Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 115-121
Artikel VI
HUBUNGAN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA DA N BEBAN BEBA N KERJA DENGAN DENGAN STRES STRES KERJA PEGAWAI DI BADA N PEMBERDAYAAN PEMBERDAYAAN PEREMP PEREMPUAN UAN DAN KEL UARGA BERENCANA PROVINSI SULAWESI TENGAH Junaidi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palu AB STRAK Stres merupakan tanggapan dalam penyesuaian yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologi sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan sekitar atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologi dan fisik seseorang. Salah satu penyebab stres bagi pegawai di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Tengah yakni lingkungan kerja yang kurang baik serta beban kerja banyak membuat seseorang merasa tertekan baik secara fisik dan psikis. Tujuan penelitian ini yakni diketahuinya apakah ada hubungan lingkungan kerja dan beban kerja dengan stress kerja pegawai di Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Tengah.. Metode yang digunakan yaitu survei analitik dengan pendekatan cross sectional study. study. Dengan jumlah sebanyak 92 responden. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan Uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan lingkungan kerja dengan stres kerja dengan nilai p = 0,127 > 0,05, dan ada hubungan beban kerja dengan stres kerja pegawai dengan nilai p = 0,019 < 0,05. Penelitian ini menyarankan kepada seluruh pegawai perlu memperhatikan lingkungan tempat kerja yakni menata perabot kerja agar tidak terjadi kecelakaan dalam bekerja, serta jangan sekali-kali menunda pekerjaan sehingga terjadi penumpukan akhirnya sampai pada waktu yang di tentukan pegawai kewalahan dan mengharuskan untuk kerja lembur. Akibatnya pegawai merasa berada dalam tekanan baik secara fisik, dan psikis. Kata Kunci
: Ling kungan Kerja, Beban Kerja, Stres Kerja
PENDAHULUAN Stres kerja dalam sebuah organisasi/perusahaan menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien dalam pekerjaan. Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berpikir dan kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti: mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap
tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat dan kesulitan dalam masalah tidur (Hawari, 2008). Stres kerja menyangkut tentang aktifitas manusia memerlukan energi yang besarnya tergantung pada besar dari beban kegiatan yang dilakukan dan kemampuan fisik dari masing-masing individu. Ketika manusia melakukan aktivitas yang melebihi kemampuannya dapat mengakibatkan seseorang mengalami Kelelahan (fatigue) (fatigue) baik kelelahan fisik maupun kelelahan psikologis, yang dapat mengakibatkan penurunan work performance. Maka dari itu, agar dapat mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu 115
Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 115-121
memperhatikan pengeluaran dan pemulihan setidaknya dapat diseimbangkan dengan pemulihan energinya, dan waktu istirahatnya. Dengan demikian diharapkan dapat mengevaluasi dan merancang kembali tata cara kerja yang harus diaplikasikan agar dapat memberikan peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja serta kenyamanan maupun keselamatan kerja bagi manusia pada umumnya dan pekerja pada khususnya. Keberhasilan kerja dipengaruhi oleh salah satu faktor diantaranya adalah faktor kerja fisik otot (Khan, 2001). Faktor-faktor penyebab Kerja fisik (beban kerja) disebabkan pekerjaan yang di kerjakan seorang pekerja terlalu berat sehingga mengakibatkan pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja manusia. Dengan kerja fisik, seseorang akan mengeluarkan energi karena pekerjaan yang dilakukannya tersebut. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan pengeluaran energi pemulihan energi selama proses kerja berlangsung. Faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran energi selama bekerja antara lain adalah cara pelaksanaan kerja, kecepatan kerja, sikap kerja dan kondisi lingkungan kerja. Faktor yang mempengaruhi pemulihan energi antara lain adalah lamanya waktu istirahat, periode istirahat, dan frekuensi istirahat. Faktor pemulihan energi sangat penting diperhatikan karena selama proses kerja terjadi kelelahan. Hal ini diakibatkan oleh dua hal yaitu kelelahan fisiologis dan kelelahan psikologis. Yang dimaksud kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya perubahan faal tubuh (Rivai, 2006). Perubahan faal tubuh dari kondisi segar menjadi letih akan mempengaruhi keoptimalan kinerja pekerja. Pemulihan kondisi faal tubuh untuk kembali pada kondisi segar selama beraktivitas merupakan hal penting yang perlu diperhatikan satu faktor yang dapat
Artikel VI
mempengaruhi pemulihan energi adalah istirahat. Pekerja yang bekerja dengan beban kerja berat tentunya membutuhkan periode dan frekuensi yang berbeda dengan pekerja yang bekerja dengan beban kerja ringan. Di Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana (BPPKB) Provinsi Sulawesi Tengah, merupakan salah satu instansi pemerintah dengan beban kerja yang agak banyak, hal ini dikarenakan mengingat wilayah kerjanya yang mencakup 10 kabupaten dan 1 kota sehingga pegawai dibebankan pekerjaan yang banyak akibatnya pegawai kewalahan ketika pekerjaan yang diberikan harus diselesaikan dalam kurun waktu yang singkat. Selain itu, berdasarkan survey awal yang dilakukan menunjukan bahwa tugas dan fungsi masing-masing bidang pegawai mengeluh dengan beban kerja yang diberikan misalnya pada pegawai yang mendapatkan tugas dan fungsi yakni melakukan pemberdayaan korban akibat kekerasan pada perempuan yang membutuhkan pegawai sebanyak 8 orang tapi kenyataannya pegawai yang berada pada tupoksi tersebut yakni hanya 5 orang. hal ini menunjukan bahwa pada tupoksi tersebut terdapat pegawai yang beban kerjanya bertambah. Bertambahnya beban kerja pegawai membuat pegawai di BPPKB Sulawesi Tengah sering lembur karena target pekerjaan yang harus diselesaikan Serta tidak sedikit pegawai mengeluh karena mereka merasa waktu istrahat harus digunakan untuk bekerja. Selain itu, peneliti juga melihat kapasitas ruangan yang tidak sesuai dengan jumlah pegawai misalnya pada bidang keluarga sejahtera dan keluarga berencana yang ukurannya kurang lebih 35 m² dengan jumlah pegawai 12 orang yang seharusnya hanya untuk kapasitas 9 orang. Menurut Briand Sumarno (2005) kapasitas ruangan untuk bekerja adalah 4 m². 116
Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 115-121
Jika dilihat dari ukuran standart untuk pekerja yakni 4 m² maka di BPPKB Provinsi Sulawesi Tengah, sebahagian besar ruangan belum memenuhi standar akibatnya dapat mengganggu keamanan kerja pegawai karena ruang gerak untuk bekerja terlalu sempit serta pencahayaan ruangan kurang sehingga pegawai harus menyalakan lampu ketika bekerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hendra (2005) menunjukan menunjukan bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan stress kerja karyawan di PT. Kencana Batik Solo. Serta penelitian yang dilakukan oleh wiwik (2009) menunjukan bahwa ada hubungan antara lingkungan kerja fisik dengan stress kerja pegawai visual and Printing Semarang. Berdasarkan latar belakang di atas Peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan Lingkungan Kerja dan Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pegawai di Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana (BPPKB) (BPPKB) Provinsi Sulawesi Tengah”.
Artikel VI
pegawai yang bekerja di BPPKB provinsi Sulawesi sebanyak 92 orang.. Analisis data dilakukan uji statistik dengan menggunakan metode Chi Square Square (X²) dengan uji Yates Yates correction pada α 0,05. HASIL Hasil penelitian dalam bentuk data primer diperoleh melalui wawancara langsung pada responden dengan menggunakan kuesioner mengenai lingkungan kerja fisik, beban kerja dan stres kerja pegawai sub bidang perlindungan perempuan dan anak di Badan Perlindungan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal pada bulan Juni s/d Agustus 2014. 1. Analisis Uivariat Pada penelitian ini, hasil analisis univariat akan menggambarkan variabel independen yang meliputi lingkungan kerja dan beban kerja, variabel dependen stres kerja pegawai sub bidang perlindungan perempuan dan anak di Badan Perlindungan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Provinsi Sulawesi Tengah, adalah sebagai berikut:
METODE PENELITIA PENELITIAN N Jenis penelitian ini adalah analitik Sectional. dengan pendekatan Cross Sectional. Adapun jumlah sampel adalah seluruh
Tabel 1 Distribusi Menurut lingkungan kerja dan beban kerja dan variabel dependen stres kerja pegawai sub bidang perlindungan perempuan dan anak di Badan Perlindungan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Provinsi Sulawesi Tengah No Variabel Katego ri n = 92 % 1 lingkungan kerja Tidak Baik 31 33,7
2
3
beban kerja
stres kerja pegawai
Baik
61
66,3
Tidak Banyak
45
48,9
Banyak
47
51,1
Tidak stress
14
15,2
Stres
78
84,8
Sumber : Data primer tahun t ahun 2014 117
Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 115-121
Tabel 1 di atas menunjukkan, dari 92 responden yang mempunyai lingkungan kerja tidak baik sebanyak 31 responden (33,7%) sedangkan yang mempunyai lingkungan kerja baik 61 responden (66,3%). yang mempunyai beban kerja tidak banyak sebanyak 45 responden
Artikel VI
(48,9%) sedangkan yang mempunyai beban kerja banyak sebanyak 47 responden (51%).. Dan responden yang tidak mengalami stres sebanyak 14 responden (15,2%) sedangkan yang mengalami stress sebanyak 78 responden (84,8%).
2. Analisis Bivariat. a. Hubungan Lingkungan Kerja Dengan Stres Kerja Pegawai Di Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Tengah. Tabel 2 Hubungan Antara Lingkungan Kerja Dengan Stres Kerja Pegawai Di Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Tengah
Lingkungan Kerja
Stres Kerja Stres Tidak Stres % f % 93,5 2 6,5 78,7 13 21,3 83,7 15 16,3
f Tidak Baik 29 Baik 48 Jumlah 77 Sumber : Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pegawai yang menyatakan lingkungan kerja tidak baik ada 31 responden. Responden yang menyatakan lingkungan kerja tidak baik dan mengalami stres sebanyak 29 orang atau (93,5%) dan yang tidak mengalami mengalami stres sebanyak 2 orang atau (6,5%). sedangkan responden yang menyatakan lingkungan kerja baik ada 61 responden, responden yang
b.
Total (N)
P.value
31 61 92
0,127
menyatakan lingkungan kerja baik dan mengalami stress sebanyak 48 orang atau (78,7%) dan responden yang tidak mengalami stres sebanyak 13 orang atau (21,3%). Berdasarkan hasil uji Chi Square nilai p= 0,127 (p > 0,05) berarti tidak ada hubungan antara lingkungan kerja dengan stres kerja pegawai di badan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana provinsi Sulawesi Tengah.
Hubungan Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pegawai Di Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Tengah. Tengah. Tabel 3 Hubungan Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pegawai Di Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Tengah. Stres Kerja Total Beban kerja Stres Stres P.value (N) f % f % Banyak 44 93,6 3 6,4 47 Tidak Banyak 33 73,3 12 26,7 45 0,019 Jumlah 77 83,7 15 16,3 92 118
Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 115-121
Artikel VI
Sumber : Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukkan bahwa responden yang menyatakan beban kerja banyak ada 47 responden, responden yang menyatakan beban kerja banyak dan mengalami stres sebanyak 44 orang (93,6%) dan responden yang tidak mengalami stres sebanyak 3 orang atau (6,4%). Sedangkan responden yang menyatakan beban kerja tidak banyak ada 45 responden, responden yang menyatakan beban kerja tidak banyak dan menalami stres sebanyak 33 orang atau (73,3%) dan responden yang tidak mengalami stres sebanyak 12 orang atau (26,7%). Berdasarkan hasil uji Chi Square nilai p= 0,019 (p< 0,05) berarti ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja pegawai di badan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana provinsi sulawesi tengah. Hubungan antara status gizi anak dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia 2-3 tahun
maka dapat di simpulkan tidak ada hubungan antara lingkungan kerja dengan stres kerja pegawai di badan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana provinsi Sulawesi Tengah. Menurut asumsi peneliti yang di temukan di lapangan lingkungan kerja bukan penyebab utama stress karena responden beranggapan ruangan masih memungkinkan untuk melakukan kegiatan karena tidak semua pegawai berada di ruangan pada saat bersamaan sebab ada juga pegawai yang tugas di lapangan untuk memberikan penyuluhan. Tetapi mereka juga sangat mengetahui bahwa lingkungn kerja yang sempit itu dapat mengakibatkan stress. Sejalan dengan pendapat Davids (2004) bahwa lingkungan kerja fisik hanya sebagian kecil sebagai pemicu stress tetapi lingkungan social yang lebih berpengaruh dalam meningkatkan kinerja karyawan. Hasil uji pencahayaan dengan menggunakan alat Luxmeter di temukan bahwa dari 10 sub bidang yang di uji belum memenuhi syarat karena <100 candela. Menurut Depkes RI, (2002) Untuk satu ruangan kerja yang baik dan memenuhi syarat, direkomendasikan pencahayaan pada ambang batas minimum 100 Candela, yang diukur menggunakan alat pengukur intensitas cahaya yakni Luxmeter, waktu pengukuran pada siang dan malam hari yang diukur diukur dalam setiap jarak 6 meter dan 1 meter dari atas lantai ruangan kerja. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Heriwanti (2009) bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lingkungan kerja fisik dengan stres kerja pegawai di PT. tolak angin Sidomuncul, Jakarta. dengan nilai nilai nilai p= 0,23 (p > 0,05).
. PEMBAHASAN 1. Hubungan Ling kungan Kerja Dengan Stres Kerja Pegawai Di Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Tengah. Hasil penelitian univariat memperlihatkan bahwa yang menyatakan lingkungan kerja yang tidak baik sebanyak 31 responden (33,7%) dan yang menyatakan lingkungan kerja baik adalah 61 responden (66,3%). Sedangkan hasil analisis bivariat, hasil uji statistik nilai p= 0,127 (p > 0,05) maka Ho di terima 119
Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 115-121
Artikel VI
Sedangkan Yusniar mengemukakan dalam penelitiannya (2011) tidak ada hubungan antara lingkungan kerja fisik dengan tingkat stres karyawan CV. Kain Super Yogyakarta. Dengan nilai p= 0,16 (p < 0,05). 2.
kerja fisik dan psikis dengan stres pegawai di PT. Nusa Indah Travel Bogor dengan nilai p= 0,026 (p< 0,05). Winda .R. dalam penelitiannya (2009) mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja karyawan dengan stres kerja di Hotel Sawerigading Makassar dengan nilai p= 0,000 (p< 0,05).
Hubung an Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pegawai Di Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Sulawesi Tengah Hasil penelitian univariat memperlihatkan bahwa yang menyatakan beban kerja yang tidak baik adalah sebanyak 45 responden (48,9%) dan yang menyatakan beban kerja baik adalah 47 responden (51,1%).. Sedangkan hasil analisis bivariat, hasil uji statistik nilai p= 0,019 (p< 0,05) berarti ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja pegawai di badan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana provinsi sulawesi tengah. Menurut asumsi peneliti bahwa beban kerja merupakan suatu tanggung jawab yang harus dikerjakan dan merupakan tuntutan dari lembaga terkait di mana seseorang bekerja, hanya saja kadang seseorang sering malakukan penundaan dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga jika suatu pekerjaan tersebut mendesak dan dead line maka pegawai tersebut harus memacu dirinya untuk dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut akibatnya pegawai tersebut merasa kelelahan dan mengalami stres. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Supardi (2007) yang mengemukakan bahwa beban kerja baik kualitatif maupun kuantitatif yang berlebihan, dapat menyebabkan beban yang berlebihan secara fisik dan mental yang dapat menimbulkan gejala stres. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suciati (2008) terdapat hubungan antara beban
KESIMPULAN 1. Tidak ada hubungan antara lingkungan kerja dengan stres kerja pegawai di badan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana Provinsi Sulawesi Tengah dengan nilai p= 0,127 > 0,05. 2. Ada hubungan antara Beban kerja dengan stres kerja pegawai di badan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana Provinsi Provinsi Sulawesi Tengah dengan nilai p= 0,019< 0,05. Saran 1.
Hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi sumber informasi bagi instansi Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Tengah dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan pengaturan proses kerja sebagai upaya menghindari adanya penundaan kerja staf atau Pegawai, dan penataan ruangan mengenai perabot serta alat kelengkapan kerja demi menciptakan kenyamanan kerja pegawai
2.
Kepada Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan variabel, agar hasil yang diperoleh lebih kredibel.
UCAPAN TERIMA TERIMA K ASIH Ucapan terima kasih Peneliti sampaikan kepada Direktur Poltekkes Kemenkes Palu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Palu, Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah, Kepala 120
Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 115-121
BPPKB Provinsi Sulawesi Tengah dan karyawan yang menjadi responden yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini.
Artikel VI
Hawari.
2008. Manifestasi Stres Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Dinas Kesehatan Magelang. Semarang Magelang. Semarang Hendra. 2009. Hubungan Lingkungan Kerja Dengan Stres Kerja Pegawai Di PT. Air Indofood.universitas Indofood.universitas Langga skripsi. Surabaya Heriwanti. 2009. Hubungan lingkungan kerja fisik dengan stress pegawai di PT. Skripsi. Sidomuncul. Sidomuncul . UNAIR. Jakarta Kahn. 2001 . Hubungan Pekerjaan Dengan Stres Kerja, Kerja, Rineka Cipta, Jakarta. Lovibond dan lovibond. 1995. Depression Anxiety Stress Scale 21 (DASS). http//mengukurtingkatstres padapegawaigmail.com. di unduh pada tanggal 27 mei 2014. Luthans. 2005. Konsekuensi Penyesuaian Individu Terhadap Peristiwa Kerja Yang Mengadakan Tuntutan Psikologis Dan Fisik (Stres). http://stress.com. http://stress.com. Diunduh pada tanggal 27 Mei 2014 Nitisemito. 2008. Lingkungan Kerja Di Sekitar Para Pekerja tekstil pada UD. Batik Halus solo. solo . Skripsi. Yogyakarta Suriasumantri, 2007, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Pustaka Sinar Harapan.
DAFTAR PUSTAKA Alex .S.N. 2002. Tata Ruang Yang Memberikan Kenyamanan Pegawai. Pegawai. Rieneka cipta . Jakarta Assauri. 1993. Studi Kasus Ruang Gerak Yang Memadai Untuk Pekerja . Jakarta Eye Center. FE UI. www.skripsi.ruanggerakunt ukpekerja.com. ukpekerja.com. Diunduh tanggal 26 mei 2014 Bungkudapu.Y. 2013. Profil Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Tengah. Palu Davis. 2004. Perbandingan Lingkungan Kerja fisik dan social. social . Rieneka Cipta. Jakrta Departemen Kesehatan Republik Indonesia .2002. Keadaan sehat Sosial Dan Ekonomis. Ekonomis. Jakarta Gibson. 2008. Konseptualisasi Stres Rineka Cipta. Kerja. Kerja. Jakarta Grandjean. 1993. Aktivitas Aktivitas Mental Dan Stress Kerja Pada Perusahaan Air Isi Ulang Walisongo, Walisongo, Skripsi, Medan
121