Puskesmas ............................... dr. ................................ NIP. ....................................
Malang 1. Pengertian
2. Tujuan 3. Kebijakan 4. Prosedur
Prosedur penanganan penyakit zoonosis parasiter yang disebabkan oleh cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia ( Taenia saginata, Taenia solium, dan Taenia asiatica) pada manusia. Menangani Taeniasis Sebagai pedoman menangani Taeniasis 1. Anamnesa Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak khas. Sebagian kasus tidak menunjukkan gejala (asimptomatis). Gejala klinis dapat timbul sebagai akibat iritasi mukosa usus atau toksin yang dihasilkan d ihasilkan cacing. Gejala tersebut antara lain: 1. Rasa tidak enak pada lambung 2. Mual 3. Badan lemah 4. Berat badan menurun 5. Nafsu makan menurun 6. Sakit kepala 7. Konstipasi 8. Pusing 9. Pruritus ani 10. Diare
Faktor Risiko 1. Mengkonsumsi daging yang dimasak setengah matang/mentah, dan mengandung larva sistiserkosis. 2. Higiene yang rendah dalam pengolahan makanan bersumber daging. 3. Ternak yang tidak dijaga kebersihan kandang dan makanannya. 2. Pemeriksaan fisik Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan tanda vital.
2. Pemeriksaan generalis: nyeri ulu hati, ileus j uga dapat terjadi jika cacing membuat obstruksi usus. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium mikroskopik dengan menemukan telur dalam spesimen tinja segar. 2. Secara makroskopik dengan menemukan proglotid pada tinja. 3. Pemeriksaan laboratorium darah tepi: dapat di temukan eosinofilia, leukositosis, LED meningkat.
5. Referensi 6. Unit Terkait
3. Penegakan diagnosa: Penanganan Taeniasis Penegakan Diagnostik (Assessment) Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis Banding:Komplikasi: Sistiserkosis 4. Tatalaksana a. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, antara lain: Mengolah daging sampai matang dan menjaga kebersihan hewan ternak. Menggunakan jamban keluarga. b. Farmakologi: Pemberian albendazol menjadi terapi pilihan saat ini dengan dosis 400 mg, 1-2 x sehari, selama 3 hari, atau Mebendazol 100 mg, 3 x sehari, selama 2 atau 4 minggu. Buku Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi I tahun 2013 UGD, Rawat Jalan, Rawat Inap