Daerah Wallacea merupakan suatu daerah yang mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan daerah Barat dan Timur Indonesia. Banyaknya organisme endemik merupakan salah satu ciri khas daerah ini. Penelitian A.R. Wallace di wilayah daratan daerah ini pada tahun 1854-1862 merupakan pemicu munculnya teori struggle for life (evolusi). Berpijak pada temuan-tem temuan-temuan uan keanekaragam keanekaragaman an biota darat di daerah Wallacea, menantang para peneliti di bidang kelautan dan perikanan untuk memahami lebih lanjut kekayaan alam laut di daerah ini. Badan Riset Kelautan dan Perikanan bekerjasama bekerjasama dengan institusi penelitian baik nasional maupun internasional, pada tahun 2004 menyelenggarak menyelenggarakan an Ekspedisi Wallacea Indonesia. Tim ekspedisi yang beranggotakan peneliti muda dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan selama kurang lebih 3 (tiga) bulan bekerja secara serius di Pulau Bonerate (Sulawesi Selatan), Pulau Kabaena (Sulawesi Tenggara) dan Bokan Kepulauan (Sulawesi Tengah). Buku ini disusun sebagai laporan hasil-hasil penelitian di bidang ilmu seperti geologi, oseanografi, biologi, dan toponim pulau.
Wallacea Indonesia 2004
Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan 2004
Wallacea Indonesia 2004
Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan 2004
Wallacea Indonesia 2004
Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan 2004
The more I see of uncivilised people, the better I think of human nature on the whole, and the essential differences between civilised and savage man seem to disappear.
Katalog dalam terbitan
ISBN 979-3768-02-9
Sekarang saya sudah mengakhiri tugas saya. Saya menggambarkan, kurang lebih terperinci, pengembaraan saya di menggambarkan, pulau-pulau terbesar dan tersubur yang menghiasi permukaan dunia kita. […] Sebelum mengucapkan mengucapkan selamat berpisah pada para pembaca, saya ingin memberi beberapa pengamatan terhadap pokok lebih menarik dan lebih penting, hasil renungan tentang kehidupan biadab, dan dari mana menurut percayaan saya manusia beradab dapat belajar beberapa hal dari manusia biadab. Alfred Russel Wallace
Konsep buku Konsep buku Kompilato Komp ilatorr Text edi editor tor Foto Fo to Tata le leta tak k Type ypefac face e
: Tim Ekspedisi Ekspedisi Wallace Wallacea a Indonesia Indonesia 2004 2004 : Ichwan M. M. Nasution, Nasution, Triyono Triyono,, Eko Triarso Triarso,, Safri Burhan Burhanuddin uddin,, Widodo S. S. Pranowo Pranowo : Safr Safrii Burh Burhanu anuddi ddin n dan dan Bud Budii Suli Sulisti stiyo yo : Tim Tim Eks Ekspe pedi disi si Wal alla lace cea a Ind Indon ones esia ia 20 2004 04 da dan n kon kontr trib ibus usii dar darii pih pihak ak la lain in : Ba Bagu guss He Hendr dra aja jan na : Fruti Frutige gerr 45 45 (T1 (T1), ), Frut Frutige igerr 55 55 (T1) (T1),, Bick Bickham ham Scr Script iptMM MM (T1 (T1))
(1823-1913)
Daftar Isi
Sambutan Menteri Kelautan dan Perikanan Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan Kepala Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nohhayati
8 9 10
Ekspedisi Wallacea Indonesia 2004 Latar belakang Maksud dan tujuan Penelitian dalam Ekspedisi Rute Ekspedisi Peluncuran Penutupan
12 13 13 13 16 16
Alfred Russel Wallacea di Indonesia Mengenal Alfred Russel Wallace Perjalanan ke Singapura Perjalanan ke Serawak Perjalanan ke Makassar Perjalanan ke Maluku Lahirnya teori seleksi alam (evolusi) Garis Wallacea (Wallace Line) Akhir petualangan ilmiah di Nusantara
18 19 20 20 21 23 24 26
Geologi Pantai dan Pulau Gambaran umum Metodologi Geologi daerah penelitian Eksplorasi lapisan Aquifer Jenuh Air Tawar dengan Metode Geolistrik Pemetaan kedalaman laut (batimetri) Daftar Pustaka
28 29 29 42 45 48
Geomorfologi Pantai Gambaran umum Metodologi penelitian
50 51
Hasil penelitian Daftar pustaka
51 64
Toponimi Pulau Gambaran umum Kondisi fisik umum Kondisi sosial-ekonomi Metodologi Lokasi penelitian Hasil penelitian Dinamika pulau Analisis hasil Daftar pustaka
69 69 70 72 72 72 89 92 92
Biologi Laut Gambaran umum Metodologi Hasil penelitian Daftar pustaka
94 98 103 120
Oseanografi Fisis Gambaran umum Lokasi penelitian Hasil penelitian Daftar pustaka
122 124 124 136
Ucapan Terima kasih
139
Biodata Peserta Ekspedisi
140
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa kami panjatkan atas terlaksananya dengan lancar dan sukses Ekspedisi Wallacea Indonesia 2004. Ekspedisi dengan inisiatif dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan ini, merupakan kegiatan penelitian kelautan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, memanfaatkan peralatan survey dengan teknologi terkini, serta yang lebih penting lagi bahwa ekspedisi ini memberikan kesempatan kepada para peneliti muda di bidang kelautan dan ilmu terkait berbagai institusi baik nasional maupun internasional.
Sambutan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Menanamkan rasa cinta bahari dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang menekuni dunia riset di bidang kelautan merupakan investasi jangka panjang dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim yang kuat serta mampu bersaing di dunia internasional. Ekspedisi Wallacea Indonesia 2004 dapat dipandang sebagai langkah awal meletakkan dasar-dasar budaya riset para peneliti muda. Ke depan diharapkan kegiatan riset kelauan semakin ditingkatkan dan hasilnya merupakan masukan yang sangat berharga dalam penentuan kebijakan pembangunan kelautan di Indonesia. Selama ekspedisi telah ditemukenali keanekaragaman baik hayati maupun non hayati di perairan sekitar Sulawesi. Hasil-hasil penelitian tersebut disusun sebagai Buku Ekspedisi Wallacea Indonesia 2004. Kami berharap, hasil-hasil ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas terutama bagi pemerintah daerah yang terkait dengan lokasi penelitian. Pada kesempatan ini kami mengucapkan selamat atas keberhasilan penyelenggaran Ekspedisi Wallacea Indonesia 2004 dan mengucapkan terima kasih atas segala partisipasi semua pihak baik instansi pusat dan daerah selama ekspedisi berlangsung. Jakarta,
Desember 2004
Freddy Numberi
Latar Belakang Alfred Russel Wallace (8 Januari 1823 7 November 1913) adalah seorang naturalis dari Inggris yang banyak mempelajari dan meneliti mengenai flora dan fauna di berbagai daerah di dunia. Pada tahun 1848-1852 bersama Bates, Wallace melakukan ekspedisi ke negara Brazil di sekitar daerah hutan Amazon dan menghasilkan buku Palm Trees of the Amazon and Their Uses (London, 1853) dan A Narative of Travels on the Amazon and Rio Negro (London, 1853). Dengan dukungan dana dari Royal Geographic Society, pada tahun 1854-1862, A.R. Wallace melakukan ekspedisi ke daerah Asia Tenggara, termasuk ke Indonesia. Wallace tiba di Singapura pada bulan April 1854
Ekspedisi Wallacea Indonesia 2004
The Malay Archipelago (London, 1869) merupakan buku mengenai pengalaman dan hasil hasil penelitian Wallace di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia. Buku tersebut hingga saat ini diakui sebagai salah satu karya puncak dari Wallace. Namun, meski berfokus pada taksonomi biologis, buku the Malay Archipelago merupakan salah satu deskripsi paling baik dan lengkap mengenai Indonesia pada pertengahan abad ke-19 dan telah menjadi salah satu acuan bagi peneliti setelahnya dalam bidan antropologi dan sejarah sosial. Dari hasil pengamatannya mengenai biota di daerah Indonesia Tengah lahirlah ide adanya suatu garis pemisah antara flora dan fauna antara bagian Indo-Asia dan AustralPapua yang mengikuti deep sea trench antara Kalimantan dan Sulawesi, yang kemudian dinamakan Garis Wallacea (Wallacean Line). Daerah disekitar Sulawesi sampai dengan Kepulauan di Maluku Timur juga dinamakan Daerah Wallacea (Wallacean Region).Daerah tersebut dinyatakan sebagai daerah peralihan dimana antara Asia daratan dan Austral Papua. Didaerah ini juga ditemukan banyaknya hewan yang endemik (hanya ditemukan di satu dearah saja). Penelitian dari A.R Wallace berkonsentrasi pada binatang darat saja, khususnya serangga dan burung. Hingga saat ini Wallace diakui sebagai taksonomis utama bagi Indonesia bagian Timur. Dari lebih 100.000 spesimen hasil penelitiannya, didapatkan penemuan sekitar 1.000 spesies baru di daerah penelitiannya tersebut. Momen 150 tahun dimulainya ekspedisi Wallace merupakan titik tolak dilakukannya Ekspedisi Wallacea Indonesia 2004.
Gambar atas Di ujung selatan pelabuhan terdapat sebuah benteng ....(Fort Rotterdam)
peraturan Belanda yang dapat dikagumi di kota ini antara lain; "setiap rumah orang Eropah harus dikapur dan semua orang harus menyirami jalan di depan rumahnya setiap hari pada pukul empat sore. Jalan jalan bebas dari sampah da n parit-parit tertutup membawa semua kotoran ke selokan besar yang terbuka sehingga air pasang dapat masuk dan menghanyutkan semua kotoran ke laut ketika air surut". (Wallace 2000 : 162-3) Dalam persinggahannya di Makassar Wallace juga mengamati kehidupan penduduk pribumi dan kegiatan mereka sehari-hari. Wallace menulis tentang sebuah jalan yang biasanya ramai sekali dengan penduduk pribumi, yaitu lelaki Bugis dan Makasar yang berpakaian celana katun yang panjangnya
sekitar 12 inci yang menutup badan dari pinggul sampai tengahnya paha saja. Sarung Melayu yang berwarna-warni dipakai sekeliling pinggang atau di atas bahu dengan cara bermacam-macam.
Perjalanan ke Maluku Salah satu peristiwa penting dalam petualangannya di Maluku, pada tahun 1858, saat terserang demam, dari Ternate, ia menyurati Charles Darwin dan menyatakan keyakinannya bahwa seleksi alam adalah metoda utama, bahkan mungkin satu satunya metoda, yang dapat menerangkan teori evolusi mahluk hidup di Bumi. Hal ini diyakini Alfred Russel Wallace setelah mempelajari beragam flora dan fauna di Nusantara tadi. Wallace tidak menyadari kalau Darwin membangun teori yang sama selama dua
Gambar atas (kiri-kanan) Pedagang tradisional pribumi di kota Makassar yang sangat menarik perhatian Wallace Gambar samping "Saya dapat memberi gambaran bercahaya tentang pesona anak dara itu, busana elok yang dipakainya, dan perhiasan emas dan peraknya"
berkunjung ke Taman Burung di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, maka Garis Wallace juga hadir secara jelas, memisahkan koleksi burung burung dari Wilayah Barat Indonesia dengan koleksi burung burung dari Wilayah Timur Indonesia. Beaufort akhirnya berkesimpulan bahwa garis Wallacea merupakan garis batasan paparan Sunda. Wilayah Wallacea adalah daerah yang berada antara garis Wallacea disebelah barat dan garis Weber yaitu garis antara Sulawesi dan Maluku (antara Sula dan Obi) mengelilingi pulau Buru ke barat, melengkung tajam ke Pulau Seram Selatan dan memisahkan pulau Sernata dan babber T imur. Dengan demikian, wilayah Wallacea (Wallacea area) meliputi Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Kepulauan Nusa Tenggara.
Akhir petualangan Ilmiah di Nusantara Sekembalinya ke Inggris, Wallace bekerja s ebagai penulis dan pengajar dan menjadi ilmuwan yang sangat dihormati. Dia memerlukan beberapa tahun untuk menyusun, mendiskripsikan dan menganalisis koleksi yang dikumpulkan selama delapan tahun berkelana di Nusantara ini ia melakukan 60 perjalanan sepanjang 14.000 mil dan berhasi mengumpulkan 125.660 spesies, antara lain mamalia, serangga, kerang, reptile dan burung. Ia juga tertarik akan kehidupan flora dan manusia yang dipandangnya eksotik yang yang ditemukan di tempat-tempat yang dikunjunginya. Jumlah spesies koleksi pribadinya mencapai 125.660 ekor. Baru pada tahun 1868 dia sempat menulis tentang pengalamannya di Kepulauan Nusantara.
Gambar atas Buku Alfred Russel Wallace yang diterbitkan pada1869
Pada tahun 1869 terbit bukunya The Malay Archipelago : The Land of the orang utan and the bird of paradise: A narrative of travel, with studies of man and nature. Beberapa buku lainnya adalah Geographical distribution of Animals (1876), Darwinism (1889), dan Man's Place in the Universe (1903). Pada akhir hidupnya Wallace menjadi Kepala Entomologi Society dan presiden Organisasi ilmuan yaitu The Brisih Association. Penghargaan yang diperoleh adalah The Darwin Medal of the Royal Society (1890), the Copley Medal of the Royal Society (1908) dan the Order of Merit (1908). Dua buku Wallace merukapakan karya-karya besarnya, yakni Malay Archipelago (1869) dan My life a record of Events and Opinions (1905). Kedua karya tersebut, bahkan melebihi apa yang dilakukan Charles Darwin di kepulauan Gallapagos, Equador. Darwin yang sedang menyusun hasil penelitiannya yang kemudian dikenal dengan Teori Evolusi yang controversial itu, ketika membaca laporan ilmiah Wallace spontan berkomentar “dia telah mendahului saya”
Tabel Kandungan fosil Planktonik dan penentuan umur relatif batupasir gampingan
Tabel Kandungan fosil planktonik dan penentuan umur batugamping
Tabel Kandungan fosil bentonik dan penentuan lingkungan pengendapan batupasir gampingan
Tabel Kandungan fosil planktonik dan penentuan umur batugamping
35
36
Tabel Kandungan fosil planktonik dan penentuan umur tufa
Gambar atas dan samping Contoh fosil bentonik yang dijumpai pada batuan
Bulimina quadrata PLUMMER
Bulivina ovata D ORBIGNY
Tabel Kandungan fosil bentonik dan penentuan lingkungan pengendapan tufa
Langkowala yang diperkirakan berumur akhir Miosen Tengah. Formasi Langkowala terdiri dari batupasir dan konglomerat. Pada Kala Plistosen Holosen, secara tak selaras di atas Formasi Langkowala diendapkan Formasi Buara. Formasi ini dibangun oleh terumbu koral, setempat terdapat lensa konglomerat dan batu pasir. Formasi ini masih memperlihatkan hubungan yang menerus dengan pertumbuhan terumbu pada pada pantai yang berumur resen. Satuan batuan termuda di daerah ini adalah endapan sungai, rawa dan kolovium. Geologi daerah penelitian Geologi kawasan pesisir Pulau Kabaena bagian barat dibagi ke dalam 2 satuan batuan, yaitu Satuan Batuan Beku Ultramafik dan Satuan Aluvium. Satuan Batuan
beku ultramafik hanya menempati sebagian kecil (± 10%) luas daerah penelitian, yakni di pantai Teluk Pising (G. Onemoto). Tipologi pantai yang terbentuk oleh batuan beku tersebut adalah pantai berbatu (cliff/rocky). Deskripsi batuan beku berwarna lapuk abu-abu kehijauankehitaman, warna segar abu-abu kehijauan; berbutir porfiritik; bentuk butir hipidiomorf. Komposisi mineral didominasi oleh mineral olivin berwarna hijau lapuk, sebagian mineral bijih berwarna hitam. Singkapan batuan telah mengalami struktur yang sangat kuat ditandai dengan banyaknya kekarkekar pada batuan yang telah terisi oleh mineral kalsit. Berdasarkan ciri fisik batuan dan posisi stratigrafinya, umur satuan batuan ini dapat disebandingkan dengan Kompleks Ultramafik (T.O. Simandjuntak, Surono dan Sukido, 1993) yang berumur Kapur.
ra a g g n eT is e w la u S a n a b m o B n te a p u b a K t ra a B n ia g a B a n e a b a K u la u P i ta n a P n sa a w a K i g ol o e G si n te
Gambar atas Peta Karakteristik Pantai Pulau Kabaena Bagian Barat Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara o P si a lu a v E
l e b a T
61
62
k k
d
k
u
u d
u k
k k
k
u d
u
u k
k
u d
d
u k
k
u u
d
u k
k
k
u d
u k
b
k
u d
u
k
u d
u k
k
u d
u k
k
u d
u k
u d
u k
u
d u
d
a
d
a
d
a d
a
d
a
d
a
d
a
d
a
d
a
d
a
d
a
d
a
d
o
T
e pr
T
e pr
T
e pr
T
e pr
T
e pr
T
e pr
T
e pr
T
e pr
T
e pr
T
e pr
T
e pr
T
e pr
T
e pr
T pr
pr
pr
pr
B
B
B
B
S e
n
id
B
e
n
id
B
e
n
id
B
e
n
id
B
e
n
id
B
e
n
id
B
e
n
id
B
e
n
n id
e B
n id
e
n id
B
e B
n id
B
e
n
n
id B
e
rut -
-
s
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
,
e
e
e
or
or
or
or ro
v
e
s
ri
ri
d
u
n
r
r
r
n pr
B
B
B
B
B
B
B
B
rm
e
rm
pr
B
r
a
n
r
pr
n
r
et
n
r
et
n
P
et
B B
n
e
o
e
e
K
g in
e
b e
a
e
e
rm
B
rm
e
a
e
rm e
rm e
B
B
B
e
B B
B
e
id
B
n e
e B
e B
B
, k -
-
-
-
-
g
g
is
,
,
e ,r
s
ri ro
s
ri
ri
pr
a
ro
n
a
n
g
or
v
e
or
pr
n pr
pr
et
e
B
rm B
B
r
et
rm
a
n
B
B
e
v
e
a
e
n
a
si
g
id
,r a
s
g
n id
e
e
v g
a
a r
v g
a
b
e
v g
g
b
e
v
v in
in
b
e
e g
g
in b
pr
n id
D
,
e ro
et
g in
T
L
et
g
e pr
rit
et
b
T
Li
et
in
e pr
ts
et
g
T
ts
g b
e pr
S
br
in
T
ikr
tu
g
e pr
,
u
b
T
S
D
i
in
d
e
S
i
a
a
D L
la
d
,
LT
-
In
is
a
P ie ikr
iF
d
es
raf
iks
a
S ,l
k
u k
d
n
e
D
tu
d
u k
a
e
r
u d
u k
d id
e
e
u d
u k
a n
e
u d
u
k k
u d
d n
e
e B
d
k
a id
d
u
d n
k
u
d u
a id
k
u
d u
k
k
u
d
u k
k
k
u d
u k
k
k
u d
u k
k es
v si
g a e rm e
v
B
a
e
b
e e
in
a
a e
B
in s
g a
rm B
B B
e
g
b r
e e
e
B
si
si
si
si
si
si
si
si
si
si
si
si
si
si
si
si
si
si
si
si
si
si
n
vr
vr
vr
vr
vr
vr
vr
vr
vr
vr
vr
vr
vr
vr
vr
vr
vr
vr
vr
vr
vr
vr
o n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
is et es
a
a
a
P 5
4 9
,3 2
2
3
3
,7
4,
t
6
5
,8
,6
3 8,
,3
4 6
6 ,4
3 4,
8
3
5 4
7
7 1
3
1
8
1
8
1
1
5
3 1
5
4 1
,0
4 1
7,
3 1
6,
3 1
4,
3 1
6
3 1
1,
3 1
1
3 1
8
3 1
8
3
2
0
6,
8
1
4
2
3
' 6
7
7
4
2
7
7
3
4
4
7
7
7
7
2
7
5
7
9 4
8 0
3
3 3
4
1
1
1
1
6
4,
5
8
2
7
9
1 4
3
3 2
2 2
2 ,3
,6
2
0
,5
7
1
5
5 3
4 5
1 8
3
8
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
ar g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
s
a
k To
ro
p g
a
us
u
d
a
t
i
a
n
g
a
is h y
ts W
m
n
a
n
n
a
n
a
n
a
n
a
n
a
n
a
n
a
n
a
n
a
n
a
n
a
n
a
s
n
a
ti u o
n u
a
a
a
e
us T
g
g
r li
,il
)
B
e K
K
e B(
m
a
a p
o at
N uT
oT
u
d
in
d
u
d
u
A
k
k
S
o
K
im
k
o
K
n
k
o
K
d u
k o
K
d u
k o
K
d u
k o
K
d u
k o
K
d u
k o
K
d u
u
k o
K
d
u
k o
K
d
u
k o
K
d
u
k o
K
d
u
k o
d
d
u
k o
K
o K
g
K
N
sa
c
k b
b
a a
t m
)
u la u
o a b
a ti Lu
o
n
P a
ik
9 6
0 7
1
2 7
n L
L
M aT
e
o
3
P
To
o n
7
is
d
4 7
5 7
o
6 7
7 7
oL
8 7
n
it
b
b M
S
Ta
Ta
9 7
e e
8
0
k
8
1
k
2 8
3 8
im a
4
u a
o
t
P
k b
b Tu
uT
T
8
o k
P
a
u
5
n
u A
n
p
a
n
P
a
u
n
o a
ut
oT
O
B
6
y lu
m
8
r
a
or
m
8
B
n B
a
b a p
o
ul
o a
s u
lili
e
d
s rn
e
o
u
m
i
i
sa
m
n
n
n
o
7
L
o d
si
B o
B
n
o
rn
ill
n
ki
a
P
a
a
os
a
aT
a
a O
lu o
B T
k n
a k a
uT
l
o n
a
n
N
sa
l
a
m
m
2( sa
la a
a
) 1( l
n
inJ
n or
m
im T
a
e k
p K
jo
c
aL
a u
N
in
s
o
p
a il
N
2
,6
2
5
2
5
o
o
,9 2
1,
6
2
5
3
5
7
,4 2
2
0
K 9,
,2 2
2
,5
5
,4 3
2
,5
6
,4 4
2
6
7
,2 2
4
2
7
1 2
,5 3
4
2
,5
,1 4
4
2
,0
,2 9
4
2
,9
7
4
2
7
7
4
3
4
2
9
5
2
1
4
1
2
3
9
1
2
1 8
5
2
3
4
7
2
1
7
4 2
3
9
6
4
4
2
5
2
1
4
2
8
3
3 2
6
,9
1
2
2
5
3
4
3
1
1
4
5
,9
3
4
,4
7
K
2
4
o
K
1 3
4
es o
K
1
3
4
K
o
9,
,3 3
n inL
7
,2 3
" ta
2
9 3
2
g
2
2 3
4
o
1 3
o K
3
3
o
rd
4
5
a in
6
1
' B
8
3
5
r u
,1
4,
es
o
K
a
es
o
K
a
es
o
K
a
es
o
K
a
es
o
K
a
es
o
K
a
es
o
K
a
es
o
K
a
es
o
K
a
es
o
K
a
es
o
K
a
es
o
K
a
es
o
K
a
es
o
K
a
es
o
K
a
es
o
K
a
es
o
K
a
es
o
"
a
es
o
uj
a
es
7 8
8 8
9 8
0 9
Gambar atas Penduduk nelayan di Pulau Panjang, Kabupaten Selayar.
Gambar atas Bukti tertulis kedatangan penduduk ke suatu pulau di Sulawesi Selatan yang ditulis dalam aksara Bugis-Makassar atau disebut aksara lontarak.
penghunian pulau, proses perkembangan pemukiman masih terus berlangsung. Bahkan Pulau Bokan mulai dihuni sekitar tahun 1960-an dan Pulau Angguk yang sebelumnya bernama Konition atau Pulau Kececil baru mulai dihuni tahun 1990. Sejarah dan arti nama pulau Nama-nama pulau hasil survei menunjukkan bahwa nama yang diberikan oleh orang-orang terdahulu di lokasi survei mengacu pada beberapa hal yaitu: a. Karakter fisik pulau atau potensi utama pulau b. Fungsi atau peranan pulau c. Sejarah penemuan pulau D. Nama penemu pulau Perbedaan penyebutan nama antara yang tertulis pada peta dengan yang diucapkan masyarakat terjadi karena perbedaan bahasa suku (Selayar, Buton, Bugis, Bonerate, dan Makassar). Di Kabupaten Selayar nama-nama pulau yang menunjukkan karakter fisik pulau mengacu pada apa potensi atau benda spesifik yang dapat ditemui di pulau bersangkutan. Nama seperti Bonerate y ang berarti pasir di atas bukit, berasal dari kata bone
(pasir) dan r ate (bukit). Pulau Tanajampea ketika jaman kerajaan (sebelum abad-17) bernama Pulau Paklaoroang. Nama ini diberikan oleh 3 orang yang pertama datang ke P. Tanajampea. Paklaoroang dari kata laoroang artinya rotan; sebuah komoditas yang banyak ditemukan di pulau tersebut ketika itu. Berubah nama menjadi Tanajampea, berasal dari kata 'tana' artinya tanah dan 'jampea' artinya sesuatu yang istimewa dan disembunyikan. Karakter fisik lain yang menjadi acuan penamaan pulau juga melekat pada pulau-pulau : P. Jailamu (jailamu= banyak nyamuk), Katella (Katella=pohon pepaya), Gilisui (gili = pulau, sui= burung ; pulau yang banyak ditemukan burung), dan Pulau Bembe yang bentuknya seperti kambing (bembe=kambing). Bentuk pulau yang menjadi acuan penamaan terdapat pula di daerah Kabaena, yaitu Pulau Telinga yang bentuknya seperti telinga manusia. Pulau Bungiite bahkan menunjuk pada karakter visual pulau dimana 'Bungi' artinya sesuatu yang tidak kelihatan, 'ite' artinya karang kecil. Kata-kata tersebut berasal dari suku Moronene, suku asli Pulau Kabaena. Secara
Gambar atas Pantai berpasir landai berhadapan dengan perairan yang jernih, ciri khas Pulau Karoumpa Besar.
Lokasi Leg 3
Lokasi Leg 1
Lokasi Leg 2
Hasil Penelitian Ekosistem Mangrove Sedikitnya terdapat 10 jenis mangrove yaitu 9 jenis mangrove sejati (MS) dan 1 jenis mangrove ikutan (MI) dari 8 famili di Pulau Bonerate. Jenis-jenis mangrove yang terdapat di Pulau Bonerate dapat dilihat pada tabel dibawah. Rhizophora apiculata merupakan jenis mangrove sejati yang mempunyai distribusi paling merata karena ditemukan di setiap lokasi pengamatan, sedangkan Avicenia marina dan Xylocarpus rumpii merupakan dua jenis mangrove sejati yang mempunyai penyebaran terbatas karena masing-masing jenis
tersebut pada Leg 1 Ekspedisi Wallacea ini hanya ditemukan di satu lokasi penelitian saja (Tanjung Lea Lea). Komposisi jenis dan distribusi tiap j enis mangrove yang ditemukan di setiap lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah. Sedikitnya terdapat 23 jenis mangrove yang terdiri dari 15 jenis mangrove sejati (MS) dan 8 jenis mangrove ikutan (MI) dari 17 famili di Pulau Kabaena bagian Barat. Jenis-jenis mangrove yang terdapat di Pulau Kabaena dapat dilihat pada tabel dihalaman samping. Rhizophora mucronata merupakan jenis mangrove sejati yang distribusinya paling merata dengan berada
Gambar samping Lumnitzera racemosa merupakan salah satu jenis mangrove sejati yang ditemukan pada penelitian mangrove leg 2.
di semua lokasi penelitian pada Leg 3 Ekspedisi Wallacea ini kecuali di Pulau Sagori, sedangkan spesies yang penyebarannya terbatas dan ditemukan pada satu stasiun penelitian saja adalah Avicenia lanata (Pulau Bangko stasiun 1), A. Marina (Pulau Bangko stasiun 2), Ceriops decandra (Latu), dan Scyphiphora hydrophyllacea (Tanjung Perak). Komposisi jenis dan distribusi jenis mangrove di tiap lokasi penelitian di Pulau Kabaena bagian Barat dan sekitarnya dapat dilihat pada halaman selanjutnya.
Tabel Jenis-jenis mangrove di Pulau Bonerate
1.Kala Toa 2.Lopa (tr 1) 3Lopa (tr 2) 4.Tanjung Lea Lea (tr.1) 5.Tanjung Lea Lea (tr. 2) 6.Meanto Tabel Komposisi dan distribusi jenis mangrove di Pulau Bonerate
Tabel Jenis-jenis mangrove di Pulau Kabaena bagian Barat
1.Teluk Pising 2.Pulau Bangko(Sta.1) 3.Pulau Bangko (Sta.2) 4.Tanjung Perak 5.Bambanipa 6.Latu 7.Tanjung Malate 8.Pulau Sagori
Gambar atas Hutan mangrove di Pulau Kokudang, Bokan Kepulauan
Tabel Komposisi jenis dan distribusi mangrove di Pulau Kabaena bagian Barat dan sekitarnya
Sedikitnya terdapat 23 jenis mangrove yaitu 11 jenis mangrove sejati (MS) dan 12 jenis mangrove ikutan (MI) dari 15 famili di dearah Bokan Kepulauan. Jenis jenis mangrove yang terdapat di Bokan Kepulauan dapat dapat dilihat pada di halaman samping. Rhizophora mucronata, Brug uiera gymnorrhiza dan Ceriops tagal merupakan merupakan jenis mangrove sejati yang distribusinya paling merata dengan berada
Gambar samping Rhizophora mucronata merupakan jenis mangrove sejati yang mempunyai distribusi paling merata di Pulau Kabaena bagian Barat dan Sekitarnya (Leg 2) dan juga di Bokan Kepulauan (Leg 3).
Tabel Jenis-jenis mangrove yang terdapat di Bokan Kepulauan
Tabel Jenis-jenis
lamun yang ditemukan diseluruh lokasi penelitian. Tabel
Komposisi jenis dan distribusi lamun di perairan Pulau Bonerate
Tabel Komposisi jenis dan distribusi
lamun di perairan Pulau Kabaena bagian Barat.
Gambar samping Th alassod en dron ciliatum ,
jenis lamun yang banyak ditemukan di Indonesia Timur dan umumnya berasosiasi dengan terumbu karang.
Gambar samping En halus a coroides , jenis lamun yang dominan di perairan Bokan Kepualauan dan juga hampir seluruh lokasi penelitian lainnya.
109
110
Ucapan Terima Kasih dan Biodata Peserta
Imran. Tercatat sebagai Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin Makassar. Meneliti bidang Oseanografi
Kelsey Desjardin. Peneliti Coral dan Sponge University of British Columbia, Kanada.
Ariani Andayani S.Si. Peneliti Pusat Riset Teknologi Kelautan, BRKP DKP. Gelar Sarjana diperoleh dari Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada 2001. Meneliti bidang geografi
Drs. Thamrin Wikanta. Peneliti Kimia Laut Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi, BRKP DKP.
Restu Nur Afi Ati, S.ST.Pi. Peneliti Pusat Riset Wil ayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati BRKP DKP. Sarjana Sains Terapan Perikanan Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta. Meneliti bidang biologi (Plankton)
Wiko Rahardjo. Reporter Harian Samudera Jakarta
Hermin Risalina, SE. Sarjana Ekonomi Universitas Brawijaya Malang, Meneliti bidang Sosial Ekonomi
Tawakkal. Reporter Harian Fajar, Makassar
Hatim Albasri, S.Pi. Peneliti Pusat Riset Perikanan Budidaya BRKP DKP. Meneliti bidang Budidaya Perairan
Suci Haryati. Reporter METRO TV Jakarta, meliput Leg 1 EWI 2004 untuk acara Oasis
Triyono, S.Si. Peneliti Pusat Riset Wil ayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati BRKP DKP. Gelar Sarjana diperoleh dari Jurusan Geografi Fisik Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Meneliti bidang toponimi pulau
Yudi Mahendra. Reporter METRO TV Jakarta, meliput Leg 1 EWI 2004 untuk acara Oasis
Aziz Salam, ST. Dosen Universitas Hasanuddin Makassar. Saat ini sedang menempuh pendidikan pasca sarjana di Ehime University, Jepang. Meneliti bidang Antropologi
dr. Ade Candra. Staf Departemen Kesehatan Lepra Stichting. Meneliti bidang kesehatan masyarakat di Pulau Bonerate dan Kalao, khususnya penyakit lepra.
Abdi Tunggal Priyanto, S.Si. Mempeoleh gelar sarjana dari Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Sekarang bekerja sebagai Staf Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau Pulau Kecil, DKP. Meneliti bidang toponimi
Yuslisandi. Mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Kelautan pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar, lahir di Sengkang 6 desember 1982. Meneliti bidang Biologi (terumbu karang)
Michael Le Blanc, M.Sc. Peneliti Coral dan Sponge University of British Columbia, Kanada.
M. Tedy Asyikin, ST. Staf Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau Pulau Kecil, DKP. Meneliti bidang toponimi pulau.
Peserta Leg 3
Johnny T.G. Reporter harian Kompas Jakarta.
Erish Widjanarko, ST. Peneliti Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati, BRKP DKP. Sarjana Kelautan Universitas Hang Tuah Surabaya. Ketua Leg 3 EWI 2004. Meneliti bidang Oseanografi
Rieska Wulandari. Reporter harian Suara Pembaruan Jakarta
Hari Prihatno, ST. Peneliti Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati, BRKP DKP. Sarjana Kelautan Universitas Hang Tuah Surabaya. Meneliti bidang oseanografi
Eka Alamsari. Reporter Gramedia Majalah Jakarta
Muhammad Ardiansyah Kadim. Staf BP Arkeologi Makassar. Meneliti bidang arkeologi.
Christantiowati. Reporter majalah Intisari Jakarta
Arief Rainer Troa, ST. Peneliti Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati, BRKP DKP. Sarjana Teknik Geologi Universitas Trisakti Jakarta. Meneliti bidang geologi.
Engky Andri K, ST. Memperoleh gelar sarjana dari Program Studi Oseanografi Universitas Hang Tuah Suabaya pada tahun 2000, sejak tahun 2001 bekerja sebagai Dosen Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah Surabaya. Meneliti bidang oseanografi
Dedy Aan S.Pi. Sarjana Perikanan Universitas Hang Tuah Surabaya. Meneliti bidang biologi (mangrove).
Dessi Wulandhari, MS. Peneliti Pusat Riset Teknologi Kelautan, BRKP DKP. Meneliti bidang biologi (lamun)
Terry Louse Kepel, M.Sc. Peneliti dari Pusat Riset Wilay ah Laut dan Sumberdaya Nonhayati , BRKP DKP. Sarjana Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado dan S2 Marine Science Aarhus University Denmark. Meneliti bidang biologi (t erumbu karang)