1.JURNAL PEMBUATAN LARUTAN
I. II. a. b. c. d. e. f.
Judul
: Pembuatan Larutan
Tujuan : Membuat larutan dari padatan dan dari larutan yang pekat. Menentukan konsentrasi larutan dengan beberapa beberapa satuan. Mengetahui cara penentuan sifat pelarutan suatu senyawa. Praktikan bisa membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dengan benar. Mengetahui cara pembuatan larutan dari zat cair dan padatan. Belajar membedakan larutan endoterm dan larutan eksoterm.
III.
Dasar Teori Larutan di definisikan sebagai campuran dua zat atau lebih yang membentuk satu macam fasa (homogen) dan sifat kimia setiap seti ap zat yang membentuk larutan tidak berubah. Larutan homogen adalah larutan yang jika dicampurkan dengan pelarut akan terlarut dan menyatu menjadi satu larutan contohnya gula jika di larutkan dalam air. Sedangkan larutan heterogen adalah larutan yang jika di campurkan dengan air maka tidak akan menyatu.(chang,2004) Ada dua komponen yang berhubungan dengan larutan yaitu zat pel arut dan zat terlarut. Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan media lain. Zat terlarut adalah komponen dari larutan yang memiiki jumlah larutan. Untuk menyatakan banyaknya zat terlarut dan pelarut dikenal beberapa istilah konsentrasi. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara : (Rahayu,2009) a. Molaritas b. Molalitas c. Fraksi mol d. Pengenceran (kartimi,2010) tetapi masih ada beberapa cara lagi la gi yang tidak dimasukan oleh kartimi yaitu PPM (part per million), %berat (W/W), %volume (%V/V), dan % berat per volume (W/V). 4.1. Molaritas Molaritas (M) adalah perbandingan antara banyaknya zat terlarut dalam satu liter larutan. Rumusnya M = Massa X 1000 Mr V 4.2. Molalitas Molalitas (m) adalah perbandingan antara zat terlarut dalam 1000 gram larutan. Dengan rumusnya : m = massa zat terlarut X 1000 mr zat terlarut Mpelarut 4.3. Fraksi mol Fraksi mol adalah banyaknya perbandingan zat terlarut dengan mol larutan. Rumus fraksi mol
X = mol zat terlarut . n1_______________ Mol zat terlarut n1 + mol zat pelarut n2 4.4. Pengenceran Pengenceran adalah penambahan pelarut sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol at sesudah pengenceran intinya ialah penyetaraan penyetaraan jumlah mol zat terlarut. Rumusnya : M1. V1 = M2. V2 Dimana
: M1 : molaritas larutan sebelum pelarutan. M2 : molaritas larutan setelah pelarutan. V1 : volume larutan sebelum pelarutan. V2 : volume larutan setelah pelarutan. 4.5. PPM (part per million) Ppm (part per million) adalah salah satu satuan sat uan konsentrasi yang menyatakan perbandingan sebagian dalam satu juta bagian yang yang lain. Rumus ppm Ppm : massa zat terlarut X 100 Massa larutan 4.6. Persen berat Persen berat adalah menyatakan jumlah berat zat terlarut dalam 100 gram larutan. Rumusnya : %W /W = Mzat terlarut X 100 % Mlarutan 4.7. Persen volume Persen volume adalah jumlah volume (ml) dari zat terlarut dalam 100 ml larutan. Rumusnya : %V/V = volume zat terlarut X 100 % Volume larutan 4.8. Persen berat per volume Persentase berat per volume adalah jumlah gram zat terlarut dalam tiap 100 ml larutan. Rumusnya : %W/V = massa zat terlarut X 100 % Volume larutan
IV. Metodologi 5.1. Alat dan bahan. 5.1.1 alat 1. gelas arloji 2. gelas beker 3. gelas ukur 4. pengaduk kaca. 5. pipet tetes. 6. Pipet ukur 7. Erlenmeyer 8. labu takar 9. buret 10. gelas ukur 5.1.2. bahan 1. NaoH 2. H2so4 3. urea 4. Hcl 5. akuades 5.2 Analisis bahan 5.2.1. NaoH (anonym A,2013) Natrium hidroksida (NaoH) memiliki massa molar 39,9971 gr/mol. gr/mol. Densitas 2,1 0 gr/cm3. Bersifat padat, memiliki titik lebur 318 c atau 391 k dan titik ti tik didih 1390 0c atau 163 k kelarutan dalam air 111 gram/100ml (20 0c) dan bersifat basa kuat. 5.2.2. asam sulfat (H2so4) (anonym b,2013) Asam sulfat memiliki massa molar sebesar 98,08 g/mol, densitas 1,84 gr/cm3. Bertekstur cair, dan jika dicampur dengan air, terc ampur didalam air dan memiliki sifat asam as am kuat. Struktur atom asam sulfat 5.2.3. urea. (anonym c,2013) Urea memiliki titik lebur sebesar 132,7 0C atau 406 k dan titik ti tik didihnya 133,4 0C atau 4111 k dan larutannya bersifat non-elektrolit. Strukturnya 5.2.4. hidrogen klorida (Hcl) (anonym d, 2013) Hydrogen klorida memiliki densitassebesar 1,18 gr/cm3 titik didih sebesar 110 oC dan massa molar sebesar 35,46 gr/mol. 5.2.5. akuades (anonim e,2013) Massa molar akuades sebesar 18,0153 gr/mol. Densitas dan fase sebesar 0,998 gr/cm3 (cairan pada 20oC) untuk densitas dan fase 0,92 gr/cm3 (padatan). Titik leburnya 0 oC atau (273,15 k) (32 f) dan titik didih 100 oC atau 372,15 k dan 212 f. Strukturnya :
5.3 prosedur kerja 5.3.1. pembuatan larutan NaoH 5.3.2. pembuatan larutan asam sulfat 5.3.3. pembuatan larutan urea 5.3.4. pembuatan larutan hcl 5.4. Rangkaian alat V. Daftar pustaka Chang, R.2004.”kimia dasar” jilid II.erlangga : Jakarta. Rahayu,I.2009.”praktis belajar kimia” visindo media persada : Jakarta. Sunaryan.y,agus.s.2009.”mudah dan aktif belajar kimia”pusat penerbitan buku nasional : Jakarta Subagyo.e,kitti.s.1997.”kimia 2 kelas 2 smu” intan pariwara : klaten. Scythe.t,hill.g.1991.”kimia dasar” alkemi grafisindo : bandung Rusenberg.1992.”kimia”erlangga: Jakarta
2.ASIDI-ALKALIMETRI
I. II. III.
JUDUL: ASIDI-ALKALIMETRI TUJUAN: Mempelajari dan menentukan kadar asam cuka dengan titrasi TINJAUAN PUSTAKA
Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting : asam, basa dan garam. Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Sebenarnya ion hidrogen (proton) tak ada dalam larutan air. Setiap proton bergabung dengan satu molekul air dengan cara berkoordinasi dengan sepasang elektron bebas yang terdapat pada oksigen dari air, dan terbentuk ion-ion hidronium : H+ + H2O → H3O+ Basa, secara paling sederhana dapat didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satunya ion negatif. Hidroksida-hidroksida logam yang larut, seperti natrium hidroksida atau kalium hidroksida hampir sempurna berdisosiasi dalam larutan air yang encer :
Karena itu basa-basa ini adalah adal ah basa kuat. Di lain pihak larutan air amonia, merupakan suatu basa lemah. Bila dilarutkan dalam air, amonia membentuk amonium hidroksida, yang berdisosiasi menjadi ion amonium dan ion hidroksida hidroksida :
Karena itu, basa kuat merupakan elektrolit kuat, sedang basa lemah merupakan elektrolit lemah. Tetapi tak ada pembagian yang tajam antara golongan-golongan ini, dan sama halnya dengan asam, adalah mungkin untuk menyatakan kekuatan basa secara kuantitatif. Menurut definisi yang kuno, garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Proses proses semacam ini disebut netralisasi. Definisi ini adalah benar, dalam artian, bahwa jika sejumlah asam dan basa murni ekuivalen dicampur, dan larutannya diuapkan, suatu zat kristalin tertinggal, yang tak mempunyai ciri-ciri khas suatu asam maupun basa. Zat-zat ini dinamakan garam oleh ahli-ahli kimia zaman dulu (G. Shevla, 1985).
Reaksi netralisasi dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Caranya dengan menambahkan setetes demi setetes larutan basa kepada larutan asam. Setiap basa yang diteteskan bereaksi dengan asam, dan penetesan dihentikan pada saat jumlah mol H+ setara dengan mol OH -. Pada saat itu larutan bersifat netral dan disebut titik ekuivalen. Cara seperti ini disebut titrasi, yaitu analisis dengan mengukur jumlah larutan yang diperlukan untuk bereaksi tepat sama dengan larutan lain. Analisis ini disebut juga analisis volumetri, karena yang diukur adalah volume larutan basa yang terpakai dengan volume tertentu larutan asam (Syukri, S. 1999). Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam yang akan dititrasi dimasukkan ke dalam gelas kimia (erlenmeyer), dengan mengukur volumnya terlebih dulu dengan memakai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekuivalen dipakai indikator yang perubahan warnanya di sekitar titik ekuivalen. Saat terjadi perubahan warna itu disebut titik akhir (Syukri, (Syukri, S. 1999). Berikut syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil : Konsentrasi titran harus diketahui. Larutan seperti ini disebut larutan standar. Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa sen yawa yang dianalisis harus diketahui. Titik stoikhiometri atau ekivalen harus diketahui. Indikator yang memberikan perubahan warna, atau sangat dekat pada titik ekivalen yang sering digunakan. Titik pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus diketahui setepat mungkin (Hardjono Sastrohamidjojo. 2005) Proses titrasi asam-basa sering dipantau dengan penggambaran pH larutan yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan. Gambar yang diperoleh tersebut disebut kurva pH, atau kurva titrasi. -
KURVA TITRASI Larutan yang dititrasi dalam asidimetri-alkalimetri mengalami perubahan pH. Misalnya bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula rendah dan selama titrasi terus menerus naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur pH (pH-meter) pada awal titrasi, yakni sebelum ditambah basa dan pada waktu-waktu tertentu setelah titrasi dimulai, maka kalau pH dialurkan lawan volume titr an, kita peroleh grafik yang disebut kurva titrasi. Bila suatu indikator pH kita pergunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi, maka :
1. Indikator harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekivalen dengan titrat agar tidak terjadi kesalahan titrasi. 2. Perubahan warna itu harus terjadi dengan mendadak, agar tidak ada keragu-raguan tentang kapan titrasi harus dihentikan. Untuk memenuhi pernyataan (1), maka trayek indikator harus mencakup pH larutan pada titik ekivalen, atau sangat mendekatinya; untuk memenuhi pernyataan (2), trayek indikator tersebut harus memotong bagian yang sangat curam dari kurva (Khopkar, 2003). Titrasi asidimetri-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan atau basa diantaranya: Asam kuat dan basa kuat
Reaksi untuk titrasi asam kuat-basa kuat adalah
Untuk menghitung [H +] pada titik tertentu dalam titrasi, kita harus menentukan jumlah H + yang tetap tinggal pada titik tersebut dibagi dengan volume total larutan.
(Hardjono. 2005) Asam kuat dan basa lemah
Meskipun istilah penetralan lazim digunakan untuk reaksi apa saja antara asam dengan basa, tak selalu akan dihasilkan larutan yang benar-benar netral. Memang la rutan netral hanya diperoleh bila asam dan basa itu sama kuatnya. Pada hakekatnya titrasi basa lemah dengan asam kuat dapat dipahami seperti cara kerja sebelumnya. Yang perlu diperhatikan adalah tentang komponen utama dalam larutan dan kemudian memutuskan apakah reaksi terjadi menuju sempurna (Keenan, dkk. 1984). Asam lemah dan basa kuat
Reaksi dalam larutan air dari asam lemah seperti asam asetat, HC2H3O2, dengan basa kuat NaOH dapat dinyatakan oleh persamaan berikut: berikut: Pemaparan lama :
Pemaparan baru :
Larutan natrium asetat yang dihasilkan agak bersifat basa, karena ion asetat berfungsi sebagai basa dalam larutan air (Keenan, dkk. 1984).
Asam lemah dan basa lemah
Sebagai contoh akhir dari penetralan, perhatikan reaksi dalam larutan air dari asam asetat yang lemah itu dengan basa lemah amonia. Larutan amonium asetat, yang dihasilkan, praktis netral. Ini karena kuat asam ion NH 4+ tepat diimbangi oleh basa kuat dari ion C 2H3O2-. Sebagai ringkasan, reaksi asam dan basa yang sama kekuatannya, akan menghasilkan larutan netral. Asam dan basa yang bereaksi dapat keduanya kuat maupun keduanya lemah. -
Indikator Asam Basa Indikator asam basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Misalnya biru bromtimol (bb); dalam larutan asam ia berwarna kuning, tetapi dalam lingkungan basa warnanya biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna asam dari indikator (kuning untuk bb), sedang warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa disebut warna basa. Akan tetapi harus dimengerti, bahwa asam dan basa disini tidak berarti pH kurang atau lebih dari tujuh. Asam berarti pH lebih rendah dan basa berarti pH lebih besar dari trayek indikator atau trayek perubahan warna yang bersangkutan. Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda (Khopkar. 2003) 2003) Kebanyakan indikator asam basa adalah molekul kompleks yang bersifat asam lemah dan sering disingkat dengan HIn. Mereka memberikan satu warna berbeda bila proton lepas (Hardjono Sastrohamidjojo. 2005) Contoh : Fenolftalein, indikator yang lazim dipakai, tak berwarna dalam bentuk Hinnya dan berwarna pink dalam bentuk In, atau basa. Struktur Fenolftalein, sering disingkat PP, adalah sebagai berikut :
IV.METODOLOGI PERCOBAAN 3.1.
Alat dan Bahan
3.1.1.
Alat-alat
-
Labu ukur 250ml
-
Erlenmeyer 250ml
-
Buret
-
Pipe volume 10ml
-
Labu ukur 100ml
-
Gelas kimia
-
Statif dan klem
-
Corong
3.1.2.
Bahan-bahan
-
Asam cuka perdagangan
-
NaOH 0,1 N (Natrium Hidroksida)
-
Asam oksalat dehidrat 0,1 N
-
Aquades
-
Indikator PP
3.2.
Prosedur Percobaan
3.2.1.Asidimetri
-
Dimasukkan asam oksalat dehidrat 0,1 N kedalam buret Dicampurkan 10ml NaOH dan 10ml akuades di dalam tabung gelas kimia, lalu
diguncang-guncang -
Ditetesi dengan indikator PP sebanyak 3 tetes kedalam gelas kimia yang berisi NaOH
dan akuades -
Warna larutan menjadi merah lembayung Ditetesi latutan dengan asam oksalat dehidrat hingga larutan menjadi jernih, sambil
diguncang-guncang 3.2.2.Alkalimetri
-
Dimasukkan NaOH 0,1 N kedalam buret
Dituang 10ml asam cuka perdagangan yang telah diencerkan terlebih dahulu kedalam gelas kimia Ditetesi indikator PP sebanyak 3 tetes kedalam gelas kimia berisi asam cuka Ditetesi larutan asam cuka dengan NaOH 0,1 N hingga warna larutan menjadi merah lembayung.
DAFTAR PUSTAKA Kenaan, dkk. 1984. Kimia untuk Universitas Universitas. Jakarta : Erlangga Keenan, W Kleinferter. 1980. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga Khopkar, S M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia Sastrohamidjojo, Handjono. 2005. Kimia Dasar. Yogjakarta : Gajah Mada University Press Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorgami Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka S, Syukri. 1999. Kimia Dasar Jilid 3. Bandung : ITB Hardjono, S. 2005. Kimia Dasar. Yogyakarta : UGM
3.PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI
I. II.
III.
JUDUL PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKLISTALISASI TUJUAN Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari salah satu metode pemurnian yaitu reklistalisasi dan penerapannya dalam pemurnian garam dapur kasar. DASAR TEORI Sebagai metoda pemurnian padatan, rekristalisasi memiliki sejarah yang panjang seperti distilasi. Walaupun beberapa metoda yang lebih rumit telah dikenalkan, rekristali sasi adalah metoda yang paling penting untuk pemurnian s ebab kemudahannya (tidak perlu alat khusus) dan karena keefektifannya. Ke depannya rekristalisasi akan tetap metoda standar untuk memurnikan padatan. Metoda ini sederhana, material padatan ini terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu tinggi (pada atau dekat titik didih pelarutnya) untuk mendapatkan larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika larutan panas pelahan didinginkan, kristal akan mengendap karena kelarutan padatan biasanya menurun bila suhu diturunkan. Diharapkan bahwa pengotor tidak akan mengkristal karena konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh (Takeuchi, 2009). Kristal adalah bahan padat dengan susunan atom atau molekul yang teratur (kisi krist al). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal antara lain adalah: (1) Derajat lewat jenuh; (2) Jumlah inti yang ada atau luas permukaan total dari kristal yang ada; (3) Viskositas larutan; (4) Jenis dan banyaknya pengotor ; (5) Pergerakan antara larutan dan kristal (Hiyu, 2010). Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana zat-zat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap (Syabatini, 2009). Pemurnian padatan dengan kristalisasi didasarkan pada perbedaan dalam pelarut tertentu atau campuran pelarut. Dalam bentuknya yang sederhana, proses krisatalisasi terdiri dari Melarutkan zat murni dalam pelarut tertentu pada atau dekat pelarut. Menyaring larutan panas dan partikel bahan zat terlarut dan kemudian Mendinginkan larutan panas sehingga zat terlarut menjadi Kristal dan Memisahkan Kristal dari larutan “supernatant”. Terdapat beberapa definisi tentang rekristalisasi yaitu : 1)suatu proses dimana butir logam yang terdeformasi digantikan oleh butiran baru yang tidak terdeformasi yang intinya tumbuh sampai butiran asli termasuk didalamnya 2) Perubahan struktur kristal akibat
pemanasan pada suhu kritis 3) Terbentuknya Terbentuknya struktur butiran baru melalui tumbuhnya inti dengan pemanasan (Ajhan, 2008). Ketika cairan didinginkan, maka akan membeku dan membentuk padatan Kristal. Dalam zat padat terbentuk Kristal ini dengan atom-atom, ion-ion atau molekul menyusun dengan aturan pengulangan yang pasti. Meskipun beberapa zat padat (seperti intan, dan butiran butiran dalam gula, pasir dan garam meja) adalah Kristal tunggal, pada umumnya umumnya kristal padat adalah kumpulan dari banyak Kristal kecil-kecil. Contohnya pada permukaan batu pasir, kapur tulis, es, batu granit, bahan-bahan logam. Cairan seperti tar, kaca yang dicairkan, plastic yang dicairkan, mentega yang terdiri dari molekul yang tidak bisa bergerak dengan mudah, tidak berasal dari Kristal pada yang didinginkan. didinginkan. Walaupun temperatur didinginkan, molekulnya banyak berpindah atau bergerak dan secara perlahanlahan dan berhenti diposisi yang tidak terarur atau sembarang sebelum dapat bergerak masuk ke dalam penyusun lain (Robinson, 1998). Salah satu metode pemurnian suatu zat terbentuk Kristal adalah kristalisasi. Metode ini didasarkan pada perbedaan daya larut antar zat yang dimurnikan dengan kotoran lain dalam suatu pelarut tertentu. Pemurnian dengan metode ini banyak dilakukan pada industri atau laboratorium untuk meningkatkan kualitas suatu zat. Beberapa persyaratan suatu pelarut dapat dipakai dengan proses rekristalisasi antara lain : Memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor. Tidak meninggalkan zat pengotor pada Kristal Mudah dipisahkan dari Kristal. Bersifat inert (tidak mudah bereaksi dengan Kristal. Natrium klorida (NaCl) merupakan komponen komponen utama dalam garam dapur. Komponen lain yang bersifat pengotor biasanya berasal dari ion-i on Ca2+, Mg2+, Al3+, Fe3+, SO42-, Idan Br-. Agar daya larut antara NaCl dengan pengotor cukup besar, maka perlu dilakukan penambahan zat-zat tertentu. Zat-zat penambahan tersebut akan membentuk senyawa terutama garam yang sukar larut dalam air. Selain itu kristalisasi dapat dilakukan dengan cara membuat larutan jenuh dengan menambahkan ion sejenis ke dalam larutan z at yang akan dipisahkan (Anonim, 2011). IV. METODOLOGI PRAKTIKUM Alat dan Bahan yang Digunakan Alat Timbangan : 1 set Gelas beker 250 ml : 1 buah Gelas ukur 50 ml : 1 buah Labu takar 250 ml : 1 buah Pengaduk gelas : 1 buah Corong gelas : 1 buah Botol semprot : 1 buah Bahan Kristal garam dapur pasaran 50 gram Serbuk kapur (CaO) 1 gram
Larutan Ba(OH)2 encer Larutan (NH4)2CO3 Larutan HCl encer Aquadest Asam sulfat pekat
Prosedur Kerja Perlakuan Awal - dimasukkan kedalam gelas beker yang telah ditimbang - dipanaskan sampai mendidih - dimasukkan kedalam air panas sambil diaduk - dipanaskan lagi sampai mendidih - disaring - dibagi menjadi dua bagian
Kristalisasi Melalui Penguapan - ditambahkan 1 gram CaO - ditambahkan larutan Ba(OH)2 encer sampai tidak terbentuk endapan - ditambahkan 30 gram/liter (NH4)2CO3 sambil diaduk - disaring larutan tersebut - dinetralkan dengan larutan HCl encer - diuapkan larutan sampai kering - ditimbang - dihitung rendemennya
Rekristalisasi Melalui pengendapan - dijenuhkan dengan gas HCl yang dibuat dengan cara mereaksikan garam dapur dengan asam sulfat pekat - dihentikan penambahan gelembung gas setelah tidak terjadi pembentukan kristal - ditimbang - dihitung rendemen - diamati dan dibandingkan kenampakan fisik kristal yang dihasilkan dengan yang diperoleh
DAFTAR PUSTAKA Ajhan, 2008. Pemurnian NaCl. http://duniapraktikumxajhan/2008/ 12/06/pemurnian nacl/ [13 Mei 2011] Anonim, 2011, Penuntun Praktium Kimia Anorganik. UNHALU, Kendari. Hiyu, 2010, Rekristalisasi,
http:// catetankuliah.blogspot.com/2010/11/kristalisasi-rekristalisasi.html[ 13 Mei 2011] Robinson, William R, 1998, General Chemistry. Chemistr y. Hoghton Mifflin Company, New York. Syabatini, Annisa. 2009. Pemurnian Bahan Melalui Rekristalisasi. http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/26/pemurnian-bahan-melalui-rekristalisasi/ [13 Mei 2011] Takeuchi, Yoshito. 2009. Metoda pemisahan standar. http:/ /www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia_dasar/pemurnian-material/metoda-pemisahan-standar/ [13 Mei 2011]
4.UJI REAKSI REAKSI SPESIFIK
I.
JUDUL UJI REAKSI REAKSI SPESIFIK
II.
TUJUAN Mahasiswa diharapkan akan dapat mngamati beberapa perubahan spesifik yang
menyertai terjadinya reaksi kimia. III.
DASAR TEORI Banyak reaksi – reaksi – reaksi reaksi kimia yang berada di sekitar lingkungan kita. Misalnya
saja pembakaran pada bensin. Kita tidak mengerti mengapa pada saat bensin dibakar lebih cepat habis dari pada pembakaran pada minyak tanah. Sering kali kita menjumpai reaksi yang berlangsung lambat misalnya, perkaratan besi. Reaksi-reaksi kimia berlangsung dengan laju yang berbeda-beda. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat misalnya reaksi penetralan antara larutan asam klorida dan larutan natrium hidroksida. Reaksi-reaksi yang menyangkut proses geologi berlangsung sangat lambat misalnya pelapukan kimia yang di alami batu karang yang di sebabkan oleh pengaruh air dan gas-gas yang terdapat di atmosfer. Percobaan ini kita akan mengetahui laju reaksi yang di peroleh dari eksperimen. Kita akan menentukan tingkat reaksi MnO4- dengan dengan H2C2O4. Ion permangat akan erlangsung lambat bila di reaksikan dengan asam oksalat pada suhu kamar. Dengan demikian maka laju reaksinya dapat di amati. Kalium permanganat merupakan senyawa kimia anorganik dengan rumus KmnO4. Garam yang terdiri dari K+ dan MnO4- ion. Kalium permanganat terurai saat terkena sinar: 2 KMnO4(s) KMnO4(s) → K2MnO4(s) + MnO2(s) + O2(g) Sifat sisik dan kimia: Penampilan: Ungu-perunggu kristal. Bau: Tidak berbau. Kelarutan: 7 g dalam 100 g air. Density: 2.7 Vapor Density (Air = 1): 5.40 Stabilitas:
Stabil di bawah kondisi biasa penggunaan dan penyimpanan. penyimpanan. Berbahaya Dekomposisi Produk: asap logam beracun mungkin terbentuk keti ka dipanaskan untuk dekomposisi. Berbahaya Polimerisasi: akan terjadi. Tidak kompatibel: Bubuk logam, alkohol, arsenites, bromida, iodida, fosfor, asam sulfat, senyawa organik, sulfur, karbon aktif, hidrida, hidrogen peroksida yang kuat, garam besi atau mercurous, hipofosfit, hyposulfites, sulfida, peroksida, dan oksalat. hindari kondisi : Panas, sumber api pengapian, dan incompatibles. Efek kesehatan : Inhalasi : Menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan. Gejala dapat termasuk batuk, sesak napas. Konsentrasi tinggi dapat menyebabkan edema paru. Tertelan : Mengkonsumsi konsentrasi padat atau tinggi menyebabkan penderitaan berat sistem gastro-intestinal dengan luka bakar mungkin dan edema, pulsa lambat; shock dengan jatuhnya tekanan darah. Menelan konsentrasi konsentrasi sampai 1% menyebabkan pembakaran mual, tenggorokan, muntah, dan nyeri perut; 2-3% menyebabkan anemia dan p embengkakan pada tenggorokan dengan lemas mungkin; 4-5% dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Kontak kulit : kristal kering dan solusi terkonsentrasi adalah kaustik menyebabkan kemerahan, nyeri, luka bakar, noda coklat di daerah kontak dan kemungkinan pengerasan lapisan kulit luar Kontak mata : Kontak mata dengan kristal (debu) dan solusi terkonsentrasi menyebabkan iritasi parah, kemerahan, penglihatan kabur dan dapat menyebabkan kerusakan parah, mungkin permanen Eksposur kronis : kontak kulit berkepanjangan dapat menyebabkan iritasi, defatting, dan dermatitis, mangan keracunan kronis dapat hasil dari paparan inhalasi debu yang berlebihan untuk mangan dan melibatkan penurunan sistem saraf pusat. (Anonim, 2011).
Asam oksalat merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4, Nama sistematis asam etanadioat. Rumus kimia : HOOC-COOH..
Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor.. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat(CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan. Asam oksalat berupa Kristal putih. Massa molar 90.03 g/mol g/mol (anhidrat) dan 126.07 g/mol g/mol (dihidrat). Kepadatan dalam fase 1,90 g/cm³ (anhidrat) dan 1.653 g/cm³ (dihidrat). Mempunyai kelarutan dalam air 9,5 g/100 mL (15°C) 14,3 g /100 mL (25°C?) 120 g/100 mL (100°C) Mempunyai titk didih 101-102°C (dihidrat). (Anonim, 2011). Rumus kimia H2O. Berbentuk cair. Tidak berwarna. Tidak berbau. Tidak mempunyai rasa. Titik didih 100°C. Titk beku 0°C. Bentuk alottropnya adalah es (padat), dan uap (gas). Elektrolit lemah. Terionisasi menjadi H3O+ dan OH-. Air dihasilkan dari pengoksidan hydrogen dan banyak digunakan sebagai pel arut bagi kebanyakan senyawa dan sumber listrik listri k (Pringgo Digdo, 1999). Laju reaksi suatu reaksi kimia dinyatakan sebagai fungsi konsentrasi zat – zat – zat zat pereaksi yang berperan serta dalam reaksi tersebut.
Mekanisme reaksi merupakan factor yang sangat
berperan pada penetuan tingkat reaksi suatu reaksi kimia. Mekanisme ini tiidak dapat
ditentukan hanya dengan meninjau saja, melainkan harus ditentukan secara experimental. Oleh karena itu tingkat reaksi suatu reaksi kimia harus ditentukan percobaan (Hiskia,1992 : 161). Kecepatan reaksi adalah kecepatan perubahan konsentrasi pereaksi t erhadap waktu, jadi
-dc/dt. Tanda minus menunjukkan menunjukkan bahwa konsentrasi berkurang bila waktu bertambah
(Tim Kimia Fisik, 2011:11). Menurut hukum kegiatan massa, kecepatan reaksi pada temperature tetap, ber banding lurus dengan konsentrasi pengikut – pengikut – pengikut pengikut ketiga dan masing – masing – masing masing berpangkat sebanyak molekul dalam persamaan reaksi re aksi (Sukardjo, 1989 : 324-325). Jumlah molekul pereaksi yang ikut dalam reaksi disebut Molekul Aritas. Jumlah molekul pereaksi yang konsentrasinya menentukan kecepatan reaksi, disebut tingkat reaksi. Molekularitas dan tingkat reaksi tidak selalu sama. Sebab tingkat reaksi tergantung dari mekanisme reaksinya. Di samping itu juga perlu diketahui bahwa molekularitas selalu merupakan bilangan bulat. Sedangkan tingkat reaksi dapat pecahan bahkan nol (Sukardjo, 1989 : 324-325). Adapun faktor – faktor – faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya laju reaksi adala h sebagai berikut: Sifat Pereaksi Salah satu factor penentu laju reaksi adalah adala h sifat pereaksinya, ada yang reaktif dan ada juga yang kurang reaktif. Misalnya saja bensin lebih cepat terbakar daripada minyak minyak tanah. Demikian juga logam Natrium bereaksi cepat dengan air. Sedangkan logam magnesium lambat. Konsentrasi Pereaksi Dua molekul yang akan bereaksi harus bertabrakan langsung. Jika konsentrasi pereaksi diperbesar, berarti kerapatannya kerapata nnya bertambah dan akan memperbanyak kemungkinan terjadinya tabrakan antar molekul sehingga akan mempercepat jalannya reaksi. Akan tetapi harus bahwa tidak selalu pertambahan konsentrasi pereaksi meningkatkan laju reaksi. Karena laju reaksi juga dipengaruhi oelh factor lain yang akan diterangkan pada pasal. Suhu Hamper semua reaksi menjadi lebih cepat apabila terjadi peningkatan suhu, karena kalor yang diberikan akan menambah energy kinetic partikel pereaksi. Akibatnya jumlah dan energy tabrakan bertambah besar.
Katalis Laju suatu reaksi dapat ( umumnya dipercepat) dengan menambahkan zat yang disebut Katalis. Katalis sangat diperlukan dalam reaksi zat organic, termasuk dalam organism. Katalis dalam organism disebut enzim yang dapat mempercepat proses terjadinya reaksi di dalam tubuh (Syukri,1999:468-4 (S yukri,1999:468-469). 69). DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Asam Oksalat. http://id.wikipedia.org.wiki/Asam_oksalat, diakses Maret 2011. Anonim. 2010. Aquades. http://id.wikipedia.org.wiki/Aquades, diakses Maret 2011. Anonim. 2011.Kalium Permanganat. http://id.wikipedia.org.wiki/Asam_oksalat, diakses Maret 2011. Hiskia, A dan Tupamalu. 1992. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. ITB, Bandung. Pringgo, Digdo.1999. Digdo.1999. Kamus kimia.Jakarta:pt rineka cipta
5.PEMURNIAN ALKOHOL
I.
JUDUL PEMURNIAN ALKOHOL
II.
TUJUAN - Untuk mendapatkan zat murni dari zat yang telah tercema r atau tercampur. - Mempelajari jenis-jenis pemisahan dan pemurnian. - Mengetahui cara-cara pemurnian suatu campuran.
III.
DASAR TEORI Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling
bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur. Campuran adalah setia contoh materi yang tidak murni, yaitu bukan sebuah unsur atau sebuah senyawa. Susunan suatu campuran tidak sama dengan sebuah zat, dapat bervariasi, campuran dapat berupa homogen dan heterogen. (Ralph H Ptrucci-Seminar, 1996, Kimia Dasar Jilid 1) Campuran merupakan suatu materi yang dibuat dari penggabungan dua zat berlainan atau lebih menjadi satu zat fisik. Tiap zat dalam campuran ini tetap mempertahakan sifat-sifat aslinya. Sifat-sifat asli campuran : -
Campuran terbentuk tanpa melalui reaksi kimia.
-
mempunyai sifat zat asalnya
-
Terdiri dari dua jenis zat tunggal atau lebih.
-
Komposisinya tidak tetap. Campuran terbagi menjadi dua (2) bagian, yaitu campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran homogen (larutan) adalah campuran unsur-unsur dan atau senyawa yang mempunyai susunan seragam dalam contoh itu tetapi berbeda susunan dari contoh lain, selain itu juga merupakan penggabungan zat tunggal atau lebih yang semua partikelnya menyebar
merata sehingga membentuk satu fase. Yang disebut satu fase adalah zat dan sifat komposisinya sama antara satu bagian dengan bagian lain didekatnya dan juga campuran dapat dikatakan campuran homogen jika antara komponennya tidak terdapat bidang batas sehingga tidak terbedakan lagi walaupun menggunakan mikroskop ultra. Selain itu campuran homogen mempunyai komposisi yang sama pada setiap bagiannya dan juga memiliki sifatsifat yang sama diseluruh cairan. Campuran heterogen adalah campuran yang komponen-komponennya dapat memisahkan diri secara fisik karena perbedaan sifatnya dan penggabungan yang tidak merata antara dua zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang lainnyatidak sama diberbagai bejana. Dan juga campuran dapat dikatakan campuran heterogen jika antara komponennya masihterdapat bidang batas dan sering kali dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop, hanya dengan mata telanjang, serta campuran memiliki dua fase, sehingga sifat-sifatnya tidak seragam. (Ralph H Petrucci-Seminar, 1987. kimia dasar 1) Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia. Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan, sedangkan secara kimia, satu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan. dipisahkan. Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan sifat komponen yang terkandung didalamnya. Jika komponen berwujud padat dan cair , misalnya pasir dan air, dapat dipisahkan dengan saringan. Saringan bermacam-macam, bermacam -macam, mulai dari yang porinya besar sampai yang sangat halus, contohnya kertas saring dan selaput semi permiabel. Kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan atau padatan dari pelarut. Selaput semi permiabel dipakai untuk memisahkan suatu koloid dari pelarutnya. (Syukuri S. 1999, Kimia Dasar 1) Karena
perbedaan
keadaan
agregasi
(bentuk
penampilan
materi)
sangat
mempengaruhi metode pemisahan dan pemurnian yang diperlukan, maka diadakan pembedaan : a. Memisahkan zat padat dari suspensi suspensi adalah sistem yang didalamnya mengandung partikel sangat kecil (padat), setengah padat, atau cairan tersebutr secara kurang lebih seragam dalam medium cair.
Suatu suspensi dapat dipisahkan dengan penyaringan penyaringan (filtrasi) (fil trasi) dan sentrifugasi. -
Penyaringan (filtrasi)
Operasi ini adalah pemisahan endapan dari larutan induknya, sasarannya adalah agar endapan dan medium penyaring secara kuantitatif bebas dari larutan. Media yang digunakan untuk penyaring adalah: -
kertas saring
-
penyaring asbes murni atau platinum
-
lempeng berpori yang terbuat dari kaca bertahanan misalnya pyrex dari silika atau
porselin. - Sentrifugasi (pemusingan) Sentrifugasi dapat digunakan untuk memisahkan suspensi yang jumlahnya sedikit. Sentrifugasi digunakan untuk memutar dengan cepat hingga gaya sentrifugal beberapa kali lebih besar daripada gorsa berat, digunakan untuk mengendapkan partikel tersuspensi. b. Memisahkan zat padat dari larutan Zat terlarut padat tidak dapat dipisahkan dari larutannya dengan penyaringan dan pemusingan (sentrifugasi). Zat padat terlarut dapat dipisahkan melalui penguapan atau kristalisasi. -
Penguapan Pada penguapan, larutan dipanaskan sehingga pelarutnya meninggalkan zat terlarut. Pemisahan terjadi karena zat terlarut mempunyai titik didih yang lebih tinggi daripada pelarutnya.
-
Kristalisasi Kristalisasi adalah larutan pekat yang didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal. Hal itu terjadi karena kelarutan berkurang ketika suhu diturunkan. Apabila larutan tidak cukup pekat, dapat dipekatkan lebih dahulu dengan jalan penguapan, kemudian dilanjutkan dengan pendinginan melalui kristalisasi diperoleh zat padat yang lebih murni karena komponen larutan yang lainnya yang kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal.
-
Rekristalisasi Teknik pemisahan dengan rekristalisasi (pengkristalan kembali) berdasarkan perbedaan titik beku komponen. Perbedaan itu harus cukup besar, dan sebaiknya komponen yang akan dipisahkan berwujud padat dan yang lainnya cair pada suhu kamar. Contohnya garam dapat dipisahkan dari air karena garam berupa padatan. Air garam bila dipanaskan perlahan dalam bejana terbuka, maka air akan menguap sedikit demi sedikit. Pemanasan dihentikan saat larutan tepat jenuh. Jika dibiarkan akhirnya terbentuk kristal garam secara perlahan. Setelah pengkristalan sempurna garam dapat dipisahkan dengan penyaring. (Syukri S. 1991. Kimia Dasar 1) c. Memisahkan campuran zat cair Zat cair dapat dipisahkan dari campurannya melalui distilasi. Campuran dua jenis cairan yang tidak saling melarutkan dapat dipisahkan dengan dekantasi dan coronh pisah.
-
Distilasi Dasar pemisahan dengan distilasi adalah perbedaan titik didih dua cairan atau lebih. Jika canpuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Dengan mengatur suhu secara cermat kita dapat menguapkan dan kemudian mengembunkan komponen demi komponen secara bertahap. Pengmbunan terjadi dengan mengalirkan uap ketabung pendingin. Contohnya memisahkan campuran air dan alkohol. Titik didih air dan alkohol masing-masing masing- masing 100˚C dan 78˚C. Jika campuran dipanaskan (dalam labu destilasi) dan suhu diatur sekitar 78˚C, maka alkohol akan menguap sedikit demi sedikit. Uap itu mengembun dalam pendingin dan akhirnya didapatkan cai ran alkohol murni. (Syukri S. 1999. Kimia Dasar 1)
-
Dekantasi (pengendapan) Dekantasi (pengendapan) merupakan proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan zat lain secara pengendapan didasarkan pada massa jenis yang lebih kecil akan berada pada lapisan bagian bawah atau mengendap, contohnya air dan pasir. selain itu zat terlarut (yang akan dipisahkan) diproses diubah menjadi bentuk yang tak larut, lalu dipisahkan dari larutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan endapan: -
suhu
-
ph
-
efek garam
-
kompleksasi
-
derajat supersaturasi
-
sifat pelarut
(Husein H. Bahti. 1998.
Teknik Pemisahan Kimia dan Fisaka )
- Corong Pisah Untuk pelarut-pelarut yang lebih ringan dari air, dapat digunakan corong pemisah yang dimodifikasi, yang dirancang untuk menyederhanakan penyingkiran fase yang lebih ringan. Setelah keadaan seimbang, lapisan yang lebih ringan (misalcter) dan lapisan air, didesak keatas dengan memasukkan merkurium melalui kran pada dasar bulatan corong, dengan bantuan sebuah bola pembantu pengatur permulaan merkurium. - Ekstraksi Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi zat dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti eter kloroform, karbon tetraklorida dan karbon disulfida. Dalam industri, ekstraksi pelarut sering kali dilaksanakan, dimana tetesan pelarut yang lebih ringan bergerak ke atas melewati arus ke bawah lambat-lambat dari pelarut yang lebih berat. Penerapan teknik ini di tunjukan untuk mengekstrak DDT dan airke minyak. Ekstraksi arus lawan semacam itu sangat efisien karan pada ujung bawah tabung, pelarut yang telah kehilangan hamper semua zat terlarutnya di ekstrak oleh pelarut lain yang masih bersih. Diantar berbagai metode pemisahan ekstraksi merupakan metode yang yang paling baik baik dan paling popular, alas an utamanya karena metode ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Pemisah tidak memerlukan alat khusus atau canggih, melainkan hanya
memerlukan corong pisah. Pemisahan yang dilakukan sangat sederhana, bersi, cepat dan mudah. Sublimasi adalah diman suatu padatan diuapkan tanpa melalui peleburan dan hanya diembunkan uapnya dengan mendinginkannya, langsung kembali dalam keadaan padat. Syarat sublimasi : -
Padatan akan menyublin bila tekanan uapnya mencampai tekanan atmosfer di bawah titk lelehnya.
-
Secara teoritis setiap zat yang dapat didestilasikan tanpa tanpa terurai, dapat di sublimasikan pada suhu dan tewkanan yang cocok. Penggunaan sublimasi :
-
Terbatas pada pemisahan senyawa-senyawa Kristal mengaup dari senyawa-senyawa yang sukar menguap atau dari senyawa-senyawa senyawa-sen yawa yang menguap tapi tdak mengembun pada kondisi yang di gunakan.
-
Senayawa-senyawa prgani seperti : Naftalena, asam benzoate, asam salisilat, fosfor, sakarin, kafein, kinin dan lain-lain.
-
Senyawa-senyawa organic : I2, S, AS, AS 2O3 , klorida dari logam-logam Hg, Ag, Al dan sebagainya. Sublimasi yang terjadi sebenarnya hanya dapat terjadi jika tekanan uap parsial dari senyawa itu lebih rendah dari pada tekanan titik berkaki 3, misalnya pada naftalena yang mem[unyai titik berkaki 3 79 0 dan tenana keseimbangan 179 mm hg, jia di panaskan perlahan-lahandi bawah 1790 naftalena akan menguap tanpa meleleh terlebih dahulu dengan demikian penguapan akan berjalan terus sehingga padatan hilang. hilang.
IV.
METODOLOGI ALAT DAN BAHAN
4.1 Alat Dan Bahan 4.1.1 Alat-alat - Sendok - Gelas kimia 100 ml - Corong gelas - Tabung reaksi - Corong pisah - Cawan penguap - Batang pengaduk - Alat pemanas - Neraca akalitik
4.1.2 Bahan-bahan - Garam - Norit - Kapur tulis - Sirup - Naftalena - Pasir - Minyak goreng - Aquades - Kertas saring
4.2 Prosedur Percobaan 4.2.1 Dekantasi - Dimasukkan satu sendok pasir kedalam gelas kimia yang telah diisi air, pasir dibiarkan mengendap dan cairan yang ada dibagian atasnya dituang. 4.2.2 Filtrasi - Dimasukkan kapur tulis kedalam gelas kimia yang telah diisi air, diaduk, disaring dengan menggunakan kertas saring. 4.2.3 Kristalisasi - Dilarutkan 5 gram norit kedalam 10 ml aquades ditabung reaksi kemudian uapkan larutan hingga volumenya menjadi setengahnya, lalu dinginkan. 4.2.4 Sublimasi - Dimasukkan 2 gram naftalena yang tercemar dalam cawan penguap. Tutup cawan penguap dengan kertas saring yang telah dilubangi kecil-kecil dan tutup lagi dengan corong kaca dengan posisi terbalik dan lehernya disumbat kertas. 4.2.5 Ekstraksi - Dimasukkan air dan minyak goreng goreng kedalam corong pisah, kocok dan biarkan hingga kedua cairan tersebut memisah. DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, Ralph H dan seminar. se minar. 1987. Kimia Dasar . Jilid 1. Jakarta: Petrucci. 1996. Kimia Dasar . Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan Pemisahan. Fakultas Farmasi UGM: S, Syukri. 1991. Kimia dasar 1. ITB: Bandung. S, Syukri. 1999. Kimia Dasar 1 Dasar 1. ITB: Bandung.
Yogyakarta.
Erlangga.