Tugas Manajemen Keperawatan
APLIKASI MAKP
DI SUSUN OLEH : KELOMPOK X
RIMAN NOPIATIN ASIS PAULUS SENY ARIESNA RAUF HERIANTI HERDIN FEBRIAWANSYAH MERRY. P
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA KENDARI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN 2013
1
APLIKASI MAKP
A. PENDAHULUAN Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendifinisikan empat unsur, yakni standar, proses keperawatan dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas prosuksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud. Unsur-unsur dalam praktik keperawatan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu standar, proses keperawatan dan sistem MAKP. Dalam menetapkan suatu model, keempat hal tersebut harus menjadi bahan pertimbangan karena merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. (gambar 1).
Standar Kebijakan Institusi/Nasional
Pendidikan pasien: Pencegahan penyakit Mempertahanka n kesehatan Rencana pulang/komunita s
Proses keperawatan: Pengkajian Perencanaan Intervensi Evaluasi
Sistem MAKP : Fungsional Tim Primer Modifikasi
Gambar 1 : Hubungan antara keempat unsur dalam penerapan sistem MAKP (Rowland dan Rowland, 1997)
2
B. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN MAKP 1. Kualitas pelayanan keperawatan Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan selalu berbicara mengenai kualitas. Kualitas sangat diperlukan untuk : a. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen. b. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi. c. Mempertahankan eksistensi institusi. d. Meningkatkan kepuasan kerja. e. Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan f. Menjalankan kegiatan sesuai dengan standar/aturan. 2. Standar Praktik Keperawatan Standar praktik keperawatan di Indonesia disusun oleh Depkes RI (1995) terdiri atas beberapa standar. Menurut JCHO : Joint Commission on Accreditation of Health Care Organisation (1999 :1;4 249-54) terdapat delapan standar asuhan keperawatan yang meliputi (Novuluri, 1999;1;4;249-54) yakni : a. Menghargai hak-hak pasien; b. Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit (SPMRS); c. Observasi keadaan pasien; d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi; e. Asuhan pada tindakan non operatif dan administratif; f. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur infasif; g. Pendidikan kepada pasien dan keluarga; h. Pemberian
asuhan
keperawatan
secara
terus-menerus
dan
berkesinambungan. Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia (14 kebutuhan dasar manusia menurut Henderson), meliputi : a. Oksigen b. Cairan dan elektrolit c. Eliminasi d. Keamanan e. Kebersihan dan kenyamanan fisik f. Istrahat dan tidur 3
g. Aktivitas dan gerak h. Spritual i.
Emosional
j.
Komunikasi
k. Mencegah dan mengatasi resiko psikologis l.
Pengobatan dan membantu proses penyembuhan
m. Penyuluhan n. Rehabilitasi 3. Model praktik a. Praktik keperawatan Rumah sakit Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian praktik keperawatan rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik keperawatan profesional, seperti proses dan prosedur registrasi, dan legalisasi keperawatan. b. Praktik keperawatan rumah Bentuk praktik keperawatan rumah diiletakan pada pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan sebagai kelanjutan perlayanan di rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit, atau melalui pengikutsertaan perawat profesional yang melakukan praktik keperawatan berkelompok. c. Praktik keperawatan berkelompok Beberapa perawat profesional membuka praktik keperawatan selama 24 jam kepada masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan dengan pola yang diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik keperawatan rumah sakit dan rumah. Bentuk praktik keperawatan ini dapat mengatasi berbagai bentuk masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat dan dipandang perlu dimasa depan. Lama rawat pasien di rumah sakit perlu dipersingkat karena biaya perawatan rumah sakit diperkirakan akan terus meningkat.
4
d. Praktik keperawatan individual Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti diuraikan untuk praktik keperawatan di rumah sakit. Perawat profesional senior dan berpengalaman secara sendiri/perorangan membuka praktek usaha dalam jam praktek tertentu untuk memberikan asuhan keperawatan, khususnya konsultasi dalam keperawatan
bagi masyarakat yang memerlukan. Bentuk praktik
keperawatan ini sangat diperlukan oleh kelompok/golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya yang dikembangkan pemerintah. C. METODE PENGELOLAAN SISTEM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan iptek, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien. Adapun beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Mc Laughin, Thomas, dan Barterm (1995) mengidentifikasi delapan model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim, dan keperawatan primer. Dari beberapa metode yang ada, institusi pelayanan perlu mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan. Tetapi, setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model untuk mengelola asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, serta kebijakan rumah sakit. Karena setiap perubahan akan berakibat suatu stres sehingga perlu adanya
antisipasi
“...jangan
mengubah
suatu
sistem....justru
menambah
permasalahan....”(Kurt Lewin, 1951 dikutip Marquis dan Huston, 1998). Terdapat enam unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis dan Huston, 1998 :143)
5
1. Dasar pertimbangan pemilihan metode asuhan keperawatan (MAKP) a. Sesuai dengan visi dan misi institusi Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit. b. Dapat diterangkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan
keperawatan
kepada
pasien.
Keberhasilan
dalam
asuhan
keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan. c. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya Setiap perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimanapun baiknya suatu model, tanpa ditunjang biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna. d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan. e. Kepuasan dan kinerja perawat Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya. f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan
dasar
pertimbangan
penentuan
model.
Model
asuhan
keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tim kesehatan lainnya.
6
2. Jenis dan model metode asuhan keperawatan (MAKP) Tabel 1 : Jenis Model Asuhan Keperawatan Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) Model
Deskripsi
Fungsional (bukan model MAKP)
Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan. Perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada. Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua pasien di bangsal. Berdasasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi tertentu Rasio 1 : 1 (pasien:perawat). Setiap pasien dilimpahkan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat mereka dinas. Perawat akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat. Umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau khusus seperti isolasi, intensive care. Berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan Enam – tujuh perawat profesional dan perawat pelaksana bekerja sebagai satu tim, disupervisi oleh ketua tim. Metode ini menggunakan tim terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap kelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, tehnikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Berdasarkan pada tindakan yang konperehensif dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggungjawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Kasus
Tim
Primer
7
Penanggung Jawab Perawat yang bertugas pada tindakan tertentu
Manajer keperawatan
Ketua Tim
Perawat primer (PP)
Berikut ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode asuhan keperawatan profesional. Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan dimasa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. a. Fungsional (Bukan Model MAKP) Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di bangsal.
Kepala Ruangan
Perawat Pengobatan
Perawat Merawat Luka
Perawat Instrumen
Kebutuhan Dasar
Pasien/pasien
Gambar 2 : Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis & Huston, 1998 : 138) Kelebihan : 1) Manajemen klasik yang menekan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik; 2) Sangat baik untuk dirumah sakit yang kekurangan tenaga; 3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawatan
pasien
diserahkan
berpengalaman.
8
perawat
junior
dan
atau
belum
Kelemahan : 1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat; 2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan; 3) Persepsi perawat cenderung pada tindakan keperawatan yang berkaitan dengan keterampilan saja. b. MAKP Tim Metode ini menggunakan tim terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap kelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, tehnikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Kelebihan : 1) Memungkinkan pelayanan keperawatan menyeluruh; 2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan; 3) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim. Kelemahan : komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Konsep metode tim : 1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan; 2) Pentingnya komunikasi efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin; 3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim; 4) Peran kepala ruangan penting dalam model tim, tim ini akan berhasil bila didukung oleh kepala ruangan. Tanggung jawab anggota tim : 1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya; 2) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim; 3) Memberikan laporan. 9
Tanggung jawab ketua tim : 1) Membuat perencanaan; 2) Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi; 3) Mengenal dan mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien; 4) Mengembangkan kemampuan anggota; 5) Menyelenggarakan konferensi. Tanggung jawab kepala ruangan : 1) Perencanaan :
Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan masing-masing;
Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya;
Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat, transisi dan persiapan pulang, bersama ketua tim;
Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan;
Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan;
Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisologi, tindakan
medis
yang
dilakukan,
program
pengobatan,
dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan membimbing pelaksanaan dan asuhan,membimbing penerapan dan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecah masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk.
Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
2) Pengorganisasian :
Merumuskan metode penugasan yang di gunakan.
Merumuskan tujuan metode penugasan.
Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas. 10
Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain.
Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.
Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak berada di tempat kepada ketua tim.
Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.
Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya.
Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
3) Pengarahan:
Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik.
Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan,dan sikap.
Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan askep pasien.
Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.
Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
4) Pengawasan:
Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang di berikan kepada pasien.
Melalui supervisi: 1.
Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan, dan memperbaiki pengawasan kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga. 11
2.
Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua ti; membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan ( didokumentasikan ), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
3.
Evaluasi ;
4.
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah di susun bersama ketua tim.
5.
Audit keperawatan.
Kepala Ruangan
Kepala Ruangan
Kepala Ruangan
Kepala Ruangan
Kepala Ruangan
Kepala Ruangan
Kepala Ruangan
Kepala Ruangan
Kepala Ruangan
Kepala Ruangan
Gambar 3 : Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Team Nursing” (Marquis & Huston, 1998 : 138) c. MAKP Primer. Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini di tandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus- menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan,dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
12
Tim Medis
Kepala Ruangan
Sarana RS
PPI
PPI
PA 1 PA 2
PA 1 PA 2
Pasien
Pasien
Gambar 4 : Bagan pengembangan MAKP Primer di Ruang Bedah Mata Kelas I & I; Bedah G; dan Ruang Jantung RSUD Dr. Soetomo Surabaya Dokter
Kepala Ruangan
Sarana RS
Perawat Primer Pasien/Klien
Perawat pelaksana Evening
Perawat pelaksana Night
Gambar 5 : Diagram Sistem Asuhan Keperawatan Primer (Marquis & Huston, 1998 : 138)
13
Perawat pelaksana jika diperlukan Days
Kelebihan: 1) Bersifat kontinuitas dan komprehensip; 2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri; 3) Keuntungan antara lain terhadap pasien,perawat, dokter dan rumah sakit (Gillies,1989). Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa di manusiawikan karna terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan secara efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif. Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif,self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan
klinis,
penuh
pertimbangan,
serta
mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu. Konsep dasar metode primer: a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat. b. Ada otonomi. c. Ketertiban pasien dan keluarga. Tugas perawat primer: a. Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif. b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan. c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dines. d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain atau perawat lain. e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai. f. Menerima dan menyesuaikan rencana. g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang. h. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat. i.
Membuat jadwal perjanjian klinis. 14
j.
Mengadakan kunjungan rumah. Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer :
a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer. b. Orientasi dan merencanakan karyawan baru. c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten. d. Evaluasi kerja. e. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf. f. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi. Ketenangan metode primer: a. Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau berada didekat pasien b. Beban kasus pasien 4 – 6 orang untuk satu perawat primer. c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal d. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non profesional sebagai perawat asisten d. MAKP Kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Perawat akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat. Umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau khusus seperti isolasi, intensive care. Kelebihannya : a. Perawat lebih memahami per kasus; b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah; Kekurangannya : a. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab; b. Perlu tenaga kerja yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
15
Kepala Ruangan
Staf Perawat
Staf Perawat
Staf Perawat
Pasien/klien
Pasien/klien
Pasien/klien
Gambar 6 : Sistem Asuhan Keperawatan “Case Method Nursing” (Marquis & Huston, 1998:136) e. Modifikasi MAKP Tim-Primer Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penerapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan : 1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara. 2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena banyak tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada bagian tim. 3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian adalah lulusan D3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat primer/ketua tim. Contoh (dikutip dari Ratna S. Sudarsono, 2002) Model
MAKP
ini
ruangan
memerlukan
26
perawat.
Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 orang perawat primer (PP) dengan kualitas Ners, disamping seorang kepala ruangan yang juga Ners. Perawat pelaksana (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat pelaksana terdiri atas lulusan D-3 Keperawatan 3 orang, dan SPK 18 orang. Pengelompokan tim setiap sif dapat dilihat pada gambar 7
16
Kepala Ruangan
PP I
PP II
PP III
PP IV
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
7-8 pasien
7-8 pasien
7-8 pasien
Gambar 7 : Metode Tim Primer (Modifikasi)
17
7-8 pasien
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 1995. Instrumen Akreditasi Rumah Sakit.Jakarta:Departemen Kesehatan RI. Grant, A.B, dan V.H.Massey.1999.Nursing Leadership, Management, and Reseaech. Pennsylvania:Springhouse Corporation. Marquis, B.L., J. Carol, dan C.J. Huston. 1998. Management Decision Makingfor Nurses. New York: Philadelphia. Mclaughin, F.E, S.E.Thomas, dan M.Barter. 1995.”Chalenges Related to care Delivery Patterns”JONA.25 (5:20-26). Novuluri, R.B.1999.Integrated Quality Improvement in patient care. Journal of Nursing and health sciences.1 (4: 249-254). Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan. Penerapan dalam Praktik. Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika. Sitorus, R. 2002. Model Prakek Keperawatan Profesional. Seminar Nasional pada RAPIM PPNI. Februari, Malang. Rowland, H.S., dan B.L. Rowland. 1997. Nursing Administration Handbook. Edisi 4.
18
Tugas Manajemen Keperawatan
APLIKASI MAKP
DI SUSUN OLEH : KELOMPOK X
RIMAN SENI ARIESNA RAUF HERIANTI HERDIN FEBRIAWANSYAH NOPIATIN ASIS PAULUS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA KENDARI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN 2013
19