ADAPTASI ALAT UKUR KEPRIBADIAN BIG FIVE FACTOR MARKER DARI INTERNATIONAL PERSONALITY ITEM POOL (IPIP)
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh
RIZKI FEBRIANTI MAHARANI 081301028
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GANJIL, 2012/2013
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul: Adaptasi Alat Ukur Kepribadian Big Five Factor Marker dari International Personality Item Pool (IPIP) adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, November 2012
Rizki Febrianti Maharani NIM. 081301028
i Universitas Sumatera Utara
Adaptasi Alat Ukur Kepribadian Big Five Factor Marker dari International Personality Item Pool (IPIP) Rizki Febrianti Maharani dan Etty Rahmawati
ABSTRAK Informasi individu yang digali melalui tes psikologi dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Salah satu aspek yang dinilai ialah kepribadian. Teori kepribadian yang luas dan mampu memprediksi serta menjelaskan banyak hal melalui faktor-faktornya ialah Big Five. Namun pengembangan alat ukur Big Five di Indonesia masih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengadaptasi Big Five Factor Marker kedalam versi Indonesia dan menguji karakteristik psikometrinya. Subjek yang terlibat dalam penelitian sebanyak 500 orang dewasa penduduk kota Medan. Estimasi validitas konstruk menggunakan analisis faktor dan reliabilitas menggunakan formula alpha Cronbach dengan bantuan program SPSS. Ditemukan bahwa Big Five Factor Marker versi adaptasi menghasilkan jumlah faktor yang sama dengan versi aslinya. Hanya terdapat beberapa indikator perilaku yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh adanya perbedaan budaya. Rata-rata nilai muatan faktor (factor loading) ke 50 aitem Big Five Factor Marker adalah 0.3 dan reliabilitasnya 0.86. Oleh karena itu dapat dikatakan Big Five Factor Marker memiliki validitas kosntruk serta reliabilitas yang baik.
Kata Kunci: Adaptasi, Big Five Factor Marker, validitas konstruk, reliabilitas
ii Universitas Sumatera Utara
The Adaptation of Big Five Factor Marker Personality Test from International Personality Item Pool (IPIP) Rizki Febrianti Maharani and Etty Rahmawati
ABSTRACT Individual information explored through psychological tests can be used as a basis for decision making. One aspect that assessed is personality. One of the broad personality theory which has the ability to predict and explain many things through its factors is the Big Five theory. The development of this test, however, is still small in Indonesia. This research was aimed to adapt the Big Five Factor Marker into Indonesian version and to examine the characteristics of its psychometric. The subjects involved in this research were the residents of Medan city totaled 500 adults. Estimation of construct validity used factor analysis and reliability used Cronbach alpha formula with the assistance of SPSS. It was found that the Big Five Factor Marker adapted version produced the same number of factors as the original version. There were only a few indicators of different behaviors. Such differences may be caused by cultural differences. The average loading factor of the 50 items of the Big Five Factor Marker was 0.3 while the reliability was 0.86. Therefore it can be conclude that the Big Five Factor Marker have a good cosntruct validity and good reliability.
Keywords: Adaptation, Big Five Factor Marker, construct validity, reliability
iii Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh keluarga besar di Padang Sidimpuan terutama mama dan papa yang selalu ada memberikan dukungan dan kasih sayang. Selama proses pengerjaan penelitian ini, penulis menemui berbagai hambatan dan juga berbagai kemudahan yang semakin mempertebal rasa syukur penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Irmawati, M.Si, psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Etty Rahmawati, M.Si sebagai dosen pembimbing yang selalu memberikan arahan, saran, kritikan serta motivasi dari awal penyusunan hingga akhir penyelesaian penelitian ini. 3. Kak Rahmi Putri Rangkuti, M.Psi, psikolog dan Ibu Ika Sari Dewi, S.Psi, psikolog selaku dosen penguji sidang skripsi. 4. Ibu Prof. Tina Kariman, M.A, Ph.D sebagai ahli bahasa inggris yang bersedia memberikan professional judgement dalam penelitian ini. 5. Kak Juliana Irmayanti Saragih, M.Psi, psikolog dan Ibu Rodhiatul Hasanah, M.Psi, psikolog sebagai dosen di Fakultas Psikologi serta ahli dalam bidang psikologi kepribadian yang telah bersedia memberikan professional judgement dalam penelitian ini. 6. Teman terdekat saya, yang namanya tidak dapat disebutkan namun efek kehadirannya selalu ada. iv Universitas Sumatera Utara
7. Teman seperjuangan di fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara angkatan 2008, yang telah saling memeluk disaat gundah, mendukung disaat jatuh, saling tertawa bersama disaat bahagia. Fatma, Siti, Ervi, Nanda, Sani, Heni, Susi, Pipit, Rahma, Ajeng, Nisha, Mutia, Mina, Sari, Nana, Una, Lili, Tika, Kiki, Suki, Mila, Kak kem, Nandun, Yuyu, Moyang, Tania, terimakasih untuk kalian semua teman. 8. Terimakasih juga untuk semua pihak yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian ini hingga dapat terselesaikan. Penulis menyadari masih adanya kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai kritik dan saran yang ditujukan untuk penelitian ini untuk menyempurnakan dan memperbaikinya. Harapan penulis semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua yang membacanya.
Medan, November 2012
Penulis
v Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN......................................................................... i ABSTRAK.................................................................................................. ii KATA PENGANTAR.................................................................................iv DAFTAR ISI................................................................................................ vi DAFTAR TABEL....................................................................................... x DAFTAR GAMBAR................................................................................... xi DAFTAR RUMUS...................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1 A. Latar Belakang...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah................................................................................ 9 C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 9 D. Manfaat Penelitian................................................................................ 9 E. Sistematika Penulisan........................................................................... 10
vi Universitas Sumatera Utara
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................... 12 A. Kepribadian Big Five............................................................................ 12 1.
Sejarah Perkembangan Kepribadian Big Five ............................. 12
2.
Trait Kepribadian Big Five............................................................ 14
B. Big Five Factor Marker........................................................................ 16 C. Adaptasi Alat Ukur............................................................................... 17 1.
Definisi Adaptasi Alat Ukur.......................................................... 17
2.
Tahap-tahap dalam Proses Adaptasi.............................................. 18 a.
Penelaahan Koeksistensi Konstruk yang Diukur.................. 18
b.
Tahap Alih Bahasa.................................................................. 19 1) Seleksi dan Pelatihan Penerjemah..................................... 20 2) Desain Penilaian dalam Mengadaptasi Tes........................ 21
c.
Tahap Empirik: Memastikaan Kesetaraan Psikometrik......... 22 1) Validitas............................................................................. 23 a. Validitas Konten......................................................... 24 b. Validitas Kriteria........................................................ 24 c. Validitas Konstruk...................................................... 25 2) Reliabilitas......................................................................... 27
3.
Sumber-sumber Error dalam Adaptasi.......................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 30 A. Jenis Penelitian.................................................................................... 30 B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel........................... 31
vii Universitas Sumatera Utara
1.
Populasi dan Sampel...................................................................... 31
2.
Teknik Pengambilan Sampel........................................................ 31
C. Instrumen Penelitian............................................................................ 32 D. Proses Adaptasi..................................................................................... 34 E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian.......................................................... 39 F. Metode Analisa Data............................................................................ 41 1.
Validitas Konstruk........................................................................ 41
2.
Reliabilitas..................................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 45 A. Gambaran Sampel Penelitian............................................................... 45 B. Deskripsi Hasil Penelitian.................................................................... 46 1. Analisis Awal.................................................................................. 46 a. Normalitas Data........................................................................ 46 b. Kecukupan Jumlah Sampel....................................................... 46 2. Hasil Analisis Faktor...................................................................... 47 a. Ekstraksi Faktor........................................................................ 47 b. Rotasi Faktor............................................................................. 49 C. Reliabilitas............................................................................................ 54 D. Pembahasan.......................................................................................... 55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................60 A. Kesimpulan........................................................................................... 60 B. Saran..................................................................................................... 60
viii Universitas Sumatera Utara
1. Saran Praktis.................................................................................... 60 2. Saran Metodologis........................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 62 LAMPIRAN............................................................................................... 65
ix Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel. 1 Aitem Big Five Factor Marker Versi Asli..............................................
33
Tabel. 2 Aitem-aitem Big Five Factor Marker Hasil Terjemahan........................
36
Tabel. 3 Aitem-aitem Big Five Factor Marker Hasil Adaptasi.............................
38
Tabel. 4 Blue Print Aitem Big Five Factor Marker.............................................
40
Tabel. 5 Proporsi Sampel Penelitian Berdasarkan Usia.......................................
45
Tabel. 6 Hasil Analisis Uji Normalitas................................................................
46
Tabel. 7 Hasil Analisis Tes KMO.......................................................................
47
Tabel. 8 Varians Masing-masing Faktor.............................................................
49
Tabel. 9 Muatan Faktor Masing-masing Aitem...................................................
50
Tabel. 10 Pengelompokan Aitem Berdasarkan Nilai Muatan Faktor..................... 51 Tabel. 11 Blue Print Aitem Setelah Ekstraksi.....................................................
52
Tabel. 12 Indikator Perilaku Big Five Inventory dan Big Five Factor Marker...... 58
x Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Grafik 1. Scree Plot.........................................................................
48
xi Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RUMUS
Rumus 1. Reliabilitas Skor Komposit.................................................
44
xii Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Deskripsi Usia Sampel....................................................
66
Lampiran 2 Uji Normalitas................................................................
69
Lampiran 3 Deskripsi Hasil Analisis Faktor.......................................
71
Lampiran 4 Estimasi Reliabilitas Skor Komposit................................... 76
xiii Universitas Sumatera Utara
Adaptasi Alat Ukur Kepribadian Big Five Factor Marker dari International Personality Item Pool (IPIP) Rizki Febrianti Maharani dan Etty Rahmawati
ABSTRAK Informasi individu yang digali melalui tes psikologi dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Salah satu aspek yang dinilai ialah kepribadian. Teori kepribadian yang luas dan mampu memprediksi serta menjelaskan banyak hal melalui faktor-faktornya ialah Big Five. Namun pengembangan alat ukur Big Five di Indonesia masih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengadaptasi Big Five Factor Marker kedalam versi Indonesia dan menguji karakteristik psikometrinya. Subjek yang terlibat dalam penelitian sebanyak 500 orang dewasa penduduk kota Medan. Estimasi validitas konstruk menggunakan analisis faktor dan reliabilitas menggunakan formula alpha Cronbach dengan bantuan program SPSS. Ditemukan bahwa Big Five Factor Marker versi adaptasi menghasilkan jumlah faktor yang sama dengan versi aslinya. Hanya terdapat beberapa indikator perilaku yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh adanya perbedaan budaya. Rata-rata nilai muatan faktor (factor loading) ke 50 aitem Big Five Factor Marker adalah 0.3 dan reliabilitasnya 0.86. Oleh karena itu dapat dikatakan Big Five Factor Marker memiliki validitas kosntruk serta reliabilitas yang baik.
Kata Kunci: Adaptasi, Big Five Factor Marker, validitas konstruk, reliabilitas
ii Universitas Sumatera Utara
The Adaptation of Big Five Factor Marker Personality Test from International Personality Item Pool (IPIP) Rizki Febrianti Maharani and Etty Rahmawati
ABSTRACT Individual information explored through psychological tests can be used as a basis for decision making. One aspect that assessed is personality. One of the broad personality theory which has the ability to predict and explain many things through its factors is the Big Five theory. The development of this test, however, is still small in Indonesia. This research was aimed to adapt the Big Five Factor Marker into Indonesian version and to examine the characteristics of its psychometric. The subjects involved in this research were the residents of Medan city totaled 500 adults. Estimation of construct validity used factor analysis and reliability used Cronbach alpha formula with the assistance of SPSS. It was found that the Big Five Factor Marker adapted version produced the same number of factors as the original version. There were only a few indicators of different behaviors. Such differences may be caused by cultural differences. The average loading factor of the 50 items of the Big Five Factor Marker was 0.3 while the reliability was 0.86. Therefore it can be conclude that the Big Five Factor Marker have a good cosntruct validity and good reliability.
Keywords: Adaptation, Big Five Factor Marker, construct validity, reliability
iii Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Tes psikologi adalah suatu pengukuran yang objektif dan terstandar
terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk mengukur perbedaan antar individu atau juga mengukur reaksi individu yang sama pada situasi yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1997). Penggunaan tes psikologi saat ini menjadi suatu bagian yang sangat penting dalam pengukuran terhadap individu. Tes psikologi berperan sebagai alat untuk menggali atribut psikologi individu. Terdapat tujuh jenis tes psikologi yang beragam tergantung tujuan pengukurannya. Pertama, tes intelegensi untuk mengukur kemampuan individu dalam cakupan umum. Kedua, tes bakat untuk mengetahui bakat atau potensi khusus seseorang. Ketiga, tes kreativitas untuk mengukur kapasitas individu untuk menemukan solusi yang tidak biasa dan tidak terduga khususnya dalam memecahkan masalah yang masih samar. Keempat, tes kepribadian untuk mengukur trait, kualitas, atau perilaku yang menunjukkan individualitas seseorang. Kelima, tes prestasi untuk mengukur pencapaian individu setelah mempelajari sesuatu. Keenam, tes inventori minat untuk mengukur kecenderungan seseorang pada aktifitas atau topik-topik tertentu. Dan terakhir, tes neuropsikologi untuk mendapatkan data mengenai keluhan gangguan kognitif (Gregory, 2004).
1 Universitas Sumatera Utara
2
Hasil tes psikologi digunakan sebagai dasar informasi dalam pengambilan keputusan. Informasi individu yang digali melalui suatu tes psikologi dapat menjadi prediktor yang meramalkan performa individu dalam suatu tugas. Oleh karena itu tes psikologi yang akan dipergunakan harus memenuhi kualitas psikometri yang baik agar dapat diterapkan dalam mengukur suatu atribut psikologi pada individu (Murphy, 2005). Tes psikologi digunakan dalam konteks industri organisasi, pendidikan atau sekolah serta dalam konteks klinis. Dalam konteks industri organisasi tes psikologi memainkan peran yang sangat penting, terutama dalam proses perekrutan dan seleksi karyawan. Tes psikologi yang digunakan diantaranya tes kemampuan kognitif, tes situasional, serta tes kepribadian objektif dan proyektif. Tes psikologi dalam konteks pendidikan berperan untuk memeriksa intelegensi atau IQ, prestasi akademik, kepribadian, minat serta bakat. Dalam konteks klinis peran tes sebagai alat untuk memeriksa orang-orang yang mengalami masalah perilaku untuk kemudian menetapkan keputusan-keputusan terapeutik (Anastasi, 1997). Tes intelegensi digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan individu dalam cakupan umum. Dalam konteks industri organisasi tes intelegensi berperan dalam proses penyeleksian berdasarkan intelegensi. Proses seleksi selanjutnya, menekankan pentingnya tes kepribadian sebagai bagian dalam proses akhir pengambilan keputusan. Tes kepribadian menjadi penting dalam proses perekrutan karyawan karena posisi jabatan tertentu membutuhkan spesifikasi
Universitas Sumatera Utara
3
orang-orang dengan karakteristik kepribadian tertentu yang tidak hanya dilihat berdasarkan kemampuan umum atau intelegensi (Jewell, 1998). Para psikolog yang tertarik dalam bidang perilaku karir juga berpendapat bahwa kepribadian berhubungan dengan jenis karir yag dipilih seseorang dan bagaimana mereka berfungsi dalam pekerjaan tersebut. Orang dengan karakteristik tertentu akan memilih pekerjaan tertentu dan akan berfungsi dengan lebih baik dalam beberapa pekerjaan dibandingkan pekerjaan yang lain (De Fruyt & Salgado, dalam Pervin, 2005). Dalam konseling sekolah tes kepribadian berfungsi untuk memeriksa dan kemudian mengarahkan serta menangani anakanak berdasarkan karakter pribadinya. Terlihat bahwa dalam bidang-bidang tersebut kepribadian individu menjadi salah satu faktor pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan. Menurut Gordon W.Allport kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas (Barrick & Ryan, dalam Pervin, 2005). Banyak teori-teori kepribadian yang berkembang dalam menggambarkan perbedaan manusia. Masing-masing teori menggambarkan kepribadian berdasarkan satu perspektif tertentu, sehingga tidak bisa menggambarkan perbedaan manusia secara luas dan menyeluruh. Salah satu pendekatan dalam kepribadian yang diketahui dapat melihat perbedaan individual secara luas ialah Big Five Factor. Big Five Factor mengorganisir perbedaan individu dalam lima dimensi yang luas dan bipolar (John & Srivastava, 1999; McCrae & Costa, 2006). Kelima dimensinya
Universitas Sumatera Utara
4
berupa unit dasar kepribadian atau trait, yang merupakan kecenderungan umum individu untuk merespons dengan cara tertentu (Pervin, 2005). Sifat atau trait diperlakukan sebagai sesuatu yang benar-benar eksis dalam teori Big Five Factor, yaitu tiap faktor dipandang sebagai struktur psikologi yang dimiliki oleh tiap orang dalam tingkatan yang bervariasi. Sifat tersebut dianggap mempengaruhi secara kausal tiap perkembangan psikologi individual. Dalam teori Big Five Factor, kelima faktornya merupakan disposisional dasar kecenderungan yang dimiliki oleh semua orang (Pervin, 2005). Selama dua dekade terakhir, perkembangan Big Five Factor telah menjadi model paling
menonjol untuk menggambarkan struktur
sifat
kepribadian.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa banyak hal yang mampu diprediksi dan digambarkan oleh trait-trait dalam kepribadian Big Five Factor. Salah satu contohnya dalam bidang pekerjaan. Individu dengan tingkat Extraversion yang tinggi akan memilih dan lebih baik pada pekerjaan sosial dan hiburan dibandingkan dengan individu Introversion (Pervin, 2005). Contoh lainnya dalam penggunaan model Big Five Factor ialah dalam memilih dan merencanakan perawatan psikologi individu (Harkness & Lilienfeld, dalam Pervin, 2005). Pemahaman terhadap kepribadian individual, membuat para terapis mampu untuk mengantisipasi masalah dan merencanakan serangkaian penanganan dalam perawatan psikologi individu (Sanderson & Clarkin, dalam Pervin, 2005). Prinsipnya disini ialah sebagaimana individu dengan kepribadian yang berbeda akan berfungsi lebih baik atau lebih buruk dalam pekerjaan yang berbeda, maka individu juga bisa lebih banyak atau lebih sedikit mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
5
keuntungan dari bentuk perawatan psikologi yang berbeda (Costa & McCrae, dalam Pervin, 2005). Terlihat banyak aspek yang dapat diprediksi dan digambarkan dengan kepribadian Big Five Factor, namun pengembangan alat ukur kepribadiannya masih sedikit. Goldberg (1999) menyatakan bahwa progres ilmiah dalam pengembangan
inventori kepribadian
masih
sangat
lambat. Salah satu
penyebabnya adalah fakta bahwa inventori kepribadian yang luas berkembang merupakan
instrumen
hak
milik,
diantaranya
NEO
PI-R
(Neoriticsm,
Extraversion, Openness, Personality Inventory- Revised) dan CPI (California Psychological Inventory), yang mengarah pada sedikitnya pembaharuan karena ketika akan dikembangkan peneliti membutuhkan izin serta biaya dalam penggunaan kuisionernya. Di Indonesia sendiri ketersediaan inventori kepribadian masih sedikit (Halim, 2004). Di kota Medan, peneliti mewawancara psikolog di Biro Psikologi Persona, Sandra Dwi Anita, M.Psi. Sandra mengungkapkan tes kepribadian yang biasa digunakan ialah EPPS, Papi Kostick dan tes grafis seperti Wartegg, DAP, dan Baum. Dalam penggunaannya, pelaksanaan inventori kepribadian harus disertai wawancara dan observasi untuk melihat kesesuaian dan konsistensi hasil tes dengan hasil wawancara. Observasi dan wawancara juga dapat digunakan sebagai antisipasi kecurangan akibat banyaknya alat tes yang bocor dan beredar secara bebas (Sandra, komunikasi personal tanggal 29 November 2012, pukul 14.00)
Universitas Sumatera Utara
6
Alat ukur kepribadian Big Five yang digunakan di Indonesia adalah NEO PI-R yang dikonstruksikan pada tahun 1992 oleh Costa dan McCrae. Terdiri dari 240 aitem pernyataan-pernyataan pendek berupa self-report pada orang pertama, contoh: Saya benar-benar seperti orang yang kebanyakan saya temui. Dan mengobservasi peringkat pada orang ketiga, contoh: Dia memiliki imajinasi yang sangat aktif. Aitem-aitemnya dievaluasi dengan lima poin skala mulai dari “sangat tidak setuju” sampai “sangat setuju” (McCrae & Costa, 2006). Penggunaan alat ukur kepribadian Big Five maupun pengembangan alatnya masih belum begitu populer di Indonesia. Penelitian alat ukur kepribadian Big Five secara psikometri juga belum banyak dilakukan (Mastuti, 2005). Melihat fenomena tersebut, adaptasi inventori yang memenuhi syarat kedalam bahasa dan budaya indonesia sangat berkontribusi pada perkembangan penelitian alat ukur kepribadian di Indonesia. Pada tahun 1996 Goldberg mengusulkan suatu kolaborasi Internasional untuk mengembangkan inventori kepribadian yang mudah tersedia dan luas. Semua peneliti bebas menggunakan aitem dan menyebarkan penemuan mereka untuk memperbaruinya. Aitem-aitemnya dikembangkan dan kemudian disajikan pada website internet yang dikenal dengan International Personality Item Pool (IPIP) (Gow, 2005). IPIP berisi versi pengganti dari inventori yang luas digunakan. Sebagai contoh, sebuah versi IPIP dari NEO PI-R tersedia. Asosiasi antara versi hak milik (asli) dan IPIP telah dicatat dan hasilnya bentuk pendek dari IPIP NEO dengan NEO PI-R yang asli rentang korelasinya 0,70 - 0,82. Namun tingginya korelasi
Universitas Sumatera Utara
7
tersebut tidak berarti bahwa versi IPIP dengan versi aslinya benar-benar setara (Costa & McCrae, dalam Gow, 2005). Selain berisi berbagai versi dari tes Big Five yang berkembang, Goldberg juga mengembangkan beberapa aitem dalam IPIP yang dikenal dengan Big Five Factor Marker yaitu suatu tes untuk mengukur kepribadian berdasarkan Big Five Factor, kelima faktornya yaitu Extraversion vs Introversion, Agreeableness vs Antagonism, Conscientiousness vs Lack of Direction, Emotional Stability vs Neuroticism, dan Intellec atau Openness vs Closedness. Big Five Factor Marker terdiri dari 50-100 aitem yang berupa pernyataanperyataan pendek. Kesemua aitemnya dapat di download di internet untuk digunakan dalam penelitian. Awalnya pengembangan Big Five Factor Marker oleh Goldberg ini terdiri dari 100 unipolar Big Five Factor Markers yang berisi kata sifat tunggal atau trait-descriptive. Namun kemudian, Goldberg mengusulkan bahwa kata sifat dapat diperbaiki untuk menciptakan aitem-aitem kuesioner yang menyediakan informasi yang lebih kontekstual daripada kata tunggal, tapi tetap masih lebih singkat daripada aitem dalam inventori kebanyakan lainnya (Gow, 2005). Pernyataan-pernyatan dalam Big Five Factor Marker berupa frasa pendek yang menjelaskan perilaku atau behavior-descriptive sehingga ketika digunakan secara luas lebih mudah diterjemahkan dalam bahasa yang berbeda di dunia daripada kata sifat tunggal atau trait-descriptive (Mlacic & Goldberg, 2007). Selain itu aitem yang disajikan juga sederhana sehingga mudah dipahami oleh responden. Masing-masing aitemnya direspon dengan memeringkatkan diri
Universitas Sumatera Utara
8
mereka pada lima tingkatan, yaitu “sangat sesuai”, “sesuai”, “netral”, “tidak sesuai”, dan “sangat tidak sesuai”. Big Five Factor Marker banyak dilaporkan dalam jurnal-jurnal pengembangan alat ukur. Big Five Factor Marker memiliki aitem yang sedikit, tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan beberapa inventori kepribadian lainnya, aitem-aitemnya yang berupa frasa memudahkan pengerjaan oleh responden. Kesemua aitem singkat dalam Big Five Factor Marker mampu mengukur lima faktor kepribadian Big Five, yaitu Surgency atau Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Emotional Stability atau kebalikan dari Neuroticism, dan Intellec atau Openness (Guenelo & Chernyshenko, 2005). Big Five Factor Marker juga dapat menghemat pelaksanaan pemeriksaan kepribadian. Teori Big Five yang mampu menggambarkan kepribadian secara luas memungkinkan untuk melakukan tes kepribadian hanya sekali saja. Karena praktiknya, pemeriksaan kepribadian menggunakan beberapa alat tes untuk melihat beberapa dimensi kepribadian tertentu. Ini disebabkan oleh satu tes kepribadian biasanya mengukur suatu dimensi kepribadian tertentu. Hal ini diungkapkan oleh Yunita sebagai psikolog di biro psikologi Persona (Yunita Zahra, M.Psi, komunikasi personal tanggal 11 Januari 2013, pukul 13.00). Berdasarkan keluasan Big Five Factor yang mampu menggambarkan dan memprediksi banyak aspek dari traitnya, serta kebutuhan pengembangan inventori kepribadian Big Five di Indonesia, peneliti merasa perlu melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengadaptasi Big Five Factor Marker dari IPIP kedalam versi indonesia.
Universitas Sumatera Utara
9
B.
Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Big Five Factor Marker yang telah diadaptasi kedalam versi
Indonesia memiliki validitas konstruk dan reliabilitas yang baik? C.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: Mengadaptasi Big Five Factor Marker (IPIP) kedalam versi Indonesia dan
menguji validitas konstruk serta reliabilitasnya. D.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dan teoritis
berikut: 1.
Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dalam bidang
psikometri melalui suatu bentuk pelaporan pengadaptasian tes kepribadian beserta pengujian validitas konstruk serta reliabilitasnya. 2.
Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan alat tes kepribadian
berdasarkan teori Big Five Factor yaitu Big Five Factor Marker yang telah diadaptasi dalam versi Indonesia dan memiliki karakteristik psikometri yang baik.
Universitas Sumatera Utara
10
E.
Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan Menggambarkan tentang peranan teori kepribadian Big Five dalam menjelaskan perbedaan individu, kurangnya pengembangan inventori kepribadian Big Five hingga perumusan masalah, tujuan dan manfaat yang diharapkan dari penelitian. Bab II Landasan Teori Berisi teori Big Five serta tipe-tipe kepribadian Big Five, penjelasan mengenai Big Five Factor Marker serta IPIP, teori mengenai adaptasi alat ukur serta tata cara pengadaptasian, serta teori mengenai karakteristik psikometri yaitu validitas serta reliabilitas. Juga berisi mengenai sumber-sumber error dalam adaptasi. Bab III Metodologi Penelitian Berisi uraian tentang jenis penelitian, karakteristik populasi penelitian serta teknik pengambilan sampelnya. Juga berisi proses pengadaptasian Big Five Factor Marker serta penjelasan tentang teknik dan prosedur yang dilaksanakan dalam pengumpulan data serta analisa data. Bab IV Hasil dan Pembahasan Berisi deskripsi data sampel, hasil analisis validitas konstruk serta reliabilitasnya. Serta berisi pembahasan validitas konstruk dan reliabilitas Big Five Factor Marker dalam versi Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
11
Bab V Kesimpulan dan Saran Berisi rangkuman dari hasil penelitian dan beberapa saran yang diajukan untuk pengembangan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB II LANDASAN TEORI A.
Kepribadian Big Five
1.
Sejarah Perkembangan Kepribadian Big Five Kepribadian telah dikonsepkan dari bermacam-macam perspektif teoritis
yang masing-masing berbeda tingkat keluasannya (McAdams dalam John & Srivastava, 1999). Masing-masing tingkatan ini memiliki keunikan dalam memahami perbedaan individu dalam perilaku dan pengalamannya. Meskipun begitu, jumlah trait kepribadian dan skala kepribadian tetap dirancang tanpa hentihentinya (Goldberg dalam John & Srivastava, 1999). Psikologi kepribadian memerlukan model deskriptif atau taksonomi mengenai kepribadian itu sendiri. Salah satu tujuan utama taksonomi dalam ilmu pengetahuan adalah untuk menyederhanakan defenisi yang saling tumpang-tindih. Oleh karena
itu, dalam psikologi kepribadian, suatu taksonomi akan
mempermudah para peneliti untuk meneliti sumber utama karakteristik kepribadian sehingga tidak hanya sekedar memeriksa ribuan atribut yang berbedabeda yang membuat setiap individu berbeda dan unik (John & Srivastava, 1999). Satu dari peneliti paling berpengaruh dalam menerapkan prosedur empiris membangun suatu taksonomi kepribadian adalah Raymond B. Cattel, yang memulai dengan suatu bacaan deskripsi-kepribadian dalam bahasa Inggris. Variabel Cattel ketika dianalisis menggunakan metode rotasi ortogonal, hanya memunculkan lima faktor (Digman & Takemoto-Chock, Fiske, Norman, Tupes &
12 Universitas Sumatera Utara
13
Christal dalam Goldberg, 1990). Struktur lima faktor yang mirip, namun berdasarkan variabel set yang lain juga telah dilaporkan oleh Borgatta pada tahun 1964, Digman dan Inoyue pada tahun 1986, serta McCrae dan Costa pada tahun 1985. Lima faktor ini selanjutnya disebut Big Five. Faktor Big Five tersebut dinamai dan dinomori sebagai berikut: I. Surgency (atau Extraversion); II. Agreeableness; III. Conscientoiusness; IV. Emotional Stability (kebalikan dari Neuroticsm); dan V. Culture. Faktor kelima, yaitu culture diinterpretasikan secara alternatif oleh Digman & Takemoto-Chock pada 1981 serta Peabody & Goldberg pada 1989 sebagai Intellect. Dan oleh McCrae & Costa pada 1987 sebagai Openness (Goldberg, 1990). Pada 1981, Goldberg mengulas beberapa riset dan menyarankan bahwa ada kemungkinan setiap model penstrukturan perbedaan individual akan mencakup - pada level yang sama - segala sesuatu seperti dimensi Big Five. Dengan demikian faktor big five menjadi faktor eksistensi. Kata Big maksudnya merujuk kepada temuan bahwa tiap faktor menggolongkan banyak sifat tertentu (Pervin, 2005). Dimensi Big Five tidak mencerminkan perspektif teoritis tertentu, tetapi merupakan hasil dari analisis bahasa alami manusia dalam menjelaskan dirinya sendiri dan orang lain. Taksonomi Big Five bukan bertujuan untuk mengganti sistem yang terdahulu, melainkan sebagai penyatu karena dapat memberikan penjelasan sistem kepribadian secara umum (John & Srivastava, 1999). Big Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian
Universitas Sumatera Utara
14
yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari. Pendekatan ini disebut Goldberg sebagai Fundamental Lexical (Language) Hypothesis; perbedaan individu yang paling mendasar digambarkan hanya dengan satu istilah yang terdapat pada setiap bahasa (Pervin, 2005). 2. Trait Kepribadian Big Five Ada dua model faktor Big Five yang dikenal secara luas, yaitu oleh Goldberg dan McCrae. Kedua model ini sebanding, perbedaan minornya ialah pada penamaan (faktor Emotional Stability dan Intellect dalam model Goldberg disebut Neuroticism dan Openeness to experience dalam model McCrae dan Costa) serta dasar teoritis dari kedua model tersebut (Guenelo &Chernyshenko, 2005). Ilustrasi makna dari berbagai faktor Big Five ialah sebagai berikut, Neuroticism bertolak belakang dengan Emotional Stability dalam hal luasnya cakupan perasaan negatif, termasuk kecemasan, rasa sedih, rasa rapuh, dan ketegangan saraf. Keterbukaan terhadap pengalaman (Openess) mendeskripsikan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas mental individual dan kehidupan eksperiensial.
Extraversion
dan
Agreeableness
merangkum
sifat
yang
interpersonal, maksudnya, sifat-sifat tersebut menggambarkan apa yang dilakukan orang kepada orang lain dan dengan orang lain. Dan Conscientiousness pada dasarnya mendeskripsikan perilaku berorientasi tugas dan tujuan dan kontrol impuls yang dipersyaratkan secara sosial (Pervin, 2005). Faktor-faktor Big Five oleh Goldberg adalah Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Emotional Stability dan Intellect. Kelima faktor tersebut
Universitas Sumatera Utara
15
merupakan faktor bipolar yang memiliki sisi berlawanan tiap faktornya. Goldberg mendefinisikan berbagai faktor Big Five dalam inventory of bipolar trait, yaitu (Pervin, 2005): 1. Extraversion vs Introversion. Individu dengan nilai tinggi (Extraversion) dikarakteristikan dengan senang berbicara, tegas, suka tantangan, energik, berani.
Sedangkan
individu
dengan
nilai
rendah
(Introversion)
dikarakteristikkan sebaliknya. 2. Agreeableness vs Antagonism. Individu dengan nilai tinggi (Agreeableness) dikarakteristikkan dengan baik hati, kooperatif, tidak egois, dapat dipercaya, dermawan.
Sedangkan
individu
dengan
nilai
rendah
(Antagonism)
dikarakteristikkan sebaliknya. 3. Conscientiousness vs Lack of Direction. Individu dengan nilai tinggi (Conscientiousness) dikarakteristikkan dengan terorganisir, bertanggung jawab, praktis, peduli, pekerja keras. Sedangkan individu dengan nilai rendah (Lack of direction) dikarakteristikkan sebaliknya. 4. Emotional Stability vs Neuroticsm. Individu dengan nilai tinggi (Emotional stability) dikarakteristikkan dengan rileks, santai, stabil, puas, tidak emosional. Sedangkan individu dengan nilai rendah (Neuroticism) dikarakteristikkan sebaliknya. 5. Openness to new experience vs closedness. Individu dengn nilai tinggi (Openness to new experience) dikarakteristikkan dengan imajinatif, kreatif, ingin tahu, reflektif, rumit. Sedangkan individu dengan nilai rendah (Closedness) dikarakteristikkan sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
16
Selain inventory bipolar Goldberg, kuesioner lain yang juga digunakan secara luas untuk mengukur Big Five ialah NEO-PI-R oleh Costa dan McCrae. Bukti menunjukkan bahwa skala NEO-PI-R juga sesuai dengan instrumen Big Five oleh Goldberg (John & Srivastava, Benet-Martinez & John, dalam Pervin, 2005). Walaupun demikian, penting diperhatikan adanya beberapa perbedaan berkaitan dengan segi mana yang ditekankan pada tiap instrumen. Sebagai contoh, Costa dan McCrae menempatkan segi kehangatan pada Extraversion sedangkan para periset Big Five lain menemukan kehangatan yang lebih berkaitan dengan Agreeableness (John & Srivastava dalam Pervin, 2005). Silang pendapat terjadi khususnya dalam konseptualisasi faktor kelima, Openness. Goldberg menekankan pengenalan intelektual dan kreatif dalam pengukuran faktornya, dan karena itu menamakannya Intellect (Kecerdasan) atau Imagination (Imajinasi); McCrae mengkritik pandangan tersebut terlalu menyempitkan definisi faktor Openness. (Pervin, 2005) B.
Big Five Factor Marker International Personality Item Pool (IPIP) diusulkan oleh Goldberg
sebagai seorang scientific collaboratory untuk pengembangan pengukuran trait kepribadian dan perbedaan individual. Selama bertahun-tahun, website IPIP yaitu http://ipip.ori.org/ telah menyediakan set pengukuran yang semakin meningkat, kesemuanya dalam domain publik, tersedia untuk peneliti seluruh dunia (Mlacic, 2007). Big Five factor Marker dari IPIP merupakan kumpulan aitem-aitem oleh Godberg yang terdiri dari beberapa pernyataan pendek. Satu tujuan Goldberg pada
Universitas Sumatera Utara
17
factor markers adalah untuk menyediakan suatu set aitem-aitem yang singkat yang dapat menghasilkan struktur target lima faktor, yang dapat dibandingkan dengan posisi teoritis alternatif dan kuesioner kepribadian lainnya (Guenole & Chernyshenko, 2005) Aitem-aitem pada Big Five Factor Marker berupa pernyataan-pernyataan pendek dan sederhana yang diskor berdasarkan metode penskalaan Likert lima tingkatan yaitu “sangat tidak sesuai”, “tidak sesuai”, “netral”, “sesuai”, dan “sangat sesuai”. Big Five Factor Marker terdiri dari dua versi, yaitu versi pendek dan versi panjang. Versi pendek terdiri dari 50 aitem dan versi panjang terdiri dari 100 aitem. C.
Adaptasi Alat ukur
1.
Definisi Adaptasi Alat Ukur Istilah adaptasi sangat luas dan menunjukkan apa yang harus dilakukan
ketika menyiapkan suatu tes yang dikonstruksi dalam satu bahasa dan budaya untuk digunakan dalam bahasa dan budaya berbeda. Adaptasi tes termasuk aktifitas dari menentukan apakah test dapat mengukur konstruk yang sama dalam bahasa dan budaya yang berbeda, memilih penerjemah, memutuskan akomodasi yang sesuai yang akan dibuat dalam mempersiapkan tes untuk digunakan dalam bahasa kedua, sampai mengadaptasi tes dan mengecek kesetaraannya dalam bentuk yang diadaptasi (Hambleton, Merenda, & Spielberger 2005).
Universitas Sumatera Utara
18
2.
Tahap-tahap dalam Proses Adaptasi Berikut 3 tahapan dalam proses adaptasi:
a. Penelaahan Koeksistensi Konstruk yang Diukur Tahap pertama merupakan tahap studi untuk mencermati koeksistensi dari konstruk yang hendak diukur beserta operasionalisasinya di lingkungan sosial budaya asal dan lingkungan sosial budaya dimana tes psikologi tersebut akan digunakan. Penelaahan konstruk ini sangat penting karena adanya temuan bahwa budaya menjadi faktor penting yang mempengaruhi pemunculan perilaku. Sebagai konsekuensinya, perilaku tidak dapat diukur atau dianalisis secara terpisah dari budaya setempat. Bahkan alat tes yang “terbebas dari faktor budaya” atau “culture fair” sekalipun tetap merefleksikan adanya perbedaan budaya. Sehingga konteks budaya
harus
selalu
dipertimbangkan
dalam
pengembangan
maupun
pengadaptasian tes psikologi yang pada awalnya berasal dari budaya yang berbeda (Supratiknya & Susana, 2010). Konstruk merepresentasikan variabel abstrak yang diperoleh melalui hasil pengamatan maupun teori. Fungsi dari konstruk ini terutama adalah untuk menjelaskan kesatuan dari suatu proses pemunculan perilaku. Masalah pokok dalam adaptasi tes adalah bahwa suatu konstruk yang sama di dua atau lebih lingkungan budaya, sangat mungkin mempunyai perbedaan pada variabel spesifik yang digunakan untuk mengukur konstruk. Contohnya dalam pertanyaan “Do you usually enter into conversation with fellow passengers on a bus?” Pada instrumen dalam bahasa aslinya, pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk menjaring konstruk introversion-extraversion. Tetapi di lingkungan sosial budaya yang berpandangan
Universitas Sumatera Utara
19
bahwa menegur orang di bis merupakan tindakan yang dapat dianggap “ofensive”, pernyataan ini akan merefleksikan kontinum aggression-submission (Supratiknya & Susana, 2010). b. Tahap Alih Bahasa Tujuan utama dari tahap ini adalah menerjemahkan instrumen / alat ukur, dalam artian membuat material tes mudah dimengerti dan dapat digunakan dengan mengalih-bahasakannya
ke
bahasa
di
lingkungan
budaya
setempat.
Menerjemahkan tidak berarti menggantikan setiap kata dengan kata lain yang berasal dari bahasa yang akan digunakan di dalam tes (Supratiknya & Susana, 2010). Menerjemahkan tes adalah salah satu dari langkah-langkah dalam proses adaptasi tes, dan bahkan dalam langkah ini istilah adaptasi lebih cocok digunakan daripada menerjemahkan untuk menggambarkan proses yang sebenarnya terjadi. Ini karena penerjemah berusaha untuk menemukan konsep, kata-kata, dan pernyataan yang setara secara budaya, psikologis, dan linguistik dalam budaya dan bahasa kedua (Hambleton, Merenda, & Spielberger 2005). Jumlah frekuensi kata-kata dapat memberikan sumbangan dalam memproduksi adaptasi tes yang valid. Secara umum, menerjemahkan kata-kata dan ekspresi dengan kata-kata dan ekspresi yang kurang lebih sama dalam bahasa kedua sangat baik dalam upaya untuk mengendalikan kesulitan kata-kata pada lintas bahasa. Masalahnya adalah frekuensi daftar kata-kata dan ekspresi tersebut tidak selalu tersedia. Ini juga yang merupakan alasan untuk lebih memilih
Universitas Sumatera Utara
20
penerjemah yang sudah mengenal budaya target dan bukan hanya bahasa (Hambleton, Merenda, & Spielberger 2005). Beberapa kata dan ekspresi tidak memiliki arti kata dan ekspresi yang setara dalam bahasa target. Bahkan mungkin kata-kata dan ekspresi tersebut tidak ada dalam bahasa target. Sehingga De-centering terkadang digunakan dalam mengadaptasi tes. De-centering merupakan pembuatan revisi bahasa dalam tes, sehingga materi yang setara dapat digunakan pada bahasa asal dan versi bahasa target. De-Centering mungkin dilakukan ketika sumber bahasa tes sedang dalam pengembangan pada waktu yang sama dengan bahasa target. Ini adalah situasi dimana tes ditujukan untuk digunakan dalam pengukuran Internasional dan beberapa tes yang dirangcang untuk digunakan diseluruh dunia (Hambleton, Merenda, & Spielberger 2005). Berikut beberapa tahapan dalam alih bahasa: 1) Seleksi dan pelatihan penerjemah Mendapatkan jasa penerjemah yang kompeten sudah jelas sangat penting. Meskipun seringkali, peneliti mencoba untuk melalui proses translasi dengan penerjemah tunggal yang dipilih karena ia kebetulan tersedia- seorang teman, istri dari seorang rekan, seseorang yang bisa disewa murah, dan sebagainya. Seorang penerjemah tunggal dapat menampilkan, misalnya perspektif, pilihan untuk lebih menyukai kata-kata dan ungkapan tertentu, yang mungkin bukan yang paling cocok untuk menghasilkan adaptasi tes yang baik. Penerjemah ganda dapat melindungi terhadap bahaya penerjemah tunggal dan preferensi serta kekhasannya (Hambleton, Merenda, & Spielberger 2005).
Universitas Sumatera Utara
21
Selain itu, penerjemah harus lebih dari orang yang akrab dan kompeten dengan bahasa yang terlibat dalam terjemahan. Mereka harus mengetahui budaya dengan sangat baik, terutama budaya target (budaya diasosiasikan dengan bahasa dari tes yang diadaptasi) (Hambleton, Merenda, & Spielberger 2005). 2) Desain Penilain dalam Mengadaptasi Tes Dua desain yang paling populer adalah forward translation dan backward translation. Dalam desain forward translation, seorang penerjemah, ataupun sekelompok penerjemah mengadaptasi tes dari bahasa asalnya ke bahasa target. Kemudian, kesamaan dari kedua versi tes ini dinilai oleh kelompok penerjemah lain. Revisi dapat dibuat pada versi tes bahasa target untuk memperbaiki masalah yang diidentifikasi oleh para penerjemah. Terkadang sebagai langkah terakhir, orang lain, meski tidak harus penerjemah, akan mengedit tes versi bahasa target untuk menghaluskan bahasa (Hambleton, Merenda, & Spielberger 2005). Keuntungan utama dari desai forward translation ini adalah penilaian dilakukan secara langsung tentang kesetaraan bahasa asal dan versi bahasa target tes. Sedangkan kelemahan utamanya dasosiasikan dengan tingginya tingkat kesimpulan yang harus dibuat penerjemah tentang kesetaraan dari kedua versi tes. Kelemahan lainnya termasuk (a) penerjemah mungkin lebih ahli dalam satu bahasa daripada bahasa lainnya, (b) penilaian kesetaraan tes melibatkan penilaian oleh orang yang bilingual, sehingga mereka dapat menggunakan dugaan berdasarkan pengetahuan mereka tentang kedua bahasa, (c) penerjemah bisa saja lebih baik tingkat pendidikannya daripada peserta (untuk siapa tes ini dimaksudkan) sehingga mereka melupakan beberapa masalah yang akan dihadapi
Universitas Sumatera Utara
22
oleh peserta dan (d) pengembang tes tidak dalam posisi untuk menilai kesetaraan tes itu sendiri (Hambleton, Merenda, & Spielberger 2005). Desain back translation adalah desain penilaian yang dikenal paling baik dan paling populer. Dalam versinya yang paling populer, satu atau lebih penerjemah mengadaptasi tes dari bahasa asal ke bahasa target. Selanjutnya penerjemah yang berbeda mengadaptasi kembali tes yang telah diadaptasi (dalam bahasa target) kedalam bahasa asalnya. Kemudian, versi asli dan versi yang telah diadaptasi kembali dibandingkan dan dinilai kesetaraannya. Sejauh kedua versi tes dalam bahasa asal terlihat mirip, namun tetap memperhatikan kesetaraan dari tes versi bahasa asal dan bahasa target (Hambleton, Merenda, & Spielberger 2005). Desain back-translation dapat digunakan untuk menyediakan pemeriksaan secara umum baik pada kualitas penerjemahan dan untuk mendeteksi setidaknya beberapa masalah yang terkait dengan terjemahan atau adaptasi yang buruk. Para peneliti menyukai desain ini karena memberikan mereka kesempatan untuk menilai tes versi asli dan versi yang sudah diterjemahkan kembali sehingga mereka dapat membentuk pendapat mereka sendiri tentang proses adaptasi. Hal ini tentu tidak mungkin dilakukan dalam desain forward-translation kecuali mereka mahir dalam bahasa tersebut (Hambleton, Merenda, & Spielberger 2005). c. Tahap empirik: Memastikan Kesetaraan Psikometrik Tujuan utama dari pengadaptasian tes psikologi adalah untuk mendapatkan versi yang secara psikometrik ekuivalen / setara tetapi menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa aslinya (Supratiknya & Susana, 2010).
Universitas Sumatera Utara
23
Berikut Karakteristik Psikometrik dalam suatu tes: 1) Validitas Validitas dapat disefinisikan sebagai kesesuaian antara skor tes dengan kualitas tes dalam mengukur. Validitas juga dapat didefinisikan sebagai jawaban dari “ apakah tes mengukur apa yang seharusnya diukur”. Pada 1985 American Educational Research Association (AERA), American Psychological Association (APA), dan National Council on Measurement in Education (NCME) mempublikasikan buku berjudul Standard for Educational and Psychological Testing. Standar yang terdapat dalam buku tersebut direvisi pada 1999, didalamnya terdapat suatu set petunjuk tes psikologi yang telah disetujui oleh banyak kelompok profesional (Kaplan, 2005). Terlepas dari beberapa kemungkinan definisi validitas, komite gabungan dalam penyusunan buku tersebut menyatakan bahwa validitas adalah fakta-fakta yang digunakan sebagai kesimpulan suatu skor tes. Terdapat tiga tipe fakta: (1) konstruk, (2) kriteria, (3) konten atau isi. Banyak nama lain untuk perbedaan aspek validitas, namun kebanyakan aspeknya dapat dilihat dari kategori ini (Kaplan, 2005). Standar terbaru menekankan bahwa validitas adalah konsep kesatuan yang merepresentasikan seluruh fakta mendukung interpretasi suatu pengukuran. Persetujuan umum menyatakan untuk berhati-hati pada pembagian validitas atas beberapa subkategori seperti validitas konten, validitas prediksi, dan validitas kriteria. Meskipun mengkategorisasikan perbedaan tipe validitas adalah hal baik,
Universitas Sumatera Utara
24
namun penggunaan kategori tidak mengimplikasikan bahwa ada perbedaan bentuk validitas (Kaplan, 2005). Berikut dipaparkan beberapa jenis validitas: a. Validitas Konten / Isi Validitas konten merupakan cakupan representasi dari konsep tes. Misalnya tes dalam suatu mata pelajaran, validitas konten menyajikan kesesuaian antara aitem-aitem tes dengan informasi yang ada pada setiap materi dalam mata pelajaran tersebut. Karena batasan-batasan antara validitas konten dan validitas tipe lainnya tidak didefinisikan secara jelas, validitas konten bukan merupakan sesuatu yang bisa dipisahkan dari tipe validitas lainnya (Anastasi dalam Kaplan, 2005).
Namun, validitas konten lebih unik karena tipe validitas ini lebih
menekankan pada logika daripada statistika (Kaplan, 2005). Menentukan apakah tes telah dikonstruk dengan baik adalah cara untuk melihat validitas konten. Misalnya apakah aitem-aitemnya adalah sampel yang sesuai dari keseluruhan konten. Menetapkan validitas konten dalam suatu tes membutuhkan logika yang baik, intuisi, serta ketekunan karena konten dari setiap aitem harus dievaluasi dengan hati-hati. Penetapan validitas konten dibuat oleh penilaian ahli (expert judgment). Metode statistik seperti analisis faktor juga telah digunakan untuk menentukan apakah aitem sesuai dengan domain konseptual (Sireci dalam Kaplan, 2005).
Universitas Sumatera Utara
25
b. Validitas Kriteria Validitas kriteria menjelaskan seberapa baik suatu tes dapat disamakan dengan kriteria tertentu. Ini diperlihatkan dengan tingginya korelasi antara skor suatu tes dengan suatu skor pengukuran kriteria. Kriteria adalah standar tes yang dibandingkan. Misalnya tes digunakan untuk memprediksi pasangan mana yang akan memiliki kesuksesan pernikahan dan pasangan mana yang akan bercerai.Kesuksesan pernikahan adalah kriteria, namun kesuksesan pernikahan tidak dapat begitu sajadiketahui pada saat pasangan mengikuti tes prapernikahan. Alasan adanya validitas kriteria adalah sebagai “stand-in” dalam pengukuran psikologi. Misalnya dalam pernikahan, tes pranikah disajikan sebagai “stand-in” dalam mengestimasi kebahagiaan pernikahan dimasa depan (Kaplan, 2005). c. Validitas Konstruk Validitas konstruk menekankan pada suatu rangkaian aktivitas dimana peneliti secara simultan mendefinisikan beberapa konstruk dan mengembangkan instrumen untuk mengukurnya. Proses ini dibutuhkan ketika tidak ada kriteria atau konten secara umum yang diterima untuk mendefinisikan kualitas yang ingin diukur (Cronbach & Meehl, Sackett, dalam Kaplan 2005). Perhatian validitas konstruk fokus pada peran teori psikologis dalam konstruksi tes dan pada kebutuhan untuk membuat hipotesa yang nantinya dapat dibuktikan atau tidak dalam proses validasi (Anastasi, 1997). Mengumpulkan fakta mengenai apa makna dari suatu tes termasuk dalam validitas konstruk. Ini dilakukan dengan menampilkan hubungan antara suatu tes
Universitas Sumatera Utara
26
dengan tes lainnya. Pada saat hubungan tersebut didemonstrasikan, satu makna dapat ditambahkan kedalam tes. Setelah serangkaian studi, makna dari tes berangsur-angsur mulai terbentuk. Pengumpulan fakta mengenai validitas konstruk
merupakan
suatu
proses
terus
menerus
yang
mirip
dengan
mengumpulkan fakta-fakta pendukung untuk suatu teori ilmiah yang kompleks (Kaplan, 2005). Dikembangkan sebagai suatu cara dalam mengidentifikasi trait psikologi, faktor analisis juga relevan dalam prosedur validitas konstruk. Intinya, faktor analisis adalah suatu teknik statistik untuk menganalisis hubungan timbal balik data perilaku (behavior). Misalnya, 20 tes telah diberikan kepada 300 orang, langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung korelasi masing-masing tes dengan seluruh tes. Pemeriksaan tabel hasil dari 190 korelasi mengungkapkan kelas-kelas tertentu diantara tes-tes tersebut, sehingga menyarankan adanya lokasi untuk trait-trait yang umum. Selanjutnya, jika beberapa tes seperti perbendaharaan kata, analogi, lawan kata, dan melengkapi kalimat memiliki korelasi tinggi satu dengan lainnya dan berkorelasi rendah dengan tes lainnya, secara sementara dapat disimpulkan terdapat faktor pemahaman verbal. Dikarenakan menganalisis daftar korelasi sulit dan meragukan, teknik statistik yang lebih seksama telah dikembangkan untuk menempatkan faktor-faktor umum yang dibutuhkan untuk dihitung korelasinya (Anastasi, 1997). Jumlah variabel atau kategori pada masing-masing performa individu dalam tes asli dikurangi hingga membentuk sejumlah faktor-faktor kecil atau trait umum dalam proses analisis faktor. Dalam contoh diatas, lima atau enam faktor
Universitas Sumatera Utara
27
mungkin cukup untuk menghitung korelasi diantara ke 20 tes tersebut. Skor masing-masing individu dapat dideskripsikan dalam lima atau enam faktor, bukan 20 skor aslinya. Tujuan utama dari analisis faktor adalah untuk menyederhanakan deskripsi perilaku (behavior) dengan mengurangi kategori variabel tes awal menjadi beberapa faktor umum atau trait-trait (Anastasi, 1997). Setelah faktor-faktor diidentifikasi, kemudian dijelaskan susunan faktorial tesnya. Masing-masing tes dapat dikarakteristikkan dalam istilah faktor utamanya yang menentukan skornya, bersamaan dengan bobot atau muatan masing-masing faktor dan korelasi tes dengan masing-masing faktor. Korelasi seperti ini dilaporkan sebagai validitas faktorial (factorial validity) tes. Jika faktor pemahaman verbal berkorelasi 0.66 dengan tes perbendaharaan kata, validitas faktorial dari tes perbendaharaan kata sebagai suatu alat ukur trait pemahaman verbal adalah 0.66 (Anastasi, 1997). 2) Reliabilitas Suatu pengukuran dikatakan reliabel jika menghasilkan skor tes yang konsisten dan stabil yang tidak banyak dipengaruhi oleh random error. Konsep reliabilitas mendasari perhitungan error of measurement dari skor tunggal, dimana tingkat fluktuasi yang biasanya terjadi dalam skor tunggal individu sebagai akibat dari faktor penyimpangan atau yang tidak diketahui dapat diprediksi (Anastasi, 1997). Konsep reliabilitas telah digunakan dalam mencakup beberapa aspek dari skor konsistensi. Dalam pengertian luasnya, reliabilitas tes mengindikasikan perbedaan individual yang terlihat dalam skor tes yang disebabkan oleh “benar-
Universitas Sumatera Utara
28
benar” berbeda dalam karakteristiknya dibawah pertimbangan disebabkan oleh eror. Teknisnya, pengukuran reliabilitas tes memungkinkan untuk memperkirakan proporsi error varians dari total varians dalam skor tes (Anastasi, 1997). Pada 1937 Kuder dan Richardson mengembangkan metode untuk mengevaluasi reliabilitas dalam administrasi tes tunggal. Formula Kuder digunakan untuk menghitung reliabilitas dari tes yang aitem-aitemnya dikotomi (benar-salah) yang diskor 0-1. Namun ada banyak tipe tes yang tidak memiliki jawaban benar-salah, seperti tes kepribadian yang tidak ada jawaban benar maupun salah. Individu biasanya diminta untuk merespon dimana dirinya berada dalam suatu kontinum. Untuk menggunakan metode Kuder-Richardson dalam aitem jenis ini, Cronbach mengembangkan suatu formula untuk mengestimasi internal consistency tesnya yang dikenal dengan coefficient alpha (Kaplan, 2005). Pengukuran internal konsistensi mengevaluasi aitem-aitem dalam tes yang mengukur kemampuan atau trait yang sama. Reliabilitas tes akan rendah jika tes dirancang
untuk
mengukur
beberapa
trait.
Misalnya,
suatu
domain
merepresentasikan trait atau karakteristik tunggal, dan masing-masing aitem adalah sampel individual dari karakteristik umum. Ketika aitem tidak mengukur karakteristik yang sama, tes tidak akan konsisten secara internal (Kaplan, 2005). 3. Sumber-sumber Error dalam Adaptasi The American Educational Research Association (AERA), American Psychological Association (APA), dan National Council on Measurement in Education (NCME) dalam Standards for Educational and Psychological Testing menyediakan arahan yang cermat untuk para spesialis pengukuran pendidikan dan
Universitas Sumatera Utara
29
psikolog yang memilih, mengembangkan, dan menggunakan alat ukur pendidikan dan tes psikologi. Tiga diantaranya sangat relevan dalam konteks adaptasi tes: 1. Ketika seorang pengguna tes membuat perubahan besar dalam format tes, cara administrasi, instruksi, bahasa, atau konten, pengguna harus memvalidasi ulang penggunaan tes untuk kondisi yang diubah atau memiliki alasan yang mendukung klaim bahwa validasi tambahan tidak diperlukan atau tidak mungkin dilakukan. 2. Ketika satu tes diterjemahkan dari satu dialek atau bahasa pada dialek atau bahasa lainnya, reliabilitas dan validitas untuk penggunaan dalam kelompok bahasa yang akan diuji harus ditetapkan. 3. Ketika dimaksudkan bahwa dua versi dari tes dual-bahasa sebanding, bukti komparatif tes harus dilaporkan. Standar tersebut menyediakan suatu kerangka untuk mempertimbangkan sumber kesalahan atau error yang mungkin timbul dalam upaya untuk mengadaptasi tes dari satu bahasa dan budaya ke bahasa dan budaya lain. Sumbersumber error atau ketidakabsahan yang timbul dalam adaptasi tes dapat disusun kedalam tiga kategori luas: (a) perbedaan budaya / bahasa, (b) masalah teknis,desain, dan metode, serta (c) interpretasi hasil. (Hambleton, Merenda, & Spielberger 2005)
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian Penelitian adaptasi alat ukur Big Five Factor Marker dari IPIP
menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, situasi atau kejadian. Penelitian deskriptif merupakan akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan ataupun menguji hipotesis (Suryabrata, 2009). Penelitian ini akan mendeskripsikan karakteristik psikometri yaitu validitas konstruk dan reliabilitas Big Five Factor Marker yang telah diadaptasi kedalam versi Indonesia. Validitas konstruk akan dianalisis menggunakan analisis faktor eksploratori dan uji reliabilitas menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan formula alpha Cronbach. Keduanya akan dianalisis dengan bantuan SPSS 16.0 for windows.
30 Universitas Sumatera Utara
31
B.
Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi dan Sampel Populasi adalah kumpulan dari keseluruhan kasus yang menjadi perhatian. Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil berdasarkan teknik pengambilan sampel tertentu (Shaughnessy & Zechmeister 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk kota Medan dengan karakteristik berusia dewasa. Usia dewasa dipilih karena merupakan titik akhir dari perkembangan kepribadian. Pada masa tersebut, kepribadian telah terbentuk dan relatif konsisten dibandingkan pada masa anak-anak (Pervin, 2005). Masa dewasa dimulai pada usia 18 tahun sampai usia 60 tahun (Hurlock, 1991). Berdasarkan keterangan tersebut, sampel penelitian merupakan penduduk kota medan dengan karakteristik berusia 18-60 tahun.
2. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Convenience Sampling. Ini merupakan teknik pemilihan sampel yang didasarkan pada ketersediaan dan kemauan individu untuk menjadi responden (Shaughnessy & Zechmeister 2012). Banyaknya responden yang diperlukan menurut Gable dalam konteks uji coba aitem adalah sekitar 6 sampai 10 kali lipat banyaknya stimulus yang digunakan (Azwar, 2010). Berkaitan dengan pengujian validitas konstruknya yang menggunakan analisis faktor, ukuran sampel menjadi penting dan harus dipertimbangkan karena koefisien korelasi dapat berubah-ubah berdasarkan ukuran sampel, terlebih pada sampel yang berukuran kecil atau
Universitas Sumatera Utara
32
sedikit. Selain itu reliabilitas analisis faktor bergantung pada ukuran sampelnya. Sehingga dalam analisis faktor setidaknya memiliki 10-15 subjek per variabel atau per aitem (Field, 2009). Dalam penelitian ini terdapat 50 aitem sehingga jumlah sampel adalah sebanyak 50 x 10 = 500 responden.
C.
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini adalah Big Five Factor Marker yang diambil dari
IPIP. Big Five Factor Marker yang digunakan ialah versi pendek yang terdiri dari 50 aitem yang mencakup 5 faktor bipolar. Faktor-faktornya adalah: 1.
Faktor I (Extraversion vs Introversion)
2.
Faktor II (Agreeableness vs Antagonism)
3.
Faktor III (Conscientiousness vs Lack of Direction)
4.
Faktor IV (Emotional Stability vs Neuroticism)
5.
Faktor V (Intellect vs Closedness) Bentuk asli Big Five Factor Marker terdiri dari sekumpulan pernyataan-
pernyataan sederhana yang diskor/dinilai dengan metode likert 5 tingkatan yaitu mulai dari 1 = sangat tidak sesuai, 2 = tidak sesuai, 3 = netral, 4 = sesuai dan 5 = sangat sesuai. Aitem-aitem tersebut diawali kata “I” untuk setiap pernyataannya. Versi pendek Big Five Factor Marker yang terdiri dari 50 aitem disajikan dalam tabel 1 berikut.
Universitas Sumatera Utara
33
Faktor I
Alpha = 0.87
II
Tabel 1. Aitem Big Five Factor Marker Versi Asli Aitem (+) Am the life of the party Feel comfortable around people Start conversations Talk to a lot of different people at parties
Am quiet around strangers
Am interested in people
Am not really interested in others Insult people
Sympathize with others' feelings Have a soft heart
Alpha = 0.79
IV
Alpha = 0.86
Have little to say Don't like to draw attention to myself
Don't mind being the center of attention Alpha = 0.82
III
(-) Don't talk a lot Keep in the background
Take time out for others Feel others' emotions Make people feel at ease Am always prepared Pay attention to details Get chores done right away Like order Follow a schedule Am exacting in my work Am relaxed most of the time Seldom feel blue
Am not interested in other people's problems Feel little concern for others
Leave my belongings around Make a mess of things Often forget to put things back in their proper place Shirk my duties
Get stressed out easily Worry about things Am easily disturbed Get upset easily Change my mood a lot Have frequent mood swings Get irritated easily Often feel blue
Universitas Sumatera Utara
34
Faktor
Lanjutan Tabel 1. Aitem Big Five Factor Marker Versi Asli Aitem (+) Aitem (-)
V
Have a rich vocabulary
Alpha = 0.84 Have a vivid imagination Have excellent ideas Am quick to understand things Use difficult words Spend time reflecting on things Am full of ideas
Have difficulty understanding abstract ideas Am not interested in abstract ideas Do not have a good imagination
Tabel 1 merupakan aitem-aitem Big Five Factor Marker dalam versi aslinya. Tabel 1 terdiri dari dua kolom yaitu positif dan negatif. Kolom positif berisi aitem-aitem yang menunjukkan karakteristik Big Five. Sedangkan kolom negatif berisi aitem-aitem yang menunjukkan karakteristik kebalikan dari Big Five. Angka romawi menunjukkan urutan serta nama faktor seperti yang tercantum sebelumnya. Dalam tabel juga dicantumkan karakteristik psikometrinya dalam versi asli, yaitu nilai alphanya.
D.
Proses Adaptasi Proses adaptasi merupakan proses yang mencakup dari awal pemilihan alat
ukur, apakah alat ukur tersebut mengukur konstruk yang sama dalam bahasa dan budaya yang berbeda, sampai pada tahap mengecek kesetaraannya dalam bentuk yang diadaptasi. Proses adaptasi ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
35
1. Mempersiapkan alat ukur dan memilih Big Five Factor Marker. Alat ukur tersebut dipilih karena pentingnya dan kebutuhan akan alat ukur Big Five di Indonesia seperti yang dijelaskan dalam Bab I.
2. Menetapkan 50 aitem / versi pendek Big Five Factor Marker dari IPIP. Pemilihan penggunaan versi pendek yang terdiri dari 50 aitem berdasarkan pertimbangan untuk menghasilkan alat ukur yang tidak terlalu banyak jumlah aitemnya namun dapat mengukur tipe-tipe kepribadian Big Five. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menetapkan menggunakan versi pendek Big Five Factor Marker yang terdiri dari 50 aitem.
3. Menerjemahkan aitem. Proses penerjemahan aitem menggunakan desain forward translation, yaitu seorang penerjemah mengadaptasi tes dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Kemudian, kesamaan dari kedua versi tes ini dinilai oleh penerjemah lain. Revisi dapat dibuat pada versi tes bahasa Indonesia untuk memperbaiki masalah yang diidentifikasi oleh para penerjemah. Dalam desain ini, penerjemah dan profesional yang berperan dalam pemberian penilaian adalah:
a. Penerjemah yang menguasai bahasa inggris dan bahasa indonesia. Dalam penelitian ini Prof. Tina Kariman, MA, Ph.D berperan sebagai penerjemah yang merupakan dosen bahasa inggris di Universitas Negeri Medan. Pada proses penerjemahan aitem, kata “I” pada setiap aitem diterjemahkan menjadi kata “aku”. Berikut hasil terjemahan aitemnya:
Universitas Sumatera Utara
36
Faktor
Tabel 2. Aitem-aitem Big Five Factor Marker Hasil Terjemahan Aitem (+)
I
Aku senang berpesta Aku merasa senang disekitar orang-orang Aku yang memulai percakapan
(-) Aku tidak banyak bicara Aku dibelakang-belakang saja Tidak ada yang mau aku katakan Aku tidak suka menarik perhatian
Aku banyak berbicara kepada orang-orang yang berbeda di pesta Aku tidak masalah menjadi pusat Aku pendiam disekitar orang perhatian yang tidak kukenal II
Aku suka pada orang-orang Aku simpati kepada perasaan orang lain
III
Aku tidak tertarik dengan orang lain Kusakiti hati orang lain
Hatiku lembut
Aku tidak tertarik pada masalah orang lain
Kusediakan waktuku untuk orang lain
Aku tidak memeperhatikan orang lain
Aku rasakan emosi orang lain Aku membuat orang lain santai Aku selalu bersedia
Kutinggalkan barang-barangku dimana-mana saja
Aku memperhatikan hal-hal yang kecil
Aku memberantakkan barangbarang
Aku senang berjumpa dengan orang
Aku sering lupa meletakkan barang ditempatnya kembali
Aku suka keteraturan Aku mengikuti jadwal Aku senang dalam pekerjaanku
Aku menghindar terhadap tugasku
Universitas Sumatera Utara
37
Lanjutan Tabel 2. Aitem-aitem Big Five Factor Marker Hasil Terjemahan Faktor Aitem (+) Aitem (-) IV
Aku orangnya santai Aku jarang merasa kesepian
V
Aku punya banyak perbendaharaan kata-kata Aku mempunyai imajinasi yang jelas Ide-ideku hebat
Aku dengan mudah stress Aku khawatir tentang hal-hal Aku mudah sekali terganggu Aku mudah sekali tersinggung Suasana hatiku banyak berubah Aku sering berubah suasana hati Aku mudah tersinggung Aku selalu merasa sepi Aku mempunyai kesulitan dalam memahami ide-ide yang abstrak Aku tidak tertarik pada ide-ide yang abstrak Aku tidak memiliki imajinasi yang bagus
Aku cepat memahami hal / keadaan Aku memakai kata-kata yang sulit Aku mempergunakan waktuku untuk meninjau kembali hal-hal yang pernah kulakukan Aku penuh dengan ide
b. Ahli yang mengerti dan memahami konstruk dan konsep kepribadian terutama Big Five Factor. Terdapat 3 ahli yang mengerti konstruk psikologi dalam memberikan penilaian dalam penelitian ini, yaitu dua orang ahli dalam bidang psikologi kepribadian serta satu orang ahli dalam bidang psikometri. Ketiganya merupakan dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Kata “I” diawal pernyataan untuk setiap aitem diadaptasi menjadi “saya adalah orang (yang)....”. Tabel 3 berikut menyajikan hasil penilaian oleh ketiga ahli tersebut.
Universitas Sumatera Utara
38
Faktor I
II
III
Tabel 3. Aitem-aitem Big Five Factor Marker Hasil Adaptasi Aitem (+) Menghidupkan suasana pesta Merasa nyaman disekitar orang banyak
(-) Tidak banyak bicara Tidak suka tampil didepan umum
Memulai suatu percakapan
Tidak memiliki banyak topik untuk dibicarakan
Berbicara dengan siapa saja dalam pesta
Tidak suka menarik perhatian
Tidak keberatan menjadi pusat perhatian
Pendiam disekitar orang yang tidak dikenal
Tertarik untuk mengenal orang lain
Tidak tertarik untuk mengenal orang lain
Simpati pada perasaan orang lain Berhati lembut
Menyinggung orang lain Tidak tertarik pada masalah orang lain
Menyediakan waktu untuk orang lain Merasakan emosi orang lain Membuat orang lain merasa tenang Mempersiapkan segala sesuatunya Memperhatikan secara detail Tidak menunda pekerjaan
Kurang peduli pada orang lain
Suka keteraturan Mengikuti jadwal Gigih dalam bekerja
Meninggalkan barang dimanamana Membuat barang berantakan Sering lupa mengembalikan barang ditempat asalnya Melalaikan tugas
Universitas Sumatera Utara
39
Lanjutan Tabel 3. Aitem-aitem Big Five Factor Marker hasil adaptasi Faktor Aitem (+) Aitem (-) IV
Santai Jarang merasa sedih
V
Memiliki banyak perbendaharaan kata Memiliki imajinasi yang konkret Memiliki ide hebat Cepat dalam memahami sesuatu Menggunakan kata-kata sulit Meluangkan waktu untuk merenung Penuh dengan ide
E.
Mudah stress Mengkhawatirkan banyak hal Mudah terganggu Mudah kecewa Sering mengubah suasana hati Suasana hatinya mudah berubah Mudah kesal Sering merasa sedih Sulit memahami ide-ide abstrak Tidak tertarik pada ide-ide abstrak Tidak memiliki imajinasi yang baik
Prosedur Pelaksanaan Penelitian Beberapa prosedur yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian adalah:
1. Melakukan adaptasi alat ukur Adaptasi mencakup proses menerjemahkan aitem dan meminta pendapat oleh profesional untuk melihat kesetaraannya. Sebelum aitem disebar, aitem disusun sedemikian rupa dan disajikan dalam bentuk booklet. Aitem yang telah siap disebar tampak pada tabel 3 yang merupakan hasil penilaian akhir oleh para ahli yang mengerti konstruk psikologi. Penyusunan aitem tampak pada tabel 4
Universitas Sumatera Utara
40
yang merupakan blue print aitem. Aitem disajikan dalam bentuk likert dan responden diminta untuk menuliskan angka yang menunjukkan gambaran dirinya.
Faktor I II III IV V
2.
Tabel 4. Blue Print Aitem Big Five Factor Marker Aitem (+) 1, 6, 11, 16, 21 2, 7, 12, 17, 22, 27 3, 8, 13, 18, 23, 28 4, 9 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35 Total
(-) 26,31,36,41,46 32, 37, 42, 47 33, 38, 43, 48 14, 19, 24, 29, 34, 39, 44, 49 40, 45, 50
Jumlah 10 10 10 10 10 50
Mengumpulkan data Pengumpulan data dilakukan secara mandiri dan bekerjasama dengan biro
psikologi di kota Medan. Biro psikologi tersebut adalah biro psikologi Persona serta Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
3.
Pengujian karakteristik psikometri Data akan dianalisis menggunakan metode analisis faktor eksploratori
untuk menguji validitas konstruk. Dan untuk melihat reliabilitas melalui estimasi reliabilitas skor komposit (gabungan). Untuk reliabilitas masing-masing faktornya diuji menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan formula alpha Cronbach. Analisis faktor eksploratori dan formula alpha Cronbach dianalisis menggunakan SPSS 16.0 for windows.
Universitas Sumatera Utara
41
4.
Pembahasan hasil adaptasi Hasilnya terkait dengan karakteristik psikometri Big Five Factor Marker
yang telah diadaptasi yaitu validitas konstruk dan reliabilitasnya.
F.
Metode Analisa Data
1. Validitas Konstruk Validitas aitem dianalisis menggunakan metode analisis faktor. Analisis faktor merupakan suatu metode untuk menjelaskan varians pada variabel yang diamati untuk melihat faktor laten yang mendasari. Faktor laten atau variabel laten merupakan hal-hal yang tidak dapat secara langsung diukur namun dapat diukur melalui indikator-indikator atau aspek pembentuknya (Field, 2009). Beberapa tujuan analisis faktor ialah untuk memahami struktur suatu set variabel, untuk menyusun kuesioner yang mengukur suatu variabel pokok, serta untuk mereduksi suatu set data menjadi ukuran yang lebih kecil namun tetap mempertahankan sebanyak mungkin informasi asli (Field, 2009). Salah satu tipe analisis faktor adalah analisis faktor eksploratori. Analisis faktor eksploratori adalah suatu teknik untuk mereduksi variabel dengan mengidentifikasi jumlah dari konstruk laten dan struktur faktor pokok dari sekumpulan variabel-variabel. Sehingga dapat terlihat berapa faktor yang terbentuk dari indikator-indikator atau variabel yang dianalisis (Suhr, 2006).
Universitas Sumatera Utara
42
Berikut tahapan dalam analisis faktor: a. Tahap awal dalam Exploratory Factor Analysis ialah memastikan bahwa data yang diperoleh bersifat interval. Selanjutnya memastikan bahwa variabelnya berdistribusi normal sehingga memungkinkan untuk menggeneralisasikan hasil analisis pada sekelompok sampel (Field, 2000). Setelah itu, melihat ukuran sampel, karena korelasi dalam analisis faktor bersifat tidak resisten sehingga bisa mempengaruhi reliabilitas dari analisis faktornya. Dalam SPSS terdapat pilihan yang sesuai untuk memeriksa apakah ukuran sampel cukup besar yaitu Kaiser-Meyer-Olkin measure of sampling adequacy (KMO-test). Dengan nilai batasan KMO 0,5, apabila nilai KMO > 0,5 maka sampel dikatakan memadai. b. Tahap kedua ialah menentukan prosedur analisis. Analisis menggunakan metode principal componet analysis (PCA). Dalam prinsip PCA, diasumsikan communality pada awalnya bernilai 1. Total varians dari variabel dapat dihitung dengan mean dari komponennya atau faktornya, sehingga tidak ada error varians. c. Tahap selanjutnya ialah mengekstraksi faktor-faktor dengan melihat nilai eigenvalue. Faktor-faktor yang bermakna ialah yang memiliki nilai eigenvalue > 1. d. Tahap selanjutnya ialah merotasi faktor. Dalam situasi tertentu, apabila k buah faktor yang dilibatkan dalam analisis cukup banyak, maka terdapat kesulitan dalam menginterpretasikan hasil analisis faktor. Hal ini dikarenakan adanya tumpang tindih variabel-variabel yang dapat diterangkan oleh k buah faktor bersama tersebut. Untuk mengatasi hal ini, maka dilakukan rotasi faktor. Rotasi
Universitas Sumatera Utara
43
faktor merupakan transformasi ortogonal dari faktor yang telah terbentuk agar tidak terjadi keadaan variabel yang tumpang tindih dalam menerangkan faktor bersama atau komponen bersama yang dapat dilihat dari nilai loading faktornya.
Beberapa konsep dalam analisis faktor (Field, 2009): 1. Communality. Merupakan proporsi varian variabel yang dimiliki oleh variabel lainnya (common variance). Bernilai 1 jika suatu variabel tidak memiliki variannya sendiri (specific varian). Bernilai 0 jika suatu variabel memiliki sendiri variannya. 2. Eigenvalue. Merupakan total varian yang dapat dijelaskan masing-masing faktor. 3. Factor Loading. Merupakan korelasi antara faktor dan variabel. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 500 sehingga nilai muatan yang signifikan adalah lebih besar dari 0.29. 4. KMO measure of sampling adequacy. Indeks yang digunakan untuk menguji kesesuaian analisis faktor. Sampel dikatakan cukup memadai jika nilai KMO nya lebih besar dari 0,5
2.
Reliabilitas Big Five Factor Marker terdiri dari 5 faktor besar yang masing-masing
faktor memiliki skor tersendiri yang memberikan sumbangan dalam menentukan
Universitas Sumatera Utara
44
skor akhir. Skor akhir merupakan skor komposit (gabungan) yaitu penjumlahan dari skor setiap bagian atau faktor dengan memperhitungkan besarnya bobot masing-masing. Reliabilitas Big Five Factor Marker dilihat berdasarkan reliabilitas skor kompositnya. Reliabilitas skor komposit ditentukan oleh reliabilitas skor komponennya (Azwar, 2009). Estimasi skor komposit menggunakan formula Mosier (dalam Azwar, 2009):
= 1 −
∑ ∑
∑
(∑
)
(1)
Keterangan: wj
: bobot relatif komponen j
wk
: bobot relatif komponen k
sj
: deviasi standar komponen j
sk
: deviasi standar komponen k
rjj’
: koefisien reliabilitas tiap komponen
rjk
: keofisien korelasi antara dua komponen yang berbeda
Reliabilitas skor masing-masing komponen Big Five Factor Marker dianalisis menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan formula alpha Cronbach. Analisis ini dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 for windows.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis karakteristik psikometri yaitu validitas konstruk dan reliabilitas Big Five Factor Marker dari IPIP akan dideskripsikan dalam bab ini. A. Gambaran Sampel Penelitian Sampel penelitian merupakan penduduk kota medan dengan karakteristik berusia dewasa, yaitu 18-60 tahun. Jumlah keseluruhan sampel penelitian ialah 500 sampel. Perhitungan jumlah interval kelas data sampel berdasarkan usia disajikan dalam lampiran 1. Berikut disajikan proporsi sampel berdasarkan usianya:
Tabel 5. Proporsi Sampel Penelitian Berdasarkan Usia Usia Frekuensi Persentase (%) 18-22
243
48.6
23-27 28-32
84 46
16.8 9.2
33-37
15
3
38-42
19
3.8
43-47
4
0.8
48-52
55
11
53-57 58-62
33 1
6.6 0.2
Jumlah
500
100
45 Universitas Sumatera Utara
46
B. Deskripsi Hasil Penelitian 1.
Analisis Awal
a.
Normalitas Data Pengujian asumsi normalitas dilakukan agar hasil analisis faktor yang
diperoleh dapat digeneralisasikan pada sampel terpilih (Field, 2009). Analisis dilakukan dengan Kolmogorov Smirnov menggunakan bantuan SPSS 16.0 for windows. Data dikatakan tersebar secara normal apabila dalam analisis Kolmogorov Smirnov signifikansinya diatas 0.05. Hasil analisis dalam penelitian disajikan dalam tabel 6. Terlihat nilai signifikansinya sebesar 0.070, ini artinya data dalam penelitian ini terdistribusi mengikuti kurva normal. Tabel 6. Hasil Analisis Uji Normalitas Statistik Nilai signifikansi Keterangan KolmogorovSmirnov
b.
0.070
Berdistribusi normal
Kecukupan jumlah sampel Kecukupan jumlah sampel dianalisis menggunakan tes KMO (Kaiser-
Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy). Kaiser menyatakan nilai KMO yang diterima ialah lebih besar dari 0.5. Nilai KMO yang berada dalam rentang 0.5-0.7 termasuk dalam kategori mediocre (cukup), nilai dalam rentang 0.7-0.8 termasuk dalam kategori good (baik), nilai dalam rentang 0.8-0.9 termasuk dalam kategori great (sangat baik), dan nilai diatas 0.9 termasuk dalam kategori superb (hebat) (Field, 2009).
Universitas Sumatera Utara
47
Hasil analisis dalam penelitian ini tampak pada tabel 7. Terlihat dengan jumlah sampel 500 orang, nilai KMO nya sebesar 0.823. Nilai KMO berada pada posisi 0.823 termasuk dalam kategori sangat baik (great).
Tabel 7. Hasil Analisis Tes KMO Statistik Nilai Keterangan Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy
2.
Hasil Analisis Faktor
a.
Ekstraksi Faktor
0.823
Great (sangat baik)
Ekstraksi faktor merupakan suatu cara untuk mengumpulkan dan melihat berapa faktor yang terbentuk dari korelasi antar aitem. Ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dilakukan dengan menggunakan scree plot. Scree plot lebih baik digunakan dalam keadaan sampel besar yaitu lebih besar dari 200. Cattel menyatakan titik potong faktor terdapat pada point of inflexion pada scree plot. Point of inflexion merupakan titik dimana garis vertikal berubah secara drastis sebelum membentuk garis horizontal yang lebih landai. Selanjutnya, jumlah faktor yang terpilih ialah dengan melihat titik-titik sebelum point of inflexion tanpa mengikutsertakan faktor pada titik point of inflexion (Field, 2009). Penelitian ini menggunakan sampel besar yaitu berjumlah 500 orang, sehingga scree plot digunakan untuk mengekstraksi berapa faktor yang muncul. Grafik 1merupakan scree plot yang memperlihatkan point of inflexion yang jatuh pada titik ke-6 (atau faktor ke-6). Tanpa mengikutsertakan faktor dimana
Universitas Sumatera Utara
48
terjadinya point of inflexion, dari grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang terekstraksi berjumlah lima faktor.
Grafik 1. Scree Plot
Point of inflexion
Selain scree plot, ekstraksi faktor dapat dilakukan dengan melihat nilai total varians yang dapat dijelaskan masing-masing faktor atau disebut juga eigenvalue. Berdasarkan kriteria Kaiser faktor-faktor yang bermakna ialah yang memiliki nilai eigenvalue >1 (Field, 2009). Pada lampiran 3 dilampirkan tabel eigenvalue dari hasil analisis faktor. Hasilnya terdapat lima faktor yang terekstraksi. Berikut varians yang dapat dijelaskan masing-masing faktor:
Universitas Sumatera Utara
49
Tabel 8. Varians Masing-masing Faktor Faktor Varians (%) Faktor 1 (Conscientiousness vs Lack of Direction) Faktor 2 (Emotional Stability vs Neuroticsm) Faktor 3 (Intellect vs closedness) Faktor 4 (Extraversion vs Introversion) Faktor 5 (Agreeableness vs Antagonism) Total
9.740 8.892 7.154 7.107 5.018 37.912
Tabel 8 memperlihatkan varians masing-masing faktor serta keseluruhan varians yang dapat dijelaskan kelima faktor. Total varians kelima faktor tersebut ialah 37.912 %. Ini artinya Big Five Factor Marker dengan 50 aitemnya menjelaskan 37.912 % kepribadian manusia berdasarkan teori Big Five.
b.
Rotasi Faktor Rotasi faktor merupakan transformasi ortogonal dari faktor yang telah
terbentuk agar tidak terjadi keadaan variabel yang tumpang tindih dalam menerangkan faktor bersama atau komponen bersama yang dapat dilihat dari nilai muatan faktornya. Stevens (dalam Field, 2009) menyatakan signifikansi muatan faktor tergantung dengan ukuran sampelnya, untuk sampel 300 nilai muatan yang signifikan adalah lebih besar dari 0.29 dan untuk sampel 600 nilai muatan yang signifikan ialah lebih besar dari 0.21. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 500 orang, sehingga nilai muatan yang signifikan ialah diatas 0.29.
Universitas Sumatera Utara
50
Muatan faktor masing-masing aitem setelah dirotasi diperiksa, jika terdapat lebih dari satu muatan faktor, nilai muatan yang tertinggi lah yang dipilih. Lampiran 4 menyajikan tabel nilai muatan faktor. Berikut disajikan muatan faktor tertinggi dari masing-masing aitem:
Aitem 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Tabel 9. Muatan Faktor Masing-masing Aitem Nilai Faktor Aitem Nilai Loading Loading 0.484 4 0.448 26 0.525 4 0.403 27 0.566 1 0.572 28 0.318 3 0.669 29 0.543 3 0.515 30 0.623 4 0.483 31 0.312 1 0.415 32 0.417 1 0.503 33 0.396 2 0.431 34 0.567 3 0.665 35 0.626 4 0.428 36 0.315 1 0.446 37 0.595 1 0.673 38 0.670 2 0.579 39 0.621 3 0.524 40 0.660 4 0.528 41 0.297 4 0.559 42 0.642 1 0.563 43 0.566 2 0.627 44 0.540 3 0.545 45 0.480 4 0.460 46 0.364 3 0.382 47 0.610 1 0.637 48 0.611 2 0.719 49 0.460 3 0.363 50
Faktor 4 1 1 2 2 4 4 1 2 3 4 1 1 2 5 5 5 1 2 5 4 1 1 2 3
Tabel 9 menyajikan muatan faktor masing-masing aitem beserta pengelompokan aitemnya. Pengelompokan aitem dilihat dari nilai muatan faktor
Universitas Sumatera Utara
51
tertinggi masing-masing aitem pada satu faktor. Dapat dilihat bahwa nilai muatan faktor seluruh aitem lebih besar dari 0.29, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa masing-masing aitem memiliki nilai muatan yang signifikan. Tabel 10 berikut menyajikan pengelompokan aitem berdasarkan nilai muatan faktornya:
Tabel 10. Pengelompokan Aitem Berdasarkan Nilai Muatan Faktor Faktor Aitem Jumlah % Aitem Conscientiousness 3, 7, 8, 12, 13, 18, 23, 15 30 % vs Lack of Direction 27, 28, 33, 37, 38, 43, 47, 48 Emotional Stability 9, 14, 19, 24, 29, 30, 34, 10 20 % vs Neuroticsm 39, 44, 49 Intellect vs 4, 5, 10, 15, 20, 22, 25, 9 18 % Closedness 35, 50 Extraversion vs 1, 2, 6, 11, 16, 17, 21, 12 24 % Introversion 26, 31, 32, 36, 46 Agreeableness vs 42, 40, 41, 45 4 8% Antagonism 50 100 % Total
Tabel 10 menyajikan pengelompokan aitem setelah dilakukan analisis faktor. Tampak bahwa jumlah aitem pada masing-masing faktor tidak lagi sama dengan jumlah aitem pada blue print asli. Masing-masing faktor memiliki aitemaitem yang berpindah dan bertambah. Aitem-aitem mana saja yang berpindah dan bertambah akan tampak jelas dalam perbandingan antara aitem berdasarkan blue print asli dengan aitem dari hasil analisis faktor. Tabel berikut menyajikan perbandingan antara blue print asli dengan hasil analisis faktor:
Universitas Sumatera Utara
52
Faktor
Tabel 11. Blue Print Aitem Setelah Ekstraksi Aitem Blue Print Asli Aitem Setelah Ekstraksi
Conscientiousness vs Lack of Direction
3, 8, 13, 18, 23, 28, 33, 38, 43, 48
3, 7, 8, 12, 13, 18, 23, 27, 28, 33, 37, 38, 43, 47, 48
Emotional Stability vs Neuroticsm
4, 9, 14, 19, 24, 29, 34, 39, 44, 49
9, 14, 19, 24, 29, 30, 34, 39, 44, 49
Intellect vs closedness Extraversion vs Introversion
5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50 1, 6, 11, 16, 21, 26, 31, 36, 41, 46
4, 5, 10, 15, 20, 22, 25, 35, 50 1, 2, 6, 11, 16, 17, 21, 26, 31, 32, 36, 46
Agreeableness vs Antagonism
2, 7, 12, 17, 22, 27, 32, 37, 42, 47
42, 40, 41, 45
Ket: Aitem yang ditandai dengan warna kuning menunjukkan aitem yang berpindah atau yang bertambah Tabel 11 menunjukkan perbandingan aitem pada blue print asli dengan aitem hasil analisis faktor. Pada kolom ‘aitem blue print asli’, aitem-aitem yang ditandai dengan warna kuning merupakan aitem-aitem yang berpindah dari faktor aslinya. Pada kolom ‘aitem setelah ekstraksi’, aitem-aitem yang ditandai merupakan aitem yang bertambah dan masuk dalam faktor tertentu. Berdasarkan tabel 11 tampak 14 aitem berpindah dan 36 aitem (72 %) bermuatan faktor seperti pada versi aslinya. Faktor Conscientiousness vs Lack of Direction tidak memiliki aitem yang berpindah, namun terdapat lima aitem yang bertambah menurut analisis faktor. Aitem-aitem tersebut ialah aitem 7 (saya adalah orang yang simpati pada perasaan orang lain), 12 (saya adalah orang yang berhati lembut), 27 (saya adalah orang yang membuat orang lain merasa tenang), 37 (saya adalah orang yang menyinggung orang lain), dan 47 (saya adalah orang yang kurang peduli pada orang lain). Aitem 7, 12, dan 27 menunjukkan indikator
Universitas Sumatera Utara
53
perilaku peduli yang ada dalam faktor conscientiousness. Ini tampak dalam perilaku simpati, berhati lembut dan membuat orang lain tenang yang mengindikasikan kepedulian. Kepedulian pada orang lain juga mengarahkan seseorang untuk tidak menyusahkan orang lain sehingga bertanggung jawab pada pekerjaannya. Ini sejalan dengan pendapat Pervin (2005) yang mengatakan bahwa conscientiousness pada dasarnya mendeskripsikan perilaku berorientasi tugas dan tujuan yang dipersyaratkan secara sosial. Untuk perilaku menyinggung dan kurang peduli pada orang lain dalam aitem 37 dan 47 masuk kedalam indikator perilaku ketidakpedulian dalam lack of direction. Faktor Emotional Stability vs Neuroticsm memiliki satu aitem yang berpindah dan satu aitem yang bertambah. Aitem yang tidak termasuk dalam faktor ini menurut analisis faktor ialah aitem nomor 4. Sedangkan satu aitem yang bertambah dan termasuk kedalam faktor Emotional Stability vs Neuroticsm adalah aitem nomor 30 (saya adalah orang yang meluangkan waktu untuk merenung). Meluangkan waktu untuk merenung memiliki makna mengevaluasi kembali kejadian yang dialami sehingga menunjukkan perilaku yang stabil, puas dan tidak emosional. Ini menunjukkan indikator perilaku emotional stability. Faktor Intellect vs Closedness memiliki tiga aitem yang berpindah, yaitu aitem nomor 30, 40, dan 45. Ketiga aitem tersebut menurut analisis faktor tidak termasuk dalam faktor Intellect vs Closedness. Pada faktor ini terdapat dua aitem yang bertambah yaitu aitem nomor 4 (saya adalah orang yang santai) dan 22 (saya adalah orang yang merasakan emosi orang lain). Perilaku santai memiliki makna tidak khawatir terhadap sesuatu yang terjadi ataupun terhadap perubahan-
Universitas Sumatera Utara
54
perubahan. Ini dapat disebabkan oleh adanya perilaku kreatif dan imajinatif yang terbuka pada banyak ide-ide baru. Merasakan emosi orang lain dimiliki oleh orang yang banyak ingin tahu dan reflektif. Jika dikaji lebih lanjut, hal ini memiliki alasan yang cukup kuat untuk melihat perilaku-perilaku tersebut sebagai bagian dari faktor Intelect. Terdapat satu aitem yang berpindah pada faktor Extraversion vs Introversion, yaitu aitem nomor 41. Menurut analisis faktor, aitem ini tidak menunjukkan faktor Extraversion vs Introversion. Sedangkan aitem nomor 2 (saya adalah orang yang tertarik untuk mengenal orang lain), 17 (saya adalah orang yang menyediakan waktu untuk orang lain), dan 32 (saya adalah orang yang tidak tertarik untuk mengenal orang lain) menurut analisis faktor merupakan aitem yang termasuk dalam faktor Extraversion vs Introversion. Hal ini jika dikaji lebih lanjut terlihat bahwa pada aitem nomor 2 dan 17 menunjukkan indikator perilaku extraversion yang senang berbicara sehingga tertarik untuk mengenal orang lain dan menyediakan waktu untuk orang lain. Pada aitem nomor 32 menunjukkan indikator perilaku Introversion yang pendiam sehingga memiliki sedikit perhatian untuk mengenal orang lain. Faktor Agreeableness vs Antagonism memiliki sembilan aitem yang berpindah, yaitu aitem nomor 2, 7, 12, 17, 22, 27, 32, 37, dan 47. Menurut analisis faktor, kesembilan aitem tersebut tidak menunjukkan faktor Agreeableness vs Antagonism. Namun, aitem-aitem yang bertambah dan masuk dalam faktor ini adalah aitem 40 (saya adalah orang yang sulit memahami ide-ide abstrak) , 41 (saya adalah orang yang tidak suka menarik perhatian), dan 45 (saya adalah orang
Universitas Sumatera Utara
55
yang tidak tertarik pada ide-ide abstrak). Dalam aitem 40 dan 45 terlihat perilaku yang tidak tertarik dan sulit dalam memahami ide-ide abstrak yang menunjukkan orang yang tertutup pada ide-ide, sehingga cenderung untuk tidak membuat perubahan atau menghasilkan ide baru. Perilaku tidak suka menarik perhatian pada aitem nomor 41 juga menunjukkan orang yang tidak ingin melakukan suatu hal baru yang dapat menarik perhatian. Dengan kata lain ketiganya menunjukkan perilaku yang tidak mudah bosan dalam suatu pekerjaan tertentu, sehingga mengarah pada perilaku kooperatif pada faktor agreeableness. C. Reliabilitas Big Five Factor Marker terdiri dari aitem-aitem yang mengukur 5 faktor besar. Koefisien reliabilitas Big Five Factor Marker diestimasi melalui skor komposit dari masing-masing faktornya. Faktor conscientiousness vs lack of direction memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0.824, faktor emotional stability vs neuroticism sebesar 0.705, faktor intellect vs closedness sebesar 0.670, faktor extraversion vs introversion sebesar 0.758 serta faktor agreeableness vs antagonism sebesar 0.587. Analisis reliabilitasnya dapat dilihat di lampiran 4. Koefisien reliabilitas skor komposit Big Five Factor Marker adalah sebesar 0.860.
D. Pembahasan Ekstraksi faktor pada data penelitian dilakukan berdasarkan scree plot dan nilai eigenvalue, dari keduanya terlihat lima faktor yang terekstraksi. Hal ini sejalan dengan teori kepribadian Big Five Factor yang membagi kepribadian manusia dalam lima faktor besar. Total varians yang dapat dijelaskan kelima
Universitas Sumatera Utara
56
faktor ialah sebesar 37.912 %. Ini artinya, 50 aitem Big Five Factor Marker menjelaskan sebesar 37.912 % kepribadian manusia berdasarkan teori Big Five. Aitem-aitem Big Five Factor Marker yang terdiri dari 50 aitem kesemuanya memiliki nilai muatan atau nilai loading diatas 0.30. Azwar (2010) mengatakan bahwa koefisien validitas dianggap memuaskan apabila bernilai diatas 0.30. Oleh karena itu aitem-aitem Big Five Factor Marker setelah diadaptasi kedalam bahasa indonesia memiliki validitas konstruk yang baik. Lima faktor yang terekstrasi berdasarkan hasil analisis faktor adalah sebagai berikut, faktor 1 adalah faktor Conscientiousness vs Lack of Direction, faktor 2 adalah faktor Emotional Stability vs Neuroticsm, faktor 3 adalah faktor Intellect vs Closedness, faktor 4 adalah faktor Extraversion vs Introversion, dan faktor 5 adalah faktor Agreeableness vs Antagonism. Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, seseorang dikatakan memiliki Conscientiousness yang tinggi dicirikan dalam perilaku mempersiapkan segala sesuatunya, memperhatikan secara detail, tidak menunda pekerjaan, tidak melalaikan tugas, tidak meninggalkan barang dimana-mana, teratur, mengikuti jadwal, gigih, berhati lembut, simpati, peduli dan menenangkan orang lain. Selanjutnya, seseorang dikatakan memiliki Emotional Stability yang tinggi dicirikan dalam perilaku jarang merasa sedih, tidak mudah stres, tidak mengkhawatirkan banyak hal, tidak mudah terganggu, tidak mudah kecewa, suasana hatinya tidak mudah berubah, tidak mudah kesal dan meluangkan waktu untuk merenung. Selanjutnya, seseorang dikatakan memiliki Intellect yang tinggi dicirikan dalam perilaku santai, memiliki banyak perbendaharaan kata, imajinasinya konkret, penuh dengan
Universitas Sumatera Utara
57
ide dan ide-ide nya hebat, cepat memahami, merasakan emosi orang lain serta cenderung menggunakan kata-kata sulit. Seseorang dikatakan memiliki Extraversion yang tinggi dicirikan dalam perilaku menghidupkan suasana pesta, berbicara dengan siapa saja dalam pesta, banyak berbicara, tertarik untuk mengenal orang lain, nyaman disekitar orang banyak, suka tampil di depan umum, tidak canggung untuk memulai percakapan, memiliki banyak topik untuk dibicarakan, menyediakan waktu untuk orang lain serta tidak keberatan menjadi pusat perhatian. Terakhir, seseorang dikatakan memiliki agreeableness yang tinggi dicirikan dalm perilaku sulit memahami ideide abstrak, tidak suka menarik perhatian dan tidak tertarik pada ide-ide abstrak. Perpindahan aitem-aitem dapat terjadi karena adanya perbedaan kebiasaan, budaya, dan perilaku yang umum diterima di kota Medan sebagai indikator perilaku faktor tertentu. Kemungkinan-kemungkinan tersebut dapat menyebabkan terjadinya perpindahan aitem dalam proses analisis data. Perpindahan aitem dalam proses analisis data terjadi ketika aitem-aitem yang saling berkorelasi tinggi berkumpul dalam satu faktor. Penelitian pengadaptasian alat ukur berdasarkan teori Big Five sebelumnya sudah pernah dilakukan di kota Medan, yaitu pengadaptasian alat ukur Big Five Inventory (Maryanti, 2012). Hasilnya, indikator perilaku yang muncul pada masing-masing faktor Big Five Inventory menunjukkan perilaku yang hampir sama dengan Big Five Factor Marker. Tabel berikut memperlihatkan beberapa kesamaannya:
Universitas Sumatera Utara
58
Tabel 12. Indikator perilaku Big Five Inventory dan Big Five Factor Marker Faktor Indikator Perilaku BFI Indikator perilaku BFFM (+) (+) Tekun Terorganisir Mengikuti apa yang Baik hati sudah ada Bertanggung Jawab (-) Pekerja Keras Conscientiousness Curiga (-) vs Lack of Direction Sembrono Tidak terorganisir Malas Jahat Tidak bertanggung jawab Egois (+) (-) Tidak emosional Tidak emosional Tenang Reflektif (-) Pemalu (-) Emosional Tegang Emotional Stability Kesedihan yang tak beralasan vs Neuroticism Tidak stabil Cemas Tidak puas Emosional Kasar Kurang Perhatian
Intellect vs Closedness
(+) Kreatif Rasa ingin tahu tinggi Optimis Terus terang Dapat dipercaya Aktif Imajinatif Original Pekerja Keras
(+) Santai Kreatif Imajinatif Ingin tahu Baik hati Rumit (-) Tidak imajinatif
Universitas Sumatera Utara
59
Lanjutan Tabel 12. Indikator perilaku Big Five Inventory dan Big Five Factor Marker Faktor Indikator Perilaku BFI Indikator perilaku BFFM Extraversion vs Introversion
(+) Banyak bicara Mudah bergaul Mudah percaya (-) Menyendiri Pendiam Tidak mau bekerja sama
(+) Suka menolong Mudah memaafkan Mudah percaya Ketertarikan luas Baik (-) Tidak memiliki jiwa seni
Agreeableness vs Antagonism
(+) Energik Kooperatif Berani Senang berbicara Baik hati (-) Diam Takut Tidak kooperatif (-) Egois Tidak imajinatif Takut Tidak kreatif
Tampak pada tabel 12 diatas beberapa kesamaan indikator perilaku BFI dan BFFM. Untuk faktor conscientiousness vs Lack of direction BFFM dan BFI menunjukkan kesamaan pada indikator perilaku sembrono atau tidak terorganisir serta tekun atau pekerja keras. Pada faktor Emotional Stability vs Neuroticism kesamaan tampak pada indikator perilaku tidak emosional dan emosional. Faktor Extraversion vs Introversion terlihat kesamaan pada indikator perilaku banyak bicara atau senang berbicara, mudah bergaul atau kooperatif, pendiam, serta tidak mau bekerja sama atau tidak kooperatif. Faktor selanjutnya, Intellect vs Closedness terdapat kesamaan pada indikator perilaku kreatif, rasa ingin tahu tinggi serta imajinatif. Namun pada
Universitas Sumatera Utara
60
faktor terakhir, faktor Agreeableness vs Antagonism tidak menunjukkan adanya kesamaan pada indikator perilaknya. Reliabilitas menunjuk kepada taraf kepercayaan atau taraf konsistensi hasil ukur.
Besarnya koefisien reliabilitas yang dianggap memuaskan tidak dapat
dijawab dengan memberikan satu angka pasti. Hal ini tergantung kepada penilai atau pemakai tes untuk menentukan apakah suatu koefisien reliabiitas sudah cukup memuaskan. Pada umumnya, reliabilitas telah dianggap memuaskan bila koefisiennya mencapai minimal rxx’ = 0.9 (Azwar, 2010). Pada Big Five Factor Marker koefisien reliabilitasnya diperoleh melalui reliabilitas skor komposit dengan nilai koefisien 0.86. Jika dilihat, nilai sebesar 0.86 dapat dikatakan cukup tinggi untuk suatu koefisien reliabilitas. Nilai tersebut juga tidak terlalu jauh dengan nilai 0.9 yang dipersyaratkan Azwar (2010). Dari besarnya koefisien reliabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa 86 % Big Five Factor Marker dapat dipercaya sebagai alat ukur kepribadian dan error pada perbedaan skor yang tampak sebesar 14 %. Oleh karena itu Big Five Factor Marker yang telah diadaptasi kedalam bahasa Indonesia memiliki reliabilitas yang baik sebagai suatu alat ukur kepribadian.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: 1.
Big Five Factor Marker yang telah diadaptasi kedalam versi indonesia memiliki karakteristik psikometri yang baik, yaitu nilai rata-rata validitas konstruk masing-masing aitem sebesar 0.3 dan reliabilitas 0.86.
2.
Ditemukan faktor yang sama pada Big Five Factor Marker versi adaptasi dengan versi aslinya. Hanya terdapat beberapa perbedaan indikator perilaku yang menjelaskan masing-masing faktor. Hal ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan kebiasaan, budaya, dan perilaku yang umum diterima di kota Medan sebagai indikator perilaku faktor tertentu.
B. Saran 1.
Saran Praktis
a.
Bagi praktisi Psikologi diharapkan dapat menggunakan Big Five Factor Marker sebagai salah satu alternatif alat tes kepribadian dalam berbagai setting penggunaan.
61 Universitas Sumatera Utara
62
b.
Bagi akademisi Psikologi dan Psikometri diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan melihat validitas konkurennya dengan alat ukur Big Five lain yang telah terstandar.
2.
Saran Metodologis Penelitian ini memiliki keterbatasan waktu dan biaya sehingga hanya
dilakukan di kota Medan, untuk pengembangan selanjutnya disarankan untuk melakukan pengembangan Big Five Factor Marker dengan sampel yang lebih representatif dari total populasinya.
Universitas Sumatera Utara
63
DAFTAR PUSTAKA Anastasi, A., & Urbina, S. (1997). Psychological Testing Seventh Edition. USA: Prentice-Hall International, Inc. Azwar, S. (2010). Tes Prestasi; Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar Edisi II. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Azwar, S. (2009). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Belajar Field, A. (2009). Discovering Statistic Using SPSS (3rd ed). London: Sage Publication Inc Goldberg, L.R. (1990). An Alternative “Description of Personality”. The Big Five Factor Structure. Journal of Personality and Social Psychology vol 59 Goldberg, L.R. (1999). A broad-bandwith, public domain, personality inventory measuring the lower level facets of several Five Factor models. Personality Psychology in Europe Vol. 7, 7-28. Goldberg, L.R., Johnson, J.A., Eber, H.W., Hogan, R., Ashton, M.C., Cloninger, C.R., & Gough, H.G. (2006). The International Personality Item Pool and The Future Public of public-domain personality measures. Journal of Research in Personality 40 Gow, A.J., Whiteman, M.C., Pattie, A., & Deary, I.J. (2005). Goldberg’s IPIP Big-Five factor markers: Internal consistency and concurrent validation in Scotland. Personality and Individual Differences 39. Gregory, R.J. (2004). Psychological Testing: Applications. Boston: Allyn and Bacon
History,
Principles,
and
Guenole, N., & Chernyshenko, O.S. (2005). The Suitability of Goldberg’s Big Five IPIP Personality Markers in New Zealand: A Dimensionality, Bias, and Criterion Validity Evaluation. New Zealand Journal of Psychology Vol. 34, No.2. Halim, M. S., Derksen, J. J. L., & van der Staak, C. P. F (2004). Development of the revised NEO personality inventory for Indonesia: A preliminary study. Online Resources for Cross-Cultural Psychology.
Universitas Sumatera Utara
64
Hambleton, R.K ., Merenda, P.F., & Spielberger, C.D. (Eds) (2005). Adapting Educational and Psychological Tests for Cross-Cultural Assessment. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates. Hurlock, E.B. (1991). Psikolgi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Penerbit Erlangga. Jewell, L.N. (1998). Contemporary Industrial/Organizational Psychology Third Edition. USA: Brooks/Cole Publishing Company John, O.P., Srivastava, S. (1999). The Big Five Trait Taxonomy: History, measurement, and thereotical perspectives. New York: Guilford Kaplan, R. M., Saccuzzo, D. P. (2005). Psychological Testing, Principles, Appications, and Issues. USA: Thomson Wadsworth Mariyanti. (2012). Karakteristik Psikometri Big Five Inventory (BFI) Versi Adaptasi Bahasa Indonesia. Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara. Mastuti, Endah. (2005). Analisis Faktor Alat Ukur Kepribadian Big Five (Adaptasi dari IPIP) pada Mahasiswa Suku Jawa. INSAN vol 7 No. 3. McCrae, R.R., Costa, P.T. (2006). Personality in Adulthood, A Five Factor Theory Perspective. New York: The Guildford Press. Mlacic, B., & Goldberg, L.R. (2007). An Analysis of a Cross-Cultural Personality Inventory: The IPIP Big-Five Factor Markers in Croatia. Journal of Personality assessment 88 (2) 168-177. Murphy, K.R., & Davidshofer, C.O. (2005). Psychological Testing, Principles and Applications sixth Edition. New Jersey: Pearson Education International Pervin, L.A., Cervone, D., John, O.P. (2005). Personality: Theory and Research. Hoboken. NJ: Wiley. Shaughnessy, J.J., Zechmeister, E.B & Zechmeister, J.S. (2012). Research Methods in Psychology 9th Edition. Singapore: Mc Graw Hill Suhr, Diana.D. (2006). Exploratory or Confirmatory Factor Analysis?.Colorado: SAS Institute Inc. Supratiknya, A., Susana, T. (2010). Redefinisi Psikologi Indonesia dalam Keberagaman. Jakarta: Himpunan Psikologi ndonesia
Universitas Sumatera Utara
65
Suryabrata, S. (2009). Metodologi Penelitian.. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Universitas Sumatera Utara