketahanan pangan nasional. Pengembangan kawasan food estate direncanakan di Kalimantan Barat (Pontianak) dan Kalimantan Timur (Bulungan). Kedua provinsi tersebut menjadi wilayah yang potensial untuk meningkatkan produksi pangan nasional di luar Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa potensi Kalimantan membuka peluang investasi diberbagai bidang dan sektor ekonomi.
Berbagai aktivitas ekonomi di Wilayah Pulau Kalimantan tentunya perlu memperhatikan fungsinya sebagai paru-paru Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
339
dunia. Hutan Kalimantan saat ini adalah 54 persen dari luas Wilayah Pulau Kalimantan. Proporsi penggunaan kawasan hutan terluas adalah Hutan Produksi Terbatas sekitar 10.585.610 hektar atau 47,20 persen dan Hutan Produksi seluas 14.217.676 hektar (38,69 persen) dari total luas Kawasan hutan dan perairan Kalimantan. Dengan demikian, kelestarian kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi lindung menjadi perhatian pengembangan Wilayah Pulau Kalimantan kedepan. 6.3.
Tema Pengembangan Wilayah Pulau Kalimantan
Berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah Pulau Kalimantan, maka tema besar Pembangunan Wilayah Pulau Kalimantan sebagai "salah satu paru-paru dunia dengan mempertahankan luasan hutan Kalimantan; dan lumbung energi nasional dengan pengembangan hilirisasi komoditas batu bara; serta pengembangan industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet, bauksit, bijibesi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir kuarsa, serta pengembangan food estate." 6.4.
Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Pulau Kalimantan
Tujuan pengembangan Wilayah Pulau Kalimantan tahun 2015-2019 adalah mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Pulau Kalimantan dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah, melalui: (a) pengembangan hilirisasi komoditas batu bara, serta pengembangan industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet, bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir kuarsa, (b) penyediaan infrastruktur wilayah, (c) peningkatan SDM dan ilmu dan teknologi secara terus menerus. Adapun sasaran pengembangan Wilayah Pulau Kalimantan pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1.
340
Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi Wilayah Pulau Kalimantan, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di koridor ekonomi Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk diantaranya adalah pengembangan 1 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), 4 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET). 2.
Sementara itu, untuk menghindari terjadinya kesenjangan antar wilayah di Kalimantan, maka akan dilakukan pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran sebanyak 9 Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaran outcome: (a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal sebesar 7,2 persen; (b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 9.6 persen; dan (c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal sebesar 73.26.
3.
Untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kawasan perkotaan di Kalimatan, maka akan dipercepat pembangunan 1 Kawasan Perkotaan Metropolitan, serta mewujudkan optimalisasi peran 4 kota otonom berukuran sedang sebagai penyangga (buffer ) urbanisasi.
4.
Sesuai dengan amanat UU 6/2014 tentang Desa, maka akan dilakukan pembangunan perdesaan dengan sasaran berkurangnya jumlah desa tertinggal sedikitnya 450 desa atau meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 180 desa.
5.
Meningkatkan keterkaitan desa-kota, dengan memperkuat 7 pusat-pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
6.
Dalam rangka mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, maka akan 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong pengembangan kawasan sekitarnya.
7.
Sasaran untuk Wilayah Pulau Kalimantan adalah: (1) Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 35% untuk propinsi dan 10% untuk kabupaten/kota; (2) Meningkatnya proporsi belanja modal Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
341
dalam APBD propinsi sebesar 35% dan untuk Kabupaten/Kota sebesar 40% pada tahun 2019 serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; (3) Meningkatnya jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) sebanyak 5 provinsi dan 20 kabupaten/kota di wilayah Kalimantan; (4) Terlaksananya penggunaan block grant (inpres) yang efektif dengan proyek awal Provinsi Kalimantan Tengah; (5) Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar 50% dan S2-S3 sebesar 10%; (6) Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah Kalimantan sebesar 75 angkatan; (7) Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; (8) Meningkatnya persentase jumlah PTSP sebesar 100%; (9) Meningkatnya persentase jumlah perizinan terkait investasi yang dilimpahkan oleh kepala daerah ke PTSP sebesar 70%; (10) Terlaksananya sinergi perencanaan dan penganggaran di wilayah Kalimantan (dengan proyek awal Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur) (11) Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah; (12) terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on-line di wilayah Kalimantan (dengan proyek awal Provinsi Kalimantan Timur 8.
342
Sasaran penanggulangan bencana adalah mengurangi indeks risiko bencana pada 3 PKN (Kota Samarinda, Kota Pontianak dan Palangkaraya) dan 9 PKW (Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Kotabaru, Kota Balikpapan, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kabupaten Barito Kuala dan Kabupaten Tanah Laut) yang memiliki indeks risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai KAPET, KSN atau PKSN.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019, pembangunan Wilayah Pulau Kalimantan semakin meningkat. Hal ini dicerminkan dengan makin meningkatnya kontribusi PDRB Wilayah Pulau Kalimantan terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 9.5 persen (2014) menjadi 9.7 persen (2019). Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Wilayah Pulau Kalimantan. Secara rinci target pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran dalam kurun waktu 2015-2019 di Wilayah Pulau Kalimantan dapat dilihat pada Tabel 6.1 sampai dengan Tabel 6.3 sebagai berikut.
Tabel 6.1.
Sasaran Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pulau Kalimantan Per Provinsi Tahun 2015-2019 Provinsi Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara
Pertumbuhan Ekonomi (persen) 2015 6,0 - 6,1 6,0 - 6,1 5,0 - 5,1 4,5 - 4,6 4,9 - 5,0
2016 5,7 - 5,9 6,9 - 7,2 6,0 - 6,3 5,5 - 5,8 4,9 - 5,1
2017 6,1 - 6,4 7,3 - 7,7 6,6 - 7,0 5,5 - 5,8 5,8 - 6,1
2018 2019 6,9 - 7,5 7,5 - 8,3 7,8 - 8,5 8,3 – 9,2 7,3 - 7,9 8,2 - 9,1 6,1 - 6,6 6,7 – 7,4 6,1 - 6,7 6,6 - 7,3
Sumber : Perhitungan Bappenas, 2014
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
343
Tabel 6.2.
Sasaran Tingkat Kemiskinan Wilayah Pulau Kalimantan Per Provinsi Tahun 2015-2019 Provinsi
Tingkat Kemiskinan (persen) 2015
2016
2017 6,8 - 6,4
2018
2019
Kalimantan Barat
7,9 - 7,8 7,6 - 7,3
6,0 - 5,5 4,7 - 4,3
Kalimantan Tengah
5,7- 5,6
Kalimantan Selatan
4,1 - 4,0 3,9 - 3,8
3,5 - 3,3
3,1 - 2,9 2,5 - 2,2
Kalimantan Timur
4,6 - 4,5 4,4 - 4,2
3,9 - 3,7
3,4 - 3,2 2,7 - 2,4
Kalimantan Utara
6,2 - 6,0 5,8 - 5,6
5,2 - 4,9
4,5 - 4,2 3,6 - 3,2
5,4 - 5,2 4,8 – 4,5 4,2 - 3,9 3,3 - 3,0
Sumber : Perhitungan Bappenas, 2014
Tabel 6.3.
Sasaran Tingkat Pengangguran Wilayah Pulau Kalimantan Per Provinsi Tahun 2015-2019 Provinsi
Tingkat Pengangguran (persen) 2015 2016 2017 2018 2019 Kalimantan Barat 4,1 - 4,0 4,0 - 3,9 3,9 - 3,7 3,8 - 3,5 3,7 - 3,3 Kalimantan Tengah 3,4 - 3,3 3,3 - 3,2 3,2 - 3,0 3,0 - 2,8 2,9 - 2,6 Kalimantan Selatan 4,5 - 4,4 4,4 - 4,2 4,3 - 4,0 4,1 - 3,8 4,0 - 3,6 Kalimantan Timur 6,8 - 6,7 6,6 - 6,3 6,3 - 6,0 6,0 - 5,6 5,8 - 5,2 Kalimantan Utara 6,3 - 6,2 6,2 - 6,0 5,8 - 5,5 5,4 - 5,0 5,2 - 4,7 Sumber : Perhitungan Bappenas, 2014
344
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
6.5.
Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Pulau Kalimantan
6.5.1. Pengembangan Kawasan Strategis Kebijakan pengembangan kawasan strategis bidang ekonomi di Wilayah Pulau Kalimantan difokuskan untuk pusat produksi dan pengolahan hasil perkebunan, tambang, dan lumbung energi nasional yang berdaya saing. Fokus lokasi pengembangan kawasan strategis di Wilayah Pulau Kalimantan meliputi: (1) Provinsi Kalimantan Barat terdapat satu kawasan yaitu KAPET Khatulistiwa (2) Provinsi Kalimantan Timur terdapat dua kawasan yaitu KAPET Sasamba dan KEK Maloy; (3) Provinsi Kalimantan Tengah terdapat satu kawasan yaitu KAPET Daskakab; (4) Provinsi Kalimantan Selatan terdapat satu kawasan yaitu KAPET Batulicin; Percepatan pembangunan kawasan strategis dilakukan melalui strategi sebagai berikut: 1.
Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah di Koridor Ekonomi Kalimantan Pengembangan potensi ekonomi wilayah erat kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat berbasis komoditas unggulan wilayah. Pengembangan potensi berbasis komoditas unggulan wilayah ini diupayakan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas unggulan melalui: a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Menyiapkan kawasan pengembangan mineral, batubara, dan kelapa sawit;
komoditas
b) Mengembangkan klaster-klaster industri pengolahan mineral, batubara, kelapa sawit berorientasi ekspor; c) Meningkatkan produktivitas hasil olahan mineral, batubara, kelapa sawit di dalam dan sekitar pusat industri. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
345
9 1 0 2 5 1 0 2 N M J P R n a t n a m i l a K u a l u P . h 1 . 6 a y a r l a i b W m n a a G h u b m u t r e P t a s u P t a s u P i s a k o L a t e P
346
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
b. Kawasan Pengembangan Terpadu (KAPET) a) Menyiapkan kawasan pengelolaan klaster-klaster komoditas unggulan kawasan berupa pertanian pangan, kelapa sawit, karet, rotan; b) Mengembangkan industri hilir produk turunan dari kelapa sawit, karet, dan rotan. c) Meningkatkan pembinaan dan pendampingan pengelolaan komoditas unggulan kelapa sawit, karet, dan rotan. 2.
Percepatan Penguatan Konektivitas Peningkatan konektivitas antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya yang termasuk daerah tertinggal, kawasan minapolitan, kawasan agropolitan, kawasan lokasi prioritas pengelolaan perbatasan, kawasan industri Mandor, Semparuk, Tayan, Kariangau, Tajun, Batulicin, dan Kota Baru, dilakukan melalui: a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Menyiapkan sarana prasarana pengembangan kawasan pertumbuhan Maloy, Batuta, zona Trans Kalimantan, dan kawasan pertumbuhan lainnya di Kalimantan dengan kawasan pendukung di sekitarnya (hinterland ); b) Pembangunan infrastruktur pelabuhan sebagai pendukung integrated mining development MEC coal project . b. Kawasan Pengembangan Terpadu (KAPET) a) Mempercepat pembangunan dan pengembangan jaringan jalan menuju Koridor Ekonomi yang meliputi pembangunan ruas jalan akses kawasan industri Batulicin ke pelabuhan Batulicin, pelebaran jalan Samarinda–Tenggarong, tol Samarinda–Tenggarong, dan tol Samarinda–Balikpapan. b) Mempercepat pembangunan Jembatan Mahakam dan Jembatan Loa Kulu; Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kembar
347
c) Mempercepat pembangunan dan pengembangan pelabuhan Kuala Samboja, pelabuhan Seibuku, terminal peti kemas Palaran, pelabuhan Samarinda, Pelabuhan Internasional Maloy, fasilitas pelabuhan Kariangau serta bandara Samarinda Baru untuk meningkatkan distribusi logistik; d) Mempercepat pembangunan dan pengembangan jaringan jalan menuju Koridor Ekonomi yang meliputi pembangunan ruas jalan akses kawasan industri Batulicin ke pelabuhan Batulicin, pelebaran jalan Samarinda–Tenggarong, tol Samarinda–Tenggarong, dan tol Samarinda–Balikpapan. e) Mempercepat penyediaan air baku di Waduk Wain; f) Pengelolaan cekungan air tanah Palangkaraya– Banjarmasin di KAPET Daskakab, dan pengembangan Waduk Gunung Ulin, pengembangan Bendungan Batulicin, pengembangan sumber mata air di Pegunungan Maratus, Sungai Sitiung, dan Sungai Batulicin. 3.
Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Pengembangan sarana prasarana pendidikan dan pelatihan profesi untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, khususnya di bidang energi pertambangan; b) Memberikan pembinaan kelembagaan badan usaha pengelola kawasan yang mendukung perubahan pola pikir bisnis berorientasi daya saing internasional; c) Pembangunan Science Park berteknologi tinggi sebagai sarana peningkatan kualitas SDM kawasan. b. Kawasan Pengembangan Terpadu (KAPET) a) Memberikan pembinaan kelembagaan badan pengelola yang mendukung perubahan pola pikir bisnis berorientasi daya saing secara komparatif dan kompetitif.
348
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
b) Pengembangan sarana prasarana pendidikan serta tenaga terampil untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, khususnya di bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan c) Pembangunan Technology Park bidang pangan dan maritim untuk meningkatkan inovasi teknologi 4.
Penguatan Regulasi bagi Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) a) Penerapan regulasi insentif fiskal yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan kompetitif, antara lain fasilitas fiskal disemua bidang usaha, pembebasan PPN dan PPNBM untuk bahan dan barang impor yang akan diolah dan digunakan di KEK; b) Membuat regulasi terkait dengan pelimpahan kewenangan antara pusat, daerah, dan instansi terkait kepada administrator kawasan-kawasan pertumbuhan; c) Memberikan pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi secara Elektronik (SPIPISE) bidang perindustrian, perdagangan, pertanahan, penanaman modal. b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) a) Harmonisasi peraturan perundangan terkait dengan iklim investasi, diantaranya adalah PP Nomor 147 Tahun 2000 Tentang Perlakuan Perpajakan di KAPET; b) Membuat regulasi terkait dengan pembagian kewenangan antara Kabupaten/Kota di pusat-pusat pertumbuhan; c) Melaksanakan sosialisasi terkait dengan pemanfaatan lahan sebagai peruntukan investasi.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
349
6.5.2. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan 6.5.2.1. Pengembangan Kawasan Perkotaan Arah kebijakan pembangunan wilayah perkotaan di Wilayah Pulau Kalimantan difokuskan untuk membangun kota berkelanjutan dan berdaya saing menuju masyarakat kota yang sejahtera berdasarkan karakter fisik, potensi ekonomi dan budaya lokal. Untuk itu strategi pembangunan perkotaan Wilayah Pulau Kalimantan tahun 2015-2019 yaitu: 1. Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN) a. Mengusulkan pembentukan Kawasan Perkotaan Metropolitan dalam rangka membangun koridor wilayah yang kuat untuk mempercepat pembangunan di Wilayah Kalimantan bagian selatan, mengurangi urbanisasi dari luar Jawa ke Pulau Jawa, serta memperkuat orientasi kedalam (backward linkage) dari pulau-pulau terluar di kawasan perbatasan; b. Mengembangkan kegiatan industri pengolahan non kayu untuk mengembangkan ekonomi dan meningkatkan keterkaitan dengan desa-kota sekitar; c. Meningkatkan aksesibilitas antar PKN, PKW, dan PKL disekitarnya melalui penyediaan simpul transportasi khususnya simpul transportasi sungai dan transportasi Udara. 2. Perwujudan Kota Layak Huni yang Aman dan Nyaman. a. Mempercepat pemenuhan dan peningkatan pelayanan sarana prasarana permukiman sesuai dengan peran dan tipologi kota; b. Menyediakan sarana prasarana pemerintahan dan ekonomi, khususnya di sektor perdagangan dan jasa yang mampu mengakomodasi kegiatan koperasi, UMKM, industri pengolahan kecil dan menengah; c. Mengembangkan dan meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana transportasi massal perkotaan antar moda 350
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
terutama transportasi sungai, angkutan laut dan angkutan udara; d. Memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan, terutama untuk pelayanan kesehatan di puskesmas dan jaringannya, serta RS kab/kota terutama di kota yang berbatasan langsung dengan kawasan perbatasan; e. Meningkatkan pendidikan, sosial budaya, dan keamanan kota yang mudah diakses bagi seluruh kalangan masyarakat kota guna meningkatkan modal sosial masyarakat serta memberikan rasa aman dan tentram bagi masyarakat kota. 3. Perwujudan Kota Hijau yang Berketahanan Iklim dan Adaptif terhadap Bencana a. Perwujudan penyelenggaraan ruang yang efisien dan berkeadilan serta ramah lingkungan; b. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam upaya adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim dan bencana (urban resilience) serta konservasi hutan; c. Membangun infrastruktur kota dalam upaya adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim dan bencana melalui konversi bahan bakar fosil menuju gas; d. Mengembangkan konsep greentransportation, green openspace ( ruang terbuka hijau ), green waste(pengelolaan sampah dan limbah melalui 3R1), green water ( efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan air permukaan ) dan green energy . 4. Perwujudan Kota Cerdas dan Berdaya Saing a. Pengembangan perekonomian dengan membangun pencitraan kota (city branding) memanfaatkan produk dan sumber daya manusia unggulan; b. Peningkatan jumlah tenaga kerja ahli dan terampil melalui penyediaan sarana prasarana pendidikan tinggi dan
13R: pengurangan (Reduce),
pemanfaatan kembali (Re-use), dan Daur Ulang (re-cycle)
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
351
pelatihan kejuruan (higher education and vocational training) berbasis kehutanan, perkebunan, dan pertambangan; c. Penyediaan layanan publik serta perencanaan, pengoperasian dan pemeliharaan sarana prasarana kota melalui penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam bentuk e-government, e-commerce dan einfrastructures; d. Peningkatan efisiensi pasar melalui pengaturan jalur distribusi logistik dari dan keluar kota; dan e. Penyederhanaan proses perizinan melalui peningkatan kualitas layanan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). 5. Kebijakan untuk Meningkatkan Kapasitas Tata Kelola Pembangunan Perkotaan a. Penyediaan sistem, peraturan dan prosedur dalam birokrasi kepemerintahan kota yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat kota berkelanjutan; b. Peningkatan kapasitas pemimpin kota yang visioner dan aparatur pemerintah dalam membangun dan mengelola kota berkelanjutan, baik melalui kota layak dan nyaman, kota hijau, maupun kota cerdas, melalui pendidikan, pelatihan dan pembinaan secara bersikenambungan; c. Penyediaan dan melakukan pemutakhiran data, peta dan informasi perkotaan; d. Peningkatan kapasitas supremasi hukum baik perangkat maupun kelembagaan; e. Pengembangan kelembagaan dan kerjasama pembangunan antar kota serta pengembangan interkonektivitas obyek-obyek wisata lokal; f. Peningkatan peran swasta dan organisasi profesi secara aktif, baik dalam forum dialog dengan pemerintah dan masyarakat perkotaan, maupun dalam pembangunan kota berkelanjutan seperti: pembangunan infrastruktur perkotaan maupun masukan terhadap rencana tata ruang kota;
352
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
6.5.2.2. Pengembangan Kawasan Perdesaan Arah kebijakan pengembangan desa dan kawasan perdesaan di Wilayah Kalimantan adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan desa, serta mewujudkan desadesa berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi dan ekologi sesuai dengan amanat Undang-Undang No.6/2014 tentang Desa dengan sasaran berkurangnya jumlah desa sedikitnya 450 desa tertinggal atau meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 180 desa. Selain itu, membangun keterkaitan ekonomi lokal antara perkotaan dan perdesaan melalui integrasi kawasan perdesaan mandiri pada 7 kawasan pertumbuhan, yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6.6. Dalam rangka percepatan pembangunan desa dan kawasan perdesaan di Wilayah Kalimantan akan dilakukan: 1.
Pemenuhan Standar Pelayanan Dengan Kondisi Geografis Desa
Minimum
Sesuai
a. Pembangunan sarana dan prasarana dasar bidang transportasi, terutama jalan;; b. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan sarana pendidikan khususnya sekolah dasar dan sekolah menengah, terutama di desa-desa perbatasan; c. Pembangunan sarana dan prasarana ekonomi, terutama pasar desa dan saprodi pertanian; d. Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan (Poskesdes, Pustu, puskesmas keliling) terutama di desa-desa perbatasan; e. Peningkatan distribusi dan kualitas tenaga pendidikan dan kesehatan di desa-desa terpencil dan desa-desa perbatasan; f. Penyediaan sarana dan prasarana perumahan di kawasan desa tertinggal dan berkembang khususnya dalam penyediaan air bersih dan sanitasi; g. Peningkatan kapasitas maupun kualitas jaringan listrik dan telekomunikasi.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
353
2.
Penanggulangan Kemiskinan Usaha Ekonomi Desa
dan
Pengembangan
a. Peningkatan peran dan kapasitas pemerintah, pemerintah daerah dan pemerintah desa dalam memajukan ekonomi masyarakat miskin dan rentan; b. Peningkatan kapasitas masyarakat miskin dan rentan dalam pengembangan usaha berbasis lokal; c. Pemberian dukungan bagi masyarakat miskin dan rentan melalui penyediaan lapangan usaha, dana bergulir bagi masyarakat miskin; d. Pemberian akses dan kemudahan permodalan bagi masyarakat miskin dan rentan kepada lembaga keuangan mikro; e. Penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana produksi (benih, pupuk, jaringan irigasi, armada perikanan, alat tangkap, bahan bakar, sistem informasi nelayan, pasar), pasca panen (sistem logistik), pengolahan, dan pasar desa. 3.
Pembangunan Sumber Daya Manusia, Keberdayaan, dan Modal Sosial Budaya Masyarakat Desa a. Peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan, melalui fasilitasi dan pendampingan berkelanjutan dalam perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan desa berbasis kearifan lokal; b. Peningkatan keberdayaan masyarakat adat, melalui penguatan lembaga adat dan Desa Adat, c. Pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat sesuai dengan perundangan yang berlaku; d. Penguatan peran perempuan (Kelompok Usaha Bersama Perempuan), pemuda, dan kaum marjinal dalam bidang ketrampilan dan kewirausahaan berbasis komoditas lokal melalui pelatihan dan pendampingan; e. Peningkatan keberdayaan petani dan nelayan dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat
354
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
guna (bio-energi, kemandirian pangan;
biofloc)
untuk
mewujudkan
f. Meningkatkan keberdayaan masyarakat memanfaatkan sumber energi terbarukan. 4.
dalam
Penguatan Pemerintahan Desa dan Masyarakat Desa a. Sosialisasi peraturan pelaksanaan UU No.6/2014 tentang Desa; b. Fasilitasi peningkatan kapasitas tata kelola Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan lembaga-lembaga tingkat desa lainnya dalam: (i) Perencanaan, pelaksanaan dan monitoring pembangunan desa, (ii) Pengelolaan keuangan desa, (iii) Pelayanan publik, (iv) Penyiapan dan penetapan batas desa (khususnya desa-desa perbatasan); serta (v) peta desa; c. Penguatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan masyarakat desa dalam meningkatkan ketahanan ekonomi, sosial, lingkungan keamanan dan politik; d. Peningkatkan ketersediaan pemerintahan desa;
sarana
dan
prasarana
e. Penyiapan data dan informasi desa yang digunakan sebagai acuan bersama perencanaan dan pembangunan desa; 5.
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Berkelanjutan, serta Penataan Ruang Kawasan Perdesaan a. Peningkatan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perdesaan melalui redistribusi lahan kepada petani, buruh tani, dan nelayan (land reform), serta menekan laju alih fungsi lahan konservasi maupun lahan produktif (pertanian, hutan, kawasan pesisir dan kelautan) secara berkelanjutan; b. Menjamin hak desa-desa dalam pemanfaatan, pengelolaan, dan konservasi sumber daya alam dan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
355
lingkungan hidup yang seimbang, berkelanjutan, dan berwawasan mitigasi bencana; c. Fasilitasi peningkatan kesadaran masyarakat dalam kemandirian pangan melalui diversifikasi pangan dan pengembangan varietas lokal; d. Fasilitasi peningkatan kesadaran masyarakat dalam kemandirian energi dengan mendorong penggunaan sumber energi di desa (kotoran ayam, kotoran sapi, kayu sersah, briket batu bara, gas, aliran air) dan teknologi tepat guna yang memanfaatkan inovasi lokal (microhydro, bio-gas, tenaga surya). 6.
Pengembangan Ekonomi Perdesaan Untuk Mendorong Keterkaitan Desa-Kota a. Mendukung terwujudnya sentra produksi perikanan tangkap dan budidaya (udang, ikan patin, ikan haruan) di kawasan Jawai Selatan, Jawai, Pemangkat, Cindai Alus, sentra produksi pertanian dan perkebunan (karet, padi, kelapa, jagung, jeruk, kelapa sawit) di kawasan Kumai, Pangkala Lada, Pangkalan Bunteng, Arut Selatan, Berau; b. Peningkatan akses masyarakat desa terhadap modal usaha, pemasaran dan informasi pasar; c. Pengembangan lembaga pendukung ekonomi desa seperti koperasi (KUD), Lembaga Perkreditan Desa, dan BUMDesa, dan lembaga ekonomi mikro lainnya. d. Fasilitasi dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengembangkan usaha yang mendukung wisata agro di kawasan Sambas, wisata bahari di kawasan Tanjung Puting dan kawasan Kepulauan Derawan.
6.5.2.3. Peningkatan Keterkaitan Kota dan Desa di Wilayah Pulau Kalimantan Peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Kalimantan diarahkan dengan memperkuat 7 pusat pertumbuhan, yaitu kawasan Sambas dan sekitarnya (Prov. Kalbar), Rasau Jaya dan sekitarnya (Prov. Kalbar), Gerbang Kayong dan sekitarnya 356
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
(Prov. Kalbar), Pangkalan Bun dan sekitarnya (Prov. Kalteng), Marabahan dan sekitarnya (Prov. Kalsel), Sangata dan sekitarnya (Prov. Kaltim), serta Kawasan Tanjung Redeb dan sekitarnya (Prov. Kaltim). Kawasan-kawasan ini mencakup kawasan transmigrasi, kawasan agropolitan dan minapolitan, serta kawasan pariwisata (lihat tabel 6.3). Arah kebijakan dan strategi peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Kalimantan adalah sebagai berikut: 1. Perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau a. Mempercepat pembangunan sistem transportasi yang terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal. b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan Lintas Kalimantan, pelabuhan Kumai, Sangata, dan Tanjung Redeb, bandar udara yang melayani Kawasan Sambas, Pangkalan Bun, dan Tanjung Redeb, serta angkutan penyeberangan yang melayani Kawasan Sambas, Pangkalan Bun, Sangata, dan Tanjung Redeb; c. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah; d. Mempercepat pemenuhan suplai energi untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri, dengan prioritas pada pengembangan PLTGB Sangata dan PLTGB Tanjung Redeb. 2. Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui pengembangan klaster khususnya a. Mengembangkan sentra produksi dan pengolahan hasil pertanian di Kawasan Sambas, Rasau Jaya, Sukadana, Pangkalan Bun, Marabahan, Sangata, dan Tanjung Redeb, serta serta sentra produksi dan pengolahan hasil perikanan dan/atau kelautan di Kawasan Sambas dan Marabahan.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
357
b. Meningkatkan akses desa-desa produksi menuju pusat pertumbuhan (lihat tabel 6.3) dan simpul-simpul transportasi, pengembangan pasar, dan toko sarana dan prasarana produksi; c. Mengembangkan daya tarik wisata budaya dan agro di Kawasan Pariwisata Sambas, dan sekitarnya melalui peningkatan promosi dan ketersediaan infrastruktur penunjang, meliputi perbaikan jalur darat menuju destinasi wisata, peningkatan kualitas resort dan restoran; d. Mengembangkan daya tarik wisata Taman Nasional dan bahari di Kawasan Pariwisata Tanjung Puting dan sekitarnya, melalui peningkatan promosi dan ketersediaan infrastruktur penunjang, meliputi peningkatan kapasitas dan kualitas penerbangan menuju ke PalangkarayaTanjung Puting, peningkatan akses jalur laut dan perbaikan jalur darat menuju destinasi wisata, serta pengembangan resort di sekitar kawasan. e. Mengembangkan daya tarik wisata bahari di Kawasan Pariwisata Derawan dan sekitarnya melalui peningkatan promosi dan ketersediaan infrastruktur penunjang, meliputi peningkatan kapasitas dan kualitas penerbangan menuju ke Derawan-Kayan Mentarang, pengembangan fasilitas wisata kapal yatch, hotel, resort dan rumah makan, serta pengembangan produk kerajinan lokal. f. Membangun bank pertanian dan perikanan untuk meningkatkan akses terhadap modal usaha di sektor pertanian dan perikanan g. Mengembangkan Techno Park berbasis pertanian dan perikanan rakyat yang mendukung penerapan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri pengolahan dan jasa. 3. Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan desa-kota a. Mengembangkan sistem perdagangan antar daerah yang efisien;
358
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
b. Meningkatkan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah; c. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam perencanaan dan penyelenggaraan kerjasama antar daerah dan kerjasama antar pemerintah-swasta dalam tata kelola ekonomi lokal; d. Mengembangkan forum dialog antar stakeholder yang mendorong perwujudan kerjasama; e. Mengembangkan pendidikan kejuruan untuk memperkuat kemampuan inovasi, dan kreatifitas lokal di sektor pertanian dan perikanan; f. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat mengenai kelestarian sungai, laut dan pesisir, tanah dan hutan, serta mitigasi bencana, terutama di Kawasan Perdesaan Pesisir Sambas, Rasau Jaya, Sukadana, Pangkalan Bun, Marabahan, Sangatta, dan Tanjung Redeb. Secara diagramatis, lokasi prioritas pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan dapat dilihat pada Gambar 6.2 dan Tabel 6.4 – 6.6. Tabel 6.4.
Lokasi Prioritas Kawasan Strategis Nasional Perkotaan Sebagai Pusat Pertumbuhan Wilayah Di Kalimantan Kode K1
Lokasi Prioritas Kawasan Perkotaan Metropolitan Banjarbakula Kota Banjarmasin, Kab. Banjarbaru, Kab. Banjar, Kab. Baritokuala, Kab. Tanah Laut
Fokus Pengembangan Meningkatkan fungsi Banjarmasin dan Banjar Baru sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang mendukung pertumbuhan wilayah nasional dan memantapkan fungsifungsi keterkaitan dengan pusatpusat pertumbuhan di Wilayah Pulau Kalimantan Bagian Selatan.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
359
Sumber : Bappenas, 2014 Tabel 6.5.
Lokasi Prioritas Kota Sedang yang Berfokus pada Upaya Pemerataan Wilayah Di Kalimantan Kode P1
Lokasi Prioritas Singkawang
Fokus Pengembangan Diarahkan sebagai kota agropolitan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan Nasional (PKN) yang mendorong pertumbuhan produksi pertanian dan perkebunan (kelapa sawit) di Wilayah Prov. Kalimantan Barat.
P2
Palangkaraya Diarahkan untuk menjadi pusat kegiatan Nasional (PKN) yang berorientasi pada upaya mendorong perkembangan sektor produksi wilayah seperti perdagangan, pertanian, dan pertambangan galian logam.
P3
Bontang
Sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional (PKN)yang memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan dengan pusatpusat pertumbuhan wilayah internasional dan mendorong perkembangan sektor industri. P4 Tarakan Sebagai pusat pertumbuhan Nasional P3 (PKN) yang berfungsi sebagai pintu gerbang kedua pulau kalimantan dan pusat transit perdagangan dengan sektor produksi wilayah seperti: Perkebunan, Perikanan, dan pertambangan. Sumber : Bappenas, 2014
360
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Tabel 6.6.
Lokasi Prioritas Pusat Pertumbuhan Baru yang Berfokus pada Upaya Pemerataan Wilayah Di Kalimantan Kode D1
Lokasi Kawasan Sambas dan sekitarnya (Kab. Sambas, dan Kab. Bengkayang, Prov. Kalbar)
• •
•
• •
•
D2
Rasau Jaya dan sekitarnya (Kab. Kubu Raya, Prov. Kalbar)
•
• •
•
D3
Sukadana dan
•
Kelompok Kawasan PKW Sambas Kawasan Minapolitan Perikanan Budidaya: Jawai Selatan Kawasan Minapolitan Perikanan Tangkap: Jawai Selatan, Jawai, Pemangkat KPB Subah Kawasan Transmigrasi: Sambas, Jawai, Ledo, Kawasan Pariwisata: KSPN Sambas Perkotaan Rasau Jaya KPB Rasau Jaya Kawasan Transmigrasi: Ambawang, dan Kubu Kota Otonom Terdekat: Pontianak Perkotaan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
• • •
•
• •
•
Komoditas Unggulan Udang Karet Wisata Budaya Wisata Agro
Padi Kelapa
Padi 361
Kode
D3
D4
Lokasi Kawasan sekitarnya (Kab. Kayong Utara, Prov. Kalbar)
Gerbang Kayong dan sekitarnya (Kab. Kayong Utara, Prov. Kalbar)
Pangkalan Bun dan sekitarnya (Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalteng)
•
•
•
•
•
•
•
•
D5
Marabahan dan sekitarnya (Kab. Banjar, Kab. Barito Kuala, Prov. Kalsel)
• •
•
362
Kelompok Kawasan Sukadana KPB Gerbang Kayong Kawasan Transmigrasi; Teluk Batang , Pkl Suka Perkotaan Gerbang Kayong KPB Gerbang Kayong Kawasan Transmigrasi: Teluk Batang, Pkl. Suka PKW Pangkalan Bun Kawasan Agropolitan (Jagung): Kumai, Pangkalan Lada, Pangkalan Bunteng, Arut Selatan. Kawasan Pariwisata: KSPN Tanjung Puting PKW Marabahan Kawasan Minapolitan Perikanan Budidaya: Cindai Alus KPB Cahaya Baru
Komoditas Unggulan
•
• •
•
•
• • • •
Padi
Jagung Wisata Taman Nasional Wisata Pantai/Bahari, Wisata Situs Sejarah
Ikan Patin Ikan Haruan Padi Jeruk
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kode
Lokasi Kawasan •
•
D6
Sangata dan sekitarnya (Kab. Kutai Timur, Prov. Kaltim)
• • •
• •
D7
Tanjung Redeb dan sekitarnya (Kab. Berau, Prov. Kaltim)
•
•
•
Kelompok Kawasan Kawasan Transmigrasi: Anjir Pasar, Marabahan, Kota Otonom Terdekat : Banjarbaru dan Banjarmasin
PKW Sanggata KPB Maloy Kawasan Transmigrasi: Sangkulirang, Rantau Pulung KEK Maloy Kota Otonom Terdekat : Bontang PKW Tanjung Redeb Kawasan Agropolitan (Jagung): Berau (Kec. Talisayan) Kawasan Pariwisata: KSPN Kepulauan Derawan
Komoditas Unggulan
•
• •
Kelapa sawit
Jagung Wisata Bahari/ FloraFauna
Sumber : Bappenas, 2014
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
363
n a a s e d r e P n a d n a a t o k r n e P a t n n a a s m i l . a w a 2 . a K 6 K r n u a a l b a g u m n P a a G b h a m y a e l g i n W e P s a t i r o i r P i s a k o L a t e P
364
4 1 0 2 , s a n e p p a B : r e b m u S
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
6.5.3. Pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan 6.5.3.1. Pengembangan Daerah Tertinggal Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Pulau Kalimantan difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik dan pengembangan perekonomian masyarakat yang berbasis energi dan pertambangan yang didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan pusat pertumbuhan. 1. Pemenuhan Pelayanan Dasar Publik Mendukung pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan dasar publik di daerah tertinggal dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Bidang Pendidikan 1) Pemerataan distribusi tenaga pendidik Bengkayang, Sangau, dan Kayong Utara;
di
2) Peningkatan kapasitas tenaga pendidik Bengkayang, Sangau, dan Kayong Utara;
di
3) Pemberian insentif tenaga pendidik di wilayahwilayah terisolir dan perbatasan; 4) Penyelenggaraan guru kunjung di wilayah-wilayah terisolir dan perbatasan; 5) Penyediaan rumah dinas tenaga pendidik di wilayahwilayah terisolir dan perbatasan; 6) Pengembangan sekolah kecil di perbatasan; 7) Penyelenggaraan sekolah satu atap di daerah tertinggal dan perbatasan (SD, SMP, SMA/SMK); 8) Pembangunan sekolah berasrama di daerah tertinggal dan perbatasan; 9) Pengembangan asrama sekolah; 10) Penyediaan bus sekolah di daerah yang memiliki karakteristik khusus; Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
365
11) Penyediaan rumah dinas tenaga pendidik Bengkayang, Sangau, dan Kayong Utara;
di
12) Pengembangan pendidikan kesetaraan (kejar paket A,B,C); 13) Pengembangan pendidikan jarak jauh; 14) Mengoptimalkan kemitraan dengan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) atau Corporate Social Responsibility (CSR) dalam pemenuhan SPM bidang pendidikan; 15) Pemberian beasiswa miskin bagi anak-anak di kawasan perbatasan. b. Bidang Kesehatan 1) Pemerataan distribusi tenaga kesehatan terutama di bagian barat wilayah Kalimantan; 2) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan terutama di bagian barat wilayah Kalimantan; 3) Pemberian insentif tenaga kesehatan terutama di bagian barat wilayah Kalimantan; 4) Penyediaan rumah dinas tenaga kesehatan di wilayah terisolir dan perbatasan; 5) Pengadaan sarana kesehatan keliling di wilayah terisolir dan perbatasan; 6) Pengadaan puskesmas terapung di kawasan pulau kecil terluar; 7) Pengembangan fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pratama di wilayah terisolir dan perbatasan; 8) Pemerataan alat kesehatan dan obat-obatan di wilayah terisolir dan perbatasan; 9) Mengoptimalkan kemitraan dengan PKBL atau CSR dalam pemenuhan SPM bidang kesehatan 10)Pengembangan telemedis di daerah tertinggal c. Bidang Energi 1) Pengembangan PLTMH, PLTS, PLTU;
366
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
2) Pemberian bantuan subsidi listrik pada pemakaian 3060 kWh; 3) Pengembangan energi biogas ramah lingkungan; 4) Penyediaan bahan bakar minyak di wilayah terpencil dan perbatasan. d. Bidang Informasi dan Telekomunikasi 1) Pengembangan radio komunitas komunikasi di kawasan perbatasan;
dan
radio
2) Pembangunan menara penguat sinyal; 3) Pengembangan radio penguat siaran RRI dan TVRI di Sintang, Nunukan, Kapuas Hulu, dan Sekadau; 4) Pengembangan jaringan internet; 5) Pengembangan pusat informasi desa/balai rakyat di wilayah Kalimantan Barat. e. Bidang Permukiman dan Perumahan 1) Pembangunan prasarana perumahan layak huni di wilayah perbatasan; 2) Pembangunan sarana air bersih sehat di seluruh kampung terutama di wilayah terisolir dan perbatasan; 3) Perbaikan lingkungan permukiman tidak layak huni khususnya di kawasan perhutanan, perairan, dan pesisir. 2. Pengembangan Ekonomi Lokal Pengembangan kinerja perekonomian masyarakat di daerah tertinggal secara terpadu dalam rangka meningkatkan nilai tambah sesuai dengan karakteristik, posisi strategis, dan keterkaitan antar kawasan. Strategi ini meliputi aspek infrastruktur, manajemen usaha, akses permodalan, inovasi, dan pemasaran dengan prioritas program sebagai berikut: a. Pengembangan pusat teknologi informasi pemasaran, pendidikan, pelatihan, pengembangan SDM pelaku usaha khususnya sub-sektor perkebunan, penganeka-ragaman pengolahan hasil hutan, dan perikanan darat-sungai;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
367
b. Pengadaan instalasi pengolahan dan pemanfaatan limbah industri usaha agroindustri kelapa sawit; c. Pengembangan kawasan industri hasil kerjasama dengan pihak swasta; d. Pemberian imbal jasa lingkungan bagi masyarakat yang berada di wilayah konservasi; e. Pemberdayaan ekonomi masyarakat seperti penyediaan tenaga pendamping bidang perkebunan, energi, dan pertambangan; f. Optimalisasi peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) khususnya sub-sektor perkebunan rakyat, hasil hutan, perikanan darat, dan pertambangan rakyat; g. Pengembangan kelembagaan mikro; h. Pengembangan koperasi simpan pinjam; i. Pemberian skema kredit yang afirmatif bagi petani hutan; j. Pengelolaan produksi tanaman aneka kacang dan umbi di kawasan timur Kalimantan; k. Peningkatan produksi ternak dengan pendayagunaan sumberdaya lokal di bagian tengah Wilayah Pulau Kalimantan; l. Perluasan areal pertanian di kawasan timur dan tengah Wilayah Pulau Kalimantan; m. Pengembangan jaringan irigasi; n. Pengembangan gudang dan fasilitas pengolahan pasca panen; o. Pengembangan kegiatan kepariwisataan bahari dan sosial-budaya melalui peningkatan infrastruktur, sarana, promosi, serta peningkatan peran serta masyarakat adat, khususnya di Kabupaten Sintang dan Sambas; p. Pengembangan rumah pusat kebudayaan dan kesenian, museum; q. Pengembangan pasar kecamatan tradisional. 3. Penguatan Konektivitas dan Sislognas
368
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Peningkatan konektivitas daerah tertinggal dengan pusat pertumbuhan yang diprioritaskan pada ketersediaan sarana dan prasarana penunjang peningkatan kinerja pembangunan ekonomi daerah dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Pembangunan infrastruktur jalan dan sarana transportasi di desa-desa terisolir dan kawasan perbatasan; b. Pengembangan jaringan jalur kereta api lintas selatan antarkota di kawasan timur dan timur Wilayah Pulau Kalimantan; c. Pembangunan sarana transportasi air dermaga dan perahu; d. Pembangunan, rehabilitasi, dan pemeliharaan prasarana bandara perintis; e. Pengembangan jalur keperintisan udara; f. Pembangunan dan peningkatan kapasitas jalan penghubung nasional di kawasan perbatasan menuju pusat pertumbuhan, yakni di Kabupaten Bengkayang, Kapuas Hulu, Sambas, Sanggau, Sintang, Kutai Barat, Nunukan, dan Malinau. 4. Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan kapasitas kelembagaan pemangku kepentingan pembangunan daerah tertinggal di pusat maupun di daerah yang terintegrasi untuk menunjang pengelolaan pertambangan dan energi. Strategi ini meliputi aspek peraturan perundangan, tata kelola, SDM, rumusan dokumen kebijakan, dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Peningkatan kualitas aparatur daerah khususnya pada pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada bidang pendidikan, jaringan listrik, informasi, dan telekomunikasi dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian; b. Peningkatan kualitas aparatur daerah khususnya pada pengembangan ekonomi daerah dan ekonomi masyarakat pada perhutanan, perkebunan, dan tanaman hortikultura; Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
369
c. Pengembangan sekolah-sekolah kejuruan dan politeknik untuk menyiapkan SDM dalam rangka menunjang pengelolaan pertambangan dan energi; d. Pemberdayaan masyarakat di kawasan pertambangan menengah sampai dengan besar dan perkebunan menengah sampai dengan besar; e. Pengembangan teknologi pengolahan limbah industri; f. Pengembangan Balai Pelatihan Kerja dan Kewirausahaan; g. Pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat. 5. Penguatan Regulasi dan Insentif Dalam upaya mendukung percepatan pembangunan daerah tertinggal, bentuk afirmasi yang lebih nyata dan konkrit dilakukan dengan evaluasi terhadap harmonisasi regulasi untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam pengelolaan pertambangan dan energi melalui pelaksanaan prioritas program sebagai berikut: a. Harmonisasi kebijakan, program, dan kegiatan daerah untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal; b. Penyusunan Strategi Daerah Pembangunan Daerah Tertinggal; c. Penegakan regulasi bagi kawasan pertambangan;
tentang
reklamasi
Percepatan
lahan-lahan
di
d. Penyusunan rencana induk dan rencana aksi pengembangan ekonomi berbasis pada agroindustri perhutanan, perkebunan, seperti kelapa dan kelapa sawit, serta tanaman hortikultura; e. Koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah dengan pemerintah daerah dan antar-SKPD dalam penyelenggaraan program pembangunan di daerah; f. Penyusunan rencana induk dan rencana aksi pengembangan ekonomi berbasis pada agroindustri peternakan dan perikanan laut, serta pengembangan pariwisata baik wisata bahari dan sosial budaya; g. Pemberian insentif untuk pihak swasta dalam proses pengembangan usaha di daerah tertinggal; 370
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
h. Tunjangan khusus penyuluh pertanian). 6. Pembinaan Daerah Tertinggal Terentaskan Pembinaan daerah tertinggal yang terentaskan melalui penguatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah dan peningkatan kapasitas SDM. 7. Pengembangan Kawasan Perdesaan dan Transmigrasi Mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi sebagai upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah. Dalam proses pembangunan kedepan, diharapkan kawasan transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan baru dapat mendukung upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal dan pengembangan kawasan perdesaan. Pada periode RPJMN 2010-2014 wilayah Kalimantan terdiri dari 4 provinsi dengan total 56 kabupaten/kota, dimana 28,57 persen atau 16 kabupaten masuk dalam kategori daerah tertinggal. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di wilayah ini sebesar 70,76, berada di atas target IPM rata-rata nasional di daerah tertinggal dalam RPJMN 2010-2014 sebesar 72,2. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,38 persen, jauh dari target yang diharapkan pada RPJMN 2010-2014, sebesar 7,1 persen. Angka kemiskinan di daerah tertinggal wilayah Kalimantan masih sebesar 8,73 persen, melampaui target Angka Kemiskinan secara nasional di daerah tertinggal dalam RPJMN 2010-2014, sebesar 14,2 persen. Dalam periode RPJMN 2010-2014 di Wilayah Pulau Kalimantan telah ditetapkan 16 kabupaten tertinggal yang menjadi lokus agenda percepatan pembangunan daerah tertinggal. Pada akhir tahun 2014 diindikasikan terdapat 6 kabupaten tertinggal yang dapat terentaskan. Akan tetapi, terdapat 1 kabupaten dengan status Daerah Otonom Baru (DOB) hasil pemekaran yang masuk kategori daerah tertinggal yaitu Kabupaten Mahakam Ulu. Sehingga pada periode RPJMN 2015-2019 jumlah daerah tertinggal di Kalimantan diperkirakan sebanyak 11 kabupaten. Pada akhir periode
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
371
RPJMN 2015-2019 ditargetkan sebanyak 9 kabupaten tertinggal dapat terentaskan di wilayah ini. 6.5.3.2. Pengembangan Kawasan Perbatasan Arah kebijakan Pengembangan Kawasan Perbatasan di Wilayah Pulau Kalimantan difokuskan untuk meningkatkan peran sebagai halaman depan negara yang maju dan berdaulat dengan negara Malaysia di perbatasan darat dan laut. Fokus Pengembangan Kawasan Perbatasan di Wilayah Pulau Kalimantan diarahkan pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di Wilayah Pulau Kalimantan, yaitu PKSN Jagoi Babang, PKSN Nanga Badau, PKSN Paloh-Aruk, PKSN Entikong, PKSN Jasa, PKSN Long Pahangai, PKSN Long Nawan, PKSN Simanggaris, PKSN Long Midang dan PKSN Nunukan, serta mempercepat pembangunan di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) tahun 2015-2019. Strategi pengembangan kawasan perbatasan diarahkan untuk mewujudkan kemudahan aktivitas masyarakat kawasan perbatasan dalam berhubungan dengan negara tetangga dan pengelolaan sumber daya darat dan laut untuk menciptakan kawasan perbatasan yang berdaulat. Strategi tersebut dilakukan sebagai berikut: 1. Penguatan pengelolaan dan fasilitasi pemeliharaan, pengamanan kawasan Kalimantan
penegasan, perbatasan
Penguatan pengelolaan dan fasilitasi penegasan, pemeliharaan, dan pengamanan kawasan perbatasan, secara terpadu di Wilayah Pulau Kalimantan dengan strategi sebagai berikut: a. Mengembangkan pusat pelayanan kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan terpadu (satu atap) di PKSN Jagoi Babang, PKSN Nanga Badau, PKSN Paloh-Aruk, PKSN Entikong, PKSN Jasa, PKSN Long Pahangai, PKSN Long Nawan, PKSN Simanggaris, PKSN Long Midang dan PKSN Nunukan;
372
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
373
9 1 0 2 5 1 0 2 n a t n a m i l a K u a l u P . h 3 . a 6 y a r l a i b W l m a a G g g n i t r e T h a r e a D n a r a b e S a t e P
374
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
375
b. Merevitalisasi Membenahi aktivitas lintas batas di pintupintu alternatif (ilegal) di kawasan perbatasan Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara; c. Penegasan, pemeliharaan, dan pengawasan batas wilayah negara di darat dan laut; d. Mengembangkan pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara di beberapa wilayah yang memiliki Outstanding Boundary Problem (OBP) dan PKSN di wilayah perbatasan Kalimantan; e. Meningkatkan upaya perundingan dalam penetapan dan penegasan batas wilayah negara RI-Malaysia dalam penyelesaian 9 (sembilan) Outstanding Boundary Problem (OBP); f. Meningkatkan kapasitas tim perunding dari tingkat teknis, strategi, hingga kebijakan (pengambilan keputusan); g. Memperkuat pertahanan dan pengamanan perbatasan wilayah laut baik dengan penambahan sarana dan prasarana alutsista maupun non alutsista; h. Pembentukan kerjasama patroli pertahanan keamanan batas wilayah Negara RI-Malaysia;
dan
i. Mengembangkan Standar Operasional Prosedur (SOP) pertahanan dan keamanan yang profesional bagi aparatur pengaman perbatasan. 2. Pengembangan Ekonomi Lokal Pengembangan ekonomi lokal secara terpadu pada kawasan perbatasan negara di Wilayah Pulau Kalimantan dengan strategi sebagai berikut: a. Meningkatkan nilai tambah produk hasil perkebunan dan pertanian melalui pengembangan sarana dan prasarana pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan PKSN Nanga Badau, PKSN Long Pahangai, PKSN Sei Simanggaris, PKSN Long Midang, dan PKSN di Perbatasan Kalimantan; b. Mengembangkan program transmigrasi di kawasan perbatasan Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara dalam bentuk Kota Terpadu Mandiri; 376
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
c. Mengembangkan kegiatan ekowisata hutan, melalui kegiatan konservasi dan pembangunan sarana dan prasarana pariwisata di PKSN Paloh, LongNawang, PKSN Long Pahangai, dan PKSN Long Midang melalui pengelolaan pariwisata yang optimal (promosi dan penyediaan infrastruktur penunjang pariwisata); d. Mengembangkan pusat perdagangan skala internasional, nasional, dan regional berbasis komoditas lokal berorientasi pasar ke negara Malaysia serta secara bertahap menurunkan jumlah pelintas batas tradisional dititik lintas batas; e. Mengembangkan balai-balai latihan kerja untuk meningkatkan mengelola komoditas unggulan lokal yang berorientasi pasar ke negara Malaysia. 3. Penguatan Konektivitas dan Sislognas Peningkatan konektivitas kawasan perbatasan negara di Wilayah Pulau Kalimantan dengan strategi sebagai berikut: a. Mempercepat penyelesaian Jalan Strategis Perbatasan menuju perbatasan dan jalan paralel penghubung perbatasan negara di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara; b. Meningkatkan konektivitas dengan membangun sistem jaringan jalan lokal di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) dan antar Lokpri yang saling terhubung dengan pusat kegiatan ekonomi; c. Mengembangkan pusat aktifitas perdagangan dan gudang logistik untuk meningkatkan distribusi hulu-hilir perdagangan antar negara, khususnya di Lokasi Prioritas yang memiliki aktifitas perdagangan tinggi; d. Meningkatkan intensitas dan kualitas pelayanan keperintisan (Angkutan Sungai dan Penyeberang) yang menghubungkan Lokasi Prioritas (Lokpri) di kawasan perbatasan negara dengan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) maupun pusat pertumbuhan/aktivitas ekonomi;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
377
e. Menjamin ketersedian logistik, khususnya untuk kecamatan-kecamatan Lokpri terisolir, di Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat; f. Mengembangkan pelayanan transportasi udara internasional dan nasional di PKSN Perbatasan Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara; g. Menyediakan infrastruktur dasar kewilayahan terutama jalan, dan air bersih h. Penyediaan listrik yang bersumber bahan baku dari dalam negeri untuk menegakan kedaulatan energi; i. Menyediakan dan menata telekomunikasi dan informasi yang masif untuk menegakan kedaulatan telekomunikasi dan informasi yang selama ini dipengaruhi dari negara tetangga. 4. Penguatan Kemampuan SDM dan Iptek Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Pulau Kalimantan diarahkan agar mampu mengelola sumber daya alam di kawasan perbatasan darat dan laut, mampu melakukan aktivitas perdagangan dengan negara tetangga, dan turut mendukung upaya peningkatan kedaulatan negara dengan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berkualitas, dengan penjabaran strategi sebagai berikut: a. Mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan kejuruan dan keterampilan berbasis sumber daya lokal (perkebunan, pariwisata, maupun pertambangan) di PKSN Nanga Badau, Entikong, PKSN Long Pahangai, PKSN Sei Simanggaris, PKSN Long Midang dan PKSN lain di Perbatasan Kalimantan; b. Mengembangkan sekolah kejuruan (SMK, politeknik) berbasis sumber daya lokal berasrama di PKSN Paloh, Badau, Entikong, Jagoi Babang, Nunukan, dan PKSN lain di Perbatasan Kalimantan;
378
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
c. Meningkatkan akses pelayanan sosial dasar (pendidikan dan kesehatan) di kawasan perbatasan negara, khususnya di desa-desa terdepan dan terisolir dengan penyediaan sarana prasarana sesuai karakteristik geografis wilayah (sekolah berasrama, poskesdes, mobile clinic); d. Menyediakan tenaga pendidikan dan kesehatan yang handal serta penyedian insentif, serta sarana prasarana penunjang yang memadai, khususnya di desa-desa terdepan dan terisolir dalam kecamatan Lokpri terutama rumah guru, fasilitas telekomunikasi dan informasi bagi guru; e. Meningkatkan kapasitas aparatur wilayah perbatasan melalui penerapan kebijakan wajib tugas belajar dan pelatihan teknis, agar diperoleh sumberdaya aparatur yang memiliki kemampuan dan merumuskan kebijakan pengelolaan kawasan perbatasan dan pelayanan yang diperlukan oleh masyarakat perbatasan; f. Mengembangkan teknologi tepat guna dalam menunjang pengelolaan sumber daya alam/potensi lokal di kawasan perbatasan. 5. Penguatan Regulasi dan Insentif Dalam upaya mendukung pengembangan kawasan perbatasan negara, harmonisasi regulasi agar afirmasi terhadap pengembangan kawasan perbatasan. Beberapa regulasi yang kurang harmonis dalam mendukung afirmasi terhadap pengembangan kawasan perbatasan sebagai berikut: a. Kemudahan masyarakat perbatasan yang tinggal di kawasan lindung untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di dalamnya, serta untuk kemudahan pembangunan infrastruktur yang melalui hutan lindung; b. Regulasi pengelolaan lintas batas; c. Regulasi Perdagangan lintas batas Perjanjian kerjasama antara RI-Malaysia dalam pengembangan kawasan perbatasan negara; d. Regulasi yang berkaitan dengan pengelolaan Dryport ; Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
379
e. Regulasi untuk memberikan kewenangan yang lebih luas (asimetrik) kepada Pemerintah Pusat untuk menyediakan sumber daya air, pengelolaan jalan non status, dan pelayanan pendidikan dan kesehatan di kawasan perbatasan, khususnya di desa-desa terdepan dan terisolir (kecamatan lokpri); f. Penciptaan iklim investasi yang kondusif di kawasan perbatasan; g. Pembagian kewenangan atau urusan antar jenjang pemerintah: pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam pengelolaan kawasan perbatasan; h. Kelembagaan pengelola perbatasan yang memiliki otoritas penuh untuk mengelola pos-pos lintas batas negara; i. Pengkhususan pemberian kewenangan bagi pemerintahan kecamatan di wilayah perbatasan (Lokpri) dalam bentuk desentralisasi asimetrik dengan penetapan daerah khusus untuk akselerasi pembangunan dan efektivitas peningkatan kualitas pelayanan publik; j. Penyusunan Rencana Tata Ruang termasuk Detail Tata Ruang Kawasan Perbatasan di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. k. Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Tahun 2015-2019 menjadi acuan bagi Kementerian/Lembaga dan Pemerintahan Daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan negara. Adapun sebaran lokasi prioritas pengembangan kawasan perbatasan dapat dilihat pada Tabel 6.8 dan Gambar 6.4.
380
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Tabel 6.7.
Daftar Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perbatasan Wilayah Pulau Kalimantan No. 1 2 3 4 5
Kabupaten
Kecamatan Lokasi Prioritas
Sambas Bengkayang Sanggau Sintang Kapuas Hulu
Paloh; Sajingan Besar Jagoi Babang; Siding Entikong; Sekayam Ketungau Hulu; Ketungau Tengah Badau; Puring Kencana; Batang Lupar; Embaloh Hulu; Putussibau Utara; Putussibau Selatan 6 Mahakam Ulu Long Apari; Long Pahangai 7 Malinau Kayan Hulu; Pujungan; Kayan Hilir; Bahau Hulu; Kayan Selatan 8 Nunukan Sebatik Barat; Krayan Selatan; Krayan; Lumbis; Sebuku; Sebatik, Lumbis Ogong, Simanggaris, Tulin Onsoi, Sebatik Tengah, Sebatik Timur, Sebatik Utara Sumber : Bappenas, 2014
6.5.4. Penanggulangan Daerah Bencana Kebakaran hutan dan lahan di wilayah Pulau Kalimantan terjadi hampir setiap tahun dengan intensitas yang cukup tinggi seiring dengan datangnya musim kemarau dan secara nyata telah menimbulkan berbagai dampak negatif pada semua tingkatan, baik lokal, nasional, maupun regional. Luas lahan kritis di wilayah Pulau Kalimantan tahun 2010 mencapai sekitar 34,09 % dari total luas lahan kritis di Indonesia. Berdasarkan data dari BNPB, bencana alam yang paling dominan berpotensi terjadi di wilayah Kalimantan adalah bencana kebakaran hutan dan lahan, banjir, dan kekeringan. Berdasarkan rekam data kejadian berbagai bencana DIBI BNPB tahun 1815-2014, telah mengakibatkan 720 orang meninggal, 17.140 orang luka-luka, 555 orang hilang, 1.058.973 orang mengungsi dan 43.102 rumah hancur/rusak. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
381
Untuk mendukung pengembangan wilayah Pulau Kalimantan, arah kebijakan penanggulangan bencana diarahkan untuk mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat terhadap bencana. Strategi penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana di wilayah Pulau Kalimantan adalah sebagai berikut: 1. Internalisasi Pengurangan Risiko Bencana dalam Kerangka Pembangunan Berkelanjutan, melalui : a. Pmengarusutamakan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan sektoral dan wilayah; b. Pengenalan, pengkajian dan pemantauan risiko bencana melalui penyusunan kajian dan peta risiko skala 1:50.000 pada Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Kotabaru, Kota Balikpapan, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tarakan dan skala 1:25.000 untuk Kota Samarinda, Kota Pontianak, Kota Palangkaraya, Kota Singkawang dan Kota Tarakan; c. Integrasi kajian dan peta risiko dalam penyusunan dan review RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota; d. Penyusunan Rencana Penanggulangan (RPB) Bencana Kab/Kota dan Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD PRB) di 14 Kabupaten/kota dan menjadi masukan untuk penyusunan RPJMD Kab/Kota. 2. Penurunan Kerentanan Terhadap Bencana a. Mendorong dan menumbuhkan budaya sadar bencana serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan.; b. Peningkatan sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakat baik melalui media cetak, radio dan televisi di 14 Kabupaten/Kota;
382
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
n a s a t a b r e P 9 n 1 a s 0 a 2 5 w a 1 K 0 2 ) i r n p a t . k 4 . o n 6 L a m r ( i a s l a b a t K i m r a o u a G i r l u P P i s h a k a y o l a L i n W a r a b e S a t e P
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
383
c. Meningkatkan kerjasama dengan mitra pembangunan, OMS dan dunia usaha untuk mengurangi kerentanan sosial dan ekonomi masyarakat di kawasan rawan bencana dan pasca bencana; d. Peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah pasca bencana, melalui percepatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana alam di wilayah Pulau Kalimantan; e. Pemeliharaan dan penataan lingkungan di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Kapuas, Mahakam dan Barito maupun daerah rawan bencana alam lainnya; f. Membangun dan menumbuhkan kearifan lokal dalam membangun dan mitigasi bencana. 3. Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat a. Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan bencana di pusat dan daerah, diantaranya penyediaan sarana dan prasarana penanggulangan bencana di 14 kabupaten/kota; b. Penyediaan sistem peringatan dini bencana kawasan risiko tinggi serta memastikan berfungsinya sistem peringatan dini dengan baik; c. Meningkatkan monitoring hot spot di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Utara; d. Monitoring dan pemantauan ancaman bencana banjir, kebakaran hutan dan lahan dan kekeringan serta meningkatkan penyebaran informasi kebencanaan kepada masyarakat; e. Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesiapsiagaan; f.
384
Membangun dan memberikan perlindungan bagi prasarana vital yang diperlukan untuk memastikan keberlangsungan pelayanan publik, kegiatan ekonomi masyarakat, keamanan dan ketertiban pada situasi darurat dan pasca bencana; Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
g. Pengembangan Desa Tangguh Bencana di 14 Kabupaten/Kota untuk mendukung Gerakan Desa Hebat; h. Peningkatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan, melalui pembangunan 1 (satu) unit pusat logistik kebencanaan di wilayah pulau Kalimantan yang dapat menjangkau wilayah terpencil; i. Pembentukan dan pengurangan risiko kabupaten/kota
penguatan kapasitas forum bencana di daerah di 14
Adapun sebaran risiko bencana dan profil kerawanan dan risiko PKN, PKW dan PKSN di Wilayah Pulau Kalimantan dapat dilihat pada Gambar 6.5 dan Tabel 6.9. 6.5.5. Pengembangan Tata Ruang Wilayah Pulau Kalimantan A. Arah KebijakanTata Ruang Wilayah Pulau Kalimantan 1. Kebijakan untuk mewujudkan kawasan perkotaan nasional:
pusat pengembangan
a. Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan kepala sawit, karet, dan hasil hutan; b. Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi; c. Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai kota tepi air (waterfront city); dan d. Pengembangan prasarana dan berbasis mitigasi bencana banjir..
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
sarana
perkotaan
385
n a t n a m i l a K u a l u P h a y . l a 5 . i 6 W r a a b n a m c a n G e B o k i s i R s k e d n I a t e P
386
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Tabel 6.8.
Profil Kerawanan dan Risiko PKN, PKW dan PKSN di Wilayah Pulau Kalimantan
Wilayah KEK Ma oy
KAPET Khatulistiwa
Index Kerawanan (IRBI 2011) Kabupaten Kutai Timur: tinggi untuk bencana banjir, sedang untuk gempa bumi, tinggi untuk gelombang ekstrim dan abrasi, tinggi unutuk kebakaran hutan dan lahan, sedang untuk cuaca ekstrim, Kota Singkawang: tinggi untuk bencana banjir Kabupaten Bengkayang: sedang untuk bencana banjir Kabupaten Sambas: tinggi untuk banjir dan kebakaran hutan dan lahan Kabupaten Sanggau: tinggi untuk bencana dan kebakaran hutan dan lahan Kabupaten Sintang: sedang untuk bencana Kabupaten Landak: tinggi untuk bencana banjir dan kebakaran hutan Kabupaten Kapuas Hulu: sedang tinggi untuk
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Indeks Risiko tingkat Kabupaten/Kota (IRBI 2013) Ka upaten Kutai Timur: tinggi
Kota Singkawang: tinggi Kabupaten Bengkayang: tinggi Kabupaten Sambas: tinggi Kabupaten Sanggau: sedang Kabupaten Sintang: tinggi Kabupaten Landak: sedang Kabupaten Kapuas Hulu: tinggi
387
Wilayah
KAPET Daskakab
Batulicin Sasamba
KSN Banjarbakula
388
Index Kerawanan (IRBI 2011) bencana banjir dan kebakaran hutan Kota Palangkaraya: tinggi untuk bencana kebakaran hutan dan lahan Kabupaten Barito Utara:tinggi Kabupaten Barito Selatan:tinggi Kabupaten Kapuas: tinggi a upaten ota aru: Tinggi untuk bencana banjir
Indeks Risiko tingkat Kabupaten/Kota (IRBI 2013)
Kota Palangkaraya: tinggi Kabupaten Barito Utara: sedang Kabupaten Barito Selatan: sedang Kabupaten Kapuas: tinggi a upaten Kotabaru: tinggi
Kota Samarinda: tinggi untuk bencana kebakaran hutan dan lahan Kota Balikpapan: tinggi untuk bencana kebakaran hutan dan lahan Kabupaten Kutai Kertanegara: tinggi
Kota Samarinda: sedang Kota Balikpapan: tinggi Kabupaten Kutai Kertanegara: tinggi
Kota Banjarmasin: tinggi untuk ancaman banjir Kabupaten Banjar Baru: sedang untuk bencana banjir Kabupaten Barito Kuala: sedang untuk bencana kebakaran hutan dan lahan
Kota Banjarmasin: sedang Kabupaten Banjar Baru: sedang Kabupaten Barito Kuala: tinggi Kabupaten Tanah Laut: tinggi
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Wilayah
Index Kerawanan (IRBI 2011)
Indeks Risiko tingkat Kabupaten/Kota (IRBI 2013)
Kabupaten Tanah Laut: tinggi untuk bencana banjir
usat eg atan as ona a mantan usat eg atan Wilayah (PKW) Kalimantan ont ana ngg untu ancaman: ota ont ana : kebakaran hutan dan Sedang lahan a ang araya ngg untu ancaman: ota kebakaran hutan dan Palangkaraya: lahan, Tin i Ban armas n Tinggi untu ancaman: Kota Banjarmasin: ban ir Tin i Kawasan Ba i papan, Tenggarong, Kota Ba i papan: Perkotaan Samarinda ancaman Tinggi; Balikpapan, tinggi untuk: Kota Samarinda: Tenggarong, banjir, kebakaran hutan Tinggi; Samarinda, dan lahan Kota Bontang: Bontang Tinggi usat Kegiatan Wilayah (PKW) Kalimantan empawa – ngg untu ancaman: a . ont ana : Kab. banjir, kebakaran jutan Tinggi Pontianak dan lahan, am as ngg untu ancaman: am as: ngg banjir, kekeringan, tanah longsor, Ketapang Tinggi untu Ketapang: Tinggi ancaman:ban ir Putuss au – Tinggi untu ancaman: Kapuas Hu u: Kab. Kapuas Banjir, kekeringan Tinggi Hulu Sanggau Tinggi untu ancaman: Sanggau: Tinggi ban ir dan tanah lon sor
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
389
Wilayah ntang uara ewe – Kab. Barito Utara ao – a . Sambas Jago Ba ang – Kab. Bengkayang Ent ong – Kab. Sanggau Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Perbatasan Ka . Nunu an
Index Kerawanan (IRBI 2011) ngg untu ancaman: banjir ngg untu ancaman: banjir ngg untu ancaman: banjir, kekeringan Tinggi untu ancaman: banjir dan tanah longsor Tinggi untu ancaman: banjir dan tanah longsor
Tinggi untu ancaman bencana: banjir
Indeks Risiko tingkat Kabupaten/Kota (IRBI 2013) ntang: ngg ar to tara: Tinggi am as:
ngg
Beng ayang: Tinggi Sanggau: Tinggi
Tinggi
Sumber : Diolah, Bappenas 2014 2. Kebijakan untuk mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah dilakukan melalui pengembangan jaringan transportasi antarmoda yang terpadu dan efisien untuk menghubungkan kawasan produksi komoditas unggulan menuju bandar udara dan/atau pelabuhan, dan antarkawasan perkotaan, serta membuka keterisolasian wilayah. 3. Kebijakan untuk mewujudkan kelestarian kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tropis basah paling sedikit 45 persen dari luas Pulau Kalimantan sebagai Paru-paru Dunia meliputi:
390
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
a. Pelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa endemik kawasan; b. Pengembangan konservasi;
koridor
c. Pemantapan kawasan rehabilitasi kawasan terdegradasi; dan
ekosistem berfungsi berfungsi
antarkawasan lindung lindung
dan yang
d. Pengendalian kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung. 4. Kebijakan untuk mewujudkan swasembada pangan dan lumbung pangan nasional melalui pengembangan sentra pertanian tanaman pangan dan sentra perikanan yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. 5. Kebijakan untuk mewujudkan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara Malaysia dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulanan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup meliputi: a.
Percepatan pengembangan Kawasan Perbatasan negara dengan pendekatan pertahanan dan keamanan, kesejahteraan masyarakat, serta kelestarian lingkungan hidup; dan b. Pemertahanan eksistensi 4 (empat) pulau kecil terluar yang meliputi Pulau Sebatik, Pulau Gosong Makassar, Pulau Maratua, dan Pulau Sambit sebagai titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia. 6. Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) meliputi: a. Pengembangan KSN Perbatasan dalam rangka peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara; dan b. Pengembangan KSN untuk meningkatkan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
391
nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional. B. Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah Pulau Kalimantan I. Struktur Ruang Pulau Kalimantan 1. Strategi untuk arah kebijakan pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan kepala sawit, karet, dan hasil hutan meliputi: a. Mengembangkan industri pengolahan lanjut kelapa sawit, karet, dan hasil hutan yang berdaya saing dan ramah lingkungan; dan b. Mengembangkan prasarana dan sarana untuk kelancaran distribusi hasil perkebunan kepala sawit, karet dan/atau hasil hutan. 2. Strategi pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi meliputi: a. Mengembangkan kawasan industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu; b. Mengembangkan prasarana dan sarana untuk kelancaran distribusi hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi. 3. Strategi pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai kota tepi air (waterfront city ) meliputi: a. Mengembangkan pusat kegiatan ekonomi di kawasan perkotaan yang berdekatan/ menghadap badan air; dan b. Mengembangkan jaringan transportasi sungai yang didukung dengan prasarana dan sarana yang memadai.
392
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
4. Strategi pengembangan prasarana dan sarana perkotaan berbasis mitigasi bencana banjir dilakukan dengan menata kawasan perkotaan yang adaptif terhadap ancaman bencana banjir. 5. Strategi untuk arah kebijakan pengembangan jaringan transportasi antarmoda yang terpadu dan efisien untuk menghubungkan kawasan produksi komoditas unggulan menuju bandar udara dan/atau pelabuhan, dan antarkawasan perkotaan, serta membuka keterisolasian wilayah meliputi: a. Mengembangkan jaringan jalan dan/atau jalur kereta api secara terpadu untuk menghubungkan kawasan perkotaan sebagai pusat pertumbuhan dengan sentra produksi komoditas unggulan dan pelabuhan dan/atau bandar udara; b. Mengembangkan pelabuhan dan bandar udara yang terpadu dengan jaringan jalan, transportasi sungai dan penyeberangan; c. Mengembangkan alur-alur pelayaran untuk menjangkau pusat pertumbuhan dan pusat permukiman di wilayah pedalaman; dan d. Meningkatkan fungsi terusan yang menghubungkan antaralur pelayaran sungai. Prioritas lokasi pengembangan pusat kegiatan pada periode 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 6.10. Tabel 6.10 Prioritas Lokasi Pengembangan Pusat Kegiatan Pulau Kalimantan Periode 2015-2019 Provinsi Kalimant an Barat
Pusat Kegiatan dalam RTRWN PKN Pontianak (I/C/1)
PKW Mempawah (II/B) Singkawang (I/C/1) Sambas (I/A/1)
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
PKSN Entikong (II/A/2) Paloh (II/A/2) Jagoibabang
393
Provinsi
Pusat Kegiatan dalam RTRWN PKN
PKW Ketapang (I/B)
Kalimant an Tengah
Palangkara ya (I/C/1)
Kalimant an Selatan
Banjarmasi n (I/C/1)
Kalimant an Timur
Kawasan Perkotaan SamarindaBalikpapan -Bontang (I/C/1) Tarakan (I/C/1) Tarakan (I/C/1)
Putussibau (I/A/2) Entikong (I/A/1) Sanggau (I/C/1) Sintang (II/C/1) Kuala Kapuas (II/C/1) Pangkalan Bum (I/C/1) Buntok (II/C/1) Muarateweh (II/C/1) Sampit (II/C/1) Amuntai (II/B) Martapura (II/B) Marahaban (II/B) Kotabaru (II/C/1) Tanjung Redeb (I/C/1)
PKSN (I/A/2) Nangabadau (I/A/2) Jasa (II/A/2)
Nunukan (I/A/2)
Sangata (I/B) Nunukan (I/B) Tanjung Selor
394
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Provinsi
Pusat Kegiatan dalam RTRWN PKN
Kalimant an Utara
PKW (II/C/1) Malinau (II/C/1) Tanlubis (II/B) Sungai Nyamuk (II/C/2) Sanga-sanga (II/C/2) Tanah Grogot (II/C/1) Sendawar (II/C/2) Tenggarong (I/B)
PKSN
Simanggaris (I/A/2) Long Midang (II/A/2) Long Pahangai (II/A/2) Long Nawan (II/A/2)
Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014. II. Pengembangan Kawasan Lindung 1. Strategi tata ruang pelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa endemik kawasan dengan mempertahankan dan merehabilitasi luasan kawasan konservasi yang memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa endemik kawasan. 2. Strategi tata ruang untuk arah kebijakan pengembangan koridor ekosistem antarkawasan konservasi meliputi: a. Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budi daya yang berfungsi sebagai koridor ekosistem; dan b. Membatasi perkembangan kawasan permukiman pada wilayah yang berfungsi sebagai koridor ekosistem.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
395
3. Strategi tata ruang untuk arah kebijakan pemantapan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi dengan mempertahankan luasan dan melestariakan kawasan bergambut untuk menjaga sistem tata air alami dan ekosistem kawasan. 4. Strategi tata ruang untuk arah kebijakan pengendalian kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung meliputi: a. Mempertahankan permukiman masyarakat adat dan menyediakan akses bagi masyarakat adat yang tidak mengganggu kawasan berfungsi lindung; dan b. Mengendalikan kegiatan pemanfaatan ruang di bagian hulu wilayah sungai (WS), kawasan hutan lindung, kawasan resapan air, dan kawasan konservasi. III.
Pengembangan Kawasan Budidaya
1. Strategi tata ruang pengembangan sentra pertanian tanaman pangan dan sentra perikanan yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional meliputi: a. Mengembangkan sentra pertanian tanaman pangan di kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian untuk ketahanan pangan; b. Mengambangkan sentra produksi perikanan dengan memperhatikan potensi lestari; dan c. Mendorong pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan dan perikanan. 2. Strategi percepatan pengembangan Kawasan Perbatasan negara dengan pendekatan pertahanan dan keamanan, kesejahteraan masyarakat, serta kelestarian lingkungan hidup meliputi: a. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi PKSN sebagai pusat kegiatan pertahanan keamanan negara,
396
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
pertumbuhan ekonomi, pintu gerbang internasional, serta simpul transportasi di kawasan perbatasan negara dengan Negara Malaysia; dan b. Mengembangkan prasarana dan sarana transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas di kawasan perbatasan. 3. Strategi pemertahanan eksistensi 4 (empat) pulau kecil terluar yang meliputi Pulau Sebatik, Pulau Gosong Makassar, Pulau Maratua, dan Pulau Sambit sebagai titiktitik garis pangkal kepulauan Indonesia meliputi: a. Mengembangkan prasarana dan sarana transportasi penyeberangan untuk meningkatkan akses dari dan ke Pulau Sebati, Pulau Maratua, dan Pulau Sambit; dan b. Mengembangkan prasarana sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan air baku di Pulau Sebatik, Pulau Maratua, dan Pulau Sambit. IV.
Pengembangan Kawasan Strategis Nasional
Dalam rangka pengembangan KSN, dikembangkan 5 (lima) KSN yang mendukung pengembangan wilayah di Pulau Kalimantan. Strategi pengembangan KSN di Pulau Kalimantan dapat dilihat pada Tabel 6.11.
Tabel 6.11 Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Nasional di Pulau Kalimantan No
KSN
Tipe
Strategi
1
Kawasan Perbatasan Kalimanta n
Sudut Kepentinga n Pertahanan dan Keamanan
Mengembangkan prasarana dan sarana Kawasan Perbatasan Negara secara sinergis di Kalimantan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
K/L
-
-
Kement erian Agraria dan Tata Ruang BNPP Kement erian 397
No
KSN
Tipe
Strategi
K/L
-
2
Kapet Khatulisti wa
Kepentinga n Ekonomi
Mengembangkan komoditas utama sebagai komoditas unggulan yaitu sapi, jagung, dan rumput laut, serta mengembangkan produk-produk turunannya di Kapet Khatulistiwa; Mengembangkan komoditas utama sebagai komoditas unggulan yaitu padi, karet, sawit, sapi, dan rotan serta mengembangkan produk-produk turunannya di Kapet DAS KAKAB;
398
-
-
-
PU dan Peruma han Rakyat Kement erian Perhub ungan Kement erian Agraria dan Tata Ruang – Kement erian Koordin ator Ekonom i Bappen as Kement erian Pertani an Kement erian LH dan Kehutan an
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
No
KSN
Tipe
Strategi
3
Kapet DAS KAKAB
Mengembangkan komoditas utama sebagai komoditas unggulan yaitu kelapa sawit dan perkayuan serta mengembangkan produk-produk turunannya di Kapet Sasamba dan Kapet Batulicin;
4
Kapet Sasamba
5
Kapet Batulicin
Menguatkan sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi dan sistem jaringan prasarana pendukung Kapet Khatulistiwa, Kapet DAS KAKAB, Kapet Sasamba, Kapet Batulicin
K/L
Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014. 6.5.6. Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah Arah kebijakan pengembangan Wilayah Pulau Kalimantan yakni peningkatan kapasitas pemerintahan daerah dalam
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
399
mendorong pembangunan daerah dengan mempertimbangkan kelestarian alam dan konektivitas wilayah, dengan strategi: 1.
Penguatan regulasi dan kebijakan penataan kewenangan;
2.
Penguatan peran gubernur Pemerintah Pusat;
3.
Penguatan penganggaran;
4.
Penerapan standar pelayanan dan sistem pengaduan pada tiap pemerintah daerah yang terintegrasi dengan manajemen kinerja;
5.
Penguatan peran PTSP sebagai sarana penyederhanaan pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha.
6.
Penguatan mutu pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi sesuai arah dan prioritas pembangunan daerah.
7.
Peningkatan proporsi belanja modal;
8.
Pengembangan variasi pendanaan untuk belanja infrastruktur di daerah, antara lain melalui skema hibah, pinjaman, dan skema obligasi;
9.
Penataan mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer yang terintegrasi di tingkat provinsi secara online;
10.
Penguatan tranparansi dan akuntabilitas kebijakan dan pengelolaan keuangan Daerah.
6.6.
Kaidah Pelaksanaan Pengembangan Wilayah Pulau Kalimantan
regulasi
melalui
sinergi
sebagai wakil
perencanaan
dan
6.6.1. Prioritas Program Pembangunan 6.6.1.1.
400
Provinsi Kalimantan Barat
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Tabel 6.12. Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Kalimantan Barat Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional PERHUBUNGAN DARAT 1. Pengembangan Sistem Transit Kota Pontianak PERHUBUNGAN UDARA 1. Pengembangan Bandara Supadio 2. Pembangunan Bandara Singkawang PERHUBUNGAN LAUT 1. Pengembangan Pelabuhan Internasional Temajo (Sei Kunyit) 2. Pengembangan Pelabuhan Teluk Melano (Teluk Batang) 3. Pengembangan Pelabuhan Pontianak JALAN 1. Pembangunan Jalan akses Pelabuhan penyeberangan Ketapang 2. Pembangunan Jalan Siduk - Sei Keli - Nangatayap 3. Pembangunan Jalan Ketapang - Siduk - Sukadana - Teluk Batang 4. Pembangunan Jalan Tebas-Sentebang-Tn.Hitam-Jeruju-Liku - Merbau - Temajok 5. Pembangunan Jalan Tn.Hitam - Sp.Bantanan - Galing - Aruk 6. Pembangunan Jembatan Tayan 7. Pembangunan Jalan Nanga Pinoh - Batas Kalteng 8. Pembangunan Jalan Lingkar Luar Pontianak 9. Pembangunan Jalan Perbatasan (Lintas Utara Kalbar) KETENAGALISTIKAN 1. PLTGB Nanga Pinoh 6 MW 2. PLTGB Putussibau (FTP2) 8 MW 3. PLTA Riam Badau 0,2 MW 4. PLTU Pantai Kura-Kura (FTP1) 55 MW 5. PLTU Parit Baru (FTP1) 100 MW 6. PLTU Sanggau 14 MW 7. PLTU Sintang 21 MW Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
401
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 8. PLTU Ketapang (FTP2) 20 MW 9. PLTU Ketapang (FTP2) 14 MW 10. PLTU Parit Baru - Loan China (FTP2) 100 MW 11. PLTU Kalbar-1 200 MW 12. PLTG/MG Pontianak Peaker 100 MW 13. PLTA Nanga Pinoh 98 MW SUMBER DAYA AIR 1. Pembangunan/Peningkatan Jaringan Irigasi D.I. Sanggau Ledo Bengkayang 2. Pembangunan Outer Ring Canal Kota Metropolitan Pontianak Kota Pontianak 3. Perkuatan Tebing Sungai Kapuas Sei Nipah Kuning Kota Pontianak Kota Pontianak 4. Pembangunan Sarana/Prasarana Pengendali Banjir Kota Sintang Kab Sintang 5. Pembangunan Sarana/Prasarana Pengendali Banjir Kab. Kapuas Hulu Kab Kapuas Hulu 6. Pembangunan Bendungan Segedong Kab Pontianak 7. Pembangunan Bendungan Kapuas Hulu Kab Kapuas Hulu 8. Peningkatan kapasitas Waduk Panepat ( 10 Ha) Kota Pontianak 9. Pembangunan Prasarana Pengambilan dan Saluran Pembawa Air Baku Kota Ketapang Kab Ketapang 10. Pembangunan Prasarana Pengambilan dan Saluran Pembawa Air Baku Sungai Potan Kab Kapuas Hulu
402
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 t a r a B n a t n a m i l a K i s n i v o r P l a n o . i s a 6 . N 6 r h a a b g m n a e G n e M a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
403
6.6.1.2.
Provinsi Kalimantan Tengah
Tabel 6.13. Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Kalimantan Tengah Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional PERHUBUNGAN UDARA 1. Pengembangan Bandara Tjilik Riwut 2. Pembangunan Bandara Muara Teweh PERHUBUNGAN LAUT 1. Pengembangan Pelabuhan Laut Batanjung, Teluk Segintung dan Pelabuhan Kumai 2. Pengembangan Pangkalan Bun 3. Pengembangan Pelabuhan Tongkang Bangkuang 4. Pengembangan Pelabuhan Bagendang 5. Pengembangan Pelabuhan Sampit 6. Pembangunan Bandara Palangkaraya JALAN 1. Pembangunan Jalan akses pelabuhan penyeberangan bahaur/pulau pisau 2. Pembangunan Jalan dari Kotawaringin ke Fasilitas Penggilingan (mills) 3. Pembangunan Jalan di Kab. Kotawaringin Barat : Kubu Sungau Bakau - Teluk Bogam 4. Pembangunan Jalan Palangkaraya-Bukittliti-Bkt.BatuBuntok-Ampah 5. Pembangunan Jalan Sampit-Samuda-Ujung Pandaran 6. Pembangunan Jalan Tumbang Samba-Tbg Senawang-Bts Kalbar KETENAGALISTRIKAN 1. PLTU Pulang Pisau (FTP1) 2x60 MW 2. PLTG/MG Bangkanai (FTP 2) 2x70 MW 3. PLTU Kuala Pambuang 2x3 MW
404
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
4. PLTU Sampit (APBN) 2x25 MW 5. PLTU Kuala Pambuang 2 3 MW 6. PLTU Kalselteng 3 2x50 MW 7. PLTU Kalselteng 1 2x100 MW 8. Pembangunan Bendungan Setongah Kab Lamandau SUMBER DAYA AIR 1. Pembangunan Prasarana Air Baku Kotawaringin Barat Kab Kotawaringin Barat
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
405
9 1 0 2 5 1 0 2 h a g n e T n a t n a m i l a K i s n i v o r P l a n o . i 7 . s a 6 N r h a b a g m n a e G n e M a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
406
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
6.6.1.3.
Provinsi Kalimantan Selatan
Tabel 6.14. Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Kalimantan Selatan Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional KERETA API 1. Pembangunan KA Tanjung-Paringin- Rantau- MartapuraBanjarmasin 2. Pembangunan KA Akses Bandara Syamsoedin Noor 3. Pembangunan KA Lintas Kalimantan PERHUBUNGAN DARAT 1. Pengembangan Sistem Transit Kota Banjarmasin PERHUBUNGAN UDARA 1. Pengembangan Bandara Syamsudian Noor Banjarmasin PERHUBUNGAN LAUT 1. Pengembangan Pelabuhan Laut Batulicin 2. Pembangunan Pelabuhan Seibuku (sebuku) 3. Pengembangan Pelabuhan Pelaihari 4. Pengembangan Pelabuhan Trisakti Banjarmasin JALAN 1. Pembangunan Jalan akses Kawasan Industri Batulicin ke Pelabuhan Batulicin 2. Pembangunan Jalan akses ke pelabuhan penyeberangan Kumai 3. Pembangunan Jalan akses menuju Pelabuhan Pelaihari di Kabupaten Tanah Laut 4. Pembangunan Jalan Benua Anyar - Margasari-Ma. Muning-Kandangan 5. Pembangunan Jalan Kandangan - Hampang- Batu Licin 6. Pembangunan Jalan Kawasan Industri Batulicin Ruas Batulicin-Lumpangi, Batulicin-Mentewe, BatulicinPagatan, Batulicin-S.Kupang, dan Simp. Kodeco-Mentewe 7. Pembangunan Jalan Nasional Ruas BanjarmasinPelaihari-Jorong 99 km Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
407
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 8. Pembangunan Jalan Pelabuhan Trisakti Banjarmasin (Trisakti - Pasir Mas - Jembatan Barito) 9. Pembangunan Jalan Sp. Serapat - Sei Tabuk Gambut 10. Pembangunan Jalan Tol Banjarmasin - Banjarbaru Martapura 11. Pembangunan Jalan Trikora Banjarbaru 12. Pembangunan jembatan Tanjung Ayun -Tarjun di Kab. Kotabaru KETENAGALISTRIKAN 1. PLTU Asam Asam (FTP1) 2x65 MW 2. PLTU Kotabaru (APBN) 2x7 MW 3. PLTU Kalselteng 2 2x100 MW 4. PLTG/MG Kalselteng Peaker 50 MW 5. PLTA Kusan 65 MW 6. PLTU Kalsel 1 (FTP2) 2x100 MW SUMBER DAYA AIR 1. Lanjutan Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Batang Alai 2. Pembangunan Pengendali Erosi dan Proteksi S. Barito di Marabahan, Kab Batola 3. Pembangunan Pengendali Erosi dan Proteksi S. Martapura, Kota Banjarmasin 4. Pembangunan Pengendali Erosi dan Proteksi Sungai Martapura, Kab Banjar 5. Pembangunan Pengendali Erosi dan Proteksi S. Tabalong (3 Lokasi) 6. Pengendalian Banjir Santui, Kintap dan Batu Licin 7. Pengendalian Banjir, Jorong, Asam - Asam & Kintap 8. Pengendalian Banjir Kandang Jaya 9. Normalisasi Sungai Martapura 10. Pembangunan Pengaman Pantai Aluh Aluh 11. Pembangunan Waduk Tapin 12. Tanah Bendungan Tapin 13. Pembangunan Embung Tala 14. Pembangunan Embung Tanbu
408
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 15. Pembangunan Air Baku Banjar Bakula
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
409
9 1 0 2 5 1 0 2 n a t a l e S n a t n a m i l a K i s n i v o r P l a n o . i 8 . s a 6 N r h a b a g m n a e G n e M a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
410
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
6.6.1.4.
Provinsi Kalimantan Timur
Tabel 6.15. Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Kalimantan Timur Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional PERHUBUNGAN DARAT 1. Pengembangan Sistem Transit Kota Samarinda 2. Pengembangan Sistem Transit Kota Balikpapan PERHUBUNGAN UDARA 1. Pembangunan Bandara Tana Paser 2. Pengembangan Bandara Bontang 3. Pengembangan Bandara Samarinda Baru PERHUBUNGAN LAUT 1. Pengembangan Terminal Peti Kemas Palaran 2. Pembangunan Pelabuhan Internasional Maloy 3. Pelabuhan Kuala Samboja 4. Pengembangan Pelabuhan Internasional Balikpapan (Terminal Peti Kemas Kariangau) 5. Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Penajam Pasir Kuala Semboja (Kariangau) 6. Pengembangan Pelabuhan Tanah Grogot 7. Pengembangan Pelabuhan Samarinda 8. Pembangunan infrastruktur pelabuhan sebagai pendukung Integrated Mining Development MEC Coal Project JALAN 1. Pembangunan Jalan Akses Jembatan Pulau Balang 2. Pembangunan Jalan dalam Kawasan Industri Maloy 3. Pembangunan Jalan Petung-Kenangan-SemoisepakuSp.Semboja 4. Pembangunan Jalan samarinda menuju tenggarong Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
411
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional (Pengembangan Destinasi Pulau Parai Kumala Tenggarong) 5. Pembangunan Jalan Sangkulirang-Taliyasan-GunturTanjung Redep 6. Pembangunan Jalan Tol Samarinda - Balikpapan 7. Pembangunan Jembatan Kembar Mahakam 8. Pembangunan Jembatan Loa Kulu 9. Pembangunan Jembatan Pulau Balang 10. Pembangunan Jembatan Tullur Aji Jejangkat KETENAGALISTRIKAN 1. PLTU Kaltim Peaking (APBN) 100 MW 2. PLTU Tanjung Redep 14 MW 3. PLTU Muara Jawa/Teluk Balikpapan (FTP1) 2x110 MW 4. PLTU Sangatta 2x7 MW 5. PLTU Melak 2x7 MW 6. PLTU Tanjung Redep 2 2x7 MW 7. PLTD Sangatta Peaker (Relokasi PLTD) 2x5 MW 8. PLTU Sangatta 2 7 MW 9. PLTG/MG Kaltim Peaker 1( Ex Sewa Bontang) 100 MW 10. PLTA Kelai 75 MW 11. PLTG Senipah 2x41 MW 12. PLTU Lati 2 5 MW 13. PLTU Tanah Grogot (Terkendala) 2x7 MW 14. PLTU Senipah (ST) 35 MW 15. PLTU Kaltim (MT) 2x27,5 MW 16. PLTU Embalut (Ekspansi) 50 MW 17. PLTU Kaltim 2 (FTP2) 2x100 MW 18. PLTU Kaltim 3 2x100 MW 19. PLTU Kaltim 4 2x150 MW SUMBER DAYA AIR 1. Pembangunan Waduk Teritip Kab. Balikpapan 2. Pembangunan Bendung Tepian Buah (1.500 Ha) Kab. Berau 3. Pembangunan Bendung Sidomukti Kab. Kukar 412
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 4. Pembangunan Bendung Sukabumi Kab. Kukar 5. Pembangunan Bendung Ritan Lama Kab. Kukar 6. Pembangunan Bendung Mejang Kab. Kutim 7. Peningkatkan DR. Sebakung Kab. PPU 8. Pembangunan Bendali V Banjir Papan Lestari Sepinggan Kota Balikpapan Kota Balikpapan 9. Lanjutan Penanganan Banjir dan Pengaman Tebing Sungai Karang Mumus Kota Samarinda Kota Samarinda 10. Pembangunan Pintu Air dan Pompa Banjir Muara Sungai Karang Mumus Kota Samarinda Kota Samarinda 11. Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip Kota Balikpapan Kota Balikpapan 12. Pembangunan Bendungan Sepaku Semoi Kab. PPU 13. Pembangunan Bendungan Lambakan Kab. PPU 14. Pengerukan dan Konservasi DAS Danau Semayang Kab. Kukar 15. Pengerukan dan Konservasi DAS Danau Melintang Kab. Kukar 16. Pembangunan Embung Aji Raden Kota Balikpapan 17. Pembangunan Intake Keledang Kapasitas 900 Lt/dt Kota Samarinda 18. Pengadaan & Pemasangan Jaringan Transmisi Air Baku Dia 800 mm Intake Loa Kulu -IPA Lok Bahu L = 8.4 KM Kota Samarinda
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
413
9 1 0 2 5 1 0 2 r u m i T n a t n a m i l a K i s n i v o r P l a n o . i s 9 . a 6 N r h a b a g m n a e G n e M a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
414
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
6.6.1.5.
Provinsi Kalimantan Utara
Tabel 6.16. Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Kalimantan Utara Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional PERHUBUNGAN UDARA 1. Pengembangan Bandara Tanjung Harapan, Bulungan 2. Pengembangan Bandara Juwata-Tarakan 3. Pembangunan Bandara Maratua PERHUBUNGAN LAUT
1. Pengembangan Pelabuhan Nunukan 2. Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan/Ferry Tarakan 3. Pengembangan Pelabuhan Tarakan JALAN
1. Pembangunan Jalan Longmidang-Longbawan-Bulungan 2. Pembangunan Jalan Mesalong-Sasipu--Tou Lumbis KETENAGALISTRIKAN 1. PLTMG Tanjung Selor 0 MW 2. PLTU Malinau 2x3 MW 3. PLTMG Malinau Peaker 5 MW 4. PLTU Tanjung Selor 2x7 MW 5. PLTMG Nunukan 8 MW 6. PLTU Malinau 2 2x3 MW 7. PLTMG Nunukan 2 8 MW 8. PLTD Tana Tidung (Relokasi PLTD) 1 MW 9. PLTMG Nunukan 3 16 MW 10. PLTMG Tana Tidung 6 MW 11. PLTMG Nunukan 14 MW
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
415
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional SUMBER DAYA AIR
1. 2. 3. 4.
416
Pembangunan DR. Sepunggur Kab. Bulungan Pembangunan DR. Salim batu Kab. Bulungan Pembangunan DR. Teras Baru Kab. Bulungan Pembangunan Pengendalian Banjir Tanjung Belimbing (Kanal, Retarding Basin dan Drainase) Kota Malinau Kab. Malinau
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 a r a t U n a t n a m i l a K i s n i v o r P l a n o . i 0 s a 1 . N 6 r h a a b g m n a e G n e M a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
6.6.2. Kerangka Regulasi Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
417
Pelaksanaan pembangunan Wilayah Pulau Kalimantan tidak terlepas dari berbagai kerangka regulasi yang perlu diperhatikan, diantaranya: 1.
Harmonisasi peraturan perundangan terkait dengan iklim investasi, diantaranya adalah PP Nomor 147 Tahun 2000 Tentang Perlakuan Perpajakan di KAPET;
2.
Penetapan regulasi terkait dengan pembagian kewenangan antara Kabupaten/Kota di pusat-pusat pertumbuhan;
3.
Pembentukan sistem pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi secara Elektronik (SPIPISE) bidang perindustrian, perdagangan, pertanahan, penanaman modal;
4.
Penetapan regulasi Perdagangan lintas batas Perjanjian kerjasama antara RI-Malaysia dalam pengembangan kawasan perbatasan negara;
5.
Penyelesaian peninjauan kembali Perpres No. 3/2012 tentang RTR Pulau Kalimantan.
6.6.3. Kerangka Kelembagaan Pelaksanaan pembangunan Wilayah Pulau Kalimantan tidak terlepas dari berbagai kerangka kelembagaan yang perlu diperhatikan, diantaranya: 1.
Pelaksanaan sosialisasi terkait dengan pemanfaatan lahan sebagai peruntukan investasi di KAPET Khatulistiwa, KAPET Sasamba, KAPET Daskakab, KAPET Batulicin;
2.
Pemberian berbagai kemudahan perizinan perindustrian, perdagangan, pertanahan, penanaman modal di KEK, KAPET, KPI dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya;
3.
Pengembangan pengelola perbatasan yang memiliki otoritas penuh untuk mengelola pos-pos lintas batas negara;
4.
Pemberian kewenangan bagi pemerintahan kecamatan di wilayah perbatasan (Lokpri) dalam bentuk desentralisasi asimetrik dengan penetapan daerah khusus untuk
418
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
akselerasi pembangunan kualitas pelayanan publik;
dan
efektivitas
peningkatan
5.
Pembagian kewenangan atau urusan antar jenjang pemerintah: pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam pengembangan daerah tertinggal kawasan perbatasan;
6.
Peningkatan koordinasi antar Kementerian/Lembaga untuk menyusun program/kegiatan dalam pengembangan KEK, KAPET, KPI dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya;
7.
Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap kelembagaan KEK, KAPET, KPI dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya;
8.
Penciptaan iklim investasi yang menarik bagi investor dengan memberikan insentif fiskal dan non fiskal yang berimbang;
9.
Pengembangan koordinasi Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRD) Provinsi di Wilayah Pulau Kalimantan dalam melaksanakan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
419
BAB VII ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI
7.1. Capaian Kinerja Saat ini
Berdasarkan data BPS dari tahun 2009 hingga Triwulan II tahun 2014, kinerja pertumbuhan ekonomi provinsi di Wilayah Jawa-Bali cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Wilayah Jawa-Bali selama kurun waktu 2009 – 2013 sebesar 6,1 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,9 persen. Peranan Wilayah Jawa-Bali dalam pembentukan PDB nasional mengalami penurunan dari 60,0 persen (2009) menjadi 59,9 persen (Triwulan II 2014). Pemerintah Provinsi di Wilayah Jawa-Bali telah cukup berhasil dalam menurunkan jumlah penduduk miskin dari tahun 2009 hingga 2014 (Maret) dan sudah berada di bawah angka kemiskinan nasional sebesar 14,15 persen (2009) dan 11,25 persen (Maret 2014), kecuali di Provinsi Jawa Tengah, Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Timur yang masih berada di atas angka kemiskinan nasional. Demikian halnya dengan pencapaian tingkat pengangguran terbuka (TPT). Pemerintah Provinsi di Wilayah Jawa-Bali juga telah berhasil menurunkan TPT dan sudah berada di bawah TPT nasional sebesar 7,87 persen (2009) dan 5,70 persen (Feb, 2014), kecuali di Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten yang masih berada di atas TPT Nasional. Dari sisi peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka di Wilayah Jawa-Bali ini telah dikatakan sudah cukup baik. Hal ini diindikasikan dengan selalu meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari tahun ke tahun pada masing-masing provinsi di Wilayah Jawa-Bali. Namun demikian, pencapaian IPM di Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Banten masih perlu ditingkatkan 420
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
karena masih di bawah IPM nasional sebesar 71,76 (2009) dan 73,81 (2013).
Dari sisi distribusi pendapatan antar golongan masyarakat, seluruh provinsi di Wilayah Jawa-Bali mengalami kenaikan kesenjangan pendapatan antar golongan. Hal ini diindikasikan dari angka Rasio Gini provinsi-provinsi di Wilayah Jawa-Bali yang cenderung meningkat dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, namun telah berada di bawah angka Rasio Gini nasional sebesar 0,413 (2013), kecuali Provinsi DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Ke depan, hal ini perlu mendapatkan perhatian agar proses pembangunan terus lebih melibatkan masyarakat secara inklusif, sehingga hasil-hasil pembangunan tersebut dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat.
7.2. Potensi dan Keunggulan Wilayah
Perekonomian Wilayah Jawa-Bali ditopang oleh 3 sektor unggulan, yaitu industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta pertanian. Sektor industri pengolahan berkontribusi sebesar 26,6 persen terhadap perekonomian Wilayah Jawa-Bali. Komoditas industri pengolahan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan antara lain makanan-minuman, tekstil, peralatan transportasi (otomotif, perkapalan dan alutsista), telematika, kimia dasar, serta logam dasar (alumina dan besi baja). Industri makanan-minuman menyerap banyak tenaga kerja dan merupakan kontributor terbesar dari industri pengolahan non migas terhadap PDB nasional, yaitu sebesar 7,4 persen pada tahun 2011. Penjualan domestik industri makanan-minuman diperkirakan tumbuh sebesar 6 persen pada tahun 2014 (GAPMMI, 2014). Sementara itu, ekspor industri makanan-minuman cenderung meningkat dalam periode 2005-2010 dan mencapai US$ 2.146,85 juta pada tahun 2010. Susu adalah salah satu produk industri makanan-minuman yang mempunyai potensi untuk dikembangkan karena konsumsi produk susu per kapita di
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
421
Indonesia masih sangat rendah dibandingkan Cina, Malaysia dan India. Penjualan produk susu di Indonesia diproyeksikan akan tumbuh sebesar 17 persen setiap tahunnya. Industri tekstil juga merupakan salah satu penyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia. Kontribusi produk tekstil terhadap PDB nasional cukup signifikan, yaitu sebesar 1,9 persen pada tahun 2011, dengan laju pertumbuhan sebesar 7,5 persen dan diperkirakan dapat terus meningkat di masa yang akan datang. Sebagian besar produksi tekstil Indonesia terpusat di Wilayah Jawa (94 persen), dimana Bandung dan Sukoharjo merupakan hub produksi utama, selain industri-industri hulu pembuat serat di Purwakarta, Subang dan Tangerang. Ekspor tekstil dan produk tekstil cenderung meningkat pada periode 2005-2010 dan mencapai sebesar US$ 11.224.04 juta pada tahun 2010. Industri otomotif Indonesia yang berpusat di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat (Cikarang dan Karawang) menunjukkan pertumbuhan yang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2011, total penjualan kendaraan penumpang mengalami pertumbuhan tertinggi sekitar 23 persen (y-o-y). Dari sisi produksi, peningkatan produksi kendaraan penumpang juga cukup signifikan khususnya di tahun 2011 dan 2012, yaitu tumbuh mencapai lebih dari 30 persen (y-o-y). Sementara itu, pertumbuhan untuk kendaraan komersial mencapai puncaknya di 2011 yaitu sebesar 35,2 persen (y-o-y). Industri ini berpeluang besar untuk terus tumbuh karena kepemilikan kendaraan di Indonesia saat ini masih rendah dan diperkirakan akan semakin naik seiring dengan meningkatnya PDB. Selain itu, pasar ekspor juga masih terbuka lebar. Sebagai negara maritim dengan wilayah perairan yang cukup luas, industri perkapalan berpotensi untuk terus berkembang. Dalam lima tahun terakhir, industri perkapalan di Indonesia menunjukkan perkembangan cukup baik. Pada Maret 2010, Indonesia telah memiliki armada sebanyak 9.309 unit kapal atau meningkat 54,1 422
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
persen dari Maret 2005 (IPERINDO, 2011). Industri peralatan transportasi lainnya yaitu alutsista yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan alutsista TNI dan almatus POLRI. Industri lainnya yang berpotensi dalam mendukung perekonomian Wilayah Jawa-Bali yaitu industri telematika, dengan sentra produksi di area Jabodetabek. Kapasitas Broadband yang terpasang ditargetkan bergeser dari 1 ‐4 Mbps menjadi 20 Mbps pada tahun 2015. Pasar produk telematika semakin membesar setiap tahunnya seiring dengan semakin cepatnya perubahan teknologi telekomunikasi, serta ekspansi jaringan telekomunikasi ke berbagai wilayah terutama KTI. Industri pengolahan lainnya yang menjadi prioritas antara lain industri kimia dasar, termasuk petrokimia, serta industri logam dasar (alumina dan besi baja). Perkembangan industri besi baja sangat signifikan dalam beberapa tahun terakhir sejalan dengan naiknya kebutuhan terhadap pembangunan infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Kontribusi industri logam dasar besi dan baja terhadap PDB nasional yaitu sebesar 0,4 persen pada tahun 2011, dengan laju pertumbuhan sebesar 13,1 persen. Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) memprakirakan produksi besi dan baja nasional sekitar 7,2 juta ton pada 2012, sementara kebutuhan domestik mencapai hampir 10 juta ton. Produksi besi dan baja Indonesia diharapkan dapat meningkat hingga mencapai 12 juta ton pada 2014 dan 15 juta ton pada 2015. Di Wilayah Jawa, industri besi baja terutama terlokalisir di daerah Jawa Barat (Cilegon) dan Jawa Timur. Sebagai lumbung pangan nasional, sektor pertanian merupakan salah satu sektor unggulan di Wilayah JawaBali. Produksi padi di Wilayah Jawa-Bali dari tahun 20092013 cenderung meningkat dengan sentra produksi terbesar di Provinsi Jawa Timur (12,1 juta ton), Jawa Barat (12,0 juta ton) dan Jawa Tengah (10,3 juta ton). Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif juga merupakan sektor unggulan di Wilayah Jawa-Bali. Di Wilayah Jawa-Bali Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
423
terdapat 12 dari 50 Destinasi Pariwisata Nasional (DPN). Berdasarkan perspektif nasional, Provinsi Bali merupakan pintu gerbang pariwisata di Indonesia. Jumlah kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 3.241.889 orang, atau sebesar 36,8 persen, melalui Provinsi Bali, dengan tingkat penghunian kamar hotel berbintang sebesar 59,2 persen. Sementara itu, di Wilayah Jawa terdapat satu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yaitu KEK Tanjung Lesung. di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Fokus dari KEK tersebut adalah pengembangan pariwisata termasuk hotel, resort, dan industri kreatif lain. Lebih lanjut, Wilayah Jawa-Bali juga memiliki potensi industri kreatif di berbagai kota, antara lain Bandung (desain, fashion, arsitektur, film, video, radio, perangkat lunak), Yogyakarta (barang antik, seni pertunjukan), Surabaya (perangkat lunak hiburan interaktif), Denpasar (barang antik, seni pertunjukan), dan Jakarta (periklanan, film dan video, televisi dan radio, musik, percetakan). 7.3. Tema Pengembangan Wilayah Jawa-Bali
Berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah Jawa-Bali, maka tema besar Pembangunan Wilayah Jawa-Bali sebagai "lumbung pangan nasional dan pendorong sektor industri dan jasa nasional dengan pengembangan industri makanan-minuman, tekstil, otomotif, alutsista, telematika, kimia, alumina dan besi baja; salahsatu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia dengan pengembangan ekonomi kreatif; serta percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perkapalan dan pariwisata bahari.” 7.4. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Jawa-Bali
Tujuan pengembangan Wilayah Jawa-Bali tahun 20152019 adalah mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Jawa-Bali dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah, melalui: (a) pengembangan 424
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
produksi sektor pertanian pangan, khususnya padi, pengembangan industri makanan-minuman, tekstil, peralatan transportasi, telematika, kimia, alumina dan besi baja, serta pengembangan industri pariwisata dan ekonomi kreatif; (b) penyediaan infrastruktur wilayah, (c) peningkatan SDM dan ilmu dan teknologi secara terus menerus. Adapun sasaran pengembangan Wilayah Jawa-Bali pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi Wilayah Jawa-Bali, akan dikembangkan pusatpusat pertumbuhan ekonomi di koridor ekonomi dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk diantaranya adalah pengembangan 1 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). 2. Sementara itu, untuk menghindari terjadinya kesenjangan antar wilayah di Pulau Jawa-Bali, maka akan dilakukan pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran sebanyak 6 Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaran outcome: (a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal menjadi 6,2 persen; (b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 8,9 persen; dan (c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal menjadi 73,7. 3. Untuk mendukung pemerataan pembangunan kawasan perkotaan di Jawa - Bali, maka akan dipercepat peningkatan efisiensi pengelolaan 5 Kawasan Perkotaan Metropolitan yang sudah ada saat ini. 4. Sesuai dengan amanat UU 6/2014 tentang Desa, makaakan dilakukan pembangunan perdesaan dengan sasaran tertinggal sedikitnya 1.670 desa atau meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 670 desa. 5. Khusus untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan kota-desa, diharapkan dapat diwujudkan 4 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
425
6.
Sasaran bidang otonomi daerah untuk Wilayah Jawa-Bali adalah: (1) Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 35% untuk propinsi dan 25% untuk kabupaten/kota; (2) Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 30% dan untuk Kabupaten/Kota sebesar 25% pada tahun 2019 serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; (3) Meningkatnya jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) sebanyak 7 provinsi dan 60 kabupaten/kota di wilayah Jawa-Bali; (4) Terlaksananya e-budgeting di wilayah Jawa-Bali (dengan proyek awal Provinsi Jawa Barat); (5) Terlaksananya penggunaan block grant (inpres) yang efektif dengan proyek awal Provinsi Jawa Tengah dan Bali (6) Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar 70% dan S2-S3 sebesar 10%; (7) Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah Jawa-Bali sebesar 100 angkatan (dengan proyek awal Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah); (8) Terlaksananya pengaturan kewenangan secara bertahap di wilayah Jawa-Bali (dengan proyek awal Provinsi Banten dan Jawa Barat); (9) Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; (10) Meningkatnya persentase jumlah PTSP sebesar 100%; (11) Meningkatnya persentase jumlah perizinan terkait investasi yang dilimpahkan oleh kepala daerah ke PTSP sebesar 75%; (12) Terlaksananya pelayanan administrasi kependudukan di wilayah Jawa-Bali (dengan proyek awal Provinsi Banten); (13) Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah; (14) terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on-line di wilayah Jawa-Bali (dengan proyek awal Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur. 7. Sasaran Pengurangan Risiko Bencana di Wilayah Jawa-Bali adalah pusat-pusat pertumbuhan berisiko tinggi yaitu: 5 (lima) PKN Kawasan Perkotaan (Jabodetabek, Bandung 426
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Raya, Kedung Sepur, Gerbangsusila, Sarbagita), 2 (dua) PKN rawan tsunami (Cilacap dan Yogyakarta), 5 (lima) PKW rawan tsunami (Kebumen, Banyuwangi, Semarapura, Ciamis, Pengandaran) dan 8 (delapan) PKW rawan letusan gunung api (Cilegon, Tasikmalaya, Wonosobo, Magelang, Kediri, Blitar, Klaten, Sleman). Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019, pembangunan Wilayah Jawa-Bali semakin meningkat, dan juga semakin meratanya pembangunan antarwilayah. Hal ini dicerminkan dengan makin menurunnya kontribusi PDRB Wilayah Jawa-Bali terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 58,4 persen (2014) menjadi 55,3 persen (2019). Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Pulau Jawa-Bali. Secara rinci target pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran dalam kurun waktu 2015-2019 di Wilayah Jawa-Bali dapat dilihat pada Tabel 7.1 sampai dengan Tabel 7.3 sebagai berikut. Tabel 7.1. Sasaran Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Jawa-Bali Per Provinsi Tahun 2015-2019 Provinsi
Pertumbuhan Ekonomi (persen) 2015 2016 2017 2018 2019 5,4 – 5,5 6,5 – 6,8 7,1 – 7,5 7,1 – 7,7 7,4 – 8,2 5,4 – 5,5 6,5 – 6,8 7,0 – 7,4 7,2 – 7,8 7,4 – 8,2 5,4 – 5,5 6,0 – 6,2 6,2 – 6,6 6,5 – 7,0 7,0 – 7,8 5,4 – 5,5 6,5 – 6,8 6,9 – 7,3 7,0 – 7,6 7,6 – 8,4 5,3 – 5,4 5,8 – 6,0 5,9 – 6,3 6,1 – 6,7 6,2 – 6,9
DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta 6,1 – 6,2 6,5 – 6,7 6,8 – 7,2 Jawa Timur 5,3 – 5,4 6,3 – 6,6 6,3 – 6,7 Bali Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
7,0 – 7,6 6,6 – 7,2
7,5 - 8,2 6,8 – 7,5
427
Tabel 7.2. Sasaran Tingkat Kemiskinan Wilayah Jawa-Bali Per Provinsi Tahun 2015-2019 Provinsi
Tingkat Kemiskinan (persen) 2015 2016 2017 2018 3,1 – 3,0 3,0 – 2,9 2,7 – 2,5 2,4 – 2,2 DKI Jakarta 8,1 – 7,9 7,7 – 7,4 6,9 – 6,5 6,1 – 5,6 Jawa Barat 4,8 – 4,7 4,6 - 4,4 4,1 – 3,8 3,6 – 3,3 Banten 11,9 – 11,7 11,4 - 11,0 10,3 – 9,7 9,2 – 8,5 Jawa Tengah DI Yogyakarta 12,6 – 12,3 12,0 – 11,6 10,8 – 10,2 9,6 – 8,8 10,9 – 10,7 10,5 – 10,1 9,5 – 8,9 8,4 – 7,8 Jawa Timur Bali 3,7 – 3,6 3,5 – 3,4 3,2 – 3,0 2,8 – 2,6 Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
2019 1,9 – 1,7 4,8 – 4,4 2,8 – 2,5 7,3 – 6,6 7,6 – 6,9 6,7 – 6,1 2,2 – 2,0
Tabel 7.3. Sasaran Tingkat Pengangguran Wilayah Jawa-Bali Per Provinsi Tahun 2015-2019 Provinsi
Tingkat Pengangguran (persen) 2015 2016 2017 2018 9,7 – 9,5 9,5 – 9,2 9,3 – 8,8 9,1 8,4 DKI Jakarta 8,6 – 8,5 8,4 - 8,1 8,2 – 7,7 7,9 – 7,3 Jawa Barat 10,4 – 10,2 10,1 – 9,7 9,7 – 9,2 9,4 – 8,7 Banten Jawa Tengah 5,6 – 5,4 5,4 – 5,2 5,3 – 5,0 5,2 – 4,8 4,6 -4,5 4,5 – 4,3 4,4 – 4,1 4,3 – 3,9 DI Yogyakarta 3,5 – 3,4 3,5 – 3,3 3,4 – 3,2 3,3 – 3,0 Jawa Timur 2,4 – 2,3 2,4 - 2,3 2,3 – 2,2 2,2 – 2,1 Bali Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
428
2019 8,9 – 8,1 7,7 – 6,9 9,1 – 8,2 5,1 – 4,6 4,2 – 3,8 3,2 – 2,9 2,2 – 2,0
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
7.5. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Jawa-Bali 7.5.1. Pengembangan Kawasan Strategis
Kebijakan pembangunan kawasan strategis bidang ekonomi di Wilayah Jawa-Bali diarahkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang memiliki skala ekonomi dengan orientasi daya saing nasional dan internasional berbasis sektor industri dan jasa nasional, pusat pengembangan ekonomi kreatif, serta sebagai salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia, diarahkan untuk pengembangan industri makanan-minuman, tekstil, peralatan transportasi, telematika, kimia, alumina dan besi baja. Fokus lokasi pengembangan kawasan strategis di Wilayah Jawa-Bali adalah KEK Tanjung Lesung yang terletak di Kabupaten Pandeglang. Percepatan pembangunan kawasan strategis dilakukan melalui strategi sebagai berikut: 1.
Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah di Koridor Ekonomi Jawa-Bali
Pengembangan potensi ekonomi wilayah erat kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat berbasis komoditas unggulan wilayah. Pengembangan potensi berbasis komoditas unggulan wilayah ini diupayakan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas unggulan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui: a. Penyiapan kawasan industri jasa pariwisata berorientasi internasional di KEK Tanjung Lesung, Provinsi Banten; b. Pengembangan pusat-pusat industri jasa pariwisata berdaya saing internasional; c. Pengembangan industri kreatif penopang kawasan wisata Tanjung Lesung; d. Stabilitasi dan konsistensi pengembangan pariwisata Bali dan industri kreatif, serta jasa penunjang pariwisatanya. 2.
Percepatan Penguatan Konektivitas Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
429
Peningkatan konektivitas antara pusat kegiatan ekonomi KEK Tanjung Lesung dengan kawasan industri dan kotakota besar lainnya di Pulau Jawa dan Bali ditujukan untuk meningkatkan kelancaran arus orang dan barang dari dan menuju KEK Tanjung Lesung yang dilakukan melalui: a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) a) Pembangunan Bandar Udara Banten Selatan (Panimbang); b) Pembangunan jalan Tol Serang-Panimbang; c) Pembangunan jaringan transmisi air baku dari Sungai Ciliman IPA, dan pipa distribusi primer ke lokasi KEK Tanjung Lesung. 3.
Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK
a. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) a) Peningkatan kualitas SDM Badan Pengelola dan Administrator KEK Tanjung Lesung dalam bidang perencanaan, penganggaran, dan pengelolaan kawasan; b) Pengembangan sarana prasarana pendidikan dan pelatihan profesi untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, khususnya di bidang pariwisata dan jasa penunjang pariwisata; c) Peningkatan koordinasi antara Badan Pengelola KEK, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah; d) Pembangunan Science Park berteknologi tinggi sebagai sarana peningkatan kualitas SDM kawasan. 4.
Penguatan Regulasi bagi Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha
Dalam upaya mendukung pengembangan kawasan strategis bidang ekonomi maka diperlukan strategi penguatan regulasi bagi peningkatan iklim investasi dan iklim usaha, yang dilakukan dengan: a.
430
Penerapan regulasi insentif fiskal yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan kompetitif, antara lain Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
b.
c.
fasilitas fiskal disemua bidang usaha, pembebasan PPN dan PPNBM untuk bahan dan barang impor yang akan diolah dan digunakan di KEK; Membuat regulasi terkait dengan pelimpahan kewenangan antara pusat, daerah, dan instansi terkait kepada administrator kawasan-kawasan pertumbuhan; Memberikan pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi secara Elektronik (SPIPISE) bidang perindustrian, perdagangan, pertanahan, penanaman modal.
7.5.2. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan 7.5.2.1.
Pengembangan Kawasan Perkotaan
Arah kebijakan pengembangan kawasan perkotaan di Wilayah Jawa-Bali diprioritaskan pada percepatan keterkaitan dan manfaat antarkota dan desa dengan kota, melalui Penguatan Sistem Perkotaan Nasional (SPN) melalui peningkatan efisiensi pengelolaan 5 Kawasan Perkotaan Metropolitan yaitu: Kawasan Perkotaan Metropolitan Jabodetabekpunjur, Kawasan Perkotaan Metropolitan Cekungan Bandung, Kawasan Perkotaan Metropolitan Kedungsepur, Kawasan Perkotaan Metropolitan Gerbangkertasusila, dan Kawasan Perkotaan Metropolitan Sarbagita (lihat tabel 7.1) sebagai pusat kegiatan skala global dan pusat kegiatan nasional (PKN). Untuk itu strategi pembangunan perkotaan Wilayah Jawa-Bali tahun 2015-2019 yaitu:
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
431
9 1 0 2 5 1 0 2 N M J P R i l a B a w a J h a y a l 1 i . 7 W r n a a b h m u a b G m u t r e P t a s u P t a s u P i s a k o L a t e P
432
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
1.
Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN)
a. Meningkatkan efisiensi pengelolaan Kawasan Perkotaan Metropolitan Jabodetabekpunjur (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur), Kawasan Perkotaan Metropolitan Cekungan Bandung (Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kota Cimahi, Kab. Sumedang), Kawasan Perkotaan Metropolitan Kedungsepur (Kota Semarang, Kab. Kendal, Kota Salatiga, Kota Ungaran (Ibukota Kab. Semarang), Kab. Demak, Purwodadi), Kawasan Perkotaan Metropolitan Gerbangkertasusila (Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo, Kab. Gresik, Kab. Mojekerto, Kab. Lamongan, Kab. Bangkalan, Kota Mojekerto),dan Kawasan Perkotaan Metropolitan Sarbagita (Kota Denpasar, Kab. Badung, Kab. Gianyar, Kab. Tabanan) dalam rangka mempercepat perannya sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan mempertahankan keberlangsungan lingkungan; b. Mengoptimalkan simpul transportasi logistik khususnya transportasi darat (kereta api) untuk jawa bagian selatan untuk meningkatkan konektivitas antar PKN, PKW, dan PKL disekitarnya serta mengurangi beban jawa bagian utara; c. Meningkatkan kapasitas simpul transportasi dan mengembangkan jaringann Pelabuhan pada kota-kota pelabuhan, untuk mengefisienkan jalur logistik antar kepulauan; d. Mengembangkan industri pengolahan yang terintegrasi dengan keberadaan pusat pendidikan serta mendukung koridor ekonomi Jawa Bali; 2.
Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota layak huni yang aman dan nyaman pada kawasan metropolitan dan kota sedang di luar Jawa termasuk kawasan perbatasan, kepulauan, dan pesisir
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
433
a. Menyediakan hunian vertikal serta menerapkan konsep compact city dalam rangka efisiensi lahan di kota besar dan metropolitan; b. Mengembangkan jaringan sanitasi (pengolahan sampah dan air limbah) melalui sistem pengumpulan secara komunal di kota sedang dan mengarahkan pengolahan terpusat untuk kota besar dan metropolitan; c. Menyediakan saluran air minum perpipaan yang terintegrasi dengan kawasan permukiman, dan mengembangkan infrasruktur yang berfungsi untuk menyimpan cadangan air kota; d. Pengembangan Transit Oritented Development (TOD) dan ROD (Rail Oriented Development) di kota metropolitan untuk optimalisasi dan efisiensi kegiatan transportasi masyarakat serta lahan perkotaan; e. Meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana transportasi massal perkotaan yang berada diatas (upperground ) atau dibawah tanah (underground ) secara terintegrasi dan multimoda sesuai dengan tipologi dan kondisi geografisnya; f. Menyediakan ruang publik dan fasilitas umum yang nyaman sesuai dengan kebutuhan pejalan kaki dan pengendara sepeda serta menyediakan ruang parkir terintegrasi multimoda dan antar moda (park and ride) untuk mengurangi kemacetan; g. Mengembangkan sarana prasarana transportasi pengangkutan baik darat, laut, maupun udara untuk mendukung arus perpindahan logistik Menyediakan dan meningkatkan sarana prasarana ekonomi, khususnya di sektor perdagangan dan jasa dan industri manufaktur dan pengolahanyang mampu mengakomodasi pasar tradisional termasuk kegiatan koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) serta bertaraf internasional; h. Meningkatkan pelayanan kesehatan bertaraf internasional serta mengembangkan upaya preventif
434
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
dan kuratif dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan lingkungan perkotaan; i. Meningkatkan kualitas pendidikan melalui pengembangan laboratorium riset yang menunjang pembangunan kota serta terintegrasi dengan kebutuhan dunia kerja serta melalui pembangunan techno park; j. Meningkatkan keamanan lingkungan permukiman di perkotaan dengan memperkuat modal sosial masyarakat perkotaan untuk pencegahan kejadian kriminalitas dan konflik sosial antar kelompok masyarakat; dan k. Menyediakanperaturan yang memuat insentif dan disinsentif dalam pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) 3.
Perwujudan Kota Hijau yang Berketahanan Iklim dan Adaptif terhadap Bencana
a. Mengembangkan jalur hijau yang membatasi fisik kota inti dan kota satelit disekitarnyauntuk mengimbangipertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali (Urban sprawl ) dan pertumbuhan menerus (konurbasi): b. Menetapkan aturan dan prosedur pemanfaatan ruang kota yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan melalui land use planning dan building regulation sebagai dasar perijinan dan pemanfaatan lahan; c. Memberikan insentif dan disinsentif bagi perencanaan dan pembangunan kota, sesuai dengan aturan perundangan mengetai tata ruang dan pemanfaatan tanah perkotaan yang berlaku; d. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam upaya adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim dan bencana ( urban resilience); e. Mengembangkan dan menerapkan konsep kota hijau melalui: green transportation, green openspace (ruang terbuka hijau), green waste (pengelolaan sampah dan limbah melalui 3R ), green water (efisiensi pemanfaatan Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
435
dan pengelolaan air permukaan) dan green energy (pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan) untuk pengurangan tingkat pencemaran di darat, laut, dan udara, pemanfaatan energi alternatif dan terbarukan, pemanfaatan daur ulang, serta pengembangan kegiatan perekonomian kota yang berwawasan lingkungan ( green economy ). 4.
Perwujudan Kota Cerdas dan Daya Saing Kota
a. Mengembangkan perekonomian dengan membangun pencitraan kota (city branding) memanfaatkan produk dan sumber daya manusia unggulan, serta arsitektur perkotaan (urban design), berdasarkan karakter sosial budaya lokal; b. Meningkatkan Peningkatan kapasitas dan kemampuan inovasi Sumber Daya Manusia dalam kewirausahaan; c. Mengembangkan peran layanan sistem informasi industri, produk dan pasar dalam meningkatkan nilai tambah perekonomian kota ( e-commerce) serta mengembangkan pasar keuangan dalam bentuk penyediaan kredit lunak kepada industri kecil, koperasi dan UMKM; d. Meningkatkan penggunaan TIK dalam seluruh sektor ( e governance, e-commerce, e-budgeting, e-procurement, dan lain-lain); dan e. Optimalisasi pasar melalui pengaturan jalur distribusi logistik dari dan keluar kota dan kerjasama dengan daerah lain. 5. Peningkatan Kapasitas Tata Perkotaan
Kelola Pembangunan
a. Mewujudkan sistem, peraturan dan prosedur dalam pembangunan perkotaan dan birokrasi kepemerintahan kota yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat kota berkelanjutan; b. Meningkatkan kapasitas pemimpin kota yang visioner dan kapasitas aparatur pemerintah dalam membangun 436
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
dan mengelola kota berkelanjutan, baik melalui kota layak dan nyaman, kota hijau, maupun kota cerdas, melalui pendidikan, pelatihan dan pembinaan secara bersikenambungan; c. Menyederhanakan proses perijinan dan berusaha bagi para pelaku ekonomi termasuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP); d. Membangun dan mengembangkan kelembagaan dan kerjasama pembangunan antar kota dan antar tingkatan pemerintahan; e. Mengembangkan dan menyediakan pusat data dan informasi perkotaan terpadu yang mudah diakses; f. Meningkatkan peran swasta, organisasi masyarakat, dan organisasi profesi secara aktif, baik dalam forum dialog perencanaan dengan pemerintah dan masyarakat perkotaan, maupun dalam pembangunan kota berkelanjutan, seperti: pembangunan infrastruktur perkotaan maupun masukan terhadap rencana tata ruang kota; dan g. Mengembangkan lembaga bantuan pembiayaan infrastruktur perkotaan.
teknis
dan
7.5.2.2. Pengembangan Kawasan Perdesaan
Arah kebijakan pengembangan kawasan desa dan perdesaan di Wilayah Jawa-Bali adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, membangun potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan dengan sasaran berkurangnya jumlah desa tertinggal sedikitnya 1.670 desa atau meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 670 desa. Selain itu, membangun keterkaitan ekonomi lokal antara perkotaan dan perdesaan melalui integrasi perdesaan mandiri pada 4 kawasan pertumbuhan, yang secara rinci dapat dilihat
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
437
pada Tabel 7.4. Dalam rangka percepatan pembangunan desa di Wilayah Jawa-Bali akan dilakukan: 1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum sesuai dengan kondisi geografis Desa
a. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana dasar bidang pendidikan, kesehatan, dan perumahan di desa tertinggal dan berkembang; b. Pengembangan dan penataan pasar-pasar desa; c. Peningkatan kuantitas dan kualitas bendungan dan jaringan irigasi sesuai karakteristik lokal dengan memperhatikan konservasi air di daerah hulu ( water catchment area ); d. Peningkatan ketersediaan dan kualitas sarana prasarana produksi (benih, pupuk, armada perikanan, alat tangkap, bahan bakar, sistem informasi nelayan), pasca panen (sistem logistik), dan pengolahan produk pertanian dan perikanan skala rumah tangga desa; e. Peningkatan jaringan sanitasi dengan pengembangan instalasi pengolahan air limbah di kawasan perdesaan; f. Pengembangan terminal dan moda transportasi yang memperlancar akses dari maupun menuju desa; g. Penyediaan dan peningkatan kualitas sarana prasarana telekomunikasi (Internet dan Base Transceiver Station ). 2. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi Desa
a. Peningkatan kapasitas masyarakat miskin dan rentan dalam pengembangan usaha dengan memperhatikan karakteristik dan potensi desa; b. Pemberian dukungan bagi masyarakat miskin dan rentan melalui penyediaan lapangan usaha, dana bergulir, dan jaminan sosial; c. Memberikan jaminan terhadap pasokan energi bagi kegiatan ekonomi nelayan; dan
438
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
3. Meningkatkan ketersediaan sarana prasarana produksi (benih, pupuk, jaringan irigasi, revitalisasi bendungan, armada perikanan, alat tangkap, bahan bakar, sistem informasi nelayan), pasca panen, pengolahan, dan pasar. Peningkatan Pembangunan Sumber Daya Manusia, Keberdayaan, dan Modal Sosial Budaya Masyarakat Desa
a. Peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan, melalui fasilitasi dan pendampingan berkelanjutan dalam perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan desa; b. Peningkatan keberdayaan masyarakat melalui penguatan sosial budaya masyarakat dan keadilan gender (kelompok wanita, pemuda, anak, dan TKI); c. Peningkatan kapasitas masyarakat kewirausahaan berbasis potensi lokal;
dalam
bidang
d. Peningkatan keberdayaan petani dan nelayan dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi ( bioenergi, biofloc). 4. Penguatan Pemerintahan Kemasyarakatan Desa
Desa
dan
Lembaga
a. Sosialisasi peraturan pelaksanaan UU No.6/2014 tentang Desa; b. Penyediaan dan peningkatan kualitas sarana prasarana pemerintahan desa; c. Peningkatan kapasitas pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan kader pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi, pelatihan, dan pendampingan dalam (i) Perencanaan, pelaksanaan dan monitoring pembangunan desa, (ii) Pengelolaan keuangan desa, (iii) Pelayanan publik, (iv) Penyiapan dan penetapan batas desa (khususnya desa-desa perbatasan); serta (v) peta desa; d. Penguatan pemerintah desa, masyarakat, dan kelembagaan masyarakat dalam meningkatkan ketahanan ekonomi, sosial, lingkungan keamanan dan politik; e. Pengembangan sistem pelayanan desa berbasis internet; Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
439
f. Pengembangan data dan sistem informasi desa yang digunakan sebagai acuan bersama perencanaan dan pembangunan desa; g. Fasilitasi kerjasama antar desa. 5. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan serta penataan ruang kawasan perdesaan
a. Peningkatan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perdesaan melalui redistribusi lahan (land reform) bagi petani, buruh lahan, dan nelayan, serta menekan laju alih fungsi lahan produktif dan konservasi; b. Fasilitasi peningkatan peran serta masyarakat dalam gerakan penghijauan dan menjaga kelestarian kawasan resapan air; c. Menjamin hak desa-desa dalam pemanfaatan, pengelolaan, dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang seimbang, berkelanjutan, dan berwawasan mitigasi bencana dengan memperhatikan karakteristik dan kondisi sosial budaya desa; d. Fasilitasi masyarakat desa dalam penyediaan listrik secara mandiri dengan sumber energi terbarukan (tenaga surya, tenaga air, mikro hidro, dll); e. Fasilitasi masyarakat dalam pengelolaan dan pendayagunaan limbah organik maupun non-organik. f. Rehabilitasi dan konservasi daerah pesisir utara Pulau Jawa. 6. Pengembangan Ekonomi Kawasan Perdesaan Mendorong Keterkaitan Desa-Kota
Untuk
a. Mendukung perwujudan sentra industri peternakan modern, sentra industri pertanian organik maupun nonorganik (padi, jagung, kedelai) di kawasan Cianjur, Pandeglang, Pamekasan, Sampang, Salamandeg Barat, Salamandeg Timur, Kerambitan, sentra industri perikanan tangkap di kawasan Muncar; b. Fasilitasi masyarakat dalam mengembangkan usaha jasa dan perdagangan yang mendukung sektor pariwisata; 440
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
c. Peningkatan akses masyarakat desa terhadap modal usaha, pemasarandan informasi pasar; d. Peningkatan peran lembaga pendukung ekonomi desa seperti koperasi, BUMDesa, dan lembaga ekonomi mikro lainnya dalam pengembangan ekonomi perdesaan; e. Fasilitasi peningkatan kesadaran 7.5.2.3. Peningkatan Keterkaitan Kota dan Desa di Wilayah Jawa-Bali
Peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Jawa-Bali diarahkan dengan memperkuat 7 pusat pertumbuhan, yaitu kawasan Cibaliung dan Sekitarnya (Prov. Banten), Pamekasan dan sekitarnya (Prov. Jawa Timur), Banyuwangi dan sekitarnya (Prov. Jawa Timur), serta Tabanan dan sekitarnya (Prov. Bali). Kawasan-kawasan ini mencakup kawasan agropolitan dan minapolitan, serta kawasan pariwisata (lihat tabel 7.4). Kebijakan untuk meningkatkan keterkaitan desa-kota diarahkan untuk mendukung pengembangan kawasan perdesaan menjadi pusat pertumbuhan baru terutama di desadesa mandiri. Adapun prioritas strategi yang dilaksanakan sebagai berikut: 1.
Perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau
a. Mempercepat pembangunan sistem transportasi yang terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal; b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan Lintas Selatan Pulau Jawa, Jalan Lintas Pulau Madura, Jalan Lintas Pulau Bali, jalan bebas hambatan dan jaringan kereta api di Pulau Jawa, Pelabuhan Regional Banyuwangi, serta angkutan penyebrangan yang melayani Pulau Madura dan Pulau Bali; c. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
441
2.
Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, dan pariwisata.
a. Mengembangkan sentra produksi dan pengolahan hasil pertanian di Kawasan Cibaliung, Pamekasan, dan Tabanan-Bali, serta sentra produksi dan pengolahan hasil perikanan dan kelautan di Kawasan Banyuwangi; b. Meningkatkan akses desa-desa produksi menuju pusat pertumbuhan (lihat tabel 7.2) dan simpul-simpul transportasi, pengembangan pasar, dan toko sarana dan prasaran produksi; c. Mengembangkan Pengembangan daya tarik wisata bahari dan sejarah di Kawasan Pariwisata Kuta-SanurNusa Dua melalui peningkatan ketersediaan infrastruktur penunjang; d. Membangun bank pertanian dan perikanan untuk meningkatkan akses terhadap modal usaha di sektor pertanian dan perikanan. e. Mengembangkan Techno Park berbasis pertanian dan perikanan rakyat yang mendukung penerapan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri pengolahan dan jasa. 3.
Peningkatan tata kelola ekonomi lokal berorientasi kepada keterkaitan desa-kota
yang
a. Mengembangkan sistem perdagangan antar daerah yang efisien; b. Meningkatkan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah; c. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam perencanaan dan penyelenggaraan kerjasama antar daerah dan kerjasama antar pemerintah-swasta dalam tata kelola ekonomi lokal;
442
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
d. Mengembangkan forum dialog antar stakeholder yang mendorong perwujudan kerjasama; e. Mengembangkan pendidikan kejuruan untuk memperkuat kemampuan inovasi, dan kreatifitas lokal di sektor pertanian dan perikanan; f. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat mengenai kelestarian daerah resapan serta mitigasi bencana, terutama di Kawasan Perdesaan Cibaliung, Pamekasan, Banyuwangi, dan Tabanan; Secara diagramatis, lokasi prioritas pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan dapat dilihat pada Gambar 7.2 dan Tabel 7.4- Tabel 7.5. Tabel 7.4. Lokasi Prioritas Kawasan Strategis Nasional Perkotaan Sebagai Pusat Pertumbuhan Wilayah di Jawa-Bali Kode Lokasi Prioritas Kawasan Perkotaan K1 Metropolitan Jabodetabek: Kota Jakarta, Kab. Bogor, Kota Bekasi, Kab. Tangerang, Kota Tangerang, Kota Depok, Kab. Bekasi, Kota Tangerang Selatan, Kota Bogor K2
Kawasan Perkotaan Metropolitan Cekungan Bandung: Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kota Cimahi, Kab. Majalengka, Kab.
Fokus Pengembangan Diarahkan sebagai pusat kegiatan skala global yang mendukung pertumbuhan wilayah nasional dan memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan dengan pusatpusat pertumbuhan atau kotakota ditingkat internasional.
Diarahkan sebagai pusat kegiatan skala global yang berorientasi pada meningkatkan spesialisasi fungsi jasa pendidikan, teknologi sistem informasi, industri, dan dan pariwisata perkotaan (urban tourism)
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
443
K3
Sumedang Kawasan Perkotaan Metropolitan Kedungsepur: Kota Semarang, Kab. Kendal, Kota Salatiga, Unggaran (Ibukota Kab. Semarang), Kab. Demak, Purwodadi (Ibukota Kab. Grobogan)
Diarahkan sebagai pusat kegiatan skala global yang berfungsi mendorong pertumbuhan sektor jasa, teknologi informasi, pariwisata, dan industri wilayah Jawa Tengah
K4
Kawasan Perkotaan Metropolitan Gerbang Kertosusila: Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo, Kab. Gresik, Kab. Mojekerto, Kab. Lamongan, Kab. Bangkalan, Kota Mojekerto
Diarahkan sebagai pusat kegiatan skala global yang dipertahankan untuk berfungsi sebagai pusat kegiatan nasional yang mendukung pelayanan pengembangan wilayah Indonesia bagian Timur
K5
Kawasan Perkotaan Metropolitan Sarbagita: Kota Denpasar, Kab. Badung, Kab. Gianyar, Kab. Tabanan
Diarahkan sebagai pusat kegiatan skala global yang mendorong pertumbuhan wilayah disekitarnya sebagai sentra produksi wilayah pulau serta sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional berbasis kegiatan pariwisata yang bertaraf internasional
Sumber : Bappenas, 2014 Tabel 7.5. Lokasi Prioritas Peningkatan Keterkaitan Desa-Kota Untuk Memperkuat Pusat di Jawa-Bali Kode D1 444
Lokasi Kawasan Cibaliung dan
Kelompok Kawasan •
Perkotaan
•
Komoditas Unggulan Kedelai
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kode
D2
Lokasi Kawasan sekitarnya (Kab. Pandeglang, Prov. Banten)
Pamekasan dan sekitarnya (Kab. Pamekasan, Kab. Sampang, Prov. Jatim)
Kelompok Kawasan
•
• •
•
D3
Banyuwangi dan sekitarnya (Kab. Banyuwangi, Prov. Jatim)
• •
•
D4
Tabanan dan sekitarnya (Kab. Tabanan, Prov. Bali)
• •
•
•
Cibaliung Kawasan Agropolitan (Kedelai): Pandeglang PKW Pamekasan Kawasan Agropolitan (Jagung): Pamekasan, Sampang Kota Otonom Terdekat : Surabaya PKW Banyuwangi Kawasan Minapolitan Perikanan Tangkap: Muncar Kawasan Tertinggal: Pujer Perkotaan Tabanan Kawasan Agropolitan: Salamandeg Barat, Salamandeg Timur, Kerambitan Kawasan Pariwisata: KSPN Kuta-Sanur-Nusa Dua Kota Otonom Terdekat : Denpasar
Komoditas Unggulan
• •
•
• • •
•
Jagung Sapi
Perikanan Tangkap
Padi Sapi Wisata Bahhari Wusata Sejarah
Sumber : Bappenas, 2014 Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
445
7.5.3. Pengembangan Daerah Tertinggal
Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Jawa-Bali difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik dan pengembangan perekonomian masyarakat yang berbasis industri dan jasa yang didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan pusat pertumbuhan. Percepatan pembangunan daerah tertinggal dilakukan melalui strategi sebagai berikut: 1.
Pemenuhan Pelayanan Publik Dasar
Mendukung pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan publik dasar di daerah tertinggal Wilayah Jawa-Bali dengan prioritas program sebagai berikut: a. Bidang Pendidikan 1) Pemerataan distribusi tenaga pendidik diutamakan di Pulau Madura, bagian barat dan timur Pulau Jawa; 2) Peningkatan kapasitas tenaga pendidik diutamakan di Pulau Madura, bagian barat dan timur Pulau Jawa; 3) Penyelenggaraan sekolah satu atap di daerah tertinggal (SD, SMP, SMA/SMK); 4) Pembangunan tertinggal;
sekolah
berasrama
di
daerah
5) Pengembangan asrama sekolah; 6) Pengembangan pendidikan kesetaraan (kelompok belajar paket A,B,C); 7) Pemberian kuota khusus beasiswa Perguruan Tinggi untuk daerah tertinggal.
446
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
n a a s e d r e P n a d n a a t o k r e P n i l a s a a B a 2 . w a 7 K w a r n J a h b a g a m n y a a a i G b l m W e g n e P s a t i r o i r P i s a k o L a t e P
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
447
b. Bidang Kesehatan 1) Pemerataan distribusi tenaga kesehatan diutamakan di Pulau Madura, bagian barat dan timur Pulau Jawa; 2) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan diutamakan di Pulau Madura, bagian barat dan timur Pulau Jawa; 3) Pengembangan fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pratama di daerah tertinggal; 4) Pemerataan alat kesehatan dan obat-obatan di daerah tertinggal; 5) Pengembangan telemedis di daerah tertinggal. 2. Pengembangan Ekonomi Lokal Pengembangan kinerja perekonomian masyarakat di daerah tertinggal secara terpadu dalam rangka meningkatkan nilai tambah sesuai dengan karakteristik, posisi strategis, dan keterkaitan antar kawasan. Strategi ini meliputi aspek infrastruktur, manajemen usaha, akses permodalan, inovasi, dan pemasaran dengan prioritas program sebagai berikut: a. Pengembangan kegiatan perekonomian sub-sektor perikanan laut, garam, dan produk olahan laut diutamakan di Pulau Madura; b. Pengembangan perekonomian masyarakat pada subsektor perkebunan, tanaman pangan, dan hortikultura diutamakan di baratdan timur Pulau Jawa; c. Menyusun rencana induk dan rencana aksi pengembangan ekonomi berbasis pada agroindustri perkebunan, tanaman hortikultura, dan kelautan; d. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di Pulau Jawa seperti penyediaan tenaga pendamping; e. Optimalisasi peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) khususnya sub-sektor pangan, perkebunan, dan kawasan pesisir; f. Pengembangan sistem logistik ikan melalui penyediaan Cold Storage disetiap sentra perikanan; 448
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
g. Pengembangan sentra kuliner pengolahan hasil laut di wilayah pesisir; h. Pengembangan kelembagaan mikro; i. Pengembangan koperasi simpan pinjam; j. Pemberian skema kredit yang afirmatif bagi petani, nelayan, peternak; k. Pengembangan pasar kecamatan tradisional. 3.
Penguatan Konektivitas dan Sislognas
Peningkatan konektivitas daerah tertinggal dengan pusat pertumbuhan, diprioritaskan pada ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang pada peningkatan kinerja pembangunan ekonomi daerah, dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Pembangunan infrastruktur jalan dan sarana transportasi di desa-desa terisolir khususnya di Pulau Madura, bagian timur, dan bagian barat Pulau Jawa; b. Penyediaan dan pembangunan prasarana dan fasilitas pendukung kereta api di kawasan Pulau Jawa dan Madura; c. Pembangunan dan pemeliharaan sistem jaringan kawasan utara Pulau Jawa; d. Pengembangan pelabuhan penyebrangan antarpulau; e. Pembangunan sarana transportasi air di desa-desa terisolir bagian utara Pulau Jawa; f. Pengembangan pelabuhan berskala nasional; g. Pengembangan bandara perintis di kawasan Pulau Jawa dan Madura; h. Pengembangan jalan tol. 4.
Penguatan Kemampuan SDM dan IPTEK
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan kapasitas kelembagaan pemangku kepentingan pembangunan daerah tertinggal di pusat maupun di daerah yang terintegrasi untuk menunjang pengelolaan industri Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
449
dan jasa. Strategi ini meliputi aspek peraturan perundangan, tata kelola, SDM, rumusan dokumen kebijakan, dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Peningkatan kualitas aparatur daerah khususnya pada pemenuhan SPM pada bidang pendidikan, kesehatan, listrik, dan telekomunikas di daerah tertinggal dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian; b. Peningkatan kualitas aparatur daerah khususnya pada pengembangan ekonomi daerah dan ekonomi masyarakat pada perkebunan, pangan-hortikultura, dan perikanan laut (pesisir) dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian; c. Pengembangan kewirausahaan bagi pemuda; d. Peningkatan teknologi pengolahan limbah hasil industri; e. Pengembangan pusat informasi pemasaran serta teknologi, pendidikan, pelatihan, pengembangan SDM pelaku usaha khususnya sub-sektor perkebunan dan perikanan laut. f. Pengembangan Kewirausahaan. 5.
Balai
Pelatihan
Kerja
dan
Penguatan Regulasi dan Insentif
Dalam upaya mendukung percepatan pembangunan daerah tertinggal, perlu adanya evaluasi terhadap harmonisasi dan regulasi agar afirmasi terhadap daerah tertinggal secepatnya dapat direalisasikan melalui prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Harmonisasi kebijakan, program, dan kegiatan daerah untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal; b. Penyusunan Strategi Daerah tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal; c. Koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah dengan pemerintah daerah dan antar-SKPD dalam penyelenggaraan program pembangunan di daerah; 450
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
d. Pemberian insentif untuk pihak swasta dalam proses pengembangan usaha di daerah tertinggal; e. Tunjangan khusus penyuluh pertanian. 6.
Pembinaan Daerah Tertinggal Terentaskan
Pembinaan daerah tertinggal yang terentaskan melalui penguatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah dan peningkatan kapasitas SDM. 7. Pengembangan Kawasan Perdesaan dan Transmigrasi Mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi sebagai upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah. Dalam proses pembangunan kedepan, diharapkan kawasan transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan baru dapat mendukung upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal dan pengembangan kawasan perdesaan. Pada periode RPJMN 2010-2014 wilayah Jawa-Bali terdiri dari 7 provinsi dengan total 128 kabupaten/kota, dimana 7,03 persen atau 9 kabupaten masuk dalam kategori daerah tertinggal. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) daerah tertinggal di wilayah ini sebesar 67,51, berada dibawah target IPM rata-rata nasional di daerah tertinggal dalam RPJMN 20102014 sebesar 72,2. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,78 persen, jauh dari target yang diharapkan pada RPJMN 2010-2014, sebesar 7,1 persen. Angka kemiskinan di daerah tertinggal Wilayah Jawa-Bali masih sebesar 15,82 persen, jauh dari target Angka Kemiskinan secara nasional di daerah tertinggal dalam RPJMN 2010-2014, sebesar 14,2 persen. Dalam periode RPJMN 2010-2014 di wilayah Jawa-Bali telah ditetapkan 9 kabupaten tertinggal yang menjadi lokus agenda percepatan pembangunan daerah tertinggal. Pada akhir tahun 2014 diindikasikan terdapat 3 kabupaten tertinggal yang dapat terentaskan. Sehingga pada periode RPJMN 2015-2019 jumlah daerah tertinggal di Jawa-Bali diperkirakan sebanyak 6 kabupaten. Pada akhir periode RPJMN 2015-2019 ditargetkan sebanyak 6 kabupaten tertinggal dapat terentaskan.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
451
9 1 0 2 5 1 0 2 i l a B a w a J u a l u P h 3 . a y 7 l a r i a b W l m a a g G g n i t r e T h a r e a D n a r a b e S a t e P
452
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
453
7.5.4. Penanggulangan Daerah Bencana
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke 4 di dunia setelah Amerika Serikat; dan lebih dari 50 persen jumlah penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa. Jumlah penduduk miskin di Indonesia diwakili Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur sehingga potensi kerentanan sosial terhadap kejadian bencana sangat tinggi di Pulau Jawa, dibandingkan pulau-pulau lainnya. Berdasarkan data dari BNPB, bencana alam yang paling dominan berpotensi terjadi di Wilayah Jawa-Bali adalah banjir, tanah longsor, gempa bumi, letusan gunung api, tsunami. Tingginya risiko bencana alam di wilayah Jawa-Bali dapat disebabkan tingkat ancaman yang tinggi, potensi jumlah penduduk terpapar tinggi dan potensi kerugian ekonomi tinggi, mengingat karakteristik demografi dan pertumbuhan di JawaBali yang lebih tinggi dibandingkan pulau-pulau lainnya. Disamping itu, kapasitas penanggulangan bencana yang belum merata, baik kelembagaan, peringatan dini, mitigasi maupun kesiapsiagaan menghadapi bencana. Berdasarkan DIBI yang merekam kejadian bencana tahun 1815-2014 untuk berbagai kejadian bencana di Pulau Jawa-Bali telah mengakibatkan 93.482 orang meninggal dunia, 207.969 orang luka-luka, 2.841 orang hilang, 4.966.943 orang mengungsi dan 506.643 rumah hancur/rusak. Untuk mendukung keberlanjutan pembangunan dan meminimalisir dampak bencana di masa mendatang, maka arah kebijakan penanggulangan bencana di wilayah Jawa-Bali adalah mengurangi risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan dan meningkatkan ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat terhadap bencana. Strategi penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana adalah sebagai berikut: 1.
Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, melalui:
a. Pengenalan, pengkajian dan pemantauan risiko bencana melalui penyusunan kajian dan peta risiko skala
454
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
1:50.000 pada kabupaten sasaran dan skala 1:25.000 untuk kota sasaran dengan memperhatikan indikator risiko iklim; b. Pemanfaatan kajian dan peta risiko dalam penyusunan dan review RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota; c. Penyusunan Rencana Penanggulangan (RPB) Bencana Kab/Kota dan Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD PRB) berdasarkan kajian dan peta risiko bencana dan menjadi masukan dalam penyusunan RPJMD Kab/Kota; d. Harmonisasi kebijakan dan regulasi penanggulangan bencana di pusat dan daerah; e. Penyusunan rencana kontinjensi pada kabupaten/kota sasaran sebagai panduan kesiapsiagaan dan operasi tanggap darurat dalam menghadapi bencana banjir, gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api. 2. Penurunan kerentanan terhadap bencana, melalui: a. Mendorong dan menumbuhkan budaya sadar bencana serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan; b. Peningkatan sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakat baik melalui media cetak, radio dan televisi kepada masyarakat di kabupaten/kota risiko tinggi; c. Meningkatkan kerjasama dengan mitra pembangunan, OMS dan dunia usaha untuk mengurangi kerentanan sosial dan ekonomi masyarakat; d. Peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah pasca bencana, melalui percepatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana alam; e. Pemeliharaan dan penataan lingkungan disekitar daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung, Citarum, Bengawan Solo, Cisadane dan daerah rawan bencana alam lainnya; f. Membangun dan menumbuhkan kearifan lokal dalam membangun dan mitigasi bencana. Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
455
3.
Peningkatan melalui:
kapasitas
aparatur
dan
masyarakat,
a. Penyediaan sistem peringatan dini bencana tsunami di 28 Kabupaten/Kota rawan bencana tsunami di Pulau Jawa-Bali dan memastikan berfungsinya sistem peringatan dini dengan baik; b. Penyediaan sistem pemantauan gunung api di Cilegon, Tasikmalaya, Wonosobo, Magelang, Kediri, Blitar, Klaten, Sleman, Bangli, Karangasem dan memastikan dapat berfungsi dengan baik; c. Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK dan pendidikan untuk pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana; d. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan rambu-rambu evakuasi) menghadapi bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan banjir; e. Pengembangan Desa Tangguh Bencana yang difokuskan pada pusat-pusat pertumbuhan dan kegiatan yang berisiko tinggi di Pulau Jawa-Bali dalam rangka mendukung Gerakan Desa Hebat; f. Penguatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan, di Wilayah Jawa-Bali yang dapat menjangkau wilayah pasca bencana yang terpencil; g. Pembentukan dan penguatan kapasitas forum pengurangan risiko bencana di kabupaten/kota risiko tinggi bencana; h. Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan banjir.
456
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 i l a B a w a J u a l u P 4 . h 7 a r y a a i b l W m a a G n a c n e B o k i s i R s k e d n I a t e P
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
457
Tabel 7.6. Tabel 7.7. Profil Kerawanan dan Risiko PKN, PKW dan PKSN di Wilayah Jawa-Bali
Wilayah
Index Kerawanan (IRBI 2011)
Kelas Multi Risiko tingkat Kabupaten/Kota
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Jawa-Bali Kawasan DKI Jakarta: tinggi DKI Jakarta: sedang Jabodetabek untuk banjir Kota Bogor : tinggi (Jakarta, Bogor, Kota Bogor : tinggi Kota Depok: sedang Depok, Tangerang, untuk banjir dan Kota Tangerang: Bekasi) Longsor sedang Kota Depok: tinggi Kab. Tangerang: untuk banjir, cuaca tinggi ekstrim Kota Bekasi: Kota Tangerang: sedang tinggi untuk banjir, Kab. Bekasi : tinggi cuaca ekstrim Kab. Tangerang: tinggi untuk banjir, cuaca ekstrim Kota Bekasi; tinggi untuk banjir, cuaca ekstrim Kab. Bekasi tinggi untuk banjir, cuaca ekstrim Bandung Raya Kota Bandung: Kota Bandung: tinggi untuk banjir Tinggi dan tanah longsor. Kab. Bandung Barat Bandung Barat : : Tinggi tinggi untuk gempabumi. Kawasan Kota Semarang: Kota Semarang: Perkotaan tinggi untuk banjir Tinggi Kedungsepur dan tanah longsor. Kab. Kendal: tinggi 458
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kelas Multi Risiko Wilayah tingkat Kabupaten/Kota (Kendal, Demak, Kab. Kendal: tinggi Kab. Demak: tinggi Semarang, untuk banjir dan Kab. Ungaran: data Ungaran, cuaca ekstrim belum tersedia Purwodadi) Kab. Demak: tinggi Kab. Purwodadi: untuk banjir, cuaca data belum tersedia ekstrim, abrasi Kab. Ungaran: data belum tersedia Kab. Purwodadi: data belum tersedia Malang Tinggi untuk Kab.Malang: Tinggi ancaman : banjir, gempabumi Cilegon Kota Cilegon : tinggi Kota Cilegon: untuk letusan Tinggi gunung api Cirebon Kab. Cirebon : tinggi Kota/Kab Cirebon: banjir, tanah Tinggi longsor. Kawasan Gresik : tinggi untuk Gresik: Tinggi Perkotaan banjir, tanah Bangkalan: Gerbangkertosusila longsor, angin Tinggi (Gresik,Bangkalan, topan. Kota/Kab Mojokerto, Bangkalan : tinggi Mojokerto: Surabaya, Sidoarjo, untuk banjir Tinggi Lamongan) Mojokerto : tinggi Kota Surabaya: untuk banjir dan Tinggi tanah longsor Sidoarjo: Tinggi Kota Surabaya : Lamongan: tinggi untuk cuaca Tinggi ekstrim Sidoarjo : tinggi untuk banjir Lamongan : tinggi untuk banjir. Index Kerawanan (IRBI 2011)
• •
•
•
• •
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
459
Wilayah
Kawasan Perkotaan Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan)
Index Kerawanan (IRBI 2011)
Kelas Multi Risiko tingkat Kabupaten/Kota Denpasar: Tinggi Badung: Tinggi Gianyar: Sedang Tabanan: Tinggi
Denpasar : tinggi untuk banjir, cuaca ekstrim Badung : tinggi untuk cuaca ekstrim, abrasi. Gianyar : tinggi untuk tanah longsor, banjir. Serang Tinggi untuk Tinggi ancaman : banjir, Cilacap Tinggi untuk Cilacap: Tinggi ancaman: banjir, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, kebakaran. Yogyakarta Tinggi untuk Yogyakarta: Tinggi ancaman: gempabumi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Jawa-Bali Sukabumi Tinggi untuk Tinggi ancaman : banjir, gempa, kebakaran. Tasikmalaya Tinggi untuk Tinggi ancaman : banjir, gempa, letusan gunung api. Pekalongan Kab. Pekalongan : Kota/Kab banjir, abrasi, tanah Pekalongan: Tinggi longsor, cuaca ekstrim, kebakaran Kota Pekalongan : tanah longsor, kebakaran, banjir. Wonosobo Tinggi untuk Sedang 460
•
• •
•
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Wilayah
Kebumen
Magelang
Boyolali
Tuban
Bojonegoro
Pacitan
Kediri
Jember
Banyuwangi
Index Kerawanan (IRBI 2011)
Kelas Multi Risiko tingkat Kabupaten/Kota
ancaman: banjir, tanah longsor, gempabumi, letusan gunung api,. Tinggi untuk Kebumen: Tinggi ancaman : banjir dan tanah longsor, tsunami. Tinggi untuk Magelang: Sedang ancaman : tanah longsor, letusan gunung api, gempa bumi, banjir. Tinggi untuk Boyolali: Tinggi ancaman: banjir, gempa bumi. Tinggi untuk Tuban: Tinggi ancaman: Banjir Tinggi untuk Bojonegoro: Tinggi ancaman: Banjir Tinggi untuk Pacitan: Tinggi ancaman: Banjir dan tanah longsor Tinggi untuk Kota/Kab Kediri: ancaman: Tinggi letusan gunung api Tinggi untuk Jember: Tinggi ancaman: Banjir dan tanah longsor, angin topan Tinggi untuk Banyuwangi:
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
461
Wilayah
Blitar
Madiun
Probolinggo
Singaraja
Indramayu
Tegal
Pandeglang
Kudus
Bantul 462
Index Kerawanan (IRBI 2011)
Kelas Multi Risiko tingkat Kabupaten/Kota Tinggi
ancaman: gempabumi, tsunami, angin topan, kekeringan Tinggi untuk Kota/Kab Blitar: ancaman: Tinggi letusan gunung api, gempa bumi Tinggi untuk Kota/Kab Madiun: ancaman: Tinggi angin topan, kekeringan Tinggi untuk Kota/Kab ancaman: Probolinggo: Tinggi Banjir Tinggi untuk Kab Buleleng: ancaman: Tinggi banjir dan tanah longsor Tinggi untuk Indramayu: Tinggi ancaman: banjir, Tinggi untuk Kota/Kab Tegal: ancaman: Tinggi angin topan, kekeringan Tinggi untuk Pandeglang: Tinggi ancaman: banjir dan tanah longsor. Tinggi untuk Kudus: Tinggi ancaman: banjir dan tanah longsor. Tinggi untuk Bantul: Tinggi Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Wilayah
Klaten
Sleman
Mojokerto
Semarapura
Negara
Pelabuhan Ratu
Pangandaran
Pamekasan
Index Kerawanan (IRBI 2011)
ancaman: banjir dan tanah longsor, gempabumi. Tinggi untuk ancaman: banjir, tanah longsor, gempabumi, letusan gunung api, Tinggi untuk ancaman: gempabumi, letusan gunung api, Tinggi untuk ancaman: banjir Tinggi untuk ancaman: gempabumi, tsunami Tinggi untuk ancaman: banjir, tanah longsor, Tinggi untuk ancaman: banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan Tinggi untuk ancaman: banjir, tsunami Tinggi untuk ancaman:
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kelas Multi Risiko tingkat Kabupaten/Kota
Klaten: Tinggi
Sleman: Tinggi
Kota/Kab Mojokerto: Tinggi Kab Klungkung: Sedang
Kab. Tinggi
Jembrana:
Kab. Tinggi
Sukabumi:
Kab. Ciamis: Tinggi
Pamekasan: Tinggi
463
Wilayah
Index Kerawanan (IRBI 2011)
Kelas Multi Risiko tingkat Kabupaten/Kota
Banjir Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014 7.5.5. Pengembangan Tata Ruang Wilayah Jawa-Bali A. Arah Kebijakan Tata Ruang Wilayah Jawa-Bali
1) Kebijakan untuk mewujudkan kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis mitigasi dan adaptasi bencana meliputi: a. Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional yang menjalar (urban sprawl); dan b. Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional di kawasan rawan bencana. 2) Kebijakan untuk mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan daya saing melalui pengembangan dan pemantapan jaringan transportasi yang terpadu untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah dan efisiensi ekonomi; dan 3) Kebijakan untuk mewujudkan lumbung pangan nasional yang berkelanjutan, meliputi: a. pemertahanan lahan pertanian untuk tanaman pangan, termasuk lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan b. pengembangan dan pemertahanan jaringan prasarana sumber daya air untuk meningkatkan luasan lahan pertanian untuk tanaman pangan. 4) Kebijakan untuk mewujudkan peningkatan keterkaitan ekonomi antarpusat industri industri yang berdaya saing dan ramah lingkungan. 5) Kebijakan untuk mewujudkan kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang memadai untuk pembangunan, meliputi:
464
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
a. peningkatan luasan kawasan berfungsi lindung paling sedikit 30 persen dari luas Pulau Jawa-Bali sesuai dengan kondisi ekosistemnya; dan b. pengembangan kawasan lindung dan kawasan budi daya untuk meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. 6) Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) dalam rangka menjaga momentum fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan hidup. B. Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah Jawa-Bali I. Struktur Ruang Pulau Jawa-Bali
1. Strategi pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional yang menjalar (urban sprawl) meliputi: a. mengendalikan perkembangan kawasan permukiman, perdagangan, jasa, dan/atau industri di kawasan perkotaan nasional sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; dan b. mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan nasional yang berdekatan dengan kawasan lindung. 2. Strategi pengembangan dan pemantapan jaringan transportasi yang terpadu untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah dan efisiensi meliputi: a. mengembangkan dan/atau memantapkan akses prasarana dan sarana transportasi darat, laut, dan/atau udara yang menghubungkan antarkawasan perkotaan nasional dan memantapkan koridor ekonomi Pulau Jawa-Bali; dan b. memantapkan akses prasarana dan sarana transportasi darat yang meliputi jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, serta jaringan transportasi penyeberangan yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan sentra produksi, pelabuhan, dan/atau bandar udara; dan Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
465
Prioritas lokasi pengembangan pusat kegiatan di Pulau JawaBali pada periode 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 7.8 Tabel 7.8 Prioritas Lokasi Pengembangan Pusat Kegiatan Pulau JawaBali Periode 2015-2019 Provin Pusat Kegiatan dalam RTRWN si PKN PKW PKS N DKI Kawasan Pandeglang Jakarta Perkotaan (II/B) Jabodetabek (I/C/3) Banten Serang (I/C/1) Rangkas Bitung (II/B) Cilegon (I/C/1)
Jawa Barat
Kawasan Perkotaan Bandung Raya (I/C/3) Cirebon(I/C/1)
Jawa Surakarta Tengah (I/C/1)
466
Sukabumi (I/C/1)
Cikampek – Cikopo (I/C/1) Pelabuhanratu (II/C/2) Indramayu (II/C/1) Kadipaten (II/C/2) Tasikmalaya (I/C/1) Pangandaran (II/C/2) Boyolali (II/B)
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Provin si
Pusat Kegiatan dalam RTRWN PKN Kawasan Perkotaan Semarang-KendalDemak-UngaranPurwodadi (Kedungsepur) (I/C/3) Cilacap (I/C/1)
PKW
PKS N
Klaten (II/C/1)
Salatiga (II/C/1) Tegal (II/C/1) Pekalongan (I/C/1) Kudus (I/C/1) Cepu (II/C/1) Magelang (I/C/1) Wonosobo (II/C/1) Kebumen (II/C/1) Purwokerto (II/C/1)
DIY
Yogyakarta (I/C/3)
Jawa Timur
Kawasan Perkotaan (Gerbangkertosusila ) (I/C/3) Malang (I/C/1)
Bantul (I/D/1), (II/C/1) Sleman (II/C/1) Probolinggo (II/C/1)
Tuban (I/C/1) Kediri (I/C/1)
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
467
Provin si
Bali
Pusat Kegiatan dalam RTRWN PKN
Kawasan Perkotaan Denpasar-BangliGianyar- Tabanan (Sarbagita) (I/C/1)
PKW
PKS N
Madiun (II/C/1) Banyuwangi (I /C/1) Jember (II/C/2) Blitar (II/C/2) Pamekasan (II/C/2) Bojonegoro (II/C/2) Pacitan (II/C/2) Singaraja (I/C/1)
Semarapura (II/B) Negara (II/B) Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014 II. Pengembangan Kawasan Lindung
Strategi terkait Arah Kebijakan dalam rangka mewujudkan kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang memadai untuk pembangunan adalah sebagai berikut: 3. Peningkatan luasan kawasan berfungsi lindung paling sedikit 30 persen dari luas Pulau Jawa-Bali sesuai dengan kondisi ekosistemnya meliputi: c. Pertahanan luasan kawasan berfungsi lindung dan merehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi; d. Pengendalian dan rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) kritis; 468
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
e. Pengendalian dan rehabilitasi kawasan lindung di bagian hulu Wilayah Sungai (WS), kawasan hutan lindung, kawasan resapan air, dan kawasan konservasi; dan 4. Pengembangan kawasan lindung dan kawasan budidaya untuk meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, meliputi: pengembangan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budi daya melalui kerja sama antardaerah untuk kelestarian pemanfaatan sumber daya alam. 3. Strategi pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional di kawasan rawan bencana meliputi: a. menetapkan zona-zona rawan bencana beserta ketentuan mengenai standar bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana di kawasan perkotaan nasional; dan b. mengendalikan perkembangan kawasan budi daya terbangun di kawasan perkotaan nasional yang berpotensi terjadinya bencana. III. Pengembangan Kawasan Budidaya 1. Strategi pemertahanan lahan pertanian untuk tanaman pangan, termasuk lahan pertanian pangan berkelanjutan meliputi: a. Pengembangan dan pemeliharaan bendungan beserta waduknya untuk mempertahankan daya tampung air yang menjamin penyediaan air baku bagi kegiatan pertanian tanaman pangan; dan b. Pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi teknis pada daerah irigasi (DI) untuk meningkatkan luasan lahan pertanian tanaman pangan. 2. Strategi pengembangan dan pemertahanan jaringan prasarana sumber daya air untuk meningkatkan luasan lahan pertanian tanaman pangan meliputi:
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
469
a. Pemertahanan luas lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan mengendalikan kegiatan budi daya lainnya; b. Pengendalian alih fungsi peruntukan lahan pertanian untuk tanaman pangan; dan c. Pengendalian perkembangan fisik kawasan perkotaan nasional untuk menjaga keutuhan lahan pertanian tanaman pangan. 3. Strategi peningkatan keterkaitan ekonomi antarpusat industri industri yang berdaya saing dan ramah lingkungan meliputi: a. Peningkatkan penataan lokasi kegiatan industri di dalam kawasan industri; dan b. Peningkatkan kegiatan industri yang benilai tambah tinggi dengan penggunaan teknologi tinggi dan ramah lingkungan. IV.
Pengembangan Kawasan Strategis Nasional
Dalam rangka pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) dikembangkan 4 (empat) KSN yang mendukung pengembangan wilayah di Pulau Jawa-Bali. Strategi pengembangan KSN di Pulau Jawa-Bali dapat dilihat pada Tabel 7.9. Tabel 7.9 Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Nasional di Pulau Jawa-Bali
No 1
KSN
Tipe
Kawasan Perkotaan Sarbagita
Kepentinga n Ekonomi
470
Strategi Pengembangan keterpaduan sistem pusatpusat kegiatan yang mendukung fungsi kawasan
K/L
- Kementeri an Agraria dan Tata Ruang - Bappenas
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
No
KSN
2
Kawasan Perkotaan Kedungse pur
3
Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung
4
Kawasan Perkotaan Jabodetab ek punjur
Tipe
Strategi
K/L
berbagai pusat kegiatan ekonomi nasional berbasis kegiatan pariwisata yang bertaraf internasional di Kawasan Perkotaan Sarbagita
- Kementeri an LH dan Kehutanan
Pemantapan sistem kota-kota secara hierarki dan terintegrasi dalam bentuk perkotaan inti dan perkotaan disekitarnya sesuai dengan fungsinya dan perannya di Kawasan Perkotaan Kedungsepur Kepentinga n Ekonomi dan Lingkunga n Hidup
Peningkatan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan, untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah dengan mempertahankan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
471
No
KSN
Tipe
Strategi
K/L
kualitas dan kuantitas air tanah dan air permukaan, serta penanggulangan banjir di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung dan Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunju r Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014 7.5.6. Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah
Arah kebijakan pengembangan Wilayah Jawa-Bali yakni peningkatan kapasitas pemerintah daerah yang mendorong daya saing nasional berbasis industri, lumbung pangan nasional, serta perdagangan dan jasa berskala internasional, dengan strategi: 1. 2. 3.
4. 5. 6.
Penguatan regulasi dan kebijakan penataan kewenangan; Penguatan peran gubernur melalui sebagai wakil Pemerintah Pusat; Penerapan standar pelayanan dan sistem pengaduan pada tiap pemerintah daerah yang terintegrasi dengan manajemen kinerja; Penguatan peran PTSP sebagai sarana penyederhanaan pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha. penguatan mutu pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi sesuai arah dan prioritas pembangunan daerah. Peningkatan proporsi belanja modal;
472
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
7.
Pengembangan variasi pendanaan untuk belanja infrastruktur di daerah, antara lain melalui skema hibah, pinjaman, dan skema obligasi; 8. Peningkatan akuntabilitas dan transparansi penganggaran, salah satunya melalui penciptaan informasi anggaran pemerintah daerah melalui e-government. 9. Penataan mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer yang terintegrasi di tingkat provinsi secara on-line; 10. Penguatan tranparansi dan akuntabilitas kebijakan dan pengelolaan keuangan Daerah.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
473
7.6. Kaidah Pelaksanaan Pengembangan Wilayah JawaBali 7.6.1. Prioritas Program Pembangunan 7.6.1.1. Provinsi DKI Jakarta
Tabel 7.10. Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi DKI Jakarta Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional KERETA API 1. Pembangunan jalur lingkar KA layang (elevated loopline) Jabodetabek termasuk shortcut antara Manggarai - Pondok Jati & Rajawali – Kampung Bandan 2. Pembangunan shortcut antara Palmerah dan Karet Lintas Serpong 3. Pembangunan MRT North-South antara Kampung Bandan – Lebak Bulus (Porsi Pemerintah) 4. Koridor Green Line (Circular Line) 5. Koridor Green Line (Extention) 6. Pembangunan KA Bandara Soekarno-Hatta express line (Porsi Pemerintah dalam skema KPS) 7. Pengembangan fasilitas baru KA Jabodetabek (ATP, Workshop) 8. Peningkatan prasarana KA eksisting Jabodetabek 9. Pembangunan jalur KA baru lingkar luar Jabodetabek antara Parungpanjang - Citayam (jalur ganda dan elektrifikasi) termasuk pengadaan lahan 10. Pembangunan jalur KA baru lingkar luar Jabodetabek antara Nambo - Cikarang - Tj. Priok/Kalibaru 11. Lanjutan pembangunan double-double track (DDT) dan elektrifikasi antara Manggarai - Cikarang termasuk pengadaan lahan PERHUBUNGAN DARAT 1. Pengembangan BRT Transjakarta 474
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional PERHUBUNGAN LAUT 1. Pembangunan dermaga Kali Baru Utara (Tahap 1) - New Priok 2. Pengembangan Terminal Multipurpose di area Reklamasi Ancol Timur JALAN 1. Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Akses Tanjung Priok (E2, E2 A, dan NS) dan Akses Dry Port Cikarang 2. Pembangunan Jalan Bekasi - Cikunir – Cawang 3. Pembangunan Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kp. Melayu 4. Pembangunan Jalan Tol Depok-Antasari 5. Pembangunan Jalan Tol JORR W2 - Utara (7,67 km) 6. Pembangunan Flyover Dalam Kota (Semanggi, RE Martadinata, Pinang Baris, Pancoran, Kuningan, Sudirman) 7. Pembangunan FO/Underapass Perlintasan KA SUMBER DAYA AIR 1. Pembangunan Sudetan Kali Ciliwung ke KBT Jakarta 2. Normalisasi Kali Ciliwung Paket 1 Jakarta 3. Normalisasi Kali Ciliwung Paket 2 Jakarta 4. Normalisasi Kali Ciliwung Paket 3 Jakarta 5. Normalisasi Kali Ciliwung Paket 4 Jakarta 6. Perbaikan dan Pengaturan Kali Krukut Jakarta 7. Perbaikan dan Pengaturan Kali Cipinang Jakarta 8. Perbaikan dan Pengaturan Kali Cisadane Jakarta 9. Perbaikan dan Pengaturan Kali Buaran, Jatikramat, Cakung Jakarta 10. Perbaikan dan Pengaturan Cikarang Bekasi Laut Jakarta 11. Perbaikan dan Pengaturan Kali Cilemah Abang Jakarta 12. Perbaikan dan Pengaturan Kali Cimanceuri Jakarta 13. Pembangunan Cengkareng Drain 2 Jakarta 14. JUFMP/JEDI Paket 2A Cengkareng Floodway Jakarta 15. JUFMP/JEDI Paket 2B Lower Sunter Jakarta 16. JUFMP/JEDI Paket 6 Upper Sunter dan West Canal Flood Jakarta 17. National Capital Integrated Coastal Defence (Tanggul Laut) Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
475
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Jakarta 18. O&P Banjir Kanal Barat Jakarta 19. O&P Banjir Kanal Timur Jakarta
476
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 a t r a k a J I K D i s n i v o r P l a n o i s a N 5 . h 7 a r g a n b e n m e a M G a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
477
7.6.1.2. Provinsi Jawa Barat
Tabel 7.11. Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Jawa Barat Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional KERETA API 1. Pengembangan KA perkotaan Bandung (jalur ganda, stasiun, persinyalan, telekomunikasi dan elektrifikasi) 2. Pembangunan double-double track (DDT) antara Cikarang Cikampek 3. Lanjutan pembangunan shortcut antara Cibungur - Tanjung Rasa (track, jembatan, persinyalan, telekomunikasi, stasiun) 4. Pembangungan jalur KA antara Cikarang - Pelabuhan Cilamaya 5. Pembangunan jalur KA antara Cangkring - Pelabuhan Cirebon 6. Pembangunan jalur ganda antara Cicalengka - Kroya 7. Reaktivasi jalur KA antara Rancaekek - Tj. Sari dan pembangunan jalur KA baru antara Tj. Sari - Bandara Kertajati 8. Reaktivasi jalur KA antara Cirebon - Kadipaten dan pembangunan jalur KA baru antara Kadipaten - Bandara Kertajati 9. Reaktivasi jalur KA antara Banjar – Cijulang 10. Pembangunan High Speed Railway Jakarta - Bandung PERHUBUNGAN DARAT 1. Pengembangan Sistem Transit Kota Bandung 2. Pengembangan Sistem Transit Kota Bogor 3. Pengembangan Sistem Transit Kota Bekasi 4. Pengembangan Sistem Transit Kota Depok 5. Pengembangan Sistem Transit Kota Cimahi 6. Pengembangan Sistem Transit Kota Tasikmalaya PERHUBUNGAN UDARA 478
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 1. Pembangunan Bandara Karawang 2. Pembangunan Bandara Kertajati PERHUBUNGAN LAUT 1. Pembangunan Terminal Mobil Pelabuhan Kalibaru 2. Pengembangan Pelabuhan Pemanukan 3. Pembangunan konstruksi pelabuhan Cilamaya JALAN 1. Pembangunan Jalan Akses Menuju Bandara Internasional Karawang 2. Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Cilamaya 3. Pembangunan Jalan akses Subang ke Tol CikampekPalimanan 10 km 4. Pembangunan Jalan Akses Tol Cimanggis - Wanaherang Nangrak 5. Pembangunan Jalan Antar Kawasan MM-2100-Bekasi FajarEJIP-Lippo Cikarang (3 km) 6. Pembangunan Jalan Bekasi - Narogong – Cilengsi 7. Pembangunan Jalan Cibiru-Dayu Kolot-Soreang-PatrolCemarene 8. Pembangunan Jalan Cirebon-Kuningan-Cipasung-Ciamis 9. Pembangunan Jalan Kawasan Industri Cikarang menuju Timur Jakarta 10. Pembangunan Jalan Lintas Pantai Selatan Jawa Barat (Tegal Buleud-Sindang Barang-Kelapagenep) 11. Pembangunan Jalan menuju kawasan industri Purwakarta 5,1 Km 12. Pembangunan Jalan Pantura Cikampek – Cirebon (166,1 Km) 13. Pembangunan Jalan Soreang-Rancabali-Cidaun 14. Pembangunan Jalan Tegal Danas 15. Pembangunan Jalan Tol Ciawi-Sukabumi 16. Pembangunan Jalan Tol Cibitung - Cilincing 33,9 km (JORR 2) 17. Pembangunan Jalan Tol Cikampek-Palimanan 116. 75 km 18. Pembangunan Jalan Tol Cileunyi - Sumedang - Dawuan Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
479
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 19. Pembangunan Jalan Tol Cimanggis-Cibitung (JORR 2) 20. Pembangunan Jalan Tol Cinere-Jagorawi 14,6 km (JORR 2) 21. Pembangunan Jalan tol Pasir Koja- Soreang 22. Pembangunan Jalan tol terusan Pasteur - Ujung Berung Cileunyi, Soekarno Hatta – Gedebage 23. Pembangunan Jembatan Layang Cikarang Kota-Pasir Gombong 24. Penambahan Jalur Jalan Tol Jakarta – Cikampek 25. Pembangunan Jalan Tol Kota Bandung (BIUTR) ENERGI 1. Pipa Cirebon-Bekasi 220 km KETENAGALISTRIKAN 1. PLTU Cirebon 660 MW 2. PLTU Pelabuhan Ratu 350 MW 3. PLTU Pelabuhan Ratu 350 MW 4. PLTM Pelabuhan Ratu 350 MW 5. PLTM Cianten 2 5 MW 6. PLTM Cikaso 5 MW 7. PLTM Cirompang 8 MW 8. PLTM Cikaniki 1 3 MW 9. PLTM Cikaniki 2 3 MW 10. PLTM Cisanggiri 3 MW 11. PLTM Pakenjeng Atas 4 MW 12. PLTM Pakenjeng Bawah 6 MW 13. PLTP Patuha 55 MW 14. PLTM Cibatarua 5 MW 15. PLTM Citaraje 3 MW 16. PLTM Cianten 1 2 MW 17. PLTM Cilaki 7 MW 18. PLTM Cimandiri 3 MW 19. PLTP Patuha 55 MW 20. PLTM Cijampang 1 1 MW 21. PLTM Cibalapulang 9 MW 480
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 22. PLTM Cibalapulang-2 7 MW 23. PLTM Cibalapulang-3 6 MW 24. PLTM Cilaki 1A 3 MW 25. PLTM Cilaki 1B 10 MW 26. PLTM Cikopo-2 6 MW 27. PLTM Ciasem 3 MW 28. PLTM Cicatih 6 MW 29. PLTP Wayang Windu 110 MW 30. PLTP Kamojang 30 MW 31. PLTP Karaha Bodas 30 MW 32. PLTA Rajamandala 47 MW 33. PLTP Patuha 55 MW 34. PLTP Cibuni 10 MW 35. PLTA Jatigede 55 MW 36. PLTA Jatigede 55 MW 37. PLTM Kalapa Nunggal 3 MW 38. PLTM Cikandang 6 MW 39. PLTP Tangkuban Perahu 2 30 MW 40. PLTU Jawa-1 1 MW 41. PS Upper Cisokan Pump Storage 260 MW 42. PS Upper Cisokan Pump Storage 260 MW 43. PS Upper Cisokan Pump Storage 260 MW 44. PS Upper Cisokan Pump Storage 260 MW 45. PLTU Jawa-3 660 MW 46. PLTP Kamojang 60 MW 47. PLTP Karaha Bodas 55 MW 48. PLTP Karaha Bodas 55 MW 49. PLTP Tangkuban Perahu 2 30 MW 50. PLTP Wayang Windu 110 MW 51. PLTP Cisolok-Cisukarame 50 MW 52. PLTUIndramayu-4 1 MW 53. PLTU Jawa-3 660 MW 54. PLTU Jawa-5 1 MW Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
481
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 55. PLTP Tangkuban Perahu 1 55 MW 56. PLTP Tangkuban Perahu 1 55 MW 57. PLTP Tampomas 45 MW 58. PLTP Cisolok-Cisukarame 55 MW 59. PLTU Jawa-5 1 MW 60. PLTP Gn Ciremai 55 MW 61. PLTP Gn Ciremai 55 MW 62. PLTP Cisolok-Cisukarame 55 MW 63. PLTU Indramayu-5 1 MW SUMBER DAYA AIR 1. Pembangunan Waduk Ciawi (2015-2018) Bogor 2. Revitalisasi Situ - Jawa Barat (25 Situ) 3. Pembangunan SPAM Air Baku Kali Baru Barat dan Kali Baru Timur Bogor 4. Pembangunan DI Sadawarna Subang, Indramayu 5. Rehabilitasi Jaringan Irigasi SS Sukamandi Cs, SS Jengkol Cs, SS Gadung Cs, SS Rancabango Cs, dan SS Beres - Kab Subang (Loan World Bank - WISMP2) Bekasi 6. Pembebasan Tanah untuk Floodway Cisangkuy Bandung 7. Pembangunan Floodway Cisangkuy Bandung 8. Pembangunan Retensi Cieunteung Bandung 9. Pembangunan relokasi tanggul s. Citarum Hilir, desa Teluk Buyung Kab. Karawang 10. Pembebasan lahan untuk pembangunan tanggul s. Citarum Hilir, desa Pantai Sederhana Kab. Bekasi 11. Pembangunan tanggul s. Citarum Hilir, desa Pantai Sederhana Kab. Bekasi 12. Sodetan Sungai Cilamatan Ds. Wanasari Kec Cipunagara Subang 13. Pembebasan Lahan untuk rehabilitasi 4 anak sungai - Loan JICA IP-559 Bandung 14. Upper Citarum Basin Flood Management (Loan JICA IP-559) Bandung 15. Peningkatan Kapasitas Sungai Citarum Hulu Rancamanyar 482
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional s/d Nanjung Bandung 16. Pembebasan Lahan untuk peningkatan kapasitas s. Citarum Hilir 17. Peningkatan Kapasitas Sungai Citarum Hilir dari s. Cikao s/d Muara Gembong Bandung 18. Pembangunan Check Dam di Sungai Cipamingkis Bogor 19. Pembangunan Waduk Tegal Luar Bandung 20. Pembangunan Waduk Santosa Bandung 21. Pembangunan Waduk Sadawarna Bandung 22. Pembangunan Waduk Cimeta Bandung 23. Pembangunan Waduk Sukawana Bandung 24. Pembangunan Waduk Cikapundung Bandung 25. Pembangunan Waduk Citarik Bandung 26. Rehabilitasi Saluran Tarum Barat ruas Curug - Cibeet (Loan ADB - ICWRMIP) Karawang 27. Rehabilitasi Saluran Tarum Barat ruas Cibeet - Bekasi (Loan ADB - ICWRMIP) Bekasi 28. Rehabilitasi Saluran Tarum Barat ruas Bekasi-Cawang Bekasi 29. Operasi dan Pemeliharaan Sungai Citarum Hulu SapanNanjung dan Anak-anak Sungai Citarum Hulu Bandung 30. Pembangunan Jaringan Irigasi DI. Leuwigoong AMS-19A Garut 31. Pembangunan Jaringan Irigasi DI. Leuwigoong AMS-19B Garut 32. Perbaikan Irigasi Kecil 78 Desa Provinsi Jawa Barat 33. Pengerukan Lembah Putri di Muara Sungai Ciputrapinggan Kab. Pangandaran 34. Perbaikan dan Pengaturan Sungai Cikidang di Ds. Babakan Kec. Pangandaran Kab. Pangandaran Kab. Pangandaran 35. Pembangunan Acces Road Matenggeng Ciamis/Cilacap 36. Pembangunan Perkantoran Waduk Matenggeng Ciamis/Cilacap 37. Pembangunan Waduk Matenggeng Ciamis/Cilacap 38. Pembebasan Tanah Bendungan Matenggeng Kab. Ciamis/ Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
483
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Kab. Cilacap 39. Pembangunan Pipa Transmisi Air Baku Tasikmalaya, Ciamis, Cilacap, Banyumas
484
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 t a r a B a w a J i s n i v o r P l a n o i s a N 6 . h 7 a g r n a e b n m e a M G a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
485
7.6.1.3. Provinsi Jawa Tengah
Tabel 7.12. Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Jawa Tengah Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional KERETA API 1. Pembangunan Jalur Ganda Lintas Selatan Jawa Purwokerto - Kroya 2. Pembangunan Jalur Ganda Lintas Selatan Jawa Lanjutan Kroya - Kutoarjo 3. Lanjutan elektrifikasi jalur KA antara Yogyakarta - Solo 4. Elektrifikasi jalur KA antara Kutoarjo - Yogyakarta 5. Pembangunan shortcut Solokota - Solo jebres 6. Lanjutan reaktivasi jalur KA antara Kedungjati - Tuntang dan peningkatan jalur KA antara Tuntang - Ambarawa 7. Reaktivasi jalur KA antara Yogyakarta - Magelang dan Magelang - Ambarawa 8. Pembangunan jalur KA layang antara Jerakah - Semarang Poncol - Semarang Tawang - Alastua (perkotaan Semarang) termasuk flyover Kaligawe 9. Peningkatan jalur KA menuju Pelabuhan Cilacap 10. Reaktivasi jalur KA antara Semarang Gudang - Pelabuhan Tanjung Mas PERHUBUNGAN DARAT 1. Pengembangan Sistem Transit Kota Semarang 2. Pengembangan Semi BRT Kota Surakarta PERHUBUNGAN UDARA 1. Pengembangan Bandara Ahmad Yani Semarang PERHUBUNGAN LAUT 1. Pembangunan Pelabuhan Wonogiri di Kecamatan Paranggupito 2. Pengembangan Pelabuhan Kendal 3. Pengembangan Pelabuhan Tanjung Emas
486
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 4. Pembangunan Pelabuhan Cilacap JALAN 1. Pembangunan Fly Over Kali Banteng (Menuju Pelabuhan Tanjung Emas) 2. Pembangunan Jalan akses Pelabuhan Penyeberangan Kendal 3. Pembangunan Jalan Baru dari Desa Baseh menuju PLTG WKP Baturaden 4. Pembangunan Jalan Bypass Brebes-Tegal 5. Pembangunan Jalan Carikan - Deyangan - Bumihargo Borobudur 6. Pembangunan Jalan Kb. Agung-Wanayasa-Dieng-Wonosobo 7. Pembangunan Jalan Lingkar Sumpiuh Kab. Banyumas 8. Pembangunan Jalan Lintas Pantai Selatan Jawa Tengan (Slarang-Jladri-Mawar-Congot) 9. Pembangunan Jalan Rembang - Blora-Batas Jatim 10. Pembangunan Jalan Surakarta-Sukoharjo-Wonogiri 11. Pembangunan Jalan Tol Batang – Semarang (75km) 12. Pembangunan Jalan Tol Pejagan - pemalang (57,5 km) 13. Pembangunan Jalan Tol Pemalang – Batang (39,20 km) 14. Pembangunan Jalan tol Semarang - Solo 15. Pembangunan Jalan Wonogiri-Ngadirejo-Biting ENERGI 1. Pipa Cirebon-Semarang 230 KM 2. FSRU Jawa Tengah 550 mmcfd 3. Pipa Kepodang-TambakLorok 250 KM KETENAGALISTRIKAN 1. PLTU Tanjung Jati B-#4 660 MW 2. PLTU Adipala/Cilacap 660 MW 3. PLTM Logawa Baseh 3 MW 4. PLTM Logawa Sunyalangu 2 MW 5. PLTG Semarang 150 MW 6. PLTM Bendosari 4 MW 7. PLTM Pugeran 6 MW 8. PLTM Ambal 2 MW Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
487
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 9. PLTM Banjaran /Kbnmanis 2 MW 10. PLTM Logawa Babakan 1 MW 11. PLTM Karangpelem 2 MW 12. PLTM Palumbungan 2 MW 13. PLTP Dieng 55 MW 14. PLTP Dieng 60 MW 15. PLTU Cilacap exp 600 MW 16. PLTA Karangkates 100 MW 17. PLTU Jawa Tengah (PPP) 950 MW 18. PLTU Jawa Tengah (PPP) 950 MW 19. PLTP Ungaran 55 MW 20. PLTP Baturaden 110 MW 21. PLTP Dieng 55 MW 22. PLTP Ungaran 30 MW 23. PLTP Baturaden 110 MW 24. PLTP Ungaran 55 MW 25. PLTP Guci 55 MW 26. PLTP Candi Umbu-Telomoyo 55 MW 27. PLTP Gunung Lawu 55 MW 28. PLTP Dieng 55 MW 29. PLTU Jawa-4 1 MW 30. PS Matenggeng PS 225 MW 31. PS Matenggeng PS 225 MW 32. PLTP Ungaran 55 MW 33. PLTP Gunung Lawu 55 MW 34. PLTU Jawa-4 1 MW 35. PS Matenggeng PS 225 MW 36. PS Matenggeng PS 225 MW SUMBER DAYA AIR 1. Rehabilitasi DI Pemali (27.482 Ha) Kab Tegal - Brebes 2. Rehabilitasi DI Klambu (37.451 Ha) Kab Grobogan - Demak 3. Revitalisasi Irigasi Tambak WS pemali Juana 4. Pembangunan Bendung Karet Tondomulyo Kab Pati
488
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 5. Normalisasi dan Perkuatan Tebing Sistem Sungai Jragung Kab Demak – Grobogan 6. Perkuatan Tebing Sungai Serang Kab Demak - Grobogan 7. Normalisasi dan Perkuatan Tebing Sungai BKT Kota Semarang - Kab. Demak 8. Normalisasi dan Perkuatan Tebing Sungai Wulan Kab Kudus dan Demak 9. Normalisasi dan Perkuatan Tebing Sungai Lusi Kab Blora 10. Perkuatan Tebing Sungai Comal Kab. Pemalang 11. Perkuatan Tebing Sungai Pemali Kab. Brebes 12. PEMBANGUNAN PENGAMAN PANTAI KEDUNG SEMAT Kab Jepara, Ds Kedungmalang, Kalianyar, Surodadi, Panggung, Bulakbaru, Tanggultlare, Semat. 13. Pelaksanaan Konstruksi Bendungan Logung kab Kudus Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo 14. Pembangunan Embung Gondanglegi dan Embung Pelemputih Kab Boyolalai 15. Pembangunan Embung Coyo dan Embung Tirto Kab Grobogan 16. Rekondisi Rawa Pening Kab Semarang 17. Pembangunan Jaringan Air Baku Petanglong (Tahap I dan Tahap II) Kab Pemalang, Pekalongan 18. Pembangunan Jaringan Air Baku Dadi Muria Kab Kudus, Purwodadi 19. Pembangunan Jaringan Air Baku Semarsalat Kab Semarang, Salatiga 20. Penyempurnaan SAB Klambu Kudu Kab Demak, Grobogan, Semarang 21. Pembangunan/peningkatan DI Slinga Purbalingga 22. Rehabilitasi DI Serayu Banyumas, Cilacap Kebumen 23. Rehabilitasi DI Wadaslintang Kebumen, Purworejo 24. Peningkatan kapasitas dan normalisasi Sungai Serayu dan anak Sungainya (Sungai Serayu, Sungai Merawu, Kali Sapi, Sungai Klawing, Sungai Pekacangan) Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas 25. Peningkatan kapasitas dan normalisasi Sungai Luk Ulo dan Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
489
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional anak sungainya Wonosobo, Kebumen 26. Peningkatan kapasitas, perkuatan tebing dan pintu klep Sungai Wawar dan anak sungainya Kebumen, Purworejo 27. Peningkatan kapasitas, perkuatan tebing dan pintu klep Sungai Bogowonto dan anak sungainya Wonosobo, Purworejo 28. Peningkatan, perkuatan tebing dan Pintu Klep Sungai Progo dan anak sungainya Temanggung, Magelang, Sleman, Yogyakarta, Bantul 29. Rehabilitasi, peningkatan kapasitas dan perkuatan tebing Sungai Serayu dan anak Sungainya (Sungai Serayu, Sungai Merawu, Kali Sapi, Sungai Klawing, Sungai Pekacangan) Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas 30. Rehabilitasi, peningkatan kapasitas dan perkuatan tebing Sungai Tipar / Bengawan dan anak sungainya Cilacap, Banyumas, Kebumen 31. Rehabilitasi, peningkatan kapasitas dan perkuatan tebing Sungai Ijo dan anak sungainya Cilacap, Banyumas, Kebumen 32. Rehabilitasi, peningkatan kapasitas dan perkuatan tebing Sungai Telomoyo dan anak sungainya Kebumen 33. Rehabilitasi, peningkatan dan perkuatan tebing Sungai Wawar dan anak sungainya Kebumen, Purworejo 34. Rehabilitasi, peningkatan dan perkuatan tebing Sungai Cokroyasan dan anak sungainya Kebumen, Purworejo 35. Rehabilitasi, peningkatan dan perkuatan tebing Sungai Bogowonto dan anak sungainya Wonosobo, Purworejo 36. Rehabilitasi, peningkatan dan perkuatan tebing Sungai Progo dan anak sungainya Temanggung, Magelang, Sleman, Yogyakarta, Bantul 37. Pembangunan Sabo/DAM Pengendali Sedimen Boyolali, Magelang, Klaten 38. Pembangunan Diversion Channel Kali Putih Magelang 39. RehabilitasiSabo/DAM Pengendali Sedimen di Jateng Boyolali, Magelang, Klaten 40. Pembangunan Waduk Bener Purworejo dan Wonosobo 41. Pembangunan Waduk Gintung Banjarnegara 490
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 42. Pembangunan Waduk Wanadadi / Punggelan Banjarnegara 43. Pembangunan Waduk Pasuruan Magelang 44. Pembangunan embung kecil / telaga Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Kebumen, Purworejo 45. Pembangunan SPAM Regional Keburejo Kebumen, Purworejo 46. Pembangunan SPAM Regional Purbamas Purbalingga, Banyumas, Banjarnegara 47. Pembangunan SPAM Wononegara Wonosobo, Banjarnegara 48. Pemeliharaan Sungai WS Serayu Bogowonto 49. O & P Sabo/DAM Pengendali Sedimen di Jateng Boyolali, Magelang, Klaten 50. Normalisasi Alur Sungai Cibeureum Kab. Cilacap 51. Normalisasi Alur Sungai Cihaur Kab. Cilacap
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
491
9 1 0 2 5 1 0 2 h a g n e T a w a J i s n i v o r P l a n o i s a N 7 . h 7 a r g a n b e m n e a M G a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
492
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
7.6.1.4. Provinsi DI Yogyakarta
Tabel 7.13. Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Di Yogyakarta Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional PERHUBUNGAN DARAT 1. Pengembangan Sistem Transit Kota Yogyakarta PERHUBUNGAN UDARA 1. Pembangunan bandara internasional di Propinsi DI Yogyakarta 2. Pembangunan Jalan Lintas Pantasi Selatan Jawa (TemonBugel-Girijati-Baron-Jepitu-Jerukwudel) 3. Pembangunan Jalan Lingkar Kota Yogyakarta 4. Pembangunan Jalan Tol Solo - Yogyakarta SUMBER DAYA AIR 1. Peningkatan kapasitas, perkuatan tebing dan pintu klep Sungai Opak dan anak sungainya Gunung Kidul, Bantul 2. Rehabilitasi, peningkatan dan perkuatan tebing Sungai Serang dan anak sungainya Kulon Progo 3. Rehabilitasi, peningkatan dan perkuatan tebing Sungai Opak dan anak sungainya Gunung Kidul, Bantul 4. Pembangunan Sabo/DAM Pengendali Sedimen Sleman 5. Pembangunan Kantong Lahar Kali Gendol Sleman 6. Consulting Service Urgent Disaster Merapi 7. RehabilitasiSabo/DAM Pengendali Sedimen di DIY Sleman 8. Pembangunan Jetty Glagah Kulon Progo 9. Rehabilitasi Muara sungai dan Jetty di WS POS Kulon Progo, Bantul 10. Pembangunan Waduk Karang Talun Sleman 11. Pembangunan Long Storage Karang Talun dan Kali Bawang Sleman, Kulon Progo 12. Pembangunan Waduk Gari Gunung Kidul 13. Pembangunan embung kecil / telaga Gunungkidul, Sleman, Kulon Progo, Temanggung, Magelang Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
493
9 1 0 2 5 1 0 2 a t r a k a y g o Y I D i s n i v o r P l a n o i s a N 8 . 7 h r a a g b n e m n a e G M a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
494
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
7.6.1.5. Provinsi Jawa Timur
Tabel 7.14. Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Jawa Timur Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional KERETA API 1. Pembangunan Jalur Ganda Lintas Selatan Jawa Solo - Paron 2. Pembangunan Jalur Ganda Lintas Selatan Jawa Paron Madiun 3. Pembangunan Jalur Ganda Lintas Selatan Jawa Madiun Surabaya 4. Pembangunan jalur KA antara Tulangan - Gununggangsir 5. Pengembangan KA perkotaan Surabaya (jalur ganda, elektrifikasi) termasuk akses jalur KA menuju Bandara Juanda 6. Pembangunan jalur ganda antara Bangil - Banyuwangi 7. Reaktivasi jalur KA antara Jombang - Babat - Tuban 8. Reaktivasi jalur KA antara Kalisat - Situbondo - Panarukan 9. Pembangunan jalur KA antara Kandangan - Pelabuhan Teluk Lamong 10. Pembangunan MRT Surabaya (Boyo Rail) 11. Pembangunan LRT Surabaya (Suro Tram) PERHUBUNGAN DARAT 1. Pengembangan Sistem Transit Kota Surabaya 2. Pengembangan Sistem Transit Kota Malang PERHUBUNGAN UDARA 1. Pengembangan terminal penumpang Bandara Djuanda PERHUBUNGAN LAUT 1. Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak 2. Pengembangan Pelabuhan Probolinggo 3. Pembangunan Pelabuhan Petikemas Bojonegara 4. Pengembangan Pelabuhan Branta 5. Pengembangan Pelabuhan Lamongan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
495
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 6. Pembangunan Terminal Multi Purpose Teluk Lamong Tahap I JALAN 1. Pembangunan Jalan Bangkalan - Tj Bumi-KetapangSotobar-Sumenep 2. Pembangunan Jalan Bonojegoro-Cepu 3. Pembangunan Jalan Lingkar Sidoarjo 4. Pembangunan Jalan Lintas Pantai Selatan Jawa Timur (Jarit-Puger-Glenmore) 5. Pembangunan Jalan Lintas Pantai Selatan Jawa Timur (Talok-Wonorogo-Ngrejo-Prigi-Panggul) 6. Pembangunan Jalan menuju Bts di Probolinggo, Sukapura Cemoro Lawang - Lautan Pasir 7. Pembangunan Jalan Prigi-Durenen 8. Pembangunan Jalan Ptg Bunder - Krian 9. Pembangunan Jalan Situbondo-Garduatak-SilapakKetapang-Banyuwangi 10. Pembangunan Jalan Tol Gempol - Pandaan 11. Pembangunan Jalan Tol Kertosono – Mojokerto (40,05 km) 12. Pembangunan Jalan Tol Pandaan - Malang 13. Pembangunan Jalan Tol Pasuruan - Probolinggo 45,32 Km 14. Pembangunan Jalan Tol Probolinggo - Banyuwangi 215 Km 15. Pembangunan Jalan Tol Solo - Kertosono 16. Pembangunan Jalan Tol Surabaya Gempol - Pasuruan 32 Km 17. Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto 36,27 km 18. Pembangunan Jalan Treggalek-Dengok-Ponorogo-Madiun 19. Pembangunan Jalan Waru - Wonokromo - Tj.Perak 20. Pembangunan Flyover Dalam Kota (Wonokromo, Kenjeran, Demak Kalibutuh, Jemur Sari, Letjen Sutoyo, Raya Darmo, Waru) 21. Pembangunan Jalan Tol Lingkar Timur Surabaya 22. Pembangunan Jalan Tol Akses Pelabuhan Bulu Pandan ENERGI 1. Kilang minyak 300 MBCD 496
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 2. Pipa Gresik-Semarang 250 km 3. FSRU Jawa Timur 150 mmcfd KETENAGALISTRIKAN 1. PLTU Paiton-9 660 MW 2. PLTU Pacitan 315 MW 3. PLTU Paiton 3 Exp 815 MW 4. PLTU Pacitan 315 MW 5. PLTU Tj. Awar-awar 350 MW 6. PLTU Tj. Awar-awar 350 MW 7. PLTGB Bawean 3 MW 8. PLTG Grati 150 MW 9. PLTG Grati 150 MW 10. PLTGB Bawean 3 MW 11. PLTGU Jawa-1 500 MW 12. PLTM Pacet 2 MW 13. PLTGU Jawa-1 250 MW 14. PLTU Madura 200 MW 15. PLTU Madura 200 MW 16. PLTA Kalikonto 62 MW 17. PLTA Kesamben 37 MW 18. PLTP Iyang Argopuro 55 MW 19. PLTP Iyang Argopuro 110 MW 20. PLTP Wilis/Ngebel 55 MW 21. PLTP Iyang Argopuro 110 MW 22. PLTP Wilis/Ngebel 55 MW 23. PLTP Ijen 55 MW 24. PLTP Wilis/Ngebel 55 MW 25. PLTP Arjuno Welirang 55 MW 26. PLTGU Jawa-2 750 MW 27. Pembangunan Tanjung Bulu Pandan 28. Pembangunan Bendungan Tugu Kabupaten Trenggalek 29. Pembangunan Bendungan Semantok II Kabupaten Nganjuk 30. Pembangunan Bendungan Lesti III Kabupaten Malang 31. Pembangunan Bendungan Bagong Kabupaten Trenggalek Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
497
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 32. Pembangunan Bendungan Genteng I Kabupaten Malang 33. Pembangunan Bendungan Kedung Warak Kabupaten Nganjuk 34. Pembangunan Bendungan Kampak Kabupaten Trenggalek 35. Pembangunan Bendungan Sumber Agung Kabupaten Kediri 36. Pembangunan Waduk Blega Kab. Bangkalan 37. Pembangunan Waduk Gongseng Bojonegoro 38. Pembangunan Waduk Tukul Pacitan 39. Pembangunan Waduk bendo Kab. Ponorogo 40. Lower Solo River Improvement Project Phase 2 Bojonegoro, Lamongan, Gresik
498
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 r u m i T a w a J i s n i v o r P l a n o i s a N 9 . h 7 a r g a n b e n m e a G M a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
499
7.6.1.6. Provinsi Banten
Tabel 7.15. Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Banten K egiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional KERETA API 1. Pembangunan shortcut Lintas Tangerang 2. Pembangunan jalur ganda KA dan elektrifikasi antara Maja Rangkasbitung – Merak 3. Pembangunan jalur KA antara Tonjong - Pelabuhan Bojonegara 4. Reaktivasi jalur KA antara Rangkasbitung - Labuan PERHUBUNGAN DARAT 1. Pengembangan Sistem Transit Kota Tanggerang 2. Pengembangan Sistem Transit Kota Tanggerang Selatan 3. Pengembangan Sistem Transit Kota Serang PERHUBUNGAN UDARA 1. Pembangunan Terminal 3 dan pengembangan Bandara Soekarno-Hatta 2. Pembangunan Bandara Banten Selatan JALAN 1. Pembangunan Jalan Cikande - Rangkasbitung 2. Pembangunan Jalan Cikande – Serang – Cilegon 3. Pembangunan Jalan Cilegon - Bojonegara - Merak 4. Pembangunan Jalan Cilegon- Pasauran 5. Pembangunan Jalan Cipanas-Warung banten - Bayah 6. Pembangunan Jalan Tanjung Lesung - Sumur (24 Km) 7. Pembangunan Jalan Lingkar Selatan Cilegon 8. Pembangunan Jalan penghubung Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung (Jalur Karet - Panjang 6,5 Km, Jalur Cipanon - Panjang 0,42 Km, Jalur Panjang - Cipenyu 5,3 Km) 9. Pembangunan Jalan Serang - Bojonegara - Merak 500
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
K egiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 10. Pembangunan Jalan Tol Cengkareng - Kunciran (JORR 2) 11. Pembangunan Jalan Tol Cilegon – Bojonegara 12. Pembangunan Jalan Tol Kunciran Serpong 13. Pembangunan Jalan Tol Panimbang - Serang 14. Pembangunan Jalan Tol Serpong-Cinere 10,1 km (JORR 2) KETENAGALISTRIKAN 1. PLTU Lontar 315 MW 2. PLTU Lontar 315 MW 3. PLTM Cisono 3 MW 4. PLTM Cikotok 4 MW 5. PLTM Situmulya 3 MW 6. PLTM Cikidang 2 MW 7. PLTM Cisungsang II 3 MW 8. PLTM Karang Ropong 6 MW 9. PLTM Cisimeut 2 MW 10. PLTM Bulakan 10 MW 11. PLTU Lontar Exp 315 MW 12. PLTU Banten 625 MW 13. PLTM Cidano 2 MW 14. PLTP Rawa Dano 110 MW 15. PLTP Endut 55 MW 16. PLTU Jawa-6 2 MW 17. SUMBER DAYA AIR 18. Pembangunan Waduk Sindang Heula Kab. Serang 19. Pembangunan Waduk Karian Kab. Lebak 20. Pengadaan dan Pemasangan Pintu Air Bendung Pasar Baru TANGERANG
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
501
9 1 0 2 5 1 0 2 n e t n a B i s n i v o r P l a n o i s a N 0 h a 1 . g 7 n r e a n b e M m a a G k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
502
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
7.6.1.7. Provinsi Bali
Tabel 7.16. Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Bali Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional KERETA API 1. Pembangunan KA Bandara Ngurah Rai PERHUBUNGAN DARAT 1. Pengembangan Sistem Transit Kota Denpasar PERHUBUNGAN UDARA 1. Pembangunan Bandara Bali Utara PERHUBUNGAN LAUT 1. Pengerukan alur di Pelabuhan Benoa 2. Pengembangan Pelabuhan Celukan Bawang di Kab Buleleng 3. Pengembangan Pelabuhan pariwisata/cruise Tanah ampo JALAN 1. Pembangunan Jalan Antasari - Seririt 2. Pembangunan Jalan Buahan - Trunyan 3. Pembangunan Jalan Canggu-Beringkit-Batuan-Pantai Pumana 4. Pembangunan Jalan Canggu-Denpasar 5. Pembangunan Jalan Culali - Toya Mul 6. Pembangunan Jalan Denpasar-Gilimanuk 7. Pembangunan Jalan Kayuselem - Pradi A 8. Pembangunan Jalan Kubu Tambahan - Singaraja - Seririt Celukan Bawang 9. Pembangunan Jalan Malet - Malet Kuta Mesir 10. Pembangunan Jalan Mengwitani-Singaraja 11. Pembangunan Jalan P . Nusa Penida 12. Pembangunan Jalan Penelokan - Yeh Mampeh 13. Pembangunan Jalan Penulisan - Blandingan (4 Km) Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
503
14. Pembangunan Jalan Saketi - Simpang 15. Pembangunan Jalan Soka-Sririt 16. Pembangunan Jalan Songan - Alengkong - Bukit Sari 17. Pembangunan Jalan Songan - Blandingan 18. Pembangunan Jalan Tohpati – Kosamba 19. Pembangunan Jalan Tol Kusamba-Padangbai 20. Pembangunan Jalan Yehamampeh - Dalem Belingkang KETENAGALISTRIKAN 1. PLTU Bali Utara/Celukan Bawang 130 MW 2. PLTU Bali Utara/Celukan Bawang 125 MW 3. PLTU Bali Utara/Celukan Bawang 125 MW 4. PLTM Telagawaja 4 MW 5. PLTG Pesanggaran 50 MW 6. PLTG Pesanggaran 50 MW 7. PLTG Pesanggaran 50 MW 8. PLTP Bedugul 10 MW SUMBER DAYA AIR 1. Pembangunan Waduk Titab Kab. Buleleng 2. Bali Beach Conservation Program Phase II
504
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
505
9 1 0 2 5 1 0 2 i l a B i s n i v o r P l a n o i s a N h a 1 g 1 . n 7 e r n e a M b a m a k G g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
506
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
7.6.2.
Kerangka Regulasi
Pelaksanaan pembangunan Wilayah Jawa-Bali tidak terlepas dari berbagai kerangka regulasi yang perlu diperhatikan, diantaranya: a. Pelimpahan kewenangan perijinan pusat kepada pengelola KEK Tanjung Lesung; b. Penyelesaian peninjauan kembali Perpres No. 28/2012 tentang RTR Pulau Jawa-Bali. 7.6.3. Kerangka Kelembagaan
Pelaksanaan pembangunan Wilayah Jawa-Bali tidak terlepas dari berbagai kerangka kelembagaan yang perlu diperhatikan, diantaranya: a. Pelayanan terpadu satu pintu di bidang investasi; b. Peningkatan kemampuan pengelolaan investasi di KEK Tanjung Lesung; c. Meningkatkan kualitas hubungan industrial antara tenaga kerja, serikat pekerja, dan perusahaan; d. Promosi pariwisata dan industri mikro kecil menengah KEK Tanjung Lesung kepada investor luar/dalam negeri untuk menarik minat para investor; e. Pengembangan koordinasi Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional dan Provinsi di Wilayah Jawa-Bali dalam melaksanakan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
507
BAB 8 ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA 8.1
CAPAIAN KINERJA SAAT INI
1.
Berdasarkan data BPS dari tahun 2009 hingga Triwulan II tahun 2014, kinerja pertumbuhan ekonomi provinsi di Wilayah Sumatera mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Namun demikian, rata-rata pertumbuhan ekonomi Wilayah Sumatera selama kurun waktu 2009-2013 sebesar 6,74 persen atau sudah berada diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,9 persen. Peranan Wilayah Sumatera dalam pembantukan PDB nasional mengalami peningkatan dari 23,5 persen (2009) menjadi 23,74 persen (Triwulan II 2014).
2.
Pemerintah Provinsi di Wilayah Sumatera telah cukup berhasil dalam menurunkan jumlah penduduk miskin dari tahun 2009 hingga 2014 (Maret) dan persentase penduduk miskin Wilayah Sumatera sudah berada di bawah angka kemiskinan nasional sebesar 14,15 persen (2009) dan 11,25 persen (Maret 2014). Demikian halnya dengan pencapaian tingkat pengangguran terbuka (TPT), Pemerintah Provinsi di Wilayah Sumatera juga telah berhasil menurunkan TPT dan sudah di bawah TPT nasional sebesar 7,87 persen (2009), kecuali Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan Sumatera Selatan; dan 5,70 persen (Feb, 2014), kecuali di Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat yang masih berada di atas TPT Nasional.
3.
Dari sisi peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka di Wilayah Sumatera ini telah dikatakan sudah cukup baik. Hal ini diindikasikan dengan selalu meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari tahun ke tahun pada masing-masing provinsi di Wilayah Sumatera. Namun demikian, pencapaian IPM di Provinsi Lampung masih perlu ditingkatkan karena masih di bawah IPM nasional yaitu sebesar 71,76 (2009) dan 73,81 (2013).
4.
Dari sisi distribusi pendapatan antar golongan masyarakat, seluruh provinsi di Wilayah Sumatera mengalami kenaikan kesenjangan pendapatan antar golongan. Hal ini diindikasikan dari angka Rasio Gini provinsi-provinsi di Wilayah Sumatera yang cenderung meningkat pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2009. Namun, rasio gini Wilayah Sumatera sudah berada di bawah rasio gini nasional yaitu 0,413 (2013). Ke
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
508
depan, hal ini perlu mendapatkan perhatian agar proses pembangunan terus lebih melibatkan masyarakat secara inklusif, sehingga hasil-hasil pembangunan tersebut dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat. 8.2
POTENSI DAN KEUNGGULAN WILAYAH
Perekonomian Wilayah Sumatera ditopang oleh beberapa sektor utama yaitu pertanian terutama perkebunan, pertambangan dan penggalian, serta industri pengolahan. 5.
Potensi perkebunan Wilayah Sumatera cukup melimpah terutama pada komoditas kelapa sawit. Sebesar 70 persen lahan penghasil kelapa sawit nasional berada di Wilayah Sumatera, dengan produksi kelapa sawit di tahun 2013 mencapai 18.895.449 ton per tahun atau 68,10 persen dari jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia. Sementara itu, Wilayah Sumatera juga menjadi produsen karet di Indonesia dengan kontribusi sebesar 65 persen dari produksi karet nasional serta memiliki 14 persen luasan lahan perkebunan karet nasional. Dalam perkembangannya, karet yang diproduksi kemudian menjadi konsumsi bagi 15 persen industri hilir nasional.
6.
Sektor pertambangan dan penggalian yaitu batu bara, gas bumi dan minyak bumi cukup berlimpah. Perkembangan produksi batu bara nasional tahun 2004-2011 meningkat dengan produksi batubara hingga akhir tahun 2011 mencapai 290 juta ton. Total sumber daya batubara nasional tahun 2011 adalah sebanyak 105.187,44 juta ton, yang sebagian besar terdapat di Wilayah Sumatera sebanyak 52.483,2 juta ton atau sebesar 49,89 persen dari total cadangan batubara nasional.
7.
Potensi bahan tambang di Wilayah Sumatera lainnya yaitu bijih timah, bauksit (bijih alumunium), dan kaolin. Kandungan timah Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Indonesia memasok sekitar 30 persen dari kebutuhan timah dunia dengan 27 persen di antaranya berasal dari Provinsi Bangka Belitung. Komoditas timah terdapat di Sungai Liat (Pulau Bangka), Manggara (Pulau Belitung), Dabo (Pulau Singkep), Provinsi Kepulauan Riau, dan Bangkinan (Provinsi Riau). Sementara itu, penambangan bauksit atau bijih aluminium di Wilayah Sumatera terdapat di Kepulauan Riau, dan Provinsi Bangka Belitung. Potensi kaolin di Wilayah Sumatera juga cukup besar untuk dikembangkan dengan potensi 34,9 persen dari cadangan nasional. Indonesia merupakan penghasil kaolin terbesar ke-5 di dunia. Kandungan kaolin yang cukup besar di Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
509
Wilayah Sumatera terdapat di Provinsi Bengkulu sebesar 162,5 miliar ton dan Sumatera Utara sebesar 91,8 miliar ton. 8.
Lebih jauh lagi, pohon industri Kemenperin mengindikasikan bahwa pengembangan klaster industri pengolahan timah dan aluminium akan mampu mendukung industri manufaktur yang memproduksi barang kompleks seperti elektronik, peralatan listrik, kendaraan bermotor, mesin dan komponennya. Sementara itu, industri kaolin dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan baku dalam produksi barang kompleks pada industri otomotif, industri elektronik, dan industri peralatan laboratorium.
9.
Dalam konteks nasional, Wilayah Sumatera merupakan sentra produksi dan pengolahan hasil bumi. Sektor industri pengolahan juga memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Wilayah Sumatera tahun 2012 sebesar 19,48 persen. Persebaran industri pengolahan yang berbasis komoditas unggulan di Wilayah Sumatera diantaranya: industri kelapa sawit, industri karet dan barang dari karet di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Bengkulu; Industri pulp dan kertas di Provinsi Riau; Industri dasar besi dan baja dan industri logam dasar bukan besi di Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
8.3
TEMA PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA
Berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah Sumatera, maka tema besar Pembangunan Wilayah Sumatera sebagai "salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional dan lumbung energi nasional, diarahkan untuk pengembangan hilirisasi komoditas batu bara, serta industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet, timah, bauksit, dan kaolin." 8.4
TUJUAN DAN SUMATERA
SASARAN
PENGEMBANGAN
WILAYAH
Tujuan pengembangan Wilayah Sumatera tahun 2015-2019 adalah mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah Sumatera dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah, melalui: (a) pengembangan hilirisasi komoditas batu bara, serta pengembangan industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet, timah, bauksit, dan kaolin; (b) penyediaan infrastruktur wilayah; (c) peningkatan SDM dan ilmu dan teknologi secara terus menerus.
510
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Adapun sasaran pengembangan Wilayah Sumatera pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut: 10.
Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi Wilayah Sumatera, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di koridor ekonomi dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk diantaranya adalah pengembangan 2 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), 1 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET).
11.
Sementara itu, untuk menghindari terjadinya kesenjangan antar wilayah di Wilayah Sumatera, maka akan dilakukan pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran sebanyak 10 Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaran outcome: (a) meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal sebesar 6,3 persen; (b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 10,13 persen; dan (c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal sebesar 73,10 73,69.
12.
Untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kawasan perkotaan di Sumatera, maka akan dipercepat pembangunan 2 Kawasan Perkotaan Metropolitan baru, peningkatan efisiensi pengelolaan 1 Kawasan Perkotaan Metropolitan yang sudah ada saat ini, serta mewujudkan optimalisasi peran 6 kota otonom berukuran sedang sebagai penyangga (buffer) urbanisasi.
13.
Sesuai dengan amanat UU 6/2014 tentang Desa, maka akan dilakukan pembangunan perdesaan dengan sasaran sedikitnya 1500 desa atau meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 600 desa.
14.
Khusus untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan kotadesa, diharapkan dapat diwujudkan 8 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
15.
Dalam rangka mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, maka akan dikembangkan 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong pengembangan kawasan sekitarnya.
16.
Sasaran Otonomi Daerah adalah: (1) Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 25% untuk propinsi dan 10% untuk kabupaten/kota; (2) Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 30% dan Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
511
untuk Kabupaten/K Kabupaten/Kota ota sebesar sebesar 30% pada tahun 2019 serta serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; (3) Meningkatnya jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa peng pengec ecua uali lian an (WTP (WTP)) seba sebany nyak ak 10 prov provin insi si dan dan 23 23 kabupaten/kota di di wilayah Sumatera; Sumatera; (4) Meningkatnya Meningkatnya kualitas dan propors proporsii tingkat tingkat pendidik pendidikan an aparatur aparatur daerah daerah untuk jenjan jenjang g S1 sebe sebesa sarr 65% 65% dan dan S2-S S2-S3 3 sebe sebesa sarr 10%; 10%; (5) (5) Terl Terlak aksa sana nany nya a diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah Sumatera sebesar 150 angkatan (dengan proyek awal Prov Pr ovin insi si Lamp La mpun ung) g);; (6) (6) Meni Mening ngka katn tnya ya impl implem emen enta tasi si pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada pendidikan, kesehatan kesehatan dan infrastruk infrastruktur; tur; (7) Meningkatn Meningkatnya ya persentas persentase e jumlah PTSP sebesar 100%; (8) Meningkatnya persentase jumlah perizinan terkait investasi yang dilimpahkan oleh kepala daerah ke PTSP sebesar 90%; (9) Terlaksananya sinergi perencanaan dan penganggaran di wilayah Sumatera (dengan proyek awal Provinsi Aceh dan Riau); (10) Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah; dan (11) terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on-line di wilayah Sumatera (dengan proyek awal Provinsi Riau). 17. 17.
Sasara Sasaran n Pengur Pengurang angan an Benc Bencana ana adal adalah ah menur menurunn unnya ya inde indeks ks risi risiko ko bencan bencana a pada pada 5 PKN PKN (Kota (Kota Medan, Medan, Kota Kota Pada Padang, ng, Kota Kota Lhokseumawe, Banda Lampung, Jambi) dan 15 PKW (Kota Banda Aceh, Langkat, Deli Serdang, Karo, Padang Pariaman, Kepulauan Mentawai, Kota Bengkulu, Mukomuko, Rejang Lebong, Banyuasin, Lahat, Lampung Barat, Tanggamus, Sarolangun, Kerinci) yang memiliki indeks risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai KAPET, KSN atau PKSN.
Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019, pembangunan Wilayah Sumatera semakin meningkat. Hal ini dicerminkan dengan makin meningkatnya kontribusi PDRB Wilayah Sumatera terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 23,9 persen (2014) menjadi 25,6 persen (2019). Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Sumatera. Secara rinci target pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran dalam kurun waktu 2015-2019 di Wilayah Sumatera dapat dilihat pada Tabel 8.1 sampai dengan Tabel 8.3 sebagai berikut.
512
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
TABEL 8.1 SASARAN SASARAN PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN EKONOMI EKONOMI WILAYAH WILAYAH SUMATERA SUMATERA PER PROVINSI TAHUN 2015-2019 Provinsi
Pertumbuhan Ekonomi (persen) 2015
2016
2017
2018
2019
Aceh
5,5 – 5,6
5,7 – 5,9
5,8 – 6,2
5,9 – 6,4
5,9 – 6,5
Sumatera Utara
6,0 – 6,2
6,6 – 6,8
7,0 – 7,4
7,3 – 7,9
7,7 – 8,5
Sumatera Barat
5,4 – 5,5
5,9 – 6,1
6,2 – 6,6
6,7 – 7,2
7,0 – 7,7
Riau
4,5 – 4,6
4,8 – 5,0
4,9 – 5,2
5,2 – 5,7
5,7 – 6,3
Kepulauan Riau
6,6 – 6,7
6,8 – 7,1
7,2 – 7,6
7,9 – 8,5
8,6 – 9,5
Jambi
6,4 – 6,6
6,9 – 7,2
7,2 – 7,6
7,8 – 8,4
8,5 – 9,4
Sumatera Selatan
5,7 – 5,8
6,0 – 6,2
6,1 – 6,4
6,4 – 7,0
7,1 – 7,9
Kep. Bangka Belitung
5,4 – 5,5
6,0 – 6,2
6,6 – 7,0
6,8 – 7,4
7,1 – 7,9
Bengkulu
5,8 – 6,0
6,6 – 6,8
7,0 – 7,5
7,4 – 8,0
7,9 – 8,8
Lampung
6,2 – 6,3
6,6 – 6,9
7,0 – 7,4
7,4 – 8,0
7,8 – 8,6
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
TABEL 8.2 SASARAN TINGKAT TINGKAT KEMISKINAN KEMISKINAN WILAYAH SUMATERA SUMATERA PER PROVINSI PROVINSI TAHUN 2015-2019 2015-2019 Provinsi
Tingkat Kemiskinan (persen) 2015
2016
2017
2018
2019
14,8 – 14 1 4,5
14,0 – 13 1 3,5
12,5 – 11 1 1,8
11,0 – 10 1 0,2
8,7 – 7, 7 ,9
Sumatera Utara
8,6 – 8,4
8,2 – 7,9
7,4 – 7,0
6,5 – 6,0
5,2 – 4,7
Sumatera Barat
6,1 – 6,0
5,9 – 5,6
5,3 – 5,0
4,7 – 4,3
3,7 – 3,3
Riau
6,4 – 6,2
6,0 – 5,8
5,3 – 5,0
4,7 – 4,3
3,7 – 3,3
Kepulauan Riau
4,6 – 4,5
4,4 – 4,2
4,0 – 3,7
3,4 – 3,1
2,6 – 2,4
Jambi
5,4 – 5,3
5,1 – 4,9
4,6 – 4,3
4,1 – 3,7
3,2 – 2,9
11,1 – 10,9
10,6 – 10,2
9,5 – 9,0
8,4 – 7,8
6,7 – 6,0
3,6 – 3,5
3,4 – 3,3
3,0 – 2,8
2,6 – 2,4
2,1 – 1,9
Bengkulu
13,4 – 13 13,1
12,8 – 12 12,3
11,4 – 10 10,8
10,1 – 9, 9,3
8,0 – 7, 7,2
Lampung
13,4 – 13 13,1
12,8 – 12 12,3
11,5 – 10 10,8
10,2 – 9, 9,4
8,1 – 7, 7,3
Aceh
Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
513
TABEL 8.3 SASARAN TINGKAT TINGKAT PENGANGGURAN PENGANGGURAN WILAYAH SUMATERA PER PROVINSI TAHUN 2015-2019 Provinsi
Tingkat Pengangguran (persen) 2015
2016
2017
2018
2019
Aceh
9,1 – 9,0
8,9 – 8,5
8,5 – 8,1
8,2 – 7,6
8,0 – 7,2
Sumatera Utara
6,0 – 5,9
5,9 -5,6
5,7 – 5,4
5,5- 5,1
5,4 – 4,9
Sumatera Barat
6,0 – 5,9
5,9 – 5,7
5,7 – 5,4
5,5 – 5,1
5,4 – 4,9
Riau
5,3 – 5,2
5,1 – 4,9
4,9 – 4,6
4,6 – 4,3
4,5 – 4,0
Kepulauan Riau
6,4 – 6,3
6,1 – 5,9
5,9 – 5,5
5,6 – 5,2
5,4 – 4,8
Jambi
4,5 – 4,4
4,4 – 4,2
4,2 – 4,0
4,1 – 3,8
3,9 – 3,6
Sumatera Selatan
4,6 – 4,5
4,4 – 4,3
4,3 – 4,1
4,2 – 3,9
4,1 – 3,7
Kep. Bangka Belitung
4,4 – 4,3
4,2 – 4,1
4,1 – 3,9
3,9 – 3,6
3,8 – 3,4
Bengkulu
3,4 – 3,3
3,3 – 3,2
3,2 – 3,0
3,1 – 2,8
3,0 – 2,7
Lampung
5,3 – 5,2
5,1 – 4,9
5,0 – 4,7
4,9 – 4,5
4,7 – 4,3
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
8.5
ARAH KEBIJAKAN SUMATERA
DAN
PEN PENGEMBANGAN
WILAY LAYAH
8.5.1 Pengembanga Pengembangan n Kawasan Kawasan Strategis Strategis Kebijakan pembangunan kawasan strategis bidang ekonomi di Wilayah Sumatera diarahkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang memiliki skala ekonomi dengan orientasi daya saing nasional dan internasional berbasis produksi dan pengolahan hasil bumi serta menjadi lumbung energi nasional. Persebaran kawasan strategis berada di beberapa provinsi, meliputi: meliputi: (1) Provinsi Provinsi Aceh terdapat terdapat dua dua kawasan kawasan strategis, strategis, yaitu: yaitu: Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bandar Aceh Darussalam (KAPET BAD) dan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Sabang di Kota Sabang; (2) Provinsi Sumatera Utara terdapat satu kawasan strategis, yaitu: Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei di Kabupaten Simalungun; (3) Provinsi Kepulauan Riau terdapat empat kawasan kawasan strategis strategis nasional, yaitu: KPBPB KPBPB Batam di Kota Batam, KPBPB Bintan di Kabupaten Bintan, KPBPB Tanjung Pinang, dan KPBPB KPBPB Karimun di Kabupaten Karimun; serta (4) Provinsi Sumatera Selatan terdapat satu kawasan strategis, yaitu KEK Tanjung
514
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Api-Api di Kabupaten Banyuasin. Percepatan pembangunan kawasan strategis dilakukan melalui strategi sebagai berikut: 1.
Pengemb Pengembang angan an Pote Potensi nsi Ekon Ekonomi omi Wila Wilayah yah di Korid Koridor or Ekon Ekonomi omi Sumatera Pengembangan kegiatan ekonomi di kawasan strategis erat kaitanya dengan memberdayakan masyarakat berbasis potensi ekonomi wilayah, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas unggulan unggulan yang dilakukan melalui: a. Kawasan Kawasan Ekonomi Ekonomi Khusus Khusus (KEK) (KEK) dan Kawasan Kawasan Indust Industri ri (KI) (KI) a)
Menyia Menyiapk pkan an kawa kawasan san ind indust ustri ri KEK KEK Sei Sei Mang Mangke ke dan dan KEK KEK Tanjung Api-Api sebagai sentra pengolahan komoditas unggulan kelapa sawit, karet, batu bara menjadi produk bernilai tambah tinggi, serta logistik;
b)
Mengem Mengemban bangka gkan n indust industriri-ind indust ustri ri pengol pengolaha ahan n kelapa kelapa sawit, karet, dan batu bara menjadi produk bernilai tambah tinggi berorientasi ekspor;
c)
Mening Meningkat katkan kan prod produkt uktiv ivita itass komodi komoditas tas ungg unggulan ulan kelapa kelapa sawit, karet baik di dalam KEK maupun di sekitar wilayah KEK (kebun (kebun rakyat). rakyat).
b. Kawasan Kawasan Perdagang Perdagangan an Bebas dan dan Pelabuhan Pelabuhan Bebas Bebas (KPBPB) (KPBPB) a)
Mengem Mengemban bangka gkan n indus industr trii manufa manufaktu kturr unggul unggulan an kawa kawasan san berorientasi ekspor di KPBPB Batam, Bintan, Tanjung Pinang, dan Karimun dengan memanfaatkan fasilitas perdagangan bebas dan dan pelabuhan pelabuhan bebas;
b)
Mengem Mengemban bangka gkan n Indust Industri ri pariw pariwisa isata ta dan dan peng pengolah olahan an perikanan dan sumberdaya laut berorientasi ekspor di KPBPB Sabang;
c)
Menyia Menyiapk pkan an sara sarana na dan dan pras prasara arana na perd perdaga agang ngan an bebas bebas dan pelabuhan bebas.
c. Kawasan Kawasan Pengemb Pengembangan angan Ekonomi Ekonomi Terpad Terpadu u (KAPET) (KAPET)
2.
a)
Mengem Mengemban bangka gkan n kawas kawasan an peng pengelol elolaan aan klas klaster ter-kl -klast aster er komoditas unggulan kelapa sawit dan perkayuan secara terpadu;
b)
Mening Meningkat katkan kan produ produkt ktiv ivita itass komodit komoditas as unggul unggulan an kelap kelapa a sawit dan perkayuan;
Perc Percep epat atan an Peng Pengua uata tan n Ko Konek nektiv tivit itas as
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
515
Peningkatan konektivitas antara kawasan sebagai pusat-pusat pengolahan produk bernilai tambah tinggi dan berorientasi ekspor pada KEK Sei Mangke Mangke dan KEK Tanjung Api-Api dengan kawasankawasan sekitarnya sebagai pusat-pusat bahan baku yaitu KAPET dan KPI-KPI di Sumatera, termasuk di dalamnya daerah tertinggal akan dilakukan melalui: a. Kawasan Kawasan Ekonomi Ekonomi Khusus Khusus (KEK) dan Kawasan Kawasan Industri Industri (KI) a)
Pengem Pengemban bangan gan dan pemba pembangu ngunan nan pelabu pelabuhan han Pelabu Pelabuhan han Tanjung Api-Api, Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai hub internasional;
b)
Pengem Pengemban bangan gan dan dan pemba pembangu ngunan nan termin terminal al peti peti kema kemass di Belawan, terminal peti kemas di Kuala Tanjung; T anjung;
c)
Pemban Pembangun gunan an jalu jalurr kere kereta ta api api ruas ruas Band Bandar ar Ting Tinggi-K gi-Kual uala a Tanjung, ruas Prabumulih-Simpang-Tanjung Api-Api, ruas Spoor Simpang (Gunung Bayu)-KEK Sei Mangkei;
d)
Pening Peningkat katan an kapas kapasit itas as jalan jalan ruas ruas Simpa Simpang ng Inalu Inalum-Ku m-Kuala ala Tanjung; ruas Ujung Kubu-Kuala Tanjung, ruas Simpang Sei Balai-Ujung Kubu, ruas Tanjung Kubah-Kuala Indah, ruas Simpang Mayang-Sei Mangkei-Simpang Pasar BaruBoluk, ruas Simpang Pasar Baru-Pasar Baru-Dusun Pengkolan-Tinjoan-Sei Mejangkar, ruas Bts SimalungunSilimbat-Bts Taput, ruas Tanjung Morawa-SaribudolokTongging;
e)
Pemba Pe mbang ngun unan an Be Bend ndun unga gan n La Laus usim imem eme; e;
f)
Pemban Pembangun gunan an PLTU PLTU di di Sumat Sumatera era Selatan Selatan dengan dengan kapasi kapasita tass 300 MW.
b. Kawasan Kawasan Perdagang Perdagangan an Bebas dan dan Pelabuhan Pelabuhan Bebas Bebas (KPBPB) (KPBPB) a)
Pengem Pengemban bangan gan dan pemban pembangun gunan an pela pelabuh buhan an Batu Batu Ampar Ampar dan Pelabuhan Tanjung Sauh di Batam;
b)
Pemban Pembangun gunan an jala jalan n tol tol Batu Batu Ampar Ampar-Mu -Muka ka Kuni Kuningng-Han Hang g Nadim.
c. Kawasan Kawasan Pengemb Pengembangan angan Ekonomi Ekonomi Terpad Terpadu u (KAPET) (KAPET)
516
a)
Pemba emban nguna gunan n ruas uas jala jalan n jalan alan Se Seul uliimum mum - Lam Teub Teuba a Krueng Raya;
b)
Pengem Pengemban bangan gan jaring jaringan an jalur jalur kereta kereta api api di pesisi pesisirr timur; timur;
c)
Peng Pe ngemb emban anga gan n Pel Pelab abuh uhan an Mala Malahay hayat ati; i;
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
3.
d)
Pening Peningkat katan an Bandar Bandara a Sult Sultan an Iskand Iskandar ar Muda; Muda;
e)
Pemban Pembangun gunan an dan dan peni peningk ngkata atan n Bendu Bendung ngan an Lamba Lambadeu deuk, k, Bendungan Keuliling, dan Bendungan Leubok Bendungan Rajui, Bendungan Rukoh dan Bendungan Tiro.
Peng Pengua uata tan n Kem Kemam ampu pua an SDM SDM da dan n Ipte Iptek k a. Kawasan Kawasan Ekonomi Ekonomi Khusus Khusus (KEK) dan Kawasa Kawasan n Industr Industrii (KI) a) Meningkat Meningkatkan kan kualitas kualitas SDM Badan Pengelola Pengelola dan Administratur KEK Sei Mangkei dan Tanjung Api-Api di bidang perencanaan, penganggaran, dan pengelolaan kawasan; b) Peningkata Peningkatan n kemampuan kemampuan pengelolaan pengelolaan investasi investasi di di KEK Sei Mangkei dan Tanjung Api-Api; c) Peningkata Peningkatan n koordin koordinasi asi Badan Pengelola Pengelola KEK, pemerintah pemerintah pusat, dan pemerintah daerah; d) Penyiapan Penyiapan tenag tenaga a kerja kerja berkualit berkualitas as di bidang bidang industri industri pengolahan berteknologi tinggi. b. Kawasan Kawasan Perdagang Perdagangan an Bebas Bebas dan Pelabuh Pelabuhan an Bebas (KPBPB) (KPBPB) a) Meningkat Meningkatkan kan kualitas kualitas SDM Badan Badan Pengusa Pengusahaan haan KPBPB KPBPB BBK dan Sabang di bidang perencanaan, penganggaran, dan pengelolaan kawasan; b) Revitalisa Revitalisasi si kelemb kelembagaan agaan BP KPBPB KPBPB dalam mendukung mendukung pengembangan bisnis yang berorientasi profit; c) Peningkata Peningkatan n kualitas kualitas kelembagaa kelembagaan n serikat serikat pekerja; pekerja; d) Penguatan Penguatan peran Dewan Kawasan Kawasan KPBPB KPBPB BBK BBK dan Sabang sebagai regulator kawasan; e) Peningkata Peningkatan n kemampua kemampuan n koordi koordinasi nasi kewenanga kewenangan n antara antara BP KPBPB BBK dan Sabang dengan pemda dan pemerintah pusat; f)
Pengem Pengemban bangan gan sarana sarana prasar prasarana ana pendid pendidika ikan n dan dan pelatihan profesi untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dalam bidang industri pengolahan dan manufaktur.
c. Kawasan Kawasan Pengembang Pengembangan an Ekonomi Ekonomi Terpad Terpadu u (KAPET) (KAPET) a) Meningkat Meningkatkan kan kualitas kualitas SDM Badan Badan Pengelol Pengelola a KAPET KAPET BAD BAD di bidang bidang perencanaa perencanaan, n, pengangg penganggaran, aran, dan dan pengelolaan pengelolaan kawasan serta revitalisasi kelembagaan; b) Memberikan Memberikan pembinaan pembinaan kelembagaan kelembagaan yang mendukung mendukung Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
517
perubahan pola pikir bisnis berorientasi daya saing secara komparatif dan kompetitif; c) Pengem Pengemban bangan gan saran sarana a prasara prasarana na pendid pendidika ikan n dan pelatihan profesi untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja di bidang agroindustri, bidang perikanan, bidang pariwisata, serta bidang distribusi dan pemasaran. 4.
Pengua Penguatan tan Regu Regulas lasii bagi bagi Penin Peningka gkatan tan Ikli Iklim m Inves Investas tasii dan dan Iklim Usaha a. Kawasa Kawasan n Ekono Ekonomi mi Khusu Khususs (KEK) (KEK) dan Kawasa Kawasan n Indus Industr trii (KI) (KI) a) Penerapan Penerapan regulasi regulasi insentif insentif fiskal fiskal yang yang sesuai sesuai dengan dengan karakteristik wilayah dan kompetitif, antara lain fasilitas fiskal di semua bidang usaha, pembebasan PPN dan PPNBM untuk bahan dan barang impor yang akan diolah dan digunakan di KEK; b) Memberikan Memberikan pelayanan pelayanan terpadu terpadu satu pintu pintu dan dan penggunaan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) bidang perijinan perindustrian, perdagangan, pertanahan di KEK Sei Mangkei, dan KEK Tanjung Api-Api; c) Meni Mening ngka katk tkan an harm harmon onis isas asii hubun hubunga gan n indu indust stri rial al anta antara ra tenaga kerja, serikat pekerja, dan perusahaan dalam KEK; d) Promosi Promosi produk produk unggul unggulan an KEK KEK Sei Mangkei, Mangkei, KEK KEK Tanjung Tanjung Api-api kepada investor luar dan dalam negeri untuk menarik minat para investor. b. Kawasan Kawasan Perdagang Perdagangan an Bebas Bebas dan Pelabuh Pelabuhan an Bebas Bebas (KPBPB) (KPBPB) a) Penyelesa Penyelesaian ian status status lahan, lahan, terutama terutama terkait terkait dengan dengan pemanfaatan lahan yang masih berstatus holding zone kawasan hutan di kawasan-kawasan strategis; b) Meningkat Meningkatkan kan harmon harmonisas isasii hubungan hubungan industrial industrial antara tenaga kerja, serikat pekerja, dan perusahaan di KPBPB Batam, Bintan, Karimun, Tanjung Pinang, dan Sabang; c) Promosi Promosi industri industri unggulan unggulan KPBPB BBK dan Sabang kepada kepada investor luar dan dalam negeri untuk menarik minat para investor. c.
Kawasa Kawasan n Penge Pengemba mbanga ngan n Ekon Ekonomi omi Terp Terpad adu u (KAPE (KAPET) T) a) Harmon Harmonisa isasi si perat peratura uran n perund perundang angan an terka terkait it dengan dengan ikl iklim im investasi, diantaranya diantaranya adalah PP. Nomor 147 Tahun 2000 2000
518
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Tentang Perlakuan Perpajakan di KAPET b) Membuat regulasi terkait dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar, Kota Banda Banda Aceh, dan Kabupa Kabupaten ten Pidie Pidie Jaya Jaya dengan dengan Badan Badan Pengembangan KAPET BAD, sesuai dengan perundangan yang berlaku c) Promosi produk unggulan KAPET BAD kepada investor luar dan dalam negeri untuk menarik m enarik minat para investor. 8.5.2 Pengembanga Pengembangan n Kawasan Kawasan Perkotaa Perkotaan n dan Perdes Perdesaan aan 8.5.2.1 Pengembangan Kawasan Perkotaan Arah kebijakan pembangunan wilayah perkotaan di Wilayah Sumatera difokuskan untuk membangun kota berkelanjutan dan berdaya saing menuju masyarakat kota yang sejahtera berdasarkan karakter fisik, potensi ekonomi dan budaya lokal. Untuk itu strategi pembangunan perkotaan Wilayah Sumatera tahun 2015-2019 yaitu: 1.
Perw Perwuj ujud udan an Sist Sistem em Perk Perkot otaa aan n Nas Nasio iona nall (SP (SPN) N) a. Mengembang Mengembangkan kan simpul simpul transportas transportasii khususnya khususnya transportas transportasii darat (kereta api) untuk sumatera bagian timur dan mengembangkan jaringan transportasi laut untuk sumatera bagian barat untuk meningkatkan konektivitas antar PKN, PKW, dan PKL disekitarnya.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
519
9 1 0 2 5 1 0 2 N M J P R A R E T A M U S H A Y A 1 . L I 8 W R N A A B H M U A B G M U T R E P T A S U P T A S U P I S A K O L A T E P
520
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
b. Mengembang Mengembangkan kan industri industri pengolahan pengolahan untuk untuk meningkat meningkatkan kan konektivitas dengan desa-desa produksi sekitarnya. 2.
Perwuj Perwujuda udan n Kota Kota Layak Layak Huni Huni Yang Yang Aman Aman da dan n Nyam Nyaman an a. Mengembang Mengembangkan kan perumahan perumahan swaday swadaya a di kawasan kawasan perkotaan perkotaan ITBM Palapa dan Patungraya Agung; b. Memp Memper erce cepa patt peme pemenu nuha han n dan dan menin meningk gkat atka kan n pela pelaya yana nan n sarana prasarana permukiman sesuai dengan tipologi dan peran kotanya; c. Mengembang Mengembangkan kan sistem sistem pengol pengolahan ahan sanitas sanitasii terpusat terpusat untuk untuk kota besar dan Kota Metropolitan; d. Mengembang Mengembangkan kan dan mening meningkatka katkan n pelayanan pelayanan sarana sarana dan prasarana transportasi massal perkotaan secara terintegrasi dan multimoda sesuai dengan tipologi dan kondisi geografisnya; e. Memperc Mempercepa epatt sist sistem em dan dan sarana sarana prasar prasarana ana logist logistik ik untuk untuk mendukung peran kota sebagai pusat pasar wialayah sekitarnya; f. Mengembang Mengembangkan kan konsep konsep Transport Transport Oriented Oriented Development Development (TOD) untuk optimalisasi dan efisiensi transportasi dan tata guna lahan perkotaan khususnya di kota besar dan KSN Perkotaan; g. Menyediak Menyediakan an dan meningk meningkatkan atkan sarana sarana prasara prasarana na ekonomi, ekonomi, khususnya di sektor perdagangan dan jasa yang mampu mengakomodasi pasar tradisional, termasuk kegiatan koperasi dan Usaha mikro kecil kecil Menengah Menengah (UMKM); h. Meningkat Meningkatkan kan pelayanan pelayanan sarana sarana prasar prasarana ana serta menyediakan menyediakan tenaga pendidik dan tenaga kesehatan profesional; i. Mening Meningkat katkan kan keaman keamanan an kota kota melalui melalui penceg pencegaha ahan, n, penyed penyediaa iaan n fasilitas dan sistem penanganan kriminalitasdan konflik, serta meningkatkan modal sosial masyarakat kota;
3.
Perwuj Perwujuda udan n Kota Kota Hijau Hijau yang Berketa Berketaha hanan nan Ikli Iklim m dan dan Adapti Adaptif f terhadap Bencana a. Perwujudan Perwujudan penyel penyelengg enggaraan araan ruang ruang berkeadilan serta ramah lingkungan;
yang yang
efisien efisien
dan dan
b. Pengembang Pengembangan an infrastr infrastruktur uktur mitiga mitigasi si bencana bencana (urban (urban resilience) resilience) terutama pada kota yang memiliki me miliki indeks kerawanan bencana yang sangat tinggi;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
521
c. Memberikan Memberikan insent insentif if kepada kepada masyarak masyarakat at dan pemerint pemerintah ah yang melakukan pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan terutama pada yang terkena dampak kebakaran hutan dan lahan; d. Peningkat Peningkatan an pengetahuan pengetahuan dan kemampua kemampuan n masyarakat masyarakat dalam dalam upaya adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan mitigasi bencana (urban (urban resilience). resilience). d. Mengembang Mengembangkan kan dan menerapk menerapkankon ankonsep sep kota hijau hijau melalui: melalui: greentransportation, green openspace (ruang terbuka hijau) , green waste waste(pe (penge ngelol lolaan aan sampa sampah h dan limba limbah h melalui melalui 3R1), green water ( efisiensi efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan air permukaan ) dan green energy (pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan) untuk pengurangan tingkat tingkat pencemaran di darat, laut, dan udara,pemanfaatan energi alternatif alternatif dan terbaruka terbarukan, n, pemanfa pemanfaatan atan daur ulang, serta serta pengembangan kegiatan perekonomian kota ( green Economy ) khususnya di kota besar dan kota metropolitan.. metropolitan .. 4.
Perw Perwuj ujud udan an Kot Kota a Cerda Cerdass ya yang ng Berd Berday aya a Sain Saing g a. Mengembang Mengembangkan kan perek perekonomia onomian n dengan dengan membangun membangun pencitraan kota (city (city branding) branding) yang memanfaatkan produk dan Sumber Daya Manusia unggulan; b. Peningkat Peningkatan an jumlah tenag tenaga a kerja ahli ahli dan terampil terampil melalui melalui penyediaan sarana prasarana pendidikan tinggi dan pelatihan kejuruan (higher (higher education and vocational training); training); c. Penyediaan Penyediaan layanan layanan publik publik serta serta perencan perencanaan, aan, pengope pengoperasia rasian n dan pemeliharaan sarana prasarana kota melalui penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam bentuk e government , e-commerce dan e-infrastructures; e-infrastructures; d. Peningkat Peningkatan an efisien efisiensi si pasar pasar melalui melalui pengaturan pengaturan jalur distribus distribusii logistik dari dan keluar kota; dan e. Pengembang Pengembangan an pasar pasar keuangan keuangan dalam dalam bentuk bentuk penyed penyediaan iaan kredit lunak kepada industri kecil, koperasi dan UMKM;
5.
Peningka Peningkatan tan Kapa Kapasit sitas as Tata Tata Kelol Kelola a Pemba Pembangu ngunan nan Perk Perkota otaan an a. Perwujudan Perwujudan sistem, sistem, peraturan peraturan dan prosed prosedur ur dalam pembangunan perkotaan dan birokrasi kepemerintahan kota
13R: pengurangan ( Reduce), pemanfaatan kembali (Re-use), dan Daur Ulang ( re-cycle)
522
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
yang tanggap berkelanjutan;
terhadap
kebutuhan
masyarakat
kota
b. Peningkat Peningkatan an kapasitas kapasitas pemimpi pemimpin n kota yang yang visioner visioner dan kapasitas aparatur pemerintah dalam membangun dan mengelola mengelola kota berkelanj berkelanjutan, utan, melalui melalui pendidikan, pendidikan, pelatihan pelatihan dan penilaian kinerja secara bersikenambungan; c. Penyederha Penyederhanaan naan proses proses perijinan perijinan dan dan berusaha berusaha bagi bagi para para pelaku ekonomi termasuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP); d. Pembangunan Pembangunan dan dan pengembang pengembangan an kelembagaan kelembagaan dan dan kerjasama kerjasama pembangunan antar kota dan antar tingkatan pemerintahan terutama dalam pembangunan, pengembangan dan pengelolaan infrastruktur ; e. Pengembangan dan penyediaan pusat data dan informasi perkotaan terpadu terpadu yang mudah diakses; f. Peningkatan peran swasta, organisasi masyarakat, dan organisasi profesi secara aktif, baik dalam forum dialog perencanaan dengan pemerintah dan masyarakat perkotaan, maupun dalam pembangunan kota berkelanjutan, seperti: pembangunan infrastruktur perkotaan maupun masukan terhadap rencana tata ruang kota; dan 8.5.2.2 Pengembangan Kawasan Perdesaan Arah kebijakan pengembangan desa dan kawasan perdesaan di Wilayah Sumatera adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan desa, serta mewujudkan desa-desa berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi dan ekologi sesuai dengan amanat UndangUndang No.6/2014 tentang Desa dengan sasaran berkurangnya jumlah desa sedikitnya 1500 desa atau meningkatnya jumlah desa mandiri sedikitnya 600 desa. Selain itu, membangun keterkaitan ekonomi lokal antara perkotaan dan perdesaan melalui integrasi kawasan perdesaan pada 8 kawasan pertumbuhan, yang secara rinci dapat dilihat pada tabel 8.3. Dalam rangka percepatan pembangunan desa dan kawasan perdesaan di Wilayah Sumatera akan dilakukan: 1.
Pemenu Pemenuha han n Stand Standar ar Pelaya Pelayanan nan Minimu Minimum m Sesu Sesuai ai deng dengan an Kondisi Geografis Desa a. meningkatka meningkatkan n ketersedia ketersediaan an sarana dan dan prasarana prasarana dasar, dasar, baik baik perumahan, sanitasi, air minum, pelayanan pendidikan dan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
523
kesehatan di kawasan desa tertinggal dan berkembang; b. Peningkatan distribusi tenaga pendidik dan tenaga kesehatan khususnya di desa-desa terpencil; c. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana transportasi darat maupun air penghubung antar desa maupun penghubung desa dengan pusat produksi dan pemasaran; d. Peningkatan kualitas jaringan listrik (tenaga surya, tenaga air, mikro hidro, dll) dan jaringan telekomunikasi. 2.
Penanggulangan ekonomi
kemiskinan
dan
pengembangan
usaha
a. Peningkatan kapasitas masyarakat miskin dan rentan dalam pengembangan usaha berbasis lokal; b. Pemberian dukungan bagi masyarakat miskin dan rentan melalui penyediaan lapangan usaha, bantuan permodalan, dan penyediaan lembaga keuangan mikro; c. Peningkatan ketersediaan dan kualitas sarana prasarana produksi (benih, pupuk, jaringan irigasi, bendungan, armada perikanan, alat tangkap, bahan bakar, sistem informasi nelayan), pasca panen (sistem logistik), dan pengolahan produk pertanian dan perikanan skala rumah tangga desa. 3.
Pembangunan Sumber Daya Manusia, Keberdayaan, dan Modal Sosial Budaya Masyarakat Desa a. Peningkatan keberdayaan masyarakat dan kelompok/lembaga masyarakat (kelompok wanita, pemuda, anak, dan TKI) melalui fasilitasi dan pendampingan berkelanjutan dalam perencanaan, pemetaan, pembangunan, dan pengelolaan desa; b. Menguatkan kapasitas masyarakat desa dan masyarakat adat dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam lahan dan perairan, serta lingkungan hidup desa desa pesisir secara berkelanjutan c. Penguatan lembaga adat dan Desa Adat, pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat (termasuk suku adat terasing) disesuaikan dengan kearifan lokal; d. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pendidikan dan kesehatan, khususnya dalam peningkatan kapasitas tenaga kesehatan lokal (bidan desa, dukun beranak); e. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam bidang ketrampilan
524
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
dan kewirausahaan berbasis potensi lokal; f. Peningkatan keberdayaan petani dan nelayan dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna (bio-energi, biofloc) untuk mewujudkan kemandirian pangan; 4.
Penguatan Pemerintahan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan Desa a. Sosialisasi peraturan pelaksanaan UU No.6/2014 tentang Desa b. Peningkatan kapasitas pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan kader pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi, pelatihan, dan pendampingan dalam (i)_Perencanaan, pelaksanaan dan monitoring pembangunan desa, (ii) Pengelolaan keuangan desa, (iii) Pelayanan publik, (iv) Penyiapan dan penetapan batas desa (khususnya desa-desa perbatasan); serta (v) peta desa; c. Penguatan pemerintah desa, masyarakat, dan kelembagaan masyarakat dalam meningkatkan ketahanan ekonomi, sosial, lingkungan keamanan dan politik; d. Meningkatkan ketersediaan sarana prasarana pemerintahan desa; e. Fasilitasi penyiapan data dan informasi desa yang digunakan sebagai acuan bersama perencanaan dan pembangunan desa; f. Fasilitasi kerjasama antar desa termasuk penyusunan badan kerjasama antar desa.
5.
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Berkelanjutan, serta Penataan Ruang Kawasan Perdesaan a. Menata ruang kawasan perdesaan untuk melindungi lahan pertanian dan menekan alih fungsi lahan produktif dan lahan konservasi; b. Menjamin pelaksanaan distribusi lahan kepada desa-desa dan distribusi hak atas tanah bagi petani, buruh lahan, dan nelayan (land reform); c. Menjamin hak bagi desa-desa dalam pemanfaatan, pengelolaan, dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup berskala lokal yang seimbang, berkelanjutan, dan berwawasan mitigasi bencana; d. Fasilitasi peningkatan kemandirian pangan melalui peningkatan kesadaran masyarakat, penyediaan lumbung
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
525
pangan dan pengenalan keanekaragaman pangan lokal; e. Fasilitasi peningkatan kemandirian energi melalui pemanfaatan teknologi tepat guna dan penyediaan pembangkit listrik bertenaga energi alternatif (angin, ombak, surya, dan energi terbarukan lainnya) di kawasan terpencil dan kepulauan. f. Rehabilitasi kawasan perdesaan yang tercemar dan terkena dampak bencana, termasuk daerah pesisir. 6.
Pengembangan Ekonomi Kawasan Mendorong Keterkaitan Desa-Kota
Perdesaan
Untuk
a. Mewujudkan sentra industri pertanian organik dan non organik (padi, jagung, kedelai) dan perkebunan (karet, kopi, kelapa sawit) di kawasan Peureulak, Peureulak Timur, Peureulak Barat, Ranto Peureulak, Peunaron, Argo Makmur, Amanjaya, Padang Jaya, Marta Pura, Bungamayang, Cempaka, Buay Pemuka Peliung, Mesuji, Banyuasin; b. Mewujudkan sentra industri perikanan tangkap dan budidaya (rumput laut, udang, ikan bandeng, ikan kerapu) di kawasan Peureulak dan Mandeh; c. Peningkatan akses masyarakat desa terhadap modal usaha dan pemasaran dan informasi pasar; d. Pengembangan lembaga pendukung ekonomi desa seperti koperasi/KUD, BUMDesa, lembaga perkreditan desa dan lembaga ekonomi mikro lainnya; e. Pengembangan lembaga pendukung ekonomi desa seperti koperasi/KUD, BUMDesa, lembaga perkreditan desa, dan lembaga ekonomi mikro lainnya; f. Fasilitasi peningkatan kesadaran masyarakat pemanfaatan lembaga keuangan dan perbankan.
dalam
8.5.2.3 Peningkatan Keterkaitan Kota dan Desa di Wilayah Sumatera Peningkatan keterkaitan desa-kota di Wilayah Sumatera diarahkan dengan memperkuat 8 pusat pertumbuhan, yaitu Kawasan Peureulak dan sekitarnya (Prov. Aceh), Sidikalang dan sekitarnya (Prov. Sumatera Utara), Tapan dan sekitarnya (Prov. Sumatera Barat), Batik Nau dan sekitarnya (Prov. Bengkulu), Baturaja dan sekitarnya (Prov. Sumatera Selatan), Mesuji dan sekitarnya (Prov. Lampung), Tanjung Siapi-api dan sekitarnya (Prov. Sumatera Selatan), serta Toboali dan sekitarnya (Prov. Bangka Belitung). Kawasan-kawasan ini mencakup kawasan 526
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
transmigrasi, kawasan agropolitan dan minapolitan, serta kawasan pariwisata (lihat tabel 8.3) Kebijakan untuk meningkatkan keterkaitan desa-kota diarahkan untuk mendukung pengembangan kawasan perdesaan menjadi pusat pertumbuhan baru terutama di desa-desa mandiri. Adapun prioritas strategi yang dilaksanakan sebagai berikut: 1.
Perwujudan Konektivitas antar Kota Sedang dan Kota Kecil, dan antar Kota Kecil dan Desa. a. Mempercepat pembangunan sistem transportasi yang terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal; b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan Lintas Sumatera, Pelabuhan Tanjung Siapi-Api, bandar udara bukan pusat penyebaran Tanjung Pandan, serta angkutan penyebrangan yang melayani Kawasan Bangka Belitung; c. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah; d. Meningkatkan kualitas suplai energi kebutuhan domestik dan industri.
2.
untuk
memenuhi
Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi a. Mengembangkan sentra produksi dan pengolahan hasil pertanian di di Kawasan Peureulak, Sidikalang, Tapan, Batik Nau, Baturaja, Mesuji, Tanjung Siapi-api, dan Batu Betumpang serta sentra produkso dan pengolahan hasil perikanan di Kawasan Peureulak dan Tapan; b. Meningkatkan akses desa-desa produksi menuju pusat pertumbuhan (lihat tabel 8.2) dan simpul-simpul transportasi, pengembangan pasar, dan toko sarana dan prasaran produksi; c. Mengembangkan daya tarik wisata bahari dan sejarah di Kawasan Pariwisata Danau Toba melalui peningkatan promosi dan ketersediaan infrastruktur penunjang; d. Membangun bank pertanian dan perikanan untuk meningkatkan akses terhadap modal usaha di sektor pertanian dan perikanan;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
527
e. Mengembangkan Techno Park berbasis pertanian dan perikanan rakyat yang mendukung penerapan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri pengolahan dan jasa. 3.
Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan desa-kota a. Mengembangkan sistem perdagangan antar daerah yang efisien; b. Mengembangkan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah; c. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam perencanaan dan penyelenggaraan kerjasama antar daerah dan kerjasama antar pemerintah-swasta dalam tata kelola ekonomi lokal; d. Mengembangkan forum dialog antar mendorong perwujudan kerjasama
stakeholder
yang
e. Mengembangkan pendidikan kejuruan untuk memperkuat kemampuan inovasi, dan kreatifitas lokal di sektor pertanian dan perikanan; f. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat mengenai kelestarian daerah resapan, pesisir, serta mitigasi bencana, terutama Kawasan Perdesaan Pesisir Peureulak, Tappan, Tanjung Siapi-Api, dan Toboali; g. Secara diagramatis, lokasi prioritas pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan dapat dilihat pada Gambar 8.2 dan Tabel 8.4.
528
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
TABEL 8.4 LOKASI PRIORITAS KAWASAN STRATEGIS NASIONAL PERKOTAAN SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH DI WILAYAH SUMATERA
Kode
Lokasi Prioritas
K1
Kawasan Perkotaan Metropolitan Mebidangro: Kota Medan, Binjai (Ibukota Kab. Langkat), Kab. Deli Serdang, Kab. Karo)
K2
Kawasan Perkotaan Metropolitan (Usulan) ITBM Palapa Padang,Lubuk Alung, Pariaman, Indarung, Teluk Bayur, Bungus, Mandeh Kawasan Perkotaan Metropolitan (Usulan) Perkotaan Patungraya Agung:
K3
Kota Palembang, Kab. Banyuasin (betung), Kab. Ogan Ilir (indralaya), Kab. Ogan Komering Ilir (Kayu Agung)
Fokus Pengembangan Diarahkan sebagai pusat kegiatan Global (PKG) yang diarahkan sebagai pusat administrasi pelintas batas yang berfungsi sebagai outlet pemasaran untuk wilayah Sumatera Utara bagian Timur dengan tetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan dengan pusatpusat pertumbuhan wilayah internasional Sebagai pusat kegiatan Nasional (PKN) yang berorientasi pada mendorong perkembangan sektor produksi prioritas seperti: Industri; Perikanan laut; Pariwisata; dan Perdagangan dan jasa
Sebagai pusat kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan untuk pusat perdagangan dan jasa, simpul produksi dan distribusi, dan perluasan kegiatan hilirisasi industri dan pertanian dengan tetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan menuju pusat kegiatan global
Sumber : Bappenas, 2014
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
529
TABEL 8.5 LOKASI PRIORITAS KOTA SEDANG YANG BERFOKUS PADA UPAYA PEMERATAAN WILAYAH DI WILAYAH SUMATERA K od e
Lokasi Prioritas
Fokus Pengembangan
P1
Band Banda a Aceh Aceh
Diar Diarah ahka kan n seba sebaga gaii pusa pusatt pert pertu umbuh mbuhan an Nasi Nasion onal al (PKN (PKN)) sert serta a pusat pusat pemerintah pemerintahan an Provinsi Provinsi NAD sekaligus sekaligus sebagai pusat pusat koleksi dan distribusi skala regional untuk produksi pertanian, pariwisata, perikanan laut
P2
Tebing Tebing Tinggi Tinggi
Sebaga Sebagaii pusat pusat pertu pertumbu mbuhan han wilaya wilayah h (PKW) (PKW) yang yang bero berorie rienta ntasi si mendorong potensi produksi pertanian dengan cara meni mening ngka katk tkan an spe spesi sial alis isas asii fung fungsi si sekt sektor or pert pertan ania ian n dan dan perdagangan
P3
Dumai
Diarahkan sebagai pusat kegiatan nasional (PKN) dengan fokus fokus pusat pusat adminis administr trasi asi pelint pelintas as batas batas yang yang berfungs berfungsii sebagai outlet emasaran untuk untuk wilayah wilayah Riau bagian timur timur serta berorientasi pada upaya mendorong perkembangan sekt sektor or prod produk uksi si wil wilay ayah ah sepe sepert rtii per perke kebu buna nan, n, indu indust stri ri,, perdagangan, pertambangan dan perikanan
P4
Bukittinggi
Sebagai pusat pertumbuhan wilayah (PKW) yang berorientasi mendorong perkembangan perkembangan sektor sektor produksi produksi prioritas seperti: Pariwisata;dan Pertanian
P5
Lubu Lubukl klin ingg ggau au
Diar Diarah ahka kan n untu untuk k menj menjad adii pusa pusatt kegi kegiat atan an wila wilaya yah h (PKW (PKW)) yang yang berfungsi berfungsi sebagai sebagai pemerat pemerataan aan pembanguna pembangunan n di wilayah wilayah sumatera bagian selatan
P6
Prabumulih
Sebagai pusat per pertumbuhan Wil Wilayah (PKW) untuk me mendukung sebagai pusat koleksi dan distribusoi sektor produksi wilayah seperti: perkebunan dan pertambangan
Sumber : Bappenas, 2014
TABEL 8.6 LOKASI PRIORITAS PUSAT PERTUMBUHAN BARU YANG BERFOKUS PADA UPAYA PEMERATAAN PEMERATAAN WILAYAH DI WILAYAH SUMATERA Kode
Lokasi Kawasan
D1
Peureulak dan sekitarnya (Kab. Aceh Timur, Prov. Aceh)
Kelompok Kawasan •
•
530
Kawasan Agropolitan (Padi): Peureulak, Peureulak Timur, Peureulak Barat, Ranto Peureulak, Peunaron Kawasan Minapolitan Perikanan Budidaya: Peureulak
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Komoditas Unggulan •
•
•
Padi Udang Bandeng
Kode
Lokasi Kawasan
Kelompok Kawasan •
•
D2
Sidikalang sekitarnya (Kab. Bharat, Sumut)
dan
•
•
Pakpak Prov.
•
•
D3
Tapan dan sekitarnya (Kab. Pesisir Selatan, Kab. Limapuluh Kota, Prov. Sumbar)
•
•
•
•
•
•
D4
Batik Nau dan sekitarnya (Kab. Bengkulu Utara, Prov. Bengkulu)
•
•
•
•
•
D5
Baturaja dan sekitarnya (Kab Ogan Komering Ulu, Kab. Ogan Komering Ulu Timur, Prov. Sumsel)
•
•
•
•
•
•
D6
Mesuji dan sekitarnya (Kab. Mesuji dan Kab. Tulang Bawang, Prov. Lampung)
•
•
•
•
•
Kawasan Transmigrasi: Peunaron, Aluemerah Kota Otonom Terdekat : Lhoksumawe PKW Sidikalan Sidikalang g Kawasan Transmigrasi: Majanggut Kawasan Pariwisata: KSPN Danau Toba Kota Otonom Terdekat : Subulus-salam dan Pematang Siantar Perkotaan Perkotaan Tapan Kawasan Minapolitan Perikanan Budidaya: Budidaya: Mandeh Mandeh KPB Lunang Silaut Kawasan Transmigrasi: Painan PKW Terdekat: Muko-Muko Muko-Muko (Bengkulu) Kota Otonom Terdekat : Terdekat : Kota Sungai Penuh Perkotaan Perkotaan Batik Nau Kawasan Agropolitan (Padi): Argo Makmur, Amanjaya, Padang Jaya KPB Lag Lagita ita Kawasan Transmigrasi: Argo Makmur Kota Otonom Terdekat : Kota Bengkulu PKW Baturaja Baturaja Kawasan Agropolitan (Jagung): Marta Pura, Bungamayang, Cempaka, Buay Pemuka Peliung KPB Belitang Kawasan Transmigrasi: Air Komering, PKW Terdekat: Baturaja Kota Otonom Terdekat: Metro Perkotaan Mesuji Kawasan Agropolitan (Kedelai): ( Kedelai): Mesuji KPB Mesuji KPB Rawa Pitu Kawasan Transmigrasi: Rawa Jitu
Komoditas Unggulan
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Padi Karet Kopi Wisata Bentang Alam Wisata Budaya
Ikan Ikan Kerapu Kerapu Padi Karet Gambir
Padi Karet Kelapa Sawit
•
Jagung
•
Kedelai
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
531
Kode
Lokasi Kawasan
Kelompok Kawasan •
•
D7
Tanjung Siapi-api dan sekitarnya (Kab. Banyuasin, Prov. Sumatera Selatan)
•
•
•
•
•
D8
Tanjung Pandan dan sekitarnya (Kab. Belitung, Kab. Bangka Selatan, Prov. Bangka Belitung)
•
•
•
•
•
PKW Terdekat: Menggala Kota Otonom Terdekat : Kota Metro dan Kota Palembang Perkotaan Perkotaan Tanjung Tanjung Siapi-api Siapi-api Kawasan Agropolitan (Kedelai): ( Kedelai): Banyuasin KPB Telang Kawasan Transmigrasi: Air Saleh Kota Otonom Terdekat : Kota Jambi dan Kota Palembang KSPN Tanjung Kelayang Perkotaan Perkotaan Toboali Toboali KPB Batu Betumpang Kawasan Transmigrasi: Bukit Anda Kota Otonom Terdekat : Kota Pangkal Pinang
Komoditas Unggulan
•
•
•
Kedelai
Karet Wisata Bahari
Sumber : Bappenas, 2014
8.5.3 Pengembangan Daerah Daerah Tertinggal Tertinggal dan dan Kawasan Perbatasan 8.5.3.1 Pengembangan Daerah Tertinggal Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Wilayah Sumatera Sumatera difokuskan difokuskan pada upaya upaya pemenuhan pemenuhan kebutuhan kebutuhan pelayana pelayanan n dasar publik dan pengembangan perekonomian masyarakat yang berbasis energi dan hasil bumi yang didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan pusat pertumbuhan. Pembangunan daerah tertinggal dilakukan melalui strategi sebagai berikut: 1.
Peme Pemenu nuha han n Pel Pelay ayan anan an Publ Publik ik Dasa Dasar r Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan publik dasar di daerah daerah tertingga tertinggall Wilayah Wilayah Sumater Sumatera a dengan dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Bida Bidang ng Pe Pend ndid idik ikan an
532
1)
Pemera Pemerataa taan n distr distribu ibusi si dan dan kapas kapasita itass tenaga tenaga pend pendidi idik k diutamakan di wilayah terisolir;
2)
Pening Peni ngka kata tan n kapa kapasi sita tass tena tenaga ga pend pendid idik ik diut diutam amak akan an di wilayah terisolir;
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
3)
Pember Pemberian ian insent insentif if tenaga tenaga pendid pendidik ik diutam diutamaka akan n di di bagi bagian an utara, bagian selatan, dan kepulauan di wilayah Sumatera.
4)
Penyed Peny edia iaan an rum rumah ah din dinas as ten tenag aga a pen pendi did dik di wila wilaya yah h terisolir;
5)
Penyel Peny elen engg ggar araa aan n guru guru kunj kunjun ung g di wila wilaya yah h teri teriso soli lirr dan dan perbatasan;
6)
Peng engemba emban ngan sekol ekolah ah kec kecil di wilay ilayah ah teri erisoli solirr dan dan perbatasan;
7)
Penyele Peny eleng ngga gara raan an sek sekola olah h satu satu ata atap p di wila wilaya yah h teri teriso soli lirr dan dan perbatasan (SD, SMP, SMA/SMK);
8)
Pembang Pemba ngun unan an sek sekol olah ah ber beras asra rama ma di bag bagia ian n utar utara, a, bag bagia ian n selatan, dan kepulauan di wilayah Sumatera;
9)
Peng Pe ngemb emban anga gan n asra asrama ma seko sekola lah; h;
10) Pengembang Pengembangan an pendidik pendidikan an jarak jarak jauh; 11) Penyed Penyediaan iaan bus bus sekola sekolah; h; 12) Pengembang Pengembangan an pendidikan pendidikan kesetaraan kesetaraan (kelompok (kelompok belajar belajar paket A,B,C); 13) Pemberian Pemberian kuota khusus khusus beasiswa beasiswa Perguruan Perguruan Tinggi Tinggi untuk daerah tertinggal. b. Bida Bidang ng Kese Kesehat hatan an 1)
Pemera Pemerataa taan n distri distribus busii tenag tenaga a keseha kesehatan tan di kepula kepulauan uan dan bagian utara di wilayah Sumatera;
2)
Pening Peningkat katan an kapasi kapasitas tas tenaga tenaga kesehat kesehatan an di kepula kepulauan uan dan bagian utara di wilayah Sumatera;
3)
Pemberi Pembe rian an inse insent ntif if tena tenaga ga kese keseha hata tan n di kepu kepula lauan uan dan dan bagian utara di wilayah Sumatera;
4)
Penyed Peny edia iaan an rum rumah ah din dinas as tena tenaga ga kese keseha hata tan n di kep kepula ulaua uan n dan bagian utara di wilayah wilayah Sumatera;
5)
Pengad Pengadaan aan sarana sarana keseha kesehatan tan kelili keliling ng diutam diutamaka akan n di di bagi bagian an barat, dan bagian selatan wilayah Sumatera;
6)
Pengad Pengadaan aan pusk puskes esmas mas tera terapun pung g di kawa kawasan san pula pulau u kecil kecil terluar;
7)
Pengem Pengemban bangan gan fasi fasilit litas as Rumah Rumah Saki Sakitt Umum Umum Daerah Daerah (RSU (RSUD) D) Pratama;
8)
Pemera Pemerataa taan n alat alat keseh kesehata atan n dan dan obat-ob obat-obata atan; n; Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
533
9)
534
Pengem Pengemban bangan gan teleme telemedi diss di di daer daerah ah tert terting inggal gal..
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
N A A S E D R E P N A D N A A T O K R E P N A a S r e A t 2 . W a 8 A m R K u A N S B A h M a A G N y a G A l i B W M E G N E P S A T I R O I R P I S A K O L A T E P
4 1 0 2 , s a n e p p a B : r e b m u S
c. Bidang Bidang Informa Informasi si dan Teleko Telekomun munika ikasi si
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
535
1)
Peng Pe ngemb emban anga gan n PLT PLTMH MH,, PLT PLTS, S, PL PLTU TU;;
2)
Pemberi Pembe rian an bant bantua uan n subsi subsidi di list listri rik k pada pada pema pemaka kaia ian n 30-60 30-60 kWh;
3)
Peng Pe ngemb emban anga gan n ener energi gi biog biogas as rama ramah h lingk lingkun unga gan; n;
4)
Penyed Penyediaa iaan n bahan bahan bakar bakar miny minyak ak di di wilaya wilayah h terpen terpencil. cil.
d. Bidang Bidang Teleko Telekomuni munikas kasii 1)
Pengem Pengemban bangan gan radi radio o komuni komunitas tas dan dan radio radio komu komunik nikasi asi khususnya di bagian terpencil dan terisolir Wilayah Sumatera;
2)
Pemba Pe mbang ngun unan an men menar ara a peng penguat uat siny sinyal al
3)
Pengem Peng emba bang ngan an radi radio o pen pengu guat at siar siaran an RRI RRI dan dan TVRI TVRI,, khususnya di bagian utara Wilayah Sumatera.
4)
Peng Pe ngemb emban anga gan n jar jarin inga gan n inte intern rnet et..
5)
Pengem Pengemban bangan gan pusa pusatt inform informasi asi desa desa/ba /balai lai raky rakyat at di Provinsi Lampung,
e. Bidang Bidang Perm Permuki ukiman man dan dan Peru Perumah mahan an
2.
1)
Pemba Pe mbang ngun unan an peru peruma maha han n layak layak huni; huni;
2)
Pemban Pemb angu guna nan n sar saran ana a air air bers bersih ih seha sehatt di di selu seluru ruh h kamp kampun ung g terutama di wilayah terisolir;
3)
Perbai Perbaikan kan ling lingkun kungan gan permuk permukima iman n tidak tidak lay layak ak huni huni khususnya di kawasan perhutanan, perairan, dan pesisir.Bidang Informasi dan Telekomunikasi.
Peng Pengem emba bang ngan an Ekon Ekonom omii Loka Lokall Pengembangan kinerja perekonomian masyarakat di daerah tertinggal secara terpadu dalam rangka meningkatkan nilai tambah sesuai dengan karakteristik, posisi strategis, dan keterkaitan antar kawasan. Strategi ini meliputi aspek infrastruktur, manajemen usaha, akses permodalan, inovasi, inovasi, dan pemasaran dengan dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Peningkat Peningkatan an kapasitas kapasitas sarana sarana pelabuhan pelabuhan khusus khususnya nya untuk untuk industri perkebunan penunjang pengembangan energi dan hasil bumi; b. Pemberdaya Pemberdayaan an ekonomi ekonomi masyarakat masyarakat di di Wilayah Wilayah Sumatera Sumatera seperti penyediaan tenaga pendamping bidang pengelolaan dan hasil bumi;
536
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
c. Optimalisa Optimalisasi si peran peran Badan Badan Usaha Milik Desa Daera Daerah h (BUMD) (BUMD) khususnya sub-sektor pangan, perkebunan, dan kawasan pesisir; d. Pengembang Pengembangan an sarana sarana distribusi distribusi perdag perdaganga angan n melalui pembangunan pasar-pasar percontohan di Wilayah Sumatera; e. Penyediaan Penyediaan Pertanian;
dan
pengemb pengembangan angan
sarana sarana
dan
prasara prasarana na
f. Pengem Pengemban bangan gan jaring jaringan an irigas irigasi; i; g. Pengembang Pengembangan an gudang gudang dan fasilitas fasilitas pengola pengolahan han pasca pasca panen; panen; h. Pengem Pengemban bangan gan kelemb kelembaga agaan an mikro mikro i. Pengem Pengemban bangan gan kopera koperasi si simp simpan an pinj pinjam am j. Pemberian Pemberian skema skema kredit kredit yang yang afirmat afirmatif if bagi bagi petani, petani, nelayan, nelayan, peternak; k. Pengembang Pengembangan an produk produk unggulan unggulan perikanan perikanan di di Kabupaten Kabupaten Kepulauan Mentawai; l. Pengembang Pengembangan an siste sistem m logist logistik ik ikan ikan melalui melalui penyedi penyediaan aan Cold Storage disetiap sentra perikanan; m. Pengem Pengemban bangan gan kegia kegiatan tan kepa kepariw riwisa isata taan an bahari bahari dan sosial sosial-budaya melalui peningkatan insfrastruktur, sarana, promosi, serta peningkatan peran serta masyarakat adat, khususnya di bagian utara dan barat Wilayah Sumatera; Sum atera; n. Pengembang Pengembangan an museum;
rumah
pusat pusat
kebuday kebudayaan aan
dan
keseni kesenian, an,
o. Pengem Pengemban bangan gan pasar pasar kecamat kecamatan an tradi tradisio sional nal.. 3.
Pengu Penguat atan an Ko Kone nekti ktivi vita tass dan dan Sisl Sislog ogna nass Peningkatan konektivitas daerah tertinggal dengan pusat pertumbuhan yang diprioritaskan pada ketersediaan sarana dan prasarana penunjang peningkatan kinerja pembangunan ekonomi daerah dengan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Membuat Membuat sistem sistem konektivit konektivitas as laut untuk mendist mendistribus ribusikan ikan hasil hasil bumi menuju lokasi di luar Pulau Sumatera; b. Pembangunan Pembangunan dermag dermaga a di pulau-pulau pulau-pulau kecil kecil yang terseba tersebarr di wilayah Sumatera; c. Pengem Pengemban bangan gan jalur jalur kepe keperin rintis tisan an laut laut di di wilay wilayah ah kepu kepulauan lauan Sumatera;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
537
d. Peningkat Peningkatan an kapasitas kapasitas pelabuhan pelabuhan kapal kapal penumpang penumpang dan dan ferry; e. Pengadaan Pengadaan unit unit armada armada ferry ferry baru di Wilayah Wilayah Sumatera Sumatera;; f. Pembangunan Pembangunan prasarana prasarana jalan dan jembatan jembatan penunjang penunjang di kawasan Trans Bangka-Belitung; g. Pembangunan Pembangunan infras infrastruk truktur tur jalan jalan bagian selata selatan n di wilayah wilayah Sumatera Selatan; h. Pengembang Pengembangan an jaringa jaringan n publik publik darat darat antara antara lokasi lokasi perkebunan, perkebunan, serta pengolahan dan akses ke pelabuhan; i. Penyediaan Penyediaan dan pembangun pembangunan an prasarana prasarana dan fasilitas fasilitas pendukung kereta api di kawasan Sumatera bagian barat; j. Pemban Pembangun gunan, an, rehabi rehabilit litasi asi,, dan peme pemelih lihara araan an bandar bandara a perint perintis is di wilayah Sumatera. 4.
Pengu Penguat atan an Ke Kema mamp mpua uan n SDM SDM da dan n IPT IPTEK EK Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan kapasitas kelembagaan pemangku kepentingan pembangunan daerah tertinggal di pusat maupun di daerah yang terintegrasi untuk menunjang pengelolaan hasil bumi dan energi. Strategi ini meliputi aspek peraturan perundangan, tata kelola, SDM, rumusan dokumen kebijakan, dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) melalui prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Peningkat Peningkatan an kualitas kualitas aparatur aparatur daerah daerah khusus khususnya nya pada pada pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada bidang pendidikan, kesehatan, listrik, dan telekomunikasi di daerah tertinggal dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian; b. Peningkat Peningkatan an kualitas kualitas aparatur aparatur daerah daerah khususnya khususnya pada pada pengembangan ekonomi daerah dan ekonomi masyarakat pada perkebunan, pangan-hortikultura, dan perikanan laut (pesisir) dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian; c. Pengembang Pengembangan an sekolah-s sekolah-sekolah ekolah kejuru kejuruan an dan politeknik politeknik dalam dalam menunjang pengelolaan hasil bumi dan energi; d. Pengembang Pengembangan an kewirau kewirausahaan sahaan bagi pemuda; pemuda; e. Pengembang Pengembangan an Balai Pelat Pelatihan ihan Kerja Kerja dan Kewira Kewirausaha usahaan; an; f. Pemberdaya Pemberdayaan an Komuni Komunitas tas Adat Terpencil Terpencil (KAT) di Aceh; g. Pengembang Pengembangan an pusat informasi informasi dan teknol teknologi ogi untuk untuk menunjang menunjang pengembangan usaha khususnya sub-sektor perkebunan dan
538
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
perikanan laut; h. Peningkat Peningkatan an teknologi teknologi pengolahan pengolahan limbah limbah hasil industri industri 5.
Peng Pengua uata tan n Regu Regula lasi si da dan Inse Insent ntif if Dalam upaya mendukung percepatan pembangunan daerah tertinggal, bentuk afirmasi yang lebih nyata dan konkrit dilakukan dilakukan dengan evaluasi terhadap harmonisasi regulasi untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam pengelolaan hasil bumi dan energi melalui pelaksanaan prioritas kegiatan sebagai berikut: a. Penyusunan Penyusunan Strateg Strategii Daerah Daerah tentang tentang Percepat Percepatan an Pembangunan Pembangunan Daerah Tertinggal; b. Harmonisas Harmonisasii kebijakan, kebijakan, program, program, dan dan kegiatan kegiatan daerah daerah untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal; c. Koordinas Koordinasii dan sinkron sinkronisasi isasi antara antara pemeri pemerintah ntah dengan dengan pemerintah daerah dan antar-SKPD dalam penyelenggaraan program pembangunan di daerah; d. Menghapus Menghapus Pajak Pajak Pertambaha Pertambahan n Nilai (PPN) (PPN) dari hulu-hilir hulu-hilir untuk untuk memangkas ongkos produksi hingga 10 persen; e. Menata Menata ulang kebija kebijakan kan penetap penetapan an Bea Masuk Masuk Ditang Ditanggung gung Pemerintah (BM DPT); f. Menyusun Menyusun rencana rencana induk induk dan rencana rencana aksi aksi pengembang pengembangan an ekonomi berbasis pada public industry perkebunan, panganhortikultura, dan perikanan laut secara terpadu; g. Pemberian Pemberian insenti insentiff untuk pihak swasta swasta pengembangan usaha di daerah tertinggal;
dalam dalam
proses proses
h. Tunjangan Tunjangan khusus khusus penyul penyuluh uh pertan pertanian. ian. 6.
Pemb Pembina inaan an Dae Daera rah h Tert Terting ingga gall Teren Terenta task skan an Pembinaan daerah tertinggal yang terentaskan melalui penguatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah dan peningkatan kapasitas SDM.
7.
Pengemb Pengembang angan an Kaw Kawasa asan n Perd Perdesa esaan an da dan n Tra Transmi nsmigra grasi si Mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi sebagai upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah. Dalam proses pembangunan kedepan, diharapkan kawasan transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan baru dapat mendukung upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal dan pengembangan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
539
kawasan perdesaan. Pada periode RPJMN 2010-2014 wilayah Sumatera terdiri dari 10 provinsi dengan total 154 kabupaten/kota, dimana 29,87 persen atau 46 kabupaten kabupaten masuk dalam kategori kategori daerah daerah tertin tertinggal. ggal. Indeks Indeks Pembangunan Manusia (IPM) daerah tertinggal di wilayah ini sebesar 71,10, berada dibawah target IPM rata-rata nasional di daerah tertinggal dalam RPJMN 2010-2014 sebesar 72,2. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,90 persen, jauh dari target yang diharapkan pada RPJMN 2010-2014, sebesar 7,1 persen. Angka kemiskinan di daerah tertinggal Wilayah Sumatera masih sebesar 15,40 persen, jauh dari target Angka Kemiskinan secara nasional di daerah tertinggal dalam RPJMN 2010-2014, sebesar 14,2 persen. Gambaran umum kondisi daerah tertinggal tertinggal di di wilayah wilayah Sumatera secara lebih rinci rinci disajikan dalam tabel di bawah ini. Dalam periode RPJMN 2010-2014 di Wilayah Sumatera telah ditetapkan 46 kabupaten tertinggal yang menjadi lokus agenda percepatan pembangunan daerah tertinggal. Pada akhir tahun 2014 diindikasikan terdapat 35 kabupaten tertinggal yang dapat terentaskan. Akan tetapi, terdapat 2 kabupaten dengan status Daerah Otonom Baru (DOB) hasil pemekaran yang masuk kategori daerah tertinggal yaitu Kabupaten Pesisir Barat dan Musi Rawas Utara. Sehingga pada periode RPJMN RPJMN 2015-20 2015-2019 19 jumlah jumlah daerah daerah tertingg tertinggal al di Wilayah Wilayah Sumatera Sumatera diperkirakan sebanyak 13 kabupaten. Pada akhir periode RPJMN 20152019 2019 dita ditarg rget etka kan n seba sebany nyak ak 10 11 kabu kabupa pate ten n ter terti ting ngga gall dap dapat at terentaskan. 8.5.3.2 Pengembangan Kawasan Perbatasan Arah kebijakan kebijakan Pengemban Pengembangan gan Kawasan Kawasan Perbatasa Perbatasan n di di Wilayah Wilayah Sumate Sumatera ra difoku difokuska skan n untuk untuk mening meningkat katkan kan peran peran sebaga sebagaii hala halaman man depan negara yang maju dan berdaulat dengan negara Malaysia, Singapura, Thailand, India, Vietnam. Fokus Pengembangan Kawasan Perbatasan di Wilayah Sumatera diarahkan pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) (PKSN) di Wilayah Sumatera, yaitu PKSN PKSN Sabang, PKSN Ranai, PKSN Batam, PKSN Dumai, serta mempercepat pembangunan di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) tahun 2015-2019. Strategi pengembangan kawasan perbatasan diarahkan untuk mewujudkan mewujudkan kemudaha kemudahan n aktivitas aktivitas masyarak masyarakat at kawasan kawasan perbatasan perbatasan dalam berhubungan dengan negara tetangga dan pengelolaan sumber daya darat dan laut untuk menciptakan kawasan perbatasan yang berdaulat. Strategi tersebut diantaranya: 540
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
1.
Pengua Penguatan tan pengel pengelola olaan an dan fasili fasilitas tasii pene penegas gasan an,, pemeli pemelihar haraa aan n dan pengamanan kawasan perbatasan Sumatera Penguatan pengelolaan dan fasilitasi penegasan, pemeliharaan, dan pengamanan kawasan perbatasan, secaraterpadu di Wilayah Sumatera,dilakukan dengan: a. Men Menge gemb mban ang gkan pusat usat pelay elayan anan an kepab epabea ean nan, an, imigra igrassi, karantina, karantina, dan keamanan keamanan terpadu terpadu (satu atap) di PKSN Sabang, Sabang, PKSN Ranai, PKSN Batam, PKSN Dumai, dan Anambas. b. Merevi Merevital talisa isasi si aktivi aktivitas tas lintas lintas batas batas di di pintu pintu-pi -pintu ntu altern alternat atif if (ilegal) di kawasan perbatasan Riau dan Kepulauan Riau; c. Mengembangkan pusa usat kegiatan pertahanan dan keaman manan negara; d. Penegasan, Penegasan, pemeliha pemeliharaan, raan, dan dan pengawasan pengawasan batas batas wilayah wilayah negara di darat dan laut e. Meningkat Meningkatkan kan upaya upaya perunding perundingan an dalam dalam penetapan penetapan dan dan penegasan batas wilayah negara RI-Malaysia, RI-Singapura, RIThailand, RI-Vietnam dan RI-India; f. Meningkatk Meningkatkan an kapasi kapasitas tas tim perund perunding ing dari tingkat tingkat teknis teknis hingga kebijakan (pengambilan keputusan); g. Menjalin Menjalin kerjasa kerjasama ma pengamanan pengamanan dan dan pertahana pertahanan n kawasan kawasan perbatasan negara antara RI-Malaysia, RI-Singapura, RIThailand, RI-Vietnam; h. Mendayagun Mendayagunakan akan Pulau-Pula Pulau-Pulau u Kecil Terluar Terluar di Pulau Pulau Laut, Laut, Pulau Subi, Pulau Subi Kecil, Pulau Rondo, Pulau Berhala, Pulau Nipa dan Pulau-Pulau Kecil Terluar lainnya dengan pendekatan keamanan, ekonomi dan lingkungan; i. Memperkuat Memperkuat fungsi fungsi pengaman pengamanan an perbat perbatasan asan wilayah wilayah laut laut baik baik alutsista maupun non alutsista;
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
541
9 1 0 2 5 1 0 2 A R E T A M U S U A L U P H 3 . A 8 Y A R L A I B W L M A A G G G N I T R E T H A R E A D N A R A B E S A T E P
542
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
7 . 8 L E B A T
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
543
544
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
545
546
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
j. Sosialisasi batas laut wilayah negara RI-Malaysia, RI-Singapura, maupun RI-Vietnam kepada masyarakat perbatasan Wilayah Sumatera; k. Mengembangkan standar operasional prosedur (SOP) pertahanan dan keamanan yang profesional bagi aparatur pengaman perbatasan. 2.
Pengembangan Ekonomi Lokal Pengembangan ekonomi lokal secara terpadu pada kawasan perbatasan negara di Wilayah Sumatera, dilakukan dengan: a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas supply produk perikanan tangkap terutama dengan penambahan Kapal Tangkap 30 GT dan sumberdaya kelautan ke negara tetangga melalui pengembangan sarana dan prasarana produksi dan pengolahan; b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian dan perkebunan untuk mencukupi kebutuhan lokal di Riau dan Kepulauan Riau; c. Meningkatkan nilai potensi pariwisata bahari dan budaya di Anambas dan Natuna melalui pengelolaan pariwisata yang optimal (promosi dan penyediaan infrastruktur penunjang pariwisata); d. Mengembangkan pusat perdagangan skala internasional berbasis komoditas lokal berorientasi pasar ke negara tetangga (Singapura dan Malaysia) e. Mengembangkan program transmigrasi di kawasan perbatasan dalam bentuk Kota Terpadu Mandiri di Riau; f. Mengembangkan balai-balai latihan kerja untuk meningkatkan mengelola komoditas unggulan lokal yang berorientasi pasar ke negara tetangga.
3.
Penguatan Konektivitas dan Sislognas Peningkatan konektivitas kawasan perbatasan baik ke pusat pertumbuhan maupun konektivitas dengan negara tetangga Malaysia, Singapura, Vietnam, Thailand, dilakukan dengan: a. Meningkatkan intensitas dan pelayanan keperintisan yang menghubungkan pulau-pulau di kawasan perbatasan negara, termasuk pulau kecil terluar berpenduduk terutama di Kepulauan Anambas, Kepulauan Natuna, Bintan (Tambelan), dan Kepulauan Meranti, serta konektivitasnya dengan sistem
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
547
transportasi laut nasional dan internasional; b. Mengembangkan dermaga keperintisan pada pulau-pulau kecil terluar berpenduduk di Kepulauan Anambas, Natuna, Tambelan, dan Pulau-Pulau kecil terluar lainnya; c. Menjamin ketersedian logistik, khususnya untuk pulau-pulau kecil terluar berpenduduk; d. Meningkatkan konektivitas dengan membangun sistem jaringan jalan lokal di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri) dan antar Lokpri yang saling terhubung dengan pusat kegiatan ekonomi; e. Mengembangkanpelayanantransportasiudarainternasionaldann asional, khususnya di PKSN Ranai, PKSN Dumai, dan Anambas; f. Menyediakan infrastruktur dasar kewilayahan terutama jalan, listrik, terbarukan maupun non terbarukan, air bersih, dan telekomunikasi yang berdaulat di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri). 4.
Penguatan Kemampuan SDM dan Iptek Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) berdaya saing agar mampu mengelola sumber daya alam di kawasan perbatasan darat dan laut, mampu melakukan aktivitas perdagangan dengan negara tetangga dan turut mendukung upaya peningkatan kedaulatan negara dengan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) yang berkualitas, dilakukan dengan: a. Mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan kejuruan dan keterampilan berbasis sumberdaya lokal (kelautan, pertanian, perkebunan, perikanan, dan pertambangan) di kawasan perbatasan Riau dan Kepulauan Riau; b. Meningkatkan akses pelayanan sosial dasar (pendidikan dan kesehatan) di kawasan perbatasan negara, termasuk pulaupulau kecil terluar berpenduduk dengan penyedian sarana dan prasarana sesuai karakteristik geografis wilayah (sekolah berasrama, transportasi perairan antar jemput sekolah, poskesdes, mobile clinic); c. Menyediakan tenaga pendidikan dan kesehatan yang handal serta penyedian insentif, serta sarana prasarana penunjang yang memadai, khususnya di pulau-pulau kecil terluar berpenduduk terutama rumah guru, fasilitas telekomunikasi dan informasi bagi guru; d. Meningkatkan kapasitas aparatur wilayah perbatasan melalui penerapan kebijakan wajib tugas belajar dan pelatihan teknis,
548
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
agar diperoleh sumberdaya aparatur yang memiliki kemampuan dan merumuskan kebijakan pengelolaan kawasan perbatasan dan pelayanan yang diperlukan oleh masyarakat perbatasan; e. Mengembangkan teknologi tepat guna dalam menunjang pengelolaan sumber daya alam/potensi lokal di kawasan perbatasan. 5.
Penguatan Regulasi dan Insentif Dalam upaya mendukung pengembangan kawasan perbatasan negara, diperlukan harmonisasi regulasi sebagai berikut: a. Akses masyarakat perbatasan yang tinggal di kawasan lindung untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di dalamnya, serta untuk kemudahan pembangunan infrastruktur yang melalui hutan lindung; b. Regulasi pengelolaan lintas batas; c. Regulasi Perdagangan lintas batas Perjanjian kerjasama antara RI-Malaysia, RI-Singapura, maupun RI-Vietnam dalam pengembangan kawasan perbatasan negara; d. Regulasi untuk memberikan kewenangan yang lebih luas (asimetrik) kepada Pemerintah Pusat untuk menyediakan sumber daya air, pengelolaan jalan non status, dan pelayanan pendidikan dan kesehatan di kawasan perbatasan dan pulaupulau kecil terluar; e. Penciptaan iklim perbatasan;
investasi
yang
kondusif
di
kawasan
f. Pembagian kewenangan atau urusan antar jenjang pemerintah: pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam pengelolaan kawasan perbatasan; g. Kelembagaan pengelola perbatasan yang memiliki otoritas penuh untuk mengelola pos-pos lintas batas negara; h. Pemberian kewenangan khusus bagi pemerintahan kecamatan di wilayah perbatasan (Lokpri) dalam bentuk desentralisasi asimetrik dengan penetapan daerah khusus untuk akselerasi pembangunan dan efektivitas peningkatan kualitas pelayanan publik; i. Penyusunan Rencana Tata Ruang termasuk Detail Tata Ruang Kawasan Perbatasan di Kepulauan Riau dan Riau.
j. Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Tahun 2015-2019 menjadi acuan bagi Kementerian/Lembaga dan Pemerintahan Daerah dalam
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
549
perencanaan dan perbatasan negara.
pelaksanaan
pembangunan
kawasan
8.5.4 Penanggulangan Daerah Bencana Pada umumnya PKN, PKW dan PKSN di Wilayah Sumatera memiliki risiko tinggi terhadap bencana. Potensi ancaman bencana yang dominan terjadi di Wilayah Sumatera adalah banjir, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan gunung api dan kebakaran hutan dan lahan. TABEL 8.8 DAFTAR LOKASI PRIORITAS PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN No.
Kota/Kabupaten
1 2 3 4 5
Sabang Serdang Berdagai Rokan Hilir Bengkalis Indragiri Hilir
6
Kepulauan Meranti
7
Dumai
8
Pelalawan
9
Natuna
10 11
Kep. Anambas Kota Batam
12
Bintan
13
Karimun
550
Kecamatan Lokasi Prioritas Sukakarya Tanjung Beringin Pasirlimau Kapuas; Sinaboi Bukit Batu, Bantan, Rupat Utara, Rupat, Bengkalis Pulau Burung; Tanah Merang; Gaung Anak Serka; Kateman; Merbau, Rangsang, Pulau Merbau, Tasik Putri Uyu, Rangsang Barat, Rangsang Pesisir Dumai, Dumai Timur, Dumai Barat, Sungai Sembilan, Medang Kampa Kuala Kampar Bunguran Timur, Serasan, Bunguran Barat, Midai, Pulau Laut, Subi, Serasan Timur, Bunguran Utara Jemaja, Jemaja Timur, Palmatak, Siantan Belakang Padang, Batam Kota, Bulang, Sekupang, Lubuk Raja, Nongsa, Batu Ampar, Batu Aji Bintan Utara, Tambelan, Bintan Pesisir, Teluk Sebong, Gunung Kijang Kundur, Meral, Moro, Unggar, Meral Barat, Tebing
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
N A S A T A B R E P N A S A 9 1 W A 0 2 K 5 ) I 1 R 0 2 4 . P K 8 O A R R L E ( A S T B A A M M I U A T G R S O I H R A P Y I A S L A I K W O L N A R A B E S A T E P
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
551
Risiko bencana alam yang tinggi di wilayah Sumatera disebabkan oleh tingginya ancaman bencana, potensi jumlah penduduk terpapar tinggi dan kerugian ekonomi yang tinggi. Kemudian, kapasitas kelembagaan, peringatan dini, mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana belum memadai. Berdasarkan DIBI yang merekam kejadian bencana tahun 1815-2014, berbagai kejadian bencana di Pulau Sumatera telah mengakibatkan 176.581 orang meninggal dunia, 63.041 orang luka-luka, 6.984 orang hilang, 2.129.726 orang mengungsi dan 460.531 rumah hancur/rusak. Memperhatikan kondisi diatas, maka arah kebijakan penanggulangan bencana di wilayah Sumatera adalah mengurangi indeks risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan wilayah dan meningkatkan ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat terhadap bencana, yang dapat dilakukan melalui strategi: 1.
Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, melalui: a. Mengarusutamakan pengurangan pembangunan sektoral dan wilayah;
risiko
bencana
dalam
b. Pengenalan, pengkajian dan pemantauan risiko bencana melalui penyusunan kajian dan peta risiko skala 1:50.000 pada 14 kabupaten (Langkat, Deli Serdang, Karo, Padang Pariaman, Kepulauan Mentawai, Kota Bengkulu, Mukomuko, Rejang Lebong, Banyuasin, Lahat, Lampung Barat, Tanggamus, Sarolangun, Kerinci) dan skala 1:25.000 di 6 kota (Kota Medan, Kota Padang, Kota Lhokseumawe, Banda Lampung, Jambi, Kota Banda Aceh) dengan memperhatikan indikator risiko iklim.; c. Integrasi kajian dan peta risiko dalam penyusunan dan review RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota. d. Pemanfaatan kajian dan peta risiko bagi penyusunan Rencana Penanggulangan (RPB) Bencana Kab/Kota dan Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD PRB), di 20 Kabupaten/Kota dan menjadi masukan untuk penyusunan RPJMD Kab/Kota. e. Harmonisasi kebijakan dan regulasi penanggulangan bencana di pusat dan daerah 2.
Penurunan kerentanan terhadap bencana a. Mendorong dan menumbuhkan budaya sadar bencana serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan
552
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
b. Peningkatan sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakat baik melalui media cetak, radio dan televisi di 20 kabupaten/kota risiko tinggi. c. Meningkatkan kerjasama dengan mitra pembangunan, OMS dan dunia usaha untuk mengurangi kerentanan sosial dan ekonomi masyarakat.; d. Peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah pasca bencana, melalui percepatan penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana di Pulau Sumatera, yaitu: letusan gunung api Sinabung, Kabupaten Karo, Kepulauan Mentawai, Aceh Tengah, Bener Meriah, Sumatera Barat dan daerah pasca bencana alam lainnya e. Pemeliharaan dan penataan lingkungan di sekitar daerah aliran sungai (DAS) kritis dan daerah rawan bencana alam di Pulau Sumatera f. Membangun dan menumbuhkan membangun dan mitigasi bencana. 3.
kearifan
lokal
dalam
Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat a. Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan bencana di pusat dan daerah melalui pembangunan gedung kantor di 20 kabupaten/kota. b. Meningkatkan koordinasi antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta antar pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana. c. Penyediaan sistem peringatan dini bencana tsunami pada 29 kabupaten/kota di pesisir pantai barat Pulau Sumatera serta memastikan berfungsinya sistem peringatan dini dengan baik. d. Pemantauan dan penyediaan sistem peringatan dini erupsi gunung api di Pulau Sumatera serta memastikan berfungsinya sistem peringatan dini dengan baik. e. Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK dan pendidikan untuk pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. f.
Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api.
g. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
553
rambu-rambu evakuasi) menghadapi bencana gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api. h. Meningkatkan monitoring hot spot kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu dan Lampung. i.
Membangun dan memberikan perlindungan bagi prasarana vital yang diperlukan untuk memastikan keberlangsungan pelayanan publik, kegiatan ekonomi masyarakat, keamanan dan ketertiban pada situasi darurat dan pasca bencana.
j.
Pengembangan Desa Tangguh Bencana di 20 kabupaten/kota risiko tinggi bencana untuk mendukung Gerakan Desa Hebat.
k. Peningkatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan, melalui pembangunan 2 (dua) unit pusat logistik kebencanaan di wilayah Sumatera Bagian Utara dan Sumatera Bagian Selatan yang dapat menjangkau wilayah pasca bencana yang terpencil. l.
Pembentukan dan penguatan kapasitas forum pengurangan risiko bencana di daerah TABEL 8.9 PROFIL KERAWANAN DAN RISIKO PKN, PKW DAN PKSN DI WILAYAH SUMATERA Index Kerawanan
Lokasi (IRBI 2011)
Indeks Risiko tingkat Kabupaten/Kota (IRBI 2013)
KAPET BAD (Bandar Aceh Darussalam)
Kota Banda Aceh: tinggi untuk gempa bumi, tsunami, abrasi, cuaca ekstrim
Kota Banda Aceh: Tinggi
KPBPB Sabang
Kota Sabang: tinggi untuk bencana cuaca ekstrim, banjir dan tanah longsor,
Kota Sabang: sedang
KEK Sei Mangkei
Kabupaten Simalungun: tingkat kerawanan sedang untuk bencana banjir, gempa bumi, cuaca ekstrim.
Kabupaten Simalungun: sedang
KPBPB Batam di Kota Batam
Kota Batam: tingkat kerawanan tinggi untuk bencana banjir,
Kota Batam: sedang
554
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Index Kerawanan
Indeks Risiko tingkat Kabupaten/Kota (IRBI 2013)
Lokasi (IRBI 2011) cuaca ekstrim, kebakaran hutan dan lahan. KPBPB Bintan di Kabupaten Bintan
Kabupaten Bintan: kerawanan sedang
KPBPB Pinang
Kota Tanjung Pinang: tingkat kerawanan sedang
Kota Tanjung Pinang: sedang
KPBPB Karimun di Kabupaten Karimun
Kabupaten Karimun: kerawanan sedang
tingkat
Kabupaten Karimun: sedang
KEK Tanjung Api Api
Kabupaten Banyuasin: : tingkat kerawanan tinggi untuk cuaca ekstrim dan sedang untuk bencana banjir
Kabupaten Banyuasin: tinggi
KSN Perkotaan Mebidangro: Kota Medan, Binjai (Ibukota Kab. Langkat), Kab. Deli Serdang, Kab. Karo)
Kota Medan: tinggi untuk bencana banjir, cuaca ekstrim, abrasi, Kota Binjai:tinggi untuk bencana banjir Kabupaten Langkat: tinggi untuk bencana banjir, cuaca ekstrim, kekeringan. Kabupaten Deli Serdang: tinggi untuk bencana banjir, cuaca ekstrim, kekeringan. Kabupaten Karo: letusan gunung api,
Kota Medan: tinggi Kota Binjai: sedang Kabupaten Langkat: tinggi Kabupaten Deli Serdang: tinggi Kabupaten Karo: tinggi
KSN (Usulan) Perkotaan ITBM Palapa
Kota Padang: tinggi untuk bencana banjir, gempa bumi, tsunami, cuaca ekatrim, abrasi dan kekeringan, Kabupaten Padang Pariaman: tinggi untuk bencana banjir, gempa, cuaca ekstrim, tanah longsor dan abrasi
Kota Padang: tinggi Kabupaten Padang tinggi
Tanjung
Padang,Lubuk Alung, Pariaman, Indarung, Teluk Bayur, Bungus, Mandeh KSN (Usulan) Perkotaan Palembang Raya:
tingkat
Kabupaten Bintan: sedang
Pariaman:
Kota Palembang: tinggi untuk Kota Palembang: sedang banjir dan cuaca ekstrim Kabupaten Banyuasin: tinggi Kabupaten Banyuasin: tingkat Kabupaten Musi Banyuasin: kerawanan tinggi untuk cuaca
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
555
Index Kerawanan
Indeks Risiko tingkat Kabupaten/Kota (IRBI 2013)
Lokasi (IRBI 2011) Kota Palembang, Kab. Banyuasin, Kab. Musi Banyuasin
ekstrim dan sedang untuk bencana banjir Kabupaten Musi Banyuasin: tinggi untuk bencana cuaca ekstrim, tingkat sedang untuk bencana banjir dan kekeringan.
sedang
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Sumatera Kota Lhokseumawe
Tinggi untuk ancaman: Gempa bumi, tsunami, ekstrim, abrasi.
Padang
Kota Lhokseumawe: tinggi cuaca
Tinggi untuk ancaman:
Kota Padang: tinggi
Gempa bumi, banjir, longsor, cuaca ekstrim, abrasi. Bandar Lampung
Tinggi untuk ancaman:
Bandar Lampung: tinggi
Banjir, longsor, cuaca ekstrim, abrasi, kekeringan. Jambi
Jambi: tinggi untuk bencana banjir dan tanah longsor
Jambi: tinggi
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Sumatera Padang Sidempuan
Tinggi untuk ancaman: banjir
Kota Padang Sidempuan: Sedang
Bukittinggi
Tinggi untuk ancaman: gempa bumi, kebakaran permukiman
Kota Bukittinggi: Sedang
Muara Enim
Tinggi untuk ancaman: banjir, cuaca ekstrim
Muara Enim: Tinggi
Lahat
Tinggi untuk ancaman: Gempa bumi, letusan gunung api, banjir dan tanah longsor, cuaca ekstrim
Lahat: Tinggi
Curup – Kab.Rejang Lebong
Tinggi untuk ancaman:
Rejang Lebong: Tinggi
letusan gunung api, banjir, kebakaran permukiman
556
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Index Kerawanan Lokasi (IRBI 2011) Bengkulu
Tinggi untuk ancaman:
Indeks Risiko tingkat Kabupaten/Kota (IRBI 2013) Kota Bengkulu: Tinggi
Gempa bumi, banjir dan tanah longsor, kekeringan, kebakaran permukiman Manna – Kab. Bengkulu Selatan
Tinggi untuk ancaman:
Bengkulu Selatan: Tinggi
banjir, kebakaran permukiman Mukomuko
Tinggi untuk ancaman:
Mukomuko: Tinggi
Sabang
Tinggi untuk ancaman:
Kota Sabang: Sedang
banjir dan tanah longsor, cuaca ekstrim Meulaboh – Kab. Aceh Barat
Tinggi untuk ancaman:
Aceh Barat: Tinggi
Gempa bumi, tsunami, banjir, cuaca ekstrim, abrasi. Gunung Sitoli
Tinggi untuk ancaman:
Kota Gunung Sitoli: Tinggi
gempabumi Sibolga
Tinggi untuk ancaman:
Kota Sibolga: Tinggi
Gempa bumi, banjir dan tanah longsor, kebakaran permukiman Pariaman
Tinggi untuk ancaman:
Kota Pariaman: Tinggi
Gempa bumi Muara Siberut – Kab. Kepulauan Mentawai
Tinggi untuk ancaman:
Kalianda Kab.Lampung Selatan
Tinggi untuk ancaman:
–
Kepulauan Mentawai: Tinggi
Gempa bumi, tsunami, tanah longsor, abrasi Lampung Selatan: Tinggi
banjir dan tanah longsor, cuaca ekstrim, abrasi kekeringan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
557
Index Kerawanan Lokasi (IRBI 2011) Kota Agung – Kab. Tanggamus
Tinggi untuk ancaman:
Indeks Risiko tingkat Kabupaten/Kota (IRBI 2013) Tanggamus: Tinggi
banjir, cuaca ekstrim, abrasi, kekeringan Liwa – Kab. Lampung Barat
Tinggi untuk ancaman:
Lampung Barat: Tinggi
banjir dan tanah longsor, gempa bumi, cuaca ekstrim Sarolangun
Tinggi untuk bencana banjir
Sarolangun: tinggi
Kabupaten Kerinci
Tinggi untuk bencana banjir, gempa bumi
Kabupaten Kerinci: tinggi
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Sumatera Sabang
Tinggi untuk ancaman:
Kota Sabang: Sedang
kebakaran permukiman, cuaca ekstrim, banjir dan tanah longsor Dumai
Tinggi untuk ancaman: data tidak Kota Dumai: Sedang tersedia.
Batam
Tinggi untuk ancaman:
Kota Batam: Sedang
Banjir dan tanah longsor, kebakaran permukiman, cuaca ekstrim, kebakaran hutan dan lahan kecelakaan transportasi Ranai Natuna
–
Kab.
Tinggi untuk ancaman: data tidak tersedia
Sumber : Diolah, Bappenas 2014
558
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Natuna: Sedang
A R E T A M U S U A L U P H A Y 5 . A I 8 L R W A A B N M A A C G N E B O K I S I R S K E D N I A T E P
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
559
8.5.5 Pengembangan Tata Ruang Wilayah Sumatera A. Arah Kebijakan Tata Ruang Wilayah Sumatera 1.
Kebijakan untuk mewujudkan pusat pertumbuhan baru di wilayah pesisir barat dan wilayah pesisir timur Pulau Sumatera dilakukan dengan pengembangan kawasan perkotaan nasional berbasis sumber daya alam dan jasa lingkungan di wilayah pesisir barat dan wilayah pesisir timur Pulau Sumatera dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
2.
Kebijakan untuk mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah meliputi: a. Pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi, dan daya saing ekonomi wilayah; dan b. Pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil.
3.
Kebijakan untuk mewujudkan kelestarian kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40 persen (empat puluh persen) dari luas Pulau Sumatera sesuai dengan kondisi ekosistemnya meliputi: a. Pemertahanan luasan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi; dan b. Pengembangan pengelolaan potensi kehutanan dengan prinsip berkelanjutan.
4.
Kebijakan untuk mewujudkan kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah melalui pengembangan koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi.
5.
Kebijakan untuk mewujudkan pusat industri yang berdaya saing melalui pengembangan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat industri.
6.
Kebijakan untuk mewujudkan KSN Perbatasan Negara dan KSN sudut kepentingan ekonomi melalui pengembangan Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara, Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau, KSN KAPET BAD, Kawasan Perkotaan Medan– Binjai–Deli Serdang–Karo (Mebidangro), Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun (BBK), dan KPBPB Sabang.
560
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
B. Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah Sumatera I.
Struktur Ruang Pulau Sumatera 1. Strategi pengembangan pusat kegiatan dilakukan dengan: a. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pertumbuhan perkebunan, agropolitan, pariwisata, minapolitan, dan pertambangan untuk pertumbuhan ekonomi wilayah; dan b. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional. Prioritas lokasi pengembangan pusat kegiatan pada periode 20152019 dapat dilihat pada Tabel 8.10. TABEL 8.10 PRIORITAS LOKASI PENGEMBANGAN PUSAT KEGIATAN PERIODE 2015-2019
Provinsi
Pusat Kegiatan dalam RTRWN PKN
NAD
PKW
PKSN
Lhokseumawe (I/C/1) Sabang (I/C/1) Banda Aceh (I/C/1), (I/D/1) Langsa (II/C/3) Takengon (II/C/1)
Meulaboh (I/D/1), (II/C/3) Sabang (I/A/ 2) Sumatera Utara
Kawasan Perkotaan Medan-Binjai-DeliSerdang-Karo (Mebidangro) (I/C/3)
Tebing Tinggi (II/C/1) Sidikalang (II/B) Pematang Siantar (I/C/1)
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
561
Provinsi
Pusat Kegiatan dalam RTRWN PKN
PKW
PKSN
Balige (II/C/1) Rantau Prapat (I/C/1) Kisaran (II/C/1) Gunung Sitoli (I/D/1), (II/C/1) Padang Sidempuan (II/C/1) Sibolga (I /C/1) Sumatera Barat
Padang (I/C/1) Pariaman (II/C/1) Sawahlunto (II/C/1) Muarasiberut (II/C/2) Bukittinggi (I/C/1) Solok (II/C/2)
Riau
Pekanbaru (I/C/1) Dumai (I/C/1) Bangkinang (II/B) Taluk Kuantan (II/C/1) Bengkalis (II/B) Bagan Siapi-api (II/B) Tembilahan (I/C/1) Rengat (II/C/1) Pangkalan Kerinci (II/C/1) Pasir Pangarayan (I/C/1) Siak Sri Indrapura (II/C/1) Dumai (I/A/1)
Kepulauan Riau
Batam (I/C/3)
Tanjung Pinang (I/C/1) Terempa (II/B) Daik Lingga (II/B) Dabo – Pulau Singkep (II/B) Tanjung Balai Karimun (I/C/1) Batam (I/A/1) Ranai (I/A/2) Jambi
562
Jambi (I/C/1)
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Provinsi
Pusat Kegiatan dalam RTRWN PKN
PKW
PKSN
Kuala Tungkal (II/B) Sarolangun (II/B) Muarabungo (I/C/1) Muara Bulian (II/C/1) Sumatera Selatan
Palembang (I/C/1) Muara Enim (I/C/1) Kayuagung (II/B) Baturaja (II/B) Prabumulih (II/C/1) Lubuk Linggau (I /C/1) Sekayu (II/B) Lahat (II/B)
Bengkulu
Bengkulu (I/C/1) Manna (I/C/1) Muko-Muko (II/C/2) Curup (II/C/2)
Bangka Belitung
Pangkal Pinang (I/C/1) Muntok (II/B) Tanjungpandan (I/B) Manggar (II/B)
Lampung
Bandar Lampung (I/C/1) M e t r o (II/C/1) Kalianda (II/B) Liwa (II/C/2) Menggala (II/B) Kotabumi (I/C/1) Kota Agung (II/B)
Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014
2. Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi, dan daya saing ekonomi wilayah dilakukan dengan: a. Mengembangkan dan memantapkan akses prasarana dan sarana transportasi darat, laut, dan/atau udara yang menghubungkan antarkawasan perkotaan, dan Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
563
memantapkan koridor ekonomi Pulau Sumatera; b. Meningkatkan fungsi dan/atau mengembangkan jaringan transportasi dengan memperhatikan kawasan berfungsi lindung; dan c.
Mengembangkan dan memantapkan akses prasarana dan sarana transportasi darat yang meliputi jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, serta jaringan transportasi sungai, danau, dan lintas penyeberangan yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan sentra produksi, bandar udara, dan pelabuhan.
3. Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil dilakukan dengan: a. Mengembangkan jaringan transportasi yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil; dan mengembangkan sistem transportasi antarmoda menuju kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil. II.
Pengembangan Kawasan Lindung 1. Strategi untuk pemertahanan luasan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi dilakukan dengan: a. mempertahankan luasan kawasan bervegetasi hutan tetap yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; b. menetapkan kawasan hutan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas Daerah Aliran Sungai (DAS); dan c. memulihkan kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi dalam rangka memelihara keseimbangan ekosistem pulau. 2. Strategi untuk pengembangan pengelolaan potensi kehutanan dengan prinsip berkelanjutan, dilakukan dengan: a. merehabilitasi kawasan peruntukan mengalami deforestasi dan degradasi;
hutan
yang
b. mengembangkan sentra kehutanan pada kawasan andalan
564
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. 3. Strategi perwujudan kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah, dilakukan dengan: a. Menetapkan koridor ekosistem antarkawasan suaka alam dan pelestarian alam; dan b. Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budi daya pada koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi. III. Pengembangan Kawasan Budidaya Strategi perwujudan pusat industri yang berdaya saing melalui pengembangan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat industri dilakukan dengan mengembangkan keterkaitan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan yang terhubung dengan akses ke dan dari pelabuhan dan/atau bandar udara. IV. Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dalam rangka pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) dikembangkan 5 (lima) KSN yang mendukung pengembangan wilayah di Pulau Sumatera. Strategi pengembangan kawasan strategis nasional di Pulau Sumatera dapat dilihat pada Tabel 8.11. TABEL 8.11 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS NASONAL DI PULAU SUMATERA No 1
2
KSN KPBPB Sabang
Perbatasan Negara di Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara,
Tipe Kepentingan Ekonomi
Kepentingan Pertahanan dan Keamanan
Strategi
K/L
Mengembangkan Kawasan Sabang sebagai pusat perdagangan dan jasa kepelabuhan serta pariwisata internasional
-
Menetapkan batas laut sebagai kawasan yang memiliki fungsi pertahanan dan keamanan dengan Negara India, Thailand dan Malaysia
-
-
-
-
-
Kementerian Agraria dan Tata Ruang Kementerian Koordinator Perekonomian Kementerian Pariwisata Kementerian Agraria dan Tata Ruang BNPP Kementerian Pertahanan Kementerian Kelautan dan Perikanan
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
565
No
KSN
3
Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau
4
5
Kawasan Perkotaan Mebidangro
Kapet Banda Aceh Darussalam
566
Tipe
Kepentingan Ekonomi
Kepentingan Ekonomi
Strategi
K/L
Merehabilitasi dan melestarikan kawasan yang berfungsi lindung dalam rangka mempertahankan pulau-pulau kecil terluar dan pengembangan prasarana dan sarana pertahanan dan keamanan yang mendukung kedaulatan dan keutuhan batas wilayah negara di Perbatasan Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara dan di Perbatasan Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau
-
Mengembangkan dan memantapkan fungsi Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagai pusat perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta mampu bersaing secara internasional terutama dalam kerja sama ekonomi subregional Segitiga Pertumbuhan Indonesia-MalaysiaThailand
-
Mengembangkan komoditas utama sebagai komoditas unggulan yaitu sapi, pisang, kelapa, kopi dan ikan serta
-
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
-
-
-
-
Kementerian Perhubungan Kementerian PU dan Perumahan Rakyat
Kementerian Agraria dan Tata Ruang Bappenas Kementerian Koordinator Perekonomian
Kementerian Agraria dan Tata Ruang Kementerian Koordinator Perekonomian Bappenas
No
KSN
Tipe
Strategi mengembangkan produk-produk turunannya di Kawasan Kapet Banda Aceh Darussalam
K/L -
Kementerian Pertanian
Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014
8.5.6 Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah Arah kebijakan pengembangan Wilayah Sumatera yakni peningkatan kapasitas pemerintahan daerah yang mendorong daya saing dan pemerataan pelayanan, dengan strategi: 1. Penguatan regulasi dan kebijakan penataan kewenangan; 2. Penguatan peran gubernur melalui sebagai wakil Pemerintah Pusat; 3. Penguatan regulasi sinergi perencanaan dan penganggaran; 4. Penerapan standar pelayanan dan sistem pengaduan pada tiap pemerintah daerah yang terintegrasi dengan manajemen kinerja; 5. Penguatan peran PTSP sebagai sarana penyederhanaan pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha. 6. Penguatan mutu pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi sesuai arah dan prioritas pembangunan daerah. 7. Peningkatan proporsi belanja modal; 8. Penataan mekanisme monitoring dan evaluasi dana transfer yang terintegrasi di tingkat provinsi secara on-line; 9. Penguatan tranparansi dan akuntabilitas kebijakan dan pengelolaan keuangan Daerah.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
567
8.6
KAIDAH PELAKSANAAN SUMATERA
PENGEMBANGAN
WILAYAH
8.6.1 Prioritas Program Pembangunan 8.6.1.1 Provinsi Aceh TABEL 8.12 KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL DI PROVINSI ACEH Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Kereta Api 1.
Pembangunan Jalur KA Banda Aceh - Lhoksemawe
2.
Pembangunan Jalur KA Lhoksemawe - Langsa - Besitang
Perhubungan Udara 1.
Pengembangan Bandara Sultan Iskandar Muda
Perhubungan Laut 1.
Pembangunan dan Perluasan Pelabuhan Krueng Geukuh
2.
Pengembangan Pelabuhan Sabang
3.
Pembangunan Pelabuhan Banda Aceh
Jalan 1.
Pembangunan Jalan Kruengraya-Tibang
2.
Pembangunan Jalan Gempang - Pameuh
3.
Pembangunan Jalan Lingkar Pulau Simelue
4.
Pembangunan Jalan Lingkar Pulau Weh (Sabang - Keuneukal)
5.
Pembangunan Jalan Takengon-Sp.Peut
6.
Pembangunan Jalan Tol Langsa - Lhokseumawe
7.
Pembangunan Jalan Tol Lhokseumawe - Sigli
8.
Pembangunan Jalan Tol Sigli - Banda Aceh
Energi 1.
Revitalisasi kilang LNG Arun 400 mmscfd
Ketenagalistrikan 1.
PLTA Peusangan 1-2 88 MW
2.
PLTA Peusangan-4 (FTP2) 83 MW
3.
PLTG Aceh Timur 70 MW
4.
PLTG/MG Arun 200 MW
5.
PLTGB Sabang (FTP2) 8 MW
568
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 6.
PLTP Jaboi (FTP2) 10 MW
7.
PLTP Seulawah 55 MW
8.
PLTP Seulawah (FTP2) 55 MW
9.
PLTU Meulaboh #1,2 (FTP1) 220 MW
10. PLTU Meulaboh #3,4 400 MW 11. PLTU Sinabang (eks Tapaktuan) 14 MW Sumber Daya Air 1.
Pembangunan Waduk Jambo Aye Kab. Aceh Utara & Timur
2.
Pembangunan Waduk Kreuto Aceh Utara
3.
Pembangunan Waduk Rukoh & Tiro Pidie
4.
Pembangunan Waduk Lawe Mamas I Aceh Tenggara
5.
Pembangunan Waduk Lawe Atas Aceh Tenggara
6.
Pembangunan Waduk Lawe Mamas II Aceh Tenggara
7.
Integrated Participatory Development and Management Lhok Guci Irrigation Aceh Jaya
8.
Pembangunan Jaringan Irigasi D.I. Kr. Pase Aceh Utara
9.
Pembangunan Jaringan Irigasi D.I. Jambo Aye Kanan Aceh Utara
10. Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Jamuan (extension) Aceh Utara 11. Pembangunan Bendung D.I. Peureulak Aceh Timur 12. Pembebasan Lahan D.I. Peureulak & D.I. Lhok Guci Aceh Timur dan Aceh Jaya 13. Pembangunan Prasarana Pengendalian Daya Rusak Air Sungai Kr. Singkil Aceh Singkil - Kota Subulussalam 14. Pengendalian Banjir Sungai Lawe Bulan Aceh Singkil 15. Pengamanan Pantai Permukiman Kota Meulaboh Aceh Barat 16. Pengamanan Muara Krueng Peudada Bireun 17. Pembangunan Pengamanan Pantai krueng Raya kec. Mesjid Raya Aceh Besar 18. Pembangunan Intake & Pipa Transmisi Air Baku di Kab. Aceh Utara Aceh Utara 19. Pembangunan Intake & Pipa Transmisi Air Baku Aceh Singkil Aceh Singkil 20. Pembangunan Intake & Pipa Transmisi Air Baku Nagan Raya Nagan Raya 21. RESTORASI SUNGAI Sungai Lawe Alas Dan Lawe Bulan A. Tenggara & Aceh Singkil 22. RESTORASI SUNGAI Sungai Kr. Baro. Kr. Tiro Dan Krueng Aceh Aceh Besar, Pidie Dan Pidie Jaya
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
569
9 1 0 2 5 1 0 2 H E C A I S N I V O R P L A N O I S A N H A G 6 . N 8 E N R E A M B A M A K G G N A J R U T K U R T S A R F N I S I G E T A R T S N A T A I G E K
570
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
8.6.1.2 Provinsi Sumatera Utara Tabel 8.13 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Di Provinsi Sumatera Utara Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Kereta Api 1.
Pembangunan Jalur KA dan elektrifikasi Medan - Araskabu - Kualanamu
2.
Pembangunan Jalur KA Medan - Belawan - Gablon
3.
Pembangunan Jalur KA Rantauprapat - Gunung Tua - Padang SidempuanSibolga
Perhubungan Darat 1.
Pengembangan Sistem Transit Kota Medan
Perhubungan Udara 1.
Pengembangan Bandara Kualanamu
Perhubungan Laut 1.
Pengembangan Terminal Curah Cair Kuala Tanjung
2.
Pengembangan Terminal Peti Kemas Kuala Tanjung
3.
Pengembangan Terminal Peti Kemas Belawan Paket I dan Paket II (700 m)
4.
Pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung di Prupuk (Pelabuhan Hub Kuala Tanjung)
Jalan 1.
Pembangunan Jalan akses Bandara Kualanamu
2.
Pembangunan Jalan akses Pelabuhan belawan
3.
Pembangunan Jalan Bts Simalungun - Silimbat, Silimbat - bts Taput
4.
Pembangunan Jalan KISM - Sp. Mayang - Lima Puluh
5.
Pembangunan Jalan Lima Puluh - Pematang Siantar - Kisaran
6.
Pembangunan Jalan Lingkar Pulau Nias
7.
Pembangunan Jalan Natal-Bts. Sumbar
8.
Pembangunan Jalan Pematang Siantar - Tb.Tinggi
9.
Pembangunan Jalan Tanjung Morawa – Saribudolok – Tongging (Rawa Saring)
10. Pembangunan Jalan Raya, Ruas: Lima Puluh - Sp. Inalum 11. Pembangunan Jalan RRSI (Ring Road Samosir Island / Jalan lingkar Pulau Samosir sejauh 56 km) 12. Pembangunan Jalan Silimbat-Aek Kotabatu 13. Pembangunan Jalan Simp. Dolok Merangir-Serbelawan-Laras-Pematang Bandar-Pajak Nagori (29,8 Km)
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
571
14. Pembangunan Jalan Simp. Sei Balai - Ujung Kubu 15. Pembangunan Jalan Simpang Inalum - Kuala Tanjung 16. Pembangunan Jalan Sp. Mayang-Sei Mangkei-Simpang Pasar Baru - Boluk 17. Pembangunan Jalan Sp. Pal XI - Sp.Kotapinang 18. Pembangunan Jalan Sp. Pasar Baru-Pasar Baru-Dusun Pengkolan-Tinjoan-Sei Bejangkar 19. Pembangunan Jalan Tanjung Kubah menuju Kuala Indah 20. Pembangunan Jalan Tele – Pangururan 21. Pembangunan Jalan Tol Binjai - Langsa 22. Pembangunan Jalan Tol Kisaran - Tebing Tinggi 23. Pembangunan Jalan Tol Medan - Binjai 24. Pembangunan Jalan Tol Medan - Kuala Namo - Tebing Tinggi 25. Pembangunan Jalan Tol Rantau Prapat - Kisaran 26. Pembangunan Jalan Tol Tebingtinggi - P.Siantar - Prapat - Tarutung - Sibolga 27. Pembangunan Jalan Ujung Kubu - Kuala Tanjung 28. Pembangunan Flyover Seimangke Energi 1.
Pipa Arun-Belawan 200 km
2.
Pipa Dumai-Medan 380 km
Ketenagalistrikan 1.
PLTA Asahan III (FTP2) 174 MW
2.
PLTA Batang Toru (Tapsel) 510 MW
3.
PLTA Hasang (FTP2) 40 MW
4.
PLTA Simonggo-2 86 MW
5.
PLTA Wampu 45 MW
6.
PLTG/MG P. Brandan 200 MW
7.
PLTGB Nias 8 MW
8.
PLTM Tersebar Sumut 195 MW
9.
PLTP Sarulla I (FTP2) 330 MW
10. PLTP Sarulla II (FTP2) 110 MW 11. PLTP Simbolon Samosir 110 MW 12. PLTP Sipoholon Ria-Ria 55 MW 13. PLTP Sorik Marapi (FTP2) 240 MW 14. PLTS Nias 1 MW 15. PLTU Nias (FTP2) 21 MW 16. PLTU Nias-2 10 MW 17. PLTU Pangkalan Susu #1,2 (FTP1) 440 MW
572
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
18. PLTU Pangkalan Susu #3,4 (FTP2) 400 MW 19. PLTU Sumbagut 360 MW Sumber Daya Air 1.
Pembangunan Waduk Simanggo III Humbang Hasundutan
2.
Pembangunan Waduk Lau Gunung 2 Karo
3.
Pembangunan Waduk Lausimeme Kab. Deli Serdang
4.
Pembangunan Bendung Sei Padang D.I. Bajayu, D.I. Paya Lombang dan D.I. Langau 7.558 Ha Serdang Bedagai
5.
Pembangunan Jaringan Irigasi D.I. Bajayu, 4000 Ha Serdang Bedagai
6.
Pembangunan Jaringan Irigasi D.I. Paya Lombang 1558 Ha Serdang Bedagai
7.
Pembangunan Jaringan Irigasi D.I. Langau 2000 Ha Serdang Bedagai
8.
Pembangunan Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Belutu 5.832 Ha Serdang Bedagai
9.
Pembangunan Bendung D.I. Sei Wampu 10.000 Ha Langkat
10. Peningkatan Jaringan Irigasi Kanan D.I. Sei Wampu 5864 Ha Langkat 11. Peningkatan Jaringan Irigasi Kiri D.I. Sei Wampu 3832 Ha Langkat 12. Pembangunan Bendung Irigasi D.I Sei Batugingging 3600 Ha Deli Serdang 13. Pembangunan Bendung dan Jaringan Irigasi DI Silau Asahan 14. Pembangunan DI Batang Angkola Tapanuli Selatan/Madina 15. Pembangunan Bendung Suplesi Sungai Batang Pane D.I Batang Ilung Tapanuli Selatan/Madina 16. Pembangunan Bendung, Jaringan Irigasi dan Drainase D.I Batang Batahan Madina 17. Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I. Paya Sordang 4.350 Ha Kota P.Sidempuan dan Kab. Tap. Selatan 18. Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I. Batang Gadis 6,628 Ha Madina 19. Pembebasan Lahan Untuk Peningkatan Jaringan Irigasi D.I. Sei Wampu Langkat 20. Pengadaan Tanah Pembangunan Bendung, Jaringan Irigasi dan Drainase D.I Batang Batahan Kab.Madina / Pasaman Barat 21. Pembangunan Prasarana Pengendali Banjir Sungai Asahan Asahan & Kota Tanjung Balai 22. Pembangunan Prasarana Pengendali Banjir Sungai Silau Asahan 23. Pembangunan Prasarana Pengendalian Banjir Sungai Belawan Kab. Deli Serdang 24. Pembangunan Prasarana Pengendalian Banjir Sungai Belutu 25. Pembangunan Prasarana Pengendalian Banjir Sungai Padang 26. Pembangunan Prasarana Pengendali Banjir Sungai Babura Medan 27. Pembangunan Prasarana Pengendali Banjir Sungai Kera Medan 28. Normalisasi Pertemuan Sungai Batang Angkola - Sungai Batang Gadis Kab. Tapsel / Madina 29. Normalisasi Sungai Tanjung Kab. Batubara Batubara
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
573
30. Rehabilitasi Prasarana Pengendalian Banjir Sungai Deli Hilir (lanjutan) Medan 31. Pembangunan Pengamanan Pantai Wisata Danau Toba Kab. Toba Samosir 32. Pembangunan Embung Aek Mandosi Kab. Toba Samosir Kab. Toba Samosir 33. Pembangunan Embung Napa Sibual Buali di Kab. Tapanuli Selatan Kab. Tapanuli Selatan 34. Pembangunan Embung Binanga Bolon di Kab. Samosir Kab. Samosir 35. Pembangunan Embung Sinapi di Kab. Samosir Kab. Samosir 36. Pembangunan Embung di Kab. Mandailing Natal Kab. Mandailing Natal 37. Pembangunan Embung di Kab. Padang Lawas Utara Kab. Padang Lawas Utara 38. Pembangunan Intake dan Jaringan Transmisi Air Baku Metro Medan Medan
574
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 a r a t U a r e t a m u S i s n i v o r P l a n o i . s a 1 . N 8 h r a a g b n m e a n e G M a k g n a J r u t k u r t s a r f n I s i g e t a r t S n a t a i g e K
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
575
8.6.1.3.
Provinsi Sumatera Barat
TABEL 8.13 KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Kereta Api 1.
Pembangunan Jalur KA Padang Panjang - Bukit Tinggi
2.
Pembangunan Jalur KA Shortcut Padang - Solok
Perhubungan Darat 1.
Pengembangan Sistem Transit Kota Padang
2.
Pengambangan Bandara Minangkabau
3.
Pengembangan Bandara Rokot
Perhubungan Laut 1.
Pengembangan Pelabuhan Cerocok Painan
2.
Pengembangan Pelabuhan Teluk Bayur
3.
Pembangunan Pelabuhan Padang
Jalan 1.
Pembangunan Jalan Tol Bukittinggi - Padang Panjang - Lubuk Alung - Padang
2.
Pembangunan Jalan Duku - Padang
3.
Pembangunan Jalan P. Sipora
4.
Pembangunan Jalan Sicincin-Lb.Alung
5.
Pembangunan Jalan Tapan-Bts Jambi
6.
Pembangunan Jalan Tiku-Sasak-Air Bangis-Bts.Prov Sumut
7.
Pembangunan Jembatan Bukittinggi - Payakumbuh - Bts.Riau
8.
Pembangunan Jalan Balinka-Matur-Ngarai Sihanouk (Jembatan & Terowongan)
9.
Pembangunan Jalan Sieberut - Muara Sigep
10. Pembangunan Jalan Mara - Sioban - Taopejat Ketenagalistrikan 1.
PLTA Masang-2 55 MW
2.
PLTP Bonjol 165 MW
3.
PLTP G. Talang 20 MW
4.
PLTP Muara Laboh (FTP2) 220 MW
5.
PLTS Simalepet - P. Siberut 0,04 MW
6.
PLTS Tua Pejat - P. Sipora MW
576
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 7.
PLTU Sumbar Pesisir #1,2 (FTP1) 224 MW
Sumber Daya Air 1.
Pengendalian Banjir Batang Sianok Kab. Agam
2.
Pembangunan DI. Batang Sinamar
3.
Pembangunan DI. Sawah Laweh Tarusan ( 3273 Ha)
4.
Pemb. DI Kawasan Batang Bayang
5.
Pemb. DI Kawasan Bandar Ubo Solok (3.2000 ha)
6.
Pemb.D.I. Kawasan Lubuk Buaya (3362 Ha)
7.
Peningkatan DI. Koto Salapan (Areal Air Tambang-Sungai Tunu)
8.
Anai River Channel Improvement From River Mouth to Section 50 M Up Strem Bypass Bridge di Kab. Padang Pariaman (0,15 Km)
9.
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Prasarana Pengendali Banjir Batang Kuranji
10. Pembangunan Prasarana Pengendalian Banjir Batang Tapakis 11. Pembangunan Prasarana Pengendalian Banjir Batang Lumpo Pesisir Selatan 12. Pembangunan Prasarana Pengendalian Banjir Batang Tandikek 13. Pembangunan Prasarana Pengendali Banjir Batang Lurus Kota Padang 14. Pembangunan Prasarana Pengendali Banjir Batang Pasaman 15. Pembangunan Prasarana Pengendali Banjir Batang Kampar 16. Pembangunan Prasarana Pengendali Sedimen Batang Sanipan 17. Pembangunan Bangunan Terjun dan Perkuatan Tebing Bt. Air Dingin 18. Pembangunan Check Dam dan Perkuatan Tebing Bt. Kuranji-Limau Manis Kota Padang 19. Pembangunan Bangunan Terjun dan Perkuatan Tebing Bt. Timbalun Bungus Kota Padang 20. Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai Padang Pariaman 21. Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai Sasak Pasaman Barat 22. Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai luhung-bayang-Api-apiKetaping-Sago Pesisir Selatan 23. Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai Sumedang Pesisir Selatan 24. Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai Air Haji Pesisir Selatan 25. Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai Amping Parak Pesisir Selatan 26. Pembangunan Sarana/Prasarana Pengamanan Pantai Bungus Padang 27. Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Pengamanan Pantai Padang di Kota Padang
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
577
9 1 0 2 5 1 0 2 T A R A B A R E T A M U S I S N I V O R P L A N O I S A 7 . N 8 H R A A G B N E M A N G E M A K G N A J R U T K U R T S A R F N I S I G E T A R T S N A T A I G E K
578
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
8.6.1.1 Provinsi Kepulauan Riau TABEL 8.14 KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONALDI PROVINSI KEPULAUAN RIAU Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Kereta Api 1.
Pembangunan Jalur KA Batu Ampar - Bandara Hang Nadim
2.
Pembangunan Jalur KA Tanjung Uncang - Batam Center
Perhubungan Darat 1.
Pengembangan Semi BRT Kota Batam
Perhubungan Laut 1.
Pengembangan Pelabuhan Dompak
2.
Pengembangan Pelabuhan Pulau Laut
3.
Pengembangan Pelabuhan Pulau Subi
4.
Pengembangan Pelabuhan Letung
5.
Pengembangan Pelabuhan Tanjung Sauh
6.
Pengembangan Pelabuhan Malarko
7.
Pengembangan Pelabuhan kontainer Batu Ampar Batam
Jalan 1.
Pembangunan Jalan Sei Buluh-Jagoh-Kote-Dabo
2.
Pembangunan Jalan Sei Tenan-Sp. Limbung-Tj.Buton
3.
Pembangunan Jalan Simpang Jam - Batu Ampar
4.
Pembangunan Jalan Tj Uban-Mengkulu Bantan bayu-Sp.Gesek
5.
Pembangunan Jalan tol Batu Ampar-Muka Kuning-Hang Nadin
6.
Pembangunan Jembatan Batam-Bintan
7.
Pembangunan Jalan tol Bantu Ampar - Muka Kuning - Hang Nadim
Ketenagalistrikan 1.
PLTGB Dabo Singkep 4 MW
2.
PLTGB Tanjung Batu (FTP2) 8 MW
3.
PLTU Dabo Singkep 8 MW
4.
PLTU Natuna 14 MW
5.
PLTU Tanjung Batu Baru 14 MW
6.
PLTU Tanjung Pinang 1 (TLB) 30 MW
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
579
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 7.
PLTU Tanjung Pinang 2 (FTP2) 30 MW
8.
PLTU Tanjung Pinang 3 100 MW
9.
PLTU TB. Karimun #1,2 (FTP1) 14 MW
10.
PLTU TB. Karimun (FTP2) 30 MW
11.
PLTU TB. Karimun Peakaer 20 MW
Sumber Daya Air 1.
Pembangunan Tampungan Air Baku DAS Kawal Kab. Bintan
2.
Pembangunan Estuari Dam Sei Gong Kota Batam
3.
Pembangunan Estuari Dam Rempang Utara Kota Batam
4.
Pembangunan Estuari Dam Dompak Kota Tanjungpinang
5.
Pembangunan Estuari Dam Busung Kab. Bintan
6.
Pembangunan Estuari Dam Teluk Nongsa Kota Batam
7.
Pembangunan Estuari Dam Pulau Kepala Jeri Kota Batam
580
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 U A I R N A U A L U P E K I S N I V O R P L A N O I S A 8 . N 8 H R A A G B N E M N A E G M A K G N A J R U T K U R T S A R F N I S I G E T A R T S N A T A I G E K
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
581
8.6.1.1 Provinsi Riau TABEL 8.15 KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL DI PROVINSI RIAU Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Kereta Api 1.
Pembangunan Jalur KA Duri –Pekanbaru
2.
Pembangunan Jalur KA Pekanbaru Muara Lembu- Teluk Kuantan – Muaro
3.
Pembangunan Jalur KA Rantauprapat- Duri – Dumai
Perhubungan Darat 1.
Pengembangan Semi BRT Kota Pekanbaru
Perhubungan Udara 1.
Pengembangan Bandara Sultan Syarif Kasim II
Perhubungan Laut 1.
Pengembangan Pelabuhan Dumai
2.
Pengembangan Pelabuhan Pekanbaru
3.
Pembangunan Pelabuhan Tanjung Buton
4.
Pengembangan Pelabuhan Dumai
Jalan 1.
Pembangunan Jalan Batas Pekanbaru - Sp.Meredan
2.
Pembangunan Jalan Buatan - Dayun
3.
Pembangunan Jalan Dayun - Sungai Tonggak
4.
Pembangunan Jalan di Kawasan Industri Dumai
5.
Pembangunan Jalan Dumai - Pelintung
6.
Pembangunan Jalan Maredan - Buatan
7.
Pembangunan Jalan Pasir Pangarain-Tandun-Rt.Berangin
8.
Pembangunan Jalan Pekan Heran - Siberida - Bts. Prov. Jambi
9.
Pembangunan Jalan Rumbai Jaya-Tembilahan
10. Pembangunan Jalan Sikijangmati-Prawang-Sp.Bt.Km 11-Siak Sri IndrapuraMangkapan 11. Pembangunan Jalan Simpang Batang - Batas Dumai 12. Pembangunan Jalan Simpang Pusako - Buton 13. Pembangunan Jalan Simpang Pusako - Teluk Mesjid 14. Pembangunan Jalan Sorek - Sp.Japura - Rengat - Rumbai Jaya - K.Enok
582
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 15. Pembangunan Jalan Sp. Batang - lubuk gaung 16. Pembangunan Jalan Sp. Kulim - Pelabuhan Dumai 17. Pembangunan Jalan Sp.Lago - Sp. Buatan - Siak Sri Indrapura - Pelabuhan Buton 18. Pembangunan Jalan Sungai Tonggak - Simpang Pusako 19. Pembangunan Jalan Tol Dumai - Rantau Prapat 20. Pembangunan Jalan Tol Pekanbaru - Kandis - Dumai 21. Pembangunan Jalan Tol Pekanbaru - Bangkinang - Payakumbuh - Bukittinggi 22. Pembangunan Jalan Tol Rengat - Pekanbaru Energi 1.
Pipa Duri-Dumai 50 Km
Ketenagalistrikan 1.
PLTG Duri 32 MW
2.
PLTG Rengat 20 MW
3.
PLTGB Bengkalis 6 MW
4.
PLTGU Duri 100 MW
5.
PLTMG Duri 112 MW
6.
PLTU Riau (Amandemen FTP1) 220 MW
7.
PLTU Tembilahan 14 MW
Sumber Daya Air 1.
Pembangunan Chek Dam Alur Sungai Silam Dusun Pulau Empat dan Dusun Sungai Lintang Kec. Bangkinang Barat Kab. Kampar 2. Pembangunan Penahan Tebing Kuantan Desa Tanjung di Kec. Hulu Kuantan Kab. Kuantan Singingi Kab. Kuantan Singingi 3. Pembangunan Penahan Tebing Kuantan Desa Seberang Pantai di Kec. Kuantan Mudik Kab. Kuantan Singingi Kab. Kuantan Singingi 4. Pembangunan Penahan Tebing Kuantan Desa Sawah di Kec. Kuantan Tengah Kab. Kuantan Singingi Kab. Kuantan Singingi 5. Pembangunan Penahan Tebing Kuantan Pasar Usang Baserah di Kec. Kuantan Hilir Kab. Kuantan Singingi Kab. Kuantan Singingi 6. Pembangunan Penahan Tebing Kuantan Pasar Cerenti di Kec. Cerenti Kab. Kuantan Singingi Kab. Kuantan Singingi 7. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri Di Desa Pisang Berebus Kabupaten Kuansing Kab. Kuantan Singingi 8. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri Di Desa Bandar Alai Kabupaten Kuansing Kab. Kuantan Singingi 9. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri Si Desa Kepala Pulau Baserah Kabupaten Kuansing Kab. Kuantan Singingi 10. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri Di Desa Sikaping Pauh Angit Kecamatan Pangean Kabupaten Kuansing Kab. Kuantan Singingi 11. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri Di Desa Kresek Kabupaten Kuansing Kab. Kuantan Singingi
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
583
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 12. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri Di Desa Sawah Kabupaten Kuansing Kab. Kuantan Singingi 13. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Kampar Kiri Di Pangkalan Indarung Kabupaten Kuansing Kab. Kuantan Singingi 14. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri Di Desa Koto Taluk Kabupaten Kuansing Kab. Kuantan Singingi 15. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri di Kelurahan Pasar Usang Baserah Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuansing Kab. Kuantan Singingi 16. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri Di Desa Tanjung Kabupaten Kuansing Kab. Kuantan Singingi 17. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri di Kelurahan Muara Lembu Kecamatan Kuansing Kabupaten Kuansing Kab. Kuantan Singingi 18. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri Di Desa Seberang Pantai Kabupaten Kuansing Kab. Kuantan Singingi 19. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri Di Pasar Cerenti Kabupaten Kuansing Kab. Kuantan Singingi 20. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri Di Desa Pulau Aro Kabupaten Kuansing Kab. Kuantan Singingi 21. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri Di Desa Kinali Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuansing Kab. Kuantan Singingi 22. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri Di Desa Pebuan Hulu Kabupaten Kuansing Kab. Kuantan Singingi 23. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri Di Desa Banjar Padang Kabupaten Kuansing Kab. Kuantan Singingi 24. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri Di Desa Banjar Guntung Kabupaten Kuansing Kab. Kuantan Singingi 25. Pembangunan Prasarana Pengendalian Banjir Sungai Siak di Sektor VI Kota Pekanbaru 26. Pembangunan Prasarana Pengendalian Banjir Sungai Siak di Sektor IV Kota Pekanbaru 27. Pembangunan Pompa Banjir S. Senapelan II Sektor II Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru 28. Pembangunan Prasarana Pengendalian Banjir Sungai Siak di Sektor III Kota Pekanbaru 29. Pembangunan Prasarana Pengendalian Banjir Sungai Siak di Sektor V Kota Pekanbaru 30. Pembangunan Pompa Banjir S. Pengambang Sektor V Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru 31. Pembangunan Pompa Banjir Sungai Belanda Sektor IV Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru 32. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Siak di Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru 33. Pembangunan Turap Pengendali Banjir Jl. Yos Sudarso Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru 34. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri di Desa Sungai Gantung Hilir Kab. Indragiri Hulu 35. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Indragiri di Kelurahan Kampung Besar Kab.
584
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Indragiri Hulu 36. Pembangunan Pengendalian Banjir Sungai Indragiri di Kota Rengat Kab. Indragiri Hulu 37. Normalisasi Alur Sungai-sungai di Kabupaten Indragiri Hulu Kab. Indragiri Hulu 38. Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Enok di Kabupaten Indragiri Hilir Kab. Indragiri Hilir 39. Pembangunan Prasarana Pengendalian Banjir Sungai Indragiri di Teluk Kiambang Kab. Indragiri Hilir 40. Pembangunan Pengaman Pantai Pulau Rangsang Kabupaten Bengkalis Kab. Bengkalis 41. Pembangunan Pengaman Pantai Pulau Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti Kab. Kepulauan Meranti 42. Pembangunan Pengaman Pantai Pulau Jemur Kabupaten Rokan Hilir Kab. Rokan Hilir 43. Pembangunan Pengaman Pantai di Tanjung Kedabu 7.000 m' Kabupaten Kepulauan Meranti Kab. Kepulauan Meranti 44. Pembangunan Pengaman Pantai di Sepahat Tengayun 7.000 m' Kabupaten Bengkalis Kab. Bengkalis 45. Pembangunan Pengaman Pantai Sinaboi Kabupaten Rokan Hilir Kab. Rokan Hilir 46. Danau Singkarak Kab. Solok 47. Danau Dibawah Kab. Solok 48. Pembangunan Intake, dan Jaringan Pipa Transmisi PAB Pekanbaru Selatan Pekanbaru 49. Pembangunan Kolam Tandon, intake dan jaringan pipa transmisi di Duri Kec. Duri Bengkalis 50. Pembangunan Air Baku Dumai Kota Dumai (Sei Hulu Hala) Kota Dumai Kota Dumai 51. Pembangunan Intake, dan Jaringan Pipa Transmisi di Kerinci Kab. Pelalawan Kab. Pelalawan 52. Pembangunan Intake dan Jar. Pipa Transmisi Air Baku di Kota Bagan Siapai Api Rokan Hilir 53. Pembangunan Intake, Pengadaan dan Jaringan Pipa Transmisi dia. 20" (Sungai Kampar) Kota Pekanbaru - Kab. Kampar Pekanbaru-Kampar 54. Pembangunan Intake, Pengadaan dan Jaringan Pipa Transmisi dia. 20" (Sungai Rokan) Kab. Rokan Hilir Rokan Hilir 55. Pembangunan Intake, Pengadaan dan Jaringan Pipa Transmisi dia. 20" (Sungai Rokan) IKK Duri Bengkalis 56. Pembangunan Intake, Pengadaan dan Jaringan Pipa Transmisi dia. 20" (Sungai Rokan) Kota Dumai Dumai 57. Pembangunan Intake, dan Jaringan Pipa Transmisi PAB Pekanbaru Selatan Pekanbaru-Kampar
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
585
9 1 0 2 5 1 0 2 U A I R I S N I V O R P L A N O I S A N H A G 9 . N E 8 N R E A M B A M K A G G N A J R U T K U R T S A R F N I S I G E T A R T S N A T A I G E K
586
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
8.6.1.6 Provinsi Sumatera Selatan TABEL 8.16 KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA SELATAN CAM Kereta Api 1. Pembangunan Jalur KA Simpang - Tanjung Api Api Perhubungan Darat 1. Pengembangan Sistem Transit Kota Palembang Perhubungan Udara 1. Pengembangan Terminal di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Perhubungan Laut 1. Pengembangan Pelabuhan di Palembang (South Sumatra Coal Terminal) 2. Pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-api Jalan 1. Pembangunan Jalan Tol Muara Enim - Palembang 2. Pembangunan Jalan Palembang-Tj Api-Api 3. Pembangunan Jalan Tanjung Enim – Muara Enim 4. Pembangunan Jalan Tol Alang-Alang Lebar - Betung 5. Pembangunan Jalan Tol Betung - Kayu Agung 6. Pembangunan Jalan Tol Jakabaring - Borang - Alang Alang Lebar 42km 7. Pembangunan Jalan Tol Kayu Agung - Palembang 8. Pembangunan Jalan Tol Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau 9. Pembangunan Jalan Tol Betung - Jambi 10. Pembangunan Jalan Tol Palembang Jejawi - Jakabaring 11. Pembangunan Jalan Tol Pematang Panggang - Kayu Agung 12. Pembangunan Jalan Tol Pematang-Indralaya 13. Pembangunan Jalan Tol Terbanggi Besar - Pematang Panggang 14. Pembangunan Jembatan Musi 5/9 15. Pembangunan Jembatan Musi III dan Jalan Akses Ketenagalistrikan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
PLTG Borang 30 MW PLTG Jaka Baring (CNG/Peaker) 50 MW PLTGU Gunung Megang, ST Cycle 30 MW PLTGU Keramasan 80 MW PLTP Danau Ranau 110 MW PLTP Lumut Balai (FTP2) 220 MW PLTP Rantau Dedap (FTP2) 220 MW PLTU Banjarsari 230 MW PLTU Baturaja 20 MW PLTU Keban Agung 225 MW PLTU Mulut Tambang Sumsel-1 600 MW PLTU Sumsel – 5 300 MW PLTU Sumsel – 6 600 MW
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
587
CAM 14. PLTU Sumsel – 7 300 MW Sumber Daya Air 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
Pembangunan DI. Merapi (3.000 ha) di Kabupaten Lahat Lahat Pembangunan DI. Selangis/Jemair Kota Pagar Alam Lahat Pembangunan DI. Dangku Kiri/Kanan 10.000 ha Muara Enim Pembangunan DI. Lematang 3.000 ha Kota Pagar Alam Pagar Alam- Sal. induk, sal sek. & Bang. Pelengkap BL. 27 - BL. 32 (1.361 Ha) Musirawas Pembangunan Jaringan Tersier D.I. Air Lakitan (3.592 Ha) pada Sal. Sadap BL.1 - BL. 11 Musirawas Pembangunan Jaringan Tersier dan Cetak Sawah (PLB) D.I. Air Lakitan (3.592 Ha) pada Sal. Sadap BL.0 - BL. 11 dan Sadap BL. 22 - BL.35 Musirawas Pembangunan Jaringan Irigasi D.I. Lintang Kiri (3.037 Ha) di Kab. Lahat & Empat Lawang Lahat & Empat Lawang Rehabilitasi Jar. irigasi DI. Kelingi Tugumulyo Musirawas Rehabilitasi Sal. Sek. Macak I OKU Timur Pembangunan DR. Non Pasut Lebak Pauh OKI Rehab. Jar. DR. Pasut Karang Agung Hilir Musi Banyuasin Rehab. Jar. DR. Pasut Karang Agung II/Tengah Muba/Banyuasin Rehab. Jar. DR. Pasut Delta Saleh P. 6, P. 8 & P. 10 (11.808 Ha) Banyuasin Rehab. Jar. DR. Pasut Delta Telang I Banyuasin Rehab. Jar. DR. Pasut Karang Agung Hulu OKI Rehab. Jar. DR. Rawa Pasut Sugihan Kiri P16 - PP17; P18 - P19; P19 - P20; P13; P14 P15 Banyuasin Rehab. Jar. DR. Rawa Pasut Sugihan Kanan OKI Peningkatan Jar. DR. Rawa Pasut Sungai Lumpur OKI Rehab. Jar. DR. Rawa Pasut Upang Banyuasin LARAP dan Pembebasan Tanah Lahat LARAP dan Pembebasan Tanah Pembangunan DI. Dangku Kiri/Kanan 10.000 ha Muara Enim Pembebasan Tanah Saluran Sekunder Senaro DI, Air Lakitan DI Kab. Musirawas Musirawas Pembangunan Sarana/prasarana pengendali banjir kota pangkalpinang Pembangunan Pompa Pengendali Banjir Sub DAS Bendung di Kota Palembang (lanjutan) Palembang Pengendalian Banjir Sungai Lempuing 100 km (lanjutan) Kayuagung Pembangunan Perkuatan Tebing Seberang Ulu Sepanjang 500 m (Kamp. Kapiten Jemb. Musi II) OKI Pembangunan Perkuatan Tebing Seberang Ilir Sepanjang 300 m (RM River Side Jemb. Musi II) OKI Normalisasi Sungai Lempuing 100 km di Kabupaten OKI (lanjutan) Kayuagung Normalisasi Sungai Komering 100 km di Kabupaten OKI (lanjutan) Kayuagung Normalisasi Sungai Banyuasin Boom Berlian (Tahap I) Kabupaten Banyuasin Banyuasin Normalisasi Sungai Banyuasin Boom Berlian (Tahap II) Kabupaten Banyuasin Banyuasin Normalisasi Sungai Banyuasin Boom Berlian (Tahap III) Kabupaten Banyuasin Banyuasin Normalisasi Sungai Banyuasin Boom Berlian (Tahap IV) Kabupaten Banyuasin Banyuasin Normalisasi Sungai Kelekar ( 50 Km ) Kota Prabumulih (Lanjutan) Prabumulih Pembangunan Talud Pengaman Pantai Mudong
588
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.
CAM Pembangunan Talud Pengaman Pantai Penyak Pembebasan Tanah Seluas 7,5 Ha Untuk Perkuatan Tebing S. Musi Kota Palembang OKI Pembangunan Waduk/Dam Air Saka Kab. OKUS OKUS Pembangunan Dam Komering II di Kab. OKU Selatan OKUS LARAP dan Pembebasan Tanah Pemb. Dam Padang Bindu Kab. Muara Enim Muara Enim LARAP dan Pembebasan Tanah Pemb. Dam Tanjung Pura Kab. OKU OKU LARAP dan Pembebasan Tanah Pemb. Dam Buluh Kab. Lahat Lahat
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
589
N A T A L E S A R E T A M U S I S N I V O R P L A N O I S A N H 0 A 1 9 . G 8 N E 1 R N 0 2 A E 5 B M 1 M 0 A A K 2 G G N A J R U T K U R T S A R F N I S I G E T A R T S N A T A I G E K
590
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
8.6.1.7 Provinsi Jambi TABEL 8.17 KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL DI PROVINSI JAMBI Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Perhubungan Darat 1.
Pengembangan Sistem Transit Kota Jambi
Perhubungan Udara 1.
Pengembangan Bandara damn Panjang Runway Depati Parbo Kabupaten Krinci
2.
Pengembangan Bandara Sultan Thaha
Perhubungan Laut 1.
Pengembangan Pelabuhan Ujung Jabung
Jalan 1.
Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Kuala Tungkal
2.
Pembangunan Jalan Muaro Jambi – Pelabuhan Muara Sabak
3.
Pembangunan Jalan Bangko-Sp P Bengas-Sungai Penuh
4.
Pembangunan Jalan di Kabupaten Merangin
5.
Pembangunan Jalan lingkar Jambi - Talang Dukuh
6.
Pembangunan Jalan Muara Tembesi - Jambi
7.
Pembangunan Jalan Sp. Niam - Merlung
8.
Pembangunan Jalan Talang Duku - Muara Sabak
9.
Pembangunan Jalan Talang Duku - Ujung Jabung
10.
Pembangunan Jalan Tol Jambi - Rengat
Ketenagalistrikan 1.
PLTA Merangin 350 MW
2.
PLTG Payo Selincah 100 MW
3.
PLTG/MG Jambi Peaker 100 MW
4.
PLTGU Batanghari 30 MW
5.
PLTMG Sungai Gelam (CNG/Peaker) 104 MW
6.
PLTP Sungai Penuh (FTP2) 110 MW
7.
PLTU Jambi (KPS) 800 MW
8.
PLTU Kuala Tungkal 6 MW
9.
PLTU Sarolangun 12 MW
10.
PLTU Tebo 14 MW
Sumber Daya Utama
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
591
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 1. 2.
Pembangunan Bendung DI. Lubuk Malako Kabupaten Solok selatan (MYC) Kab. Solok Selatan Pembangunan Jaringan Tersier DI. Lubuk Malako di Kab. Solok Selatan Kab. Solok Selatan
3.
Pembebasan Tanah DI. Lubuk Malako Kabupaten Solok Selatan Kab. Solok Selatan
4.
Pembangunan Prasarana Pengendalian Banjir Kota Jambi (Jambi Flood Control ) (Multi Years Contract/MYC) Kota Jambi
5.
Pembangunan Prasarana Pengendali Banjir di Kab. Batanghari Kab. Batanghari
592
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
9 1 0 2 5 1 0 2 I B M A J I S N I V O R P L A N O I S A N H A 1 G N 1 . E 8 N R E A M B A M K A G G N A J R U T K U R T S A R F N I S I G E T A R T S N A T A I G E K
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
593
8.6.1.8. Provinsi Bengkulu TABEL 8.18 KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL DI PROVINSI BENGKULU Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Perhubungan Udara 1. Pengembangan Bandara Fatmawati 2. Pembangunan Bandara Enggano Perhubungan Laut 1. Pengembangan Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu Jalan 1. Pembangunan Jalan Bengkulu-Kepahyang-Curup-Lubuk Linggau (Batas Sumsel sepanjang 124 km) 2. Pembangunan Jalan Bengkulu-Mukomuko (Batas Sumbar) 3. Pembangunan Jalan Bengkulu-Kaur (Batas Lampung) 4. Pembangunan Jalan Lingkar Pulau Enggano 5. Pembangunan Jalan Manna-tanjung Sakti (Batas Sumsel) sepanjang 48 km 6. Pembangunan Jalan Tol Lubuk Linggau - Curup - Bengkulu Ketenagalistrikan 1. PLTA Ketahun-3 61 MW 2. PLTA Simpang Aur (FTP2) 23 MW 3. PLTP Hululais (FTP2) 110 MW 4. PLTP Kepahiyang 220 MW 5. PLTU Ipuh 6 MW 6. PLTU Muko Muko 8 MW Sumber Daya Air 1. Pembangunan Jaringan Irigasi D.I. Air Cawang Kidau Kaur 2. Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I. Air Seluma Kab. Seluma Seluma 3. Perkuatan Tanggul Sungai Air Bengkulu 4. Pembangunan Jetty Air Bengkulu 5. Pembangunan Pengendalian Banjir Air Jenggalu Seluma 6. Pembangunan Pengendali Banjir Air Teramang Mukomuko 7. Pembangunan Pengendalian Banjir Air Muar-Ipuh Mukomuko 8. Pembangunan Check Dam Lahar Gunung Berapi Desa Air Bungai Pasir Lebar Lebong 9. Pengawasan Teknis Pembangunan Check Dam Lahar Gunung Berapi Desa Air Bungai Pasir Lebar Lebong
594
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional 10. Pembangunan Check Dam Air Ketahun Desa Karang Dapo Bengkulu Utara 11. Pengawasan Teknis Pembangunan Check Dam Air Ketahun Desa Karang Dapo Bengkulu Utara 12. Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai Maras Seluma 13. Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai Merpas Bengkulu Utara 14. Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai Punggur-Air Dikit Mukomuko 15. Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai Urai-Serangai Bengkulu Utara 16. Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai Lais-Serangai Bengkulu Utara 17. Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai Desa Ipuh Mukomuko 18. Pembangunan Bangunan Pengaman Pantai Air Rami Mukomuko 19. Pembangunan Sarana Penyediaan Air Baku Regional Kota Karang Tinggi Seluma Kab. Bengkulu Tengah (MYC) Bengkulu Tengah
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
595
9 1 0 2 5 1 0 2 U L U K G N E B I S N I V O R P L A N O I S A N H 2 A 1 . G 8 N R E A N B E M M A A G K G N A J R U T K U R T S A R F N I S I G E T A R T S N A T A I G E K
596
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
8.6.1.9 Provinsi Lampung TABEL 8.19 KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL DI PROVINSI LAMPUNG Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Kereta Api 1. Pembangunan Jalur KA Rejosari - Bakauheni Perhubungan Darat 1. Pengembangan Sistem Transit Kota Bandar Lampung Perhubungan Laut 1. Pengembangan Pelabuhan Panjang Jalan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pembangunan Jalan Blambangan Umpu - Pakuan Ratu 59,65km Pembangunan Jalan Camp HTI - Sidoarjo, 15 km Pembangunan Jalan masuk ke Kawasan Industri Maritim Terpadu sepanjang 10 km Pembangunan Jalan Mesir Ilir - Pakuan Ratu 6,6km Pembangunan Jalan Mesir illir - Sri Rejeki 12,5 km Pembangunan Jalan Mesuji - Blambangan Umpu Pembangunan Jalan Panaragan - Tajab, Negeri Besar-Negara Batin 43,3km Pembangunan Jalan Penghubung (Bukit Kemuning - Liwa - Krui, Tegineneng - Metro - Sukadana, Terbanggi Besar - Menggala, Sp. Pugung - Sribawono (akses pelabuhan panjang)) 9. Pembangunan Jalan Sp.Way Tuba - Mesir Ilir 49 km 10. Pembangunan Jalan Tol Bakauheni - Terbanggi Besar 11. Pembangunan Jalan Wiralaga – Sp.Pematang - lampung 12. Pembangunan Jembatan Kp.Karang Lantang, Kasui 60 m 13. Pembangunan Jembatan Kp.Kotabaru - Negeri Agung 100m 14. Pembangunan Jembatan Kp.Sukosari - Kp. Sukarame, Baradatu 60 m 15. Pembangunan Jembatan Kp.Tanjung Dalom, Bumi Agung 140m 16. Pembangunan Jalan Lingkar Bandarjaya Energi 1. FSRU Lampung (PGN) 100 mmscfd; Ketenagalistrikan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
PLTA Semangka (FTP2) 56 MW PLTG/MG Lampung Peaker 100 MW PLTP Rajabasa (FTP2) 220 MW PLTP Suoh Sekincau 220 MW PLTP Ulubelu #1,2 110 MW PLTP Ulubelu #3,4 (FTP2) 110 MW PLTP Wai Ratai 55 MW PLTU Tarahan #5,6 240 MW PLTU Tarahan (FTP1) 200 MW
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
597
9 1 0 2 5 1 0 2 G N U P M A L I S N I V O R P L A N O I S A N H 3 A 1 . G 8 N E R N A E B M M A A G K G N A J R U T K U R T S A R F N I S I G E T A R T S N A T A I G E K
598
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
8.6.1.10
Provinsi Bangka Belitung
TABEL 8.20 KEGIATAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH NASIONAL DI PROVINSI BANGKA BELITUMG Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Perhubungan Udara 1. Pengembangan Bandara Tanjung Padan (Hanan Judin) 2. Pengembangan Bandara Depati Amir Perhubungan Laut 1. 2. 3. Jalan
Pengembangan Pelabuhan Samudera Tj. Berikat - Bangka Tengah Pengembangan Pelabuhan Muntok - Pelabuhan Tj. Berikat (P. Bangka Ruas Tj. Batu - Manggar (P. Belitung) Pembangunan Pelabuhan Pangkal Pinang
1. Pembangunan Jalan Pangkal Pinang - Tj. Kelian 2. Pembangunan Jalan Tanjung Gudang-Paritiga-Jebus-Ibul 3. Pembangunan Jalan Tj. Pandan – Tj. Tinggi – Bangka Belitung 4. Pembangunan Jembatan Teluk Belinyu 5. Pembangunan Jembatan Teluk Kelabat Ketenagalistrikan 1. PLTG/MG Bangka Peaker 100 MW 2. PLTG/MG Belitung Peaker 20 MW 3. PLTG/MG Belitung-3 20 MW 4. PLTGB Belitung-2 / Tanjung Pandan 5 MW 5. PLTU Air Anyer (FTP1) 60 MW 6. PLTU Bangka-1 130 MW 7. PLTU Belitung Baru (FTP1) 33 MW 8. PLTU Belitung-4 34 MW 9. PLTU Sewa PLTU 60 MW Sumber Daya Air 1. 2.
Pembangunan Bendung Pice Besar D.I. Selingsing di Kab. Belitung Timur Belitung Timur Rehab Jaringan D.I Selingsing PKT I Belitung Timur
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
599
9 1 0 2 5 1 0 2 G N U T I L E B A K G N A B I S N I V O R P L A N O I S 4 A 1 . N 8 H R A A G B N E M N A E G M A K G N A J R U T K U R T S A R F N I S I G E T A R T S N A T A I G E K
600
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
8.6.2 Kerangka Regulasi Pelaksanaan pembangunan Wilayah Sumatera tidak terlepas dari berbagai kerangka regulasi yang perlu diperhatikan, diantaranya: 1.
Harmonisasi peraturan perundangan terkait dengan iklim investasi, diantaranya adalah PP.Nomor 147 Tahun 2000 Tentang Perlakuan Perpajakan di KAPET;
2.
Membuat regulasi terkait dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar, Kota Banda Aceh, dan Kabupaten Pidie Jayadengan Badan Pengembangan KAPET BAD, sesuai dengan perundangan yang berlaku;
3.
Penyelesaian status lahan, terutama terkait dengan pemanfaatan lahan yang masih berstatus holding zone di kawasan-kawasan strategis;
4.
Memberikan pelayanan terpadu di bidang perijinan perindustrian, perdagangan, pertanahan di KAPET BAD, KEK Sei Mangkei, dan KEK Tanjung Api-Api;
5.
Menghapus Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari hulu-hilir untuk memangkas ongkos produksi hingga 10 persen;
6.
Menata ulang kebijakan Pemerintah (BM DPT);
7.
Pemberian insentif untuk pihak swasta pengembangan usaha di daerah tertinggal;
8.
Tunjangan khusus bagi pegawai pelayanan publik dasar di daerahdaerah terisolir, pedalaman, dan pulau-pulau kecil seperti: bidan, dokter, guru, penyuluh pertanian;
9.
Regulasi pengelolaan lintas batas;
penetapan
Bea
Masuk
Ditanggung
dalam
proses
10. Regulasi Perdagangan lintas batas Perjanjian kerjasama antara RIMalaysia, RI-Singapura, maupun RI-Vietnam dalam pengembangan kawasan perbatasan negara; 11. Regulasi yang berkaitan dengan pengelolaan Dryport ; 12. Regulasi untuk memberikan kewenangan yang lebih luas (asimetrik) kepada Pemerintah Pusat untuk menyediakan sumber daya air, pengelolaan jalan non status, dan pelayanan pendidikan dan kesehatan di kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
601
terluar; 13. Penyusunan Rencana Tata Ruang termasuk Detail Tata Ruang Kawasan Perbatasan di Kepulauan Riau dan Riau; Penyelesaian peninjauan kembali Perpres No. 13/2012 tentang RTR Pulau Sumatera, Perpres No. 87/2011 tentang RTR KSN Batam Bintan Karimun, dan Perpres No. 62/2011 tentang RTR KSN Perkotaan Mebidangro. 8.6.3 Kerangka Kelembagaan Pelaksanaan pembangunan Wilayah Sumatera tidak terlepas dari berbagai kerangka kelembagaan yang perlu diperhatikan, diantaranya: 1.
Memberikan pelayanan terpadu di bidang perijinan perindustrian, perdagangan, pertanahan di KAPET BAD, KEK Sei Mangkei, dan KEK Tanjung Api-Api;
2.
Meningkatkan kualitas hubungan industrial antara tenaga kerja, serikat pekerja, dan perusahaan;
3.
Peningkatan kemampuan pengelolaan investasi di KEK Sei Mangkei dan Tanjung Api-Api;
4.
Promosi produk unggulan KAPET BAD, KEK Sei Mangkei, KEK Tanjung Api-api dan KPBPB BBK kepada investor luar/dalam negeri untuk menarik minat para investor;
5.
Penyusunan Strategi Daerah tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal;
6.
Harmonisasi kebijakan, program, dan kegiatan daerah untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal;
7.
Koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah dengan pemerintah daerah dan antar-SKPD dalam penyelenggaraan program pembangunan di daerah;
8.
Menyusun rencana induk dan rencana aksi pengembangan ekonomi berbasis pada agroindustri perkebunan, panganhortikultura, dan perikanan laut secara terpadu;
9.
Kemudahan masyarakat perbatasan yang tinggal di kawasan lindung untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di dalamnya, serta untuk kemudahan pembangunan infrastruktur yang melalui hutan lindung;
10. Penciptaan iklim investasi yang kondusif di kawasan perbatasan;
602
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
11. Pembagian kewenangan atau urusan antar jenjang pemerintah: pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam pengelolaan kawasan perbatasan; 12. Kelembagaan pengelola perbatasan yang memiliki otoritas penuh untuk mengelola pos-pos lintas batas negara; 13. Pengkhususan pemberian kewenangan bagi pemerintahan kecamatan di wilayah perbatasan (Lokpri) dalam bentuk desentralisasi asimetrik dengan penetapan daerah khusus untuk akselerasi pembangunan dan efektivitas peningkatan kualitas pelayanan publik; 14. Pengembangan koordinasi Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional dan Provinsi di Wilayah Sumatera dalam melaksanakan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau.
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
603
BAB 8 ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA .......508 8.1
CAPAIAN KINERJA SAAT INI ........................................508
8.2
Potensi dan Keunggulan Wilayah ........................................509
8.3
Tema Pengembangan Wilayah Sumatera.............................510
8.4
Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Sumatera ......510
8.5
Arah Kebijakan dan Pengembangan Wilayah Sumatera .....514
8.5.1
Pengembangan Kawasan Strategis ...............................514
8.5.2
Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan .....519
8.5.3 Pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan ...................................................................................532 8.5.4
Penanggulangan Daerah Bencana.................................550
8.5.5
Pengembangan Tata Ruang Wilayah Sumatera............560
8.5.6
Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah .567
8.6
604
Kaidah Pelaksanaan Pengembangan Wilayah Sumatera .....568
8.6.1
Prioritas Program Pembangunan ..................................568
8.6.2
Kerangka Regulasi........................................................601
8.6.3
Kerangka Kelembagaan ................................................602
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Tabel 8.1 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Sumatera Per Provinsi Tahun 2015-2019..................................................................513 Tabel 8.2 Sasaran Tingkat Kemiskinan Wilayah Sumatera Per Provinsi Tahun 2015-2019................................................................................513 Tabel 8.3 Sasaran Tingkat Pengangguran Wilayah Sumatera Per Provinsi Tahun 2015-2019..................................................................514 Tabel 8.4 Lokasi Prioritas Kawasan Strategis Nasional Perkotaan Sebagai Pusat Pertumbuhan Wilayah di Wilayah Sumatera ..............529 Tabel 8.5 Lokasi Prioritas Kota Sedang Yang Berfokus Pada Upaya Pemerataan Wilayah Di Wilayah Sumatera........................................530 Tabel 8.6 Lokasi Prioritas Pusat Pertumbuhan Baru Yang Berfokus Pada Upaya Pemerataan Wilayah Di Wilayah Sumatera ................... 530 Tabel 8.7 PROFIL DAERAH TERTINGGAL WILAYAH PULAU SUMATERA ......................................................................................543 Tabel 8.8 Daftar Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perbatasan ............................................................................................................550 Tabel 8.9 Profil Kerawanan dan Risiko PKN, PKW dan PKSN di Wilayah Sumatera...............................................................................554 Tabel 8.10 Prioritas Lokasi Pengembangan Pusat Kegiatan Periode 2015-2019 ...........................................................................................561 Tabel 8.11 Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Nasonal di Pulau Sumatera ...................................................................................565 Tabel 8.12 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Di Provinsi Aceh.................................................................................568 Tabel 8.13 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Di Provinsi Sumatera Barat ................................................................576
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
605
Tabel 8.14 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah NasionalDi Provinsi Kepulauan Riau.................................................579 Tabel 8.15 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Riau ..................................................................................582 Tabel 8.16 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Sumatera Selatan ..............................................................587 Tabel 8.17 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Di Provinsi Jambi................................................................................591 Tabel 8.18 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Bengkulu .......................................................................... 594 Tabel 8.19 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Lampung...........................................................................597 Tabel 8.20 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional di Provinsi Bangka Belitumg..............................................................599
606
| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Gambar 8.1 Peta Lokasi Pusat-Pusat Pertumbuhan Wilayah Sumatera RPJMN 2015-2019 ............................................................................. 520 Gambar 8.2 Peta Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan .....................................................................................535 Gambar 8.3 Peta Sebaran Daerah Tertinggal Wilayah Pulau Sumatera 2015-2019 ...........................................................................................542 Gambar 8.4 Peta Sebaran Lokasi Prioritas (Lokpri) Kawasan Perbatasan Wilayah Sumatera 2015-2019 ......................................... 551 Gambar 8.5 Peta Indeks Risiko Bencana Wilayah Pulau Sumatera..559 Gambar 8.6 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Provinsi Aceh 2015-2019 .................................................... 570 Gambar 8.7 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Provinsi Sumatera Barat 2015-2019....................................578 Gambar 8.8 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Provinsi Kepulauan Riau 2015-2019...................................581 Gambar 8.9 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Provinsi Riau 2015-2019.....................................................586 Gambar 8.10 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Provinsi Sumatera Selatan 2015-2019................................590 Gambar 8.11 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Provinsi Jambi 2015-2019...................................................593 Gambar 8.12 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Provinsi Bengkulu 2015-2019............................................. 596 Gambar 8.13 Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Provinsi Lampung 2015-2019 ............................................. 598
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |
607