BAB I PENDAHULUAN 1. 1
LATAR BELAKANG Ilmu kedokteran terus berkembang, salah satu perkembangan yang terjadi
adalah terbentuknya percabangan ilmu kedokteran. Jika ilmu kedokteran sebelumnya merupakan seni menyembuhkan penyakit ( the art of healing ) yang dilaksanakan oleh dokter yang mampu melayani pasien yang menderita berbagai penyakit, maka kemudian sesuai dengan kebutuhan. Kesehatan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat, maka semua negara berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik- baiknya. Dalam kesempatan ini, tim penyusun akan membahas permasalahan tentang Emerging dan Re-emerging disease. Dimana tim penyusun dituntut membahas permasalahan penyakit- penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyebabkan wabah secara endemik dan pandemik. Penyakit- penyakit ini sangat perlu dikenali secara dini agar para dokter bisa melakukan pengendalian terhadap penyebaran mikroorganisme penyakit tersebut. Dikarenakan kejadian KLB sangat bisa mengganggu produktivitas masyarakat sehingga meningkatkan morbiditas bahkan mortalitas dari suatu negara. Oleh karena itu lah tim penyusun secara khusus akan membahas penyakit- penyakit yang termasuk kategori Emerging dan Re- emerging Disease. Disamping itu didalam perkembangan ilmu kedokteran yang sangat dinamis sehingga menuntut mahasiswa/i untuk terus belajar dan menggali ilmu tanpa mengenal waktu, hal itu sangat diperlukan terhadap mahasiswa/i yang menjadi calon dokter masa depan di negara Indonesia. Jadi dengan konsep keilmuan yang baik maka lahirlah seorang dokter yang kompeten dan dipercaya oleh masyarakat, inilah yang merupakan salah satu latar belakang kami dalam penyusunan makalah.
1
1. 2
TUJUAN PEMBAHASAN Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang diharapkan berguna
bagi para pembaca dan khususnya kepada penyusun sendiri. Dimana tujuannya dibagi menjadi dua macam yang pertama secara umum makalah ini bertujuan menambah wawasan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran, dimana pemikiran ilmiah sangat dibutuhkan bagi seorang dokter agar mampu menganalisis suatu masalah secara tepat dan cepat. Sedangkan secara khusus tujuan penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut : 1. Mampu mengetahui dan memahami definisi Emerging dan Re- Emerging Disease. 2. Mampu mengetahui dan memahami jenis- jenis penyakit Emerging dan ReEmerging. 3. Mampu mengetahui dan memahami 4. Mampu mengetahui dan memahami 5. Mampu mengetahui dan memahami 6. Mampu mengetahui dan memahami
2
BAB II PEMBAHASAN 2. 1
SKENARIO SKENARIO- 2 EMERGING DISEASE
Tim Universitas Negeri Manado (UNIMA) Choir akhirnya kembali ke Indonesia, setelah seluruh anggota tim dinyatakan bebas dari penyebaran virus H1N1 atau flu dikenal dengan flu babi, saat berlaga pada 2nd Asian Choir Games, Gyeongnam, Korea Selatan, 7-17 Juli 2009. UNIMA Choir sendiri selama mengikuti lomba itu berada di INJE University Dormitory, Gimhae. Tak hanya UNIMA, beberapa tim lainnya, seperti tim Elfa’s Music School, Gorontalo Choir dan Riau Choir, sempat masuk karantina.
2. 1. 1
KEYWORD
1. Emerging disease
: dari kata ini tim penyusun akan membahas permasalahan
untuk menjadi suatu makalah.
3
2. 2
LEARNING OBJECTIVE
2. 2. 1 A.
EMERGING & RE-EMERGING DISEASE Definisi Meskipun kemajuan luar biasa dalam penelitian medis dan perawatan selama abad 20,
penyakit menular tetap menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia karena tiga alasan : (1) munculnya penyakit infeksi baru (emerging disease); (2) munculnya kembali penyakit menular lama (re-emerging disease), dan (3)intractable infectious disease.
Emerging disease termasuk wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir. Re-emerging disease atau yang biasa disebutresurging disease adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden dimasa lampau. Ada beberapa faktor yang menyebabkan dua permasalahan ini selalu muncul hampir disetiap tahunnya,yaitu :
Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi dan adaptasi.
Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter).
Perubahan iklim dan lingkungan.
Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan obat antimikrobial yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan penggunaan vaksin.
Pekembangan industri dan ekonomi.
Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu (travel diseases).
Perang seperti ancaman penggunaan bioterorisme atau senjata biologis.
4
Emerging viruses merupakan virus yang dalam prosesnya beradaptasi untuk membentuk host baru dan ‘vice versa’. Contoh dari emerging virus adalah : Myxoma virus (Rabbitpox), virus influenza dan virus corona. Dapat dikatakan emerging virus karena :
Merupakan penampakan virus baru dalam sebuah populasi.
Berkembang secara cepat dalam membentuk host baru dengan meningkatkan korespondensi dalam deteksi penyakit.
B.
Evolusi Virus.
Mutasi
Rekombinasi
Seleksi Etiologi Sudah banyak microbial agent (virus, bakteri, jamur) yang telah terindikasi
menyebabkan wabah penyakit bagi manunsia dan juga memiliki karakteristik untuk mengubah pola penyakit tersebut sehingga menyebabkan wabah penyakit yang baru. Seperti yang dirilis dalam National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID) yang membagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu : 1. Grup I : Pathogen baru yang diakui dalam 2 dekade terakhir. 2. Grup II : Re-emerging pathogen. 3. Grup III : Pathogen yang berpontesial sebagai bioterorisme. Peningkatan dan penguatan di bidang pemantauan kesehatan masyarakat (public health surveillance) sangat penting dalam deteksi dini dan penatalaksaanemerging dan reemerging disease ini. Pemantauan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan fungsi laboratorium klinis dan pathologis, pendekatan secara epidemiologi dan kesehatan masyarakat juga diperlukan dalam deteksi cepat terhadapat emerging dan re-emerging disease. 5
C.
Surveilance WHO telah merekomendasikan kepada setiap negara dengan sebuah sistem
peringatan
dini
(early
warning
system)
untuk
sistemsurveillance untuk emerging dan re-emerging
wabah
penyakit
disease khususnya
menular untuk
dan
wabah
penyakit pandemik. Sistem surveillance merujuk kepada pengumpulan, analisis dan intrepretasi dari hasil data secara sistemik yang akan digunakan sebagai rencana penatalaksaan (pandemic preparedness) dan evaluasi dalam praktek kesehatan masyakarat dalam rangka menurunkan angka morbiditas dan meningkatkan kualitas kesehatan(Center for Disease Control and Prevention/CDC). Contoh sistem surveillance ini seperti dalam kasus severe acute respiratory syndrome (SARS), dimana salah satu aktivitas di bawah ini direkomendasikan untuk harus dilaksanakan yaitu : 1. Komprehensif atau surveillance berbasis hospital (sentinel) untuk setiap individual dengan gejala acute respiratory ilness ketika masuk dalam rumah sakit. 2. Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute respiratory ilness di dalam komunitas. 3. Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute respiratory ilness di lingkup rumah sakit. 4. Memonitor
distribusi
penggunaan
obat
antiviral
untuk influenza
A,
obat
antrimicrobial dan obat lain yang biasa digunakan untuk menangani kasus acute respiratory ilness. Fungsi utama dari sistem surveillance ini adalah : (1)Menyediakan informasi seperti pemantauan secara efektif terhadap distribusi dan angka prevalensi, deteksi kejadian luar biasa, pemantauan terhadap intervensi, dan memprediksi bahaya baru; (2)Melakukan tindakan dan intervensi. Sehingga diharapkan munculnya kejadian luar biasa yang bersifat
6
endemik, epidemik dan pandemik dapat dihindari dan mengurangi dampak merugikan akibat wabah penyakit tersebut. Tindak lanjut dari hasil surveillance ini adalah pembuatan perencanaan
atau
yang
lebih
dikenal
dengan
pandemic
preparedness.
WHO
merekomendasikan prinsip-prinsip penatalaksaan pandemic preparedness seperti yang tertera di bawah ini : 1. Perencanaan dan koordinasi antara sektor kesehatan, sektor nonkesehatan, dan komunitas. 2. Pemantauan dan penilaian terhadap situasi dan kondisi secara berkelanjutan. 3. Mengurangi penyebaran wabah penyakit baik dalam lingkup individu, komunitas dan internasional. 4. Kesinambungan penyediaan upaya kesehatan melalui sistem kesehatan yang dirancang khusus untuk kejadian pandemik. 5. Komunikasi dengan adanya pertukaran informasi-informasi yang dinilai relevan. Tindak lanjut dari hasil surveillance ini adalah pembuatan perencanaan atau yang lebih dikenal dengan pandemic preparedness. WHO merekomendasikan prinsip-prinsip penatalaksaan pandemic preparedness seperti yang tertera di bawah ini : 1. Perencanaan dan koordinasi antara sektor kesehatan, sektor nonkesehatan, dan komunitas. 2. Pemantauan dan penilaian terhadap situasi dan kondisi secara berkelanjutan. 3. Mengurangi penyebaran wabah penyakit baik dalam lingkup individu, komunitas dan internasional. 4. Kesinambungan penyediaan upaya kesehatan melalui sistem kesehatan yang dirancang khusus untuk kejadian pandemik. 5. Komunikasi dengan adanya pertukaran informasi-informasi yang dinilai relevan.
7
D.
Jenis- Jenis Penyakit
Virus RNA 1) Avian Influenza in Humans (Flu Burung)
Virus
influenza
merupakan
virus
RNA
yang
termasuk
dalam
family
Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza mempunyai selubung yang terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat. Viru ini mempunyai spikes (tonjolan) yang digunakan untuk menempel pada reseptor yang spesifik pada sel-sel hospesnya pada saat menginfeksi sel. Terdapat dua jenis spikes yaitu yang mengandung hemaglutinin dan neuraminidase yang terletak di bagian luar virion. Virus influenza mempunyai 4 jenis antigen yang terdiri dari protein nukleokapsid, hemaglutinin, neuraminidase, dan protein matriks.
Berdasarkan jenis antigen nukleokapsid dan matriks protein virus influenza digolongkan menjadi virus influenza A, B dan C.
- Virus influenza A sngat penting dalam bidang kesehatan karena sangat pathogen baik bagi manusia ataupun hewan yang menyebabkan angka kematian dan kesakitan meningkat diseluruh dunia. Virus ini sering menimbulkan pandemic karena mudahnya bermutasi baik berupa antigenic drift ataupun antigenic shift sehingga membentuk varian baru yang lebih pathogen.
- Virus influenza B adalah jenis virus yang hanya menyerang manusia dan jarang sekali atau tidak menyebabkan wabah pandemic.
8
- Virus influenza C bisa menyebabkan infeksi pada manusia dan binatang,dan sama jarang sekali atau tidak menyebabkan wabah pandemic.
Penularan atau transmisi dari virus influenza secara umum dapat terjadi melalui inhalasi, kontak langsung ataupun kontak tidak langsung. Kekhawatiran yang muncul dikalangan ahli genetika antara virus influenza burung dengan virus influenza manusia terjadi rekombinasi genetic, sehingga dapat menular antara manusia. Ada dua kemungkinan yang dapat menghasilkan subtype baru dari H5N1 yang dapat menular antara manusia ke manusia adalah :
- Virus dapat menginfeksi manusia dan mengalami mutasi sehingga virus tersebut dapat beradaptasi untuk mengenali linkage RNA pada manusia atau virus burung tersebut mendapatkan gen dari virus influenza manusia sehingga dapat bereplikasi secara efektif didalam el manusia.
- Jenis virus, baik avian ataupun vrus influenza tersebut dapat secara bersamaan menginfeksi manusia sehingga terjadi ‘mix’ atau rekombinasi genetic, sehingga menghasilkan strain virus baru yang sangat virulen bagi manusia.
Patogenesis. Mutasi genetic virus Avian influenza sering kali terjadi sesuai dengan kondisi dan lingkungan replikasinya. Mutasi gen ini tidak saja untuk mempertahankan diri tetapi juga dapat meningkatkan sifat patogenisitasnya. Penelitian terhadap virus H5N1 yang diisolasi dari pasien yang terinfeksi, menunjukan bahwa mutasi genetic pada posisi 627 dari gen PB2 yang mengkod ekspresi polymerase basic protein telah menghasilkan highly cleavable hemaglutinin glycoprotein yang merupakan factor virulensi yang dapat meningkatkan aktivitas replikasi virus H5N1 dalam sel hospesnya.
9
Infeksi viru H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospes setelah terjadi penempelan spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel hospesnya. Virion akan menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegrasikan materi genetiknya didalam inti sel hospesnya, dan dengan menggunakan mesin genetic dari sel hospesnya, virus dapat bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan virion ini dapat menginfeksi kembali selsel di sekitarnya. Dari beberapa hasil pemeriksaan terhadap specimen klinik yang diambil dari penderita ternyata avian influenza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel nasofaring dan didalam sel gastrointestinal. Virus H5N1 ini juga dapat ditemukan di dalam darah, cairan cerebrospinal dan tinja pasien (WHO, 2005). Fase penempelan (attachment) adalah fase yang paling menentukan apakah virus bisa masuk atau tidak kedalam sel hospesnya untuk melanjutkan replikasinya.
Gejala Klinik. Masa inkubasi virus H5N1 yaitu sekitar 2-4 hari setelah terinfeksi, namun berdasarkan hasil laporan belakangan ini masa inkubasinya bsa mencapai antara 4-8 hari. Sebagian pasien memperlihatkan gejala awal berupa demam tinggi (>380 C) dan gejala flu serta kelainan saluran nafas. Gejala lain yang dapat timbul adalah diare, muntah, sakit perut, sakit pada dada, hipotensi, dan juga dapat terjadi perdarahan dari hidung dan gusi. Gejala sesak nafas mulai muncul setelah 1minggu berikutnya. Gejala klinik dapat memburuk dengan cepat yang biasanya ditandai denganpneumonia berat, dyspnea, tachypnea, gambaran radiograpgy yang abnormal seperti diffuse, multifocal, patchy infiltrate, interstisial infiltrate, dan kelainan segmental atau lobular. Gambaran lain yang juga sering dijumpai berdasarkan hasil laboratorium adalah leucopenia,, lymphopenia, trombositopenia, peningkatan aminotransferase, hyperglycemia, dan peningkatan kreatinin.
10
Diagnosis Laboratorium. Penderita yang terinfeksi H5N1 pada umumnya dilakukan pemeriksaan specimen klinik berupa swab tenggorokan dan cairan nasal. Untuk uji konfirmasi terhadap virus H5N1 harus dilakukan pemeriksaan dengan cara :
a. Mengisolasi virus.
b. Deteksi genom H5N1 dengan metode polymerase Chain Reaction menggunakan sepasang primer spesifik.
c. Tes imunofluoresensi terhadap antigen menggunakan monoclonal menggunakan antibody terhadap H5N1.
d. Pemeriksaan adanya peningkatan titer antibody terhadap H5N1.
e. Pemeriksaan dengan metode western blotting terhadap H5 spesifik. Untuk diagnosis pasti, salah satu atau beberapa dari uji konfirmasi tersebut diatas harus dinyatakan positif.
Terapi dan Manajemen. Terdapat 4 jenis obat antiviral untuk pengobatan ataupun pencegahan terhadap influenza, yaitu amantadine, rimantadine, zanamivir, dan oseltamivir (tamiflu). Mekanisme kerja amantadine dan rimantadine adalah menghambat replikasi virus. Namun demikian obat ini sudah tidak mempan lagi untuk membunuh virus H5N1 yang saat ini beredar luas. Kedua obat ini hanya efektif untuk influenza tipe A. Sedangkan zanamivir dan oseltamivir merupakan inhibitor neuraminidase. Diketahui bahwa neuraminidase ini diperlukan oleh virus H5N1 untuk lepas dari sel hospes pada fase budding sehingga membentuk virion yang infektif. Bila neuraminidase ini dihambat oleh oseltamifir atau zanamivir, maka replikasi virus tersebut dapat dihentikan. 11
Zanamivir dan oseltamivir ini efektif untuk influenza tipe A dan B, dan kedua obat ini sedikit menimbulkan toksisitas.
2) Swine Influenza (Flu Babi)
- Penyakit pernafasan akut yang sangat menular diantara babi.
- Disebabkan oleh satu dari beberapa virus swine influenza A : H1N1, H1N2, H3N1, H3N2.
- Morbiditas cukup tinggi.
- Mortalitas rendah(1-4%).
- Virus menyebar diantara babi dengan cara aerosols, Kontak langsung dan tidak langsung, dan oleh asymptomatic carrier pigs.
Genus dari virus ini adalah influenza virus type A, dimana virus influenza tipe A ini mampu menjangkiti manusia, babi, musang, dan unggas. Penamaan virus influenza didasarkan pada struktur permukaan dari virus tersebut. H, dimaksudkan untuk menunjukan protein Hemaglutinasi dan N menunjukan protein Neurominidase. Selama ini, telah ditemukan 16 subtype H dan 9 subtype N. kombinasi antara keduanya akan menghasilkan 144 jenis subtype virus influenza, seperti H1N1, H1N2, H1N3,…sampai dengan H16N9. Menurut hasil penelitian para ahli, virus yang paling berbahaya adalah H1N1, H2N3, H5N1, dan H7N1. Berdasarkan WHO update (30 April 2009), sebenarnya pandemi ini sudah pernah terjadi pada saat perang dunia I. Dimana pada saat itu para tentara Spanyol yang menjajah Mexico adalah pembawa virus ini pertama kali. Pada saat
12
itu wabah tersebut dinamakan Spanish Influenza, kejadian-kejadian serupa juga terjadi di tahun-tahun berikutnya di berbagai Negara seperti Hongkong dan Jepang (1970), Thailand (1983), Amerika (1998), dan Mexico (2009). Kejadian-kejadian wabah influenza lebih sering disebabkan oleh hewan, baik hewan ternak (babi dan unggas) ataupun hewan liar (musang dan unggas liar). Kejadian yang sekarang ini disebabkan oleh babi, pada babi virus ini akan bermutasi dan menata diri yang kemudian dapat menjangkiti manusia. Jumlah kasus yang terjadi di Indonesia menurut data terakhir mencapai 420 kasus. Untuk kasus yang terjadi di Indonesia memang tidak terbukti bahwa babi sebagai penyebab utama. Diduga penularan melalui antar manusia, walaupun hal ini kerap dibantah oleh Dinas Kesehatan. Pembawa virus ini juga diduga berasal dari mobilitas orang-orang yang masuk ke Indonesia dari Negara yang terkena wabah seperti Mexico. Masa inkubasi virus ini adalah sekitar 1-7 hari, masa penularan satu hari sebelum sakit, dan 7 hari sesudah sakit (onset ).
Cara penularan. Adalah dengan cara kontak langsung dengan penderita karena berbicara ataupun percikan batuk atu bersin, dan atau kontak dengan benda yang terkontaminasi dengan virus H1N1. Secara operasional Definisi kasus ‘swine influenza’ dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Suspek Seseorang dengan gejala infeksi pernapasan akut (demam ≥ 38oC) mulai dari yang ringan (Influenza like Illnes) sampai dengan Pneumonia, ditambah salah satu keadaan di bawah ini :
o Dalam 7 hari sebelum sakit, pernah kontak dengan kasus konfirmasi swine influenza (H1N1) 13
o Dalam 7 hari sebelum sakit pernah berkunjung ke area yang terdapat satu atau lebih kasus konfirmasi Swine influenza (H1N1)/ Flu Meksiko.
2. Probabel Seseorang dengan gejala di atas disertai dengan hasil pemeriksaan laboratorium positif terhadap Influenza A tetapi tidak dapat diketahui subtypenya dengan menggunakan reagen influenza musiman. Atau Seseorang yang meninggal karena penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang tidak diketahui penyebabnya dan berhubungaan secara epidemiologi (kontak dalam 7 hari sebelum onset) dengan kasus probable atau konfirmasi.
3. Konfirmasi Seseorang dengan gejala di atas sudah dikonfirmasi laboratorium swine influenza (H1N1)/ Flu Meksiko dengan pemeriksaan satu atau lebih test di bawah ini :
- Real time RT PCR
- Kultur virus
- Peningkatan 4 kali antibody spesifik swine influenza (H1N1) / Flu Meksiko dengan netralisasi tes.
- Sampai saat ini antivirus yang masih sensitif adalah Oseltamivir dan Zanamivir, sedangkan Amantadine dan Rimantadine sudah resisten.
14
Penderita yang terjangkit virus flu babi mempunya ciri-ciri (WHO) :
- Panas demam yang tinggi diatas 39 derajat C
- Nyeri di persendian
- Hidung berair yang tak seperti biasanya karena paru-paru berair. Vaccine untuk Swine Influenza:
- Saat ini tidak tersedia.
- Vaccine untuk influenza (Seasonal flu) tidak diketahui efektivitasnya untuk mencegah swine flu.
- Virus Influenza A sangat cepat bermutasi.
Pencegahan.
- Hindari babi yang sedang sakit dan orang yang sedang menderita demam dan gejala influenza lainnya.
- Hygiene yang baik: Cuci tangan dengan sabun sesering mungkin.
- Virus swine influenza mati dengan memanaskan pada suhu 70°C.
- Lakukan kebiasaan hidup sehat: cukup istirahat, makanan berimbang, lakukan aktivitas fisik cukup.
15
Diagnosis (Pada anak dan dewasa). Diagnosis influenza A baru H1N1 ditegakkan berdasarkan kriteria klinis berupa gejala Influenza Like Ilness (ILI) yaitu demam dengan suhu > 380C, batuk, pilek, nyeri otot dan nyeri tenggorok. Gejala lain yang mungkin menyertai adalah sakit kepala, sesak napas, nyeri sendi, mual, muntah dan diare. Pada anak gejala klinis dapat terjadi fatique. Diagnosis influenza A baru H1N1 dengan RT-PCR dilakukan hanya untuk pasien yang dirawat, kluster dan kasus-kasus influenza yang tidak lazim (unusual). Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pasien yang dirawat (criteria sedang dan berat).
- Laboratorium : darah perifer lengkap, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, gula darah sewaktu.
- Radiologi: foto toraks.
- Pemeriksaan lainnya tergantung indikasi.
- Pada darah perifer lengkap bila ditemukan leukopenia dan trombositopenia dapat memperkuat diagnosis namun bila tidak ditemukan leukopenia dan trombositopenia tidak menyingkirkan diagnosis.
- Diagnosis influenza A baru H1N1 secara klinis dibagi atas kriteria ringan, sedang dan berat.
- Kriteria ringan yaitu gejala ILI, tanpa sesak napas, tidak disertai pneumonia dan tidak ada faktor risiko.
16
- Kriteria sedang gejala ILI dengan salah satu dari kriteria: faktor risiko, penumonia ringan (bila terdapat fasilitas foto rontgen toraks) atau disertai keluhan gastrointestinal yang mengganggu seperti mual, muntah, diare atau berdasarkan penilaian klinis dokter yang merawat.
- Kriteria berat bila dijumpai kriteria yaitu pneumonia luas (bilateral, multilobar), gagal napas, sepsis, syok, kesadaran menurun, sindrom sesak napas akut (ARDS) atau gagal multi organ.
- Kelompok risiko tinggi pada dewasa adalah faktor yang dapat memperberat keadaan yaitu penyakit paru kronik (asma, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)), kehamilan, obesitas, penyakit kronik lainnya (penyakit jantung, diabetes mellitus, gangguan metabolik, penyakit ginjal, hemoglobinopati, penyakit immunosupresi, gangguan neurologi), malnutrisi dan usia > 65 tahun.
- Kelompok risiko tinggi pada anak adalah :
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Influenza A Baru H1N1 :
- Anak berusia kurang dari 5 tahun.
- Anak atau remaja (usia 6 bulan – 18 tahun) yang mendapat terapi aspirin jangka panjang dan berisiko mengalami sindrom Reye setelah mendapat infeksi virus influenza.
17
- Anak
dengan
penyakit
paru
kronik
(asma,
bronkiektasis,
dysplasia
bronkopulmonal), penyakit jantung, ginjal dan hati, penyakit neuromuskular kronik (sindrom down, CP spastic, delayed development, miastenia gravis).
- Anak dalam keadaan imunokompromais (keganasan, anemia aplastik,dalam terapi imunosupresi atau HIV), diabetes mellitus, hipertensi, obesitas dan tinggal di rumah perawatan dan fasilitas perawatan kesehatan lainnya.
- Kriteria pneumonia berat pada dewasa yaitu bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria minor atau mayor.
- Kriteria minor yaitu Frekuensi napas > 30 /menit, foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral atau melibatkan 2 lobus, tekanan sistolik < 90 mmHg, tekanan diastolik 4 jam (septik syok), kreatinin serum >2 mg/dl atau peningkatan >2 mg/dl, pada penderita penyakit ginjal atau gagal ginjal yang membutuhkan dialisis,
PaO2/FiO2
kurang
dari
300
mmHg.
- Kriteria pneumonia pada anak yaitu gejala ILI dan frekuensi napas yang cepat (frekuensi napas sesuai usia) dan/atau terdapat kesukaran bernapas yang ditandai dengan retraksi sela iga, retraksi epigastrium, retraksi suprasternal, retraksi subkostal (chest indrawing) atau napas cuping hidung.
3) SARS – Severe Acute Respiratory Syndrome
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Sindroma Pernapasan sangat akut adalah penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini 18
belum diketahui pasti penyebabnya. Penyakit ini dicurigai pertaman kali timbul di provinsi Guangdong, RRC. Diketahui penyakit SARS ini mempunyai tingkat penularan yang tinggi terutama diantara petugas kesehatan yang selanjutnya menyebar ke anggota keluarga dan pasien – pasien Rumah Sakit. Angka kematian diantara penderita (CFR) diketahui sekitar 4%. Dan hingga saat ini SARS dilaporkan telah menyebar di berbagai negara ditandai dengan ditemukannya penderita yang dicurigai SARS. Dengan kenyataan diatas maka pada tanggal 15 Maret 2003, WHO menetapkan SARS merupakan ancaman kesehatan global (Global Threat) yang harus mendapat perhatian dari semua negara di dunia. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah yang luas dan berbatasan dengan negara – negara terjangkit dan negara tempat ditemukannya penderita SARS. Keadaan ini menjadi ancaman terhadap masuknya penyakit ini ke wilayah Indonesia dan didukung oleh banyaknya jalur transportasi langsung dengan daerah – daerah di Indonesia. Agar ancaman masuknya penyakit SARS dapat dicegah dan atau diminimalisir serta penyebaran lebih lanjut di masyarakat tidak terjadi bila masuk ke Indonesia maka perlu ada pedoman penanggulangan terhadap penyakit SARS. Karena merupakan penyakit yang baru, dimana belum ada pedoman penanggulangannya maka dipandang perlu segera dibuat pedoman penanggulangan yang dapat digunakan sebagai acuan oleh setiap petugas kesehatan dalam bertindak.
Epidemiologi. Pertama kali ditemukan di Asia pada pertengahan Februari, SARS telah menyerang lebih dari 450 orang di 3 benua dan menyebabkan pnemonia berat pada sebagian besar pengidap. Data terakhir yang dikumpulkan oleh WHO menunjukkan kecenderungan penyakit tersebut telah meluas di seluruh dunia.
19
Etiologi. Etiologi SARS saat ini masih menjadi bahan penelitian para ahli. Penelitian saat ini mengarah kepada Coronavirus, walaupun tipe lain yaitu Paramyxovirus juga dipikirkan menjadi penyebab SARS. Para ahli juga memikirkan kemungkinan SARS disebabkan oleh infeksi ganda oleh 2 virus baru yang bekerja secara simbiosis sehingga menyebabkan klinis yang berat pada manusia.
Coronavirus. Coronavirus memiliki bentuk bundar, ukuran 100-150 nm terdiri dari RNA rantai tunggal. Dua bentuk tipe coronavirus manusia yang telah diidentifikasi adalah strain 229E yang telah diisolasi dari kultur sel seperti fibroals sel paru-paru embrional, dan strain OC43 yang diisolasi dari kultur organ. Studi pada pasien dewasa, coronavirus dijumpai pada 4 – 15 % penyakit respirasi akut dengan puncak hingga 35%. Pada anak-anak dijumpai pada 8 % dengan puncak hingga 20%. Masa inkubasi berkisar 2 – 4 hari, lebih lama daripada rhinovirus. Untuk diagnosis serologis dengan spesimen serum, tes fiksasi komplemen dan ELISA dapat mendeteksi baik strain 229E maupun OC43. Pemeriksaan hemagglutinationinhibition dapat juga digunakan untuk diagnosis serologis untuk grup OC43.
Parainfluenzavirus. Parainfluenza virus adalah penyebab penting penyakit infeksi saluran nafas bawah pada anak, yang merupakan penyebab utama croup (laringotrakeobronkitis akut) dan penyebab kedua terbanyak penyakit saluran nafas bawah akut pada bayi-bayi yang dirawat setelah RSV. Parainfluenza virus merupakan genus Paramyxovirus, berbentuk pleomorfik, berukuran 150 – 200 nm, mengandung genom RNA rantai tunggal. Pada manusia virus ini diidentifikasi menjadi 4 tipe. Parainfluenza virus tersebar di seluruh dunia dan hampir semua orang dewasa pernah terkena selama masa anak-anak. Virus ini menyebar dari orang ke orang melalui sekret yang terinfeksi.
20
Diagnosis serologis dapat dilakukan dengan cara tes fiksasi komplemen, ELISA, netralisasi dan hemagglutin-inhibisi. Masa inkubasi SARS adalah 2 – 7 hari, beberapa mengatakan sampai 10 hari. Terdapat 2 definisi kasus klinis SARS menurut WHO yaitu :
1. Suspected case :
Temperatur tubuh > 38 ° C DAN
Satu atau lebih gejala gangguan saluran pernafasan ( batuk, nafas pendek, sulit nafas, hipoksia, atau gambaran radiologis berupa pnemonia atau sindrom distress pernafasan akut ) DAN
Bepergian dalam 10 hari saat onset gejala ke daerah yang tercatat atau diduga terdapat transmisi SARS ATAU kontak erat dalam 10 hari dengan penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang bepergian ke daerah SARS atau orang yang diketahui merupakan suspect case.
Kontak erat didefinisikan sebagai : orang yang merawat, tinggal serumah, atau kontak langsung dengan cairan saluran nafas dan/atau cairan tubuh dari penderita SARS.
2. Probable case :
Suspect case dengan disertai dengan gambaran foto rontgen dada sesuai pneumoni atau respiratory distress syndrome (RDS) ATAU 21
Suspect case yang meninggal dengan penyebab penyakit respiratorik yang tidak dapat diterangkan penyebabnya, pada pemeriksaan autopsi didapatkan hasil pemeriksaan patologi sesuai dengan RDS yang tidak dapat diidentifikasi penyebabnya.
Gejala tambahan. Selain demam dan gejala respiratorik, SARS dapat disertai dengan gejala lain seperti kaku otot, nafsu makan menurun, lesu, bingung (confusion), ruam kulit dan diare. Banyak kasus pada awalnya mengeluh nyeri kepala hebat, dizzines, dan demam tinggi selama perjalanan penyakit. Pada kasus tertentu terjadi perubahan keadaan umum memburuk secara cepat sejalan dengan penurunan saturasi oksigen dan gejala acute respiratory distress, sehingga membutuhkan bantuan ventilator. Sepuluh persen di antaranya memerlukan perawatan di Unit Perawatan Intensif.
Pemeriksaan Penunjang. (1) Foto rontgen dada. Terdapat gambaran foto yang khas, dimulai dengan gambaran unilateral , patchy shadowing, apabila keadaan pasien memburuk dalam waktu 1-2 hari, terjadi infiltrat interstitial/confluent bilateral dan menyeluruh. Namun kadang-kadang pada beberapa kasusu gambaran patchy pada goto toraks tidak tidak tampak. Pada akhir perjalanan penyakit beberapa pasien mengalami Adult Respiratory Distress Syndrome (ADRS); (2) Laboratorium : pada awalnya gambaran darah tepi normal, tetapi pada hari ke 3-4 sakit, umumnya dijummpai limfoni (>50% kasus) dan Trombositopenia; Enzim hati meningkat, dan nilai PT dan PTT abnormal; Peningkatan kadar kreatinin fosfokinase
dan
CRP
terjadi
pada
beberapa
kasus
Terapi. Regimen terapi meliputi beberapa antibiotik untuk mengobati bakteri yang telah diketahui pada pnemonia atipik. Di beberapa lokasi, terapi juga meliputi 22
antivirus seperti oseltamivir atau ribavirin. Steroid diketahui juga diberikan secara oral atau intravena pada pasien bersama dengan ribavirin dan antimikroba lainnya. Sampai saat ini terapi yang paling efektif belum diketahui.
E.
Epidemiologi
virus : Virus Ebola : Wabah pertama terjadi pada tahun 1976 dan penemuan virus itu dilaporkan pada tahun 1977 . Kasus adat telah dikonfirmasi di empat negara di Afrika ( Côte d' Ivoire, Republik Demokratik Kongo , Gabon dan Sudan ) . Melalui Juni 1997, 1 054 kasus telah dilaporkan ke WHO , 754 di antaranya terbukti fatal. Kera yang terinfeksi dengan strain Asia Ebola yang diimpor dari Filipina ke Amerika Serikat pada tahun 1989 dan 1990 , dan ke Italia pada tahun 1992 . Regangan Asia ini , Ebola Reston - , tampaknya tidak menyebabkan penyakit pada manusia . Human immunodeficiency virus ( HIV ) : Virus yang menyebabkan AIDS pertama kali diisolasi pada tahun 1983 . Pada awal Juni 1998 , jumlah kasus AIDS yang dilaporkan ke WHO oleh otoritas nasional sejak awal epidemi ini dekat dengan 1,9 juta . Namun, diperkirakan bahwa , sejak awal epidemi , 30.600.000 orang di seluruh dunia telah terinfeksi HIV dan hampir 12 juta telah meninggal karena AIDS atau penyakit terkait AIDS . Hepatitis C : Diidentifikasi pada tahun 1989 , virus ini sekarang dikenal sebagai penyebab paling umum pasca transfusi hepatitis di seluruh dunia , dengan sekitar 90 % dari kasus di Jepang , Amerika Serikat dan Eropa Barat . Sampai dengan 3 % dari populasi dunia diperkirakan terinfeksi , di antaranya 170 juta adalah pembawa kronis berisiko terkena sirosis hati dan / atau kanker hati .
23
Virus Influenza A ( H5N1 ) : virus influenza ini adalah patogen terkenal di burung tapi diisolasi dari kasus manusia untuk pertama kalinya pada tahun 1997 . Munculnya influenza manusia A ( H5N1 ) pada awalnya mengikuti skenario kemungkinan pandemi influenza berikutnya diharapkan tapi , dalam acara tersebut , virus ditularkan buruk dan penyebaran virus tampaknya telah terkandung pada tahun 1997 . bakteri : Legionella pneumophilia : Deteksi bakteri pada tahun 1977 menjelaskan wabah pneumonia berat di pusat konvensi di Amerika Serikat pada tahun 1976 dan sejak saat itu telah dikaitkan dengan wabah terkait dengan kurang terpelihara sistem pendingin udara. Escherichia coli O157 : H7 : Terdeteksi pada tahun 1982 , bakteri ini biasanya ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi dan menyebabkan wabah sindrom uremik hemolitik di Amerika Utara , Eropa dan Jepang . Sebuah wabah meluas di Jepang pada tahun 1996 menyebabkan lebih dari 6 000 kasus di antara anak-anak sekolah , di antaranya dua meninggal . Selama wabah tunggal di Skotlandia pada tahun 1996 , 496 orang jatuh sakit , di antaranya 16 meninggal . Burgdorferi Borrelia : Terdeteksi di Amerika Serikat pada tahun 1982 dan diidentifikasi sebagai penyebab penyakit Lyme , bakteri ini sekarang dikenal menjadi endemik di Amerika Utara dan Eropa dan ditularkan ke manusia oleh kutu . Vibrio cholerae O139 : Pertama terdeteksi pada tahun 1992 di India , bakteri ini telah dilakukan sejak dilaporkan di 7 negara di Asia . Munculnya serotipe baru memungkinkan organisme untuk terus menyebar dan menyebabkan penyakit bahkan pada populasi dilindungi oleh antibodi yang dihasilkan sebagai respon terhadap paparan sebelumnya untuk serotipe lain dari organisme yang sama .
24
Resistensi antimikroba : Masalah kesehatan masyarakat lain yang muncul adalah jumlah berkembang pesat bakteri menjadi resisten terhadap berbagai peningkatan antibiotik . Di banyak daerah , biaya rendah , antibiotik pilihan pertama telah kehilangan kekuasaan mereka untuk membersihkan infeksi Escherichia coli , Neisseria gonorrhea , Pneumococcus , Shigella , Staphylococcus aureus - meningkatkan biaya dan lamanya pengobatan banyak penyakit yang umum termasuk penyakit diare epidemi , gonore , pneumonia dan otitis . Masalah lebih lanjut berasal dari penggunaan bahan antimikroba dalam produksi makanan hewan .
re - emerging Penyakit menular Re - muncul disebabkan oleh munculnya kembali , dan peningkatan , jumlah infeksi dari penyakit yang dikenal , tapi yang sebelumnya menyebabkan begitu beberapa infeksi yang itu tidak lagi dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat . Kolera : Kolera telah kembali diperkenalkan ke negara-negara dan benua di mana ia sebelumnya menghilang , dan di mana ia dapat menyebar karena sistem air dan sanitasi telah memburuk dan langkah-langkah keamanan pangan yang tidak memadai. Pada tahun 1991 , pandemi kolera 7th mencapai Amerika di mana kolera belum terdaftar selama satu abad . Pada tahun itu , lebih dari 390 000 kasus telah diberitahu di lebih dari 10 negara Amerika Selatan , yang secara keseluruhan menyumbang 2/3 dari jumlah kasus diberitahukan di dunia. Pada tahun 1997 , wabah kolera terutama dipengaruhi Afrika Timur dan , sementara jumlah keseluruhan telah menurun sejak tahun 1991 , masih ada lebih dari 147 000 kasus yang dilaporkan secara global pada tahun 1997 . Pada tahun 1998 , penyebaran epidemi di Afrika timur dan selatan dan wabah baru terjadi di Amerika Selatan .
25
Demam dengue : Demam berdarah telah menyebar di banyak bagian Asia Tenggara sejak tahun 1950 dan kembali muncul di Amerika pada 1990-an menyusul penurunan pengendalian nyamuk aktif dan penyebaran vektor ke daerah perkotaan . Infeksi virus dengue sering mengakibatkan berdarah demam berdarah ( DBD ) di Asia , tetapi jarang di Amerika sampai wabah parah di Kuba pada tahun 1981 . Demam berdarah dengue telah menyebar dan selama epidemi di Amerika Tengah dan Selatan pada tahun 1995-1997 , DBD dilaporkan di 24 negara . Difteri : Difteri kembali muncul di Federasi Rusia dan beberapa negara republik bekas Uni Soviet pada tahun 1994 dan mencapai puncaknya pada tahun 1995 dengan lebih dari 50.000 kasus yang dilaporkan . Munculnya kembali dikaitkan dengan penurunan dramatis dalam program imunisasi menyusul terganggunya pelayanan kesehatan selama masa gelisah segera setelah break- up dari Uni Soviet . Sejak itu layanan imunisasi telah didirikan kembali , membalikkan tren : pada tahun 1996 , 13 687 kasus dilaporkan di Federasi Rusia . Meningitis meningokokus : meningitis meningokokus terjadi di seluruh dunia tetapi menghancurkan , epidemi berskala besar terutama telah di daerah Sub - Sahara kering Afrika , ditunjuk " African meningitis belt " . Sejak pertengahan 1990-an , epidemi di daerah ini telah pada skala belum pernah terjadi sebelumnya dan epidemi meningitis juga telah muncul di negara-negara selatan " meningitis belt " . Strain baru Neisseria meningitidis ( serogrup A III.1 clone ) , yang pertama kali terlihat pada tahun 1980 di Nepal dan Cina , telah menyebar ke barat dan sekarang telah didiagnosis pada wabah meningitis utama di Afrika . Demam Rift Valley ( RVF ) : RVF adalah penyakit zoonosis biasanya mempengaruhi domba dan sapi di Afrika . Nyamuk adalah sarana utama dimana virus RVF ditularkan antara hewan dan manusia . Orang kontak dengan hewan yang sakit kadang-kadang menjadi terinfeksi . Penyakit pada manusia ditandai dengan demam dan myalgia tetapi , dalam
26
beberapa kasus , berkembang menjadi retinitis , ensefalitis atau perdarahan . Setelah hujan normal berat di Kenya dan Somalia pada akhir 1997 dan awal 1998 , RVF terjadi di wilayah yang luas , menghasilkan penyakit pada ternak dan menyebabkan demam berdarah dan kematian di antara populasi manusia . Luasnya wabah dan tingkat keparahan penyakit itu mungkin karena banyak faktor , termasuk kondisi iklim , kekurangan gizi , dan , mungkin , rute infeksi . Demam kuning ( YF ) : YF adalah contoh dari penyakit yang vaksin yang efektif ada tetapi , karena tidak banyak digunakan di berbagai daerah beresiko , wabah terus terjadi . Ancaman YF hadir di 33 negara di Afrika dan delapan di Amerika Selatan . Sejak pertengahan 1980-an telah terjadi peningkatan yang stabil dalam jumlah kasus atau negara melaporkan kasus ( hingga 5 300 per tahun di seluruh dunia ) , namun jumlah sebenarnya dari kasus yang terjadi bisa banyak kali lebih tinggi , sebagai wabah pada umumnya terjadi di daerah terpencil daerah dan kehilangan perhatian pelayanan kesehatan . YF biasanya penyakit dari daerah hutan tropis di mana virus bertahan pada monyet . Manusia membawanya kembali ke desa mereka dan jika vektor nyamuk cocok hadir , penyakit ini akan menyebar dengan cepat dan membunuh sebagian besar penduduk , yang tidak memiliki kekebalan.
27
BAB III PENUTUP 3. 1
KESIMPULAN
1. Penyakit- penyakit yang termasuk dalam emerging disease antara lain :
Virus Ebola
HIV
Hepatitis C
H5N1
H1N1
Vibrio Cholerae
Dsb
2. Penyakit- penyakit yang termasuk dalam Re-emerging Disease ialah :
Difteri
Demam Dengue
Meningitis menokokkus
Demam Kuning
Demam Rift Valley
Dsb
28
3. 2
SARAN
Dalam penyelesaian makalah ini kami juga memberikan saran bagi para pembaca dan mahasiswa yang akan melakukan pembuatan makalah berikutnya : 1. Kombinasikan metode pembuatan makalah berikutnya. 2. Pembahasan secara langsung dengan informasi yang benar- benar up to date. Beberapa poin di atas merupakan saran dari tim yang dapat diberikan, apabila ada yang ingin melanjutkan penelitian terhadap makalah ini, dan demikian makalah ini disusun serta besar harapan nantinya makalah ini dapat berguna bagi para pembaca khususnya mahasiswa fakultas kedokteran UISU smester VII/2013 dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
29
DAFTAR PUSTAKA http://www.who.int/inf-fs/en/fact097.html
30