PERCOBAAN I
PENAPISAN FITOKIMIAWI
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan cara penapisan fitokimia
2. Menganalisis golongan kimia tumbuhan
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Fitokimia
Cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai pertumbuhan dan
metabolisme tanaman, misalnya pengubahan unsur anorganik seperti
nitrogen, kalium, air dan karbon dioksida menjadi pati, gula, protein
dan sebagainya yang dibutuhkan oleh tanaman. Ilmu fitokimia secara
analisis merupakan penambahan secara sistematis tentang berbagai
senyawa kimia, terutama dari golongan senyawa organik yang terdapat
dalam tumbuhan, proses biosintesis, metabolisme dan perubahan-
perubahan lain yang terjadi pada senyawa kimia tersebut beserta
sebaran dan fungsi biologisnya.
(Rahway,
1960)
2. Penapisan Fitokimia (skrining fitokimia)
Penapisan fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
informasi awal golongan senyawa sehingga memudahkan proses
pengisolasiannya. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui apakah
suatu jenis tumbuhan tersebut potensial untuk dimanfaatkan. Metode-
metode dasar penapisan fitokimia harus memenuhi syarat-syarat
sederhana, cepat, limit deteksi rendah dan tegas.
(Harbone,
1977)
3. Metode Identifikasi
Identifikasi suatu kandungan tumbuhan, setelah kandungannya
diisolasi dan dimurnikan pertama-tama harus ditentukan dulu
golongannya kemudian baru ditentukan jenis senyawanya. Golongan
senyawa biasanya dapat ditentukan dengan uji warna, penentuan
kelarutan, bilangan Rf dan ciri spektrum UV. Identifikasi dengan X-ray
dapat menentukan struktur kimia dan stereokimianya.
(Harbone,
1977)
4. Alkaloid
1. Pengertian Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa organik yang mengandung nitrogen dari
tumbuhan murni, berupa senyawa heterolitik yang kopleks struktur dan
hampir semuanya mempunyai kereaktifan farmakologi yang hebat.
Setelah diekstraksi alkaloid bebas dapat diperoleh dengan pengolahan
lanjutan dengan basa dalam air. Berapi cincin lima/enam yang
mempunyai atom IV.
(Fessenden,
1999)
2. Sifat Alkaloid
Umumnya kristal padat (ada juga yang cair), memutar bidang
polarisasi clevo, larut air tetapi ada juga yang tidak larut,
bersifat basa N, pahit, membentuk endapan bila ditambahkan dengan
asam tamat dan fosfomolibdat yang merupakan cara pemisahan dan
pemurnian serta sebagai antidetum.
(Leswara,
2005)
3. Identifikasi Alkaloid
Identifikasi biasanya dilakukan dengan menggunakan larutan-larutan
pereaksi yang khas yang pada umumnya merupakan pereaksi-pereaksi
yang dapat membentuk endapan dengan alkaloid, misaknya pereaksi
Mayer dan pereaksi Dragendorff.
(Rahway,
1960)
5. Flavonoid
Flavonoid terdapat secara univesal pada tanaman sebagai kelompok
tunggal senyawa cincin oksigen yang terbesar. Terdapat dalam berbagai
warna pada jaringan tanaman dan retenoid misalnya, memiliki sifat
insektisidal, kerangka dasarnya terdapat pada flavon.
(Herbert,
1995)
1. Senyawa-senyawa flavonoid
Senyawa-senyawa polifenol yang empunyai 15 atom kabon, terdiri dari
2 cincin benzen yang dihubungkan menjadi 1 rantai oleh rantai linier
yang tediri dari 3 atom karbon.
Kerangka ini dapat ditulis sebagai cincin C6-C3-C6, jadi senyawa
flavonoid adalah senyawa 1,3 diarilpropana, senyawa isoflavonoid
adalah senyawa 1,2 biarilpropana, sedang senyawa neoflavonoid adalah
1,1 diarilpropana.
(Manitto,
1981)
2. Flavon
Flavon adalah bentuk yang mempunyai cincin C dengan tingkat oksidasi
yang paling rendah dan dianggap sebagai struktur induk dalam
nomenklatur kelompok senyawa-senyawa ini.
(Manitto,
1981)
3. Sifat kelarutan Flavonoid
Sifat fisika dan kimia senyawa flavonoid antara lain adalah larut
dalam air sedangkan dalam bentuk glikosida yang termetilasi larut
dalam eter. Sebagai glikosida ataupun aglikan senyawa flavonoid
tidak dapat lsrut dalam petroleum eter. Dari tumbuhan gllikosida
dapat ditarik dengan pelarut organik yang bersifat polar, misal :
metanol dan etanol.
(Rahway,
1960)
4. Identifikasi Flavonoid
Identifikasi dapat dilakukan dengan reaksi sianidin-wistater dimana
freaksi ini terutama akan diberikan oleh senyawa flavon, merah
sampai merah tua oleh flavanol atau flavonon dan warna hijau sampai
biru diberikan oleh aglikon dan glikosida.
Uji warna flavanon dan dihidroflavonol : uji shinoda (Mg/HCl).
Larutkan sedikit hablur flavonoid dalam ½ tetes EtOH, tambahkan
serbuk Mg dan 1 tetes HCl 5M. Flavonon menjadi warna merah
lembayung.
(Markham,
1988)
6. Saponin
Merupakan golongan senyawa glikosida. Sifat khas dari saporin adalah
bahwa apabila dikocok maka saponin menimbulkan busa. Saponin dapat
menimbulkan terjadinya hemolisis terhadap butir darah merah binatang
berdarah dingin. Saponin pada umumnya berasa pahit, larut dalam
pelarut organik seperti kloroform karena senyawa ini merupakan senyawa
glikosida maka hidrolisisnya menghasilkan aglikon dan bagian senyaa
gula.
(Rahway,
1960)
7. Tanin
1. Pengertian Tanin
Tanin adalah satu kelas substansi polisiklik yang terutama banyak
teradapat dalam daun teh, bayam yang dapat diekstrak dengan air dan
larutan alkalin. Warnanya kuning cokelat. Secara tradisional
digunakan dalam menyamak kulit. Tingginya zat-zat tersebut
menghambat penyerapan Fe.
Struktur :
(Asterik akan menjadi gelap bila Fe3+ ditambahkan)
(Linder, 1985)
2. Sifat Tanin
Tanin berbentuk amorf dan tidak dapat dikristalkan, dalam larutan
air membentuk larutan koloiadal, bereaksi dengan asam, dapat
membentuk ikatan silangyang stabil dengan protein dan binpolimer,
(Manitto,
1981)
3. Identifikasi Tanin
Dapat dilakukan dengan menggunakan larutan gelatin 1%, dikenali
dengan terbentuknya endapan.
(Rahway,
1960)
8. Kuinon
1. Pengertian Kuinon
Merupakan senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti
kromofor pada benzokuinon yang terdiri atas 2 guguskarbonil yang
berkonjugasi dengan R ikatan rangkap karbon.
(Manitto,
1981)
2. Sifat fisik dan kimia kuinon
Senyawa yang berbentuk kristal, berwarna kuning, mudah terbakar,
berbau tajam, beracun, dapat menyebabkan iritasi pada kulit, sedikit
larut dalam air dan larut dalam alkali, eter dan alkohol.
(Basri,
1996)
Sifat kimia kuinon adalah kecendrungannya untuk menambah nukleofil,
kuinon yang terbentuk dalam jumlah besar oleh mikroorgaanisme tanah.
(Manitto,
1981)
9. Terpen
2.9.1. Isopren
Isopren mulai diidentifikasi sebagai suatu produk dekomposisi termal
asal karet dan senyawa alam lainnya yang berbau harum, yang berat
molekulnya rendah.
(Herbert,
1995)
2.9.2. Pengertian Terpen
Terpena mempunyai defini awal sebagai hasil alam lain dengan rasio
karbon hidrogen 5-8. Kemudian diketahui terpen ini tersusun dari
senyawa-senyawa yang mengandung suatu gabungan kepala danekor dari
satuan isopren. Untuk menekankan hubungan ini terpen disebut
isoprenoid. Terpen dapat mengandung lebih dari satu satuan isoprena.
Molekulnya dapat berupa rantai terbukaatau siklik. Mengandung ikatan
rangkap, gugus hidroksil, gugus karbonil atau gugus yang lain.
(Fessenden,
1999)
2.9.3. Steroid / Triterpenoid
Kolesteerol merupakan steroid hewani yang terdapat paling meluas dan
dijumpai dalam hampir semua jaringan hewan. Kolesterol merupakan zat
antara yang diperlukan dalam biosintesis hormon steroid.
(5-kolesten-3 β-ol)
(Fessenden,
1999)
2.9.4. Identifikasi steroid dan triteparnoid
Suatu zat yang mengandung steroid akan meberikan hasil positif
berupa larutan berwarna hijau bila ditambah dengan CH3COOH dan akan
berwarna merah saat penambahan asam sulfat pekat.
(Linder, 1985)
10. Uji Identifikasi Saponin
Salah satu cara untuk mengidentifikasi saponin adalah dengan
mengocoknya kuat-kuat. Bila mengandung saponin maka akan menimbulkan
gelembung atau busa.
(Linder, 1985)
11. Uji Identifikasi Kuinon
Suatu zat yang mengandung kuinon akan memberikan hasil positif berupa
larutan berwarna kuning bila ditambah dengan NaOH.
(Linder, 1985)
12. Kencur
Kencur merupakan bahan organik, biasa digunakan atau dimanfaatkan oleh
masyarakat indonesia sebagai pelengkap bumbu dapur. Biasanya tumbuh di
ketinggian 25 m. biasa dimanfaatkan untuk melancarkan peredaran darah.
(Surasa,
1993)
13. Jurnal :
Pengasingan dan pemurnian flavonoid glycosides dari
Trollius ledebouri menggunakan chromatography counter-current
kecepatan tinggi yang terus meningkat berdasarkan laju alir
Tiga flavonoid glycosides (yang mencakup orientin, vitexin,
quercetin-3-O-neohesperidoside dan satu campuran yang tak dikenal)
diiisolasi dan dibersihkan oleh counter-current chromatography pada
kecepatan tinggi ( HSCCC) dan menggunakan Semi-preparative HPLC dari
Trollius ledebouri Reichb. Preparative HSCCC dengan suatu sistem bahan
pelarut berfasa ganda terdiri atas etil acetate–n-butanol–water (
2:1:3, v/v/v) adalah dilakukan dengan meningkatkan laju alir dari 1.5
sampai 2.5 ml/menit setelah 190 min. 95.8 mg orientin, 11.6 mg
vitexin, dan 9.3 campuran yang tak dikenal dengan pemurnian dari
diatas 97% dibersihkan dan kemudian ditambahan quercetin-3-
Oneohesperidoside (pada 85.1% kemurnian). Hasil yang dapat diperoleh
adalah 500 mg sari yang kasar (flavonoid glycosides).
(Yutian,
2005)
14. Analisa Bahan
1. Amonia (NH3)
Memiliki bau yang khas dan menusuk hidung, larut dalam air dan dalam
alcohol dan eter. Ammonia yang diperdagangkan mengandung 25%,
memilki BM = 39,05 g/mol,
e = 0,91 g/mol
(Daintith,
1994)
2. Kloroform
BM = 119,3 g/mol, diperoleh dengan mereaksikan Cl2 dengan
aseton/alkohol, bersifat volatil, densitas 1,484, C=18,05%,
H=0,84%, Cl = 89,10 %.
(Rahway,
1960)
3. HCl
Senyawa hidrogen dan khlorin, bersifat korosif, titik leleh :-14
dan titik didih : -850C, dapat mengiritasi kulit, reaktif, dan
merupakan asam kuat.
(Daintih, 1994)
4. Akuades (H2O)
Densitas 1 g/mol, BM : 18 g/mol, BP : 1000C, MP : 00C, tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa, merupakan basa lemah, larut
dalam alcohol dan eter, merupakan pelarut universal.
(Daintih, 1994)
5. NaOH
Kristal berwarna putih, menyerap air dan CO2 dari udara, larut
dalam air, alkohol, titik didih: 19390C dan titik leleh:3180C.
(Daintith,1994)
6. Pereaksi dragendorff
Dibuat dengan 2,54 g iodium dan 2 g KI dilarutkan dalam 10 ml H2O
dan diencerkan sampai 100 ml lalu ditimbang.
(Rahway, 1960)
7. Pereaksi Mayer
Mengandung 1,3 g K2(HgI4), dibuat dengan melarutkan KI dalam
larutan raksa (III) klorida dalam 100 ml air, dengan basa nitrogen
membentuk endapan putih sampai kuning.
(Rahway, 1960)
8. Mg
BA = 24,32 g/mol, valensi=2, logam putih silver, oksidasi berjalan
lambat diudara, td = 1100C, tl = 6150C, densitas = 1,738 g/mol
(Rahway, 1960)
9. H2SO4
Berbentuk kental dan tidak berwarna, merupakan asam kuat,asam
organik, Bersifat sebagai oksidator.
(Daintith, 1994)
10. Asam asetat anhidrat
Zat cair tanpa warna dan berbau sngit, asam organik lemah, disebut
juga asam cuka, membeku pada 290 K, BM = 60 g/mol, digunakan untuk
membuat selulosa asetat.
(Daintith, 1994)
11. Amiloalkohol
- Berbentuk cairan, jernih, dan tidak mudah menguap, larut dalam
air,
- Bersifat tidak korosif.
(Daintith, 1994)
12. FeCl3
- BM = 162,2 g/mol, higroskopis, berbentuk heksadentat,
- Larut dalam air, alkohol dan eter.
(Daintith, 1994)
13. Larutan gelatin
Larutan tidak berwarna, transparan, bersifat rapuh, larut dalam air
panas, gliserol dan asam asetat, tidak larut dalam pelarut organik.
(Rahway, 1960)
14. Natrium asetat
BM = 13,09 g/mol, larutan tidak berwarna, kristal transparan,
butiran putih, densitas = 1,45 g/ml, titil leleh 580C.
(Dainttith, 1994)
III. METODE PERCOBAAN
1. Alat
1. Kurs porselin 6. Gelas bekker
2. Corong gelas 7. Plat tetes
3. Pipet tetes 8. Bunsen
4. Gelas ukur 9. Kapas
5. Tabung reaksi
2. Bahan
1. Amonia 8. Serbuk Mg
2. Khloroform 9. Amiloalkohol
3. HCl 10. FeCl3
4. Pereaksi Dragendorff 11. Larutan gelatin
5. Pereaksi mayer 12. Pereaksi steasny
6. H2SO4 13. NaOH
7. Asam asetat anhidrat
3. Cara kerja
1. Uji alkaloid
Palembaban dengan 5 ml amonia 25 %
Penggerusan
Penambahan 20 ml kloroform
Penggerusan, penyaringan
Pengekstrasian dengan HCl sebanyak 2
kali
Penambahan reagen Penambahan pereaksi Mayer
dragendroff
2. Uji saponin
Pendidihan dalam 100 ml air selama 5 menit
Penyaringan dalam air panas
Pengocokan kuat secara vertikal
Pengamatan busa
Penambahan 1 tetes HCl 2N
3. Uji Flavonoid
Penambahan serbuk Mg
Penambahan 1 ml HCl pekat dan 2 ml
amilalkohol
Pengocokan kuat
Pendiaman, pengamatan
4. Uji kuinon
Pendidihan dalam 100 ml air selama 5 menit
Pendinginan dan penyaringan
Penambahan NaOH 1M
5. Uji tanin
Pendidihan dalam 100 ml air
selama 5 menit
Pendinginan dan penyaringan
Pembagian filtrat menjadi 3
Penambahan Penambahan gelatin Penjenuhan dengan
FeCl3 1% Penambahan pereaksi Na-asetat
Steasny Penambahan FeCl3 1%
6. Uji steroid atau terpenoid
Proses maserasi dengan 20 ml eter selama 2
jam
Penyaringan
Penguapan hingga kering
Penambahan 2 tetes asam asetat anhidrat
Penambahan 1 tetes H2SO4
Pengamatan warna
IV. DATA PENGAMATAN
"No "Perlakuan "Hasil "Ket "
"1 "Uji Alkaloid " " "
" "- 5 g ..... + 5 ml amonia 25% " " "
" "- Penggerusan " " "
" "- Penambahan 20 ml kloroform " " "
" "- penggerusan kuat-kuat " " "
" "- penyaringan " " "
" "- 10 ml larutan organik " " "
" "diekstraksi dengan HCl " " "
" "Filtrat I + pereaksi mayer " " "
" "Filtrat II + pereaksi " " "
" "diagendorff " " "
"2 "Uji Saponin " " "
" "5 g serbuk + 100 ml H2O " " "
" "Pemanasan " " "
" "Penyaringan " " "
" "Filtrat dikocok vertikal, " " "
" "pendinginan " " "
" "Penambahan HCl 2 N, pengamatan " " "
"3 "Uji flavonoid " " "
" "5 ml filtrat dari saponin + Mg " " "
" "Penambahan 1 ml HCl pekat " " "
" "Penambahan 2 ml amilalkohol " " "
" "Pengocokan, pendiaman " " "
" "Pengamatan " " "
"4 "Uji tanin " " "
" "10 g serbuk + 10 ml H2O, " " "
" "pendidihan " " "
" "Pendinginan " " "
" "Penyaringan " " "
" "Filtrat I + FeCl3 1% + gelatin " " "
" "Filtrat II + pereaksi steasny " " "
" "Filtrat III + FeCl3 1% + " " "
" "Na-asetat " " "
"5 "Uji kuinon " " "
" "1 g serbuk + 10 ml H2O, " " "
" "pendidihan " " "
" "Pendinginan " " "
" "Penyaringan " " "
" "Filtrat + NaOH 1N " " "
"6 "Uji steroid " " "
" "5 g serbuk + eter 20 ml, " " "
" "pendiaman " " "
" "Penyaringan " " "
" "Penguapan filtrat dalam cawan " " "
" "penguapan " " "
" "Residu + 2 tetes asam asetat " " "
" "anhidrat " " "
" "Penambahan H2SO4 pekat 1 tetes " " "
V. HIPOTESA
Pada percobaan penapisan fitokimiawi bertujuan untuk menentukan cara
penapisan fitokimiawi dan menganalisis golongan kimia tumbuhan. Prinsip
yang digunakan adalah analisis golongan kimia tumbuhan dengan uji-uji
spesifik dengan cara menambahkan reagen yang memberikan reaksi positif
terhadap golongan kimi dari tanaman kencur Metode yang digunakan adalah
dengan cara penambahan reagen yang memberikan reaksi positif terhadap
golongan kimia dari tanaman kencur. jika mengandung alkaloid jika
ditambah pereaksi dragendorff menghasilkan warna merah bata dan dengan
pereaksi mayer menghasilkan endapan putih. Mengandung saponin akan
menghasilkan gelembung atau buih yang stabil. Jika mengandung flavonoid
akan mengandung 2 lapisan larutan jenuh. Jika mengandung tanin
menghasilkan warna larutan hijau pupus. Jika mengandung tanin kateloat
enghasilkan larutan merah bata dan endapan putih, dan bila mengandung
tanin galat menghasilkan larutan hitam dan endapan putih. Jika mengandung
kuinon menghasilkan larutan biru saat penambahan CH3COOH anhidrat dan
larutan merah saat penambahan H2SO4 pekat.
Semarang, 26
Oktober 2009
Mengetahui,
Asisten
Praktikan
Nuning Setyowati
Didi Sutardi
J2C006038
J2C006019
VI. PEMBAHASAN
Percobaan Penapisan Fitokimiawi bertujuan untuk menentukan cara
penapisan fitokimi dan menganalisis golongan kimia tumbuhan. Prinsip yang
mendasari percobaan ini adalah analisis golongan kimia tumbuhan dengan
ujji-uji spesifik. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah
dengan penambahan reagen-reagen yang memberikam reaksi positif terhadap
golongan kimia dari tanaman. Penapisan fitokimia dalam percobaan ini
digunakan pada golongan kimia sekunder dari tumbuhan yaitu alkaloid,
saponin, flavonoid, tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid. Karena
golongan kimia ini yang merupakan senyawa aktif dan dapat digunakan
sebagai obat. Simplisia yang digunakan adalah kencur. Simplisia kencur
sebelum digunakan di iris-iris terlebih dahulu hingga halus. Hal ini
dilakukan agar kencur memiliki luas permukaan yang besar sehingga
sehingga mempermudah reaksi terhadap penambahan reagen. Kencur diangin-
anginkan agar zat-zat pengotor atau kandungan H2O hilang. Karena jika
masih banyak terkandung H2O maka golongan kimia (yaitu alkaloid, saponin,
flavonoid, tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid) yang terkandung dalam
kencur akan sedikit. Karena terikat oleh zat-zat pengotor H2O tersebut.
6.1. Uji Alkaloid
Uji alkaloid bertujuan untuk mengetahui apakah pada simplisia kencur
mengandung golongan senyawa alkaloid. Alkaloid merupakan senyawa nitrogen
heterosiklik vyang bersifat polar, sedikitnya mengandung sebuah N dalam
cincin.
Kencur yang sudah dihaluskan dilarutkan dalam ammonia, yang bertujuan
untuk melarutkan senyawa alkaloid agar dapat terpisah dari simplisia.
Alkaloid yang bersifat polar akan larut dalam amonia yang juga bersifat
polar. Hal ini sesuai dengan prinsip "like dissolve like". Amonia digunakan
sebagai pelarut karena amonia mangandung atom N dimana alkaloid juga
mengandung atom N sehingga kelarutannnya menjadi lebih besar. Selain itu,
amonia juga berfungsi untuk memutus ikatan glikosida pada alkaloid. Ikatan
glikosida adalah ikatan karbon dioksida (1 karbon dalam atom) dimana 1
karbon terikat pada 2 gugus OR dan cara pemutusan ikatan glikosida adalah
dengan penambahan ammonia dimana H dari NH3 akan masuk menggantikan R pada
OR.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
(Fessenden,
1999)
Kloroform berfungsi untuk melarutkan ikatan glikosida yang terputus
akibat penambahan ammonia. Prinsip yang mendasari adalah "like dissolve
like". Karena sifat kloroform yang semipolar, selain bisa melarutkan
senyawa polar kloroform juga bisa melarutkan senyawa non polar seperti
glikosida.
Penyaringan digunakan untuk memisahkan filtrat yang mengandung
alkaloid dari residunya. Filtrat yang diperoleh kemudian ditambah dengan
HCl yang bertujuan unttuk membentuk garam ammonium R3NH+Cl-.
Reaksi yang terjadi :
R3N + HCl R3NH+Cl-
Alkaloid garam amonia
(Fessenden,
1999)
Penambaahan HCl dilakukan dengan proses ekstraksi agar alkaloid dapat
terdistribusi secara optimal dalam larutan HCl yang bersifat polar.
Ekstraksi dilakukan sebanyak 2 kali agar alkaloid terdistribusi sepenuhnya
pada HCl. Pada proses ekstraksi diperoleh 2 lapisan, lapisan atas merupakan
lapisan HCl dengan senyawa organik bersifat polar (alkaloid) dan lapisan
bawah merupakan kloroform. Lapisan kloroform berada dibawah karena memiliki
berat jenis (yaitu 1,484 g/mL) lebih besar dari pada HCl (yaitu 1,268 gmL)
(Markham,
1988)
Filtrat (lapisan HCl) diambil untuk diuji kandungan alkaloidnya,
karena diperkirakan golongan alkaloid banyak terdapat didalam lapisan HCl.
Filtrat tersebut dibagi menjadi 2 bagian untuk diuji kandungan alkaloidnya.
Filtrat pertama ditambahkan pereaksi Dragendroff yang mengandung ion Bi3+
dan HI, dimana uji positif jika terbentuk endapan merah bata.
Reaksinya :
R3N + Bi3+ + H+ + 4I- R3N.HBiI4
Alkaloid
endapan merah bata
(Harbone, 1977)
Filtrat kedua ditambahkan dengan pereaksi mayer yang mengandung Hg2+ dan
KI. Uji positif jika terbentuk putih.
Reaksinya :
R3N + Hg2+ + 2K+ + 4I- R3N.K2H3I4
Alkaloid
endapan putih
(Harbone, 1977)
Berdasarkan hasil percobaan, filtrat I dan II tidak mengalami
perubahan dan warna larutan tetap bening keruh. Hal ini menunjukan bahwa
senyawa alkaloid tidak terkandung dalam kencur. Dengan kata lain uji ini
menghasilkan uji negatif pada kencur.
6.2. Uji Saponin
Uji saponin bertujuan untuk mengetahui adanya saponin yang terkandung
pada simplisia kencur. Saponin merupakan suatu glikosida dengan gugus
hidroksil pada molekulnya dengan rumus C32H18O7. Saponin mempunyai sifat
seperti sabun, dimana ketika dilarutkan dalam air akan terbentuk busa atau
buih. Metode pengujian saponin dilakukan dengan mendidihkan kencur yang
telah dihaluskan ke dalam air. Tujuan pendidihan ini adalah untuk
memperbesar kelarutan saponin dalam air.
Penyaringan dilakukan dalam keadaan panas, hal ini dilakukan agar
kandungan saponin tidak berkurang bila suhu menurun. Penyaringan ini
bertujuan untuk memisahkan saponin dari simplisia dan senyawa lain yang
terkandung didalamnya seperti alkaloid, steroid, flavonoid. Filtrat yang
dihasilkan kemudian dikocok secara vertikal hingga terbentuk busa. Hal ini
disebabkan saponin merupakan senyawa yang bersifat seperti sabun, dimana
memiliki gugus hidrofil dan hidrofob yang dapat bertindak sebagai permukaan
aktif dalam pembentukan busa.
Uji positif untuk saponin adalah dengan terbentuknya busa yang stabil.
Saponin dapat larut dalam air karena adanya gugus hidrofil (OH) yang dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air.
(Fessenden, 1999)
Penambahan HCl dilakukan untuk menguji kestabilan busa. Penambahan HCl
dilakukan dalam jumlah yang sedikit karena apabila ditambahkan dalam jumlah
yang banyak dapat menurunkan permukaan aktif sabun.
Dalam percobaan ini memberikan hasil yang negatif karena tidak
terbentuknya busa atau buih pada larutan tersebut. Larutan tersebut hanya
menghasilkan larutan keruh. Hal ini menunjukan bahwa didalam kencur tidak
mengandung saponin, hal ini mungkin disebabkan karena masih terkandung zat
pengotor/air pada lapisan kencur.
6.3. Uji flavonoid
Uji flavonoid bertujuan untuk mengetahui adanya flavonoid dalam
simplisia kencur. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom
kuinon, terdiri dari 2 cincin benzena yang dihubungkan menjadi rantai
linear yang terdiri dari 3 atom karbon. Penentuan uji flavonoid dilakukan
dengan menambahkan serbuk Mg dan larutan HCl pada filtrat saponin. Pada
proses penambahan ini terjadi reaksi eksoterm yaitu reaksi yang melepaskan
panas yang ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung gas dan
pelepasan kalor pada permukaan tabung reaksi. Gelembung gas yang terbentuk
ini adalah gas H2.
Reaksi yang terjadi :
Mg + 2HCl Mg2+ + 2Cl- + H2
(Markham, 1988)
Produk yang dihasilkan pada reaksi diatas adalah MgCl2 dan H2. Dimana MgCl2
berada dalam kesetimbangan. Reaksi :
MgCl2 (aq) MgCl+ (aq) + Cl- (aq)
(Markham, 1988)
MgCl+ akan bereaksi dengan gugus karbonil pada flavon yang mengalami
resonansi, sehingga akan terbentuk ikatan baru yaitu pelepasan ikatan
rangkap dan pembentukan gugus hidroksil.
Reaksi yang terjadi :
(Markham, 1988)
Reaksi yang terjadi merupakan pembentukan ikatan baru dimana adanya MgCl+
mampu melarutkan flavon sehingga flavonoid dapat dipisahkan dari golongan
kimia lain. Penambahan amilalkohol berfungsi untuk melarutkan flvonoid. Hal
ini disebabkan flavonoid merupakan senyawa polar sehingga amilalkohol yang
juga bersifat polar mampu memisahkan flavonoid dari senyawa-senyawa yang
bersifat non polar, misalnya kuinon.
Larutan dikocok dengan tujuan untuk memperbesar distribusi flavonoid
ke dalam amilalkohol. Uji positif untuk flavonoid adalah terbentuknya
larutan berwarna merah lembayung.
Setelah dikocok, terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas berwarna keruh dan
lapisan bawah bening. Hal ini menunjukan bahwa didalam kencur tidak
mengandung flavonoid, hal ini mungkin disebabkan karena masih terkandung
zat pengotor/air pada lapisan kencur.
6.4. Uji Tanin
Uji tanin bertujuan untuk adanya tanin dalam simplisia kencur. Tanin
merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksi (turunan benzena) yang
dapat larut dalam air karena adanya ikatan hidrogen antara gugus hidroksil
yang dimiliki tanin dengan molekul air. Oleh karena itu penentuan tanin
pada kencur dilakukan dengan penambahan air pada kencur kemudian didihkan.
Tanin yang bersifat polar akan larut dalam air yang bersifat polar, hal ini
sesuai dengan prinsip "like dissolve like". Kelarutan tanin yang tinggi
terjadi dalam keadaan panas karena alasan inilah maka dilakukan proses
pendidihan agar tanin yang terlarut semakin banyak. Selain itu proses
pendidihan juga berfungsi untuk memecah ikatan-ikatan pada tanin sehingga
dihasilkan bentuk monomer-monomer tanin bebas. Kemudian dilakukan
pendinginan untuk mengendapkan senyawa-senyawa pengotor yang tidak larut
pada suhu rendah, misalnya saponin. Selanjutnya adalah penyaringan yang
bertujuan untuk memisahkan tanin dari simplisia dan senyawa lain yang
terkandung didalamnya seperti alkaloid, steroid, flavonoid.
Larutan/filttrat dibagi menjadi 3 bagian.
Filtrat pertama ditambahkan FeCl3 1%. Penambahan FeCl3 berfungsi
sebagai sumber atom pusat, dimana tanin merupakan ligan yang membutuhkan
atom pusat untuk membentuk kompleks yang stabil, sehingga terbentuklah
kompleks antara atom pusat Fe3+ dengan ligan tanin. Uji positif yaitu
terbentuk larutan berwarna cokelat kehitaman.
Reaksi yang terjadi :
Kompleks warna (cokelat kehitaman)
(Markham, 1988)
Dari percobaan menunjukan hasil negatif karena larutan tetap berwarna
kuning. Hal ini menunjukan bahwa didalam kencur tidak mengandung tanin, hal
ini mungkin disebabkan karena masih terkandung zat pengotor/air pada
lapisan kencur.
Filtrat kedua ditambahkan dengan gelatin dan pereaksi steasny, untuk
mengujji keberadaan tanin katekat.Tanin katekat merupakan kelompok tanin
yang tidak dapat terhidrolisis dan merupakan polimer kondensasi katekin.
Uji positif adalah terbentuk endapan putih.
Pada perobaan ini, setelah larutan ekstrak ditambahkan gelatin tidak
terjadi perubahan apa-apa, yaitu larutan tetap berwarna kuning. Penambahan
gelatin berfungsi untuk menunjukan adanya keberadaan tanin tertentu yaitu
tanin katekat. Kemudian ditambahkan pereaksi steasny. Pereaksi steasny akan
menunjukan keberadaan tanin katekat tanpa tanin dibentuk terlebih dahulu
menjadi senyawa kompleks dengan Fe3+ tetapi dalam percobaan ini menunjukan
uji negatif karena larutan tetap berwarna kuning. Hal ini menunjukan bahwa
didalam kencur tidak mengandung tanin katekat, hal ini mungkin disebabkan
karena masih terkandung zat pengotor/air pada lapisan kencur.
Filtrat ketiga, ditambahkan dengan Na-asetat dari FeCl3 untuk
mengetahui keberadaan tanin galat pada simplisia kencur. Tanin galat
merupakan kelompok tanin yang dapat terhidrolisis menghasilkan asam galat.
Uji positif adalah terbentuk warna hitam pada larutan tersebut.
Penambahan Na-asetat bertujuan untuk mengikat molekul air sehingga larutan
menjadi lebih jenuh dan dilanjutkan dengan penambahan FeCl3 untuk membentuk
kompleks dengan atom pusat Fe3+ dari FeCl3 dan ligan tanin. Hasil percobaan
ini menunjukan uji negatif karena larutan tetap berwarna kuning. Hal ini
menunjukan bahwa didalam kencur tidak mengandung tanin galat, hal ini
mungkin disebabkan karena masih terkandung zat pengotor/air pada lapisan
kencur.
6.5. Uji Kuinon
Uji kuinon bertujuan untuk mengetahui adanya kuinon dalam simplisia
kencur. Kuinon merupakan senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar
seperti kromofor pada benzakuionon yang terdiri dari 2 gugus karbonil yang
berkonjugaasi dengan R ikatan rangkap karbon.
Penentuan adanya kuinon dilakukan dengan mendidihkan kencur dalam air.
Pendidihan berfungsi untuk memperbesar kelarutan kuinon dalam air.
Selanjutnya dilakukan pendinginan pada temperatur kamar yang bertujuan
untuk mengendapkan pengotor (misalnya alkaloid, saponin dan kuinon) yang
tidak larut pada suhu rendah. Setelah itu larutan disaring untuk memisahkan
residu kencur dari filtrat yang diperkirakan terdapat kuinon.
Filtrat hasil penyaringan ditambahkan NaOH. Penambahan NaOH berfungsi
untuk mendeprotonasi gugus fenol pada kuinon sehingga terbentuk ion enolat.
Ion enolat tersebut akan mampu mengadakan resonansi antar elektron pada
ikatan rangkap π, karena terjadinya resonansi ini ion enolat dapat menyerap
cahaya tertentu dan memantulkan warna.
Reaksi pembentukan enolat:
(Fessenden, 1999)
Uji positif terhadap keberadaan kuinon yaitu jika larutan memberikan warna
merah. Pada percobaan ini terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas bening
dan lapisan bawah berwarna kuning keruh. Hal ini menunjukan bahwa pada
percobaan ini menghasilkan uji negatif, karena tidak menghasilkan larutan
berwarna merah. Hal ini menunjukan bahwa didalam kencur tidak mengandung
senyawa kuinon, hal ini mungkin disebabkan karena masih terkandung zat
pengotor/air pada lapisan kencur.
6.6. Uji steroid/triterpenoid
Uji steroid/triterpenoid bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan
steroid/triterpenoid pada simplisia kencur. Tahap pertama yang dilakukan
adalah maserasi terhadap kencur halus ke dalam eter selama 1 jam. Maserasi
merupakan proses perendaman selama beberapa waktu agar zat
(steroid/triterpenoid) yang terkandung dalam simplisia kencur dapat keluar
atau terekstrak. Maserasi dilakukan selama 1 jam karena waktu 1 jam adalah
waktu yang optimum untuk mengeluarkan atau mengekstrak steroid/triterpenoid
yang terkandung dalam simplisia. Pelarut yang digunakan adalah eter yang
bersifat nonpolar karena steroid merupakan senyawa organik yang memiliki
sifat nonpolar sehingga steroid dapat larut dalam pelarut nonpolar seperti
eter.
Larutan yang telah dimaserasi kemudian disaring dengan tujuan untuk
memisahkan residu kencur dari filtrat. Filtrat yang diperoleh kemudian
diuapkan. Penguapan berfungsi untuk menghilangkan pelarut eter yang tersisa
pada filtrat. Residu yang diperoleh dari penguapan kemudian ditambah dengan
asam asetat anhidrat dimana asam asetat anhidrat akan bereaksi dengan
steroid melalui reaksi asetilasi menghasilkan kompleks asetil steroid.
Reaksi yang terjadi :
(Fessenden,
1999)
Penambahan H2SO4 pekat bertujuan untuk mendekstruksi kompleks asetil
steroid. H2SO4 pekat lebih bersifat reaktif jika bereaksi dengan steroid
dibandingkan dengan asam asetat anhidrat. Hal ini dikarenakan kemampuan
H2SO4 yang lebih mudah masuk mengatasi efek sterik yang besar dari molekul
steroid sehingga senyawa kompleks yang dihasilkan lebih stabil dari
kompleks asetil steroid.
Uji positif terhadap steroid adalah jika terbentuk larutan berwarna
biru. Sedangkan uji positif terhadap triterpenoid adalah jika terbentuk
kristal/endapan berwarna merah kecoklatan.
Pada percobaan ini menghasilkan kristal/endapan berwarna merah
kecoklatan. Hal ini menunjukan bahwa kencur mengandung triterpenoid.
VII. KESIMPULAN
1. Penentuan kandungan senyawa kimia dalam tumbuhan dilakukan dengan
penapisan kimia dalam suatu simplisia.
2. Analisis golongan kimia tumbuhan dengan uji spesifik terhadap
alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, kuinon, dan steroid/triterpenoid.
3. Pada simplisia kencur mengandung senyawa kimia golongan triterpenoid
yaitu ditandai dengan terbentuknya endapan merah kecoklatan.
4. Alkaloid, tanin, flavonoid, saponin dan kuinon tidak ditemukan dalam
kencur (memberikan hasil yang negatif).
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Basri, 1996, Kamus Kimia, PT Rineka Cipta, Jakarta
Budavani, 1989, The Merck Index, Thr Merck Index Co, USA
Daintith, 1994, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta
Fessenden, 1999, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta
Harbone, 1977, Progress in Photochemistry, Pergamon Press, Oxford
Herbert, 1995, The Biosynthesis of Secondary Metabolites, Chapman and
Hall, London
Leswara, 2005, Buku ajar Kimia Organik, Ari Cipta, Jakarta
Linder, 1985, Nutritional Biochemistry and Metabolism, Elsevier Science
Publishing Company Inc, New York
Manitto, 1981, Biosintesis Produk alami, IKIP Semarang Press, Semarang
Markham, 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, ITB Press, Bandung
Rahway, 1960, The Merk Index : An Encyclopedia of Chemical Drugs and
Biologicals, Merk Index Co Ink, New Jersey
Yutian, 2005, Pharmaceutical Metabolite Research, School of Pharmacy
Second Military Medical University, Shanghai, China
Semarang, 16
November 2009
Mengetahui,
Asisten
Praktikan
Nuning Setyowati
Didi Sutardi
J2C006038
J2C006019
ABSTRAK
Pada percobaan penapisan fitokimiawi bertujuan untuk menentukan cara
penapisan fitokimiawi dan menganalisis golongan kimia tumbuhan. Prinsip
yang digunakan adalah analisis golongan kimia tumbuhan dengan uji-uji
spesifik. Metode yang digunakan adalah dengan cara penambahan reagen yang
memberikan reaksi positif terhadap golongan kimia dari tanaman. Simplisia
yang digunakan pada percobaan ini adalah kencur. Hasil dari percobaan ini
yaitu alkaloid, tanin, flavonoid, saponin dan kuinon tidak ditemukan
dalam kencur (memberikan hasil yang negatif). Triterpenoid ditemukan
dalam kencur. Uji triterpenoid pada kencur menunjukan uji positif yaitu
ditandai dengan terbentuknya endapan merah kecoklatan. Dengan demikian
kencur hanya mengandung triterpenoid.
HIPOTESA
Pada percobaan penapisan fitokimiawi bertujuan untuk menentukan cara
penapisan fitokimiawi dan menganalisis golongan kimia tumbuhan. Prinsip
yang digunakan adalah analisis golongan kimia tumbuhan dengan uji-uji
spesifik dengan cara menambahkan reagen yang memberikan reaksi positif
terhadap golongan kimi dari tanaman kencur Metode yang digunakan adalah
dengan cara penambahan reagen yang memberikan reaksi positif terhadap
golongan kimia dari tanaman kencur. Uji positif pada alkaloid pada
penambahan pereaksi dragendorff yaitu menghasilkan warna merah bata dan
dengan pereaksi mayer menghasilkan endapan putih. Uji positif pada
saponin yaitu menghasilkan gelembung atau buih yang stabil. Uji positif
pada flavonoid yaitu membentuk 2 lapisan larutan jenuh dan larutan merah
lembayung. Uji positif pada tanin yaitu menghasilkan warna cokelat
kehitaman, jika mengandung tanin katekat enghasilkan larutan merah bata
dan endapan putih, dan bila mengandung tanin galat menghasilkan larutan
hitam dan endapan putih. Uji positif kuinon yaitu menghasilkan larutan
berwarna merah. Uji positif pada steroid yaitu menghasilkan larutan
berwarna biru dan Uji positif pada triterpenoid yaitu menghasilkan
kristal/endapan merah kecoklatan.
-----------------------
5 g serbuk kencur
Kurs porselin
10 ml Filtrat
Corong pisah
Residu
Lapisan HCl
Lapisan kloroform
5 ml lapisan HCl
Tabung reaksi
5 ml lapisan HCl
Tabung reaksi
Hasil
Hasil
5 g serbuk kencur
Gelas bekker
Residu
10 ml Filtrat
Corong pisah
Hasil
5 ml filtrat dari saponin
Tabung reaksi
Hasil
1 g serbuk
Gelas bekker
Filtrat
Residu
Hasil
10 g serbuk
Gelas bekker
Filtrat
Residu
Hasil
Hasil
Hasil
Hasil
Hasil
Hasil
5 g serbuk
Gelas bekker
5 ml Filtrat
Residu
Residu
Hasil