BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Anak-anak merupakan masa lucu-lucunya anak sekaligus yang melelahkan bagi orangtua. Banyak hal perlu diketahui orangtua selama masa perkembangan ini. Tingkah laku anak amat beragam, seperti berperilaku agresif,menarik rambut,banyak kemauan, berbohong, dan tindakan lain. Apabila orangtua salah menyikapinya, akan berdampak tidak baik bagi si anak dalam perkembangan selanjutnya. Ketika masa anak sudah memasuki masa todler anak selalu membutuhkan kesenangan pada dirinya dan anak membutuhkan suatu permainan yang dapat menghiburnya.
Atraumatic care adalah care adalah asuhan keperawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya merupakan asuhan yang teurapetik karena bertujuan sebagai therapi pada anak. Atraumatic care merupakan care merupakan bentuk perawatan teurapetik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan kesehatan anak, melalui penggunakan tindakan yang dapat mengurangi stres fisik maupun stres psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya. Atraumatic care bukan care bukan suatu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberikan perhatian pada apa, siapa, dimana, mengapa dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak dengantujuan mencegah dan mengurangi stres fisik maupun psikologis. Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak. Sekarang banyak dijual berbagai macam mainan anak-anak, jika orang tua tidak selektif dalam memilih jenis permainan pada anaknya atau kurang memahami fungsinya maka alat permainan tersebut yang sudah dibeli tidak akan berfungsi secara efektif. Alat-alat permainan hendakn ya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak, sehingga dapat merangsang perkembangan anak dengan optimal. Dalam kondisi sakitmu aktifitas bermain tetap perlu dilaksanakan namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Apakah anak mampu bermain atau tidak dan jangan sampai anak bertambah parah sakitnya akibat bermain yang berlebihan. Bukan tidak memperbolehkan namun membatasi. Terapi bermain di rumah sakit sebaiknya dilakukan diruangan yang terdapat banyak alat-alat bermain. Hal tersebut juga h arus disesuaikan jenis kelamin dan usia anak. Terapi bermain ini bertujuan untuk mempraktekkan dan melatih keterampilan,
memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan merupakan suatu aktifitas yang memberikan stimulus dalam kemampuan keterampilan koqnitif dan afektif. Tidak hanya itu terapi bermain di rumah sakit juga dapat menghilangkan kejenuhan anak selama dirawat dirumah sakit
B.
Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengertian Atraumatik Care 2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari Atraumatik Care 3. Untuk mengetahui dampak dari Atraumatik Care
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Atraumatic care adalah care adalah asuhan keperawatanj yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya merupakan asuhan yang teurapetik karena bertujuan sebagai therapi pada anak. Atraumatic care merupakan care merupakan bentuk perawatan teurapetik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan kesehatan anak, melalui penggunakan tindakan yang dapat mengurangi stres fisik maupun stres psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya. Atraumatic care bukan care bukan suatu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberikan perhatian pada apa, siapa, dimana, mengapa dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak dengantujuan mencegah dan mengurangi stres fisik maupun psikologis. Sedangkan Hospitalisasi adalah Suatu proses karena suatu alasan darurat atau berencana mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga mengalami kebiasaan yang asing,lingkunganya yang asing,orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi akan menunjukkan rasa cemas.Rasa cemas pada orang tua akan membuat stress anak
meningkat.Dengan demikian asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak tetapi juga pada orang tuanya
B. Prinsip-prinsip atraumatic care Atraumatic care sebagai bentuk perawatan therapetik dapat diberikan pada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan, seperti memperhatikan dari dampak tindakan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma.
1. Prinsip-prinsip yang dilakukan oleh perawat yaitu : a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan, ketakutan, dan kurangnya kasih sayang. Gangguan ini akan menghambat proses penyambuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. b. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontril perawatan anak Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu mandiri dalam kehidupannya, anak akn selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas sehari-hari, slalu bersikan waspada dalam segala hal, serta pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anaknya. c. Mencegah dan mengurangi cedera (injury) nyeri (dampak psikologis) Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. d. Tidak melakukan kekerasan pada anak. Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan anak. Apabila ii terjadi pada saat anak dalam proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terlambat, dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak.
2. Modifikasi lingkungan fisik Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dsan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkemban g dan merasa nyaman di lingkungannya.Faktor predisposisi terjadinya trauma pada anak yang mengalami hospitalisasi diantaranya dampak lingkungan fisik rumah sakit dan perilaku petugas itu sendiri sering kali menimbulkan trauma pada anak. Lingkungan rumah sakit yang asing bagi anak maupun orang tuanya dapat menjadi stressor.
C. Reaksi terhadap hospitalisasi Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan anak,pengalaman sebelumnya terhadap sakit,sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya,pada umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan,kehilangan, perlukaan tubuh,dan rasa nyeri. Reaksi anak pada hospitalisasi : 1. Masa bayi (0-1 th) Dampak perpisahan Pembentukan rasa P.D dan kasih sayang Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety /cemas a.
Menangis keras
b.
Pergerakan tubuh yang banyak
c.
Ekspresi wajah yang tak menyenangkan
2. Masa todler (2-3 th) Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan .Disini respon perilaku anak dengan tahapnya. a.
Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
b. Putus asa menangis berkurang,anak tak aktif,kurang menunjukkan minat bermain, sedih, apatis c.
Pengingkaran/ denial 1) Mulai menerima perpisahan 2) Membina hubungan secara dangkal
3) Anak mulai menyukai lingkungannya 3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun ) a.
Menolak makan
b.
Sering bertanya
c.
Menangis perlahan
d.
Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada perasaan malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak,tidak mau bekerja sama dengan perawat. 4. Masa sekolah 6 sampai 12 tahun Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai , klg, klp sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dlm klg, kehilangan klp sosial,perasaan takut mati,kelemahan fisik. Reaksi nyeri bisa digambarkan dgn verbal dan non verbal. 5. Masa remaja (12 sampai 18 tahun ) Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Saat MRS cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktifitas kehilangan kontrol Reaksi yang muncul : a.
Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
b. Tidak kooperatif dengan petugas Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan respon : - bertanya-tanya - menarik diri - menolak kehadiran orang lain. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi & Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi: Takut dan cemas,perasaan sedih dan frustasi:
Kehilangan anak yang dicintainya: 1. Prosedur yang menyakitkan 2. Informasi buruk tentang diagnosa medis 3. Perawatan yang tidak direncanakan
4. Pengalaman perawatan sebelumnya Perasaan sedih: Kondisi terminal perilaku isolasi /tidak mau didekati orang lain &Perasaan frustasi:Kondisi yang tidak mengalami perubahan Perilaku tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan, menginginkan P.P Reaksi saudara kandung terhadap perawatan anak di RS: Marah,cemburu,benci,rasa bersalah.
D. Permainan therapeutik Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lainlain. Anak-anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan perkembangan emosinya. Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan ototototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. Macam – macam bermain : 1. Bermain aktif Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi : a.
Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play) Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play) Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c.
Bermain drama (Dramatic Play) Misal bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-temannya.
d. Bermain fisik Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh ; Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dsb. Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini : a.
Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan. c.
Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain. E. Intervensi Keperawatan Fokus intervensi keperawatan adalah - meminimalkan stressor - memaksimalkan manfaat hospitalisasi memberikan dukungan psikologis pada an ggota keluarga - mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit 1.
Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress Dapat dilakukan dengan cara :
2.
Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
Mencegah perasaan kehilangan kontrol
Mengurangi / meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri
Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan
Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
3.
Modifikasi ruang perawatan
Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah
Surat menyurat, bertemu teman sekolah
Mencegah perasaan kehilangan kontrol:
Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.
Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
Buat jadwal untuk prosedur terapi,latihan,bermain
Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam perencanaan kegiatan
4.
Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri
Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang menimbulkan rasa nyeri
Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
Menghadirkan orang tua bila memungkinkan
Tunjukkan sikap empati
Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang dilakukan melalui cerita, gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan psikologis anak menerima informasi ini dengan terbuka.
5.
Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak
Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk belajar .
6.
Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak.
Meningkatkan kemampuan kontrol diri.
Memberi kesempatan untuk sosialisasi.
Memberi support kepada anggota keluarga.
Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit
Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak.
Mengorientasikan situasi rumah sakit. Pada hari pertama lakukan tindakan :
1)
Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya
2)
Kenalkan pada pasien yang lain.
3)
Berikan identitas pada anak.
4)
Jelaskan aturan rumah sakit.
5)
laksanakan pengkajian .
6)
Lakukan pemeriksaan fisik.
BAB III PEMBAHASAN
Atraumatic care adalah asuhan keperawatanj yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya merupakan asuhan yang teurapetik karena bertujuan sebagai therapi pada anak. Atraumatic care merupakan bentuk perawatan teurapetik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan kesehatan anak, melalui penggunakan tindakan yang dapat mengurangi stres fisik maupun stres psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya. Atraumatic care bukan suatu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberikan perhatian pada apa, siapa, dimana, mengapa dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak dengantujuan mencegah dan mengurangi stres fisik maupun psikologis.
Memodifikasi lingkungan fisik juga perlu diperhatikan karena melalui modifikasi lingkungan fisik yang yang tepat seperti lingkungan yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dsan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkemban g dan merasa nyaman di lingkungannya.Faktor predisposisi terjadinya trauma pada anak yang mengalami hospitalisasi diantaranya dampak lingkungan fisik rumah sakit dan perilaku petugas itu sendiri sering kali menimbulkan trauma pada an ak. Lingkungan rumah sakit yang asing bagi anak maupun orang tuanya dapat menjadi stresso Prinsip-prinsip yang dilakukan oleh perawat yaitu :
Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan, ketakutan, dan kurangnya
kasih sayang. Gangguan ini akan menghambat proses penyambuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontril perawatan anak Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu mandiri dalam kehidupannya, anak akn selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas sehari-hari, slalu bersikan waspada dalam segala hal, serta pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anaknya.
Mencegah dan mengurangi cedera (injury) nyeri (dampak psikologis) Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat a kan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Tidak melakukan kekerasan pada anak. Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan anak. Apabila ii terjadi pada saat anak dalam proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terlambat, dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Atraumatic care merupakan asuhan keperawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya dan merupakan asuhan yang teurapetik karena bertujuan sebagai therapi pada anak. Atraumatic care merupakan bentuk perawatan teurapetik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan kesehatan anak, melalui penggunakan tindakan yang dapat mengurangi stres fisik maupun stres psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya. Atraumatic care bukan suatu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberikan
perhatian pada apa, siapa, dimana, mengapa dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak dengantujuan mencegah dan mengurangi stres fisik maupun psikologis. Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak. Sekarang banyak dijual berbagai macam mainan anak-anak, jika orang tua tidak selektif dalam memilih jenis permainan pada anaknya atau kurang memahami fungsinya maka alat permainan tersebut yang sudah dibeli tidak akan berfungsi secara efektif.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kat a sempurna maka dari itu sangat diharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca yang bersifat membangun agar kedepan penulis dapat menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, aziz hidayat. 2008. Pengantar ilmu keperawatan anak 2 cet. 3 jilid ke 2. Jakarta; Salemba medika BETS, Cecili Lynn. 2009. Buku saku : keperawatan pediatric edisi 5 cet 1. Jakarta; EGC Carpenito, Lynda Jual-Moyet.(2008). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi
10.
Jakarta : EGC. Doengoes, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A.C. (2000). Rencana asuhan keperawatan. (Edisi 3). Jakarta: EGC Mansjoer, Arif et all. 2000. Kapita selekta Kedokteran edisi 3 . Jakarta : Media aesculapius
Perawatan Anak; atraumatic care ATRAUMATIK CARE oleh : Samsuddin, S.Kep. Ns.
1. Pengertian Atraumatik Care
Perawatan atraumatik adalah pemberian tindakan atau pelayanan keperawatan pada klien yang tidak menimbulkan adanya trauma pada anak dan keluarga (Hidayat, 2005).
Wong (1989) menyebutkan bahwa atraumatik care merupakan tindakan keperawatan terapeutik untuk mengurangi atau meminimalkan distress fisik dan psikologis yang dialami anak dan keluarga dalam pelayanan kesehatan.
Menurut Supartini (2004) menyebutkan bahwa atraumatic care adalah asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga, merupakan asuhan yang terapeutik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak. Perawatan atraumatic adalah penyediaan terapi peduli yang digunakan dalam pelayanan kesehatan yang menghilangkan atau meminimalkan trauma psikologis dan fisik yang dialami oleh anak-anak dan keluarga (Hockenberry & Wilson, 2007) Dari beberapa definisi di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa atraumatik care adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan dalam pemberian tindakan keperawatan yang meminimalisir trauma atau distress baik fisik maupun psikis pada klien anak maupun keluarganya.
2. Bentuk pengalaman traumatik
a.
Stressor Fisik
1)
Nyeri dan ketidaknyamanan saat mendapatkan tindakan keperawatan, misalnya injeksi,
suctioning,
intubasi,
pemeriksaan
rectal,
prosedur
invasive,
ganti
balutan/rawat luka. 2) Imobilisasi misalnya penggunaan restrain, tirah baring. 3) Gangguan tidur 4) Ketidakmampuan makan dan minum 5) Perubahan pola eliminasi b. Stressor Psikis 1) Kehilangan kerahasiaan atau privasi 2) Perpisahan dengan anak atau orang tua 3) Ketidakmampuan berkomunikasi 4) Kurang pengetahuan dan tidak memahami situasi 5) Sikap dan perilaku anak yang tampak kesakitan 6) Sikap dan perilaku orang tua dengan ekspresi cemas c.
Stressor lingkungan 1) Tidak terbiasa dengan suara-suara yang bising atau gaduh 2) Tidak terbiasa dengan orang-orang sekitar misalnya pengunjung, dokter, perawat dan pasien lainnya 3) Bau yang tidak menyenangkan 4) Aktifitas yang berhubungan dengan pasien lain.
3. Prinsip Utama dalam Atraumatic Care Menurut Wong (2002). Membagi perawatan atraumatic care terdiri dari : a.
Menghindari atau meminimalisir stressor fisik dengan cara; menghindari atau meminimalkan prosedur yang menimbulkan rasa sakit atau nyeri.
b.
Menghindari atau mencegah pemberian tindakan yang menimbulkan distress misalnya restrain, suction dll.
c.
Mengontrol nyeri baik secara non farmakologis maupun farmakologis
d. Pencegahan dan meminimalkan perpisahan anak dan keluarga. e.
Mengedepankan control perasaan
PRINSIP PERAWATAN ATRAUMATIK CARE Untuk mencegah terjadinya trauma pada anak dalam hospitalisasi perlu diperhatikan dampak dari tindakan yang di berikan perawat dengan melihat prosedur tindakan atau aspek lain yang kemungkinan akan menimbulkan trauma. Untuk mencapai perawatan tersebut ada beberapa prinsip yang perlu dilakukan oleh perawat yaitu 1. Mencegah dampak perpisahan dari keluarga, karena dapat mengakibatkan gangguan psikologis seperti kecemasan ,ketakutan, kurangnya kasih sayang. Gannguan ini akan menghambat proses penyembuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. 2. Mmeningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak. Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu mandiri dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati - hati dalam melakukan aktivitas sehari - hari, selalu bersikap waspada dalam segala hal. Serta pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anak. 3. Mencegah atau mengurangi injuri dan nyeri. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat di kurangi melalui berbagai teknik misalnya distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anka sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. 4. Tidak melakukan kekerasan pada anak. Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat anak dalam proses tumbuh kembang makan kemungkinan pencapaian kematangan akan terhambat, dengan demikian indak kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena akan memperberat kondiis anak. 5. Modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa akan dapat meningkatkan keceriaan , merasa aman dan nyaman bagi lingkungan anak sehinggak anak dapat berkembang dengan baik. REFERENSI : Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1 by A.Aziz Alimul Hidayah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak-anak merupakan masa lucu-lucunya anak sekaligus yang melelahkan bagi orang tua. Banyak hal perlu diketahui orang tua selama masa perkembangan ini. Tingkah laku anak amat beragam, seperti berperilaku agresif,menarik rambut,banyak kemauan, berbohong, dan tindakan lain. Apabila orang tua salah menyikapinya, akan berdampak tidak baik bagi si anak dalam perkembangan selanjutnya. Autraumatic care adalah penyediaan asuhan terapeutik dalam lingkungan oleh personel dan melalui penggunaan intervensi yang menghapuskan atau memperkecil distress psikologis dan fisik yag diderita oleh anak-anak dan keluarga mereka dalam sistem pelayanan kesehatan. Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak. Sekarang banyak dijual berbagai macam mainan anak -anak, jika orang tua tidak selektif dalam memilih jenis permainan pada anaknya atau kurang memahami fungsinya maka alat permainan tersebut yang sudah dibeli tidak akan berfungsi secara efektif. Alat-alat permainan hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak, sehingga dapat merangsang perkembangan anak dengan optimal. Terapi bermain ini bertujuan untuk mempraktekkan dan melatih keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan merupakan suatu aktifitas yang memberikan stimulus dalam kemampuan keterampilan koqnitif dan afektif. Tidak hanya itu terapi bermain di rumah sakit juga dapat menghilangkan kejenuhan anak selama dirawat dirumah sakit. 1. 2. 2 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat kami kaji dalam makalah ini yaitu 1. Apa yang dimaksud dengan autraumatic care? 2. Apa saja prinsip autraumatic care? 3. Bagaimana aplikasi penerapan prinsip autraumatic care? C. Tujuan Dalam pembuatan makalah ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu: 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan autraumatic care. 2. Untuk mengetahui apa saja prinsip autraumatic care. 3. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi penerapan prisip autraumatic care. D. Metode Penulisan Metode yang kami gunakan dalam menulis makalah ini, yaitu : 1. Metode Kepustakaan Adalah metode pengumpulan data yang digunakan penulis dengan mempergunakan buku atau refrensi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas 2. Metode Media Informatika Adalah metode dengan mencari data melalui situs-situs di internet 2. 3. 3 BAB II AUTRAUMATIC CARE A. Definisi Atraumatic care adalah asuhan keperawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya merupakan asuhan yang teurapetik karena bertujuan sebagai therapi pada anak. Atraumatic care merupakan bentuk perawatan teurapetik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan kesehatan anak, melalui penggunakan tindakan yang dapat mengurangi stres fisik maupun stres psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya. Asuhan terapeutik mencakup pencegahan, diagnosis, penanganan atau penyembuhan kondisi akut atau kronis. Perawatan tersebut difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma, yang merupakan bagian dalam keperawatan anak yang mendapat perhatian khusus sebab anak sebagai indovidu yang masih dalam usia tumbuh kembang, sangat dilindungi secara khusus dari adanya trauma karena masa anak merupakan masa menuju proses kematangan, kalau proses menuju kematangan tersebut terdapat hambatan atau gangguan, maka anak tidak akan mencapai kematangan. Sedangkan hospitalisasi adalah suatu proses
karena suatu alasan darurat atau berencana mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga mengalami kebiasaan yang asing,lingkunganya yang asing,orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi akan menunjukkan rasa cemas.rasa cemas pada orang tua akan membuat stress anak meningkat.dengan demikian asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak tetapi juga pada orang tuanya Lingkungan mengacu pada setiap tempat yang memberikan perlindungan seperti di rumah, rumah sakit atau di setiap tempat pemberian pelayanan kesehatan. Personel meliputi orang yang secara lan gsung terlibat dalam memberikan asuhan terapeutik. Intervensi berkisar dari pendekatan psikologis seperti menyiapkan anak-anak untuk prosedur pemeriksaan, sampai pad a intervensi fisik, seperti menyediakan ruang untuk orang tua tinggal bersama 3. 4. anak dalam satu kamar. Distress psikologis meliputi kecemasan, ketakutan, kemarahan, kekecewaan, kesedihan, malu atau rasa bersalah. Distress fisik dapat berkisar dari kesulitan tidur dan imobilisasi sampai pengalaman stimulus. Sensori yang mengganggu seperti rasa sakit, temperatur ekstrem, bunyi keras, caha ya yang menyilaukan atau kegelapan. Asuhan atraumatik berkaitan dengan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana setiap prosedur dilakukan pada anak untuk mencegah atau meminimalkan stres fisik dan psikologis (Wong, 1989) 4 B. P rinsip Autraumatic Care Upaya autramatik care sebagai bentuk perawtaan terapeutik dapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis (cemas, marah, nyeri dan lainlain) dari tindakan keperawatan yang diberikan, seperti memperhatikan dampak tindakan keperawatan yang diberikan, seperti memperhatikan dampak tindakan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau aspek lalin yang memungkinkan berdampaknya adanya trauma. 1. Prinsip-prinsip yang dilakukan oleh perawat a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan, ketakutan, dan kurangnya kasih sayang. Gangguan ini akan menghambat proses penyambuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. b. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu mandiri dalam kehidupannya, anak akn selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas sehari-hari, slalu bersikan waspada dalam segal a hal, serta pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anaknya. c. Mencegah dan mengurangi cedera (injury) nyeri (dampak psikologis). 4. 5. Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan s ecara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. 5 d. Tidak melakukan kekerasan pada anak. Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan anak. Apabila ii terjadi pada saat anak dalam proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terlambat, dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak. e. Modifikasi lingkungan fisik Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman,
dsan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya. Faktor predisposisi terjadinya trauma pada anak yang mengalami hospitalisasi diantaranya dampak lingkungan fisik rumah sakit dan perilaku petugas itu sendiri sering kali menimbulkan trauma pada anak. Lingkungan rumah sakit yang asing bagi anak maupun orang tuanya dapat menjadi stressor. 2. Prinsip-Prinsip Keperawatan Anak Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Prinsip dalam asuhan keperawatan anak adalah: a. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik, dimana tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja melainkan anak sebagai individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan. b. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan yang sesuai dengan tahap perkembangan. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis (seperti nutrisi, 5. 6. dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur dan lain-lain), kebutuhan psikologis, sosial dan spritual. c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan dan peningkatan 6 derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit. d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Anak dikatakan sejahtera jika anak tidak merasakan ganggguan psikologis, seperti rasa cemas, takut atau lainnya, dimana upaya ini tidak terlepas juga dari peran keluarga. e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi dan meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal). Sebagai bagian dai keluarga anak harus dilibatkan dalam pelayanan keperawatan, dalam hal ini harus terjadi kesepakatan antara keluarga, anak dan tim kesehatan. f. Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk biopsikososial dan spritual dalam kontek keluarga dan masyarakat g. Pada masa yang akan datang kecendrungan perawatan anak berfokus pada ilmu tumbuh kembang, sebab ilmu tumbuh kembang ini akan mempelajari aspek kehidupan anak. C. Aplikasi Penerapan Prinsip Autraumatic Care Semakin baik penerapan Atraumatic care yang diberikan maka semakin kecil risiko kecemasan yang dialami anak saat proses hospitalisasi. Diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan atraumatic care kepada pasien anak sehingga dapat meminimalkan kecemasan pada anak dan dapat mengoptimalkan kemampuan orang tua dalam mengontrol kesehatan anak sehingga proses hospitalisasi dapat berjalan dengan baik. 6. 7. 7 1. Alat permainan sesuai dengan kebutuhan anak Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan suatu metode ba gaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan perkembangan emosinya. Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan
kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. Macam – macam bermain : a. Bermain aktif Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi : 1) Bermain mengamati/menyelidiki (exploratory play) Perhatian pertama anak pada ala t bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membon gkar. 2) Bermain konstruksi (construction play) Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok balok menjadi rumah-rumahan. 3) Bermain drama (dramatic play) Misalnya bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-temannya. 4) Bermain fisik Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain. 7. 8. 8 b. Bermain pasif Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh ; melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau m usik,menonton televisi dsb. Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini : 1) Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif bermain. 2) Tidak ada variasi dari alat permainan. 3) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya. 4) Tidak mempunyai teman bermain. 2. Ajarkan kebiasaan mencuci tangan kepada anak dan keluarga Mencuci tangan merupakan rutinitas yang murah dan penting dalam prosedur p engontrol infeksi dan merupakan metode terbaik untuk mencegah transmisi mikroorganisme. Mencuci tangan adalah tindakan aktif, singkat dengan menggosok bersamaan semua permukaan tangan yang bersabun, yang kemudian diikuti dengan membasuhnya di bawah air hangat yang mengalir. Aspek terpenting dari mencuci tangan adalah pergesekan yang ditimbulkan dengan menggosok tangan bersamaan. Pergesekan ini secara mekanis menghilangkan mikroba-mikroba dari tangan. Mencuci tangan dengan sabun, dengan air mengalir dan pergesekan yang dilakukan secara rutin oleh semua tenaga kesehatan: 1. Adalah pengukur kontrol yang paling jelas untuk pencegahan infeksi nosokomial. 2. Mencegah kontaminasi silang antar pasien dan antara pasien dengan peralatan dan pemberi asuhan kesehatan. 3. Adalah salah satu pengukur kontrol terpenting untuk memutus rantai infeksi. 8. 9. 9 Manfaat Cuci Tangan ( Pengaruh Positif Cuci Tangan) Pentingnya mencuci tangan untuk menjaga kesehatan dan terhindar dari penyakit. Sebaiknya mengajarkan kebiasaan baik mencuci tangan kepada anak yang masih kecil, karena salah satu pen yakit pembunuh anak nomor 1 di Indonesia adalah diare, yang dapat dicegah dengan mengajarkan anak untuk mencuci tangan. Karena seperti yang kita ketahui, sepanjang hari kita akan banyak melakukan kontak langsung dengan orang-orang, permukaan benda yang terkontaminasi, makanan, bahkan binatang dan kotoran binatang . Hal itu tentunya akan menyebabkan menumpuknya bibit penyakit pada tangan khususnya telapak tangan. Maka dari itu juga kita tidak mencuci tangan cukup sering, maka kita dapat tertular berbagai penyakit lewat sentuhan ( misalnya : tanpa sadar kita menyantuh mata, hudung,mulut dengan telapak tangan. Hal itu tentunya akan mengakibatkan kumankuman dan bakteri-bakteri yang melekat pada telapak tangan akan berpindah ke mata, mulut atau hidung dan tentunya akan menimbulkan berbagai macam penyakit. Tanpa kita
sadari , kita juga dapat menyebarkan penyakit ke orang lain lewat sentuhan langsung atau lewat media permukaan benda yang mereka sentuh. Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan sabun 1. Diare. Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabut dapat memangkas angka penderita diare hingga separuh. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor. Tingkat kefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi pencegahan adalah: Mencuci tangan dengan sabun (44%), 9. 10. penggunaan air olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air (25%), sumber air yang diolah (11%) [12] 2. Infeksi saluran pernapasan adalah penyebab kematian utama untuk anak-anak balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernapasan ini dengan dua langkah: dengan melepaskan patogen-patogen pernapasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan dan dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diarenamun juga gejala penyakit pernapasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik-praktik menjaga kesehatan dan kebersihan seperti - mencuci tangan sebelum dan sesudah makan/ buang air besar/kecil - dapat mengurangi tingkat infeksi hingga 25 persen. Penelitian lain di Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernapasan yang berkaitan dengan pnemonia pada anak-anak balita hingga lebih dari 50 persen. 3. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit. Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernapasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit; infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis. 10 10. 11. 11 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Autraumatic care adalah penyediaan asuhan terapeutik dalam lingkungan oleh personel dan melalui penggunaan intervensi yang menghapuskan atau memperkecil distress psikologis dan fisik yag diderita oleh anakanak dan keluarga mereka dalam sistem pelayanan kesehatan. 2. Prinsip-prinsip yang dilakukan oleh perawat yaitu menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontril perawatan anak, mencegah dan mengurangi cedera (injury) nyeri (dampak psikologis), tidak melakukan kekerasan pada anak dan modifikasi lingkungan fisik 3. Aplikasi penerapan prinsip autraumatic care yaitu alat permainan sesuai dengan kebutuhan anak dan ajarkan kebiasaan mencuci tangan kepada anak dan keluarga. B. Saran Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya lebih baik dan penulis berharap kepada semua pembaca mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.