SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
SISTEM A AH AK UNT ANSI K EU ANG AN D AER
ODUL
3 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah Jakarta, 11 Juni 2002
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN 1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) dan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) 2. Deskripsi Singkat 3. Metodologi Pembelajaran 4. Materi Modul 5. Materi Pelatihan 6. Sarana Pelatihan
BAB II
LAPORAN PERHITUNGAN ANGGARAN 1. 2. 3. 4. 5.
Pengertian Asumsi Dasar Yang Digunakan Dasar Hukum Siklus Keuangan Daerah Aspek-Aspek Penting Dalam Penyusunan Laporan Perhitungan Anggaran 6. Konversi dari MAKUDA ke SAKD
BAB III
BENTUK DAN SUSUNAN LAPORAN PERHITUNGAN ANGGARAN 1. 2. 3. 4. 5.
Pendapatan Belanja Bagi Hasil Pendapatan ke Kab/Kota Dana Cadangan Pembiayaan
BAB IV
CARA PENYUSUNAN LAPORAN PERHITUNGAN ANGGARAN
BAB V
PENJELASAN POS-POS : POS-POS PENDAPATAN 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis dan Klasifikasi Sumber Data Yang Diperlukan Proses Pencatatan Penyajian dan Pengungkapan Contoh Soal
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
BAB VI
POS-POS BELANJA 1. 2. 3. 4. 5.
BAB VII
POS-POS BAGI HASIL 1. 2. 3. 4. 5.
BAB VIII
Jenis dan Klasifikasi Sumber Data dan Dokumen Terkait Pencatatan Transaksi dan Jurnal yang diperlukan Penyajian dan Pengungkapan Contoh Soal
POS-POS DANA CADANGAN 1. 2. 3. 4. 5.
BAB IX
Jenis dan Klasifikasi Sumber Data Yang Diperlukan Proses Pencatatan Penyajian dan Pengungkapan Contoh Soal
Jenis dan Klasifikasi Sumber Data dan Dokumen Terkait Pencatatan Transaksi dan Jurnal yang diperlukan Penyajian dan Pengungkapan Contoh Soal
POS-POS PEMBIAYAAN 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis dan Klasifikasi Sumber Data dan Dokumen Terkait Pencatatan Transaksi dan Jurnal yang diperlukan Penyajian dan Pengungkapan Contoh Soal
DAFTAR KEPUSTAKAAN
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TPU) DAN TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TPK).
1) TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM(TPU) Setelah
mengikuti
pelajaran
ini
peserta
dapat
memahami
dan
memperoleh pengetahuan mengenai Laporan Perhitungan Anggaran serta ketrampilan dalam penyusunan Laporan Perhitungan Anggaran.
2) TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TPK) Setelah mengikuti pelajaran ini peserta diharapkan memahami : (1) Perkembangan sistem penganggaran pemerintah (2) Bentuk dan susunan Laporan Perhitungan Anggaran (3) Penyajian dan pengungkapan Laporan Perhitungan Anggaran (4) Jenis dan klasifikasi pos-pos dalam Laporan Perhitungan Anggaran Anggaran
2. DESKRIPSI SINGKAT Laporan Perhitungan Anggaran
merupakan laporan yang menyajikan
perbandingan antara realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan dengan APBD selama selama tahun anggaran anggaran tertentu tertentu untuk untuk suatu suatu pemerintah pemerintah daerah. daerah. Laporan ini memuat angka-angka anggaran dan realisasi dalam tahun berjalan dan tahun sebelumnya dan % realisasi terhadap anggaran. Laporan Perhitungan Anggaran ini merupakan salah satu Pertanggungjawaban Keuangan
jenis Laporan
Daerah yang harus disampaikan oleh
Kepala Daerah, sesuai dengan pasal 38 Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung jawaban Keuangan Daerah. Laporan Perhitungan Anggaran terdiri atas beberapa pos yaitu :
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
-
Pos Pendapatan
-
Pos Belanja
-
Pos Bagi Hasil
-
Pos Dana Cadangan
-
Pos Pembiayaan
Penjelasan pos-pos tersebut duraikan dalam bab-bab berikutnya.
3. METODOLOGI PEMBELAJARAN Metodologi pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara pemaparan teori oleh fasilitator dengan menggunakan media transparansi yang diikuti dengan tanya jawab serta diskusi soal-soal latihan yang bertalian dengan penyusunan laporan perhitungan anggaran. Keberhasilan pembelajaran ini juga akan sangat tergantung partisipasi aktif dari para peserta pelatihan didalam aktivitas diskusi.
4. MATERI MODUL Materi modul penyusunan laporan perhitungan anggaran ini terdiri dari 9 bab serta latihan soal. Penjelasan masing-masing bab sebagai berikut : BAB I
:
Bab ini menjelaskan mengenai tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, materi/sarana pelatihan dan metodologi pembelajaran.
BAB II
:
Bab ini menjelaskan tentang pengertian dan kegunaan laporan perhitungan anggaran
BAB III
:
BAB ini menjelaskan mengenai bentuk dan susunan laporan perhitungan anggaran
BAB IV
:
BAB ini menjelaskan tentang cara-cara penyusunan laporan perhitungan anggaran
BAB V sampai dengan BAB IX
menjelaskan tentang jenis-jenis dan
klasifikasi, data-data yang dibutuhkan serta penyajian daripada pos-pos yang terdapat pada laporan perhitungan anggaran yaitu pendapatan, belanja, bagi hasil, dana cadangan serta pos pembiayaan
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Pada bagian akhir modul ini akan diberikan contoh latihan soal yang terkait dengan penyusunan laporan perhitungan anggaran
5.
MATERI PELATIHAN Materi pelatihan penyusunan laporan perhitungan anggaran ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut : 1)
Penjelasan teoritis tentang pengertian laporan perhitungan anggaran (45menit)
2)
Format laporan perhitungan anggaran (45 menit)
3)
Tata cara penyusunan laporan la poran perhitungan anggaran (45 menit)
4)
Penjelasan pos-pos laporan perhitungan anggaran (90menit)
5)
Latihan dan diskusi mengenai penyusunan
laporan perhitungan
anggaran (225 menit)
6. SARANA PELATIHAN Untuk mendukung keberhasilan pelatihan ini, kepada peserta diharapkan dapat membawa contoh APBD serta laporan perhitungan anggaran yang ada. Hal ini dapat membantu dalam menyusun laporan perhitungan anggaran yang berbasis kinerja. Selain itu
slide juga sangat membantu membant u dalam
memberikan materi-materi pelatihan.
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
BAB II LAPORAN PERHITUNGAN ANGGARAN 1. PENGERTIAN Laporan Perhitungan Anggaran
merupakan laporan yang menyajikan
perbandingan antara realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan dengan APBD untuk tahun anggaran anggaran berjalan dan tahun sebelumnya sebelumnya pada suatu pemerintah daerah. Berdasarkan PP No. 105 tahun 2000, struktur Laporan Perhitungan Anggaran terdiri dari : -
Pendapatan
-
Belanja
-
Pembiayaan
Beberapa pengertian dari istilah-istilah yang berkaitan dengan Laporan Perhitungan Anggaran, sesuai
standar dan sistem akuntansi keuangan
daerah ini, yaitu : Anggaran adalah pedoman bagi segala tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam satuan rupiah yang disusun menurut klasifikasi anggaran secara sistematis untuk satu periode akuntansi. Di dalam sistem pengganggaran terdapat sistem anggaran yang disebut line item budgeting yaitu sistem penganggaran yang berorientasi pada input yaitu
uang yang tersedia dalam anggaran. Di samping itu juga dikenal sistem anggaran dual budgeting , yaitu sistem penganggaran yang
menggunakan 2 pola yaitu kegiatan rutin dan
pembangunan.
Terdapat 3 pendekatan penyusunan anggaran yaitu :
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
-
Pendekatan Top Down yaitu Pendekatan yang dimulai dari tingkat atas ke bawah. Dalam praktiknya berupa Program Pembangunan Nasional/Daerah kemudian dijabarkan menjadi Repetada (Rencana Pembangunan Daerah kedalam sector, sub sector, program kegiatan/proyek
-
Pendekatan Bottom Up diartikan sebagai usulan dari tingkat desa ditingkatkan
ke
tingkat
kecamatan
selanjutnya
ke
tingkat
Kabupaten/kota/propinsi. -
Pendekatan campuran, yaitu gabungan antara top down dan bottom up.
Pendapatan adalah semua penerimaan Kas Negara atau Kas Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Penerimaan adalah semua penerimaan Kas Umum Negara/Kas Daerah yang dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
Belanja adalah semua pengeluaran Kas Negara atau Kas daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar yang ditetapkan dalam dokumen otorisasi kredit anggaran (allotment) dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak perlu dibayar kembali kepada pemerintah.
Pengeluaran yaitu semua pengeluaran Kas Umum Negara/Kas Daerah yang dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000 pasal 8 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban keuangan Daerah menegaskan bahwa APBD disusun dengan pendekatan kinerja.
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Pengertian kinerja diatas juga dijelaskan lebih jauh lagi di dalam pasal 20 PP ini, disini, APBD yang disusun dengan pendekatan kinerja dimaksudkan memuat 3 hal, yaitu : -
Sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja
-
Standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan komponen kegiatan yang bersangkutan
-
Bagian pendapatan APBD yang membiayai belanja administrasi umum,
belanja
operasi
dan
pemeliharaan,
dan
belanja
modal/pambangunan.
2. ASUMSI DASAR YANG DIGUNAKAN Beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam sistem akuntansi keuangan daerah, meliputi ; 1) Dasar kas Pendapatan diakui pada saat dibukukan pada Kas Umum Negara/Kas Daerah dan belanja diakui pada saat dikeluarkan dari Kas Umum Negara/Kas Daerah 2) Azas Universalitas Semua pengeluaran harus tercantum dalam anggaran 3) Azas Bruto Tidak ada kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran 4) Dana Umum Dana
Umum
adalah
suatu
entitas
fiskal
dan
akuntansi
yang
mempertanggungjawabkan keseluruhan penerimaan dan pengeluaran negara/daerah, termasuk aset, hutang, dan ekuitas dana. Dana Umum yang dimaksud disini adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah. Dana
yang
digunakan
untuk
membiayai
kegiatan
tertentu
dipertanggungjawabkan sebagai dana khusus yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Dana Umum.
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
3. DASAR HUKUM Dasar hukum penyusunan Laporan Perhitungan Anggaran ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah pasal 38 yang berbunyi “ Kepala Daerah menyusun laporan pertanggungjawaban Keuangan Daerah, yang terdiri atas : a. Laporan Perhitungan Perhi tungan APBD b. Nota Perhitungan APBD c. Laporan Aliran Kas d. Neraca Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000
sendiri
merupakan
penjabaran otonomi di bidang administrasi keuangan daerah dan merupakan aturan pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Disamping itu, dalam penyusunan maupun pelaporan keuangan pemerintah daerah
harus menunjukkan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan, antara lain : 1) Undang-undang
Dasar Republik R epublik
Indonesia
khususnya
yang
mengatur mengenai keuangan negara. 2) Indische
Comptabiliteitswet Comptabilitei tswet
(ICW)/Undang-Undang
Perbendaharaan Indonesia (UUPI). 3) Peraturan
perundang-undangan
yang
mengatur
tentang
pemerintah daerah (Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah). 4) Peraturan
perundang-undangan
yang
mengatur
tentang
perimbangan keuangan pusat dan daerah (Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan
Keuangan Pusat dan
Daerah) 5) Keputusan Presiden (Keppres) tentang Pelaksanaan APBN
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
6) Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan pusat dan daerah.
4. SIKLUS KEUANGAN DAERAH
Tahap Perencanaan Siklus
keuangan
Penyusunan
daerah
anggaran
dimulai dimulai
dengan dengan
penyusunan menganalisis
anggaran. Laporan
Pertanggungjawaban tahun lalu yang menghasilkan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Tahap Pembahasan dan Pengesahan RAPBD dibahas dengan DPRD dan setelah disetujui akan disahkan melalui Perda APBD. Tahap Pelaksanaan Untuk Pendapatan -
Untuk pelaksanaan APBD, dibuat Alokasi Anggaran, Lembaran Kerja (LK) dan Petunjuk Operasional (PO). Penyusunan Alokasi Anggaran ini dilakukan oleh unit anggaran dengan satuan kerja berdasarkan usulan Anggaran Pendapatan, LK dan PO yang disampaikan oleh Satuan Kerja. Usulan Anggaran Pendapatan, LK, dan PO selanjutnya disahkan oleh Kepala Unit Anggaran.
-
Satuan Kerja melakukan pemungutan pendapatan dan melakukan penyetoran dana ke Kas Daerah dengan STS. STS tersebut akan menjadi dokumen sumber pembukuan pendapatan .
Untuk Belanja -
Untuk pelaksanaan APBD, dibuat Otorisasi Kredit Anggaran (OKA), Lembaran Kerja (LK) dan Petunjuk Operasional (PO). Penyusunan OKA ini dilakukan oleh unit anggaran dengan satuan kerja berdasarkan LK dan PO yang disampaikan oleh Satuan Kerja. OKA, LK, dan PO selanjutnya disahkan oleh Kepala Unit Anggaran.
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
-
Satuan Kerja melakukan realisasi pengeluaran dengan SPM. SPM. SPM tersebut akan menjadi dokumen sumber pembukuan belanja.
-
Unit pembukuan akan menerima dokumen sumber pendapatan pengeluaran (APBD, OKA, STS, SPM) dan membukukannya
dan
secara
periodik. Pada
akhir
tahun,
Unit
Pembukuan
membuat
Laporan
Pertanggungjawaban berupa Laporan Perhitungan APBD, Neraca dan Laporan Arus Kas yang selanjutnya diserahkan ke Unit Perhitungan Anggaran Anggaran untuk dianalisis. dianalisis. -
Unit Perhitungan Anggaran menganalisis Laporan Pertanggungjawaban dan melengkapi Laporan Pertanggungjawaban Perhitungan Anggaran.
tersebut dengan Nota
Selanjutnya Laporan Pertanggungjawaban
(Laporan Perhitungan APBD, APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan
Nota
Perhitungan Anggaran) disampaikan kepada Kepala Daerah Tahap Pertanggungjawaban Kepala Daerah menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban ke DPRD sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
4. ASPEK-ASPEK
PENTING
DALAM
PENYUSUNAN
LAPORAN
PERHITUNGAN ANGGARAN
Berikut ini dijelaskan beberapa aspek yang harus diperhatikan bila kita ingin menyusun laporan perhitungan anggaran yang berbasis kinerja yaitu ; 1) Sistem pembukuannya menggunakan sistem
double entry dimana
transaksi dicatat pada kedua sisi yang langsung berpengaruh, yaitu sisi debet dan kredit. Sebelumnya pada MAKUDA pembukuannya menggunakan single entry , dimana transaksi dicatat pada satu sisi tanpa memperhatikan pos lain yang terkait secara langsung 2) Sistem penganggarannya berdasarkan Performance Budgeting berfokus pada program dan kegiatan instansi pemerintah.
DEPUTI IV BPKP
yaitu Uraian
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
mengenai berbagai program dan kegiatan antara lain disertai keterangan tentang ukuran produktivitas, data beban kerja, tujuan yang ingin dicapai dan tingkat efisiensi.
Jadi orientasi anggaran mengacu kepada output
atau performance yang ingin dihasilkan. Sebelumnya sistem penganggarannya berdasarkan
Line Budgeting ,
dimana sistem ini berorientasi pada input yaitu uang yang tersedia dalam anggaran. yaitu
Sistem ini mempunyai kelemahan yang sangat mendasar
anggaran tersebut tidak dapat memberikan gambaran capaian
tujuan. 3) Sistem anggaran yang mengetahui
nilai
dianut adalah anggaran defisit.
surplus/defisit
(pengurangan
Dengan
pendapatan
dan
pengeluaran berupa : belanja, pembagian hasil pendapatan dan pembentukan cadangan), maka pembaca akan dapat mengantisipasi cara yang layak bagi suatu pemerintah daerah untuk menutupi defisit atau menilai kelayakan penggunaan surplus. Sebelumnya
pada
MAKUDA
prinsip
anggaran
yang
dianut
yaitu
berimbang dan dinamis 4) Format anggaran yang digunakan adalah
Unified Budget , dimana
klasifikasi anggaran dibagi atas belanja operasi dan pemeliharaan serta belanja modal, dan belanja tak tersangka. Format ini sesuai untuk anggaran yang berorientasi kinerja karena dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi. Sebelum SAKD ini diterapkan format anggaran yang dipakai adalah Dual Budget dimana klasifikasi anggaran terdiri dari Rutin dan Pembangunan
5. KONVERSI DARI MAKUDA KE SAKD
Merupakan
tahapan atau proses yang dilaksanakan untuk menghasilkan
laporan keuangan sesuai SAKD (Sistem Akuntansi Keuangan Daerah) dengan menggunakan data yang dihasilkan dari proses MAKUDA (Manual Administrasi Administrasi Keuangan Keuangan daerah). Tahap pertama adalah mengubah atau
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
mengkonversi kode-kode yang ada dalam MAKUDA ke dalam Bagan Perkiraan (Chart of Accounts) yang terdapat dalam SAKD.
Untuk proses
konversi ini telah dibuat daftar kode MAKUDA yang disandingkan ke SAKD dalam Mapping MAKUDA ke SAKD. Data MAKUDA di konversi ke dalam data SAKD menggunakan media DJ (Dasar Jurnal) untuk masing-masing jenis transaksi. Atas dasar DJ tersebut kemudian dibukukan ke BJ (Bukti Jurnal), setelah itu diposting kedalam Buku Besar (BB) dan selanjutnya disusun Neraca Lajur yang menjadi dasar pembuatan Laporan Keuangan. Secara lengkapnya
proses konversi dari MAKUDA ke SAKD ini dapat
dipelajari pada MODUL APLIKASI AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Bentuk serta susunan Laporan Perhitungan Anggaran dapat dijelaskan berikut ini : 1. PENDAPATAN Pendapatan daerah adalah semua penerimaan Kas Daerah dalam periode tahun anggaran yang menjadi hak Daerah. Hal ini berarti bahwa pendapatan daerah diakui dan dicatat berdasarkan asas kas yaitu diakui dan dicatat berdasarkan jumlah uang yang diterima dan merupakan hak daerah. Susunan pendapatan dalam Laporan Perhitungan Anggaran diklasifikasikan menurut sumber dan pusat pertanggungjawaban. Bentuk dan susunan pendapatan dalam
Laporan Perhitungan Anggaran
sebagai berikut ;
LAPORAN PERHITUNGAN APBD PEMDA KABUPATEN/KOT KABUPATEN/KOTA A
Uraian
Anggaran
Realisasi
%
Pendapatan Asli Daerah
XXX
XXX
XXX
Pendapatan Dana Perimbangan
XXX
XXX
XXX
Bagi Hasil Pajak dari Pem. Propinsi
XXX
XXX
XXX
Lain-lain Pendapatan yang sah
XXX
XXX
XXX
Total Pendapatan
XXX
XXX
XXX
PENDAPATAN
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Penjelasan dari masing-masing pos :
Pendapatan Asli Daerah Merupakan pendapatan yang diperoleh dan digali dari potensi pendapatan yang ada di daerah. Rincian daripada Pendapatan Asli Daerah dapat dilihat pada BAB V
Pendapatan Dana Perimbangan Merupakan pendapatan
pemerintah daerah yang sumber dananya
berasal dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
Otonomi
Daerah. Rincian daripada Pos Pendapatan Dana Perimbangan dapat dilihat pada BAB V
Pendapatan Bagi Hasil dari Pemerintah Provinsi Merupakan pendapatan Pemerintah Kota/Kabupaten yang berasal dari bagi hasil dari pemerintah provinsi Rincian daripada Pos Pendapatan bagi hasil dari Pemerintah provinsi dapat dilihat pada BAB V
Lain-lain Pendapatan yang Sah Merupakan pendapatan di luar Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Dana Perimbangan. Rincian daripada Pos Lain-lain Pendapatan Yang Sah dapat dilihat pada BAB V
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
2. B E L A N J A Menurut Peraturan Pemerintah No. 105 thn 2000, pasal 16 Belanja daerah dirinci sebagai berikut : 1) Klasifikasi menurut
fungsi didasarkan pada fungsi-fungsi
utama
pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, yaitu : (1)
Administrasi Umum
(2)
Pertahanan
(3)
Keamanan dan Ketertiban Umum
(4)
Ekonomi
(5)
Lingkungan Hidup
(6)
Perumahan dan Sarana Umum
(7)
Kesehatan
(8)
Pariwisata, Budaya dan Agama
(9)
Pendidikan
(10) Perlindungan Sosial
2)
Klasifikasi menurut jenis belanja yaitu Belanja Operasi dan Belanja Modal, dan Belanja Tak Tersangka.
3)
Klasifikasi menurut organisasi yaitu belanja untuk tiap-tiap satuan pengguna anggaran seperti Sekretariat DPRD, Sekretariat Daerah, Dinas dan Lembaga Teknis Daerah lainnya.
Klasifikasi
belanja
berdasarkan
fungsi
sebagaimana
yang
internasional, diatur dalam GFS (Government Finance Statistics). Bentuk dan susunan Belanja dalam Laporan Perhitungan Anggaran :
DEPUTI IV BPKP
berlaku
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
LAPORAN PERHITUNGAN APBD
(Menurut Klasifikasi Jenis Belanja) Uraian Anggaran Realisasi
%
BELANJA Belanja Operasi
XXX
XXX
XXX
Belanja Modal
XXX
XXX
XXX
Belanja Tak Tersangka
XXX
XXX
XXX
Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa
XXX
XXX
XXX
Total Belanja
XXX
XXX
XXX
Belanja Operasi Merupakan pengurangan Ekuitas Dana Lancar, Pemerintah Daerah yang digunakan untuk kegiatan operasi penyelenggaraan pemerintahan umum. Rincian Belanja Operasi dalam Laporan Perhitungan Anggaran sebagai berikut : LAPORAN PERHITUNGAN APBD Uraian
Anggaran
Realisasi
%
Belanja Pegawai
XXX
XXX
XXX
Belanja Barang dan Jasa
XXX
XXX
XXX
Belanja Pemeliharaan
XXX
XXX
XXX
Belanja Perjalanan Dinas
XXX
XXX
XXX
Belanja Pinjaman
XXX
XXX
XXX
Belanja Subsidi
XXX
XXX
XXX
Belanja Hibah
XXX
XXX
XXX
Belanja Bantuan Sosial
XXX
XXX
XXX
Belanja Operasi Lainnya
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
BELANJA OPERASI
Total Belanja operasi Belanja Modal merupakan
pengurangan
Ekuitas
Dana
Lancar,
yang
digunakan untuk perolehan asset tetap atau asset lainnya untuk keperluan
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah atau untuk dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Rincian Belanja Modal dalam Laporan Perhitungan Anggaran sebagai berikut : LAPORAN PERHITUNGAN APBD Uraian
Anggaran
Realisasi
%
Belanja Aset Tetap
XXX
XXX
XXX
Belanja Aset lainnya
XXX
XXX
XXX
Total Belanja Modal
XXX
XXX
XXX
Belanja Modal
3. BAGI HASIL PENDAPATAN KE KAB /KOTA Bagi hasil pendapatan ke Kab/Kota merupakan pos yang digunakan untuk mencatat
Bagi Hasil Pendapatan dari Pemerintah Daerah Propinsi ke
Kabupaten/Kota dan dari Kabupaten/Kota kepada Desa.
Bagi hasil
pendapatan ini merupakan realokasi pendapatan dari propinsi ke Kab/Kota sesuai perundang-undangan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Bentuk dan susunan pos Bagi hasil pendapatan ke Kab/Kota pada Laporan Perhitungan Anggaran sebagai berikut : LAPORAN PERHITUNGAN APBD Uraian
Anggaran
Realisasi
%
Bagi Hasil Pajak ke Kab/Kota/Desa
XXX
XXX
XXX
Bagi Hasil Retribusi ke Kab/Kota/Desa
XXX
XXX
XXX
BAGI
HASIL
PENDAPATAN
KE
KAB/KOTA
Bagi
Hasil
Pendapatan
Lainnya
ke
XXX
XXX
XXX
Pendapatan
ke
XXX
XXX
XXX
Kab/Kota/Desa Total
Bagi
Hasil
Kab/Kota/Desa
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
4. DANA CADANGAN
Dana Cadangan merupakan Dana yang dibentuk oleh Pemerintah daerah untuk membiayai program pembangunan yang membutuhkan Dana dalam jumlah besar dan tidak memungkinkan memungkinkan untuk dibebankan dibebankan pada anggaran suatu tahun. Dana cadangan dapat dibentuk dari Pendapatan Asli
Daerah, Dana
Perimbangan yang diterimanya kecuali dari Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat dan dana pinjaman. Pos Dana Cadangan terdiri atas : 1)
Pembentukan Dana Cadangan Pos ini digunakan untuk membukukan realisasi
pembentukan Dana
cadangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah 2)
Pencairan Dana Cadangan Pos yang digunakan untuk membukukan realisasi pencairan Dana cadangan yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran sesuai dengan peruntukannya.
Penyajian Dana Cadangan pada Laporan Perhitungan Anggaran sebagai berikut :
LAPORAN PERHITUNGAN APBD Uraian
Anggaran
Realisasi
%
Pembentukan Dana Cadangan
XXX
XXX
XXX
Pencairan Dana Cadangan
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
DANA CADANGAN
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
5. P E M B I A Y A A N Pembiayaan dalam Laporan Perhitungan Anggaran terdiri atas : 1) Penerimaan Pembiayaan yang berasal dari saldo anggaran lebih tahun sebelumnya, pinjaman, dan hasil divestasi (seperti pelepasan BUMD). 2) Pengeluaran Pembiayaan merupakan pengeluaran yang dilakukan pemerintah untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, penyertaan modal pemerintah dan pemberian pinjaman jangka panjang seperti obligasi. Penyajian
dalam Laporan Perhitungan
Penerimaan Pembiayaan
Anggaran Anggaran : LAPORAN PERHITUNGAN APBD Uraian
Realisasi
Anggaran
%
Perhitungan
XXX
XXX
XXX
Penjualan Aset Daerah yang
XXX
XXX
XXX
Penjualan Investasi Lainnya
XXX
XXX
XXX
Pinjaman Luar Negeri
XXX
XXX
XXX
Pinjaman dari Pemerintah Pusat
XXX
XXX
XXX
Pinjaman dari Pemda Otonomi
XXX
XXX
XXX
Pinjaman dari BUMN/BUMD
XXX
XXX
XXX
Pinjaman
Bank/Lembaga
XXX
XXX
XXX
Pinjaman Dalam Negeri Lainnya
XXX
XXX
XXX
Total Penerimaan Pembiayaan
XXX
XXX
XXX
PENERIMAAN Sisa
Lebih
Anggaran Anggaran
Dipisahkan
Lainnya
dari
Keuangan
Penyajian
Pengeluaran
Pembiayaan
Anggaran Anggaran
DEPUTI IV BPKP
dalam
Laporan
Perhitungan
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
LAPORAN PERHITUNGAN APBD Uraian
Realisasi
Anggaran
%
Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
XXX
XXX
XXX
Pembayaran Pokok Pinjaman kpd Pem
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
Pembayaran Pokok Pinjaman DN lainnya
XXX
XXX
XXX
Penyertaan Modal Pemerintah
XXX
XXX
XXX
Pengeluaran Investasi Permanen
XXX
XXX
XXX
Pemberian Pinjaman Jangka Panjang
XXX
XXX
XXX
Total Pengeluaran Pembiayaan
XXX
XXX
XXX
PENGELUARAN
Pusat Pembayaran Pokok Pinjaman kpd Pemda Otonomi lainnya Pembayaran
Pokok
Pinjaman
kpd
BUMN/BUMD
Bentuk dan susunan Laporan Perhitungan Anggaran secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran.
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
BAB IV
Laporan
CARA PENYUSUNAN LAPORAN PERHITUNGAN ANGGARAN.
Perhitungan
Anggaran
merupakan
laporan
yang
menyajikan
pendapatan, belanja dan pembiayaan selama tahun anggaran tertentu untuk suatu Pemerintah Daerah. Laporan ini menyajikan angka-angka anggaran dan realisasi tahun berjalan dan tahun sebelumnya. Dengan membandingkan angkaangka tersebut dan memanfaatkan informasi lainnya yang ada dalam Nota Perhitungan Anggaran dapat digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja suatu Unit Pemerintah Daerah.
Dengan melalui mekanisme pembukuan berganda, maka secara otomatis pada saat anggaran disahkan oleh DPRD, bagian pembukuan langsung mencatat kejadian tersebut dalam Jurnal Anggaran, sehingga dapat diuraikan tahaptahapannya sebagai berikut :
1. Data APBD yang telah disahkan sudah terdapat dalam sistim komputer sebagai hasil perekaman Unit Anggaran 2. Berdasarkan Perda tentang APBD tersebut, Unit Pembukuan memposting jurnal pengangga penganggaran. ran. Proses Proses posting posting ini dilakukan dilakukan secara secara komputer. komputer. Jurnal Anggaran mencakup sekaligus jurnal estimasi pendapatan, apropriasi, pembentukan cadangan, dan penerimaan pembiayaan serta saldo anggaran lebih. Posting ini dicetak ke dalam Buku Besar dan Buku Pembantu 3. Selanjutnya APBD tersebut dijabarkan ke dalam Otorisasi Kredit Anggaran (OKA) 4. Satuan Kerja memberikan dokumen sumber (DS) seperti SPMU, SPMU, STS dari transaksi keuangannya kepada Unit Pembukuan yang secara periodik membukukannya. 5. Pada akhir tahun Unit Pembukuan membuat Laporan Pertanggungjawaban yang salah satunya berupa Laporan Perhitungan Anggaran.
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Tahapan-tahapan ini akan dijelaskan lebih lanjut di dalam masing-masing Pos Laporan Perhitungan Anggaran.
Metode yang digunakan berdasarkan Pasal 8 PP, 105 tahun 2000 disebutkan bahwa APBD disusun berdasarkan pendekatan kinerja atau tolok ukur Rencana Strategis (Renstra), sehingga otomatis LPA yang dihasilkan akan berbasis Renstra juga.
Prasyarat agar LPA dapat disusun berdasarkan kinerja antara lain :
1. Pembaruan pendekatan penyusunan anggara anggaran n memperhatikan
hal-hal
sebagai berikut :
1) Anggaran disusun berdasarkan kinerja dan diukur sampai pada idikator outcome sesuai dengan PP 108/2000 2) Penganggaran harus dapat sekaligus menunjukkan klasifikasi organik , fungsi, dan jenis belanja 3) Menyerasikan klasifikasi anggaran dengan model klasifikasi yang diatur
dalam Government Financial Statistics 4) Penderivasian propeda ke dalam APBD berorientasi pada kinerja melalui penyusunan renstra Daerah sebagaimana diatur dalam Pedoman Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 5) Perlu ada penetapan Unit Cost pada tingkat Kabupaten/ kota/Propinsi
2. Pembaruan Format For mat Anggaran
1) Format anggaran mampu menunjukkan sekaligus outcome dan porsi anggaran yang dialokasikan.
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
2) Dokumen usulan anggaranpun harus mampu menunjukkan alokasi dana yang dibutuhkan dalam rincian berdasarkan fungsi dan kegiatan ekonomisnya 3) Perincian dana berdasarkan kode kegiatan ekonomis bertujuan untuk menjaga ketaatan dalam pelaksanaan anggaran (prinsip spesialitas) 4) Klasifikasi anggaran belanja memakai klasifikasi belanja operasional dan
barang modal (unified budget) 5) Unified budget harus dituangkan dalam bentuk anggaran defisit
3. Pembaruan Klasifikasi Anggaran
1) Anggaran yang digunakan adalah anggaran menyatu ( unified budget) 2) Unified budget tersebut mengacu pada klasifikasi dalam Classification of the Functions of Government (COFOG)
3) Secara
factual
perundangan-undangan
yang
ada
mengharuskan
penggunaan klasifikasi sesuai sistem penyusunan anggaran berbasis kinerja sehingga seharusnya digunakan klasifikasi berdasarkan kinerja (performance budgeting) yang meliputi klasifikasi ekonomi, fungsi, dan organisasi.
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
BAB V POS-POS PENDAPATAN 1. Jenis dan Klasifikasi
Pos-pos pendapatan dari jenis dan klasifikasi menurut sumber dan pertanggungjawabannya dapat dibagi menjadi sebagai berikut : 1) Pendapatan Asli Daerah Merupakan pendapatan yang diperoleh dan digali dari potensi pendapatan yang ada di daerah. Pendapatan Asli Daerah ini meliputi perkiraan buku besar: (1) Pendapatan Pajak Daerah (2) Pendapatan Retribusi Daerah (3) Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lainnya (4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 2) Pendapatan Dana Perimbangan Merupakan pendapatan bagi pemerintah daerah yang sumber dananya berasal dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Pendapatan Dana Perimbangan sesuai Peraturan Perundangan yang mengatur perimbangan keuangan pusat dan daerah terdiri dari : (1) Pendapatan Bagian Daerah dari PBB dan BPHTB (2) Pendapatan Bagian Daerah dari Pajak Penghasilan (PPh) (3) Pendapatan Bagian Daerah dari Sumber Daya Alam (SDA) (4) Pendapatan Dana Alokasi Umum (5) Pendapatan Dana Alokasi Khusus
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
3) Pendapatan Bagi Hasil dari Pemerintah Provinsi Merupakan kelompok perkiraan yang menampung pendapatan yang berasal dari bagi hasil dengan pemerintah provinsi. Pendapatan ini hanya ada di Pemerintah Kota/Kabupaten. Pendapatan Bagi Hasil dari Pemerintah Provinsi ini meliputi : (1) Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi (2) Pendapatan Bagi Hasil Lainnya dari Provinsi 4) Lain-lain Pendapatan yang Sah Merupakan pendapatan diluar Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Dana Perimbangan. Lain-lain Pendapatan yang sah ini meliputi perkiraan-perkiraan buku besar: (1) Pendapatan Hibah (2) Pendapatan Dana Darurat
Rincian mengenai jenis dan klasifikasi pos-pos pendapatan dapat dilihat pada Buku Pedoman SAKD (Buku III)
2. Sumber Data yang diperlukan
Dokumen sumber untuk mencatat transaksi pendapatan meliputi : 1) Perda APBD tentang persetujuan pos-pos pendapatan. 2) Alokasi Anggaran sebagai dasar pencatatan alokasi pendapatan yang telah disetujui oleh DPRD. 3) Surat Tanda Setoran (STS) pada saat realisasi anggaran baik untuk penerimaan pajak maupun non pajak. 4) Memo Penyesuaian (MP) sebagai dasar pencatatan koreksi dan jurnal penutup. DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Pejabat-pejabat yang terkait dengan transaksi pendapatan terdiri dari: 1) Unit Pelaksana Anggaran 2) Unit Keuangan 3) Unit Anggaran 4) Unit Pembukuan
3. Proses Pencatatan Pencatatan pada perkiraan-perkiraan buku besar pendapatan dimulai sejak Anggaran Anggaran Pendapatan Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disetujui disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), alokasi anggaran, realisasi sampai dengan penutupan pada akhir tahun anggaran.
Jurnal selengkapnya untuk mencatat transaksi pendapatan, sejak anggaran disetujui oleh DPRD sampai kepada jurnal penutup adalah sebagai berikut: 1)
Pada
saat
anggaran
pendapatan
disetujui/disahkan
oleh
Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Nama Perkiraan Estimasi Pendapatan
Debet XXX
Surplus/Defisit Tahun Pelaporan
2)
Kredit
XXX
Dengan diterbitkannya alokasi anggaran maka anggaran pendapatan dialokasikan kepada dinas terkait dengan jurnal sebagai berikut:
Nama Perkiraan
Debet
Estimasi Pendapatan yang dialokasikan
XXX
Kredit
(Dinas-dinas) Alokasi Estimasi Estimasi Pendapat Pendapatan an
DEPUTI IV BPKP
XXX
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
3)
Pada saat realisasi yaitu pada saat kas diterima dan dibukukan oleh Bendaharawan Umum Daerah (Kas Daerah), dijurnal sebagai berikut:
Nama Perkiraan Kas di Kas Daerah
Debet
Kredit
XXX
Pendapatan
4)
XXX
Pada saat terjadi pengembalian pendapatan yang terjadi baik pada tahun anggaran berjalan maupun periode tahun anggaran berikutnya, seperti adanya restitusi pajak daerah, maka akan dijurnal sebagai berikut :
Nama Perkiraan Pendapatan
Debet
Kredit
XXX
Kas di Kas Daerah
5)
XXX
Jurnal penutup perkiraan pendapatan pada akhir tahun anggaran dilakukan sebagai berikut :
(1) Bila realisasi pendapatan melampaui estimasi anggaran Nama Perkiraan Pendapatan
Debet
Kredit
XXX
Estimasi Pendapatan yang dialokasikan
XXX
(Dinas atau Unit Organisasi Setingkat) Surplus/Defisit Tahun Pelaporan
Nama Perkiraan Alokasi Estimasi Estimasi Pendapat Pendapatan an
DEPUTI IV BPKP
XXX
Debet XXX
Kredit
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Estimasi Pendapatan
XXX
(2) Bila realisasi pendapatan lebih rendah dari estimasi/anggaran Nama Perkiraan
Debet
Estimasi Pendapatan
XXX
Surplus/Defisit Tahun Pelaporan
XXX
Estimas Estimasii Pendapa Pendapatan tan yang Dialoka Dialokasik sikan an Alokasi Estimasi Estimasi Pendapat Pendapatan an
XXX XXX
Estimasi Pendapatan
Nama Perkiraan Alokasi Estimasi Estimasi Pendapat Pendapatan an Estimasi Pendapatan
Kredit
XXX
Debet
Kredit
XXX XXX
4. Penyajian dan Pengungkapan
Pendapatan disajikan sebesar nilai anggaran dan realisasinya dalam Laporan Perhitungan APBD. Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam nota perhitungan APBD bertalian dengan pendapatan, antara lain : 1) Rincian Jenis Pendapatan. 2) Penjelasan sebab-sebab tidak tercapainya target penerimaan. 3) Informasi penting lainnya yang dianggap perlu.
Pendapatan dinilai berdasarkan nilai realisasinya yaitu sejumlah uang kas yang diterima oleh Bendaharawan Umum Daerah (Kas di Kas Daerah) dalam tahun anggaran berjalan.
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Pendapatan diakui atas dasar kas, dan pendapatan diakui pada saat kas dibukukan pada kas. Pembukuan pendapatan harus dilaksanakan berdasarkan azas bruto dan tidak diperbolehkan mencatat jumlah nettonya.
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
5. Contoh Soal
1) Pada tanggal 5 Januari 200X, Pemda Kabupaten Harapan Jaya telah mengesahkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Harapan Jaya untuk tahun anggaran 200X dengan Perda Nomor. 001/1/HJ/200X tanggal 5 Januari 200X dengan mencantumkan angka Anggaran Belanja Pajak Daerah sebesar Rp. 4.000.000,00 Diminta : Buat jurnal utuk mencatat kejadian tersebut. 2) Pada tanggal 7 Januari 200X diterbitkan alokasi anggaran pendapatan bagi Dinas Kesehatan. Anggaran Pendapatan yang dialokasikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Harapan Jaya sebesar Rp. 300.000,00 Diminta : Buat Jurnal untuk mencatat kejadian tersebut ! 3) Pada tanggal 5 Februari 200X diterima setoran melalui Kas Daerah dari Dinas Kesehatan Kabupaten Harapan Jaya dengan setoran No. STS.234/2/200X
setoran
retribusi
pelayanan
kesehatan
sebesar
Rp.250.000,00 Diminta : Buat jurnal untuk mencatat kejadian tersebut ! 4) Pada Rumah Sakit Umum Kabupaten Harapan Jaya terdapat pengeluaran untuk pembelian obat-obatan yang bersifat mendadak karena adanya wabah penyakit di Kabupaten tersebut, sedangkan anggaran untuk pembelian obat-obatan belum disahkan APBDnya. obat-obatan tersebut sebesar Rp. 700.000,-
Nilai pengadaan
Pendapatan yang diterima
dari hasil pendaftaran pasien pada saat itu sebesar Rp. 800.000 Diminta : Bagaimana perlakuan pembukuan atas kejadian diatas sehubungan dengan asas bruto
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
BAB VI POS-POS BELANJA 1. Jenis dan Klasifikasi
Belanja dapat diklasifikasikan menurut fungsi, organisasi dan jenis belanja. Klasifikasi menurut fungsi didasarkan pada fungsi-fungsi utama pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Klasifikasi menurut organisasi yaitu bagian anggaran sedangkan klasifikasi menurut jenis belanja yaitu belanja operasi, belanja modal dan belanja tak tersangka.
1) Belanja Operasi Belanja Operasi adalah pengurangan Ekuitas Dana Lancar, Pemerintah Daerah
yang
digunakan
untuk
kegiatan
pemerintahan. Jenis Belanja Operasi adalah sebagai berikut : (1) Belanja Pegawai (2) Belanja Barang dan Jasa (3) Belanja Pemeliharaan (4) Belanja Perjalanan Dinas (5) Belanja Pinjaman (6) Belanja Subsidi (7) Belanja Hibah (8) Belanja Bantuan Sosial (9) Belanja Operasional Lainnya
DEPUTI IV BPKP
operasi
penyelenggaraan
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
2) Belanja Modal Belanja Modal adalah pengurangan Ekuitas Dana Lancar yang digunakan untuk perolehan aset tetap atau aset lainnya untuk keperluan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah atau untuk dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Jenis Belanja Modal adalah sebagai berikut: (1) Belanja Aset Tetap (2) Belanja Aset Lainnya 3) Belanja Tak Tersangka Belanja Tak Tersangka adalah ekuitas dana lancar akumulasi yang digunakan untuk penanganan bencana alam, bantuan sosial dan pengeluaran tak tersangka lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah. Rincian mengenai jenis dan klasifikasi pos-pos belanja dapat dilihat pada Buku Pedoman SAKD (Buku III)
2. Sumber Data yang diperlukan
Dokumen Sumber untuk mencatat transaksi belanja meliputi : 1) Perda APBD sebagai dasar pencatatan apropriasi yang merupakan anggaran belanja yang disetujui DPRD kepada Pemerintah sebagai mandat
kepada
Gubernur/Bupati/Wali
Kota
untuk
melakukan
pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan. 2) Otorisasi
Kredit Anggaran
(Allotment)
sebagai dasar
pencatatan
pelaksanaan anggaran yang menunjukkan bagian dari apropriasi yang dapat segera digunakan untuk memperoleh uang dari Kas Daerah guna membiayai pengeluaran-pengeluaran selama periode otorisasi tersebut. 3) Surat Perintah Membayar Uang (SPMU) dan Surat Pertanggungjawaban (SPJ)
sebagai
dasar
pencatatan
DEPUTI IV BPKP
realisasi
belanja
serta
bukti
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
kuitansi/faktur dan bukti lainnya untuk dasar pencatatan realisasi SPMBS UUDP oleh Bendaharawan Pemegang Kas. 4) Surat Setoran Bukan Pajak atau potongan SPM sebagai dasar pencatatan penerimaan kembali belanja. 5) Memo Penyesuaian (MP) sebagai dasar pencatatan koreksi dan jurnal penutup tiap akhir periode.
Pejabat yang terkait dengan transaksi belanja terdiri dari : 1) Unit Pelaksana Anggaran 2) Unit Keuangan 3) Unit Anggaran 4) Unit Pembukuan
3. Proses Pencatatan
Pencatatan pada perkiraan-perkiraan buku besar belanja dimulai sejak APBD disetujui oleh DPRD, alokasi anggaran, realisasi sampai dengan penutupan tahun anggaran. Jurnal selengkapnya untuk mencatat transaksi belanja sejak anggaran disetujui oleh DPRD sampai kepada jurnal penutup adalah sebagai berikut: 1) Pada saat anggaran belanja disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan disahkan oleh Pemerintah Daerah. Nama Perkiraan Surplus/Defisit Tahun Pelaporan
Debet
Kredit
XXX
Apropriasi Apropriasi Belanja Belanja ……
XXX
2) Pada saat Otorisasi Kredit Anggaran disahkan dan dikeluarkan. Nama Perkiraan
DEPUTI IV BPKP
Debet
Kredit
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Alokasi Apropria Apropriasi si Belanja…. Belanja….
XXX
Allotment Belanja ……
XXX
3) Pada saat realisasi belanja perlu diperhatikan adanya 2 cara pencairan dana yaitu: (1) Melalui
transaksi
UUDP
kepada
Pemegang
Kas
dengan
menggunakan SPM Beban Sementara (SPM-BS) (2) Dengan menggunakan SPM Beban Tetap (SPM-BT) Jurnal yang dilakukan pada cara pencairan dana melalui transaksi UUDP dengan menggunakan SPM-BS, ada 3 tahap yaitu: Realisasi pemberian UUDP pada saat SPMU dikeluarkan. Nama Perkiraan Kas di Pemegang Kas
Debet
Kredit
XXX
Kas di Kas Daerah
XXX
Realisasi Belanja saat SPJ disahkan : Nama Perkiraan Belanja….
Debet
Kredit
XXX
Kas di Pemegang Kas
XXX
Penyetoran kembali sisa UUDP di Kas Daerah pada akhir tahun anggaran
dengan
menggunakan
dokumen
STS
dan
Penyesuaian. Nama Perkiraan Kas di Kas Daerah
Debet
Kredit
XXX
Kas di Pemegang Kas
DEPUTI IV BPKP
XXX
Memo
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Jurnal yang dilakukan dengan menggunakan SPM-BT hanya satu tahap yaitu pada saat diterbitkannya SPMU-BT atau Nota Debet, sebagai berikut: Nama Perkiraan
Debet
Belanja……
Kredit
XXX
Kas di Kas Daerah
XXX
4) Bila ada pemotongan belanja misalnya gaji seperti pemotongan beras, Taspen, Askes, Taperum dan di tampung dalam Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), sesuai dokumen sumber SPMU dilakukan jurnal Nama Perkiraan
Debet
Kas di Kas Daerah
Kredit
XXX
Penerimaan Perhitungan Fihak
XXX
Ketiga
5) Bila terjadi penerimaan kembali belanja misal belanja pegawai yang terjadi pada tahun anggaran
berjalan harus dilakukan koreksi ke
perkiraan pendapatan lain-lain PAD terlebih dahulu, kemudian dilakukan jurnal penyesuaian penyesuaian ke perkiraan perkiraan belanja semula. Koreksi Pencatatan Pencatatan Pendapatan Lain-lain PAD dilakukan berdasarkan Surat Tanda Setoran Bukan Pajak sebagai berikut: Nama Perkiraan Kas di Kas Daerah
Debet
Kredit
XXX
Pendapatan Lain-lain PAD
XXX
Jurnal penyesuaian ke perkiraan semula berdasarkan Memo Penyesuaian pada akhir tahun anggaran, sebagai berikut:
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Nama Perkiraan
Debet
Pendapatan Lain-lain
Kredit
XXX
Belanja (Pegawai)
XXX
6) Bila terjadi penerimaan kembali belanja (pegawai), misalnya karena adanya temuan dari aparat pemeriksa, yang terjadi pada tahun berikutnya maka dilakukan koreksi sebagai berikut: Nama Perkiraan
Debet
Kas di Kas Daerah
Kredit
XXX
Pendapatan Lain-lain PAD
XXX
7) Jurnal Penutup pada akhir tahun anggaran. (1) Menutup perkiraan realisasi ke anggaran Nama Perkiraan
Debet
Allotment Belanja…… Belanja……
Kredit
XXX
Belanja…..
XXX
Surplus/Defisit
tahun
XXX
pelaporan
(2) Menutup perkiraan apropriasi ke alokasi apropriasi Nama Perkiraan Apropriasi Apropriasi Belanja……. Belanja……. Alokasi Aproprias Apropriasii Belanja
DEPUTI IV BPKP
Debet
Kredit
XXX XXX
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
4. Penyajian dan Pengungkapan
Perkiraan belanja disajikan sebesar nilai anggaran dan realisasinya dalam laporan perhitungan APBD. Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam nota perhitungan anggaran/catatan atas laporan keuangan antara lain:
1) Rincian Belanja 2) Penjelasan lainnya l ainnya yang
dianggap perlu perl u seperti
trend belanja, belanja ,
prosentase belanja terhadap total belanja dan penjelasan selisih terhadap anggaran.
Contoh Soal
Soal Latihan : 1 Pada tanggal 10 Januari 200X telah dilakukan otorisasi kredit anggaran dengan OKA No. 010/I/BK/200X untuk anggaran operasional Dinas PU sebesar Rp. 2.500.000,00
Rincian belanja tersebut adalah sebagai berikut: Belanja Pegawai
Belanja Gaji Pegawai
1.200.000,00
Tunjangan Beras
300.000,00
Jumlah
1.500.000,00
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Alat Tulis Kantor
600.000,00
Belanja cetak dan panggandaan
400.000,00
Jumlah
1.000.000,00
Total
2.500.000,00
Diminta: Jurnal Otorisasi Kredit Anggaran (OKA) untuk Dinas PU diatas !
Soal Latihan : 2 Pada tanggal 12 januari 200X diterbitkan SPMU-BT untuk Dinas PU dengan rincian sebagai berikut:
Belanja Pegawai Belanja Gaji Pegawai
1.200.000,00
Tunjangan Beras
300.000,00
Jumlah
1.500.000,00
Diminta: Jurnal untuk memcatat belanja pegawai diatas !
Soal Latihan : 3 Pada tanggal 12 Januari 200X telah diberikan uang muka kerja kepada Drs. Amirudin, pemegang uang muka kerja pada Dinas PU sesuai dengan Surat Permintaan Pembayaran yang diterima dari padanya sebagai berikut:
Belanja Alat Tulis Kantor
600.000,00
Belanja cetak dan panggandaan
400.000,00
Jumlah
1.000.000,00
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Dari jumlah tersebut pada tanggal 20 Januari 200X telah dikeluarkan oleh Drs. Amirudin, untuk membayar: membayar:
Belanja Alat Tulis Kantor
550.000,00
Belanja cetak dan panggandaan
350.000,00
Jumlah
900.000,00
Seluruh pengeluaran tersebut telah dipertanggungjawabkan (SPJ) oleh Drs. Amirudin pada tanggal tanggal 2 Februari Februari 200X 200X ke Biro Biro Keuangan. Keuangan. Sisa uang muka kerja yang masih ada pada Drs. Amirudin disetorkan ke Kas Daerah pada tanggal 6 Februari 200X dengan STS No. 007/II/KD/200X.
Diminta: 1. Jurnal untuk mencatat pemberian uang muka kerja 2. Jurnal untuk mencatat realisasi belanja 3. Jurnal untuk mencatat penyetoran sisa UUDP
Soal Latihan : 4 Dalam tahun anggaran 2001 Pemda Kabupaten A tidak bisa melakukan pembayaran rapel gaji pegawainya (rapel kenaikan gaji dari bulan Januari s.d. Juni 2001). Karena tidak dimungkinkan lagi untuk melakukan revisi terhadap RAPBD tahun yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena kewajiban tersebut baru timbul pada bulan Juni 2001, seangkan pengeluaran-pengeluaran yang sudah dianggarkan tidak mungkin lagi untuk dibatalkan. Untuk menghindarkan timbulnya gejolak/protes, maka diambil kebijaksanaan dengan melakukan pinjaman ke Bank Daerah. Pinjaman tersebut tidak atas nama Pemda setempat karena tidak memungkinkan, tetapi atas nama masingmasing pegawai Pemda yang dikoordinir oleh Pemda. Pinjaman tersebut nanti
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
akan dilunasi oleh Pemda dengan cara menyediakan dana dari APBD pada tahun anggaran selanjutnya. Bunga pinjaman atas nama pegawai itu tidak dibebankan kepada masing-masing pegawai, tetapi menjadi tanggungan Pemda. Masalahnya Pemda tidak pernah melakukan pinjaman, namun mempunyai kewajiban untuk membayar bunga pinjaman. Bagaimana tanggapan saudara terhadap masalahnya dan apa jalan keluar untuk menyelesaikannya.
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
BAB VII POS POS BAGI HASIL
1. Jenis dan Klasifikasi Pos Bagi Hasil tergantung dari Pendapatan yang dibagihasilkan. Berdasarkan jenis Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Daerah maka Pos Pos Bagi Hasil Hasil terdiri terdiri dari :
1) Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota; 2) Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota; 3) Bagi Hasil Hasil Pajak ke Desa; 4) Bagi Hasil Retribusi ke Desa; 5) Bagi Hasil Pendapatan lainnya ke Desa
Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota terdiri dari : (1) Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air (2) Bagi Hasil Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air. (3) Bagi Hasil Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (4) Bagi Hasil Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan ABTP
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota terdiri dari Bagi Hasil Lainnya di luar Pajak dari Pemerintah Propinsi kepada Kabupaten/Kota
Bagi Hasil Pajak ke Desa terdiri dari : (1)
Bagi Hasil Pajak Hotel
(2)
Bagi Hasil Pajak Restoran
(3)
Bagi Hasil Pajak Hiburan
(4)
Bagi Hasil Pajak Reklame
(5)
Bagi Hasil Pajak Penerangan Jalan
(6)
Bagi Hasil Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
(7)
Bagi Hasil Pajak Parkir
(8)
Bagi Hasil Pajak Daerah lainnya.
Bagi Hasil Retribusi ke Desa terdiri dari : (1)
Bagi Hasil Retrobusi Jasa Umum (RJUm) – Palayanan Kesehatan
(2)
Bagi Hasil RJUm - Pelayanan Persampahan/Kebersihan
(3)
Bagi Hasil RJUm - Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akte Catatan Sipil
(4)
Bagi Hasil RJUm – Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
(5)
Bagi Hasil RJUm – Pelayanan Parkir ditepi Jalan Umum
(6)
Bagi Hasil - Pelayanan Pasar
(7)
Bagi Hasil RJUm – Pengujian Kendaraan Bermotor
(8)
Bagi Hasil RJUm – Pemeriksaan alat Pemadam Kebakaran
(9)
Bagi Hasil RJUm – Penggantian Biaya Cetak Peta
(10)
Bagi Hasil RJUm – Pengujian Kapal Perikanan
(11)
Bagi Hasil Retribusi Jasa Usaha (RJUs) – Pemakaian Kekayaan Daerah
(12)
Bagi Hasil RJUs – Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
(13)
Bagi Hasil RJUs – Tempat Pelelangan
(14)
Bagi Hasil RJUs – Terminal
(15)
Bagi Hasil RJUs – Tempat Khusus Parkir
(16)
Bagi Hasil RJUs – Penyedotan Kakus/Kotoran
(17)
Bagi Hasil RJUs – Tempat Penginapan/Pesanggrahan/ Penginapan/Pesanggrahan/Villa Villa
(18)
Bagi Hasil RJUs – Rumah Potong Hewan
(19)
Bagi Hasil RJUs – Pelayanan Pelabuhan Kapal
(20)
Bagi Hasil RJUs – Tempat Rekreasi dan Olah Raga
(21)
Bagi Hasil RJUs – Penyebrangan di atas Aiur
(22)
Bagi Hasil RJUs – Pengelolaan Limah Cair
(23)
Bagi Hsil RJUs – Penjuan Produk Usaha
(24)
Bagi Hasil Retribusi Perijinan tertentu (RPT) – Ijin Mendirikan Bangunan
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
(25)
Bagi Hasil RPT – Ijin Tempat Penjuan Minuman Beralkohol
(26)
Bagi Hasil RPT – Ijin Gangguan
(27)
Bagi Hasil RPT - Ijin Trayek
(28)
Bagi Hasil Retribusi Daerah Lainnya.
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Desa Terdiri dari Bagi Hasil Lainnya di luar Pajak dari Pemerintah Propinsi kepada Kabupaten/Kota
3. Sumber Data dan Dokumen Terkait
Dokumen Dasar yang terkait dengan Proses Pencatatan Bagi Hasil Pendapatan ke Kab/Kota/Desa meliputi :
1) SKO (Surat Otorisasi Kredit Anggaran) 2) Memo Penyesuaian (Penjurnalan Debet/Kredit transaksi) yang disiapkan dan telah diverifikasi oleh Bagian/Sub Bagian Verifikasi, Biro/Bagian Keuangan Daerah. 3) Bukti Pendukung lain yang sah seperti SPM, Nota Transfer, Daftar Transaksi Posting dan Laporan Bagi Hasil.
4. Pencatatan Transaksi dan Jurnal yang yang diperlukan.
Pencatatannya di buku besar pada saat-saat sebagai berikut :
1) Pada saat anggaran disetujui/disahkan disetujui/disahk an oleh DPRD; 2) Pada saat alokasi anggaran; 3) Pada saat realisasi penerimaannya; 4) Pada saat akhir tahun anggaran (Jurnal Penutup)
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Jurnal selengkapnya adalah sebagai berikut : Saat Pencatatan Anggaran disetujui DPRD
No Perkiraan 6300 9331
Alokasi Anggaran
9431 9531
Realisasi
8710 9531
Akhir Tahun Anggaran Bila realisasi bagi hasil > Estimasi
9331
6300
9531 9431
Bila realisasi bagi hasil < Estimasi
9331
8710
Nama Perkiraan
Debet
Surplus/defisit Tahun Pelaporan Apropriasi Bagi hasil Pendapatan ke Kab/Kota/Desa
Xxx
Alokasi Apropriasi Bagi Hasil Pendapatan ke Kab/Kota/Desa Allotment Bagi Hasil Pendapatan ke Kab/Kota/Desa
Xxx
Bagi Hasil Pendapatan Ke Kab/Kota/Desa Kas di Kas Daerah
xxx
Apropriasi Bagi Hasil Pendapatan Ke Kab/Kota/Desa Surplus/Defisit Tahun Pelaporan Bagi Hasil Pendapatan ke Kab/Kota/Desa
xxx
Allotment Bagi Hasil Pendapatan ke Kab/Kota/Desa Alokasi Apropriasi Bagi Hasil Pendapatan ke Kab/Kota/Desa
xxx
Apropriasi Bagi Hasil Pendapatan ke Kab/Kota Desa
xxxx
Bagi Hasil Pendapatan ke Kab/Kota/Desa Surplus/Defisit Tahun Pelaporan
DEPUTI IV BPKP
Kredit
Xxx
Xxx
xxx
xxx Xxx
Xxx
xxx xxx
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
9531 9431
Allotment Bagi Hasil Pendapatan ke Kab/Kota/Desa Alokasi Apropriasi Bagi Hasil Pendpatan ke Kab/Kota/Desa
xxx xxx
Pencatatan/Jurnal tersebut berlaku untuk semua jenis bagi hasil pendapatan.
4. Penyajian dan Pengungkapan Pos Bagi Hasil Pendapatan ke Kab/Kota/Desa disajikan pada kelompok tersendiri yaitu setelah kelompok perkiraan belanja dan sebelum dana cadangan. Nilai yang disajikan adalah nilai anggaran dan realisasinya. Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam Nota Perhitungan Anggaran
sebagai
berikut : 1) Rincian Bagi Hasil Pendapatan per Jenis per Kabupaten/Kota/Desa penerima 2) Besarnya Target dan Realisasi Bagi Hasil Pendapatan untuk mengetahui Tingkat Kinerja 3) Analisa sebab-sebab kegagalan pencapaian target.
Contoh Soal
1. Pada tanggal 30 Maret telah dikeluarkan otorisasi kredit anggaran dengan OKA No. 134/II/BK/2001 untuk anggaran bagi hasil pajak Kendaraan Bermotor ke Kabupaten/Kota sebesar Rp 50.000.000 Perincian
anggaran
tersebut
untuk
Kabupaten
Rejang
Lebong
Rp
10.000.000, Kabupaten Arga Makmur 30.000.000 dan Kabupaten Bengkulu Selatan 10.000.000. Pada tanggal 4 April 2001 diterbitkan SPMU BT untuk bagi hasil Pajak Kendaraan Bermotor
dengan rincian untuk Kab. Rejang Lebong Rp
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
10.000.000, Kab Arga Makmur Rp. 30.000.000 dan Kab Bengkulu Selatan Rp 10.000.000.
Diminta :
Jurnal otorisasi Kredit anggaran Pajak Kendaraan Bermotor ke Kabupaten dan Jurnal realisasi bagi hasil ke masing-masing Kabupaten
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
BAB VIII
POS-POS DANA CADANGAN
1. Jenis dan Klasifikasi
Dana Cadangan terdiri dari 1) Pembentukan Dana Cadangan Pos ini digunakan untuk membukukan realisasi pembentukan dana cadangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah. 2) Pencairan Dana Cadangan Pos ini digunakan untuk membukuan pencairan dana cadangan yang akan
digunakan
untuk
membiayai
pengeluaran
sesuai
dengan
peruntukkannya.
2. Sumber Data dan Dokumen Terkait 1) Pembentukan Dana Cadangan (1)
Peraturan Daerah mengenai dana cadangan.
(2)
Surat Keputusan Otorisasi Kredit Anggaran (OKA) mengenai dana cadangan
(3)
SPM yang diterbitkan oleh Unit Perbendaharaan
(4)
Nota Transfer
(5)
Daftar Transaksi dan Posting (Buku Pembantu)
(6)
Laporan Pembentukan Dana Cadangan
2) Pencairan Dana Cadangan (1)
Peraturan Daerah mengenai dana cadangan.
(2)
Surat Keputusan Otorisasi Kredit Anggaran (OKA) mengenai dana cadangan
(3)
Aplikasi Transfer yang dibuat oleh Unit Perbendaharaan
(4)
Nota Transfer
(5)
Daftar Transaksi dan Posting (Buku Pembantu)
(6)
Laporan Pencairan Dana Cadangan
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
3.
Pencatatan Transaksi dan Jurnal yang diperlukan
Pencatatan yang dilakukan oleh Unit Pembukuan untuk perkiraan dana cadangan dibedakan dalam dua garis besar yaitu pada saat Pembentukan Dana Cadangan dan Pencairan Dana Cadangan.
Jurnal selengkapnya pembentukan dan pencairan dana cadangan sebagai berikut : No Perkiraan Perda disahkan Pembentukan dana cad.
6400 9341
Est. Pencairan dana cad.
9041 6400
OKA terbit Pembentukan dana
9441 9541
Est.Pencairan dana cad.
Realisasi pembentukan dana cadangan
8760
Jurnal
Pembiayaan Netto
Debet
xxx
Apropriasi Pembentukan dana cadangan
Xxx
Estimasi Pencairan Dana Cadangan Pembiayaan Netto
xxx
Alokasi Apropriasi pemb Dana Cadangan Allotment Pemb. Dana Cadangan
xxx
Estimasi Pencairan Dana Cadangan Alokasi Est. Est. Pencairan Pencairan Dana Cad.
xx
Pembentukan Dana Cadangan
xxx
0100
Kas di Kas Derah
7900
Jurnal korolari Iinvestasikan dalam Dana
DEPUTI IV BPKP
Kredit
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
xxx
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Realisasi Pencairan dana cadangan
3300
Cadangan Dana Cadangan
0100
Kas di Kas Derah
8360
3300 7900
Jurnal Penutup Anggaran Anggaran Pembentukan
Realisasi Pembentukan
Anggaran Anggaran pencairan
Realisasi Pencairan
Xxx Xxx
Pencairan dana Cadangan
Xxx
Jurnal korolari Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
xxx Xxx
Apropriasi Apropriasi Pemb dana dana cadangan Alokasi Apropr Apropr pemb pemb Dana Cadangan
xxx
Allotment Pemb. Pemb. Dana Cadangan Pembentukan Dana Cadangan
xxx
Alokasi Est. Est. Pencairan Pencairan Dana Dana Cadangan Est. Pencairan Dana Cadangan
xxx
Pencairan dana Cadangan
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Est. Pencairan dana cad. Yg ydialokasikan
Xxx
4. Penyajian dan Pengungkapan Dana
Cadangan
ditempatkan
setelah
Total
Belanja
dalam
laporan
Perhitungan APBD. Nilai yang disajikan adalah nilai anggaran dan realisasinya. Hal-hal yang perlu diungkapkan pada catatan Laporan Keuangan antara lain :
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
1) Peruntukan dari pembentukan Dana Cadangan tersebut. 2) Rencana waktu untuk pembentukan Dana Cadangan mencapai jumlah yang diinginkan. 3) Sebab-sebab tidak tercapainya target pembentukan dana cadangan yang cukup materiil. 4) Pencapaian target dan realisasi penggunaan dana cadangan dan penyimpangannya yang cukup materiil.
CONTOH SOAL
1. Pemerintah Propinsi X telah membentuk Dana Cadangan selama 2 tahun. Selama pembentukan Dana Cadangan tersebut terdapat hal-hal sebagai berikut :
1) Pada tahun ke 2, terdapat kegiatan Rakor Bawasda dari seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Propinsi X.
Karena kurang dana untuk
menutupinya menggunakan Dana Cadangan yang beru dibentuk. 2) Pada tahun ke 3, terjadi bencana banjir di Ibu Kota Propinsi. Karena tidak ada anggaran, Pemerintah Propinsi menggunakan Dana Cadangan untuk menanggulangi banjir tersebut.
Berikan komentar atas kejadian 1) dan 2).
2. Pada tanggal 1 Juli 200x telah diterbitkan Otorisasi Kredit Anggaran untuk
pembentukan dana cadangan pembangunan gedung stadion olahraga dengan OKA No. 100/VII/SG/200x sebesar Rp. 10.000.000,00. Untuk itu telah diterbitkan SPMU-BT untuk pembentukan dana cadangan pembangunan stadion olah raga sebesar Rp. 10.000.000,00. Dana tersebut telah disetor ke rekening Dana Cadangan Pembangunan Gedung Serba Guna di Bank Mandiri cabang Sudirman sebesar Rp. 10.000.000,00.
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Diminta : 1) Jurnal otorisasi kredit anggaran untuk pembentukan dana cadangan 2) Jurnal realisasi pembentukan dana cadangan 3) Jurnal Kolorari yang diperlukan
3. Biro Keuangan telah menerbitkan menerbi tkan alokasi pencairan dana cadangan pembangunan terminal bus dengan OKA No. 123/V/BK/200X tanggal 1 Mei 200X sebesar Rp. 5.000.000,00. Untuk itu pada tanggal 5 Mei 200X telah ditarik dana sejumlah Rp. 5.000.000,00 dari rekening Dana Cadangan Pembangunan Terminal Bus di Bank Mandiri dan disetor ke rekening Kas Daerah dengan STS No. 100/V/KD/200X. Diminta : 1) Jurnal alokasi pencairan dana cadangan 2) Jurnal realisasi pencairan dana cadangan dan penyetoran ke Kas derah 3) Jurnal Kolorari yang diperlukan
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
BAB IX POS – POS PEMBIAYAAN 1. Jenis dan Klasifikasi
Pembiayaan mencakup : 1) Transaksi penerimaan yang berasal dari : (1)
Sisa Lebih perhitungan Anggaran
(2)
Penjualan Aset Daerah yang dipisahkan
(3)
Penerimaan kembali Pinjaman kepada BUMN/BUMD/ Pemerintah Pusat/ Daerah Otonom lain dan lembaga Internasional
(4)
Penjualan Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan
(5)
Penjualan Investasi Permanen lainnya
(6)
Pinjaman Luar Negeri
(7)
Pinjaman dari Pemerintah Pusat
(8)
Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom lainnya
(9)
Pinjaman dari BUMN/D
(10) Pinjaman dari Bank/ Lembaga Keuangan (11) Pinjaman Dalam Negeri lainnya 2) Transaksi pengeluaran terdiri dari : (1)
Penyertaan Modal Pemerintah
(2)
Pemberian
Pinjaman
kepada
BUMN/
BUMD/
Pemerintah
Pusat/
Pemerintah Dawerah Otonom lainnya dan Lembaga Internasional
(3)
Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan
(4)
Penyertaan dalam Investasi Permanen lainnya
(5)
Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
(6)
Pembayaran Pokok Pinjaman kepada Pemerintah Pusat
(7)
Pembayaran Pokok Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Otonom lainnya
(8)
Pembayaran Pokok Pinjaman kepada BUMN/D
(9)
Pembayaran Pokok Pinjaman ke Bank/ Lembaga Keuangan
(10) Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri lainnya DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
2.
Sumber Data dan Dokumen Terkait
1) Penerimaan Pembiayaan (1) Surat Persetujuan Kepala Daerah dan DPRD yang memutuskan tentang penerimaan dari suatu pembiayaan (misal penjualan aset daerah yang dipisahkan). (2) Dokumen Pelelangan yang disusun oleh Unit Perlengkapan. (3) Surat Penunjukan Kerja. (4) Surat Tanda Setoran/ Nota Transfer dari Kas Daerah.
2) Pengeluaran Pembiayaan (1) Rencana Pengeluaran Pembiayaan yang telah disetujui DPRD (2) MOU antara Kepala Daerah dengan pihak ketiga (missal MOU Penyertaan Modal Pemerintah). (3) SPMU yang dibuat Unit Perbendaharaan (4) Nota Transfer dari Kas Daerah (5) Daftar Transaksi Posting (Buku Pembantu) (6) Laporan Pertanggung Jawaban.
3. Pencatatan Transaksi dan Jurnal yang diperlukan
Jurnal pencatatan transaksi penerimaan pembiayaan adalah sebagai berikut : No. Perk.
Jenis Perkiraan
Debet
9601
Estimasi Penggunaan SiLPA
Xxx
Kredit
SiLPA
Perda APBDdisahkan APBDdisahkan
6400 Penggunaan SiLPA
8810 6200
Jurnal penutup
6200
Pembiayaan Netto Penggunaan SiLPA
xxx Xxx
SiLPA tahun pelaporan SiLPA tahun pelaporan
DEPUTI IV BPKP
xxx Xxx
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
9601 6100 8810
Transaksi Penerimaan Pembiayaan selain SiLPA Perda APBD disahkan
OKA diterbitkan
Realisasi penerimaan
0100 8815 8820
8825
8830 8835 8840 8845 8850 8855 8860
Estimasi Penggunaan SiLPA Akumulasi SiLPA Penggunaan SiLPA
Xxx xxx Xxx
Estimasi Penerimaan Pembiayaan Pembiayaan Netto
Xxx
Estimasi Penerimaan dari transakasi yang dialokasikan Alokasi Estimasi penerimaan transaksi
Xxx
Kas di Kas Daerah
Xxx
Penerimaan Penjualan asset yang dipisahkan Penerimaan kembali Pinjaman kepada BUMN/BUMD/ Pemerintah Pusat/ Daerah Otonom lain dan lembaga Internasional Penjualan Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan Penjualan Investasi Permanen lainnya Pinjaman Luar Negeri Pinjaman dari Pemerintah Pusat Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom lainnya Pinjaman dari BUMN/D Pinjaman dari Bank/ Lembaga Keuangan Pinjaman Dalam Negeri lainnya DEPUTI IV BPKP
xxx
Xxx
Xxx Xxx
Xxx
Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx Xxx
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Jurnal kolorari Pelepasan Investasi permanen
7100
1100 1200
1300 1400
Kolorari Penerimaan Pinjaman DN & LN
7400
5100
Diinvestasikan Investasi Permanen
dalam
Penyertaan Modal Pemda Pinjaman kpd BUMN/BUMD/PemPus/D O lain , LK Penyertaan Modal dlm. Proy. Pemb Investasi perma nen lainnya
xxx
Xxx
Xxx Xxx
Dana yg hrs disediakan utk pembayaran hutang jk panjang Hutang jk. Panjang
Jurnal Transaksi Pengeluaran Pembiayaan adalah sebagai berikut :
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Pada saat Pencatatan Perda disahkan
No Perk. 6400 9751
Otorisasi Anggaran Anggaran
9801
9851
Realisasi
8910
0100
Nama perkiraan Pembiayaan Netto
Debet
Kredit
Xxx
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan(Penyertaan modal pemerintah)
xxx
Alokasi Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan(penyertaan modalpemerintah) Allotment Pengeluaran Pembiayaan(Penyertaan modal pemerintah)
Xxx
Pengeluaran Pembiayaan(penyertaan Modal Pemerintah) Kas di Kas Daerah
Xxx
Investasi Permanen(Penyertaan Modal Pemerintah Daerah) Diinvestasikan dalam Investasi Permanen
Xxx
Hutang Jangka Panjang
Xxx
Xxx
xxx
Jurnal Korolari 1100
7100
5100
7400
Jurnal Penutup Anggaran(A Anggaran(A khir Tahun)
9751
Xxx
Dana Yang harus disediakan untuk pembayaran hutang
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan (Penyertaan Modal Pemerintah)
DEPUTI IV BPKP
Xxx
Xxx
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Jurnal Penutup Realisasi
9801
Alokasi Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan (Penyertaan Modal Pemerintah)
9851
Allotment Pengeluaran Pembiayaan (Penyertyaan Modal Pemerintah) Pengeluaran Pembiayaan (Penyertaan Modal Pemerintah) Pembiayaan Netto Tahun Pelaporan
8910
6400
Xxx
Xxx
xxx
xxx
4. Penyajian dan Pengungkapan Pos Pembiayaan dalam Laporan Perhitungan Anggaran ditempatkan setelah perhitungan Surplus/Defisi. Karena posisinya di bawah surplus/divisit sering disebut sebagai pos di bawah garis (bellow the line).
Hal-hal yang perlu diungkapkan mengenai pembiayaan antara lain 1) Rencana penerimaan untuk menutup defisit dan penggunaan dana surplus serta realisasinya berikut perinciannya. 2) Pencapaian target
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
CONTOH SOAL 1. Penerimaan Pembiayaan
Pada tanggal 1 Juli 200X telah dikeluarkan otorisasi untuk menarik dana pinjaman dari BUMN
sebesar Rp. 5.000.000,00 dengan OKA No.
123/VII/BK/200X. Berdasarkan OKA tersebut telah direalisasikan penarikan pinjaman dari BUMN pada tanggal 10 Juli 200X sebesar Rp. 4.000.000,00, dan disetor ke rekening Kas Daerah dengan STS No. 789/VII/KD/200X.
Diminta :
1) Jurnal Otorisasi penarikan dana pinjaman 2) Jurnal realisasi pencairan dana pinjaman 3) Jurnal kolorari yang diperlukan
2. Pengeluaran Pembiayaan.
1) Pada tanggal 25 Oktober telah dikeluarkan otorisasi untuk mengangsur pokok pinjaman dari pemerintah Daerah otonom lainnya sebesar Rp 30.000.000,- dengan OKA No. 453/X/BK/2001. Berdasarkan OKA tsb di atas
telah direalisasikan pembayaran pokok
pinjaman dari Pemerintah Ddaerah lainnya pada tanggal 20 Desember 2001 dengan SPMU-BT No.234/XII/2001 sebesar Rp.30.000.000,-
Diminta : (1) Jurnal otorisasi pembayaran pokok pinjaman (2) Jurnal realisasi pembayaran pokok pinjaman (3) Jurnal Korolari yang terkait
2) Pada tahun 200x Pemerintah Propinsi Jambi mengalami defisit sebesar Rp 500.000.000,00. Apakah Pemerintah Propinsi Jambi boleh mengadakan pengeluaran pembiayaan dalam bentuk pemberian pinjaman kepada BUMD
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
yang sedang mengalami defisit dimana bila tidak disuntik dana BUMD tersebut akan mengalami kesulitan membayar gaji pegawai. Berikan pendapat dan komentar anda
DEPUTI IV BPKP
SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Buku 3
Pos-pos Perhitungan APBD
Pokja IV Evaluasi Pembiayaan dan Informasi Keuangan Daerah, Tim Evaluasi dan Percepatan Pelaksanaan Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, KMK No. 355/KMK.07/2001, Edisi 2 (Januari 2002) , halaman 22-26. 2. Sistem Akuntansi Akuntansi Keuangan Daerah Buku 3 Pos-pos Perhitungan APBD, ibid halaman 76-126 3. Sistem Akuntansi Akuntansi Keuangan Daerah Buku 3 Pos-pos Perhitungan APBD, ibid halaman 130-147 4. Sistem Akuntansi Akuntansi Keuangan Daerah Buku 3 Pos-pos Perhitungan APBD, ibid halaman 151-156. 5. Sistem Akuntansi Akuntansi Keuangan Daerah Buku 3 Pos-pos Perhitungan APBD, ibid halaman 162-269. 6. Paper Modul Pelatihan Laporan Perhitungan Anggaran 7. Sistem Administrasi Keuangan Daerah Buku Buku I, Pusdiklatwas BPKP Edisi ke dua, 2000 8. Sistem Administrasi Keuangan Daerah Buku II, Pusdiklatwas BPKP Edisi ke dua, 2000
DEPUTI IV BPKP