ANALISIS STRATEGI PENANGGULANGAN KECELAKAAN KERJA UNTUK MENCAPAI TINGKAT KECELAKAAN KERJA NIHIL (ZERO ACCIDENT) PADA PT. TASIK RAJA Oleh:
SYAHRIZAL,* RAHIM MATONDANG,** & CHAIRUL MULUK*** * Alumnus Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara ** Dosen Pascasarjana Manajemen Universitas Sumatera Utara *** Dosen Pascasarjana Manajemen Universitas Sumatera Utara
Abstract : Amid the rise of industrial oil palm plantations in Indonesia appear negative issues regarding oil palm plantations ranging from land clearing, the environment, communities and workplace safety issues. In terms of health and safety PT Lake King, Pinang City has a lot to make improvements but still high levels of workplace accidents can be seen from injury frequency ratio increasing from 2011 to 2012 ie from 82.48 to 78.36 into the company's expectations for Zero Accident has not been achieved. This study aims to look at the role of the system in relation to the behavior SMK3 safely (safety behavior) PT. Lake King, Pinang City to formulate the company's strategy to achieve a Zero Accident. The population in this study were all employees of Lake King with sampling techniques such as simple random sampling. Based on the statistical analysis of the overall application management system K3 positive effect on Behavioral Safety, this is in accordance with the results of statistical tests that the value of F = 37.146 is greater than F table = 2.71, in other words if the company wants to achieve zero accident with a growing awareness of behaving safely ( safety behavior), then the company needs to implement a management system K3 thoroughly and comprehensively. While the formulation of strategies to achieve the Zero Accident prepared using SWOT analisia. Keywords: Zero Accident, Safety Behavior. Abstrak : Ditengah maraknya industri perkebunan sawit di Indonesia muncul isu negatif mengenai perkebunan kelapa sawit mulai dari pembukaan lahan, lingkungan hidup, masyarakat sekitar dan masalah keselamatan kerja. Dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja PT Tasik Raja, Kota Pinang telah banyak melakukan pembenahan namun tingkat kecelakaan kerja masih tinggi ini dapat
86
JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
Syahrizal, dkk. : Analisis Strategis Penanggulangan Kecelakaan Kerja…
dilihat dari rasio kekerapan cidera yang terus meningkat dari tahun 2011 sampai tahun 2012 yaitu dari 78,36 menjadi 82,48 sehingga harapan perusahaan untuk Zero Accident belum tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran sistem SMK3 dalam kaitannya dengan perilaku selamat (safety behavior) karyawan PT. Tasik Raja, Kota Pinang guna merumuskan strategi perusahaan untuk mencapai Zero Accident. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT Tasik Raja dengan teknik pengambilan sampel berupa simple random sampling. Berdasarkan analisa statistik secara keseluruhan penerapan sistem Manajemen K3 berpengaruh positif terhadap Perilaku Keselamatan, hal ini sesuai dengan hasil uji statistik bahwa nilai Fhitung = 37,146 lebih besar dari Ftabel = 2,71 dengan kata lain jika perusahaan ingin menggapai zero accident dengan menumbuhkan kesadaran berperilaku selamat (safety behavior), maka perusahaan perlu menerapkan sistem Manajemen K3 secara menyeluruh dan komprehensif. Sedangkan rumusan strategi untuk mencapai Zero Accident disusun menggunakan analisia SWOT. Kata Kunci : Zero Accident, Safety Behavior PENDAHULUAN Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, penyelenggaraan perkebunan di Indonesia didasarkan atas asas manfaat dan berkelanjutan, keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan, serta berkeadilan, sehingga tujuan penyelenggaraannya diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan negara, meningkatkan penerimaan devisa Negara, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing, memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri, dan mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan. ISPO, pentingnya pelaksanaan sistem keselamatan dan kesehatan kerja melalui penerapan SMK3. Isu keselamatan kerja dalam dunia perkebunan tampaknya merupakan hal yang cukup pelik. Beberapa kejadian kecelakaan kerja muncul akibat dari pekerja itu sendiri, seperti kurangnya kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja, kurangnya pengetahuan tentang keselamatan kerja. Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman, selamat dan nyaman, serta terbebas dari resiko bahaya yang mungkin timbul dan pada gilirannya perusahaan akan memperoleh pekerja yang sehat dan produktif (Depnaker RI, 2000).
JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
87
ISSN: 2088 – 8341
Pertimbangan diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang tercantum dalam Permenaker No. 05/MEN/1996 adalah: 1. Bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian besar disebabkan oleh faktor manusia dan sebagian kecil oleh faktor teknis 2. Bahwa untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses produksi dan lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu penerapan SMK3, 3. Bahwa dengan penerapan SMK3 dapat mengantisipasi hambatan teknis dalam era globalisasi perdagangan. Tahapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja meliputi 4 (empat) kegiatan yaitu: (1) perencanaan identifikasi bahaya, penilaian, pengendalian resiko; (2) perundang-undangan, seluruh undang-undang dan peraturanperaturan yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja; (3) tujuan/ sasaran manajemen, (4) indikator kerja. Keempat hal tersebut yang dituangkan dalam perencanaan SMK3 perusahaan (Tunggal I.W. dan Tunggal A.W., 1996). Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di sektor industri masih belum menunjukkan hasil yang diharapkan, hal ini terindikasi dari tingkat kecelakaan kerja yang relatif masih tinggi. Tingginya angka kecelakaan ini umumnya terjadi pada industri skala menengah dan kecil, sedangkan pada industri besar dan strategis lainnya pelaksanaan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja umumnya cukup baik dan angka kecelakaan relatif kecil karena didukung oleh kemampuan sumberdaya manusia dan dana yang tersedia. Agar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tidak terjadi, maka perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian yang efektif dan efisien melalui penerapan program K3 yang berkesinambungan. Namun pengendalian secara teknis tekhnologi pada sumber bahaya itu sendiri yang paling efektif (Siswanto, 2003). Sesuai dengan Pasal 2 Permenaker No.05/MEN/1996, tujuan dan sasaran penerapan SMK3 adalah menciptakan suatu sistem K3 di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Di Indonesia disadari bahwa pelanggaran tentang norma K3 masih sering ditemukan di lapangan. Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, sampai tahun 2013 di Indonesia tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja. Sementara, menurut data Internasional Labor Organization (ILO), di Indonesia rata-rata per tahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, sekitar 70 persen berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur hidup (Suara Pembaharuan: Ancaman Kecelakaan Kerja, 2013). Perusahaan yang beroperasi di Indonesia belum menerapkan program K3, hal ini dapat dilihat dari sekitar 169.000 perusahaan yang terdaftar, serta 25.000 perusahaan dengan jumlah karyawan di atas 100 88
JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
Syahrizal, dkk. : Analisis Strategis Penanggulangan Kecelakaan Kerja…
orang, ternyata yang meraih penghargaan zero accident hanya 66 atau 0.26% perusahaan (Santoso, Gempur., 2008). Kondisi nihil kecelakaan atau zero accident tidak dapat tercapai tanpa diiringi penerapan yang benar dan jujur terhadap Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, bahkan pada perusahaan yang mendapat sertifikat bendera emas masih terjadi kecelakaan (Tarigan, 2008). Menurut Heinrich HW & D. Peterson (1980) bahwa sekitar 80% kecelakaan kerja disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman (unsafe action) dan hanya 20% oleh kondisi yang tidak aman, sehingga pengendaliannya pun harus bertitik tolak dari perbuatan yang tidak aman dalam hal ini adalah perilaku manusia. PT. Tasik Raja, Kota Pinang yang merupakan salah satu perusahaan perkebunan dan pengolahan minyak kelapa sawit yang berlokasi di dearah Labuhan Batu, Sumatera Utara dan memperkerjakan lebih dari 1.200 orang karyawan. Sebagaimana perusahaan perkebunan lainna, PT. Tasik Raja, Kota Pinang berusaha untuk menekan agar tidak terjadi kecelakaan kerja (zero accident), seperti membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dimana panitia ini yang berusaha membuat program kesehatan dan keselamatan kerja karyawan guna menghindari dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Meskipun demikian, tetap saja terjadi kecelakaan kerja yang menimpa para pekerja, khususnya pemanen. Meskipun perusahaan sudah berdiri sejak tahun 1993, namun sayangnya kesadaran manajemen dalam membentuk manajemen keselamatan kerja baru diwujudkan pada tahun 2011, dimana pada tahun ini dibentuk team safety dibawah Departmen Environment Healthy and Safety (EHS). Data perusahaan mencatatkan tingkat kecelakaan kerja pada perusahaan tahun 2011-2012 sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1
No
1 2
Tahun
2011 2012
Jumlah Jam Jumlah Jam Kerja yang Kerja Hilang (setahun) (a) (b) 192 205
2,080 2,080
Jumlah Karyawan (c) 1,178 1,195
Rasio Kekerapan Cidera (d) = a x 1.000.000 bxc 78.36 82.48
Sumber: Data Perusahaan Tahun 2013 Pada tabel diatas menunjukkan Jumlah Jam Kerja yang Hilang, yaitu total jam kerja karyawan yang hilang akibat kecelekaan kerja. Perhitungan dimulai sesaat setelah karyawan mengalami kecelakaan yang dirawat di klinik perusahaan. Jumlah Jam Kerja setahun adalah jumlah jam kerja efektif dalam setahun yang telah ditentukan perusahaan, yaitu 2.080 jam. Sedangkan Rasio Kekerapan Cidera diperoleh Jumlah Jam Kerja yang Hilang dikali satu juta kemudian dibagi Jumlah JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
89
ISSN: 2088 – 8341
Karyawan dikali Jumlah Jam Kerja (Setahun). Rasio kekerapan cidera yang baik adalah nol atau nihil, dan ini yang harus dipertahankan oleh perusahaan selama minimal 3 (tiga) tahun atau satu juta jam kerja agar mereka bisa meraih sertifikat Zero Accident dari Mennakertrans cq. Dirjen Binawas melalui Pemda Kab./Kota setempat. Dari kesimpulan diatas kehilangan waktu bekerja (loss time) akibat kecelakaan kerja meningkat dari tahun 2011 ke tahun 2012, yakni sebesar 7%.. Lebih daripada itu bagaimana komitment perusahaan terhadap pemenuhan kriteria SMK3 agar dapat dicapat nihil kecelakaan kerja dan sertifikat bendera emas. Untuk itu perusahaan melalui team EHS harus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesadaran – baik manajemen maupun karyawan untuk pentingnya faktor keselamatan dalam bekerja. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis ingin mengangkat tema kecelakaan kerja di PT. Tasik Raja ke dalam gladi karya, dimana penulis ingin menganalisa strategi penerapan SMK3 di PT. Tasik Raja, Kota Pinang terhadap pekerja di perkebunan agar tercapai nihil kecelakaan kerja (zero accident). Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, terlihat bahwa usaha manajemen perusahaan untuk menekan angka kecelakaan kerja belum berhasil secara maksimal membuat nihil kecelakaan kerja, sehingga dirasa perlu untuk mengkaji apa penyebab terjadinya kecelakaan kerja dan bagaimana penerapan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja guna mencapai angka nihil kecelakaan kerja di PT. Tasik Raja, Kota Pinang. TINJAUAN TEORI Secara filosofi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur (Depnaker RI, 1993). Keselamatan dan kesehatan kerja ditinjau berdasarkan aspek secara yuridis adalah upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien. Peninjauan dari aspek teknis keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang disebut SMK 3 (Soemaryanto, 2002). K3 adalah upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien, jika ditinjau dari efek teknis K3 adalah ilmu pengetahuan dan
90
JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
Syahrizal, dkk. : Analisis Strategis Penanggulangan Kecelakaan Kerja…
penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Penerapan K3 dijabarkan kedalam sistem manajemen yang disebut SMK3 (Somaryanto, 2002). Tujuan dari upaya kesehatan kerja adalah untuk: 1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas. 2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. 3. Memelihara dan mempergunakan sumber produksi secara aman dan efisien (Suma’mur, 2009). Penyebab Kecelakaan Kerja Secara umum kecelakaan menurut Suma’mur (2009) disebabkan oleh: 1. Tindakan perbuatan manusia (unsafe human act). Menurut penelitian 85% kecelakaan terjadi disebabkan faktor manusia yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan ini dapat disebabkan oleh : a. Karena tidak tahu yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan dengan aman dan tidak tahu bahaya – bahaya yang ada. b. Karena tidak mampu/tidak bisa, yang bersangkutan telah mengetahui cara kerja aman dan bahaya yang ada, tetapi karena belum mampu dan kurang kurang terampil maka dia melakukan kesalahan. c. Walaupun telah mengetahui cara kerja dan peraturan-peraturan serta yang bersangkutan dapat melaksanakannya, tetapi karena tidak mau melaksanakannya maka terjadi kecelakaan. 2. Keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition) Kondisi tidak aman dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pekerja di lingkungan kerja seharusnya mematuhi aturan dari industrial hygiene, yang mengatur agar kondisi tempat kerja aman dan sehat. Setiap keadaan/faktor adalah penting artinya bagi terjadinya kecelakaan, tetapi serentetan peristiwa keseluruhan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Apabila sebab satu bagian dari rentetan peristiwa dihilangkan kecelakaan tidak akan terjadi. Kecelakaan diselidiki untuk maksud: a. Menentukan siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan. b. Mencegah terjadinya peristiwa serupa. Sedangkan menurut Benny dan Achmadi (1991) sebab kecelakaan kerja mengelompokkannya sebagai berikut: 1. Faktor Lingkungan Kerja (Work Environment) a. Faktor Kimia Disebabkan oleh bahan baku produksi, proses produksi dan hasil produksi suatu kegiatan usaha. Untuk golongan kimia dapat digolongkan kepada benda-benda mudah terbakar, mudah meledak dan lainnya. b. Faktor Fisik
JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
91
ISSN: 2088 – 8341
Misalnya penerangan yang cukup baik di luar ruangan maupun di dalam ruangan, panas kebisingan dan lainnya. c. Faktor Biologi Dapat berupa bakteri, jamur, mikroorganisme lain yang dihasilkan dari bahan baku proses produksi dan proses penyimpanan produksi, dapat juga berupa binatang-binatang pengganggu lainnya pada saat berada di lapangan atau kebun. d. Faktor Ergonomi Pemakaian atau penyediaan alat-alat kerja, apakah sudah sesuai dengan keselamatan kerja sehingga pekerja dapat merasakan kenyamanan saat bekerja. Ergonomi terutama dikhususkan sebagai perencanaan dari cara kerja yang baik meliputi tata cara bekerja dan peralatan. e. Faktor Psikologi Perlunya dibina hubungan yang baik antara sesama pekerja dalam lingkungan kerja, misalnya antara pimpinan dan bawahan. 2. Faktor Pekerjaan a. Jam Kerja Yang dimaksud jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat dan lamanya bekerja sehingga dengan adanya waktu istirahat ini dapat mengurangi kecelakaan kerja. b. Pergeseran Waktu Pergeseran waktu dari pagi, siang dan malam dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan akibat kerja. 3. Faktor Pekerja (human Factor) a. Umur Pekerja Penelitian dalam test refleks memberikan kesimpulan bahwa umur mempunyai pengaruh penting dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja. Ternyata golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan kecelakaan lebih rendah dibandingkan usia tua, karena mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi. Akan tetapi untuk jenis pekerjaan tertentu sering merupakan golongan pekerja dengan kasus kecelakaan kerja tinggi, mungkin hal ini disebabkan oleh karena kecerobohan atau kelalaian mereka terhadap pekerjaan yang dihadapinya. b. Pengalaman Bekerja Pengalaman bekerja sangat ditentukan oleh lamanya seseorang bekerja. Semakin lama dia bekerja maka semakin banyak pengalaman dalam bekerja. Pengalaman kerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Pengalaman kerja yang sedikit terutama di perusahaan yang mempunyai resiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja akan mengakibatkan besarnya kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. c. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan
92
JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
Syahrizal, dkk. : Analisis Strategis Penanggulangan Kecelakaan Kerja…
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan, demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek maupun teori termasuk diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindari terjadinya kecelakaan kerja. d. Lama Bekerja Lama bekerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini didasarkan pada lamanya seseorang bekerja akan mempengaruhi pengalaman kerjanya. e. Kelelahan Faktor kelelahan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau turunnya produktifitas kerja. Kelelahan adalah fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan fisiologis dalam tubuh. Kelelahan kan berakibat menurunnya kemampuan kerja dan kemampuan tubuh para pekerja. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dibutuhkan kebijakan dari manajemen perusahaan, sehingga sekali kebijakan telah ditetapkan akan menjadi pedoman pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam lingkungan perusahaan sampai diterbitkannya kebijakan lain yang menggantikan kebijakan terdahulu. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan komponen dasar kebijakan manajemen yang akan memberi arah bagi setiap pertimbangan yang menyangkut aspek operasional dari kualitas, volume dan hubungan kerja. Sistem Manajemen Kerja menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 1 menyatakan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Ini adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi Struktur Organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung-jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Guna tercapainya tempat kerja dan lingkungan kerja yang aman, efisien dan produktif. (Santoso, 2004). Peran manajemen dalam meminimalkan kecelakaan kerja sangat sentral. Frank E. Bird Petersen menyatakan bahwa usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktik dan kondisi di bawah standar merupakan JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
93
ISSN: 2088 – 8341
penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama kesalahan manajemen. I. Manajemen Kurang Kontrol II. Sumber
Penyebab Utama
III. Gejala
Penyebab langsung (praktek dibawah standar)
IV. Kontak
Peristiwa (kondisi di bawah standar)
V. Kerugian
Gangguan (tubuh maupun harta benda)
Gambar 2.1. Peran Manajemen dalam Meminimalkan Kecelakaan Sumber: Santoso (2004) Perilaku Selamat (Safety Behavior) Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat diamati secara langsung ataupun yang dapat diamati secara tidak langsung. Lingkungan merupakan kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Perilaku selamat merupakan segala yang dikerjakan oleh manusia atau dalam hal ini adalah tenaga kerja dalam rangka menciptakan keadaan selamat. Sistem manajemen K3 sebagai lingkungan mempengaruhi perkembangan perilaku selamat tenaga kerja. Perilaku aman merupakan suatu tindakan ketaatan pekerja dalam mengunakan alat pelindung diri sebagai pencegahan kecelakaan kerja. Dalam konteks ini tentu perilaku manusia dianalisis menurut pembagian klasik yang diberikan oleh Benjamin Bloom pada tahun 1908 yang mengembangkan perilaku ke dalam 3 (tiga) domain, yaitu: pengetahuan (cognitive), sikap (affective) dan tindakan (psychomotor). Terbentuknya suatu perilaku dimulai dengan pengetahuan, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi sehingga menimbulkan pengetahuan baru, selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap, akhirnya akan menimbulkan respon yang lebih jauh lagi berupa tindakan. Pengetahuan pekerja adalah segala sesuatu yang diketahui oleh pekerja mengenai pekerjaannya, baik melalui buku pedoman kerja, pimpinan atau bahkan yang diperolehnya sendiri melalui pengamatan atau media massa. Pengetahuan yang kurang mengenai pekerjaannya akan berpengaruh pada tindakan mereka dalam bekerja seperti tidak mematuhi prosedur kerja atau tidak memakai alat pelindung diri yang telah disediakan. Menurut Suma’mur ( 2009), perilaku selamat adalah tindakan mematuhi prosedur kerja yang telah dibuat oleh perusahaan. Dalam hal ini maka kebijakan
94
JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
Syahrizal, dkk. : Analisis Strategis Penanggulangan Kecelakaan Kerja…
K3 perusahaan bertujuan untuk merubah perilaku manusia agar mampu bertindak secara aman atau selamat. Guna meningkatkan dan memperluas kebijakan K3 maka dibuatlah program K3 dengan konsep pencegahan kecelakaan kerja. Pengawas berperan penting dalam mengembangkan perilaku selamat pada tenaga kerjanya melalui pelatihan dan praktek langsung oleh pengawas bagaimana berperilaku yang aman dan selamat dalam bekerja. METODOLOGI PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasional, yaitu jenis penelitian yang dilaksanakan dengan tujuan mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan (berkorelasi) dengan satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi (Sinulingga, 2011). Pemilihan dan penggunaan desain ini terkait dengan tujuan penelitian, yaitu untuk menjelaskan pengaruh dan pengujian hipotesis dengan menganalisis berbagai data di lapangan. Dalam konteks penelitian ini adalah untuk memperoleh fakta–fakta dari fenomena yang ada dan mencari keterangan–keterangan secara faktual tentang deskripsi faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Tasik Raja, Kota Pinang guna mencapai tingkat nihil kecelakaan kerja. Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan yang terdaftar di PT. Tasik Raja, Kota Pinang yang berjumlah lebih kurang 1.200 orang. Ukuran besarnya sampel digunakan dengan menggunakan rumus Slovin (Sinulingga, 2011) sebagai berikut:
Dimana : n = N = e =
ukuran sampel ukuran populasi nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (10%)
Atas dasar rumus tersebut, jumlah sampel yang ditetapkan dengan nilai kritis 10%, adalah adalah 92 orang karyawan PT. Tasik Raja, Kota Pinang. Sedangkan yang menjadi sampel penelitian adalah para karyawan yang terdaftar di buku personalia PT. Tasik Raja, Kota Pinang. Adapun metode dalam pengambilan sampel adalah simple random sampling dengan kriteria pengambilan sampel: 1. Merupakan karyawan tetap (minimal level SKU atau Syarat Ketentuan Umum) 2. Sudah bekerja minimal selama 1 (satu) tahun. Metode Analisis Data Hasil penelitian utama dalam penelitian dicapai dengan menggunakan analisa korelasi, yakni dengan menggunakan analisa regresi berganda (multiple regression analysis), sedangkan untuk melihat hubungan masing-masing faktor
JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
95
ISSN: 2088 – 8341
terhadap variable dependen digunakan analisa Uji t. yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 dimana: Y = Perilaku Selamat X1 a = konstanta X2 b = koefisien regresi X3
Adapun persamaan regresi
= Sosialisasi K3 = Pelatihan K3 = Pengawasan
Sedangkan untuk memperdalam hasil penelitian, penulis menggunakan analisis deskripsi terhadap data-data penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran sebab akibat dari suatu permasalahan. Disamping itu, penulis juga menggunakan analisis chi square digunakan untuk mendapatkan informasi objektif perihal penyebab kecelakaan kerja yang ditinjau dari faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja. Analisis Penerapan Manajemen Kecelakaan Kerja Berdasarkan hasil sebelumnya ditemukan bahwa Faktor Manusia dan Faktor Kerja memberikan sumbangan yang sama atau sama penting dalam menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja di PT. Tasik Raja, Kota Pinang. Pada subbab ini meninjau bagaimana upaya yang dilakukan manajemen dalam mengatasi dan mencegah kecelakaan kerja. Upaya manajemen dalam mengatasi dan mencegah kecelakaan kerja dilaksanakan secara simultan dan berkesinambungan. Hal ini tertuang menjadi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT. Tasik Raja, Kota Pinang. SMK3 yang telah dibentuk perusahaan pada tahun 2011 muncul atas kesadaran dan komitmen perusahaan bahwa kesehatan dan keselamatan sumber daya manusia sebagai bagian perusahaan merupakah hal penting dan menjadi prioritas utama. Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan perusahaan adalah mencapai profit yang sebaik-mungkin, dengan menghasilkan produk yang berkualitas. Tetapi produk yang dihasilkan juga melalui tahapan ketat dan memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan pekerja. SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Guna mencapai komitmen diatas, perusahaan merancang telah melakukan serangkaian kegiatan: Penetapan Kebijakan K3 Pada dasarnya manajemen sudah membuat komitmen mengenai pentingnya faktor kesehatan dan keselataman kerja di lingkungan PT. Tasik Raja, Kota Pinang. Hal ini dideklarasikan dalam “Kebijakan Perusahaan” tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan no dokumen: AEP/CP/07 (lihat dalam lampiran Penelitian). 96
JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
Syahrizal, dkk. : Analisis Strategis Penanggulangan Kecelakaan Kerja…
1. 2. 3.
4.
Dalam kebijakan ini, perusahaan berkomitmen untuk: Meningkatkan kesadaran dan memberikan pengertian bahwa kecelakaan kerja itu dapat dicegah Memberikan pengertian bahwa target utama perusahaan adalah “zero accident” Menjamin bahwa semua karyawan telah mengetahui dan dilatih untuk melaksanakan pekerjaannya sevara produktif, dengan cara yang aman, melalui pelatihan yang benar, instruksi pekerjaan yang tepat dan instruksi pemakaian peralatan yang tepat melalui pengawasan yang tepat terhadap semua karyawan. Menyediakan fasilitas, peralatam, perlengkapan keselamatan kerja yang layak dan memadai serta menjami akan digunakan secara tepat.
Meningkatkan perlindungan dan pelestarian lingkungan dalam segala aktivitas dan meminimumkan kerusahakan yang mungkin terjadi akibat aktivitas tersebut. Perencanaan K3 Dalam tahapan ini manajemen telah melaksanakan perencanaan K3 dengan melaksanakan hal sebagai berikut: 1. Melaksanakan identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Hal ini tertuang dalam SOP tentang “Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko” yang tertuang dalam dokumen no: AEP/SP/2/10/2.11 2. Menyiapkan SDM yang kompeten di bidangnya dan mengerti serta memahami prosedur K3. Hal ini diperoleh dengan cara proses rekrutmen dan atau melalui pembinaan terhadap karyawan Berdasarkan interview dengan Manajer SDM PT Tasik Raja, Kota Pinang ia menyatakan bahwa sistem penerimaan karyawan sudah diatur di dalam SOP tentang “Penerimaan Karyawan” yang tertuang dalam SOP No: AEP/SP/ HRD/01. Proses rekrutmen dilakukan berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki kandidat, berupa: aspek pengetahuan (pendidikan), aspek keterampilan (pengalaman bekerja) dan aspek sikap kerja (integritas). Manajer HR PT Tasik Raja, Kota Pinang selanjutnya menyatakan bahwa karyawan yang sudah lulus seleksi akan dilakukan pembinaan, baik Pembinaan operasional kerja maupun pengembangan kepribadian dan termasuk di dalamnya adalah pembinaan mengenai pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja, dimana hal ini bukan tanggung-jawab perusahaan semata, namun turut juga peran aktif karyawan untuk melaksanakannya. 3. Melibatkan serikat pekerja / buruh guna berkonsultasi terhadap kemungkinan resiko kecelakaan kerja yang terjadi.
JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
97
ISSN: 2088 – 8341
4. Menyiapkan SDM yang kompeten di bidangnya dan mengerti serta memahami prosedur K3. Hal ini diperoleh dengan cara proses rekrutmen dan atau melalui pembinaan terhadap karyawan Berdasarkan interview dengan Manajer SDM PT Tasik Raja, Kota Pinang ia menyatakan bahwa sistem penerimaan karyawan sudah diatur di dalam SOP tentang “Penerimaan Karyawan” yang tertuang dalam SOP No: AEP/SP/ HRD/01. Proses rekrutmen dilakukan berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki kandidat, berupa: aspek pengetahuan (pendidikan), aspek keterampilan (pengalaman bekerja) dan aspek sikap kerja (integritas). Manajer HR PT Tasik Raja, Kota Pinang selanjutnya menyatakan bahwa karyawan yang sudah lulus seleksi akan dilakukan pembinaan, baik Pembinaan operasional kerja maupun pengembangan kepribadian dan termasuk di dalamnya adalah pembinaan mengenai pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja, dimana hal ini bukan tanggung-jawab perusahaan semata, namun turut juga peran aktif karyawan untuk melaksanakannya. Melibatkan serikat pekerja/buruh guna berkonsultasi terhadap kemungkinan resiko kecelakaan kerja Pelaksanaan Rencana K3 Dalam tahapan ini manajemen telah melaksanakan berbagai perencanaan K3 sebagai berikut: 1. Menyusun Struktur Panitia Pembina K3 (P2K3) (Struktur terlampir). 2. Membentuk Environment, Health and Safety Departmen pada tahun 2011 dan menyediakan SDM yang kompeten melalui: 1) Rekrut kandidat yang paham tentang K3 terutama di perusahaan perkebunan. 2) Melatih karyawan yang sudah ada. Berdasarkan interview dengan Manajer EHS beliau menyatakan bahwa Departmen ini bertanggung-jawab terhadap pelaksanaan SMK3 di perusahaan, baik dari perencanaan, pelaksanaan, review dan pengambilan keputusan. Mereka juga sering melakukan sosialisasi baik secara formal maupun non formal guna mengingatkan kembali kepada karyawan betapa pentingnya memperhatikan faktor keselamatan dalam bekerja. Secara formal dilakukan melalui pelatihan dan atau briefing kepada karyawan dan seara non formal dilakukan dengan turun ke lapangan serta melaksanakan dialog bagi karyawan yang tidak perduli terhadap keselamatan bekerja. 3. Membuat Standard Operating Procedure (SOP) dan Work Instruction (WI) yang berkaitan dengan K3. 4. Melakukan sosialisasi dan komunikasi tentang K3 baik dalam lingkungan perusahaan maupun untuk kebutuhan eksternal perusahaan.
98
JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
Syahrizal, dkk. : Analisis Strategis Penanggulangan Kecelakaan Kerja…
5. Memenuhi kompetensi pekerja yang beroperasi berkaitan dengan work safety dan ketentuan dari pemerintah, antara lain pada tabel tabel 6.16. pada halaman 70 yang disimpulkan: 1) Terdapat 5 orang karyawan yang berperan dalam mengoperasikan boiler, namun hanya 1 orang yang sudah disertifikasi, sehingga butuh 4 orang lagi yang harus disertifikasi. 2) Terdapat 6 orang karyawan yang berperan sebagai tenaga welder (tukang las), namun hanya 1 orang yang sudah disertifikasi, sehingga butuh 5 orang lagi yang harus disertifikasi. Tabel Daftar Karyawan yang Butuh Sertifikasi No A. 01 02 03 04 05 B. 01 02 03 04 05 06 C. 01 D. 01 02 03 E. 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 F. 01
NAMA
UNIT KERJA
BEJANA UAP Eferedi Siregar PMKS Irfan Rambe PMKS Ilham Mujiarto PMKS Syahrial PMKS Jamri PMKS WELDER Sulman Purba PMKS Fajar Siddik Siregar PMKS Jumadi PMKS Andi Susanto PMKS Indra Sakti Hasibuan Estate MAULANA SAPUTRA Estate MEKANIK MOTOR M. Syukur PMKS LISTRIK Dedi Kurniawan PMKS Didik Andika Estate ERWIN SYAHPUTRA Estate OPERATOR ALAT BERAT Wagimin PMKS Sakri PMKS Dadi Estate Suhartono Estate Saring Estate Tonang Siregar Estate Ahmad Sunarto Estate Sutresno Estate SARA SIRAIT Estate M. NUH HARAHAP Estate SUADI Estate ZULPAN NASUTION Estate AHLI K3 M. Azri Estate
TMK
20.99.0055 20.99.0056 20.12.0123 30.98.0041 20.01.0092
30-Apr-99 24-May-99 30-Sep-12 09-Mar-98 03-Sep-01
Operator Boiler Helper Operator Boiler Helper Operator Boiler Operator Sterilizer Operator Sterilizer
√ -
√ √ √ √
20.93.0002 20.01.0087 20.05.0107 20.02.0104 30.96.0030 40.13.0295
11-Nov-93 17-Feb-01 14-Mar-05 17-Oct-02 1-Sep-00 5-Feb-13
Mandor Workshop Mekanik Las Mekanik Las Mekanik Las Mekanik Las TUKANG LAS
√ -
√ √ √ √ √
20.01.0094
3-Sep-01
Mekanik Motor
-
√
20.99.0059 30.12.0494 40.06.0082
17-Jun-99 Mandor Listrik Mekanik Listrik 5-Feb-13 MANDOR LISTRIK
√
√ √ -
√ √ -
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
-
30.90.0010 20.95.0006 30.01.0090 30.02.0123 30.04.0142 30.06.0230 30.07.0269
01-Feb-95 01-Nov-08 01-Mar-07 01-Nov-08 01-Nov-08 17-Jan-11
30.05.0216 40.92.0001
JABATAN
Sertifikasi Sudah Belum
NRP
Operator Bechoe Loader Supir Trukc Op. Vib. Compactor Op. M. Grader Op. EXC Hitachi Op. Backhoe Loader Op. Excavator 03 - 320 DL Op. Excavator 04 - 320 D OPERATOR EXCAVATOR OPERATOR EXCAVATOR OPR. BULDOZER D 6G OPERATOR EXCAVATOR
40.09.0117
16-Mar-92 01-Dec-99 05-Feb-93 05-Jan-07
30.90.0215
06-Mar-07 Opt. Safety
40.98.0008 30.93.0016
3) Terdapat 1 orang karyawan di bidang mekanik motor dan belum mendapat sertifikasi. 4) Terdapat 3 orang karyawan di bagian mekanik listrik, namun hanya 1 orang yang sudah disertifikasi, sehingga butuh 2 orang lagi yang harus disertifikasi. JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
99
ISSN: 2088 – 8341
5) Terdapat 12 orang karyawan yang berperan dalam mengoperasikan alat berat, namun hanya 2 orang yang sudah disertifikasi, sehingga butuh 10 orang lagi yang harus disertifikasi. 6) Terdapat 1 orang karyawan yang sudah mendapat sertifikasi AK3, namun hal ini kurang karena cakupan wilayah yang terdiri dari 2 estate dan 1 PMKS 6. Mendokumentasikan segala kegiatan yang berkaitan dengan K3. 7. Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasana K3, seperti lay-out ruangan (evacuation zone), Alat Pelindung Diri (APD), poster-poster dsb. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Dalam hal ini, usaha yang telah perusahaan lakukan antara lain: 1. Melakukan Pemeriksaan, Pengujian, dan Pengukuran Pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran ditetapkan dan dipelihara prosedurnya sesuai dengan tujuan dan sasaran K3 serta frekuensinya disesuaikan dengan obyek mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku. Prosedur pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran secara umum meliputi: 1) Melibatkan personil yang mempunyai pengalaman dan keahlian yang cukup 2) Catatan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang sedang berlangsung dipelihara dan tersedia bagi manajemen, tenaga kerja dan kontraktor kerja yang terkait; 3) Peralatan dan metode pengujian yang memadai digunakan untuk menjamin telah dipenuhinya standar K3; 4) Tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat ditemukan ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil pemeriksaan, pengujian dan pengukuran; 5) Penyelidikan yang memadai harus dilaksanakan untuk menemukan penyebab permasalahan dari suatu insiden; dan 6) Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang. 2. Audit Internal Audit internal SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui keefektifan penerapan SMK3. Audit SMK3 dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh personil yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang telah ditetapkan. Pelaksanaan audit internal menggunakan kriteria audit eksternal sebagaimana tercantum pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
100
JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
Syahrizal, dkk. : Analisis Strategis Penanggulangan Kecelakaan Kerja…
Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3 Untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan guna pencapaian tujuan SMK3, perusahaan harus melakukan tinjauan ulang terhadap penerapan SMK3 secara berkala; dan tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Namun, saat ini manajemen perusahaan masih mengakui bahwa poin 4 dan 5 belum maksimal dilaksanakan. Perusahaan masih belum melaksanakan Audit Internal untuk inspeksi penerapan SMK3, termasuk di dalamnya Audit mengenai kecelakaan kerja. Evaluasi Pada dasarnya perusahaan sudah melakukan beragam tindakan guna pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja, hanya saja upaya tersebut masih sebatas dokumen saja, yakni dengan melengkapi Kebijakan Perusahaan, Standard Operating Procedure (SOP), dan Work Instruction (WI), namun belum pada upaya yang lebih konkret. Hal ini dapat dilihat dengan kurangnya team safety yang berperan dalam mengawasi keseluruhan wilayah PT. Tasik Raja, Kota Pinang. Perusahaan juga masih terkendala pada sertifikasi karyawan, dimana prosedur sertifikasi ini sebagai salah satu upaya dalam memberikan bekal kepada karyawan bagaimana melakukan pekerjaan dengan benar sehingga bisa diperoleh hasil yang lebih produktif dan yang paling penting adalah upaya sertifikasi adalah bagian dari upaya untuk karyawan agar mereka bekerja safety. Perusahaan juga masih lalai dalam hal pemenuhan fasilitas keamanan, seperti penyediaan rambu-rambu yang baik, benar dan mudah dijangkau. APD yang masih belum terpenuhi keseluruhan. Sehingga perusahaan harus segera melengkapi kesemuanya guna bisa mencapai zero accident. Kriteria zero accident menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: PER-01/MEN/I/2007 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk perusahaan besar (skala usaha dengan jumlah karyawan lebih dari 100 orang) adalah: Tidak terjadi kecelakaan kerja berturut-turut selama 3 tahun atau telah mencapai 6 juta jam kerja tanpa kecelakaan kerja yang menghilangkan waktu kerja. Kriteria diatas, jika dibandingkan dengan kondisi yang terjadi saat ini masih sulit untuk dicapai, karena data selama 2 tahun berturut-turut, jumlah jam kerja yang hilang adalah 192 jam untuk tahun 2011 dan 205 jam untuk tahun 2012. Perusahaan harus lebih fokus dan menyiapkan segalanya (tidak hanya biaya) untuk bisa mencapai hal ini. Hal yang perlu dibenahi dan disiapkan pada 6M, yakni: 1. Machine
JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
101
ISSN: 2088 – 8341
2.
3.
4.
5.
6.
Yakni fokus pada penanganan bagaiman menciptakan dan merekayasa mesin yang aman dioperasikan bagi manusia Method Yakni bagaimana menerapkan metode-metode agar Kecelakaan Kerja tidak terjadi kembali Material Yakni bagaimana upaya rekaya materi yang tidak berbahaya, ataupun substitusi materi yang lebih aman bagi manusia dan lingkungan Man Power Bagaimana upaya memberikan bekal kepada karyawan, yang dimulai dari membangun kesadaran (awareness), pengetahuan tentang safety, keterampilan bekerja yang aman dan mengawasi agar selalu bekerja sesuai dengan prosedur keamanan. Measurement Bagaimana mengukur dan mengevaluasi kinerja selama ini. Monitoring ini perlu, agar upaya menjaga nihil kecelakaan kerja dapat terjadi. Milieu / Mother Nature Atau faktor lingkungan, bagaimana menjaga kualitas lingkungan kerja yang aman dan nyaman.
Pada dasarnya keseluruhan tindakan diatas, sesuai dengan hasil dalam penelitian ini sudah penulis paparkan bagaimana perusahaan bisa menjaganya dengan upaya menjaga siklus Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja berikut:
Gambar 6.6. Siklus SMK3 Sumber: Peraturan Pemerintah No 50 tentang Penerapan SMK3
102
JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
Syahrizal, dkk. : Analisis Strategis Penanggulangan Kecelakaan Kerja…
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan rumusan tujuan permasalahan penelitian dan uraian hasil penelitian, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan penerapan sistem Manajemen K3 berpengaruh positif terhadap Perilaku Keselamatan, hal ini sesuai dengan hasil uji statistik bahwa nilai Fhitung = 37,146 lebih besar dari Ftabel = 2,71 dengan kata lain jika perusahaan ingin menggapai zero accident dengan menumbuhkan kesadaran berperilaku selamat (safety behavior), maka perusahaan perlu menerapkan sistem Manajemen K3 secara menyeluruh dan komprehensif. 2. Ditinjau dari komponen sistem Manajemen K3, yaitu Sosialisasi K3, Pelatihan K3 dan Pengawasan juga berpengaruh positif terhadap Perilaku Keselamatan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Uji t masing-masing komponen (thitung X1= 2.456; thitung X2 = 2,753 dan thitung X3 = 2,883) lebih besar dari ttabel = 1,67). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan juga menaruh perhatian yang baik terhadap masing-masing variabel guna menggapai kesadaran karyawan untuk berperilaku selamat (safety behavior) sehingga dapat mencapai zero accident. 3. Secara statistik tidak ditemukan perbedaan penyebab faktor kecelakaan kerja antara Faktor Lingkungan dan Faktor Manusia, dimana nilai Pearson ChiSquare (dengan df = 1 dan α = 0.05, maka Xtabel > Xhitung (2,71 > 0,079) 4. Adapun rumusan strategis – disusun berdasarkan Analisa SWOT – yang dapat dievaluasi perusahaan dalam meraih zero accident adalah: SO Strategy yang dapat dilakukan manajemen perusahaan adalah: a. Mandor selalu mengingatkan dan kontrol langsung terhadap penggunaan APD b. Manajemen diberikan wawasan untuk investasi untuk safety ST Strategy yang dapat dilakukan manajemen perusahaan adalah: a. Manajemen untuk segera melengkapi aturan yang berkaitan dengan safety b. Manajemen penting untuk berinvestasi, daripada mereka harus mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi ke depannya WO Strategy yang dapat dilakukan manajemen perusahaan adalah: a. Penambahan karyawan yang ahli K3 b. Mencari informasi bagaimana mengatasi masalah biaya yang besar WT Strategy yang dapat dilakukan manajemen perusahaan adalah: a. Komitmen dari manajemenuntuk patuh kepada hukum/peraturan yang berlaku di Indonesia Saran 1. Sesuai pelatihan dan sosialisasi yang telah diberikan kepada karyawan tentang kesehatan dan keselamatan kerja maka Manajemen Perusahaan perlu meningJURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
103
ISSN: 2088 – 8341
katkan safety behavior melalui kompetisi innovation challenge yang berhubungan dengan K3, terutama yang berkaitan dengan 6M (Machine, Method, Man Power, Measurement, dan Mother Nature). 2. Manajemen perusahaan harus menganalisa biaya investasi guna melengkapi standar SMK3, meskipun diawal kelihatan besar tetapi dampak dari permasalahan ini seperti Teori Gunung Es-nya Herzberg, dimana jika dilihat secara permukaan dampaknya tidak besar, tetapi jika terus menerus dibiarkan, ini akan meledak sehingga menyebabkan biaya yang besar, jauh melebihi biaya investasi untuk K3. 3. Manajemen perlu memasukkan SMK3 sebagai salah satu strategi operasional (proses bisnis internal) ke dalam Corporate Strategy sehingga strategi ini akan diturunkan (cascading) ke seluruh level pemangku jabatan, mulai dari Top Level Management hingga ke karyawan tingkat paling bawah (SKU), dan ini menjadi bagian dari Key Performance Indicator karyawan, divisi/department dan perusahaan (Corporate), sehingga kita bisa tahu bagaimana proses kendali (control process) dan mengukur keberhasilan penerapan SMK3. DAFTAR PUSTAKA Ancaman Kecelakaan Kerja di Indonesia Masih Tinggi (Rabu, 9 Oktober 2013). Artikel Online: http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/ ancaman-kecelakaan-kerja-di-indonesia-masih-tinggi/43132 Angkat, Sahrial, 2008, Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bangunan Perusahaan X. Tesis. Medan: Sumatera Utara. Priatna, Benny L. dan Umar Fahmi Achmadi, 1991, Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Sektor Informal. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia, Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Heinrich, H. W., Petersen, D., & Roos, N. 1980. Industrial Accident Prevention A Safety Management Approach. New York: McGraw-Hill Notoatmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
104
JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
Syahrizal, dkk. : Analisis Strategis Penanggulangan Kecelakaan Kerja…
Santoso, Gempur, 2004, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Silalahi, Bennet NB. 1995, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Sinulingga, Sukarya, 2011, Metodologi Penelitian. Medan: Universitas Sumatera Utara Press. Siswanto, Sastrohardiwiryo, 2003, Manajemen Tenaga Kerja Industri, Jakarta: Bumi Aksara. Somad, Ismet, 2013, Teknik Efektif dalam Membudayakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Suma’mur, PK., 2009, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: CV. Haji Masagung. Tarigan, Zamaan, 2008, Analisis Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Tanjung Medan PTPN V Provinsi Riau, (Tesis. Universitas Sumatera Utara), Medan: Tidak diterbitkan. Tunggal, S.W., 1996, Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan Baru di Indonesia, Jakarta: Penerbit Harvarindo. Jakarta. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992. Yustini, Cut Neifa, 2009, Gambaran Kecelakaan Kerja di PT. Socfindo Kebun Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2008. (Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara), Tidak Diterbitkan.
JURNAL AL – IRSYAD Vol. V, No. 1, Januari – Juni 2015
105