ocess Safet S afetyy Mana M anaggement Analisis Bencana Piper Alpha 1988 terhadap 14 Elemen P r oce ocess Safet S afetyy Mana M anaggement Paper ini sebagai tugas perkuliahan dengan mata kuliah P r oce Tahun Akademik 2017/2018 Nurfikri Teknik Pengolahan Migas IV PEM Akamigas, Cepu, Blora, Jawa Tengah 58312
Email :
[email protected]
Latar Belakang
Dasar dalam penyusunan manajemen keselamatan di suatu proyek, pabrik atau industri (minyak dan gas, pembangkit listrik, atau petrokimia) adalah mengerti tentang analisa dan identifikasi bahaya. Identifikasi bahaya hanya dapat dilakukan jika mengerti dan mampu untuk melakukan identifikasi terhadap manajemen keselamatan proses atau process safety management ( PSM ). Maka dari itu sistem manajemen keselamatan kerja sangat penting dalam dunia industri untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan nyaman dalam lingkungan kerja. Sistem ini akan membantu meningkatkan hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja serta untuk memudahkan selama proses produksi berjalan. Pada zaman dahulu industri – industri kimia fokus dan saling berlomba menciptakan sebuah sistem teknis yang produktif, efektif , serta effisien tanpa memperhatikan pendekatan sistem keselamatan proses, sehingga saat ini PSM banyak diterapkan di berbagai industri lebih khususnya lagi pada industri migas. Salah satu contoh kecelakaan kerja khususnya di bidang industri migas pada tahun 1988 adalah Piper Alpha yang merupakan produksi minyak laut utara yang terletak sekitar 180 km dari Aberdeen, Skotlandia. Platform tersebut meledak pada tanggal 6 Juli 1988, bahwasanya pada tahun tersebut PSM sudah diketahui oleh perusahaan akan tetapi penerapan pada sistem PSM kurang terjalankan dengan baik. Oleh karena itu dapat disimpulkan terdapat kelalaian dalam menjalankan aturan yang telah dibuat, maka dari itu 14 elemen PSM digunakan sebagai analisa bencana Piper Alpha. Kronologi Singkat Terjadinya Piper Alpha
Gambar 1. Piper Alpha
Pada tanggal 06 Juli 1988, pekerjaan dimulai pada salah satu dari dua pompa injeksi kondensat, yaitu Pompa A dan B, yang digunakan untuk menekan gas di platform sebelum dikirim ke Flotta. Sebuah katup pengaman tekanan telah dilepas dari kompresor A untuk dikalibrasi ulang dan dire-sertifikasi dan dua flens a yang dipasang ke pipa terbuka. Kru shift siang selesai bertugas hari itu. Setelah berpindah shift malam maka kru tersebut menjala nkan Piper Alpha, akan tetapi laporan shift siang ke malam ditemukan kurang informasi kondisi peralatan pada pompa A bahwa tidak boleh dinyalakan dalam keadaan apapun. Sehingga informasi tersebut tidak sampai pada kru shift malam ketika pompa B terhenti dan kru shift malam memutuskan bahwa pompa A harus dijalankan kembali. Setelah pompa dijalankan, gas kondensat bocor dari dua flensa yang masih terbuka tadi dan sekitar jam 22.00, gas terbakar dan meledak, menyebabkan kebakaran dan kerusakan daerah lain sehingga menyebabkan kebocoran gas
dan minyak bertambah. Beberapa puluh menit kemudian, anjungan gas Tartan runtuh dan ledakan besar kedua terjadi diikuti oleh kobaran api yang makin meluas. Lima puluh menit kemudian, sekitar jam 22.50, anjungan gas MCP-01 runtuh mengakibatkan ledakan besar ketiga. Selanjutnya ledakan terus berlanjut, diikuti dengan runtuhnya sebagian besar struktur platform. Sehingga terdapat 167 orang tewas akibat ledakan dan api di Piper Alpha, termasuk dua operator dari Regu Kapal Penyelamat. 62 orang selamat, sebagian besar dengan melompat ke laut dari ketinggian dek platform.
Gambar 2. Piper Alpha Setelah Terjadinya ledakan
Analisa 14 Elemen PSM Terhadap Bencana Piper Alpha 1988 1. Employee Participation
Elemen ini merupakan perencanaan upaya PSM dan rencana tersebut harus mencakup ruang lingkup upaya, peran dan tanggung jawab, persyaratan pelaporan, pendekatan analisis bahaya, proses pengendalian dokumen serta strategi pengendalian bahaya. Sebagian bagian dari upaya PSM, pengusahan harus mel akukan konsultasi dengan pekerja dan perwakilan mereka untuk memastikan bahwa semua pihak memahami bahaya dan resiko dalam proses. Secara terkhusus bagi pekerja harus memiliki akses ke analisis bahaya proses dan informasi yang digunakan untuk mendukung analisis tersebut, tanpa partisipasi atau kerjasama pekerja resiko mungkin tidak sepenuhnya dipahami atau dikomunikasikan kembali. Setelah menganalisa dari dampaknya bencana, bahwa elemen ini kurang dikendalikan oleh perusahaan dibuktikan dari banyaknya korban dari bencana sebanyak 167 korban yang meninggal dunia dan kerusakan peralatan, dengan kurangnya informasi atau kelalaian dari insiyur atau section head yang tidak memberikan informasi kepada shift malam, kemudian peran dan tanggung jawab seorang pekerja terhadap individu kurang dilaksanakan dibuktikan dari tanggung jawab seorang secti on head terhadap pekerjaan serta kru shift malam tidak berupaya untuk mengetahui keadaan kondisi yang dikerjakan oleh kru shift siang. Maka dari itu kurangnya informasi laporan, pengendalian dokumen serta pengendalian bahaya kurang menjadi perhatian khusus.
2. Process Safety Information
Pengusaha atau Organisasi harus mengumpulkan dan mencatat Proses Safety Information (PSI) sebelum melakukan analisis bahaya. Yang bertujuan sebagai langkah awal melakukan identifikasi bahaya dan resiko yang terkait dengan aktifitas proses tersebut. Informasi tersebut meliputi bahan kimia yang digunakan / diproduksi, teknologi, serta peralatan yang dipergunakan. Secara khusus apabila mempergunakan bahan kimia berbahaya, informasi meliputi toksisitas, Nilai Ambang batas, sifat fisika & kimia, reaktifitas, corrosifitas, serta bahaya yang akan timbul saat bereaksi. MSDS dan P&ID’s (diagram alir perpipaan dan instrumentasi) harus dibuat. Dari elemen ini dapat dianalisa terhadap bencana ini yakni tidak ada informasi kondisi terbaru dari peralatan pompa A dibuktikan data informasi pompa A bahwa katup pompa hilang digantikan dengan piringan logam, data tersebut hilang dan manajer berasumsi bahwa dokumen yang ada akan aman untuk memulai pompa A ketika pompa A dihidupkan gas mulai mengalir ke dalam pompa menghasilkan overpressure dan piringan logam tidak bisa menahan sehingga gas keluar dengan tekanan tinggi. Kemudia informasi history dari platform dibuktikan dengan desain platform yang dahulu memproduksi minyak dan yang sekarang gas tidak ada pembaharuan desain platform untuk gas sehingga jika ada terjadi bahaya mudah dikendalikan. Dan diingatkan lagi kembali akan MSDS dan P&ID. 3. Process Hazards Analysis
PHA (Process Hazards Analysis) didefinisikan oleh OSHA sebagai pendekatan, menyeluruh, teratur, sistematis untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya dari proses yang melibatkan bahan kimia berbahaya. Setelah dilakukan analisa penyebab berhentinya pompa B adalah adanya metana klarat yang terakumulasi dalam pipa sistem kompresi gas yang mengakibatkan penyumbatan sehingga operator harus mengetahui bahaya dari bahan kimia dan mampu mengendalikan dari bahaya tersebut, oleh karena itu perlu adanya analisa bahan – bahan kimia yang mengalir pada pipa sehingga tidak terjadinya penyumbatan. 4. Operating Procedure
Elemen ini merupakan gambaran pekerjaan yang harus dilaksanakan, data-data harus dicatat (kondisi operasi normal, maksimum dan minimum paramater). Prosedur juga harus mengidentifikasi tindakan pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja. Prosedur Operasi harus jelas singkat dan konsisten dengan PSI ( Process Safety Information) yang mengacu kepada PHA ( Process Hazards Analysis). Prosedur Operasi harus dievaluasi secara berkala dan diupadate apabila ada perubahan parameter, konsisten dengan proses yang ada. Pelatihan untuk pelaksanaan prosedur operasi juga harus menjelaskan apa yang harus dilakukan pada kondisi darurat.
Setelah dianalisa dari elemen ini terdapat kurangnya data informasi yang diberikan kepada kru shift malam akan adanya perawatan pada pompa A sehingga menimbulkan kesalahan prosedur operasi kerja dan juga perlu pelatihan tentang prosedure operasi ketika kondisi darurat sehingga bisa mengendalikan suatu kesalahan yang pastinya tidak diharapkan. 5. Training
Pelatihan merupakan elemen yang cukup penting dalam penerapan PSM. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan training adalah melaksanaan pelatihan yang dipastikan bahwa peserta dapat memahami resiko pekerjaan terkait proses ataupun bahayanya bekerja dengan bahan kimia berbahaya, t ermasuk mengerahui apa yang harus dilakukan dalam kondisi darurat. Dari elemen ini pelatihan harus diperhatikan dengan baik karena dilihat dari jumlah korban yang meninggal 160 orang dengan adannya pelatihan terkait resiko yang terjadi sehingga pekerja mampu memahami resiko pada proses serta bahaya apa saja yang timbul dari resiko tersebut agar mengurangi resiko – resiko pada pekerjaan. 6. Contractor’s Obligation
Kewajiban kontraktor merupakan tanggungjawab perusahaan untuk memastikan bahwa kontraktor yang bekerja di area kerjanya telah memiliki cukup pengetahuan dan keahlian dalam melaksanaan pekerjaan sesuai dengan persyaratan K3 khususnya yang kontak dengan bahan kimia berbahaya. Kontraktor bertanggungjawab untuk melaksanakan prosedur kerja keselamatan yang ditetapkan oleh perusahaan. Dan pihak perusahaan harus melakukan evaluasi terhadap kinerja kontraktor dalam melaksanakan prosedur kerja selamat. Piper Alpha dioperasikan oleh Occidental Petroleum ( Kaledonia ) Ltd, dari elemen ini dapat dianalisa bahwa kontraktor tidak melaksanakan prosedur kerja dengan baik dibuktikan dengan adanya bencana yang terjadi sehingga perusahaan lebih memperhatikan lagi kinerja dari kontraktor terkait dengan prosedur kerja. 7. Pre – Startup Safety Review
Elemen ini mengingatkan bahwa banyak kecelakaan terjadi pada masa transisi ke fase operasi stabil, contohnya pada start up atau commisioning pada peralatan baru khususnya apabila ada modifikasi peralatan. Pre-Startup perlu dilakukan dan ditulis dalam prosedur operasi dan prosedur emergency shutdown yang telah dikomunikasikan kepada pihak terkait. Berdasarkan informasi terbukti bahwa pada elemen ini terdapat kegagalan yang mengakibatkan kecelakaan dibuktikan dengan tidak adanya informasi pada pompa A yang telah dilakukan perawatan sehingga ketika pompa B bermasalah dijalankannya
pompa A yang belum stabil untuk dioperasikan dan prosedure emergency shutdown belum terlihat diperhatikan pada proses penyususna dokumen pre-strtup safety review
8. Mechanical I ntegrity Dalam pengoperasian peralatan, hal yang sangat penting adalah perawatan dari peralatan tersebut. Harus dipastikan bahwa peralatan tersebut dapat dioperasikan dengan baik. Berdasarkan analisa dan informasi yang didapat bahwa hasil pen yelidikan menyimpulkan bahwasannya penyebab ledakan di Piper Alpha adalah karena pompa B yang tersumbat dikarenakan metana klatrat mulai terakumulasi dalam pi pa sistem komprosi gas dan kondesat sehingga pompa B berhenti dan tidak dapat digunakan ulang dan pompa A tidak bisa dikendalikan karena pompa A baru dilakukan perawatan serta relief valve yang hilang dan manajer tidak mengetahu informasi data kondisi pompa A maka pompa A dijalankan gas mengalir ke pompa dan relief valve yang hilang menghasilkan overpressure yang tidak dapat ditahan oleh blind flange yang longgar sehingga gas bocor keluar pada tekanan tinggi dan memicu enam alarm gas dan gas menyala dan meledak.
9. H ot work Permit Pekerjaan perbaikan ataupun modfikasi yang sifatnya tidak rutin, khusunya hot work seperti aktifitas pengelasan berpotensi terhadap kebakaran dan pele dakan. Organisasi harus mempunyai prosedur ijin pekerjaan panas untuk memastikan pekerjaan tersebut telah di analisa resikonya, terdapat upaya menurunkan resikonya (mitigasi) dan personil yang terlibat dalam pekerjaan tersebut telah mengetahui bahaya yang timbul akibat pekerjaan tersebut. Berdasarkan pencarian informasi bahwa izin kerja diimplementasikan dengan konsisten sesuai dengan prosedur akan tetapi supervisor tidak memastikan ulang yang telah dikerjakan.
10. Management of Change Elemen ini mengatur sistim yang digunakan dalam operasi seperti mesin, design, prosedur, bahan baku ataupun personil yang terlibat seringkali terdapat perubahan yang kadang – kadang bisa meningkatkan resiko. Berdasarkan informasi terdapat perubahan peralatan pada pompa A dibuktikan dengan katup pengaman yang hilang dan digantikan dengan piringan logam dan kurang diamati juga pemakaian piringan logam apakah sudah sesuai atau belum pada kenyataannya piringan logam tersebur longgar sehingga timbulah kecel akaan pada operasi pompa A. 11. Investigasi Kecelakaan
Elemen ini mengharuskan perusahaan memiliki program yang aktif untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada sehingga kecelakaan tidak terjadi dan adapun nearmiss yang mungkin berakibat kepada bencana harus segera di tindak lanjuti. Evaluasi atas sebuah kecelakaan kemudian menjadi sarana pembelajaran sebagai upaya pencegahan kecelakaan Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa pada bencana Piper Alpha elemen ini telah diaplikasikan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan bekerjanya system penyelidikan dan penyidikan sehingga diketahui penyebab dan dampak secara menyeluruh. Dokumen ini juga turut membuat pembelajaran bagi industri lain akan pentingnya sebuah komunikasi antar shift pada pergantian shift serta memastikan kerjaan yang dilakukannya perbaikan sehingga dari bencana ini menjadi bahan pembelajaran dalam perkembangan dunia industri.
12. Rencana Tanggap Darurat Elemen ini sangat menjadi perhatian bagi perusahaan pengembangan rencana tanggap darurat yang meliputi tempat evakuasi dan pelatihan dalam penggunaan alat pelindung diri. Elemen ini sangat penting sebagai bentuk penanganan kecelakaan, karena desain bisa gagal, ataupun personil dapat berbuat kesalahan sehingga terjadi insiden diluar kendali perusahaan. Berdasarkan dari jumlah pekerja pada hari itu 226 orang yang berada pada platform, 165 orang meninggal termasuk dua anggota cepat tanggap darurat maka bisa diambil kesimpulan emergency response kurang baik sehingga perlu adannya tempat evaluasi yang efektif serta pelatihan dalam penggunaan alat pelindung diri juga diperbanyak latihan agar bisa efektif. 13. Compliance Audit
Tujuan audit adalah sarana untuk memastikan bahwa prosedur dan pelaksanaan PSM dilaksanakan dan memadai. Audit harus dilakukan secara rutin pada periode tertentu setidaknya setiap tiga atau lima tahun sekali. Berdasarkan informasi yang didapat bahwa sudah pernah dilakukan audit dan diberikan rekomendasi dengan menyarankan untuk menjaga pompa dalam mode otomatis akan tetapi tidak pernah dikembangkan oleh perusahaan maka dari itu saran – saran pada audit harus diperhatikan dan dikembangkan dengan baik agar elemen ini berfungsi sebagai mestinya. 14. Trade Secret
Elemen ini memberikan informasi keselamatan penting tersedia bagi semua personil yang terlibat, mengembangkan analisis bahaya, membuat prosedur operasi, menyediakan perencanaan dan tanggap darurat, melakukan audit, dan berpartisipasi dalam penyelidikan kecelakaan yang disebabkan atau terkait dengan rahasia da gang.
Berdasarkan informasi yanng didapat bahwa elemen ini tidak ada kaitannya dengan bencana yang terjadi pada Piper Alpha karena tidak terkaitan dengan kegiatan rahasia jual beli.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Bencana yang terjadi di scotlandia yaitu Piper Alpha pada tanggal 6 Juli 1988 terjadi ledakan secara beruntun sebanyak tiga kal dan api menghancurkan platform. Dari 226 orang yang berada pada platform saat hari itu, 165 orang meninggal termasuk dua anggota cepat tanggap diakibatkan kurang cermatnya supervisor terhadap mengevaluasi kerja perawatan yang telah dikerjakan pada pompa A dan komunikasi yang kurang baik pada saat pertukaran shift siang ke shift malam sehingga terdapat miss informasi. 2. Banyak dari elemen – elemen PSM yang kurang dikembangkan dengan baik pada bencana Piper Alpha yaitu 3. Perkembangan elemen – elemen yang kurang baik sebagai bahan evaluasi pada industri pada saat ini dengan 14 elemen PSM Daftar Pustaka