MODULPRAKTIKUM
A. PENDAHULUAN Penelitian membuktikan bahwa dokter yang dapat memperlihatkan hubungan interpersonal yang efektif dan mampu berkomunikasi dengan baik, berhubungan erat dengan kesembuhan dan peningkatan kesehatan pasien. Sebaliknya keterampilan berkomunikasi dokter yang kurang baik atau kurang efektif berhubungan dengan terjadinya kesalahan medikserta meningkatkan terjadinya tuntutan malpraktek.(Kristina malpraktek.(Kristina TN, PurwantiA, Utari A, Adespin DA. 2014) Kesalahan yang banyak terjadi dalam praktek dokter adalah kegagalan di dalam komunikasi. Seringkali dokter dokter gagal memahami pasien serta masalah-masalah lain yang yang dialaminya yang mungkin berhubungan dengan penyakitnya. Kegagalan ini akan berdampak pada proses penanganan pasien selanjutnya. Pasien akan menjadi kehilangan semangat, ketaatan, serta kepercayaan kepada dokter. Hal tersebut juga akan mengakibatkan pengobatan menjadi tidak efektif sehingga menimbulkan kekecewaan bagi ke 2 belah pihak. Keberhasilan dokter dalam berkomunikasi adalah langkah awal keberhasilan dalam penanganan pasien. (Kristina TN, PurwantiA, Utari A, Adespin DA. 2014) Respon pasien sangat ditentukan oleh jalinan komunikasi efektif dokter-pasien yang
Blok Belajar, Humaniora dan Etika (BHE) adalah blok pertama pada tahun 1 Fase 1 tentang General Education. Education. Materi empati dan komunikasi komunikasi dibelajarkan dibelajarkan pada mahasiswa semester 1 FK UMM pada blok BHE. Pembelajaran empati dalam komunikasi di blok BHE ini merupakan manifestasi pendidikan humaniora bagi mahasiswa kedokteran. Seting tempat dan klien menggunakan non klinis karena sebagai tahap awal pendidikan empati. Tahap lanjut pendidikan empati berupa “breaking “breaking bad news” news ” dilakukan di semester 7 tepatnya di blok IPE.
TUJUAN BELAJAR
TUJUAN UMUM
Para mahasiswa dapat mencapai pengetahuan dan keterampilan dasar tentang empati, kompetensi dokter, dasar komunikasi dan etika kedokteran. Kemudian, mahasiswa mampu menerapkan pengetahuan ini sebagai ilmu dasar untuk mempelajari lebih lanjut tentang masalah-masalah kesehatan sesuai etika dan hukum yang berlaku dengan mempertimbangkan
12. Memahami profesi dokter sesuai dengan etika kedokteran dan keislaman 13. Mendengarkan dengan aktif untuk menggali permasalahan kesehatan secara holistik dan komprehensif 14. Menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan spiritual klien dan keluarga 15. Mampu memahami komunikasi sesama manusiaterutama dari kerangka rujukan ilmuilmu perilaku (psikologi dan sosiologi) dan komunikasi. 16. Mampu memahami kepentingan pendekatan yang bersifat komprehensif atau holistik sebagai dasar komunikasi. 17. Mampu memahami peranan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi mutu komunikasi 18. Mampu menerapkan berbagai teknik pemberian informasi kepada klien 19. Mempraktekkan ketrampilan belajar sepanjang hayat 20. Menunjukkan karakter profesional sebagai dokter yang baik
Dalam upaya mencapai terpenuhinya kemampuan di atas, maka dilakukan pemantapan mengenai pokok bahasan : Nilai dan sistem nilai; Moral, etik dan perilaku; Empati dalam
i. Meningkatkan interaksi (berkomunikasi berlandaskan empati) dan berdiskusi dengan benar ii. Melakukan sharing (bertukar pendapat) atau memperoleh ilmu pengetahuan baru iii. Melatih kerjasama dalam kelompok untuk membuat laporan
Self expe xper ienc ience ememperoleh pengalaman sendiri dan berkomunikasi b. Self berlandaskan empati dengan : i. Melakukan sendiri kegiatan mendengar aktif dan menerapkan langkahlangkah komunikasi di kelompok dengan bimbingan tutor ii. Melakukan praktek lapangan untuk melakukan wawancara dengan klien atau keluarganya serta kunjungan ke panti asuhan, klinik, panti jompo, YPAC, SLB, RS atau fasilitas kesehatan lainnya. Hasil praktek lapangan dilaporkan secara tertulis dan direkam oleh kelompok, serta dibahas dalam pleno. i.
Kriteria inklusi klien = Belum pernah diwawancarai sebelumnya
c. Pleno : membahas hasil praktek lapangan , wakil masing-masing masi ng-masing kelompok
Evaluasi hasil pembelajaran :
1. Observasi berkesinambungan oleh tutor a. Penilaian meliputi kehadiran tiap mahasiswa dan penilaian role play berdasarkan check list oleh tutor (formatif). 2. Laporan kelompok a. Merupakan laporan hasil praktek lapangan/kunjungan ke berbagai tempat yang berkaitan dengan kesehatan. 3. Penilaian berdasarkan checklist komunikasi berlandaskan empati a. Dilakukan oleh tutor dan pimpinan instansi saat praktek lapangan dan atau berdasarkan video rekaman mahasiswa.
Evaluasi program
1. Lembar penilaian terhadap tutor diisi oleh mahasiswa di akhir blok 2. Kuesioner diisi oleh setiap mahasiswa pada akhir blok
B. TATA TERTIB, TUGAS TUTOR
Modul harus sudah dibagikan seminggu sebelumnya untuk dipelajari oleh mahasiswa
TATA TERTIB TUTOR
1. Hadir tepat waktu, mengisi daftar hadir dan mengambil berkas yang diperlukan di admin 2. Tidak meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung sesuai jadwal 3. Setelah selesai kegiatan mengembalikan berkas ke admin 4. Apabila terpaksa tidak dapat bertugas agar memberitahu sehari sebelumnya ke admin
TUGAS TUTOR
C. TATA CARA KEGIATAN
MEKANISME PERTEMUAN = Pertemuan 1-2 = diskusi + role play (kasus empatik dan non empatik, setting tempat bervariasi mulai panti asuhan atau lainnya) Pertemuan 3-4 = presentasi hasil + perbaikan laporan •
•
KULIAH INTERAKTIF (PENGANTAR)
1. Kuliah dilakukan sesuai tujuan, materi dan alokasi waktu 2. Kuliah dilakukan secara interaktif dengan menitikberatkan agar mahasiswa belajar aktif mandiri. Mahasiswa selain mendengarkan, aktif membuat catatan dalam buku catatan mahasiswa, diberi kesempatan mengutarakan pendapat, bersikap kritis, dan bertanya langsung untuk memperoleh kejelasan
10. Setiap anggota kelompok wajib menunjukkan sikap saling menghargai serta memberi kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan pendapat, tidak ada dominasi individu dalam kelompok 11. Tutor mengisi formulir kehadiran kelompok 12. Mahasiswa mengisi lembar evaluasi peran dan fungsi tutor
ROLE PLAY
1. Kelompok membagi diri masing-masing 3 orang yang mengambil posisi duduk saling berhadapan, kemudian seseorang berbicara/bercerita tentang masalahnya sebagai pasien selama 5 menit, seseorang
mendengarkan (boleh bertanya) sambil
berkomunikasi secara empatik sebagai dokter dan seorang lagi mengamati sebagai pengamat. Setiap peran diberikan panduan oleh fasilitator. Peran dokter: bersikap sebagai dokter sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada bermain peran. Peran
PLENO
1. Pleno dibagi menjadi 2 grup (A dan B), masing-masing di ruangan berbeda 2. Setiap pleno dipimpin oleh 4 orang tutor yang bertindak sebagai narasumber dan perwakilan kelompok sebagai moderator. 3. Pleno dapat membahas hasil laporan kelompok dan hasil video rekaman praktek lapangan 4. Beberapa Kelompok yang terpilih secara acak, bergiliran mempresentasikan la poran hasil kegiatan dan menayangkan video rekaman praktek lapangan, kelompok lainnya diberi kesempatan untuk bertanya atau memberi komentar 5. Narasumber memberikan asupan bila diperlukan 6. Di akhir pleno, narasumber akan memberikan rangkuman atau pengarahan
kesehatan di tempat tersebut (disebut klien). Tujuannya agar mahasiswa mendapat pengalaman ( self experience) berkomunikasi sehingga mampu : 1. Berkomunikasi efektif dengan menerapkan langkah-langkah komunikasi secara benar. 2. Mempertajam empati dengan melihat/menanyakan berbagai masalah pada klien sesuai check list yang tersedia.
TATA CARA PRAKTEK LAPANGAN
1. Praktek lapangan dikoordinasikan oleh tutor 2. Tutor terlebih dahulu memberi pengarahan praktek lapangan kepada mahasiswa 3. Tutor menentukan orang yang akan diajak berkomunikasi oleh mahasiswa dibantu admin dan pimpinan institusi yang akan dikunjungan (dipersiapkan s ebelumnya) 4. Mahasiswa melakukan komunikasi efektif (sesuai langkah-langkah komunikasi dan berlandaskan empati) seperti yang telah dipelajarinya dan sesuai check list 5. Mahasiswa harus mencatat segala sesuatu yang dilakukan dan dialaminya selama
D. LEMBAR TUGAS
DISKUSI KELOMPOK
Pemantapan pemahaman mengenai humaniora dalam kedokteran, aspek perilaku dan kepribadian di bidang kedokteran, nilai dan sistem nilai, serta empati dan kesehatan jiwa. Pemahaman mengenai perilaku ilmiah dalam kedokteran serta etik profesi kedokteran.
Lingkup bahasan
1. Aspek humaniora dalam kedokteran; kemampuan berpikir kritis, memiliki perspektif yang fleksibel, nondogmatisme, peka terhadap nilai, empati dan sadar diri 2. Aspek perilaku dan kepribadian di bidang kedokteran : perilaku manusia, hubungan dokter-manusia, moral, etik, norma dan sistem nilai 3. Aspek empati dan kesehatan jiwa : hubungan antar manusia (saya dan kamu, kita dan kami), hubungan dan komunikasi berdasarkan empati 4. Hubungan antar manusia : saya dan kamu, kita dan kami, empati dalam berkomunikasi
Contoh Kasus
1.
Di sebuah stasiun TV diberitahukan bahwa artis “X” sedang menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di Singapura karena menderita kanker. Dalam acara tersebut dia mengaku bahwa dia terpaksa memilih berobat di Singapura karena merasa bahwa pelayanan di sana lebih baik, terutama komunikasi antara dia dengan dokter yang merawatnya sangat baik. Dikatakan bahwa dokternya sangat terbuka bila dia ingin tahu tentang penyakitnya dan bahkan dia mendapatkan pasien penjelasan yang lengkap dan memuaskan. Walaupun dia harus mengeluarkan biaya yang besar dan dirasakannya sangat berat, tetapi dia merasa puas. Peserta diminta untuk menganalisis kasus tersebut dalam diskusi kelompok.
2.
Dari surat pembaca yang dimuat di harian ibukota dengan judul “Sikap Perawat Puskesmas” berbunyi sebagai berikut. “Sebagai masyarakat berpenghasilan pas-pasan, keluarga saya mengandalkan pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Namun, pelayanan yang yang
Setelah telepon usai, konsultasi berlanjut. Beberapa menit kemudian menerima telepon lagi (lama berbicara telepon sekitar lima menit). Lalu konsultasi berlanjut lagi, saya disuruh ke tempat tidur praktek untuk diperiksa. Lagi-lagi, saya harus menunggu karena dokter menerima telepon. Seusai menerima telepon, saya baru diperiksa. Setelah memeriksa pun, dokter menelepon lagi. Dalam telepon itu saya mendengar, dokter menanyakan jumlah point yang didapat dalam bulan ini. Saya amat tersinggung dengan perlakuan dokter yang tidak punya etika dan tidak punya rasa kemanusiaan untuk menyembuhkan pasien. Semestinya RS X melatih para dokter cara menghadapi pasien dengan baik.” Peserta diminta menganalisis kasus tersebut dalam diskusi kelompok. (Marheni A. dalam Soetjiningsih, 2008)
Contoh kasus : Tempat dan ruang pelayanan
Tempat praktek dokter Adi yang terletak di dekat pasar. Banyak lalat di ruang tunggunya.
memalui telepon. Lagi-lagi diprotes karena katanya pilih kasih. Pasien yang punya telepon dapat giliran duluan, sedangkan yang menunggu sejak lama belum dapat giliran. Dengan membuat perjanjian sebelumnya (appointment) tidak mungkin juga. Selain panjangnya antrian, pasien yang datang juga yang tidak disiplin. Diskusikanlah cara yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut sehingga pelayanan berjalan lancar dan para pasien merasa nyaman. (Kandera W, Soetjiningsih, 2008)
RUMUSAN MASALAH DISKUSI
1. Mengapa diperlukan ilmu perilaku dalam hubungan klien-dokter?
15. Mengapa dalam wawancara perlu memperhatikan latar belakang dan usia klien? 16. Apa yang dimaksud dengan basic fundamental four dan the sacred seven dalam wawancara medis? 17. Dalam memberikan informasi kepada klien, kapan waktu yang paling tepat dilakukan pemberian informasi dan apa isi pesan yang Anda berikan? 18. Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam menyampaikan informasi kepada klien? 19. Mengapa konseling kepada klien sangat esensial? 20. Faktor-faktor apa yang menyulitkan wawancara dengan klien? Jelaskan!
ROLE PLAY
Pengantar
2. Mahasiswa dapat mengalami serta memahami cara dan langkah-langkah berkomunikasi efektif 3. Mahasiswa memahami empati dan komunikasi di bidang kedokteran, terutama dalam hubungan dengan pasien 4. Mahasiswa dapat melatih/mempertajam empati dengan melihat/menanyakan berbagai masalah pada orang yang diajak berkomunikasi
Lingkup bahasan
1. Empati dan komunikasi 2. Etik profesi kedokteran 3. Hubungan dokter-pasien
Tugas
mengingat semua sikap dokter yang positif dan tidak positif, serta penggunaan isyarat verbal yang baik dan kurang baik. 5. Diskusikan apa yang dirasakan oleh para pemeran, pendapat mahasiswa lainnya, harapan pemeran dll 6. Tutor perlu mengingatkan peserta bahwa komunikasi dan sikap nonempatik tidak selalu terjadi satu arah atau dari satu pihak, sering juga secara dua arah. Hal ini dapat terjadi sebagai reaksi sebab akibat atau sejak semula disebabkan sikap apriori satu atau kedua pihak. 7. Tutor juga perlu mengingatkan peserta bahwa dalam kehidupan sehari-hari komunikasi nonempatik yang sangat ekstrim jarang terjadi. Demikian juga win-win solution yang ideal dan sangat memuaskan kedua pihak tidak selalu terjadi. Yang penting adalah belajar mengenal dan memahami berbagai derajat atau gradasi hubungan empatik, mengapa hal itu terjadi, serta dampaknya. Dibahas pula berbagai derajat atau gradasi win-win solution yang terjadi. 8. Cara yang efektif untuk belajar memahami dan berempati dengan orang lain adalah : a. Kedua
pihak
saling
bertukar
tempat
(secara
mental)
dan
berusaha
bersikap ketus dan keras, tidak peka terhadap perasaan pasien, tidak mendengar hal-hal yang dikatakan pasien, memotong pembicaraan pasien dan lain sebagainya. ii. Sama seperti di atas, tetapi pada kasus ini dokter bersikap peka terhadap perasaan tidak nyaman pasien, menghargai perasaan pasien, tersenyum, mendengarkan keluhan pasien, menggunakan isyarat perhatian verbal “oh”, “ya...”, atau “mm...mm...”, serta menanyakan keinginan pasien. iii. Sama seperti di atas, dokter yang perhatian ditambah dengan posisi tubuh condong ke depan, bersikap mendengarkan dengan penuh perhatian dan kadang-kadang menganggukkan kepala. iv. Ketika berkomunikasi, dokter duduk bersandar di kursi tanpa mengatakan apapun, hanya mendengar dan terus memandang kepala pasien.
B.
Materi 2
menanyakan seputar aktivitas si artis tersebut ketimbang penyakit yang dideritanya. Bahkan dokter tersebut minta tanda tangan artis tersebut untuk anaknya yang ngefans sama si artis. Akhirnya, si pasien merasa kecewa dan ini ditunjukkan dengan jawabannya yang pendek-pendek dan raut muka yang tidak ramah.
C.
Materi 6 : Teknik Berkomunikasi dengan Anak
a. seorang dokter di Poliklinik kedatangan seorang ibu yang membawa anak laki-lakinya. Anak itu berusia sepuluh tahun. Si ibu datang dengan keluhan pilek yang diderita sudah lama dan tak kunjung sembuh. Perankan seorang menjadi dokter dan seorang menjadi pasien. Bagaimana melakukan wawancara medis dengan anak tersebut dengan menggunakan metode TEACHER, fundamental four, dan secred seven.
E. SISTEMATIKA LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN
Judul
VI.
Jelaskan bagaimana respon klien terhadap interviewer
VII. Refleksi * : bagaimana pendapat dan saran Anda terhadap masalah klie n dan proses pembelajaran secara umum *masing-masing mahasiswa
VIII. Kendala/hambatan yang dihadapi saat wawancara
Diketik dengan format kertas A4, font times new roman, spasi 1,5, dijilid mika putih.
DAFTAR PUSTAKA
11. Hemmerdinger JM, Stoddart SDR, Lilford RJ. A systematic review of tests of
empathy in medicine. BMC Medical Education 2007, 7:24 http://www.biomedcentral.com/1472-6920/7/24 12. Ho MJ, Yao G, Lee KL, Beach MC, Green AR. Cross-cultural medical educati on : can patient-centered cultural competency training be effective in non-Western countries?. Medical Teacher 2008;30:719-721 13. Hojat M, Gonnella JS, Nasca TJ, Mangione S, Vergare M, Magee M. Physician Empathy: Definition, Components, Measurement, and Relationship to Gender and Specialty. Am J Psychiatry 159:9, September 2002. http://ajp.psychiatryonline.org/cgi/reprint/159/9/1563 14. Hojat M, Vergare MJ, Maxwell K, Brainard G, Herrine SK, Is enberg GA, Veloski J, Gonnella JS. The Devil is in the Third Year: A Longitudinal Study of Erosion of Empathy in Medical School. Academic Medicine, Vol. 84, No. 9 / September 2009 15. Jusuf, A. A., Komunikasi Dosen dan Mahasiswa. 2009. Disampaikan dalam kuliah Psikologi Pendidikan Program Magister Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 16. Kandera W, Soetjiningsih. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hubungan PasienDokter.dalam Soetjiningsih. 2008. Modul Komunikasi Pasien-Dokter. Jakarta : EGC. hlm 23-35 17. Kaplan, Sadock’s. Synopsis of psychiatry:behavioral sciences/clinical psychiatry. Ninth edition. Volume 1. 2003. Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins. 18. Konsil Kedokteran Indonesia. Editor : Ali MM., Sidi IPS. Manual Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. 2009. Lembaga Konsultan Peraturan Bisnis Indonesia. Jakarta 19. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. 2012. Jakarta
30. Montes-Berges B, Augusto JM. Exploring the relationship between perceived
31. 32. 33. 34.
35. 36. 37. 38.
39. 40.
emotional intelligence, coping, social support and mental health in nursing students. 2007. Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing. 14:163-171 Parwati T, Soetjiningsih. Wawancara Medis. dalam Soetjiningsih. 2008. Modul Komunikasi Pasien-Dokter. Jakarta : EGC. hlm 41-60 Piasecki M. 2003. Clinical Communication Handbook. Blackwell Publishing Company. USA. p 44-54 Prijosaksono, Aribowo dan Ping Hartono. 2002. Make Yourself A Leader . PT Elex Media Komputindo. Jakarta Purwanti A, Utari A. Komunikasi dengan mitra kerja. Dalam Dalam Kristina TN, PurwantiA, Utari A, Adespin DA. Komunikasi Dokter-Pasie n. 2014. http://modul.fk.undip.ac.id/UNDUH/komunikasi.doc. di akses tanggal 10 Maret 2014 Poernomo, Ieda SS. 2004. Pengertian KIE dan Konseling. Jakarta : Makalah Perinasia Rakhmat, J. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. 2002. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Satterfield JM, Hughes E. Emotion skills training for medical students : a systematic review. 2007. Medical Education. 41:935-941 Schermerhorn, Hunt & Osborn. 1994. Managing Organizational Behaviour, 5th ed, John Wiley&Sons, Inc, Canada, pp 562-578 dalam Konsil Kedokteran Indonesia. Editor : Ali MM., Sidi IPS. Manual Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. 2009. Lembaga Konsultan Peraturan Bisnis Indonesia. Jakarta Seeleman C, Suurmond J, Stronks K. Cultural competence : a conceptual framework for teaching and learning. 2009. Medical Education 43:229-237 Silverman, J., Kurtz, S. & Drapper, J. 1998. Skills for Communicating with Patients.
(2007), pp.123-130. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2248287/pdf/yjbm_80_3_123.pdf 52. Weng HC, Chen HC, Chen HJ, Lu K, Hung SY. Doctors’ emotional intelligence and the patient-doctor relationship. 2008. Medical Education.42:703-711 53. Wilson SC, Carryer J. Emotional competence and nursing education:a New Zealand study. Nursing Praxis in New Zealand. 2008. 24(1):36-47 54. Yu J . & Kirk M. (2009) Evaluation of empathy measurement tools in nursing:systematic review. Journal of Advanced Nursing 65(9), 1790 – 1806. http://www3.interscience.wiley.com/cgi-bin/fulltext/122540967/PDFSTART
LAMPIRAN 1 Chek List Ketrampilan Komunikasi Berdasarkan Empati (Kwong TY, Kwong Q, O’Brien A, Haswell J, Hill A. 2009)
13
Tidak Menghakimi
14 15
Ucapan Terimakasih Mengakhiri Wawancara Salam dan Berjabat Tangan TOTAL
Score : Jumlah yang Dilakukan X 100 15
LAMPIRAN 2
menyambut Anda 3. 4.
5.
Memperlakukan Anda dengan hormat dan tidak meremehkan Terlihat tertarik pada masalah Anda, tidak mengganggu saat Anda berbicara, dan mengajukan pertanyaan untuk memahami Anda Terlihat tidak bosan atau tidak mengabaikan apa yang Anda katakan
6.
Membantu Anda memutuskan apa yang harus dilakukan 7. Memberi Anda waktu untuk mengajukan pertanyaan 8. Bertanya tentang apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari saya 9.
Memahami emosi, perasaan dan kekhawatiran saya 10. Menunjukkan kepedulian terhadap perasaan dan kebutuhan saya, bukan hanya keadaan fisik saya 11. Tidak terburu-buru
LAMPIRAN 3
pengertian 7. 8.
9.
10.
Saya baru memberi penilaian setelah teman bicara selesai menyampaikan pikirannya Saya berusaha secara sadar untuk mengevaluasi logika dan konsistensi apa yang disampaikan teman bicara Sambil mendengar, saya memikirkan apa yang akan saya katakan segera setelah ada kesempatan Saya berusaha agar pendapat saya menjadi kesimpulan (kata akhir)
Petunjuk :
≤ 22 Saudara pendengar yang tidak baik
(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003)
LAMPIRAN 4
7.
Dosen pakar memberikan materi sesuai dengan materi
8.
Dosen pakar modul memberikan daftar referensi yang disarankan
9.
Menjelaskan mengenai sasaran pembelajaran yang diharapkan
10.
Memberikan kesempatan mahasiswa untuk bertanya
11.
Menjawab pertanyaan dari mahasiswa jika ada
12.
Dosen memberikan contoh kasus atau analogi untuk materi yang sulit EVALUASI PERAN DOSEN DALAM DISKUSI KELOMPOK
13.
Mendorong untuk memahami mekanisme/teori yang mendasari suatu masalah
14.
Mendorong untuk mencari informasi dari berbagai sumber
15.
Tutor memberikan umpan balik terhadap kelompok diskusi dan individu
16.
Memperlancar diskusi kelompok
17.
Mencetuskan pertanyaan/isu yang bersifat terbuka dan menimbulkan keingintahuan terhadap substansi ilmu yang terkait
29.
Saya mendapatkan wawasan yang luas dari kuliah/diskusi/role play/praktek lapangan
30.
Saya ingin mengetahui lebih banyak mengenai topik yang dipelajari (empati, komunikasi dll) Sangat baik
31.
Buruk
Komen tar
Berikan opini anda secara global terhadap program pembelajaran di dalam modul ............. ini : ya, banyak bertambah
32.
Baik
Setelah mengikuti kegiatan praktikum ini, apakah anda merasa ilmu dan ketrampilan dalam bidang ilmu ini bertambah?
LAMPIRAN 5
ya, tidak banya k berta mbah
tidak berta mbah
Komentar
3. 4.
5.
6.
7.
8. 9.
10. 11.
Sulit bagi saya untuk melihat sesuatu dari perspektif pasien saya Saya menganggap memahami bahasa tubuh pasien saya adalah sama pentingnya dengan komunikasi verbal dalam hubungan dokter-pasien Saya memiliki rasa humor yang baik dan saya pikir hal itu dapat memberi kontribusi untuk hasil klinis yang lebih baik Sulit bagi saya untuk menerima bahwa setiap orang adalah berbeda sehingga saya kesulitan memahami perbedaan perspektif pasien Saya mencoba untuk tidak memperhatikan emosi pasien saya ketika bertanya tentang kesehatan fisik mereka . Perhatian terhadap pengalaman pribadi pasien saya, tidak mempengaruhi hasil pengobatan Saya mencoba membayangkan diri saya seperti berada dalam posisi pasien saya saat melayani mereka Pasien saya menghargai pemahaman saya tentang perasaan mereka Penyakit Pasien hanya dapat disembuhkan
medis atau seni . 20. Saya percaya bahwa empati merupakan faktor penting dalam terapi medis atau operasi
(Hojat M, Gonnella JS, Nasca TJ, Mangione S, Vergare M, Magee M. 2002)
LAMPIRAN 6
5. Proses apa yang AKAN dan SUDAH dijalani untuk mengatasi kesulitan/kekurangan/hambatan di atas?
6. Manfaat apa yang Anda peroleh dari pengalaman kesulitan/kekurangan/hambatan tersebut?
7. Apa dampak dari pengalaman kesulitan/kekurangan/hambatan tersebut?
8. Bagaimana perasaan Anda sekarang terhadap pengalaman tersebut?
9. Apa yang telah anda pahami sejauh ini tentang menjadi seorang dokter?
Lampiran 7
Check list komunikasi dokter-pasien I : The Calgary-Cambridge Guide – Interview Pasien
The Calgary-Cambridge Guide – Interview Pasien
Nama Dokter : ...................................................................
Penilai: ........................................................
Petunjuk: Berikan tanda √pada setiap tahapan konsultasi yang anda saksikan sesuai dengan kriteria berikut: 0: tidak dilakukan
1: dilakukan dengan kurang sempurna
2: dilakukan dengan sempurna
Tahapan Konsultasi
Memulai Sesi Konsultasi
MEMBANGUN RAPPORT AWAL 1. Menyapa pasien dan menanyakan nama pasien 2. Memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan sesi, meminta persetujuan pasien bila diperlukan 3. Menunjukkan rasa hormat dan minat, membuat pasien merasa nyaman
0
1
2
Komentar
MENGIDENTIFIKASI ALASAN BERKONSULTASI 4. Mengidentifikasi masalah pasien atau hal yang ingin dibicarakan pasien menggunakan pertanyaan pembuka yang sesuai (misal: ”sakit apa?” atau ”ada masalah apa?” atau ”apa yang bisa saya bantu?” 5. Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan pasien tanpa memotong atau mengarahkan jawaban pasien. 6. Mengkonfirmasi masalah yang ada dan menanyakan adakah masalah lainnya (mis: ”jadi ada sakit kepala dan capek -capek, ada lagi yang lain?” 7. Menyusun prioritas dalam konsultasi dengan memperhatikan sudut pandang pasien dan dokter.
Mengumpulkan Informasi
MENGGALI MASALAH PASIEN 8. Mendorong pasien menceritakan perjalanan penyakitnya mulai awal sampai saat ini menggunakan kata-katanya sendiri (gali apa yang menyebabkan k edatangannya hari ini) 9. Menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup dengan tepat, dimulai dengan pertanyaan terbuka dilanjutkan dengan pertanyaan tertutup 10. Mendengarkan pasien dengan penuh perhatian, membiarkan pasien menyelesaikan perkataannya tanpa diinterupsi, memberikan waktu bagi pasien untuk berpikir sebelum menjawab, atau meneruskan pembicaraan setelah jeda sejenak 11. Mengamati respon pasien secara verbal maupun non-verbal (mis: mendorong pasien berbicara, memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengatur apa yang akan diutarakan, melakukan refleksi isi, membuat interpretasi) 12. Mengamatikomunikasi verbal dan non-verbal pasien (mis: bahasa tubuh, ucapan, ekspresi wajah), menanyakan kembali dan menanggapi secara tepat
13. Mengklarifikasi pernyataan pasien bila kurang jelas atau meminta penjelasan lebih lanjut (mis: ”bisa jelaskan apa yang dimaksud dengan kepala terasa melayang?”) 14. Beberapa kali merangkum untuk memastikan bahwa pengertian dokter sama dengan pasien; meminta pasien mengoreksi bila ada interpretasi yang kurang tepat atau meminta pasien memberikan penjelasan lebih lanjut 15. Menggunakanpertanyaan dan kalimat yang mudah dimengerti dan ringkas; menghindari istilah medis, atau menjelaskan istilah medis tersebut dengan baik bila menggunakannya. 16. Menuliskan tanggal dan urutan kejadian sampai saat pasien datang saat ini
KETERAMPILAN TAMBAHAN UNTUK MENINGKATKAN PENGERTIAN TERHADAP PERSPEKTIF PASIEN 17. Menentukan denganaktif dan menggali secara tepat: Pendapat pasien (mis. pendapat tentang penyebab penyakit) Apa yang dipikirkan pasien (mis. kekhawatiran) terhadap setiap masalah Harapan pasien (target, bantuan apa diharapkan pasien untuk setiap masalahnya) Dampak terhadap pasien: bagaimana setiap masalah mempengaruhi kehidupan pasien 18. Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Membangun Struktur Konsultasi
MEMBUAT STRUKTUR KONSULTASI MENJADI TERBUKA 19. Merangkum pada akhir satu bagian konsultasi untuk memastikan bahwa pengertian dokter dan pasien sama sebelum pindah ke bagian berikutnya.
20. Berpindah dari satu bagian ke bagian lain menggunakan ’ signposting ’, kalimat transisional, mencakup rasional untuk bagian selanjutnya.
MEMPERHATIKAN ALIR PEMBICARAAN 21. Mengatur pembicaraan dalam urutanyang logis 22. Memperhatikan waktu untuk setiap bagian konsultasi dan fokus terhadap tujuan konsultasi
Membangun Hubungan – memfasilitasi keterlibatan pasien
MENGGUNAKAN KOMUNIKASI NON-VERBAL YANG SESUAI 23. Memperlihatkan komunikasi non-verbal yang sesuai. Kontak mata, ekspresi wajah Sikap tubuh, posisi tubuh, gestures dan gerakan lainnya Vokal (mis: kecepatan, volume, intonasi) 24. Jika membaca, menulis catatan atau menggunakan komputer, tidak mengganggu jalannya sesi. 25. Memperlihatkan rasa percaya diri yang sesuai.
MEMBINA RAPPORT 26. Menerima pendapat dan perasaan pasien; tidak menghakimi. 27. Menggunakan empati untuk menyampaikan pengertian dan menghargai perasaan atau situasi yang dihadapi pasien; secara terbuka menghormati pendapat dan perasaan
pasien 28. Menyampaikan dukungan, memperlihatkan perhatian, pengertian, dan keinginan membantu, menawarkan kemitraan 29. Memberikan perhatian khusus terhadap hal-hal sensitif yang dapat membuat pasien merasa malu atau menyakitkan pasien, termasuk pemeriksaan fisik.
MELIBATKAN PASIEN 30. Berbagi pemikiran dengan pasien untuk mendorong pasien berpartisipasi (mis: ”Yang terpikir oleh saya adalah.....”) 31. Menjelaskan alasan pertanyaan atau pemeriksaan fisik yang mungkin dirasa tidak masuk akal. 32. Saat melakukan pemeriksaan fisik menjelaskan prosesnya dan meminta izin
Penjelasan & Perencanaan
MEMBERIKAN INFORMASI YANG CUKUP DAN BENAR Tujuan:
memberikan informasi yang tepat dan komp rehensif menilai kebutuhan informasi setiap individu pasien agar tidak kurang atau berlebihan dalam memberikan informasi Jumlah tepat dan cek : berikan informasi dalam potongan-potongan yang dapat 33. dimengerti; cek pengertian pasien; gunakan respon pasien sebagai panduan untuk memberikan informasi selanjutnya. 34. Nilai pengetahuan awal pasien: tanyakan apa yang sudah diketahui pasien sebelumnya
pada awal pemberian informasi, tentukan sampai seberapa jauh pasien menginginkan informasi. 35. Tanyakan pasien informasi lain apa yang mungkin berguna (mis: etiologi, prognosis). 36. Berikan penjelasan pada waktu yang tepat: hindari memberikan saran, informasi, dan harapan yang terlalu dini.
MEMBANTU MEMAHAMI DAN MENGINGAT INFORMASI SECARA AKURAT Tujuan: membuat informasi lebih mudah diingat dan dipahami pasien
37. Bagi penjelasan: bagi menjadi bagian-bagian kecil, buat urutan yang logis. 38. Gunakan kategorisasi dan signposting yang jelas (mis: ”Ada tiga hal penting yang akan saya bicarakan. Pertama.....” ”Nah mari kita lanjut ke bagian berikutnya....”) 39. Menggunakan pengulangan dan rangkuman untuk memperkuat informasi. 40. Menggunakanpertanyaan dan kalimat yang mudah dimengerti dan ringkas; menghindari penggunaan istilan medis atau menjelaskan istilah tersebut. 41. Menggunakan metode visual untuk menyampaikan informasi: diagram, model, informasi dan petunjuk tertulis. 42. Cek pemahaman pasien terhadap informasi (atau perencanaan) yang diberikan: misalnya dengan meminta pasien mengulangi dengan kata-katanya sendiri, melakukan klarifikasi bila perlu.
MENCAPAI PEMAHAMAN BERSAMA: MEMASUKKAN PERSPEKTIF PASIEN Tujuan:
menghasilkan penjelasan dan perencanaan yang berhubungan d engan perspektif pasien mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan pasien tentang informasi yang diberikan
mendorong terciptanya interaksi dan bukan komunikasi satu arah. 43. Menghubungkan penjelasan dengan pandangan pasien: terhadap pemikiran, harapan serta kekhawatiran yang sudah disampaikan pasien. 44. Memberikan kesempatan dan mendorong pasien untuk berpartisipasi: meminta pasien untuk mengajukan pertanyaan, meminta klarifikasi serta menyatakan keraguannya, merespon dengan tepat. 45. Mengamati komunikasi verbal dan non-verbal pasien, mis: pasien perlu menyampaikan informasi atau mengajukan pertanyaan, pasien terlalu banyak menerima informasi, pasien stres. 46. Gali nilai, pendapat, reaksi dan perasaan pasien tentang informasi yang diberikan dan istilah yang digunakan. Berikan respon bila diperlukan.
PERENCANAAN: KEPUTUSAN BERSAMA Tujuan:
mengajak pasien memahami proses pengambilan keputusan melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan sampai tingkat yang diinginkan pasien meningkatkan komitmen pasien terhadap rencana 47. Berbagi apa yang ada di benak kita: ide, pemikiran, dilema. 48. Libatkan pasien o berikan saran dan bukan instruksi. Dorong pasien agar menyumbangkan ide dan saran mereka. o 49. Jelaskan secara detil pilihan penatalaksanaan. 50. Tentukan tingkat partisipasi yang diinginkan pasien dalam membuat keputusan. 51. Negosiasikan rencana yang dapat disepakati kedua belah pihak: Informasikan apa yang menjadi preferensi kita tentang pilihan yang tersedia o Tentukan pilihan pasien o 52. Cek apakah Pasien dapat menerima rencana o
o
Kekhawatiran pasien telah teratasi.
Menutup Sesi Konsultasi
PERENCANAAN KE DEPAN 53. Mengikat ’kontrak’ dengan pasien tentang langkah selanjutnya yang akan dilakukan baik oleh pasien maupun dokter. 54. Antisipasi: jelaskan hal-hal tak terduga yang mungkin terjadi, apa yang harus dilakukan jika rencana tidak berjalan sebagaimana mestinya, kapan dan bagaimana mencari bantuan.
MEMASTIKAN KATA PENUTUP YANG TEPAT 55. Merangkum sesi secara singkat dan klarifikasi rencana penatalaksanaan. 56. Cek terakhir kaliapakah pasien setuju dan merasa nyaman dengan rencana yang telah disusun, tanyakan apakah masih ada pertanyaan atau hal-hal lain yang masih perlu didiskusikan. (Mis: ”ada pertanyaan lagi atau masih ada hal yang ingin didiskusikan?”).
Lampiran 8
Check list komunikasi dokter-pasien II : Modifikasi The Calgary-Cambridge Observation Guide – Interview Pasien
MODIFIKASI THE CALGARY-CAMBRIDGE OBSERVATION GUIDE Nama Dokter : ...................................................................
Penilai: ........................................................
Petunjuk: Berikan tanda √pada setiap tahapan konsultasi yang anda saksikan sesuai dengan kriteria berikut: 0: tidak dilakukan
1: dilakukan dengan kurang sempurna
Butir no.
2: dilakukan dengan sempurna
Pernyataan
Memulai Sesi Konsultasi 1
Menyapa dan menanyakan nama pasien
2
Memperkenalkan diri , menjelaskan tujuan sesi, meminta persetujuan pasien bila diperlukan
3
Mengidentifikasi masalah pasien atau hal yang ingin dibicarakan pasien menggunakan pertanyaan
0
1
2
KOMENTAR
pembuka yang sesuai (misal: ”sakit apa?” atau ”ada masalah apa?” atau ”apa yang bisa saya bantu?” ) 4
Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan pasien tanpa memotong atau mengarahkan jawaban pasien.
5
Mengkonfirmasi masalah yang ada dan menanyakan adakah masalah lainnya (mis: ”jadi ada sakit kepala dan capek-capek, ada lagi yang lain?”
Mengumpulkan Informasi 6
Mendorong pasien menceritakan perjalanan penyakitnya mulai awal sampai saat ini menggunakan kata-katanya sendiri (gali apa yang menyebabkan kedatangannya hari i ni)
7
Menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup dengan tepat, dimulai dengan pertanyaan terbuka dilanjutkan dengan pertanyaan tertutup.
8
Mendengarkan pasien dengan penuh perhatian, membiarkan pasien menyelesaikan perkataannya tanpa diinterupsi, memberikan waktu bagi pasien untuk berpikir sebelum menjawab, atau meneruskan pembicaraan setelah jeda sejenak.
9
Mengamati respon pasien secara verbal maupun non-verbal (mis: mendorong pasien berbicara, memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengatur apa yang akan diutarakan, melakukan refleksi isi, membuat interpretasi) dan Mengamatikomunikasi verbal dan non-verbal pasien (mis: bahasa tubuh, ucapan, ekspresi wajah), menanyakan kembali dan menanggapi secara tepat.
10
Mengklarifikasi pernyataan pasien bila kurang jelas atau meminta penjelasan lebih lanjut (mis: ”bisa jelaskan apa yang dimaksud dengan kepala terasa melayang?”)
Membangun Struktur Konsultasi 11
Beberapa kali merangkum pada akhir satu bagian konsultasi untuk memastikan bahwa pengertian dokter sama dengan pasiensebelum pindah ke bagian berikutnya; meminta pasien mengoreksi bila ada
interpretasi yang kurang tepat atau meminta pasien memberikan penjelasan lebih lanjut. 12
Mengatur pembicaraan dalam urutanyang logis.
13
Memperhatikan waktu untuk setiap bagian konsultasi dan fokus terhadap tujuan konsultasi.
Membangun Hubungan – memfasilitasi keterlibatan pasien 14
Memperlihatkan komunikasi non-verbal yang sesuai .
15
Kontak mata, ekspresi wajah Sikap tubuh, posisi tubuh, gestures dan gerakan lainnya Vokal (mis: kecepatan, volume, intonasi) Jika membaca, menulis catatan atau menggunakan komputer, tidak mengganggu jalannya sesi .
16
Menerima pendapat dan perasaan pasien; tidak menghakimi.
17
Menggunakan empati untuk menyampaikan pengertian dan menghargai perasaan atau situasi yang dihadapi pasien; secara terbuka menghormati pendapat dan perasaan pasien.
18
Menyampaikan dukungan , memperlihatkan perhatian, pengertian, dan keinginan membantu, menawarkan kemitraan
19
Memberikan perhatian khusus terhadap hal-hal sensitif yang dapat membuat pasien merasa malu atau menyakitkan pasien, termasuk pemeriksaan fisik. Menjelaskan alasan pertanyaan atau pemeriksaan fisik yang mungkin dirasa tidak masuk akal.
20
Saat melakukan pemeriksaan fisik menjelaskan prosesnya dan meminta izin.
Penjelasan & Perencanaan 21
Jumlah tepat dan cek : berikan informasi dalam potongan-potongan yang dapat dimengerti; cek pengertian pasien; gunakan respon pasien sebagai panduan untuk memberikan informasi selanjutnya,
buat urutan yang logis. 22
Nilai pengetahuan awal pasien : tanyakan apa yang sudah diketahui pasien sebelumnya pada awal pemberian informasi, tentukan sampai seberapa jauh pasien menginginkan informasi.
23
Berikan penjelasan pada waktu yang tepat: hindari memberikan saran, informasi, dan harapan yang terlalu dini.
24
Menggunakanpertanyaan dan kalimat yang mudah dimengerti dan ringkas; menghindari penggunaan istilan medis atau menjelaskan istilah tersebut.
25
Menggunakan metode visual untuk menyampaikan informasi : diagram, model, informasi dan petunjuk tertulis.
26
Cek pemahaman pasien terhadap informasi (atau perencanaan) yang diberikan: misalnya dengan
meminta pasien mengulangi dengan kata-katanya sendiri, melakukan klarifikasi bila perlu. 27
Menghubungkan penjelasan dengan pandangan pasien : terhadap pemikiran, harapan serta kekhawatiran yang sudah disampaikan pasien.
28
Memberikan kesempatan dan mendorong pasien untuk berpartisipasi : meminta pasien untuk mengajukan pertanyaan, meminta klarifikasi serta menyatakan keraguannya, merespon dengan tepat.
29
Jelaskan secara detil pilihan penatalaksanaan.
30
Negosiasikan rencana yang dapat disepakati kedua belah pihak:
Informasikan apa yang menjadi preferensi kita tentang pilihan yang tersedia Tentukan pilihan pasien Cek apakah
o o
31
o o
Pasien dapat menerima rencana Kekhawatiran pasien telah teratasi
Menutup Sesi Konsultasi
32
Mengikat ’kontrak’ dengan pasien tentang langkah selanjutnya yang akan dilakukan baik oleh pasien maupun dokter.
33
Antisipasi: jelaskan hal-hal tak terduga yang mungkin terjadi, apa yang harus dilakukan jika rencana tidak berjalan sebagaimana mestinya, kapan dan bagaimana mencari bantuan.
34
Merangkum sesi secara singkat dan klarifikasi rencana penatalaksanaan.
35
Cek terakhir kali apakah pasien setuju dan merasa nyaman dengan rencana yang telah disusun, tanyakan apakah masih ada pertanyaan atau hal-hal lain yang masih perlu didiskusikan. (Mis: ”ada pertanyaan lagi atau masih ada hal yang ingin didiskusikan?”).
Lampiran 8 Rubrik Penilaian Presentasi Lisan
Tandailah untuk setiap kriteria kolom 0, 1, 2 dan 3 yang paling sesuai dengan presentasi yang anda nilai Kriteria
0
1
2
3
Keterampilan Nonverbal
Kontak mata
Ekspresi Muka
Tidak berusaha untuk melihat pada audien pada seluruh catatan yang dibaca di keseluruhan waktu
Memiliki ekspresi kaku atau menunjukkan kesan bertentangan selama keseluruhan presentasi.
Hanya memfokuskan perhatian pada satu bagian khusus dari kelas, tanpa memeriksa
Kadang-kadang memperhatikan pada seseorang atau beberapa kelompok selama presentasi.
Secara tetap memperhatikan pada seseorang atau beberapa kelompok pada keseluruhan waktu
Kadang-kadang menampilkan Memberikan kesan yang baik kesan kaku maupun Netral tetapi kurang menunjukkan antusiasme pertentangan selama mengekspresikan antusiasme yang tepat. presentasi.
Keterampilan Vokal
Antusiasme
Menunjukkan sangat tidak tertarik dalam topik yang dipresentasikan.
Menunjukkan sikap negatif terhadap topik yang dipresentasikan.
Kadang-kadang menunjukkan Mendemonstrasikan perasaan perasaan yang positif positif yang kuat tentang topik terhadap topik. selama presentasi
keseluruhan. Jeda Vokalisasi (eh,baik, uh, Tercatat 10 x atau lebih hem)
Tercatat 6-9 x
Tercatat 1-5 x
Tidak ada jeda vokalisasi tercatat
Isi
Topik yang disampaikan
Kriteria
Visual Aid ( Alat bantu visual )
Kerangka presentasi
Tidak ada usaha untuk memberikan pandangan tentang presentasi. Audien tidak memiliki gambaran tentang presentasi yang akan disampaikan
0
Mencoba untuk menyampaikan tentang isi presentasi tetapi hal tersebut samar dan tidak dapat dipahami oleh audiensT
1
Menyebutkan topik-topik utama pada awal presentasi tetapi tidak melakukan cek terhadap pemahaman
2
Pada awal presentasi menjelaskan dengan baik apa saja yang tersusun dalam presentasi sehingga audiens memperoleh ide-ide yang bagus atas isinya.
3
Kurang, mengganggu audien dan sulit untuk membaca
Tak ada tambahan apapun terhadap prersentasi
Pikiran diampaikan dengan jelas tetapi tidak dipahami
Alat bantu meningkatkan presentasi, semua pikiran disampaikan dan membuat orang tertarik.
Melompat dari satu topik ke yang lain, membuat presentasi sulit untuk dipahami.
Mengandung pokok bahasan terpisah tetapi koheren atau kerangka keseluruhan tidak jelas bagi audien
Kerangka logis dalam pokok bahasan dan struktur diperhatikan selama keseluruhan presentasi
Kerangka logis diperhatikan selam presentasi dan informasi yang penting diulang-ulang atau disarikan..