4
mereka lebih dari seminggu, dan mereka sedang melakukan diet ketat agar mendapatkan bentuk tubuh yang ideal. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2 Jumlah Siswa SMP Kelas IX.1,IX.2,IX.3 di Kecamatan Kempas Tahun Ajaran 2016/2017
No.
Nama Sekolah
Jumlah Seluruh Siswa
Jumlah Siswi
Siswi yang diperiksa Hb
Kadar Hb <12 g/dl
Kadar Hb >12 g/dl
1.
SMP N 3Kempas 418 203 50 30 20 Jaya Sumber: Dinas Pendidikan Kab. INHIL t/a 2016/2017 dan Data Primer
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “EFEKTIFITAS
PEMBERIAN TABLET FE DAN JUS JAMBU BIJI
TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN (HB) PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI DI SMP NEGERI 3 KEMPAS JAYA KECAMATAN KEMPAS TAHUN 2017”.
5
B. Rumusan Masalah
Anemia defisiensi zat besi adalah menurunnya kadar hemoglobin karena berkurangnya penyediaan zat besi untuk pembentukan sel darah merah (eritrosit). Remaja putri lebih rentan terkena anemia karena remaja pada masa pertumbuhan membutuhkan zat gizi yang lebih tinggi termasuk zat besi. Vitamin C sangat berperan penting dalam penyerapan zat besi sebagai promotor terhadap absorpsi besi dengan cara mereduksi besi ferri menjadi ferro. Oleh karena itu, dalam mengkonsumsi makanan perlu menambahkan makanan yang banyak mengandung vitamin C. Hasil penelitian epidemiologi, konsumsi vitamin C dalam buah dan sayuran memiliki efek perlindungan yang lebih baik dibandingkan dengan konsumsi vitamin C dalam bentuk tablet atau suplemen lainnya. Kandungan vitamin C yang tinggi terdapat dalam buah Jambu biji yang kandungan vitamin C nya sebesar 95/100 gram dibanding dengan buah lainnya.
C. Pertanyaan Penelitian
1.
Apakah ada peningkatan kadar hemoglobin pada remaja putri sebelum dan setelah diberikan suplementasi Fe pada kelompok kontrol
2.
Apakah ada peningkatan kadar hemoglobin pada remaja putri sebelum dan setelah diberikan suplementasi Fe dan jus jambu biji pada kelompok perlakuan.
6
D. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan setelah diberikan suplementasi Fe dan jus jambu biji pada remaja putri di SMP Negeri 3 Kecamatan Kempas tahun 2017
2.
Tujuan Khusus
1.
Menganalisis perubahan kadar hemoglobin pada remaja putri sebelum dan setelah diberikan suplementasi Fe pada kelompok kontrol
2.
Menganalisis kadar hemoglobin pada remaja putri sebelum dan setelah diberikan suplementasi Fe dan jus jambu biji pada kelompok perlakuan
E. Manfaat 1.
Bagi SMP Negeri 3 Kempas Jaya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan menambah pengetahuan siswi tentang anemia defisiensi zat besi, dan pihak sekolah dapat bekerja sama dengan Puskesmas untuk menjaring siswa yang mengalami anemia khususnya pada remaja putri agar sedini mungkin dapat mengatasi anemia pada remaja.
7
2.
Bagi STIKes Al Insyirah Pekanbaru
Sebagai bahan bacaan dan data awal bagi mahasiswa Al Insyirah Pekanbaru khususnya DIV Kebidanan yang akan meneliti lebih lanjut. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai informasi awal bagi penelitian selanjutnya, serta sebagai gambaran dan pedoman untuk penelitian lebih lanjut khususnya DIV Kebidanan
F.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meneliti tentang “Efektivitas Pemberian tablet Fe dan Jus Jambu biji terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin (Hb) pada Remaja Putri yang Mengalami Anemia Defisiensi Zat Besi di SMP Negeri 3 Kempas jaya
Kecamatan Kempas Tahun 2017 ”. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 30 siswi. Adapun yang menjadi variabel independen penelitian ini adalah Kelompok Kontrol (mendapat suplemen tablet Fe) sebanyak 15 siswi dan Kelompok Perlakuan (mendapat suplemen tablet Fe dan jus jambu biji) sebanyak 15 siswi dan yang menjadi variabel dependen adalah Perubahan kadar hemoglobin pada remaja putri.
8
G. Penelitian Sejenis Tabel 3 Penelitian Sejenis
Keterangan
Judul Penelitian
Desain
Penelitian Sekarang
Efektivitas Pemberian tablet Fe dan Jus Jambu biji terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin (Hb) pada Remaja Putri yang Mengalami Anemia Defisiensi Zat Besi di SMP N 3 Kempas Jaya Kecamatan Kempas 2017 Case Control
Dian Purwitaning tyas Kirana, 2011 Hubungan asupan zat gizi dan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri
Cross Sectional Asupan zat gizi, pola menstruasi
Yusnaini, 2014
Endang Kustyaningsih, 2007
Dwi Winarsih, 2003
Pengaruh konsumsi jambu biji ( Psidium Guajava.L) terhadap perubahan kadar Hemoglobin pada ibu hamil anemia yang mendapat suplementasi tablet Fe
The Difference of Consumtion Level of Fe, Vitamin C, and Haemoglobin Rate at Female Student of Modern Islamic Boarding School (Pesantren) with and without Institution Service of Nutrition (Study in Modern Pesantren of Selamat and Female Pesantren of Bani Umar AL_KARIM) Kendal 2007
The Effect of Iron Tablet, Vitamin C, and Animalism Protein Supplementation to The Changes of Haemoglobin Concentration on Women at Fertile Age in Semarang City
Cross Sectional
Cross Sectional
- Ibu hamil (Fe) - Ibu hamil (Fe+jambu biji)
- Konsumtion of Fe - Konsumtion of Vitamin C
Pre and post test one group - Iron tablet - Vitamin C - Animalism protein
Variabel
- Remaja putri (Fe) - Remaja putri (Fe+jus jambu biji)
Subjek
Remaja Putri
Remaja Putri
Ibu hamil
Female Student
Tempat
SMP N 3 Kempas jayat
SMA N 2 Semarang
Aceh
Kendal
Women at Fertile Age Semarang
9
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Konsep Anemia Defisiensi Zat Besi 1.
Definisi Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia defisiensi zat besi adalah menurunnya kadar hemoglobin (<12 gr/dl) karena berkurangnya penyediaan zat besi untuk pembentukan sel darah merah (eritrosit). Anemia ditandai dengan rendahnya konsentrasi hemoglobin (Hb) atau hematrokit nilai ambang batas (referensi) yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hb, kehilangan darah yang berlebihan saat menstruasi, rendahnya intake Fe, peningkatan kebutuhan Fe karena perubahan fisiologi seperti kehamilan, dan proses pertumbuhan. (Dep. Gizi dan Kesmas Fak.Kesmas UI, 2010). Menurut Adriani et al (2012) Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi dalam tubuh terganggu. 2.
Batasan Nilai Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar Hb merupakan parameter yang paling mudah dalam menentukan status anemia pada skala luas (Adriani et al, 2012)
10
Tabel 4 Nilai Kadar Hemoglobin Dalam Darah Kelompok Umur Nilai (g/dl) Anak usia 6 bulan-5 tahun 11,0 Anak usia 5-11 tahun 11,5 Anak usia 12-18 tahun 12,0 Wanita dewasa 12,0 Wanita hamil 11,0 Laki-laki 13,0 Sumber : Iindicators for Asessing Iron Deficency and Strategies for Its Prevention, WHO/UNICEF, UNU Gizi dan Kesmas, 2010 3.
Penyebab Anemia Defisiensi Zat Besi (Fe)
Secara umum penyebab anemia defisiensi zat besi pada remaja putri adalah sebagai berikut: a. Penyakit infeksi seperti cacingan, diare b. Pendarahan yang berlebihan saat menstruasi c. Diet ketat yang dilakukan remaja dengan pantangan makanan d. Peningkatan kebutuhan akan Fe untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan, perkembangan remaja dan masa pubertas (Arisman, 2004). 4.
Tanda dan Gejala Anemia Defisiensi Zat Besi (Fe)
Menurut Sutriretna (2007), tanda dan gejala anemia defisiensi besi pada remaja biasanya tidak khas, dan sering tidak jelas, seperti: a. Pucat pada kulit, dasar kuku, konjungtiva, telapak tangan b. Mudah lelah saat melakukan aktivitas c. Dada berdebar d. Takikardia (detak jantung >60-100 kali/menit) e. Sesak napas (>18-22 kali/menit).
11
5. Pencegahan Anemia Defisiensi Zat Besi
Pencegahan anemia defisiensi besi pada remaja putri dapat dilakukan dengan cara pemberian tablet Fe sejak dini agar sebelum remaja putri menjadi ibu hamil kondisi fisik remaja putri telah siap menjadi ibu yang sehat (Fikawati, et al, 2004). Dianjurkan remaja putri mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C agar tablet Fe tersebut lebih mudah penyerapannya untuk mengahasilkan Hemoglobin dalam darah (Suwarni, 2011).
B. Konsep Zat Besi (Fe) 1.
Sifat Zat Besi
Zat besi merupakan unsur yang sangat penting dalam pembentuk hemoglobin (Hb). Dalam tubuh, zat gizi berfungsi sebagai pengangkut (Hb), penyimpan (mioglobin), dan pemanfaatan oksigen (cytochrom). Pembentukan Hb diperoleh dari sebagian besar zat besi yang berasal dari pemecahan sel darah merah yang dimanfaatkan kembali. Kekurangan zat besi dari proses tersebut dapat diperoleh melalui makanan yang mengandung zat besi, seperti nabati (tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, dll) dan hewani (daging, ikan, dll). Cadangan besi dalam tubuh disimpan dalam bentuk feritin didalam hati, limpa dan sumsum tulang. Kumpulan molekul feritin disebut hemosiderin. Pembuangan besi keluar tubuh terjadi melalui beberapa jalan diantaranya
12
melalui keringat 0,2-1,2 mg/hari, air seni 0,1 mg/hari, dan melalui feses dan menstruasi 0,5-1,4 mg/hari (Adriani et al, 2012). 2.
Metabolisme Zat Besi (Fe)
Proses penyerapan zat besi ini meliputi tahap-tahap utama sebagai berikut: a. Besi yang terdapat dalam bahan pangan, baik dalam bentuk ferri (Fe+++) atau ferro (Fe++) mula-mula mengalami proses pencernaan b. Didalam usus, Fe+++ larut dalam asam lambung kemudian diikat oleh gastroferin dan direduksi menjadi Fe++ c. Didalam usus, Fe++ dioksidasi menjadi Fe+++. Fe++ selanjutnya berikatan dengan apoferritin yang kemudian ditransformasi menjadi ferritin, membebaskan Fe++ ke dalam plasma darah d. Didalam plasma Fe++ dioksidasi menjadi Fe+++ dan berikatan dengan transferin e. Transferin
mengangkut
Fe++
kedalam
sumsum
tulang
untuk
bergabung membentuk hemoglobin f. Transferin mengangkut Fe++ kedalam tempat penyimpanan besi didalam tubuh (hati, tulang, limpa), kemudian dioksidasi menjadi Fe+++. Fe+++ ini bergabung dengan apoferritin membentuk feritin yang kemudian disimpan. Besi yang terdapat dalam plasma seimbang dengan yang disimpan (Adriani et al, 2012).
13
3.
Faktor yang Mempermudah Absorpsi Zat Besi (Fe) a. Vitamin C
Pada saluran pencernaan Fe mengalami proses reduksi dari bentuk ferri (Fe+++) menjadi Ferro (Fe++) yang mudah diserap. Proses penyerapan ini dibantu oleh asam amino dan vitamin C. Vitamin C meningkatkan absorpsi zat besi dari makanan melalui pembentukan kompleks
feroaskorbat.
Kombinasi
200mg asam
askorbat dengan garam besi dapat meningkatkan penyerapan besi sekitar 25-50% (Adriani et al, 2012). Selain vitamin C banyak zat mikro lainnya dalam pembentukan hemoglobin seperti asam folat, Protein, vitamin A, Vitamin D, Vitamin E, Vitamin B6, Vitamin B12 (Putri et al, 2013). Vitamin A berfungsi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan remaja, penglihatan dan proses reproduksi. Vitamin D berfungsi sebagai pembentukan dan pemeliharaan tulang bersama Vitamin A dan Vitamin C. Vitamin E berfungsi untuk mencegah gangguan saat menstruasi dan mempengaruhi stabilitas membran sel dalam darah. Vitamin B6 berperan pembentukan asam alfa-aminolevulinat, yaitu precursor hem dalam hemoglobin (Almatsier, 2003). Jumlah zat besi dalam makanan yang dapat diabsorbsi oleh tubuh sebanyak 37% zat besi hewani dan 5% zat besi nabati. Peningkatan absorpsi yang rendah dapat dikonsumsi bersamaan dengan Vitamin C, Asam Folat, Vitamin A, Seng dan Vitamin B12).
14
Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi nabati sampai empat kali lipat. Vitamin C dengan zat besi membentuk senyawa askorbat besi kompleks yang larut dan mudah di absorpsi, karena itu sayur-sayuran segar dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C sangat baik dikonsumsi untuk mencegah anemia. Hal ini mungkin
disebabkan
bukan
saja
karena
bahan
makanan
itu
mengandung zat besi yang banyak, melainkan mengandung vitamin C yang mempermudah absorpsi zat besi (Adriani et al, 2012). Hasil penelitian epidemiologi, konsumsi vitamin C dalam buah dan sayuran memiliki efek perlindungan yang lebih baik dibandingkan dengan konsumsi vitamin C dalam bentuk tablet atau suplemen lainnya. Dokter spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fiastuti Witjaksono mengatakan bahwa konsumsi buah-buahan yang tinggi vitamin C lebih bagus dibanding suplemen yang mengandung vitamin C dosis tinggi. Kandungan vitamin C yang tinggi pada buah terdapat pada Jambu biji yang kandungan vitamin C nya sebesar 95/100 gram dibandingkan buah lainnya yang kandungan vitamin C nya rendah. b. Protein
Protein adalah zat pembangun tubuh yang penting dalam siklus kehidupan manusia untuk memelihara sel tubuh yang rusak, untuk mencerna makanan serta kelangsungan proses normal dalam tubuh. Protein perlu ditambahkan dalam menu makanan sebagai zat tambah
15
darah untuk mencegah dan mengatasi anemia seperti kacangkacangan, telur, teri, daging, hati, udang, susu dan sebagainya. Sumber protein dalam menu makanan akan meningkatkan absorpsi z at besi nonheme yang berasal dari sereal dan tumbuh-tumbuhan. Protein didalam darah harus tercukupi, karena protein dapat menekan osmose darah. Jika tidak tercukupi maka tekanan osmose darah akan menurun (Adriani et al, 2012).
C. Konsep Jambu Biji 1.
Pengertian
Jambu Biji memiliki nama latin Psidium guajava dan termasuk dalam keluarga Myrtaceae. Di beberapa daerah di Indonesia, jambu biji dikenal dengan nama jambu siki atau jambu klutuk. Nama jambu klutuk diberikan karena ketika dimakan, bijinya keras berbunyi klutuk klutuk . Buah jambu biji memiliki rasa yang manis meski ada juga yang rasanya sangat asam. Daging buahnya berwarna merah muda ada juga yang putih. Bijinya keras, sangat banyak dan kecil-kecil. Akan tetapi, sekarang ada varietas unggul dimana rasanya sangat manis dan hampir tanpa biji. 2.
Kandungan Nutrisi Jambu Biji
Jambu biji sangat kaya vitamin C, lebih tinggi dari buah jeruk, dan jauh lebih tinggi daripada kiwi yang disebut-sebut sebagai rajanya vitamin C. Di samping serat, terutama pektin yang merupakan serat larut,
16
jambu biji juga mengandung mineral seperti mangan dan magnesium, serta asam amino esensial seperti tryptophan. Juga fitokimia berkhasiat seperti asam elagat, asam linoleat, dan asam korbigen. Kandungan Gizi dalam 100 gram buah jambu biji: a. Energi 49 kal b. Protein 0,9 g c. Lemak (0,3) g d. Karbohidrat 12,2 g e. Serat 5,6 g f. Kalsium 14 mg g. Fosfor 28 mg h. Zat Besi 1,1 mg i. Vitamin A 25 IU j. Vitamin B1 0,02 mg k. Vitamin C 95 mg l. Air 86 g 3.
Manfaat dan Khasiat Buah Jambu Biji
a. Menyembuhkan Infeksi b. Mencegah Kanker c. Mengatasi Penyakit Jantung Koroner d. Mengatasi Diabetes e. Menurunkan Tekanan Darah Tinggi f. Antiradang dan Antivirus
17
g. Membantu menaikkan kadar trombosit pada penderita demam berdarah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Winarsih, D (2003) tentang Pengaruh Pemberian Tablet Besi, Vitamin C dan Protein Hewani terhadap Perubahan Kadar HB Wanita Usia Subur (WUS) di Kota Semarang. didapatkan hasil bahwa ada perbedaan rata-rata kadar Hb awal dan akhir dari pemberian tablet besi, vitamin C dan protein hewani sebesar 0,584 dengan rata-rata sebelum 12,45 mg% dengan standart deviasi 1.250 dan rata-rata sesudah 13,045 mg% dengan standart deviasi 1,479. Penelitian yang dilakukan oleh Fikawati, S (2004) yang meneliti tentang Pengaruh Suplementasi Zat Besi satu dan dua kali per minggu terhadap Kadar Hemoglobin pada Siswi yang Menderita Anemia. . Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kenaikan kadar Hb siswi yang bermakna antara kedua kelompok intervensi tersebut ( p=0,31).
Rata-trata
kenaikan
kadar
Hb
siswi
yang
diberikan
suplementasi fe 1 kali per minggu sebesar 2,20 g/dl sedangkan yang diberikan suplementasi 2 kali per minggu sebesar 2,28 g/dl. Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo, dkk (2011) tentang Hubungan antara Status Gizi dengan Anemia pada Remaja Putri di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 3 Semarang, menunjukkan bahwa ( p value 0,000) ada hubungan yang bermakna antar status gizi dengan anemia pada remaja putri.
18
Berbagai studi intervensi menunjukkan bahwa dosis, frekuensi pemberian dan lama pemberian Fe berbeda-beda. Namun demikian, dosis yang diberikan umumnya relative sama (60 mg elemental dan 0,25 mg asam folat). Studi evaluasi program suplementasi Fe di Nusa Tenggara Timur
menunjukkan
pemberian
Fe
harian
lebih
efektif
dalam
menurunkan prevalensi anemia (Fikawati, 2004). 4.
Kerangka Teori
Adapun bentuk kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut: Kadar Hemoglobin meningkat
Penyebab anemia pada remaja putri: - Penyakit kronis (infeksi) - Menstruasi yang berlebihan - Pola diet, zat gizi tidak terpenuhi - Proses tumbuh kembang
Anemia (<12 gr/dl)
Penyerapan zat besi
Tablet Fe+Jambu biji (Vitamin C) mereduksi besi ferri (Fe+++) menjadi ferro (Fe++)
Tablet Fe
Jambu Biji (Vitamin C)
Sumber : Modifikasi Adriani et al (2012), Fikawati et al (2004), Kirana (2011) Gambar 1 Kerangka Teori
19
5.
Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
Kelompok kontrol (mendapat suplemen tablet Fe) Anemia Defisiensi Besi (Hb <12 gr/dl)
Kelompok perlakuan (mendapat suplemen tablet Fe dan jus jambu biji)
Kadar Hb sebelum diberikan Fe Kadar Hb Sesudah 7 hari diberikan tablet
Kadar Hb sebelum diberikan tablet Fe+jus jambu biji Kadar Hb sesudah 7 hari diberikan tablet Fe+jus jambu biji
Gambar 2 Kerangka Konsep
6.
Hipotesis
a. Ada perbedaan kadar hemoglobin pada remaja putri sebelum dan setelah diberikan suplementasi Fe pada kelompok kontrol b. Ada perbedaan kadar hemoglobin pada remaja putri sebelum dan setelah diberikan suplementasi Fe dan jus jambu biji pada kelompok perlakuan.
20
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Analitik Kuantitatif dengan desain Quasy Exsperimental menggunakan rancangan Randomized Pretest Posttest Control Group Design untuk mengetahui efektivitas konsumsi jus jambu biji terhadap perubahan kadar hemoglobin remaja yang anemia yang mendapat suplementasi tablet Fe. Sampel pada penelitian ini diobservasi terlebih dahulu sebelum diberikan perlakuan, kemudian setelah diberikan perlakuan sampel tersebut diobservasi kembali (Sugiyono, 2012) Penelitian Quasy Experimental Designs dengan rancangan Randomized Pretest-Posttest control group design dapat dilihat sebagai berikut: Kelompok Kontrol
01
X
02
Kelompok Perlakuan
01
X
02
Keterangan: 01
= Pretest
X
= Perlakuan
02
= Post test
21
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian akan di lakukan di SMP Negeri 3 Kempas Jaya Kecamatan Kempas tahun 2017 pada bulan Oktober - Januari 2017
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam peneitian ini adalah seluruh Siswi kelas VII dan VIII, IX SMP Negeri 3 Kempas Jaya yaitu 203 siswi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan “Purposive Sampling” yaitu pemilihan sampel yang ditentukan berdasarkan pertimbangan oleh peneliti dan yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian sebagai berikut: 1. Kadar Hb <12 gr/dL 2. Tidak sedang menstruasi dan telah selesai menstruasi > 7 hari 3. Tidak mengalami penyakit infeksi seperti cacingan dan diare 4. Kadar Hb <12 mg/dl 5. Tidak mengalami defisiensi Vitamin A (Gangguan penglihatan), Vitamin D (Gangguan pada tulang seperti osteomalasia / osteoporosis), Vitamin E (Gangguan penglihatan dan gangguan berbicara). Kriteria Eksklusi: 1. Sedang sakit pada saat penelitian (Demam, Pusing) 2. Meninggalkan ruangan pada saat penelitian.
22
Menurut Hastono (2007) dalam Lapau (2015), bahwa untuk satu variable independen dibutuhkan 15 sampel, maka untuk 2 variabel independen dibutuhkan 30 sampel. Dengan demikian jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30. D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Tabel 5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional Bertambahnya Hb dalam darah siswi pada saat pemeriksaan Hb setelah dilakukan pemberian Fe+jus jambu biji dibandingkan dengan pemeriksaan sebelumnya
Alat Ukur
Cara Ukur
Hb sahli
Nominal
Hb tetap= Hb sebelum dan setelah diintervensi sama Hb meningkat= Hb meningkat setelah dilakukan intervensi
Fe tanpa jus jambu biji
Pemberian 1 tablet Fe diberikan 1xsehari selama 7 hari di minum di depan peneliti
Lembar ceklis
- Hisap darah pada ujung jari sampai angka 2 pd pipet, masukkan kedalm tabung yg sebelumya diberi larutan HCL 0,1 N - Campur dg aquades sedikit demi sedikit sampai didapat warna yg sama dengan warna standar Observasi
Nominal
Hb tetap= Hb sebelum dan setelah diintervensi sama Hb meningkat= Hb meningkat setelah dilakukan intervensi
Fe+jus jambu biji
Pemberian 1 tablet Fe+jus jambu biji sebanyak 100 gr/hari yang diolah dalam bentuk jus oleh peneliti yang diberikan selama 7 hari di minum di depan peneliti
Timbangan dan Lembar ceklis
Observasi
Nominal
Hb tetap= Hb sebelum dan setelah diintervensi sama Hb meningkat= Hb meningkat setelah dilakukan intervensi
Peningkatan Hb
Skala Ukur
Hasil Ukur
23
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari responden dengan cara melakukan pemeriksaan Hb pada remaja putri yang dibantu oleh 2 orang enumerator yang telah mendapatkan pengarahan tentang prosedur penelitian. Setelah dilakukan pemeriksaan Hb, didapat kadar Hb <12 gr/dl pada sebagian remaja putri yang kemudian di jadikan sampel dalam penelitian.
F.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tablet Fe 2. Jambu biji 3. Air putih / air mineral Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mencatat data pemeriksaan Hb, data konsumsi tablet Fe dan jus jambu biji perhari selama 7 hari. 2. Alat Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
Alat pemeriksaan kadar Hemoglobin yang digunakan adalah Hb Sahli untuk mengukur kadar Hemoglobin sampel sebelum dan setelah perlakuan.
24
3. Peralatan Untuk Pembuatan Jus Jambu Biji
Peralatannya adalah blender, gelas, dan wadah untuk tempat jus G. Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Awal
Pengukuran kadar hemoglobin awal dilakukan kepada remaja putri yang dibantu oleh 2 enumerator yang telah mendapatkan pengarahan tentang prosedur penelitian. Setelah dilakukan pengukuran Hemoglobin, remaja putri mengisi Informed Consent apabila setuju untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini, sebelumnya peneliti menjelaskan mekanisme penelitian yang akan dilakukan. Setelah dilakukan pengukuran Hb didapat rata-rata Hb sebelum intervensi pada kelompok kontrol yaitu 10,506 gr/dL, sedangkan pada kelompok perlakuan 10,576 gr/dL. 2. Tahap Intervensi
Intervensi yang dilakukan pada kelompok kontrol adalah remaja putri mendapat tablet Fe saja secara teratur selama 7 hari, sedangkan untuk kelompok perlakuan remaja putri mendapat tablet Fe dan jus jambu biji secara rutin selama 7 hari. Jambu biji dikonsumsi oleh remaja putri pada kelompok perlakuan dalam bentuk jus dengan cara pembuatan sebagai berikut: 100 gram jambu biji segar (dibersihkan, dibelah dan dibuang bijinya), air putih sebanyak ¼ gelas, blender dan wadah untuk tempat jus yang terbuat dari plastik yang memiliki penutup dan mudah saat dibawa.
25
Tablet Fe dan jus jambu biji diberikan kepada responden setiap hari selama 7 hari berturut pada jam 11.45 WIB saat istirahat belajar dan diminum langsung dihadapan peneliti. Setelah diberikan tablet fe dan jus jambu biji, responden dianjurkan untuk tidak mengkondumsi susu, teh dan minuman lainnya yang mengandung cafein agar tidak mengganggu proses penyerapan tablet Fe dan jus jambu biji agar penyerapannya optimal. 3. Tahap Akhir
Setelah dilakukan intervensi selama 7 hari pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan, dilakukan pengukuran kembali kadar hemoglobin remaja putri pada hari ke-8. Hasil pengukuran didapatkan rata-rata kadar Hb setelah interventi pada kelompok kontrol adalah 10,612 gr/dL sedangkan pada kelompok perlakuan rata-rata 10,918 gr/dL.
H. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama 7 hari secara langsung oleh peneliti dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan.
I.
Pengolahan Data
Proses pengolahan data dalam penelitian ini melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan dengan melakukan pengecekan kembali lembar observasi.
26
2. Memasukkan data yang telah dikumpulkkan kedalam master tabel secara komputerisasi 3. Membuat tabel sebaran data yang meliputi Mean, Standar Deviasi, Standar Error Mean, p value
J.
Analisa Data 1.
Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi kadar Hemoglobin responden sebelum dilakukan intervensi dan setelah dilakukan intervensi. 2.
Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan pada dua variabel untuk mengetahui adanya hubungan atau korelasi, perbedaan. Uji yang digunakan adalah uji t-test
dependen
dan
t-test
independen
yang
digunakan
untuk
membandingkan rata-rata dua set data (data sebelum dan sesudah) yang saling berpasangan. Dalam penelitian ini dua set data adalah kadar Hb sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok sampel, pada taraf kepercayaan 95% (α 0,05). (Hastono, 2007).
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Analisa Univariat
Hasil analisis univariat berdasarkan kadar Hb sebelum dan setelah intervensi dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hb Sebelum dan Setalah Pemberian Tablet Fe Respon Hb Sebelum den Pemberian Tablet Fe 1 10,6 2 11,2 3 10,8 4 9,8 5 9,2 6 10,4 7 10,8 8 11,4 9 10,6 10 11,2 11 10,8 12 10,8 13 9,6 14 11,2 15 8,8 16 10,6 17 10,8 Jumlah 10,506 Rerata Sumber : Analisis Data Primer, 2015
Hb Setelah Pemberian Tablet Fe 10,6 11,2 11 9,8 9,4 10,8 11 11,4 10,6 11,2 11 10,8 9,6 11,4 9 10,8 10,8
Selisih Rerata 0 0 0,2 0 0,2 0,4 0,2 0 0 0 0,2 0 0 0,2 0,2 0,2 0
10,612
0,10
Dari 17 responden yang diteliti sebelum dan setelah diberikan tablet Fe total selisih rata-rata kadar Hb adalah 0,10 gr/dL. Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hb Sebelum dan Setalah Pemberian Tablet Fe + Jus Jambu Biji
28
Respon den
Hb Sebelum Pemberian Tablet Fe + Jus Jambu Biji 9,8 11 9,2 10,8 11,2 11,6 11,8 11,8 8,8 10,8 10,2 10,2 11,2 10,6 11,2 8,8 10,8 10,576
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Jumlah Rerata Sumber : Analisis data primer, 2015
Hb Setelah Pemberian Tablet Fe + Jus Jambu Biji 10 11,4 9,4 11,4 11,4 12 12 12,2 9 11 10,2 10,8 11,8 11 11,6 9,2 11,2 10,918
Selisih Rerata
0,2 0,4 0,2 0,6 0,2 0,4 0,2 0,4 0,2 0,2 0 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,34
Dari 17 responden yang diteliti sebelum dan setelah diberikan tablet Fe + jus jambu biji total selisih rata-rata kadar Hb adalah 0,34 gr/dL.
2. Analisa Bivariat
Normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk diperoleh data berdistribusi normal.
Tabel 8 Perbedaan Rata-Rata Kadar Hb Sebelum dan Setelah Diberikan Tablet Fe di SMP Negeri 2 Rengat Tahun 2015
29
Kadar Hb
Mean
Standar Deviasi (SD) 0,735
Sebelum diberi 10,506 tablet Fe Setelah diberi 10,612 0,719 tablet Fe Sumber : Analisis data primer, 2015
p value
N
0,003
17
Berdasarkan tabel diatas, diketahui rata-rata kadar Hb sebelum diberikan tablet Fe 10,506 gr/dL dengan Standar Deviasi (SD) 0,735 gr/dL. Sedangkan kadar Hb responden setelah diberikan tablet Fe ratarata 10,612 gr/dL dengan Standar deviasi (SD) 0,719 gr/dL. Hasil uji statistik diperoleh p value 0,003<0,05 yang berarti ada perbedaan kadar Hb sebelum dan setelah diberikan tablet Fe. Tabel 9 Perbedaan Rata-Rata Kadar Hb Sebelum dan Setelah Diberikan Tablet Fe di SMP Negeri 2 Rengat Tahun 2015
Kadar Hb
Mean
Sebelum diberi 10,576 Tablet Fe + Jus Jambu Biji Setelah diberi Tablet 10,918 Fe + Jus Jambu Biji Sumber : Analisis data primer, 2015
Standar Deviasi (SD) 0,956
p value
N
0,000
17
1,010
Berdasarkan tabel diatas, diketahui rata-rata kadar Hb sebelum diberikan tablet Fe 10,576 gr/dL dengan Standar Deviasi (SD) 0,956 gr/dL. Sedangkan kadar Hb responden setelah diberikan tablet Fe ratarata 10,918 gr/dL dengan Standar deviasi (SD) 0,010 gr/dL. Hasil uji statistik diperoleh p value 0,000<0,05 yang berarti ada perbedaan kadar Hb sebelum dan setelah diberikan tablet Fe.
30
Tabel 10 Perbedaan Nilai Rata-Rata Sebelum dan Setelah Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Terhadap Peningkatan Kadar Hb di SMP Negeri 2 Rengat Kelompok Nilai Rata-Rata Selisih Perlakuan Sebelum Setelah Rata-Rata Pemberian 10,506 10,612 0,10 Tablet Fe Pemberian Tablet Fe + 10,576 10,918 0,34 Jus Jambu Biji Sumber : Analisis data primer, 2015
0,735
0,292
0,811
0,956
0,300
0,317
Berdasarkan tabel di atas, secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok control ( P value 0,811>0,05) dan kelompok perlakuan ( P value 0,317>0,05). Namun, dilihat dari selisih rata-rata antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan terjadi kecendrungan peningkatan rata-rata kadar Hb sebelum dan setelah dilakukan intervensi. Dapat dilihat selisih rata-rata selisih rata-rata pemberian tablet Fe (0,10 gr/dL), pemberian tablet Fe + jus jambu biji (0,34 gr/dL). Jadi, ada peningkatan kadar Hb antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yaitu 0,24 gr/dL.
B. Keterbatasan dan Pembahasan 1. Keterbatasan
31
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: a. Peneliti tidak dapat mengontrol kebiasaan makan responden seharihari. b. Peneliti tidak memeriksa kadar Hb seluruh populasi dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya penelitian. c. Dalam menentukan kriteria inklusi seperti tidak mengalami infeksi cacingan, defisiensi vitamin A, Vitamin D dan Vitamin E peneliti hanya melakukan observasi. Seharusnya, untuk menentukannya dilakukan uji laboratorium. 2. Pembahasan a. Perubahan
Kadar
Hb
Setelah
Diberikan
Tablet
Fe
pada
Kelompok Kontrol di SMP N 2 Rengat tahun 2015
Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok kontrol diperoleh ada perbedaan rata-rata kadar Hb sebelum diberi tablet Fe (10,506 gr/dL), sedangkan rata-rata setelah diberi tablet Fe (10,612 gr/dL) dengan uji statistik p=0,003<0,05. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa “ada perbedaan rata-rata kadar Hb sebelum diberikan tablet Fe dengan p value 0,003. Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Adriani (2012) yang menyatakan pembentukan kadar Hb diperoleh dari zat besi (Fe) yang dikonsumsi yang sebagian besar didapat melalui makanan yang mengandung zat besi.
32
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Utama et al (2012) tentang perbandingan zat besi dengan dan tanpa vitamin C terhadap kadar hemoglobin yang diberikan 1 tablet perminggu selama 12 minggu, yang menyatakan ada perbedaan yang signifikan pada nilai mean kadar hemoglobin pada kelompok kontrol dan perlakuan dengan nilai p=0,000, rerata peningkatan kadar Hb pada kelompok kontrol 1,54 gr/dL sedangkan pada kelompok perlakuan 1,94 gr/dL. Menurut asumsi peneliti, untuk meningkatkan kadar Hb pada remaja putri yang mengalami anemia defisiensi zat besi agar mengkonsumsi
makanan
sumber
zat
besi
(Fe)
dan
selalu
memeriksakan kadar Hb supaya remaja putri tidak terserang penyakit infeksi dan penurunan kemampuan fisik sebagai calon ibu yang nantinya hamil tidak
mengalami komplikasi
persalinan, resiko
kematian maternal dan perinatal. b. Perubahan Kadar Hb Setelah Diberikan Tablet Fe + Jus Jambu Biji pada Kelompok Perlakuan di SMP N 2 Rengat tahun 2015
Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok kontrol diperoleh ada perbedaan rata-rata kadar Hb sebelum dan setelah diberikan tablet Fe dan jus jambu biji dengan rata-rata sebelum (10,576 gr/dL) dan rata-rata setelah (10,918 gr/dL) dengan uji statistik p=0,000. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata kadar Hb sebelum diberikan tablet Fe + jus jambu biji dengan p value 0,000.
33
Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Proverawati (2011) yang menyatakan bahwa mengkonsumsi zat besi (Fe) bersamaan dengan vitamin C dapat meningkatkan penyerapan dan sangat penting dalam produksi hemoglobin. Menurut Witjaksono (2014) efektifitas penyerapan Fe dan vitamin C alami dalam bentuk buah-buahan lebih baik dibandingkan penyerapan Fe yang bersamaaan dengan tablet vitamin C dosis tinggi. Kandungan viitamin C yang tinggi pada buah adalah buah jambu biji dengan kandungan vitamin C nya 95/100 gr disbanding dengan buah lainnya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusnaini (2014) tentang pengaruh konsumsi jambu biji ( Psidium Guajava. L) terhadap perubahan kadar Hb yang diberikan selama 14 hari dengan hasil penelitian ada perbedaan kadar hemoglobin terhadap kelompok perlakuan yang di beri tablet Fe + jus jambu biji dengan p value 0,014<0,05, rerata peningkatan kadar Hb pada kelompok kontrol 0,77 gr/dL sedangkan pada kelompok perlakuan 1,6 gr/dL. Menurut asumsi peneliti, dengan adanya perbedaan yang cukup signifikan maka dianjurkan dalam mengkonsumsi tablet Fe harus disertai dengan konsumsi 100 gram jambu biji perhari untuk membantu penyerapan zat besi secara optimal. c. Perbandingan Perubahan Kadar Hb pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
34
Berdasarkan hasil penelitian, secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok control ( P value 0,811>0,05) dan kelompok perlakuan ( P value 0,317>0,05). Namun, dilihat dari selisih rata-rata antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan terjadi kecendrungan peningkatan rata-rata kadar Hb sebelum dan setelah dilakukan intervensi. Dapat dilihat selisih rata-rata selisih rata-rata pemberian tablet Fe (0,10 gr/dL), pemberian tablet Fe + jus jambu biji (0,34 gr/dL). Jadi, ada peningkatan kadar Hb antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yaitu 0,24 gr/dL. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zarianis (2006) tentang efek suplementasi besi-vitamin C dan vitamin C terhadap kadar hemoglobin yang diberikan selama 12 minggu yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap perubahan kadar hemoglobin kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan p value 0,75, rerata peningkatan kadar Hb pada kelompok perlakuan I 1,53 gr/dL sedangkan pada kelompok perlakuan II 1,40 gr/dL. Menurut asumsi peneliti, tidak adanya perbedaan kadar Hb pada kelompok kontrol dan perlakuan dikarenakan pemberian tablet Fe dan jus jambu biji yang hanya diberikan selama 7 hari tidak dapat menyerap secara optimal, selain itu peneliti juga tidak dapat mengontrol kebiasaan makan responden sehari-hari.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
35
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian efektifitas pemberian tablet Fe dan jus jambu biji terhadap peningkatan kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putrid yang mengalami anemia defisiensi zat besi, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Rata-rata kadar Hb sebelum pemberian tablet Fe adalah 10,506 gr/dL dan rata-rata kadar Hb setelah pemberian tablet Fe adalah 10,612 gr/dL. 2. Rata-rata kadar Hb sebelum pemberian tablet Fe + jus jambu biji adalah 10,576 gr/dl ddan setelah pemberian tablet Fe + jus jambu biji adalah 10,918 gr/dL. 3. Berdasarkan uji t independen didapatkan tidak adanya perbedaan yang signifikan rata-rata kadar Hb pada kelompok kontrol 0,10 dengn p value 0,811>0,05 dan kelompok perlakuan 0,34 dengan p value 0,317>0,05, walaupun ada peningkatan tetapi tidak signifikan.
B. Saran 1. Bagi SMP N 2 Rengat
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang anemia defisiensi zat besi khususnya pada remaja putrid dengan bekerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan penyuluhan dan pemeriksaan Hb rutin pada remaja putri untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi zat besi 2. Bagi Peneliti Selanjutnya