BAB IV ALAT DAN BAHAN 4.1
TINJAUAN UMUM
Peralatan dan dan bahan bahan merupakan merupakan bagian
penting dalam sebuah sebuah proyek. proyek.
Pemilihan peralatan yang tepat serta bahan yang tepat akan menguntungkan pelaksana proyek dalam menjalankan proyeknya. Pertimbangan aksesibilitas dan volume menjadi bagian penting dalam pemilihan alat. Pada pekerjaan besar seperti proyek Pembangunan Gedung Mahkamah Agung RI maka dibutuhkan berbagai peralatan yang menunjang pekerjaan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas. Bahan yang memiliki kepekaan terhadap pengaruh cuaca menjadi tanggung jawab logistik.
Bahan-bahan seperti ini disimpan di dalam gudang dengan
pengadaan yang berkala menyesuaikan kebutuhan. Hal ini disesuaikan dengan kapasitas gudang penyimpanan. Penggunaan dan perawatan peralatan proyek juga menjadi perhatian penting. Penggunaan peralatan harus dilakukan oleh tenaga kerja yang memiliki kompetensi dalam penggunaan peralatan tersebut. Semua komponen peralatan dan bahan perlu dikelola dengan baik guna guna mencapai hasil yang maksimal. 4.2
PERALATAN YANG DIGUNAKAN
Pekerjaan pada proyek skala besar tidak bisa dilakukan oleh manusia sendiri, melainkan membutuhakan alat bantu yang bersifat manual atau mekanis. Alat mekanis dapat berupa alat ringan ataupun alat berat. Pemilihan alat dan jumlahnya perlu diperhitungkan dengan tepat. Hal ini diperhitungkan berdasarkan waktu yang tersedia dan anggaran yang ada. Selain itu dalam penggunaannya perlu dipikirkan apakah alat tersebut dibeli atau disewa. Pertimbangan ini didapat dari analisa usia kegunaan, nilai guna dan keuntungan yang diperoleh. Secara umum pemilihan peralatan didasarkan pada : 1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan 2. Anggaran dana 3. Jenis pekerjaan yang dilaksanakan IV-1
4. Kapasitas produksi alat 5. Kemampuan SDA yang ada Alat-alat yang digunakan dalam proyek Pembangunan Gedung Mahkamah Agung RI antara lain : 4.2.1
Tower Tower Cr ane
Tower crane crane merupakan pesawat pengangkat dan pengangkut yang memiliki mekanisme gerakan antara lain mengangkat muatan (lifting ( lifting ), ), menggeser (trolleying ), ), menahan dan membawa ke tempat yang ditentukan ( slewing ( slewing dan traveling ). ). Tower crane yang crane yang digunakan pada proyek ini adalah tower crane jenis free standing crane (berdiri crane (berdiri bebas). Tower crane crane digerakan oleh seorang operator yang berada di bagian atas. Pada proyek ini terdapat 2 orang operator dimana mereka saling bergantian setelah 24 jam. Seorang operator naik ke atas pada pukul 08.00 dan akan turun pada jam yang sama keesokan harinya. Untuk berkomunikasi dengan pekerja yang lain, operator menggunakan radio HT. Tower crane yang crane yang digunakan adalah Potain MC 310 dengan kapasitas beban maksimum 3,2 ton dan panjang lengan maksimum 70 m.
Gambar 4.1 Tower Crane
IV-2
4.2.2
Concrete M ixer Tr uck
Concrete Truck Mixer atau yang biasa disebut kebanyak orang Truck Mixer (TM) merupakan truk yang dilengkapi dengan concrete mixer pada bagian belakangnya (Gambar 4.2). TM berfungsi mengangkut ready mix concrete dari batching plant . Ready mix concrete yang digunakan pada proyek ini dipesan dari PT. Adhimix Precast Indonesia. Setiap truk memiliki kapasitas 7 m 3. Mixer pada truk berputar dengan kecepatan 8 – 12 putaran per menit selama perjalanan dari batching plant ke lokasi proyek dengan tujuan ready mix yang dibawa tidak mengalami pengerasan. Bagian dalam dari mixer ini berupa bilah-bilah baja. Pada saat transportasi dari batching plant ke proyek, mixer berputar berlawanan arah jarum jam, sehingga ready mix concrete mengarah ke dalam. Sedangkan pada saat mengeluarkan ready mix concrete dari mixer , mixer akan berputar searah jarum jam dengan kecepatan yang lebih tinggi. Pengiriman ready mix concrete dipertimbangkan oleh jarak antara batching plant dan proyek, kondisi lalu lintas, dan cuaca. Jeda antara kedatangan truck mixer satu dengan yang lainnya juga dipertimbangkan dengan kemampuan sumber daya manusia di proyek dan concrete pump. Selain itu pengaturan waktu dilakukan agar truck mixer tidak menumpuk di lingkungan proyek.
Gambar 4.2 Truck Mixer
IV-3
4.2.3
Conr ete Pump
Concrete Pump atau yang biasa disebut pompa kodok merupakan alat untuk memompa ready mix concrete dari truck mixer ke lokasi pengecoran. Penggunaan concrete pump sangat dibutuhkan terutama pada proyek bangunan tinggi untuk menaikkan ready mix concrete dari bawah ke lokasi pengecoran yang berada di atas. Prinsip kerja dari concrete pump hampir sama dengan pompa air yang biasa kita temukan di perumahan, hanya saja pada concrete pump yang dipompa adalah ready mix concrete. Sebelum pompa dipakai, maka pipa-pipa galvanis harus dilapisi dengan mortar dengan cara mengalirkan mortar sepanjang pipa yang dibutuhkan. Pada ujung pipa, mortar tadi ditampung pada suatu bucket agar tidak jatuh pada area pengecoran. Pelapisan dengan mortar berfungsi agar pipa-pipa galvanis dapat dengan lancar mengalirkan ready mix concrete. Pada proyek ini digunakan Concrete Pump Schwing BP 3000 dengan kapasitas 40 m 3/jam dan tekanan hidrolik 250 bar. Concrete pump ini bisa menjangkau bangunan hingga lantai 22. (Gambar 4.3).
Gambar 4.3 Concrete Pump
IV-4
4.2.4
Ai r Compressor
Air compressor merupakan mesin kompresi udara yang menggunakan motor listrik atau engine sebagai penggeraknya. Udara yang dihasilkan dari air compressor ini bertekanan tinggi sehingga dapat membersihkan kotoran-kotoran seperti debu, serbuk kayu, potongan kawat bendrat atau kotoran kecil lainnya yang dapat mengurangi daya lekat tulangan pada beton. Area pengecoran akan dibersihkan terlebih dahulu dengan air compressor sebelum pengecoran. Air compressor yang digunakan adalah bermerek LG dengan kapasitas 6 m 3/menit (Gambar 4.4).
Gambar 4.4 Air Compressor 4.2.5
Concrete Vi brator
Concrete vibrator merupakan alat yang digunakan untuk mengeluarkan kandungan udara yang terjebak dalam beton yang bertujan untuk memadatkan beton di dalam bekisting. Getaran yang dihasilkan dari kepala concrete vibrator ini akan menggetarkan beton dan mengeluarkan gelembung udara dari beton. Selain itu dengan digetarkannya beton, maka beton akan tersebar merata ke seluruh bagian bekisting. Concrete vibrator memiliki tiga bagian utama : 1. Mesin sebagai alat penghasil getaran 2. Selang penghantar IV-5
3. Kepala vibrator , terbuat dari silinder baja seukuran gagang tongkat bisbol. Kepala vibrator digetarkan pada beton yang baru dituangkan ke dalam bekisting. Pada satu area, vibrator digetarkan selama 10 detik dengan syarat kepala vibrator tidak boleh bersinggungan dengan bekisting, jarak dijaga sekitar 10 – 12 cm. Vibrator dipindahkan ke titik lainnya yang berjarak 30 – 40 cm dari titik semula. Concrete vibrator yang digunakan pada proyek ini adalah Mikasa tipe FC 3N (Gambar 4.5).
Gambar 4.5 Concrete Vibrator 4.2.6
Bar Bender
Bar bender merupakan suatu alat yang berfungsi untuk membengkokkan tulangan sesuai dengan sudut yang direncanakan. Masing-masing bar bender memiliki kapasitas besar diameter tulangan maksimal yang bisa dibengkokkan. Bar bender mampu membengkokkan beberapa tulangan diameter kecil dalam sekali pembengkokan. Tulangan yang akan dibengkongkan dimasukan ke antara poros tekan dan poros pembengkok. Sudut pembengkokan dan panjang pembengkokan diatur sesuai dengan perencanaan. Ujung tulangan dikunci dengan pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok berputar sesuai dengan sudut pembengkokan.
IV-6
Bar bender yang digunakan pada proyek ini adalah Takeda TB 32 dengan kemampuan maksimal diameter yang bisa dibengkokkan adalah tulangan diameter 25 mm (Gambar 4.6).
Gambar 4.6 Bar Bender 4.2.7
Bar Cutter
Bar Cutter merupakan suatu alat yang berfungsi untuk memotong tulangan. Secara umum bar cutter dibagi dua dari segi tenaganya yaitu secara manual dan dengan tenaga listrik. Dalam proyek ini digunakan keduanya, baik yang manual maupun yang listrik. Selain lebih efisien, bar cutter listrik mampu memotong tulangan dengan diameter yang besar dibandingkan dengan bar cutter manual. Pada bar cutter listrik, tulangan dimasukkan pada gigi bar cutter . Setelah itu pedal ditekan oleh operator dan secara otomatis bar cutter akan memotong tulangan. Sedangkan pada bar cutter manual, tenaga berasal dari manusia yang memotong tulangan menggunakan bantuan tuas. Bar cutter listrik yang digunakan pada proyek ini adalah Takeda TK 32 dengan kemampuan maksimal diameter yang dapat dipotong adalah tulangan berdiameter 25 mm (Gambar 4.7).
IV-7
Gambar 4.7 Bar Cutter 4.2.8
Cutting Wheel Machine
Cutting wheel machine merupakan alat untuk memotong material konstruksi yang terbuat dari besi, baja tulangan berdiameter maks 10 mm, besi siku dan material besi lainnya. Cutting wheel machine biasanya digunakan dalam pekerjaan penulangan plat lantai. Cutting wheel machine yang digunakan adalah Makita HM G810 (Gambar 4.8).
Gambar 4.8 Cutting Wheel Machine 4.2.9
Las
Las digunakan untuk memotong atau menyambung material besi/baja. Pada proyek ini digunakan las gas untuk menyambung dan las listrik untuk memotong (Gambar 4.9).
IV-8
(a)
(b) Gambar 4.9 Las gas (a), Las Listrik (b)
4.2.10 Gerinda
Gerinda merupakan alat yang digunakan untuk meratakan permukaan hasil pengecoran, baik pada dinding, kolom maupun hasil cor sambungan pada plat lantai. Gerinda yang digunakan adalah Makita 9005 N dengan diameter 5” (Gambar 4.10).
Gambar 4.10 Gerinda
IV-9
4.2.11 Waterpass dan Bak Ukur
Waterpass digunakan untuk menentukan ketinggian dari suatu titik berdasarkan tinggi suatu titik yang diketahui lebih dahulu. Waterpass ini digunakan untuk menentukan tinggi balok, plat dan kolom sebelum dilakukan pengecoran. Waterpass yang digunakan dalam proyek ini adalah Leica (Gambar 4.11).
Gambar 4.11 Waterpass dan Bak Ukur 4.2.13 PCH
PCH ( Perth Construction Hire) merupakan salah satu bentuk lain dari perancah yang sudah banyak digunakan di proyek Indonesia. Fungsinya sama seperti scaffolding yaitu menjadi penahan plat dan balok yang akan dicor dan pekerjaan di ketinggian, hanya saja pemasangannya lebih mudah dan lebih kokoh (Gambar 4.12)
Gambar 4.12 Pemasangan PCH
IV-10
Bagian-bagian dari PCH dijelaskan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Bagian-bagian PCH
No. 1.
Bagian
Gambar
Standart
Spesifikasi : Bahan galvanis tebal 4 mm, kekuatan 4 ton Fungsi : Komponen utama penopang formwork , dipasang vertikal di atas base jack (Gambar 4.13)
Gambar 4.13 Standart
2.
Ledger
Spesifikasi : Bahan galvanis tebal 3,2 mm, tidak untuk dibebani Fungsi
:
Pengait
antara
standart satu dengan standart lainnya,
dipasang
secara
Gambar 4.14 Ledger
horizontal (Gambar 4.14) 3.
Jack Base
Spesifikasi : Kekuatan 5,5 ton Fungsi : Dudukan standar , beam bracket dan cantilever serta
mengatur
level
(adjustable) (Gambar 4.15) Gambar 4.15 Jack Base
IV-11
4.
U-Head
Spesifikasi : Kekuatan 1,8 ton Fungsi : Dudukan primary (gelagar) dan mengatur level (adjustable) (Gambar 4.16)
Gambar 4.16 U-Head
5.
Props
Spesifikasi galvanis
:
Bahan steel
tebal
4
mm,
Support
beton
kekuatan 3 ton Fungsi
:
setelah formwork dibongkar sampai umur beton mencapai 21-28 hari Gambar 4.17 Props
(Gambar 4.17) 6.
Coupl ers / Swi vle
Fungsi : Pengikat antar tube dan
standart
pada
posisi
tegak lurus (couplers) dan miring ( swivle) (Gambar 4.18) Gambar 4.18 Couplers/Swivle
7.
Qui ckshor e Beam Br acket
Spesifikasi : Bahan galvanis tebal 4 mm, kekuatan 1,8 ton Fungsi : Support beam (Gambar 4.19)
Gambar 4.19 Quickshore Beam Bracket
IV-12
8.
Base Pl ate
Spesifikasi : Bahan galvanis tebal 6 mm Fungsi : Dudukan standart , beam bracket dan cantilever (Gambar 4.20) Gambar 4.20 Base Plate
9.
Tr igger Br ace
Spesifikasi : Bahan galvanis tebal 4 mm Fungsi : Pengaku (bracing ) pada rangkaian (Gambar 4.21)
Gambar 4.21 Trigger Brace
10.
Kantilever
Spesifikasi galvanis
:
Bahan
tebal
4
steel mm,
kekuatan 1,25 ton Fungsi : support formwork pada area perimeter (tepi bangunan) (Gambar 4.22)
Gambar 4.22 Kantilever
IV-13
4.2.14 Concr ete Bu cket
Concrete bucket merupakan sebuah alat seperti ember besar untuk menempatkan beton segar dari tempat pembuatan beton atau dari truck mixer . Selanjutnya concrete bucket ini dapat diangkut menggunakan tower crane ke tempat pengecoran. Di bagian bawah terdapat katup yang dapat dibuka dan ditutup untuk mengalirkan beton ke bagian pengecoran. Sedangkan disampingnya terdapat tempat untuk operator yang bisa mengatur katupnya. Concrete bucket yang digunakan dalam proyek ini memiliki kapasitas 1 m 3 (Gambar 4.23).
Gambar 4.23 Concrete Bucket 4.2.15 Peralatan Tambahan
Selain peralatan-peralatan yang sudah disebutkan di atas, masih terdapat banyak peralatan kecil yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan pelaksanaan proyek. Peralatan penunjang lain adalah lampu halogen, selang, tang, gergaji tangan, ember, sekop, cetok, cangkul, tali tambang, katrol, paku, palu, pahat, unting-unting, sipatan, meteran dan peralatan kecil lainnya. 4.3
BAHAN YANG DIGUNAKAN
4.3.1
Beton Ready M ix
Beton ready mix adalah beton siap pakai yang dibuat di batching plant yang mutunya sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Beton yang digunakan dalam proyek ini adalah beton ready mix yang berasal dari PT. Adhimix Precast Indonesia. Batching plant beton ready mix ini terdapat di daerah Tanah Abang yang tidak jauh dari proyek Pembangunan Gedung Mahkamah Agung RI. IV-14
Penggunaan beton ready mix lebih mudah karena tidak perlu menyediakan tempat dan peralatan untuk membuat beton. Hal ini dimaksudkan agar lebih efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga kerja. Beton ready mix diangkut dari batching plant dengan menggunakan mixer truck dari pihak Adhimix Precast Indonesia. Setelah itu beton disalurkan ke tempat pengecoran menggunakan concrete pump. Syarat ready mix agar bisa dipompa dengan concrete pump adalah :
Memiliki workability yang cukup agar dengan mudah mengikuti perubahan bentuk dan arah selama melewati pipa dengan tekanan kecil pada concrete pump.
Pasta Portland cement harus cukup sehingga dapat melapisi permukaan beton dan mengurangi gesekan terhadap pipa concrete pump. Sebelum beton ready mix dituangkan ke tempat pengecoran, beton harus
diuji dengan slump test terlebih dahulu. Jika memenuhi maka bisa langsung dibawa ke tempat pengecoran. Namun jika tidak memenuhi (misalnya terlalu encer), maka kontraktor dapat memutuskan apakah mixer ditunggu beberapa waktu untuk dites kembali atau dikembalikan ke batching plant . Keuntungan pemakaian beton ready mix antara lain :
Pekerjaan pengecoran lebih cepat
Mengurangi penimbunan material di proyek
Lingkungan proyek lebih bersih
Mengurangi jumlah pekerja
Mutu beton lebih terjamin
Kerugian pemakaian beton ready mix antara lain :
Kelebihan pemesanan menjadi tanggung jawab kontraktor sebagai pihak yang memesan.
Beton yang terlalu lama disimpan di dalam mixer (melebihi waktu yang ditentukan) akibat penudaan pengecoran dikarenakan cuaca dan masalah teknis lainnya
harus dibuang karena akan mengalami setting . Hal ini
menjadi tanggung jawab kontraktor. IV-15
4.3.2
Semen (Portl and Cement /PC)
Semen digunakan dalam pekerjaan-pekerjaan yang relatif kecil, seperti pembuatan beton untuk kolom praktis dan pekerjaan kecil lainnya. Semen yang digunakan dalam proyek ini adalah semen tipe I ( Ordinary Portland Cement ) untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan apapun (Gambar 4.24).
Gambar 4.24 Semen Tipe 1
Cara penyimpanan semen adalah sebagai berikut :
Semen terlindung dari hujan dan tempat yang lembab.
Semen ditumpuk dengan tinggi minimum 30 cm dari lantai, tidak menempel/melekat pada dinding ruangan dan tinggi timbunan maksimum 8 sak semen.
Tumpukan sak semen disusun sedemikian rupa sehingga tidak terjadi perputaran udara di antaranya dan mudah untuk diperiksa.
Semen dari berbagai jenis/merek disimpan secara terpisah.
Semen yang baru datang tidak boleh ditumpuk di atas semen lama. Penggunaannya harus dilakukan menurut urutan pengiriman.
4.3.3
Pasir
Pasir yang digunakan merupakan pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau berupa pasir hasil dari pemecah batu. Pasir yang digunakan harus memenuhi berbagai syarat, antara lain :
Terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Tidak mudah lapuk oleh pengaruh hujan dan terik matahari. IV-16
Kandungan lumpur kurang dari 5%. Lumpur sendiri adalah bagian-bagian yang lolos saringan 0,063 mm. Jika tidak memenuhi maka harus dicuci terlebih dahulu.
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang diakui. (Sumber : PBBI 1971, N.I – 2)
4.3.4
Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan untuk membuat beton dalam pekerjaan kolom praktis. Karena dimensi kolom praktis yang kecil, maka ukuran agregat kasar yang digunakan juga menyesuaikan, sehingga campuran beton bisa merata. Agregat kasar yang digunakan adalah agregat kasar dengan ukuran ½. Agregat kasar yang digunakan harus memenuhi syarat, antara lain :
Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%. Apabila kadar lumpur melampaui 1% maka agregat kasar harus dicuci. (Sumber : PBBI 1971, N.I – 2)
4.3.5
Air
Air digunakan untuk media campuran beton, plesteran, acian dan penyiraman untuk pemeliharaan beton (curing). Syarat air yang digunakan adalah air tawar bersih, tidak mengandung minyak, garam dan zat organik lainnya yang dibuktikan dengan uji kelayakan melalui uji laboratorium. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung bahan organik yang dapat merusak beton dan baja tulangan. Sebaiknya digunakan air bersih yang memenuhi syarat sebagai air minum.
IV-17
Syarat air yang bisa dugunakan sebagai bahan pencampur dan pengaduk beton antara lain :
Air harus bersih
Tidak mengandung lumpur
Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton seperti asam, zat organik
Tidak mengandung minyak dan alkali
Tidak mengandung senyawa asam (Sumber : PBBI 1971, N.I – 2)
4.3.6
Baja Tulangan
Baja tulangan digunakan pada konstruksi beton bertulang. Baja tulangan berfungsi sebagai penahan tegangan tarik (Gambar 4.25). Adanya baja tulangan sebagai pelengkap beton yang memiliki kuat tekan yang sangat tinggi, namun lemah dalam menahan tegangan tarik. Beton dan baja tulangan saling melengkapi dalam konstruksi beton bertulang. Berdasarkan bentuknya baja tulangan terdiri dari dua jenis yaitu :
Baja Tulangan Polos Baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak bersirip
Baja Tulangan Ulir ( Deform) Baja tulangan beton yang permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk memanjang. Berdasarkan daya lekatnya, baja tulangan ulir lebih baik jika dibandingkan baja tulangan polos.
Baja yang digunakan pada proyek ini adalah : Ulir : 25, 22, 13, 10
Polos : 8
Mutu baja yang digunakan adalah : - Baja tulangan polos ( plain bar ), BJTP 24 (fy = 240 Mpa)
IV-18
- Baja tulangan ulir (deformed bar ), BJTD 40 (fy = 400 Mpa)
Gambar 4.25 Baja Tulangan 4.3.7
Kawat Bendrat
Kawat bendrat berfungsi sebagai pengikat besi beton dengan besi beton lainnya baik untuk kolom, balok, shearwall ataupun rangkaian tulangan lainnya sehingga membentuk suatu rangkaian rangka elemen struktur yang siap dicor. Selain itu kawat bendrat juga dapat digunakan untuk hal lainnya, seperti mengikat beton decking pada tulangan serta mengikat material lainnya. Kawat bendrat ini memiliki diameter 1 mm (Gambar 4.26). Kawat bendrat digunakan empat lapis agar lebih kuat. Dengan pengikatan ini diharapkan struktur tulangan tidak bergeser dan tidak berubah ketika pengecoran dan pemadatan dengan vibrator .
Gambar 4.26 Kawat Bendrat
IV-19
4.3.8
Beton Decking
Beton decking (beton tahu) merupakan sejenis mortar dengan perbadingan semen : pasir 1 : 2. Beton decking berbentuk silinder kecil dengan diameter 10 cm. dan ketebalan 5 cm (Gambar 4.27). Beton decking digunakan sebagai pengatur selimut beton antara bekisting dan tulangan pada struktur plat, balok, kolom dan shearwall .
Gambar 4.27 Beton Decking 4.3.9
Kayu dan Multipleks (Plywood ) Kayu
Kayu digunakan sebagai perkuatan / pengaku pada bekisting plat. Pengaku ini digunakan agar multipleks tidak melendut serta menyalurkan beban dari atas multipleks ke balok pemikul. Kayu yang digunakan adalah kayu kaso (Gambar 4.28).
Gambar 4.28 Kayu
IV-20
Multipleks
Multipleks digunakan sebagai bahan bekisting. Multipleks adalah kayu lapis yang permukaannya dilapisi laminated plastic dengan ketebalan ±18 mm dan ukuran 244 cm x 122 cm (Gambar 4.29).
Gambar 4.29 Multipleks 4.3.10 Bata Ringan (H ebel /Celcon )
Bata ringan merupakan sejenis batako konvensional yang memiliki massa jenis yang lebih rendah. Bata ringan ini digunakan untuk meringankan struktur gedung dalam menahan beban di atasnya, sehingga perencanaan strukturnya dapat lebih diefisiensikan. Kelebihan Bata Ringan :
Memiliki ukuran dan kualitas yang seragam
Tidak memerlukan siar yang tebal sehingga menghemat penggunaan perekat
Lebih ringan dari bata biasa sehingga memperkecil beban struktur dengan berat jenis 600 kg/m3
Tidak diperlukan plesteran yang tebal, umumnya hanya 2,5 cm saja
Kedap air
Mempunyai kekedapan suara yang baik
Lebih aman terhadap gempa Kekurangan Bata Ringan :
Untuk ukuran tanggung menyisakan sisa yang cukup banyak karena ukurannya yang besar IV-21
Perekatnnya khusus
Diperlukan keahlian khusus dalam pemasangannya
Jika terkena air, dibutuhkan waktu yang lebih lama hingga kering dibandingkan bata biasa
Harga relatif mahal
Dimensi Bata Ringan (Gambar 4.30) : Panjang
: 600 mm; Lebar
: 200 mm; Tebal
: 75 mm
Gambar 4.30 Bata Ringan 4.3.11 Concrete Bon din g Agent
Bonding agent (Gambar 4.31) sejenis cairan kimia yang digunakan untuk melekatkan sambuungan antara beton lama dan beton baru agar menjadi satu kesatuan (monolith). Penggunaan bonding agent adalah dengan menyiramkannya ke permukaan beton lama yang akan dilanjutkan dengan pengecoran beton baru.
Gambar 4.31 Concrete Bonding Agent 4.3.12 Mortar Siap Pakai
Dry Mix (Gambar 4.32) adalah salah satu semen instan yang digunakan pada proyek ini. Penggunaan Dry Mix ini disesuaikan dengan jenisnya. Beberapa jenis mortar siap pakai produksi Dry Mix antara lain : IV-22
Produk
Fungsi
Drymix Plester
Plesteran dinding bata, batako dan celcon
Drymix Acian
Acian pada dinding plesteran
Drymix Skimcoat
Melapisi/finishing
permukaan
beton,
baik
untuk
exposed atau tidak Drymix Thinbed
Perekat pada pemasangan dinding hebel
(a)
(b)
Gambar 4.32 Mortar Siap Pakai (a) Thinbed (b) Skimcoat 4.3.13 Tulangan Kolom Praktis
Tulangan untuk kolom praktis pada proyek ini tidak diproduksi sendiri, melainkan memakai fabrikasi dari pabrik. Selain lebih mudah, waktu yang dibutuhkan juga lebih cepat karena tidak perlu membuatnya sendiri. Kolom praktis (Gambar 4.33) digunakan untuk pekerjaan non-struktural seperti pemasangan dinding hebel.
Gambar 4.33 Tulangan Kolom Praktis
IV-23
4.3.14 Baja IWF
Baja IWF pada proyek ini tidak berfungsi sebagai elemen struktur dari bangunan. Baja IWF (Gambar 4.34) digunakan untuk menumpu perancah pada lantai 5 dimana pada lantai 6 terdapat plat kantilever.
Gambar 4.34 Baja IWF
IV-24