TUGAS LEADERSHIP KEPEMIMPINAN JENDERAL SOEDIRMAN
OLEH : KELOMPOK 9
Islawati Kadir Nurfaisya Sarinah
:14120150035 :14120150233 :14120150282
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2018
ANALISIS PRAKTIK KEPEMIMPINAN JENDERAL BESAR SOEDIRMAN 1. Biografi Jenderal Besar Soedirman
Lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916. Ayahnya Ayahnya bernama Karsid Kartawiuraji Kartawiuraji dan ibunya bernama Siyem. Namun ia lebih banyak tinggal bersama pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo setelah diadopsi. Ketika Sudirman pindah ke Cilacap di tahun 1916, ia bergabung dengan organisasi Islam Muhammadiyah dan menjadi siswa yang rajin serta aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler. Soedriman juga aktif di organisasi kepanduan (sekarang Pramuka) Hizbul Wathon (HW) yang diasuh oleh Muhammadiyah. Melalui kegiatan kepanduan ini, bakat-bakat kepemimpinan Sudirman mulai kelihatan. Ia ternyata seorang pandu yang berdisiplin, militan, dan bertanggung jawab. Peningkatan kemampuan fisik dan penggemblengan mental terlihat serta bakat kemiliterannya yang ditempa melalui organisasi berbasis dakwah. Bahkan semangatnya berjihad telah mengantarkan Sudirman menjadi orang nomor satu dalam sejarah militer Indonesia. Sebagai kader Muhammdiyah, Panglima Sudirman dikenal sebagai santri atau jamaah yang cukup aktif dalam pengajian “malam selasa”, yakni pengajian yang diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah di Kauman berdekatan dengan Masjid Besar Yogyakarta. Seorang Panglima yang istimewa, dengan kekuatan iman dan keislaman yang melekat kuat dalam dadanya. Sangat meneladani kehidupan Rasulullah, yang mengajarkan kesederhaan dan kebersahajaan Pada tahun 1930, Sudirman tamat dari HIS. Pada tahun 1932 Sudirman memasuki Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO) setingkat SLTP. Setahun kemudian, is pindah ke Perguruan Parama Wiworo Tomo dan tamat pada tahun 1935. Di sekolah, Sudirman termasuk murid yang cerdas dan rajin mengikuti pelajaran yang diajarkan gurunya. Sudirman menunjukkan minatnya yang besar pada pelajaran bahasa Inggris, ilmu tata negara, sejarah dunia, sejarah kebangsaan, dan agama Islam Setelah lulus dari Parama Wiworo Tomo, ia menjadi guru di Hollandsche Inlandsche School (HIS) Muhammadiyah, Kemudian Sudirman bersama beberapa orang temannya mendirikan koperasi dagang yang diberi nama Perbi dan langsung diketuainya sendiri. Dengan berdirinya Perbi, kemudian di Cilacap berdiri beberapa koperasi yang mengakibatkan terjadi persaingan kurang sehat. Melihat gelagat ini, Sudirman berusaha mempersatukannya, dan akhirnya berdirilah Persatuan koperasi Indonesia Wijayakusuma, Wijayakusum a, Pada tahun 1943, Pemerintah Jepang mengangkat Sudirman menjadi anggota Syu Songikai (semacam dewan pertimbangan karesidenan) Banyumas. 2. Kepemimpinan Jenderal Besar Soedirman Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di
Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/(Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia). Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda
.
a.
Soedirman Memimpin Pertempuran Ambarawa Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah perang Palagan Ambarawa melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda yang berlangsung dari bulan November sampai Desember 1945. Pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Soedirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa Dan pada tanggal 12 Desember 1945, Soedirman melancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris di Ambarawa. Serangan mulai dilancarkan. Pertempuran segera berkobar di sekitar Ambarawa. Ambarawa. Satu setengah setengah jam kemudian, jalan yang menghubungkan menghubungkan Ambarawa dengan Semarang Semarang sudah dikuasai oleh kesatuan-kesatuan kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit, Kolonel Soedirman langsung memimpin memimpin pasukannya yang menggunakan taktik “Supit Udang” atau pengepungan rangkap sehingga musuh benar -benar benar -benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya terputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari 4 malam, akhirnya musuh mundur ke Semarang. Benteng pertahanan yang tangguh jatuh ke tangan pasukan kita. Tanggal 15 Desember 1945, pertempuran berakhir. Kemenangan gemilang di medan Ambarawa telah membuktikan kemampuan Soedirman sebagai seorang panglima perang yang tangguh Setelah kemenangan Soedirman dalam Palagan Ambarawa, pada tanggal 18 Desember 1945 dia dilantik sebagai Jenderal oleh Presiden Soekarno. Soedirman memperoleh pangkat Jenderal tersebut tidak melalui sistem Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya, tapi karena prestasinya. b. Soedirman Memimpin Perang Gerilya Ibukota Republik Indonesia dipindahkan di Yogyakarta, karena Jakarta sudah diduduki oleh tentara Belanda. Soedirman memimpin pasukannya untuk membela Yogyakarta dari serangan Belanda II tanggal 19 Desember 1948 tersebut. Dalam perlawanan tersebut, Soedirman sudah dalam keadaan sangat lemah karena penyakit tuberkulosis yang dideritanya sejak lama. Walaupun begitu dia ikut terjun ke medan perang bersama pasukannya dalam keadaan ditandu,
memimpin para tentaranya untuk tetap melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda secara gerilya . Penyakit yang diderita Soedirman saat berada di Yogyakarta semakin parah. Paru-parunya yang berfungsi hanya tinggal satu karena penyakitnya. Yogyakarta pun kemudian dikuasai Belanda, walaupun sempat dikuasai oleh tentara Indonesia setelah Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat itu, Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa anggota kabinet juga ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi genting tersebut, Soedirman dengan ditandu berangkat bersama pasukannya dan kembali melakukan perang gerilya. Ia berpindah-pindah selama tujuh bulan dari hutan satu ke hutan lain, dan dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah dan dalam kondisi hampir tanpa pengobatan dan perawatan medis. Walaupun masih ingin memimpin perlawanan tersebut, akhirnya Soedirman pulang dari kampanye gerilya tersebut karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkannya untuk memimpin Angkatan Perang secara langsung. Setelah itu Soedirman hanya menjadi tokoh perencana di balik layar dalam kampanye gerilya melawan Belanda . Setelah Belanda menyerahkan kepulauan nusantara sebagai Republik Indonesia Serikat dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949 di Den Haag, Jenderal Soedirman kembali ke Jakarta bersama Presiden Soekarno, dan Wakil Presiden Mohammad Hatta . 3. Analisis Gaya Dan Praktek Kepemimpinan Panglima Besar Jenderal Sudirman merupakan sosok pejuang sejati yang tidak mengenal menyerah untuk terus berjuang melawan kekuatan asing yang berusaha menguasai kembali bumi pertiwi. Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan sebutan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Walaupun dalam dalam kondisi sakit-sakitan karena menderita sakit paru-paru yang sangat parah, beliau tetap bergerilya memimpin pasukan melawan Agresi Militer II Belanda di Yogyakarta dengan penuh semangat dan dedikasi yang tinggi. Padahal Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan karena dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.
kita dapat melihat bahwa Jenderal Sudirman adalah seorang pejuang yang gigih. Ia seorang pejuang yang pantang menyerah dan rela mengorbankan kepentingan pribadi maupun keluarga demi keutuhan Angkatan Bersenjata, kejayaan bangsa dan negara Republik Indonesia. Ia pribadi yang taqwa, berbudi luhur, tabah, berani, arif, bijaksana, jujur, sederhana, dekat, dan dicintai anak buahnya. Selain sebagai Panglima Besar Angkatan Perang, beliau bisa disebut juga sebagai Bapak Prajurit Indonesia yang tidak ternilai jasa-jasanya bagi bangsa dan Negara Kepemimpinan Jendral Sudirman merupakan tipe pemimpin yang kharismatik, beliau merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Walaupun terdapat banyak kekurangan, namun pasukannya selalu mendukungnya atau semua prajurit yang dipimpinnya selalu mematuhi perintah-perintahnya. Sejak lahir beliau telah memiliki bakat seorang pemimpin. Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin Jenderal Sudirman memiliki tipe kepemimpinan yang sederhana, dekat dengan
rakyat,
mampu
mengembangkan
kompetensi
kepemimpinan
strategisnya, seorang strategi yang ulung, ahli dalam bernegoisasi, sebagai pencetus strategi yang cerdas dan tepat guna karena kedekatan dengan rakyatnya sehingga beliau bisa membangun kemampuan komunikasi strategis bersama rakyatnya selama masa perjuangannya mencapai kemerdekan Indonesia maupun dengan para pemimpin nasional pada saat itu termasuk Presiden Soekarno. Hal tersebut merupakan landasan dalam kepemimpinannya sehingga type kepemimpinannya sangat kuat, ia juga mampu mengeksekusi gagasan-gagasannya dalam realitas kehidupan. Semangat juang tinggi dan pantang menyerah menjadikan beliau tetap lantang bersuara di medan pertempuran serta tetap bersuara tegas di meja diplomasi.
REFERENSI Anonim.
Biografi Biografi
Jenderal
Sudiman.
https://www.biografiku.com/2009/02/biografi-jenderal-sudirman.html
online (Diakses
pada 25 Februari 2018)
Anonim.
Kepemimpinan
Panglima
Besar
Jenderal
Sudirman.
Online
https://xa.yimg.com/kq/groups/86342331/.../name/5_303131133824991 259.docx (Diakses pada 25 Februari 2018) Gilia,
Natasha.
Sejarah
Singkat
Sejarah
Jendral
Sudirman.
Online
http://redaksipos.blogspot.co.id/2015/09/kisah-singkat-sejarah-jendralsudirman.html (Diakses pada 25 Februari 2018) Harnum,
Ary.
2016.
Makalah
Jedral
http://aryharnum.blogspot.co.id/2016/02/makalah-jendralsudirman.html(Diakses sudirman.html(Diakses pada 25 Februari 2018)
Sudirman.
Online