DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 2 BAB I........................................................................................................................... 3 PENDAHULUAN........................................................................................................... 3 1.1.
Latar Belakang............................................................................................... 3
1.2.
Tujuan............................................................................................................ 3
BAB II.......................................................................................................................... 4 KERANGKA TEORI....................................................................................................... 4 2.1. Definisi Pedagogi dan Andragogi......................................................................4 2.1.
Konsep Pedagogi dan Andragogi....................................................................5
2.2.
Persamaan dan Perbedaan Andragogi dan pedagogi.....................................6
2.4.
Pedagogik...................................................................................................... 7
2.4.1.
Tujuan Pedagogik..................................................................................... 7
2.4.2 Orientasi Pedagogik.................................................................................... 7 2.5.
Andragogi...................................................................................................... 7
2.4.2.
Tujuan Andragogi..................................................................................... 7
2.4.3.
Ciri –ciri Andragogi.................................................................................. 9
2.5.2.
Metode belajar andragogi........................................................................9
2.5.3.
Prinsip Andragogi................................................................................... 11
2.5.4.
Hukum pembelajaran Andragogi...........................................................13
2.5.6 Asumsi pendekatan Andragogi..................................................................13 2.5.7. Orientasi Dasar Andragogi......................................................................14 2.5.8. Strategi pembelajaran Andragogi............................................................17 BAB III....................................................................................................................... 23 PENUTUP.................................................................................................................. 23 3.1.
Kesimpulan.................................................................................................. 23
3.2.
Penutup........................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 24
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan perlu adanya pendekatan-pendekatan dalam proses pembelajarannya. Karena melalui pendekatan tersebut, maka akan didapat pertimbangan-pertimbangan dalam melaksanakan program pendidikan dan pelatihan.Untuk itu dalam saat melakukan pendidikan ataupun pelatihan berusaha menyampaikan konsep-konsep dalam pendekatan pedagogi dan andragogi untuk pemahaman lebih lanjut Seorang pendidik atau pelatih dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di sekolah atau lainnya, perlu memiliki seperangkat ilmu tentang bagaimana ia harus mendidik anak. Pendidik atau pelatih bukan hanya sekedar terampil dalam menyampaikan bahan ajar, tetapi disamping itu ia juga harus mampu mengembangkan pribadi peserta, mengembangkan watak peserta, dan mempertajam keterampilan atau pengetahuan peserta. Pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, apa tugas pendidik dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan mendidik anak.Sedangkan pendidikan Andragogik cenderung melakukan pendidikan atau pelatihan pada dewasa. Pendidikan dan pelatihan akan efektif dan efisien apabila dilaksanakan dengan pendidikan yang integral, dengan proses yang dimulai dari analisis kebutuhan diklat sampai evaluasi dan tindak lanjut. Sementara keberhasilan pelaksanaan diklat sangat ditentukan oleh beberapa unsur, seperti seperti: peserta diklat, kurikulum dan metode, media, penyelenggara maupun pengelola diklat.Dalam pelaksanaan Diklat, peranan pengelola diklat (management of training) merupakan unsur dominan disamping unsur lainnya.
1.2. Tujuan
Mengetahui definisi Pedidikan pedagogik dan andragogik. Mengetahui persamaan dan perbedaan pedagogik dan andragogik. Mengetahui prinsip-prinsip pedagogik dan andragogik. Mengetahui metoda belajar pedagogik dan Andragogik
2
BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Definisi Pedagogi dan Andragogi Pedagogi (pedagogy) berasal dari kata Yunani “Paid” (berati anak) dan “Agogus” (berarti “memimpin”). Pedagogi berarti “seni dan ilmu mengajar anak-anak”. John D. Ingalls memberi batasan pengertian andragogi sebagai: Proses pendidikan membantu orang dewasa menemukan dan menggunakan penemuan-penemuan dari bidang-bidang pengetahuan yang berhubungan dalam latar sosial dan situasi pendidikan untuk mendorong pertumbuhan dan kesehatan individu, organisasi, dan masyarakat. Andragogi (andragogy) berasal dari kata Yunani “aner” atau “andr”, berarti orang dewasa dan
agogi.
Agogi
(Agogy)
berasal
dari
kata
Yunani
“Agogus”
yang
berarti
“memimpim/membimbing”. Agogi berarti “aktivitas memimpin/ membimbing” atau “seni dan ilmu memimpin/membimbing”, atau “seni dan ilmu mempengaruhi orang lain”. Menurut Knowles (1977:38), “ Andragogy is therefore, the art and science of helping adults learn”. Andragogi adalah suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Dilihat dari segi epistemologi, andragogi berasal dari bahasa Yunani dengan akar kata:”Aner” yang artinya orang untuk membedakannya dengan “paed” yang artinya anak. Knowles dalam bukunya “ The modern practice of Adult Education”, mengatakan bahwa semula ia mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu membantu orang dewasa belajar. Kemudian setelah melihat hasil eksperimen banyak pendidik yang menerapkan konsep andragogi pada pendidikan anak-anak dan menemukan bahwa dalam situasi-situasi tertentu memberikan hasil yang lebih baik, Knowles melihat bahwa andragogi sebenarnya merupakan model asumsi yang lain mengenai pembelajaran yang dapat digunakan di samping model asumsi pedagogi. Ia juga mengatakan model-model itu berguna apabila tidak dilihat sebagai dikhotomi, tetapi sebagai dua ujung dari suatu spektrum, dimana suatu asumsi yang realistik pada situasi yang berada di antara dua ujung tersebut. Knowles menegaskan adanya perbedaan antara belajar bagi orang dewasa dengan belajar anak-anak dilihat dari segi perkembangan kognitif mereka. Menurut Knowles dalam
3
WWW.DELIVERY.COM (2002) ada empat asumsi utama yang membedakan andragogi dan pedagogi, yaitu: 1. Perbedaan dalam konsep diri, orang dewasa memiliki konsep diri yang mandiri dan tidak bergantung bersifat pengarahan diri. 2. Perbedaan pengalaman, orang dewasa mengumpulkan pengalaman yang makin meluas, yang menjadi sumber daya yang kaya dalam keaddan belajar. 3. Kesiapan untuk belajar, orang dewasa ingin mempelajari bidang permasalahan yang kini mereka hadapi dan anggap relevan. 4. Perbedaan dalam orientasi ke arah kegiatan belajar,orang dewasa orientasinya berpusat pada masalah dan kurang kemungkinannya berpusat pada subyek.
2.1. Konsep Pedagogi dan Andragogi Empat konsep yang membedakan pedagogi dan andragogi, menurut Malcolm Knowles : Pedagogi Konsep diri (self-cocept) Anak
ialah
pribadi
Andragogi Si pelajar bukan pribadi yang tergantung,
yang
Hubungan
pelajar
merupakan
hubungan
tergantung. tetapi pribadi yang telah masak secara
dengan
pengajar psikologis.
yang
bersifat pengajar
Hubungan merupakan
pelajar
dengan
hubungan
saling
pengarahan (a directing relationship)
membantu yang timbal balik (a helping
Pengalaman
relationship) Pengalaman pelajar orang dewasa dinilai
Pengalaman pelajar masih sangat terbatas, sebagai sumber belajar yang kaya. Multi karena itu dinilai kecil dalam proses komunikasi oleh semua peserta, pengajar pendidikan. Komunikasi satu arah dari maupun pelajar. pendidik kepada pelajar. Kesiapan belajar
Pelajar menentukan apa yang mereka perlu
Pendidik menentukan apa yang akan pelajari berdasarkan pada persepsi mereka dipelajari, bagaimana dan kapan belajar
sendiri terhadap tuntutan situasi sosial
mereka. Perspektif waktu dan orientasi terhadap Belajar merupakan proses untuk penemuan belajar. Diajarkan bahan yang dimaksudkan masalah dan pemecahan masalah pada saat untuk
digunakan
di
masa
yad. itu
juga.
Pendekatanya
“problem 4
Pendekatanya “subject centered”.
centered”.
Dari uraian di atas apat dirumuskan bahwa pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat disamakan dengan pendidikan anak di sekolah. Untuk mencapai hasil proses pembelajaran orang dewasa yang baik agaknya perlu ditemukenali beberapa faktor yang mempengaruhi kesungguhan orang dewasa dalam belajar. Ibarat sebuah gelas, maka orang dewasa adalah sebuah gelas yang telah berisi dengan berbagai macam isinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan orang dewasa meliputi segala bentuk pengalaman belajar yang diperlukan oleh orang dewasa dari intensitas keikutsertaannya dalam proses belajar. Dalam konteks pendidikan orang dewasa, andragogi merupakan seperangkat konsep atau prinsip tentang bagaimana membantu orang dewasa dapat belajar secara efektif dalam menambah atau memperjelas, memperdalam, dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehingga meningkatkan mutu kehidupan.
2.2. Persamaan dan Perbedaan Andragogi dan pedagogi Persamaan Perbedaan Sama-sama ilmu pengetahuan Sasaran andragogi orang dewasa di masyarakat, tentang pendidikan sasaran pedagogi anak-anak di sekolah Sama-sama bertujuan membina Orang dewasa di masyarakat dianggap sebagai pengetahuan,
sikap
keterampilan manusia untuk
dan “gelas
yang
sudah
berisi”
(pengetahuan,
pengalaman, status social dll), sedangkan anak-anak
dianggap Sama-sama berada pada sistem Pada andragogi diciptakan suasana hubungan sama pendidikan nasional
status antara fasilitator dan peserta, sedangkan pada pedagogi
terpolakan
hubungan
guru
yang
mengetahui segalanya dan berkuasa dengan murid yang tidak tahu apa-apa dan harus menerima. Sama-sama berdasarkan Pancasila Pada andragogi diciptakan proses saling dan UUD 1945.
membelajarkan diri, pada pedagogi tercipta proses
belajar dari guru. Banyak metode dan media yang Pada andragogi jenisnya bersamaan.
peserta
mutlak
harus
aktif
berpartisipasi, pada pedagogi murid lebih banyak menerima. 5
2.4. Pedagogik 2.4.1.Tujuan Pedagogik
Tujuan idealistik berbentuk ideologi, keyakinan atau kepercayaan, dan konsep-
konsep lainnya. Tujuan idealistik bersumber dari budaya masyarakat/bangsa, filsafat, dan pemahaman agama
2.4.2 Orientasi Pedagogik
Pendidikan pedagogik melibatkan 2 macam komunikasi . Maka, Mendidik melibatkan komunikasi: 1. Komunikasi diskursif 2. Komunikasi non-diskursif (indirect teaching) Mendidik menjadikan terdidik terhubung dengan budaya masyarakat. Antara lain adalah warisan
budaya
masa
lalu
(pedagogi
konservatif),
budaya
modern
(pedagogi
modernisme/sekuler), koreksi budaya (pedagogi kritis), dan budaya pascamodernisme (pedagogi gender, etnopedagogi). Orientasi pendidikan pedagogik dapat ditemui dalam institusi dibawah ini :
Pedagogi persekolahan (PAUD, SD, SMP, SMA) Pedagogi Keluarga Budaya sebagai Pedagog (great educator)
2.5. Andragogi 2.4.2.Tujuan Andragogi
Kunci keberhasilan dalam pendidikan orang dewasa adalah mempunyai tujuan, tujuan merupakan manifestasi dari hasil yang dicapai oleh pendidik maupun peserta didik. 1. Tujuan umum Tujuan umum pendidikan orang dewasa sangat bervariasi, tergantung pada visi dan misi lembaga yang menyelenggarakannya. Sebagai gambaran tujuan umum akan menguti tujuan pendidikan nasional Indonesia yang dirumuskan oleh MPR, yaitu meningkatkan ketakwaan terhadap tuhan yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat 6
membangun
dirinya
sendiri
serta
bersama-sama
bertanggung
jawab
atas
pembangunan bangsa. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus yang akan dirumuskan dalam pendidikan orang dewasa harus lebih spesifik daripada tujuan umum yang telah disebutkan diatas. Disamping itu, suatu tujuan khusus pengajaran harus harus menyatakan perubahan prilaku. Ciri tujuan khusus dapat disimpilkan sebagai berikut : Harus ada sasaran. Harus menunjukkan perubahan prilaku yang spesifik, jelas, dapat dicapai,
dapat didemonstrasikan dan dapat diukur. Harus diterima oleh sasaran sebagai tujuan dan memberi kesempatan kepada
sasaran untuk bertindak sesuai yang mereka inginkan. Harus mengarah ke tujuan umum. Biasanya dinyatakan dalam istilah pengetahuan, pengertian, kemampuan, keterampilan, minat atau rasa tertarik, penghargaan, idealisme, penerapan dan kebiasaan.
Terdapat tiga klasifikasi tujuan khusus yaitu :
Ranah kognitif, tujuan khusus yang berhubungan dengan proses intelektual peserta didik. Ranah kognitif mempunyai tingkatan yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif, tujuan khusus yang mempengaruhi sikap, emosi dan nilai perilaku. Tingkatan ranah efektif yaitu menerima, menanggapi, menilai, dan
mengorganisasikan. Ranah psikomotorik, tujuan khusus yang meliputi proses manipulatif dan mekanik atau keterampilan. Ranah psikomotorik mempunyai tingkatan yaitu meniru, manipulasi, ketepatan gerakan, artikulasi, dan naturalisasi.
2.4.3.Ciri –ciri Andragogi
Orang dewasa mempunyai ciri khusus dalam melaksanakan pembelajaran yaitu : 1. Memungkinkan timbul pertukaran pendapat. 2. Memumgkinkan komunikasi timbal balik. 3. Suasana belajar yang diharapkan adalah suasana belajar yang menyenangkan dan menantang. 4. Orang dewasa akan belajar jika pendapatnya dihormati. 7
5. Mengutamakan peran peserta didik. 6. Orang dewasa belajar ingin mengetahui kekurangan dan kelebihannya.
2.5.2.Metode belajar andragogi
Metode orang dewasa sebaiknya dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu kontinum proses belajar dan jenis pertemuan yang dilakukan dalam pendidikan orang dewasa. Metode yang digunakan dalam pendidikan orang dewasa sangat beragam yaitu: 1. Metode partisipatif Metode paertisipatif memiliki prinsip perencanaan sebagai berikut : Perencanaan hubungan dengan masyarakat, antara lembaga pendidikan dan masyarakat perlu ada hubungan yang harmonis, saling kerjasama, saling
memberi dan saling menerima. Partisipan, pihak yang layak diikutsertakan dalam perencanaan pendidikan harus menuhi syarat yaitu tertarik akan masalah pendidikan, mau belajar dari ahli perencana pendidikan, memiliki kemampuan intelektual sebagai perencana, paham masalah pendidikan, merupakan anggota kelompok yang
dapat bekerja efektif. Teknik kerja kelompok. Pembuatan program. Pengambilan keputusan, dalam hal ini yang berwenang mengambil keputusan
adalah manajer tertinggi, tim manajer atau pejabat lain yang ditunjuk. 2. Metode demonstrasi Metode demonstrasi adalah salah satu metode dalam pendidikan orang dewasa yang sangat sering digunakan dalam sebuah praktek. Metode demonstrasi tidak seharusnya digunakan dalam setiap situasi. Langkah –langkah metode demonstrasi yaitu : Merencanakan, yang harus dilakukan dalam merencanakan demonstrasi yaitu menentukan masalah yang akan dipecahkan, tentukan keterampilan yang akan
diajarkan, kumpulkan informasi tentang keterampilan tersebut. Mempersiapkan demonstrator, yang harus dilakukan yaitu mempersiapkan semua alat, mengadakan latihan untuk mempraktekkan keterampilan, persiapkan ruang yang luas, memilih lokasi yang strategis, demonstrator harus
mengetahui materi. Mempersiapkan pengamat Evaluasi. 3. Metode diskusi 8
Metode diskusi merupakan metode yang sangat efektif jika peserta yang terlibat hanya sedikit. Penggunaan metode diskusi untuk kelompok yang berjumlah 10 orang atau lebih memerlukanperencanaan yang cermat dan pimpinan diskusi yang kompeten. Diskusi merupakan kelompok sebagai pertemuan atau percakapan antara dua orang atau lebih yang membahas topik tertentu yang menjad pusatperhatian. Dalam diskusi kelompok, anggota kelompok menunjuk moderator (pimpinan diskusi ) yang menentukan tujuan dan agenda yang harus ditaati. 4. Metode pelatihan Pelatihan adalah salah satu metode dalam pendidikan orang dewasa atau dalam pertemuan yang biasa digunakan dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan mengubah sikap peserta dengan cara yang spesifik. Metode pelatihan memiliki prosedur rancangan yaitu : Identifikasi kebutuhan, yang dimaksud kebutuhan disini yaitu kebutuhan akan pendidikan orang dewasa dari berbagai pihak yang perlu diidentifikasi secara
cermat. Identifikasi sasaran, maksud sasaran di sini adalah perilaku peserta yang
diharapkan setelah mengikuti pelatihan. Identifikasi sumber, perlu dianalisis sumber – sumber yang diperlukan baik yang sudah tersedia maupun yang masih diusahakan. Sumber yang dimaksud
di sini seperti dana, penceramah, fasilitator, alat, perlengkapan Identifikasi hambatan yaitu mengidentifikasi yang sudah ada yang mungkin
timbul pada waktu pelatihan dilaksanakan. Seleksi, seleksi yang harus dilakukan yaitu dengan mempertimbangkan sumber daya, hambatan, kelebihan dan kelemahan masing-masing alternatif serta sasaran yang ingin dicapai.
2.5.3.Prinsip Andragogi
Dalam menggunakan pembelajaran berbasis andragogi perlu memperhatikan prinsipprinsip dan strategi pembelajaran orang dewasa. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Orang dewasa memiliki konsep diri. Orang dewasa memiliki persepsi bahwa dirinya mampu membuat suatu keputusan, dapat menghadapi resiko sebagai akibat keputusan
9
yang diambil, dan dapat mengatur kehidupannya secara mandiri. Harga diri amat penting bagi orang dewasa. Ia memerlukan pengakuan orang lain terhadap harga dirinya. Perilaku yang terkesan menggurui, cenderung akan ditanggapi negatif oleh orang dewasa. 2. Orang dewasa memiliki akumulasi pengalaman. Setiap orang dewasa mempunyai pengalaman situasi, interaksi, dan diri yang berbeda antara seorang dengan lainnya sesuai dengan perbedaan latar belakang kehidupan dan lingkungannya. Orang dewasa yang mempelajari sesuatu yang baru cenderung dimaknai dengan menggunakan pengalaman lama.Sejalan dengan itu peserta didik orang dewasa perlu dilibatkan sebagai sumber dalam pembelajaran. 3. Orang dewasa memiliki kesiapan belajar. Kesiapan belajar orang dewasa akan seirama dengan peran yang ia tampilkan baik dalam masyarakat maupun dalam tugas pekerjaan. Implikasinya, urutan program pembelajaran perlu disusun berdasarkan urutan tugas yang diperankan orang dewasa, bukan berdasarkan urutan logis mata pelajaran. 4. Orang dewasa menginginkan dapat segera memanfaatkan hasil belajarnya. Berpartisipasi dalam pembelajaran karena ia sedang merespons materi dan proses pembelajaran yang berhubungan dengan peran dalam kehidupannya. 5. Orang dewasa memiliki kemampuan belajar. Kemampuan dasar untuk belajar tetap dimiliki setiap orang, khususnya orang dewasa, penurunan kemampuan belajar pada usia tua bukan terletak pada intensitas dan kapasitas intelektualnya melainkan pada kecepatan belajarnya. Implikasi praktisnya, pendidik perlu mendorong orang dewasa sebagai peserta didik untuk belajar sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan cara belajar yang di inginkan, dipilih dan ditetapkan oleh orang dewasa. 6. Orang dewasa dapat belajar efektif apabila melibatkan mental dan fisik. Orang dewasa dapat menentukan apa yang akan dipelajari, dimana dan bagaimana cara mempelajarinya, serta kapan melakukan kegiatan belajar. Orang dewasa belajar dengan melibatkan pikiran dan perbuatan. Implikasi praktisnya, orang dewasa akan belajar secara efektif dengan melibatkan fungsi otak kiri dan otak kanan, menggunakan kemampuan intelek dan emosi, serta dengan memanfaatkan berbagai media, metode, teknik dan pengalaman belajar. 2.5.4.Hukum pembelajaran Andragogi
Ada beberapa hukum belajar orang dewasa yaitu : 10
1. Hukum pengalaman sebelumnya atau law of previous experience. Pembelajaran atau aktivitas belajar baru harus dikaitkan dengan dan dibangun dari pengalaman pelajar (new learning should be linked to and build upon the experiences of the learner). 2. Hukum relevansi atau law of relevance. Belajar yang efektif adalah pembelajar yang relevan dengan kehidupan dan pekerjaan yang akan dimasuki oleh peserta didik setelah memasuki dunia kerja. 3. Hukum arah-diri atau law of self-direction. Kebanyakan orang dewasa mengarahkan diri sendiri untuk belajar atau menjadi pelajar sebagai pengarah diri sendiri dalam rangka melakukan perbuatan belajar. Orang dewasa lebih dominan belajar karena kemauannya sendiri. 4. Hukum harapan atau law of expectations. Reaksi peserta didik terhadap sebuah sesi pelatihan dibentuk oleh harapan mereka dalam kaitannya dengan konten mata pelajaran, format pelatihan, peserta dan pelatih atau guru. 5. Hukum citra diri peserta didik atau law of self image. Orang atau siswa dewasa memiliki pencitraan tertentu tentang dirinya sendiri atau tipe jenis apa dirinya. 6. Hukum kriteria ganda atau law of multiple criteria. Orang dewasa menggunakan berbagai standar untuk menilai pengalaman belajar dan prestasi mereka. 7. Hukum penyelarasan atau law of alignment. Pembelajar dewasa membutuhkan tujuan pelatihan, konten, kegiatan dan teknik penilaian agar selaras satu dengan yang lainnya.
2.5.6 Asumsi pendekatan Andragogi
Ada empat asumsi pendekatan andragogi yaitu : 1. Usia orang dewasa mampu mengarahkan dirinya sendiri (self directedness), asumsi ini membawa implikasi pada: suasana belajar diciptakan agar pelajar merasa diterima, dihargai, didukung oleh lingkungan dengan melakukan interaksi seimbang antara pendidik dan
peserta didik. perhatian lebih diarahkan kepada keterlibatan aktif anak didik. anak didik harus terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pendidik, pendidik hanya sebagai fasilitator belajar. 2. Perlunya andragogi bagi orang dewasa karena telah memiliki kekayaan pengalaman yang dapat didayagunakan dalam belajar, asumsi ini membawa implikasi pada: harus banyak menggunakan teknik partisipatoris yang memberikan pengalaman konkrit bagi orang dewasa. 11
membimbing peserta didik dalam mengaplikasikan hasil belajarnya pada
kehidupan sehari-hari. dibuat banyak aktifitas yangmendorong peserta didik melihat pengalaman
sendiri dan belajar dari pengalaman. 3. Orang dewasa belajar berdasar kebutuhan, asumsi ini telah membawa implikasi dalam hal: kurikulum harus ditata agar sesuai dengan kebutuhan nyata orang dewasa. kesiapan orang dewasa yang hendak belajar harus dipertimbangkan. 4. Orientasi belajar orang dewasa adalah kehidupan, asumsi ini telah membawa implikasi: pendidik harus mengetahui apa yang menjadi ketertarikan peserta didik, kemudian membangun pengalaman belajar relevan dengan ketertarikan
tersebut. tahapan-tahapan belajar seharusnya diatur berdasarkan area persoalan, bukan
berdasarkan pada mata kuliah. pada sesi-sesi awal pembelajaran
harus
diupayakan
dapat
mengindentifikasikasi problem yang lebih spesifik yang ingin dipelajari lebih dalam oleh peserta didik.
2.5.7. Orientasi Dasar Andragogi
Orang dewasa mempunyai beberapa orientasi dasar dalam belajar yaitu ; 1. Belajar mandiri, atau yang biasa disebut arah-diri ( self directed learning ) berfokus pada proses orang dewasa mengendalikan pembelajaran mereka sendiri, khususnya bagaimana menentukan tujuan belajar, menenemukan sumber daya yang tepat, menentukan metode pembelajaran yang digunakan dan mengevaluasi kemajuan belajar mereka sendiri. Dalam pembelajaran, orang dewasa tidak tergantung kepada guru ataupun dosen, akan tetapi ia bisa melakukan pembelajaran dengan potensi yang ada pada dirinya sendiri, guru ataupun dosen hanyalah sebagai sarana untuk membandingkan ataupun mengembangkan pengetahuannya. Kemandirian sebenarnya merupakan tipe kepribadian yang normal saja, artinya mampu dimiliki oleh setiap orang dewasa, seperti Blocher menyebut sebagai “normal personalty” . Manusia berkepribadian menurut Brown adalah manusia yang memiliki penuh tanggung jawab. Manusia yang bertanggung jawab menurut Phenix adalah yang memiliki 12
kreteria tanggung jawab yang dilandasi dengan penguasaan pemahaman, cita-cita hidup yang mendalam, dan berkemampuan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan. Menurut Sanusi, pembinaan kemandirian diperlukan penerapan konsep istiqomah dan amanah, atau ia menyebutnya sebagai “konsep keberanian”, yakni keberanian moral, keberanian kreatif, keberanian imani, keberanian ragawi, dan keberanian komunikasi. Keberanian moral menunjukkan sikap tenang dan sabar dalam mempelajari sesuatu. Keberanian ragawi dalam pembelajaran menunjukkan gejala kemampuan tahan lama dan ketekunan dalam mempelajari sesuatu. Keberanian kreatif adalah kemampuan dan kesanggupan untuk menemukan jalan keluar dalam pemecahan masalah. Keberanian komunikasi dapat menunjukkan gejala kesanggupan mencari untuk menemukan sesuatu. Keberanian imani yakni berbudi pekerti luhur berlandaskan ajaran agama dan tidak mengenal putus asa bila menghadapi masalah. Menurut Maslow kebutuhan pokok manusia, terdiri atas basic physioligical needs,safety and securty, belonging and social needs, self-estem and status, self actualization, self actualization and fulfilment. 2. Refleksi kritis, mengembangkan refleksi kritis merupakan suatu metode yang telah lama di klaim sebagai bentuk dan proses pembelajaran khas orang dewasa, seperti pengembangan logika, berpikir dialektis, kerja intelektual, penilaian reflektif, serta berpikir kontekstual dan kritis. Ada tiga refleksi kritis yang saling berkaitan yaitu: proses orang dewasa merumuskan pertanyaan dan kemudian mengembangkan
asumsi sesuai dengan kearifan akalnya. proses orang dewasa membuat perspektif alternatif atas ide-ide, tindakan,
bentuk-bentuk pemikiran dan ideologi. proses orang dewasa mampu mengenali dan mengaplikasikan aspek-aspek
subtansif yang dipelajari secara representatif. 3. Belajar dari pengalaman, pengalaman merupakan guru terbaik, pengalaman adalah jendela kearifan, itulah yang sering dikaitkan dengan pengalaman. Akan tetapi bagi Lindemen, pengalaman adalah buku yang hidup bagi pembelajar orang dewasa. Pengalaman merupakan hal yang penting bagi proses pembelajaran bagi orang dewasa, karena dengan pengalaman seseorang dapat menyaksikan langsung apa yang
13
dipelajari, serta hal itu merupakan proses yang dapat merubah pola pikir dan pola hidup seseorang yang sudah dewasa. 4. Belajar untuk belajar, belajar untuk belajar merupakan upaya orang dewasa untuk mengembangkan wawasan tentang cara dan kebiasaan belajar mereka sendiri. Dalam konteks ini, orang dewasa memiliki kesadaran diri tentang bagaimana mereka mengetahui apa yang mereka ketahui, apa alasan, asumsi, bukti, dan justifikasi yang mendasari keyakinan bahwa sesuatu itu benar. Dengan cara belajar untuk belajar, orang dewasa akan menemukan hal-hal yang baru untuk inovasi dalam pembelajaran. Bahkan orang dewasa dapat menganalisis apa yang dia pelajari menjadi teori yang baru. Beda dengan anak-anak, ia masih belum bisa menganalisis lebih mendalam dengan apa yang ia pelajari, akan tetapi mereka hanya dapat menerima apa yang dipelajari dari sebuah buku ataupun seorang guru. Terkadang ia tak dapat membedakan kebenaran dan ketidak benaran dalam pembelajaran. Mereka masih mengutamakan”kata guru ataupun kata buku “ 5. Belajar jarak jauh, pendidikan jarak jauh kini merupakan pengaturan penting karena didalamnya banyak terjadi pembelajaran orang dewasa yang signifikan. Orang dewasa tidak harus melakukan pembelajaran dalam jarak yang dekat, karena berkaitan dengan kemampuan mandiri yang telah dimiliki oleh orang dewasa. Belajar jarak jauh juga dapat melatih kekritisan orang dewasa, baik dalam tindakan dan cara berpikir. Karena tanpa bimbingan seorang guru ataupun dosen, orang dewasa dituntut untuk belajar mandiri dan dituntut berpikir kritis. 6. Pembelajaran observational, observasi dalam pembelajaran merupakan hal yang harus dilakukan oleh orang dewasa, karena tugas orang dewasa bukan hanya menerima, akan tetapi orang dewasa harus mengetahui kebenaran dari apa yang dipelajari yakni dengan mengadakan observasi. 7. Pengaturan-diri, adalah mengendalikan prilaku diri sendiri, pengaturan diri biasanya dilakukan oleh siswa yang” bekerja dan belajar lebih keras dari pada yang lainnya “. Menurut Bandura ada tiga langkah pengaturan-diri yaitu, observasi-diri atau self observation, yaitu intropeksi diri untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, menimbang atau judgment siswa membandingkan apa yang dilihat dengan apa yang distandarkan, juga membandingkan apa yang bisa dilakukan dengan apa yang harus dilakukan, respon diri atau self response, siswa melakukan sesuatu dengan
14
baik, bahkan lebih baik dibandingkan dengan standart dirinya sendiri. Dengan begitu, maka orang dewasa dapat menentukan tujuan-tujuan dalam belajar dan target yang harus dia capai. 8. Belajar sebagai produk, bagi orang dewasa belajar harus mempunyai hasil yang nyata dalam kehidupannya, agar dapat bermanfaat baginya. Tahu apa “know what “, dan tahu bagaimana “know how”. Dengan mengetahui hal tersebut, maka pembelajaran akan sistematis dan lebih mudah.
2.5.8. Strategi pembelajaran Andragogi
Dalam kegiatan pembelajaran, pendidik dituntut memiliki kemampuan memilih pendekatan pembelajaran yang tepat. Kemampuan tersebut sebagai sarana serta usaha dalam memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran untuk menyajikan materi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan program pembelajaran. Untuk menentukan atau memilih pendekatan pembelajaran, hendaknya berangkat dari perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditentukan, kemudian memilih pendekatan pembelajaran yang dipandang efisien dan efektif. Pemilihan pendekatan pembelajaran ini hendaknya memenuhi kriteria efisien dan efektif. Suatu pendekatan pembelajaran dikatakan efektif dan efisien apabila startegi tersebut dapat mencapai tujuan dengan waktu yang lebih singkat dari pendekatan yang lain. Kriteria lain yang perlu diperhatikan dalam memilih pendekatan pembelajaran adalah tingkat keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih pendidik dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran terdiri atas dua kata, strategi dan pembelajaran. Istilah strategi (strategy) berasal dari kata kerja dalam bahasa Yunani , “stratego” yang berarti merencanakan (to plan). Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang kegiatan. Strategi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut strategi pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya sistematis dalam 15
membantu warga belajar dalam mengembangkan potensinya secara optimal melalui kegiatan belajar. Strategi pembelajaran mencakup penggunaan pendekatan, metode dan teknik, bentuk media, sumber belajar, peserta didik, untuk mewujudkan interaksi edukasi antara pendidik dengan peserta didik dengan lingkungannya. Tujuan strategi pembelajaran adalah untuk mewujudkan efisiensi, efektivutas dan produktifitas kegiatan pembelajaran. Isi kegiatan pembelajaran adalah bahan/materi pembelajaran yang bersumber dari kurikulum yang telah disusun dalam program pembelajaran. Proses kegiatan pembelajaran merupakan langkah-langkah atau tahapan yang harus dilalui oleh pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Sumber pendukung kegiatan pembelajaran mencakup fasilitas dan alat-alat bantu pembelajaran (Sudjana, 2005) Menurut Dick dan Carey (1990: strategi pembelajaran adalah suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga warga belajar dapat mencapai isi pelajaran atau mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Lebih lanjut Dick dan Carey (1990: menyebutkan lima komponen umum dari strategi instruksional sebagai berikut: 1. kegiatan pra instruksional 2. penyajian informasi 3. partisipasi peserta didik 4. tes 5. tindak lanjut Gagne dan Briggs dalam Atwi Suparman (1996: 156) mengemukakan sembilan urutan kegiatan instruksional, yaitu: 1. memberikan motivasi atau menarik perhatian 2. menjelaskan tujuan instruksional kepada peserta didik 3. mengingatkan kompetensi prasyarat 4. memberi stimulus (masalah, topik, dan konsep) 5. memberikan petunjuk belajar 6. menentukkan penampilan peserta didik 7. memberi umpan balik 8. menilai penampilan 9. menyimpulkan. 16
Strategi pembelajaran orang dewasa pada pendidikan keaksaraan fungsional terdiri dari lima langkah kegiatan, yaitu menulis, membaca, berhitung, diskusi dan aksi/penerapan. Langkah-langkah tersebut, bukan berarti langkah yang baku/kaku atau harus berurutan. Tetapi bisa saja dilakukan secara acak, misalnya dimulai dari diskusi, kemudian belajar membaca, menulis dan seterusnya. Hal ini tergantung dari situasi dan kondisi serta kesepakatan di dalam kelompok belajar. Namun demikian, kebiasaan yang ditemui adalah melalui diskusi terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan yang lain. Bisa juga dimulai dari masalah yang ditemui (aksi) peserta didik, kemudian didiskusikan di kelompok belajar, menulis, membaca dan seterusnya. Keefektifan kegiatan belajar, sangat bergantung pada kemampuan tutor dalam mengarahkan, dan membimbing peserta didik di dalam kegiatan belajarnya. Pengalaman juga menunjukkan bahwa, kegiatan menulis perlu didahulukan dan pada kegiatan membaca. Karena melalui kegiatan belajar menulis, peserta didik sedikit demi sedikit langsung belajar membaca. Sebaliknya apabila peserta didik didahulukan belajar membaca, maka cenderung kurang terampil dalam hal menulis. Kegiatan pembelajaran partisipatif sebagai upaya pembelajaran yang mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Sudjana (2005:155) keikutsertaan peserta didik diwujudkan dalam tiga tahapan kegiatan pembelajaran, yaitu: perencanaan program pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Partisipasi dalam perencanaan merupakan bentuk keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan dan menentukan prioritas masalah, sumber-sumber atau potensi yang tersedia. Hasil dari identifikasi digunakan sebagai dasar dalam menentukan tujuan pembelajaran.dan penetapan program kegiatan pembelajaran. Partisipasi dalam pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim belajar yang kondusif ditandai dengan: 1. kedisiplinan peserta didik
17
2. terjadi hubungan antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik yang akrab, terbuka, terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling belajar 3. Interaksi pembelajar yang sejajar. Kegiatan pembelajaran lebih ditekankan pada peran peserta didik (student centered). Peserta didik diberikan kesempatan secara luas dalam kegiatan pembelajaran, peran pendidik membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Banyak pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam menciptakan iklim pembelajaran kondusif, misalnya: pendekatan tematik, descoveri-inkuiri, kontektual, cooperative learning, konstruktrukvistik, meaningfull learning, dsb. Adapun metode pembelajaran yang diterapkan, misalnya; metode diskusi, tanya jawab, problem solving, discoveryinkuiri, simulasi, brainstorming, role playing, games, siklus belajar berbasis pengalaman, demonstrasi, kooperatif, dan sebagainya. Partisipasi dalam evaluasi pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam menghimpun informasi mengenai pengelolaan pembelajaran dan perubahan yang dirasakan
selama
mengikuti
proses
pembelajaran.
Dalam
partisipasi
evaluasi
pembelajaran ini, pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan penilaian pada seluruh komponen pembelajaran (refeksi pembelajaran) dan suasana diri (moood meter) dalam mengikuti pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam menerapkan strategi pembelajaran partisipatif adalah: 1. melakukan asesment kebutuhan belajar, merumuskan tujuan, mengidentifikasi hambatan, dan menetapkan prioritas yang akan digunakan untuk mengelola kegiatan pembelajaran. 2. Memilih tema/pokok bahasan dan/atau tugas yang harus dilakukan dalam pembelajaran dan menentuka indicator pencapaian tujuan pembelajaran. 3. Mengenai dan mengkaji karakteristik peserta didik sebagai bahan masukan dalam menyusun rencana pembelajaran 4. Mengidentifikasi isi/materi atau bahan pelajaran/rincian tugas pembelajaran 18
5. Merumuskan tujuan pembelajaran 6. Merancang kegiatan pembelajaran, dengan memilih metode, media pembelajaran yang digunakan secara tepat dan pengelolaan waktu. 7. Memilih fasilitas pembelajaran dan sumber bahan yang mendukung proses pembelajaran. 8. Mempersiapkan sistem evaluasi proses dan hasil kegiatan pembelajaran. 9. Mempersiapkan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Menurut Tom Nesbit, Linda Leach & Griff Foley (2004) bahwa ada enam prinsip dalam praktek pembelajaran orang dewasa agar dapat diterapkan secara efektif, yaitu: 1. adanya partisipasi secara sukarela 2. adanya perasaan respek secara timbal balik 3. Adanya semangat berkolaborasi dan kooperasi 4. adanya aksi dan refleksi 5. tersedianya kesempatan refleksi kritis 6. adanya iklim pembelajaran yang kondusif untuk belajar secara mandiri. Prinsip tersebut sangat berkaitan dengan karakteristik orang dewasa yang telah memiliki konsep diri dan pengalaman yang cukup banyak. Konsep diri orang dewasa telah mandiri dan bergantung sepenuhnya kepada orang lain dalam menentukan pilihan atau keputusan pemecahan masalah. Pengalaman merupakan pembelajaran yang sangat berharga bagi orang dewasa. Setiap peserta memiliki pengalaman yang bervariasi, tingkat pendidikan, kematangan dan lingkungan yang berbeda pula. Untuk itu pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. peserta sebagai sumber belajar, oleh karena itu teknik pembelajaran yang diterapkan diorientasikan pada upaya penyerapan pengalaman mereka melalui; diskusi kelompok, curah pendapat, bermain peran, simulasi, curah pendapat, demonstrasi, focus broup discussion. 2. penekanan pada aplikasi praktis, pengetahuan baru, konsep-konsep, dan pengalaman baru dapat dijelaskan melalui pengalaman praktis yang pernah dialami peserta didik. Hasil dari pembelajaran dapat dimanfaatkan secara langsung dalam kehidupannya. 3. materi pembelajaran dirancang berdasarkan pengalaman dan kondisi peserta didik.
19
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Pedagogik adalah proses pendidikan membantu orang dewasa menemukan dan menggunakan penemuan-penemuan dari bidang-bidang pengetahuan yang berhubungan dalam latar sosial dan situasi pendidikan untuk mendorong pertumbuhan dan kesehatan individu, organisasi, dan masyarakat. Untuk pedagogik pendidik lebih mengajarkan hal. Andragogi adalah proses pendidikan yang dilakukan untuk orang dewasa. Hal-hal yang dilakukan selain menambah pengetahuan, tapi pada prinsipnya pendidik lebih ke arah memfasilitasi peserta didik atau pelatihan.
3.2. Penutup Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Diharapkan makalah ini bermanfaat dan dapatmenjadi referensi pustaka dalam pembelajaran selanjutnya serta bidang terkait. Maka, saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Kamil, Mustofa 2011.Pendidikan Luar Sekolah.Andragogi.pdf. Jakarta : Fakultas Ilmu PendidkanUPI.http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/196111 091987031001-MUSTOFA_KAMIL/Andragogi.pdf. Diunduh pada 21 Februari 2016. Kesuma, Dharma. 2008. Pedagogi-Pedagogika. Jakarta : Fakultas Ilmu Pendididkan, UPI. Sujarwo. 2000. Makalah strategi pembelajaran orang dewasa. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Sujarwo, %20M.Pd./Makalah-Strategi%20Pembelajaran%20Orang%20dewasa%20%28Repaired %29.pdf. diunduh pada 24 Februari 2016. http://digilib.uinsby.ac.id/841/6/Bab%202.pdf. Diunduh pada 19 Februari 2016.
21