APLIKASI METODE TEMATIK DALAM STUDI HADIS (Paradigma Integrasi-Interkoneksi Pendekatan Ekonomi Islam) Muhammad Yusuf 1
A. Pendahuluan Bagi kaum muslimin Hadis merupakan ejawantah norma kehidupan masa lampau, untuk dijadikan tuntunan kehidupan duniawi dalam pola-pola aplikasi pada ruan ruangg dan dan wakt waktuu hidu hidupp Rasu Rasulu lulla llahh yang yang loka lokal, l, sehin sehingg ggaa umat umat Islam Islam dapa dapatt menemukan ‘jalan padang dan !enar dalam melihat dunia se"ara uni#ersal$ %leh karenanya, hadis dapat dikatakan se!agai respon &a!i 'aw terhadap al-uran dengan dengan mempertim!angka mempertim!angkann waktu, waktu, situasi situasi dan geograi (zaman, hal wa makan) dalam !entuk ekspresi (qaul), diaktualisasikan diaktualisasikan (fi’il) dan ketetapan (taqrir ) &a!i 'aw$ 'aw$* Itulah se!a!nya, hadis se!agai titik tolak dalam mem!angun ke!udayaan ke!udayaan dan perada!an umat Islam melalui kesadaran kerasulan (wahy) dengan latar !elakang sosio-kultural masyarakat +ra!$ 'ehingga hadis hadir di tengah-tengah masyarakat men"erminkan historisitasnya yang khas pada saat Rasulullah masih hidup se!agai representasi pun"ak jahiliyyah (dekadensi moral)$ aka, se"ara rasional dan emosional dapat dikatakan !ahwa memahami hadi hadiss &a!i &a!i,, haki hakika katny tnyaa adal adalah ah memah memaham amii selu seluru ruhh pros proses es kehi kehidu dupa pann yang yang !erlandaskan urani$ adi hadis, se!agai follow up sistem ajaran untuk kaum muslimin yang diwariskan oleh generasi awal Islam, !ukan !erarti menerima se"ara taken for granted , melainkan menerimanya dengan jeli, hati-hati dan kritis sesuai
dengan dengan prinsip-pri prinsip-prinsip nsip (kaidah-kaidah) (kaidah-kaidah) dalam ulum al-hadis yang telah di!angun oleh muhadditsin$ Itulah se!a!nya, kajian terhadap hadis sejak awal kemun"ulannya hingga sekarang tak pernah surut, !ahkan menunjukkan .greget/ yang signiikan dalam tataran pemikiran Islam$ Ber!agai metode dan pendekatan terhadap sum!er yang otoritati ini mem!awa konsekuensi upaya kajian yang !er#ariati$ 0arena siatny siatnyaa yang yang ter!uka ter!uka,, maka maka tidak tidak menutu menutupp kemung kemungkin kinan an pendek pendekatan atan dengan dengan
2asir dan Hadis 3akultas 4shuluddin 4ni#ersitas Islam &egeri (4I&) 'unan 0alijaga 0 alijaga 1 1osen 2asir 5ogyakarta$ 2 Bahkan se!agian muhadditsun memasukkan juga aspek isis dan kepri!adian &a!i 'aw$
*
!er!agai sudut pandang keilmuan nis"aya untuk dilakukan$ 0ajian yang dirasa kurang !ergaung adalah pendekatan tematik$ %leh karena itu tulisan ini tidak !ermaksud men"iptakan ormulasi yang ketat dan !aku dalam merumuskan prosedur dan aplikasi pendekatan tematik dalam studi hadis, tetapi se!atas tawaran alternati yang mungkin !isa dipertim!angkan dalam dalam kajian kajian hadis hadis !agi !agi kerja kerja penelit penelitian ian masa masa depan$ depan$ 1engan 1engan harapa harapann !ahwa !ahwa pendekatan keilmuan 6 khususnya tematik 6 akan memperkaya worldview terhadap hadis$ %leh karena itu, model pendekatan yang ditawarkan !ukan !arang mati (mabniy), arti artiny nyaa ter!u ter!uka ka untu untukk di"er di"erma mati ti,, dikr dikrit itisi isi dan dan diuj diujii sehi sehing ngga ga dapat dapat
rumuskan ormat pendekatan yang memadai dan layak untuk dijadikan a"uan !agi pengkaji dan para pemerhati pe merhati studi wilayah sum!er keislaman, khususnya di !idang hadis$7
B. Prinsip-prinsip Dasar Kajian Matan Hadis 4rgensi sanad dalam hadis di kalangan muhadditsun dirasa "ukup dengan kriteriakriteria yang telah mereka !angun se"ara serius$ 2ujuan yang mereka inginkan adalah akurasi, #aliditas dan otentisitas se!uah hadis !enar-!enar dari &a!i 'aw$ 1engan 1engan melihat melihat kriteri kriteriaa rawi hadis dengan titik !erat pada siat adil, tepat dan kekuatan kekuatan daya ingat dan ketajaman ketajaman pendengara pendengarannya, nnya, termasuk mata rantai silsilah (transmisi) periwayatan$ etode ini mem!uahkan hasil yang "ermerlang dalam penelitian hadis, meskipun sempat repot ketika !erhadapan dengan e#aluasi kontradikti (antara jarh dan ta’dil ) terhadap rawi. 'e!enarnya 'e!enarnya,, ulama telah !erupaya !erupaya keras untuk memahamkan memahamkan kita terhadap terhadap hadis hadis dengan dengan mun"ul mun"ulnya nya kita!-k kita!-kita ita!! syarah syarah hadis, hadis, terutam terutamaa terhada terhadapp utub as!ittah$ &amun sulit rasanya untuk menemukan kerangka metodologis se"ara umum
dan prosedur yang mereka gunakan$ enurut "ermatan &i8ar +li, metode yang mereka gunakan dalam menulis kita!-kita! syarah !ila diklasiikasikan ada tiga metode, yakni tahlili, ijmali dan muqarin. " 5ang tidak mungkin m ungkin ditinggalkan dalam kajian 3 5ang
ke-Islaman, karena #adlarah an-$ash % yang popular di 4I& - senantiasa menjadi &ore studies, apapun paradigma yang digunakan$ 9ihat .aring 9a!a-la!a/ #ersi +min +!dullah dalam 0erangka 1asar 0eilmuan 4 I& 'unan 0alijaga$ 4$eskipun diakui oleh penulisnya sendiri !ahwa istilah-istilah terse!ut tidak orisinal dari hadis, tetapi diadopsi dari metode penasiran al:uran karena adanya kesamaan karakter$ 9ihat
7
C. Pendeatan Te!ati dala! Studi Hadis" On Going Process … 'ejauh ini metode tematik dalam !idang tasir telah mendapat respons yang "ukup ramai di kalangan ahli tasir untuk memahami isi kandungan al-uran, namun tidak terjadi di !idang hadis$ Pesatnya perkem!angan di !idang tasir mema"u mufassirun untuk melakukan eksplorasi metodelogi, di antaranya metode tematik,
seperti seperti yang yang dilakuk dilakukan an +!!as +!!as ahmou ahmoudd al-+kk al-+kkad, ad, 3a8lur 3a8lur Rahman Rahman,, 2oshihiko shihiko I8ut8u, I8ut8u, uraish 'hiha!, 'hiha!, Hariudin Hariudin ;awidu ds!$ 1i kajian !idang ulum ulum al-hadis, ulama hadis !erusaha merumuskan merumuskan epistemolog epistemologii 'ilm ma’an al-hadis yang !oleh diartikan dengan ilmu tentang pemahaman hadis, namun ilmu ini !elum !anyak dikem dikem!a !ang ngka kann se"ar se"araa sign signii iika kan, n, sehin sehingg ggaa !elu !elum m !isa !isa ditem ditemuk ukan an rumu rumusan san metodologi yang mapan dalam aplikasinya$ +ki!atnya, pemahaman hadis &a!i "enderung masih !ersiat general tanpa melihat struktur hadis$ +rtinya semua hadis dipahami sama, apakah itu riwayat bi al-lafdz atau riwayat bi al-ma’na , !egitu juga apakah hadis itu muthlaq atau muqayyad. Hal ini dise!a!kan !arangkali kompleksnya wilayah kajian ulum al-hadis 6 sanad dan matan 6 kalaupun ada yang !erusaha melakukan pemahaman se"ara
tematik, !elum men"apai le#el yang memuaskan, karena yang mun"ul adalah !aru pemahaman tekstual, parsial dan sporadis, tanpa melihat konteks kesejarahan (historis),< geograis dan sosio-kultural, dan aspek lainnya misalnya kapasitas &a!i, setting antropologis,= !ahkan !ahkan politis$ politis$> aka, aka, sudah sudah !arang !arang tentu tentu pemaham pemahaman an uraian &i8ar +li, emahami #adis $abi (etode dan endekatan) , 5ogyakarta? ;E'a1 5PI +RRahmah, *@@A), hlm$ * 5 Historis,
apakah dijadikan se!agai se!agai alat analisis ataupun se!agai se!agai pisau analisis$ 1engan 1engan sejarah dapat mem!antu kita untuk m,enolak, menerima atau melakukan tarjih suatu hadis yang dimaknai$ 6 'e!agaimana
yang pernah ditawarkan 'aid +gil Husein +l-unawwar .0emungkinan Pendekatan Pendekatan Historis Historis dan +ntropolog +ntropologis/ is/ dalam 5unahar 5unahar Ilyas (ed$), engembanga engembangan n emikiran emikiran terhadap #adis (5ogyakarta? 9PPI 45, ACC=), hlm$ A<<$ engingat gat pada pada masa masa saha!a saha!att suasan suasanaa politis politis sangat sangat mewarn mewarnai ai pada pada saat saat hadis hadis itu 7 engin mun"ul, dengan melihat konsistensi dan tidaknya periwayatan hadis$ Itulah se!a!nya, para rawi hadis (rijal al-hadis) sangat perlu dilihat latar !elakang politis$ Rujukan kepada kita!-kita! sejarah islam klasik sangat diperlukan dalam hal ini$ 0arena historiograi Islam dapat mem!antu se"ara serius serius dalam dalam melaku melakukan kan analis analisas as se"ara se"ara kritis kritis,, apalag apalagii dalam dalam suatu suatu hadis hadis terdap terdapat at kata kata yang yang mubham, mujmal, muthlaq, muqayyad, 'am dan khash, musykil, termasuk juga nasikh dan mansukh.
G
sema"am ini tidak mem!uahkan hasil yang memuaskan yang !isa dia"u se"ara keilmuan$ Belum lagi pertim!angan-pertim!angan kategorik hadis !erdasar pada lokal, temporal (insidental) atau uni#ersal, termasuk kategori hadis tentang aDidah, i!adah, atau muamalah$ eskipu eskipunn demiki demikian, an, para para ahli hadis hadis !erusa !erusaha ha keras keras melakuk melakukan an klasii klasiikas kasii dan se!agi se!agian an katego kategorisa risasi, si, spesii spesiikasi kasi dan tematis tematisasi, asi, tetapi tetapi !elum !elum terliha terlihatt rumusan rumusan metodologis dan kerangka kerjanya$ 'ehingga masih terkesan masih umum dan sedang menuju ke arah metode tematik$ 'e!agaimana yang telah dilakukan oleh Imam asy-'yaii, yang men"o!a mengkompilasi matan hadis semakna maupun (ta’arudl) untuk yang kontradikti (ta’arudl) untuk dilakukan dilakukan kompromi, kompromi, para penyusun utub as!ittah, dengan model klasiikasi klasiikasi dan spesiikasi spesiikasi tema, juga kita! *ulugh al-aram
dengan tampilan hadis yang !ertema hukum$ Begitu juga yang dilakukan ajdi i!n ansur ansur i!n 'ayyi 'ayyidd asy-'y asy-'yuri uri yang yang melakuk melakukan an takhrij se"ara spesiik terhadap terhadap aqiyuddin bn aimiyah aimiyah $ hadi hadiss-ha hadi diss dala dalam m ajmu’ al-+atawa li al-mam aqiyuddin
ungkin yang le!ih &on&ern !elakangan mun"ul uhammad al-ha8ali, 5usu alaradlawi, dan 'yuhudi Ismail$C
D. Met#de Met#de Te!ati" Te!ati" Lan$ah-l Lan$ah-lan$ an$ah ah Met#d#l#$ Met#d#l#$is% is% Keran$a Keran$a Kerja dan Apliasin&a 'e"ara sepintas pemaknaan hadis dengan pendekatan tematik sederhana, tetapi jika dilakukan se"ara serius diperlukan kerangka metodologis yang prosedural, menurut hemat saya langkah-langkahnya se!agai !erikut? 1.
en enentu entukkan tem tema tert terten entu tu sesu sesuai ai kein keingi ginnan penel enelit iti, i, misa misaln lnyya? kesempurnaan iman, silaturrahim, ilmu, etika pakaian, etika pergaulan, dosa !esar, amal prioriotas, etika !isnis, ds!$
Belum lagi latar kesejarahan suatu peristiwa yang dinis!atkan kepada &a!i yang dikategorikan sunn sunnah ah (as-!unnah qabla at-adwin) at-adwin) $ 9ihat alaluddin Rakhmat .Pemahaman Hadis? Perspekti Historis/ dalam 5unahar 5unahar Ilyas (ed$), engembangan emikiran F, hlm$ AGG$ al-#awii fi akhr akhrij ij hadits hadits ajmu’ ajmu’ al-+ataw al-+atawa a (Beiru Berjud udul ul al-#aw (Beirut? t? 1ar 1ar al-0ut al-0utu! u! 8 Berj al-‘Ilmiyyah, AGA
<
2.
enghimpun hadis-hadis yang shahih dan atau setidak-tidaknya hasan (senadasejalan, tidak sejalan, tampak kontradikti (ta’arudl/tanaqud ), melalui prosedur akhrij al-hadits, 01 dengan melakukan i’tibarat , muttabi’at dan syawahid .00
3.
ika langkah kedua !elum dilakukan, maka peneliti harus melakukan tahqiq al-hadis (#eriikasi dan #alidasi) untuk menentukan kualitas sanadnya$ A*
4.
ela"ak asbab al-wurud al-hadis, 02 !e!erapa hadis (jika mungkin paling tidak * !uah) yang dinilai memenuhi kualiikasi sanad dan rawi-nya$
5.
engidentiikasi teks (matan) hadis dari aspek ke!ahasaan (linguistik), terutama kata yang mutasyabih (di!awa ke yang muhkam), mutlaq (mengaitkan ke yang muqayyad ) atau makna konotasi ke denotasi, dan 'am (menasirkan ke yang khash) artinya dari makro ke mikro, musykil (menuju ke makna yang sharih), haqiqi dan majazi, juga makna yang gharib ke makna wadlih, ds!$AG
6.
elakukan identiikasi kandungan konsep dalam suatu hadis, diharapkan dari identiikasi lafdziyyah ini dapat ditemukan ide pokok (main idea) dan ide-ide sekunder $A<
7.
1ipahami maksud kandungan maknanya dengan meneliti dalalah (#aria!el dan indikasi) 10 'e!agai
langkah penelusuran !er!agai kita! hadis yang mu’tabarat dan primer (!a"a-
utub as-!ittah). 11 enurut I!n 'halah, langkah ini !erungsi untuk meneliti seluk-!eluk periwayat ( hal al rawi, seperti tafarrud atau tidakJ +pakah ma’ruf atau tidakJ 9ihat +hmad uhammad 'yakir, al *a’its al-#atsits (!yarh khtishar '3lum al-#adis li bn atsir (Riyadl? 1ar as-'alam, AG*AH*@@@), "et$ III$ hlm$ =$ Bandingkan dengan ahmud at-2ahhan, aisir usthalah al #adits (Beirut? 1ar ats-2saDaah al-Islamiyyah, AC<), hlm$ AG@$ 9angkah ini se!agai upaya untuk
meneliti susunan laal yang semakna dari aspek per!edaannya sekaligus untuk mem!andingkan$ 9ihat $ 'yuhudi Ismail, etodologi enelitian #adis $abi (akarta? Bulan Bintang, AC=, hlm$ AAA$ 12 1iprioritaskan
hadis-hadis yang !erkualitas !hahih (yang !erkaitan dengan aDidah dan i!adah), atau paling tidak #asan (jika !erkenaan dengan akhlaq dan fadla’il al-a’mal ) 13 5akni peristiwa yang melatar!elakangi mun"ulnya se!uah hadis, merupakan kausa$ 2erutama hadis-hadis tentang hukum, karena peru!ahan se!a!, situasi dan 'illat, ke"uali hadis-hadis tentang eskatologis dan aDidah yang tidak mem!utuhkan asbab al-wurud al-hadis. 9ihat? uh$ Kuhri, elaah atan #adis sebuah awaran etodologis (5ogyakarta? 9esi,*@@7), hlm$ =*$
14 0aidah ke!ahasaan ini dikaji dalam
Ilmu Balaghah, mengingat kapasitas na!i se!agai orang yang fasih dan baligh dalam !er!ahasa +ra!$ 4lama muta’akhkhirun menganjurkan agar !ahasa produk A< a!ad yang lalu dapat dipahami se"ara pas oleh generasi sekarang diperlukan pengetahuan tentang so&ial setting ketika itu$ 15 Bisa jadi dalam se!uah hadis ditemukan le!ih dari satu konsep, tinggal konsep mana yang diperlukan untuk dikaji le!ih jauh$
=
8.
en"ari teks (ayat-ayat) al-uran se"ara proporsional jika ada,A= paling tidak memiliki kesamaan pesan (ideal) moral dan arti maknawi (spirit).
9.
elakukan pendekatan holistik-komprehensi se"ara multidisipliner (Ba"a? integrasi-interkoneksi) yang kini menjadi trend 4I& 'unan 0alijaga dengan melihat, menyapa dan mengkorelasikan teori-teori ilmu pengetahuan yang rele#an$ A>
10.
11.
elakukan pengem!angkan dan .pengem!araan/ makna dengan pendekatan kontekstual$A engam!il kesimpulan se"ara dedukti atau indukti, AC dengan menentukan wilayah keilmuan? ontologis, epistemologis atau aksiologis-nya$
E. Kenis'a&aan Analisis Hist#ris Hadis menurut pemahaman 3a8lur Rahman, se!agai produk e#oluti dari konsep sunnah (tradition) sejak awal dipahami se!agai konsep perilaku, hukum tingkah laku, hukum moral yang !ersiat normati, praktik aktual (Barat), tingkah laku yang merupakan teladan, konsep pengayoman, terma perilaku (behavioral) karena dalam praktiknya tidak ada dua !uah kasus yang !enar-!enar sama latar !elakang situasional (asbab al-wurud) -nya se"ara moral, psikologis dan material, maka sunnah harus dapat diinterpretasikan dan diadaptasikan$ 1ari sinilah, 16 4ntuk
mengetahui ayat mana yang ditindaklanjuti oleh hadis$ engingat hadis tidak !oleh ada kontradiksi dengan al-uran, jika ada kontradiksi maka !isa jadi periwayatnyalah yang keliru atau bi al-wahn, dan harus didahulukan al-uran dan waji! ma’mul bih$ 9ihat 'aid +gil alunawwar, .0emungkinan Pendekatan Historis dan +ntropologis/ dalam 5unahar, engembangan emikiran F, hlm$A=>$ +hli lain menam!ahkan tidak !ertentangan dengan hadis mutawatir, tidak !ertentangan dengan nalar yang logis serta tidak !ertentangan dengan dengan ilmu pengetahuan dan sunnatullah. isalnya Husein 5usu, .0riteria Hadis 'ahih/ dalam 5unahar, engembangan emikiran F, hlm$ 7G-7<$ 17 4ntuk memperoleh pemahaman yang utuh untuk menguak inormasi tentang konigurasi yang menyelimuti mun"ulnya hadis$ 9ihat uh$ Kuhri, elaah atan F, hlm$ C$Paradigma ini menyangkut wilayah alsai, metode, strategi dan su!tansi, sehingga dipertim!angkan wilayah mana yang paling mendekati dan paling memungkinkanL atau paling tidak dapat mem!antu se!agai perspekti keilmuan$ 2eori-teori dimaksud tidak hanya !ersiat physi&ally tetapi juga so&ial s&ien&es$ 18 9angkah
ini dalam rangka melihat konteks historis maupun antropologis pada saat hadis
itu mun"ul (sbab al-4urud al-hadis). 'istem penalaran Indukti? menempatkan teks hadis (data) empirik digelar !ersama teks-teks lain agar .!er!i"ara sendiri-sendiri/, sedangkan dedukti adalah mengurai dan menjelaskan makna !erangkat dari teks se"ara logis dan proporsional$ 19
>
kemudian ter!uka ruang kemungkinan untuk melakukan analisis historis dalam studi matan hadis, karena !e!erapa alasan? ertama, pada masa saha!at, hadis-hadis yang disampaikan sangat diwarnai
oleh situasi politik$ 0arena dengan itu, kita dapat menjelaskan posisi yang tepat antara konsistensi dan inkonsistensi dalam periwayatan hadis$ 'ejarah dapat mem!antu untuk mengkrititisi, menerima atau menolak (ajrih dan a’dil). edua, untuk memahami hadis perlu mengetahui latar !elakang politis para rijal hadis, tak terke"uali para saha!at &a!i 'aw se!agaimana yang dikaji !uku-
!uku rijal al-hadis, seperti al-shabah, al-sti’ab, izan al-’tidal, ahdzib alahdzib, 3sud al-5habah dan se!againya yang dilengkapi dengan literatur klasik
(historiograi) Islam agar didapatkan kajian kritis$ etiga, ke!erpihakan para rawi hadis seringkali mengurangi atau paling
tidak menga!urklan matan hadis$ eempat, karena kita terlanjur menyimpulkan sunnah dari hadis, maka latar
kesejaharahan dari suatu peristiwa dan momentum menjadi sangat penting$*@ +nalisis historis ini dipandang urgen dalam studi hadis terutama metode ma’anil hadis, dalam rangka untuk mengetahui konteks di masa lalu (kesejarahan) pada saat
hadis !erdialektika dengan ruang sosial untuk dijadikan "ermin pandang konteks kekinian !agi pen"arian ide dan gagasan dari mun"ulnya se!uah peristiwa pada saat uhammad 'aw !ertindak se!agai utusan +llah (Rasulullah) untuk misi kemanusiaan$
(. C#nt#h Kajian Hadis Pendeatan Te!ati 1alam dunia !isnis, &a!i 'aw menetapkan larangan menim!un harta dagangan dengan merumuskan kode etik dan hukum dagang yang adil dan humanis$*A 'etidaknya ada tiga !uah hadis yang dapat dipaparkan, yaitu? A$ Hadis pertama, diriwayatkan oleh +hmad !ersiat inormati? 20 alaluddin
Rakhmat .Pemahaman Hadis? Perspekti Historis/ dalam urnal l-#ikmah, Bandung, A>, ol$ II, 2ahun ACC=, hlm$ *G$ 21 4ntuk mempermudah, telaah kasus yang rele#an penulis mengela!orasi "ontoh yang ditawarkan uh$ Kuhri dalam elaah atan #adis F, hlm$ >C-*$
) *+, - % '( # $ #%& !" $ . , / ( - 12( # 34( #%5 ) #%5 0 #%5 - 6 . 78 *+, 9 : 8#; <:
*$ Hadis kedua, diriwayatkan oleh uslim, ** isinya !ersiat judment ? menim!un makanan itu suatu tindakan yang salah!uruk$?
56 7 *89/:;<4 =2 " >?+ @ ? 4 ) *+, ) ) /012 34 7$ Hadis ketiga, diriwayatkan oleh I!n ajah dan ad-1arimi yang isinya !ersiat hukuman !agi penim!un !erupa kutukan?
4 /:;J04@ @/2 N4 >?+ @ ? 4 ? QR4 4 ) *+, ) ) FG4 =4 /0 =4 = 3*1?2 G$ Hadis keempat tentang an"aman hukuman !agi muhtakir (penim!un)$ 'e!agaimana hadis di !awah ini?
=#>>? @#>>AB >> >>!" >> =E>>+3 >> IJ,K L M>>>N # >>>
C#D C# >> >>>G #>>> $#%&
E F 4 , =E ' 7% >>>H >>>
Hadis-hadis di atas !ila dikaji menurut pendekatan tematik, maka aplikasinya se!agai !erikut?
Lan$ah e-" 2ema hadis adalah al-htikar (penim!unan harta) Lan$ah e- dan e- ? Paling tidak ada 7 !uah hadis yang !ertema sama$ Hadis nomer A dan * diriwayatkan !e!erapa orang rawi melalui jalur Imam uslim dan +!u 1aud dan sanadnya shahih, ada yang mengatakan sanadnya hasan melalui jalur lain, sehingga derajatnya menjadi shahih li ghairih karena adanya muttabi’ yang !erpredikat shahih$ Hadis pertama, meskipun sanadnya hasan, tetapi sejalan dengan hadis kedua$ *7 'edangkan hadis ketiga diriwayatkan oleh I!n ajah dan al1arimi dengan kualitas sanad hasan$ 0etiga hadis terse!ut tidak ada kontradiksi dan 22 Imam uslim, !ahih uslim, *ab ahrim al-htikar fi al-qwat (0airo? at!uat $ +li 'a!ih,
ol$ < hlm$ <=$ 23 bid., hlm$ >C$ Periksa dalam uslim hadis nomer 7@A*, +!u 1aud? *CC@, I!n ajah? *AG<, +hmad? A
dan at-2irmid8i? AA$
C
diungkapkan dengan !ahasa yang jelas, !ahkan saling melengkapi dan memperkuat, sehingga memenuhi syarat untuk dimaknai$
Lan$ah e-V? mela"ak sbab al-4urud al-#adis 1i 8aman &a!i 'aw, ada seorang dua saha!at (rawi hadis) saling tuding melakukan per!uatan penim!unan (ihtikar), 'aid i!n al-usayya! men"eritakan !ahwa amar !erkata Rasulullah !ersa!da?
O : >>P E>>., !"
sambil
menuduh Said melakukan ihtikar atau se!agai pelaku penim!unan (muhtakir), tetapi 'aid mengelak, !ahkan menuduh !alik justru amar-lah yang
meriwayatkan hadis ini yang
melakukan ihtikar. 'ehingga mun"ul perde!atan
"ukup sengit di antara !erdua$ *G 'e!agaimana tergam!ar dalam riwayat !erikut ini?
%3 C# # Q*" R * # Q*" 0 %? - H R H * % C# =#? * E2 3 = 0 % 0 J =E ' =#?%=#? $ % C( S* 3 CT :* % =#? ! 5 UVW, * 0 %H 1 +, O : P E., !" ! 3 C# X3* M2 S* 3 C# YM $ % Lan$ah e-W? analisa linguistik, yang paling mungkin dilihat adalah kalimat? /:;<4 =2 $ +!u 5usu mem!eri arti htikar dengan?
4 G( # 1
H " - #% # (setiap
yang
yang
diperlukan
kepentingan
umum
dan
menahannya). 0alimat ini adalah 'am, tanpa ada kepastian su!yek pelakunya
laki-laki atau perempuan, !eragama Islam ataupun tidak, tanpa ada kategori kelas pengusaha, apakah ke"il, menengah atau konglomerat$ 0ata kedua, X16 (makanan) adalah kata muthlaq, tanpa dise!utkan se"ara spesiik (muqayyad) jenis !arang apa yang ditim!un, apakah ke!utuhan pokok (primer) atau
tidak (sekunder), !isa !eras, jagung, gandum, minyak atau jenis !ahan!arang yang lain, juga tanpa ada !atasan (limit) !erapa !esar dan jumlahnya$
*G !hahih *ukhari
A@
0ata ketiga,
% '
- $
Yempatpuluh malam), menurut literal hadis
kalau kurang dari empat puluh tidak termasuk per!uatan ihtikar.
Lan$ah e-Z? +da !e!erapa konsep ekonomis yang dapat ditangkap antara lain tentang distri!usi, pasar, supply and demand, sta!ilitas ekonomi, dan se!againya$ 1alam persoalan ekonomi, dikenal dengan istilah .hukum pasar/ yang menganut hukum supply and demand (persediaan dan permintaan)$ 1alam prinsip ini, !ila terjadi ketidaklan"aran dalam sistem distri!usi (suatu !arang), sudah !arang tentu yang dilihat adalah masalah distri!usi, apakah !erim!ang apa tidak dengan permintaan pasar$ ika tidak, maka di"ari aktor-aktor yang mempengaruhinya, sehingga menjadi jelas persoalannya$3aktor-aktor terdekat antara lain menyangkut? a) produksi dan distri!usi, !) keadilan ekonomi, ") konsep harga, d) konsep sta!ilitas dan ketahanan pangan, e) kesejahteraan sosial, ) politik ekonomi, dan masih ter!uka konsep lain yang rele#an$
Lan$ah e-[? Pemaknaan terhadap kandungan hadis dengan "ara melihat #aria!el dan indikatornya$ aria!el terlihat dari hadis pertama adalah !erupa kata kun"i (keyword)
MNO , indikatornya adalah G@ hari$ 'e"ara tekstual dipahami, menim!un pangan selama kurang dari G@ hari diper!olehkan (hadis I) dan
per!uatan ihtikar
merupakan per!uatan yang salah (hadis II) dan orang yang melan"arkan distri!usi dagangan (!ahan makan) akan di!eri ri8ki sedang !agi penim!un adalah terkutuk (hadis III)$ enurut ar-Ramli dalam kamusnya, htikar !erarti?
1%D
Z# T \#%
4 [
enim!un sama artinya per!uatan aniaya dan !uruk pergaulan dan per!uatan, atau dapat diartikan se!agai NSTU Q ?(menahanmenyandra)$
Lan$ah e-\? Pemaknaan yang holistik-komprehensi (integrati-interkonekti) Persoalan pokok dari hadis-hadis terse!ut adalah isu ekonomi, le!ih khusus persoalan penim!unan makanan$ ika dilihat wilayah kajiannya termasuk masa’il
AA
al-fiqhiyyah !idang mu’amalah maliyah. aka untuk menentukan dan menjelaskan
konsep yang ada, tidak "ukup hanya !erkutat hanya pada wilayah teks se"ara sempit atomistik tanpa didekati dengan teori-teori ekonomi yang terkait erat dengan tema$ 'e"ara itrah, manusia hidup selalu !erusaha untuk memenuhi hajat hidup agar dapat !ertahan hidup se"ara wajar$ akanan merupakan ke!utuhan manusia paling asasi (basi& need) !erupa !ahan pangan untuk keperluan sehari-hari, sesuai dengan konteks geograi dan ke!iasaan suatu daerahwilayah atau negera tertentu$ ika !ahan pangan ditim!un oleh seseorang atau kelompok atas nama indi#idu atau perusahaan pasti !eraki!at pada kelangkaan$ 0e"uali yang melakukan penim!unan (ihtikar) adalah pemerintah untuk maksud-maksud yang positi, di 8aman &a!i saw
adalah pihak *aitul al, itupun untuk maksud mengendalikan distri!usi dan harga$ aria!el lain, menurut hukum pasar, jika terjadi kelangkaan apapun jenis !arangnya, maka se"ara otomatis sistem distri!usi akan terganggu yang akan mempengaruhi harga
pasar$ 'edangkan
indikatornya, masyarakat
merasa
kesempitan dan kesulitan karena ter!atasnya !arang apalagi !erupa !ahan pangan$ ika di!iarkan lam!at laun pada gilirannya menim!ulkan gon"angan ekonomi yang !erimplikasi pada terganggunya sta!ilitas ekonomi, tindak kriminal meningkat, kamti!mas terusik, maraknya pelanggaran hukum$ ika hal ini terjadi, sangat mungkin terjadinya konlik, !aik se"ara #ertikal maupun horisontal$ 0etidaklan"aran sistem distri!usi !iasanya dilakukan oleh para spekulan dan pelaku monopoli, yang mengam!il kesempatan dalam kesempitan yang !erujung pada keuntungan pada segelintir orang dan kelompok ke"il tertentu$ 1alam konteks Indonesia, pada A@ tahun terakhir telah dihe!ohkan !er!agai krisis dari !er!agai dimensi, mulai dari moneter, keper"ayaan, ekonomi dan politik$ 5ang paling !erpengaruh ketika rakyat Indonesia menghadapi kelangkaan !eras dan BB$ 'ekarang basi& need orang telah !erkem!ang yang menyangkut !er!agai jenis !arang pokok ke!utuhan masyarakat, seperti gula, BB, gas, minyak goreng, tepung dan susu$ +ki!atnya harga dari waktu ke waktu mengalami luktuasi kenaikan yang signiikan, sehingga mem!eratkan masyarakat$ Bahkan terakhir krisis energi (listrik) yang telah mengan"am di !e!erapa daerah, terutama di awa$ 'ementara pemerintah merasakan !erat untuk mengatasinya, paling-paling
A*
menempuh langkah impor terutama sem!ako jenis !eras dan gula$ 0emudian ditindaklanjuti dengan operasi pasar, seperti kasus kelangkaan minyak tanah, !eras, gas elpiji, premium, dan yang terakhir minyak goreng yang hingga kini !elum pulih$ +sumsi kapitalistiknya, mekanisme harga tidak dapat !er!uat !anyak untuk mengerem
keserakahan
nasu
dan
konsumsi
oya-oya
sekuler,
tanpa
memperhatikan sistem harga dan kehendak so"ial, karena sistem kapitalisme kata $ 4mer ;hapra,*< meletakkan !e!an yang jauh le!ih !esar pada pundak mekanisme harga daripada kemampuan daya pikulnya$ ika disederhanakan pemahaman kita, se!uah konsep dalam se!uah !ahasa (hadis) terse!ut ternyata memiliki makna implikasi yang luas (eek domino) dalam kehidupan, terutama menim!ulkan ketidakseim!angan (disequilibrium), tidak hanya pada sektor ekonomi, tetapi juga sosial, hukum, dan se!againya$
Lan$ah e-]? pela"akan ayat-ayat yang terkait dengan perdagangan, apakah itu sharih ataupun ghairu sharih yang mem!i"arakan? prinsip-prinsip ekonomi, etika-moral, dan aspek teologis, antara lain? anganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang !atil, dan janganlah kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan se!agian harta orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui ('$ al-BaDarah, *?A)L F padahal +llah menghalalkan dan mengharamkan ri!a ('$ +l-BaDarah, *?*><)$ 3irman +llah tentang perintah makan harta yang halal dan thayyib ('$ al-aidah, )L Hari orang-orang yang !eriman, janganlah kamu makan ri!a dengan !erlipat ganda dan !ertakwalah kamu kepada +llah supaya kamu mendpat ke!eruntungan ('$ +lu Imran, 7? A7@, juga *>< dan *> ayat senada)$ $$ supaya hartakekayaan itu tidak hanya !erputar terus-menerus (!erkutat) di antara orang-orang yang kaya saja di antara kamu F ('$ +l-Hasyr, )$ (Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka ahannam, F$ (seraya dikatakan) kepada mereka, .Inilah harta !endamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (aki!at dari) apa yang kamu simpan itu/ ('$ +t2au!ah, C?7<)$ 25 1alam !ukunya slam dan antangan 6konomi, terj$ Ikhwan +!idin Basri (akarta? ema Insani
Press, *@@@), hlm$ 7>
A7
Lan$ah e-^" Pemaknaan se"ara kontekstual$ 1alam Islam, mungkin juga dalam agama-agama yang lain memiliki prinsip ajaran !ahwa manusia hidup itu harus saling tolong-menolong, mem!eri kemudahan-kemudahan (proesional) dan tidak saling mem!uat kesempitan dan kesengsaraan orang lain$ Humanisme ini mengandung doktrin yang paling mendasar !ahwa kepemilikan itu !ersiat nis!i, meskipun tak di!atasi kuantitasnya selama kewaji!an terhadap kepemilikan itu dipenuhi dan di dalamnya mengandung hak orang lain$ aka setiap perilaku ekonomi harus memperhatikan etik-moral, artinya tindakan ekonomi tidak se!e!as !e!asnya melakukan apa saja menurut keinginan dan interes su!yeknya, tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat luas$ engenai tempo G@ hari yang dise!utkan dalam hadis itu, merupakan jangka waktu yang rasional dan rele#an untuk mengukur gejolak pasar$ 9ogikanya, !arang apa saja yang ditim!un dan !eraki!at pada gejolak ekonomi (pasar) meskipun penim!unannya hanya pendek (kurang dari G@ hari) tetap dilarang$ ika !arang itu yang ditim!un !erupa ke!utuhan dasarpokok mayoritas orang, maka dapat dikategorikan sa!otase ekonomi yang mengarah pada tindakan su!#ersi$ 1i &egara kita Indonesia memegang prinsip !ahwa kepentingan hajat orang !anyak le!ih dahulukan daripada kepentingan minoritas orang$ eskipun realitasnya tidak demikian, sehingga sering diterpa !adai ekonomi yang !ertu!i-tu!i$ 1i kalangan ahli iDh dalam mensikapi hal ini !eragam pandangan, seperti +!u 5usu melihat keumuman teks hadis menyatakan !ahwa setiap tindakan ihtikar dilarang tidak ter!atas !ahan pangan, apalagi !ahan pangan terse!ut sangat di!utuhkan masyarakat umum$ 0arena penim!unan akan menim!ulkan !ahaya yang merata (dlarar), maka hukumnya haram yang dapat dianalogikan (qiyas) se!agai per!uatan dhalim, karena yang untung hanya pihak yang kuat (kapitalis), sedangkan pihak konsumen menjadi !erat dan kesulitan$ htikar, termasuk usaha spekulati mengandung arti mem!eli suatu komoditi dengan maksud akan menjualnya dengan harga yang le!ih tinggi, hal ini mengaki!atkan kenaikan harga
AG
karena !erkurangnya !arang dengan "ara !uatan$ 0enaikan harga !uatan ini oleh Islam tidak di!enarkan, !ahkan dikutuk (mal’un)$*= Bahkan !ila dimaknai le!ih jauh, penim!unan hanya salah satu "ontoh tindakan ekonomi yang salah, karena dalam kenyataannya !anyak tindakan lain yang !er!eda tetapi juga menim!ulkan gejolak ekonomi, misalnya eksport yang irasional (tanpa kendali), deposito uang dalam jumlah yang !esar di !ank-!ank internasional (luar negeri) dalam praktik money loundry, spekulasi, pasar gelap (bla&k market), monopoli-oligopoli (dalam produkdi dan peranan), monosopni-oligosopni (!idang pem!elian),
eksplorasi tanpa !atas, eksploitasi sum!erdaya alam (mis? illegal
logging ), yang menjurus men"ari keuntungan dengan segala "ara (profiteering) dan
penyalahgunaan ke!e!asan pasar$*> 1alam konteks ini, pemerintah atau penguasa harus mengam!il langkah tindakan nyata se"ara !ertahap? A$ enghim!au agar segera menjual !arang yang ditim!un oleh muhtakir , jika tidak digu!ris maka ditempuh jalan *) mem!eri peringatan dan sanksi, jika tidak juga diindahkan, maka tindakan 7) pelakunya ditahan dan dihukum kurungan$ 0emudian tindakan pemerintah selanjutnya adalah menjual paksa !arang yang ditim!un se!agai wujud legal enfor&ement (penegakan hokum), meskipun di kalangan uDaha ada yang tidak setuju dengan pandangan itu, karena prinsip jual-!eli harus didasari atas kerelaan antara penjual dan pem!eli, se!agaimana yang dinyatakan oleh irman +llah?
CE5 C(
^Q ] 0 5
$ '#N5
_
Bagi +!u Haniah, larangan ihtikar hanya diperuntukkan !agi !ahan pangan pokok (sem!ako) yang selalu diperlukan masyarakat umumluas$ Ber!eda dengan muridnya, +!u 5usu dengan melihat keumuman teks hadis (matan), larangan ihtikar itu !erlaku umum untuk !arang selain !ahan pangan, termasuk emas, perak,
uang (kanz), pakaian dengan alasan !ahwa tindakan itu menim!ulkan ke!en"ian dan !etul-!etul !erdampak negati (haqiqah ad-dlarar), seperti ungkapannya? 26 $ +!dul anan, eori dan raktek 6konomi slam , terj$ $ &astangin (5ogyakarta? 1ana Bhakti Prima 5asam ACC>), hlm$ A<=$
27 +$+$ Islahi, onsepsi 6konomi bnu aimiyah , terj$ H$ +nshari 2hayi! ('ura!aya? Bina Ilmu,
ACC>), hlm$ *C>$
A<
4 d ` E3 E ( =#? a E?b# c ':#!" E., - #% 4 3 # 1 Vb f ' -+ + '$# ! V#Ve ( 2 'e ( # $# Q ( C# -2 , Qg E2 Barangkali asumsi ini didasarkan atas sa!da &a!i 'aw yang menyatakan? .jangan ada kesulitan (madlarat) dan jangan menim!ulkan kesulitan/$ Prinsip ini dipegang !aik oleh etika ekonomi Islam !ahwa madlarat yang diren"anakan se"ara sadar dan dilakukan oleh seseorang atau kelompok ke"il untuk tujuan dimaksud atau tidak, tetap harus dilenyapkan tanpa harus mempertim!angkan niat (moti) yang melatar!elakanginya$ eskipun tetap diakui !ahwa menghilangkan madlarat sama sekali dalam kehidupan manusia tidak mungkin$ * 1alam konteks ini, keterli!atan pemerintah dalam pasar tidak hanya pada saat tertentu atau temporal saja$ Bagi sistem ekonomi Islam, ia se!agai muhtasib yang menempati posisi se!agai ungsi negara, yakni se!agai peren"ana, pengawas, produsen dan sekaligus se!agai konsumen$ 1i negara Indonesia, ungsi ini ada di Bappenas dan !idang terkait lainnya seperti Ekuin, Perdagangan, Ekowas!ang dan Bulog, maka seharusnya mereka inheren ada di pasar !ersama-sama dengan unitunit ekonomik lainnya !erdasarkan landasan yang tetap dan sta!il$ %leh karena itu, keterli!atan pemerintah dalam pasar !erungsi se!agai supervisor (super#isi) dan &ontroller (pengontrol)$
1alam hal ini ada dua "orak kontrol terhadap mekanisme pasar, pertama dimaksudkan uintuk meningkatkan pemenuhan tujuan-tujuan negara se"ara eisien dan "orak kontrol kedua yaitu #isbah yang ungsinya adalah memelihara agar aturan-aturan main (role of game) !isa selalu didukung$ *C enurut ke!ijakan ekonomi (khususnya &egara Islam), meminimisasi kesenjangan distri!uti Islam diserap dari spirit al-uran dan 'unnah yang 28 on8er
0ah, 6konomi slam (elaah nalitik terhadap +ungsi !istem 6konomi slam) , terj, a"hnun Husein (5ogyakarta? Pustaka Pelajar, ACC<), hlm$ =-=C 29 bid., hlm$ =7-=G$ His!ah, adalah se!uah sistem yang !erwenang untuk melakukan penge"ekan langsung (dire&t &ontrol), kendali mutu, standarisasi, kerapian dan kesopanan terhadap masyarakat, termasuk memiliki kewenangan untuk melarang praktik kartel dan monopoli (hlm$ C)$ Bandingkan ungsi hisbah ini dengan +$+$ Islahi, onsepsi 6konomi F, hlm$ *7-7C$
A=
!erkaitan dengan perilaku konsumti seperti adanya larangan !ermewah-mewah, !erle!ih-le!ihan, larangan peredaran dan pemusatan (konsentrasi) harta hanya di kalangan sejumlah ke"il orang tertentu, karena Islam mengedepankan aspek kemasyarakatan (so&ial-minded). aka !asis utama distri!usi dalam Islam adalah prinsip kesamaan harga diri (sawasiyyah), pemerataan (equity) dan persaudaraan (ukhuwwah),7@ sehingga kesejahteraan indi#idu dan masyarakat luas (individual and so&ial welfare) dapat terjamin,
se!agai pemenuhan rasa keadilan, termasuk
keadilan dalam !idang produksi, konsumsi dan distri!usi$
Lan$ah e- Yahir_" pengam!ilan kesimpulan$ 1ari uraian di atas, !isa ditarik kesim!ulan rele#an, !ahwa semua tindakan ekonomi yang didasarkan atas kepentingan sektoral-eksklusi (indi#idu maupun kelompok tertentu), se!agai tindakan penyalahgunaan ke!e!asan pasar, karena hak-hak pu!lik (publi& rights) akan terganggu, terutama dalam pemenuhan ke!utuhan dan paa glilirannya akan menim!ulkan insta!ilitas di !e!erapa sektor kehidupan yang menjurus kepada perilaku dhalim$ 'esungguhynya ri8ki dari +llah dilarang untuk dimonopoli dengan "ara dan dalih apapun, termasuk di dalamnya adalah ihtikar , sejak a!ad pertengahan umat Islam menentangnya, yang dikategorikan tindakan dosa, karena menim!ulkan dampak pada harga yang tidak adil dan tidak jujur, yang hal itu tidak dikehendaki yurisprudensi Islam sejak awal, se!a! dalam sistem ekonomi - termasuk ekonomi Islam - menghendaki harga yang ekui#alen (setara) atau tsaman al-mitsl $ 4ntuk mensikapi hal itu, maka pemerintah (3lil mri) melalui institusi hisbah se!agai pengontrol dan pengawas !erkewaji!an dan !ertanggung jawa!
mengendalikan sistem produksi dan distri!usi !arang, terutama !ahan pangan pokok (basi& need) dan ke!utuhan primer lainnya, dengan tidak mem!eri ruang dan kesempatan !agi pelakunya menerapkan sistem !e!as (laissez faire), tapi harus mengedepankan sistem terkendali yang !er!asis etika dan moral yang melekat dan demi kesejahteraan rakyat$ Hadis di atas !ila dilihat dari perspekti ilsaat ilmu, se"ara ontologis, ke!enaran ajaran yang dikandung tidak "ukup untuk diyakini pada le#el iman saja, 30 9ihat '$ GC?A7L dan
'$ $ 'e"ara rin"i lihat +min +khtar dalam +inur R$ 'ophiaan (ed$), 6tika 6konomi olitik ('ura!aya? Risalah usti, ACC>), hlm$ > dan A@A$
A>
sedangkan pada dataran epistemologis institusi ekonomi (hisbah) !erperan dalam mengatur dan mengendalikan mekanisme pasar yang menyangkut produksi dan distri!usi, sehingga tindakan pengawasan, regulasi dan pen"egahan (aksiologis) terhadap perilaku pasar !isa dikendalikan, termasuk praktik ihtikar. Bila dilihat dari kandungan hadis, muatan su!stansinya !erskala makro-uni#ersal yang tidak di!atasi oleh dimensi ruang geograi dan waktu, karenanya mengandung tuntutan a"tual syar’iyyah yang harus ditaati oleh seluruh pelaku ekonomi, khususnya
para
praktisipelaku ekonomi Islam$
`. Kesi!pulan 0erangka metodologis dan prosedur kerja terse!ut mungkin terkesan sangat ideal dan rumit, karena selama ini hadis masih dipahami se"ara eksklusi dan seolah hanya menjadi materi untuk memperkuat !asis etis-teologis umat Islam dan tidak dapat diintegrasikan se"ara interdisipliner !agi keilmuan lainnya$ Padahal kita tahu !ahwa hadis sesungguhnya !erisi seperangkat ajaran yang aktual dan rele#an yang ditujukan kepada umat manusia sesuai tantangan dan tuntutan 8aman, yang sekaligus merupakan maniestasi kepri!adian agungnya se!agai uswah hasanah, khuluq adzim dan rasulun amin untuk misi glo!al karasulannya se!agai 7ahmatan li al-'lamin.
Hal ini sudah !arang tentu menyadarkan dan meyakinkan kita !ahwa tujuan dan orientasi pemaknaan terhadap hadis tidak saja menjadikan teks yang hanya melegitimasi
ke!enaran normati al-uran, sehingga
!ernilai do&trinal-
transendental yang mengedepankan dimensi sakralitas semata, tapi !agi penulis
hadis harus applied (tereleksi) ke dalam wilayah empiri&-historis dan !ersiat inklusi yang !ernilai sosiologis-imanen dengan memperhatikan kandungan ajaran yang harus dirujuk (point of referen&e), sekaligus merupakan representasi ke!enaran 7isalah yang di!awa Rasulullah 'aw$
Pada akhirnya kajianpenelitian di !idang hadis tetap menarik dan senantiasa akan men"ari !entuk dan menemukan karakternya, sejalan dengan perkem!angan ilmu pengetahuan dan tuntutan perkem!angan keilmuan keislaman kini dan akan datang$
A
'ewon, A* +pril *@@ 5
METODE TEMATIK DALAM STUDI HADIS ( Kons e ps i da nApl i ka s it e r ha da pHa di s ha di st e nt a ng ) I h t i k a r
AC
akalah dipresentasikan dalam a"ara 4orkshop urusan 2asir dan Hadis 4I& 'unan 0alijaga
1i !mart 7oom 3akultas 4shuluddin 5ogyakarta, * uni *@@>
%leh? Muhammad Yusuf
&IP$ A<@*=>***G
J URUSAN TAFSI RDAN HADI S F AKUL TASUSHULUDDI N UI N SUNAN KALI J AGA YOGYAKARTA 2 0 0 7
METODE TEMATIK DALAM STUDI HADIS ( Da r iKons e pme nuj uApl i ka s iPa r a di gmaI nt e gr a s i I nt e r k one ks i )
*@
31
Muhammad Yusuf
A. Pendahuluan Bagi kaum muslimin Hadis merupakan ejawantah norma kehidupan masa lampau, untuk dijadikan tuntunan kehidupan duniawi dalam pola-pola aplikasi pada ruang dan waktu hidup Rasulullah yang lokal, sehingga umat Islam dapat menemukan ‘jalan padang dan !enar dalam melihat dunia se"ara uni#ersal$ %leh karenanya, hadis dapat dikatakan se!agai respon &a!i 'aw terhadap al-uran dengan mempertim!angkan waktu, situasi dan geograi (zaman, hal wa makan) dalam !entuk ekspresi (qaul), diaktualisasikan (fi’il) dan ketetapan (taqrir ) &a!i 'aw$7* Itulah se!a!nya, hadis se!agai titik tolak dalam mem!angun ke!udayaan dan perada!an umat Islam melalui kesadaran kerasulan (wahy) dengan latar !elakang sosio-kultural masyarakat +ra!$ 'ehingga hadis hadir di tengah-tengah masyarakat yang men"erminkan historisitasnya yang khas pada saat Rasulullah masih hidup se!agai representasi pun"ak jahiliyyah (dekadensi moral)$ aka, se"ara rasional dan emosional dapat dikatakan !ahwa memahami hadis &a!i, hakikatnya adalah memahami seluruh proses kehidupan yang !erlandaskan urani$ adi hadis, se!agai follow up sistem ajaran untuk kaum muslimin yang diwariskan oleh generasi awal Islam, !ukan !erarti menerima se"ara taken for granted , melainkan menerimanya dengan jeli, hati-hati dan kritis sesuai
dengan prinsip-prinsip (kaidah-kaidah) dalam ulum al-hadis yang telah di!angun oleh muhadditsin$ Itulah se!a!nya, kajian terhadap hadis sejak awal kemun"ulannya hingga sekarang tak pernah surut, !ahkan menunjukkan .greget/ yang signiikan dalam tataran pemikiran Islam$ Ber!agai metode dan pendekatan terhadap sum!er yang otoritati ini mem!awa konsekuensi upaya kajian yang !er#ariati$ 0arena siatnya yang ter!uka, maka tidak menutup kemungkinan pendekatan dengan !er!agai sudut pandang keilmuan nis"aya untuk dilakukan$ 0ajian yang dirasa kurang !ergaung adalah pendekatan tematik$ 31 1isampaikan dalam 4orkshop .etodologi 0ajian 2eks dalam 'tudi al-ur an dan Hadis
urusan 2asir Hadis/ di !mart 7oom 3akultas 4shuluddin 4I& 'unan 0alijaga 5ogyakarta, *C uni *@@>$ 32 Bahkan se!agian muhadditsun memasukkan juga aspek isis dan kepri!adian &a!i 'aw$
*A
%leh karena itu tulisan ini tidak !ermaksud men"iptakan ormulasi yang ketat dan !aku dalam merumuskan prosedur dan aplikasi pendekatan tematik dalam studi hadis, tetapi se!atas tawaran alternati yang mungkin !isa dipertim!angkan dalam kajian hadis !agi kerja penelitian masa depan$ 1engan harapan !ahwa pendekatan keilmuan 6 khususnya tematik 6 akan memperkaya worldview terhadap hadis$ %leh karena itu, model pendekatan yang ditawarkan !ukan !arang mati (mabniy), artinya ter!uka untuk di"ermati, dikritisi dan diuji sehingga dapat
rumuskan ormat pendekatan yang memadai dan layak untuk dijadikan a"uan !agi pengkaji dan para pemerhati studi wilayah sum!er keislaman, khususnya di !idang hadis$77
B. Prinsip-prinsip Dasar Kajian Matan Hadis 4rgensi sanad dalam hadis di kalangan muhadditsun dirasa "ukup dengan kriteriakriteria yang telah mereka !angun se"ara serius$ 2ujuan yang mereka inginkan adalah akurasi, #aliditas dan otentisitas se!uah hadis !enar-!enar dari &a!i 'aw$ 1engan melihat kriteria rawi hadis dengan titik !erat pada siat adil, tepat dan kekuatan daya ingat dan ketajaman pendengarannya, termasuk mata rantai silsilah (transmisi) periwayatan$ etode ini mem!uahkan hasil yang "ermerlang dalam penelitian hadis, meskipun sempat repot ketika !erhadapan dengan e#aluasi kontradikti (antara jarh dan ta’dil ) terhadap rawi. 'e!enarnya, ulama telah !erupaya keras untuk memahamkan kita terhadap hadis dengan mun"ulnya kita!-kita! syarah hadis, terutama terhadap utub as!ittah$ &amun sulit rasanya untuk menemukan kerangka metodologis se"ara umum
dan prosedur yang mereka gunakan$ enurut "ermatan &i8ar +li, metode yang mereka gunakan dalam menulis kita!-kita! syarah !ila diklasiikasikan ada tiga metode, yakni tahlili, ijmali dan muqarin. 2" 33 5ang tidak mungkin ditinggalkan dalam kajian ke-Islaman, karena #adlarah an-$ash % yang popular di 4I& - senantiasa menjadi &ore studies, apapun paradigma yang digunakan$ 9ihat .aring 9a!a-la!a/ #ersi +min +!dullah dalam 0erangka 1asar 0eilmuan 4 I& 'unan 0alijaga$ 34$eskipun diakui oleh penulisnya sendiri !ahwa istilah-istilah terse!ut tidak orisinal dari hadis, tetapi diadopsi dari metode penasiran al:uran karena adanya kesamaan karakter$ 9ihat uraian &i8ar +li, emahami #adis $abi (etode dan endekatan) , 5ogyakarta? ;E'a1 5PI +RRahmah, *@@A), hlm$ *
**
C. Studi Te!ati dala! Studi Hadis 'ejauh ini metode tematik dalam !idang tasir telah mendapat respons yang "ukup ramai di kalangan ahli tasir untuk memahami isi kandungan al-uran, namun tidak terjadi di !idang hadis$ Pesatnya perkem!angan di !idang tasir mema"u mufassirun untuk melakukan eksplorasi metodelogi, di antaranya metode tematik,
seperti yang dilakukan +!!as ahmoud al-+kkad, 3a8lur Rahman, 2oshihiko I8ut8u, uraish 'hiha!, Hariudin ;awidu ds!$ 1i kajian !idang ulum al-hadis, ulama hadis !erusaha merumuskan epistemologi 'ilm ma’an al-hadis yang !oleh diartikan dengan ilmu tentang pemahaman hadis, namun ilmu ini !elum !anyak dikem!angkan se"ara signiikan, sehingga !elum !isa ditemukan rumusan metodologi yang mapan dalam aplikasinya$ +ki!atnya, pemahaman hadis &a!i "enderung masih !ersiat general tanpa melihat struktur hadis$ +rtinya semua hadis dipahami sama, apakah itu riwayat bi al-lafdz atau riwayat bi al-ma’na, !egitu juga apakah hadis itu muthlaq atau muqayyad. Hal ini dise!a!kan !arangkali kompleksnya wilayah kajian ulum al-hadis 6 sanad dan matan 6 kalaupun ada yang !erusaha melakukan pemahaman se"ara
tematik, !elum men"apai le#el yang memuaskan, karena yang mun"ul adalah !aru pemahaman tekstual, parsial dan sporadis, tanpa melihat konteks kesejarahan (historis),7< geograis dan sosio-kultural, dan aspek lainnya misalnya kapasitas &a!i, setting antropologis,7= !ahkan politis$ 7> aka, sudah !arang tentu pemahaman 35 Historis,
apakah dijadikan se!agai alat analisis ataupun se!agai pisau analisis$ 1engan sejarah dapat mem!antu kita untuk m,enolak, menerima atau melakukan tarjih suatu hadis yang dimaknai$ 36 'e!agaimana yang pernah ditawarkan 'aid +gil Husein +l-unawwar .0emungkinan Pendekatan Historis dan +ntropologis/ dalam 5unahar Ilyas (ed$), engembangan emikiran terhadap #adis (5ogyakarta? 9PPI 45, ACC=), hlm$ A<<$ 37 engingat pada masa saha!at suasana politis sangat mewarnai pada saat hadis itu mun"ul, dengan melihat konsistensi dan tidaknya periwayatan hadis$ Itulah se!a!nya, para rawi hadis (rijal al-hadis) sangat perlu dilihat latar !elakang politis$ Rujukan kepada kita!-kita! sejarah islam klasik sangat diperlukan dalam hal ini$ 0arena historiograi Islam dapat mem!antu se"ara serius dalam melakukan analisas se"ara kritis, apalagi dalam suatu hadis terdapat kata yang mubham, mujmal, muthlaq, muqayyad, 'am dan khash, musykil, termasuk juga nasikh dan mansukh. Belum lagi latar kesejarahan suatu peristiwa yang dinis!atkan kepada &a!i yang dikategorikan sunnah (as-!unnah qabla at-adwin) $ 9ihat alaluddin Rakhmat .Pemahaman Hadis? Perspekti Historis/ dalam 5unahar Ilyas (ed$), engembangan emikiran F, hlm$ AGG$
*7
sema"am ini tidak mem!uahkan hasil yang memuaskan yang !isa dia"u se"ara keilmuan$ Belum lagi pertim!angan-pertim!angan kategorik hadis !erdasar pada lokal, temporal (insidental) atau uni#ersal, termasuk kategori hadis tentang aDidah, i!adah, atau muamalah$ eskipun demikian, para ahli hadis !erusaha keras melakukan klasiikasi dan se!agian kategorisasi, spesiikasi dan tematisasi, tetapi !elum terlihat rumusan metodologis dan kerangka kerjanya$ 'ehingga masih terkesan masih umum dan sedang menuju ke arah metode tematik$ 'e!agaimana yang telah dilakukan oleh Imam asy-'yaii, yang men"o!a mengkompilasi matan hadis semakna maupun yang kontradikti (ta’arudl) untuk dilakukan kompromi, para penyusun utub as!ittah, dengan model klasiikasi dan spesiikasi tema, juga kita! *ulugh al-aram
dengan tampilan hadis yang !ertema hukum$ Begitu juga yang dilakukan ajdi i!n ansur i!n 'ayyid asy-'yuri yang melakukan takhrij se"ara spesiik terhadap hadis-hadis dalam ajmu’ al-+atawa li al-mam aqiyuddin bn aimiyah $7 ungkin yang le!ih &on&ern !elakangan mun"ul uhammad al-ha8ali, 5usu alaradlawi, dan 'yuhudi Ismail$7C
D. Lan$ah-lan$ah Met#d#l#$is 'e"ara sepintas pemaknaan hadis dengan model tematik terkesan nampak sederhana, tetapi jika yang diinginkan hasil yang memadai sudah !arang tentu diperlukan keseriusan, sehingga tidak semudah yang dikesankan, karena meli!atkan sejumlah elemen pendukung yang memperkokoh kajian ini$ 'ehingga diharapkan dapat ditangkap makna yang holistik dari se!uah tema tertentu$ emang disadari, kajian ini menjadi sulit, jika seluruh langkah dan prosedur !erikut ini dipenuhi se"ara konsisten dan lengkap$ Paling tidak, tawaran model ini sedikit !anyak mampu mengantarkan kita ke arah pemahaman yang le!ih makro dan luas$
38 Berjudul al-#awi fi akhrij hadits ajmu’ al-+atawa (Beirut? 1ar al-0utu! al-‘Ilmiyyah, AGA
*G
'ehingga kandungan dalam hadis &a!i 'aV didapatkan pemahaman yang le!ih !ermakna$ +dapun prosedur kerja yang dapat dilakukan se!agai !erikut? Pertama kali yang harus ditempuh adalah menentukan tema tertentu sesuai keinginan peneliti, misalnya tema tentang iman, marah (kepemimpinan), ilmu, etika pakaian, etika pergaulan, etika !isnis, dosa !esar, tanda-tanda kiamat dan se!againya$ 0emudian menghimpun seluruh hadis-hadis yang shahih dan atau setidak-tidaknya hasan
(senadasejalan, tidak sejalan, tampak kontradikti
(ta’arudl/tanaqud ) , melalui prosedur akhrij al-hadits,"1 dengan melakukan i’tibarat , mutabi’at dan syawahid. "0 'etelah peneliti !erhasil menghimpun hadis-
hadis setema, maka harus dilakukan tahqiq al-hadis (prosedur #eriikasi dan #alidasi), sehingga dapat diketahui kualitas sanad da! matannya$ G* 0arena, hadis yang memenuhi kualiikasi saja yang layak untuk dimaknai$ +gar dapat diketahui historisitas suatu hadis, maka pen"arian asbab al-wurud, "2 menjadi signiikan dapat memperjelas se!a!-se!a! yang melatar!elakangi mun"ulnya se!uah hadis terse!ut, tentu saja yang dipilih telah memenuhi kualiikasi sanad dan rawi-nya !erdasarkan teori-teori dalam studi ilmu-ilmu hadis$ 9angkah
!erikutnya adalah melakukan identiikasi teks (matan) hadis dari aspek ke!ahasaan (linguistik), terutama kata yang mutasyabih (di!awa ke yang muhkam), mutlaq (mengaitkan ke yang muqayyad ) atau makna konotasi ke denotasi, dan 'am 40 'e!agai
langkah penelusuran !er!agai kita! hadis yang mu’tabarat dan primer (!a"a-
utub as-!ittah). 41 enurut I!n 'halah, langkah ini !erungsi untuk meneliti seluk-!eluk periwayat (hal al rawi, seperti tafarrud atau tidakJ +pakah ma’ruf atau tidakJ 9ihat +hmad uhammad 'yakir, al *a’its al-#atsits (!yarh khtishar '3lum al-#adis li bn atsir (Riyadl? 1ar as-'alam, AG*AH*@@@), "et$ III$ hlm$ =$ Bandingkan dengan ahmud at-2ahhan, aisir usthalah al #adits (Beirut? 1ar ats-2saDaah al-Islamiyyah, AC<), hlm$ AG@$ 9angkah ini se!agai upaya untuk
meneliti susunan laal yang semakna dari aspek per!edaannya sekaligus untuk mem!andingkan$ 9ihat $ 'yuhudi Ismail, etodologi enelitian #adis $abi (akarta? Bulan Bintang, AC=, hlm$ AAA$ 42 1iprioritaskan
hadis-hadis yang !erkualitas !hahih (yang !erkaitan dengan aDidah dan i!adah), atau paling tidak #asan (jika !erkenaan dengan akhlaq dan fadla’il al-a’mal ) 43 5akni peristiwa yang melatar!elakangi mun"ulnya se!uah hadis, merupakan kausa$ 2erutama hadis-hadis tentang hukum, karena peru!ahan se!a!, situasi dan 'illat, ke"uali hadis-hadis tentang eskatologis dan aDidah yang tidak mem!utuhkan asbab al-wurud al-hadis. 9ihat? uh$ Kuhri, elaah atan #adis sebuah awaran etodologis (5ogyakarta? 9esi,*@@7), hlm$ =*$
*<
(menasirkan ke yang khash) artinya dari makro ke mikro, musykil (menuju ke makna yang sharih), haqiqi dan majazi, juga makna yang gharib ke makna wadlih, ds!$GG 'ehingga dapat diharapkan dapat mem!antu proses penarikan ide utamapokok (main idea) yang akan dimaknai$ Ide pokok dalam se!uah hadis tidak "ukup hanya melihat !a!-!a!, tema-tema, judul-judul yang ada dalam kita!-kita! hadis$ 0arena dimungkinkan ide pokok itu tidak tunggal, meskipun kadang-kadang terlihat ide sekunder (se&ondary ide)."8 1ari sinilah se!enarnya kesatuan ide ter!entuk untuk menggiring pada suatu konsep tertentu$9angkah !erikutnya adalah meneliti dalalah (#aria!le-#aria!el) yang akan mem!erikan !atasan se!elum dilakukan pemaknaan se"ara utuh$ 'e"ara ijma kaum muslimin, !ahwa hadis na!i !erungsi menjadi bayan, tafsir dan tafshil !ahkan !erungsi se!agai taqyid dan takhsish
terhadap suatu
persoalan tertentu, sehingga teks (ayat-ayat) al-uran se"ara proporsional harus dili!atkan,G= jika peneliti tidak menemukan se"ara tekstual (literal) !isa di"ari ideal moralnya atau kandungan maknawi (spirit). Bukankah segala tindakan &a!i yang menyangkut, u"apan (statement), tindakan (a&tion), sikap (attitude), dan keputusan (judgment)
&a!i adalah men"erminkan keseluruhan gagasan etika al-uran
(khlaq al-9ur’an) , yang memang mendapat otorisasi dari +llah 'w2$
0emudian, peneliti dapat menempuh pemaknaan yang holistik-komprehensi se"ara interdisipliner dengan melihat, menyapa dan mengkorelasikan teori-teori ilmu
44 0aidah ke!ahasaan ini dikaji dalam
Ilmu Balaghah, mengingat kapasitas na!i se!agai orang yang fasih dan baligh dalam !er!ahasa +ra!$ 4lama muta’akhkhirun menganjurkan agar !ahasa produk A< a!ad yang lalu dapat dipahami se"ara pas oleh generasi sekarang diperlukan pengetahuan tentang so&ial setting ketika itu$ 45 Bisa jadi dalam se!uah hadis ditemukan le!ih dari satu ide, tinggal ide mana yang akan diusung dan diperlukan untuk dikaji le!ih jauh$ 46 4ntuk
mengetahui ayat mana yang ditindaklanjuti oleh hadis$ engingat hadis tidak !oleh ada kontradiksi dengan al-uran, jika ada kontradiksi maka !isa jadi periwayatnyalah yang keliru atau bi al-wahn, dan harus didahulukan al-uran dan waji! ma’mul bih$ 9ihat 'aid +gil alunawwar, .0emungkinan Pendekatan Historis dan +ntropologis/ dalam 5unahar, engembangan emikiran F, hlm$A=>$ +hli lain menam!ahkan tidak !ertentangan dengan hadis mutawatir, tidak !ertentangan dengan nalar yang logis serta tidak !ertentangan dengan dengan ilmu pengetahuan dan sunnatullah. isalnya Husein 5usu, .0riteria Hadis 'ahih/ dalam 5unahar, engembangan emikiran F, hlm$ 7G-7<$
*=
pengetahuan yang rele#an, G> sehingga terjadi dialog keilmuan yang harmonis dengan saling melengkapi dan memperkokoh satu sama lainnya$ 1engan melalui langkah ini dimungkinkan pengem!angan dan .pengem!araan/ makna le!ih luas dan le!ih jauh untuk tujuan kontekstualisasi$G 'ehingga hadis &a!i, tidak kering dari elan vital - nya, sejak kemun"ulannya hingga kini$ eskipun tidak !isa dipungkiri, !ahwa hadis memiliki dimensi temporal, insidental, lokal maupun uni#ersal, yang harus menjadi pertim!angan !erikutnya$ +nalisis terhadap muatan matan hadis, yang mungkin tepat adalah analisis historis dengan !er!agai pertim!angan dan alasan akademik, antara lain? ertama, pada masa saha!at, hadis-hadis yang disampaikan sangat diwarnai
oleh situasi politik$ 0arena dengan itu, kita dapat menjelaskan posisi yang tepat antara konsistensi dan inkonsistensi dalam periwayatan hadis$ 'ejarah dapat mem!antu untuk mengkrititisi, menerima atau menolak (ajrih dan a’dil). edua, untuk memahami hadis perlu mengetahui latar !elakang politis para
rijal hadis, tak terke"uali para saha!at &a!i 'aw se!agaimana yang dikaji !uku !uku rijal al-hadis, seperti al-shabah, al-sti’ab, izan al-’tidal, ahdzib alahdzib, 3sud al-5habah dan se!againya yang dilengkapi dengan literatur klasik
(historiograi) Islam agar didapatkan kajian kritis$ etiga, ke!erpihakan para rawi hadis seringkali mengurangi atau paling
tidak menga!urklan matan hadis$ eempat, karena kita terlanjur menyimpulkan sunnah dari hadis, maka latar
kesejaharahan dari suatu peristiwa dan momentum menjadi sangat penting$GC 47 4ntuk
memperoleh pemahaman yang utuh untuk menguak inormasi tentang konigurasi yang menyelimuti mun"ulnya hadis$ 9ihat uh$ Kuhri, elaah atan F, hlm$ C$ 9angkah ini dalam rangka melihat konteks historis maupun antropologis pada saat hadis itu mun"ul (sbab al4urud al-hadis). etode ini dalam ditegaskan dengan istilah yang !er!eda oleh +min +!dullah dengan .Integrasi-Interkoneksi/ dengan mengusung 2rilogi keilmuan? #adlarah an - $ash, #adlarah al-+alsafah dan #adlarah al-lm, yang kini menjadi trend di kalangan si#itas akademika 4I& 'unan 0alijaga$ 48 Paradigma
ini menyangkut wilayah alsai, metode, strategi dan su!tansi, sehingga dipertim!angkan wilayah mana yang paling mendekati dan paling memungkinkanL atau paling tidak dapat mem!antu se!agai perspekti keilmuan$ 2eori-teori dimaksud tidak hanya !ersiat physi&ally tetapi juga so&ial s&ien&es$ 49 alaluddin
Rakhmat .Pemahaman Hadis? Perspekti Historis/ dalam urnal l-#ikmah, Bandung, A>, ol$ II, 2ahun ACC=, hlm$ *G$
*>
+nalisis historis ini dipandang urgen dalam studi hadis terutama metode ma’anil hadis , dalam rangka untuk mengetahui konteks di masa lalu (kesejarahan)
pada saat hadis !erdialektika dengan ruang sosial untuk dijadikan "ermin pandang konteks kekinian !agi pen"arian ide dan gagasan dari mun"ulnya se!uah peristiwa pada saat uhammad 'aw !ertindak se!agai utusan +llah (Rasulullah) untuk misi kemanusiaan$ Bagi 3a8lur Rahman, hadis dipahami se!agai produk e#oluti dari konsep sunnah (tradition) sejak awal dipahami se!agai konsep perilaku, hukum tingkah laku, hukum moral yang !ersiat normati, praktik aktual (Barat), tingkah laku yang merupakan teladan, konsep pengayoman, terma perilaku (behavioral) karena dalam praktiknya tidak ada dua !uah kasus yang !enar-!enar sama latar !elakang situasional (asbab al-wurud) -nya se"ara moral, psikologis dan material, maka sunnah harus dapat diinterpretasikan dan diadaptasikan$ +khirnya, sampailah pada pengam!ilan kesimpulan se"ara dedukti,<@ sem!ari menentukan wilayah ilsaat keilmuannya? ontologis, epistemologis atau aksiologisnya, agar pesan-pesan kena!ian (propheti& massages) dapat disikapi dan ditindaklanjuti$
E. C#nt#h Kajian Hadis Met#de Te!ati 1alam dunia !isnis, &a!i 'aw pernah !ersa!da tentang larangan menim!un harta!enda dagangan dengan merumuskan kode etik dan hukum dagang yang adil dan humanis$
/bb @ 1c 4 =2 / 9 f? =1, 216 /:;<4 =2 " >?+ @ ? 4 ? QR4 = /0 =4 = R2 1c 4 +rtinya?
50
'istem penalaran Indukti? menempatkan teks hadis (data) empirik digelar !ersama teks-teks lain agar .!er!i"ara sendiri-sendiri/, sedangkan dedukti adalah mengurai dan menjelaskan makna !erangkat dari teks se"ara logis dan proporsional$ 51 4ntuk mempermudah, telaah kasus yang rele#an penulis mengela!orasi "ontoh yang ditawarkan uh$ Kuhri dalam elaah atan #adis F, hlm$ >C-*$
*
1ari I!ni ‘4mar, dari &a!i 'aV, !ahwa !eliau !ersa!da? Barangsiapa menim!un !ahan pangan selama G@ malam, maka dia telah menga"uhkan +llah 2aala dan +llah !enar-!enar telah tidak menga"uhkannya$
*$ Hadis kedua, diriwayatkan oleh uslim, isinya !ersiat pernyataan tegas? menim!un makanan itu suatu tindakan yang salah?
56 7 *89 /:;<4 =2 " >?+ @ ? 4 ) *+, ) ) /012 34 +rtinya? 'esungguhnya amar !erkata, telah !ersa!da Rasulullah alaihi wa sallam? Barangsiapa yang menim!un (sesuatu) !erarti telah melakukan tindakan salah
7$ Hadis ketiga, diriwayatkan oleh I!n ajah dan ad-1arimi yang isinya !ersiat hukuman !agi penim!un !erupa kutukan?
3*1?2 /:;J04@ @/2 N4 >?+@ ? 4 ? 4 ) *+, ) ) FG4 =4 /0 =4 = +rtinya? 1ari I!ni ‘4mar I!ni al-0hatta! !erkata, telah !ersa!da Rasulullah 'aV?
%rang yang telah
mendistri!usikan akan mendapatkan ri8ki (keuntungan), dan penim!un mendapatkan laknat (kerugian)$
Dari eti$a hadis tersegut di atas !ila dikaji menurut metode tematik, maka aplikasinya se!agai !erikut? 'e"ara jelas temanya adalah penim!unan ( al-htikar ), dengan penye!utan * (tiga) keywords, yaitu? /:;<4 (penim!unan) dise!utkan dua kali dan /:;J04 (penim!un) dise!utkan sekali$ Bila dilihat dari segi sanad, !ahwa hadis nomer pertama dan kedua diriwayatkan oleh !e!erapa orang rawi melalui jalur Imam uslim dan +!u 1aud dan sanadnya shahih, ada yang mengatakan sanadnya hasan melalui jalur lain, sehingga derajatnya menjadi shahih li ghairihi, karena adanya mutabi’ yang !erpredikat shahih. Hadis pertama, meskipun sanadnya hasan, tetapi sejalan dengan hadis kedua$<* 'edangkan hadis ketiga diriwayatkan oleh I!n ajah dan al-1arimi 52 I!id$, hlm$ >C$ Periksa dalam uslim hadis nomer 7@A*, +!u 1aud? *CC@, I!n ajah? *AG<,
+hmad? A dan at-2irmid8i? AA$
*C
dengan kualitas sanad hasan. 0etiga hadis terse!ut tidak ada kontradiksi dan diungkapkan dengan !ahasa yang jelas, !ahkan saling melengkapi dan memperkuat, sehingga memenuhi syarat untuk dimaknai$ Hadis terse!ut ditemukan sbab al-4urud, !ahwa di 8aman &a!i 'aw, ada dua saha!at (rawi hadis) saling tuding melakukan per!uatan penim!unan (ihtikar), 'aid tertuduh se!agai pelaku penim!unan (muhtakir), tetapi 'aid mengelak, !ahkan menuduh !alik amar-lah yang melakukan praktik penim!unan$ 'ehingga mun"ul perde!atan "ukup sengit di antara !erdua$ 'elanjutnya analisa linguistik, yang paling mungkin dilihat adalah kalimat?
/:;<4 =2 $ 0alimat ini adalah
'am, tanpa ada kepastian su!yek pelakunya laki-laki
atau perempuan, !eragama Islam ataupun tidak, tanpa ada kategori kelas pengusaha, apakah ke"il, menengah atau konglomerat$ 0ata kedua, X16 (makanan) adalah kata muthlaq, tanpa dise!utkan se"ara spesiik (muqayyad) jenis makanan!arang apa
yang ditim!un, !isa !eras, jagung, gandum, minyak atau jenis !ahan!arang yang lain, juga tanpa ada !atasan (limit) !erapa !esar dan jumlahnya$ 'e"ara tekstual, penim!unan terse!ut mengindikasikan se"ara jelas jika dilakukan selama G@ malam$ Ide pokok (ihtikar) terkait erat dengan konsep ekonomi yang menyangkut masalah distri!usi, !ukan masalah !erapa waktu penim!unan$ 1alam ekonomi, dikenal dengan istilah .hukum pasar/ yang menganut hukum supply and demand (persediaan dan permintaan)$ 1alam prinsip ini, !ila terjadi ketidaklan"aran dalam sistem distri!usi (suatu !arang), se"ara kon#ensi yang dilihat adalah masalah distri!usi, apakah ada keseim!angan antara persediaan (supply) dengan permintaan (demand)$ 0arena ketidak!erim!angan antara keduanya, !isa dipastikan akan
memun"ulkan masalah pasar$ Biasanya masalah terse!ut tidak hanya !erhenti di situ, akan !ereek se"ara domino (panjang), seperti kelangkaan, meningginya harga, ke"urangan, penyelundupan (illegal), penipuan, pemalsuan, suap, korupsi kolusi, dan nepotisme (00&), dan tindakan kriminal lainnya$ Pada gilirannya mengaki!atkan !e!an penggunamasyarakat (user/&onsumer) menjadi !erat dan pemerintah dipaksa menanggung !e!an pula . 'eperti kasus (di Indonesia saat ini) naiknya !e!erapa !ahan pangan seperti terigu, minyak goring dan kedelai$ 0alau terjadi demikian perlu di"ari solusinya, dengan melihat sejumlah aktor signiikan
7@
yang mempengaruhinya, sehingga tepat dalam mengam!il langkah-langkah konkret yang akan ditempuh, sehingga persoalan dapat teratasi dengan sedikit eek samping (side effe&t) yang ditim!ulkan$
Ide pokok terse!ut, tidak menutup kemungkinan memun"ulkan sekian konsep sekunder se!agai aki!at dari se!uah tindakan, !isa jadi mun"ul konsep tentang a) keadilan ekonomi, !) konsep harga, ") konsep sta!ilitas dan ketahanan pangan, d) kesejahteraan sosial, g) politik ekonomi, dan mungkin juga lain yang dipandang rele#an$ 9angkah !erikutnya adalah proses pemaknaan terhadap kandungan hadis se"ara holistik-komprehensi (integrati-interkonekti) dengan !erusaha melihat #aria!el dan indikatornya$ Proses ini tidak "ukup hanya !erkutat hanya pada wilayah teks se"ara sempit tanpa didekati dengan teori-teori ekonomi yang terkait erat dengan tema penim!unan$ aria!el terlihat dari hadis pertama adalah !erupa kata kun"i (keywords)
MNWWO , indikatornya adalah G@ malam$ 'e"ara tekstual
dipahami, menim!un pangan selama kurang dari G@ malam diper!olehkan atau tidak dilarang (hadis I), dan per!uatan ihtikar merupakan per!uatan yang salah (hadis II) dan orang yang melan"arkan distri!usi dagangan (!ahan makan) akan di!eri ri8ki sedang !agi penim!un adalah terkutuk (dilaknat)$ akanan dimaksud !isa jadi merupakan !ahan makan pokok (Ind? sem!ako) ke!utuhan masyarakat$ 'ehingga ke!eradaannya akan mengganggu sta!ilitas !er!agai aspek dalam tatanan kehidupan masyarakat maupun negara$ enurut hemat penulis, ukuran kuantitati selama G@ malam merupakan !atas maksimal, !ukan !erarti penim!unan yang dilakukan seseorang atau pihak tertentu meskipun !elum men"apai !atas G@ malam tidak dapat dipastikan memun"ulkan menim!ulkan masalah$ 2ergantung dari jenis atau kualitas praktik penim!unannya, jika penim!unan kurang dari G@ malam, tetapi telah menim!ulkan gun"angan pasar yang luar !iasa, maka tindakan penim!unan itu tetap dilarang$ 'emisal penim!unan BB (minyak, gas dan premium), yang merupakan elemen terpenting dalam ekonomi, !e!erapa waktu yang lalu dialami oleh masyarakat Indonesia tidak hanya sekali$
7A
'e"ara itrah, manusia hidup selalu !erusaha untuk memenuhi hajat hidup agar dapat !ertahan hidup se"ara wajar$ akanan merupakan ke!utuhan manusia paling asasi (basi& need) !erupa !ahan pangan untuk keperluan sehari-hari, sesuai dengan konteks geograi dan ke!iasaan suatu daerahwilayah atau negera tertentu$ ika !ahan pangan ditim!un oleh seseorang atau kelompok atas nama indi#idu atau perusahaan, ke"uali yang melakukan penim!unan (ihtikar) adalah pemerintah (!a"a? Bulog) yang !eraki!at pada kelangkaan$ aria!el lain, menurut hukum pasar, jika terjadi kelangkaan apapun jenis !arangnya, maka se"ara otomatis sistem distri!usi akan terganggu yang akan mempengaruhi harga
pasar$ 'edangkan
indikatornya, masyarakat
merasa
kesempitan dan kesulitan karena ter!atasnya !ahan pangan atau lainnya yang mereka perlukan$ Pada gilirannya menim!ulkan gon"angan ekonomi yang !erimplikasi pada sta!ilitas ekonomi terganggu, tindak kriminal meningkat, kamti!mas terusik, maraknya pelanggaran hukum$ ika hal ini terjadi, sangat rasional terjadinya konlik, !aik se"ara #ertikal maupun horisontal$ 0etidaklan"aran sistem distri!usi !iasanya dilakukan oleh para spekulan dan perilaku monopoli, yang mengam!il kesempatan dalam kesempitan yang !erujung pada keuntungan pada segelintir orang dan kelompok tertentu$ 1alam konteks Indonesia, pada C tahun terakhir telah dihe!ohkan !er!agai krisis dari !er!agai dimensi, mulai dari moneter, keper"ayaan, ekonomi dan politik$ 5ang paling !erpengaruh ketika rakyat Indonesia menghadapi kelangkaan !eras dan BB$ 'ekarang basi& need telah !erkem!ang yang menyangkut !er!agai jenis !arang pokok ke!utuhan masyarakat, seperti gula, minyak goreng, !ahkan !esi !eton dan semen$ +ki!atnya harga dari waktu ke waktu mengalami kenaikan yang signiikan, sehingga mem!eratkan masyarakat$ Bahkan terakhir krisis energi (listrik) yang telah mengan"am di !e!erapa daerah, terutama di awa dan Bali, lantaran pasokan !atu!ara yang mengalami gangguan dan keterlam!atan$ 'ementara pemerintah merasakan !erat untuk mengatasinya, paling-paling menempuh langkah impor terutama sem!ako jenis !eras dan gula$ 0emudian ditindaklanjuti dengan operasi pasar, seperti kasus kelangkaan minyak tanah, !eras, premium, dan yang terakhir minyak goreng dan terigu yang hingga kini !elum pulih$
7*
ika disederhanakan pemahaman kita, se!uah konsep dalam se!uah !ahasa (hadis) terse!ut ternyata memiliki implikasi makna yang luas (eek domino) dalam kehidupan, tidak hanya pada wilayah ekonomi, tetapi juga sosial, hukum, politik dan se!againya$ Pela"akan ayat-ayat yang terkait dengan kegiatan ekonomi, perniagaan, apakah itu jelas ( sharih) atau kurang jelas ( ghairu sharih) yang mem!in"angkan masalah harta, prinsip-prinsip ekonomi, etika-moral, dan aspek teologis, antara lain? Alladzina yaknizunadz dzahaba wa al-fidldlata …
+rtinya? %rang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak mendistri!usikannya di jalan +llah, maka !eritahukanlah mereka tentang ad8a! yang sangat pedih yang akan menimpanya$ (at-2au!ah, C?7G)$ 0emudian dipertegas lagi dengan ayat !erikutnya?
Hada !a anatu! . +rtinya? (Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka ahannam, F$ (seraya dikatakan) kepada mereka, Inilah harta !endamu yang dulu kamu simpan hanya untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah selarang (aki!at dari) apa yang kamu simpan itu (at-2au!ah, C?7<)$ 3irman +llah tentang perintah makan harta yang halal dan thayyib ('$ +l-aidah, )L anganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang !atil, dan janganlah kamu menyuap dengan harta itu kepapda para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan se!agian harta orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui ('$ al-BaDarah, *?A)L F padahal +llah menghalalkan dan mengharamkan ri!a ('$ +l-BaDarah, *?*><)$ 0ontekstualisasi hadis terse!ut, dengan melakukan analisis historis !ahwa manusia hidup, dimana dan sampai kapanpun harus saling tolong-menolong, mem!eri kemudahan-kemudahan dan tidak saling mem!uat kesempitan dan kesengsaraan orang lain$ 1oktrin Islam tentang harta adalah kepemilikan mutlak itu hanya milik +llah, manusia hanya !erhak mengolah, memelihara dan menggunakan sesuai ke!utuhan tidak untuk ditim!un$ Humanitis ini mengandung doktrin yang
77
paling mendasar !ahwa kepemilikan itu !ersiat nis!i, meskipun tak di!atasi kuantitasnya selama kewaji!an terhadap kepemilikan itu dipenuhi dan karena di dalam kepemilikan mengandung hak orang lain (inaD dan 8akat)$ aka setiap perilaku ekonomi harus memperhatikan etika-moral, artinya tindakan ekonomi tidak se!e!as-!e!asnya, tanpa aturan hukum dan !atasan dengan melakukan apa saja menurut keinginan su!yeknya dan egoismenya tanpa memperhatikan kepentingan pihak lain$ engenai tempo G@ hari yang dise!utkan dalam hadis itu, merupakan jangka waktu yang rasional dan rele#an untuk mengukur terjadi gejolak dan tidaknya pasar$ 9ogikanya, !arang apa saja yang ditim!un dan !eraki!at pada gejolak ekonomi (pasar) meskipun penim!unannya hanya pendek (kurang dari G@ hari) tetap dilarang$ +palagi jika !arang itu yang ditim!un !erupa ke!utuhan dasarpokok mayoritas orang, maka dapat dikategorikan sa!otase ekonomi yang mengarah pada tindakan su!#ersi$ 1i &egara kita Indonesia memegang prinsip !ahwa kepentingan hajat orang !anyak le!ih dahulukan daripada kepentingan segelintir atau !e!erapa gelintir orang$ eskipun realitasnya tidak demikian, sehingga mun"ul gap ekonomi yang tajam antara the have dan the have not, aki!atnya &egara kita sering diterpa !adai ekonomi yang !ertu!i-tu!i dan !erkepanjangan$ Bahkan !ila dimaknai le!ih jauh, penim!unan hanya salah satu "ontoh tindakan ekonomi yang salah dan tidak di!enarkan, karena dalam kenyataannya !anyak tindakan lain yang !er!eda tetapi juga menim!ulkan gejolak ekonomi, misalnya eksport yang irasional (tanpa kendali), deposito uang dalam jumlah yang !esar di !ank-!ank internasional (luar negeri), money loundry, monopoli kekayaan alam, eksplorasi tanpa kendali, eksploitasi sum!erdaya alam dan se!againya$ 'e!agai langkah akhir adalah pengam!ilan kesimpulan$ 'e"ara dedukti, dari uraian di atas !isa ditarik !enang merah !ahwa semua tindakan ekonomi yang didasarkan atas kepentingan primordial (indi#idu maupun kelompok) dilarang oleh Islam$ 'elain itu dapat pula disimpulkan !ahwa ri8ki dari +llah dilarang untuk dimonopoli dengan "ara dan dalih apapun$ htikar , menim!ulkan terganggunya distri!usi yang dapat menim!ulkan dampak yang tragis dan atal$ Institusi
7G
pemerintah (3lil mri) !erkewaji!an dan !ertanggung jawa! mengendalikan sistem distri!usi terhadap jenis-jenis mata dagangan yang pokok (sem!ako) dengan mengedepankan !asis etika dan moral yang melekat dan kesejahteraan rakyat$ Hadis di atas !ila dilihat dari perspekti ilsaat ilmu, se"ara ontologis !ahwa tindakan penim!unan yang menjadi wilayah ekonomi tidak saja dipahami se"ara kogniti semata, karena pada domain praksis-aksiologis harus le!ih diutamakan$ tidak saja dipahami se"ara ontologis$ 'ehingga kandungan ajarannya se"ara jelas dapat dipahami, !aik dari nalar akademik maupun normati proetis memiliki ajaran yang !ersiat uni#ersal, tanpa memandang dimensi ruang dan waktu$
(. Kesi!pulan 0erangka metodologis dan prosedur kerja terse!ut mungkin terkesan sangat ideal dan rumit, karena selama ini hadis masih dipahami se"ara parsial dan eksklusi dan seolah hanya menjadi materi untuk memperkuat !asis etis-teologis umat Islam$ Padahal kita tahu persis, hadis sesungguhnya merupakan ejawantah dan bayan (tafsir dan tafshil ) !agi ajaran al-uran melalui Rasulullah 'aV sekaligus merupakan maniestasi uswah hasanah !eliau untuk misi glo!al 7ahmatan li al-'lamin.
Hal ini sudah !arang tentu menyadarkan dan meyakinkan kita !ahwa tujuan dan orientasi pemaknaan terhadap hadis tidak saja menjadikan teks yang hanya melegitimasi
ke!enaran normati al-uran, sehingga
!ernilai do&trinal-
transendent yang mengedepankan dimensi sakralitas semata, tapi !agi penulis hadis
harus masuk ke dalam wilayah empiri&-histories dan !ersiat inklusi yang !ernilai sosiologis-imanen dengan memperhatikan kandungan ajaran (makna) yang merupakan representasi 7isalah yang di!awa Rasulullah 'aw$ udah-mudahan tawaran ini menjadi salah satu alternasi dalam kajian hadis pendekatan tematik di masa mendatang$ 4allahu ’lam bis as-!hawab, wa al-fwu minkum.
'ay Vant, *< uni *@@>
7<
5
PEkDEKATAk TEMATIK DALAM STUDI HADIS ( F or mul a s iKo ns e pt ua l ,Pr os e sda nApl i ka s i n ya )
akalah dipresentasikan dalam a"ara 4orkshop urusan 2asir dan Hadis 4I& 'unan 0alijaga
1i !mart 7oom 3akultas 4shuluddin 5ogyakarta, * uni *@@>
7=
%leh? Muhammad Yusuf
&IP$ A<@*=>***G
J URUSAN TAFSI RDAN HADI S F AKUL TASUSHULUDDI N UI N SUNAN KALI J AGA YOGYAKARTA 2 0 0 7
+P9I0+'I E2%1E 2E+2I0 1+9+ E+H+I H+1I' &+BI
7>
('e!uah Impro#isasi dari 2awaran 2eori 5usu al-aradhawi) 3enomena Ilmiah? Ia merupakan salah satu "arametode pemahaman asih !ersiat eksklusi eski telah ada ulama yang telah mempraktikkan (0utu! as-'ittah) Baru se!atas kompilasi hadis se-tema dengan analisa histories Banyak !erorientasi pada komparasi riwayah (studi sanad) Belum mengarah pada analisa normati-empirik, metaisis-ontologis, etis-ontologis, logis-ilosois, sosiologis, psikologis$ auh tertinggal dengan !idang studi tasir al-uran Idealnya? A$ Bagaimana "ara menangkap ideal-moral kandungan hadis *$ 1apat diaplikasikan dalam dataran empirik-sosilogis 7$ 2idak !erlawanan dengan rasio (logis) dan pesan moral al-uran G$ Hasilnya inklusi (tidak se!atas untuk umat Islam) 2awaran? A$ enghimpun hadis-hadis yang shahih dan setidaknya hasan (senadasejalan,tidak sejalan,tampak kontradikti (ta’arudl/tanaqud )$ *$ ;ara asbab wurud al-hadis (jika ada le!ih dari satu) 7$ ;ari teks al-uran se"ara korelati-interkonekti (munasabah) jika ada 7$ 1iam!il kesimpulan dengan argumentasi ilmiah Prosedurlangkah kerja? A$ 2entukan tema tertentu *$ em!awa arti laad8 yang mutasya!ih ke yang muhkam, mengaitkan yang mutlak ke yang muDayyad (kontotasi ke denotasi) dan menasirkan yang ‘am ke yang khash (makro ke mikro) 7$ 1ipahami maksud kandungan maknanya dengan meneliti dalalah (#aria!el dan indikasi) G$ 1iam!il kesimpulan se"ara indukti maupun dedukti <$ 4ntuk kepentingan implementasi dipahami se"ara normati kemudian di!umikan se"ara empirik-sosiologis$ 'um!er Bahan? A$ Ilmu ukhtali al-Hadis *$ Ilmu usykil al Hadis 7$ Ilmu hari! al-Hadis G$ 2eori al-:am’au wa al-awfiq (dalam 4shul al-3iDh) <$ utub at-is’ah dan kita!-kita! 'yarah yang telah ada ;atatan? Hasil Ela!orasi dan 0ola!orasi tulisan 'uryadi dalam jurnal 3ak$ 4shuluddin 6sensia ol$ 7 &o$ A, anuari *@@*, hlm$ GC-<$
7
'e"ara praksis, pendekatan antropologis adalah menentukan topik yang akan dikaji, rumusan masalah, kemudian metode pengumpulan data - primer maupun sekunder 6 lalu diklasiikasikan, selanjutnya menentukan kata-kata konsep, sim!olik, korelati, yang akan ditasirkanL lalu mendeskripsikan, langkah !erikutnya adalah dilakukan pemaknaan yang rele#an dengan menga"u prinsip-prinsip !angunan keilmuan yang sangat mungkin di!antu oleh ilmu sejarah, !ahasa dan sosiologi$ 1iharapkan dengan langkah-langkah ini dapat ditemukan se!uah gam!aran kehidupan manusia yang komprehensi dan utuh, !aik itu tentang sistem !udaya, sistem keyakinan, dan sistem perilaku$ E$ Penutup Harapan kita, workshop metodologis terhadap kajian Hadis pada kesempatan ini dapat menum!uhkan minat di masa mendatang, sehingga pendekatan tematik dalam studi hadis akan le!ih menarik dan menemukan !entuknya$ asukan dan saran sangat diperlukan guna kesempurnaannya$ 4ntuk itu saya sampaikan terima kasih dan mohon maa atas segala kesalahan dan kekurangan yang ada dalam tulisan ini$ 3$ 'um!er Ba"aan eert8, ;liord$ afsir ebudayaan$ 2erj$ 3ransis"o Budi Hardiman, 5ogyakarta? 0anisius, ACC*$ -------$ ebudayaan dan gama $ 2erj$ 3ransis"o Budi Hardiman, 5ogyakarta? 0anisius, ACC<$ 0oentjaraningrat$ engantar ntropologi$ akarta? +ksara Baru$ AC@ orris, Brian$ nthropologi&al !tudies of 7eligion, an ntrodu&tory e 5
7C
;ontoh sym!ol? +wan adalah sym!ol akan hujan (kon#ensional) Bendera merah adalah sym!ol !ahaya, ada kematian (0laten) Bendera putih adalah sym!ol tanda menyerah, ada kematian (5ogya)
G@
+P9I0+'I E2%1E 2E+2I0 1+9+ E+H+I H+1I' &+BI ('e!uah Impro#isasi dari 2awaran 2eori 5usu al-aradhawi) 3enomena Ilmiah? Ia merupakan salah satu "arametode pemahaman asih !ersiat eksklusi eski telah ada ulama yang telah mempraktikkan (0utu! as-'ittah) Baru se!atas kompilasi hadis se-tema dengan analisa histories Banyak !erorientasi pada komparasi riwayah (studi sanad) Belum mengarah pada analisa normati-empirik, metaisis-ontologis, etis-ontologis, logis-ilosois, sosiologis, psikologis$ auh tertinggal dengan !idang studi tasir al-uran Idealnya? A$ Bagaimana "ara menangkap ideal-moral kandungan hadis *$ 1apat diaplikasikan dalam dataran empirik-sosilogis 7$ 2idak !erlawanan dengan rasio (logis) dan pesan moral al-uran G$ Hasilnya inklusi (tidak se!atas untuk umat Islam) 2awaran? A$ enghimpun hadis-hadis yang shahih dan setidaknya hasan (senadasejalan,tidak sejalan,tampak kontradikti (ta’arudl/tanaqud )$ *$ ;ara asbab wurud al-hadis (jika ada le!ih dari satu) 7$ ;ari teks al-uran se"ara korelati-interkonekti (munasabah) jika ada 7$ 1iam!il kesimpulan dengan argumentasi ilmiah Prosedurlangkah kerja? A$ 2entukan tema tertentu *$ em!awa arti laad8 yang mutasya!ih ke yang muhkam, mengaitkan yang mutlak ke yang muDayyad (kontotasi ke denotasi) dan menasirkan yang ‘am ke yang khash (makro ke mikro) 7$ 1ipahami maksud kandungan maknanya dengan meneliti dalalah (#aria!el dan indikasi) G$ 1iam!il kesimpulan se"ara indukti maupun dedukti <$ 4ntuk kepentingan implementasi dipahami se"ara normati kemudian di!umikan se"ara empirik-sosiologis$ 'um!er Bahan?
GA
A$ Ilmu ukhtali al-Hadis *$ Ilmu usykil al Hadis 7$ Ilmu hari! al-Hadis G$ 2eori al-:am’au wa al-awfiq (dalam 4shul al-3iDh) <$ utub at-is’ah dan kita!-kita! 'yarah yang telah ada ;atatan? Hasil Ela!orasi dan 0ola!orasi tulisan 'uryadi dalam jurnal 3ak$ 4shuluddin 6sensia ol$ 7 &o$ A, anuari *@@*, hlm$ GC-<$
'e"ara praksis, pendekatan antropologis adalah menentukan topik yang akan dikaji, rumusan masalah, kemudian metode pengumpulan data - primer maupun sekunder 6 lalu diklasiikasikan, selanjutnya menentukan kata-kata konsep, sim!olik, korelati, yang akan ditasirkanL lalu mendeskripsikan, langkah !erikutnya adalah dilakukan pemaknaan yang rele#an dengan menga"u prinsip-prinsip !angunan keilmuan yang sangat mungkin di!antu oleh ilmu sejarah, !ahasa dan sosiologi$ 1iharapkan dengan langkah-langkah ini dapat ditemukan se!uah gam!aran kehidupan manusia yang komprehensi dan utuh, !aik itu tentang sistem !udaya, sistem keyakinan, dan sistem perilaku$ E$ Penutup Harapan kita, workshop metodologis terhadap kajian Hadis pada kesempatan ini dapat menum!uhkan minat di masa mendatang, sehingga pendekatan tematik dalam studi hadis akan le!ih menarik dan menemukan !entuknya$ asukan dan saran sangat diperlukan guna kesempurnaannya$ 4ntuk itu saya sampaikan terima kasih dan mohon maa atas segala kesalahan dan kekurangan yang ada dalam tulisan ini$ 3$ 'um!er Ba"aan eert8, ;liord$ afsir ebudayaan$ 2erj$ 3ransis"o Budi Hardiman, 5ogyakarta? 0anisius, ACC*$ -------$ ebudayaan dan gama $ 2erj$ 3ransis"o Budi Hardiman, 5ogyakarta? 0anisius, ACC<$ 0oentjaraningrat$ engantar ntropologi$ akarta? +ksara Baru$ AC@
G*
orris, Brian$ nthropologi&al !tudies of 7eligion, an ntrodu&tory e 5
;ontoh sym!ol? +wan adalah sym!ol akan hujan (kon#ensional) Bendera merah adalah sym!ol !ahaya, ada kematian (0laten) Bendera putih adalah sym!ol tanda menyerah, ada kematian (5ogya)