A. Konsep-konsep dan Konsepsi-konsepsi Khusus Mengenai Pergeseran Masyarakat dan Budaya.
Menurut Fathoni A (2006:23) konsep-konsep yang diperlukan apabila ingin menganalisis secara ilmiah proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan, termasuk lapangan penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamika social.
Koentjaraningrat (2003:142) mengemukakan bahwa,
Untuk menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan, termasuk lapangan penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamika social. Diantara konsep-konsep yang terpenting ada yang mengenai proses-proses belajar kebudayaan sendiri, yakni internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi. Selain itu ada proses perkembangan kebudayaan umat manusia (atau "evolusi kebudayaan") dari bentuk-bentuk kebudayaan yang sederhana hinggaa yang makin lama makin kompleks, yang dilanjutkan dengan proses penyebaran kebudayaan-kebudayaan yang terjadi bersama dengan perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi ( yaitu proses difusi ). Proses lainnya adalah proses perkenalan budaya-budaya asing yang disebut "proses akulturasi" dan "asimilasi". Akhirnya ada proses pembaharuan, atau "inovasi", yang berkaitan erat dengan penemuan baru (yang dalam bahasa inggris disebut discovery dan invention)
B. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri.
1. Proses Internalisasi.
Koentjaraningrat (2003:142) mengungkapkan bahwa, proses internalisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu mulai saat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang kemudian membentuk kepribadiannya.
Menurut Effendi R (2006:145) proses internalisasi adalah proses pengembangan potensi yang dimiliki manusia, yang dipengaruhi baik lingkungan internal dalam diri manusia itu maupun eksternal, yaitu pengaruh dari luar diri manusia.
Dapat disimpulkan bahwa proses internalisasi merupakan proses pengembangan atau pengolaan potensi yang dimiliki manusia, yang berlangsung sepanjang hayat, yang dipengaruhi oleh lingkungan internal maupun eksternal.
Menurut Fathoni A (2006:24 ) proses internalisasi tergantung dari bakat yang dipunyai dalam gen manusia untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, dan emosinya. Tetapi semua itu juga tergantung dengan pengaruh dari berbagai macam lingkungan sosial dan budayanya. Contoh: bayi yang lahir terus belajar bagaimana mendapatkan perasaan puas dan tidak puas.
2. Proses sosialisasi.
Fathoni A (2006:25) proses sosialisasi bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekililingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Koentjaraningrat (2003:145) individu dalam masyarakat ynang berbeda-beda akan mengalami proses sosialisasi yang berbeda-beda, karena proses itu banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan serta lingkungan sosial yang bersangkutan.
Effendi R (2006:24) mengemukakan bahwa syarat terjadinya proses sosialisasi adalah:
a) individu harus diberi keterampilan yang dibutuhkan bagi hidupnya kelak dimasyarakat;
b) individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannyauntuk membaca, menulis dan berbicara;
c) pengendalian fungsi-fungsi organic harus dipelajari melalui latihan-latihan wawas diri yang tepat;
d) individu harus dibiasakan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada pada masyarakat.
3. Proses Enkulturasi.
Koenjtaraningrat (2003:145) mengemukakan bahwa proses enkulturasi merupakan proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat, system norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang.
Effendi R (2006:146) mengemukakan bahwa, sejak kecil proses enkulturasi sudah dimulai dalam alam pikiran manusia, mula-mula dari lingkungan keluarga, kemudian teman bermain, lingkungan masyarakat dengan meniru pola prilaku yang berlangsung dalam suatu kebudayaan. Oleh karena itu proses enkulturasi disebut juga dengan pembudayaan.
Koentjaraningrat (Soekanto,S.:2007:168) mengemukakan bahwa, akulturasi terjadi bila suatu kelompok manusia dengan satuan kebudayaan yang tertentu dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupasedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tampa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Soekanto,S (2007:169) mengemukakan bahwa, proses akulturasi yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integrasi antara unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Dengan demikian, unsur-unsur kebudayaan asing tidak lagi dirasakan sebagai hal yang berasal dari luar, tetapi dianggap sebagai unsur-unsur kebudayaan sendiri.
C. Proses Evolusi Sosial
1. Proses Prose Microscopic dan Macroscopic dalam Evolusi Sosial.
Koentjaraningrat (2003:147) mengemukakan bahwa, proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa secara mendetail (mikroskopik), tetapi dapat juga dilihat secara keseluruhan, dengan memperhatiakan perubahan-perubahan besar yang telah terjadi (makroskopik). Proses-proses social budaya yang dianalisa secara detail dapat memberi gambaran mengenai berbagai proses peribahan (yang dalam ilmu antropologi disebut recurrente processes)yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dari suatu masyarakat. Proses evolusi social budaya secara makroskopik yang terjadi dalam suatu jangka waktu yang panjang, dalam antropologi disebut "proses-proses pemberi arah", atau directional processes.
2. Proses-Proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya.
Koentjaraningrat (2003:14) mengemukankan bahwa, dalam antropologi, perhatian terhadap proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya baru timbul sekitar tahun 1920 bersama dengan perhatian terhadap individu dalam masyarakat.sebelumnya, para ahli antropologi umumnya hanya memperhatikan adat istiadat yang lazim berlaku dalam masyarakat yang mereka teliti, tampa memperhatikan sikap, perasaan, serta tingkah laku para individu yang bertentangan dengan adat istiadat.
Kontaraningrat (2003:149) mengemukakan bahwa, dalam meneliti masalah ketegangan antara adat istiadat yang berlaku dengan kebutuhan yang dirasakan oleh beberapa individu dalam suatu masyarakat, perlu diperhatikan dua konsep yang berbeda, yaitu (1) kebudayaan sebagai kompleks dari komsep norma-norma, pandangan-pandangan, dan sebagainya, yang bersifat abstrak (yaitu sistem budaya), dan (2) kebudayaan sebagai serangkaian tindakan yang konkrit, dimana para individu saling berinteraksi (yaitu sistem sosial). Kedua sistem tersebut sering saling bertentangan, dan dengan mempelajari konflik-konfliks yang ada dalam setiap masyarakat itulah dapat diperoleh pengertian mengenai dinamika masyarakat pada umumnya.
3. Proses Mengarah dalam Evokusi Kebudayaan.
Koentjaraningrat (2003:149) mengemukakan bahwa, apabila evolusi masyarakat dan kebudayaan dipandang dari suatu jarak yang jauh dengan suatu interval yang panjang (misalnya beberapa ribu tahun), akan menentukan arah (directional) dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan.
D. Proses Difusi
1. Penyebaran manusia.
Ilmu Paleoantropologi (Fathoni,A.:2006:28) memperkirakan bahwa manusia terjadi di daerah Sabana tropikal di Afrika Timur, dan sekarang makhluk itu sudah menduduki hampir seluruh permukaan bumi ini. Ini dapat diterangkan dengan dengan adanya proses pembiakan dan gerka penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai dengan proses adaptasi fisik dan sosial budaya dari manusia dalam jangka waktu yang sangat lama.
Fathoni,A (2006:29) mengemukakan bahwa, proses ini membagi menjadi dua proses migrasi, yaitu migrasi yang berlangsung lambat dan otomatis, dan migrasi yang berlangsung cepat dan mendadak. Migrasi yang lambat dan otomatis adalah sejajar dengan perkembangan dari manusia yang selalu banyak jumlahnya, sejak masa timbulnya di muka bumi hingga sekarang. Proses evolusi ini menyebabkan manusia senantiasa memerlukan daerah yang makin lama makin luas.
2. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan
Bersama dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok masyarakat di muka bumi ini, turut tersebar pula berbagai unsur kebudayaan.
Menurut kontjaraningrat (2003:152) Penyebaran unsur-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa, tetapi karena unsur-unsur kebudayaan itu memang sengaja dibawa oleh individu-individu tertentu, seperti para pedagang dan pelaut.
Dalam zaman yang modern saat ini penyebaran unsur-unsur kebudayaan tidak lagi mengikuti migrasi-migrasi kelompok, melainkan tanpa kontak lansung antar individu yang berbeda, ini disebabkan sekarang sudah banyak media-media yang membantu mempercepat persebaran kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain, seperti televisi, radio, surat kabar, dan sebagainya.
E. Akulturasi dan Asimilasi
Akulturasi adalah Proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.(koentjaraningrat:2003:155)
Fathoni,A (2006:31) mengemukakan bahwa, masalah-masalah mengenai akulturasi jika di ringkas, akan tampak 5 golongan masalah, yaitu :
a) masalah tentang metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat,
b) masalah tentang unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah dan tidak mudah diterima oleh suatu masyarakat,
c) masalah tentang unsur-unsur kebudayaan yang mudah dan tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing,
d) masalah mengenai jenis-jenis individu yang tidak menemui kesukaran dan cepat diterima unsur kebudayaan asing, dan jenis-jenis individu yang sukar dan lamban dalam menerimanya,
e) masalah mengenai ketegangan-ketegangan serta krisis-krisis sosial yang muncul akibat akulturasi.
Koentjaraningrat (2003:157) mengungkapkan bahwa, dalam meneliti jalannya suatu proses akulturasi, seorang peneliti sebaiknya memperhatikan beberapa hal, yaitu:
a) keadaan sebelum proses akulturasi dimulai,
b) para individu pembawa unsur-unsur kebudayaan asing,
c) saluran-saluran yang dilalui oleh unsusr-unsur kebudayaan asing untuk masuk ke dalam kebudayaan penerima,
d) bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh,
e) reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing.
Koentjaraningrat (2003:160) mengindentifikasikan bahwa, asimilasi adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan golongan-golongan itu masing-masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
Fathoni,A (2006:30) mengemukakan bahwa, asimilasi timbul apabila ada: a) golongan manusia dengan latar belakang berbeda, b) saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, c) kebudayaan golongan tadi berubah sifatnya dan wujudnya menjadi kebudayaan campuran sehingga golongan minoritas mengubah sifat khas unsur kebudayaan dan masuk kekebudayaan mayoritas.
Menurut soekanto,S (2007:75) faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya asimilasi antara lain adalah: a) toleransi, b) kesempatan-kesempatan yang seimbang dibidang ekonomi, c) sikap menghargai orang asinng dan kebudayaannya, d) sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat, e) persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan, f) perkawinan campura (amalgamation), g) adanya musuh bersama dari luar.
F. Pembaruan (Inovasi)
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru, sehingga terbentuk suatu sistem produksi dari produk-produk baru. Suatu proses inovasi tentu berkaitan penemuan baru dalam teknologi, yang biasanya merupakan suatu proses sosial yang melalui tahap discovery dan invension. (Fathoni,A.:2006:32)
Menurut koentjaraningrat (2003:162) mengemukakan bahwa, faktor-faktor yang menjadi pendorong bagi seorang individu untuk memulai serta mengembangkan penemuan baru adalah: a) kesadaran akan kekurangan dalam kebudayaan, b) mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan, c) sistem perangsang bagi kegiatan mencipta. Penemuan baru sering kali terjadi saat ada suatu krisis masyarakat, dan suatu krisis terjadi karena banyak orang merasa tidak puas karena mereka melihat kekurangan-kekurangan yang ada di sekelilingnya.
Menurut koentjaraningrat (2003:162) mengemukakan bahwa penemuan baru seringkali terjadi saat ada suatu krisis masyarakat, dan suatu krisis terjadi karena banyak orang merasa tidak puas dengan keadaan. Sebaliknya, mereka tidak puas karena mereka melihat kekurangan-kekurangan yang ada disekelilingnya.
Koentjaraningrat (2003:162) mengemukakan bahwa upaya untuk mencari dan menciptakan penemuan baru seringkali juga terdorong oleh sistem perangsang yang ada dalam suatu masyaraka, misalnya berupa kehormatan, kedudukan tinggi, harta benda, dan sebagainya. Suatu penemuan baru selalu harus dilihat dalam rangka kebudayaan tempat penemuan tersebut terjadi, karena suatu penemuan baru merupakan perubahan yang bersifat mendadak, yaitu dari tidak ada menjadi ada. Suatu penemuan baru umumnya merupakan suatu rangkayan panjang, yang mula-mula merupakan penemuan-penemuan yang dihasilakan sejumlah pencipta. Dengan demikian proses inovasi itu merupakan suatu proses evolulusi. Bedanya ialah bahwa dalam proses inovasi para individu berperan secara aktif, sedangkan dalam proses evolusi para individu itu pasif, bahkan seringkali negatif. Kerena kegiatan dan upaya individu itu, maka suatu inovasi merupakan suatu proses perubahan kebudayaan yang lebih cepat daripada proses evolusi kebudayaan.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan yaitu:
1. Konsep yang di perlukan untuk menganalisa proses-proses pergeran masyarakat dan kebudayaan, termasuk lapangan penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamika sosial. Dari konsep dinamika sosial dapat ditarik beberapa konsep sederhana, yaitu: a) konsep Proses belajar kebudayaan oleh masyarakat itu sendiri, yakni internalisasi, sosialisasi, dan enkulturisasi, b) konsep proses perkembangan kebudayaan umat manusia atau evolusi kebudayaan, c) konsep proses penyebaran kebudayaan-kebudayaan yang terjadi bersamaan dengan perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi atau proses difusi, d) konsep proses pengenalan unsure-unsur budaya asing, yang disebut proses akulturasi dan asimilasi, e) konsep proses pembaruan atau inovasi yang berkaitan erat dengan penemuan baru di bidang kebudaya.
2. Proses belajar kebudayaan sendiri yaitu meliputi, proses internalisasi yaitu proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yang dimulai ketika individu dilahirkan sampai akhir hayatnya dan sepanjang hayatnya seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang kemudian membentuk kepribadiannya. Sedangkan proses sosialisasi yaitu proses seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekililingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
3. Proses evolusi sosial yaitu proses yang meliputi: a) Proses Prose Microscopic dan Macroscopic Dalam Evolusi Sosial. Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa secara detail (mikroskopik), tetapi dapat juga dilihat secara keseluruhan, dengan memperhatiakan perubahan-perubahan besar yang telah terjadi (makroskopik), b) proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya, dan c) proses mengarah dalam evokusi kebudayaan
4. Proses difusi terbagi menjadi dua yaitu, dengan proses penyebaran manusia yaitu proses mempelajari pembiakan dan gerak penyebaran atau migrasi yang disertai proses penyesuaian atau adaptasi fisik dan sosial budaya dari mahluk manusia dalam jangka waktu yang sangat lama bisa dikatan juga dari zaman purba. Dan proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan, proses ini biasanya mengikuti proses penyebaran dan migrasi kelompok masyarakat di muka bumi ini, karena kelompok yang bermigrasi pasti turut serta membawa kebudayaan walau itu tanpa mereka sadari, maka di tempat mereka yang baru budaya itu akan diterima oleh orang-orang setempat dan dengan sedikit penyaringan akan membaur dengan budaya yang sudah ada sebelumnya sehingga membuat suatu budaya yang baru.
5. Akulturasi adalah Proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu. Sedangkan asimilasi adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan golongan-golongan itu masing-masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
6. Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru, sehingga terbentuk suatu sistem produksi dari produk-produk baru. Suatu proses inovasi tentu berkaitan penemuan baru dalam teknologi, yang biasanya merupakan suatu proses sosial yang melalui tahap discovery dan invension.
2. EVOLUSI SOSIAL
Evolusi Sosial Terjadinya proses evolusi dalam masyarakat dan kebudayaan terdapat dua analisa yaitu secara detail (microscopic), dan secara garis besarnya saja (macroscopic). Jika kita mempelajari secara detail maka akan terjadi proses sosial yang berulang-ulang (recurrent processes). Proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya, terjadi karena adanya faktor individu yang menetang dengan adat-istiadat ditempat dia berasal. Adanya penyimpangan-penyimpangan dalam suatu adat, maka merupaka awl terjadi proses-prose perubahan kebudayaan masyarakat pada umumnya. Adat tersebut akan menjadi recurrent dan terjadinya adat tersebut disesuaikan oleh keperluan-keperluan baru dari masing individu dalam masyarakat. Ada dua konsep mengenai kebudayaan, yang pertama adalah kebudayaan sebagai suatu kompleks dari konsep norma-norma, pandang-pandangan dan sebagainya, yang abstrak, yaitu sistem budaya, dan yang kedua adalah kebudayaan sebagai suatu rangkaian dari tindakan yang konkret dimana individu saling berhubungan dan berbuat berbagai hal dalam keadaan interaksi, yaitu sistem sosial.
Makalah Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Effendi, R (2006) mengemukakan bahwa masyarakat merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit banyaknya bersifat kekal berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama.
E.B Taylor (2007) mengungkapkan bahwa kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Koentjaraningrat (2003) mengungkapkan bahwa untuk menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan, termasuk lapangann penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamika sosial diantara konsep-konsep yang terpenting ada yang mengenai proses-proses belajar kebudayaan sendiri, yakni internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi. selain itu ada proses perkembangan kebudayaan umat manusia (atau evolusi kebudayaan) Dari bentuk-bentuk kebudayaan yang sederhana hingga yang makin lama makin kompleks yang dilanjutkan dengan proses penyebaran kebudayaan–kebudayaan yang terjadi bersama dengan perpindahan bangsa-bangsa dari muka bumi. Proses lainnya adalah proses perkenalan budaya-budaya asing yang disebut "proses akulturasi" dan proses pembaruan yang disebut "asimilasi" dan yang berkaitan erat dengan penemuan baru yang disebut "inovasi".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah maka dapat dirumuskan suatu pokok masalah yang kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa konsep-konsep mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan?
2. Bagaimana proses belajar kebudayaan sendiri?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini adalah untuk mengetahui konsepsi-konsepsi mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan, proses belajar kebudayaan sendiri, proses evolusi sosial, proses difusi, akulturasi dan pembaharuan atau asimilasi dan perubahan atau inovasi.
BAB II
PEMBAHASAN
DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
A. Konsep-Konsep Mengenai Khusus Mengenai Pergeseran Masyarakat dan Kebudayaan
Dalam Bab ini, konsep yang kita perlukan apabila kita ingin menganalisa secara ilmiah gejala-gejala dan kejadian-kejadian sosial budaya disekeliling kita sebagai proses yang sedang berjalan dan bergeser. semua konsep yang kita perlukan apabial kita ingin menganalisa proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan , termasuk lapangan penelitian ilmu antropologi dan sosiologi yang disebut dinamika sosial.
Diantara konsep yang terpenting ada yang mengenai proses belajar kebudayaan oleh warga masyarakat yang bersangkutan, yaitu internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi. Ada juga proses perkembangan kebudayaan umat manusia pada umumnya yang sederhana, sehingga bentuk-bentuk yang lama semakin kompleks, yaitu evolusi kebudayaan. Kemudian dap roses penyebaran kebudayaan secara geografi terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa dimuka bumi, yaitu proses difusi. Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat, yaitu proses akullturasii dan asimilasi. Akhirnya ada proses pembaruan atau inovasi yang sangat erat kaitannya dengan penemuan baru yang disebut inovasi dan invention.
B. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
1. Proses Internalisasi
Koentjaraningrat (2003) mengunkapkan bahwa proses internalisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu mulai saat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya, sepanjang hayatnya seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang kemudian membentuk kepribadiannya.
Menurut Effendi, R (2006) internalisasi adalah proses pengembangan potensi yang dimiliki manusia yang dipengaruhi, baim lingkingan internal dalam diri manusia itu maupu eksternal, yaitu pengaruh dari luar manusia.
Dapat disiimpulkan, bahwa proses internalisasi merupakan proses pengembangan atau pengolaan potensi yang dimiliki manusia, yang berlangsung sepanjang hayat, yang dipengaruhi oleh lingkungan internal maupun eksternal.
Menurut Fathoni, A (2006), proses internalisasi tergantung dari bakat yang dipunyai dalam gen manusia untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu dan emosinya. tetapi semua itu juga tergantung pada pengaruh dari berbagai macam lingkungan sosial dan budayanya. Contoh: Bayi yang lahir terus belajar bagaimana mendapatkan perasaan puas dan tidak puas.
2. Proses Sosialisasi
Menurut Fathoni, A (2006), proses sosialisasi bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam prose situ seseorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu disekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang munkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Koentjaraningrat (2003) individu dalam masyarakat yang berbeda-beda akan mengalami proses sosialisasi yang berbeda-beda karena prose situ banyak ditentukan oleh susuanan kebudayaan serta lingkungan sosial yang bersangkutan.
Menurut Effendi, R (2006) syarat terjadinya proses sosialisasi adalah:
Individu harus diberi keterampilan yang dibutuhkan bagi hidupnya kelak dimasyarakat.
Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis dan berbicara.
Pengendalian fungsi-funsi organic harus dipelajari melalui latihan-latihan.
Individu harus dibiasakan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada pada masyarakat.
3. Proses Akulturasi
Menurut Kuntjaraningrat (2003), mengemukakan bahwa proses akulturasi merupakan proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat. system norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang
Sejak kecil proses akulturasi sudah dimulai dalam alam pikiran manusia, mula-mula dari lingkungan keluarga, kemudian teman bermain, lingkungan masyarakat dengan meniru pola perilaku yang berlangsung dalam suatu kebudayaan. Oleh karena itu prosen akulturasi disebut juga dengan pembudayaan.
Akulturasi terjadi apabila suatu kelompok manusia dengan satuan kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kebudayaan itu sendiri.
Proses akulturasi yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integasi antara unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Dengan demikian, unsur-unsur kebudayaan asing tidak lagi dirasakan sebagai hal yang berasal dari luar, tetapi dianggap sebagai unsur-unsur kebudayaan sendiri.
C. Proses Evolusi Sosial
1. Proses Microscopic dan Macroscopic dalam Evolusi Sosial
Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa secara mendetail (microscopic), tetapi dapat juga dilihat secara keseluruhan dengan memperhatikan perubahan-perubahan besar yang telah terjadi (macroscopic). Proses-proses sosial budaya yang dianalisa secara detail dapat memberi gambaran mengenai berbagi proses perubahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dari suatu masyarakat. Proses evolusi sosial budaya secara macroscopic yang terjadi dalam suatu jangka waktu yang panjang, dalam antropologi disebut "proses-proses pemberi arah" atau directional processes.
2. Proses-proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya
Dalam Antropologi, perhatian terhadap proses-proses berulang dalam evolusi sosial buadaya baru timbul sekitar tahun 1920 bersama dengan perhatian terhadap individu dalam masyarakat sebelumnya, Para ahli antropologi umumnya hanya memperhatikan adat istiadat yang lazim berlaku dalam masyarakat yang mereka teliti, tanpa memperhatikan sikap, perasaan serta tingkah laku para individu yang bertentangan dengan adat istiadat.
Dalam meneliti masalah ketegangan antara adat istiadat yang berlaku dengan kebutuhan yang dirasakan oleh beberapa individu dalam suatu masyarakat, perlu diperhatikan 2 (dua) konsep yang berbeda, yaitu:
Kebudayaan sebagai kompleks dari konsep norma-norma, pandangan-pandangan dan sebagainya yang bersifat abstrak (yaitu sistem budaya).
Kebudayaan sebaga sebagai serangkaian tindakan yang konkrit dimana para individu saling berinteraksi (yaitu sistem sosial).
Kedua sistem tersebut sering saling bertentangan dan dengan mempelajari konflik-konflik yang ada dalam setiap masyarakat itulah dapat diperoleh pengertian mengenai dinamika masyarakat pada umumnya.
3. Proses Mengarah dalam Evoksi Kebudayaan
Apabila evolusi masyarakat dan kebudayaan dipandang darii suatu jarak yang jauh dengan suatu interval yang panjang, (misalnya beberapa ribu tahun), akan menetukan arah dari sejarah perkembbangan dari masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan.
D. Proses Difusi
1. Penyebaran Manusia
Ilmu antropologi telah memperkirakan bahwa mahluk manusia dari suatu daerah dimuka bumi, yaitu sabana tropical di Afrika Timur, dan sekarang makhluk itu sudah menduduki hampir seluruh permukaan bumi ini. Ini dapat diterangkan dengan adanya proses migrasi yang disertai dengan prose penyesuaian atau adaftasi fisik dan sosial budaya dari manusia dalam jangka waktu berates ribu tahun lamanya.
Ditinjau dari segi penelitiannya maka kita dapat membayangkan berbagai macam sebab dari migrasi yang lambat dan otomatis, serta peristiwa yang menyebabkan migrasi cepat dan mendadak.
Migrasi lambat dan otommatis adalah sejajar dengan perkembangan dari manusia yang selalu banyak jumlahnya, sejak masa timbulnya dimuka bumi hingga sekarang. Prose evolusi ini menyebabkan manusia senantiasa memerlukan daerah yang makin lama makin luas.
2. Penyebaran Unsur-Unsur Kebudayaan
Bersama dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok masyarakat dimuka bumi ini, turut tersebar pula berbagai unsur kebudayaan. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa tetapi karena unsur-unsur kebudayaan itu memang sengaja dibawa oleh individu-individu tertentu, seperti para pedagang dan pelaut.
Dalam zaman modern seperti saat ini, penyebaran unsur-unsur kebudayaan tidak lagi mengikuti migrasi-migrasi kelompok, melainkan tanpa kontak langsung antar individu yang berbeda, ini disebabkan sekarang sudah banyak media-media yang membantu mempercepat persebaran kebudayaan dari satu tempat ketempat lain, seperti Televisi, radio, surat kabar dan sebagainya.
E. Akulturasi dan Pembaruan atau Asimilasi
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.
Asimilasi timbul bila ada:
Golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Saling bergaul langsung secara intensif dalam waktu yang lama.
Kebudayaan golongan tadi berubah sifat dan wujudnya menjadi kebudayaan campuran. Golongan minoritas mengubah sifat khas unsur kebudayaan dan masuk kebudayaan mayoritas.
5 (lima) golongan masalah akulturasi, yaitu:
Masalah metode untuk observasi, mencata dan melukiskan suatu proses akulturasi yang terjadi.
Masalah unsur kebudayaan asing yang mudah diterima dan yang sukar diterima.
Masalah unsur apa yang mudah diganti dan tidak mudah diganti atau diubah.
Masalah individu yang cepat dan sukar menerima.
maslah ketegangan dari krisis sosial akibat akulturasi
Dalam peneltian jalannya suatu proses akulturasi, seorang [peneliti sebaiknya memperhatikan beberapa soal khusus, yaitu:
Keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi berjalan.
Individu-individu dari kebudayaan asing yang membawa unsur-unsur kebudayaan asing.
Saluran-saluran yang dimulai oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk kedalam kebudayaan penerima.
Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing tadi.
Reaksi individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing.
F. Pembaharuan atau Inovasi
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal, pengaturan tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi dan dibuatnya produk-produk baru. Suatu proses inovasi tentu berkaitan penemuan baru dalam teknologi, yang biasanya merupakan suatu proses sosial yang melalui tahap discovery dan invension.
Faktor-faktor yang menjadi pendorong bagi seorang individu untuk memulai serta mengembangkan penemuan baru adalah sebagai berikut:
1. Kesadaran akan kekurangan dalam kebudayaan.
2. Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan.
3. Sistem perangsang bagi kegiatan mencipta.
Penemuan baru seringkali terjadi saat ada suatu krisis masyrakat, dan suatu krisis terjadi karena banyak orang merasa tidak puas karena mereka melihat kekurangan-kekurangan yang ada disekelilingnya.
Makalah : Dinamika Masyarakat dan budaya Melalui Pendidikan MIPA
DINAMIKA MASYARAKAT DAN BUDAYA MELALUI PENDIDIKAN MIPA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teori, Proses dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebudayaan merupakan seluruh cara hidup manusia. Manusia mempunyai salah satu sifat yang paling mendasar yaitu berubah atau melakukan perubahan. Perubahan tersebut tentu mempengaruhi cara – cara hidup manusia beserta masyarakat sekitarnya sehingga terjadilah perubahan kebudayaan atau yang disebut dengan dinamika kebudayaan. Dinamika kebudayaan merupakan suatu hal yang unik dan menjadi perhatian para ahli antropologi. Para ahlipun banyak meneliti hingga terlahirlah konsep – konsep dinamika kebudayaan yang akan kami bahas disini.
1.2 Rumusan Masalah
Dewasa ini dengan teknologi yang makin canggih, zaman semakin maju dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang, maka tidak heran banyak terjadi perubahan atau pergeseran kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat. Untuk mencapai perubahan tersebut, harus melalui proses – proses dan setelah itu terlahirlah kebiasaan baru. Proses dan hasil dinamika kebudayaan itulah yang akan dibahas disini.
1.3 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini adalah untuk mengetahui konsep-konsep mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan, proses belajar kebudayaan sendiri, proses evolusi sosial, proses difusi, akulturasi dan pembaharuan atau asimilasi dan perubahan atau inovasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan.
Dinamika masyarakat berasal dari kata dinamika dan masyarakat. Dinamika berati interaksi atau interdependensi antara masyarakat satu dengan yang lain, sedangkan masyarakat adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan bersosialisasi serta mempunyai tujuan bersama.
Maka Dinamika Masyarakat merupakan suatu kehidupan masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih individu dalam suatu wilayah yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara masyarakat yang satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.
Untuk menganalisa secara ilmiah tentang gejala-gejala dan kejadian sosial dan budaya di masyarakat sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau bergeser diperlukan beberapa konsep. Konsep-konsep tersebut sangat perlu untuk menganalisa proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan serta dalam sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamika sosial (social dynamic). Konsep-konsep penting tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Internalisasi (internalization).
Proses Belajar Kebudayaan Sendiri disebut Proses Internalisasi. Manusia mempunyai bakat tersendiri dalam gen-nya untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi kepribadiannya. Tetapi wujud dari kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam pengaruh yang ada di sekitar alam dan lingkungan sosial dan budayanya. Maka proses internalisasi yang dimaksud adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal, dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala hasrat, perasaan, nafsu, serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.
2. Sosialisasi (socialization).
Proses sosialisasi. Proses ini bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekililingnya yag menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
3. Enkulturasi (enculturation).
Proses Enkulturasi. Dalam proses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat, sistem norma, serta peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Kata enkulturasi dalam bahasa Indonesia juga berarti "pembudayaan". Sorang individu dalam hidupnya juga sering meniru dan membudayakan berbagai macam tindakan setelah perasaan dan nilai budaya yang memberi motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam kepribadiannya.
4. Evolusi kebudayaan (cultural evolution).
Proses evolusi Sosial. yang mengamati perkembangan kebudayaan manusia dari bentuk yang sederhana hingga bentuk yang semakin lama semakin kompleks. Proses ini mengenai suatu aktivitas dalam sebuah lingkungan atau suatu adat dimana aktivitas yang dilakukan terus berulang. Dan aktivitas yang dimaksud biasanya aktivitas yang menyimpang atau diluar kehendak prilaku. Namun pada suatu ketika dan sering terjadi aktivitas tersebut selalu berulang (recurent) dalam kehidupan sehari-hari disetiap masyarakat. Sampai akhirnya masyarakat tidak bisa mempertahankan adatnya lagi, karena terbiasa dengan penyimpangan-penyimpangan tersebut. Maka masyarakat terpaksa memberi konsesinya dan adat serta aturan diubah sesuai dengan keperluan baru dari individu-individu didalam masyarakat. Proses Mengarah dalam Evolusi Kebudayaan. Dengan mengambil jangka waktu yang panjang maka akan terlihat perubahan-perubahan besar yang seolah bersifat menentukan arah (dirctional) dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan.
5. Difusi (diffusion).
Proses difusi yaiu penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi. Proses Difusi dapat dikatakan Penyebaran Manusia. Ilmu Paleoantropologi memperkirakan bahwa manusia terjadi di daerah Sabana tropikal di Afrika Timur, dan sekarang makhluk itu sudah menduduki hampir seluruh permukaan bumi ini. Hal ini dapat diterangkan dengan dengan adanya proses pembiakan dan gerakan penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai dengan proses adapatasi fisik dan sosial budaya.
6. Proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing (akulturasi & Asimilasi).
Penyebaran Unsur-Unsur Kebudayaan. Bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsur penyebaran kebudayaan seluruh penjuru dunia yang disebut proses difusi (diffusion). Salah satu bentuk difusi dibawa oleh kelompok-kelompok yang bermigrasi. Namun bisa juga tanpa adanaya migrasi, tetapi karena ada individu-individu yang membawa unsur-unsur kebudayaan itu, dan mereka adalah para pedagang dan pelaut.
Proses ini dilakukan oleh warga suatu masyarakat, melalui proses akulturasi (acculturation) dan asimilasi (assimilation). Akulturasi yaitu Proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Sedangkan Asimilasi. Merupakan Proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar kebudayaan yang berbeda-beda. Kemudian saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan golongan-golongan tersebut masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan yang campuran.
7. Proses pembaharuan atau inovasi (innovation). yang berhubungan erat dengan penemuan baru (discovery dan invention).
Pembaruan atau Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk baru. Proses inovasi sangat erat kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Dalam suatu penemuan baru biasanya membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus yaitu discovery dan invention.
Discovery adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik berupa suatu alat baru, ide baru, yang diciptakan oleh individu atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu. Pendorong Penemuan Baru.
B. Peristiwa Kebudayaan
1. Cultural Lag
Cultural Lag adalah peristiwa kebudayaan yang terjadi karena tidak bisanya masyarakat untuk memahami atau mengikuti suatu perubahan yang terjadi di dalam budaya. Ini dapat dicontohkan dengan bagaimana teknologi terus berkembang tetapi di lain pihak, masyarakat sendiri tidak melakukan sebuah perkembangan, dan banyak dari masyarakat yang masih belum bisa mengejar ketertinggalangan era modernitas karena kurangnya pengetahuan dan kurangnya kemampuan dalam segi ekonomi. Karena teknologi yang baru ini tidak bisa dengan begitu saja diperoleh secara gratis oleh masyarakat melainkan harus membayar harga yang begitu mahal dan tidak semua masyarakat dapat menggapainya. Maka dari itu terjadilah cultural lag.
2. Cultural Shock
Cultural Shock adalah peristiwa kebudayaan dimana masyarakat melakukan perpindahan dari Negara satu ke Negara yang lain. Tetapi terjadi perbedaan budaya yang jauh antar Negara tadi dan membuat masyarakat bingung untuk beradaptasi. Keadaan ini lebih dipengaruhi dengan perbedaan bahasa dan cara berinteraksi sosial. Dapat dicontohkan dengan, orang Indonesia mendapat beasiswa di Perancis, sedangkan dia hanya bisa menggunakan Bahasa Inggris bukannya Bahasa Perancis. Tetapi di Perancis, mereka lebih suka menggunakan Bahasa Ibu mereka. Keadaan ini jelas akan membuat si orang Indonesia tadi mengalami
Cultural Shock dimana dia akan kebingunan dengan bahasa yang tidak biasa dia dengar selama ini dan seperti yang kita semua tahu, Bahasa Perancis jika tidak terbiasa mendengarnya pasti akan susah untuk dipahami.
3. Cultural Survival
Cultural Survival adalah peristiwa kebudayaan yang terjadi karena masyarakat masih menggunakan budaya yang menurut orang lain sudah punah. Ini terjadi dimana masyarakat menggunakan budaya sisa dari jaman sebelumnya. Dapat dicontohkan sebagai berikut, seorang pria menggunakan mantel yang memiliki ekor dan dulunya itu digunakan untuk berkuda, tetapi masih saja budaya itu digunakan untuk membuat mantel dalam pernikahan. Inilah yang dimaksud dengan cultural survival.
4. Cutural Conflict
Cultural Conflict. Cultural Conflict adalah peristiwa budaya yang terjadi karena adanya perselisihan antara satu sama lain. Maksudnya adalah ada budaya yang berbeda dari masyarakat satu dengan yang lain tetapi tidak bisa saling berdampingan. Jadi, muncul konflik diantara mereka yang mana disebut dengan Cultural Conflict. Dapat dicontohkan dengan adanya pro dan kontra atas terjadinya perbudakan di Amerika. Hasil dari pro dan kontra tadi adalah perang saudara di amerika.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dinamika Masyarakat merupakan suatu kehidupan masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih individu dalam suatu wilayah yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara masyarakat yang satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.
Perubahan-perubahan dipengaruhi oleh gerakan-gerakan sosial dari individu dan kelompok sosial yang menjadi bagian dari masyarakat. Gerakan sosial dalam sejarah masyarakat dunia bisa muncul dalam bermacam bentuk kepentingan, seperti mengubah struktur hubungan sosial, mengubah pandangan hidup, dan kepentingan merebut peran politik (kekuasaan). Ilmu sosiologi, perubahan sosial dan dinamika gerakan sosial dari masa klasik sampai kontemporer.
Hukum selalu berhubungan dengan masyarakat dan perilaku-perilakunya dalam konteks interaksi sosial, oleh karena itu permasalahan hukum selalu menjadi wacana yang sangat menarik. Mengapa hukum selalu menjadi perhatian yang sangat menarik pada saat ini, karena perilaku-perilaku dari masyarakat dalam interaksi sosial sangat bertalian dengan masalah keadilan. Kaitan yang erat antara hukum dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat itu ternyata bahwa hukum yang baik tak lain adalah hukum yang mencerminkan nilai-nilai yang hidup dimasyarakat.
Daftar Pustaka
Basrowi M.S. Pengantar Sosiologi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005).
Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi:Klasik dan Modern (Jakarta:Gramedia, 1994).
Soejono Soekanto, Sosiologi:Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press, 1987).
Satjipto Rahardjo, Biarkan Hukum Mengalir, ( Jakarta ; Buku Kompas, 2007 )
Sorjono Soekanto, Mengenal Sosiologi Hukum. (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1989),
Dosen: Dr. Suko Pratomo, M. Pd.
Oleh:
1. Juli Dwi Susanti (20137279238)
2. Retno Zatnika Restiani (20137279201)
3. Dadang Dida (20137279199)
PENDIDIKAN MATEMATIKA dan IPA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2014
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab I Pendahuluan 1
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Dinamika Masyarakat dan Budaya
B. Tahapan Dinamika Masyarakat dan Budaya
1. konsep-konsep dan konsepsi-konsepsi khusus mengenai
pergeseran masyarakat dan kebudayaan.
2.Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
3.Proses Evolusi Sosial
4.Faktor Intern
5. Faktor Ekstern
C. Dinamika Masyarakat dan Budaya melalui Pendidikan
MIPA……....................................................
Bab III Penutup
A.Simpulan
B.Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan itu adalah suatu yang dinamis , dengan demikian setiap kehidupan akan senantiasa mengalami perubahan , dan pada konteks manusia, manusia juga akan mengalami perubahan baik sebagai individu maupun masyarakat. Dan dalam perubahan yang terjadi pada masyarakat ( sebagai kumpulan dan individu individu ) bisa terjadi dalam pola prilaku individu maupun organisasi , perubahan dalam norma sosial , interaksi juga termasuk pendidikan .
Karena kehidupan itu dinamis , maka perubahan yang terjadi adalah suatu fenomena yang lumrah atau normal pengaruhnya bahkan bisa menjalar dan merambah ke bagian belahan dunia lain dengan cepat dan efektif karena didukung oleh kemajuan komunikasi yang canggih dan modern yang mana hal ini merupakan bagian dari peran serta MIPA yang menjadi pondasinya . Kemajuan MIPA dalam bidang teknologi tanpa kita sadari juga sangat mempengaruhi perubahan sosial yang juga berdampak pada pendidikan MIPA .
Suatu perubahan sosial yang terjadi sekecil mungkin akan berakibat pada struktur kehidupan masyarakat yang lainnya misalnya terjadinya revolusi industri di beberapa Negara di dunia, era bioteknologi dan globalisasi . Makalah berikut mencoba menggali dampak MIPA terhadap dinamika masyarakat dan kebudayaan .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut ::
1. Bagaimana pemahaman dinamika masyarakat dan budaya
2. Bagaimana pengaruh pendidikan MIPA terhadap dinamika masyarakat dan kebudayaan
C. Tujuan Makalah
Untu Mengetahui :
1. Pemahaman tentang dinamika masyarakat dan kebudayaan
2. Pengaruh Pendidikan MIPA terhadap dinamika masyarakat dan kebudayaan
3. Penelitian lebih lanjut
D. Kegunaan Makalah
1. Secara Teoretis
a. Memberikan informasi mengenai Dinamika Masyarakat dan Budaya melalui Pendidikan MIPA.
b. Untuk menambah pengetahuan dan memberi kemudahan dalam mempelajari suatu teori, proses dan konteks sosial budaya pendidikan.
2. Secara Praktis
a. Bertambahnya wawasan terhadap teori, proses dan konteks sosial budaya pendidikan.
b. Dapat mengikuti perkembangan dinamika masyarakat dan budaya
c. Memahami makna dinamika masyarakat dan budaya melalui pendidikan MIPA bagi kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dinamika Masyarakat dan Budaya
Dilihat dari asal katanya, dinamika memiliki arti tenaga / kekuatan yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap setiap keadaan. Sedangkan budaya/ kebudayaan adalah hasil cipta karsa manusia yang merupakan suatu sistem pengetahuan, gagasan dan ide yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam bersikap dan berperilaku dalam lingkungan alam dan sosial di tempat mereka berada. Merujuk pada pengertian di atas maka pengertian dari dinamika masyarakat dan budaya adalah pergerakan atau pergeseran suatu budaya (meliputi pengetahuan, gagasan dan ide) atau kebiasaan masyarakat dari hal lama kepada sesuatu hal yang baru.
Pergeseran masyarakat dan kebudayaan biasanya disebut dengan dinamika sosial. Secara umum dinamika sosial/ perubahan sosial merupakan suatu proses yang luas, lengkap yang mencakup suatu tatanan kehidupan manusia. Perubahan sosial tidak hanya dilihat sebagai serpihan atau kepingan dari peristiwa sekelompok manusia tetapi fenomena itu menjadi saksi adanya suatu proses perubahan empiris dari kehidupan umat manusia. Dinamika sosial menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan termasuk lapangan penelitian ilmu antropologi dan sosiologi.
B. Tahapan Dinamika Masyarakat dan Budaya (Dinamika Sosial)
Dinamika ini memiliki beberapa tahapan yang berbentuk seperti siklus. Beberapa tahapan pokok tersebut yaitu:
1. konsep-konsep dan konsepsi-konsepsi khusus mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan. Konsep yang terpenting ada yang mengenai proses belajar kebudayaan sendiri, yakni internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi. Selain itu ada proses perkembangan kebudayaan umat manusia (evolusi kebudayaan) dari bentuk-bentuk kebudayaan yang sederhana hingga yang makin lama makin kompleks. Proses lainnya adalah proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing yang disebut proses akulturasi dan asimilasi. Ada proses pembaruan (inovasi) yang berkaitan erat dengan penemuan baru (discovery) dan invention.
2. proses belajar kebudayaan sendiri
Proses internalisasi, adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu mulai saat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang membentuk kepribadiannya. Perasaan pertama yang diaktifkan dalam kepribadian saat bayi dilahirkan adalah rasa puas dan tak puas, yang menyebabkan ia menangis.
Proses sosialisasi, semua pola tindakan individu-individu yang menempati berbagai kedudukan dalam masyarakatnya yang dijumpai seseorang dalam kehidupannya sehari-hari sejak ia dilahirkan. Para individu dalam masyarakat yang berbeda-beda juga mengalami proses sosialisasi yang berbeda-beda, karena proses itu banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan serta lingkungan sosial yang bersangkutan. Penelitian di lapangan telah menghasilkan pengumpulan bahan mengenai adat istiadat pengasuhan anak, kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan seksual, dan riwayat hidup yang rinci dari sejumlah individu. Individu-individu yang mengalami berbagai hambatan dalam proses internalisasi, sosialisasi atau enkulturasinya, sehingga individu seperti itu mengalami kesukaran dalam menyesuaikan kepribadiannya dengan lingkungan sosial sekitarnya.
Proses Enkulturasi, adalah proses belajar menyesuaikan alam fikiran serta sikap terhadap adat, sistem norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang. Proses ini telah dimulai sejak awal kehidupan, yaitu dalam lingkungan keluarga, kemudian dalam lingkungan yang makin lama makin luas. Pada awalnya seorang anak kecil mulai belajar cara menirukan tingkah laku orang-orang di sekitarnya, yang lama kelamaan menjadi pola yang mantap dan norma yang mengatur tingkah lakunya "dibudayakan". Selain dalam lingkungan keluarga, norma-norma dapat pula dipelajarinya dari pengalamannya bergaul dengan sesama warga masyarakatnya dan secara formal disekolah.
3. proses evolusi sosial
proses mikroskopik dan makroskopik dalam evolusi sosial. Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa oleh seorang peneliti seolah-olah dari dekat secara detail (microscopic), atau dapat juga dipandang dari jauh hanya dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang besar saja (macroscopic). Proses evolusi sosial budaya yang dianalisa secara detail akan membuka mata seorang peneliti untuk berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari dalam setiap masyarakat di dunia.
proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya. Proses ini mengenai suatu aktivitas dalam sebuah lingkungan atau suata adat dimana aktivitas yang dilakukan terus berulang. Dan aktivitas yang dimaksud biasanya aktivitas yang menyimpang atau diluar kehendak perilaku. Namun pada suatu ketika dan sering terjadi aktivitas tersebut selalu berulang dalam kehidupan sehari-hari disetiap masyarakat. Sampai akhirnya masyarakat tidak bisa mempertahankan adatnya lagi, karena terbiasa dengan penyimpangan-penyimpangan tersebut. Maka masyarakat terpaksa memberi konsensinya, dan adat serta aturan diubah sesuai dengan keperluan baru dari individu-individu di dalam masyarakat.
proses mengarah dalam evolusi kebudayaan. Dengan mengambil jangka waktu yang panjang maka akan terlihat perubahan-perubahan besar yang seolah bersifat menentukan arah dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan. Sebagai contoh misalnya tingkat kebudayaan manusia yang berawal dari Neolitik, kemudian berubah menjadi Mesolitik dan akhirnya berubah menuju Paleolitik.
4. faktor intern ( perubahan dari dalam kebudayaan masyarakat )
pembaharuan/ inovasi, yaitu suatu proses pembaharuan dari pengunaan sumber-sumber alam, energi dan modal, pengaturan baru dan tenaga kerja dan pengunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem proses yang menghasilkan produk-produk baru.
Discovery yaitu suatu penemuan dari unsur
kebudayaan yang baru
Inovasi
Invention yaitu proses discovery apabila
masyarakat sudah mengakui, menerima, dan
menerapkan penemuan baru itu.
Inovasi merupakan proses kebudayaan yang lebih cepat (artinya lebih cepat kelihatan daripada suatu proses evolusi kebudayaan) dimana inovasi merupakan proses evolusi, bedanya inovasi adalah individu-individu bersifat aktif, sedangkan evolusi adalah individu-individu bersifat pasif bahkan sering bersifat negatif. Adapun pendorong penemuan baru faktor pendukungnya antara lain: kesadaran individu akan kekurangan kebudayaan, mutu dari keahlian dari suatu kebudayaan dan sistem perangsang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat.
5. faktor ekstern ( perubahan dari luar kebudayaan masyarakat )
Proses difusi (mengirimkan menyebarkan ke semua arah)
Penyebaran manusia ( perkembangan manusia purba dari berburu sampai sekarang) dan penyebaran unsur-unsur kebudayaan secara simbolik dimana kebudayaan yang satu dengan yang lainnya hampir tidak berubah dan secara damai unsur-unsur kebudayaan asing dibawa oleh para pedagang masuk ke dalam kebudayaan penerima dengan tidak disengaja dan tanpa paksaan.
Akulturasi dan pembauran, yaitu masuknya kebudayaan baru tanpa menghilangkan kebudayaan lama/sebelumnya.
Asimilasi, proses yang timbul bila ada golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, saling bergaul secara langsung dalam waktu yang lama dan kebudayaan golongan tadi berubah sifatnya yang khas dan juga unsur-unsur masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
Golongan Mayoritas
Asimilasi
Golongan Minoritas
Golongan minoritas yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan dan menyesuaikan dengan kebudayaan dari gologan mayoritas sehingga lambat laun kehilangan kepribadiaan kebudayaan dan masuk dalam kebudayaan mayoritas.
Kelima tahapan diatas, tidak selalu sampai pada tahap kelima kebudayaan itu telah berubah. Tetapi ada yang sampai pada tahap ketiga ataupun keempat.
C. Dinamika Masyarakat dan Budaya melalui Pendidikan MIPA
Pendidikan lahir seiring dengan keberadaan manusia, bahkan dalam proses pembentukan masyarakat pendidikan ikut andil dalam menyumbangkan proses-proses perwujudan pilar-pilar penyangga masyarakat. Termasuk dalam perkembangan kebudayaan. Pendidikan MIPA sebagai bagian dari pendidikan umumnya memiliki peranan yang penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Melalui pendidikan MIPA peserta didik akan lebih disiplin, kreatif dan pemahaman terhadap alam serta lingkungan sekitar menjadi jauh lebih baik.
Selain di sekolah, pendidikan MIPA juga memberikan kontribusi yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat khususnya terhadap Dinamika Masyarakat dan budaya (dinamika sosial). Seperti yang kita ketahui, MIPA selain sebagai pengetahuan, juga menghasilkan produk dari pengetahuan yang telah dikembangkan, sehingga memberi berbagai manfa'at bagi kehidupan manusia. Salah satu bagian dari MIPA yang berperan besar dalam proses dinamika masyarakat dan budaya adalah semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu merubah kebudayaan masyarakat sepanjang sejarah peradaban manusia.
Inilah peradaban baru umat manusia Terdapat tiga kekuatan yang dominan yaitu (1) ilmu pengetahuan, (2) teknologi sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dan (3) informasi. Ketiga kekuatan ini tidak berhubungan lagi secara langsung dengan nasionalitas. Ilmu pengetahuan tidak perlu menyebarangi batas suatu negara dan karena itu tidak lagi memerlukan paspor dan visa. Demikian pula informasi berembus ke mana-mana tanpa batas dan tidak ada yang dapat menghentikan atau menghambatnya. Teknologi informasi telah mengubah kebudayaan negara menuju kebudayaan global karena sekat-sekat yang mengisolasikan kehidupan berbagai masyarakat dan negara telah dihapuskan. Futuris Alvin Toffler dalam Anshori (2000) mengatakan bahwa ada tiga gelombang peradaban hingga saat ini, yaitu:
1. Gelombang peradaban teknologi pertanian (8000 SM – 1500 M)
2. Gelombang peradaban teknologi industri (1500 – 1970 M)
3. Gelombang peradaban informasi (1970 – sekarang).
beberapa peristiwa dinamika masyarakat dan budaya melalui pendidikan MIPA, yang berkaitan dengan perkembangan produk MIPA berupa ilmu pengetahuan dan teknologi, telah memberikan pengaruh yang besar bagi peradaban manusia antara lain:
1. Terjadinya revolusi industri di beberapa negara di dunia
Di dalam peradaban pertanian teknologi terbatas pada pengelolaan lahan-lahan pertanian untuk mencukupi kehidupan dasar manusia. Revolusi industri yang dimulai dengan kemajuan ilmu pengetahuan pada masa renaisans dalam kebudayaan Eropa, telah melahirkan ilmu pengetahuan yang diterapkan di dalam perkembangan industri modern.
revolusi industri telah mengubah banyak aspek kehidupan. Dengan adanya perkembangan industri maka struktur produksi dan konsumsi berubah total, dari ekonomi yang tertutup menjadi ekonomi yang terbuka. Begitu pula struktur permodalan, berubah dengan lahirnya kapitalisme. Dari perkembangan industri muncul suatu kelas baru, yaitu kaum buruh yang semakin lama semakin kuat dan menuntut hak-haknya. Tidak mengherankan apabila di dalam revolusi industri melahirkan pemikiran-pemikiran perubahan sosial yang baru, seperti komunisme dan sosialisme. Sejalan dengan itu pula berkembang kota-kota besar sebagai pusat industri. Terjadilah dorongan ke kota-kota atau urbanisasi yang melahirkan banyak permasalahan sosial. Sejalan dengan itu pula nilai-nilai masyarakat yang tradisional dihancurkan oleh lahirnya nilai-nilai baru. Perubahan nilai tersebut mengubah bentuk-bentuk kehidupan manusia termasuk kehidupan keluarga. Keluarga sebagai dasar kehidupan sosial mulai tergoyah dan lebur, serta dikuasai oleh nilai-nilai komersial. Munculnya kesenjangan sosial mulai dari kelas masyarakat elite, menengah dan kelas masyarakat rendah.
2. Era bioteknologi. Kemajuan penelitian-penelitian di segala bidang bioteknologi sangat mengagumkan meskipun menimbulkan banyak persoalan. Kita dewasa ini mengenal penelitian-penelitian bioteknologi yang antara lain menghasilkan produk-produk pertanian hasil rekayasa. Dalam bidang peternakan kita mengenal kegiatan-kegiatan cloning pada binatang. Era bioteknologi ini sangat menjanjikan di dalam upaya menghadapi ledakan penduduk dan persediaan pangan bagi umat manusia yang terbatas. Untuk menghadapi akses-akses dari rekayasa genetik, telah digalakkan penelitian-penelitian mengenai bioetika yaitu etika tentang rekayasa bioteknologi. Era bioteknologi yang sedang berkembang pesat ini diperkirakan akan terus marak sampai sekitar tahun 2100.
3. Globalisasi adalah proses kebudayaan yang ditandai dengan adanya kecenderungan wilayah-wilayah di dunia, baik geografis maupun fisik, menjadi seragam dalam format sosial, budaya, ekonomi dan politik. Dalam kehidupan sosial proses global telah menciptakan egalitarianisme. Di bidang budaya memicu munculnya internalisasi kultural, di bidang ekonomi menciptakan saling ketergantungan dalam proses produksi dan pemasaran, dan di bidang politik menciptakan liberalisasi. Hal-hal nyata yang terlihat dalam era global adalah meningkatnya integrasi ekonomi antar negara-negara di dunia, baik antarnegara maju, berkembang, dan keduanya. Globalisasi dengan demikian diwarnai oleh ekspansi pasar dalam bentuk konkret menjelma dalam berbagai penyelenggaraan pasar-pasar bersama regional seperti AFTA, NAFTA, APEC, EEC, dll. Ini merupakan ekspansi hubungan dagang serta formasi wilayah pasar terpadu di benua-benua Asia, Eropa, Amerika, Australia, dll. Proses perluasan pasar di seluruh wilayah penjuru dunia tersebut merupakan sebuah rekayasa sosial dengan skala luas, yang belum pernah terbayangkan sebelumnya, dengan menggunakan berbagai instrument seperti ilmu pengetahuan, teknologi, institusi sosial, politik dan kebudayaan. Para pakar dari sudut penglihatannya masing–masing melihat adanya berbagai kecenderungan gelombang globalisasi. Gelombang globalisasi bukan hanya mengubah tatanan kehidupan global, tetapi juga mengubah tatanan kehidupan pada tingkat mikro. Dalam hal ini kita berbicara mengenai pengaruh arus globalisasi di dalam ikatan kehidupan sosial. Seperti telah diuraikan, globalisasi dapat mengandung unsur-unsur positif, tetapi juga yang dapat bersifat negatif. Salah satu dampak negatif dari proses globalisasi ialah kemungkinan terjadinya disintegrasi sosial. Beberapa gejala transisi sosial akibat globalisasi antara lain ialah hilangnya tradisi. Bentuk-bentuk budaya global telah memasuki kehidupan sosial pada tingkatan mikro, sehingga dikhawatirkan nilai-nilai tradisi lokal dan nilai-nilai moral yang hidup di dalam masyarakat semakin lama semakin menghilang. Hal ini disebabkan pula karena masih rendahnya pendidikan, terutama di negara-negara berkembang. Dengan masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, kemampuan selektif dan adaptasi terhadap perubahan-perubahan global mudah dipengaruhi sehingga tradisi lokal terancam punah. Lebih daripada itu, dengan hilangnya nilai-nilai tradisi sebagai pengikat kehidupan bersama mulai melonggar. Salah satu dampak dari globalisasi ialah meningkatnya kriminalitas kerah putih bahkan ada yang mengatakan bahwa masyarakat modern telah menderita penyakit kleptokrasi. Bentuk-bentuk kleptokrasi ini misalnya terlihat di dalam semakin meningkatnya gejala-gejala korupsi di banyak negara berkembang.
Dinamika Masyarakat dan Budaya melalui Pendidikan MIPA memberikan dampak positif diantaranya: (1) berkembangnya teknologi dan informasi yang memudahkan kehidupan manusia dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya di berbagai bidang dan (2) semakin eratnya hubungan diantara berbagai negara di dunia melalui peningkatan kerjasama di bidang ekonomi, sosial, budaya dan ketahanan. Selain dampak positif, terdapat juga dampak negatifnya antara lain: (1) kemajuan teknologi dan informasi yang tidak dilandasi imtaq akan membawa bencana bagi manusia, seperti penemuan nuklir yang digunakan sebagai senjata pemusnah missal. (2) semakin lunturnya nilai tradisi budaya lokal yang diakibatkan rendahnya kemampuan adaptasi dan filtrasi masyarakat lokal terhadap masuknya pengaruh kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan lokal.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pengaruh negatif dari dinamika masyarakat dan budaya diantaranya: (1) upaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan, dengan menggalakkan pendidikan agama, sehingga terjadi keseimbangan antara ilmu dan imtaq. (2) menigkatkan kemampuan adaptasi dan filtrasi terhadap kebudayaan asing yang masuk. (3) meningkatkan upaya kelestarian dan rasa cinta terhadap tradisi kebudayaan sendiri.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pada tinjauan pustaka dan pembahasan maka dapat disimpulkan dinamika masyarakat dan budaya adalah pergerakan atau pergeseran suatu budaya (meliputi pengetahuan, gagasan dan ide) atau kebiasaan masyarakat dari hal lama kepada sesuatu hal yang baru. Pergeseran masyarakat dan kebudayaan biasanya disebut dengan dinamika sosial. Dinamika ini memiliki beberapa tahapan yang berbentuk seperti siklus. Beberapa tahapan pokok tersebut yaitu: konsep-konsep dan konsepsi-konsepsi khusus mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan, proses belajar kebudayaan sendiri (proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi ), proses evolusi sosial (proses mikroskopik dan makroskopik dalam evolusi sosial, proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya dan proses mengarah dalam evolusi kebudayaan ), faktor intern berupa pembaharuan/ inovasi dan faktor ekstern berupa proses difusi, akulturasi dan pembauran serta asimilasi.
Beberapa peristiwa dinamika masyarakat dan budaya melalui pendidikan MIPA, yang berkaitan dengan perkembangan produk MIPA berupa ilmu pengetahuan dan teknologi, telah memberikan pengaruh yang besar bagi peradaban manusia antara lain: terjadinya revolusi industri di beberapa Negara di dunia, era bioteknologi dan globalisasi.
Dinamika Masyarakat dan Budaya melalui Pendidikan MIPA memberikan dampak positif dan dampak negatif. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pengaruh negatif dari dinamika masyarakat dan budaya diantaranya: (1) upaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan, dengan menggalakkan pendidikan agama, sehingga terjadi keseimbangan antara ilmu dan imtaq. (2) menigkatkan kemampuan adaptasi dan filtrasi terhadap kebudayaan asing yang masuk. (3) meningkatkan upaya kelestarian dan rasa cinta terhadap tradisi kebudayaan sendiri.
B. Saran
Wilayah kajian mengenai budaya masih jarang disentuh oleh kita untuk dipelajari lebih lanjut , sebagai bagian dari dinamika yang terjadi dalam masyarakat. Beberapa realita sosial yang menunjuk pada beberapa hal sebagai berikut :
1. Memahami budaya sebagai konteks sosial adalah menempatkan dinamika " perubahan dalam masyarakat sebagai titik sentral ( focus kajian ) . Dinamika yang berkembang yang kurang dapat dijelaskan oleh " mainstream" paradigma lama sosiologis
2. Memahami budaya sebagai proses antara makna dan tindakan (social )
Oleh karena itu mari kita gali lebih dalam lagi mengenai budaya dalam dinamika pada masyarakat .
DAFTAR PUSTAKA
http://aris140284.blogspot.com/2009/12/dinamika-masyarakat-dan-kebudayaan.html.
http://bintangriyadi.blogspot.com/2008/01/dinamika-masyarakat-dan-kebudayaan.html.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ir.%20Suhartini,%20MS./Shtn%20Semnas%20MIPA%2009%20Kearifan%20Lokal.pdf.
http://uns.ac.id/data/sp8.pdf
Rohidi, T. 1994. Pendekatan Sistem Sosial Budaya Dalam Pendidikan.
Su Ritohardoyo, 2006. Bahan Ajar Ekologi Manusia. Program Studi Ilmu Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, UGM, Yogyakarta
Usman Samatowa. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional.
Zuhdan K. Prasetyo. 2003. BAHAN AJAR Pemantapan Penguasaan Materi Pendidikan Profesi Guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogjakarta.