19
BAB 1
PENDAHALUAN
Latar Belakang
Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama dibidang kedokteran, termasuk penemuan obat-abatan seperti antibiotika yang mampu "melenyapkan" berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan pesat (Nugroho,2012).
Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju seperti amerika serikat pertambahan orang lanjut usia diperkirakan 1000 orang per hari pada tahun1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun sehingga istilah baby boom pada masa lalu berganti menjadi "ledakan penduduk lanjut usia" (lansia) (Padila, 2013).
Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negative, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya.kenyataan mendorong semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-sakitan. Banyak pula lanjut usia yang justru berperan aktif, tidak saja dalam keluarganya, tetpi juga dalam masyarakat sekitarnya (Nugroho, 2012).
Permasalahan pada lansia dalam pemeliharaan kesehatan: hanya 5% yang di urus oleh institusi, 25% dari semua resep obat-obatan adalah untuk lanjut usia, penyakit-penyakit mungkin ganda dan kronis hampir 40% melibatkan lebih dari satu penyakit (komplikasi sering erjadi), akiba-akibat dari ketidakmampuan akan lebih dari satu penyakit (komplikasi sering terjadi), akibat-akiba dari ketidakmampuan akan lebih dari satu penyakit (komplikasi sering terjadi), akbat-akibat dan ketidakmampuan akan lebih cepat terjadi apabila lanju usia lebih rendah karena proses ketuaan sehingga seorang lanjut usia lebih mudah terkena penyakit, lanjut usia kurang tahan terhadap tekanan mental lingkungan dan fisik, pemeliharaan kesehatan yang buruk umumnya terjadi: kurang dari 1/3 tidak dilakukan check up kesehatan tahunan, banyak terlihat pemeliharaan kesehatan sebagai pelayanan yang digunakan hanya selama krisis hidup, banyak terlihat lebih dari satu orang dokter yang melihat secara terpisah. Ketakutan-ketakutan yang dialami oleh lanjut usia meliputi: Ketergantungan fisik dan ekonomi, sakit-sakitan yang kronis misalnya (Arthritis 44%, hipertensi 39%, berkurangnya pendengaran atau tuli 28%, dan penyakit jantung 27%), kesepian, kebosanan yang disebabkan rasa tidak diperlukan (Padila,2013).
Perubahan yang wajar dalam usia lanjut dalam proses berfikir, mengingat serta dalam proses menangkap maupun merespon sesuatu sudah mulai mengalami penurunan secara berkala. Proses menua secara individu mengakibatkan beberapa masalah baik masalah secara fisik, biologis, mental maupun social ekonominya. Hal ini dapat dilihat terkait dengan masalah kesehatan yang paling banyak dialami adalah penyakit tidak menular salah satu diantaranya penyakit kronis, salah satu penyakit kronis yang paling banyak menyerang pada lanjut usia adalah asam urat (Diantri dan Candra, 2013).
Menurut RISKESDES 2013 pravlensi penyakit sendi pada usia 55-64 tahun 45,05%, usia 67-74 tahun 51,9%, usia >75 tahun 54,8%. Penyakit sendi yang sering dialami oleh golongan lanjut usia yaitu penyakit arthritis gout, osteoritis, dan remothoid arthritis. Sedangkan dari hasil pengumpulan data penulis di desa percut kecamatan percut sei tuan kabupaten deli serdang pada bulan desember 2015 terdapat 1,90% penduduk yang menderita gout arthritis.
Banyak masalah yang akan terjadi pada lansia, baik dalam fisik maupun dalam psikososialnya. Maka masalah yang akan terjadi pada lansia harus dicegah melalui hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan seperti latihan fisik melatih pergerakan, modifikasi lingkungan untuk mencegah terjadinya cidera pada lansia dan melatih kebiasaan pasien.
Hail pendataan jumlah lansia yang telah dilakukan pada tanggal 1-3 desember 2015 di Dusun XI Desa Percut kecamatan Percut Sei Tuan yaitu berjumlah 52 orang. Lansia awal 46-55 tahun sekitar 24 orang dengan persentase 46,15%, lansia akhir 56-65 tahun sekitar 17 orang dengan persentase 32,69% sedangkan lansia manula sekitar 11 orang dengan persentase 21,15%.
Berdasarkan data di atas dan untuk mengaplikasikan mata kuliah gerontik penulis melakukan pengkajian didusun XI desa percut kecamatan percut sei tuan kabupaten deli serdang. Dengan kewajiban mengambil 1 kasus, membawa kasus kelolaan yang dibahas dari BAB 1- BAB 5 yang penulis angkat yaitu Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Gout Arthritis Pada Ny.A dusun XI Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu untuk melakuakan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Ny. A di desa percut.
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Ny.A
Mahasiswa mampu menegakkan diagnose keperawatan dengan gout arthritis pada Ny.A
Mahasiswa mampu membuat rencana keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Ny.A
Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan gerontik dengangout arthritis pada Ny.A
Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Ny.A dengan gout arthritis.
Ruang Lingkup
Dalam penulisan laporan ini, penulis membahas asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Ny.A di dusun XI desa percut kecamatan percut sei tuan kabupaten deli serdang tanggal 2-7 Desember 2015.
Metode Penulisan
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang menggunakan teknik:
Wawancara
Pemeriksaan fisik
Studi kepustakaan
Sistematika penulisan
BAB I:Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan.
BAB II:Tinjauan teoritis terdiri dari konsep lansia dan askep.
BAB III:Tinjauan kasus meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
BAB IV:Pembahasan
BAB V:Penutup
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Defenisi
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade ( Notoatmojo,2011). Menurut WHO, 1998 dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak bisa dipisah-pisahkan, konsep kebutuhan tersebut dihubungkan seecara biologis sosial dan ekonomi. Lanjut usia atau usia tua adalah suatu periode dalam tentang hidup seseorang, yaitu suatu periodedi mana seseorang ''beranjak jauh'' dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat (Hurlock, 1999).
2.1.2 Batasan-batasan Lanjut Usia
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia menurut adalah sebagai berikut:
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah empat tahapan yaitu:
Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
Di indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas terdapat dalam UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraanlanjut usia. Menurut UU tersebut diatas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Padila,2013).
2.1.3 Masalah-masalah Pada Lanjut Usia
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah fisik baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis. Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengkibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunga yang memerlukan bantuan orang lain. Lanjut usia tidak saja di tandai dengan kenunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak pada kebahagiaan seseorang (Stanley, 2007).
Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih mempunyai kemanpuan untuk bekerja. Permasalahannya yang mungkin timbul adalah bagaiman memfungsikan tenaga dan kemampunan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja. Masalah – masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat besar penderitaan lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental, dan inkontinensia. Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan psikologis diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor psikologis, masalah fisik akan terjadi sehingga memperburuk kondisi imobilisasi tersebut dan menyebabkan komplikasi sekunder (Watson, 2003).
Faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup fraktur ekstremitas, nyeri pada pergerakan artrithis, paralis dan penyakit serebrovaskular, penyakit kardiovaskular yang menimbulkan kelelahan yang ekstrim selama latihan, sehingga terjadi ketidakseimbangan. Selain itu penyakit seperti parkinson dengan gejala tomor dan ketidakmampuan untuk berjalan merupakan penyebab imobilisasi. Masalah yang nyata dari ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh lanjut usia dimana wanita yang jatuh, dua kali lebih sering dibanding pria (Watson, 2003).
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorangmendadak terbaring dan terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka yang akibat jatuh dapat menyebabkan imobilisasi (Reuben, 1996 dalam Darmojo, 2000).
Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan dengan terjadinya kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus ini berhubungan dengan penyakit – penyakit yang merusak jaringan otak, sehingga kebanyakan masalah turunnya daya ingat lanjut usia bukanlah sebagai akibat langsung proses penuaan tetapi karena penyakit. Sebagian besar lanjut usia memerlukan perawatan karena menderita gangguan mental. Konfusi (kebingungan) adalah masalah utama yang memfunyai konsekuensi untuk semua aktivitas sehari – hari. Lanjut usia yang mengalami konfusi tidak akan mampu untuk makan, tidak mampumengontrol diri, bahkan menunjukkan perilaku yang agresif sehingga lanjut usia memerlukan perawatan lanjutan untuk mengatasi ketidakmampuan dan keamanan lingkungan tempat tinggal lanjut usia secara umum. Bantuan yang di berikan adalah melalui petugas panti dan dukungan keluarga. Insiden inkontinensia biasanya meningkat pada lanjut usia yang kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Hal ini berhubungan dengan faktor akibat penuaan dan faktor nutrisi seperti yang telah di jelaskan diatas adalah efek dari imobilisasi (Darmojo, 2000).
Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki. Wanita yang melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang lemas, menjadi penyebab inkontinensia. Pada laki-laki, penyebab umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat dan diperlukan prosedur bedah untuk menangani kondisi tersebut (Watson, 2003).
2.1.4 Teori-teori Proses Menua
Teori – teori penuaan ada 2 jenis yaitu teori biologis dan teori psikologis. Teori biologis meliputi teori seluler, sintesis protein, sintesis imun, teori pelepasan, teori aktivitas, dan teori berkelanjutan.
Teori Biologis
Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk membelah pada waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang hanya dapat membelah dalam jumlah yang tertentu dan kebanyakan diprogram membelah sekitar 50 kali. Jika sebuah sel pada lanjut usia dilepas dari tubuh dan di biakkan dari laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit, pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan sesuai dengan berkurangnya umur.
Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan terjadi ketika protein tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang elastis. Pada lanjut usia, beberapa protein di buat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari pritein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi tebal, seiring dengan bertambahnya usia.
Teori sistem imun mengemukakan bahwa kamampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan infeksi, penyakit autoimun, dan kanker. Terdapat juga perubahan yang progresif dalam kemampuan tubuh untuk berespon secara adaptif (Homeostasis), seiring dengan pengunduran fungsi dan penurunan kapasitas untuk beradaptasi terhadap stres biologis dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit akut dan kronik.
Teori Pelepasan. Teori ini memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lanjut usia merupakan suatu proses yang secara berangsur – angsur sengaja di lakukan mereka dengan mengurangi aktivitasnya untuk bersama – sama melepaska diri atau menarik diri dari masyarakat.
Teoti Aktivitas. Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan dimana teori ini berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi dan penyesuaian. dengan kata lain sebagai orang yang telah berumur, mereka meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti dan mengkompensasikan dengan melakukan banyak aktivitas yang baru untuk mempertahankan hubungan antara sitem sosial dan individu daru usia pertengahan kelanjut usia.
Teori Berkelanjutan. Teori ini menjelaskan bahwa sebagaimana dengan bertambahnya usia, masyarakat berupaya secara terus menerus mempertahankan kebiasaan, pernyataan, dan pilihan yang tepat sesuai dengan dnegan kepribadiannya (Darmojo, 1999 dalam Watson, 2003).
2.1.5 Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia
Menua (menjadi tua ) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memeperbaiki kerusakan yang diderita (constantinides, 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya pada semua mahkluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Bagi sebagian orang besar, proses manua adalah suatu proses perubahan klinikal yang didasarkan pada pengalaman dan observasi yang di defenisikan (Nugroho, 2012) yaitu;
Penuaan pada kemikal dengan manifestasi perubahan struktur kristal atau pada makromolekular,
Penuaan ekstraseluler dengan manifestasi progresif pada jaringan kolagen dan jaringan elastis atau kekurangan amiloid,
Penuaan intraseluler dengan menifestasi perubahan komponen sel normal atau akumulasi substansi
Penuaan pada organism
Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple penyakit. Hal ini di pengaruhi berbagai faktor, terutama oleh perubahan-perubahan dalam diri lansia tersebut secara fisiologis. Lansia akan lebih sensitive terhadap penyakit seperti terhadap nyeri, temperature, dan penyakit berkemih.
2.1.6 Penyakit umum pada lanjut usia
Ada 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua (Watson,2003) yakni:
Gangguan sirkulasi darah misalnya hipertensi
Gangguan metabolisme hormonal misalnya diabetes melitus,klimakterium,hipertiroid dan hipotiroid
Gangguan pada persendian misalnya osteoartritis,gout ataupun penyakit kolagen lainnya
Berbagai macam neoplasma
Penyakit yang sering di jumpai pada lansia menurut NOPWC di inggris:
Gangguan pendengaran
Bronkhitis kronis
Gangguan tungkai
Gangguan pada sendi
Dimensia
DM,osteomalasia,hipotiroidisme
Konsep Medis Gout Artritis
Pengertian Gout Arthritis
Menurut Moreau, David (2005) dalam Reny Yuli (2014) Gout adalah penyakit metabolic yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada sendi. Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dantendon. Gout biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dapat mempengaruhi beberapa sendi.
Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Faktor resiko
Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah :
Suku bangsa /ras
Suku bangsa di Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan dan konsumsi alcohol (Wibowo, 2005).
Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk sampingan dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum (Carter, 2005).
Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi. Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat (carter, 2005).
Manifestasi Klinis
Arthritis gout muncul sebagai serangan radang sendi yang timbul berulang-ulang. Gejala khas dari serangan arthritis gout menurut Sarif La Ode (2012) adalah:
Nyeri sendi
Menyerang satu sendi saja
Kemerahan dan bengkak pada sendi, panas
Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pina telinga
Kesemutan dan linu
Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
Gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengumpulan data klien, baik subjektif maupun objektif melalui anamnesis riwayat kesehatan dahulu, sekarang, riwayat penyakit keuarga, pola makan, aktivitas, pemeriksaan fisik melalui tekhnik inspeksi, auskultasi dan palpasi (Stanley,Mickey.2007)
Anamnesis : Identitas ( Meliputi nama,tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, agama, status perkawinan.
Riwayat penyakit sekarang : Pengumulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara umum mencakup awal gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang. Penting ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic, allopurinol.
Riwayat penyakit dahulu : Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya gout (misalnya penyakit gagal ginjal kronis, leukemia, hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernakah klien dirawat dengan maslah yang sama. Kaji adanya pemakaian alkohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretic.
Riwayat penyakit keluarga : Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena klien gout dipengaruhi oleh faktor genetic.
Aktivitas dulu dan sekarang : Seseorang yang tak pernah berolahraga atau diikutsertakan dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran dalam memulai suatu program latihan di usia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit atau menyakitkan.
Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, nafsu makan, pola makan, kesulitan menelan dan mual muntah.
Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi,defekasi, ada tidaknya masalah defekasi.
Personal Hygine
Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan.
Neurosensori
Kebas / kesemutan tangan dan kaki, hilang sensasi jari tangan, pembengkakan pada sendi.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penurunan fungsi tulang
Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan
Resiko injury b.d ketidakmampuan dalam bergerak
Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah
(Sarif, 2012)
Intervensi Keperawatan
Menurut Sarif, 2012, intervensi dari beberapa diagnosa yaitu:
gangguan rasa nyaman nyeri
Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah nyeri klien teratasi
Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan 1 x 24 jam klien dapat mengikuti cara mengatasi nyeri / menajemen nyri dengan benar,
Kriteria hasil :
Nyeri hilang atau terkontrol
Ekspresi wajah klien rilek
Skala nyeri 3
Rencana tindakan :
Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, intensitas dan kualitas nyeri ( 0-10 ).
Beri matras atau kasur keras, bantal kecil.tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur/ duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai kebutuhan.
Dorong untuk sering ubah posisi
Bantu passien bergerak di tempat tidur.
Sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang mennyentak.
Anjurkan pasien mandi air hangat atau air pancur saat bangun pagi.
Berikan masase yang lembut.
Kolaborasi obat sebellum aktivitas atau latihan yang di rencanakan.
2. Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan
Tujuan jangka panjang:
Setelah dilakukan kunjungan selama 4 kali dalam seminggu klien mampu berjalan dengan baik
Tujuan jangka pendek:
Setelah 3 kali kunjungan klien mampu melakukan latihan pergerakan ROM dengan criteria
mampu menyebutkan manfaat latihan ROM
dapat mempraktekan latihan ROM
Rencana tindakan :
kaji pengetahuan klien dan keluarga dalam hal perawatan bagi penderita gangguan mobilitas
nilai keyakinan klien terhadap setiap usaha perawatan
monitor cara latihan yang telah dilakukan oleh klien
monitor tanda-tanda vital
monitor kekuatan otot dan ROM pada klien
diskusikan cara-cara melatih pergerakan pada klien
demonstrasikan cara-cara melatih pergerakan pada klien dan keluarga.
Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk menggukan alat bantu
Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ).
3. Resiko injury
Tujuan jangka panjang :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah cidera klien tidak terjadi.
Tujuan jangka pendek :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien dapat meminimalkan resiko cidera.
Criteria hasil:
tidak ada laporan jatuh darikeluarga atau klien
tidak terdapat tanda-tanda jatuh pada klien
Rencana :
kaji pengetahuan klien dan keluarga terhadap perubahan fisik pada lanjut usia dan akibatnya
monitor tanda-tanda jatuh pada klien
diskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai perubahan pada lanjut usia proses menua, batasan lanjut usia, perubahan pada system tubuh, akibat perubahan.
Gali pengetahuan klien dan keluarga mengenai upaya pencegahan agar klien tidak jatuh
Monitor sumber-sumber dalam keluarga yang ada dan dan dapat digunakan peralatan biaya tenaga
Kaji factor pendukung terjadinya jatuh: kondisi rumah, kondisi penderita
Diskusikan cara-cara pencegahan jatuh pada klien modifikasi lingkungan
Beri motivasi klien dan keluarga untuk mempraktekkan cara pencegahan
Beri pujian atas usaha yang dilakukan.
4. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah
Setalah di lakukan tindakan asuha keperawatan selama 3 x 24 jam Pasien dan keluarga dapat memahami penggunaan obat dan perawatan
dirumah.
Intervensi :
Kaji kemampuan pasien dalam mengungkapkan instruksi yang diberikan oleh dokter atau perawat.
Berikan Jadwal obat yang harus di gunakan meliputi nama obat, dosis, tujuan dan efek samping
Bantu pasien dalam merencanakan program latihan dan istirahat yang teratur.
Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmako terapeutik.
Berikan informasi mengenai alat-alat bantu yang mungkin dibutuhkan.
Jelaskan pada pasien tentang asal mula penyakit
Kolaborasi dengan sumber- sumber komunitas arthritis.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Identitas
Nama : Ny. A
Tempat tgl lahir : percut, 7 januari 1943
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : kawin
Agama : islam
Suku : melayu
Alamat : dusun XI desa percut
2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
Pekerjaan saat ini
Klien mengatakan saat ini hanya dirumah saja, kadang kadang kalau ada kemauan klien pergi ke kebun yang ada di samping rumahnya.
Pekerjaan sebelumnya
Klien mengatakan pekerjaanya dulu adalah petani
Sumber pendapatan
Klien mengatakan sumber pendapatan dulu dari hasil yang ada dikebunnya.
Kecukupan pendapatan
Klien mengatakan pendapatannya cukup untuk makan sehari-hari.
3. lingkungan tempat tinggal kebersihan dan kerapian
Ruangan
Terkesan tidak rapi atau berantakan
Penerangan
Kurang
Sirkulasi udara
Kurang karena hanya terdapat satu jendela didepan rumah
Sumber air minum
PAM
Keadaan kamar mandi
Kecil dan lantai licin dan berlumut
Pembuangan sampah
Ditumpuk didepan rumah
Resiko injury
Kamar mandi berlumut dan licin
4. Riwayat kesehatan
Status kesehatan saat ini:
Klien mengatakan dalam satu tahun terakhir ini merasakan sakt seperti kesemutan, kebas pada bagian kaki dan juga pada bagian pinggang. Klien tidak pernah melakukan latihan pergerakan, klien tidak pernah berolahraga paling nyapu halaman.
Riwayat kesehatan masalalu
Ny.A belum pernah menderita penyakit yang berat. sakit yang diderita adalah pusing, batuk dan pilek.
Hal yang pertama kali dilakukan jika sakit adalah membeli obat diwarung jika tidak sembuh baru di bawa ke puskesmas.
Pola kebiasaan
Makan dan minum
Ny.A mengatakan makan 3 kali sehari tapi makanan dikonsumsinya sedikit tergantung nafsu makannya.
Eliminasi
Ny.A mengatakan BAK dan BAB dapat dilakukannya sendiri dengan mandiri, tetapi keluhan yang dirasakan tidak dapat mengontrol BAK jika mau ke kamar mandi, kadang sudah keluar sendiri sebelum sampai ke kamar mandi.
Toileting
Mandi: Ny.A mengatakan mandi 1 hari sehari dilakukan sendiri
Gosok gigi : jarang dilakukan, karena merasa giginya sudah ompong semua
Mencuci rambut: seminggu sekali
Berpakaian dan berhias : memakai sendiri tanpa bantuan.
Istirahat tidur
Ny.A mengtakan biasanya tidur malam mulai jam 21.00 WIB jika siang Ny.A beristiahat di dalam rumah atau diluar rumah
Aktivitas
Ny.A mengatakan tidak pernah berolahraga, paling nyapu, berpindah masih dilakukan secara mandiri tetapi Ny.A mengatakan sudah tidak mampu berjalan jauh.
Neurosensori
Ny.A mengatakan tidak mampu jalan jauh kedua kaki kebas dan kesemutan.
Psikososial
Hubungan social
Ny.A mengatakan tiak mengikuti salah satu kegiatan di masyarakat dengan alas an sudah tua
Konsep diri
Ny.A mengatakan semua bagian tubuhnya di sukai. Sekarang peran Ny.A adalah sebagai ibu dan nenek yang diharapkan keluarganya dapat sebagai tempat mengadu
Nilai dan keyakinan spiritual
Ny.A beragama islam yang mempunyai keyakinan bahwa Tuhan itu pasti menyembuhkan apapun yang terjadi pada diri kita.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
sadar penuh (kompos mentis) orientasi terhadap orang, waktu, tempat dan situasi baik. Penampilan kurang rapi, rambut di ikat tetapi acak-acakan
tanda-tanda vital
TD: 130/90 mmHg
kepala dan rambut: rambut sebagian sudah beruban, tmpak berminyak dan berbau.
Mata masih dapat melihat dengan jelas
Telinga bersih, fungsi pendengaran masih baik.
Mulut, gigi, bibir: mulut bau,
3.1.1 Pengelompokan Data
DS:
Ny.A mengatakan dia tidak pernah berolahraga, paling nyapu
Keluarga mengatakan ibu tidak pernah mau jalan pagi
Ny.A mengatakan dia tidak mampu jalan jauh, kedua kaki saya kebas, kesemutan.
Keluarga mengatakan "ya memeng beginilah keadaan rumah kami"
Ny.A mengatakan mandi 1 kali sehari
Ny.A mengatakan jarang gosok gigi, dan mencuci rambut seminggu sekali.
DO:
Postur tubuh tidak stabil saat berjalan
Prubahan gaya jalan lambat, kaki diseret
Ny.A tampak dapat jalan tapi sempoyongan
Nilai oto 3/5
Lantai kamar mandi licin dan berlumut
Perabotan dan peralatan tidak rapi
Penerangan didalam rumah kurang
Rambut tampak berminyak dan lusuh
Mulut, gigi tampak kotor
Rambut di ikat tapi acak-acakan.
3.1.2 Analisa Data
No
Data
Etiologi
Problem
1
DS:
Ny.A mengatakan merasakan sakit pada bagian kaki, seperti kesemutan dan kebas dan juga bagian pinggangnya
Ny.A mengatakan dia tidak pernah berolahraga, paling nyapu
Keluarga mengatakan ibunya tidak mau jalan-jalan pagi, karena katanya dingin.
DO:
Postur tubuh tidak stabil ketika berjalan tremor.
Perubahan gaya jalan lambat, kaki diseret.
Nilai otot 3/5
Ketidakmauan untuk melakukan pergerakan
Kerusakan mobilitas fisik
2
DS:
Ny.A mengatakan dia sudah tidak mampu berjalan jauh, kedua kaki saya kebas dan kesemutan
Keluarga mengatakan "ya beginilah rumah kami seperti ini"
DO:
Ny.A tampak berjalan tapi sempoyongan
Lantai kamar mandi licin dan berlumut
Perabotan dan peralatan tidak rapi penerangan kurang.
Nilai oto 3/5
Ketidakmampuan dalam bergerak
Resiko injury
Diagnosa Keperawatan
Nama: Ny.A
Umur : 72 Tahun
No Dx
Diagnose Keperawatan
1
Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan di tandai dengan Ny.A mengatakan merasakan sakit pada bagian kaki, seperti kesemutan, kebas, Ny.A mengatakan dia tidak pernah berolahraga, paling nyapu, postur tubuh tidak stabil ketika berjalan tremor perubahan gaya jalan lambat kaki diseret.
2
Resiko injury b/d ketidakmampuan dalam bergerak ditandai dengan Ny.A mengtakan dia sudah tidak mampu berjalan jauh, kedua kaki saya kebas, dan kesemutan, keluarga mengatakan " ya beginilah rumah kami seperti ini", Ny.A tampak berjalan tapi sempoyongan, lantai kamar mandi licin dan berlumut, perabotan dan peralatan tidak rapi, penerangan kurang
Intervensi Keperawatan
Nama : Ny.A
Umur: 72 Tahun
No Dx
Diagnose keperawatan
NOC
NIC
1
Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan di tandai dengan Ny.A mengatakan merasakan sakit pada bagian kaki, seperti kesemutan, kebas, Ny.A mengatakan dia tidak pernah berolahraga, paling nyapu, postur tubuh tidak stabil ketika berjalan tremor perubahan gaya jalan lambat kaki diseret.
Tujuan jangka panjang:
Setelah dilakukan kunjungan selama 4 kali dalam seminggu klien mampu berjalan dengan baik
Tujuan jangka pendek:
Setelah 3 kali kunjungan klien mampu melakukan latihan pergerakan ROM dengan criteria
mampu menyebutkan manfaat latihan ROM
dapat mempraktekan latihan ROM
Kaji pengetahuan klien dan keluarga dalam hal perawatan bagi penderita gangguan mobilitas
Nilai keyakinan klien terhadap setiap usaha perawatan
Monitor cara latihan yang telah dilakukan oleh klien
Monitor tanda-tanda vital
Monitor kekuatan otot dan ROM pada klien
Diskusikan cara-cara melatih pergerakan pada klien
Demonstrasikan cara-cara melatih pergerakan pada klien dan keluarga.
2
Resiko injury b/d ketidakmampuan dalam bergerak ditandai dengan Ny.A mengtakan dia sudah tidak mampu berjalan jauh, kedua kaki saya kebas, dan kesemutan, keluarga mengatakan " ya beginilah rumah kami seperti ini", Ny.A tampak berjalan tapi sempoyongan, lantai kamar mandi licin dan berlumut, perabotan dan peralatan tidak rapi, penerangan kurang
klien tidak mengalami jatuh selama dalam perawatan 1 minggu ditandai dengan:
Tidak ada laporan jatuh darikeluarga atau klien
Tidak terdapat tanda-tanda jatuh pada klien
Kaji pengetahuan klien dan keluarga terhadap perubahan fisik pada lanjut usia dan akibatnya
Monitor tanda-tanda jatuh pada klien
Diskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai perubahan pada lanjut usia proses menua, batasan lanjut usia, perubahan pada system tubuh, akibat perubahan.
Gali pengetahuan klien dan keluarga mengenai upaya pencegahan agar klien tidak jatuh
Monitor sumber-sumber dalam keluarga yang ada dan dan dapat digunakan peralatan biaya tenaga
Kaji factor pendukung terjadinya jatuh: kondisi rumah, kondisi penderita
Diskusikan cara-cara pencegahan jatuh pada klien modifikasi lingkungan
Beri motivasi klien dan keluarga untuk mempraktekkan cara pencegahan
Beri pujian atas usaha yang dilakukan.
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Nama : Ny.A
Umur : 72 tahun
No Dx
Tgl/jam
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Paraf
1
3-12-15
08.00
Melakukan pengkajian pengetahuan Ny.A dan keluarga mengenai peranan gangguan mobilitas
Melakukan penilaian keyakinan Ny.A terhadap setiap usaha perawatan
Memonitor cara latihan yang telah dilakukan oleh Ny.A
Mengukur tanda-tanda vital
Menilai kekuatan otot dan ROM pada Ny.A
Diskusikan cara-cara melatih pergerakan pada klien
Demonstrasikan cara-cara melatih pergerakan pada klien dan keluarga
Jam: 09.30 WIB
S:
Ny.A mengatakan "biasanya tiap bangun tidur saya gerak-gerakkan, tapi tidak pernah saya jalan-jalan keluar rumah karena dingin
Ny.A mengatakan "saya inginnya tetap berusaha untuk sehat, tapi namanya orang tua, ya tetap sering tidak enak badan
O:
Ny.A dapat mencontohkan gerakan yang biasanya dilakukan
Ttv: 120/80 mmHg
A: tujuan belum berhasil
P: lanjutkan intervensi
Diskusikan cara-cara melatih pegerakan pada klien
Demonstrasikan cara-cara melatih pergerakan pada klien dan keluarga
M
E
R
R
Y
2
3-12-15
08.30
Melakukan pengkajian pengetahuan Ny.A dan keluarga mengenai perubahan fisik pada lanjut usia dan akibatnya
Menggali pengetahuan Ny.A dan keluarga mengenai upaya pencegahan agar Ny.A tidak jatuh
Menilai sumber-sumber dalam keluarga yang ada dan dapat digunakan peralatan biaya dan tenaga
Mengkaji factor pendukung terjadinya jatuh: kondisi rumah kondisi penderita
Menilai jatuh dan tanda tanda
Kaji factor pendukung terjadinya jatuh: kondisi rumah, kondisi penderita
Diskusikan cara-cara pencegahan jatuh pada klien modifikasi lingkungan
Beri motivasi klien dan keluarga untuk mempraktekkan cara pencegahan
Beri pujian atas usaha yang dilakukan.
Pukul: 09.00 WIB
S:
Ny.A mengatakan "saya tahu sudah tua beda dengan dulu, semua sudah harus hati-hati Ny.A mengatakan biasanya kalau jalan saya menggunakan kayu.
O:
Lantai kamar mandi licin dan berlumut
Perabotan dan peralatan tidak rapi
Ada anak tetangga untuk kesulitan untuk masuk rumhn
A:
Tujuan belum tercapai
P:lanjutkan intervensi dengan diskusikan perubahan pada lanjut usia dan cara-ara pencegahan jatuh.
M
E
R
R
Y
1
6-12-15
14.30
Mendiskusikan cara-cara melatih pergerakan pada Ny.A
Melakukan demontrsi cara latihan ROM aktif pada Ny.A dan keluarga
Mengukur tanda-tanda vital pra dan paskal latihan
Pukul: 16.00 WIB
S:
Ny.A mengatakan "biasanya saya melakukan gerakan itu,keluarga mengatakan terima kasih karena telah diberikan gambaran untuk latihan
O:
TTV sebelum latihan
TD: 120/80 mmHg
Setelah latihan TD: 130/90mmHG
Ny.A dapat mendemonstrasikan ulang latihan ROM aktif dalam diskusi memperhatikan
A: Tujuan tercapai
P: Lanjutkan intervensi dan evaluasi pelaksanaan senam ROM, memberi motivasi.
M
E
R
R
Y
2
6-12-15
15.30
Mendiskusikan perubahan pada lanjut usia: proses menua, batasan lanjut usia perubahan pada system tubuh akibat perubahan
Mendiskusikan cra-cara pencegahan jatuh pada Ny.A modifikasi lingkungan
Monitor tanda-tanda jatuh dan minta keluarga untuk melaporkan jika terjadi jatuh
Pukul: 16.30 WIB
S:
Ny.A mengatakan yang dikatakan itu benar, kaena saya
O:
Ny.A tempat aktif dalam diskusi dan memperhatikan tidak ada laporan Ny.A jatuh dan tanda-tanda jatuh
A: tujuan berhasil
P: lakukan kunjungan selanjutnya untuk memonitor terjadinya jatuh dan member motivasi atas usaha yang diambil
M
E
R
R
Y
1
7-12-15
08.00
Melakukan evaluasi pada Ny.A laihan ROM yang telah diajarkan
Mendorong Ny.A untuk melakukan latihan secara teratur 2 kali sehari
Mengukur tanda-tanda vital
Member pujian atas keberhasilan yang telah dicapai
Pukul: 10.00 WIB
S:
Ny.A mengatakan "saya tadi sudah senam seperti yang diajarkan
Keluarga mengatakan "ya kami tadi juga ikut senam, kami akan membantu ibu untuk latihan setiap hari
Ny.A mengatakan kaki saya sudah tidak ngilu setelah aya gerakkan
O: Ekspresi wajah Ny.A tampak segar
TTV, TD : 130/80 mmHg
A: Tujuan berhasil
P: Lakukan terminasi dan berikan latihan stimulant seperti minyak.
M
E
R
R
Y
2
7-12-15
09.00
Member motivasi Ny.A dan keluarga untuk mempraktekkan cara pencegahan
Member pujian atas usaha yang dilakukan
Memonitor tanda-tanda jauh pada Ny.A
Pukul: 111.00 WIB
S:
Ny.A mengatakan terimakasih saya akan meminta anak saya untuk membuat pegangan di kamar mandi dan di depan rumah
O:
Tidak terdapat tanda-tanda jatuh dan laporan jatuh pada Ny.A
A: tujuan berhasil
P: lakukan terminasi dan evaluasi kondisi Ny.a dan keluarganya untuk melakukan modifikasi lingkungan rumah
M
E
R
R
Y
BAB 4
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Ny.A di dusun XI desa percut kecamatan percut sei tuan tanggal 2 Desember 2015. Penulis mendapatkan kesejangan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus melalui tahapan asuhankeperawatan gerontik mulai pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
4.1 Pengkajian
Data pada pengkajian ditemukan adanya kesenjngan dimana tidak semua data pada konsep medis ditemukan pada tinjauan kasus. Adapun data yang terdapat pada tinjauan teoritis tetapi tidak dijumpai pada tinjauan kasus adalah:
Anamnesis
Alamat ditemukan di tinjauan toritis, sedangkan tinjauan kasus tidak di munculkan karena penulis mengikuti format pengkajian yang di pakai oleh mahasiswa stikes santa Elisabeth medan, dimana alamat tidak dicantumkan.
Riwayat penyakit sekarang
Dalam pemakaian obat analgesic sesuai dengan tinjauan teoritis sedangkan pada kasus tidak ditemukan karena Ny.A lupa jenis obat yang ia pakai.
Riwayat penyakit dahulu
Dalam mengkaji kemungkinan penyebab masalah yang mendukung penyakit seperti gagal ginjal ditemukan dalam tinjauan teoritis sedangkan dalam tinjauan kasus tidak ditemukan karena Ny.A hanya mengalami pilek, batuk, dan pusing.
Aktivitas dan istirahat
Di tinjauan teoritis ditemukan dalam melakukan aktivitas memiliki kesukaran tetapi di tinjauan kasus ditemukan Ny.A mampu melakukan aktivitas secara mandiri karena pola aktivitas dan istirahat masih dalam batas normal.
Pola nutrisi
Di tinjauan teoritis ditemukan kesulitan menelan dan mual muntah sedangkan di tinjauan kasus tidak ditemukan kesulitan menelan dan mual muntah tetapi Ny.A makan dengan frekuensi 3 kali, pola nutrisi Ny.A dalam batas normal.
Pola eliminasi
Masalah defekasi ditemukan dalam tinjauan teoritis sedangkan di tinjauan kasus tidak ditemukan tetapi yang ditemukan pada Ny.A yaitu BAK tidak mampu terkontrol.
Personal hygiene
Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi seperti mandi ditemukan pada teoritis sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan Ny.A mandiri dalam melakukan aktivitas pribadi tanpa bantuan.
Neurosensori
Tanda dan gejala yang ditemukan dalam tinjauan teoritis yaitu hilang sensasi jari tangan, pembengkakan pada sendi. Sedangkan di tinjauan kasus tidak ada ditemukan tetapi yang ditemukan adalah Ny.A mengatakan kedua kaki kebas dan kesemutan.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Data pada diagnose keperawatan ditemukan adanya kesenjangan dimana tidak semua diagnose pada konsep teoritis diangkat pada tinjauan kasus.
Ada 3 diagnosa keperawatan yang terdapat pada teoritis tetapi dalam ketiga diagnosia ada yang tidak terdapat pada tinjauan kasus yaitu:
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d penurunan fungsi tulang tidak diangkat karena data tentang gangguan rasa nyaman nyeri seperti wajah tampak meringis tidak ditemukan pada tinjauan kasus
Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah. Diagnose ini tidak diangkat oleh penulis karena pada kasus ditemukan penanggulagan Ny.A dalam pengobatan dengan berobat ke klinik bidan.
Sedangkan diagnose yang diangkat pada tinjauan kasus adalah:
Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan. Penulis mengangkat diagnose ini karena postur tubuh tidak stabil ketika berjalan tremor, perubahan gaya jalan lambat dan kaki diseret.
Resiko injury b/d ketidakmampuan dalam bergerak.penulis mengangkat diagnose ini karena Ny.A tampak berjalan tapi sempoyongan, lantai kamar mandi licin dan berlumut, perabotan dan peralatan tidak rapi, penerangan kurang.
4.3 Intervensi Keperawatan,
Setelah masalah prioritas selanjutnya disusun perencanaan keperawatan yang meliputi tujuan jangka panjang dan jangka pendek, waktu, criteria hasil, untuk menilai sejauhmana kenerhasilan yang dicapai.
Ada beberapa intervensi yang tidak dilaksanakan oleh penulis yaitu diagnosa:
Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan
Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk menggunakan alat bantu. Intervensi ini tidak di laksanakan oleh penulis karena keterbatasan dalam menyiapkan alat bantu.
Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ). Intervensi ini tidak dilaksanakan oleh penulis karena penulis hanya menerapkan atau mengaplikasikan asuhan keperawatan komunitas.
4.4 Implementasi keperawatan
Data pada implementasi asuhan keperawatan, penulis memfokuskan tindakan keperawatan sesuai intervensi keperawatan yang di tetapkan sebelumnya.
Adapun rencana yang ditentukan, tetapi belum terlaksana secara penuh yaitu:
Kolaborasi, beri lingkungan yang aman dan anjurkan untuk menggukan alat bantu
Dalam intervensi ini penulis tidak melakukan karena kesenjangan dalam menyiapkan alat bantu
Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi ( steroid ).
Dalam intervensi ini, penulis tidak melakukan karena penulis hanya mengaplikasikan asuhan keperawatan komunitas yaitu khususnya mengenai masalah lansia.
4.5 Evaluasi keperawatan
Data pada evaluasi merupakan hasil pengukuran keberhasilan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan perawatan dalam memenuhi kebutuhan perawatan yang berlangsung pada tahap ini dapat dilihat masalah teratasi, masalah sebagian teratasi, serta masalah yang tidak teratasi pada Ny.A . 2 diagnosa keperawatan yang ditemukan semua masalah teratasi pada kasus.
Adapun diagnose dan intervensi yang dapat dibuktikan :
Kerusakan mobilitas fisik b/d ketidakmauan untuk melakukan pergerakan
Melatih pergerakan aktivitas seperti ROM
Dibuktkan dengan
TTV sebelum latihan
TD: 120/80 mmHg
Setelah latihan TD: 130/90mmHG
Ny.A dapat mendemonstrasikan ulang latihan ROM aktif dalam diskusi memperhatikan
Resiko injury b/d ketidakmampuan dalam bergerak
Mencegah terjadinya cedera/ jatuh
Dibuktikan dengan :Tidak terdapat tanda-tanda jatuh dan laporan jatuh pada Ny.A
BAB 5
PENUTUP
Setelah melakukan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis pada Ny.A didusun XI desa percut, maka penulis membuat kesimpulan dan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pembaca dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan gerontik dengan gout arthritis.
Kesimpulan
Pada tahap pengkajian asuhan keperawatan terhadap Ny.A dengan gout arthritis penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik wawancara dengan pasien dan keluarga, observasi langsung, dan studi dokumentasi. Pada tahap ini penulis tidak mendapatkan hambatan dimana pasien dan keluarga dapat diajak bekerjasama.
Pada tahap diagnose keperawatan, penulis dapat merumuskan 2 diagnosa dari 4 diagnosa keperawatan. Ada dua diagnose kepeawatan yang ditemukan pada kasus, berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan.
Pada tahap intervensi keperawatan, rencana keperawatan pada kasus disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan falisitas yang disediakan.
Pada tahap implementasi keperawatan, semua rencana dapat dilakukan, karena adanya kerjsama pasien dengan keluarga.
Pada tahap evaluasi, penulis tidak menjumpai masalah, hasil dari pelaksanaan yang telah dilakukan selama 3 hari masalah pasien teratasi.
Saran
Dalam pengkajian, sebaiknya dilakukan pengkajian yang tepat dan komphrensif yang mencakup aspek bio-psiko-sosio dan spiritual, sehingga data yang diperoleh akurat dan dapat menyimpulkan masalah yang di hadapipasien.
Dalam perumusan diagnose keperawatan diharapkan, tetap merumuskan masalah dan mampu menganalisa data sesuai dengan data yang ditemukan pada kasus, sehingga diperoleh diagnose keperawatan yang singkron.
Dalam menyusun rencana hendaknya tujuan yang ada dalam perencanaan dapat menjawab apa yang menjadi masalah, dapat meningkatkan komunikasi . tahap ini sebaiknya perlu peningkatan pengetahuan, agar rencana yang telah disusun benar-benar dan mempunyai dasar logika.
Pada tahap pelaksanaan merupakan tahap yang menentukan tercapainya tujuan, sehingga perlu ditingkatkan kerjasama yang baik agar rencana yang telah disusun benar-benar terlaksana.
Dalam evaluasi, perlu ditingkatkan kerja sama yang baik untuk menilai perkembangan keberadaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, Boedi. 2000. Buku Ajar Geatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Diantari, E, Candra, A. 2013. Pengaruh Asupan Purin Dan Cairan Terhadap Kadar Asam
Urat Pada Wanita Usia 50-60 Tahun Di Kecamatan Gajah Mugkur Semarang. Jornal
Of Nutrition College. Volume 2.
Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Notoatmojo, S. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi.4. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, H. 2012. Keperawatan Gerontik Dan Geatrik. Jakarta: EGC.
Ode, Sarif. 2012. Asuhan Kperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Carter, Michael A. 2005. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi. Dalam:Hartanto, dkk
(Editor). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi ke-6 Jilid 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta, Indonesia.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik,
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Watson. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Wibowo, S 2005. Memperlambat Penuaan, Mencegah "Padam" dan Peremajaan Pria.
Pidato Pengukuhan Guru Besar. Documentation: Diponegoro University Press, Semarang.
Yuli, Reny. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV. Trans Info Media.