LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI I
Ascaris lumbricoides
Oleh :
Vita Nuramanah
1311C1004
Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung
2016
Identifikasi Cacing Ascaris lumbricoides
TUJUAN : Membedakan 3 jenis telur cacing Ascaris lumbricoides dan morfologi cacing dewasa baik jantan maupun betina.
BENTUK YANG DIIDENTIFIKASI
Telur cacing Ascaris lumbricoides (telur yang dibuahi, telur tidak dibuahi, dan telur dekortikasi).
Morfologi cacing dewasa Ascaris lumbricoides baik jantan maupun yang betina.
LANDASAN TEORI
Ascaris lumbricoides dinamakan juga Cacing perut (Giant Intestinal Roundworm) yang berhabitat di usus halus dan penyakit yang ditimbulkaannya dinamakan ascariasis. Diperkirakan 650juta samapai 1 miliyar orang yang terinfeksi cacaing ini di seluruh dunia, tetapi paling prevalen di daerah tropis. Mereka yang hidup di daerah pedesaan lebih sering terinfeksi daripada yang di daerah perkotaan. Hal ini yang menyebabkan adalah keaadaan sanitasi yang kurang baik di daerah pedesaan.
Ascaris lumbricoides merupakan jenis cacing soil transmitted helminths yaitu penyebaran cacing melalui tanah. Sumber penularan yang paling sering adalah sayuran yang mengandung telur Ascaris lumbricoides yang bersifat infeksius (telur yang berembrio) selain melalui tanah penyebarannya juga dapat melalui debu. Penularan dari sumber-sumber penularan ini lebih dipermudah lagi karena telur Ascaris lumbricoides tahan terhadap asam, alkohol juga bahan-bahan pengawet yang biasa dipakai di rumah tangga.
Adapun klasifikasi dari cacing Ascaris lumbricoides adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Ordo : Ascaridida
Family : Ascarididae
Clas : Secernentea
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides
Untuk siklus hidup yang dimiliki cacing Ascaris lumbricoides adalah sebagai berikut:
Sumber gambar : mymistyland.blogspot.com
Manusia dapat terinfeksi cacing ini karena mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi telur cacing yang telah berkembang (telur berembrio), telur ini akan menetas menjadi larva di dalam usus halus. Selanjutnya larva tadi akan begerak menembus pembuluh darah dan limfe di usus untuk kemudian mengikuti aliran darah ke hati atau aliran limfe ke ductus thoracicus menuju ke jantung. Setelah sampai di jantung larva ini akan dipompakan ke seluruh tubuh antara lain ke paru melalui arteri pulmonalis.
Larva di dalam paru ini mencapai alveoli dan akan tinggal selama kurang lebih 10 hari untuk berkembang lebih lanjut. Bilaman larva ini telah mencapai ukuran 1.5 mm, Ia mulai bermigrasi ke saluran pernapasan, ke epiglotis dan kemudian ke esofagus, lambung akhirnya kembali ke usus halus dan menjadi dewasa yang berukuran 15-35 cm.
Seekor cacing betina mampu menghasilkan 200.000-250.000 telur per hari. Telur ini dikeluarkan bersama-sama tinja dan siklus seperti di atas terulang lagi. Keseluruhan siklus hidup ini berlangsung kurang lebih 2-3 bulan. Cacing dewasa dapat hidup di usus halus selama satu tahu dan kemudian di keluarkan dari tubuh.
Hospes : Manusia sebagai tuan rumah definitif
Stadium infektif : telur berisi embrio
Stadium diagnostik : telur dalam feses atau cacing yang dikeluarkan dari tubuh
Metode pemeriksaan : Metode natif, Metode apung (flotasi), Metode Konsentrasi
ALAT DAN BAHAN
ALAT :
Mikroskop
Petri disk
Pinset
Objek glass
Cover glass
sentrifuse
BAHAN :
Preparat baru
Sampel feses segar
NaCl fisiologis
Lugol
Eosin
Preparat awetan
Preparat awetan telur cacing Ascaris lumbricoides
Preparat cacing dewasa Ascaris lumbricoides baik jantan maupun betina
CARA KERJA :
Preparat baru
Metode Natif
Diteteskan 1-2 tetes NacL fisiologis atau eosin 2% atau lugol (pilih salah satu) pada kaca benda yang sudah dibersihkan
diambil tinja sedikit dengan lidi, disimpan pada larutan tersebut.
Diratakan dengan lidi lalu tutup dengan cover glass
Diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 100-400 kali
Metode Apung (Flotasi)
Tanpa disentrifusi
Dicampurkan 10 gram tinja dengan 200ml larutan NaCl jenuh (33%) aduk sampai homogen
Didiamkan selama 20-30menit sampai terlihat adanya endapan
Bila ada serat selulosa, disaring terlebih dahulu dengan kertas saring.
Dengan menggunakan ose diambil larutan dari permukaan simpan di atas objek glass dan ditutup dengan cover glass
Di periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 100-400 kali.
Dengan disentrifuge
Dicampurkan 10 gram tinja dengan 200ml larutan NaCl jenuh (33%) di homogenkan dan disaring dengan kertas saring
Dituangkan kedalam tabung sentrifuge dan disentrifuge selama 5 menit
Dengan menggunkan ose ambil larutan dari permukaan dan disimpan diatas kaca benda dengan kaca penutup.
Diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 100-400 kali.
Metode Konsentrasi
Dimasukan 1gram tinja ke dalam tabung reaksi, kemudian diberi aquadest, lalu dihomogenkan.
Dimasukkan kedalam tabung sentrifuse, diputar 1 menit pada 3000rpm
Larutan dibuang, pipet sedimen dengan menggunakan pipet pasteur dan letakkan di objek glass kemudian ditutup dengan cover glass
Diperiksa di bawah mikroskop dengan pebesaran 100-400 kali.
Preparat awetan
Diamati preparat berbagai morfologi telur cacing Ascaris lumbricoides di bawah mikroskop dengan pembesaran 100-400 kali
Diamati morfologi cacing dewasa Ascaris lumbricoides baik jantan maupun betina.
Di catat hasil pengamatan.
HASIL PENGAMATAN
Dengan Metode Natif
GAMBAR
GAMBAR
GAMBAR
PEMBAHASAN
Pada morfologi telur cacing yang dibuahi berbentuk bulat padat memiliki 3 lapisan yaitu lapisan terluar berupa lapisan albuminoid dengan bentuk sperti benjolan tidak rata di sekeliling telur kemudian pada lapisan kedua berupa lapisan glycogen yang berfunsi sebagai asupan nutrisi bakal calon embrio kemudian lapisan terdalam berupa lapisan lipiodal yang berfungsi melindungi bakal calon embrio. Saat dikeluarkan dari tinja telur ini belum berembrio, tetapi hanya terdiri dari satu sel yang berbentuk bulan sabit yang akan matang menjadi embrio setelah keluar dan matang di tanah.
Morfologi telur cacing yang tidak dibuahi lebih ramping dari pada yang dibuahi, juga memiliki 3 lapisan namun pembagian lapisannya tidak terlihat jelas karena lebih tipis dibanding telur yang dibuahi. Telur yang tidak dibuahi ini hanya berisi granula di dalamnya tidak berisi bakal embrio.
Terkadang dapat dijumpai pada sampel feses yaitu telur berbentuk dekortikasi, telur ini sama dengan telur yang dibuahi, hanya saja yang membedakannya adalah tidak terdapatnya lapisan terluar yaitu lapisan albuminoid sehingga bentuk dari telur ini lebih bening dan halus di bagian luarnya. Keadaan ini terjadi karena adanya gerakan peristaltik di dalam perut menyebabkan adanya gesekan sehingga lapisan albuminoidnya luruh.
Morfologi cacing dewasa jantan dari Ascaris lumbricoides ciri khasnya selain ukurannya lebih kecil dari betina yaitu ujung posterior yang berbentuk melingkar fungsinya untuk memegang cacing betina pada saat kopulasi. Cacing dewasa betina ciri khasnya di 1/3 anteriornya terdapat cincin kopulasi yang berfungsi sebagai organ seksual dan ujung posteriornya runcing tidak melingkar ukurannya juga lebih besar dari jantan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dibedakan setiap morfologi telur dan juga cacing dewasa. Cacing Ascaris lumbricoides merupakan cacing golongan soil transmitted helminths untuk itu perlu dilakukan pencegahan penularan terutama dengan menekankan pada kebersihan pribadi dan kebersihan umum. Penyediaan jamban keluarga merupakan hal yang mutlak serta melarang penggunaan tinja manusia sebagai pupuk. Oleh karena itu penyuluhan kesehatan merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Nika, Ricky. 2010. Ascaris lumbricoides. Tersedia : http://rickyano.blogspot.co.id/2010/08/ascaris-lumbricoides.html. Diakses pada : 19 Mei 2016
Sandjaja, Bernandus. 2007. Parasitologi Kedokteran Helminthologi Kedokteran. Jakarta : Prestasi Pustaka.