Yunisa Rizki LN / 110110160023 Balqis Mar’atus Sholehah / 110110160073 KELAS A - Asas – Asas – Asas Asas Hukum Pidana Dalam Perkembangan. Dr. Sigid Suseno, S.H., M.H. Wanodyo Sulistiani, S.H., M.H., LL.M.
Analisis Kasus Percobaan Pemerkosaan Terdakwa Herculanus Ajung Anak Andat pada hari Rabu 17 Maret 2010 bertempat di Dusun Piju Desa Selua Kecamatan Seluas Kabupaten Bengkayang memaksa seorang wanita yakni Meliati Anak Apeng bersetubuh dengan dia diluar perkawinan dan tidak selesainya pelaksanaan itu bukan semata-mata disebabkan oleh kehendaknya sendiri se ndiri melainkan karena yakni saksi Apeng yang merupakan ayah Meliati pulang ke rumah dan memergoki perbuatan terdakwa. Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana dalam pasal 285 jo. 53 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Dalam buku Prof. Moeljatno dengan judul “Delik -delik -delik Percobaan Delik-delik Penyertaan” dituliskan bahwa percobaan akan melakukan kejahatan boleh dihukum kalau maksud akan melakukan kejahatan itu sudah nyata, dengan permulaan melakukan kejahatan itu dan perbuatan itu tidak diselesaikan hanyalah oleh sebab hal-ikhwal yang tidak bergantung kepada kehendaknya kehendaknya sendiri. Dalam Pasal 285 dijelaskan “Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.” Dan pada Pasal 53 ayat 2 KUHP disebutkan bahwa maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam hal percobaan dikurangi sepertiga. Terdakwa Herkulanus Ajung Anak Andat melanggar Pasal 285 KUHP, yang mengandung unsur - unsur tersebut sebagai berikut: Unsur 1 : Barang Siapa Bahwa dalam perkara, terdakwa HERKULANUS AJUNG Anak ANDAT yang telah membenarkan identitasnya pada saat surat dakwaan penuntut umum dibacakan, apalagi terdakwa dalam keadaan sehat jasmani rohani serta tidak di temukan adanya alasan pemaaf
maupun alasan pembenar atas perbuatan yang dilakukan sehingga dipandang perlu terdakwa mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan demikian, Majelis berpendapat unsur kesatu telah terpenuhi secara sah menurut hukum. Unsur 2 : Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan Bahwa kekerasan merupakan sarana untuk memaksa secara fisik yang hanya dilakukan terhadap seorang wanita dengan siapa pelaku hendak melakukan persetubuhan termasuk didalamnya juga perbuatan yang dapat menimbulkan keadaan tidak sadarkan diri atau keadaan tidak berdaya; Dalam kasus ini Meliati Anak Apeng terus meronta melakukan perlawanan, terdakwa membawa saksi kedalam kamar lalu menindih tubuh saksi dan selanjutnya menurunkan celana dalam saksi sampai ke lutut. Unsur 3 : Memaksa perempuan yang bukan isterinya bersetubuh dengan dia. Dalam kasus ini diceritakan bahwa setelah keadaan di rumah sepi hanya tinggal terdakwa berdua dengan saksi Meliati tiba-tiba muncul niat terdakwa mendekati dan ingin melakukan perbuatan persetubuhan namun saksi berusaha menolak dan minta tolong dan saksi Meliati anak Apeng meronta melakukan per lawanan; Unsur 4 : Tidak selesainya pelaksanaan itu bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri; Ketika terdakwa hendak memasukkan alat kemaluannya kedalam kewanitaan saksi secara tiba-tiba ayah saksi yakni ayah korban yang pulang ke rumah memergoki perbuatan terdakwa, lalu ayah korban mengambil parang dan mengayunkan kearah terdakwa, membentak terdakwa dengan perk ataan : “memang kamu ini kurang ajar” sehingga terdakwa mengurungkan niatnya dan pergi pulang ; Sedangkan makna unsur-unsur pasal 53 (1) KUHP yang menjelaskan bahwa “Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri.” Unsur pertama adalah adanya suatu niat “voornemen”, yaitu orang tersebut harus mempunyai niat untuk melakukan suatu kejahatan. Jika dikaitkan dengan kasus percobaan
pemerkosaan yaitu Meliati sedang menjemur pakaian setelah menjemur pakaian ia duduk didepan pintu dapur rumah mengetahui pada saat itu tidak ada orang lain selain mereka timbul niat terdakwa Herkulanus untuk menyetubuhi Meliati. Unsur kedua Permulaan Pelaksanaan, dalam arti bahwa niat orang tersebut telah ia wujudkan dalam satu permulaan untuk melakukan kejahatan yang ia kehendaki. Jika dikaitkan dengan kasus ini yaitu mengetahui permulaan pelaksanaan terdakwa mendatangi saksi secara tiba-tiba kemudian memeluk mencium bibir serta meraba-raba payudara saksi. Unsur ketiga pasal 53 KUHP, bunyinya unsur ini, tidak selesainya pelaksaan harus bukan karena kehedaknya sendiri. Hal ini biasanya disebabkan oleh masalah-masalah yang timbul di luar rencana. Jika dikaitkan dengan kasus ini yaitu pada bagian ketika terdakwa akan memasukan kemaluannya kedalam kepunyaan korban Meliati tiba-tiba ayah Meliati pulang kerumah dan memergoki pebuatan terdakwa, sehingga terdakwa mengurungkan niatnya dan pergi pulang. Terdapat hal-hal yang meringankan hukuman terdakwa diantara sebagai berikut: 1. Terdakwa bersikap sopan dipersidangan ; 2. Terdakwa mengakui perbuatannya ; 3. Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak mengulangi lagi . Oleh karena itu dalam kasus percobaan pemerkosaan tersebut Herculanus Ajung Anak Andat sebagai terdakwa dijatuhi hukuman dengan pidana penjara selama 1(satu) dan 3(tiga) bulan penjara dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan.
Literatur yang digunakan:
Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT Citra Aditya Bakti: Bandung 2013.
Moeljatno, Hukum Pidana Delik-Delik Percobaan Delik-Delik Penyertaan, Bina Aksara: Jakarta 1985.
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor:58/Pid.B/20 10/PN.BKY.