BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang Perilaku kekerasan adalah suatu keaadan kehilangan kendalinya perilaku seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri utuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang ditunjukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca, gunting dan semua yang ada dilingkungan pasien. Pasien yang dibawa diba wa kerumah sakit jiwa sebagian besar akibat melakukan kekerasan dirumah. Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan selama di rumah. Perilaku kekerasan merupakan bagian dari tentang respon marah yang paling maldaktif, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai ancaman. (stuart&sundeen.1991) Berdasarkan data pencatatan Rekam Medis (RM) Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada periode bulan Januari sampai Maret 2015, ditemukan dit emukan masalah keperawatan pada klien rawat inap yaitu Halusinasi 4.021 klien, Resiko Perilaku Kekerasan 3.980 klien, Defisit Perawatan Diri 1.026 klien dan Waham 401 klien. Dari data di atas kasus Perilaku Kekerasan menempati urutan ke dua di Rumah Sakit Jiwa Surakarta pernyatan petugas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta mengalami peningkatan yang paling pesat .
1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan umum Mahasiswa/i mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan resiko perilaku kekerasan
1.2.2
Tujuan khusus
1.
Agar mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan resiko perilaku kekerasan
2.
Agar mahasiswa/i mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan resiko perilaku kekerasan
3.
Agar mahasiswa/i mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan resiko perilaku kekerasan Agar mahasiswa/i mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan resiko perilaku kekerasan
4.
Agar mahasiswa/i mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan resiko perilaku kekerasan
BAB 2 Tinjauan Teori
2.1.Defenisi Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respons terhadap stresor yang dihadapi oleh seseorang. Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga yang profesional.(Eko Prabowa.2014) Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai diamana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membayangkan/menciderai diri sendiri,orang lain bahkan merusak lingkungan. (Eko Prabowa.2014) Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang diarahkan pada diri sendiri,orang lain,atau lingkungan.perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang tidak dirasakan sebagai ancaman. Amuk atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. (Yusuf.2015) . 2.2.Etiologi Penyebab terjadinya marah menurut Stuart & Sundeen (1995) : yaitu 1. Harga diri rendah merupakan keadaan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri 2. Hilang kepercayaan diri merasa gagal mencapai keinginan 3. Gangguan ini dapat situasional maupun kronik Bila kondisi ini berlangsung terus tanpa kontrol, maka akan dapat menimbulkan perilaku kekerasan.
2.3.Karakteristik Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif, seperti rentang respon kemarahan di bawah ini (Yosep, 2007).
ADAPTIF
Asertif
MALADAPTIF
Frustasi
Pasif
Agresif
Amuk / PK
1. Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan ataudi ungkapkan tanpa menyakiti orang lain, akan memberi kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan masalah. 2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Dalam keadaan ini tidak ditemukan alternatif lain. Selanjutnya individu merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan dan terlihat pasif. 3. Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena rendah diri dan merasa kurang mampu. 4. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontol, perilaku yang tampak dapat berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan. 5. Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri orang lain dan lingkungan.
2.4.Penatalaksanaan a. Farmakoterapi Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dengan pengobatan yang tepat. Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi, contohnya: cloropromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada juga maka dapat digunakan trasquilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroloptika tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti cemas dan anti agitasi.
b. Terapi okupasi Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja,terapi ini bukan pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi,karena itu dalam terapi ini harus diberikan kegiatan seperti membaca koran,main catur dan melakukan kegiatan berdiaolog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan itu bagi dirinya. c. Peran keluarga Keluarga merupakan sisten pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pda setiap keadaan(sehat sakit)pasien.perawat membantu keluarga agar dapat melakukan 5 tugas kesehatan yaitu:mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan,memberi perawatan pada anggota keluarga, meniptakan lingkungan keluarga yang sehat dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. (Eko Prabowo.2014)
2.5.Pengkajian Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang,baik secara fisik maupun psikologis.berdasarkan defenisi ini,perilaku kekerasan dapat
dilakukan
secara
verbal,diarahkan
pada
diri
sendiri,orang
lain,dan
lingkungan.perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk,yaitu:perilaku jejerasan saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan terdahulu Tanda dan gejala yang ditemui pada pasien melalui observasi atau wawancara tentang perilaku adalah sebagai berikut: 1. Muka merah dan tegang 2. Pandangan tajam 3. Mengatupkan rahang dengan kuat 4. Mengepalkan tangan 5. Jalan mondar-mandir 6. Bicara kasar 7. Suara tinggi,menjerit atau berteriak 8. Mengancam secara verbal atau fisik 9. Melempar atau memukul benda/orang lain 10. Merusak barang atau benda 11. Tidak memiliki kemampuan mencegah/mengendalikan perilaku kekerasan 12. Postur tubuh kaku 13. Mengumpat dengan kata-kata kotor
14. Menyerang orang lain 15. Amuk/agresif 16. Merasa diri berkuasa 17. merasa diri benar 18. mengkritik pendapat orang lain 19. menyinggung perasaan orang lain (Keliat B.A, 2009).
2.6.Pohon masalah Resiko bunuh diri
Resiko perilaku kekerasan
efek
CP
Halusinasi
Isolasi sosial Sebab Regiken terapeutik inefektif
Harga diri rendah
Kooping individu inefektif, Kooping keluarga inefektif
2.7.Diagnosa keperawatan 1. Resiko menciderai diri sendiri orang lain dan lingkungan yang berhubungan dengan perilaku kekerasan 2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah (Yusuf 2015)
2.8 Strategi 1. SP.1:Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik ke dua(evaluasi latihan napas dalam,latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik kedua{pukul kasur dan bantal}menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua) 2. SP.2:membantu pasien latihan mengendalikan perasaan dengan obat cloropromazine HCL (bantu pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar{benar nama pasien,benar nama obat,benar cara minum obat,benar waktu minum obat, benar dosis obat}disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat, susun jadwal minum obat teratur) 3. SP.3:membantu
pasien
latihan
mengendalikan
perilaku
kekerasan
secara
sosial/verbal(evaluasi jadwal harian tentang 2 cara fisik mengendalikan perilaku kekerasan,latihan
mengungkapkan
rasa
marah
secara
verbal{menolak
dengan
baik,meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik}, susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal) 4. SP.4:bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spritual(diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan sosial/verbal, latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan ibadah/berdoa). (Keliat.2009)
1. Masalah: Peri laku kekerasan Pertemuan: Ke 1 (satu) A. Proses Keperawatan 1. Kondisi : Klien datang ke rumah sakit diantar keluarga karena di rumah marah-marah dan memecahkan piring dan gelas. 2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan. 3. Tujuan : a. Membina hubungan saling percaya b. Mengidentifikasi penyebab marah B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP) 1. Orientasi a. Salam terapeutik Selamat pagi, nama saya Budi Anna. Panggil saya suster Budi. Namanya siapa, senang dipanggil apa? Saya akan merawat Ali. b. Evaluasi/ validasi Ada apa di rumah sampai dibawa kemari? c. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang menyebabkan Ali marah
Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di kamar perawat?
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit
2. Kerja a. Apa yang membuat Ali membanting piring dan gelas? b. Apakah ada yang membuat Ali kesal? c. Apakah sebelumnya Ali pernah marah? d. Apa penyebabnya? Sama dengan yang sekarang? e. Baiklah, jadi ada ……. (misalnya 3) penyebab Ali marah-marah. 3. Terminasi a. Evaluasi Subyektif Bagaimana perasaan Ali setelah kita bercakap-cakap? b. Evaluasi Obyektif Coba sebutkan 3 penyebab Ali marah. Bagus sekali. c. Rencana Tindak Lanjut Baiklah, waktu kita sudah habis. Nanti coba Ali ingat lagi, penyebab Ali marah yang belum kita bicarakan. d. Kontrak
Topik: Nanti akan kita bicarakan perasaan Ali pada saat marah dan cara marah yang biasa Ali lakukan.
Tempat: Mau dimana kita bicara? Bagaimana kalau kita disini?
Waktu: Kira-kira 30 menit lagi ya. Sampai nanti.
2. Masalah: Peri laku kekerasan Pertemuan: Ke 2 (dua) A. Proses Keperawatan 1. Kondisi : Klien dapat menyebabkan penyebab marah. 2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan. 3. Tujuan: 3. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan 4. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 5. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan klien
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP) 1. Orientasi a. Salam terapeutik Selamat siang Ali. b. Evaluasi/ validasi
Bagaimana perasaan Ali saat ini?
Apakah masih ada penyebab kemarahan Ali yang lain?
c. Kontrak
Topik : Baiklah kita akan membicarakan perasaan Ali saat s edang marah
Tempat : Mau di mana? Bagaimana kalau dikamar perawat?
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit saja?
2. Kerja a. Ali pada saat dimarahi Ibu (salah satu penyebab marah), apa yang Ali rasakan? b. Apakah ada perasaan kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondar-mandir? c. Lalu apa biasanya yang Ali lakukan? d. Apakah sampai memukul? Atau marah-marah? e. Ali, coba dipraktekkan cara marah Ali pada suster Budi. Anggap suster budi adalah Ibu yang membuat Ali jengkel. Wah bagus sekali. f. Nah, bagaimana perasaan Ali setelah memukul meja? g. Apakah masalahnya selesai? h. Apa akibat perilaku Ali? i.
Betul, tangan jadi sakit, meja bisa rusak, masalah tidak selesai dan akhirnya dibawa ke rumah sakit
j.
Bagaimana Ali, maukah belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat?
k. Baiklah, waktu kita sudah habis. 3. Terminasi a. Evaluasi Subyektif Bagaimana perasaan Ali setelah kita bercakap-cakap? b. Evaluasi Obyektif
Apa saja yang kita bicarakan?
Benar, perasaan marah. Apa saja tadi? Ya betul, lagi, lagi, oke.
Lalu cara marh yang lama, apa saja tadi? Ya betul, lagi, oke.
Dan akibat marah apa saja? Ya betul, sampai dibawa ke rumah sakit.
c. Rencana Tindak Lanjut Baiklah, sudah banyak yang kita bicarakan. Nanti coba diingat-ingat lagi perasaan Ali sewaktu marah, dan cara Ali marah serta akibat yang terjadi. Kalau di runah sakit ada yang membuat Ali marah, langsung beritahu suster. d. Kontrak
Waktu: Besok kita bertemu lagi jam 09.00, bagaimana cocok?
Tempat: Bagaimana kalau disini lagi?
Topik: Besok kita mulai latihan cara marah yang baik dan sehat. Sampai besok.
3. Masalah: Peri laku kekerasan Pertemuan: Ke 3 (tiga) A. Proses Keperawatan 1. Kondisi : Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang biasa dilakukan serta akibat yang terjadi. 2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan. 3. Tujuan : a. Memilih satu cara marah yang konstruktif b. Mendemonstrasikan satu cara marah yang konstruktif B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP) 1. Orientasi a. Salam terapeutik Selamat pagi Ali. b. Evaluasi/ validasi c. Bagaimana perasaan Ali saaty ini? Wah bagus. d. Apakah ada yang membuat Ali marah sore dan malam kemarin? e. Bagaimana dengan perasaan, cara marah, dan akibat marahnya Ali, masih ada tambahan (jika perlu ulang satu-satu). 2. Kontrak a. Topik : Ali masih ingat apa yang akan kita latih sekarang? Betul kita akan latihan cara marah yang sehat. b. Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Baik disini saja seperti biasa c. Waktu : Mau berapa lama? 15 menit ya Ali. 3. Kerja
a. Ali ada beberapa cara marah yang sehat, hari ini kita pelajari 1 cara b. Nah, Ali boleh pilih mau latihan nafas dalam atau pukul kasur dan bantal? c. Baiklah, kita latihan nafas dalam d. Jadi, kalau Ali kesal dan perasaan sudah mulai tidak enak segera nafas dalam agar cara marah yang lama tidak terjadi. e. Caranya seperti ini, kita bisa berdiri atau duduk tegak. Lalu tarik napas dari hidung dan keluarkan dari mulut. f. Coba ikuti suster, tarik dari hidung. Ya bagus, tahan sebentar, dan tiup dari mulut. Oke, ulang sampai 5 kali. 4. Terminasi a. Evaluasi Subyektif Bagaimana perasaan Ali setelah latihan, ada perasaan plong atau lega? b. Evaluasi Obyektif
Coba apa yang sudah kita pelajari?
Bagus, berapa kali tarik napas dalam?
Ya benar, 5 kali.
c. Rencana Tindak Lanjut
Nah, berapa kali sehari Ali mau latihan? Bagaimana kalau 3 kali? Mau kapan saja? Bagaimana kalau pagi bangun tidur, lalu siang sebelum makan dan malam sebelum tidur
Juga lakukan kalau ada yang membuat kesal
Bagimana kalau kita buat jadwal kegiatannya? Baik, nanti kalau sudah dijalankan di cek list. Nah, ini caranya.
d. Kontrak
Topik: Nah, waktu kita sudah habis, nanti siang kita belajar cara la in.
Waktu: Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00
Tempat: Mau dimana? Disini lagi? Baik, sampai nanti.
2.9.Terapi modalitas Resiko perilaku kekerasan pada individu dengan gangguan jiwa diawali dengan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan perilaku asertif dimana seseorang mampu untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan terhadap orang lain tanpa menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Salah satu tindakan
keperawatan yang dapat meningkatkan perilaku asertif pada klien gangguan jiwa dengan riwayat resiko perilaku kekerasan adalah pemberian terapi Social Skill Training (SST). Di kelompok sosial pelatihan keterampilan, akan membahas mengenai dan praktek cara baru bergaul dengan orang lain. Dalam kelompok ini kami tidak akan menghabiskan banyak waktu membicarakan tentang masalah dan perasaan. Kelompok cara utama peserta praktek keterampilan baru adalah melalui role-plays ( berpura-pura menjadi dalam situasi tertentu dan acting ) dan mendapat umpan balik dalam kelompok.Umpan balik bersifat positif dan kelompok akhirnya menjadi menyenangkan.
Rencana konsultasi: tape konsultasi merencanakan dan kompetensi meninjau peringkat 1. Individu (goal setting) Sesi: a. Konsultan akan mendengarkan setidaknya satu sesi individual penuh setiap dokter. b. Dokter akan diminta untuk melaporkan tujuan dari setiap veteran setelah setiap sesi individu melalui sistem web-pelacakan. c. Jika seorang dokter meminta bantuan tambahan melalui sistem web-pelacakan pada sesi individu, konsultan akan mendengarkan rekaman itu, atau bagian dari tape, (jika tersedia) dan memberikan umpan balik peduli apakah itu adalah "diperlukan" rekaman untuk mendengarkan untuk.
2. Sesi kelompok: a. Konsultan awalnya akan mendengarkan (semua) kaset sesi kelompok penuh dokter. b. Setelah dokter mencapai kompetensi, konsultan akan mendengarkan setiap rekaman keempat. Mereka akan mendengarkan sesi penuh kaset ini. c. Jika seorang dokter meminta bantuan tambahan melalui sistem web-pelacakan pada bagian tertentu dari sesi, konsultan akan mendengarkan bagian ini dan memberikan umpan balik peduli apakah itu adalah "diperlukan" tape untuk mendengarkan. d. Jika seorang dokter mulai menunjukkan kesulitan dalam memfasilitasi grup setelah mereka mencapai kompetensi, konsultan dapat meminta bahwa kelompok tambahan dokter rekaman
VA Keterampilan Sosial Pelatihan untuk Penyakit Mental Serius
TUJUAN SINGKAT PENILAIAN: PENILAIAN PELATIHAN KETERAMPILAN SOSIAL PADA INDIVIDU - CONTOH
1. Nama
: Jane Veteran
2. Tanggal
: 15/9/08
3. Pendidikan (tingkat tertinggi terakhir) : 11 tahun 4. Pekerjaan : Bekerja di Ruangan Linen 5. Riwayat pekerjaan : juru tulis (1982-1995) ; Bala tentara Amerika (1979-1982) 6. Apakah kegiatan yang sering Anda lakukan setiap hari atau mingguan? Menonton TV, bekerja diruangan linen dan pengangkatan, pergike tempat menjual kopi bermain kartu 7. Apakah ada beberapa kegiatan yang tidak anda ikuti tapi ingin anda lakukan? Bermain bowling, tapi tidak selalu dengan masalah kembali, puzzle dan fotohgrafer 8. Siapakah teman Anda yang menghabiskan sebagian besar waktu dengan Anda? Orang dirumah terspesial, teman- teman di tempat bekerja ; adek perempuan saya yang selalu datang setiap hari sabtu (~2X per bulan) 9. Apakah ada seseorang yang saat ini tidak dapat menghabiskan waktu dengan anda tetapi anda ingin bersamanya? Saya tidak akan berpikiran mempunyai pacar. Tidak ada satupun yang terpikirkan. 10. Mengidentifikasi dua tujuan yang ingin Anda capai 6 bulan ke depan (tujuan jangka pendek) a. Bekerja 20 jam daripada 15 jam b. Mungkin membeli kamara 11. Mengidentifikasi dua tujuan yang ingin Anda capai tahun depan (tujuan jangka panjang). b. Mempunyai seorang pacar
Dasar , Format, & Teknik TABEL 8.2. Strategi untuk Masalah Umum Keterampilan Sosial Pelatihan Grup Prinsip Umum 1. Jaga komunikasi singkat dan to the point. 2. Jadilah konsisten dalam mempertahankan struktur dan memegang kelompok pada waktu yang sama dan di tempat yang sama. 3. upaya Pujian dan langkah-langkah kecil ke arah perbaikan. 4. Ajarkan dan meninjau keterampilan dasar yang sering
Masalah khusus
Strategi
Kehadiran yang buruk
1. Membangun hubungan dengan berkomunikasi kehangatan dan antusiasme. 2. Tetapkan tujuan kecil. 3. Gunakan
reinforcers
seperti
pujian,
uang,
makanan,
peningkatan hak istimewa, waktu dengan orang favorit. 4. Meminta bantuan dari anggota staf lain atau anggota keluarga. 5. Mengidentifikasi hambatan untuk hadir 6. Secara konsisten meminta orang untuk menghadiri kesulitan kognitif
1. Menjaga waktu kelompok yang relatif singkat. 2. Periksa sering apakah orang yang memahami. 3. Menyederhanakan bahasa dan petunjuk. 4. Memungkinkan anggota banyak kesempatan untuk 5. mengamati dan keterampilan praktik.
Menanggapi gejala psikotik
1. Untuk respon tertunda, memungkinkan waktu tambahan bagi orang untuk merespon atau menyarankan bahwa mereka bergiliran mereka nanti. 2. Melakukan kelompok pendek (30-40 menit). 3. Menekankan peran memainkan daripada diskusi. 4. Berikan singkat, instruksi yang jelas. 5. Periksa sering untuk pemahaman. 6. Menetapkan peran aktif (seperti memainkan peran) untuk klien yang terganggu oleh gejala.
Mengalihkan perhatian
1. Jauhkan gangguan lainnya untuk minimum. 2. Hindari penjelasan panjang lebar. 3. Gunakan contoh, role play untuk mengilustrasikan poin. 4. Redirect segera dengan topik kelompok. 5. Desain terlibat memainkan peran yang relevan dengan situasi kehidupan nyata. 6. Gunakan suara cukup keras menyenangkan 7. Menetapkan tugas-tugas tertentu kepada anggota kelompok mengamati memainkan peran
Gangguan yang
1. Mengarahkan hati dan tegas dengan topik kelompok.
berhubungan dengan
2. Saat yang tepat, konten link dari gangguan keterampilan
gejala
yang diajarkan. 3. Sarankan membahas keprihatinan off-topik seseorang setelah kelompok. 4. Mengajarkan keterampilan sosial yang dirancang untuk mengelola gejala.
Latihan asertif adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Latihan asertif ini diberikan pada individu yang mengalami kecemasan, tidak mampu mempertahankan hak-haknya, terlalu lemah, membiarkan orang lain melecehkan dirinya, tidak mampu mengekspresikan amarahnya dengan benar dan cepat tersinggung. Ada beberapa faktor yang menyebabkan individu berlaku asertif, antara lain: 1. Mengetahui pikiran dan perasaan diri sendiri. 2. Berfikir secara realistis. 3. Berbicara tentang diri sendiri 4. Berkomunikasi dengan apa yang di inginkan 5. Bersikap positif terhadap orang lain 6. Bebas beladiri 7. Menggunakan jumlah kekuatan yang tepat 8. Mengetahui batasan diri dan orang lain
2.10.Evaluasi 1. Pada pasien a. Pasien mampu menyebutkan penyebab tanda da gejala perilaku kekerasan, perilaku kekerasan yang biasa dilakukan serta akibat yang biasa dari perilaku kekerasan yang dilakukan b. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara teratur sesuai jadwal yang meliputi;
secara fisik
secara sosial/verbal
secara spritual
2. Pada keluarga a. keluarga mampu mencegah terjadinya perilaku kekerasan b. keluarga mampu menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai pasien c. keluarga mampu memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan d. keluarga mampu mengidentifikasi perilaku pasien yang harus dilaporkan pada perawat (yusuf.2015)
BAB 3 PENUTUP
Berdasarkan uraian diatas mengenai perilaku kekerasan dan pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien, maka dapat diambil beberapa kesimpulan : 1. Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan perilaku kekerasan ditemukan perilaku mudah marah dan emosi labil, sehingga perlu dilakukan pendekatan secara terus menerus dan bertahap mengunakan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan untuk terjalinnya hubungan saling perca ya. 2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien perilaku kekerasan peran serta keluarga sangatlah penting, untuk mendukung proses penyembuhan klien. Disamping itu perawat atau petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam membina kerjasama dalam memberi perawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwa peran serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses penyembuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo Eko.(2014).Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:Nuha Medika Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Bandung : Revika Aditama. Yusuf.(2015).Kesehatan Jiwa.Jakarta:Salemba Medika Keliat.(2011).Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.Jakerta:EGC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN / PERILAKU KEKERASAN
DISUSUN OLEH: KELOMPOK 9 1. CHRISTINE SIHOMBING 2. FEBRIANI SAGALA 3. IMAN SETIA P.GULO 4. MELVA SIHOMBING 5. MISI INGGRID ZEGA 6. YESSIE SITORUS
Program Studi Ners Tahap Akademik STIKes Santa Elisabeth Medan 2016