d. Penyerahan barang salam dari bank syariah kepada nasabah pembeli Misalkan dalam kasus di atas, setelah menerima produk salam dari KUD TM pada tanggal 1 September 20XA dan 1 Desember 20XA masing-masing sebanyak 50 ton dengan kualitas dan harga sesuai dengan kesepakatan antara bank syariah dan KUD TM (Rp 325.000.000), bank langsung mengirim produk salam ke gudang milik PT TAM pada tanggal 2 September 20XA dan 2 Desember Tangg Debit Kredit Rekening 20XA pada kuantitas dan (Rp) kualitas sesuai al (Rp) kesepakatan. Maka jurnal atas pengiriman 02/9/X Db. Hutang salam 350.000.0 barang kepada nasabah pembeli tersebut A 00 adalah sebagai berikut : Kr. Persediaan produk 325.000.00 salam Kr. Pendapatan bersih salam
0 25.000.000
PENYAJIAN Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 4.2425), piutang salam dan utang salam adalah akun yang terkait dengan jual beli dengan skema salam. Ketentuan penyajian transaksi tersebut dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Piutang salam disajikan sebesar jumlah tercatat. Piutang salam yang tidak dapat dipenuhi oleh pemasok dan pemasok menyatakan tidak dapat memenuhi kewajibannya disajikan sebagai piutang qardh. 2. Utang salam disajikan sebesar jumlah tercatat.
PENGUNGKAPAN Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 4.25), hal-hal yang harus diungkapkan terkait transaksi pembiayaan dengan skema salam antara lain: 1. Rincian piutang salam dan utang salam berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta, jenis, dan kuantitas barang pesanan. 2. Piutang salam dari pemasok dan utang salam kepada nasabah yang merupakan pihak berelasi.
ISTISHNA
dept of acct - umy
DEFINISI DAN PENGGUNAAN ►
Bai ‘ al istishna ‘ atau disebut dengan istishna’, merupakan kontrak jual beli dalam bentuk pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan ( pembeli, mustahni’ ) dan penjual ( pembuat, shani’ ).
►
Barang yang diperjualbelikan biasanya adalah barang manufaktur, adapun dalam hal pembayaran, transaksi istishna’ dapat dilakukan di muka, melalui cicilan atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.
►
Penggunaan akad istishna’ oleh bank syariah diindonesia relatif masih minim.
Ketentuan syar’i, rukun transaksi dan pengawasan syariah
Transaksi istishna’ dan istishna’ paralel ● Ketentuan ● Rukun
syar’i transaksi Istishna’ dan Istishna’ paralel
transaksi Istishna
► transaktor ► Objek ► Ijab ● Rukun
Istishna
dan kabul Transaksi Istishna’ Paralel
● Pengawasan ● Alur
Syariah Transaksi Istishna’ dan Istishna’ paralel
Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel
Ketentuan syar’i Transaksi Istishna’ dan Istishna’ Paralel ► Menurut
mazhab Hanafi, istishna’ hukumnya boleh karena hal itu telah dilakukan oleh masyarakat muslim sejak masa awal tanpa ada ulama yang mengingkari. Ketentuan syar’I transaksi istishna’ diatur dalam fatwa DSN no 06/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG jual beli istishna’
► Fatwa
tersebut mengatur tentang ketentuan pembayaran, dan ketentuan barang.
Rukun Transaksi Istishna ●
Transaktor
►
Transaktor terdiri atas pembeli dan penjual. Kedua transaktor disyaratkan memiliki kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan memilih yang optimal seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa dan yang lain sejenis.
► Adapun
untuk transaksi dengan anak kecil, dapat dilakukan dengan izin dan pantauan dari walinya. Terkait dengan penjual, DSN mengharuskan agar penjual menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah yang telah disepakati.
►
Penjual diperbolekan menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan dan ia tidak boleh menuntut tambahan harga.
Objek Istishna ► harus
jelas spesifikasinya
► penyerahanya
dilakukan kemudian
► waktu
dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan
► pembeli
( mustashni’ ) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya
► tidak
boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan
► memerlukan ► barang
proses pembuatan setelah akad disepakati;
yang diserahkan harus sesuai dengan spesifikasi pemesan, bukan barang masal
Ijab kabul ●
●
Ijab dan kabul istishna’ merupakan pernyataan dari kedua belah pihak yang berkontrak, dengan cara penawaran dari penjual ( bank syariah ) dan penerimaan yang dinyatakan oleh pembeli ( nasabah ) Menurut PSAK no 104 paragraf 12 pada dasarnya Istishna’ tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi : a) Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya b) Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad
Rukun Transaksi Istishna’ Paralel ► Berdasarkan
fatwa DSN no 6 tahun 2000, disebutkan bahwa akad istishna’ kedua ( antara bank sebagai pembeli dengan petani sebagai penjual ) harus dilakukan terpisah dari akad pertama Adapun akad kedua baru dilakukan setelah akad pertama sah, rukun-rukun yang terdapat pada akad istishna’ pertama juga berlaku pada akad istishna’ kedua
►
Pengawa Peng awasa san n sy syar ariah iah Tra rans nsak aksi si Is Isti tish shna na’’ da dan n Is Isti tish shna na pa para rale lell ● Pengawasan tersebut dilakukan untuk : 1.
Memastikan barang yang diperjualbelika Memastikan diperjualbelikan n tidak diharamk diharamkan an oleh syariah islam
2.
Meneliti apakah bank mem membiayai biayai pembuatan pembuatan barang yang diperlukan nasabah sesuai pesanan dan kriteria yang disepakati;
3.
Memastikan akad Istishna Memastikan Istishna’’ dan akad Istishna Istishna’’ paralel dibuat dibuat dalam akad yang yang terpisah;
4.
Memastikan bahwa Memastikan bahwa akad Istishna Istishna’’ yang sudah dikerjakan sesuai kesepakata kesepakatan n hukimnya mengikat, artinya tidak dapat dibatalkan kecuali memenuhi kondisi antara lain (i) kedua belah pihak setuju untuk menghentikan akad Istishna’ (ii) akad ini batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad
ALUR TRANSAKSI ISTISHANA’ PARALEL
Bank Syariah Sebagai Sebagai penjual ( shani’ 1dan Pembeli ( mustashni’ ) Pada istishn istishna’ a’ 2
1.Negosiasi, Pesan barang Dan akad Istishna’
Nasabah sebagai Pembeli ( mustashni )
9. Pelunasan pembayaran pembayaran 4.Kirim 4.Kirim tagihan penyelesa penyelesaian ian barang barang 5.bayar
1.Negosiasi, Pesan barang Dan akad Istishna’
8.Kirim 8.Kirim dokumen dokumen pengiriman pengiriman 7.Kirim barang Pemasok ( shani’ )
3. Buat Buat barang barang
Caku Ca kupa pan n St Stan anda darr Ak Akun unta tans nsii Is Isti tish shna na’P ’Par aral alel el d alam Pernyataan Standar ► Akuntansi istishna’ diatur dalam Keuangan ( PSAK ) no 104 tentang istishna’.terkait istis hna’.terkait dengan pengakuan dan pengukuran transaksi, standar ini mengatur tentang penyatuan dan segmentasi akad, pendapatan istishna’ dan istishna’ parale, istishna’dengan pembayaran pembayaran tangguh, tangg uh, biaya perolehan istishna’, penyelesaian awal pengakuan taksiran rugi, perubahan pesanan dan tagihan.
Teknis Perhitung an Transaksi Isti shna’ Transaksi Istishna’ Pertama
Untuk mengembangkan klinik ibu dan anak yang dikelolanya, dr. Ursila berencana menambah satu unit bangunan seluas 100 m 2 khusus untuk rawat inap di sebelah barat bangunan utama klinik. Untuk kebutuhan itu, dr. Ursila menghubungi Bank Berkah Syariah untuk menyediakan bangunan baru sesuai dengan spesifikasi yang diinginkannya. Setelah serangkaian negosiasi beserta kegiatan survey untuk menghasilkan desain bangunan yang akan dijadikan acuan spesifikasi barang, pada tanggal 10 Februari 20XA ditandatanganilah akad transaksi istishna’ pengadaan bangunan untuk rawat inap. Adapun kesepakatan antara dr. Ursila dengan Bank Berkah Syariah adalah sebagai berikut:
Harga Bangunan Lama penyelesaian Mekanisme panagihan
: Rp 150.000.000 : 5 bulan (paling lambat tanggal 10 Juli) : 5 termin sebesar Rp 30.000.0000 per termin mulai tanggal 10 Agustus Mekanisme pembayaran : setiap 3 hari setelah tanggal penagihan
Transaksi Istishna’ Kedua Untuk membuat bangunan sesuai dengan keinginan dr. Ursila, pada tanggal 12 Februari 20XA, Bank Berkah Syariah memesan kepada kontraktor PT. Thariq Konstruksi dengan kesepakatan sebagai berikut: : Rp 130.000.000 Harga Bangunan : 4 bulan 15 hari (paling Lama penyelesaian lambat tgl 25 Juni) : tiga termin pada saat Mekanisme penagihan kontraktor penyelesaian 20%, 50% dan 100%. : dibayar tunai sebesar Mekanisme pembayaran oleh Bank tagihan dari kontraktor.
Penjurnalan Transaksi Istishna’
A.Transaksi biaya prakad ( Bank sebagai penjual ) misalkan : Pada tanggal 5 Februari 20XA, untuk keperluan survey dan pembuatan desain bangunan yang akan dijadikan acuan spesifkasi barang, bank Berkah syariah telah mengeluarkan kas hingga Rp 2.000.000. jurnal untuk mengakui transaksi ini adalah sbb : Tanggal
Rekening
Debit
5/2/XA
Db. Beban praakad yang ditangguhkan
2.000.000
Kr. Kas
Kredit
2.000.000
B. Penandatanganan akad dengan pembeli ( Bank sebagai Penjual)
Misalkan kasus dr. Ursila dengan bank berkah syariah diatas, transaksi istishna’ jadi disepakati pada tanggal 10 Februari, maka jurnal pengakuan beban prakaad menjadi biaya istishna’ adalah sebagai berikut: Tanggal
10/2/XA
Rekening
Db. Biaya istishna’ Kr. Beban praakad yg ditangguhkan
Debit
Kredit
( Rp )
( Rp )
2.000.000 2.000.000
C. Pembuatan akad istishna’ paralel dengan pembuat barang ( Bank Sebagai Pembeli ) ● Berdasarkan
PSAK no 104 paragraf 29 disebutkan bahwa biaya perolehan istishna’ paralel terdiri dari : ► Biaya
Perolehan Barang Pesanan Sebesar Tagihan Produsen Atau Kontraktor Kepada Entitas
► Biaya
Tidak Langsung, Yaitu Biaya Overhead Termasuk Biaya Akad Dan Praakad; Dan
► Semua
Biaya Akibat Produsen Atau Kontrktor Tidak Dapat Memenuhi Kewajibannya , Jika Ada
D. Penerimaan dan pembayaran tagihan kepada penjual (pembuat ) barang istishna’ Dalam kasus 11.1, disebutkan bahwa mekanisme pembayaran dilakukan dalam tiga termin yaitu pada saat penyelesaian 20%, 50% dan 100%. Misalkan dalam perjalanannya, realisasi tagihan ketiga termin tersebut ditunjukkan dalam tabel berikut:
No. Termin
Tingkat
Tanggal
Tanggal
Tanggal
Jumlah
penyelesaian
penagihan
penagihan
Pembayara
Pembayaran
kontraktor
kontraktor
n
I
20%
1 April
26.000.0000
8 April
26.000.0000
II
50%
15 Mei
39.000.0000
22 Mei
39.000.0000
III
100%
25 Juni
65.000.0000
2 Juli
65.000.0000
Lanjutan ………
Misalkan pada tanggal 1 April, PT. Thariq Konstruksi menyelesaikan 20% pembangunan dan menagih pembayaran termin pertama sebesar Rp 26.000.000 (20% x Rp 130.000.000) kepada Bank Berkah Syariah. Jurnal pengakuan penagihan pembayaran oleh pembuat barang adalah sebagai berikut: Tanggal
Rekening
1/4/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian Kr. Utang Istishna
Debit ( Rp )
Debit ( Rp )
26.000.0000 26.000.000
Lanjutan ………
Misalkan tagihan kedua diterima pada tanggal 15 Mei Rp 39.000.000 dan diikuti dengan pembayaran oleh bank pada tanggal 22 Mei 20XA. Jurnal untuk transaksi tersebut adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp) 15/5/XA Db. Aset istishna dalam 39.000.000 penyelesaian Kr. Utang Istishna’ 39.000.000* *(50%-20%) x Rp 130.000.000 = Rp 39.000.000
22/5/XA Db. Utang Istishna’ Kr.Kas/rekening nasabah pemasok
39.000.000 39.000.000
Lanjutan ………
Misalkan tagihan ketiga diterima tanggal 25 Juni 20XA Rp. 65.000.000 dan dibayarkan pada tanggal 2 Juli 20XA. Jurnal untuk transaksi tersebut adalah sebagai berikut: Tanggal
Rekening 25/6/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian Kr. Utang istishna’ *(100%-50%) x Rp 130.000.000 = Rp 65.000.000
Debit (Rp) 65.000.000
2/7/XA
65.000.000
Db. Utang istishna’ Kr. Kas/rekening pemasok
nasabah
Kredit (Rp)
65.000.000*
65.000.000
E. Pengakuan Pendapatan istishna’ ● Berdasarkan
PSAK no 104 Paragraf 18 disebutkan bahwa jika metode prosentae penyelesaian digunakan, maka :
► bagian
nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut, diakui sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang bersangkutan
► bagian
margin keuntungan istishna’ yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada aset istishna dalam penyelesaian ; dan
► pada
akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tesebut
Pengakuan Pendapatan istishna’ Untuk kasus 11.1, dengan menggunakan metode persentase penyelesaian, maka pendapatan diakui sesuai dengan persentase penyelesaian. •
Adapun perhitungan pendapatan istishna’, harga pokok istishna’ dan keuntungan istishna’ adalah sebagai berikut:
•
Pendapatan istishna diukur sebesar bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut Pendapatan istishna = persentase penyelesaian x nilai akad penjualan
•
Maka pada tanggal 10 April saat penyelesaian 20%, diakui pendapatan sebesar Rp 30.000.000 (20% x Rp 150.000.000).
•
Harga pokok istishna’ diakui sebesar persentase penyelesaian aset istishna’. Harga pokok istishna’ = persentase penyelesaian x nilai akad pembelian = 20% x Rp 130.000.000 = Rp 26.000.000
dept of acct - umy
Pengakuan Pendapatan istishna’ • Keuntungan istishna’ yang dimaksud adalah bagian margin keuntungan istishna’ yang diakui selama periode pelaporan yang ditambahkan kepada aset istishna’ dalam penyelesaian.
Keuntungan istishna’ = persentase penyelesaian x margin keuntungan istishna’ = 20% x (Rp 150.000.000 – Rp 130.000.000) = 20% x Rp 20.000.000 = Rp 4.000.000 •
dept of acct - umy
Dalam jurnal penyesuaian yang dibuat, pengakuan keuntungan istishna’ dilakukan dengan mendebit asset istishna’ dalam
Pengakuan Pendapatan istishna’ •
Secara keseluruhan, jurnal yang terkait dengan transaksi pengakuan pendapatan saat penyelesaian 20%, 50% dan 100% adalah sebagai berikut. Tanggal
10/4/XA
15/5/XA
25/6/XA
dept of acct - umy
Rekening
Debit (Rp)
Db. Aset istishna’ dalam penyelesaian Db. Harga pokok istishna’ Kr. Pendapatan istishna’
4.000.000 26.000.000
Db. Aset istishna’ dalam penyelesaian Db. Harga pokok istishna’ Kr. Pendapatan istishna’
6.000.000 39.000.000
Db. Aset istishna’ dalam penyelesaian Db. Harga pokok istishna’ Kr. Pendapatan istishna’
10.000.000 65.000.000
Kredit (Rp)
30.000.000*
45.000.000
75.000.000
F. Penagihan Piutang Istishna’ pada Pembeli
Misalkan dalam kasus di atas, penagihan oleh bank kepada pembeli akhir dilakukan dalam 5 termin dalam jumlah yang sama yaitu Rp 30.000.000, setiap tanggal 10 mulai bulan April. Maka jurnal untuk mengakui setiap kali penagihan piutang istishna’ kepada pembeli dan penerimaan pembayaran dari pembeli tersebut adalah sebagai berikut. Tanggal 10/04/XA
Rekening Db. Piutang istishna’ Kr. Termin Istishna’ * Rp 150.000.000/ 5 termin = Rp 30.000.000 per termin
Debit ( Rp )
Kedit ( Rp )
30.000.000 30.000.000
( F ) Penerimaan Pembayaran Piutang Istishna’ dari Pembeli ► Pembayaran
piutang istishna’ oleh nasabah dilakukan setelah menerima tagihan istishna dari bank. Oleh karena termin istishna’ merupakan pos lawan dari piutang istishna’, maka pada waktu pembayaran piutang, bank sebagai penjual perlu menutup termin istishna’. Misalkan dalam kasus di atas, pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan 3 hari setelah menerima tagihan dari bank sebagai penjual Rp. 30.000.000 yang seharusnya dibayar pada 10 Aprtil 20XA. Maka jurnal untuk mengakui setiap penerimaan pembayaran dari pembeli tersebut adalah sebagai berikut
Tanggal
Rekening
13/04/XA
Db. Kas/rekening nasabah pembeli istishna 30.000.000 Kr. Piutang Istishna’
Debit (Rp)
Kredit (Rp)
30.000.000
(G) Saat barang pesanan diserahkan pada nasabah
Menurut PAPSI 2013 (h. 4.19), pada saat barang pesanan telah diserahkan kepada nasabah, bank melakukan jurnal balik atas rekening aktiva istishna dalam penyelesaian dan termin istishna. Untuk kasus 11.1, misalkan barang pesanan diserahkan pada tanggal 13/8/XA, maka jurnal pada saat penyerahan barang tersebut adalah sebagai berikut:
►
Tanggal
Rekening
13/8/XA
Db. Termin Istishna’ Kr. Aset istishna’ dalam penyelesaian
dept of acct - umy
Debit (Rp)
Kredit (Rp)
150.000.000 150.000.000
( G ) Variasi Transaksi dan Kebijakan akuntansi ●
g.1.Pengakuan Pendapatan dengan metode akad selesai
Berdasarkan PSAK no 104 paragraf 19 disebutkan bahwa pada metode akad selesai melekat beberapa ketentuan berikut : 1.Tidak ada pendapatan istishna’ yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai: 2.Tidak ada harga pokok istishna’ yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai: 3.Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna’ dalam penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut selsai: dan 4.Pengakuan pendapatan istishna’, harga pokok istishna’, dan keuntungan dilakukan hanya pada saat penyelasaian pekerjaan.
g.2. Pembayaran dengan cara tangguh ● Berdasarkan
PSAK no 104 paragraf 20, jika menggunakan metode persentase penyelesaian dan proses pelunasan dilakukan dalam periode lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, maka pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna’ dilakukan secara tunai, diakui sesuai persentase penyelesaian; dan b. Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran. Proporsional yang dimaksud sesuai dengan paragraf 24-25 PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah
PENYAJIAN •
Menurut PAPSI 2013 (h. 4.19-20), ketentuan penyajian transaksi terkait jual beli dengan skema istishna dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut: ●
1. Uang muka Istishna’ disajikan sebagai liabilitas lainnya. 2. Uang muka kepada pemasok disajikan sebagai aset lainnya. 3. Utang Istishna’ disajikan sebesar tagihan dari pemasok yang belum dilunasi. 4. Aktiva Istishna’ dalam Penyelesaian disajikan sebesar dana yang dibayarkan Bank kepada supplier. 5. Termin Istishna’ disajikan sebesar jumlah tagihan termin Bank kepada nasabah. 6. Piutang Istishna’ disajikan sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir. 7. Margin Istishna’ ditangguhkan disajikan sebagai pos lawan piutang istishna’.
PENGUNGKAPAN Menurut PAPSI 2013 (h. 4.21) hal-hal yang harus diungkapkan terkait jual beli dengan skema istishna antara lain: 1. Rincian piutang istishna berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta dan kualitas piutang dan cadangan kerugian penurunan nilai piutang Istishna. 2. Jumlah piutang istishna yang diberikan kepada pihak yang berelasi. 3. Kebijakan akuntansi yang dipergunakan dalam pengakuan pendapatan cadangan kerugian penurunan nilai, penghapusan dan penanganan piutang istishna yang bermasalah. 4. Besarnya piutang istishna baik yang dibiayai sendiri oleh bank maupun secara bersama-sama dengan pihak lain sebesar bagian pembiayaan bank. 5. Jumlah akumulasi biaya atas kontrak berjalan serta pendapatan dan keuntungan sampai dengan akhir periode berjalan. 6. Jumlah sisa kontrak yang belum selesai menurut spesifikasi dan syarat kontrak. 7. Klaim tambahan yang belum selesai dan semua denda yang bersifat kontinjen sebagai akibat keterlambatan pengiriman barang. dept of acct - umy
PENGUNGKAPAN 8. Nilai kontrak istishna yang sedang berjalan serta rentang periode pelaksanaannya. 9. Nilai kontrak istishna yang telah ditandatangani bank selama periode berjalan tetapi belum dilaksanakan dan rentang periode pelaksanaannya. 10. Rincian utang istishna berdasarkan jumlah, tujuan (pemasok atau nasabah), jangka waktu dan jenis mata uang. 11. Utang istishna kepada nasabah yang merupakan pihak berelasi. 12. Jenis dan kuantitas barang pesanan.
IJARAH dept of acct - umy
12.1 DEFINISI DAN PENGGUNAAN -Ijarah dan ijarah Muntahiyah Bit tamlik (IMBT) merupakan transaksi sewa menyewa yang diperbolehkan oleh syariah. Akad ijarah merupakan akad yang memfasilitasi transaksi pemindahan hak guna (maanfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang. Bagi bank syariah, transaksi ini memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan jenis akad lainnya yaitu: 1) Dibandingkan dengan akad murabahah, akad ijarah lebih fleksibel dalam hal objek transaksi. 2) Dibandingkan dengan investasi, akad ijarah mengandung resiko usaha yang lebih rendah, yaitu adanya pendapatan sewa yang relatif tetap
12.2 KETENTUAN SYARI’I, RUKUN TRANSAKSI DAN PENGAWASAN SYARIAH RANSAKSI IJARAH DAN TRANSAKSI IMBT 12.2.1. Ketentuan syar’i Transaksi Ijarah dan Transaksi IMBT
Berdasarkan terminologi, Ijarah adalah pemindahan kepemilikan fasilitas dengan imbalan. Penyewaan dalam sudut pandang Islam meliputi dua hal yaitu; 1. Penyewaan terhadap potensi atau sumber daya manusia 2. Penyewaan terhadap suatu fasilitas Ketentuan syar’i transaksi ijarah diatur dalam fatwa DSN no 09 tahun 2000. Adapun ketentuan syar’i transaksi ijarah untuk penggunaan jasa diatur dalam fatwa DSN no 44 tahun 2004. Sedangkan ketentuan syar’i IMBT diatur dalam fatwa DSN no 27 tahun 2000.
12.2.2 Rukun Transaksi Ijarah Rukun transaksi ijarah meliputi : (a) transaktor yakni penyewa dan pemberi sewa, (b) objek ijarah, yakni fasilitas dan uang sewa; dan (3) ijab dan kabul menunjukkan serah terima, baik berupa ucapan atau perbuatan.
a. Transaktor Transaktor terdiri atas penyewa (nasabah) dan pemberi sewa (bank syariah). Kedua transaktor disyaratkan memiliki kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan memilih yang optimal seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa dan yang lain yang sejenis. Impilikasi perjanjian sewa kepada bank syariah sebagai penyewa adalah sebagai berikut: a.
Menyediakan aset yang disewakan
b.
Menanggung biaya pemeliharaan aset
c.
Menjamin bila terdapat cacat pada aset yang disewakan
Adapun kewajiban nasabah sebagai penyewa adalah: a.
Membayar sewa dan bertanggungjawab untuk menjaga keutuhan aset yang disewa serta menggunakannya sesuai kontrak.
b.
Menanggung biaya pemeliharaan yang sifatnya ringan (tidak materiil).
c.
Jika aset yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penyewa dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.
b.
Objek ijarah
Objek kontrak ijarah meliputi pembayaran sewa dan manfaat dari penggunaan aset. Adapun ketentuan objek ijarah adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Objek ijarah adalah maanfaat dari penggunaaan barang dan jasa. Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak. Fasilitasnya mubah (dibolehkan). Manfaat harus dikenali secara spesifit sedemikian rupa untuk menghilangkan ketidaktahuan yang akan mengakibatkan sengketa 5. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas termasuk jangka waktunya. 6. Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. 7. Ketentuan dalam menentukan sewa dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.
C. Ijab dan kabul
Ijab dan kabul dalam akad ijarah merupakan peryataan dari kedua belah pihak yang berkontrak, dengan cara penawaran dari pemilik aset (bank syariah) dan penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa (nasabah).
12.2.3. Rukun Transaksi IMBT Berdasarkan fatwa DSN no 27 tahun 2002, disebutkan bahwa pihak yang melakukan transaksi IMBT harus melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu. Dengan demikian pada akad IMBT, juga berlaku semua rukun dan syarat transaksi ijarah. Adapun akad perjanjian IMBT harus disepakati ketika akad ijarah ditandatangani. Selanjutnya pelaksanaan akad pemindahaan kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian hanya dapat dilakukan setelah masa ijarah selesai.
dept of acct - umy
12.2.4.Rukun Transaksi Ijarah Untuk Pembiayaan Multijasa
Pembiayaan multijasa dengan skema ijarah adalah pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa dengan menggunakan akad ijarah, pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad ijarah atau kafalah.
dept of acct - umy
dan IMBT a.
Memastikan penyaluran dana beredasarkan prinsip ijarah tidak dipergunakan untuk kegiatan yang bertentangan dengan prinsip syariah;
b.
Memastikan bahwa akad pengalihan kepemilikan dalam IMBT dilakukan setelah akad ijarah selesai, dan dalam akad ijarah, janji (wa’ad) untuk pengalihan kepemilikan harus dilakukan pada saat berakhirnya akad ijarah;
c.
Meneliti pembiayaan berdasarkan prinsip ijarah untuk multijasa menggunakan perjanjian sebagaimana diatur dalam fawa yang berlaku tentang multijasa dan ketentuan lainnya antara lain ketentuan standard akad;
d.
Memastikan besar ujrah atau fee multijasa dengan menggunakan akad ijarah telah disepakati di awal dan diyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk persentase.
dept of acct - umy
Gambar 12.1 ALUR TRANSAKSI IJARAH DAN IMBT Bank Syariah sebagai pemberi sewa barang dan jasa
Nasabah sebagai penyewa
1. Negosiasi dan akad ijarah
4. membayar sewa pada bank
2. membeli barang/jasa pemasok
3. menggunakan objek ijarah
OBJEK IJARAH 5. mengalihkan hak milik barang ijarah pada akhir masa sewa (khusus IBMT)
12.4. CAKUPAN STANDAR AKUNTANSI IJARAH DAN IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK
Standar akuntansi untuk ijarah menggunakan PSAK no 107. Standar ini memuat tentang mekanisme transaksi dan ketentuan tentang pengakuan dan pengukuran transaksi dalam yang terdapat dalam skema ijarah dan IMBT. Beberapa hal dicakup dalam standar ini adalah pengakuan dan pengukuran perolehan objek ijarah, pendapatan ijarah dan IMBT, piutang pendapatan ijarah dan IMBT, biaya perbaikan yang dikeluarkan, perpindahan hal milik objek sewa, terjadinya penurunan nilai objek sewa secara permanen.
12.5. TEKNIS PERHITUNGAN DAN PENJURNALAN TRANSAKSI IJARAH BAGI BANK SYARIAH.
Pembahasan teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi ijarah akan mengacu pada kasus 12.1 berikut.
Kasus 12.1.: Transaksi ijarah PT. Namira membutuhkan sebuah mobil untuk keperluan usahanya. Pada bulan januari 20XA, PT Namira mengajukan permohonan ijarah kepada bank syariah. Adapun informasi tentang penyewaan tersebut adalah sebagai berikut: Harga perolehan barang : Rp 120.000.000 Umur ekonomis barang : 5 tahun (60 bulan) Masa Sewa : 24 bulan Nilai sisa umur ekonomis: Rp 0 Sewa per bulan : Rp 2.400.000 Uang muka sewa : Rp 7.200.000 Biaya administrasi : Rp 480.000
12.5.1 Teknis Perhitungan Transaksi Ijarah Beberapa hal yang perlu dilakukan perhitungan terkait transaksi ijarah adalah perhitungan penentuan keuntungan dan fee ijarah, perhitungan uang muka sewa, dan biaya administrasi ijarah. Perhitungan biaya administrasi ijarah Biaya administrasi bisa diterapkan dengan menggunakan persentase tertentu dari modal yang digunakan untuk persewaan. Misalkan dalam kasus di atas, bank syariah menggunakan kebijakan 1% dari modal persewaan. Maka biaya administrasinya adalah sebagai berikut: Biaya administrasi ijarah = n% x modal persewaan per bulan x jumlah bulan = 1% x Rp 2.000.000 x 24 = 1% x Rp 48.000.000 = Rp 480.000
12.5.2 PERJURNALAN TRANSAKSI IJARAH a.
Transaksi pengadaan aset ijarah
Sebelum akad ijarah dilakukan, bank syariah terlebih dahulu melakukan pengadaan aset ijarah. Berdasarkan PSAK no 59 paragraf 108 disebutkan bahwa objek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan. Misalkan untuk keperluan transaksi ijarah PT Namira di atas, pada tanggal 5 juni 20XA bank syariah membeli aset pada perusahaan yang mensuplai barang yang diperlukan.
Tanggal
Rekening
Debet (Rp)
5/6/XA
Db Persediaan ijarah
120.000.000
Kr. Kas/Rekening supplier
Kredit (Rp)
120.000.000
b. Transaksi pada saat akad disepakati
• Pada saat akad disepakati, terdapat beberapa transaksi yang harus diakui oleh bank syariah. Transaksi tersebut adalah (1) konversi persediaan untuk ijarah menjadi aset ijarah, sebagai bentuk pengakuan atas adanya pengalihan hak guna kepada penyewa (2) Penerimaan biaya administrasi. •Misalkan pada tanggal 10 Juni, PT. Namira menandatangani akad ijarah untuk sebuah mesin. Maka jurnal yang diperlukan pada waktu itu adalah: Tgl rekening Debit (Rp) Kredit(Rp) 10/6/XA Db.Aset yang diperoleh untuk ijarah
120.000.000
Kr. Persediaan ijarah 10/6/XA Db. Kas/Rekeningnasabah – PT. Namira Kr. Pendapatan administrasi
120.000.000 480.000 480.000
c. Transaksi Pengakuan Pendapatan Ijarah
Misalkan rencana dan realisasi pembayaran sewa oleh PT. Namira adalah sebagai berikut:
No. Tanggal Jatuh Tempo
Sewa per bulan (Rp)
Porsi pokok (Rp)
Porsi ujrah (Rp)
Tanggal Jumlah Pembayaran dibayar (Rp)
1. 10 Juli XA 2.400.000
2.000.000 400.000 10 Juli XA
2.400.000
2. 10 Agt XA 2.400.000
2.000.000 400.000 10 Agt XA
2.400.000
3. 10 Sept XA 2.400.000
2.000.000 400.000 10 Sept XA
2.400.000
4. 10 Okt XA
2.400.000
2.000.000 400.000 10 Okt XA
2.400.000
5. 10 Nov XA
2.400.000
2.000.000 400.000
5 Des XA
2.400.000
6. 10 Des XA
2.400.000
2.000.000 400.000 10 Des XA 3 Jan XA
1.400.000 1.000.000
a. Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan saat jatuh tempo Tanggal Rekening
Debet (Rp) Kredit (Rp)
10/7/XA Db. Kas/rekening nasabah Kr. Pendapatan sewa
2.400.000
10/8/XA Db. Kas/rekening nasabah Kr. Pendapatan sewa
2.400.000
10/9/XA Db. Kas/rekening nasabah Kr. Pendapatan sewa
2.400.000
10/10/XA Db. Kas/rekening nasabah Kr. Pendapatan sewa
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
b. Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan setelah tanggal jatuh tempo Misalkan untuk pembayaran sewa bulan Nopember, pada tanggal 10 Nopember 20XA, nasabah belum membayar sewa kepada bank. Pembayaran baru dilakukan pada tanggal 5 Desember 20XA. Maka jurnal atas transaksi tanggal 10 Nopember dan 5 Desember tersebut adalah: Tgl
10/11
Rekening
Db. Piutang sewa (porsi pokok) Db. Piutang pendapatan sewa (porsi ujrah)
Debit (Rp)
2.000.000 400.000
Kr. Pendapatan ijarah – akrual 5/12
Db. Kas/rekening nasabah
2.400.000 2.400.000
Kr. Piutang sewa (porsi pokok)
2.000.000
Kr. Piutg pendptn sewa (porsi ujrah) Db. Pendapatan ijarah – akrual Kr. Pendapatan ijarah
Kredit (Rp)
400.000 2.400.000 2.400.000
c. Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan sebagian pada saat jatuh tempo dan sebagian lagi setelah tanggal jatuh tempo Misalkan tanggal 10 Desember Desember 20 20XA, XA, nasabah membayar membayar sebesar sebesar Rp 1.400 400..000 000.. Sisanya dibayar dibayar kemudian pada pada tanggal 3 Januari 20 20XB XB.. Jurnal atas transaksi tanggal 10 Desember Desember 20 20XA XA adalah sebagai berikut: berikut : Rekening Tgl
10/12/XA
Debit (Rp)
Db. Kas/rekening nasabah
Kredit (Rp)
1.400.000
Db. Piutang sewa (porsi pokok)
833.333
Db. Piutang pendapatan sewa (porsi
166.667
ujrah) Kr. Pendapatan sewa
1.400.000
Kr. Pendapatan sewa – akrual
1.000.000
c. Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan sebagian pada saat jatuh tempo dan sebagian lagi setelah tanggal jatuh tempo Jurnal Ju rnal untuk untuk transaksi tanggal tanggal 3 Januari Januari 20 20XB XB tersebut tersebut adalah sebagai berikut: berikut: Rekening
Tgl
3/1/XB Db. Kas/rekening nasabah
Debit
Kredit
(Rp)
(Rp)
1.000.000
Kr. Piutang sewa (porsi pokok) Kr.
Piutang pendapatan sewa (porsi ujrah)
Db. Pendapatan sewa – akrual Kr. Pendapatan sewa
dept of acct - umy
833.333 166.667 1.000.000 1.000.000
d. Pengakuan penyusutan aset yang diperoleh untuk ijarah Dengan menggunakan teknik teknik perhitungan perhitungan penyusutan yang telah dibahas pada pada sub bab bab 12. 12.5.1a, jurnal untuk untuk pengakuan pengakuan penyusutan penyusutan aset yang diperoleh ijarah untuk untuk enam bulan bulan pertama pertama adalah sebagai berikut. berikut. Tanggal 10/7/XA
10/8/XA
10/9/XA
10/10/XA
10/11/XA
10/12/XA
Rekening Db. Beban penyusutan aset ijarah Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah
Debet (Rp) 2.000.000
Db. Beban penyusutan aset ijarah Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah
2.000.000
Db. Beban penyusutan aset ijarah Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah
2.000.000
Db. Beban penyusutan aset ijarah Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah
2.000.000
Db. Beban penyusutan aset ijarah Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah
2.000.000
Db. Beban penyusutan aset ijarah Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah
2.000.000
Kredit (Rp) 2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
e. Perlakuan akuntansi beban perbaikan dan pemeliharaan Berdasarkan PSAK no 107, biaya perbaikan objek ijarah merupakan tanggungan pemilik. Misalkan pada tanggal 23 Desember 20XA dilakukan perbaikan aset ijarah sebesar Rp500.000. Perbaikan tersebut dilakukan atas tanggungan Bank Syariah sebagai pemilik objek sewa dengan sistem pembayaran langsung pada perusahaan jasa ruko maka jurnal atas transaksi tersebut adalah: Tanggal
Rekening
Debit (Rp)
23/12/XA
Db. Beban perbaikan aset ijarah
500.000
Kr. Kas/rekening
Kredit (Rp)
500.000
f. Penyajian pada laporan laba rugi dan laporan perhitungan bagi hasil Pendapatan sewa, dilaporkan baik pada laporan laba rugi maupun laporan perhitungan bagi hasil. Pada kedua laporan, pendapatan yang disajikan adalah pendapatan bersih yaitu pendapatan sewa dikurangi beban-beban yang terkait dengan ijarah antara lain beban penyusutan dan beban perbaikan dan pemeliharaan. Pada laperan laba rugi biasanya dibuat pada akhir tahun, sedangkan laporan perhitungan bagi hasil biasanya disajikan setiap bulan untuk keperluan perhitungan bagi hasil dengan pemilik dana pihak ketiga. (i). Laporan Laba Rugi Juli Agust
Sept
Okt
Nop
Des
Total
Pendapatan sewa (saldo kas+akrual)
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
14.400.000
(beban penyusutan)
(2.000.000)
(2.000.000)
(2.000.000)
(2.000.000)
(2.000.000)
(2.000.000)
(12.000.000)
(Beban perbaikan)
-
-
-
-
-
(500.000)
(500.000)
(Beban lain)
-
-
-
-
-
-
-
Pendapatan sewa bersih
400.000
400.000
400.000
400.000
400.000
(100.000)
1.900.000
(ii). Laporan perhitungan bagi hasil Juli
Agustus Septembe Oktobe r r
Nopembe Desember r
2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 3.800.000 Pendapatan Sewa – (hanya yang telah berwujud kas saja) (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000) (Beban penyusutan) (500.000) (Beban perbaikan) (Beban lain) 400.000 400.000 400.000 400.000 (2.000.000) 1.300.000 Pendapatan Sewa Bersih
Total 13.400.000
(12.000.000) (500.000) 900.000
12.6. TEKNIK PERHITUNGAN DAN PENJURNALAN TRANSAKSI IMBT BAGI BANK SYARIAH
Pembahasan teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi IMBT akan dilakukan dengan mengacu pada kasus 12.2 berikut. Kasus 12.2.: Tansaksi IMBT Dengan mengacu pada transaksi kasus 12.1. PT Namira yang telah dibahas pada bagian terdahulu, misalkan akad yang disepakati adalah IMBT dengan informasi tentang penyewaan sebagai berikut: Biaya perolehan barang : Rp 120.000.000 Umur barang : 5 tahun (60 bulan) Masa Sewa (umur ekonomis) : 24 bulan Waktu Pembelian barang : Setelah bulan ke24
12.6.1. Teknis perhitungan transaksi IMBT
Teknis perhitungan transaksi IMBT pada dasarnya sama dengan transaksi ijarah. Perbedaan teknis perhitungan terletak pada penentuan penyusutan aset ijarah. a.Perhitungan penyusutan aset IMBT
Berdasarkan PSAK no 59 paragraf 108b, objek sewa disusutkan sesuai dengan masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahiya bittamlik.
•Berdasarkan kasus diatas maka beban penyusutan Biaya perolehan perbulan barang IMBT adalah: Penyusutan IMBT per bln =
Jumlah bulan masa sewa
Penyusutan IMBT per bln =
Rp 120.000.000 24
= Rp 5.000.000
b. Penentuan Pendapatan IMBT
• Selanjutnya dengan kebijakan keuntungan sewa 20% dari modal barang yang disewakan, pendapatan IMBT per bulan adalah sebagai berikut: Pdptn IMBT perbulan = modal penyewaan + n% modal penyewaan = Rp 5.000.000 + (20% x 5.000.000) = Rp 5.000.000 + 1.000.000 = Rp 6.000.000
Ttl pdptn IMBT selama masa sewa = 24 x Rp 6.000.000 = Rp 144.000.000
12.6.2. Penjurnalan transaksi IMBT • Penjurnalan transaksi IMBT pada dasarnya sama dengan penjurnalan pada transaksi ijarah. • Perbedaan mendasar hanya terdapat pada konsep perhitungan penyusutan yang tidak dikaitkan dengan umur ekonomis melainkan dikaitkan dengan masa sewa sebagaimana telah dibahas pada sub bab 12.6.1.
12.6.2. Penjurnalan transaksi IMBT •
Perpindahan hak milik IMBT dapat dilakukan dengan beberapa alternatif, yaitu melalui (1) hadiah, (2) pembayaran sisa sewa sebelum berakhirnya masa sewa dan (3) pembayaran sekedarnya.
a. Pelepasan sebagai hadiah Berdasarkan PSAK no 107, perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada penyewa dalam ijarah muntahiya bittamlik dengan cara: 1. Hibah, 2. Penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati, 3. Penjualan setelah selesai masa akad
dept of acct - umy
b. Pelepasan melalui penjualan objek sewa sebelum berakhirnya masa sewa Berdasarkan PSAK no 107 disebutkan bahwa pada penjualan objek ijarah sebelum berakhirnya masa sewa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati, maka selisih antara harga jual dan
jumlah
tercatat
objek
keuntungan atau kerugian
ijarah
diakui
sebagai
•(i) Jika harga jual di atas nilai buku aset ijarah •Misalkan setelah penerimaan pendapatan sewa bulan ke 20, bank syariah menjual mesin yang menjadi aset ijarah tersebut sebesar sisa cicilan sewa kepada nasabah penyewa yaitu Rp 24.000.000 (4 x Rp 6.000.000), Adapun nilai buku aset di neraca pada bulan ke 20 adalah: penyajian d i neraca (bulan ke 20) Aset Ijarah 120.000.000 Akumulasi penyusutan (100.000.000) Nilai bersih 20.000.000 maka jurnal untuk transaksi tersebut adalah: Rekening
Db. Kas Db. Akumulasi penyusutan aset ijarah Kr. Aset ijarah Kr. Keuntungan penjualan aset ijarah
Debet (Rp)
Kredit (Rp)
24.000.000 100.000.000 120.000.000 4.000.000
•(ii)
jika harga jual dibawah nilai buku aset ijarah •Misalkan
setelah penerimaan pendapatan sewa bulan ke 20, bank syariah menjual mesin yang menjadi aset ijarah tersebut sebesar Rp 15.000.000. Adapun nilai buku aset di neraca penyajian d i n eraca (bulan ke 20) pada bulan ke 20 adalah:120.000.000 Aset Ijarah Akumulasi penyusutan Nilai bersih
(100.000.000) 20.000.000
maka jurnal untuk transaksi tersebut adalah: Rekening Db. Kas Db. Akumulasi penyusutan aset ijarah Db. Kerugian penjualan aset ijarah Kr. Aset ijarah
Debet (Rp) 15.000.000 100.000.000 5.000.000
Kredit (Rp)
120.000.000
c. Pelepasan melalui penjualan objek sewa setelah berakhirnya masa sewa
Berdasarkan PSAK no 107 disebutkan bahwa pada penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
•Misalkan
setelah berakhirnya masa sewa, bank syariah menjual mesin yang menjadi aset ijarah senilai Rp 2.000.000. Adapun nilai buku penyajian aset didineraca pada neraca (bulan ke 24) bulan ke 24 Aset adalah: Ijarah 120.000.000 Akumulasi penyusutan Nilai bersih
(120.000.000) 0
maka jurnal untuk transaksi tersebut adalah: Rekening
Db. Kas Db. Akumulasi penyusutan aset ijarah Kr. Aset ijarah Kr. Keuntungan penjualan aset ijarah
Debet (Rp) Kredit (Rp) 2.000.000 120.000.000 120.000.000 2.000.000
d. Pelepasan melalui penjualan objek sewa secara bertahap Berdasarkan PSAK no 107, disebutkan bahwa penjualan objek ijarah secara bertahap, maka: (i) selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah yang telah dijual diakui sebagai keuntungan atau kerugian; sedangkan (ii) bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai aset tidak lancar atau aset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan aset tersebut.
12.7. TEKNIS PERHITUNGAN DAN PENJURNALAN TRANSAKSI IJARAH UNTUK MULTIJASA
Praktik perhitungan dan penjurnalan transaksi ijarah untuk jasa pada dasarnya sama dengan perhitungan dan penjurnalan transaksi ijarah untuk barang.
oKasus
12.3. : Transaksi Ijarah untuk multijasa
Ibu Ulli melakukan transaksi ijarah dengan BPRS Anugerah Sejahtera untuk keperluan biaya sekolah anaknya selama 1 semester di Universitas Gadjah Mada (UGM). Adapun informasi tentang transaksi untuk penyediaan jasa tersebut adalah sebagai berikut: Biaya perolehan jasa : Rp 9.000.000 (dibayar ke UGM tanggal 1 feb20XA Masa Sewa :6 bulan (mulai 1 feb 20XA s/d 1 Agustus 20XA) Sewa per bulan : Rp 1.700.000 (setiap tanggal 1 mulai bulan Maret) Penyusutan per bulan : Rp 1.500.000 (setiap tanggal 1 mulai bulan Maret) Biaya administrasi 0,5% : Rp 45.000 (diterima tanggal 1 Feb 20XA) dept of acct - umy
Jurnal untuk transaksi di atas meliputi jurnal pengadaan aset ijarah, jurnal pada saat akad, jurnal penyusutan aset ijarah dan jurnal penerimaan pendapatan sewa ijarah.
a. Pengadaan aset ijarah Jurnal pengadaan aset ijarah jasa adalah sebagai berikut: Tanggal
Rekening
Debet (Rp)
1/2/XA
Db. Aset ijarah
9.000.000
Kr. Rekening UGM
Kredit (Rp)
9.000.000
Ket: Pengadaan aset ijarah
Tanggal Rekening
Debet (Rp)
1/2/XA Db.pada Rekening Nasabah/Kas Jurnal saat akad adalah sebagai berikut:
45.000
b. Saat akad disepakati Kr. Pendapatan administrasi Ket: Penerimaan biaya administrasi pembiayaan
Kredit (Rp)
45.000
c. Saat pengakuan penyusutan aset ijarah dan pembayaran sewa ijarah Berikut adalah tabel penyusutan aset ijarah dan pembayaran sewa ijarah
Bia ya penyusutan (Rp)
Pembayaran Sewa (Rp)
Keterangan Tanggal penyusutan dan pembayaran
1.500.000 1.500.000
1.700.000 1.700.000
1 Maret 20XA 1 April 20XA
4
1.500.000 1.500.000
1.700.000 1.700.000
1 Mei 20XA 1 Juni 20XA
5
1.500.000
1.700.000
1 Juli 20XA
6
1.500.000
1.700.000
1 Agustus 20XA
No 1 2 3
Tanggal
Rekening
Debet (Rp) 1.500.00 0
Kredit (Rp)
1/3/XA
Db. Beban penyusutan aset ijarah
1/3/XA
Kr. Akumulasi penyusutan aset 1.500.000 ijarah Db. Rekening Nasabah/Kas 1.700.00 0 Kr Penda atan sewa 1 700 000
Tangga
1/4/XA
Rekening
Debet (Rp
Db. Beban penyusutan aset ijarah
1.500.000
Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah
1/4/XA
Db. Rekening nasabah/kas
1.500.000
Db. Rekening nasabah/kas
Db. Rekening nasabah
1.500.000
Db. Rekeni
abah
1.700.000
Db. Beban penyusutan aset ijarah
1.500.000
Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah
1/7/XA
1.500.000 1.700.000
Kr. Pendapatan sewa
1/7/XA
1.700.000
Db. Beban penyusutan aset ijarah Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah
1/6/XA
1.500.000 1.700.000
Kr. Pendapatan sewa
1/6/XA
1.700.000
Db. Beban penyusutan aset ijarah Kr. Akumulasi penyusutan aset ijarah
1/5/XA
1.500.000 1.700.000
Kr. Pendapatan sewa
1/5/XA
redit (Rp
1.500.000 1.700.000
12.7. Penyajian Penyajian Transaksi Ijarah atas Asset Berwujud Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 6.4): 1. Objek sewa yang diperoleh bank disajikan sebagai aset Ijarah. 2. Akumulasi penyusutan/amortisasi dan cadangan kerugian penurunan nilai dari aset ijarah disajikan sebagai pos lawan aset ijarah. 3. Porsi pokok atas pendapatan sewa yang belum dibayar disajikan sebagai piutang sewa. 4. Porsi ujrah atas pendapatan sewa yang belum dibayar disajikan sebagai pendapatan sewa yang akan diterima yang merupakan bagian dari aset lainnya pada saat nasabah tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong non-performing maka pendapatan sewa yang akan diterima disajikan pada rekening administratif. 5. Cadangan kerugian penurunan nilai atas piutang sewa disajikan sebagai pos lawan (contra account) piutang ijarah. 6. Beban penyusutan/amortisasi aset ijarah disajikan sebagai pengurang pendapatan ijarah pada laporan laba rugi.
dept of acct - umy
12.7. Penyajian Penyajian Transaksi Ijarah atas Jasa Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 6.8): 1. Perolehan atas jasa disajikan sebagai bagian aset ijarah dan disajikan terpisah dari aset ijarah lain. 2. Amortisasi atas perolehan aset ijarah disajikan sebagai pos lawan dari aset ijarah. 3. Porsi pokok atas pendapatan sewa multijasa yang belum dibayar disajikan sebagai piutang sewa. 4. Porsi ujrah atas pendapatan sewa multijasa yang belum dibayar disajikan sebagai pendapatan sewa multijasa yang akan diterima yang merupakan bagian dari aset lainnya pada saat nasabah tergolong performing. Sedangkan, apabila nasabah tergolong non-performing maka pendapatan sewa multijasa yang akan diterima disajikan pada rekening administratif. 5. Cadangan kerugian penurunan nilai atas piutang sewa disajikan sebagai pos lawan (contra account) piutang sewa. 06. Beban amortisasi aset ijarah disajikan sebagai pengurang pendapatan ijarah pada laporan laba rugi. dept of acct - umy
12.8 Pengungkapan Pengu ngk apan Transaksi Ijarah atas Aset Berw uju d Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 6.6-7), hal-hal yang harus diungkapkan terkait transaksi ijarah dengan menggunakan aset berwujud antara lain: 1. Sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan Ijarah. 2. Jumlah piutang cicilan Ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua tahun terakhir. 3. Jumlah obyek sewa berdasarkan jenis transaksi (ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik), jenis aset dan akumulasi penyusutannya serta cadangan kerugian penurunan nilai jika ada, apabila bank sebagai pemilik obyek sewa. 4. Komitmen yang berhubungan dengan perjanjian ijarah muntahiyah bittamlik yang berlaku efektif pada periode laporan keuangan berikutnya. 5. Kebijakan akuntansi yang digunakan atas transaksi Ijarah dan Ijarah muntahiyyah bittamlik. 6. Transaksi dan saldo dengan pihak-pihak yang berelasi.
12.8 Pengungkapan Pengu ngk apan Transaksi Ijarah atas Jasa Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 6.10), hal-hal yang harus diungkapkan terkait transaksi ijarah dengan jasa antara lain: 01. Sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan ijarah. 02. Rincian perolehan atas jasa berdasarkan jenis. 03. Jumlah piutang cicilan ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua tahun terakhir. 04. Transaksi dan saldo dengan pihak-pihak yang berelasi.
dept of acct - umy
PENDAHULUAN
Berkaitan dengan perhitungan bagi hasil dari pendapatan yang diterima, bank syariah dapat berada dalam dua posisi yang berbeda,
1.Bagi hasil pendapatan antara bank dengan nasabah dimana bank sebagai mudharib dan nasabah sebagai sahibul maal, 2.Bagi hasil pendapatan antara bank dengan nasabah dimana bank sebagai sahibul maal dan nasabah dept of acct - umy
KONSEP PERHITUNGAN BAGI HASIL
dept of acct - umy
15.1. Tahapan Perhitungan Bagi hasil Menghitung pendapatan yang akan dibagi hasil Menentukan bagi hasil yang akan digunakan
dept of acct - umy
Distribusi bagi hasil pendapatan kepada masing-masing nasabah sesuai nisbah yang disepakati
Menghitung saldo rata-rata harian sumber dana
Menghitung proporsi bagi hasil pendapatan untuk setiap jenis sumber dana
Menghitung saldo rata-rata harian penyalur dana
Menghitung pendapatan bagi hasil untuk nasabah dan bank
15.2 Menentukan Prinsip Perhitungan Bagi Hasil •
Dewan Syariah Nasional dalam fatwanya dengan nomor 15 tahun 2000 menyatakan bahwa bank syariah boleh menggunakan prinsip bagi hasil (revenue sharing) maupun bagi untung (profit sharing) sebagai dasar bagi hasil.
•
revenue yang dimaksud dalam dasar bagi hasil bank syariah dan yang dipraktikkan selama ini adalah pendapatan dikurangi harga pokok barang yang dijual
dept of acct - umy
•
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 105 paragraf 11 menyatakan bahwa pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi laba dan jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto ( gross profit ) bukan total pendapatan usaha (omset). Sedangkan jika berdasarkan prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba neto (net profit ) yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah.
dept of acct - umy
Dalam praktik perbankan, gross profit sharing yang dibagihasil kepada pihak ketiga meliputi: 1.Margin bank yang meliputi margin murabahah, salam & istishna. Sekiranya ada pemberian potongan kepada nasabah, maka potongan tersebut akan mengurangi margin bank. 2.Pendapatan sewa bersih. Dalam hal ini pendapatan sewa bersih adalah selisih antara pendapatan sewa dengan akumulasi penyusutan ijarah. Gain atas penjualan aset ijarah juga termasuk dalam pendapatan sewa. 3.Bagi hasil investasi mudharabah dan investasi musyarakah
dept of acct - umy
Perbedaan prinsip Bagi Bagi Hasil Revenue Hasil Revenue Sharing dan Profit dan Profit Sharing PRINSIP REVENUE SHARING
Pendapatan Bagi Hasil Margin Sewa Lainnya
PRINSIP PROFIT SHARING
Dasar Perhitungan Bagi Hasil
Pendapatan Bagi Hasil Margin Sewa Lainnya
Dikurangi: Hak bagi hasil Pihak ketiga Dikurangi: Beban Operasional Pembiayaan Mudharobah
Ditambah: Pendapatan operasional lainnya.
Dikurangi: Beban Operasional
Laba/Rugi Bersih
dept of acct - umy
Dasar Perhitungan Bagi Hasil
Laba/Rugi Bersih
15.3. Menghitung Jumlah Pendapatan yang dibagi hasil. Untuk menghitung jumlah pendapatan yang akan didistribusikan, terdapat tiga alternatif pendekatan. Pendapatan yang akan dibagi hasil dihitung berdasarkan: 1.Sumber Dana Pihak Mudharabah saja.
ketiga
dari
Dana
2.Sumber Dana Pihak ketiga Mudharabah dan Wadiah.
dari
Dana
3.Seluruh Sumber dana dept of acct - umy
Perhitungan Pendapatan Yang Akan Dibagi Hasil Menggunakan Pendekatan Sumber Dana Dari Dana Mudharabah Saja 1. Menghitung Rata-rata Saldo Harian Sumber Dana (RSSD). Hal ini dilakukan karena saldo nasabah dapat berubah setiap hari RSSD =
Saldo tgl 1 + saldo tgl 2 dst ... tgl n Jumlah hari n
2. Menghitung Rata-rata Saldo Harian Pembiayaan (RSP). Hal ini dilakukan karena saldo untuk RSP =masing-masing Saldo tgl 1 + saldo pembiayaan tgl 2 dst ... tgl n dapat berubah setiap hari Jumlah hari n dept of acct - umy
3. Menghitung pendapatan untuk bagi hasil. Pendapatan untuk bagi hasil dihitung dengan menggunakan rumus : Jumlah Rata-rata Saldo Pendapatan Sumber Dana X jumlah = Bagi Hasil Jumlah Rata-rata Saldo pendapatan harian Pembiayaan Pendapatan Bagi Hasil
dept of acct - umy
=
200.000.000 400.000.000
X 2.000.000
Perhitungan pendapatan yang akan dibagi hasil berdasarkan sumber dana pihak ke tiga dari Sumber Dana Mudharabah Kelompok
Rata-Rata Harian Sado Sumber Dana 1
Rata-rata harian Pembiayaan
Pendapatan Penyaluran dana
Pendapatan untuk bagi hasil
2
3
4
Penghimpunan Dana - Tab Mudharabah 60.000.000 - Dep Mudharabah 140.000.000 Jumlah Dana
Sumber 200.000.000
Penyaluran dana - Jual Beli
180.000.000 550.000
- Ijarah
30.000.000 100.000
- Bagi Hasil
140.000.000 1.050.000
Penyaluran lainnya Jumlah dept of acct - umy
50.000.000 300.000 400.000.000 -
1.000.000 2.000.000
Perhitungan pendapatan yang akan dibagi hasil berdasarkan sumber dana pihak ke tiga dari Sumber Dana Mudharabah dan Wadiah Kelompok
Prinsip Wadiah Tabungan Wadiah Giro Wadiah Jumlah Penghimpunan Dana - Tab Mudharabah - Dep Mudharabah Jumlah Jumlah Sumber Dana
Rata-Rata Harian
Rata-rata Harian
1
2
Pendapatan Pendapatan Penyaluran untuk bagi dana hasil 3 4
50.000.000 80.000.000 130.000.000 60.000.000 140.000.000 200.000.000 330.000.000
Penyaluran dana - Jual Beli
180.000.000 550.000
- Ijarah
30.000.000 100.000
- Bagi Hasil
140.000.000 1.050.000
- Penyaluran lainnya
50.000.000 300.000
Jumlah
-
400.000.000
1.650.000 2.000.000
dept of acct - umy
Tabel 15.5 Perhitungan pendapatan yang akan dibagi hasil berdasarkan seluruh sumber dana Kelompok
Prinsip Wadiah Tabungan Wadiah Giro Wadiah Jumlah Penghimpunan Dana - Tab Mudharabah - Dep Mudharabah Jumlah Modal Jumlah Jumlah Sumber Dana
Rata-Rata Harian
Rata-rata Harian
1
2
Pendapatan Penyaluran dana 3
Pendapatan untuk bagi hasil 4
50.000.000 80.000.000 130.000.000 60.000.000 140.000.000 200.000.000 70.000.000 70.000.000 400.000.000
Penyaluran dana - Jual Beli - Ijarah - Bagi Hasil - Penyaluran lainnya Jumlah
dept of acct - umy
-
180.000.000 30.000.000 140.000.000 50.000.000 400.000.000
550.000 100.000 1.050.000 300.000 2.000.000
2.000.000
15.6. Menentukan hak bagi hasil untuk bank dan nasabah. Dari data dalam tabel 15.3 dan tabel 15 .4 dihitung proporsi pendapatan yang akan dibagi hasil untuk masing-masing kelompok sumber dana dengan menggunakan rumus: Proporsi Tabungan Mudharabah
x jumlah Saldo rata-rata sumber pendapatan = dana yang dibagi Jumlah keseluruhan Saldo hasil Rata-rata Sumber Dana
Proporsi Tabungan Mudharabah
=
60.000.000 200.000.000
Proporsi Tabungan Mudharabah = Rp 300.000. dept of acct - umy
x 1.000.000
Setelah diketahui jumlah pendapatan yang akan dibagi hasil untuk masing-masing kelompok investasi, selanjutnya dihitung pendapatan bagi hasil untuk bank dan nasabah dengan menggunakan rumus berikut: Pendapatan Nasabah Tabungan Mudharabah = Proporsi Pendapatan tabungan Mudharabah x Nisbah bagi hasil nasabah.
Pendapatan Nasabah Tabungan Mudharabah = 300.000 x 40 % = 120.000. Pendapatan Bank dari Tabungan Mudharabah = Proporsi Pendapatan tabungan Mudharabah x Nisbah bagi hasil bank.
Pendapatan Bank dari Tabungan Mudharabah = 300.000 x 60 % = 180.000. Untuk perhitungan sumberdana deposito 1 bulan, 3 bulan 6 bulan dan 12 bulan mengikuti perhitungan yang sama dengan perhitungan tabungan. dept of acct - umy
Equivalent Rate Equivalent Rate
Equivalent Rate
=
Pendapatan nasabah x 365 x 100% Saldo Rata-rata x 30
=
Equivalent Rate
=
120.000 x 365 x 100% 60.000.000 x 30 2,43%
Untuk sumber dana deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan menggunakan rumus yang sama dengan sumber dana tabungan.
dept of acct - umy
Tabel 15.8: Tabel Equivalent Rate Atas Bagi Hasil Untuk Nasabah Jenis Kelompok
Saldo RataRata
Proporsi Pndapata n dibagi
Tab Mudharabah
60.000.000 300.000
Dep. Mudharabah
-
1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 12 Bulan
40.000.000 200.000 30.000.000 150.000 50.000.000 250.000 20.000.000 100.000 200.000.000 1.000.000
dept of acct - umy
Nasabah Nisbah
Bank
Pedapatan
Eq R
2,43 %
40% 120.000
Nisbah
60%
-
Pedapatan
180.000 -
60% 120.000
3,65 %
40%
80.000
65% 97.500
3,95 %
35%
52.500
65% 162.500
3.95 %
35%
87.500
70% 70.000
4,26 %
30%
30.000
570.000
430.000
Setelah equivalent rate diperoleh, bank selanjutnya dapat menghitung bagi hasil bagi nasabah perorangan pada setiap akhir bulan. Untuk menghitung bagi hasil untuk nasabah perorangan dapat menggunakan rumus berikut:
Bagi hasil nasabah = Saldo rata-rata nasabah x 30 hari x equivalent rate 365 hari x 100 Misalkan Hanif nasabah tabungan mudharabah memiliki saldo rata-rata pada bulan Januari sebesar Rp 1.000.000. Maka perhitungan bagi hasil yang diperolehnya adalah:
dept of acct - umy
Bagi hasil nasabah = Saldo rata-rata nasabah x 30 hari x equivalent rate 365 hari x 100
dept of acct - umy
Bagi hasil Hanif
=
Rp 1.000.000 x 30 x 2,92 365 x 100
Bagi hasil Hanif
=
Rp 1.000.000 x 30 hari x 2,92 365 x 100
Bagi hasil Hanif
=
Rp 87.600.000 36500
Bagi hasil Hanif
=
Rp 2.400