Bandura : Teori Kognitif Sosial
SEKILAS TEORI KOGNITIF SOSIAL
Teori kognitif sosial Albert bandura menyoroti pertemuan yang kebetulan ( chance encounters) dan kejadian tak terduga (fortuitous events ) dengan serius meskipun tahu bahwa pertemuan dan peristiwa ini tidak serta merta mengubah jalan hidup manusia. Cara manusia bereaksi terhadap pertemuan atau kejadian yang diharapkan itulah yang biasanya lebih kuat daripada peristiwanya sendiri.
Teori kognitif sosial berdiri di atas sejumlah asumsi dasar. Pertama, karakteristik menakjubkan dari manusia adalah keplastisannya- yaitu fleksibilitas untuk mempelajari beragam perilaku di beragam situasi. Bandura setuju dengan Skinner (Bab 10) bahwa manusia dapat dan sudah belajar lewat pengalaman langsung namun, dia menekankan lebih banyak kepada pembelajaran yang terencana.
Yaitu belajar dari mengamati orang lain. Kedua, melalui model penyebab resiprok triadik yang terdiri atas perilaku, lingkungan, dan faktor-faktor kepribadian , manusia memiliki kapasitas untuk mengatur hidup mereka. Manusia dapat mentransformasi kejadian yang sudah berlalu menjadi cara-cara yang relatif konsisten untuk mengevaluasi dan meregulasi lingkungan sosial-budaya mereka. Tanpa kemampuan seperti ini, manusia hanya akan sanggup bereaksi terhadap pengalaman-pengalaman indrawi saja sehingga tidak mampu mengantisipasi peristiwa, menciptakan gagasan baru atau menggunakan standar-standar internal untuk mengevaluasi mereka saat ini. Dua kekuatan ini adalah pertemuan kebetulan dan tak terduga.
Ketiga,teori kognitif sosial menggunakan perspektif keagenan, artinya manusia memiliki kepastian untuk melatih pengontrolan atas alam dan kualitas hidup mereka sendiri. Manusia adalah produsen sekaligus produk sistem sosial. Komponen penting model penyebab resiprok triadik ini adalah kepercayaan diri yang tinggi, yaitu keyakinan bahwa mereka dapat menampilkan perilaku yang akan menghasilkan perilaku yang di inginkan dalam situasi tertentu.
Keempat, manusia mengatur hubungan mereka melalui faktor-faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal mencakup lingkungan fisik dan sosial, sedangkan faktor internal mencakup pengamatan diri, penilaian dan reaksi diri.
Kelima, ketika manusia menemukan dirinya dalam situasi yang ambigu secara moral, mereka selalu berupaya mengatur perilaku mereka melalui tindakan moral, yang mencakup pendefisian ulang perilaku. Pengabdia atau pendistrosian konsekuensi perilaku, pendehumanisasian atau menyalakan korban atas perilaku mereka, dan pengalihan atau pelemparan tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka.
BIOGRAFI ALBERT BANDURA
Albert Bandura lahir 4 Desember 1925, di kota kecil Mundare, sebelah Alberta utara, Kanada. Dia dididik di sekolah dasar dan sekolah tinggi yang menjadi satu, dengan sumber daya yang minim, namun dengan tingkat keberhasilan yang luar biasa. Setelah SMA, dia bekerja pada suatu musim panas untuk mengisi kekurangan di Alaska Highway di Yukon. Ia menerima gelar sarjana psikologi dari University of British Columbia pada tahun 1949 dan gelar Ph. D.
Dari University of Iowa pada tahun 1952. Di sanalah ia berada di bawah pengaruh tradisi behavioris dan teori pembelajaran. Sementara di Iowa, ia bertemu Virginia Varns, seorang instruktur di sekolah keperawatan. Mereka menikah dan memiliki dua orang putri. Setelah lulus, ia mengambil posisi postdoctoral di Wichita Guidance Center, Kansas.
Pada tahun 1953, ia mulai mengajar di Standford University. Ia bekerja sama dengan mahasiswa lulusan pertama, Richard Walters, menghasilkan karya pertama mereka, Adolescent Aggression, tahun 1959. Bandura adalah presiden APA (American Psychological Association) pada tahun 1973 dan menerima penghargaan APA untuk Kontribusi Ilmiah Terkemuka tahun 1980. Di masih bekerja di Stanford hingga saat ini.
PEMBELAJARAN
Satu asumsi paling awal dan mendasar teori kognitif sosial Bandura adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari beragam kecakapan bersikap maupun berperilaku, dan bahwa titik pembelajaran terbaik dari semua ini adalah pengalaman-pengalaman tak terduga (vicarious experiences).
Pembelajaran dengan Mengamati (Observational Learning)
Bandura yakin bahwa tindakan mengamati memberikan ruang bagi manusia untuk belajar tanpa berbuat apa pun. Manusia mengamati fenomena alam, tumbuhan, hewan, air terjun, gerakan bulan dan bintang, dan seterusnya, tetapi yang lebih penting bagi teori kognitif sosial adalah manusia belajar dengan mengamati perilaku orang lain.
Pembelajaran manusia yang utama adalah dengan mengamati model-model, dan pengamatan inilah yang terus-menerus diperkuat. Bandura (1986, 2003) yakin bahwa pembelajaran dengan mengamati jauh lebih efisien daripada pembelajaran dengan mengalami langsung.
Pemodelan
Inti pembelajaran dengan mengamati adalah pemodelan (modelling). Yaitu, pemodelan melibatkan proses-proses kognitif, jadi tidak hanya meniru, lebih dari sekedar menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain karena sudah melibatkan perepresentasian informasi secara simbolis dan menyimpannya untuk digunakan di masa depan.
Faktor yang menentukan seseorang belajar dari model atau tidak, yaitu: Pertama, karakteristik model sangat penting. Kedua, konsekuensi dari perilaku yang dimodelkan dapat memberikan efek bagi pengamatnya.
Proses-Proses yang Mengatur Pembelajaran dengan Mengamati
Empat proses yang mengatur pembelajaran dengan mengamati:
Perhatian:
Pertama, memiliki kesempatan untuk mengamati individu yang padanya kita sering mengasosiasikan diri.
Kedua, model-model yang atraktif lebih banyak diamati daripada yang tidak figur-figur populer di televisi, olahraga atau film sering kali diburu-buru beritanya.
Ketiga, hakikat perilaku yang memengaruhi diri kitinya kita sering mengamati perilaku yang dianggap penting atau yang bernilai bagi diri kita.
Representasi:
Agar pengamatan dapat membawa kita kepada pola-pola respons yang baru, pola-pola tersebut harus direpresentasikan secara simbolis di dalam memori.
Produksi Perilaku:
Setelah memberi perhatian kepada sebuah model dan mempertahankan apa yang sudah diamati, kita akan menghasilkan perilaku. Untuk mengubah representasi kognitif menjadi tindakan yang tepat, kita harus menanyakan pada diri sendiri beberapa pertanyaan tentang perilaku yang dijadikan model.
Motivasi:
Pembelajaran dengan mengamati paling efektif ketika subjek yang belajar termotivasikan untuk melakukan perilaku yang dimodelkan.
Pembelajaran dengan Bertindak (Enactive Learning)
Bandura yakin bahwa perilaku yang kompleks dapat dipelajari ketika manusia memikirkan dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari perilaku tersebut. Konsekuensi-konsekuensi sebuah respons memiliki tiga fungsi. Pertama, konsekuensi-konsekuensi respons menginformasikan efek-efek tindakan. Kedua, konsekuensi-konsekuensi respons memotivasi perilaku antisipatif. Ketiga, konsekuensi respons-respons memperkuat perilaku.
Bandura (1986) yakin bahwa meskipun penguatan sering kali tidak disadari dan bekerja otomatis namun, campur tangan kognitif juga mempengaruhi pola-pola perilaku yang kompleks. Dia yakin bahwa pembelajaran jauh lebih efisien ketika pembelajar secara kognitif terlibat di dalam situasi pembelajaran dan memahami perilaku mana yang dapat menghasilkan respons-respons yang tepat.
Bandura percaya bahwa perilaku baru dapat dicapai lewat dua jenis pembelajaran utama: pembelajaran dengan mengamati dan pembelajaran dengan bertindak.
PENYEBAB RESIPROK TRIADIK
Teori kognitif sosialnya meyakini fungsi psikologis bekerja dalam bentuk penyebab resiprok triadik. Sistem ini menyatakan bahwa tindakan manusia adalah hasil dari interaksi tiga variabel yaitu Tingkah laku atau lingkungan, perilaku dan pribadi.
Penyebab resiprok triadik dapat dilihat secara skematis dalam gambar, dimana P menunjukkan perilaku, L menunjukkan Lingkungan dan T menunjukkan tingkah laku (kepribadian)
Gambar 1. Konsep Bandura tentang Determinisme resiprok
Contoh Penyebab Resiprok Triadik
Berikut ini salah satu contoh penyebab resiprok triadik. Permintaan irisan brownies kedua dari seorang anak kepada ayahnya, dimata sang ayah hanya sebuah peristiwa lingkungan di sekitarnya. Jika sang ayah secara otomatis memberikan begitu saja potongan brownies kedua maka potongan kedua ini akan menjadi pengondisian bagi setiap perilaku lain berdasarkan konsep Skinnerian. Sikap ayah jelas dikontrol oleh lingkungan, namun perilaku ini pada gilirannya memiliki efek-kontra kendali terhadap lingkungannya sendiri, yaitu si anak.
Pertemuan Secara Kebetulan dan Kejadian yang Tak Terduga
Bandura mendefinisikan pertemuan kebetulan sebagai "pertemuan yang tidak diniatkan diantara pribadi-pribadi yang tidak saling kenal". Pertemuan kebetulan dan kejadian tak terduga bukan tidak bisa dikendalikan karena manusia dapat juga membentuk suatu kebetulan terjadi.
KEAGENAN MANUSIA
Teori kognitif sosial mengambil sudut pandang keagenan terhadap kepribadian, artinya manusia memiliki kapasitas untuk melatih kendali atas hidupnya. Keagenan manusia (human agency) merupakan esensi kemanusiaan. Bandura (2001) yakin bahwa manusia adalah makhluk yang sanggup mengatur dirinya, proaktif, reflektif, dan mengorganisasikan diri, selain memiliki juga kekuatan untuk memengaruhi tindakan mereka sendiri demi menghasilkan konsekuensi yang diinginkan.
Ciri-Ciri Utama Keagenan Manusia
Bandura mendiskusikan 4 sifat inti keagenan manusia : intensionalitas, prediksi, reaksi diri, dan refleksi-diri.
Intensionalitas,
Mengacu kepada tindakan-tindakan yang dilakukan dengan intensi tertentu.
Prediksi,
Manusia saat menetapkan tujuan, mengantisipasi hasil tindakan, dan memilih perilaku mana yang dapat menghasilkan keluaran yang diinginkan serta menghindari yang tidak diinginkan.
Reaksi-diri
Dalam proses motivasi dan tindakan-tindakannya itu. Manusia tidak hanya membuat pilihan-pilihan, tapi juga memonitor kemajuan pemenuhannya.
Refleksi diri,
Manusia adalah penguji fungsi dirinya sendiri, yang dapat memikirkan dan mengevaluasi sendiri motivasi, nilai, makna, dan tujuan hidupnya, bahkan sanggup memikirkan ketepatan pemikirannya sendiri. Kepercayaan diri, keyakinan bahwa mereka sanggup melakukan tindakan-tindakan yang akan menghasilkan efek yang diinginkan.
Kemampuan Diri untuk Memengaruhi Hasil yang Diharapkan (Self-Efficacy)
Kemampuan diri untuk memengaruhi hasil yang diharapkan (self-efficacy). Meskipun self efficacy memiliki pengaruh kausal yang kuat pada tindakan manusia, bukan berarti dia satu-satunya penentu. Lebih tepatnya self efficacy harus berkombinasi dengan lingkungan, perilaku sebelumnya dan perilaku kepribadian lainnya, khususnya ekspektasi terhadap hasil, utnuk dapat menghasilkan perilaku tertentu.
Apakah Self Efficacy Itu?
Bandura (2001) mendefinisikan self efficacy "keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkungannya," dan dia juga yakin kalau "self-efficacy adalah fondasi keagenan manusia."
Bandura membedakan antara ekspektasi-kemampuan-memengaruhi-hasil (efficacy expectation) dan ekspektasi hasil (outcome expectation). Ekspektasi-kemampuan-memengaruhi-hasil mengacu pada keyakinan manusia bahwa mereka memiliki kesanggupan untuk melakukan perilaku tertentu, sementara ekspektasi hasil mengacu kepada prediksi terhadap konsekuensi dari perilaku yang diinginkan.
Self-efficacy beragam dari satu situasi ke situasi lain, tergantung pada :
Kompetensi yang diminta bagi aktivitas yang berbeda-beda,
Hadir tidaknya orang-lain.
Tingkat persaingan antara manusia lebih-lebih jika mereka memang bersaing sangat ketat
Predisposisi pribadi dalam menghadapi kegagalan dan
Kondisi psikologis lain yang menyertai, khususnya ada tidaknya kelelahan, kecemasan, apati, atau kesedihan.
Apa yang Membentuk Self-Efficacy?
Self-Efficacy pribadi didapatkan, dikembangkan, atau diturunkan melalui satu atau dari kombinasi dari empat sumber berikut (Bandura, 1997):
Pengalaman-Pengalaman tentang Penguasaan
Sumber paling berpengaruh bagi self-efficacy adalah pengalaman-pengalaman tentang penguasaan (mastery experiences), yaitu performa-performa yang sudah dilakukan di masa lalu (Bandura, 1997).
Pemodelan Sosial
Yaitu pengalaman-pengalaman tak terduga (vicarious experiences) yang disediakan orang lain.
Persuasi Sosial
Self-efficacy dapat juga diraih atau dilemahkan lewat persuasi social. Efek-efek dari sumber ini agak terbatas namun, dalam kondisi yang tepat, persuasi orang lain dapat meningkatkan atau menurunkan self-efficacy.
Kondisi Fisik dan Emosi
Emosi yang kuat biasanya menurunkan tingkat performa. Ketika mengalami rasa takut yang besar, kecemasan yang kuat dan tingkat stres yang tinggi, manusia memiliki ekspektansi self-efficacy yang rendah.
Tindak – Perwakilan (Proxy Agency)
Perwakilan mencakup perwakilan tak langsung pengendalian tak langsung kondisi-kondisi social yang memengaruhi hidup sehari-hari. Bandura mencatat bahwa "tak seorang pun memiliki waktu, energi, dan sumber daya untuk menguasai setiap bidang hidup sehari-hari. Namun perwakilan memiliki kelemahan juga. Apabila terlalu banyak mengandalkan kompetensi dan kekuatan orang lain, manusia dapat melemahkan self-efficacy pribadi dan kolektif mereka.
Kemampuan – Untuk – Memengaruhi – Hasil – yang – Diharapkan secara Kolektif (Collective Efficacy)
Mode ketiga Dari keagenan manusia adalah kemampuan untuk memperoleh hasil yang diharapkan secara kolektif. Bandura mendefinisikan kemampuan untuk memengaruhi hasil yang diharapkan secara kolektif sebagai " keyakinan bersama manusia terhadap kekuatan kolektif mereka untuk menghasilkan perilaku yang diinginkan". Bandura menemukan dua teknik untuk menguikur kemampuan untuk memengaruhi hasil yang diharapkan secara kolektif yaitu :
Mengombinasikan evaluasi individual anggota-anggotanya terhadap kemampuan pribadi masing-masing untuk melakukan tindakan yang menggantungkan kelompok.
Mengukur keyakinan setiap pribadi terhadap kemampuan kelompok untuk memunculkan hasil yang berbeda.
Kemampuan untuk memengaruhi hasil yang diharapkan secara kolektif tidak muncul dari "pikiran" kolektif melainkan dari kemampuan untuk memengaruhi hasil yang diharapkan secara personal terhadap individu-individu yang bekerja-sama dengannya.
Bandura mendata sejumlah faktor yang mendata sejumlah faktor yang dapat menentukan kemampuan untuk memengaruhi hasil yang diharapkan secara kolektif yaitu :
Manusia tinggal di dunia yang terus berubah, yang terjadi dibelahan dunia tertentu dapat memengaruhi manusia dibelahan dunia lain, memberi mereka perasaan tidak berdaya.
Teknologi terbaru yang tidak terpahami, tidak bisa dipercaya atau tidak bisa dikuasai, menjadikan kemampuan untuk memengaruhi hasil yang diharapkan secara kolektif yang rendah.
Merudak kemampuan dalam memengaruhi secara kolektif adalah mesin social kompleks yang didalamnya para pendukung birokrasi yang mencegah terjadinya perubahan sosial.
Keluasan jangkauan dan keruwetan masalah manusia dapat merusak kemampuan untuk memengaruhi hasil yang diharapkan secara kolektif.
PENGATURAN DIRI
Ketika manusia memiliki tingkat self-efficacy tinggi, yakin bahwa tindak perwakilan bisa diandalkan, dan memiliki kemampuan untuk memengaruhi hasil yang diharapkan secara kolektif yang solid, maka mereka akan memiliki kemampuan tertentu untuk mengatur perilaku sendiri. Bandura yakin manusia menggunakan strategi reaktif dan proaktif untuk mengatur dirinya.
Faktor-Faktor Eksternal Pengaturan Diri
Faktor-faktor eksternal memengaruhi pengaturan diri minimal dua hal yaitu :
Faktor eksternal menyediakan standar untuk mengevaluasi perilaku kita sendiri.
Faktor-faktor eksternal memengaruhi pengaturan diri dengan menyediakan cara-cara penguatan.
Faktor-Faktor Internal Pengaturan Diri
Faktor-faktor eksternal berinteraksi dengan faktor-faktor internal atau personal dalam pengaturan diri. Bandura menemukan tiga persyaratan internal jika ingin melatih pengaruh-diri :
Observasi diri
Proses penilaian
Reakasi diri.
Observasian Diri
Observasian Diri (Self-Observation) terhadap performa yang sudah dilakukan. Manusia sanggup memonitor penampilannya meskipun tidak lengkap atau akurat. Yang dipertahankan biasanya adalah yang sesuai dengan konsep diri untuk mencapai situasi ini seeperti menggambarkan lukisan atau memainkan sebuah permainan, kita akan memberikan perhatian yang penuh pada kualitas, kuantitas, kecepatan dan orisinalitas kerja kita.
Proses Penilaian
Proses Penilaian (Judgmental Process) membantu meregulasi perilaku melalui proses mediasi kognitif. Proses penilaian bergantung pada empat hal: standar pribadi, performa-performa acuan, nilai aktivitas, dan penyempurnaan performa.
Standar pribadi memampukan kita mengevaluasi performa, tanpa harus membanding-bandingkannya dengan tindakan orang lain. Namun standar pribadi adalah sumber evaluasi yang terbatas .
Reaksi Diri
Faktor internal ketiga dan terakhir dari pengaturan diri adalah reaksi diri (self-reaction). Manusia merespons positif atau negatif perilaku mereka tergantung kepada bagaimana perilaku ini diukur dan apa standar pribadinya.
Pengaturan Diri Melalui Tindakan Moral
Manusia juga dapat mengatur tindakan-tindakan mereka melalui standar-standar moral mengenai sikap tertentu. Bandura melihat tindakan moral melalui dua aspek :
Tidak boleh melukai orang lain.
Proaktif membantu manusia.
Pengaruh-pengaruh pengaturan diri tidak bersifat otomatis melainkan baru bekerja hanya diaktifkan, sebuah konsep yang disebut Bandura aktivasi selektif . pada gambar 2 menggambarkan berbagai macam mekanisme pengendalian diri yang diaktivasikan secara selektif :
Manusia dapat meredefinisi atau merekonstruksi hakikat perilakunya dengan teknik yang sahih secara moral.
Manuisa dapat meminimalkan, mengabaikan atau mendistorsi konsekuensi yang merusak dari perilakunya
Manusia dapat menyalahkan, mengambinghitamkan atau mendehumanisasikan korban.
Manusia dapat mengalihkan, atau memindahkan perilakunya dengan mempertanyakan hubungan antara tindakan dan efeknya.
Gambar 2
Dehumanisasi
PengkambinghitamanDehumanisasi
PengkambinghitamanPeminimalan, pengabaian,
atau keliru menafsirkan
konsekuensi-konsekuensiPeminimalan, pengabaian,
atau keliru menafsirkan
konsekuensi-konsekuensiJustifikasi moral
Perbandingan oportunistik
Pelabelan eufernistikJustifikasi moral
Perbandingan oportunistik
Pelabelan eufernistik
Dehumanisasi
Pengkambinghitaman
Dehumanisasi
Pengkambinghitaman
Peminimalan, pengabaian,
atau keliru menafsirkan
konsekuensi-konsekuensi
Peminimalan, pengabaian,
atau keliru menafsirkan
konsekuensi-konsekuensi
Justifikasi moral
Perbandingan oportunistik
Pelabelan eufernistik
Justifikasi moral
Perbandingan oportunistik
Pelabelan eufernistik
Sikap yang Berpotensi Efek-Efek Korban
Keliru yang Merusak
Memindahkan Tanggung Jawab dan Menyebarkan Tanggung JawabMemindahkan Tanggung Jawab dan Menyebarkan Tanggung Jawab
Memindahkan Tanggung Jawab dan Menyebarkan Tanggung Jawab
Memindahkan Tanggung Jawab dan Menyebarkan Tanggung Jawab
Meredefinisi Perilaku
Manusia dapat membebaskan diri dari tanggung jawab atas perilakunya minimal dengan tiga teknik ( kotak pertama atas dala gambar 2).
Justifikasi moral
Perilaku keliru dibuat seperti upaya pembelaan diri bahkan terhormat
Perbandingan opurtunistik
Menguntungkan dirinya sendiri antara perilakunya yang keliru dengan perilaku orang lain yang lebih jahat.
Pelabelan eufomistik
Peningkatan taraf hidup.
Tidak Menghargai atau Mendistorsi Konsekuensi-Konsekuensi Perilaku
Metode kedua untuk menghindari tanggung jawab adalah mendistorsi atau memburamkan kaitan antara perilaku dan konsekuensinya yang merusak. Bandura menemukan minimal 3 teknik pendistorsian atau pemburaman konsekuensi yang merusak dari satu tindakan yaitu :
Manusia dapat meminimalkan konsekuensi-konsekuensi perilaku mereka
Manusia sengaja tidak menghargai atau mengabaikan konsekuensi-konsekuensi tindakannya dengan alas an tidak melihat langsung efek-efek yang berbahaya perilaku tertentu.
Pendehumanisasian atau Mempersalahkan Korban
Ketiga, manusia dapat memburamkan tanggung jawab bagi tindakannya dengan mendehumanisasikan korban, bahkan mengkambing hitamkan mereka.
Memindahkan atau Menyebarkan Tanggung Jawab
Mode keempat melepaskan diri dari konsekuensi tindakan adalah memindahkan atau menyebarkan tanggung jawab. Menyebarkan tanggung jawab yaitu menyebarkan tanggung jawab sampai setipis mungkin sehingga tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab terhadap sesuatu
PERILAKU YANG DISFUNGSIONAL
Depresi
Standar pribadi dan tujuan yang tinggi dapat mengarahkan kita kepada pencapaian dan kepuasan diri. Namun ketika manusia menetapkan tujuan terlalu tinggi, mereka akan lebih mudah gagal. Kegagalan sering membawa manusia kepada depresi, kemudian memandang rendah nilai pencapaian mereka sebelumnya.
Bandura percaya bahwa depresi disfungsional dapat terjadi di salah satu subfungsi-pengaturan diri berikut ini :
Selama observasi diri, manusia bisa keliru menilai performa mereka atau mendistorsi memori tentang pencapaian dimasa lalu.
Pribadi yang depresi lebih mudah melakukan penilaian yang keliru.
Pribadi yang depresi tidak hanya menilai diri secara rendah, tetapi juga cenderung mengecam diri sendiri sangat buruk karena semua kelemahannya.
Fobia-Fobia
Fobia adalah rasa takut yang cukup kuat dan bertahan lama, cukup untuk memberikan efek yang melumpuhkan seseorang dalam hidup sehari-harinya. Fobia dan rasa takut dipelajari melalui kontak langsung, generalisasi yang tidak tepat, khususnya dari pengalaman mengamati. Fobia sulit dihilangkan karena pribadi yang mengalaminya berusaha keras menghindari objek yang mengancam dirinya.
Perilaku disfungsional (penghindaran) terbentuk dan dipertahankan oleh interaksi mutual ekspektansi seseorang (keyakinan bahwa mereka akan diserang), lingkungan eksternal (taman kota), dan faktor-faktor perilaku (pengalaman mereka sebelumnya dengan rasa takut).
Agresi
Menurut Bandura, perilaku agresif terbentuk dari mengobservasi orang lain, pengalaman langsung dengan penguatan positif dan negatif, pelatihan, atau instruksi, dan keyakina yang ganjil. Bandura, Dorrie Ross, dan Sheila Ross (1963) menemukan bahwa anak-anak yang mengamati orang lain bersikap agresif menunjukkan perilaku lebih agresif daripada kelompok terkontrol anak yang tidak melihat tindakan agresif.
Beberapa orang berpendapat bahwa anak-anak yang melihat perilaku kekerasan ditelevisi akan memiliki efek merusak pada anak. Artinya, anak-anak yang mengalami agresi terang-terangan akan lebih termotivasi untuk bertindak dengan cara-cara yang agresif. Bandura, Ross & Ross (1963) membuktikan bahwa kekerasan di televisi tidak menghentikan sifat agresi penontonnya, malah semakin menambah sikap agresif penontonnya.
TERAPI
Tujuan utama terapi kognitif sosial adalah pengaturan diri. Terapis harus menggunakan strategi, yaitu menggeneralisasikan perubahan itu ke situasi lain, dan mempertahankan perubahan-perubahan itu dengan mencegah pasien jatuh kembali ke perilaku yang sama.
Bandura (1986) menyarankan sejumlah pendekatan dasar terapi. Pertama adalah pemodelan menyolok atau terang-terangan. Kedua pemodelan tersamar atau kognitif, terapis melatih pasien untuk memvisualisasikan model melakukan perilaku yang menakutkannya. Ketiga penguasaan tindakan, meminta pasien melakukan sejumlah perilaku yang menghasilkan ketakutan yang menyimpang.
RISET-RISET TERKAIT
Teori kognitif social Albert Bandura terus menghasilkan banyak riset lebih dari teori kepribadian mana pun. Konsepnya tentang kemampuan diri untuk memengaruhi hasil yang diharapkan saja sudah membangkitkan riset setiap tahun.
Self-Efficacy dan Sifat Pemalu
Bandura melihat kalau sistem kepribadian mencapai koherensi dan pembentukan lewat interaksinya dengan dunia sosial. Dari interaksi social inilah, keyakian tentang evaluasi diri berkembang, dimana yang paling penting darinya adalah self-efficacy.
KRITIK TERHADAP BANDURA
Teori kognitif social Bandura tidak spekulatif, dia memiliki konsistensi internal yang sangat tinggi. Bandura tidak takut berspekulasi, namun dia tidak pernah berjalan mendahului data empiris yang tersedia. Hasilnya adalah teori yang dirangkai secara hati-hati, ditulis dengan rigid dan konsistensi secara internal.