43
BAB V
KOMPLEKSOMETRI
Tujuan Percobaan
Memahami prinsip-prinsip dasar titrasi kompleksometri.
Menentukan kesadahan air.
5.2. Tinjauan Pustaka
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks.[9] Kompleks atau senyawa koordinasi merujuk pada molekul yang terbentuk dari penggabungan ligan dan ion logam.[15] Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dengan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu.[5] Ligan adalah molekul sederhana yang dalam senyawa kompleks bertindak sebagai donor pasangan elektron (basa Lewis). Ligan akan memberikan pasangan elektronnya kepada atom pusat yang menyediakan orbital kosong. Interaksi antara ligan dan atom pusat menghasilkan ikatan koordinasi. [16]
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). [9] Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Contoh dari kompleks tersebut adalah kompleks logam dengan EDTA. Demikian juga titrasi dengan merkuro nitrat dan perak sianida yang juga dikenal sebagai titrasi kompleksometri. [4]
Tidak semua reaksi kompleks dapat digunakan untuk titrasi. Syarat-syarat yang harus diperhatikan antara lain:
Kompleks yang terbentuk harus stabil. K stabilitas makin besar, maka kompleks makin stabil.
Reaksi yang terjadi harus kuantitatif, sehingga dapat diukur.
Tidak mempunyai reaksi samping. Bila memiliki dua atau lebih tingkat keseimbangan reaksi, maka perbedaan antara K stabilnya harus cukup besar.
Pembentukan kompleks tidak terlalu lama, kompleks yang terbentuk tidak boleh mengendap.
Ada perubahan nyata yang dapat diamati, baik dengan indikator visual maupun dengan potensiometri.
Adanya indikator yang dapat menunjukkan perubahan tersebut, dan bekerja pada kondisi yang sama dengan reaksi kompleksasi yang terjadi. [12]
Kelebihan titrasi ini adalah EDTA yang stabil, mudah larut, dan menunjukkan komposisi kimiawi yang tertentu. Selektifitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH EDTA sebagai garam natrium. Suatu titik ekuivalen segera tercapai dalam titrasi demikian dan akhinya titrasi kompleksometri dapat digunakan untuk penentuan beberapa logam pada operasi skala semimikro.[2]
EDTA merupakan ligan seksidentat yang berpotensi, yang dapat berkoordinasi dengan ion-ion logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan empat gugus karboksil. Dalam hal-hal lain, EDTA dapat berperilaku sebagai ligan kuinkedentat dan kuadridentat, yang membebaskan satu atau dua gugus karboksilnya dari antaraksi kuat dengan logam itu.[2]
Gambar 5.2.1. Rumus struktur EDTA[1]
Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung baik donor elektron dari atom oksigen maupun donor elektron dari atom nitrogen sehingga dapat menghasilkan khelat bercincin sampai dengan enam secara serempak.[4]
Faktor-faktor EDTA sebagai titrimetri sebagai berikut.
Selalu membentuk kompleks ketika direaksikan dengan ion logam
Kestabilannya dalam membentuk kelat sangat konstan sehingga reaksi berjalan sempurna (kecuali dengan logam alkali)
Dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam
Telah dikembangkan indikatornya secara khusus
Mudah diperoleh bahan baku primernya
Dapat digunakan baik sebagai bahan yang dianalisis maupun sebagai bahan untuk standardisasi. [13]
Kurva titrasi untuk titrasi kelometri (kompleks) dapat dibuat dan analog dengan kurva untuk titrasi asam-basa. Kurva semacam itu terdiri dari suatu alir logaritma konsentrasi ion logam (pM) terhadap mililiter titran. Seperti pada titrasi asam basa, kurva-kurva ini membantu mempertimbangkan kelayakan suatu titrasi dan memilih indikator yang tepat.
Gambar 5.2.2. Kurva titrasi kompleksometri
Bentuk kurva pada gambar 5.2.2 dikenal baik, dengan kenaikan nilai pCa yang tajam pada titik kesetaraan. Dalam gambar itu pula ditunjukkan kurva-kurva untuk titrasi yang dilakukan pada pH= 8 dan pH= 12. Dalam larutan-larutan ini nilai Kef (sama seperti K untuk titrasi) masing-masing adalah 108 dan 1010. Perhatikan bahwa kurva sama sampai titik kesetaraan. Kenaikan pCa besar diperoleh pada pH yang tinggi, karena Kef lebih besar pada konsentrasi hidrogen yang rendah. Pada pH rendah, Kef menjadi sedemikian kecilnya sehingga titrasi tidak layak.[1]
Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk titrasi kompleksometri sebagai berikut.
Murexide
Merupakan indikator ion logam pertama yang digunakan dalam titrasi EDTA. Berwarna ungu kemerahan dengan pH antar 9 sampai 11 dan biru diatas pH 11.
Biru Tua Solokrom atau Kalkom
Nama lain adalah hitam eriokrom RC. Pada titrasi secara kompleksometri dengan adanya magnesium ini harus dilakukan pada pH kira-kira 12,3. Perubahan warnanya dari merah jambu menjadi biru murni.
Kalmagit
Indikator ini memiliki perubahan warna yang sama dengan hitam solokrom. Tetapi warnanya lebih jelas dan tajam. Larutan indikator ini stabil hampir tanpa batas waktu.
Kalsikrom
Mempunyai struktur lingkaran dan sangat selektif untuk kalsium. Zat ini sebenarnya tidak begitu sesuai sebagai indikator EDTA.
Hitam Solokrom (Hitam Eriokrom T)
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 hingga 10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati. Umumnya indikator ini dilakukan pada pH 10.
Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana basa.[12]
Ada beberapa jenis titrasi kompleksometri yaitu: titrasi langsung, titrasi kembali, titrasi substitusi, titrasi tidak langsung dan alkimetri.
Titrasi langsung
Merupakan metode yang paling sederhana dan sering dipakai. Larutan ion yang akan ditetapkan ditambah dengan buffer, misalnya buffer pH 10 lalu ditambah indikator logam yang sesuai dan dititrasi langsung dengan larutan baku dinatrium edetat.
Titrasi kembali
Cara ini penting untuk logam yang mengendap dengan hidroksida pada pH yang dikehendaki untuk titrasi, untuk senyawa yang tidak larut misalnya sulfat, kalsium oksalat, untuk senyawa yang membentuk kompleks yang sangat lambat dan ion logam yang membentuk kompleks lebih stabil dengan natrium edetat daripada dengan indikator.
Titrasi substitusi
Cara ini dilakukan bila ion logam tersebut tidak memberikan titik akhir yang jelas apabila dititrasi secara langsung atau dengan titrasi kembali, atau juga jika ion tersebut membentuk kompleks dengan dinatrium edetat lebih stabil daripada logam lain seperti magnesium dan kalsium.
Titrasi tidak langsung
Cara titrasi tidak langsung dapat digunakan untuk menentukan kadar ion-ion seperti anion yang tidak bereaksi dengan pengkelat.
Titrasi alkalimetri
Pada metode ini, proton dari dinatrium edetat, Na2H2Y dibebaskan oleh logam berat dan dititrasi dengan larutan baku alkali sesuai dengan persamaan reaksi berikut:
Mn+ + H2Y2- (MY)+ n-4 + 2H+
Larutan logam yang ditetapkan dengan metode ini sebelum ditirasi harus dalam suasana netral terhadap indikator yang digunakan. [2]
Pembentukan kompleks mempunyai dua bidang pemakaian yang penting dalam analisis kimia kualitatif anorganik, diantaranya:
Uji-uji spesifik (khusus) terhadap ion.
Beberapa reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks, dapat dipakai sebagai uji terhadap ion-ion. Begitulah, reaksi yang sangat peka dan spesifik terhadap tembaga adalah uji dengan amonia, pada mana ion tetraaminokuprat yang biru tua terbentuk.
Cu2+(biru) + 4NH3 [Cu(NH3)4]2+ (biru tua)
(tembaga) (amonia) (tetraamina tembaga(II)
Dimana satu-satunya ion lain yang memberi reaksi yang agak mirip adalah nikel, yang membentuk ion heksaaminanikelat(II) [Ni(NH3)6]2+.
Penutupan (masking)
Ketika menguji ion spesifik dengan suatu reagensia, mungkin akan muncul gangguan-gangguan karena kehadiran ion-ion lain dalam larutan, yang juga bereaksi dengan reagensia itu. Dalam beberapa hal gangguan-gangguan ini dapat dicegah dengan menambahkan reagensia yang disebut zat penutup (masking agent), yang membentuk kompleks stabil dengan ion-ion pengganggu itu. Tak perlu lagi ion-ion yang bersangkutan dipisahkan secara fisika sehingga waktu untuk menguji dapat sangat dipersingkat.
Penutupan dapat juga dicapai dengan melarutkan endapan-endapan atau dengan melarutkan secara selektif suatu endapan dari suatu campuran. Begitulah, bila menguji timbel dengan disertai perak, kita dapat menghasilkan campuran endapan-endapan perak dan timbel klorida.
Ag+ + Cl- AgCl(s)
(perak) (klorida) (perak klorida)
Pb2+ + 2Cl- PbCl2(s)
(timbel) (klorida) (timbel klorida)
Jika amonia ditambahkan, perak klorida melarut dalam bentuk ion diaminargentat:
AgCl(s) + 2NH3 [Ag(NH3)2]+ + Cl-
(perak klorida) (amonia) (diaminargentat) (klorida)
Sementara timbel klorida (tercampur dengan sedikit timbel hidroksida) tetap sebagai endapan putih. Dengan cara ini, tanpa sesuatu uji lebih lanjut, adanya timbel dapat dipastikan. [5]
Kesadahan adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+, atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil. [18] Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. [13]
Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap.
Air sadah sementara
Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air yang mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Dengan jalan pemanasan senyawa-senyawa tersebut akan mengendap pada dasar ketel. Reaksi yang terjadi adalah : [13]
2 Ca(HCO3)2 (aq) 2 CaCO3 (s) + H2O (l) + 2 CO2 (g)
(kalsium bikarbonat) (kalsium karbonat) (air) (karbon dioksida)
2 Mg(HCO3)2 (aq) 2 MgCO3 (s) + H2O (l) + 2 CO2 (g)
(magnesium bikarbonat) (kalsium karbonat) (air) (karbon dioksida) [11]
Air sadah tetap
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengandung anion selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan tidak bisa hanya dengan pemanasan namun harus dilakukan dengan cara pertukaran ion.[13] Reaksi yang terjadi adalah:
CaSO4 + NaCO3 CaCO3 + Na2SO4
(kalsium sulfat) (natrium karbonat) (kalsium karbonat) (natrium sulfat)
MgSO4 + NaCO3 MgCO3 + Na2SO4
(magnesium sulfat) (natrium karbonat) (magnesium karbonat) (natrium sulfat) [20]
Tabel 5.2.1. Derajat kesadahan [12]
Derajat kesadahan
Ca (ppm)
Mg (ppm)
CaCO3 mg/L
Lunak
<50
<5,9
1-75
Agak sadah
50-100
2,9-5,9
75-150
Sadah
100-200
5,9-11,9
150-300
Sangat sadah
>200
>11,9
>300
Tabel 5.2.2.Batas kesadahan air[12]
Unsur-unsur
Satuan
Indonesia
WHO
Maksimum yang dianjurkan
Maksimum yang diperbolehkan
Maksimum yang dianjurkan
Maksimum yang diperbolehkan
pH
mg/l
6,5-8,5
6,5-8,5
7,0-8,5
7,0-8,5
Ca
mg/l
75
200
75
200
Mg
mg/l
30
150
50
150
Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat. Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan.[15]
Fungsi penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa karena reaksi tidak dapat berlangsung dalam keadaan asam.[12] Natrium Hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida adalah sejenis logam kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika di larutkan ke dalam air. Difenilkarbazida (C6H5NHNH)2CO (tak berwarna) difenikarbazon (C6H5NHNH–CON=NC6H5) (jingga), yang membentuk ion purpur yang sangat intensif dengan ion Hg (II).[18]
Penerapan kompleksometri dalam kehidupan sehari-hari:
- Penetapan kadar Ca dan Mg dalam sampel air. [12]
- Dalam pengawetan bahan pangan yang berisi lemak atau minyak
- Dalam kedokteran EDTA dipakai sebagai penawar keracunan
- Detergen sintetis mungkin juga diberi tambahan EDTA.[9]
- Sulfadiazin dan sulfamerazin merupakan ligan yang sering digunakan untuk obat antibakteri.
- Reaksi subtitusi kompleks melalui efek trans dan hasilnya digunakan sebagai acuan dalam pemanfaatan senyawa kompleks sebagai absorben gas NOx, sehingga dapat mengurangi dampak negatif pencemaran lingkungan seperti polusi udara. [10]
5.3. Tinjauan Bahan
A. Aquadest
- Rumus molekul : H2O
- Berat molekul : 18 gr/mol
- Bentuk : cairan
- Warna : tak berwarna
- Bau : tak berbau
B. Amonia
- Rumus molekul : NH3
- Berat molekul : 35,05 gr/mol
- Bentuk : cairan
- Warna : tak berwarna
- Bau : menyengat
C. Amonium klorida
- Rumus molekul : NH4Cl
- Berat molekul : 53,49 gr/mol
- Bentuk : padat
- Warna : putih
- Bau : tak berbau
D. EDTA (etilendiamintetraasetat)
Rumus molekul : C10H12N2Na4O8.2H2O
- Berat molekul : 416,23 gr/mol
Bentuk : kristal/bubuk
Warna : putih
Bau : tidak berbau
E. Seng sulfat
- Rumus molekul : ZnSO4
- Berat molekul : 161 gr/mol
- Bentuk : padat
- Warna : putih
- Bau : tak berbau
F. Natrium klorida
- Rumus molekul : NaCl
- Berat molekul : 58,44 gr/mol
- Bentuk : padat
- Warna : putih
- Bau : tak berbau
G. Natrium hidroksida
- Rumus molekul : NaOH
- Berat molekul : 40 gr/mol
- Bentuk : padatan
- Warna : putih
H. Murexide-NaCl
- Rumus molekul : (C8H8N6O6)-NaCl
- Berat molekul : 284,19 gr/mol
- Bentuk : bubuk
- Warna : ungu kemerahan
- Bau : tak berbau
I. EBT-NaCl
- Rumus molekul : C20H12N3O7
- Berat molekul : 461,39 gr/mol
- Bentuk : padat/bubuk
- Warna : coklat
- Bau : tak berbau
5.4. Alat dan Bahan
Alat
batang pengaduk
beakerglass
botol aquadest
corong kaca
Erlenmeyer
gelas arloji
gelas ukur
karet penghisap
kertas saring
buret
labu ukur
neraca analitik
pipet ball
pipet tetes
pipet volume
statif dan klem
termometer
Bahan
air sampel 1 (air sumur)
air sampel 2 (air PDAM)
amonia (HH3)
ammonium klorida (NH4Cl)
aquadest (H2O)
EDTA (HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2)
indikator EBT-NaCl
indikator Murexide (NH4C8H4N5O6)-NaCl
natrium hidroksida (NaOH)
seng sulfat (ZnSO4)
natrium klorida (NaCl)
5.5. Prosedur Kerja
Preparasi larutan
membuat larutan seng sulfat 0,02 M sebanyak 100 mL
membuat larutan buffer pH 10 sebanyak 100 mL (6,75 gram amonium klorida ditambahkan dengan 57 mL larutan amonia pekat)
membuat larutan natrium hidroksida 1 M sebanyak 100 mL
membuat larutan EDTA 0,01 M sebanyak 500 mL
membuat campuran EBT-NaCl dan Murexide-NaCl.
Standarisasi larutan EDTA 0,01 M
memipet 25 mL larutan seng sulfat 0,02 M, masukkan ke dalam Erlenmeyer menambahkan 250 mL.
kurang lebih 75 mL aquadest dan 2 mL larutan buffer pH 10
mengocok lalu tambahkan sedikit indicator EBT-NaCl sampai warna larutan merah anggur
mentitrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai warna larutan menjadi biru
mengulangi percobaan sampai 3 kali.
Menentukan kesadahan total
memipet 25 mL larutan contoh, memasukkan ke dalam Erlenmeyer
menambahkan 20 tetes larutan NaOH 1 M dan sedikit indikator Murexide-NaCl
mentitrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai terjadi warna merah anggur
melakukan percobaan sampai 3 kali.
Menentukan kesadahan tetap
memipet 25 mL larutan contoh, masukkan ke dalam Erlenmeyer
menambahkan 20 tetes larutan NaOH 1 M dan 5 mL larutan buffer pH 10 serta sedikit indikator EBT-NaCl
mentitrasi dengan larutan EDTA 0,1 M sampai terjadi perubahan warna larutan dari merah anggur menjadi biru
melakukan percobaan sampai 3 kali.
5.6. Data Pengamatan
Tabel 5.6.1. Data pengamatan standarisasi larutan EDTA 0,01 M
Keterangan
I
II
III
Volume larutan yang dititrasi -sampel (mL)
25 mL
25 mL
25 mL
Volume larutan EDTA - peniter (mL)
43,2 mL
40,3 mL
41,1 mL
Volume rata-rata EDTA peniter (mL)
41,53 mL
Tabel 5.6.2. Data pengamatan penentuan kesadahan total
Tabel 5.6.2.1. Untuk sampel air sumur
Keterangan
I
II
III
Volume larutan yang dititrasi – sampel (mL)
25 mL
25 mL
25 mL
Volume larutan EDTA – peniter (mL)
2,8 mL
2,6 mL
2,7 mL
Volume rata-rata EDTA peniter (mL)
2,7 mL
Tabel 5.6.2.2.Untuk sampel air PDAM
Keterangan
I
II
III
Volume larutan yang dititrasi – sampel (mL)
25 mL
25 mL
25 mL
Volume larutan EDTA – peniter (mL)
1,8 mL
2,0 mL
1,9 mL
Volume rata-rata EDTA peniter (mL)
1,9 mL
Tabel 5.6.3. Data pengamatan penentuan kesadahan tetap
Tabel 5.6.3.1. Untuk sampel air sumur
Keterangan
I
II
III
Volume larutan yang dititrasi – sampel (mL)
25 mL
25 mL
25 mL
Volume larutan EDTA – peniter (mL)
3,5 mL
3,4 mL
3,6 mL
Volume rata-rata EDTA peniter (mL)
3,5 mL
Tabel 5.6.3.2. Untuk sampel air PDAM
Keterangan
I
II
III
Volume larutan yang dititrasi – sampel (mL)
25 mL
25 mL
25 mL
Volume larutan EDTA – peniter (mL)
3,5 mL
3,3 mL
3,5 mL
Volume rata-rata EDTA peniter (mL)
3,43 mL
Persamaan reaksi
Standarisasi larutan EDTA
Zn2+ + HIn2- ZnIn- + H+
(seng) (hidrogen EDTA) (seng EDTA) (hidrogen)
Zn2+ + H4Y ZnY + 4H+
(seng) (hidrogen EDTA) (seng EDTA) (hidrogen)
Menentukan kandungan Ca2+
Ca2+ + HIn2- CaIn- + H+
(kalsium) (hidrogen EDTA) (kalsium EDTA) (hidrogen)
Ca2+ + H4Y CaY + 4H+
(kalsium) (hidrogen EDTA) (kalsium EDTA) (hidrogen)
Menentukan Ca2+ dan Mg2+
Ca2+ + MgY2+ CaY + Mg2+
(kalsium) (magnesium EDTA) (kalsium EDTA) (magnesium)
Ca2+ + MgIn CaIn2- + Mg2+
(kalsium) (magnesium EDTA) (kalsium EDTA) (magnesium)
Mg2+ + H4Y MgY + 4H+
(magnesium) (hidrogen EDTA) (magnesium EDTA) (hidrogen)
Mg2+ + HIn2- MgIn- + H+
(magnesium) (hidrogen EDTA) (magnesium EDTA) (hidrogen)
5.8. Pembahasan
A. Standardisasi larutan EDTA 0,01 M
Dalam standarisasi yang bertindak sebagai baku primer adalah ZnSO4 yang sudah diketahui konsentrasinya sedangkan larutan EDTA bertindak sebagai larutan baku sekunder yang belum diketahui konsentrasinya, sehingga perlu dilakukan proses titrasi untuk mencari konsentrasinya. Penggunaan larutan buffer untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama berekasi. Kemudian dihomogenkan lalu ditambahkan indikator EBT-NaCl sedikit hingga berubah warna menjadi merah. Penambahan EBT-NaCl berfungsi untuk memberikan perubahan warna saat titrasi. Setelah dilakukan titrasi menggunakan larutan EDTA 0,01 M maka akan berubah warna menjadi biru. Didapatkan konsentrasi EDTA adalah 0,01200 M dan tidak sesuai dengan teori bahwa EDTA konsentrasinya 0,01 M. Hal ini disebabkan karena kesalahan saat menimbang bahan, kondisi timbangan yang kurang baik, tidak cermat saat proses pengenceran larutan, kurang ketelitan dalam mengukur volume pada buret dan penambahan indikator yang tidak tepat.
B. Menentukan kesadahan total
Pada proses ini, dibutuhkan 25 mL larutan contoh (air PDAM dan air sumur) kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, lalu ditambahkan 20 tetes larutan NaOH 1 M dimana NaOH berfungsi untuk memberikan suasana basa karena reaksi tidak dapat berlangsung dalam keadaan asam. Lalu ditambahkan sedikit indikator Murexide-NaCl, larutan yang sudah ditambahkan dengan Murexide-NaCl akan berwarna merah dan dititrasi dengan larutan EDTA hingga berubah warna menjadi biru keunguan. Dari hasil pengamatan dan perhitungan diperoleh kadar Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel air sumur adalah 168 ppm. Sedangkan kadar Ca2+ dan Mg2+ pada sampel air PDAM adalah 164,64 ppm. Sehingga kedua sampel tersebut termasuk air sadah. Sesuai dengan Tabel 5.2.1. bahwa air yang termasuk dalam jenis sadah memiliki kadar antara 150-300 ppm.
C. Menetukan kesadahan tetap
Pada proses ini, dibutuhkan 25 mL larutan contoh (air PDAM dan air sumur) kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, lalu ditambahkan 20 tetes larutan NaOH 1. Lalu ditambahkan 5 mL larutan buffer pH. Setelah itu, ditambahkan Indikator EBT-NaCl untuk menunjukkan perubahan warna saat titrasi, larutan yang ditambah Indikator EBT-NaCl akan berwarna merah anggur dan setelah dititrasi akan berubah warna menjadi biru. Dari hasil perhitungan dan pengamatan untuk sampel air sumur, diperoleh kadar Ca2+ adalah 51,84 ppm dan kadar Mg2+ adalah 31,56 ppm. Sedangkan pada sampel air PDAM kadar Ca2+ adalah 36,48 ppm dan kadar Mg2+ adalah 27,07 ppm.
5.9. Kesimpulan
- Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titran dan titrat saling meng kompleks dan membentuk hasil berupa kompleks.
- Penyebab utama kesadahan air adalah adanya ion-ion Ca2+ dan Mg2+ dalam air. Pada percobaan untuk sampel air sumur, diperoleh kadar Ca2+ adalah 51,84 ppm dan kadar Mg2+ adalah 31,56 ppm. Sedangkan pada sampel air PDAM kadar Ca2+ adalah 36,48 ppm dan kadar Mg2+ adalah 27,07 ppm.
41