(TITRASI PENGENDAPAN) Lecture of Dr. Tutus Tutus Gusdinar Gusdi nar Pharmacochemistry Research Group INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
• Jumlah metode tidak sebanyak titrasi asam-basa • Kesulitan mencari indikator yang sesuai
, terutama jika ada efek kopresipitasi (kristal) di dalam suatu pelarut pada suhu tertentu.
BaSO4(p)
Ba2+ + SO42-
Tetapan Hasilkali Kelarutan : Ksp = [Ba2+] [SO42-] Hasilkali kelarutan
Larutan jenuh dapat dicapai dengan terus menerus hingga zat tidak melarut , konsentrasi ion-ion tertentu hingga terbentuk endapan.
Suhu, sifat pelarut, dan ion-ion lain yang er ap apa a a am ar aru u an an,, me memp mpen enga garu ru kelarutan suatu zat.
2
. 2. SIFAT SIFAT PEL PELARU ARUT T 3. IO ION N SEJE SEJENI NIS S 5. pH . 7. HID HIDRO ROKSI KSIDA DA LOG LOGAM AM 8. PEMB PEMBENTU ENTUKAN KAN SENY SENYAWA AWA KOMP KOMPLEKS LEKS
1. Efek suhu larutan kelarutan meningkat jika suhu naik. , penyaringan dan pencucian endapan a u an an a am ea aan ar aru an panas. Kecuali untuk endapan yang dalam larutan panas memiliki kelarutan kecil (mis. H l M NH P k i rin setelah terlebih dahulu didinginkan di .
2. Efek sifat pelarut Kebanyakan garam anorganik larut dalam air dan tidak besar dan tertarik oleh kation dan anion membentuk ion hidrat. Sebagaimana ion hidrogen yang membentuk H 3O+, energi yang dibebaskan pada saat interaksi ion dengan pelarut akan membantu meningkatkan gaya tarik ion . Ion-ion dalam kristal tidak memiliki gaya tarik terhadap , kelarutan dalam air. Pada analisis kimia, perbedaan kelarutan men adi dasar untuk emisahan sen awa. Contoh : campuran kering Ca(NO3)2 + Sr(NO3)2 dipisahkan dalam campuran alkohol + eter, hasilnya Ca(NO 3)2 larut, se ang an r arut. 3 2 t a
3. Efek ion sejenis Endapan lebih mudah larut dalam air daripada dalam larutan an men andun ion se enis. Mis. ada A Cl [Ag+][Cl-] tidak lebih besar dari tetapan (Ksp AgCl = 1x10 -10) di dalam air murni di mana [Ag+] = [Cl-] = 1x10-5 M; jika ditambahkan AgNO3 hingga [Ag+] = 1x10-4 M, maka Cl- turun men adi 1x10-6 M, sehin a reaksi ber eser ke kanan sesuai arah : Ag+ + ClAgCl Ke dalam endapan terjadi penambahan garam, sedangkan jumlah Cl- dalam larutan menurun. Teknik penambahan ion sejenis dilakukan oleh analis untuk tu uan : 1 menyempurna an pengen apan 2) pencucian endapan dengan larutan yang mengan ung on se en s engan en apan
Jika kelebihan ion sejenis cukup besar, maka kelarutan endapan lebih besar dari harga yang diperkirakan dari Ksp, oleh sebab itu penambahan ion sejenis dibatasi . Contoh : Hitunglah kelarutan molar CaF 2 dalam a) air; - . , . 2 , 2 = Hidrolisis diabaikan. 2+
2(p)
-
a) Kelarutan s = [Ca2+], maka [F-] = 2s 2+
-
s . (2s)2 = 4x10-11, maka s = 2,1 x 10-4 M - = = , = , c) [Ca2+] = s ; [F-] = (0,01+s); diperoleh s = 4 x 10 -7 M , besar daripada efek [Ca2+].
Kelarutan Ag-halida dlm Na-halida pd 18 oC Kelarutan AgX, M 1 10-2 AgCl
10-4 A Br 10-6 AgI 1010-10 10-8
10-6
10-4
10-2
1
Konsentrasi NaX, M
4. Efek aktivitas ion
yang mengandung ion-ion yang tidak bereaksi dengan ionon pem en u en apan. enomena n se u e e a v as ion atau efek ion berlainan (diverse ion effect ) atau efek garam ne ra . s. e aru an g an a 4 a am aru an KNO3. [KNO3] (M)
[AgCl]x10-5 M
[BaSO4]x10-5 M
0,000 (air)
1,00
1,00
0,001
1,04
0,005
1,08
,
,
Δ=12%
1,21 1,48 ,
Δ=70%
Molaritas meru akan aktivitas an ter adi dlm larutan an san at encer, jika konsentrasi larutan makin pekat maka koefisien aktivitas (f) menurun cepat, akibat gaya tarik lebih besar yang terjadi antar ion yang berbeda muatan. Efektivitas ion-ion (pada kondisi setimbang) juga menurun dan penambahan endapan harus dilakukan agar aktivitas kembali ke semula.
aAg+ . aCl- = Kosp (Ksp pada kondisi aktivitas tertentu) + . o Ag+ Cl [Ag+][Cl-] = Kosp / fAg+ . fCl- = Ksp Jika koefisien aktivitas kedua ion kecil, maka hasilkali konsentrasi molar besar. Kenaikan kelarutan BaSO4 lebih besar daripada AgCl, karena koefisien aktivitas ion divalen lebih kecil daripada ion univalen Dalam larutan sangat encer f = 1, maka Ksp = Kosp.
Kenaikan relatif kelarutan AgCl dan BaSO 4 a am aru an 3 s/so 1,7 ,
BaSO4
1,5 1,4 , 1,2
AgCl
1,1 , 0,001
0,005
0,01
KNO3 (M)
Contoh : Hitung kelarutan molar BaSO4 dalam larutan KNO3 0,01 M men unakan koefisien aktivitas an dihitun dari persamaan Debye-Huckel. Larutan KNO 1:1 memiliki kekuatan ion = molaritas = 0 01M. Dari tabel dapat dibaca : fBa2+ = 0,667 ; fSO42- = 0,659 Ks = 1 00 x 10-10 / 0 667 x 0 659 = 2 27 x 10 -10 = s2 maka s = 1,51 x 10-5 M. Efek aktivitas ion tidak menyebabkan permasalahan serius . Reaksi pengendapan jarang dilakukan pada konsentrasi tinggi. , yang besar.
5. Efek pH Kelarutan garam dari asam lemah tergantung kepada pH larutan. Contoh : oksalat, sulfida, hidroksida, karbonat, fosfat. Proton bereaksi dengan anion membentuk asam lemah sehingga mempertinggi kelarutan garam. Contoh : a) Garam monovalen : MA(p) M+ + AHA + H O H O+ + AKonsentrasi analitik Ca = [A-] + [HA] = [A -]{[H3O+]+Ka}/Ka Fraksi A- : A- /Ca = Ka / H O+ +Ka = α [A-] = α1 .Ca Substitusi ada Ks = M+ A- = M+ . α .Ca Ksp/ α1 = Kef = [M+].Ca K = Teta an kesetimban an efektif bervariasi terhada H karena pH tergantung kepada α1.
b) Garam divalen : MA2 H2A + 2 H2O
Kef = Ksp/
1
M2+ + 2 A22 H3O+ + A22
= [M2+] Ca2
[A2-] = α2 . Ca α2 = Ka1.Ka2 / { [H3O+]+[H3O+]Ka1+Ka1Ka2 }
Kef = Ksp/
2+] . Ca = [M 2
Konsentrasi molar spesi besi dlm larutan feri ro s a s g ungs p pa a su u amar [Fe3+][OH-]3 = Ksp = 2 x 10-39 [FeOH2+][H+]/[Fe3+] = 9 x 10-4
Fe3+
-1 FeOH2+
2
-2
+
+ 2
3+
-7
[Fe2(OH)24+][H+]2/[Fe3+]2 = 1,1 x 10-3
-3 -4
Fe(OH)2+
-5 -6 Fe2(OH)24+
-7 0
1
2
3
4
5
pH
Kelarutan HgS pd 20 oC sbg fungsi pH dlm larutan -
2
log [H2S],log [HS-]
log [Hg]total, log [Hg(HS)2], dst H2S
HS-
-2
-6
-3 -7 -8
Hg.HS2-
-5
Hg(HS)2
HgS22-
4
5
6
7
pH
8
9
10
6. Efek hidrolisis Jika garam dari asam lemah dilarutkan di dalam air terjadi perubahan pH larutan. MA M + + AA - + H2 O HA + OHJika HA san at lemah, MA tidak larut, maka Ka dan Ks kecil. Jika [A-] kecil, maka reaksi hidrolisis lebih sempurna. Da at ter adi 2 ekstrim an ter antun besarn a har a Ks : a) Kelarutan sangat kecil di mana pH air tidak berubah karena ter adi hidrolisis. b) Kelarutan cukup besar di mana ion OH- yang bersumber
7. Efek hidroksida logam Jika hidroksida logam dilarutkan di dalam air, terjadi seperti . M(OH)2 M2+ + 2 OH- + + 2 3 [M2+][OH-]2 = Ksp - = w 3 Charge balance : 2 [M2+] + [H3O+] = [OH-] ar persamaan erse u apa ung e aru an mo ar. Pada saat M(OH)2 larut maka [OH-] naik, sehingga menggeser [OH-] pada kesetimbangan disosiasi air ke kiri : M(OH)2 (p) M2+ + 2 OH2 H2O H3O+ + OH-
tergantung kepada besarnya kelarutan ion hidroksida : . [H3O+] = [OH-] = 1,0 x 10-7 = s = Ksp / (1,0 x 10-7)2 b) Kelarutan cukup besar mengakibatkan kenaikan [OH-], + . 3 Charge balance persamaan di atas menjadi 2+ = - = Ksp = [M2+][OH-]2 = s (2s)2 s=
Ksp / 4
8. Efek pembentukan senyawa kompleks Kelarutan ‘garam sukar larut’ dipengaruhi oleh zat-zat yang . pengkompleks dapat berupa anion atau molekul netral, baik . hidrolisis di mana OH- sebagai ion pengkompleks. . 3 Ag+ + NH3 Ag(NH3)+ K1 = 2,3 x 103 3 3 3 2 2 = , Fraksi perak dalam bentuk bukan kompleks ( β2) dihitung sbb : + 1 = 2 = 3 + 1 2 3 Ag Ksp = [Ag+][Cl-] = β2 CAg [Cl-] sp 2 = ef = Ag
Contoh : Hitung kelarutan molar AgCl dalam larutan NH 3 , dalam larutan). Ksp AgCl = 1,0 x 10-10. Tetapan kestabilan K = 2,3 x 103 dan K = 6,0 x 103. = 1 / 1 + 2 3 + 103 10-2 + 1 4 x 107 10-2 Kef = 1,0 x 10-10 / 7,1 x 10-4 = 1,4 x 10-7 s = C = Cls2 = 1,4 x 10-7 , maka s = 3,4 x 10-4 M
2
= 7 1 x 10-4
Banyak endapan yang membentuk senyawa kompleks . turun hingga melewati minimum karena ada efek ion , kompleks cukup banyak.
AgCl membentuk kompleks dengan Ag+ dan Cl- : g + g 2AgCl2- + ClAgCl32g + g g2 urva e aru an g a am aru an a an g g e 3 mudah larut dalam AgNO3 0,1 M dan NaCl 1 M daripada dalam air) -1
-2
-3
-4
log[Cl-]
-4
-3
-4 -6 -7
-1 log[Ag+]
-3
log[Ag+]
-2
log[Cl-]
Kurva Titrasi 50 ml larutan NaCl 0,10 M dititrasi dengan larutan AgNO 3 , . buat kurva pCl vs ml AgNO3. Ksp AgCl = 10 x 10 -10. Awal sebelum titrasi : [Cl-] = 0,10 M, maka pCl = 1,00 Setelah penambahan 10 ml AgNO3 : +
awal
1,00 mmol - , kesetimbangan , , pCl = 1,17
-
5,00 mmol - , 4,0 mmol ,
Setelah penambahan 49,9 ml AgNO3 : g + g p awal 4,99 mmol 5,00 mmol peru a an - , mmo - , mmo kesetimbangan 0,01 mmol - = , mmo , m = , x pCl = 4,00 Pada titik ekivalen (TE) : Ag+ + ClAgCl (p) awal 5,00 mmol 5,00 mmol perubahan - 5,00 mmol - 5,00 mmol kesetimbangan [Ag+] = [Cl-] [Ag+][Cl-] = Ksp = 1,0 x 10-10 [Cl-] = 1,0 x 10-5 maka pCl = 5,00
,
3
Ag+ + ClAgCl (p) , , perubahan - 5,00 mmol - 5,00 mmol , [Ag+] = 1,00 mmol / 110 ml = 9,1 x 10 -3 M = , – , = , = ,
Secara umum untuk halida : g + g p Tetapan kesetimbangan : K = 1 / [Ag+][X-] = 1 / Ksp a n ec sp ma n esar suatu t tras .
ARGENTOMETRI
AgI AgBr
10-10
Ksp AgCl = 1 x KspAgBr = 2 x 10 -12 KspAgI = 1 x 10-16
11 10
AgCl
pX
6 4 2 10
20
30
40
50
60
70
80 3
Kela akan titrasi Harga K yang diperlukan untuk titrasi yang layak dapat – . Contoh : , AgNO3 0,10 M. Hitung K dan Ksp AgX jika penambahan 49,95 ml titran akan men ebabkan reaksi sem urna di mana pX berubah sebesar 2,00 unit pada penambahan 2 tetes (0,10 ml) titran. NaX sebagai garam yang larut sempurna Ag+ + XAgX (p) K = 1/Ksp Pada saat 1 tetes sebelum TE terjadi penambahan keseluruhan 4,995 mmol Ag+, masih diperlukan (50 x 0,10) - 4,995 mmol = 0,005 mmol utk mencapai TE.
-
= ,
mmo
,
m =
x
-
.
a ap = ,
a a p = , ma a p = , a au - = x Pada saat itu volume titran terpakai = 50,05 ml (kelebihan e es ar , ma a [Ag+] = 0,05 x 0,10 mmol / 100,05 ml = 5 x 10-5 M K = 1 / {(5 x 10- )(5 x 10- )} = 4 x 10 Ksp = 1 / (4 x 1010) = 2,5 x 10-11 M b) Jika ΔpX = 1,00 maka akan diperoleh K = 4 x 10 9
Harga pX pada TE titrasi X- dengan Ag+ tergantung kepada konsentrasi analit dan titran. Efeknya sama seperti pada titrasi asam–basa. Makin kecil [X-] makin tinggi pX sebelum TE dan makin kecil pX pada TE. Jika konsentrasi titran diperkecil, cabang kurva setelah TE akan rendah dan harga pX pada TE juga rendah. Pada titrasi Cl- dengan Ag+, supaya diperoleh titik akhir titrasi an baik konsentrasi kedua ereaksi titran dan analit) harus lebih kecil dari 0,10 M.
Metode titrasi pengendapan
Argentometri Merkurimetri Titrasi Kolthoff
ARGENTOMETRI Titrasi pengendapan yang paling banyak dipakai adalah Ar entometri, karena hasilkali kelarutan garam perak halida (pseudohalida) sangat kecil : Ksp AgCl Ksp AgBr
= 1,82 . 10-10 , . -12 = 5,0 . 10-13
Ksp AgCN = 2,2 . 10-16 , . -17
Tiga cara penentuan titik ahir titrasi : cara Volhard cara Fajans
4 Fe3+
-
indikator Fluorescein (indikator adsorpsi)
ARGENTOMETRI
– MOHR
Titrasi Mohr digunakan untuk menentukan kadar . (CrO42-) sbg indikator titik ahir karena membentuk 2
4
dengan ion perak. = , . . 2 4 Ksp AgCl = 1,82 . 10-10 mol2.L-2 [ Perhatikan satuan stoikiometrinya ] Meski un teta an hasilkali kelarutan Ks A CrO hampir sama dengan Ksp perak (pseudo)halida, teta i kelarutan kedua aram erak tsb berbeda.
Titrasi Mohr dilakukan pada pH 7-9 (netral hingga basa lemah). dikromat akan menurunkan kepekaan [CrO42-] shg 2 4. 2
r
4
-
+ 2
+
r2
7
-
+
2
Jika pH terlalu besar (larutan basa) akan terbentuk enda an A O.
+
Ag+ + CrO42-
-
Ag2CrO4 (p) merah
Kelarutan Ag2CrO4 > Kelarutan AgCl -5 -5 , ,
Jika larutan Ag+ ditambahkan ke dalam larutan 2-, akan mengendap lebih dulu, sementara itu + , hasilkali kelarutan melampaui Ksp Ag2CrO4 (2,0 -12 .
Pada TE : A = Cl = 5 00 [Ag+][CrO42-] = 2,00 x 10-12 CrO 2- = 2 00x10-12 / 1 0x10-5
2
= 0 02 M
Konsentrasi tersebut terlalu tin i karena warna kuning CrO42- akan mengganggu pengamatan terbentukn a enda an A CrO merah . Dalam praktek biasanya digunakan 0,005 s/d 0,01 M su a a kesalahan titrasi di erkecil dan masih bisa dikoreksi dengan titrasi blanko indikator, atau den an membakukan A NO terhada suatu garam klorida yang murni (titrasi dilakukan dalam kondisi an sama den an titrasi sampel).
Titrasi Mohr terbatas pada pH 6-10 (atau 7-9). a am aru an asa a an er a rea s : Ag+ + OH2AgOH Ag2O + H2O - u u u u 4 sehingga hanya sedikit HCrO4- yang terionisasi, : 2H+ + CrO422HCrO4Cr2O72- + H2O Jika
(kromat) [CrO42-]
(dikromat)
terlalu rendah ( < 0,005 M) akan
untuk mengendapkan Ag2CrO4; hal itu akan . 2
7
-
argentometri karena Ag2Cr2O7 mudah larut.
Metode Mohr da at di unakan untuk titrasi Brdan CN- dalam larutan basa lemah, sedangkan untuk I- dan CNS- tidak feasible karena akan terjadi adsorpsi oleh endapan. Ag+ tidak dapat ditritrasi langsung oleh Clmen unakan indikator CrO 2- karena Ag2CrO4 akan terbentuk lebih awal dan melarut lambat men elan TE. Untuk hal tsb da at digunakan teknik titrasi balik : Ag+ ditambah Cl- baku berlebih kemudian Cl- sisa dititrasi dengan larutan Ag+ baku menggunakan indikator CrO 2-.
ARGENTOMETRI
- VOLHARD
Titrasi Volhard merupakan teknik titrasi balik, ada indikator yang tepat utk pemastian TE. Larutan perak ditambahkan berlebih ke dalam a u a pseu o a a Br- + Ag+ AgBr (endapan) berlebih
Setelah reaksi sem urna enda an disarin kemudian larutan dititrasi dengan larutan baku tiosianat Ag+ + SCNAgSCN (larutan)
berwarna merah hasil reaksi Fe3+ dg ion tiosianat : Fe3+ + SCN[Fe(SCN)]2+ Reaksi harus suasana asam karena ika basa akan mudah sekali terbentuk endapan Fe(OH)3. sp 3 = . (dalam titrasi biasa digunakan [Fe3+] = 10-2 M) Soal :
Larutan mengandung sejumlah tertentu KBr dititrasi secara Volhard. per u an penam a an m g , er e , 3 kemudian dititrasi dengan 18,3 ml larutan KSCN 0,100 M menggunakan indikator Fe3+ Hitung berapa konsentrasi Br- yang terdapat dalam larutan awal.
Metode Volhard banyak digunakan untuk reaksi Ag+ dan Cl- karena selain kelarutan endapannya kecil, Fe3+. Jika metode ini dilakukan dalam suasana netral a an terganggu o e en apan at on- at on a n. Metode Volhard digunakan pada titrasi langsung +
-
pada penentuan kadar Cl-, Br- dan I-. a a t tras t a angsung r- an - t a terganggu oleh CNS- karena kelarutan AgBr = kelarutan AgCNS sedangkan kelarutan AgI < kelarutan AgCNS.
Kesalahan titrasi Cl- dapat terjadi jika endapan AgCl bereaksi lanjut dengan CNS- : -
-
arena e arutan g < e arutan g ma a reaksi di atas akan bergeser ke arah kiri, sehingga hasil analisis Cl- menjadi lebih kecil. Hal tsb dapat dengan penambahan nitrobenzen (racun !) -. se e um t tras engan tro enzen men a lapis minyak yang memisahkan endapan dari CNS-.
ARGENTOMETRI
– FAJANS
Titrasi Fajans menggunakan indikator adsorpsi, yakni senyawa organik yg teradsorpsi ke permukaan padat endapan (koloidal) selama proses titrasi berlangsung. Contoh : Fluoresens sbg anion fluoresenat (hijau kuning) bereaksi dg Ag+ membentuk endapan merah intensif yg teradsorpsi ke permukaan endapan koloidal krn adanya pasangan muatan ion. Awal titrasi Akhir titrasi : Ag+IndInd-
-
Cl-
ClCl-
Cl-
AgCl
Cl-
Cl-
Ag+
ClAgCl
Ag+ IndAg+ Ag+
Ag+ Ind-
Adsorpsi senyawa organik berwarna pada permukaan endapan dapat menginduksi pergeseran . Gejala tsb digunakan untuk mendeteksi titik akhir t tras pengen apan garam-garam pera . Sebelum TE : (AgCl).ClLapisan primer
M+ Lapisan sekunder
Kelebihan Cl-
Setelah TE : (AgCl).Ag+
X-
La isan rimer
La isan sekunder
Kelebihan A
+
Suatu endapan cenderung mengadsorpsi lebih mudah ion-ion yang membentuk senyawa tidak larut dengan satu dari ion-ion dalam kisi endapan. Jadi, Ag+ ataupun Cl- akan lebih mudah diadsorpsi +
NO3-. Anion yang ada dalam larutan akan tertarik membentuk lapisan sekunder. Fluoresein adalah asam organik lemah, membentuk anion fluoreseinat yang tidak dapat diadsorpsi oleh endapan koloidal AgCl selama Cl- berlebih. Akan tetapi saat Ag+ berlebih akan terjadi adsorpsi anion fluoreseinat ke lapisan Ag+ yang melapisi endapan, diikuti dengan perubahan warna menjadi pink.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memilih indikator adsorpsi : menjadi partikel besar, karena akan permukaan endapan terhadap indikator. Jika itu , , sebagai koloid pelindung agar endapan . maka perubahan warna menjadi reversibel, dan dengan larutan baku Cl-.
2) Adsorpsi indikator harus mulai terjadi sesaat sebelum TE dan makin cepat pada TE. Indikator yang jelek performansinya akan teradsorpsi kuat sehingga mensubstitusi ion-ion yang telah teradsorpsi sebelum TE. 3) pH larutan harus terkontrol agar dapat mempertahankan konsentrasi ion dari indikator asam lemah ataupun basa. Misalnya, fluoresein (Ka = 10-7) dalam larutan yang lebih asam dari pH 7 melepas fluoreseinat sangat kecil sehingga perubahan warna tidak dapat diamati. Fluoresein hanya dapat digunakan pada pH 7-10, sedangan difluoresein (Ka=10-4) digunakan pada pH 4-10.
4) Sebaiknya dipilih ion indikator yang muatannya berlewanan dengan ion penitrasi. Adsorpsi indikator tidak terjadi sebelum terjadi kelebihan titran. Pada titrasi Ag+ dengan Cl- dapat digunakan metil violet (garam klorida dari suatu basa organik) sebagai indikator adsorpsi. Kation tidak teradsorpsi sebelum terjadi kelebihan Cl- dan koloid bermuatan ne atif. Dalam hal tersebut dapat digunakan indikator , sesaat menjelang TE.
Efek Pembentukan Kompleks Banyak endapan membentuk kompleks larut dengan ion-ion pengendap. AgCl membentuk kompleks dg Ag+ dan ClAgCl + ClAgCl2 + ClAgCl + Ag+
AgCl2AgCl32Ag2Cl+
-1
-2
-3
-4
log [Cl-]
- 3
-4
-3
log [Ag+]
- 4 -
dan AgNO3 :
- 6 - 7
AgNO3 0,1 M dan NaCl daripada dalam air
- 8
log [Ag+]
-2
log [Cl-]
-1
Indikator Adsorpsi INDIKATOR
ANALIT
TITRAN
KONDISI REAKSI
Diklorofluoresein Fluoresein Eosin Thorin
ClClBr-, I-, SCNSO42-
Ag+ Ag+ Ag+ Ba2+
pH = 4 pH = 7 – 8 pH = 2 pH = 1,5 – 3,5 – lar. asam HNO3 s/d 0,3 M lar. netral 0,02 M lar. 0,1 M
-
Ungu Metil Rhodamin 6G Ortokrom T Biru Bromfenol
Ag+ Ag+ Pb2+ Hg22+
+
ClBrCrO42Cl-
Contoh Titrasi Pengendapan ANALIT
TITRAN
INDIKATOR
Cl-, Br-
AgNO3
K2CrO4
-,
-, -,
METODE Mohr
-
Br-,I-,SCN-,AsO43-
AgNO3 + KSCN
Fe(III)
Cl-,CN-,CO32-,S2C2O42-,CrO42-
AgNO3 + KSCN
Fe(III)
FSO42PO43r 4Ag+ Zn2+ g2
Th(IV) BaCl2 PbAc2 c2 KSCN K4Fe(CN)6 a
Alizarin Tetrahidroksikinolin Dibromofluoresein uorese n Fe(III) Difenilamin ru rom eno
Volhard (tanpa saring) Volhard (disaring) Fajans Fajans Fajans a ans Volhard Fajans a ans
TITRASI MERKURIMETRI Hg2+ + 2 Cl-
HgCl2 (berlaku utk halida lain)
Jika ion halida dititrasi dengan merkuri nitrat, pd TE tidak ada [Hg2+] karena selama titrasi terbentuk endapan HgCl 2, namun setelah TE terjadi kenaikan [Hg 2+] yg segera bereaksi dg indikator membentuk kompleks Hg-Indikator; mis. indikator nitroprusid membentuk endapan putih, indikator difenilkarbazid atau difenilkarbazon dlm asam membentuk warna ungu intensif. Diperlukan koreksi dg titrasi blanko : 0,17 ml Hg(NO3)2 0,1 N untuk 50 ml HgCl 2 0,05 N. 2 TE
karena [Hg2+] berlebih akan beraksi dg HgCl 2 : 2+
+
TITRASI KOLTHOFF Penentuan kadar Zn2+ (sebagai titran) diendapkan dg larutan baku K-Ferosianida
2 K Fe CN
+ 3 Zn2+
kalium besi(II) sianida
K Zn Fe CN
+ 6 K+
kalium seng besi(II) sianida
, molibdat, FeCl3, dll, namun diperlukan ketrampilan khusus; shg lebih baik gunakan indikator internal seperti difenilamin, difenilbenzidin, difenilamin sulfonat, dll.
E = Eo + 0,060 log [Fe(CN)63-] / [Fe(CN)64-] Campuran fero-ferisianida dlm asam memiliki potensial reduksi jauh lebih kecil dp yg diperlukan utk mengoksidasi indikator, hingga diperoleh bentuk teroksidasi berwarna intensif. Jika ke dalam campuran tsb ditambahkan Zn2+ akan terjadi endapan Zn-ferosianida, diikuti kenaikan potensial reduksi karena Fe(CN)64hilan dari larutan. Setelah Fe CN 4- bereaksi sem urna akan ter adi kenaikan tajam potensial reduksi dan muncul warna biru (bentuk indikator teroksidasi) akibat adanya kelebihan Zn2+. Pada TAT akan muncul warna biru telor asin.