ANALISIS RASIO PADA LAPORAN KEUANGAN PT DELTA DJAKARTA TAHUN 2012-2017
RESUME UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Analisis Laporan Keuangan yang dibina oleh Bapak Yuli Soesetio, Soeseti o, S.E., M.M.
Oleh Kelompok 4 Adelia Romadhanti Candra Dharmawan W.P. Chois Nuril Faizza Devita Ivo Sukma Sanditriyoga Hasmoro W. Siska Rizki Fatmala
(160413602021) (160413602021) (160413602030) (160413602030) (160413600303) (160413600303) (160413600323) (160413600323) (160413602039) (160413602039) (150413602473) (150413602473)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN Mei 2018
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi, neraca, meliputi, neraca, laporan laporan laba rugi komprehensif, laporan komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan berupa laporan arus kas atau atau laporan arus dana, dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban, aset, kewajiban,dan dan ekuitas. ekuitas. Sedangkan Sedangkan unsur yang
berkaitan
dengan
pengukuran
kinereja
dalam laporan
laba
rugi adalah penghasilan adalah penghasilan dan beban. dan beban. Laporan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca. neraca. Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun, laporan lapora n keuangan tidak menyediakan semua s emua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Analisis Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisa yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data perbandingan masing-masing pos yang terdapat di laporan keuangan seperti Laporan Neraca, Rugi Rugi / Laba, dan Arus Kas dalam periode tertentu. Setiap tutup periode akhir bulan bulan biasanya accounting menyiapakan dan menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Neraca, Rugi Laba, Arus Kas, Perubahan Modal, dan Laporan tersebut diserahkan ke pimpinan perusahaan.
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut ini tujuan dari penyusunan makalah. 1. Untuk memaparkan profil singkat PT. Delta Djakarta Tbk. 2. Untuk menjelaskan tentang reklasifikasi laporan keuangan keuangan PT. Delta Djakarta Tbk. 3. Untuk menjelaskan tentang analisis akun dalam laporan keuangan PT. Delta Djakarta Tbk. 4. Untuk menjelaskan tentang analisis rasio keuangan PT. Delta Djakarta Tbk.
BAB II PEMBAHASAN
Berdasarkan tujuan penulisan dalam masalah yang telah dirumuskan pada pendahuluan, pembahasan masalah akan menyajikan menyajikan tentang: (1) profil profil PT. Delta Djakarta Tbk. (2) rumus analisis rasio (3) reklasifikasi laporan keuangan PT. Delta Djakarta Tbk. , (4) analisis akun dalam laporan keuangan PT. Delta Djakarta Tbk. dan (5) analisis rasio keuangan PT. Delta Djakarta Tbk. (6) common size PT. Delta Djakarta Tbk. (7) Sistem DU Pont PT Delta Djakarta Tbk. Paparan lebih lanjut sebagai berikut:
(1) PROFIL PT. DELTA DJAKARTA TBK. Delta Djakarta Tbk (DLTA) didirikan (DLTA) didirikan tanggal 15 Juni 1970 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1933. Kantor pusat DLTA dan pabriknya berlokasi di Jalan Inspeksi Tarum Barat, Bekasi Timur – Timur – Jawa Jawa Barat. Pabrik “Anker Bir” didirikan didiri kan pada tahun 1932 dengan nama Archipel Brouwerij. Dalam per kembangannya, kepemilikan dari pabrik ini telah mengalami beberapa kali perubahan hingga berbentuk PT Delta Djakarta pada tahun 1970. DLTA merupakan salah satu anggota dari San Miguel Group, Filipina. Induk usaha DLTA adalah San Miguel Malaysia Mala ysia (L) Private Limited, Malaysia. Mala ysia. Sedangkan Induk usaha utama DLTA adalah Top Frontier Investment Holdings, Inc, berkedudukan di Filipina. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Delta Djakarta Tbk, antara la in: San Miguel Malaysia (L) Pte. Ltd (pengendali) (58,33%) dan Pemda DKI Jakarta (23,34%). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DLTA yaitu terutama untuk memproduksi dan menjual bir pilsener dan bir hitam dengan merek “Anker”, “Carlsberg”, “San Miguel”, “San Mig Light” dan “Kuda Putih”. DLTA juga memproduksi dan menjual produk minuman non-alkohol non- alkohol dengan merek “Sodaku”. Pada tahun 1984, DLTA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham DLTA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 347.400 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp2.950,- per saham. Sahamsaham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Februari 1984.
(2) RUMUS ANALISIS RASIO 1. Rasio Profitabilitas Rasio atau perbandingan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari pendapatan (earning) terkait penjualan, asset dan ekuitas berdasarkan dasar pengukuran tertentu. *https://www.google.co.id/amp/s/dosenakuntansi.com/rasio-profitabilitas/amp a. RETURN ON ASSETS (ROA) Return on Assets merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau total as set sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola asetnya bisa terlihat dari persentase rasio ini. Net Income ROA = Total Assets *Murhadi, W.R. 2015. Analisis Laporan Keuangan Proyeksi dan Valuasi Saham. Jakarta : Salemba Empat b. RETURN ON TOTAL ASSETS (ROTA) Return on Total Asset merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau total asset, akan tetapi yang dilihat sebagai acuannya bukan net income melainkan EBIT. Sama halnya ROA, ROTA juga mengukur tingkat efisiensi suatu perusahaan mengelola asetnya. EBIT ROTA = Total Assets *www.investopedia.com/terms/return_on_total_assets.asp c. RETURN ON EQUITY (ROE) Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham perusahaan tersebut. Return on equity menunjukkan seberapa berhasil perusahaan mengelola modalnya (net worth) sehingga tingkat keuntungan diukur dari i nvestasi pemilik modal atau pemegang saham perusahaan. ROE yaitu rentabilitas modal sendiri atau yang disebut rentabilitas usaha. Net Income ROE = Total Equity *Murhadi, W.R. 2015. Analisis Laporan Keuangan Proyeksi dan Valuasi Saham. Jakarta : Salemba Empat d. NET PROFIT MARGIN MARGIN (NPM) Net Profit Margin merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba bersih yang didapat setelah dikurangi pajak terhadap penjualan. Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.
NPM =
EAT
NET SALES *ilmumanajemenindustr.com/pengertian-net-profit-margin-marjin-laba-bersihrumus-npm/ e. GROSS PROFIT MARGIN (GPM) Marjin Laba Kotor merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba kotor terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan. Gross profit margin mengukur efisiensi perhitungan harga pokok atau biaya produksi. Semakin besar gross profit margin semakin baik (efisien) kegiatan operasional perusahaan yang menunjukkan harga pokok penjualan lebih rendah daripada penjualan (sales) yang berguna untuk audit operasional. operasional. Gross Profit GPM = Net Sales *Murhadi, W.R. 2015. Analisis Laporan Keuangan Proyeksi dan Valuasi Saham. Jakarta : Salemba Empat f. OPERATING MARGIN (OM) / RETURN ON SALES (ROS) Return on Sales merupakan rasio profitabilitas yang menampilkan tingkat keuntungan perusahaan setelah pembayaran biaya-biaya variabel produksi seperti upah pekerja, bahan baku dan lain-lain sebelum dikurangi pajak dan bunga. Rasio ini menunjukan tingkat keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan yang juga disebut Marjin Operasional. EBIT OM atau atau ROS ROS = Net Sales *Murhadi, W.R. 2015. Analisis Laporan Keuangan Proyeksi dan Valuasi Saham. Jakarta : Salemba Empat g. RETURN ON INVESTMEN (ROI) ROI (Return on Invesment) mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dengan jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil/rendah rasio ini semakin tidak baik, demikian juga sebaliknya. EAT ROI = Total Assets *dosenakuntansi.com/rasio-profitabilitas/ 2. Rasio Leverage / Rasio Solvabilitas Rasio keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. *https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-rasio-solvabilitas-rasio-leverage jenisnya/
a. DEBT TO TOTAL ASSETS RATIO (DAR) Debt to Total Assets Ratio digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva peusahaan dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. = *http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-rasio-solvabilitas-jenis.html b. DEBT TO TOTAL EQUITY RATIO (DER) Debt to Equity Ratio atau adalah rasio yang membandingkan jumlah hutang terhadap ekuitas. Semakin tinggi DER maka diasumsikan perusahaan memiliki resiko yang semakin tinggi terhadap likuiditas perusahaannya = *http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-rasio-solvabilitas-jenis.html c. LONG TERM DEBT TO EQUITY RATIO (LTDER) Long Term Debt to Equity adalah rasio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Ketika rasio relatif tinggi hal ini menunjukkan bahwa bisnis berada pada risiko kebangkrutan yang lebih besar. = *http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-rasio-solvabilitas-jenis.html d. TIMES INTEREST EARNED RATIO (TIER) Times Interest Earned Ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan perusahaan dalam membayar atau menutupi beban bunga di masa depan. Pada perusahaan ini, time interest earned ratio tidak dicantumkan pada laporan keuangan, hal ini dikarenakan times interest earned perusahaan terlalu kecil dan tidak mempengaruhi laporan keuangan perusahaan itu sendiri. = *https://dosenakuntansi.com/macam-macam-rasio-leverage e. LONG TERM DEBT TO NON CURRENT ASSET (LTDNCA) Long Term Debt to Non Current Asset Asse t menunjukkan perbandingan hutang jangka panjang aktiva selain aktiva lancar. = *http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-rasio-solvabilitas-jenis.html
f. TANGIBLE TANGIBLE ASSETS DEBT COVARAGE (TDAC) Tangible Assets Debt Covarage (TDAC) digunakan untuk mengetahui rasio antara aktiva tetap berwujud dengan hutang jangka panjang. Semakin tinggi rasio ini semakin besar jaminan yang ada dan kreditor jangka panjang semakin aman atau terjamin dan semakin besar kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman. = *http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-rasio-solvabilitas-jenis.html g. CURRENT LIABILITIES TO NET WORTH (CLNW) Current Liabilities to Net Worth menunjukkan rasio antara hutang lancar dengan modal sendiri. Semakin kecil rasio ini semakin baik, sebab modal sendiri yang ada diperusahaan semakin besar untuk menjamin hutang lancar yang ada pada perusahaan. = *http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-rasio-solvabilitas-jenis.html 3. Rasio Likuiditas Rasio yang menunjukkan kemampuan pengelola perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau hutang jangka pendeknya. *https://ardra/biz/ekonomi/ekonomi-keuangan-manajemen-keuangan-/analisis-rasiokeuangan-perusahaan/analisis-rasio-keuangan-likuiditas-liquidity-ratio/ a. CURRENT RATIO (CR) Current Ratio digunakan untuk menilai kecukupan aktiva lancar perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendek atau utang lancarnya yang dipakai dalam perhitungan akuntansi sesuai jenis sesuai jenis jenis laporan keuangan. Tingginya keuangan. Tingginya tingkat rasio harus dikhawatirkan, hal itu terjadi mungkin akibat aktiva tidak digunakan secara efektif oleh perusahaan. Jika tingkat rasio rendah menunjukkan bahwa aktiva telah digunakan secara efektif, namun berbahaya berbaha ya bagi keberlangsungan kegiatan operasional. Saldo kas harus dibuat sesuai dengan tingginya tingkat perputaran piutang dan persediaan supaya sumber daya tidak dipakai secara sia-sia. = *http://digilib.unila.ac.id/7171/16/BAB%20II.pdf b. QUICK RATIO (QR) Quick Ratio dipakai untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan memakai aktiva lancar, namun tanpa persediaan karena persediaan butuh waktu lama untuk diubah menjadi uang dibandingkan aset lainnya. Quick asset meliputi piutang dan surat-surat berharga. Semakin besar nilai rasio maka kondisi perusahaan semakin baik. −
*http://digilib.unila.ac.id/7171/16/BAB%20II.pdf c. CASH RATIO Cash Ratio digunakan untuk mengukur ketersediaan uang kas untuk melunasi kewajiban (utang) jangka pendek. Uang kas bisa berbentuk rekening giro. Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas dibandingkan dengan total aktiva lancar. Semakin besar rasionya akan semakin baik s ehingga perusahaan bisa melunasi utang sesuai jatuh tempo atau sebelum jatuh tempo. + = *http://eprints.polsri.ac.id/2628/3/BAB%20II.pdf d. WORKING CAPITAL TO TOTAL ASSETS (WCTA) Working Capital to Total Assets menunjukkan menilai likuiditas dengan menghitung total aktiva dan posisi modal kerja. Semakin besar rasio ini semakin baik, begitu juga sebaliknya. − = *https://jarcomsys.wordpress.com/2009/10/28/analisis-rasio-keuangan/ 4. Rasio Pasar Rasio ini digunakan untuk mengukur harga pasar saham perusahaan, relatif terhadap nilai bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih ban yak berdasar pada sudut pandang investor ataupun calon investor, meskipun pihak manajemen, juga berkepentingan rasio ini. *http://nissaoke.blogspot.co.id/2014/05/rasio-solvabilitas-profitabilitas-dan.html a. EARNING PER SHARE (EPS) EPS biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajemen. EPS menunjukan menunjukan jumlah uang yang yang dihasilkan (return) dari seti lembar saham. Semakin besar nilai EPS semakin besar keuntungan yang diterima pemegang saham. = ℎ ℎ *http://nissaoke.blogspot.co.id/2014/05/rasio-solvabilitas-profitabilitas-dan.html b. PRICE EARNING RATIO (PER) PER menunjukan berapa banyak investor bersedia me mbayar untuk tiap rupiah dari laba yang dilaporkan. ℎ = ℎ *http://nissaoke.blogspot.co.id/2014/05/rasio-solvabilitas-profitabilitas-dan.html
c. DIVIDEND YIELD RATIO (DYR) DYR merupakan sebagian dari total return yang return yang akan diperoleh investor. Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali. Kemudian karena perusahaan dengan prospek yang tinggi akan mempunyai harga pasar saham yang tinggi, yang berarti pembaginya tinggi, maka dividend yield untuk perusahaan macam ini akan cenderung lebih rendah. = ℎ *http://nissaoke.blogspot.co.id/2014/05/rasio-solvabilitas-profitabilitas-dan.html d. DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan. = *http://nissaoke.blogspot.co.id/2014/05/rasio-solvabilitas-profitabilitas-dan.html e. BOOK VALUE PER SHARE (BVPS) BVPS digunakan untuk melihat seberapa besar nilai buku per saham perusahaan yang layak dihargai oleh investor dan pelaku pasar. = ℎ ℎ *http://www.sahamgain.com/2017/04/cara-menghitung-nilai-buku-persaham.html f. PRICE TO BOOK VALUE RATIO (PBVR) Rasio ini menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini, semakin besar tambahan kekayaan (wealth) yang dinikmati oleh pemilik pemilik perusahaan. ℎ
*http://ekonomibersama.blogspot.co.id/2011/04/rasio-nilai-pasar.html
(3) REKLASIFIKASI LAPORAN KEUANGAN PT DELTA DJAKARTA TBK 2012-2017 KASUS PT DELTA DJAKARTA TAHUN 2012 – 2017 2017 PT DELTA DJAKARTA TBK NERACA Keterangan
2012
2013
2014
2015
2016
2017
AKTIVA
AL Kas dan setara kas Piutang
290.769.171
435,356,011
415,161,151 415,161,151
496,286,321
658,665,614
845,324,146
197.569.587
120,891,620
214,319,994
181,290,870
180,610,661
158,142,998
Persediaan
106.065.078
171,744,931
193,300,072
181,162,743
183,868,498
178,863,917
Lain-lain
36.929.385
20,118,441
31,394,927
43,266,899
24,988,924
24,245,128
JUMLAH AL AT
631.333.221
748,111,003
854,176,144
902,006,833
1,048,133,697
1,206,576,189
Tanah
6.249.640
6,249,640
6,249,640
6,249,640
6,249,640
6,249,640
Prasarana
758.797
707,886
747,502
1,736,107
1,639,583
1,760,194
Gedung
18.549.637
17,730,328
18,308,207
17,106,907
17,952,264
16,944,242
Mesin dan peralatan Perlengkapa n Kendaraan
40.480.162
43,351,291
44,853,094
44,385,932
42,114,881
37,470,649
3.227.653
2,311,454
1,845,783
1,850,495
1,847,473
2,673,488
1.411.170
1,875,607
3,250,811
2,110,333
2,209,182
1,880,182
Lain-lain
43.296.555
46,703,593
62,515,953
62,875,669
75,222,155
62,858,711
JUMLAH AT JUMLAH AKTIVA
113.973.614
118,929,799
137,770,990
136,315,083
149,662,953
134,266,576
745.306.835
867,040,802
991,947,134
1,038,321,916
1,197,796,650
1,340,842,765
93.159.462
158,990,741
190,952,635
140,419,495
137,842,096
139,684,908
27.175.770
31,492,068
36,521,246
48,280,940
47,580,546
56,512,464
147.095.322
190,482,809
227,473,881
188,700,435
185,422,642
196,197,372
598.211.513
676,557,993
764,473,253
849,621,481
1,012,374,00 8
PASIVA
HUTANG Hutang Usaha Hutang jangka pendek Hutang Jangka panjang JUMLAH HUTANG EKUITAS
26.760.090
1,144,645,393
JUMLAH HUTANG & EKUITAS
745,306,835
2012
867,040,802
991,947,134
1,038,321,916
1,197,796,65 0
1,340,842,765
2016 20 16
2017
PT DELTA DJAKARTA TBK LAPORAN LABA RUGI 2013 2014 2015
Laba Operasi Laba Kotor
282,087,008
6,250,813
357,086,157
226,257,899
294,018,074
331,604,416
517,387,587
60,526,448
617,506,248
466,353,551
540,881,980
574,271,361
EBIT
287,505,070
358,395,988
379,518,812
250,197,742
327,047,654
369,021,853
EAT
213,421,077
270,498,062
288,073,432
192,045,199
254,509,268
279,772,635
248,441,252
PT DELTA DJAKARTA TBK LAPORAN ARUS KAS 348,712,041 164,246,813 246,625,414
259,851,506
342,202,126
16,510,661
13,835,698
38,031,012
10,022,026
37,684
11,675,086
187,830,906
191,869,037
144,831,127
156,878,293
96,034,454
143,868,508
Arus Kas Operasi Arus Kas Investasi Arus Kas Pendanaan
(4) ANALISIS AKUN DALAM LAPORAN KEUANGAN PT DELTA DJ AKARTA TBK 2012-2017 1) Analisis Akun dalam Laporan Keuangan PT. Delta Djakarta Analisis :
KAS DAN SET SETARA ARA KAS
NAIK TAJAM
Rp900,000,000 Rp800,000,000 Rp700,000,000 Rp600,000,000 Rp500,000,000 Rp400,000,000 Rp300,000,000 Rp200,000,000 Rp100,000,000 Rp2012
2013
2014
2015
2016
2017
Kondisi kas dan dan setara kas pada perusahaan PT. Delta Djakarta ini mengalami fluktuatif. Tertinggi pada tahun 2017 artinya pada tahun itu perusahaan mempunyai banyak cadangan kas. Namun mengalami penurunan pada tahun 2014 dikarenakan perusahaan melakukan kegiatan akuisisi penuh terhadap suatu perusahaan yang sebagian besar
dananya berasal dari kas. kondisi ini semakin membaik karena pada tahun selanjutnya menandakan bahwa saat kas mengalami kenaikan artinya terjadi peningkatan penjualan pada tahun tersebut dan sebaliknya. 2) Piutang
PIUTANG Rp250000000.0
STAGNAN
Rp200000000.0
Rp150000000.0
Rp100000000.0
Rp50000000.0
Rp2012
2013
2014
2015
2016
2017
Analisis : Kondisi piutang pada perusahaan PT Delta Djakarta ini mengalami keadaan yang stagnan. Tertinggi pada tahun 2014 artinya pada tahun itu perusahaan mempunyai banyak piutang. jika ji ka piutang perusahaan terlalu tinggi dikhawatirkan banyak piutang yang tak tertagih yang mengakibatkan kerugian. Namun mengalami penurunan pada tahun 2013 artinya ada sebagian mitra yang telah membayar piutangnya. Trend pada piutang cenderung stagnan dari tahun ke tahun. Kondisi pada tahun 2013 terendah karena segala bentuk pinjaman telah t elah dialokasikan untuk pengembangan perusahaan. 3) Persediaan
PERSEDIAAN NAIK LANDAI
Rp250000000.0 Rp200000000.0 Rp150000000.0 Rp100000000.0 Rp50000000.0 Rp2012
2013
2014
2015
2016
2017
Analisis : Kondisi persediaan pada perusahaan PT. Delta Djakarta ini mengalami fluktuatif. Tertinggi pada tahun 2014 artinya pada tahun itu perusahaan mempunyai banyak persediaan. Jika persediaan perusahaan terlalu tinggi dikhawatirkan dikhawatirkan banyak persediaan yang diam yang mengakibatkan kerugian. kerugian. namun mengalami penurunan penurunan yang tinggi pada tahun 2012 artinya perputaran persediaan perusahaan berjalan dengan baik. baik. Trend pada persediaan cenderung mengalami naik landai. Hal ini disebabkan karena perusahaan menetapkan penyisihan untuk nilai realisasi neto persediaan berdasarkan hasil penelaahan berkala atas kondisi fisik dan nilai realisasi neto persediaan.
4) Total Aktiva
TOTAL AKTIVA Rp1600000000.0
NAIK TAJAM
Rp1400000000.0 Rp1200000000.0 Rp1000000000.0 Rp800000000.0 Rp600000000.0 Rp400000000.0 Rp200000000.0 Rp2012
2013
2014
2015
2016
2017
Analisis : Pada PT. Delta Djakarta ini total aktiva mengalami peningkatan yang sangat tajam dimana tertinggi pada tahun 2017 artinya artinya perusahaan harus mampu mampu mengelola aktiva tetap agar dapat bekerja melakukan kegiatan operasi perusahaan efisien. Namun jika perusahaan tidak mampu mengelola aktivanya maka akan terjadi penurunan kinerja yang akan berakibat pada penurunan laba. Kondisi trend pada total aktiva ini dapat diaktakan naik tajam. Pada tahun 2017 kondisi naik tajam diakibatkan karena adanya pengelolaan yang maksimal dari asettetap berupa pemeliharaan tanah dan bangunan. bangunan.
5) Hutang dagang
HUTANG USAHA Rp50000000.0
STAGNAN
Rp45000000.0 Rp40000000.0 Rp35000000.0 Rp30000000.0 Rp25000000.0 Rp20000000.0 Rp15000000.0 Rp10000000.0 Rp5000000.0 Rp2012
2013
2014
2015
2016
2017
Analisis : Pada akun utang dagang yang dimiliki oleh PT. Delta Djakarta ini mengalami pergerakan yang stagnan. Pada tahun 2013 dan 2015 mengalami kenaikan Artinya perusahaan tidak mekwelsmbayar secara tunai. Hal ini sesuai dengan kas yang pada 2013 dan 2015 mengalami kenaikan. Trend pada hutang dagang ini cenderung stagnan. Karena sifat dari hubungan dan transaksi antara kelompok usaha dengan pihak-pihak berelasi, utang usaha tidak dijamin,tidak dikenakan bunga dan umumnya mempunyai syarat pembayaran antara 7 hari sampai dengan 60 hari.
6) Hutang jangka pendek
HUTANG HUT ANG JANGKA PENDEK Rp180000000.0 Rp160000000.0
STAGNAN
Rp140000000.0 Rp120000000.0 Rp100000000.0 Rp80000000.0 Rp60000000.0 Rp40000000.0 Rp20000000.0 Rp2012
2013
2014
2015
2016
2017
Analisis : Hutang jangka pendek pada perusahaan ini cenderung mengalami kenaikan. tertinggi pada tahun 2014 dan terendah pada tahun 2012 dan 2015. Artinya banyak kegiatan operasi perusahaan yang dibiayai oleh utang jangka pendek. perusahaan harus mampu mengelola utang jangka pendek dengan baik karena ini berhubungan dengan likuiditas perusahaan. Trend pada utang jangka pendek ini cenderung dalam keadaan stagnan. Karena perusahaan memiliki pinjaman untuk modal kerja yang seimbang.
7) Hutang jangka panjang
HUTANG JANGKA PANJANG Rp60000000.0 Rp50000000.0 Rp40000000.0
NAIK TAJAM
Rp30000000.0 Rp20000000.0 Rp10000000.0 Rp2012
2013
2014
2015
2016
2017
Analisis : Hutang jangka panjang ini mengalami kenaikan artinya banyak kegiatan perusahaan yang dibiayai oleh utang jangka panjang. Perusahaan harus mampu mengelola utang jangka panjangnya agar perusahaan tidak sampai mengalami kebangkrutan. Namun hutang yang tinggi dapat memperkecil pajak yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Trend pada hutang jangka panjang ini cenderung mengalami kenaikan yang sangat tajam. Trend ini dikarenakan perusahaan menawarkan obligasi tanpa hak konversi dengan tingkat suku bunga tetap.
8) Ekuitas
EKUITAS Rp1400000000.0
NAIK TAJAM
Rp1200000000.0 Rp1000000000.0 Rp800000000.0 Rp600000000.0 Rp400000000.0 Rp200000000.0 Rp2012
2013
2014
2015
2016
2017
Analisis : Pemodalan dalam PT. Delta Djakrat ini tertinggi pada tahun 2017, dan terendah pada tahun 2012. Pemodalan dalam perusahaan ini dapat dikatakan baik jika modal tersebut dikelolah dengan baik. Trend pada akun ekuitas ini cenderung mengalami kenaikan yang tajam. Hal ini dapat dilihat dari penjualan yang semakin tahun semakin naik. Pemodalan mengalami kenaikan yang sangat tajam. Karena pada saat itu perusahaan menglami akuisisi.
9) Laba Operasi
LABA OPERASI Rp400000000.0
STAGNAN
Rp350000000.0 Rp300000000.0 Rp250000000.0 Rp200000000.0 Rp150000000.0 Rp100000000.0 Rp50000000.0 Rp2012
2013
2014
2015
2016
2017
Analisis : Laba operasi trendnya mengalami kenaikan yang stagnan. Tertinggi pada tahun 2014 dan terendah pada tahun 2015 penurunan ini harus segera diatasi dengan memperkecil beban biaya. jika laba perusahaan semakin tinggi artinya ada kinerja yang baik yang dilakukan oleh perusahaan. Pada tahun 2016 meningkat dikarenakan manajemen memantau hasil operasi dari unit usahanya secara terpisah guna keperluan pengambilan keputusan mengenai alokasi sumber daya dan penilaian kinerja.
10) EAT
E AT NAIK LANDAI
Rp350000000.0 Rp300000000.0 Rp250000000.0 Rp200000000.0 Rp150000000.0 Rp100000000.0 Rp50000000.0 Rp2012
2013
2014
2015
2016
2017
Analisis : Laba bersih ini cenderung mengalami kenaikan yang cenderung landai. Tertinggi pada tahun 2014 dan terendah pada tahun 2015. Laba bersih ini nantinya juga akan berpengaruh pada ROE. Namun perlu diingat bahwa laba bersih bukanlah segalagalanya artinya jikapun laba bersih tinggi namun bukan berasal dari kegiatan utama perusahaan dapat dikatakan kurang berhasil dan sebaliknya. Pada Pada tahun 2017 2017 melonjak karena pada saat itu perusahaan belum memiliki tagihan pajak yang tinggi dan hutang jangka panjang yang banyak. banyak.
11) Laba Kotor
LABA KO KOTOR TOR Rp700000000.0
STAGNAN
Rp600000000.0 Rp500000000.0 Rp400000000.0 Rp300000000.0 Rp200000000.0 Rp100000000.0 Rp2012
2013
2014
2015
2016
2017
Analisis : Laba kotor ini cenderung stagnan, tertinggi terjadi pada tahun 2014 dan terendah pada tahun 2015. Laba kotor ini bergerak naik turun yang dipengaruhi oleh penjualan dimana penjualan tersebut masih memiliki biaya lain yang harus diatnggung oleh hasil penjualan. Trend pada laba kotor ini cenderung stagnan.
Kesimpulan :
Jadi, kesimpulan dari analisis trend pada PT . Delta Djakarta mengalami peningkatan yang cenderung stagnan dari setiap akunnya. Hal i ni dikarekan PT. Delta Djakarta yang mempunyai anak usaha dibidang yang sama. PT. Delta Djakarta ini bergerak dibidang minuman bir yang penghasilannya akan cenderung stagnan di setiap tahunnya. (5) ANALISIS RASIO LAPORAN KEUANGAN PT DELTA DJAKARTA TBK 2012-2017 a. ANALISIS PROFITABILITAS 1) ROA 2012 NET INCOME TOTAL ASSET
2013
2014
2015
Rp 213.421.077
Rp 270.498.062
Rp 288.073.432
Rp
Rp 745.306.835
Rp 867.040.802
Rp 991.947.134
Rp 1.038.321.916
0,286353307
0,311978469
0,290412082
192.045.199
0,184957282
2016 Rp
254.509.268
Rp 1.197.796.650
2017 Rp
279.772.635
Rp 1.340.842.765
0,212481199
*Murhadi, W.R. 2015. Analisis 2015. Analisis Laporan Keuangan Proyeksi dan Valuasi Saham. Saham . Jakarta : Salemba Empat
Pada PT Delta Djakarta, trend dari rasio ROA memperlihatkan nilai yang cenderung menurun beberapa tahun terakhir. Meskipun ada peningkatan tetapi
0,20865432
peningkatan tersebut tidak begitu signifikan. Dilihat dari tahun 2014 yang berada pada nilai 0.29 atau 29% dan turun pada tahun 2015 pada nilai 0.184 atau 18.4% yang kemudian naik pada tahun 2016 dengan nilai 0.212 atau 21.2%. Kemungkinan hal tersebut diakibatkan oleh nilai net income yang tidak berubah begitu drastis tiap tahunnya dan sebaliknya jumlah asset mengalami peningkatan yang yang cukup tajam tiap tahunnya. tahunnya. Akan tetapi rata2 ROA dari tahun 2012-2017 bisa dibilang baik yaitu kurang lebih 24.85% tetapi perlu dibandingkan dengan perusahaan serupa untuk meihat tingkat baik tidaknya kinerja dari perusahaan. Penurunan yang terjadi di tahun 2015 diakibatkan karena munculnya undang-undang yang melarang penjualan minuman beralkohol di beberapa tempat tertentu.
2) ROTA 2012 Rp 287.505.070 Rp 745.306.835
EBIT TOTAL ASSET
0,385753969
2013 Rp 358.395.988 Rp 867.040.802 0,413355389
2014
2015
2016
Rp 379.518.812 Rp 991.947.134
Rp 250.197.742 Rp 1.038.321.916
Rp 1.197.796.650
0,382599837
0,240963557
0,245465767
Rp
294.018.074
2017 Rp
369.021.853
Rp 1.340.842.765 0,275216351
*www.investopedia.com/terms/return_on_total_assets.asp
Dalam trend yang ditunjukkan oleh gambar tersebut PT Delta Djakarta cenderung mengalami penurunan kualitas efisiensi pengelolaan aset mereka, meskipun menggunakan EBIT nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan nilai ROA. Dengan menurunnya secara drastis pada tahun 2014 ke 2015 dan naik kembali secara tidak signifikan pada tahun 2016, memperlihatkan kualitas yang cukup tidak baik pada sisi rasio ROTA.
3) ROE 2012 NET INCOME TOTAL EQUITY
Rp 213.421.077 Rp 598.211.513
2013 Rp 270.498.062 Rp 676.557.993
2014 Rp 288.073.432 Rp 764.473.253
2015
2016
Rp 192.045.199 Rp 849.621.481
Rp 254.509.268 Rp 1.012.374.008
0,356765245 0,399815041 0,376826044 0,226036186 0,251398461 *Murhadi, W.R. 2015. Analisis Laporan Keuangan Proyeksi dan Valuasi Saham. Jakarta : Salemba Empat
2017 Rp 279.772.635 Rp 1.144.645.393 0,244418609
Dalam trend yang ditunjukkan tersebut sama halnya dengan ROA dan ROTA, ROE cenderung mengalami penurunan daripada kenaikkan. Hal itu disebabkan dengan Net income mengalami peningkatan yang tidak drastis bahkan mengalami penurunan tajam pada tahun 2015 dan sebaliknya investasi dari pemegang saham cenderung naik dari tahun ke tahun. Hal tersebut terse but yang menyebabkan nilai ROE cenderung menurun.
4) NPM 2012 Rp 213.421.077 Rp 719.951.793
EAT NET SALES
2013
2014
Rp 270.498.062 Rp 867.066.542
Rp 288.073.432 Rp 879.253.383
2015 Rp 192.045.199 Rp 699.506.819
0,29643801 0,311969208 0,327634147 0,274543712 *ilmumanajemenindustr.com/pengertian-net-profit-margin-marjin-laba-bersihrumus-npm/
2016 Rp 254.509.268 Rp 774.968.268
2017 Rp 279.772.635 Rp 777.308.328
0,328412502
0,359924916
Dilihat dari trend NPM PT Delta Djakarta tersebut dapat dikatakan rasio NPM dari perusahaan cukup baik. Pada 2012-2017 2012-2017 hanya mengalami penurunan satu kali kali dengan nilai 0.27 pada tahun 2015 diakibatkan penurunan EAT pada tahun tersebut dan selebihnya perusahaan mengalami kenaikan dan nilai nya selalu diatas 0.3. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat penjualan perusahaan sangat baik dan menghasilkan laba yang baik pula. 5) GPM 2012 GROSS PROFIT NET SALES
Rp 517.387.587 Rp 719.951.793
2013 Rp 605.264.448 Rp 867.066.542
2014 Rp 617.506.248 Rp 879.253.383
2015 Rp 466.353.551 Rp 699.506.819
2016
2017
Rp 540.881.980 Rp 774.968.268
Rp 574.271.361 Rp 777.308.328
0,718641987 0,698059974 0,702307503 0,666689071 0,697940809 *Murhadi, W.R. 2015. Analisis Laporan Keuangan Proyeksi dan Valuasi Saham. Jakarta : Salemba Empat
0,738794813
Dilihat dari trend GPM PT Delta Djakarta tersebut dapat dikatakan rasio GPM dari perusahaan cukup baik. Pada 2012-2017 mengalami penurunan yang lumayan hanya satu kali dengan nilai 0.66 pada tahun 2015 diakibatkan penurunan GPM pada tahun tersebut dan selebihnya perusahaan mengalami kenaikan dan nilai nya selalu diatas 0.66. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan operasi perusahaan yang semakin baik. 6) OM/ROS 2012 EBIT NET SALES
Rp 287.505.070 Rp 719.951.793
2013 Rp 358.395.988 Rp 867.066.542
2014 Rp 379.518.812 Rp 879.253.383
2015 Rp 250.197.742 Rp 699.506.819
2016 Rp 294.018.074 Rp 774.968.268
0,399339335 0,413343118 0,431637591 0,357677345 0,379393694 *Murhadi, W.R. 2015. Analisis Laporan Keuangan Proyeksi dan Valuasi Saham. Jakarta : Salemba Empat
2017 Rp 369.021.853 Rp 777.308.328 0,474743213
Dari trend tersebut dapat dilihat bahwa rasio tersebut cukup baik dengan cenderung meningkatnya nilai rasio pada tahun 2012-2017. Meskipun begitu, pada tahun 2015 mengalami penurunan yang cukup tajam yang mempengaruhi rata-rata r asio pada tahun
2012-2017. Akan tetapi dengan melihat trend yang cenderung naik dari tahun ke tahun tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penjualan perusahaan masih memperoleh laba yang baik dilihat dari sisi nilai laba EBIT. 7) ROI 2012 EAT TOTAL ASSET
Rp 213.421.077 Rp 745.306.835 0,286353307
2013 Rp 270.498.062 Rp 867.040.802 0,311978469
2014 Rp 288.073.432 Rp 991.947.134
2015
2016
Rp 192.045.199 Rp 1.038.321.916
Rp 254.509.268 Rp 1.197.796.650
0,184957282
0,212481199
0,290412082
2017 Rp 279.772.635 Rp 1.340.842.765 0,20865432
*dosenakuntansi.com/rasio-profitabilitas/
Dari trend tersebut dapat dilihat bahwa rasio cenderung menurun seperti sebelumya. Hal ini terjadi karena sama dengan halnya ROA, dimana nilai EAT hanya mengalami kenaikan yang tidak begitu signifikan akan tetapi nilai dari total aktiva meningkat dengan sangat tinggi tiap tahunnya. Dengan begini perusahaan bisa dibilang masih bisa memanfaatkan aktivanya dengan optimal. b. Analisis Rasio Leverage 1) Trend DAR 2012 TOTAL DEBT TOTAL ASSET
2013
Rp Rp 147,095,322 190,482,809 Rp Rp 745,306,835 867,040,802 0.1973621 0.219693016
2014
2015
2016
2017
Rp 227,473,881 Rp 991,947,134 0.229320569
Rp 188,700,435 Rp 1,038,321,916 0.181735965 0.181735965
Rp 185,422,642 Rp 1,197,796,650 0.154803106
Rp 196,197,372 Rp 1,340,842,765 0.146323922
*http://www.landasanteori.com *http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-ra /2015/07/pengertian-rasio-solvabilitassio-solvabilitas jenis.html
Debt to Total Assets Ratio digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva peusahaan dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Pada grafik di atas menunjukkan trend Debt to Equity Ratio yang cenderung menurun. Pada tahun 2012 dimana trend DAR sebesar 0,19% yang kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2013 menjadi 0,21% dan di tahun 2014 sebesar 0,22%. Namun hal tersebut tidak bertahan lama, terbukti pada tahun 2014-2017 yang terus-menerus mengalami penurunan hingga menjadi 0,014%. Hal ini berarti bahwa jumlah pinjaman modal yang yang digunakan untuk investasi perusahaan perusahaan semakin kecil. 2) Trend DER 2012
2013
2014
2015
2016
2017
TOTAL DEBT EQUITY
Rp 147.095.322 Rp 598.211.513
Rp 190.482.809 Rp 676.557.993
Rp 227.473.881 Rp 764.473.253
Rp 188.700.435 Rp 849.621.481
0,245891827 0,281546905 0,297556363 *http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-rasiosolvabilitas-jenis.html
Rp 185.422.642 Rp 1.012.374.008
0,222099416
Rp 196.197.372 Rp 1.144.645.393
0,183156265
0,171404501
Debt to Equity Ratio atau adalah rasio yang membandingkan jumlah hutang terhadap ekuitas. Semakin tinggi DER maka diasumsikan perusahaan memiliki resiko yang semakin tinggi terhadap likuiditas perusahaannya Pada grafik di atas, terlihat bahwa trend DAR perusahaan cenderung turun. Dapat dilihat bahwa kenaikan yang terjadi pada tahun 2012-2014 tidak begitu besar, namun pada tahun 2014 dimana DAR sebesar 0,29% kemudian terus-menerus turun hingga tahun 2017 sebesar 0,17%. Penurunan yang terjadi bisa dibilang cukup besar, hal ini berarti bahwa resiko perusahaan terhadap likuiditas semakin kecil. 3) Trend LTDER 2012 LONG TERM DEBT EQUITY
Rp 27.175.770 Rp 598.211.513
2013 Rp 31.492.068 Rp 676.557.993
2014 Rp 36.521.246 Rp 764.473.253
0,045428363 0,046547478 0,047773085 *http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-rasiosolvabilitas-jenis.html
2015 Rp 48.280.940 Rp 849.621.481 0,056826412
2016 Rp 47.580.546 Rp 1.012.374.008
2017 Rp 56.512.464 Rp 1.144.645.393
0,04699898
0,049371154
Long Term Debt to Equity adalah rasio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Ketika rasio relatif tinggi hal ini menunjukkan bahwa bisnis berada pada risiko kebangkrutan yang lebih besar. Pada grafik di atas menunjukkan bahwa rasio LTDE perusahaan mengalami kenaikan pada tahun 2015 sebesar 0,05%, tetapi dapat diturunkan kembali pada tahun 2016 menjadi 0,04%. 4) Trend Times Interest Earned Ratio 2012 EBIT INTEREST EXPENSE
Rp 287.505.070
#DIV/0!
2013 Rp 358.395.988
#DIV/0!
2014 Rp 379.518.812
#DIV/0!
2015
2016
2017
Rp 250.197.742
Rp 327.047.654
Rp 369.021.853
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
Trend Times Interest Earned Ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar atau menutupi beban bunga di masa depan. Pada perusahaan ini, time interest earned ratio tidak dicantumkan pada laporan
keuangan, hal ini dikarenakan times interest earned perusahaan terlalu kecil dan tidak mempengaruhi laporan keuangan perusahaan itu sendiri.
5) Trend Long Term Debt to Non Current Asset (LTDNCA) 2012 LONG TERM DEBT NON CURRENT ASSET
2013
2014
2015
2016
2017
Rp 27.175.770
Rp 31.492.068
Rp 36.521.246
Rp 48.280.940
Rp 47.580.546
Rp 56.512.464
Rp 113.973.614
Rp 118.929.799
Rp 137.770.990
Rp 136.315.083
Rp 149.662.953
Rp 134.266.576
0,238439136 0,264795436 0,265086619 *http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-rasiosolvabilitas-jenis.html
0,354186338
0,317917995
0,420897484
Long Term Debt to Non Current Asset menunjukkan perbandingan hutang jangka panjang aktiva selain aktiva lancar. pada grafik di atas terlihat bahwa rasio LTDNCA perusahaan cenderung mengalami kenaikan. Kenaikan yang cukup besar terjadi pada tahun 2016 sebesar 0,31% menjadi 0,42% pada tahun 2017. Hal ini berarti bahwa per usahaan secara progresif menjadi lebih bergantung terhadap hutang untuk menumbuhkan bisnisnya. 6) Trend Tangible Assets Debt Covarage (TDAC) 2012 FIXED ASSET LONG TERM DEBT
Rp 95.121.198 Rp 27.175.770
2013 Rp 93.078.878 Rp 31.492.068
2014 Rp 113.596.416 Rp 36.521.246
3,500220895 2,955629271 3,110420055 *http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-rasiosolvabilitas-jenis.html
2015 Rp 105.314.440 Rp 48.280.940 2,18128396
2016 Rp 96.275.498 Rp 47.580.546 2,023421463
2017 Rp 89.978.944 Rp 56.512.464 1,59219644
Tangible Assets Debt Covarage (TDAC) digunakan untuk mengetahui rasio antara aktiva tetap berwujud dengan hutang jangka panjang. Semakin tinggi rasio ini semakin besar jaminan yang ada dan kreditor jangka panjang semakin aman atau terjamin dan semakin besar kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman. Pada grafik di atas, terlihat bahwa TDAC perusahaan mengalami penurunan secara terus-menerus pada tahun 2012 sebesar 3,5% hingga pada tahun 2017 sebesar 1,5%. Ini berarti bahwa kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman semakin menurun. 7) Trend Current Liabilities to Net Worth (CLNW) 2012
2013
2014
2015
2016
2017
CURRENT LIABILITIES EQUITY
Rp 119.919.552 Rp 598.211.513
Rp 158.990.741 Rp 676.557.993
Rp 190.952.635 Rp 764.473.253
Rp 140.419.495 Rp 849.621.481
0,200463464 0,234999427 0,249783278 *http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-rasiosolvabilitas-jenis.html
0,165273005
Rp 137.842.096 Rp 1.012.374.008
Rp 139.684.908 Rp 1.144.645.393
0,136157285
0,122033347
Current Liabilities to Net Worth menunjukkan rasio antara hutang lancar dengan modal sendiri. Semakin kecil rasio ini semakin baik, sebab modal sendiri yang ada diperusahaan semakin besar untuk menjamin hutang lancar yang ada pada perusahaan. Pada grafik diatas terlihat bahwa CNLW perusahaan cenderung mengalami penurunan pada tahun 2014 sebesar 0,24% 0,24% menjadi 0,12% pada tahun 2017. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2014 hingga 2017 modal sendiri perusahaan semakin besar sehingga dapat menjamin hutang lancar yang ada di perusahaan. c. ANALISIS RASIO LIKUIDITAS 1) CR 2012 AKTIVA LANCAR HUTANG LANCAR
2013 Rp 748.111.003 Rp 158.990.741
Rp 631.333.221 Rp 119.919.552 5,264639589
4,705374654
2014 Rp 858.313.129 Rp 195.089.619
2015 Rp 902.006.833 Rp 140.419.495
2016 Rp 1.048.133.697 Rp 137.842.096
4,399583809
6,423658147
7,603872311
2017 Rp 1.206.576.189 Rp 139.684.908 8,637842171
*http://digilib.unila.ac.id/7171/16/BAB%20II.pdf
Pada grafik di atas menunjukkan trend CR yang cenderung meningkat. Pada tahun 2017 adalah titik tertinggi diantara tahun-tahun yang lain. Ini harus dikhawatirkan sebab penggunaan aktiva tidak digunakan secara efektif oleh perusahaan. 2) QR 2012 AKTIVA LANCARPERSEDIAAN
Rp 479.247.208
HUTANG LANCAR
Rp 119.919.552 3,996405924
2013 Rp 576.366.072 Rp 158.990.741
2014 Rp 656.739.087 Rp 190.952.635
3,625154952
3,439277426
2015 Rp
720.844.090
Rp
140.419.495 5,133504361
2016 Rp 864.265.199 Rp 137.842.096 6,269965592
2017 Rp 1.027.712.272 Rp 139.684.908 7,35736084
*http://digilib.unila.ac.id/7171/16/BAB%20II.pdf
Pada grafik di atas, terlihat bahwa trend QR perusahaan cenderung meningkat dari tahun 2014-2017. Peningkatan yang lumayan baik ini menandakan bahwa kondisi perusahaan semakin baik.
KAS + SETARA KAS
2012
2013
Rp 290.769.171
Rp 433.776.477
2014 Rp 415.161.151
2015 Rp
494.886.246
2016 Rp 658.665.614
2017 Rp
845.324.146
HUTANG LANCAR
Rp 119.919.552
Rp 158.990.741
Rp 190.952.635
2,424701945
2,72831282
2,174157749
Rp
140.419.495
Rp 137.842.096
3,524341446
4,778406837
Rp
139.684.908 6,051649803
*http://eprints.polsri.ac.id/2628/3/BAB%20II.pdf
3) CASH RATIO Pada grafik di atas menunjukkan bahwa Cash ratio perusahaan mengalami kenaikan pada tahun 2014-2017, hal ini berarti bahwa kondisi perusahaan mampu untuk melunasi hutang-hutangnya sesuai atau bahkan sebelum jatuh tempo.
4) WCTA 2012
2013
AKTIVA LANCARHUTANG LANCAR
2014
Rp 522.377.136
Rp 589.120.262
Rp
663.223.510 663.223.510
TOTAL AKTIVA
Rp 745.306.835
Rp 867.040.802
Rp
0,700888696 0,679460829 *https://jarcomsys.wordpress.com/2009/10/28/analisis-rasiokeuangan/
997.443.167
2015 Rp 761.587.338 Rp 1.038.321.916
2016 Rp 910.291.601 Rp 1.340.842.765
2017 Rp 894.004.649 Rp 1.197.796.650
0,664923609
0,733479017
0,678895113
0,746374311
Terlihat pada grafik bahwa WCTA perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan. Tahun 2014 ada pada titik 0,66 dan tahun 2016 ada pada titik 0,67. Di tahun 2017 rasio tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin baik.
NO A
AKUN AKTIVA LANCAR Kas dan Setara kas
Piutang Persediaan Lain-lain TOTAL B
TAHUN 2012
Rp 290.769.171 Rp 197.569.587 Rp 106.065.078 Rp 36.929.385 Rp631.333.221
2013
Rp 435.356.011 Rp 120.891.620 Rp 171.744.931 Rp 20.118.441 Rp748.111.003 Rp748.111.003
2014
Rp 45.161.151 Rp 214.319.994 Rp 193.300.072 Rp 401.394.927 Rp854.176.144 Rp854.176.144
2015 2 015
Rp 496.286.321 Rp 181.290.870 Rp 181.162.743 Rp
43.266.899
Rp902.006.833 Rp902.006.833
2016
2017
Rp 658.665.614 Rp 180.610.661 Rp 183.868.498 Rp 24.988.924
Rp 845.324.146 Rp 158.142.998 Rp 178.863.917 Rp 24.245.128
Rp1.048.133.697 Rp1.048.133.697
Rp1.206.576.189 Rp1.206.576.189
Rp 6.249.640 Rp 1.639.583 Rp 17.952.264 Rp 42.114.881 Rp 1.847.476
Rp 6.249.640 Rp 1.760.194 Rp 16.944.242 Rp 37.470.649 Rp 2.673.488
AKTIVA TETAP
Tanah Prasarana Gedung Mesin dan peralatan Perlengkapan
Rp 6.249.640 Rp 758.797 Rp 18.549.637 Rp 40.480.162 Rp 3.227.653
Rp 6.249.640 Rp 707.886 Rp 17.730.328 Rp 43.351.291 Rp 2.311.454
Rp 6.249.640 Rp 747.502 Rp 18.308.207 Rp 44.853.094 Rp 1.845.783
Rp
6.249.640
Rp
1.736.107
Rp
17.106.907
Rp
44.385.932
Rp
1.850.495
Lain-lain
Rp 1.411.170 Rp 43.296.555
TOTAL
Rp113.973.614 Rp113.973.614
Rp118.929.799 Rp118.929.799
Rp137.770.990 Rp137.770.990
Rp136.315.083 Rp136.315.083
Rp149.662.953 Rp149.662.953
Rp134.266.576 Rp134.266.576
TOTAL AKTIVA
Rp745.306.835 Rp745.306.835
Rp867.040.802 Rp867.040.802
Rp991.947.134 Rp991.947.134
Rp1.038.321.916 Rp1.038.321.916
Rp1.197.796.650 Rp1.197.796.650
Rp1.340.842.765 Rp1.340.842.765
2016
2017
Kendaraan
Rp 1.875.607 Rp 46.703.593
Rp 3.250.811 Rp 62.515.953
Rp
2.110.333
Rp
62.875.669
Rp 2.209.182 Rp 77.649.927
Rp 1.880.182 Rp 67.288.181
(6) COMMON SIZE PT DELTA DJAKARTA TBK
C
2012
HUTANG
Hutang Usaha Hutang jangka pendek Hutang Jangka panjang Ekuitas TOTAL
2013
Rp 26.760.090 Rp 93.159.462 Rp 27.175.770 Rp 598.211.513
Rp 44.666.958 Rp 114.323.783 Rp 31.492.068 Rp 676.557.993
Rp745.306.835
Rp867.040.802
AKUN AKTIVA LANCAR Kas dan Setara kas
2014 Rp
2015
32.567.481
Rp Rp
44.310.467
Rp
29.442.223
Rp
34.997.310
Rp 158.385.154
Rp
96.109.028
Rp
108.399.873
Rp
104.687.598
Rp
Rp Rp
48.280.940
Rp
47.580.546
Rp
56.512.464
36.521.246
Rp 764.473.253 Rp991.947.134
2012
Rp 849.621.481
Rp 1.012.374.008
Rp 1.144.645.393
Rp1.038.321.916
Rp1.197.796.650
Rp1.340.842.765
TAHUN COMMON SIZE 2013 2014 2015 2016
2017
39,01%
50,21%
41,85%
47,80%
54,99%
63,04%
Piutang Persediaan Lain-lain
26,51%
13,94%
21,61%
17,46%
15,08%
11,79%
14,23%
19,81%
19,49%
17,45%
15,35%
13,34%
4,95%
2,32%
3,16%
4,17%
2,09%
1,81%
TOTAL
84,71%
86,28%
86,11%
86,87%
87,51%
89,99%
0,84%
0,72%
0,63%
0,60%
0,52%
0,47%
0,10%
0,08%
0,08%
0,17%
0,14%
0,13%
2,49%
2,04%
1,85%
1,65%
1,50%
1,26%
5,43%
5,00%
4,52%
4,27%
3,52%
2,79%
0,43%
0,27%
0,19%
0,18%
0,15%
0,20%
0,19%
0,22%
0,33%
0,20%
0,18%
0,14%
5,81%
5,39%
6,30%
6,06%
6,48%
5,02%
15,29%
13,72%
13,89%
13,13%
12,49%
10,01%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
4%
5%
3%
4%
2%
3%
12%
13%
16%
9%
9%
8%
4%
4%
4%
5%
4%
4%
AKTIVA TETAP
Tanah Prasarana Gedung Mesin dan peralatan Perlengkapan Kendaraan Lain-lain TOTAL TOTAL AKTIVA HUTANG
Hutang Usaha Hutang jangka pendek Hutang Jangka panjang
Ekuitas
80% 100%
TOTAL
78% 100%
77% 100%
82% 100%
85%
85%
100%
100%
(7) SISTEM DUPONT Analisis DU Pont PT Delta Djakarta Tbk Tahun 2012
Penjualan = R 719. 719.95 951. 1.79 793 3 Dikurangi Laba setelah Pajak = Rp 213.421.077
Total Biaya yang dikeluarkan
= Rp. 506.530.716 % Laba
Dibagi
Bersih = 29,64%
Penjualan = Rp 719.951.793
ROI (Return on Investment )
Dikali
= 28,63%
Penjualan
719.95 951. 1.79 793 3 = R 719. Total Aset Turnover
Total Aset Lancar
Dibagi
Rp 631.333.221
= 96,59803%
Total Aset
ROE Dikali
= Rp 745.306.835
Ditambah
35,67%
Total Aktiva Tetap
= Rp. 113.973.614
Equity = Rp 598.211.513
Total Aset = Rp 745.306.835
Long Term Debt = Rp 27.175.770
Total Liabilitas = Rp. 147.095.322
Equity Multipier = 124,6%
Ditambah
Ditambah
Dibagi Current Liabilities = Rp 119.919.552
Analisis DU pont PT Delta Djakarta Tbk Tahun 2013 Penjualan = R 867. 867.06 066. 6.54 542 2 Dikurangi
Laba setelah Pajak = Rp 270.498.062
Total Biaya yang dikeluarkan
= Rp. 596.568.480 % Laba
Dibagi
Bersih = 31,19%
Penjualan = Rp 867.066.542
ROI (Return on Investment )
Dikali
= 31,19%
Penjualan
867.06 066. 6.54 542 2 = R 867. Total Aset Turnover
Total Aset Lancar
Dibagi
Rp 748.111.003
= 100,00297%
Total Aset
ROE Dikali
= Rp 867.040.802
Ditambah
39,98%
Total Aktiva Tetap
= Rp. 118.929.799
Equity = Rp 676.557.993
Total Aset = Rp 867.040.802
Long Term Debt = Rp 31.492.068
Total Liabilitas = Rp. 190.482.809
Equity Multipier = 128,15%
Ditambah
Ditambah
Dibagi Current Liabilities = Rp 158.990.741
Equity = Rp676.557.993
Analisis DU Pont PT. Delta Djakarta Tbk Tahun 2014 Penjualan = R 879. 879.25 253. 3.38 383 3 Dikurangi Laba setelah Pajak = Rp 288.073.432
Total Biaya yang dikeluarkan
= Rp. 591.179.951 % Laba
Dibagi
Bersih = 32,76%
Penjualan = Rp 879.253.383
ROI (Return on Investment )
Dikali
= 29,04%
Penjualan
879.25 253. 3.38 383 3 = R 879. Total Aset Turnover
Total Aset Lancar
Dibagi
Rp 854.176.144
= 88,64%
Total Aset
ROE Dikali
= Rp 991.947.134
Ditambah
37,68%
Total Aktiva Tetap
= Rp. 137.770.990
Equity = Rp 764.473.253
Total Aset = Rp 991.947.134
Long Term Debt = Rp 36.521.246
Total Liabilitas = Rp. 227.473.881
Equity Multipier = 129,75563%
Ditambah
Ditambah
Dibagi Current Liabilities = Rp 190.952.635
Equity = Rp764.473.253
Analisis DU Pont PT Delta Djakarta Tbk 2015
Penjualan = R 699. 699.50 506. 6.81 819 9 Dikurangi
Laba setelah Pajak = Rp 192.045.199
Total Biaya yang dikeluarkan
= Rp. 507.461.620 % Laba
Dibagi
Bersih = 27,45%
Penjualan = Rp 699.506.819
ROI (Return on Investment )
Dikali
= 18,49%
Penjualan
699.50 506. 6.81 819 9 = R 699. Total Aset Turnover
Total Aset Lancar
Dibagi
Rp 902.006.833
= 67,36897%
Total Aset Dikali
ROE
= Rp 1.038.321.916
Ditambah
22,6%
Total Aktiva Tetap
= Rp. 136.315.083
Equity = Rp 849.621.481
Total Aset = Rp 1.038.321.916
Long Term Debt = Rp 48.280.940
Total Liabilitas = Rp. 188.700.435
Equity Multipier = 122,209%
Ditambah
Ditambah
Dibagi Current Liabilities = Rp 140.419.495
Equity = Rp849.621.481
Analisis DU Pont PT Delta Djakarta Tbk Tahun 2016 Penjualan = R
774 968 268 Dikurangi
Laba setelah Pajak = Rp254,509,268
Total Biaya yang dikeluarkan
= Rp 520,459,000 % Laba
Dibagi
Bersih = 32.84%
Penjualan = Rp 774,968,268
ROI (Return on Investment )
Dikali
= 21,24%
Penjualan = R 774 968 268 268
Total Aset Turnover
Total Aset Lancar
Dibagi
= Rp 1,048,133,697
= 64.70%
Total Aset Dikali
ROE (Return on Equity) = 25,13%
= Rp 1,197,796,650 1,197,796,650
Ditambah Total Aktiva Tetap
= Rp 149,662,953
Equity = Rp 1,012,374,008 1,012,374,008
Total Aset =Rp1,197,796,650
Ditambah
Long Term Debt = Rp 47,580,546
Equity Multipier = 118,31%
Total Liabilitas Dibagi
Ditambah
= Rp185,422,642
Current Liabilities = Rp 137,842,096
Equity
1,012,374,008 =Rp 1,012,374,008
Analisis DU Pont PT. Delta Djakarta Tbk Tahun 2017 Penjualan = R 777 308 328 Dikurangi
Laba setelah Pajak =Rp279,772,635
Total Biaya yang dikeluarkan
= Rp 497,535,693 % Laba
Dibagi
Bersih = 35.99%
Penjualan ROI (Return on Investment )
= Rp 777,308,328 Dikali
= 20,86%
Penjualan = R 777 308 328 Total Aset Turnover
Total Aset Lancar
Dibagi
Rp 1,206,576,189
=57.97%
Total Aset
ROE Dikali
= Rp1,340,842,765
Ditambah
24,44%
Total Aktiva Tetap
= Rp 134,266,576
Equity = Rp 1,144,645,393
Total Aset =
Rp1,340,842,765 Equity Multipier = 117,14%
Ditambah
Long Term Debt = Rp 56,512,464
Ditambah Dibagi Current Liabilities = Rp 139,684,908
Equity = Rp 1,144,645,393
(8) KESIMPULAN Pada PT Delta Djakarta, memperlihatkan proporsi dari aktiva lancar dari tahun ke tahun pada posisi yang naik dengan stabil, meskipun pada tahun 2014 bisa dilihat bahwa aktiva lancer mengalami penurunan sedikit. Dengan proporsi sebagai berikut, 2012 sebesar 84,71%, 2013 sebesar 86,28%, 2014 sebesar 86,11%, 2015 sebesar 86,87%, 2016 sebesar 87,51% dan 2017 sebesar 89,99% sedangkan aktiva tetap yang dimiliki oleh PT Delta Djakarta bisa dilihat dengan proporsi aktiva lancar yang sebesar itu maka rata-rata dari aktiva tetap yang dimiliki kurang lebih 15% bahkan kebanyakan dibawah 15 %. Dengan begini dapat dilihat bahwa aktiva lancar lebih dominan dan perusahaan dapat memenuhi hutang jangka pendeknya tanpa ada hambatan. Hal ini sangat bagus karena tingkat likuiditas dari perusahaan sangat bagus dan dapat menjadi pertimbangan dari investor ke depannya. Kemudian pada tingkat proporsi hutang dari perusahaan memperlihatkan bahwa ekuitas menjadi salah satu kekuatan dominan dari perusahaan. Rata-rata ekuitas per tahunnya sangatlah besar mencapai kurang lebih 80 persen dan hutang-hutang yang dimiliki oleh perusahaan sangatlah kecil kurang lebih hanya 20 persen. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu membiayai segala proses produksi tanpa berhutang terlalu banyak. Kemudian pada tingkat laba yang ada pada perusahaan terjadi pergerakkan yang fluktuaktif relatif stagnan, dikarenakan pada tahun t ahun 2015 pendapatan perusahaan mengalami penurunan yang cukup drastis dikarenakan adanya regulasi tentang penjualan minuman keras di Indonesia yang menjadikan penjualan dari produk PT Delta Djakarta menurun drastis dan mempengaruhi pendapatan dari perusahaan. Trend dari rasio ROA memperlihatkan nilai yang cenderung menurun beberapa tahun terakhir. Meskipun ada peningkatan tetapi peningkatan tersebut tidak begitu signifikan. Dilihat dari tahun 2014 yang berada pada nilai 0.29 atau 29% dan turun pada tahun 2015 pada nilai 0.184 atau 18.4% yang kemudian naik pada tahun 2016 2016 dengan nilai 0.212 atau 21.2%. Kemungkinan hal tersebut diakibatkan oleh nilai net income yang tidak berubah begitu drastis tiap tahunnya dan sebaliknya jumlah asset mengalami peningkatan yang cukup tajam tiap tahunnya. Akan tetapi rata2 ROA dari tahun t ahun 2012-2017 bisa dibilang baik yaitu kurang lebih 24.85% tetapi perlu dibandingkan dengan perusahaan serupa untuk meihat tingkat baik tidaknya kinerja dari perusahaan. Penurunan yang terjadi di tahun 2015 diakibatkan karena munculnya undang-undang yang melarang penjualan minuman beralkohol di beberapa tempat tertentu.
Dalam trend ROTA PT Delta Djakarta cenderung mengalami penurunan kualitas efisiensi pengelolaan aset mereka, meskipun menggunakan nilai EBIT, rasio tersebut tidak jauh berbeda dengan nilai nil ai ROA. Karena Ka rena adanya penurunan EBIT pada tahun 2015 yang mengakibatkan terjadinya fluktuasi penurunan yang cukup tajam dan naik kembali secara tidak signifikan pada tahun 2016, memperlihatkan kualitas yang cukup tidak baik pada sisi rasio ROTA. Hal ini seperti yang dijelaskan sebelumnya. hal ini terjadi karena regulasi pemerintah indonesia yang mengakibatkan penjualan menurun drastic. Dalam trend yang ditunjukkan tersebut sama halnya dengan ROA dan ROTA, ROE cenderung mengalami penurunan daripada kenaikkan. Hal itu disebabkan dengan Net income mengalami peningkatan yang tidak drastis bahkan mengalami penurunan tajam pada tahun 2015 2015 dan sebaliknya investasi investasi dari pemegang saham cenderung naik dari tahun ke tahun. Hal ini sama dengan 2 rasio sebelumya dikarenkan adanya penurunan penjualan yang berdampak sangat signifikan terhadap segala se gala bentuk pendapatan pada tahun 2015. Dilihat dari trend NPM PT Delta Djakarta tersebut dapat dikatakan rasi dari perusahaan cukup baik. Pada 2012-2017 hanya mengalami penurunan satu kali dengan nilai 0.27 pada tahun 2015 diakibatkan penurunan EAT pada tahun tersebut dan selebihnya perusahaan mengalami kenaikan dan nilai nya selalu diatas 0.30. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat penjualan perusahaan cukup baik meskipun pada tahun 2015 ada masalah regulasi yang mempengaruhi laba perusahaan. Dan juga jika dilihat dari sisi NPM maka terlihat cukup stabil karena perbandingan yang digunakan adalah EAT dan NET SALES yang notabene hal tersebut saling berhubungan satu sama lain yang menjadikan rasio dari perusahaan stabil. Dilihat dari trend GPM PT Delta Djakarta tersebut dapat dikatakan rasio GPM dari perusahaan cukup baik. Pada 2012-2017 mengalami penurunan yang lumayan hanya satu kali dengan nilai 0.66 pada tahun 2015 diakibatkan regulasi yang terjadi di Indonesia dan selebihnya perusahaan mengalami kenaikan dan nilai nya selalu diatas 0.66. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan operasi perusahaan yang semakin baik. Dari trend OM dapat dilihat bahwa rasio tersebut cukup baik dengan cenderung meningkatnya nilai rasio pada tahun 2012-2017. Meskipun begitu, pada tahun 2015 mengalami penurunan yang cukup tajam yang mempengaruhi rata-rata rasio pada tahun 2012-2017. Akan tetapi dengan melihat trend yang cenderung naik dari tahun ke tahun tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penjualan perusahaan masih memperoleh laba yang baik dilihat dari sisi nilai laba EBIT. Dan seperti yang sebelumya bahwa nilai ini dipengaruhi oleh kebijakan tentang minuman keras pada tahun 2015
Dari trend ROI tersebut dapat dilihat bahwa rasio cenderung menurun seperti sebelumya. Hal ini terjadi karena ROI sama dengan ROA, dimana nilai EAT hanya mengalami kenaikan yang tidak begitu signifikan, akan tetapi nilai dari total aktiva meningkat dengan stagnan atau stabil tiap tahunnya. Dengan begini perusahaan bisa dibilang masih bisa memanfaatkan aktivanya dengan optimal. Debt to Total Assets Ratio digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva peusahaan dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di gunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Pada grafik di atas menunjukkan trend Debt to Assets Ratio yang cenderung menurun. Pada tahun 2012 dimana trend DAR sebesar 0,19% yang kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2013 menjadi 0,21% dan di tahun 2014 sebesar 0,22%. Namun hal tersebut tidak bertahan lama, ter bukti pada tahun 2014-2017 yang terusmenerus mengalami penurunan hingga menjadi 0,014%. Hal ini berarti bahwa jumlah pinjaman modal yang digunakan digunakan untuk investasi perusahaan semakin kecil. Debt to Equity Ratio atau adalah rasio yang membandingkan jumlah hutang terhadap ekuitas. Semakin tinggi DER maka diasumsikan perusahaan memiliki res iko yang semakin tinggi terhadap likuiditas perusahaannya. Pada grafik di atas, terlihat bahwa trend DAR perusahaan cenderung turun. Dapat dilihat bahwa kenaikan yang terjadi pada tahun 20122014 tidak begitu besar, namun pada tahun 2014 dimana DAR sebesar 0,29% kemudian terus-menerus turun hingga tahun 2017 sebesar 0,17%. Penurunan yang terjadi bisa dibilang cukup besar, hal ini berarti bahwa resiko perusahaan terhadap likuiditas semakin kecil. Long Term Debt to Equity adalah rasio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Ketika rasio relatif tinggi hal ini menunjukkan bahwa bisnis berada pada risiko kebangkrutan yang lebih besar. Pada grafik di atas menunjukkan bahwa rasio LTDE perusahaan mengalami kenaikan pada tahun 2015 sebesar 0,05%, tetapi dapat diturunkan kembali pada tahun 2016 menjadi 0,04%. Pada Trend Times Interest Earned Ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar atau menutupi beban bunga bunga di masa depan. Pada perusahaan ini, time interest earned ratio tidak dicantumkan pada laporan keuangan, hal ini dikarenakan hutang perusahaan terlalu kecil atau bahkan tidak punya hutang sama sekali dan hal ini tidak mempengaruhi perusahaan itu sendiri. Long Term Debt to Non Current Asset menunjukkan perbandingan hutang jangka panjang aktiva selain aktiva lancar.pada grafik di atas terlihat bahwa rasio LTDNCA
perusahaan cenderung cenderung mengalami kenaikan. Kenaikan Kenaikan yang yang cukup besar terjadi pada pada tahun 2016 sebesar 0,31% menjadi 0,42% pada tahun 2017. Hal ini berarti bahwa perusahaan secara progresif menjadi lebih bergantung terhadap hutang untuk menumbuhkan bisnisnya. Tangible Assets Debt Covarage (TDAC) digunakan untuk mengetahui rasio antara aktiva tetap berwujud dengan hutang jangka panjang. Semakin tinggi rasio ini semakin besar jaminan yang ada dan kreditor jangka panjang semakin aman atau terjamin dan semakin besar kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman. Pada grafik di atas, terlihat bahwa TDAC perusahaan mengalami penurunan secara terus-menerus pada tahun 2012 sebesar 3,5% hingga pada tahun 2017 sebesar 1,5%. Ini berarti bahwa kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman semakin menurun. menurun. Current Liabilities to Net Worth menunjukkan rasio antara hutang lancar dengan modal sendiri. Semakin kecil rasio ini semakin baik, sebab modal sendiri yang ada diperusahaan semakin besar untuk menjamin hutang lancar yang ada pada perusahaan. Pada grafik diatas terlihat bahwa CNLW perusahaan cenderung mengalami penurunan pada tahun 2014 sebesar 0,24% menjadi 0,12% pada tahun 2017. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2014 hingga 2017 modal sendiri perusahaan semakin besar sehingga dapat menjamin hutang lancar yang ada di perusahaan. Pada grafik di atas menunjukkan trend CR yang cenderung meningkat. Pada tahun 2017 adalah titik tertinggi diantara tahun-tahun yang lain. Hal ini memang baik karena perusahaan dapat mengatasi mengatasi hutang-hutangya dengan mudah akan tetapi dengan nilai rasio yang sangat besar juga tidak baik apalagi semua nilai tiap tahunnya mencapai 5,00 atau 500%. Ini mengindikasikan bahwa banyak aktiva lancar yang menganggur dan hal ini merupakan hal yang buruk juga. Perusahaan harus mulai berhat Pada trend QR perusahaan cenderung meningkat dari tahun 2014-2017. Dan kita bisa melihat bahwa dengan dikuranginya aktiva lancar dengan persediaan memperlihatkan bagaimana aktiva lancar yang sesungguhnya ses ungguhnya digunakan oleh perusahaan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendeknya. Dengan melihat hal tersebut dapat disimpulkan bahwa keadaan perusahaan cukup baik Pada grafik di atas menunjukkan bahwa Cash ratio perusahaan mengalami kenaikan pada tahun t ahun 2014-2017, hal ini berarti bahwa kondisi perusahaan mampu untuk melunasi hutang-hutangnya sesuai atau bahkan sebelum jatuh t empo. Terlihat pada grafik bahwa WCTA perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan. Tahun 2014 ada pada titik 0,66 dan tahun 2016 ada pada titik 0,67. Di tahun 2017 rasio
tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin baik.