TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN KOMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN RISTI AGGREGATE LANSIA
Dosen Pembimbing : Arif Wicaksono
Disusun oleh kelompok 3 Kelas 3D Semester VI 1. Dizka Fara Listanti
(201601129)
2. Iga Imania
(2016011
3. Nur Avi Al Chorida
(201601132)
4. Eni Yunita
(201601133)
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Tahun Ajaran 2019 STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. atas selesainya makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Risti Aggregate Lansia atas dukungan moral dan materi yang
diberikan dalam menyusun makalah ini. Maka kami mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. M. Sajidin S.Kep, M.Kes. selaku ketua Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto 2. Ibu Ana Zakiyah M.Kep. selaku ketua program studi S1 ilmu keperawatan 3. Bapak Arif Wicaksono selaku dosen Keperawatan Komunitas 4. Teman-teman kelompok 3 kelas D Program Studi S1 Ilmu Keperawatan yang telah membantu untuk menyelesaikan Tugas Makalah ini. Terima kasih atas dukungannya, dalam penulisan ini sangat disadari bahwa Tugas Makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan sangat terbatasnya pengetahuan penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis untuk menyempurnakan Tugas Makalah ini.
Mojokerto, Mei 2019
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Perkembangan Penduduk Lanjut usia (lansia) di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Kesejahtera an Rakyat Rak yat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun (KEMENSOS, (KEMENSOS, 2010). Menua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh dalam menghadapi pengaruh daridalam maupun dari luar tubuh. Perubahan tersebut biasanya muncul pada setiap bagian dari tubuh meliputi fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual. Perubahan terkait usia menyebabkan timbulnya berbagai masalah yang umumnya terjadi pada lansia. Hal ini meliputi menurunnya daya fikir, berkurangnya cita rasa, masalah tidur, gemetar, berkurangnya refleks, berkurangnya penglihatan dan pendengaran, penyerapan yang kurang (Efendi, 2010). Berdasarkan survei SKRT tahun 1986 angka kesakitan usia 55 tahun 15,1%, dan menurut SKRT 1995 angka kesakitan usia 45-59 sebesar 11,6 persen. Dalam penelitian Profil Penduduk Usia Lanjut Di Kodya Ujung Pandang ditemukan bahwa lanjut usia menderita berbagai penyakit yang berhubungan dengan ketuaan antara lain diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, rematik dan asma sehingga menyebabkan aktifitas bekerja terganggu (Ilyas : 1997). Demikian juga temuan studi yang dilakukan Lembaga Demografi Universitas Indonesia di Kabupaten Bogor tahun 1998, sekitar 74 persen lansia dinyatakan mengidap penyakit kronis. Tekanan darah tinggi adalah penyakit kronis yang banyak diderita lanjut usia, sehingga mereka tidak dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari (Efendi, 2010). Hipertensi
merupakan
faktor
risiko
terbesar
penyakit
kardiovaskular.
Perkembangan angka kejadian hipertensi di negara maju dari tahun 1980 hingga 2003 terus menunjukkan peningkatan (Damasceno, 2009).
Sebanyak 73,6
juta orang di
Amerika Serikat yang berusia 20 tahun ke atas menderita hipertensi (Smithburger, 2010).
Diperkirakan 30% dari penduduk Amerika sekitar 50.000.000 jiwa menderita tekanan darah tinggi dengan persentase biaya kesehatan cukup besar setiap tahunnya (Depkes RI, 2007). Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 15.000.000 penduduk yang mengalami hipertensi (Bustan, 2007) . Rata-rata kasus hipertensi di Jawa Tengah adalah 9.800,54 kasus (Depkes Jawa Tengah, 2004). Keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk kegiatan dibidang kesehatan yang mencakup beberapa sub bidang, salah satunya adalah keperawatan komunitas lanjut usia. Keperawatan komunitas lanjut usia merupakan bentuk pelayanan yang tepat dengan memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan para usia lanjut dalam ruang lingkup komunitas. Semua bentuk pemenuhan kebutuhan usia lanjut dipengaruhi oleh beberapa karakteristik yang terjadi dalam proses menua termasuk pemenuhan kebutuhan lansia dengan hipertensi, sehingga penting adanya proses keperawatan untuk lansia dengan hipertensi. 1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dapat di rumuskan adalah bagaimana asuhan keperawatan dan proses keperawatan komunitas pada lansia dengan hipertensi. 1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk megetahui konsep hipertensi pada lansia. 2. Untuk menegakkan diagnosa keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi. 3. Untuk mengetahui bagamana proses keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi.
BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Definisi Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging disebut Aging Process atau proses penuaan. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis ps ikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010). 2010) .
2.1.1 Batasan-batasan Batasan-batasan usia lanjut
Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi : a. Usia pertengahan (middle (middle age) age) antara usia 45 sampai 59 tahun b. Lanjut usia (elderly (elderly)) antara usia 60 sampai 74 tahun c. Lanjut usia tua (old (old ) antara usia 75 sampai 90 tahun d. Usia sangat tua (very (very old ) diatas usia 90 tahun Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan lansia menjadi : a. Virilitas ( prasenium) prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut l anjut yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun) b. Usia lanjut dini ( senescen) senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun) c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65 tahun) 2.2 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik seikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan semakin tinggi tekanan darah, maka semakin besar resikonya (Sylvia Anderson Price, 2006). Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu. 2.2.1 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu : 1. Hipertensi esensial atau primer Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya nya tergolong hipertensi sekunder. 2. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial. Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara: a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya b. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi. Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil. Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80% kasus Hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi. Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor li ngkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan
antara
obesitas
dan
hipertensi
esensial,
tetapi
penyelidikan
membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.
2.2.2 Manifestasi Hipertensi
1. Tekanan darah meningkat 2. Nyeri kepala 3. Kelelahan 4. Pusing 5. Lemas 6. Sesak nafas 7. Gelisah 8. Mual 9. Muntah 10. Epistaksis 11. Kesadaran menurun Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal,dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan. kelumpuhan.
2.2.3 Pathway
2.2.4 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi
1.
Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
2.
BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3.
Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4.
Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5.
Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
6.
Kolesterol
dan
trigeliserida
serum
:
peningkatan
kadar
dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler) 7.
Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan hipertensi.
8.
Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer (penyebab).
9.
Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
10. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul. 11. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi. 12. Steroid
urin
:
kenaikan
dapat
mengindikasikan
hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat. 13. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter. 14. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung. 15. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma. 16. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. 2.2.5 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis. a. Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma. b. Aktivitas Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang. 2. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu: 1. Mempunyai efektivitas yang tinggi. 2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal. 3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral. 4. Tidak menimbulakn intoleransi. 5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien. 6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang. Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi rennin angitensin. angitensin. 2.2.6 Komplikasi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa perdarahan retina bahkan gangguan gangguan penglihatan sampai kebutaan,gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pecahnya pembuluh darah otak. 2.3 Proses Keperawatan A. Pengkajian
1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal dikomunitas dan studi dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan termasuk data umum mengenai lokasi daerah binaan (yang dijadikan praktek keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, type komunitas (masyarakat rural atau urban) keadaan demografi, struktur politik, distribusi kekuatan komunitas dan pola perubahan komunitas. 2. Data demografi Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia lansia, jumlah lansiam jenis kelamin, status perkawinan, ras atau suku , bahasa , tingkat pendapatan, pendidikan , produktivitas, masih bekerja atau tidak, agama dan komposisi komposisi keluarga. 3. Vital statistik Jabarkan atau uraikan data tentang angka kematian kasar atau CDR penyebab kematian, angka pertambahan anggota, angka kelahiran. 4. Status kesehatan komunitas
Angka mortalitas, morbiditas akibat hipertensi. Kondisi kesehatan lansia dikaji dengan menganalisis: a. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas: 1) Sakit kepala 2) Epistaksis 3) Pusing / migrain 4) Rasa berat ditengkuk 5) Sukar tidur 6) Mata berkunang kunang 7) Lemah dan lelah 8) Muka pucat b. Pemeriksaan fisik Menurut Jain (2011), pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada pasien hipertensi adalah: 1) Tinggi badan dan berat badan Tinggi dan berat badan diperlukan karena kondisi obesitas dapat berpengaruh pada tekanan darah. 2) Pemeriksaan nadi Semakin parah kondisi hipertensi, maka jarak denyut nadi (amplitudo) akan semakin kecil. Amplitudo yang besar yaitu denyut nadi yang penuh dan teratur menunjukkan tekanan darah sistolik yang tinggi (arterosklerosis). 3) Suara jantung dan dada Pemeriksaan jantung dan dada dapat mengindikasikan hipertensi telah mempengaruhi jantung. Gagal jantung yang disebabkan penumpukan cairan di paru dapat diketahui melalui pemeriksaan suara dada melalui stetoskop. 4) Suara perut dan leher Suara arteri perut dan leher dengan nada tinggi dapat menunjukkan penyempitan arteri yang menuju ginjal, ginjal, kaki, dan otak. c. Pemeriksaan diagnostik Diagnosis hipertensi biasanya berdasar pada terjadinya peningkatan tekanan darah setelah dilakukan pengukuran secara berulang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah: 1) Diagnosis tekanan darah
Mengukur tekanan darah merupakan tes rutin paling penting untuk mendiagnosis hipertensi (Jain, 2011). Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan tujuan untuk memantau tekanan darah apakah masih dalam kondisi normal atau abnormal. Tekanan sistolik yang melebihi 130 mmHg dan tekanan diastolik yang melebihi 80 mmHg merupakan tekanan darah yang abnormal. Selain itu yang diperhatikan adalah selisih tekanan sistole dan diastole atau pulse atau pulse pressure (Ridwan, pressure (Ridwan, 2009). 2) Diagnosis dengan Elektrokardiogram (EKG) Pemeriksaan menggunakan EKG dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas jantung. 3) Dual Energy X-Ray Absorptionmetry (DEXA Scan) Dexa scan digunakan untuk menetukan densitas tulang serta komposisi tubuh seperti masa lemak terhadap masa otot. Untuk keperluan hipertensi, alat ini digunakan untuk mengukur kadar lemak dalam organ tubuh tertentu. Dengan diketahuinya penumpukan lemak dalam tuubuh dapat membantu pasien dalam mengontrol berat badan yang dapat mempengaruhi tekanan darah. 4) Tes Doppler Tes doppler digunakan untuk menentukan kondisi sirkulasi darah yang terdistribusi ke seluruh sistem kardiovaskular. 5) Tes Kolesterol Penimbunan kolesterol dalam tubuh akan mengganggu sistem kardiovaskular sehingga akan mempengaruhi tekanan darah seseorang. 6) Tes Darah Tes darah dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol darah, gula darah, urea darah, kreatinin dalam darah, tingkat natrium dan kalium dalam darah. d. Kejadian penyakit hipertensi pada lansia (dalam satu tahun terakhir). e. Riwayat penyakit keluarga Apakah ada keturunan hipertensi f. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari 1) Pola pemenuhan nutrisi Konsumsi garam berlebih, lemak, merokok, dan konsumsi kopi. 2) Pola pemenuhan cairan elektrolit
3) Pola istirahat tidur Kurang tidur, tidur malam, dan kualitas tidur 4) Pola eliminasi 5) Pola aktifitas gerak, olahraga 6) Pola pemenuhan kebersihan diri 7) Status psikososial : a) Komunikasi dengan sumber-sumber kesehatan b) Hubungan dengan orang lain c) Peran di masyarakat d) Kesedihan yang dirasakan e) Stabilitas Stabilitas emosi : stress 8) Perlakuan yang salah dalam kelompok dalam hal ini perilaku tindakan kekerasan. 9) Status pertumbuhan dan perkembanganan lansia, tahapan perkembangan yang sudah dipenuhi dan belum terpenuhi. 10) Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan 11) Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan 12) Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan kebiasa an merokok, minum kopi yang berlebihan, mengkonsusmsi alkohol, al kohol, penggunaan obat tanpa resep, rese p, penyala pen yalahguna hgunaan an obat o bat terlar ter larang, ang, pola konsumsi konsu msi tinggi tin ggi garam, gara m, lemak l emak dan purin.
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS 3.1 Kasus
3.2 PENGKAJIAN 3.2.1 DATA PRIMER 1. Geografi
1) Keadaan tanah Keadaan tanah Desa Plumbon termasuk dalam kategori subur karena sebagian besar tanah digunakan sebagai lahan pertanian. Hal ini dibuktikan dengan lahan Kelurahaan Wironanggan yang digunakan untuk lahan pertanian sebesar 213,4 Ha. 2) Luas daerah Luas keseluruhan Desa Plumbon adalah 256.938 Ha. Luas tanah tersebut digunakan untuk jalan, sawah/ladang, bangunan umum, perumahan atau permukiman, dan lain-lain. 3) Jaringan transportasi Ada jalan yang menghubungkan antara Desa Plumbon dengan jalur utama ke kota Sukoharjo ,selain itu ada jalan lain yang menghubungkan Desa Plumbon dengan desa Gadingan, Gadingan, wirun maupun dengan dengan desa-desa yang lain. Secara umum jalan Desa Plumbon sebagian besar sudah beraspal dengan panjang 14,35 km .Sarana transportasi umum di Kelurahaan Plumbon antara lain akutan desa, Ojek dan Becak. Tapi pada umumnya masyarakat Desa Wironanggan sebagian besar menggunakan transportasi pribadi baik sepeda maupun sepeda motor.
4) Batas wilayah
Batas
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Sebelah utara
Desa Gadingan
Mojolaban
Sebelah selatan
Desa Wirun
Mojolaban
Sebelah timur
Desa Dukuh
Mojolaban
Sebelah barat
Kodya Surakarta
2. Demografi
1) Jumlah kepala Keluarga Jumlah kepala keluarga pada tahun 2015 Desa Plumbon adalah 1.731 Kepala keluarga.
2) Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Desa Plumbon pada tahun 2015 adalah 5.237 orang dengan jumlah penduduk laki-laki 2.648 orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 2.589 orang. 3) Perubahan penduduk Mutasi penduduk Desa Plumbon bulan April-Mei 2015 adalah :
Indikator
Kelahiran baru Meninggal dunia
Jumlah penduduk
68
32
4) Kepadatan penduduk Luas keseluruhan Desa Plumbon adalah 256.938 Ha yang dihuni oleh 5.237 orang termasuk Desa yang tidak padat penduduk. 5) Agama / Kepercayaan
Jumlah penduduk menurut Agama, Desa Plumbon pada bulan AprilMei tahun 2015 adalah sebagai berikut :
Islam
Kristen
4920
212
Katholik
Budha
76
Hindu
1
4
6) Tipe Masyarakat : Agraris, Industri,dsb Tipe masyarakat Desa Plumbon sebagian besar agraris dengan mata pencaharian sebagian besar penduduk sebagai buruh tani. Namun ada beberapa mata pencaharian lainnya yaitu pegawai negeri sipil, pengrajin industri rumah tangga, pedagang keliling peternak dan dokter swata. 3. Struktur Pemerintahan
a. Desa : Pra swadaya, Swakarya/ swasembada Desa Plumbon merupakan Desa Swadaya b. Jumlah RT, RW, dan Dusun Banyaknya Dusun , RT, RW, menurut Desa adalah sebagai berikut:
Jumlah Dusun
5
Jumlah RT
Jumlah RW
17
22
4. Organisasi Masyarakat Masyarakat NO
Jenis Organisasi
1
PKK
Keterangan Keterangan
Lembaga pemberdayaan perempuan , pertemuan dilakukan setiap 1 bulan sekali
2
KARANG TARUNA
Terdapat 8 karang taruna yang terbagi di tiap dusun
5. Sarana / Fasilitas
a. Fasilitas Kesehatan
1) Dokter
: 1 orang
2) Bidan
: 2 orang
3) Perawat
: 1 orang
b. Sekolah
Jenjang
Gedung
Guru
Murid
TK
7
22
350
SD
3
21
490
SLTP
0
0
0
SLTA
0
0
0
c. Posyandu Terdapat 6 posyandu di Desa Plumbon setiap posyandu dilaksanakan bersamaan antara posyandu lansia dan posyandu balita. Terdapat 2 unit toko obat dan 1 unit poliklinik atau balai pengobatan.
6. Hygiene Sanitasi :
a. Perumahan 1) Rumah menurut dinding a. Tembok
: 1185 rumah
b. Bambu
: 14 rumah
2). Rumah menurut lantai a. Keramik
: 450 rumah
b. Semen
: 675 rumah
c. Tanah
: 70
3). Rumah menurut atap a. Genteng
: 1199 rumah
b. Sumber air bersih 1) Sumur gali
: 570 keluarga
2) Sumur pompa
: 460 keluarga
c. Pembuangan limbah rumah tangga 1) Selokan terbuka
: 572 keluarga
2) Selokan tertutup
: 488 keluarga
3) Resapan
: 107 keluarga
4) Tidak ada saluran
: 32 keluarga
d. Tempat Pembuangan Air Besar (jamban) 1) WC sehat memenuhi standar
: 921 keluarga
2) Sungai/parit/kebun/hutan
: 18 keluarga
3) MCK umum
: 15 keluarga
e. Kebiasaan Pembuangan Sampah 1) Dibakar
: 474 Keluarga
2) Diambil petugas
:
3) Dibuang ke sungai
: 640 Keluarga
4) Lain – Lain – lain lain
:
0 Keluarga
85 keluarga
7. Manusia Sumber Informasi
Tenaga kesehatan yang ada di Desa Plumbon terdiri dari : a. Bidan Desa b. Posyandu Balita dan Lansia
DATA SEKUNDER
1. Distribusi Penduduk Berdasar Jenis Kelamin
laki-laki permpuan
Berdasarkan piechart di atas, jumlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 2589 orang (49%) sama dengan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki 2648 orang (51%). 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia
Usia
Jumlah 0-1 tahun
84
1-5 tahun
460
5-12 tahun
790
12-18 tahun
186
18-40 tahun
2.154
40-60 tahun
1.042
> 60 tahun Total
521 5237
Tabel di atas menggambarkan bahwa distribusi penduduk yang paling banyak adalah usia 18-40 tahun yaitu sebanyak 2.154 orang (41%), distribusi penduduk yang berusia 0-1 tahun menempati jumlah yang terkecil yaitu 84 orang (2%). Penduduk yang berusia lansia (>60 tahun) sebanyak 521 orang (10%). Mayoritas penduduk di Desa Plumbon Plumbon berada dalam masa yang produktif.
3. Distribusi Penduduk berdasar Tingkat Pendidikan
Diagram 2 Berdasarkan Tingkat Pendidikan sd smp sma PT buta huruf & aksara
Piechart diatas menggambarkan distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan bahwa dari 5237, mayoritas penduduk Desa plumbon mempunyai latar belakang pendidikan SD yaitu sebanyak sebanyak 1157 orang (37%), Sekolah Menengah Pertama sebanyak 935 orang (30%), Sekolah Menengah Atas sebanyak 760 orang (24%), Perguruan tinggi sebanyak 238 orang (8%), menduduki peringkat terendah. Penduduk Desa Plumbon masih ada yang buta aksara dan huruf latin yaitu sebanyak 49 orang (2%). Rendahnya tingkat
pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang berhubungan dengan sulitnya penyerapan informasi yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan. 4. Distribusi Perumahan Berdasarkan Jenis Bangunan Piechart
dibawah
menggambarkan
distribusi
perumahan
penduduk
berdasarkan jenis bangunan, perumahan penduduk rata-rata sudah berttembok yaitu 1185 (99%) rumah dan yang terbuat dari bambu yaitu 14 (1%) rumah.
Diagram 3 berdasarkan jenis bangunan tembok bambu
5. Distribusi Perumahan Berdasarkan Sumber Air Bersih
Diagram 4 Berdasarkan Sumber Air Bersih sumur gali sumur pompa
Berdasarkan distribusi piechart di atas dapat diketahui sebesar 570 keluarga (55%) didesa Plumbon menggunakan sumur gali dan sebesar 460 keluarga (45%) menggunakan sumur pompa.
6. Distribusi Perumahan Berdasarkan Kebersihan Rumah dan Lingkungan Diagram 5 Berdasark Berdasarkan an Kebersihan Kebersihan Rumah dan Lingkungan Lingkungan 18%
26% Baik Cukup
Piechart di atas menunjukkan distribusi perumahan berdasarkan kerbersihan rumah dan lingkungan, didapatkan bahwa rata-rata
kebersihan rumah Desa Plumbon dalam keadaan yang bersih sebanyak 272 rumah (26%). Perumahan penduduk yang cukup bersih sebanyak 640 rumah (56%). Perumahan penduduk masih ada yang kurang bersih yaitu sebanyak 287 rumah (18%). Mayoritas Desa Plumbon umumnya dalam keadaan cukup bersih. Masyarakat setempat sudah tahu pentingnya kebersihan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan.
7. Distribusi Perumahan Penduduk Berdasarkan Pembuangan Limbah
Diagram 6 Berdasarkan pembuangan limbah limbah terbuka limbah tertutup resapa tdk ada saluran
Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 572 (48%) perumahan penduduk mempunyai saluran pembuangan limbah terbuka, sedangkan s edangkan sebanyak 488 (41%) menggunakan saluran pembuangan limbah tertutup (selokan), resapan sebanyak 107 perumahan (9%) dan tidak ada saluran 32 perumahan (3%).
DATA SUBSISTEM
1. Lingkungan Fisik Perumahan agregat dengan konsep antar rumah berdekatan, tipe rumah permanen, masih tingginya saluran pembuangan limbah terbuka hal tersebut merupakan
potensi
tumbuh
kembangnya
kemungkinan tempat bersarangnya lalat.
jentik-jentik
nyamuk
dengan
2. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial Terdapat 6 posyandu di Desa Plumbon setiap posyandu dilaksanakan bersamaan antara posyandu lansia dan posyandu balita dengan jumlah kader 40 orang, setiap posyandu beranggotakan 6- 7 orang kader. 3. Ekonomi Berdasarkan hasil wawancara, penghasilan rata- rata kepala keluarga perbulan Rp. 500.000500.000- 900.000. 4. Keamanan Dan Transportasi Ada jalan yang menghubungkan antara Desa Plumbon dengan jalur utama ke kota Sukoharjo ,selain itu ada jalan lain yang menghubungkan Desa Plumbon dengan desa Gadingan, Gadingan, wirun maupun dengan desa-desa yang lain. Secara umum jalan Desa Plumbon sebagian besar sudah beraspal dengan panjang 14,35 km .Sarana transportasi umum di Kelurahaan Wironanggan antara lain akutan desa, Ojek dan Becak. Tapi pada umumnya masyarakat Desa Wironanggan sebagian besar menggunakan transportasi pribadi baik sepeda maupun maupun sepeda motor. 5. Pemerintahan dan politik Kepala desa berperan dalam pemberian fasilitas kesehatan di desa Plumbon. Selain itu, perangkat desa memfasilitasi untuk masyarakat dalam penggunaan jaminan kesehatan.
6. Komunikasi Komunikasi ibu yang dilakukan pada balitanya dengan komuniaksi verbal maupun non verbal. Informasi dari RT/RW setempat dilakuakn dengan menggunakan pengeras suara melalui siaran di masjid. 7. Pendidikan Mayoritas
penduduk
Desa
Plumbon
mempunyai
latar
belakang
pendidikan SD yaitu sebanyak 1157 orang (37%), Sekolah Menengah Pertama sebanyak 935 orang orang (30%), Sekolah Menengah Atas Atas sebanyak 760 orang (24%), Perguruan tinggi sebanyak 238 orang (8%), menduduki peringkat terendah. Penduduk Desa Plumbon masih ada yang buta aksara dan huruf latin yaitu sebanyak 49 orang (2%). Rendahnya tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang berhubungan berhubungan dengan sulitnya penyerapan penyerapan informasi yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan.
8. Rekreasi Dari hasil wawancara, ibu sering mengajak balitanya naik mobil aneka warna yang diputarkan lagu- lagu anak untuk berkeliling di sekitar kampung dengan biaya Rp.1000 untuk 1x putaran
3.3 PEMBOBOTAN MASALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS
No
Masalah Keperawatan
Penilaian
Jumlah
Prioritas
4 5 5 4 3 5 3 4 4 5
50
I
4 3 5 3
41
II
A B C D E F G H I J K L 1.
Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi pada lansia di Desa Plumbon b.d Kurangnya pengetahuan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi
2.
Risiko penurunan derajat kesehatan
4 3 3
4
masyarakat Desa Plumbon b.d Plumbon b.d banyaknya kejadian hipertensi.
Keterangan : A : resiko terjadi
E : mungkin diatasi
I : dana
B : resiko parah
F : sesuai dengan program pemerintah
C : kemungkinan untuk pendidikan kesehatan G : tempat D : minat masyarakat
H : waktu
J: fasilitas kesehatan
K : sumber daya
L : sesuai dengan peran perawat
Skoring: 1 : Tidak ada 2 : Rendah 3 : Cukup Tinggi
4 : Tinggi 5 : Sangat Tinggi
3.4 ANALISA DATA No 1
Data
Masalah
DS : -
Resiko
tinggi
DO : - banyaknya angka peningkatan kejadian
hipertensi
angka pengetahuan
lansia di Desa Plumbon
DS -
hipertensi
Risiko penurunan
DO : banyaknya angka kejadian
hipertensi
derajat
banyaknya
kesehatan kejadian hipertensi.
saat masyarakat
dilakukan pengkajian
3.5
Kurangnya
saat kejadian hipertensi pada masyarakat tentang
dilakukan pengkajian
2
Penyebab
Desa
Plumbon
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi pada lansia di Desa Plumbon b.d Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hipertensi 2. Risiko penurunan derajat kesehatan masyarakat Desa Plumbon b.d Plumbon b.d banyaknya kejadian hipertensi. 3.6 PLANNING KEPERAWAATAN KOMUNITAS DESA PLUMBON
MASALAH
TUJUAN
TUJUAN
KESEHATAN
UMUM
KHUSUS
(TUM)
Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi
RENCANA KEGIATAN
SASARAN
METODE
(TUK)
Setelah
1. Tidak
dilakukan
terjadinya
asuhan
peningkatan
1. Kaji
tanda-tanda
peserta 2. Ajarkan
vital Lansia anggota posyandu
peserta
senam lansia
Ceramah dan tanya
desa
keperawatan
angka
komunitas
penderita
3. Penkes tentang hipertensi
Kurangnya
selama 1
hipertensi
4. Anjurkan
pengetahuan
minggu
2. Terjadi
berobat
masyarakat tentang
dalam satu
pengurangan
kesehatan
hipertensi
pertemuan
angka
50 menit
penderita
diharapkan
hipertensi
pada lansia di Desa Plumbon b.d
hipertensi
plumbon
peserta
jawab
untuk
kepelayanan
tidak terjadi peningkatan angka penderita hipertensi di Desa Plumbon
Risiko penurunan
Setelah
derajat kesehatan
dilakukan
terjadi
masyarakat Desa
asuhan
penurunan
Plumbon b.d Plumbon b.d
keperawatan
derajat
banyaknya
komunitas
kesehatan
3. Penkes tentang hipertensi
lansia
kejadian hipertensi.
selama 1
masyarakat
4. Anjurkan peserta untuk
anggota
minggu
Desa
berobat kepelayanan
posyandu
dalam satu
Plumbon
kesehatan
lansia desa
pertemuan 50 menit diharapkan tidak terjadi penurunan derajat kesehatan masyarakat
1. Tidak
1. Kaji tanda-tanda vital peserta 2. Ajarkan peserta senam hipertensi
1. Kader
Cera
kesehatan
mah dan
masyarakat
tanya jawab
dan seluruh
plubon
Desa Plumbon
3.7 IMPLEMENTASI IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Tanggal
Masalah
Implementasi
TTD
Evaluasi
keperawata
Senin,22
-
April
Resiko
2019
peningkatan angka
1. Jam 09.00
pada
lansia
-
melakukan
pengertian, tanda
penkes hipertensi
gejala, penyebab, komplikasi dan diit
-
Kurangnya
melakukan senam hipertensi
pengetahuan masyarakat
- peserta mengatakan paham tentang
di
Desa Plumbon b.d
S:
tanda vital
tinggi
kejadian hipertensi
mengukur tanda-
hipertensi O: -
-
tentang hipertensi
menganjurkan
mmHg 10 dari 30
peserta untuk
peserta yang hadir
berobat
-
Peserta kooperatif
kepelayanan
-
Peserta menyimak
kesehatan
dan tampak paham -
-
TD diatas 160/90
Peserta
memberi
A: Resiko tinggi peningkatan
kesempatan
angka
peserta untuk bertanya
kejadian
hipertensi
pada lansia di Desa Plumbon b.d Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hipertensi teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi - Kaji tanda-tanda vital peserta -
Ajarkan
peserta
senam hipertensi -
Penkes
tentang
hipertensi -
Anjurkan peserta untuk berobat kepelayanan kesehatan
I: -
mengukur tandatanda vital
-
melakukan penkes hipertensi
-
melakukan senam hipertensi
-
menganjurkan peserta untuk berobat kepelayanan kesehatan
-
memberi kesempatan peserta untuk bertanya
E: - peserta tampak paham mengenai hipertensi - peserta aktif bertanya - peserta kooperatif 2.
Risiko penurunan
Jam
derajat
09.00
masyarakat
-
kesehatan
Plumbon Plumbon
mengukur tandatanda vital
banyaknyakejadian
- peserta mengatakan paham tentang
Desa b.d
S:
-
melakukan
pengertian, tanda
penkes hipertensi
gejala, penyebab, komplikasi dan diit
hipertensi.
-
melakukan senam hipertensi
hipertensi O: -
-
menganjurkan
mmHg 10 dari 30
peserta untuk
peserta yang hadir
berobat
-
Peserta kooperatif
kepelayanan
-
Peserta menyimak
kesehatan
dan tampak paham -
-
TD diatas 160/90
Peserta
memberi
A: Resiko tinggi peningkatan
kesempatan
angka
peserta untuk bertanya
kejadian
hipertensi
pada lansia di Desa Plumbon b.d Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hipertensi teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi - Kaji tanda-tanda vital peserta -
Ajarkan
peserta
senam hipertensi -
Penkes
tentang
hipertensi -
Anjurkan peserta untuk berobat kepelayanan kesehatan
I: -
mengukur tandatanda vital
-
melakukan penkes hipertensi
-
melakukan senam hipertensi
-
menganjurkan peserta untuk berobat kepelayanan kesehatan
-
memberi kesempatan peserta untuk bertanya
E: - peserta tampak paham mengenai hipertensi - peserta aktif bertanya - peserta kooperatif
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Diagnosa keperawatan komunitas yang bias ditegakkan pada asuhan keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi adalah: 1.
Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi pada lansia di Desa
Plumbon b.d Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hipertensi 2. Risiko penurunan derajat kesehatan masyarakat Desa Plumbon b.d Plumbon b.d banyaknya kejadian hipertensi. 4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA