Khutbah ke-1
. , . :
Hadirin
jamaah
jum’at
rahimmakumullah
Segala puji hanya bagi Alloh SWT yang telah menyempurnkan agama islam untuk dianut oleh umat manusia, sungguh islam merupakan nikmat terbesar bagi manusia. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para peng ikutnya hingga kita akhir zaman. Sungguh, berkat jasa beliaulah islam yang mulia ini dapat tersebar luas dan kita anut hingga saat ini dan hingga akhir hayart kita
nanti.
Amiin.
Kesempurnaan agama islam secara tegas tegas diterangkan oleh Alloh SWT di dalam AlAl-Qur’an surat al-Maidah(5),3:
Artinya : “Pada hari ini telah aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah ku cukupkan kepadamu nikmat -Ku, nikmat -Ku, dan telah ku ridhai islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat
dosa,
sesungguhnya
Alloh
Maha
Pengampun
lagi
Maha
Penyayang”.
Kesempurnaan islam yang secara tegas disebutkan oleh Alloh tersebut memberikan pemahaman bahwa ajaran islam sudah tidak membutuhkan tambahan, revisi atau perbaikan dari manusia. Kita sebagai umat islam tinggal mempelajari dan memahami ajaran islam dengan baik untuk kemudian mengamalkannya. Singkat kata, untuk segala hal masalah keagamaan, kita hanya diperintah mengikuti apa yang telah Nabi lakukan, khususnya dalam hal ibadah, sebagaimana
“Sholatlah
sabda
kamu
sebagaimana
engkau
Nabi,
melihat
aku
sholat”.
Hadirin yang berbahagia, disaat sebagian besar umat islam memiliki kesadaran yang besar untuk menuntut ilmu agama islam, ternyata setiap forum kajian atau majelis ilmu mengajarkan ilmu keislaman secara baik dan benar. Maksud dari ilmu yang baik dan benar adalah ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-hadist serta mengikuti pemahaman jumhur (kesepakatan sebagian besar) ulama. Pada kenyataannya terdapat sebagian kecil majelis ilmu yang mengajarkan pemahaman islam secara salah, dalam artian menyimpang jauh dari pemahaman sebagian besar umat
islam.
Penyimpangan pemahaman keislaman seperti inilah yang akhir-akhir ini disebut sesat, dan kelompok yang
mengajarkannya disebut dengan “aliran sesat” . dapat kita ingat kasus ajaran salamullah Lia Eden, Al Qiyadah Al islamiyah
ala
Ahmadiyah.
Sesungguhnya di dalam tubuh umat islam sendiri terdapat pemahaman keagamaan yang tidak semuanya sama. Coba kita amati bersama, apakah setiap gerakan sholat kita sama dengan muslim yang lain? Ketika sholat terawih, apakah jumlah rakaatnya sama semuanya? Bahkan pada hari raya idul fitri, apakah semua umat islam melaksanakan pada hari yang sama? Kenyataannya tidak selalu sama. Namun demikian, perbedaan yang terjadi bukanlah pada masalah pokok agama (akidah dan ajaran pokok) ini serta masing-masing pihak yang berbeda memiliki dalil nash yang melandasi amal yang dilakukannya. Untuk kondisi kondisi tersebut, maka ia tidaklah disebut sebagai
aliran
yang
sesat.
Biasanya, sebuah majelis ilmu atau kelompok kajian disebut sesat jika terdapat ajaran yang menyimpang dari sisi akidah. Namun dalam praktik di lapangan, tentu kita tidak akan mengidentifikasi kelompok mana saja yang termasuk sesat jika hanya mengandalkan satu ukuran itu. Karena itu, majelis ulama indonesia menetapkan beberapa kriteria atau ciri dari sebuah gerakan atau ajaran yang dapat diduga menyimpang. menyimpang. Beberapa kriteria tersebut adalah:
Mengingkari rukun iman dan rukun islam, maksudnya menambahi atau mengurangi rukun iman dan rukun islam yang diyakini umat islam sedunia,
Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar’i (Alqur’an dan al -sunah),
Meyakini turunnya wahyu setelah Al-qur’an, maksudnya mengakui bahwa terdapat wahyu Alloh setelah Al-qur’an yang dijadikan pedoman hidupnya,
Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al-qur’an,
Melakukan penafsiran Al-qur’an yang tidak berdasarkan kaidah tafsir,
Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran islam,
berbuat
dosa,
sesungguhnya
Alloh
Maha
Pengampun
lagi
Maha
Penyayang”.
Kesempurnaan islam yang secara tegas disebutkan oleh Alloh tersebut memberikan pemahaman bahwa ajaran islam sudah tidak membutuhkan tambahan, revisi atau perbaikan dari manusia. Kita sebagai umat islam tinggal mempelajari dan memahami ajaran islam dengan baik untuk kemudian mengamalkannya. Singkat kata, untuk segala hal masalah keagamaan, kita hanya diperintah mengikuti apa yang telah Nabi lakukan, khususnya dalam hal ibadah, sebagaimana
“Sholatlah
sabda
kamu
sebagaimana
engkau
Nabi,
melihat
aku
sholat”.
Hadirin yang berbahagia, disaat sebagian besar umat islam memiliki kesadaran yang besar untuk menuntut ilmu agama islam, ternyata setiap forum kajian atau majelis ilmu mengajarkan ilmu keislaman secara baik dan benar. Maksud dari ilmu yang baik dan benar adalah ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-hadist serta mengikuti pemahaman jumhur (kesepakatan sebagian besar) ulama. Pada kenyataannya terdapat sebagian kecil majelis ilmu yang mengajarkan pemahaman islam secara salah, dalam artian menyimpang jauh dari pemahaman sebagian besar umat
islam.
Penyimpangan pemahaman keislaman seperti inilah yang akhir-akhir ini disebut sesat, dan kelompok yang
mengajarkannya disebut dengan “aliran sesat” . dapat kita ingat kasus ajaran salamullah Lia Eden, Al Qiyadah Al islamiyah
ala
Ahmadiyah.
Sesungguhnya di dalam tubuh umat islam sendiri terdapat pemahaman keagamaan yang tidak semuanya sama. Coba kita amati bersama, apakah setiap gerakan sholat kita sama dengan muslim yang lain? Ketika sholat terawih, apakah jumlah rakaatnya sama semuanya? Bahkan pada hari raya idul fitri, apakah semua umat islam melaksanakan pada hari yang sama? Kenyataannya tidak selalu sama. Namun demikian, perbedaan yang terjadi bukanlah pada masalah pokok agama (akidah dan ajaran pokok) ini serta masing-masing pihak yang berbeda memiliki dalil nash yang melandasi amal yang dilakukannya. Untuk kondisi kondisi tersebut, maka ia tidaklah disebut sebagai
aliran
yang
sesat.
Biasanya, sebuah majelis ilmu atau kelompok kajian disebut sesat jika terdapat ajaran yang menyimpang dari sisi akidah. Namun dalam praktik di lapangan, tentu kita tidak akan mengidentifikasi kelompok mana saja yang termasuk sesat jika hanya mengandalkan satu ukuran itu. Karena itu, majelis ulama indonesia menetapkan beberapa kriteria atau ciri dari sebuah gerakan atau ajaran yang dapat diduga menyimpang. menyimpang. Beberapa kriteria tersebut adalah:
Mengingkari rukun iman dan rukun islam, maksudnya menambahi atau mengurangi rukun iman dan rukun islam yang diyakini umat islam sedunia,
Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar’i (Alqur’an dan al -sunah),
Meyakini turunnya wahyu setelah Al-qur’an, maksudnya mengakui bahwa terdapat wahyu Alloh setelah Al-qur’an yang dijadikan pedoman hidupnya,
Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al-qur’an,
Melakukan penafsiran Al-qur’an yang tidak berdasarkan kaidah tafsir,
Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran islam,
Melecehkan dan atau merendahkan para Nabi dan Rasul,
Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir,
Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah,
Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar’i
Apabila ada satu ajaran yang terindikasi punya salah satu dari kesepuluh kriteria itu, bisa dijadikan dasar untuk masuk kedalam kelompok aliran sesat. Misalnya kelompok al-Qiyadah al-islamiyah yang meyakini ada rasul baru bernama Ahmad Musadek, atau Ahmadiyah yang meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi setelah Nabi Muhammad
dan
kitab
Tadzkiroh
sebagai
kitab
suci
di
damping
kitab
Al-qur’an.
suci
Meskipun sudah ada 10 kriteria aliran sesat, dalam tataran implementasi tentunya kita sebagai orang awam tidak boleh main tuduh. Tetap harus ada mekanisme yang benar dalam proses untuk mengeluarkan vonis sesatnya. Harus ada
proses
observasi
dan
penelitian
yang
mendalam
oleh
para
ahli.
Apabila ada kelompok yang diindikasikan s ebagai penyeru p enyeru ajaran aja ran sesat harus dipanggil untuk dimintai kete rangan dan diklarifikasi. Adakah isu yang beredar bahwa mereka mengajarkan kesesatan itu mereka akui, ataukah sekedar fitnah dari lawan-lawan mereka yang tidak suka. Semua harus diselidiki secara seksama dan tidak dengan cara yang terburu-buru.
jamaah
Hadirin
jum’ah
rahimakumullah.
Beragamnya pemahaman agama islam yang ada tidak hanya pada tataran akidah agama semata, bahkan dalam praktik ibadah, aliran-aliran tersebut berani menciptakan aturan dan tata cara tersendiri, yang secara jelas menyimpang
dari
aturan
islam
sebenarnya.
Misalnya, tidak wajibnya shalat, shalat boleh menghadap ke arah mana saja, ibadah haji tidak perlu di mekah. Masalah-masalah tersebut sesungguhya sudah masuk pada masalah qath’i dan pasti, yang apabila orang berpendapat lain, dapat dianggap murtad dan kufur, seperti halnya mengaku menjadi Nabi dan Rasul. Padahal Al-
Qur’an secara tegas menyatakan bahwa Muhammad SAW adalah nabi dan rasul akhir zaman, sebagaimana yang diungkapkan dalam Al-Qur’an QS QS Al Al-Ahzab[33],40 :
Artinya : “Muhammad itu sekali -kali -kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah
dan
penutup
nabi-nabi, nabi-nabi,
dan
adalah
Alloh
Maha
Mengetahui
segala
sesuatu.”
Menjadi sebuah pertanyaan besar di benak umat ini adalah, mengapa bisa muncul berbagai aliran sesat seperti itu? Mengapa mereka begitu cepat berkembang dan mendapat respon yang besar dari sebagian umat? Apabila kita merenung lebih dalam, maka akan muncul beberapa penyebab terjadinya penyimpangan aliran tersebut, yaitu:
Kurangnya pengetahuan agama dikalangan umat islam, sehingga ketika hadir pengetahuan baru yang cukup
“menarik”
baginya,
maka
serta
merta
diikutinya.
Terdapat sebagian muslim yang memiliki semangat keagamaan yang tinggi namun kurang dalam ilmu agama, hal ini mengakibatkan ia mengikuti hawa nafsunya dalam memahami agama ini. Misalnya sekelompok orang di Jawa Timur yang melakukan sholat dengan menggunakan bahasa indonesia dengan alasan agar bacaan sholat lebih mudah difahami
oleh
jamaahnya.
Serangan musuh-musuh islam yang menyebarkan pemahaman dan ajaran yang salah agar umat islam terpecah belah dan menjadi lemah. Misalnya, ajaran Ahmadiyah yang dulunya muncul di wilayah negara India, diduga menjadi kaki
tangan
Inggris
yang
ingin
melenggangkan
kekuasaannya
di
tanah
jajahannya
itu.
Permasalahan lain yang menambah keresahan masyarakat adalah selalu terlambatnya respons pemerintah dalam menyikapi
aliran
yang
membahayakan
dan
merusak
tersebut.
Hadirin yang berbahagia, sungguh toleransi terhadap aliran-aliran yang jelas-jelas merusak tersebut tidak tepat untuk dikembangkan, meskipun terdapat beberapa tokoh muslim yang mendukungnya. Islam merupakan agama yang toleran dalam artian tidak memaksakan agama islam ini k epada orang lain,sebagaimana firman Alloh dalam surat al Baqarah[2],25:
Artinya:“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut (syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Alloh SWT) dan beriman kepada Alloh, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat
yang
Hadirin
tidak
akan
putus.
jamaah
Dan
Alloh
Maha
Mendengar
jum’ah
lagi
Maha
Mengetahui.”
rahimakumullah
Mengatasi maraknya aliran sesat tidak bisa dilakukan dengan cara kekerasan apalagi sikap merusak secara membabi buta. Hal itu jelas bertentangan dengan akhlak islam, aturan pemerintah dan malah bisa memunculkan sikap permusuhan. Beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya adalah (menurut Prof. Dr. Didin Hafiduddin):
Pertama, para ulama, para ustadz, para khatib, dan para guru harus memiliki keberanian untuk menjelaskan kepada umat bahwa setiap aliran yang muncul dan memiliki pemikiran yang jelas-jelas berbeda dengan masalah
yang bersifat qath’i tersebut, adalah sesat dan menyesatkan, berbahaya, nerusak, dan menyebabkan kekal dalam Neraka.
Kedua, ormas-ormas islam dengan para ulama dan tokohnya harus bersikap aktif dan responsif dalam menjawab dan menetapkan keputusan terhadap sesatnya aliran tersebut, demi menjaga akidah, syariah, dan akhlak umat. Umat pun harus didorong jika mendengar dan membaca aliran-aliran yang aneh, untuk segera bertanya kepada para alim ulama dan para ahli yang dianggap memiliki pengetahuan keislaman yang luas dan komprehensif, yang
disebut dengan ahlul ‘ilmi dan ahlu adz-dzikr ( QS An-Nahl:43). Umat harus di dorong untuk bersikap kritis, tidak mudah terkecoh dan percaya kepada pemimpin aliran tersebut, bahkan jangan sampai mereka dianggap sebagai
“orang-orang pintar”.
Ketiga, pemerintah hendaknya bersikap tegas dan segera mengambil tindakan-tindakan hukum terhadap aliranaliran tersebut. Tidak boleh terkesan sedikitpun pemerintah berada dalam keraguan untuk menghentikannya. Insya Alloh umat akan selalu mendukungnya.
Semoga Alloh selaluy meneguhkan keimanan yang benar di dalam hati kita dan terjauhkan dari berbagai bentuk penyimpangan dalam akidah, ibadah dan akhlak islam yang mulia.
Khutbah 2 :
:
Itulah contoh khutbah jumat singkat yang singkat yang dapat k ami tulis semoga bermanpaat. Dan jangan lupa untuk terus berkunjung ke blog ini untuk mendapatkan informasi seputar khutbah khutbah jumat singkat secara lengkap.
Advertisement
Hak dan Kewajiban Bertetangga Maraknya peredaran narkoba dikalangan remaja dewasa ini menjadi keprihatinan tersendiri bagi para orang tua. Betapa tidak, mengkonsumsi narkoba disamping akan berhadapan d engan hukum, ia juga akan merusak kesehatan fisik, akal dan jiwa bahkan dapat menjerumuskan kedalam perbuatan kemungkaran lainnya. Padahal Allah Swt telah memuliakan manusia dengan akal pikiran. Dengan akal pikiran seseorang dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang bermanfaat dan yang menimbulkan kemudharatan. Oleh karena itu, Islam sangat menjaga kesehatan akal manusia sehingga ia mengharamkan khamar, narkoba dan semua benda yang dapat merusak kesehatan akal.
Khutbah Pertama
.
.
. .
.
.
.
:
Kaum muslimin yang berbahagia.... Pembicaraan hari ini akan berkaitan dengan sebuah perkara besar yang dibutuhkan oleh setiap orang. Sebuah perkara yang menjadi wasiat Jibril kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan Jibril terus mewasiatkannya kepada beliau, hingga beliau menyangka bahwa objek yang diwasiatkan itu akan menjadi salah seorang ahli warisnya. Pembicaraan kali ini akan berkisar tentang masalah tetangga dan hak-hak mereka. Ya, tetangga adalah sosok yang memiliki hak yang wajib untuk ditunaikan dan tidak boleh dilalaikan. Tetangga adalah seluruh orang yang tinggal berdampingan dengan kita, siapapun ia. Mereka memiliki hak yang wajib ditunaikan sesuai dengan tingkatan mereka. Dan tingkatan mereka itu tergantung pada kedekatan, kekerabatan, agama, dan akhlaknya. Maka hendaknya setiap mereka diberikan haknya sesuai dengan kadar tingkatan tersebut. Tetangga yang tinggal berdampingan dengan kita tentu tidak sama dengan tetangga yang jauh dari kita, tetangga yang juga sekaligus adalah keluarga kita, tidak sama dengan tetangga yang bukan keluarga, tetangga yang seagama tidak sama dengan tetangga yang beragama lain. Dan, perlu diingat bahwa selain orang-orang yang hidup berdampingan dengan kita di tempat tinggal kita, masuk pula dalam kategori tetangga yaitu orang-orang yang bersama kita di tempat mana kita berada; di kantor, di pasar, di masjid, di dalam perjalanan, di tempat studi, dan lain-lain. Bahkan sebuah negara, pun memiliki negara tetangga, yang juga memiliki hak untuk ditunaikan dalam lingkup yang lebih luas. Hadirin yang berbahagia... Islam adalah agama yang mengatur hubungan bertetangga secara baik. Islam
menempatkan posisi tetangga pada tempat yang tinggi dan terhormat, yang mana ajaran demikian, sebelumnya tidaklah dikenal dalam aturan atau perundangan manapun. Di dalam Islam, tetangga adalah sosok yang memiliki hak yang wajib untuk ditunaikan dan kehormatan yang wajib untuk dijaga. Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah berkata, "Pengertian kata "tetangga" mencakup orang Muslim, kafir, budak, fasik, teman, lawan, orang asing, orang yang bisa memberi manfaat, orang yang bisa memberi mudharat, keluarga, yang bukan keluarga, tetangga dekat, dan yang auh. Hak-hak mereka bervariasi sesuai dengan tingkatan mereka. Yang memiliki tingkatan tertinggi diantara meraka adalah golongan yang mengumpulkan seluruh karakter utama yang telah disebutkan, selanjutnya yang terbanyak, demikian seterusnya. Hal yang sama, juga berlaku untuk kebalikan dari hal yang telah disebutkan." ( Fathul Baari, 10/441). Allah Swt berfirman,
{
.]36 :
[}
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil [orang yang dalam erjalanan yang bukan maksiat dan kehabisan bekal] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya llah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri." (AnNisaa’:36). Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma berkata, dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, " Jibril masih saja terus mewasiatkan kepadaku (untuk menjaga hak) tetangga, hingga hampir aku menyangka bahwa ia akan menjadikannya sabagai ahli warisku."(HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzi) Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
« .
»
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya ia berkata baik atau diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya ia memuliakan tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya." (HR. Bukhari dan Muslim) Dari Abu Syuraih, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
.
"
":
:
"
"
" Demi Allah tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman. Ditanyakan kepada beliau, ‘Siapa orang itu wahai Rasulull ah? Rasulullah bersabda, ‘Mereka itu adalah orang -orang yang tetangganya tidak merasa aman dengan gangguannya." (HR. Bukhari). Al-Qadhi Iyadh Rahimahullah berkata, "Pengertian hadits ini menyatakan bahwa telah menjadi kelaziman bagi orang-orang yang komitmen terhadap syariat Islam untuk senantiasa menghormati dan memuliakan tetangga dan tamunya. Hal demikian adalah indikasi akan
kedudukan dan hak tetangga serta kewajiban untuk senantiasa memelihara dan menjaga hak-hak mereka." (An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim) Syaikh Muhammad bin Abi Jumrah Rahimahullah berkata, " Di masa jahiliyyah, penjagaan terhadap hak-hak tetangga adalah sesuatu yang telah menjadi kelaziman. Kebiasaan baik ini pun lantas dipertegas dalam Islam dengan menjadikannya bagian dari kesempurnaan iman. Penjagaan terhadap hak-hak mereka diwujudkan dengan usaha untuk memberikan yang baik kepada mereka sesuai dengan kadar kemampuan kita; baik berupa hadiah, salam, wajah yang berseri ketika berjumpa, membantunya tatkala ia membutuhkannya, dan yang semisalnya. Dan juga diwujudkan dengan melindunginya dari segala yang akan membahayakannya, baik bahaya-bahaya yang bersifat materil atau non materil." (Fath Al-Baari, 10/442). Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
.
«: »
»
«
" Hak Muslim atas Muslim yang lainnya ada enam. Beliau ditanya, ‘Apa keenam hal itu wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘Keenam hal itu adalah jika kamu bertemu dengannya, maka berilah salam. Apabila ia mengundangmu, maka jawablah undangannya. pabila ia bersin dan bertahmid, maka jawablah tahmidnya. Apabila ia sakit, maka jenguklah. Dan apabila ia meninggal, maka hantarkanlah jenazahnya." (HR. Muslim) Kaum muslimin yang dirahmati Allah.... Menyakiti tetangga adalah sebuah kejahatan yang sangat diharamkan dalam Islam. Diriwayatkan oleh Abu Syuraih, dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, " Demi Allah tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman. Ditanyakan kepada beliau, ‘Siapa orang itu wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, ‘Mereka itu adalah orang-orang yang tetangganya tidak merasa aman dengan gangguannya." (HR. Bukhari). Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Tidak akan masuk surga seorang yang tetangganya tidak merasa aman hidup berdampingan dengannya." Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, pernah ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu laihi wa Sallam tentang seorang yang rajin melaksanakanqiyamullail dan puasa sunnah, tetapi ia juga sering menyakiti tetangganya dengan perkataannya yang kasar. Maka Rasulullah bersabda, "Tidak ada kebaikan baginya. Tempat orang itu di dalam neraka." Kemudian ditanyakan lagi kepada beliau tentang seorang yang (hanya) melaksanakan shalat wajib, berpuasa Ramadhan dan bersedekah dengan sepotong gandum. Ia tidak memiliki selain dari yang disebutkan, tetapi ia tidak menyakiti siapapun. Maka Rasulullah bersabda, "Wanita itu akan berada surga." Bahkan dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa Allah Subahanhu wa Ta’ala melaknat orang-orang yang mengganggu dan menyakiti tetangganya. Disebutkan dalam hadits Abi Juhaifah Radhiyallahu Anhu bahwa seorang laki-laki pernah datang mengadukan tetangganya kepada Rasulullah. Maka Rasulullah berkata kepada tetangga yang suka menyakiti orang itu, "Letakkanlah barang-barangmu di tengah jalan!" Setelah ia melakukannya, setiap orang yang melewati tempat itu melaknatnya (karena merasa terganggu dengan barang-barang yang ditaruhnya di tengah jalan). Maka orang itu pun kembali kepada Rasulullah dan mengadukan hal yang dialaminya. Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata kepadanya, "Sungguh
llah telah melaknatmu terlebih dahulu sebelum mereka." Mendengar itu, ia pun berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya saya tidak akan mengulangi perlakuanku menyakiti tetangga." (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad ). Maka, hadirin yang berbahagia, jika ancaman agama kepada orang-orang yang menyakiti tetangga amatlah keras, mungkinkah setelah itu kita masih saja menyepelekan persoalan ini? Namun hal yang sangat disayangkan, dalam tataran realita, ternyata masih banyak kita temukan orang-orang yang sering melakukan tindakan-tindakan menyakiti tetangganya; memarkir mobil di depan pintu masuk rumahnya, membiarkan aliran air dari rumahnya merembes ke halaman rumah tetangga dengan membawa bau yang tidak sedap, membuang sampah di depan rumah tetangga, membiarkan sisa-sisa bangunan yang tidak terpakai lagi tetap berada di halaman depan rumah tetangganya, dan berbagai fenomen a buruk lainnya. Al Miqdad bin Al-Aswad berkata, ia meriwayatkan dari RasulullahShallallahu Alaihi wa Sallam , bahwa beliau pernah bertanya kepada para sahabat, "Bagaimana pendapat kalian terhadap perbuatan mencuri? Mereka berkata, ‘Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya, maka perbuatan itu adalah haram. Rasulullah bersabda, ‘Jika sekiranya seorang mencuri dari sepuluh rumah, niscaya hal itu adalah lebih baik baginya daripada ia mencuri dari satu rumah tetangganya." Diantara fenomena lainnya adalah dengan menyakiti anak tetangga, merusak mobil atau barang lain miliknya, berisik – khususnya di waktu-waktu istirahat, baik dengan memutar musik, bermain dengan anak, bertengkar, membunyikan klakson, menyewakan tempat atau rumah atau menjualnya kepada orang-orang yang berpotensi mendatangkan kemudharatan bagi tetangga, tanpa meminta persetujuan dari mereka, dan yang lainnya Ibnu Rajab Rahimahullah berkata,"Madzhab Imam Ahmad dan Malik menyatakan bahwa seorang itu diharamkan melakukan tindakan terhadap kepemilikannya sendiri, namun bersinggungan dengan hak tetangganya." Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu berkata, dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, " Barangsiapa memiliki tanah yang hendak dijualnya, maka hendaklah ia menawarkannya kepada tetangganya terlebih dahulu." Dan diantara contoh perbuatan terburuk yang dapat menyakiti tetangga adalah mengkhianati mereka, membuka aib dan kelemahannya, mengganggu anak-anak wanitanya, menggoda istrinya, dengan terlebih melakukan perselingkuhan dengannya, baik secara langsung atau tidak langsung. Sungguh perbuatan ini adalah seburuk-buruk dosa yang sangat dibenci dan dikutuk oleh seluruh jiwa yang sehat. Karena itu, maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam meletakkan kejahatan demikian pada jajaran dosa-dosa terbesar yang dilakukan seorang kepada Allah, sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhum, "Saya ernah bertanya kepada Rasulullah, 'Dosa apakah yang terbesar? Rasulullah menjawab, 'Kamu adikan sekutu bagi Allah, sedangkan Ia-lah yang telah menciptakanmu.' Saya kembali bertanya, 'Kemudian dosa apa lagi ?' Rasulullah menjawab, 'Kamu bunuh anakmu sendiri karena takut akan menghabiskan rezekimu'. Saya kembali bertanya, 'Selanjutnya apa lagi ?' Rasulullah menjawab, 'Engkau berzina dengan istri tetanggamu' ." Miqdad Radhiyallahu Anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bertanya kepada para sahabatnya, "Bagaimana pendapat kalian terhadap erbuatan berzina ? Mereka berkata, ‘Allah dan Rasul -Nya telah mengharamkannya, maka
erbuatan itu adalah haram. Rasulullah bersabda, ‘Jika sekiranya seorang berzina dengan sepuluh orang wanita, niscaya hal itu adalah lebih baik baginya daripada ia berzina dengan seorang istri tetangganya." Karena itu, hendaklah orang-orang yang gemar melakukan tindakan-tindakan amoral semacam ini senantiasa menanamkan perasaan takut kepada Allah. Dan hendaknya ia senantiasa mengingat ancaman Allah lewat firman-Nya,
.]58:
[}
{
" Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata." (Al-Ahzab: 58)
hutbah jum'at "akhlaqul karimah" Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh…
(QS. Al-A'raf 7:199)
Para hadirin khutbah jumat yang saya hormati, potongan ayat Al Qur’an diat as merupakan potongan ayat dari surah Al-A’araf yata 199 yang artinya :
“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh”. (Al-A’raaf: 199)
Ayat ini menurut Az-Zamaksyari dan Ibnu Asyur termasuk kategori “ Ajma’u Ayatin fi Makarimil Akhlak ”, ayat yang paling komprehensif dan lengkap tentang bangunan akhlak yang mulia, karena bangunan sebuah akhlak yang terpuji tidak lepas dari tiga hal yang disebutkan oleh ayat diatas, yaitu mema’afkan atas tindakan dan prilaku yang tidak terpuji dari orang lain, senantiasa berusaha melakukan dan menyebarkan kebaikan, serta berpaling dari tindakan yang tidak patut. Imam Ar-Razi juga memahami ayat ini sebagai manhaj yang lurus dal am bermu’amalah dengan sesama manusia yang jelas menggambarkan sebuah nilai akhlak yang luhur sebagai cermin akan keluhuran ajaran Islam, terutama di tengah ketidak menentuan bangunan akhlak umat ini.
Para hadirin siding jum’ah Rakhimakumullah..
Secara tematis, mayoritas tema surah Al-A’raaf memang berbicara tentang prilaku dan perbuatan tidak bermoral dan jahil orang-orang musyrik, maka menurut Ibnu ‘Asyur, sesungguhnya ayat ini merupakan solusi yang ditawarkan oleh Al- Qur’an atas perilaku umumnya orang-orang musyrik. Bahkan posisi ayat ini yang berada di akhir surah Al- A’raaf sangat tepat dijadikan sebagai penutup surah dalam pandangan Sayid Quthb dalam tafsir Fi Dzilalil Qur’an karena merupakan arahan dan taujih langsung Allah swt kepada Rasul-Nya Muhammad saw dan orang-orang yang beriman bersama beliau saat
mereka berada di Makkah dalam menghadapi kebodohan dan kesesatan orang-orang jahiliyah di Makkah pada periode awal perkembangan Islam. Berdasarkan tematisasi ayat yang berbicara tentang akhlak mema’afkan, maka ayat yang mengandung perintah mema’afkan ternyata ditujukan khusus untuk Rasulullah SAW sebagai teladan dalam sifat ini. Dalam surah Al-Baqarah ayat 109 misalnya, Allah swt memerintahkan Nabi Muhammad saw agar tetap menjunjung tinggi akhlak mema’afkan kepada setiap yang beliau temui dalam perjalanan dakwahnya. Allah swt berfirman, “Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu ”.
Bahkan dalam surah Ali Imran Ayat 159, Allah menggambarkan rahasia sukses dakwah Rasulullah saw yang dianugerahi nikmat yang teragung dari Allah swt yaitu nikmat senantiasa bersikap lemah lembut, lapang dada dan mema’afkan terhadap perilaku kasar orang lain, “ Maka disebabkan rahmat
dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya ”.
Para hadirin khutbah jum’at sekalian..
Secara redaksional, perintah mema’afkan dalam ayat Makari mil Ak hlak di atas bersifat umum dalam segala bentuknya. Ibnu ‘Asyur menyimpulkan hal t ersebut berdasarkan analisa bahasa pada k ata “Al-Afwu” yang merupakan lafadz umum dalam bentuk “ta’riful jinsi” (keumuman dalam jenis dan bentuk mema’afkan). Mema’afkan disini bisa diartikan sebagai sikap berlapang dada, tidak membalas prilaku buruk orang, bahkan mendoakan kebaikan untuk mereka. Namun tetap keumuman Al-Afwu disini tidak mutlak dalam setiap keadaan dan setiap waktu, seperti ter hadap orang yang membunuh sesama muslim dengan sengaja tanpa alasan yang benar, atau terhadap orang yang melanggar aturan Allah swt secara terang-terangan berdasarkan nash Al-Qur’an dan hadits yang mengecualikan keumuman tersebut.
Demi keutamaan dan keagungan kandungan ayat diatas, Rasulullah saw menjelaskannya sendiri dalam bentuk tafsir nabawi yang tersebut dalam musnad Imam Ahmad dari Uqbah bin Amir, bahwa Rasulullah saw pernah memberitahukan kepadanya tentang kemuliaan akhlak penghuni dunia. Rasulullah saw berpesan: “Hendaklah kamu menghubungkan tali silaturahim dengan orang yang
justru berusaha memutuskannya, memberi kepada orang yang selalu berusaha menghalangi kebaikan itu datang kepadamu, serta bersedia mema’afkan terhadap orang yang mendzalimimu”. Penafsiran Rasulullah saw terhadap ayat diatas sangat jelas korelasinya. Seseorang yang menghubungkan silaturahim kepada orang yang memutuskannya berarti ia telah mema’afkan. Seseorang yang memberi kepada orang yang mengharamkan pemberian berart i ia telah datang
kepadanya dengan sesuatu yang ma’ruf. Serta seseorang yang memaafkan kepada orang yang telah berbuat aniaya berarti ia telah berpaling dari orang-orang yang j ahil.
Bahkan secara aplikatif, perintah ayat ini mampu membendung emosi Umar bin Khattab saat mendengar kritikan pedas Uyainah bin Hishn atas kepemimpinan Umar. Uyainah berkata kepada Umar, “Wahai Ibnu Khattab, sesungguhnya engkau tidak pernah memberi kebaikan kepada kami dan tidak pernah memutuskan perkara kami dengan adil”. Melihat reaksi kemarahan Umar yang hendak memukul Uyainah, Al-Hurr bin Qays yang mendampingi saudaranya Uyainah mengingatkan umar dengan ayat Makarimil Akhlak, “Ingatlah wahai Umar, Allah telah memerintahkan nabi-Nya agar mampu
menahan amarah dan mema’afkan orang lain. Sungguh tindakan engkau termasuk prilaku orang-orang jahil”. Kemudian Al-Hurr membacakan ayat ini. Seketika Umar te rdiam merenungkan ayat yang disampaikan oleh saudaranya. Dan semenjak peristiwa ini, Umar sangat mudah tersentuh dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang menegur tindakan atau prilakunya yang kurang terpuji. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas).
Para hadiri khutbah Jum’at Rahimakumullah..
Sungguh dalam keseharian kita, di sekeliling kita, tipologi orang-orang jahil, orang-orang yang mengabaikan aturan, norma dan nilai-nilai kebaikan Islam akan sering kita temui. Jika sikap yang kita tunjukkan kepada mereka juga mengabaikan aturan Allah swt, maka bisa jadi kita memang termasuk kelompok orang-orang jahil seperti mereka. Namun kita berharap, mudah-mudahan nilai spritualitas dan moralitas yang telah tertanam selama proses madrasah Ramadhan masih tetap membekas dan mewarnai sikap dan prilaku kehidupan kita, sehingga tampilan akhlak yang mulia se nantiasa menyertai ucapan, sikap dan tindakan kita terhadap sesama, untuk kebaikan bersama umat. Allahu A’lam.
Demikianlah khutbah Jum’at yang dapat saya sampaikan, semoga dengan Khutbah tersebut dapat menambah keimanan dan ketaqwaan kita sehingga kita dapat menjadi hamba Allah yang berakhlaqul karimah, karena sesungguhnya Rasulullah di utus didunia ini sebagai penyempurna akhlaq umat seluruh alam ini.
Khutbah ke dua…
Do’a
.
.
.
Hadirin jamaah Jum’ah rohimakumulloh Kita sangat bersyukur, bahwa perkembangan Dakwah Islam akhir – akhir ini, berkembang cukup menggembirakan, baik melalui ceramah – ceramah dan kegiatan keagamaan di TV, Radio, Koran/ Majalah, di Masjid/ Langgar dan Kantor – kantor Pemerintah dan Swasta. Bahkan perkembangan Sekolah – Sekolah Keagamaan dan Pondok – Pondok Pesantrenpun berkembang begitu pesat, baik secara kwalitasnya (mutunya), maupun kuantitas (jumlah) - nya. Namun demikian kita juga prihatin dan perlu waspada, mengingat akhir - akhir ini, masih saja bermunculan berbagai aliran sesat dan menyesatkan dalam ajaran Islam, baik di berbagai daerah di negeri kita, maupun di dunia yang mayoritas berpenduduk muslim. Bahkan menurut catatan Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU), selama 6 tahun (sejak tahun 2001 s.d. 2007), terdapat sekitar 250 aliran agama yang menyimpang di berbagai daerah di Indonesia, di mana 50 aliran di antaranya tumbuh dan berkembang di Jawa Barat. Dari berbagai aliran tersebut, penyimpangannyapun bervariasi. Ada yang menambah atau mengurangi 2 kalimah syahadat, ada yang tidak mewajibkan sholat, puasa dan hajji, yang penting sedekah dan eling (ingat) saja, ada yang tidak mengakui Hadits/ Sunnah sebagai sumber Hukum Islam, ada yang menafsirkan ayat – ayat Al – Quran semaunya dan ada yang pemimpinnya menmgaku mendapat ketemu Malaikat dan mendapat wahyudari Alloh, serta mengaku diangkat sebagai Nabi/ Rosul Alloh. Pertanyaannya adalah: 1.
Mengapa di negeri kita begitu pesat bermunculan aliran – aliran sesat dan menyesatkan?
2.
Bagaimana kita mengenali ciri – ciri, bahwa aliran dalam Islam itu sesat dan menyesatkan, sehingga kita dan keluarga, serta saudara – saudara seiman kita, tidak terjebak masuk ke dalam golongannya?
3. Apa yang mesti kita lakukan, bila kita mengetahui bahwa di sekitar kita terdapat aliran Islam yang sesat dan menyesatkan?
B. Isi Khutbah
Hadirin jamaah Jum’ah rohimakumulloh. Tentu saja banyak faktor, yang menyebabkan mengapa di negara kita tumbuh subur aliran – aliran sesat dan meyesatkan itu, baik faktor dari luar maupun dari dalam umat Islam sendiri. Namun demikian, setidaknya ada dua faktor penyebab yang menonjol, antara lain: 1.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa di balik maraknya kemunculan aliran sesat dan menyesatkan dalam Islam ini, adalah disebabkan adanya skenario (upaya) besar dari golongan di luar Islam, yang menginginkan agar Umat Islam itu dapat dipecah belah ke dalam beberapa kelompok, baik dalam pemahaman di bidang sosial, ekonomi, politik dan keagamaan. Karena jika Umat Islam ini bersatu, maka mereka khawatir keberadaan dan posisi mereka di berbagai bidang kehidupan akan terancam atau sedikitnya terusik karenanya. Sehingga perlu dicari berbagai cara untuk memecah belah umat Islam, salah satunya dengan mengupayakan tumbuh suburnya atau setidaknya membela mati – matian agar aliran – aliran yang telah difonis sesat dan menyesatkan oleh MUI maupun Pengadilan, masih bisa eksis dan berkembang di negeri kita tercinta ini. Hal ini dapat kita lihat, bagaimana semangatnya mereka melakukan demo – demo menentang keputusan MUI dan Pengadilan yang menyatakan kesesatan dan harus dibubarkannya Aliran Ahmadiah Qodian, LDII, Ingkar Sunnah dll beberapa waktu lalu.
2. Adanya kelemahan di sebagian besar kita umat Islam terhadap ajaran Islam atau Al – Quran dan Sunnah. Banyak di kalangan kita umat Islam yang masih kurang menyadari betapa penting dan betapa besarnya fungsi dan peranan ibadah, seperti sholat, puasa, hajji dll dalam rangka membina akhlaq dan membentengi jiwa para pelakunya dalam mengarungi hidup dan kehidupan. Bahkan sebaliknya, tidak sedikit di kalangan kita umat Islam yang beranggapan bahwa berbagai ibadah seperti sholat, puasa, hajji dll itu tidak pentingm mereptkan, menyiksa diri dan pemborosan. Sehingga ketika ada orang yang sedikit saja memiliki pengetahuan lebih dalam hal Islam, kemudian ia mengaku mendapat wahyu atau ia mengaku sebagai Nabi atau Rosul Alloh, apa lagi kemudian ia mengajarkan ajaran – ajaran yang dirasakan mudah dilaksanakan, seperti tidak wajib shalat, tidak wajib puasa dan tidak wajib hajji, tapi akan dijamin masuk surga, asal ia mempercayai kenabian atau kerasulannya, maka akan banyaklah di kalangan kita umat Islam yang mempercayai dan masuk ke dalam golongan atau kelompoknya.
Padahal lebih dari 1400 tahun yang silam, Alloh SWT telah menjelaskan dengan sejelas – jelasnya, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul Penutup dan tidak akan turun lagi wahyu Alloh sesudahnya, kepada siapapun, Sebagaimana firman – Nya dalam QS. Al – Ahzab: 40 yang telah kami bacakan pada pembukaan khutbah tadi, yakni sbb: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian [Para Sahabat]., tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu”
Hadirin jamaah Jum’ah rohimakumulloh. Mengenai Bagaimana kita mengenali ciri – ciri, bahwa aliran dalam Islam itu sesat dan menyesatkan, sehingga kita dan keluarga, serta saudara – saudara seiman kita, tidak terjebak masuk ke dalam golongannya? Dlam hal MUI (Majelis Ulama Indonesia), mengemukakan bahwa sediktnya ada 10 ciri yang dapat untuk mengetahui bahwa aliran Islam itu sesat dan menyesatkan. Adapun 10 ciri aliran Islam yang sesat dan menyesatkan menurut MUI itu adalah sebagai berikut. 1.
Mengingkari salah satu dari rukun Iman yang 6 dan/ atau mengingkari rukun Islam yang 5, atau
mengikuti aqidah (keyakinan) yang tidak seseuai dengan hukum syar’i, yakni: Al – Quran dan Hadits yang shohih. 2.
Meyakini turunnya wahyu setelah Al – Quran.
3.
Mengingkari otentisitas (keaslian) atau kebenaran isi ajaran Al – Quran.
4.
Melakukan penafsiran ayat – ayat Al – Quran tidak berdasarkan kaidah – kaidah penafsiran al
– Quran yang benar. 5.
Mengingkari kedudukan Hadits yang Shohih atau setidaknya berderajat Hasan, sebagai sumber ajaran dan hukum Islam.
6.
Menghina, melecehkan dan/ atau mrendahkan derajat para Nabi dan Rosul Alloh.
7.
Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rosul terakhir atau penutup, atau berkeyakinan masih ada Nabi dan Rosul lagi sesudah Nabi Muhammad SAW.
8.
Mengubah, menambah dan/ atau mengurangi pokok – pokok ibadah yang telah ditetapkan
wajibnya oleh syari’at, seperti sholat, puasa dan hajji tidak wajib. 9.
Mengajarkan dan/ atau mengerjakan Sholat Fardu kuran atau melebihi dari 5 waktu
10. Mudah mengkafirkan sesama muslim tanpa didasari dalil syar’i, seperti mengkafirkan sesama muslim hanya karena tidak masuk golongan atau kelompoknya.
Hadirin jamaah Jum’ah rohimakumulloh.
Setelah kita mengetahui ciri – ciri aliran Islam yang sesat dan menyesatkan, sebagaimana dikukakan MUI tersebut, maka apabila kita mengetahui adanya sekelompok Umat Islam yang di dalam kelompoknya terdapat sediktnya salah satu ciri dari 10 ciri tersebut, kita harus menjaga diri dan keluarga atau handai tolan kita untuk tidak masuk golongannya. Sebaliknya jika kita mampu menunjukkan kesesatannya berdasar dalil – dalil Al-Quran dan Sunnah, kita wajib mengingatkannya, atau kita harus segera melaporkannya kepada aparat pemerintahan dan atau aparat kepolisian setempat. Tentu saja tidak dibenarkan kita main hakim sendiri, seperti membubarkan kegiatan mereka, apa lagi menyakiti atau memukuli mereka, mengingat negara kita adalah negara hukum,
C. Penutup
Hadirin jamaah J um’ah rohimakumulloh. Demikianlah khutbah siang ini, mudah – mudahan bermanfaat dalam rangka membentengi diri, keluarga dan umat Islam dari berbagai pengaruh dan kenyataan munculnya berbagai aliran sesat dan menyesatkan di negeri kita tercinta I ndonesia ini. Aamien. Perlulah kiranya kita camkan baik firman Alloh dalam QS. Al – Maidah: 3 berikut ini:
“Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku -cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”
Baarokalloohu lii walakum fil Qur’anil ‘Adzim. Wanafa’anii waiyyakum minal aayaati wadzikril hakiem. Wataqobballa minni waminkum tilawatahu innaahu Huawal Ghofuuruu Rohiem. You might also like:
Blog Ini Pernah Di Klik Sebanyak
MENGENAI SAYA
ZONA
DALYANA
SAMARINDA,
KALIMANTAN
TIMUR,
INDONESIA
Seorang Pendidik yang terus berusaha untuk tetap dapat belajar. LIHAT
PROFIL
LENGKAPKU
Blog Ini dibuat dengan template clasic Minima oleh douglas Bowman. Dengan ubahan penampilan dibantu oleh teman saya F. Heri Susiawan. A R S I P B L O G
► 2011 (18)
▼ 2010 (57)
o
▼ Desember (33)
Soal Babak Penyisihan PASIAD SMP Tahun 2008
KETENTUAN ROKOK HERBAL CARA MENJADI MEMBER ROKOKHE...
Marketing Plan KEANGGOTAAN ROKOK HERBAL
INFO TENTANG PRODUK DAN PELUANG BISNIS MLM "ROKOK ...
"HASTA BRATA" (DELAPAN SIFAT UTAMA YANG DIAMBIL DA...
PITUTUR LUHUR BASA JAWA (PETUNJUK MULIA BAHASA JA W...
STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN...
PERMENDIKNAS NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISA...
STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN
PARIBASAN (SALOKA)
KAWRUH TEMBANG JAWA "MOCOPAT"
TEMBANG JAWA "NYIDDAM SARI" Oleh: Manthos
MENGURAI PERMASALAHAN DIANULIRNYA KELULUSAN SERTI...
MENUJU KEDEWASAAN BERUMAH TANGGA
10 LANGKAH (KIAT) MERAIH RIDLO (CINTA) ALLOH
KHUTBAH JUMAT Di MASJID “BAITUTH - THAHARAH” KM.1...
KHUTBAH JUMAT Di MASJID “AL-JAMIL” PERUM LOA JANA...
KHUTBAH JUMAT“MENSIKAPI AGRESI MILITER ISRAEL TERH...
KHUTBAH JUMAT“APAKAH KITA TERMASUK GOLONGAN UMAT I...
KHUTBAH JUMAT “MELURUSKAN PEMAHAMAN UMAT TENTANG ...
KHUTBAH JUMAT “HARAMNYA QUIZ SMS DAN SMS RAMAL ” ...
KHUTBAH JUMAT “MUDAHNYA BELAJAR AL – QURAN” Oleh: ...
KHUTBAH JUMAH “MEWASPADAI MUNCULNYA BERBAGAI ALIRA...
KHUTBAH JUMAH "“MENYAMBUT TAHUN BARU 1431 HIJRIAH”...
KHUTBAH JUMAH “PERLU KEHATI – HATIAN DALAM BEROBAT...
“MEWASDAI BENCANA KOLEKTIF” Oleh: Dalyana, S.Pd., ...
INTI SARI NASEHAT PERKAWINAN
PROBLEMATIKA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU DAN...
NILAI RAPOR MENJADI SALAH SATU SYARAT KELULUSAN PE...
JADWAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011
KISI-KISI UJIAN NASIONAL SMK/MK TAHUN 2010/ 2011 (...
KISI-KISI UJIAN NASIONAL SMA/MA TAHUN 2010/ 2011(S...
KISI - KISI UJIAN NASIONAL SMP/MTs. TAHUN PELAJARA...
o
► November (4)
o
► Oktober (11)
o
► September (9)
Asbabun Nuzul Ayat Tentang Pengharaman Khamr
(
)
Salah satu prinsip dan pembinaan hukum Islam ialah Tadrij yakni berangsur-angsur. Salah satu contoh dari ayat yang diturunkan oleh Allah SWT serta mengandung unsur peneta pan hukum secara tadrij ialah ayat-ayat yang turun guna menetapkan hukum keharaman khamar. Proses turunnya ayat Al Quran terkadang terjadi karena ada suatu kejadian yang membutuhkan hukum sehingga Allah menurunkan suatu ayat Al Quran. Adapun sebuah kejadian yang menyebabkan turunnya
(
ayat Al Quran kita kenal dengan istilah Asbaab an Nuzul ayat mengenai keharaman khamar ialah sebagai berikut : Ayat pertama :
). Adapun asbab an Nuzul
( Artinya " Mereka bertanya kepadamu tentang Khamr dan judi, Katakanlah, pada keduanya terdapat dosa besar dan bermanfaat bagi manusia, tapi madaratnya lebih besar dari pada manfaatnya… " ( Q.S. Al Baqarah : 219 ) Adapun asbab an nuzul ayat ini ialah karena pada waktu Rasulullah SAW. diutus masyarakat saat itu memiliki kebiasaan senang sekali meminum khamar. Bagi masyarakat Jahiliyah meminum khamar merupakan suatu kebiasaan yang sangat melekat pada kehidupan mereka, sehingga hampir semua masyarakat pada masa itu meminum khamar. Dan akibat dari meminum khamar tersebut prilaku mereka pun sangat jauh bertentangan dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Oleh karena itulah Allah menurunkan ayat tersebut di atas untuk menetapkan keharaman khamar dengan menyebutkan bahwa yang khamar itu memiliki kemadaratan yang lebih besar bagi manusia meski khamr tersebut juga memiliki manfaat. Adapun sesuatu yang banyak manfaatnya dan sedikit madharatnya adalah halal hukumnya. Sedangkan sesuatu yang madharatnya lebih banyak dari manfaatnya adalah haram hukumnya. (Muhammad Syaban Ismail dalam Atang Abdul Hakim , Filsafat Hukum Islam,1997: 175) Ayat ke dua :
(
: 43)
Artinya " Hai orang-orang yang beriman, janga nlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan" Q.S. An Nisa :43 Adapun Asbab an Nuzul ayat di atas ialah ketika berlaku hukum khamar dengan surat Al Baqarah ayat 219, masyarakat arab Jahiliyah saat itu masih saja tetap meminum khamar tersebut untuk mabukmabukkan, sehingga ada seorang sahabat yang melakukan shalat sedangkan ia dalam keadaan mabuk hingga ucapan dalam shalatnya jauh dari apa yang seharusnya dia ucapkan dalam keadaan shalat. Sehingga Allah menurunkan surat An Nisa ayat 43 yang berisi tentang keharaman seseorang me minum
khamar sedangkan ia akan melakukan shalat. Dengan ayat ini maka keharaman khamar semakin kuat, akan tetapi keharamannya (menurut ayat ini) masih terbatas yakni ketika akan melakukan shalat saja. Mafhum Mukhalafahnya ialah jika di luar shalat maka dengan sendirinya keharaman khamarpun menjadi tiada. Oleh karena itulah banyak para shahabat yang masih mabuk-mabukkan dengan meminum khamar tersebut. Ayat ke tiga :
(
: 90
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan." Asbab an Nuzulnya : Ketika telah turun ayat 43 surat An Nisa dan hukum khamar ialah haram, tetapi tidak secara mutlak. Para shahabat saat itu masih ada sebahagian dari mereka yang masih meminum khamar dan mabukmabukkan yang mengakibatkan prilaku mereka sangat jauh dari aturan. Oleh karena itulah pada tahapan selanjutnya A llah menurunkan ayat 90 surat Al Maidah y ang berisi pengharaman khamar secara mutlak. Dalam ayat ini Allah mengharamkan khamar melalui beberapa sebutan, yakni : Rijsu ( ) yang berarti al najasah ( ) najis dan najis merupakan sesuatu yang dilarang oleh Allah (diharamkan). Kedua, Allah mengkategorikan meminu m khamar ke dalam perbuatan yang selalu dilakukan oleh syaitan. Dengan turunnya ayat ini semua para ulama sepakat bahwa hokum dari khamar itu ialah haram. Penerapan metode Tadrij dalam penerapan hukum Islam di Peradilan Indonesia. Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN
KECAMATAN LAREN
DESA JABUNG Jalan raya Ds jabung No 197 RT 06 RW 01 jabung laren lamongan 62262
Email:
[email protected]. Site:www.pemdesjabung.blogspot.com
RANCANGAN PERATURAN DESA JABUNG NOMOR 01 TAHUN 2013
TENTANG PUNGUTAN DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA JABUNG
bang
: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan perlu meningkatkan pendapatan asli desa dengan partisipasi masyarakat dalam bentuk pungutan desa; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) perlu membentuk Peraturan Desa tentang Pungutan Desa;
ingat
: 1. Undang-Undang Nomor 12Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur;
2. Undang-Undang Nomor Nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah (lembaran negara rebuplik indonesia tahun tahun 1997 nomor 41, tambahan lembaran negara rebuplik indonesia nomor 3685) sebagaiman diubah dengan undang undang nomor 34 tahun 2004 (lembaran negara indonesia tahun 2000 nomor 246, tambahan lembaran negara rebuplik indonesia nomor 4048) 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 5. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 17 Tahun Pendapatan Dan Kekayaan Desa
2006
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA JABUNG dan KEPALA DESA JABUNG
MEMUTUSKAN:
enetapkan : RANCANGAN PERATURAN DESA TENTANG PUNGUTAN DESA.
BAB I KETENTUAN UMUM
tentang
Sumber
Pasal 1
Dalam Peraturan desa ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 3. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Kepala Desa adalah Kepala Desa Jabung Kecamatan Laren KabupatenLamongan. 5. Pendapatan desa adalah hak Pemerintah Desa, yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. 6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. 7. Pungutan Desa adalah pungutan berupa uang yang dikenakan kepada masyarakat, dikelola dan dilaksanakan oleh pemerintah desa atas pelayanan yang diberikan. 8. Surat Pengantar adalah naskah dinas yang dipergunakan sebagai pengantar untuk mengirim sesuatu naskah atau barang dan sebagainya yang pada umumnya tidak memerlukan penjelasan. 9. Surat Keterangan / legalisasi adalah naskah dinas yang berisi pernyataan tertulis dari pejabat sebagai tanda bukti kebenaran sesuatu hal. 10. Retribusi adalah pungutan yang dibebankan pada warga yang memililki usaha home industri yang telah memperkerjakan banyak tenaga dan telah ber SIUP 11. Seksi adalah peralihan hak atas tanah yang dilaksanakan dihadapan dan atau disaksikan oleh Kepala Desa/Perangkat Desa
BAB II NAMA, OBJEK DAN SUBJEK PUNGUTAN
Pasal 2
Dengan nama Pungutan Desa Jabung dipungut sebagai pembayaran atas jasa pelayanan pemberian surat pengantar ,kepemilikan atas tanah atau tempat usaha di lingkup desa jabung dalam skala menengah keatas, serta Seksi jual beli tanah
Pasal 3
Objek pungutan adalah: a.
Pelayanan pembuatan surat keterangan dan surat pengantar dan Surat rekomendasi yang meliputi:
1. Surat pengantar nikah 2. Surat pengantar pindah penduduk: a) Pindah; b) Datang; 3. Surat keterangan kelahiran; 4. Surat keterangan kematian; 5. Surat pengantar permohonan ijin 6. Surat pengantar permohonan IMB; 7. Surat keterangan/legalisasi : KTP,SKCK, Kredit Bank 8. Rekomendasi Desa ijin punya kerja / hajat (keramaian, sound speker) 9. Rekomendasi ijin usaha
10. Rekomendasi ijin tempat kerja / usaha b. Retribusi atas tempat usaha skala menegah keatas / home industri c.
Retribusi atas kepemilikan tanah sawah dengan luasan minimal satu hektar keatas di lingkup desa jabung atas nama orang luar desa
d. Peralihan hak atas tanah yang dilaksanakan dihadapan dan atau disaksikan oleh Kepala Desa/Perangkat Desa (Seksi) serta Hibah
Pasal 4
Subjek pungutan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3. BAB III PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN BESARNYA PUNGUTAN
Pasal 5
Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya pungutan didasarkan pada tujuan untuk biaya pelayanan , biaya administrasi serta kontribusi keuangan terhadap pendapatan asli desa.
BAB IV STRUKTUR DAN BESARNYA PUNGUTAN
Pasal 6
Struktur dan besarnya pungutan ditetapkan sebagaimana tersebut pada lampiran Peraturan Desa ini.
BAB V TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 7
(1) Pembayaran pungutan dilakukan secara tunai di Kantor Desa. (2) Pembayaran pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima oleh petugas yang ditunjuk oleh Kepala Desa dan kepada subjek pungutan diberikan tanda bukti pembayaran.
BAB VI PENGGUNAAN HASIL PUNGUTAN
Pasal 8
(1)
Semua hasil pungutan desa dimasukkan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa secara bruto.
(2)
Hasil pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan desa
(3)
Penyelengaraan pemerintah seperti dimaksud Dalam ayat (2) adalah juga untuk tunjangan Kepala desa Dan Tunjangan Anggota BPD
(4)
Tunjangan yang di berikan kepada kepala desa dan anggota BPD adalah khusus pungutan yang di dapat dari SEKSI paralihan hak atas tanah
(5)
Hasil Pungutan yang didapat dari layanan jasa surat pengantar, surat keterangan/legalisasi dan surat izin/rekomendasi 50% diperuntukan sebagai Tunjangan pribadi kepala desa sedang 50% lagi untuk penyelagaraan pemerintah, pembangunan, dan kemasyarakatan desa
(6)
Besaran tunjangan yg diberikan seperti dimaksud dalam ayat (4) adalah 50% dari total pungutan yang didapat (untuk kepala desa) dan 20% untuk BPD serta 30% untuk pembangunan dan operasional pemerintahan desa
(7)
Semua hasil pungutan dicatat dalam sekertariat oleh kepala urusan keuangan desa serta dilaporkan dalam laporan keuangan tahunan desa oleh kepala desa
BAB VII KETENTUAN SANGSI
Pasal 9 (1)
Barang siapa yang dengan sengaja atau tidak sengaja menyalahgunakan atau menghilangkan uang pungutan diwajibkan untuk mengganti/mengembalikan sesegera mungkin
(2)
Batas waktu pengembalian paling lambat 1 ( satu ) bulan sejak uang dihilangkan atau berdasarkan kesepakatan pihak-pihak terkait/berwenang
(3)
Apabila ketentuan sebagaimana pada ayat 2 ( dua ) pasal ini tidak terpenuhi maka proses penyelesaian selanjutnya dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
BAB VIII PENGAWASAN
Pasal 10
(1)
BPD berhak melakukan pengawasan terhadap Pelaksanaan Pungutan Desa dengan meminta keterangan kepada Kepala Desa
(2)
Pengawasan dapat dilakukan secara kelembagaan maupun secara perseorangan oleh angota BPD
(3)
Pengawasan yang dilakukan BPD tidak dalam kapasitas pemeriksa .
BAB IX KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11
Petunjuk teknis pelaksanaan Peraturan Desa ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Desa.
Pasal 12
Pada saat Peraturan Desa ini berlaku, maka Peraturan Desa sebelumnyatentang Pungutan Desa jabung dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 13 Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Lamongan
Ditetapkan di Jabung
pada tanggal 15 Maret 2013
KEPALA DESA JABUNG
H. SUTOMO
Unit Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) UAJY kembali menyelenggarakan seminar dengan tema ” Pemilih Cerdas Pemilu Berkualitas : Sosialisasi dan Teropong Politik Pemilu 2014.” pada hari sabtu (22/3). Seminar ini merupakan kali kedua dari serangkaian
seminar sejenis yang telah dan akan dilaksanakan dalam kaitannya dengan pendidikan politik bagi mahasiswa dalam persiapan Pemilu legislatif maupun pemilihan Presiden mendatang. Kali ini bertindak sebagai narasumber adalah Dr. Lukas Suryanto Ispandriarno, MA. dan Suryo Adi Pramono, SIP., M.Si. (keduanya dosen FISIP UAJY). Sedangkan Y. Hartono, SH. M.Hum (Dosen FH UAJY) bertindak sebagai moderator. Seminar yang dihadiri tidak kurang dari 300 mahasiswa
ini berlangsung di Auditorium Kampus II, Gedung
Thomas Aquinas UAJY, Jalan Babarsari, Yogyakarta. Pemilihan umum mempunyai beberapa fungsi yang masing-masing tak terpisahkan. Salah satunya adalah, sebagai sarana legitimasi politik. Melalui pemilu, keabsahan pemerintahan yang berkuasa dapat ditegakkan, begitu pula program dan kebijakan yang dihasilkannya. Dengan begitu, pemerintah, berdasarkan hukum yang disepakati bersama, tidak hanya memiliki otoritas untuk berkuasa, melainkan juga memberikan sanksi berupa hukuman dan ganjaran bagi siapapun yang melanggarnya. Pemilihan umum menjadi suatu parameter dalam mengukur demokratis tidaknya suatu negara, bahkan pengertian demokrasi sendiri secara sedehana tidak lain adalah suatu sistem politik dimana para pembuat keputusan kolektif tertinggi di dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala. Pemilu memfasilitasi sirkulasi elit, baik antara elit yang satu dengan yang lainnya, maupun pergantian dari kelas elit yang lebih rendah yang kemudian naik ke kelas elit yang lebih tinggi. Sikulasi ini akan berjalan dengan sukses dan tanpa kekerasan jika pemilu diadakan dengan adil dan demokratis.
Dalam pemaparannya, Lukas Ispandriarno mengatakan, bahwa terkait dengan pentingnya pelaksanaan pemilu dalam proses demokratisasi di suatu Negara, maka penting untuk mewujudkan pemilu yang memang benar-benar mengarah pada nilai-nilai demokrasi dan mendukung demokrasi itu sendiri. Pada intinya pemilihan umum merupakan sarana untuk mewujudkan asas kedaulatan di tangan rakyat sehingga pada akhirnya akan tercipta suatu hubungan kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pemilu tidak lain merupakan instisari dari pada demokrasi. Dengan mengacu pada UU Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum, Lukas melanjutkan bahwa pemilihan umum merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat yang aspiratif, berkulitas, dan bertanggung jawab berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Tahun 1945. Ditegaskan pula bahwa
pemilihan umum adalah sarana
pelaksana kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia bedasarkan pancasila dan UUD 1945.
Akhirnya,
semua
penjelasan
tentang
pemilihan
umum,
tak
lain
adalah
memperbincangkan ranah pemilu sebagai perwujudan Negara demokrasi dan Negara hukum.
Sebuah perbincangan dari perilaku sosial politik yang bersinggungan dengan
problematika
kehidupan
bermasyarakat
terkait
dengan
hubungan
antara
struktur
masyarakat dengan struktur politik dan pendistribusian kekuasaan dalam masyarakat yang akan terus berkembang. Sementara itu, dalam presentasinya, Suryo Adi Pramono mengatakan bahwa untuk saat ini, Pemilu adalah sarana terbaik yang konstitusional untuk memperbaiki situasi. Perubahan, transformasi bangsa bisa terjadi dengan Pemilu. Asalkan mereka yang terpilih adalah orang-orang yang paling layak dan paling siap dari orang-orang baik yang tersedia. Untuk itu, Suryo mengajukan kriteria yang hendaknya dipakai para pemilih dalam pemilu. Kriteria tersebut adalah MK4I, dimana M adalah Motivasi caleg, sedangkan K4 adalah Karakter, Karya, Kapabilitas, Komitmen, dan I adalah Integritas. Lebih lanjut Suryo mengatakan bahwa pemilih yang cerdas memiliki ciri-ciri antara lain, bahwa ia tidak akan mempertimbangkan dengan serius janji-janji manis dalam iklan politik. Terhadap uang yang diberikan kepadanya, ia tidak akan menerima atau tidak akan menggadaikan dirinya dengan tebusan kebebasan. Seorang pemilih yang cerdas akan memandang bahwa partai pengusung seorang caleg adalah hal yang sangat perlu dipertimbangkan, terutama menyangkut partai manakah yang tetap nasionalis, secara ideologis tetap komit terhadap Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. Jangan sampai
memilih
caleg
yang
diusung
oleh
partai
yang
sektarian,
menonjolkan
primordialisme. Sementara itu, fokus pertimbangan yang dipakai adalah motivasi caleg, rekam
jejak,
dan
komitmen
ke
depan.
Akhirnya,
pemilih
yang
cerdas
akan
memperhitungkan bukti nyata apa yang sudah dilakukan oleh caleg tersebut di masa lalu. (awan 22/3/2014)
LAMPIRAN PERATURAN DESA JABUNG NOMOR 01 TAHUN 2013
TENTANG PUNGUTAN DESA
STRUKTUR DAN BESAR PUNGUTAN DESA BESAR NO
JENIS PUNGUTAN
SATUAN
PUNGUTAN (Rp)
pelayanan pembuatan surat keterangan dan surat pengantar dan rekomendasi yang meliputi: 1
Surat pengantar nikah
per surat
50,000
per surat
50,000
per surat
50,000
per surat
25,000
per surat
20,000
persurat
50,000
persurat
10,000
persurat
20,000
Surat pengantar pindah penduduk: 1) Pindah/pergi 2) Datang Surat keterangan kelahiran Surat keterangan bepergian Surat keterangan meninggal Surat keterangan/legalisasi : KTP. SKCK, surat kredit Bank Surat rekomendasi desa izin punya hajat (sound, speker, keramaian) Rekomendasi atas keramamaian yg mendatangkan massa banyak seperti ORKES, TAYUB atas nama pribadi warga
persurat
200,000
Rekomendasi atas keramaian akibat suara sound system menengah keatas Rekomendasi desa Ijin Usaha Surat pengantar permohonan IMB per surat Surat kelengkapan Tanah untuk permohonan pembuatan akta / sertivikat tanah
100,000
Untuk administrasi perubahan SPPT (Balik nama)
2
Retribusi atas usaha Home Industri
per surat
50,000
persurat
50,000
perbendel
150,000
per SPPT
50,000
Perbulan
100,000
pertahun
50,000
Retribusi atas kepemilikan tanah sawah satu hektar keatas atas orang luar desa jabung
3
Peralihan hak atas tanah yang dilaksanakan dihadapan dan atau disaksikan oleh Kepala Desa/Perangkat Desa ; Pemindahan hak atas tanah (jual beli) Pembeli berasal
1,5 % dari harga
dari desa setempat Pemindahan Hak atas tanah (jual beli) Pembeli berasal
perbidang
Pembelian
dari luar desa Warisan / HIBAH
KEPALA DESA JABUNG
5% dari harga Pembelian
. .
.
Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah. Kita sedang berada di tahun 2014, tahun dimana kita bangsa Indonesia akan memilih calon-calon pemimpin yang akan menjadi wakil rakyat baik ditingkat daerah, provinsi maupun wakil kita di tingkat pusat. Memang dalam ajaran Islam, keberadaan seorang pemimpin adalah suatu keharusan. Hal ini tergambar dari firman Allah SWT yang berbunyi :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan pemimpin di antara kamu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu maka kembalilah (atau selesaikanlah) berdasarkan Al- Qur’an dan Sunnah Rasul, jika kamu b enar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa : 59). Dari ayat ini dapat dipahami bahwa hubungan antara Allah, Rasul-Nya dan pemimpin sangat erat. Allah adalah Sang Pencipta yang menetapkan aturan-aturan yang tertuang dalam Al-Qur’an. Muhammad SAW adalah utusan Allah yang menjabarkan alQur’an dengan sunnahnya. Sementara itu, seorang pemimpin seharusnya melaksanakan apa yang telah digariskan dalam A-Qur’an dan sunnah sehingga ajaran Allah dan rasulNya dapat terwujud di muka bumi ini. Karena itu, keberadaan seorang pemimpin sangatlah penting dalam rangka mewujudkan nilai-nilai Islam di tengah-tengah masyarakat. Kaharusan adanya seorang pemimpin juga ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu hadits yang artinya : “Jika ada dua orang diantara kamu bepergian ke suatu tempat, maka hendaklah salah seorangnya menjadi pemimpin ”. Hadits ini mengandung arti bahwa seorang pemimpin itu mutlak diperlukan bahkan untuk jumlah komunitas yang paling sedikit sekalipun dan untuk waktu yang paling singkat sekalipun. Artinya pula, jangan sampai ada suatu masa dimana suatu masyarakat tidak memiliki seorang pemimpin. Dalam sejarah dunia, umat manusia hampir tidak pernah hidup tanpa kehadiran seorang pemimpin. Dalam sejarah Islam, setelah Nabi Muhammad SAW wafat maka masalah pertama yang dibahas para sahabat saat itu adalah siapa pemimpin pengganti nabi. Setelah musyawarah yang diadakan Tsaqifah Bani Sa’idah , maka dipilihlah sahabat senior Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama pengganti nabi SAW dan begitulah seterusnya dengan sahabat-sahabat yang lain.
Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah. Berkaitan dengan keharusan adanya seorang pemimpin, maka memilih seorang calon pemimpin menjadi suatu keharusan pula. Namun dalam memilih seorang calon pemimpin kita harus merujuk kepada rambu-rambu atau nilai-nilai yang ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Nilai yang paling utama adalah ketaqwaan calon tersebut terhadap Allah dan Rasul-Nya, artinya calon tersebut harus pula memiliki kemampuan untuk mengajak dan menggerakkan orang lain untuk bertaqwa kepada Allah dan Rasul. Allah SWT berfirman :
... “Kamu adalah ummat terbaik bagi manusia. Karena kamu mengajak orang lain untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar dan beriman kepada Allah SWT”.
Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah. Kedua, Selain bertaqwa pemimpin juga harus jujur (al-Amin ) dan amanah. Pemimpin baru disebut jujur manakala ia mampu memberi rasa aman. Jujur (al-Amin ) inilah gelar yang disandang Rasulullah SAW sebelum dirinya diangkat menjadi nabi. Kata amanah (kepercayaan), amin (jujur) dan iiman (keimanan) adalah rangkaian kata yang tidak bisa dipisahkan. Kepercayaan adalah buah kejujuran sedangkan kejujuran adalah bagian terpenting dari keimanan. Ada perbedaan mendasar antara sikap jujur dengan amanah. Seseorang yang mengaku bahwa dirinya benar mendapat titipan uang mungkin bisa disebut jujur. Tapi ketika ia tidak mampu mengembalikan uang itu tepat pada waktunya, atau ia gunakan untuk keperluan tidak pada tempatnya, tindakannya tidak bisa disebut amanah. Ia jujur tapi tidak amanah. Bagi seorang pemimpin, kejujuran dan sikap amanah harus seiring dan sejalan. Diantara alasan terpenting diterimanya nabi Musa AS oleh ayah dua wanita yang ditolongnya
(yakni
nabi
Ayyub
AS).
Selain
nabi
Musa
itu qawiyyun (kuat),
ia
juga amiin (jujur). Begitupun nabi Yusuf AS, beliau diangkat sebagai bendaharawan raja Mesir
kala
itu,
bukan
karena
nabi
Yusuf makiin (berkedudukan
tinggi)
tapi
juga amiin (jujur). Sikap jujur harus dilatih sejak dini karena orang yang biasa jujur yang akan mampu menghalau segala kemunafikan.
Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah. Ketiga, sikap yang harus dimiliki oleh pemimpin itu adalah Tawadhu’.Imam Syafi’i mendefinisikan tawadhu’ ini dengan ungkapannya : “Sikap tawadhu’ adalah akhlak orang-orang mulia sedangkan takabbur adalah ciri orang-orang tercela”. Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga- banggakan diri ”. (QS. An-Nisa’ : 36) Sikap tawadhu’ sangat erat kaitannya dengan sifat ikhlas . Rangkuman keikhlasan seorang hamba ada pada ketawadhuannya, orang yang mampu bersikap tawadhu’ berarti keikhlasan telah bersarang dihatinya. Bedanya, ketawadhuan banyak berhubungan
dengan manusia secara sosial sedangkan ikhlas lebih bersifat langsung kepada Allah SWT. Tawadhu’ bukan berarti menghinakan diri. Seorang direktur sebuah perusahaan besar
yang
turut
menyapu
lantai
bersama
anak
buahnya,
belum
tentu
bisa
disebut tawadhu’ , bisa jadi ia sedang mencari muka di depan anak buahnya. Tapi ketika Umar
bin
Khattab
menyantap
makanan
bersama
rakyatnya,
disanalahtawadhu’ menemukan definisinya. Ketika Umar bin Khattab lari sambil berjalan kaki sedangkan utusan Sa’ad bin Abi Waqqash yang datang dari Qasidiah menunggang kuda, disinilah makna rendah hati yang sebenarnya. Saat Umar bin Khattab datang menuntun hewan tunggangannya secara bergantian dengan pembantunya ke Biatul Maqdis,
demikian
arti tawadhu’ yang
sesungguhnya.
Makna tawadhu’ tak
cukup
dijelaskan dengan kata-kata tetapi harus diwujudkan dengan sikap nyata. Dan yang terakhir, calon pemimpin haruslah memiliki sikap terbuka dan bertanggungjawab. Terbuka berarti siap untuk menerima kritik maupun saran tentang kepemimpinannya. Inilah yang dilakukan oleh sahabat nabi yang bernama Umar bin Khattab ketika terpilih sebagai kholifah, beliau berpidato di depan sahabat-sahabatnya meminta agar para sahabat meluruskannya kalau ia melakukan kesalahan.
Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Al lah. Seorang pemimpin dituntut untuk mengetahui sebanyak mungkin tentang kondisi orang-orang yang dipimpinnya. Untuk itu ia memerlukan “teropong” yang bisa menjangkau kejauhan yang tak bisa dicapai oleh mata biasa. Kesalahan terjadi jika pemimpin hanya menggunakan teropong kecil dan tidak mau menggunakan teropong baru yang lebih besar dan bening. Dengan demikian, jangkauan teropongnya lebih luas dan detil. Seluas jangkauan teropong Umar bin Khattab yang bisa melihat keledai yang terpeleset di wilayah Irak, jauh dari Madinah. Sedetil teropong Umar yang bisa melihat seorang ibu menanak batu untuk menghibur anaknya yang kelaparan pada penggalan malam nan gulita. Sebening teropong Umar yang mampu menyadap suara isak tangis seorang wanita yang ditinggal suaminya berjihad dan obrolan gadis kecil yang meminta ibunya agar mencampur susu dengan air. Wahai para pemimpin dan calon pemimpin, ingatlah bahwa Rasulullah SAW telah memperingatkan lewat sabdanya :
“Kam u
sekalian
adalah
pemimpin
terhadap kepemimpinanmu”.
Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah.
dan
akan
diminta
pertanggungjawaban
Demikian khutbah kita pada hari ini, mudah-mudahan kita dianugerahkan oleh Allah SWT seorang pemimpin yang dapat membawa kebaikan dunia dan akhirat. Amin Ya Rabbal’alamin.
.
Oleh : Mushanef, S.HI
,
.
.
.
)
,
.
.
(.
.
.
.
.
.
. .
Pendidikan anak dan generasi muda Khutbah Jumat
PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK DAN GENERASI MUDA
Dr. La Jamaa, MHI
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Jama’ah salat jumat yang berbahagia.
Alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah swt atas karunia iman, kesehatan dan kesem patan sehingga kita dapat melaksanakan salat jumat di masjid yang mubarak ini. Semoga salawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi akhirul zaman, Muhammad Rasulullah saw yang telah berjuang tanpa pamrih mengantarkan manusia ke jalan yang benar dengan iman, Islam dan ihsan. Marilah dalam hidup ini kita selalu berusaha untuk bertakwa kepada Allah sekuat kemampuan kita dalam mentaati perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Jama’ah salat jumat yang berbahagia. Kehadiran anak ditengah-tengah keluarga akan mengantarkan jalinan kasih sayang di antara suami istri akan semakin kuat. Tidak sedikit pasangan suami istri yang berpisah di tengah jalan, kemudian tersambung kembali lantaran masing-masing teringat kepada anak mereka. Anak memang merupakan sumber kebahagiaan keluarga, buah hati yang memperkuat kehangatan kasih sayang kedua orang tuanya dan mampu membahagiakan semua sanak keluarga. Anak laksana wewangian surga yang menyemarakkan suasana kebahagiaan sebuah keluarga. Menurut Islam, di samping menjadi nikmat dan sumber kebahagiaan, anak dapat menjadi fitnah bagi orang tuanya jika tidak mampu merawat, mengasuh, mem-bimbing dan mendidiknya dengan benar. Firman Allah: Karena itu Orang tua harus sadar, bahwa anak adalah amanat Allah yang dipercayakan kepada orang tua, untuk dididik dengan baik dan benar, agar dapat tumbuh dewasa menjadi generasi yang saleh dan mampu meraih kebahagian hidup dunia akherat.
Ma’asyiral muslim rh. Untuk mencetak generasi pelanjut yang baik di masa depan, ada beberapa peran strategis yang bisa dilakukan oleh orang tua dalam pendidikan keluarga, yaitu: 1) Orang tua seharusnya bisa tampil sebagai pendidik dan suri teladan bagi anak-anaknya. Metode pendidikan yang efektif dalam lingkungan keluarga ialah melalui contoh dan pembiasaan ibadah salat dan puasa, serta amal kebajikan lainnya. Dengan melihat orang tuanya melakukannya secara rutin dan konsisten, anak akan mudah melakukannya setelah ia dewasa. Sebab anak pada dasarnya suka meniru apa yang sering dilihat dan didengarnya. 2) Orang tua sebagai pemberi motivasi. Untuk itu orang tua perlu memberi motivasi kepada anak-anaknya guna mempertajam kepekaan sang anak terhadap kebesaran Allah, dengan memahami fenomena alam sekitanrnya sehingga anak akan menyadari kebesaran Allah swt.
Untuk menumbuhkan motivasi anak dalam beribadah, mempelajari dan mensyukuri ciptaan Allah yang terhampar luas di bumi, memang paling efektif dilakukan oleh keluarga. 3) Sebagai fasilitator. Keluarga diharapkan mem-fasilitasi perkembangan anak-anaknya dengan ber-bagai kelengkapan sesuai kebutuhan anak. Misalnya dengan menyediakan sumber-sumber informasi pengetahuan berupa buku, majalah, surat kabar, kaset dsb. Atau menyekolahkan mereka pada lembagalembaga pendidikan serta mengikutsertakan mereka dalam kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan yang dinilai akan berguna bagi anak baik dari aspek intelektual, emosional, kepribadian maupun spiritual keberagama-annya. 4) Orang tua bertindak sebagai penyaring informasi bagi anak-anaknya. Penyaringan informasi memang sangat dibutuhkan sehingga kita dapat membuat pilihan informasi yang terbaik untuk anak dan keluarga kita, dengan memilih sekolah yang tepat, buku bacaan yang sesuai dan program televisi yang lebih mendidik bagi perkembangan mental anak. Selaras dengan hal ini QS al-Zumar: 17-18 menjelaskan:
‘Sampaikanlah berita gembira kepada hamba-hambaKu yang mendengarkan perkata-an lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.’
Ma’asyiral muslimin rh. Orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu menyiapkan anak-anaknya sebagai generasi pelanjutnya pada setiap saat. Setiap muslim berkewajiban menyiapkan generasi penerusnya untuk menjadi generasi muslim yang saleh yang berguna bagi keluarga, agama, nusa dan bangsa. Bahkan anak adalah pelestari pahala. Anak yang berhasil dididik menjadi anak saleh akan melestarikan pahala bagi kedua orang tuanya walaupun orang tuanya telah meninggal dunia. Nabi saw bersabda: iza mata bnu adama inqatha’a ‘amaluhu illa min tsalatsi: shadaqatin jariyah, aw ‘ilmin yanthafa’u bih, aw waladin shalih yad’u lahu (jika manusia telah meninggal, maka putuslah amalnya kecuali 3 perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang berm anfaat dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya). Ini berarti jika anak gagal dididik menjadi generasi yang saleh, maka siksaan akan mengalir pula meskipun orang tuanya telah meninggal dunia. Dengan demikian, baik buruknya akhlak anak sangat ditentukan oleh pendidikan orang tua terhadap anaknya terutama pendidikan dalam keluarga. Dalam kaitan ini Rasulullah saw bersabda:
‘Tidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang lebih utama daripada budi pekerti yang baik.’ (HR Al Hakim)
Karena dari budi pekerti yang baik itu diharapkan terjalinnya suatu hubungan yang baik dan harmonis antara manusia dengan Tuhannya, antara manusia dengan keluarganya, masyarakat dan makhluk lainnya. Dengan demikian seorang muslim yang baik adalah orang Islam yang menjadi contoh teladan bagi generasi penerusnya. Dia dapat tampil sebagai orang tua yang menjadi panutan bagi anak-anaknya dalam kebaikan dan bukan panutan dalam kemungkaran. Orang tua harus agung di mata anak keturunannya dalam berbagai aspek kehidupannya. Rasulullah saw bersabda:
‘Sebaik-baik pemuda muslim ialah pemuda yang menyerupai orang-orang tua mereka (dalam kebaikan) dan sejahat-jahat orang tua di antaramu adalah orang tu yang menyerupai kelakuan anak-anak muda (dalam kecenderung-an kepada kemungkar an).’ (HR Tabrani dan Baihaqi)
Ma’asyiral muslim rahimakumullah. Dalam hadis ini Nabi saw menganggap pemuda yang menyerupai orang tua mereka dalam kebaikan sebagai pemuda yang paling baik. Yang dimaksud pemuda di sini ialah pemuda muslim yang cenderung kepada kegiatan-kegiatan yang bernilai kebajikan dan kemaslahatan atau bernilai ibadah baik dalam hubungan dengan Allah maupun hubungan dengan sesama manusia. Penghargaan Nabi saw kepada para pemuda muslim tersebut pada hakekatnya merupakan respon terhadap kebiasaan umum para pemuda yang biasanya menghabiskan masa mudanya untuk hura-hura dan foya. Fenomena yang umum terjadi adalah identiknya anak muda dengan berbagai aktivitas yang tidak bermanfaat bahkan merugikan dirinya sendiri dan masyarakatnya seperti yang telah menjadi trend saat ini berupa minuman keras dan narkoba. Dalam hadis lain Rasulullah saw bersabda:
‘Bukanlah golongan kami orang yang tidak menyayangi anak -anak muda dan tidak tahu hak orang-orang tua.’ Hadis ini menunjukkan bahwa dari orang tua diharapkan kasih sayng untuk anak-anaknya dan dari orang muda diharapkan pengertian baik terhadap hak-hak orang tua mereka. Kasih sayang untuk mengantarkan mereka yang muda usia menjadi generasi harapan umat. Untuk mengantar mereka menjadi pribadi utama dan manusia utama. Sehingga setiap saat siap mengemban tugas agama, bangsa dan negara. Sebaliknya dari orang-orang muda diharapkan pengertian terhadap hak-hak orang tua sebagai pembimbing mereka dan cermin kehidupan masa lalu untuk diteladani nilai-nilai luhurnya. Darinya diharapkan lahirnya suatu generasi yag berdiri pada landasan:
al-muhaafazhatu bil qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah (berpegang teguh kepada nilai-nilai lama yang baik dan luhur sambil tampil mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik). Dari sana diharapkan kuatnya tradisi dan nilai-nilai budaya lama yang bernuansa Islami serta lahirnya nilai-nilai baru dan modern sesuai dengan tuntutan zaman yang bernuansa Islami pula. Jama'ah jumat yang berbahagia. Generasi harapan seperti inilah yang didambakan oleh semua orang tua. Suatu generasi pelaku sejarah kehidupan yang indah di masa-masa mendatang. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw menggambarkan sbb:
‘Ada 7 golongan orang yang akan dinaungi Allah di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan lagi kecuali dari naungan-Nya, yaitu: 1) Kepala negara atau pemimpin dalam semua tingkatan di masyarakat yang berlaku adil. 2) Pemuda yang tekun beribadah kepada Allah sehingga dia tumbuh dewasa hingga akhir hidupnya. 3) Laki-laki yang tertambat hatinya kepada masjid bila dia keluar dari sana dia ingin segera kembali lagi ke sana 4) Dua orang yang saling mencintai karena Allah, atas dasar itu mereka berkumpul dan atas dasar itu pula berpisah 5) Laki-laki yang diajak maksiat oleh wanita bangsawan lagi cantik tetapi dia menolaknya seraya berkata: sungguh aku takut kepada Allah 6) Orang yang memberi sedekah secara sembunyi-sembunyi atau menyembunyikan sedekahnya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan tangan kanannya 7) Orang yang berzikir/mengingat Allah di tempat yang sepi lalu berlinanglah air matanya.’ (HR Bukhari dan Muslim) Dalam hadis ini derajat pemuda yang taat kepada Allah ditempatkan oleh Nabi saw setelah pemimpin yang adil, suatu tanda bahwa Nabi saw membanggakan pemuda seperti itu. Berbahagia-lah pemuda yang mampu menjalani masa mudanya seperti yang disebutkan Rasulullah saw itu. Itulah generasi harapan Nabi dan generasi harapan umat. Setelah itu Nabi menyebut laki-laki yang terpikat hatinya kepada masjid seolah-olah Nabi mendambakan suatu generasi muda yang selalu cinta dan meramaikan masjid. Adanya dua orang yang mencintai karena Allah mengisyaratkan ciri-ciri utama anak-anak muda yang diwarnai kehidupannya oleh
rasa cinta. Tapi Nabi saw menekankan agar rasa cinta itu didasarkan karena Allah. Atas dasar itu cinta dibina dan atas dasar itu pula cinta diputuskan. Generasi muda seperti itu adalah generasi paripurna. Generasi yang memiliki sekaligus cinta Allah, cinta orang tua dan c inta sesamanya. Merekalah generasi iman, ilmu dan amal yang memiliki masa depan yang cerah di dunia dan di sisi Allah. Generasi yang sedemikian itu akan tetap beribadah kepada Allah secara konsekuen apapun profesi yang disandangnya. Mereka giat berusaha mengejar kemajuan di bidangnya masing-masing namun tidak akan melupakan ketenteraman jiwa dan kesegaran tenaganya lewat munajat kepada Allah. Mereka berbeda status tetapi dapat dipertemukan di tempat sujud. Mereka berpisah karena perbedaan nasib dan bakat tetapi bertemu kembali dalam satu shaf di kala shalat. Kesemuanya itu terwujud lantaran adanya kesatuan cita-cita dan harapan yaitu menggapai keredlaan Allah semata. Kita tentunya mendambakan suatu masyarakat yang terdiri dari para orang tua yang semakin bertambah ketaatannya dan para anak muda yang tumbuh dalam ketaatan pula. Sehingga tatanan kehidupan masyarakat digerakkan secara dinamis oleh agresivitas para pemuda dan kehati-hatian para orang tua. Menurut Hamka, masyarakat demikianlah yang dapat mewujudkan tatanan kehidupan sosial yang maju. Karena para pemuda biasanya cepat bertindak dalam menyelesaikan suatu problem kehidupan. Hal itu akan sangat baik bila diimbangi oleh kematangan berpikir para orang tua yang memang telah memiliki banyak pengalaman mengenai asam garamnya kehidupan. Demikianlah semoga khutbah jumat ini dapat bermanfaat bagi kita dalam mendidik anak
keturunan kita menjadi generasi yang saleh, amin ya Rabbal ‘alamin.
Pendidikan anak dan generasi muda Khutbah Jumat
PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK DAN GENERASI MUDA
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Jama’ah salat jumat yang berbahagia.
Alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah swt atas karunia iman, kesehatan dan kesem patan sehingga kita dapat melaksanakan salat jumat di masjid yang mubarak ini. Semoga salawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi akhirul zaman, Muhammad Rasulullah saw yang telah berjuang tanpa pamrih mengantarkan manusia ke jalan yang benar dengan iman, Islam dan ihsan. Marilah dalam hidup ini kita selalu berusaha untuk bertakwa kepada Allah sekuat kemampuan kita dalam mentaati perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Jama’ah salat jumat yang berbahagia. Kehadiran anak ditengah-tengah keluarga akan mengantarkan jalinan kasih sayang di antara suami istri akan semakin kuat. Tidak sedikit pasangan suami istri yang berpisah di tengah jalan, kemudian tersambung kembali lantaran masing-masing teringat kepada anak mereka. Anak memang merupakan sumber kebahagiaan keluarga, buah hati yang memperkuat kehangatan kasih sayang kedua orang tuanya dan mampu membahagiakan semua sanak keluarga. Anak laksana wewangian surga yang menyemarakkan suasana kebahagiaan sebuah keluarga. Menurut Islam, di samping menjadi nikmat dan sumber kebahagiaan, anak dapat menjadi fitnah bagi orang tuanya jika tidak mampu merawat, mengasuh, mem-bimbing dan mendidiknya dengan benar. Firman Allah: Karena itu Orang tua harus sadar, bahwa anak adalah amanat Allah yang dipercayakan kepada orang tua, untuk dididik dengan baik dan benar, agar dapat tumbuh dewasa menjadi generasi yang saleh dan mampu meraih kebahagian hidup dunia akherat.
Ma’asyiral muslim rh. Untuk mencetak generasi pelanjut yang baik di masa depan, ada beberapa peran strategis yang bisa dilakukan oleh orang tua dalam pendidikan keluarga, yaitu: 1) Orang tua seharusnya bisa tampil sebagai pendidik dan suri teladan bagi anak-anaknya. Metode pendidikan yang efektif dalam lingkungan keluarga ialah melalui contoh dan pembiasaan ibadah salat dan puasa, serta amal kebajikan lainnya. Dengan melihat orang tuanya melakukannya secara rutin dan konsisten, anak akan mudah melakukannya setelah ia dewasa. Sebab anak pada dasarnya suka meniru apa yang sering dilihat dan didengarnya.
2) Orang tua sebagai pemberi motivasi. Untuk itu orang tua perlu memberi motivasi kepada anak-anaknya guna mempertajam kepekaan sang anak terhadap kebesaran Allah, dengan memahami fenomena alam sekitanrnya sehingga anak akan menyadari kebesaran Allah swt. Untuk menumbuhkan motivasi anak dalam beribadah, mempelajari dan mensyukuri ciptaan Allah yang terhampar luas di bumi, memang paling efektif dilakukan oleh keluarga. 3) Sebagai fasilitator. Keluarga diharapkan mem-fasilitasi perkembangan anak-anaknya dengan ber-bagai kelengkapan sesuai kebutuhan anak. Misalnya dengan menyediakan sumber-sumber informasi pengetahuan berupa buku, majalah, surat kabar, kaset dsb. Atau menyekolahkan mereka pada lembagalembaga pendidikan serta mengikutsertakan mereka dalam kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan yang dinilai akan berguna bagi anak baik dari aspek intelektual, emosional, kepribadian maupun spiritual keberagama-annya. 4) Orang tua bertindak sebagai penyaring informasi bagi anak-anaknya. Penyaringan informasi memang sangat dibutuhkan sehingga kita dapat membuat pilihan informasi yang terbaik untuk anak dan keluarga kita, dengan memilih sekolah yang tepat, buku bacaan yang sesuai dan program televisi yang lebih mendidik bagi perkembangan mental anak. Selaras dengan hal ini QS al-Zumar: 17-18 menjelaskan:
‘Sampaikanlah berita gembira kepada hamba-hambaKu yang mendengarkan perkata-an lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.’
Ma’asyiral muslimin rh. Orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu menyiapkan anak-anaknya sebagai generasi pelanjutnya pada setiap saat. Setiap muslim berkewajiban menyiapkan generasi penerusnya untuk menjadi generasi muslim yang saleh yang berguna bagi keluarga, agama, nusa dan bangsa. Bahkan anak adalah pelestari pahala. Anak yang berhasil dididik menjadi anak saleh akan melestarikan pahala bagi kedua orang tuanya walaupun orang tuanya telah meninggal dunia. Nabi saw bersabda: iza mata bnu adama inqatha’a ‘amaluhu illa min tsalatsi: shadaqatin jariyah, aw ‘ilmin yanthafa’u bih, aw waladin shalih yad’u lahu (jika manusia telah meninggal, maka putuslah amalnya kecuali 3 perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang berm anfaat dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya). Ini berarti jika anak gagal dididik menjadi generasi yang saleh, maka siksaan akan mengalir pula meskipun orang tuanya telah meninggal dunia. Dengan demikian, baik buruknya akhlak anak sangat ditentukan oleh pendidikan orang tua terhadap anaknya terutama pendidikan dalam keluarga. Dalam kaitan ini Rasulullah saw bersabda:
‘Tidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang lebih utama daripada budi pekerti yang baik.’ (HR Al Hakim) Karena dari budi pekerti yang baik itu diharapkan terjalinnya suatu hubungan yang baik dan harmonis antara manusia dengan Tuhannya, antara manusia dengan keluarganya, masyarakat dan makhluk lainnya. Dengan demikian seorang muslim yang baik adalah orang Islam yang menjadi contoh teladan bagi generasi penerusnya. Dia dapat tampil sebagai orang tua yang menjadi panutan bagi anak-anaknya dalam kebaikan dan bukan panutan dalam kemungkaran. Orang tua harus agung di mata anak keturunannya dalam berbagai aspek kehidupannya. Rasulullah saw bersabda:
‘Sebaik-baik pemuda muslim ialah pemuda yang menyerupai orang-orang tua mereka (dalam kebaikan) dan sejahat-jahat orang tua di antaramu adalah orang tu yang menyerupai kelakuan anak-anak muda (dalam kecenderung- an kepada kemungkaran).’ (HR Tabrani dan Baihaqi)
Ma’asyiral muslim rahimakumullah. Dalam hadis ini Nabi saw menganggap pemuda yang menyerupai orang tua mereka dalam kebaikan sebagai pemuda yang paling baik. Yang dimaksud pemuda di sini ialah pemuda muslim yang cenderung kepada kegiatan-kegiatan yang bernilai kebajikan dan kemaslahatan atau bernilai ibadah baik dalam hubungan dengan Allah maupun hubungan dengan sesama manusia. Penghargaan Nabi saw kepada para pemuda muslim tersebut pada hakekatnya merupakan respon terhadap kebiasaan umum para pemuda yang biasanya menghabiskan masa mudanya untuk hura-hura dan foya. Fenomena yang umum terjadi adalah identiknya anak muda dengan berbagai aktivitas yang tidak bermanfaat bahkan merugikan dirinya sendiri dan masyarakatnya seperti yang telah menjadi trend saat ini berupa minuman keras dan narkoba. Dalam hadis lain Rasulullah saw bersabda:
‘Bukanlah golongan kami orang yang tidak menyayangi anak-anak muda dan tidak tahu hak orang-orang tua.’ Hadis ini menunjukkan bahwa dari orang tua diharapkan kasih sayng untuk anak-anaknya dan dari orang muda diharapkan pengertian baik terhadap hak-hak orang tua mereka. Kasih sayang untuk mengantarkan mereka yang muda usia menjadi generasi harapan umat. Untuk mengantar mereka menjadi pribadi utama dan manusia utama. Sehingga setiap saat siap mengemban tugas agama, bangsa dan negara.
Sebaliknya dari orang-orang muda diharapkan pengertian terhadap hak-hak orang tua sebagai pembimbing mereka dan cermin kehidupan masa lalu untuk diteladani nilai-nilai luhurnya. Darinya diharapkan lahirnya suatu generasi yag berdiri pada landasan: al-muhaafazhatu bil qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah (berpegang teguh kepada nilai-nilai lama yang baik dan luhur sambil tampil mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik). Dari sana diharapkan kuatnya tradisi dan nilai-nilai budaya lama yang bernuansa Islami serta lahirnya nilai-nilai baru dan modern sesuai dengan tuntutan zaman yang bernuansa Islami pula. Jama'ah jumat yang berbahagia. Generasi harapan seperti inilah yang didambakan oleh semua orang tua. Suatu generasi pelaku sejarah kehidupan yang indah di masa-masa mendatang. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw menggambarkan sbb:
‘Ada 7 golongan orang yang akan dinaungi Allah di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan lagi kecuali dari naungan-Nya, yaitu: 1) Kepala negara atau pemimpin dalam semua tingkatan di masyarakat yang berlaku adil. 2) Pemuda yang tekun beribadah kepada Allah sehingga dia tumbuh dewasa hingga akhir hidupnya. 3) Laki-laki yang tertambat hatinya kepada masjid bila dia keluar dari sana dia ingin segera kembali lagi ke sana 4) Dua orang yang saling mencintai karena Allah, atas dasar itu mereka berkumpul dan atas dasar itu pula berpisah 5) Laki-laki yang diajak maksiat oleh wanita bangsawan lagi cantik tetapi dia menolaknya seraya berkata: sungguh aku takut kepada Allah 6) Orang yang memberi sedekah secara sembunyi-sembunyi atau menyembunyikan sedekahnya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan tangan kanannya 7) Orang yang berzikir/mengingat Allah di tempat yang sepi lalu berlinanglah air matanya.’ (HR Bukhari dan Muslim) Dalam hadis ini derajat pemuda yang taat kepada Allah ditempatkan oleh Nabi saw setelah pemimpin yang adil, suatu tanda bahwa Nabi saw membanggakan pemuda seperti itu. Berbahagia-lah pemuda yang mampu menjalani masa mudanya seperti yang disebutkan Rasulullah saw itu. Itulah generasi harapan Nabi dan generasi harapan umat.
Setelah itu Nabi menyebut laki-laki yang terpikat hatinya kepada masjid seolah-olah Nabi mendambakan suatu generasi muda yang selalu cinta dan meramaikan masjid. Adanya dua orang yang mencintai karena Allah mengisyaratkan ciri-ciri utama anak-anak muda yang diwarnai kehidupannya oleh rasa cinta. Tapi Nabi saw menekankan agar rasa cinta itu didasarkan karena Allah. Atas dasar itu cinta dibina dan atas dasar itu pula cinta diputuskan. Generasi muda seperti itu adalah generasi paripurna. Generasi yang memiliki sekaligus cinta Allah, cinta orang tua dan c inta sesamanya. Merekalah generasi im an, ilmu dan amal yang memiliki masa depan yang cerah di dunia dan di sisi Allah. Generasi yang sedemikian itu akan tetap beribadah kepada Allah secara konsekuen apapun profesi yang disandangnya. Mereka giat berusaha mengejar kemajuan di bidangnya masing-masing namun tidak akan melupakan ketenteraman jiwa dan kesegaran tenaganya lewat munajat kepada Allah. Mereka berbeda status tetapi dapat dipertemukan di tempat sujud. Mereka berpisah karena perbedaan nasib dan bakat tetapi bertemu kembali dalam satu shaf di kala shalat. Kesemuanya itu terwujud lantaran adanya kesatuan cita-cita dan harapan yaitu menggapai keredlaan Allah semata. Kita tentunya mendambakan suatu masyarakat yang terdiri dari para orang tua yang semakin bertambah ketaatannya dan para anak muda yang tumbuh dalam ketaatan pula. Sehingga tatanan kehidupan masyarakat digerakkan secara dinamis oleh agresivitas para pemuda dan kehati-hatian para orang tua. Menurut Hamka, masyarakat demikianlah yang dapat mewujudkan tatanan kehidupan sosial yang maju. Karena para pemuda biasanya cepat bertindak dalam menyelesaikan suatu problem kehidupan. Hal itu akan sangat baik bila diimbangi oleh kematangan berpikir para orang tua yang memang telah memiliki banyak pengalaman mengenai asam garamnya kehidupan. Demikianlah semoga khutbah jumat ini dapat bermanfaat bagi kita dalam mendidik anak keturunan kita menjadi generasi yang saleh, amin ya Rab bal ‘alamin.