LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENANGANAN STUNTING DINAS KESEHATAN KAB. HALMAHERA BARAT TAHUN ANGGARAN 2018
A. LATAR BELAKANG
Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat ini adalah masih tingginya anak balita pendek (Stunting). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010 dan 2013, dan Pemantauan Status Gizi Tahun 2015 dan 2017, menunjukan prevalensi stunting masih tinggi. Riskesdas Tahun 2010 mencapai 35,6% dan Tahun 2013 mencapai 37,2 %. Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2015 (29.0%) dan tahun 2017 (29,6 %). Batasan World Health Organization (WHO) untuk stunting < 20% dan di Indonesia hanya 7 (tujuh) Kabupaten/Kota yang prevalensi stuntingnya kurang dari 20 % (yakni Kab. WakatobiSultra, Klungkung-Bali, dan Tana Tidung-Kaltara serta Kota Pangkalpinang-Babel, Tanjungpinang-Riau, Salatiga-Jateng dan Bitung-Sulut). Hal ini berarti pertumbuhan yang tidak maksimal maksimal dialami oleh sekitar 8,9 juta anak Indonesia, atau 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting. Lebih dari 1/3 anak berusia di bawah 5 tahun di Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata. Penanganan stunting merupakan prioritas pembangunan nasional melalui Rencana Aksi Nasional Gizi dan Ketahanan Pangan. Sesuai dengan UU tentang Desa, maka terhadap upaya penanganan stunting yang sudah menjadi prioritas nasional sangat memungkinkan bagi Desa untuk menyusun kegiatan-kegiatan yang relevan dan yang bersifat skala desa melalui APBDes. Rujukan Belanja Desa untuk penanganan stunting diperkuat diperkuat dengan telah dikeluarkannya Permendesa No. 19 Tahun 2017 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa. Permendesa Permendesa No 19 Tahun 2017 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa 2018 , Bab
III Pasal 4, Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk membiayai kegiatan bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Bab III Pada Pasal 5 disebutkan bahwa kegiatan pembangunan Desa meliputi pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana pelayanan sosial dasar untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat
dan pendidikan. Bab III Pasal 7 Kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat meliputi dukungan pengelolaan kegiatan pelayanan sosial dasar di bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan dan anak. B. GAMBARAN UMUM 1. Pengertian Stunting
Stunting adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang ternyata lebih pendek dibanding tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusia). 2. Penyebab Stunting
a. Kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang lama sejak konsepsi sampai anak usia 2 tahun b. Anak sering sakit terutama diare, campak, TBC dan penyakit infeksi lainnya c. Keterbatasan air bersih dan sanitasi d. Ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga rendah 3. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh Stunting
a. Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh b. Dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua
B
agaimana Menangani Stunting? Masyarakat Desa baik tokoh agama, tokoh adat, tokoh
masyarakat, pemerintah desa, lembaga desa, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), karang taruna, kader posyandu, kader desa, bidan desa, guru PAUD serta
masyarakat yang peduli kesehatan dan pendidikan berperan aktif dalam memonitor seluruh sasaran sunting pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dalam mendapatkan intervensi sebagai berikut :
A. Intervensi Gizi Spesifik 1. Untuk Sasaran Ibu Hamil :
a) Pemberian makanan tambahan kepada semua ibu hamil yang kekurangan energi dan protein kronis dan berasal dari keluarga miskin b) Pendampingan kepada semua ibu hamil agar patuh mengonsumsi tablet tambah darah oleh Kader c) Kelas ibu hamil untuk kesehatan ibu hamil dan persiapan menyusui d) Pencegahan kecacingan dan malaria pada semua ibu hamil yang tinggal di daerah endemis malaria dengan pemberian kelambu anti malaria 2. Untuk Sasaran anak baru lahir hingga usia 23 bulan :
a) Pendampingan kepada semua ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan agar mampu memberikan ASI secara Eksklusif pada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan oleh petugas kesehatan dan kader b) Pembelajaran pola asuh Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) untuk ibu dalam bentuk kelas ibu, kunjungan rumah dan konseling dengan frekuensi minimal 8x (penyelenggaraan oleh kader, nara sumber dari petugas kesehatan-Puskesmas) c) Pemantauan pertumbuhan bayi dan anak usia 0-59 bulan oleh kader (meningkatkan partisipasi balita ke Posyandu (D/S) dan biaya transportasi rujukan anak dengan masalah gizi yang perlu ditindaklanjuti lebih lanjut d) Pendataan sasaran dan pendampingan pemberian makanan tambahan pemulihan untuk anak kurus umur 6-23 bulan dari keluarga miskin 3. Untuk Sasaran Keluarga :
a) Penyediaan air bersih skala desa b) Sanitasi lingkungan skala desa meliputi MCK, pembuangan sampah dan pengelolaan limbah c) Pendidikan gizi (gizi seimbang dan PHBS) penyelenggaraan oleh kader dengan narasumber petugas kesehatan-Puskesmas
B. Intervensi Gizi Sensitif
Intervensi dapat dilakukan Pemerintah Desa dengan mendorong kepedulian Desa dalam menangani masalah kesehatan ibu dan anak melalui penganggaran APB Desa. Idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan intervensi ini antara lain pembangunan dan penyediaan air bersih, sanitasi (jamban keluarga), ketahanan pangan dan gizi (melalui kebun gizi), penyuluhan kesehatan ibu dan anak (melalui Pola Hidup Bersih dan Sehat), pelatihan para Guru PAUD agar mampu memberikan penyuluhan pengasuhan (parenting), maupun mengajar anak usia dini. Selain itu kegiatan ini, pemerintah Desa dapat mendukung penuh kegiatan ini melalui prioritas Dana Desa bagi operasional Posyandu setiap bulannya, penyuluhan bagi remaja putri akan kebersihan alat reproduksi, meningkatkan layanan jaminan kesehatan masyarakat dan memastikan penguatan dan pelatihan Pendamping Lapang Keluarga Berencana. 10 CARA INTERVENSI STUNTING :
1. Ibu hamil mendapat tablet tambah
7. Berikan makanan pendamping ASI
darah, minimal 90 tablet selama
untuk bayi diatas 6 bulan hingga 2
kehamilan
tahun
2. Pemberian makanan tambahan ibu hamil 3. Pemenuhan gizi 4. Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli 5. IMD (Inisiasi Menyusu Dini) 6. Berikan ASI Eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan
8. Berikan imunisasi dasar lengkap dan Vitamin A 9. Pantau
pertumbuhan
balita
di
posyandu terdekat 10. Lakukan perilaku hidup bersih dan sehat
SANITASI UNTUK MENCEGAH STUNTING
Sulitnya akses air bersih dan sanitasi yang buruk dapat memicu stunting pada anak. Sanitasi Total Berbasis Lingkungan dicanangkan pemerintah untuk mengurangi penyakit stunting.
5 PILAR SANITASI TOTAL BERBASIS LINGKUNGAN :
1. Cuci tangan menggunakan sabun 2. Pengelolaan sampah rumah tangga 3. Berhenti buang air besar sembarangan 4. Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga 5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga C. TUJUAN
1. Perbaikan gizi masyarakat terutama pada ibu pra-hamil, ibu hamil dan anak 2. Peningkatan aksebilitas pangan yang beragam 3. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan 4. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat 5. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi D. SASARAN
Sasaran pada Pertemuan Penanganan Stunting adalah bidan koordinator pada masingmasing puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kab. Halmahera Barat. E. WAKTU DAN METODE KEGIATAN 1. Waktu
Pelaksanaan Kegiatan Penanganan Stunting pada Hari 2. Tempat
Penanganan Stunting dilaksanakan di Villa Gabah.
3. Metode
Metode yang digunakan adalah pemberian materi dan diskusi. F. PESERTA
Peserta pada Pertemuan Penanganan Stunting berjumlah 13 orang yang terdiri atas Bidan Koordinator KIA dari masing-masing puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kab. Halmahera Barat. G. PENANGGUNG JAWAB
Penanggung jawab pada Pertemuan Penanganan Stunting adalah Kepala Seksi Kesehatan Ibu, Anak dan Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Barat. H. PEMBIAYAAN
Pembiayaan pada Pertemuan Penanganan Stunting berasal dari Dana Alokasi Khusus Dinas Kesehatan Kab. Halmahera Barat Tahun Anggaran 2018. I.
PENUTUP
Demikian laporan Pertemuan Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2018 ini kami buat sebagai bahan laporan, atas perhatian dan kerjasamanya disampaikan terima kasih.
Jailolo, 9 September 2017
Ketua Panitia
DOKUMENTASI