73
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN Ekstrak ETANOL DAUN,
BUAH dan SERBUK GERGAJI KAYU EBONI
(Diospyros celebica Bakh.) DENGAN METODE
DPPH (1,1-diphenyl-2- picrylhydrazyl)
SKRIPSI
zulkifly nurdiansyah
g 701 13 165
PROGRAM STUDI FARMASI jurusan farmasi
fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam
universitas tadulako
AGUSTUS 2017
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN Ekstrak ETANOL DAUN, BUAH dan SERBUK GERGAJI KAYU EBONI
(Diospyros celebica Bakh.) DENGAN METODE
DPPH (1,1-diphenyl-2- picrylhydrazyl)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Farmasi FMIPA
Universitas Tadulako
zulkifly nurdiansyah
g 701 13 165
PROGRAM STUDI FARMASI jurusan farmasi
fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam
universitas tadulako
AGUSTUS 2017
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul
:
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun, Buah dan Serbuk Gergaji Kayu Eboni (Diospyros celebica Bakh.) Dengan Metode DPPH (1,1-diphenyl-2- picrylhydrazyl)
Nama
:
Zulkifly Nurdiansyah
Stambuk
:
G 701 13 165
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan pada Seminar Hasil
Palu, Juni 2017
Pembimbing I Pembumbing II
Akhmad Khumaidi, S.Si., M.Sc., Apt. Yonelian Yuyun, S.Farm., M.Si., Apt.
NIP. 19830705 2008 01 1 008 NIP. 19840617 2009 12 2 004
Mengetahui,
Ketua Jurusan Farmasi
FMIPA Universitas Tadulako
M. Sulaiman Zubair, M.Si., Ph.D., Apt.
NIP. 19801106 2006 04 1 001
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
Judul : Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun, Buah Dan Serbuk Gergaji Kayu Eboni (Diospyros celebica Bakh.) Dengan Metode Dpph (1,1-diphenyl-2- picrylhydrazyl)
Nama : Zulkifly Nurdiansyah
Stambuk : G 701 13 165
Disetujui Tanggal :
DEWAN PENGUJI
Ketua
:
M. Sulaiman Zubair, M.Si., Ph.D., Apt.
…………
Sekretaris
:
Yonelian Yuyun, S.Farm., M.Si., Apt
…………
Penguji 1
:
Agustinus Widodo, S.Farm., M.Farm., Apt.
…………
Penguji 2
:
Jamaluddin, S.Farm., M.Si.
…………
Penguji 3
:
Dr. Abd. Rahman Razak, M.Si., Apt.
…………
Penguji 4
:
Yusriadi, S.Si., M.Si., Apt.
…………
Penguji 5
:
Ihwan, S.Si., M.Kes., Apt.
…………
Mengetahui
Dekan FMIPA
Universitas Tadulako
Dr. M. Rusydi. H., M.Si
NIP. 19631113 199203 1 001
P E R N Y A T A A N
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Palu, agustus 2017
Penulis,
Zulkifly Nurdiansyah
G 701 13 165
ABSTRAK
Secara empiris, tumbuhan eboni (Diospyros celebica Bakh.) dipercaya dapat menyembuhkan penyakit seperti diabetes. Adanya aktivitas antidiabetes secara empiris memungkinkan adanya aktivitas antioksidan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pembuktian secara ilmiah terkait aktivitas antioksidan dari bagian daun serta bagian lain dari kayu eboni (buah dan serbuk gergaji eboni). Metode penelitian meliputi proses ekstraksi menggunakan cara maserasi oleh pelarut etanol. Ketiga ekstrak tersebut selanjutnya diuji aktivitas antioksidannya menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) untuk menentukan nilai IC50. Terakhir dilakukan identifikasi senyawa antioksidan yang terkandung dalam ekstrak menggunakan metode KLT dengan penyemprotan pereaksi DPPH serta golongan senyawa. Hasil penelitian menunjukkan nilai IC50 yang diperoleh dari asam askorbat, ekstrak daun, ekstrak buah dan ekstrak serbuk gergaji kayu eboni berturut-turut 20,91 μg/ml, 21,15 μg/ml, 21,55 μg/ml dan 21,37 μg/ml. Hasil uji KLT menunjukkan senyawa yang berperan sebagai antioksidan yaitu fenolik pada ekstrak daun dan buah dan steroid pada ekstrak serbuk gergaji kayu eboni. Kesimpulan penelitian ini, ekstrak eboni berpotensi untuk dikembangkan sebagai antioksidan.
Kata kunci : Eboni, Diospyros celebica Bakh., Antioksidan, DPPH
A B S T R A C T
Empirically, ebony plant (Diospyros celebica Bakh.) believed to cure diseases such as diabetic. The present of antidiabetic activity empirically enabling antioxidant activity. Therefore it is necessary to prove scientifically related antioxidant activity of the leaf and other parts of ebony (fruit and sawdust). The research method includes the extraction maceration by ethanol solvent. The three extracts then tested for their antioxidant activity using the DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) method to determination the IC50 value. Last done identification of compounds contained in the extract using TLC method by sparying DPPH reagent and chemical compounds. The result showed that the IC50 values obtained of ascorbic acid, leaf extract, fruit extract and eboni sawdust seaquins repectively 20,91 μg/ml, 21,37 μg/ml, 21,55 μg/ml and 21,15 μg/ml. The result of TLC test showed the compounds that act as antioxidant is phenolic in leaf and fruit and steroid on ebony sawdust extract. In conclusion of this study, ebony extract has the potential to be developed as an antioxidant.
Keywords : Ebony, Diospyros celebica Bakh., Antioksidan, DPPH
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, Yang Maha Pemurah, yang tidak pernah putus memberi karunia kepada makhluk-Nya di muka Bumi ini, yang senantiasa memberi kekuatan, kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun, Buah dan Serbuk Gergaji Kayu Eboni (Diospyros celebica Bakh.) dengan Metode DPPH (1,1-diphenyl-2- picrylhydrazyl)" sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi di Program Studi Farmasi Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.
Selama proses penyusunan skripsi ini, telah banyak pihak yang memberikan bantuan dan motivasi yang sangat berarti. Oleh karena itu, dengan segala hormat penulis menyampaikan terima kasih sedalam-dalam kepada semua pihak yang berperan penting dalam penyelesaian skripsi ini. Teristimewa penulis mempersembahan untuk Papa dan Mama tercinta Tajuddin Kade dan Hj. Rahma. Terima kasih atas segala doa, dukungan biaya, fasilitas, nasihat dan didikan yang telah diberikan selama ini. Rasa terimakasih juga penulis persembahkan kepada kakak tersayang Irwanto Tajuddin, Novita, Ferdiansyah dan adik saya Moh. Wahyudin yang selalu memberikan dorongan dan dukungan serta mendoakan kesuksesan penulis.
Penghargaan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Akhmad Khumaidi S.Si, M.Sc, Apt dan Ibu Yonelian Yuyun, S.Farm., M.Si., Apt selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, wawasan, arahan, dan meluangkan waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala hormat ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
Bapak Prof.Dr. Ir. Muhammad Basir, SE., MS., selaku Rektor Universitas Tadulako yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Tadulako.
Bapak Dr. M. Rusydi. H., M.Si selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Prodi Farmasi FMIPA UNTAD.
Ibu Arsa Wahyu Nugrahani, S.Farm., M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan kepada penulis.
Bapak Agustinus Widodo, S.Farm., M.Farm., Apt., Jamaluddin, S.Farm, M.Si., Dr. Abd. Rahman Razak, M.si., Apt., Yusriadi, S.Si., M.Si., Apt., Muhamad Rinaldhi Tandah, S.Farm., M.Sc., Apt. yang telah memberikan masukan, arahan dan kritikan hingga selesainya skripsi ini.
Seluruh staf Dosen Program Studi Farmasi FMIPA UNTAD yang telah membantu penulis sejak awal kuliah hingga terselesaikannya tugas akhir ini.
Laboran Farmasi FMIPA UNTAD (ka Iyan, ka Lena, Pak Joko, ka Isti, Ka Mute) atas semua bantuannya.
Untuk seluruh keluarga besar dimanapun berada, terima kasih atas semua yang telah diberikan.
Mohammad Najib dan Hartono, Terima Kasih atas dukungan moril maupun material selama ini, maafkan jika penulis selalu merepotkan.
Sahabat-sahabat yang selalu mendukung (Moh. Farid Maulida, Rezky Hardiyanti dan Khairiah Kartini) terima kasih atas segalanya, maafkan penulis yang selalu merepotkan.
Rekan-rekan seperjuangan 'Kapsul 13' terima kasih atas segala kebersamaan, kerja sama, bimbingan, bantuan dan motivasi selama ini, serta seluruh mahasiswa Farmasi Angkatan 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016.
Semua pihak yang tidak bisa bisa disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu penulis selama penelitian dan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, semoga apa yang tersirat dalan tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Palu, agustus 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
DAFTAR ISTILAH .................................................................... .. ... ... ........ xvii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................ 1
Rumusan Masalah ...................................................................... 2
Tujuan Penelitian ........................................................................ 2
Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
Batasan Masalah ...................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4
2.1 Tanaman Eboni (Diospyros celebica Bakh.) ................................ 4
2.1.2 Deskripsi ............................................................................ 5
2.1.3 Khasiat Farmakologi .......................................................... 6
2.1.4 Kandungan Kimia ............................................................... 6
2.2 Radikal Bebas dan Antioksidan ................................................. 6
2.3 DPPH (Diphenylpicrylhydrazil) .................................................. 8
2.4 Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan DPPH... ...................... 9
2.5 Ekstraksi ..................................................................................... 10
2.6 Spektrofotometri Uv-Vis.................... .......................................... 11
2.7 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)........ .......................................... 12
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 13
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 13
3.2 Alat dan Bahan Penelitian .......................................................... 13
3.3 Rancangan Penelitian ................................................................. 13
3.3.1 Pengambilan Sampel .......................................................... 13
3.3.2 Ekstraksi Daun, Buah dan Serbuk Gergaji Kayu Eboni .... 14
3.3.3 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak dengan Menggunakan Metode Peredaman Radikal Bebas DPPH (1,1-difenil-2
pikrilhidrazil) ..................................................................... 16
3.3.4 Analisis Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak ........................ 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 19
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 19
4.2 Pembahasan ................................................................................ 24
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 29
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 29
5.2 Saran ........................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 30
LAMPIRAN ....................................................................................................... 35
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ 72
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil ekstrak Etanol Daun, Buah Dan Serbuk Gergaji Kayu Eboni ..... 19
Tabel 4.1 Hasil uji aktivitas Antioksidan ekstrak kental daun, buah dan
serbuk gergaji kayu eboni ................................... 20
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tanaman Eboni (Diospyros celebica Bakh.) ................................... 4
Gambar 2.2 Struktur Molekul DPPH dan Non Radikal............................................ 9
DAFTAR ISTILAH
Degeneratif : perubahan fungsi biokimiawi, perubahan struktural, atau kombinasi dari keduanya karena pengaruh faktor umur, atau kurangnya nutrisi
Diabetes Melitus : kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kurangnya insulin atau ketidakmampuan tubuh untuk memanfaatkan insulin, dengan gejala berupa kadar gula darah tinggi yang kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Mutagenetik : sifat dasar kimia yang menyebabkan mutasi gen
Karsinogenik : suatu bahan yang dapat mendorong/menyebabkan kanker karena gangguan pada proses metabolisme seluler
Stres oksidatif : ketidakseimbangan antara jumlah antioksidan dan oksidan/radikal bebas di dalam tubuh, dimana jumlah radikal bebas melebihi jumlah antioksidan yang ada dalam tubuh sehingga radikal bebas menyerang komponen penyusun sel.
Nilai Rf : nilai yang menyatakan perbandingan antara jarak spot yang berpindah dengan jarak eluen yang terelusi. Nilai ini digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel.
Vaccum rotary
evaporator : alat yang digunakan di laboratorium kimia untuk menghilangkan secara efisien dan halus pelarut dari sampel dengan penguapan.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Surat keterangan hasil identifikasi 35
Lampiran 2 Skema kerja pembuatan ekstrak etanol daun eboni 37
Lampiran 3 Skema kerja pembuatan ekstrak etanol buah eboni 38
Lampiran 4 Skema kerja pembuatan ekstrak etanol serbuk gergaji kayu
eboni 39
Lampiran 5 Skema kerja uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun, buah
dan serbuk gergaji kayu eboni 40
Lampiran 6 Skema kerja penyemprotan pereaksi pada plat klt 41
Lampiran 7 Perhitunagn berat ekstrak 42
Lampiran 8 Perhitungan persen rendemen 43
Lampiran 9 Perhitungan pengenceran 45
Lampiran 10 Perhitungan persen peredaman 46
Lampiran 11 Perhitungan IC50 ekstrak etanol daun, buah dan serbuk gergaji
kayu eboni 50
Lampiran 12 Perhitungan pembuatan larutan DPPH 54
Lampiran 13 Gambar hasil identifikasi senyawa kimia dengan kromatografi
lapis tipis 55
Lampiran 14 Pembuatan pereaksi semprot 68
Lampiran 15 Dokumentasi penelitian 70
Lampiran 16 Alat-alat yang digunakan selama penelitian 71
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kayu hitam Sulawesi adalah jenis pohon penghasil kayu dari suku ebonian-ebonian (Ebenaceae). Nama ilmiahnya adalah Diospyros celebica Bakh. yang diturunkan dari kata "celebes" (Sulawesi) dan merupakan tumbuhan endemik.
Tumbuhan kayu eboni ini telah digunakan secara empiris oleh suku Kaili Tara Desa Binangga, Kecamatan Parigi Tengah, Kabupaten Parigi Moutong dan suku Kaili Ija Desa Bora, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi untuk penyakit kencing manis (diabetes mellitus) dan obat sakit gigi (Megawati 2016; Zulfiani, 2013). Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif. Berbagai macam teori dapat menjelaskan penyebab penyakit degeneratif. Salah satu teori yang dianggap cukup signifikan adalah teori radikal bebas terkait dengan terjadinya stress oksidatif yang berperan dalam patogenesis penyakit tersebut (Ardhie, 2011).
Senyawa antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah terjadi reaksi oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan biomolekul seperti DNA, protein, lipoprotein di dalam tubuh yang akhirnya memicu terjadinya penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, arthritis, diabetes dan liver timbul disebabkan karena senyawa antioksidan yang ada di dalam tubuh tidak mampu menetralisir peningkatan konsentrasi radikal babas (Soekmanto dkk, 2007). Antioksidan berfungsi untuk menetralisir radikal bebas, sehingga atom dan elektron yang tidak berpasangan mendapatkan pasangan elektron dan menjadi stabil. Selain itu antioksidan dapat membantu menekan proses penuaan/antiaging (Winarsi, 2007).
Saat ini senyawa antioksidan yang berasal dari bahan-bahan alami mendapat perhatian sangat besar dari masyarakat karena tingkat keamanan yang lebih baik dibandingkan senyawa antioksidan sintetik. Penggunaan antioksidan sintetik dalam waktu yang lama dan dosis berlebihan dapat menyebabkan mutagenetik dan karsinogenik (Usman, 2010; Nurliani dkk, 2012).
Berdasarkan penelitian Pitopang dkk (1996) ekstrak limbah serbuk gergaji kayu eboni mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder dari golongan terpenoid, saponin dan tanin. Selain itu, kayu eboni dari genus yang sama (D. polisanthera Blanco.) juga menunjukkan adanya golongan senyawa terpenoid, alkaloid dan fenolat (Kuswanto, 2010). Metabolit tersebut diduga beraktivitas sebagai antioksidan ( Darmadi dkk 2013; Rahim, 2012; Atta –Ur-Rahman 2001 dan Pietta, 2000). Sedangkan bagian daun dan buah eboni belum pernah dilakukan penelitian secara spesifik tentang kandungan metabolit sekunder yang dikandungnya.
Adanya senyawa terpenoid, saponin, tanin di dalam tanaman ini serta adanya aktivitas antidiabetes secara empiris memungkinkan adanya aktivitas antioksidan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pembuktian secara ilmiah terkait aktivitas antioksidan dari bagian daun serta bagian lain dari kayu eboni (buah dan serbuk gergaji eboni).
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :
Bagaimanakah potensi antioksidan ekstrak etanol daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni (Diospyros celebica Bakh.)?
Metabolit sekunder apakah yang terkandung dalam ekstrak etanol daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni (Diospyros celebica Bakh.) yang berkhasiat sebagai antioksidan ?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Menentukan nilai IC50 ekstrak etanol daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni (Diospyros celebica Bakh.) dengan metode DPPH.
Untuk mengetahui metabolit sekunder yang berkhasiat sebagai antioksidan dengan metode kromatografi lapis tipis.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi produksi antioksidan alami dari tanaman kayu eboni (Diospyros celebica Bakh.). Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya bidang farmasi.
Batasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada pengujian aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni (Diospyros celebica Bakh.) dengan metode DPPH dan analisis komponen kimia dengan metode kromatografi lapis tipis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Eboni (Diospyros celebica Bakh.)
(b)(b)
(b)
(b)
(c)(c)
(c)
(c)
Gambar 2.1 (a). Foto Daun eboni
(b). Foto Buah eboni
(c). Foto Serbuk gergaji kayu eboni
Sumber : Data Primer Penelitian
Eboni (Diospyros celebica Bakh.) merupakan salah satu jenis pohon Indonesia yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan merupakan sumber devisa yang cukup besar. Di Sulawesi, eboni dipandang sebagai primadona, merupakan jenis endemik Sulawesi yang penyebarannya secara alami hanya tumbuh di Sulawesi terutama Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan (Pitopang dkk., 2008).
Genus Diospyros terdapat di Pantropikal dan tersebar di Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan lain-lain. Sedangkan Eboni hidupnya secara alami hanya terdapat di Sulawesi (endemik Sulawesi). Di Sulawesi secara alami tersebar terutama di kabupaten Poso, Tojo Una-una, Donggala, Parigi Moutong (Sulawesi Tengah), Gowa, Maros, Barru, Sidrap, Mamuju dan Luwu (Sulawesi Selatan), dan Gorontalo. Eboni dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah mulai dari tanah berkapur, berpasir sampai tanah liat dan berbatu asal tanah tidak becek. Ketinggian tempat tumbuh eboni dari 50 m sampai 500 m dpl dan kadang-kadang dapat mencapai 700 m dpl, tetapi di atas 600 m pertumbuhannya sudah tidak baik. Curah hujan yang baik untuk mendukung pertumbuhan pohon eboni berkisar 2000- 2500 mm/tahun, walau demikian eboni dapat tumbuh mulai daerah kering dengan curah hujan 1.230 mm (wilayah Tomini, Sulawesi Tengah), daerah bermusim dengan curah hujan antara 1700 mm/tahun (daerah Parigi dan Pantai Timur Sulawesi Tengah) dan daerah yang paling basah dengan curah hujan 2.400- 2.750 mm/tahun (Malili, Wotu, Mamuju dan Poso). Biasanya tumbuhan ini banyak dijumpai dalam hutan sekunder, terutama di lereng atau tepi sungai, ditanah aluvial atau berpasir (Pitopang, 2011).
Spesies asli Sulawesi ini termasuk kayu mewah yang harganya mahal yang dapat digunakan sebagai perabot, mebel, perkakas rumah tangga, barang kerajinan dan bahan bangunan dengan ornament yang sangat indah. Jenis ini sacara alami sudah tergolong langka dan termasuk sebagai salah satu flora yang dilindungi dan merupakan maskot flora Sulawesi Tengah. Permintaan kayu jenis ini masih tinggi di luar negeri sehingga jenis ini populasinya menipis di alam akibat dieksploitasi terus menerus. Dengan adanya peraturan pembatasan dan pelarangan eksploitasi kayu ini mendorong konsumen kayu menggunakan bagian dari eboni seperti akar, batang dan cabang-cabangnya (Pitopang, 2011).
Deskripsi
Pohon berukuran besar tegak lurus, tinggi hingga 40 m, DBH hingga 100 cm, akar banir dapat mencapai 4 m, tinggi bebas cabang 20 m. Eboni dapat dengan mudah dikenal di hutan karena kulit batang bagian luar berwarna hitam seperti arang, bagian yang hidup berwarna merah muda, putih, sawo matang, kulit beralur, agak mengelupas kecil-kecil dan memberi suara nyaring apabila dipacak. Kayu gubal mempunyai tebal 8-15 cm, dengan warna kekuningan atau putih kelabu, kayu teras berwarna hitam abu-abu. Komponen kimia kayu eboni mengandung celulose, lignin, ekstrak alkohol benzen yang tinggi, sedang kandungan pentosannya rendah. Berat jenis eboni rata-rata 1,05 dengan kelas awet I, tekstur halus dengan serat yang lurus atau sedikit berpadu, kadang-kadang bergelombang, kekerasan sedang sampai keras, termasuk kayu daya kembang susut tinggi. Susunan daun dua baris, berselang-seling, berbentuk baji (lebar 12-35 cm dan lebar 2,5-7 cm), tanpa daun penumpu, permukaan bawah daun hijau tua, bagian bawah hijau keabu-abuan, permukaan bawah daun berbulu melekat (Pitopang, 2011).
Khasiat Farmakologi
Tanaman kayu eboni telah digunakan secara empiris oleh suku kaili untuk penyakit kencing manis (diabetes mellitus) (Megawati 2016; Zulfiani, 2013) dan ekstrak etanol serbuk gergaji kayu eboni memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherechia Coli dan Staphyloccocus aureus (Wahyuni, 2016).
Kandungan Kimia
Berdasarkan penelitian (Wahyuni, 2016; Pitopang, 1996), melaporkan hasil analisis kimia secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menunjukan bahwa ekstrak limbah serbuk gergaji kayu eboni (Diospyros celebica Bakh.) mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder dari golongan terpenoid, saponin dan tanin.
Hasil penelitian Kuswanto (2000) dengan genus yang sama, (Spesies Diospyros polisanthera Blanco.) menunjukkan bahwa fraksi terlarut n-heksana mengandung golongan-golongan senyawa terpenoid, alkaloid dan fenolat.
Radikal Bebas dan Antioksidan
Menurut Soetmaji (1998), yang dimaksud radikal bebas (free radikal) adalah suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya. Radikal bebas bisa terbentuk misalnya, ketika komponen makanan diubah menjadi bentuk energi melalui proses metabolisme. Pada saat proses ini berlangsung dapat mengakibatkan terjadinya pengalihan elektron, pada keadaan itu mudah sekali terbentuk radikal bebas seperti anion superoksida, hidroksil (Ernawati dkk., 2009).
Senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron. Secara biologis pengertian antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya pada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bias dihambat (Winarsi, 2011). Antioksidan digolongkan berdasarkan mekanisme kerjanya dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu antioksidan primer, sekunder dan tersier.
Antioksidan Primer (Antioksidan Endogen)
Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan primer, apabila dapat memberikan atom hidrogen secara cepat kepada senyawa radikal, kemudian radikal antioksidan yang terbentuk segera berubah menjadi senyawa yang lebih stabil. Antioksdian primer yang disebut juga antioksidan enzimatik bekerja dengan cara mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru, atau mengubah radikal bebas yang telah terbentuk menjadi molekul yang kurang reaktif. Antioksidan primer yang ada di dalam tubuh meliputi enzim superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase (GSH-PX) (Winarsi, 2011).
Antioksidan Sekunder (Antioksidan Eksogen)
Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih besar. Antioksidan sekunder meliputi vitamin E, vitamin C, dan β-karoten (Winarsi, 2011).
Antioksidan Tersier
Antioksidan tersier adalah senyawa yang berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas. Kerusakan DNA yang tereduksi senyawa radikal bebas dicirikan oleh rusaknya single and double strand, baik gugus non-basa maupun basa. Antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA-repair dan metion sulfoksida reductase (Winarsi, 2011).
Mekanisme kerja antioksidan dalam mengikat radikal pada oksidasi lemak menurut Medikasari (2000), sebagai berikut :
Inisiasi : ZH Z + H (reaksi 1)
Propagasi : Z + O2 ZOO (reaksi 2)
Terminasi : ZOO + ZH ZOOH + R (reaksi 3)
Oksidasi lemak terdiri dari tiga tahap utama yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal asam lemak (Z ), yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat dari hilangnya satu atom radikal hidrogen (reaksi 1). Tahap selanjutnya, yaitu propagasi, radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi (reaksi 2). Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam lemak baru (reaksi 3).
DPPH
DPPH (1,1-Difenil-2-picryl Hidrazil), merupakan molekul radikal bebas yang stabil yang ditandai oleh delokalisasi cadangan electron disekeliling molekulnya secara keseluruhan dengan baik sehingga tidak akan membentuk dimer seperti yang terjadi pada kebanyakan radikal bebas lainnya. Dengan demikian antioksidan yang bekerja dengan menangkap radikal bebas dapat dideteksi dengan metode ini berdasarkan pengukuran serapan senyawa hasil reaksi antara DPPH dengan senyawa antioksidan. Radikal bebas tersebut stabil dengan absorbsi maksimum pada panjang gelombang 517 nm dan dapat direduksi oleh senyawa antioksidan (Molyneux et al, 2004).
DPPH adalah bubuk kristal berwarna gelap terdiri dari molekul radikal bebas yang stabil. DPPH mempunyai berat molekul 394.32 dengan rumus molekul C18H12N5O6, larut dalam air. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik pada suhu -20°C (Molyneux et al, 2004).
Prinsip kerja pada metode DPPH ini adalah adanya senyawa antioksidan yang mendonorkan H+ pada DPPH sehingga mengubah radikal bebas DPPH hidrazin yang berwarna ungu menjadi senyawa non-radikal DPPH hidrazin yang berwarna kuning pucat atau warna hilang, dapat diukur serapannya pada panjang gelombang 517 nm. DPPH yang tersisa diukur serapannya menurut jangka waktu tertentu yaitu 30 menit pada suhu 37oC untuk memberikan kesempatan terjadinya reaksi (Pisoschi, 2009).
Prinsipnya dimana elektron ganjil pada molekul DPPH memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 516 nm yang berwarna ungu. Warna ini akan berubah dari ungu menjadi kuning lemah apabila elektron ganjil tersebut berpasangan dengan atom hidrogen yang disumbangkan senyawa antioksidan. Reaksi antara DPPH dengan atom H netral yang berasal dari antioksidan dapat dilihat pada gambar C.
Gambar 2.3 Struktur Molekul DPPH dan Non Radikal (Molyneux et al, 2004).
Uji aktivitas antioksidan Menggunakan DPPH
Panjang gelombang maksimum (λmaks) yang digunakan dalam pengukuran sampel uji sangat bervariasi. Panjang gelombang maksimum untuk DPPH yaitu 517 nm. Metode ini akan bekerja dengan baik menggunakan pelarut metanol atau etanol karena kedua pelarut ini tidak mempengaruhi dalam reaksi antara sampel uji sebagai antioksidan dengan DPPH sebagai radikal bebas (Molyneux, 2004).
Pelarut yang baik digunakan untuk melakukan metode ini yaitu metanol atau etanol, karena tidak mengganggu reaksinya. Penggunaan sistem pelarut, misalnya air atau aseton, memberikan nilai rendah pada tingkat reduksi (Guo dkk, 2001).
Menurut Blois dalam Molyneux (2004) menyatakan bahwa aktivitas antioksidan dapat dibagi menjadi beberapa kategori yaitu sangat kuat, kuat, sedang, lemah dan sangat lemah. Antioksidan sangat kuat memiliki IC50 kurang dari 0,05 mg/ml ( <50 ppm ), antioksidan kuat memiliki ic50 berkisar antara 0,05 – 0,1 mg/ml ( 50 - 100 ppm ), antioksidan sedang memiliki ic50 berkisar antara 0,1 – 0,15 mg/ml ( 100 - 150 ppm ), antioksidan lemah memiliki ic50 berkisar antara 0,15 – 0,2 mg/ml ( 150 - 200 ppm ), antioksidan sangat lemah memiliki ic50 lebih dari 0,2 mg/ml ( >200 ppm ).
Ekstraksi
Langkah awal dalam analisis dan isolasi produk bahan alam adalah ekstraksi hingga pemisahan komponen dari matriks selular. Ekstraksi dan penemuan zat terlarut dari matriks padat dapat dilihat sebagai proses lima langkah: (1) desorpsi komponen dari bagian aktif matriks; (2) difusi kedalam matriks itu sendiri; (3) keterlarutan analit ke dalam ekstrakstan; (4) difusi komponen ke dalam ekstrakstan; (5) pengumpulan zat terlarut yang terekstrak (Sticher, 2008).
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Zat-zat aktif tersebut terdapat di dalam sel tanaman dan sel hewan. Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar nuka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Harbone, 1987).
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara panas dengan cara refluks dan cara penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin dengan cara maserasi, perkolasi, dan alat soxhletasi (Anonim, 1986).
Maserasi merupakan prosedur yang sederhana untuk mendapatkan ekstrak dan diuraiakan dalam kebanyakan dalam farmakope (Goeswin, 2009). Maserasi dilakukan dengan cara perendaman bahan dengan pelarut. Maserasi merupakan proses palimg cepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam menstrum sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat yang mudah larut akan melarut. Proses maserasi, obat yang akan diekstraksi biasanya dilakukan 3 hari sampai bahan-bahan yang larut, melarut (Ansel, 2005)
Proses maserasi, simplisia yang akan diekstraksi biasanya ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar. Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia dalam cairan penyari. Ada tiga tahap utama yang tejadi pada proses ekstraksi dengan maserasi. Cairan penyari akan masuk ke dalam rongga sel dan melarutkan komponen yang terdapat dalam sel. Setelah proses pelarutan, akan terjadi perbedaan gradien konsentrasi antara larutan yang mengandung zat aktif di dalm sel dan di luar sel. Hal tesebut memicu terjadinya prose difusi. Cairan yang telah melarutkan komponen dalam sel akan terdesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel. Remaserasi adalah penyarian yang dilakukan cara cairan penyari dibagi menjadi 2. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua (Anonim, 1986).
Spektrofotometri UV-VIS
Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk identifikasi suatu senyawa. Senyawa yang dapat diukur adalah senyawa-senyawa yang memiliki gugus kromofor. Gugus kromofor adalah gugus fungsional yang mengabsorpsi radiasi ultraviolet dan sinar tampak jika senyawa tersebut diikat oleh senyawa bukan pengabsorpsi (auksokrom). Hampir semua ausokrom memiliki ikatan rangkap berkonjugasi, seperti diena (C=C-C=C, dienon C=C-C=C), benzene dan lain-lain. Contoh dari senyawa yang memiliki gugus kromofor antara lain alkena, enon, ester, karboksilat, aldehid, dan aromatis (Supratman, 2010).
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elekromagnetik) ultraviolet dekat (190-380nm) dan sinar tampak (380-780) dengan memakai instrument spektrofotometer. Spektrofotometri Uv-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak digunakan untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Sebagian besar pengukuran analisis pada daerah UV diperoleh antara 200 dan 400 nm. Daerah tampak terdapat antara 400 dan 800 nm ( Kealey dan Haines, 2002).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatorafi lapis tipis merupakan suatu teknik dimana campuran komponen dipisahkan oleh perbedaan perpindahan melewati dasar planar fase diam, fase mobilnya bergerak dengan kekuatan sifat kapilaritas. Zat terlarutnya dideteksi secara in situ pada permukaan plat KLT dengan reagen penampak noda setelah proses kromatografi selesai (Kealey dan Haines, 2002). Menurut Sarker dkk (2006) informasi qualitatif dan quantitatif dapat dikumpulkan mengenai ada tidaknya suatu metabolit melalui analisis KLT lewat proses pemisahan. KLT dapat diklasifikasikan berdasarkan teknik pengembangannya yaitu: KLT konvensional dan kinerja tinggi; KLT pengembangan dua dimensi; KLT pemampatan berlebih; KLT pengembangan kontinyu; KLT multi eluen; KLT sirkuler dan tidak sirkuler; KLT pengembangan bertingkat; Kromatografi batang atau stik lapis tipis; serta KLT preparatif (Adamovics, 1997).
BAB III
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari 2017 sampai dengan selesai di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia dan Laboratorium Kimia Farmasi Jurusan Farmasi Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.
Bahan dan Alat Penelitian
Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu alat-alat gelas laboratorium (Pyrex®Iwaki), Oven (Shellab®), Rotavapor (Buchi®), Cawan Porselin, Lampu UV, Pinset, Kamera, Spektrofotometer UV-VIS (CECIL®7410) dan seperangkat alat ekstraksi.
Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan adalah daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni (Diospyros celebica Bakh.), etanol (teknis dan p.a) (Merck®), Etil asetat (Merck®), n-Heksana (Merck®), pereaksi Dragendorff, Liebermann-Burchard, Vitamin C (Kimia Farma®), DPPH (1,1-Difenil-2-picrylhidrazil), plat KLT GF254, kertas saring, dan aluminium foil.
Rancangan Penelitian
Pengambilan Sampel
Sampel daun
Sampel daun berwarna hijau tua diambil dari Desa Ngatabaru, Kecamatan Sigi Biromaru. Sampel tersebut dicuci, dirajang, lalu dikeringkan, setelah itu disimpan dalam wadah tertutup rapat dan selanjutnya siap untuk diekstraksi.
Sampel buah
Sampel buah segar yang berwarna hijau kekuning-kuningan dipetik langsung dari pohonnya di Desa Ngatabaru, Kecamatan Sigi Biromaru. Sampel tersebut dicuci, dirajang, lalu dikeringkan dengan menggunakan oven selama 3 kali 24 jam pada suhu 50oC, setelah itu disimpan dalam wadah tertutup rapat dan selanjutnya siap untuk diekstraksi.
Sampel Serbuk gergaji
Sampel serbuk gergaji kayu eboni diambil di tempat pengolahan kayu yang belum mengalami pengolahan apapun, di desa Kalukubula Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. Serbuk gergaji kayu eboni dipisahkan dari kotoran kotoran yang tidak diinginkan, lalu disimpan dalam wadah tertutup rapat dan selanjutnya siap untuk diekstraksi.
Ekstraksi daun, buah dan serbuk gergaji kayu Eboni
Proses ekstraksi daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni menggunakan metode ekstraksi yang digunakan oleh Puspa (2010). Sampel dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%, selama 3 x 24 jam. Pengadukan sesekali dilakukan. Setelah itu filtrat diuapkan menggunakan alat rotavapor dengan suhu pemanasan pada waterbath 70oC dengan tekanan penghisapan 175 mbar dan kecepatan 50 rpm sampai diperoleh ekstrak kental.
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak dengan Menggunakan Metode DPPH
Pembuatan larutan DPPH (0,5 mM)
Zat DPPH (BM 394,32) ditimbang ± 9,8 mg, lalu dilarutkan dengan etanol pro analitik hingga 50 ml (Djamil dan Anelia, 2007).
Pembuatan larutan blangko
Dipipet sebanyak 20 ml larutan DPPH induk, dimasukkan ke dalam labu ukur lalu ditambahkan etanol pro analisis hingga 100 ml.
Pembuatan larutan uji
Ekstrak etanol daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni ditimbang masing-masing lebih kurang 10 mg, lalu dilarutkan dalam 10,0 ml etanol pro analitik (1000 μg/mL), dimana konsentrasi yang diperoleh adalah 1000 ppm. Selanjutnya dilakukan pengenceran bertingkat, dengan cara dipipet 1 ml dari masing-masing pengenceran dan masukkan ke dalam labu ukur 10 ml, hingga didapat konsentrasi 0,001 ppm, 0,01 ppm, 0,1 ppm, 1 ppm, 10 ppm dan 100 ppm. Kemudian dari setiap konsentrasi dipipet 2,5 ml lalu ditambahkan 2,5 ml larutan DPPH. Selanjutnya didiamkan selama 30 menit dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 516 nm. (Djamil dan Anelia, 2007).
Pembuatan larutan vitamin C sebagai kontrol positif
Ditimbang vitamin C sebanyak 10 mg, dilarutkan dengan etanol pro analisis hingga 10 ml, dimana konsentrasi yang diperoleh adalah 1000 ppm. Selanjutnya lakukan pengenceran bertingkat, dengan cara dipipet 1 ml dari masing-masing pengenceran dan masukkan ke dalam labu ukur 10 ml, hingga didapat konsentrasi 0,001 ppm, 0,01 ppm, 0,1 ppm, 1 ppm, 10 ppm dan 100 ppm. Kemudian dari setiap konsentrasi dipipet 2,5 ml lalu ditambahkan 2,5 ml larutan DPPH. Selanjutnya didiamkan selama 30 menit dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 516 nm (Djamil dan Anelia, 2007).
Pengukuran serapan
Larutan uji dan kontrol positif dengan beberapa konsentrasi didiamkan selama 30 menit, serapan diukur pada panjang gelombang maksimum pada 516 nm menggunakan spektrofotometer ultraviolet-cahaya tampak (Djamil dan Anelia, 2007).
Cara perhitungan
Persentase inhibisi dihitung dengan rumus sebagai berikut:
% peredaman = absorbansi blanko-aborbansi sampelabsorbansi blanko x 100%
Nilai IC50 (Inhibition Concentration 50) adalah konsentrasi antioksidan (μg/mL) yang mampu meredam radikal bebas sebanyak 50% dibanding kontrol melalui suatu persamaan garis linear. Nilai IC50 diperoleh dari perpotongan garis antara daya hambatan dan sumbu konsentrasi, kemudian dimasukkan ke dalam persamaan y = ax + b, dengan y = 50 dan nilai x menunjukkan IC50 (Molyneux, 2004).
Analisis Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak
Plat KLT dibuat persegi panjang dengan jarak elusi ± 7 cm, kemudian plat KLT dibagi masing-masing sesuai banyaknya uji pereaksi semprot. Ekstrak ditotolkan pada masing-masing bagian uji pereaksi semprot di lempeng KLT kemudian dikeringkan. Elusi dilakukan dengan menggunakan eluen yang sesuai. Ekstrak daun dan buah menggunakan eluen n-heksana : etil asetat : asam asetat (4:10:1), sedangkan ekstrak serbuk gergaji kayu menggunakan eluen n-heksana : etil asetat (5 : 2). Kemudian plat dipotong sesuai dengan bagian uji pereaksi semprot selanjutnya lempeng disemprot menggunakan deteksi reagen DPPH dan senyawa kimia sebagai berikut:
DPPH (Nia, et al., 2004; Rachmawati, 2011)
Uji antioksidan menggunakan larutan DPPH 0,05 mM. Adanya antioksidan dapat diketahui dengan timbulnya noda berwarna keputih-putihan, kekuning-kuningan, atau kuning setelah disemprot dengan pereaksi DPPH.
Uji Alkaloid (Wksmundzka-Hajnos et al, 2008)
Uji alkaloid digunakan dengan pereaksi Dragendroff
Reagen Dragendroff akan memberikan warna noda orange berlawanan dengan latar belakang kuning, berdasarkan kompleks alkaloid dan komponen logam bismuth dari reagen.
Uji Flavonoid (Anonim, 1980)
Uji flavonoid digunakan pereaksi Aluminium klorida
Sampel disemprot dengan pereaksi aluminium klorida.Kemudian plat diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan UV 366 nm. Flavonoid akan memberikan warna kuning jika diamati pada cahaya tampak, jika diamati pada lampu UV 254 nm pendarannya menghilang atau pada lampu UV 366 nm flavonoid menunjukan pendaran kuning, hijau atau biru kehitaman.
Uji Fenolik (Wksmundzka-Hajnos et al, 2008)
Uji senyawa fenolik digunakan deteksi FeCl3 dan plat diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Fenol akan memberikan warna hijau atau biru kehitaman jika diamati pada cahaya tampak.
Uji Saponin (Gleńsk, 2005)
Uji saponin digunakan pereaksi asam sulfat
Perlakuan : dipanaskan pada suhu 1100C dalam oven selama 5 menit.
Uji Steroid (Anonim, 1980)
Uji steroid digunakan pereaksi Liebermen-Burchard
Perlakuan : panaskan 10 menit pada suhu 1100C. Biasanya berpendar pada panjang gelombang cahaya UV. Positif steroid akan menunjukan warna hijau (Handayani dkk, 2008).
Uji Kuinon (Anonim, 1980)
Uji kuinon digunakan pereaksi Kalium Hidroksida Metanol
Uji Tanin (Wksmundzka-Hajnos et al, 2008)
Uji tanin digunakan pereaksi Pereaksi Besi (III) Klorida (FeCl3)
Pereaksi disemprot pada plat KLT dan dievaluasi pada cahaya tampak.
Uji Terpenoid (Stahl, 1985)
Uji terpenoid digunakan pereaksi Anisaldehid-Asam Sulfat
Positif terpenoid jika noda yang dihasilkan berwarna ungu (violet), biru, merah dan abu-abu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Identifikasi Tanaman
Identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Laboratorium Biodiversitas Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako menyatakan bahwa tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman eboni (Diospyros celebica Bakh. ) yang diperoleh dari Desa Ngatabaru dan Desa Kalukubula, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah.
Hasil Pembuatan Ekstrak Etanol Daun, Buah dan Serbuk Gergaji Kayu Eboni
Simplisia daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni ditimbang sebanyak 250 mg kemudian diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Hasil ekstrak dikeringkan dan ditimbang kemudian dihitung % rendemennya. Masing-masing ektrak memiliki berat dan % rendemen seperti yang tertera pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Hasil ekstrak etanol daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni
Sampel
Berat (gram)
Rendemen (%)
Ekstrak Daun
52,34
17,44
Ekstrak Buah
39,19
15,67
Ekstrak Serbuk Gergaji
30,20
10,06
Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun, Buah dan Serbuk Gergaji Kayu Eboni
Pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan metode peredaman DPPH dengan menghitung IC50 dari ekstrak etanol daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni yang dibandingkan dengan kontrol positif vitamin C. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2 Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni
Sampel
Konsentrasi (µg/ml)
% Peredaman
Rata-rata % Peredaman
IC50 (µg/ml)
I
II
III
Ekstrak Daun
0,001
38.99
43,27
60,46
40.79
21,37
0,01
43.59
43,38
60,93
42.77
0,1
43.76
43,94
62.10
44.78
1
48,44
45,85
65.93
50.15
10
46,60
55,94
76,56
70.16
100
51,55
86,32
92,96
89.96
Ekstrak Buah
0,001
43,26
45,51
33,59
40,79
21,55
0,01
43,43
45,73
39,14
42,77
0,1
44,08
47,75
42,50
44,78
1
49,01
51,12
50,31
50,15
10
67,73
73,88
68,75
70,12
100
91,17
87,55
90,62
89.96
Ekstrak Serbuk Gergaji Kayu
0,001
45,15
46,30
50,07
47,17
21,15
0,01
47,94
46,41
52,18
48,84
0,1
48,27
46,97
76,56
57,27
1
48,52
47,30
67,34
54,39
10
82,26
48,20
75,31
68,59
100
99,98
83,07
84,14
89,06
Vit. C
0,001
47,52
44,39
46,79
46,23
20,91
0,01
47,94
47,30
62,42
52,55
0,1
50,49
48,43
66,40
55,11
1
52,70
52,01
76,56
60,42
10
77,17
85,81
83,12
82,03
100
93,76
92,60
93,04
93,13
Berdasarkan hasil pengolahan data diatas diperoleh nilai IC50 dari ekstrak etanol daun sebesar 21,37 ppm, ekstrak etanol buah eboni sebesar 21,37 ppm dan ekstrak etanol serbuk gergaji kayu eboni sebesar 21,15 ppm serta Vitamin C 20,91 ppm.
Hasil Analisis Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak
Ekstrak dari daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni ditotolkan pada lempeng silika gel GF254 yang selanjutnya dielusi dengan fase gerak n-heksana : etil asetat : asam asetat (4:10:1) untuk ekstrak daun dan buah sedangkan fase gerak n-heksana : etil asetat (5:2) untuk ekstrak serbuk gergaji kayu eboni. Setelah elusi selesai lempeng dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan DPPH 0,05 mM dalam etanol. Adanya antioksidan dapat diketahui dengan timbulnya noda berwarna keputih-putihan, kekuning-kuningan, atau kuning setelah disemprot dengan pereaksi DPPH (Nia, et al., 2004; Rachmawati, 2011), selanjutnya bercak diidentifikasi dengan pereaksi.
Ekstrak Daun
Hasil identifikasi menunjukkan adanya aktivitas antioksidan pada ekstrak daun dengan timbulnya noda berwarna keputih-putihan dan positif fenolik menggunakan pereaksi FeCl3 menampakkan warna kehitaman pada nilai Rf 0,71. Sementara bercak noda pada nilai Rf 0,85 dan 0,57 belum teridentifikasi. Hasil dapat dilihat pada lampiran 13.
Ekstrak Buah
Hasil identifikasi menunjukkan adanya aktivitas antioksidan pada ekstrak daun dengan timbulnya noda berwarna keputih-putihan dan positif fenolik menggunakan pereaksi FeCl3 menampakkan warna kehitaman pada nilai Rf 0,85, 0,71 dan 0,57 belum teridentifikasi. Hasil dapat dilihat pada lampiran 13.
Ekstrak Serbuk Gergaji Kayu
Hasil identifikasi menunjukkan adanya aktivitas antioksidan pada ekstrak daun dengan timbulnya noda berwarna keputih-putihan dan positif steroid menggunakan pereaksi semprot Liebermann-Burchard menampakkan warna biru kehijauan pada nilai Rf 0,71 (Kristanti, 2008). Hasil dapat dilihat pada lampiran 13.
Hasil Uji Golongan Senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis
Hasil Pengujian dengan kromatografi lapis tipis ekstrak etanol daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni dapat dilihat pada lampiran 9. menggunakan pereaksi semprot golongan senyawa-senyawa yaitu alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, steroid, kuinon, tanin dan terpenoid. Ekstrak etanol daun dan buah menggunakan fase gerak n-heksana : etil asetat : asam asetat (4:10:1), sedangkan ekstrak etanol serbuk gergaji kayu eboni menggunakan fase gerak n-heksana : etil asetat (5:2).
Pembahasan
Sampel daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni diproses menjadi simplisia yang meliputi proses sortasi, perajangan hingga pengeringan. Kemudian diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Pemilihan etanol sebagai pelarut didasarkan karena etanol bersifat lebih selektif pada senyawa metabolit sekunder, tidak mudah ditumbuhi jamur dan bakteri pada etanol 20% ke atas, tidak beracun, tidak bereaksi dengan komponen yang diekstraksi, absorbsinya baik, dan tidak membutuhkan waktu yang lama dalam pemekatan ekstrak (Ditjen POM, 1986). Pemilihan metode ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Puspa (2010) yang sebelumnya menguji aktivitas antifungi ekstrak serbuk gergaji kayu eboni, dalam proses penyariannya menggunakan metode maserasi. Selain itu pemilihan metode ini didasari karena antioksidan tidak tahan pada suhu tinggi, antioksidan mulai rusak atau bahkan terdegradasi pada suhu sekitar 60 sampai 70o C (Miryanti dkk, 2011). Sehingga digunakan metode maserasi dan metode ini mudah dilakukan serta ekonomis. Sebelum diekstraksi simplisia dibasahi dengan menggunakan sebagian cairan pelarut yang akan digunakan selama 15 menit ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada pori-pori di sekeliling dinding sel untuk dimasuki cairan penyari sehingga keadaan sel kembali ke keadaan semula setelah mengkerut akibat air yang menjaga konsistensi dinding sel menguap, hal ini juga mempermudah penyarian selanjutnya (Ditjen POM, 1986). Kemudian dilakukan proses penguapan dengan menggunakan vacuum rotary evaporator dengan suhu 400 C, pemilihan suhu ini didasarkan agar antioksidan yang ada dalam ekstrak tidak rusak hingga diperoleh ekstrak kental etanol daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni.
Hasil ekstrak kental daun eboni yaitu 52,34 g, dengan persen rendemen sebesar 17,44%. Hasil ekstrak diperoleh dari ekstraksi simplisia daun eboni sebanyak 250 g dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 300 ml.
Hasil ekstrak kental buah eboni yaitu 39,19 g, dengan persen rendemen sebesar 15,67%. Hasil ekstrak diperoleh dari ekstraksi simplisia buah eboni sebanyak 250 g dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 100 ml.
Hasil ekstrak kental serbuk gergaji kayu eboni yaitu 30,2 g, dengan persen rendemen sebesar 10,06%. Masing-masing hasil ekstrak diperoleh dari ekstraksi simplisia serbuk gergaji kayu eboni sebanyak 250 g dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 300 ml.
Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni menggunakan DPPH (1,2-diphenyl-2-picrylhydrazil) dan menggunakan pembanding vitamin C. Asam askorbat merupakan suatu antioksidan yang larut air memiliki rumus molekul C6H8O6 yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang besar karena bersifat reduktor. Sifat reduktor tersebut disebabkan oleh mudah terlepasnya atom-atom hidrogen pada gugus hidroksil yang terikat pada atom C2 dan atom C3 (atom-atom C pada ikatan rangkap), sehingga radikal bebas dapat dengan mudah menangkapnya dan membentuk radikal bebas tereduksi yang stabil. Metode ini merupakan salah satu metode sederhana, murah dan cepat dengan menggunakan DPPH sebagai senyawa pendeteksi (Molyneux, 2004; Prakash et al, 2001). DPPH merupakan senyawa radikal bebas yang stabil, dimana warna DPPH berubah dari ungu menjadi kurang berwarna apabila kadarnya berkurang, baik melalui proses donasi hidrogen maupun donasi elektron (Widyastuti, 2010).
Pengujian ini menghasilkan nilai IC50 (Inhibitor Concentration) yang menunjukkan potensi senyawa dalam menangkap radikal bebas. Hasil analisis kualitatif terhadap sampel uji yang memiliki aktivitas antioksidan dapat diketahui secara langsung dengan melihat penurunan intensitas warna DPPH. Senyawa DPPH memiliki warna ungu akan berubah menjadi warna kuning setelah direaksikan dengan senyawa antioksidan. Hal ini karena adanya delokalisasi elektron pada atom nitrogen. Ketika antioksidan mampu mendonorkan hidrogen yang bereaksi dengan DPPH, reaksi ini akan memberikan peningkatan kompleks non radikal dan menurunkan radikal DPPH yang ditandai dengan terbentuknya warna kuning. Penurunan absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 517 nm (Reynertson, 2007).
Asam askorbat sebagai kontrol positif dan sampel uji ekstrak etanol daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni dibuat dalam konsentrasi 0,001 ppm, 0,01 ppm, 0,1 ppm, 1 ppm, 10 ppm dan 100 ppm. Hasil pengenceran masing-masing sampel uji dan asam askorbat dipipet 2,5 mL dan ditambahkan 2,5 mL DPPH blanko (0,5 mM) kemudian diinkubasi selama 30 menit agar terjadi reaksi antara DPPH dan senyawa antioksidan. Larutan dituang ke dalam kuvet dan diukur nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometer. Setelah diperoleh nilai absorbansi, selanjutnya dihitung persen peredamannya. Persen peredaman adalah kemampuan suatu sampel untuk menghambat aktivitas antioksidan radikal bebas (Molyneux et al., 2004).
Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 yaitu masing-masing pada daun sebesar 21,37 µg/ml, buah sebesar 21,55 µg/ml, serbuk gergaji kayu sebesar 21,15 µg/ml sedangkan kontrol positif vitamin C sebesar 20,91 μl/mg (tabel 4.1). Sehingga Vitamin C memiliki aktivitas antioksidan yang sama kuat dengan ekstrak etanol daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni. Hasil tersebut dapat diketahui bahwa ekstrak etanol daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni memiliki efek peredaman radikal dan termasuk dalam kategori antioksidan sangat kuat karena memiliki nilai IC50 < 50 µg/ml.
Menurut Molyneux et al., (2004) semakin kecil nilai IC50 maka semakin besar potensi aktivitas antioksidan. Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh Blois (1958), bahwa suatu ekstrak dikatakan memiliki potensi antioksidan termasuk kategori sangat kuat yaitu < 50 µg/ml. Untuk meredam radikal bebas diperlukan antioksidan. Antioksidan adalah senyawa yang dapat mendonorkan elektronnya kepada radikal bebas, sehingga menghentikan reaksi berantai dan mengubah radikal bebas menjadi bentuk stabil. Reaksi berantai pada radikal bebas terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap inisiasi, tahap propagasi dan tahap terminasi. Pada tahap inisiasi, radikal lipid terbentuk dari molekul lipid dan terjadi pengurangan atom hidrogen oleh radikal reaktif misalnya radikal hidrogen. Pada tahap propagasi, radikal lipid diubah menjadi radikal lipid yang berbeda dan mengakibatkan pengurangan atom hidrogen dari molekul lipid atau penambahan atom oksigen pada radikal alkil. Pada tahap terminasi, radikal bebas bergabung untuk membentuk molekul dan membentuk pasangan antar radikal (Rohman dan Riyanto, 2004).
Dengan adanya antioksidan, antioksidan memberikan atom hidrogen atau electron kepada radikal bebas, mengubahnya ke bentuk yang lebih stabil. Sementara turunan radikal antioksidan memiliki keadaan lebih stabil dibandingkan radikal semula ( Yuswantina, 2009).
Selanjutnya untuk mengetahui golongan senyawa yang berperan dalam aktivitas antioksidan, maka ekstrak etanol daun, buah dan serbuk gergaji kayu eboni ditotol pada lempeng KLT kemudian dielusi menggunakan eluen n-heksana : etil asetat : asam asetat (4:10:1) untuk ekstrak daun dan buah sedangkan fase gerak n-heksana : etil asetat (5:2) untuk ekstrak serbuk gergaji kayu eboni, karena dari hasil orientasi eluen yang telah dilakukan, eluen tersebut yang dapat menunjukkan pemisahan senyawa dengan baik, selanjutnya disemprot menggunakan larutan DPPH 0,05 mM. Pada ekstrak daun dengan nilai Rf 0,71 (fenolik), sementara itu ekstrak buah dengan nilai Rf 0,07 (fenolik) dan pada ekstrak etanol serbuk gergaji kayu eboni dengan nilai Rf 0,71 (steroid) terdapat warna kuning keputihan. Adanya antioksidan dapat diketahui dengan timbulnya noda berwarna keputih-putihan, kekuning-kuningan, atau kuning setelah disemprot dengan pereaksi DPPH (Nia, et al., 2004). Untuk mengidentifikasi fenolik yang menampakkan warna kehitaman pada nilai Rf 0,71 (fenolik) ini terjadi akibat adanya reaksi kompleks antara gugus fenol (OH) dan Fe pada FeCl3 (Waksmundzka et al,2008), sedangkan untuk mengidentifikasi steroid menggunakan pereaksi Lieberman Burchard menampakkan noda berwarna biru kehijauan pada nilai Rf 0,71 (steroid). Reaksi yang terjadi antara steroid dengan asam asetat anhidrat adalah reaksi asetilasi gugus –OH pada steroid yang akan menghasilkan kompleks asetil steroid (Kristanti, 2008). Asam anhidrida asetat dan asam sulfat akan berikatan dengan senyawa steroid sehingga menimbulkan intensitas warna biru atau hijau pada lempeng. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa golongan senyawa kimia yang berperan dalam aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol daun dan buah eboni yaitu senyawa fenol, sementara pada ekstrak serbuk gergaji kayu eboni yaitu senyawa steroid. Senyawa-senyawa tersebut masuk ke dalam kelompok antioksidan alami yang banyak terdapat pada tumbuhan (Grassmann, 2005). Senyawa fenolik terbukti sebagai sumber antioksidan yang efektif menangkap radikal bebas dan pengkelat ion-ion (Bidlack & Wang, 2000).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Ekstrak etanol daun, buah serbuk gergaji kayu eboni (Diospyros celebica Bakh.) memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 < 50 µg/ml, yaitu masing-masing pada daun sebesar 21,37 µg/ml, buah sebesar 21,55 µg/ml, serbuk gergaji kayu sebesar 21,15 µg/ml.
Golongan senyawa yang berkhasiat sebagai antioksidan yaitu golongan senyawa fenolik pada ekstrak daun dan buah sedangkan pada ekstrak serbuk gergaji kayu adalah senyawa golongan steroid.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai isolasi senyawa fenolik dan steroid yang terkandung pada tanaman eboni yang berperan memberikan aktivitas antioksidan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. UI Press, Jakarta.
Anonim, (1980). Dying Reagen for Thin Layer and Paper Chromatography, E. Merck, Darmstadt, Germany.
Anonim, (1986). Sediaan Galenika, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Ardhie, A.M. (2011). Radikal Bebas dan Peran Antioksidan Dalam Mencegah Penuaan, Medicinus, 24 (1), 4-9
Atta-ur-Rahman, M.I. Choudhary. (2001). Bioactive Natural Product a Potential of Pharmacophores, A Theory of Memory. Pure Appl. Chem., 73, 555-560.
Bidlack, W.R and W. Wang. (2000). Designing Functional Foods to Enhance Health. Technomic Publishing Co, Inc, Lancaster. Basel.
Darmadi, A., Pudji, U. A., Wahyudi, T., Honorita, B. (2013). Petunjuk Teknis Pembuatan Pestisida Nabati. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Ditjen POM, (1986) Sediaan Galenik. Jilid II. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Djamil, R., dan Anelia, T. (2009). Penapisan Fitokimia, Uji BSLT, dan Uji Antioksidan ekstrak methanol beberapa spesies papilonaceae, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 7 (2), 65-71.
Ernawati , F., Rimbawan, H., Wibawan, I.W.T., dan Muhilal. (2009). Pengaruh Suplemen Vitamin C Dibandingkan dengan Multi Vitamin-Mineral terhadap Status Zat Gizi Antioksidan pada Wanita Pekerja, Gizi Indon 32 (1), 10-21.
Farnsworth, N. R. (1966). Biological and Phytochemi Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Sciences.
Glensk, M., Wlodarczyk, M., Radom, M., and Cisowski, W. (2005). TLC as a rapid and convenient method for saponin investigation, Journal Planar Chromatography – Modern TLC, 18 , 167-170.
Goeswin. A. (2009). "Teknologi Bahan Alam" Serial Farmasi Industri-2 edisi. Revisi., ITB Bandung.
Grassmann. J. (2005). Terpenoids as Plant Antioxidants, review Elsevier vitamin & hormones, 72: 505-535. DOI:10.1016/S0083-6729(05)72015-X
Handayani, D., Sayuti, N., dan Dachriyanus, (2008). Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Antibakteri Epidioksi Sterol dari Spons Laut Petrosia nigrans, Asal Sumateta Barat, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008, Universitas Lampung, Lampung.
Harbone., (1987). Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Edisi II.Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Kealey, D and Haines, P.J., (2002). Instant Notes: Analytical Chemistry, BIOS Scientific Publishers Limited, New York.
Kristanti, A.N., N.S. Aminah, M. Tanjung dan B. Kurniadi, (2008). Buku Ajar Fitokimia, Airlangga University Press, Surabaya.
Kuswanto. E., (2000). Aktivitas Biologis Ekstraktif Kayu eboni ( Diospyros polisanthera Blanco.) dan Kolaka ( Porinari corymbosa Miq.) Terhadap Jamur Pelapuk (Schizophyllum commune Fries.) dan Rayap Tanah (Coptofermes curvignathus Holmgren.), Tesis, Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Leiwakabessy, J., (2011) Komposisi Kimia dan Identifikasi Senyawa Antioksidan dari Ekstrak Tambelo (Bactronophorus thoracites), Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Medikasari, (2000). Bahan Tambahan Makanan : Fungsi dan Penggunaannya dalam Makanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Megawati., Anam. S., Pitopang. R. (2016) Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Suku Kaili Ija Di Desa Bora Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah, Skripsi, Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Tadulako, Palu.
Miryanti, A., Sapei,L., Budiono, K., dan Indra, S. (2011) Ekstraksi Antioksidan dari Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.), Lembaga penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
Molyneux, P. (2004) The Use Of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for Estimating Antioxidant Aktivity. Songklanarin. Sci. Technol. 26, (2), 211-219.
Nia, R., D.H, Paper, E.E. Essienm K.C. Iyadi, A.I.L. Bassey, A.B. Antai and G. Franz, (2004). Evaluation of The Antioxidant and AntiAngiogenic Effects of Sphenocentrum jolllyanum Pierre, African Journal of Biomedic Research, vol. 7:129-132.
Nurliani, A., Santoso H.B., dan Rusmiati, (2012). Efek Antioksidan Ekstrak Bulbus Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) pada Gambaran Histopatologis Paru-Paru Tikus yang Dipapar Asap Rokok, Bioscientiae, 9 (1), 60-69
Pietta, P. G. (2000). Reviews : Flavonoid as Antioxidant. Journal Of Natural Products, 63 (7): 1035-1042.
Pisoschi, A.M. (2009). Total Antioxidant Capacity Of Some Commercial Fruit Juice. Electrochemical and Spectrofotmetrical Approach Molecules. 480-493.
Pitopang, R. Nurhaeni dan Alam, N., (1996) Potensi Ekstrak Limbah Serbuk Gergaji Kayu Eboni Sebagai Fungisida dan Bakterisida. Laporan Penelitian, Lembaga Penelitiana Universitas Tadulako Palu.
Pitopang. R., Khairuddin, I., Tjoa, A., dan Burhanudin, I. (2008). Profil Herbarium Celebense Universitas Tadulako & Deskripsi 100 Pohon-pohon Khas Sulawesi, UNTAD Press, Palu.
Pitopang. R., Lapandjang. I., dan Burhanudin, I. (2011). Profil Herbarium Celebense Universitas Tadulako & Deskripsi 100 Pohon-pohon Khas Sulawesi, UNTAD Press, Palu.
Prakash, A, (2001). Antioxidant Activity. Medallion Laboratoriues: analytical progress Vol 19 (2) 1-4.
Puspa. N. D., Alwi. M., dan Pitopang. R. (2010). Ekstrak Serbuk Gergaji Kayu Eboni (Diospyros celebica Bakh.) Sebagai Fungisida Terhadap Phytophthora palmivora Butler. Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Tadulako, Palu.
Rachmawati., S. I. dan Ciptati. (2011). Isolasi Senyawa Antioksidan dari Daun Sirih Merah (Piper crocatum) Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011 (SNIPS), Bandung, Indonesia ISBN : 978-602-19655-0-4 327
Rahim. A. (2012). Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metode 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan Uji Terpenoid Terhadap Ekstrak Acanthaster. Skripsi Departemen Biologi Fakultas Mipa Universitas Indonesia, Depok.
Reynertson, K.A. (2007). Phytochemical Analysis of Bioactive Constituens from Edible Myrtaceae Fruit, Dissertation, The City University of New York, New York
Rohman dan Riyanto. (2004). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Agritech 25(3):131-136.
Soekmanto. A, Hapsari. Y, Simanjuntak. P. (2007). Kandungan Antioksidan pada Beberapa Bagian Tanaman Mahkota Dewa Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl. (Thymelaceae). Biodiversitas. ISSN:1412-033X. (2), 92-95.
Soetmaji, D.W. (1998) Peran Stress Oksidatif Dalam Patogenesis Angiopati Mikro dan Makro DM, Medika. Vol. 5(24): 218-325.
Stahl, E. (1985). Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, 1-17, Penerbit ITB, Bandung.
Sticher, O. (2008) Natural Product Isolation, The Royal Society of Chemistry Journal, 25, 517–554
Supratman, U. (2010). Elusidasi struktur senyawa organik (metode Spektroskopi untuk penentuan struktur senyawa organik) widya padjajaran, bandung.
Usman, D.S.B. (2010). Karakteristik dan Aktivitas Antioksidan Bunga Rosela Kering (Hibiscus sabdariffa L.), Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur, Surabaya.
Wahyuni. (2016) Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Serbuk Gergaji Kayu Eboni (Diospyros Celebica Bakh.) Terhadap Bakteri Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus. Skripsi. Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Tadulako Palu, Palu.
Wksmundzka-Hajnos, M., Sherman, J., and kowalska, T. (2008) Thin Layer chromatography in phytochemistry, CRC Press, Boca Raton
Widyastuti, H. (2010). Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan metode CUPRAC, DPPH, dan FRAP serta Korelasinya dengan Fenol dan Flavonoid pada Enam Tanaman. ITB Bogor.
Winarsi, H. (2007). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Potensi dan Aplikasinnya dalam Kesehatan, Kanisius, Yogyakarta.
Winarsi, H, (2011). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Yuswantina, R. (2009). Uji Aktivitas Penangkap Radikal dari Ekstrak Peroleum Eter, Etil Asetat dan Etanol Rhizoma Binahong dengan metode DPPH, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Zulfiani. (2013) Kajian Etnobotani Suku Kaili Tara Di Desa Binangga Kecamatan Parigi Tengah Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah, Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Tadulako Palu, Palu.
Lampiran 1.
Surat Keterangan Hasil Identifikasi Eboni
Lampiran 2.
Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol daun eboni
Pengambilan sampel daun eboniPengambilan sampel daun eboni
Pengambilan sampel daun eboni
Pengambilan sampel daun eboni
Diambil daun yang tuaDipisahkan dari daun yang rusakDiambil daun yang tuaDipisahkan dari daun yang rusak
Diambil daun yang tua
Dipisahkan dari daun yang rusak
Diambil daun yang tua
Dipisahkan dari daun yang rusak
Daun eboniDaun eboni
Daun eboni
Daun eboni
Disortasi basah dan dibersihkan dengan air mengalirDisortasi basah dan dibersihkan dengan air mengalir
Disortasi basah dan dibersihkan dengan air mengalir
Disortasi basah dan dibersihkan dengan air mengalir
Sampel bersihSampel bersih
Sampel bersih
Sampel bersih
DirajangDikeringkanDisortasi keringDihaluskanDirajangDikeringkanDisortasi keringDihaluskan
Dirajang
Dikeringkan
Disortasi kering
Dihaluskan
Dirajang
Dikeringkan
Disortasi kering
Dihaluskan
Ditimbang 300 gDimaserasi dengan etanol kurang lebih 3 liter selama 3x24 jamDisaringdiuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 40oCDitimbang 300 gDimaserasi dengan etanol kurang lebih 3 liter selama 3x24 jamDisaringdiuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 40oC Serbuk daun eboni Serbuk daun eboni
Ditimbang 300 g
Dimaserasi dengan etanol kurang lebih 3 liter selama 3x24 jam
Disaring
diuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 40oC
Ditimbang 300 g
Dimaserasi dengan etanol kurang lebih 3 liter selama 3x24 jam
Disaring
diuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 40oC
Serbuk daun eboni
Serbuk daun eboni
Ekstrak Kental Etanol daun eboniEkstrak Kental Etanol daun eboni
Ekstrak Kental Etanol daun eboni
Ekstrak Kental Etanol daun eboni
Lampiran 3.
Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol buah eboni
Pengambilan sampel buah eboniPengambilan sampel buah eboni
Pengambilan sampel buah eboni
Pengambilan sampel buah eboni
Diambil buah yang setengah matangDipisahkan dari buah yang rusakDiambil buah yang setengah matangDipisahkan dari buah yang rusak
Diambil buah yang setengah matang
Dipisahkan dari buah yang rusak
Diambil buah yang setengah matang
Dipisahkan dari buah yang rusak
Buah eboniBuah eboni
Buah eboni
Buah eboni
Disortasi basah dan dibersihkan dengan air mengalirDisortasi basah dan dibersihkan dengan air mengalir
Disortasi basah dan dibersihkan dengan air mengalir
Disortasi basah dan dibersihkan dengan air mengalir
Sampel bersihSampel bersih
Sampel bersih
Sampel bersih
DirajangDikeringkan menggunakan oven pada suhu 500 C selama 3 x 24 jamDisortasi keringDihaluskanDirajangDikeringkan menggunakan oven pada suhu 500 C selama 3 x 24 jamDisortasi keringDihaluskan
Dirajang
Dikeringkan menggunakan oven pada suhu 500 C selama 3 x 24 jam
Disortasi kering
Dihaluskan
Dirajang
Dikeringkan menggunakan oven pada suhu 500 C selama 3 x 24 jam
Disortasi kering
Dihaluskan
Serbuk buah eboni Serbuk buah eboni
Serbuk buah eboni
Serbuk buah eboni
Ditimbang 250 gDimaserasi dengan etanol kurang lebih 1 liter selama 3x24 jamDisaringdiuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 40oCDitimbang 250 gDimaserasi dengan etanol kurang lebih 1 liter selama 3x24 jamDisaringdiuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 40oC
Ditimbang 250 g
Dimaserasi dengan etanol kurang lebih 1 liter selama 3x24 jam
Disaring
diuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 40oC
Ditimbang 250 g
Dimaserasi dengan etanol kurang lebih 1 liter selama 3x24 jam
Disaring
diuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 40oC
Ekstrak Kental Etanol buah eboniEkstrak Kental Etanol buah eboni
Ekstrak Kental Etanol buah eboni
Ekstrak Kental Etanol buah eboni
Lampiran 4.
Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol Serbuk kayu Eboni
Pengambilan sampel serbuk gergaji kayu eboniPengambilan sampel serbuk gergaji kayu eboni
Pengambilan sampel serbuk gergaji kayu eboni
Pengambilan sampel serbuk gergaji kayu eboni
Diambil Serbuk gergajiDipisahkan dari Serbuk gergaji kayu lain yang ikut.Diambil Serbuk gergajiDipisahkan dari Serbuk gergaji kayu lain yang ikut.
Diambil Serbuk gergaji
Dipisahkan dari Serbuk gergaji kayu lain yang ikut.
Diambil Serbuk gergaji
Dipisahkan dari Serbuk gergaji kayu lain yang ikut.
Serbuk gergaji eboniSerbuk gergaji eboni
Serbuk gergaji eboni
Serbuk gergaji eboni
Disortasi basahDisortasi basah
Disortasi basah
Disortasi basah
Sampel bersihSampel bersih
Sampel bersih
Sampel bersih
DirajangDikeringkanDisortasi keringDihaluskanDirajangDikeringkanDisortasi keringDihaluskan
Dirajang
Dikeringkan
Disortasi kering
Dihaluskan
Dirajang
Dikeringkan
Disortasi kering
Dihaluskan
Serbuk Gergaji kayu eboni Serbuk Gergaji kayu eboni
Serbuk Gergaji kayu eboni
Serbuk Gergaji kayu eboni
Ditimbang 250 gDimaserasi dengan etanol kurang lebih 3 liter selama 3x24 jamDisaringdiuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 40oCDitimbang 250 gDimaserasi dengan etanol kurang lebih 3 liter selama 3x24 jamDisaringdiuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 40oC
Ditimbang 250 g
Dimaserasi dengan etanol kurang lebih 3 liter selama 3x24 jam
Disaring
diuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 40oC
Ditimbang 250 g
Dimaserasi dengan etanol kurang lebih 3 liter selama 3x24 jam
Disaring
diuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 40oC
Ekstrak Kental Etanol daun eboniEkstrak Kental Etanol daun eboni
Ekstrak Kental Etanol daun eboni
Ekstrak Kental Etanol daun eboni
Lampiran 5.
Skema Kerja Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun, Buah dan Serbuk Gergaji Kayu Eboni
Ekstrak Etanol EboniEkstrak Etanol Eboni
Ekstrak Etanol Eboni
Ekstrak Etanol Eboni
Ekstrak dan pembanding vitamin C divariasikan konsentrasi0,001, 0,01, 0,1, 1, 10 dan 100 µg/mlEkstrak dan pembanding vitamin C divariasikan konsentrasi0,001, 0,01, 0,1, 1, 10 dan 100 µg/ml
Ekstrak dan pembanding vitamin C divariasikan konsentrasi
0,001, 0,01, 0,1, 1, 10 dan 100 µg/ml
Ekstrak dan pembanding vitamin C divariasikan konsentrasi
0,001, 0,01, 0,1, 1, 10 dan 100 µg/ml
Ekstrak dan pembanding vit. C yang sudah divariasikan masing-masing 2,5 ml ditambahkan DPPH 0,5 mM 2,5 mlEkstrak dan pembanding vit. C yang sudah divariasikan masing-masing 2,5 ml ditambahkan DPPH 0,5 mM 2,5 ml
Ekstrak dan pembanding vit. C yang sudah divariasikan masing-masing 2,5 ml ditambahkan DPPH 0,5 mM 2,5 ml
Ekstrak dan pembanding vit. C yang sudah divariasikan masing-masing 2,5 ml ditambahkan DPPH 0,5 mM 2,5 ml
Ekstrak dan pembanding vit. C didiamkan selama 30 menitEkstrak dan pembanding vit. C didiamkan selama 30 menit
Ekstrak dan pembanding vit. C didiamkan selama 30 menit
Ekstrak dan pembanding vit. C didiamkan selama 30 menit
Absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ = 516. Blanko yang digunakan adalah etanol p.aAbsorbansi diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ = 516. Blanko yang digunakan adalah etanol p.a
Absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ = 516. Blanko yang digunakan adalah etanol p.a
Absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ = 516. Blanko yang digunakan adalah etanol p.a
Uji Aktivitas Antioksidan (IC50) Uji Aktivitas Antioksidan (IC50)
Uji Aktivitas Antioksidan (IC50)
Uji Aktivitas Antioksidan (IC50)
Lampiran 6.
Skema Kerja Penyemprotan Pereaksi Semprot pada Plat KLT
Ekstrak Etanol Daun, buah, Serbuk gergaji Kayu EboniEkstrak Etanol Daun, buah, Serbuk gergaji Kayu Eboni
Ekstrak Etanol Daun, buah, Serbuk gergaji Kayu Eboni
Ekstrak Etanol Daun, buah, Serbuk gergaji Kayu Eboni
Uji Aktivitas Antioksidan menggunakan pereaksi Semprot DPPH dan reagen golongan senyawa kimiaUji Aktivitas Antioksidan menggunakan pereaksi Semprot DPPH dan reagen golongan senyawa kimia
Uji Aktivitas Antioksidan menggunakan pereaksi Semprot DPPH dan reagen golongan senyawa kimia
Uji Aktivitas Antioksidan menggunakan pereaksi Semprot DPPH dan reagen golongan senyawa kimia
Dibuat plat KLT persegi panjang dengan jarak elusi ± 7 cmDitotolkan masing-masing ekstrak pada lempeng KLT, dikeringkanDielusi menggunakan eluen yang diperoleh dari profil KLT, dikeringkanDisemprot dengan reagen DPPH 0,05 mM dan reagen senyawa kimia.Dibuat plat KLT persegi panjang dengan jarak elusi ± 7 cmDitotolkan masing-masing ekstrak pada lempeng KLT, dikeringkanDielusi menggunakan eluen yang diperoleh dari profil KLT, dikeringkanDisemprot dengan reagen DPPH 0,05 mM dan reagen senyawa kimia.
Dibuat plat KLT persegi panjang dengan jarak elusi ± 7 cm
Ditotolkan masing-masing ekstrak pada lempeng KLT, dikeringkan
Dielusi menggunakan eluen yang diperoleh dari profil KLT, dikeringkan
Disemprot dengan reagen DPPH 0,05 mM dan reagen senyawa kimia.
Dibuat plat KLT persegi panjang dengan jarak elusi ± 7 cm
Ditotolkan masing-masing ekstrak pada lempeng KLT, dikeringkan
Dielusi menggunakan eluen yang diperoleh dari profil KLT, dikeringkan
Disemprot dengan reagen DPPH 0,05 mM dan reagen senyawa kimia.
Analisis Penampakan NodaAnalisis Penampakan Noda
Analisis Penampakan Noda
Analisis Penampakan Noda
Lampiran 7.
Perhitungan Berat Ekstrak
Daun
Berat wadah = 148,22 g
Berat wadah + ekstrak = 209,10 g
Berat ekstrak = (berat wadah+ekstrak) – berat wadah
= 209,10 – 148,22
= 60,88 g
Buah
Berat wadah = 148,22 g
Berat wadah + ekstrak = 209,10 g
Berat ekstrak = (berat wadah+ekstrak) – berat wadah
= 209,10 – 148,22
= 60,88 g
Serbuk Gergaji Kayu
Berat wadah = 148,22 g
Berat wadah + ekstrak = 209,10 g
Berat ekstrak = (berat wadah+ekstrak) – berat wadah
= 209,10 – 148,22
= 60,88 g
Lampiran 8.
Perhitungan Rendemen
Rendemen = berat ekstrak pekat (g)berat sampel (g) x 100%
Daun
= 60,88 g526,9 g x 100%
= 11,55% (b/b)
Buah
= 60,88 g526,9 g x 100%
= 11,55% (b/b)
Serbuk Gergaji kayu
= 60,88 g526,9 g x 100%
= 11,55% (b/b)
Lampiran 9.
Perhitungan Pengenceran
Konsentrasi 1000 ppm
Larutan uji dibuat dengan konsentrasi 1000 ppm dengan cara ditimbang sampel 10 mg lalu di larutkan dalam etanol p.a 10 ml maka diperoleh konsentrasi 1000 ppm.
Konsentrasi 100 ppm
M1 . V1 = M2 . V2
100 ppm . V1 = 10 ppm . 10 ml
V1 = 100 ml / 100
V1 = 1 ml
Jadi, dari konsentasi 1000 ppm dipipet 1 ml kemudian ditambahkan etanol p.a hingga 10 ml maka diperoleh konsentrasi 100 ppm.
Konsentrasi 10 ppm
M1. V1 = M2. V2
100 ppm . V1 = 10 ppm . 10 ml
V1 = 100 ml / 100
V1 = 1 ml
Jadi, dari konsentasi 100 ppm dipipet 1 ml kemudian ditambahkan etanol p.a hingga 10 ml maka diperoleh konsentrasi 10 ppm.
Konsentrasi 1 ppm
M1. V1 = M2. V2
10 ppm . V1 = 1 ppm . 10 ml
V1 = 10 ml / 10
V1 = 1 ml
Jadi, dari konsentasi 10 ppm dipipet 1 ml kemudian ditambahkan etanol p.a hingga 10 ml maka diperoleh konsentrasi 1 ppm.
Konsentrasi 0,1 ppm
M1. V1 = M2. V2
1 ppm . V1 = 0,1 ppm . 10 ml
V1 = 1 ml / 1
V1 = 1 ml
Jadi, dari konsentasi 0,1 ppm dipipet 1 ml kemudian ditambahkan etanol p.a hingga 10 ml maka diperoleh konsentrasi 0,1 ppm.
Konsentrasi 0,01 ppm
M1. V1 = M2. V2
0,1 ppm . V1 = 0,01 ppm . 10 ml
V1 = 0,1 ml / 0,1
V1`= 1 ml
Jadi, dari konsentasi 0,01 ppm dipipet 1 ml kemudian ditambahkan etanol p.a hingga 10 ml maka diperoleh konsentrasi 0,01 ppm.
Konsentrasi 0,001 ppm
M1. V1 = M2. V2
0,01 ppm . V1 = 0,001 ppm . 10 ml
V1 = 0,01 ml / 0,01
V1 = 1 ml
Jadi, dari konsentasi 0,001 ppm dipipet 1 ml kemudian ditambahkan etanol p.a hingga 10 ml maka diperoleh konsentrasi 0,001 ppm.
Lampiran 10.
Perhitungan % Peredaman
Ekstrak Daun
Pengulangan I
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,7431,218 x 100% = 38,99%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,6871,218 x 100% = 43,59%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,6851,218 x 100% = 48,44%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,6281,218 x 100% = 43,76%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,6261,218 x 100% = 48,60%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,5901,218 x 100% = 51,55%
Pengulangan II
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,5060,892 x 100% = 43,27%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,5050,892 x 100% = 43,38%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,5000,892 x 100% = 43,94%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,4830,892 x 100% = 45,85%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,3930,892 x 100% = 55,94%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,1220,892 x 100% = 86,32%
Pengulangan III
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,5061,280 x 100% = 60,46 %
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,5001,280 x 100% = 60,93%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,4851,280 x 100% = 62,10%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,4361,280 x 100% = 65,93%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,3001,280 x 100% = 76,57%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,0901,280 x 100% = 92,96%
Ekstrak Buah
Pengulangan I
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 - 0,6911,218 x 100% = 43,26%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,6891,218 x 100% = 43,43%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,6811,218 x 100% = 44,08%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,6211,218 x 100% = 49,01%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,3921,218 x 100% = 67,73%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,1011,218 x 100% = 91,70%
Pengulangan II
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,4860,892 x 100% = 45,51 %
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,4840,892 x 100% = 45,73%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,4660,892 x 100% = 47,75%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,4360,892 x 100% = 51,12%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,2240,892 x 100% = 73,88%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,1110,892 x 100% = 87,55%
Pengulangan III
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,8501,280 x 100% = 33,59%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,7791,280 x 100% = 39,14%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,7361,280 x 100% = 42,50%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,6361,280 x 100% = 50,31%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,4001,280 x 100% = 68,75%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,1201,280 x 100% = 90,62%
Ekstrak Serbuk Gergaji Kayu Eboni
Pengulangan I
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,6681,218 x 100% = 45,15%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,6341,218 x 100% = 47,94%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,6301,218 x 100% = 48,27%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,6271,218 x 100% = 48,52%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,2161,218 x 100% = 82,26%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,2021,218 x 100% = 99.98%
Pengulangan II
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,4790,892 x 100% = 46,30%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,4780,892 x 100% = 46,41%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,4730,892 x 100% = 46,97%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,4700,892 x 100% = 47,30%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,4620,892 x 100% = 48,20%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,1510,892 x 100% = 83,07%
Pengulangan III
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,6391,280 x 100% = 50,07 %
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,6121,280 x 100% = 52,18%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,5971,280 x 100% = 76,56%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,4181,280 x 100% = 67,34%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,3161,280 x 100% = 75,31%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,2031,280 x 100% = 84,14%
Vitamin C
Pengulangan I
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,6391,218 x 100% = 47,53 %
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,6341,218 x 100% = 47,94%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,6031,218 x 100% = 50,49%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,5761,218 x 100% = 52,70%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,2781,218 x 100% = 77,17%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,218 -0,0761,218 x 100% = 93,76%
Pengulangan II
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,4960,892 x 100% = 44,39%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,4710,892 x 100% = 47,30%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,4600,892 x 100% = 48,43%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,4280,892 x 100% = 52,01%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,1260,892 x 100% = 85,81%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 0,892 -0,0660,892 x 100% = 92,60%
Pengulangan III
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,6811,280 x 100% = 62,42 %
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,4631,280 x 100% = 63,82%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,4301,280 x 100% = 66,40%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,3001,280 x 100% = 76,56%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,2161,280 x 100% = 83,12%
% Peredaman = Abs blanko-Abs sampelAbs blanko x 100% = 1,280 -0,0691,280 x 100% = 93,04%
Lampiran 11.
Perhitungan IC50 Ekstrak Etanol Daun, Buah Dan Serbuk Gergaji Kayu Eboni
Sampel
Konsentrasi (µg/ml)
% Peredaman
Rata-rata % Peredaman
IC50 (µg/ml)
I
II
III
Ekstrak Daun
0,001
38.99
43,27
60,46
40.79
21,37
0,01
43.59
43,38
60,93
42.77
0,1
43.76
43,94
62.10
44.78
1
48,44
45,85
65.93
50.15
10
46,60
55,94
76,56
70.16
100
51,55
86,32
92,96
89.96
Ekstrak Buah
0,001
43,26
45,51
33,59
40,79
21,55
0,01
43,43
45,73
39,14
42,77
0,1
44,08
47,75
42,50
44,78
1
49,01
51,12
50,31
50,15
10
67,73
73,88
68,75
70,12
100
91,17
87,55
90,62
89.96
Ekstrak Serbuk Gergaji Kayu
0,001
45,15
46,30
50,07
47,17
21,15
0,01
47,94
46,41
52,18
48,84
0,1
48,27
46,97
76,56
57,27
1
48,52
47,30
67,34
54,39
10
82,26
48,20
75,31
68,59
100
99,98
83,07
84,14
89,06
Vit. C
0,001
47,52
44,39
46,79
46,23
20,91
0,01
47,94
47,30
62,42
52,55
0,1
50,49
48,43
66,40
55,11
1
52,70
52,01
76,56
60,42
10
77,17
85,81
83,12
82,03
100
93,76
92,60
93,04
93,13
Daun
X
Y
XY
X2
0,001
0,01
0,1
1
10
100
47,57
49,30
49,93
53,41
60,37
76,94
0,05
0,49
4,99
53,41
603,67
7694,33
0,000001
0,0001
0,01
1
100
10000
= 111,111
= 337,52
= 8356,94
= 10101,01
Keterangan : X = Konsentrasi sampel
Y = Persen peredaman X2
a = ΣXY- ΣX (ΣY)/nΣX2-(ΣX)2/n
= 8356,94-111,111 (337,52)/610101,01-(111,111)2/6
= -4857,60-374,11 = 12,98
b = yrata-rata-axrata-rata
= 56,25– (12,98)(18,52)
= -227,27
Jadi persamaan garis regresi : Y = ax + b
50 = 12,98x + (-227,27)
x = 50-(-205,56)11,73 = 21,37 µg/ml
Jadi nilai IC50 ekstrak etanol daun eboni = 21,37 µg/ml
Buah
X
Y
XY
X2
0,001
0,01
0,1
1
10
100
40,79
42,77
44,78
50,15
70,12
89,96
0,04
0,43
4,48
50,15
701,20
8995,67
0,000001
0,0001
0,011
1
100
10000
= 111,11
= 338,55
= 9751,96
= 10101,01
Keterangan : X = Konsentrasi sampel
Y = Persen peredaman X2
a = ΣXY- ΣX (ΣY)/nΣX2-(ΣX)2/n
= 9751,96-111,11 (338,55)/610101,01-(111,11)2/6
= -4644,17-374,11 = 12,41
b = yrata-rata-axrata-rata
= 56,43– (12,41)(18,52)
= -217,47
Jadi persamaan garis regresi : Y = ax + b
50 = 12,41x + (-217,47)
x = 50-(-217,47)12,41 = 21,55 µg/ml
Jadi nilai IC50 ekstrak etanol daun eboni = 21,55 µg/ml
Serbuk gergaji kayu
X
Y
XY
X2
0,001
0,01
0,1
1
10
100
47,20
48,84
57,27
54,39
68,59
89,06
0,05
0,49
5,73
54,39
685,90
8906,33
0,000001
0,0001
0,01
1
100
10000
= 111,11
= 365,32
= 9652,88
= 10101,0101
Keterangan : X = Konsentrasi sampel
Y = Persen peredaman X2
a = ΣXY- ΣX (ΣY)/nΣX2-(ΣX)2/n
= 9652,88-111,11 (365,32)/610101,01-(111,11)2/6
= -5156,43-374,11=13,78
b = yrata-rata-axrata-rata
= 60,89– (13,78)(18,52)
= -241,46
Jadi persamaan garis regresi : Y = ax + b
50 = 13,78x+ (-241,46)
x = 50-(-241,46)13,78 = 24 µg/ml
Jadi nilai IC50 ekstrak etanol serbuk gergaji kayu eboni = 21,15 µg/ml
Vitamin C
X
Y
XY
X2
0,001
0,01
0,1
1
10
100
46,23
52,55
55,11
60,42
82,03
93,13
0,05
0,53
5,51
60,42
820,33
9313,33
0,000001
0,0001
0,01
1
100
10000
= 111,11
= 389,48
= 10200,17
= 10101,0101
Keterangan : X = Konsentrasi sampel
Y = Persen peredaman X2
a = ΣXY- ΣX (ΣY)/nΣX2-(ΣX)2/n
= 10200,17-111,11 (389,48)/610101,01-(111,11)2/6
= -5512,62-374,11=14,74
b = yrata-rata-axrata-rata
= 64,91– (14,74)(18,52)
= -258,14
Jadi persamaan garis regresi : Y = ax + b
50 = 14,74x+ (-258,14)
x = 50-(-258,14)14,74 = 20,91 µg/ml
Jadi nilai IC50 Vitamin C = 20,91 µg/ml
Lampiran 12..
Perhitungan Pembuatan Larutan DPPH
Perhitungan Pembuatan Larutan Induk DPPH
Konsentrasi 0,5 mM
M = bobot DPPHBM DPPH x 1000Volume Pelarut
0,5 mM = X394,32 x 100050 ml
0,0005 M = 1000X19716
1000x = 9,858
x = 9,858/1000
= 0,009858 g 9,858 mg
Jadi bobot DPPH yang ditimbang yaitu 0,009858 g atau 9,8 mg yang kemudian dimasukkan dalam labu ukur 50 ml, kemudian dicukupkan dengan pelarut hingga tanda batas, sehingga diperoleh konsentrasi DPPH 0,5 mM
Perhitungan Pereaksi Semprot DPPH
Konsentrasi 0,05 mM
M = bobot DPPHBM DPPH x 1000Volume Pelarut
0,05 mM = X394,32 x 100050 ml
0,00005 M = 1000X19716
1000x = 0,00005 x 19716
= 0,9858
x = 0,9858/1000
= 0,0009858g 0,9858 mg
Jadi bobot DPPH yang ditimbang yaitu 0,0009858 g atau 0,9858 mg yang kemudian dimasukkan dalam labu ukur 50 ml, kemudian di cukupkan dengan pelarut hingga tanda batas, sehingga diperoleh konsentrasi DPPH 0,05 mM
Lampiran 13.
Hasil Analisis Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak
Ekstrak Etanol Daun Eboni
Hasil Uji Antioksidan Ekstrak Daun
FenolikFenolik
Fenolik
Fenolik
a.
b.
c.
d.
e.
Hasil KLT; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat:asam asetat (4:10:1); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot antioksidan (DPPH 0,05 mM)
Visualisasi pada lampu UV 254 sebelum disemprot pereaksi semprot antioksidan (DPPH 0,05 mM)
Visualisasi pada lampu UV 366 sebelum disemprot pereaksi semprot antioksidan (DPPH 0,05 mM)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot antioksidan (DPPH 0,05 mM)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot fenolik (FeCl3 1%)
Hasil Uji Golongan Senyawa
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat:asam asetat (4:10:1); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot alkaloid (dragendorff)
Visualisasi pada lampu UV 254 sebelum disemprot pereaksi semprot alkaloid (dragendorff)
Visualisasi pada lampu UV 366 sebelum disemprot pereaksi semprot alkaloid (dragendorff)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot alkaloid (dragendorff)
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat:asam asetat (4:10:1); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot flavonoid (AlCl3 1%)
Visualisasi pada lampu UV 254 setelah disemprot pereaksi semprot flavonoid (AlCl3 1%)
Visualisasi pada lampu UV 366 setelah disemprot pereaksi semprot flavonoid (AlCl3 1%)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot flavonoid (AlCl3 1%)
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat:asam asetat (4:10:1); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot fenolik dan tanin (FeCl3)
Visualisasi pada lampu UV 254 sebelum disemprot pereaksi semprot fenolik dan tanin (FeCl3)
Visualisasi pada lampu UV 366 sebelum disemprot pereaksi semprot fenolik dan tanin (FeCl3)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot fenolik dan tanin (FeCl3)
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil :asam asetat (4:10:1); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot saponin (H2SO4 10 %)
Visualisasi pada lampu UV 254 setelah disemprot pereaksi semprot saponin (H2SO4 10 %)
Visualisasi pada lampu UV 366 setelah disemprot pereaksi semprot saponin (H2SO4 10 %)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot saponin (H2SO4 10 %)
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat:asam asetat (4:10:1); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum di
semprot pereaksi semprot steroid (Liebermann-Burchard)
Visualisasi pada lampu UV 254 setelah disemprot pereaksi semprot steroid (Liebermann-Burchard)
Visualisasi pada lampu UV 366 setelah disemprot pereaksi semprot steroid (Liebermann-Burchard)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot steroid (Liebermann-Burchard)
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat:asam asetat (4:10:1); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot kuinon (KOH 5%)
Visualisasi pada lampu UV 254 setelah disemprot pereaksi semprot kuinon (KOH 5%)
Visualisasi pada lampu UV 366 setelah disemprot pereaksi semprot kuinon (KOH 5%)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot kuinon (KOH 5%)
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat:asam asetat (4:10:1); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot terpenoid (Anisaldehid-H2SO4)
Visualisasi pada lampu UV 254 setelah disemprot pereaksi semprot terpenoid (Anisaldehid-H2SO4)
Visualisasi pada lampu UV 366 setelah disemprot pereaksi semprot terpenoid (Anisaldehid-H2SO4)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot terpenoid (Anisaldehid-H2SO4)
Ekstrak Etanol Buah Eboni
Hasil Uji Antioksidan Ekstrak Buah
FenolikFenolik
Fenolik
Fenolik
a.
b.
c.
d.
e.
Hasil KLT; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat:asam asetat (4:10:1); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot antioksidan (DPPH 0,05 mM)
Visualisasi pada lampu UV 254 sebelum disemprot pereaksi semprot antioksidan (DPPH 0,05 mM)
Visualisasi pada lampu UV 366 sebelum disemprot pereaksi semprot antioksidan (DPPH 0,05 mM)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot antioksidan (DPPH 0,05 mM)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot fenolik (FeCl3 1%)
Hasil Uji Golongan Senyawa
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat:asam asetat (4:10:1); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot alkaloid (dragendorff)
Visualisasi pada lampu UV 254 sebelum disemprot pereaksi semprot alkaloid (dragendorff)
Visualisasi pada lampu UV 366 sebelum disemprot pereaksi semprot alkaloid (dragendorff)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot alkaloid (dragendorff)
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat:asam asetat (4:10:1); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot flavonoid (AlCl3 1%)
Visualisasi pada lampu UV 254 setelah disemprot pereaksi semprot flavonoid (AlCl3 1%)
Visualisasi pada lampu UV 366 setelah disemprot pereaksi semprot flavonoid (AlCl3 1%)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot flavonoid (AlCl3 1%)
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat:asam asetat (4:10:1); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot fenolik dan tanin (FeCl3)
Visualisasi pada lampu UV 254 sebelum disemprot pereaksi semprot fenolik dan tanin (FeCl3)
Visualisasi pada lampu UV 366 sebelum disemprot pereaksi semprot fenolik dan tanin (FeCl3)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot fenolik dan tanin (FeCl3)
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat:asam asetat (4:10:1); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot saponin (H2SO4 10 %)
Visualisasi pada lampu UV 254 setelah disemprot pereaksi semprot saponin (H2SO4 10 %)
Visualisasi pada lampu UV 366 setelah disemprot pereaksi semprot saponin (H2SO4 10 %)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot saponin (H2SO4 10 %)
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat:asam asetat (4:10:1); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot steroid (Liebermann-Burchard)
Visualisasi pada lampu UV 254 setelah disemprot pereaksi semprot steroid (Liebermann-Burchard)
Visualisasi pada lampu UV 366 setelah disemprot pereaksi semprot steroid (Liebermann-Burchard)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot steroid (Liebermann-Burchard)
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat:asam asetat (4:10:1); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot kuinon (KOH 5%)
Visualisasi pada lampu UV 254 setelah disemprot pereaksi semprot kuinon (KOH 5%)
Visualisasi pada lampu UV 366 setelah disemprot pereaksi semprot kuinon (KOH 5%)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot kuinon (KOH 5%)
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat:asam asetat (4:10:1); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot terpenoid (Anisaldehid-H2SO4)
Visualisasi pada lampu UV 254 setelah disemprot pereaksi semprot terpenoid (Anisaldehid-H2SO4)
Visualisasi pada lampu UV 366 setelah disemprot pereaksi semprot terpenoid (Anisaldehid-H2SO4)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot terpenoid (Anisaldehid-H2SO4)
3. Ekstrak Etanol Serbuk Gergaji Kayu Eboni
Hasil Uji Antioksidan Ekstrak Serbuk Gergaji Kayu
SteroidSteroid
Steroid
Steroid
a.
b.
c.
d.
e.
Hasil KLT; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat (5:2); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot antioksidan (DPPH 0,05 mM)
Visualisasi pada lampu UV 254 sebelum disemprot pereaksi semprot antioksidan (DPPH 0,05 mM)
Visualisasi pada lampu UV 366 sebelum disemprot pereaksi semprot antioksidan (DPPH 0,05 mM)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot antioksidan (DPPH 0,05 mM)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot steroid (Liebermann-Burchard)
Hasil Uji Golongan Senyawa
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat (5:2); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot alkaloid (dragendorff)
Visualisasi pada lampu UV 254 sebelum disemprot pereaksi semprot alkaloid (dragendorff)
Visualisasi pada lampu UV 366 sebelum disemprot pereaksi semprot alkaloid (dragendorff)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot alkaloid (dragendorff)
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat (5:2); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot flavonoid (AlCl3 1%)
Visualisasi pada lampu UV 254 setelah disemprot pereaksi semprot flavonoid (AlCl3 1%)
Visualisasi pada lampu UV 366 setelah disemprot pereaksi semprot flavonoid (AlCl3 1%)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot flavonoid (AlCl3 1%)
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat (5:2); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot fenolik dan tanin (FeCl3)
Visualisasi pada lampu UV 254 sebelum disemprot pereaksi semprot fenolik dan tanin (FeCl3)
Visualisasi pada lampu UV 366 sebelum disemprot pereaksi semprot fenolik dan tanin (FeCl3)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot fenolik dan tanin (FeCl3)
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat (5:2); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot saponin (H2SO4 10 %)
Visualisasi pada lampu UV 254 setelah disemprot pereaksi semprot saponin (H2SO4 10 %)
Visualisasi pada lampu UV 366 setelah disemprot pereaksi semprot saponin (H2SO4 10 %)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot saponin (H2SO4 10 %)
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat (5:2); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot steroid (Liebermann-Burchard)
Visualisasi pada lampu UV 254 setelah disemprot pereaksi semprot steroid (Liebermann-Burchard)
Visualisasi pada lampu UV 366 setelah disemprot pereaksi semprot steroid (Liebermann-Burchard)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot steroid (Liebermann-Burchard)
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat (5:2); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot kuinon (KOH 5%)
Visualisasi pada lampu UV 254 setelah disemprot pereaksi semprot kuinon (KOH 5%)
Visualisasi pada lampu UV 366 setelah disemprot pereaksi semprot kuinon (KOH 5%)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot kuinon (KOH 5%)
a.
b.
c.
d.
Hasil identifikasi golongan kimia senyawa; plat silika F254; eluen yang digunakan n-heksan:etil asetat (5:2); jarak elusi 7 cm
Visualisasi secara visible noda sebelum disemprot pereaksi semprot terpenoid (Anisaldehid-H2SO4)
Visualisasi pada lampu UV 254 setelah disemprot pereaksi semprot terpenoid (Anisaldehid-H2SO4)
Visualisasi pada lampu UV 366 setelah disemprot pereaksi semprot terpenoid (Anisaldehid-H2SO4)
Visualisasi secara visible noda setelah disemprot pereaksi semprot terpenoid (Anisaldehid-H2SO4)
Lampiran 14.
Cara Pembuatan Pereaksi Semprot
Uji Alkaloid (Wksmundzka-Hajnos et al, 2008)
Pembuatan pereaksi Dragendroff
Larutan A: 0,85 g bismut nitrat dasar dilarutkan dalam 10 ml asam asetik glasial dan 40 ml air dengan pemanasan
Larutan B: 8,0 g kalium iodida dilarutkan dalam 30 ml air
Campurkan larutan A dan B dengan perbandingan 1:1 kemudian tambahkan pada asam asetat glasial dan air dalam perbandingan 1:2:10 sebanyak 50 ml.
Uji Flavonoid (Anonim, 1980)
Pembuatan pereaksi Aluminium Klorida
Larutan penyemprot: 1% aluminium klorida dalam larutan etanol atau metanol.
Uji Fenolik (Wksmundzka-Hajnos et al, 2008)
Pembutan Pereaksi Besi (III) Klorida (FeCl3)
Larutan Penyemprot: larutkan 1 g besi (III) klorida dalam 5 ml air dan ditambahkan hingga 100 ml dengan etanol.
Uji Saponin (Gleńsk, 2005)
Pembuatan pereaksi Asam Sulfat
Larutan penyemprot: 10% asam sulfat dalam etanol
Uji Steroid (Anonim, 1980)
Pembuatan pereaksi Liebermann-Burchard
Larutan penyemprot: campurkan dengan hati-hati dan dengan pendinginan secara segar sebelum digunakan 5 ml asetik anhidrat dengan 5 ml asam sulfat 97% dan tambahkan campuran tersebut dengan dingin ke dalam 50 ml etanol.
Uji Kuinon (Anonim, 1980)
Pembuatan Kalium Hidroksida Metanol
Larutan pereaksi: 5% larutan kalium hidroksida dalam metanol.
Uji Tanin (Wksmundzka-Hajnos et al, 2008)
Pembutan Pereaksi Besi (III) Klorida (FeCl3)
Larutan Penyemprot: larutkan 1 g besi (III) klorida dalam 5 ml air dan ditambahkan hingga 100 ml dengan etanol.
Uji Terpenoid (Stahl, 1985)
Pembutan pereaksi Anisaldehid-Asam Sulfat
Anisaldehide sebanyak 0,5 mL ditambahkan pada campuran asam asetat glacial 50 mL dan asam sulfat pekat 1 mL.
Lampiran 15.
Dokumentasi Penelitian
(B)
(C) (D)
(E) (F)
(A). Daun Eboni
(D). Ekstrak kental etanol buah eboni
(B). Ekstrak kental etanol daun eboni
(E). Serbuk gergaji kayu eboni
(C). Buah eboni
(F).Ekstrak kental etanol serbuk gergaji kayu eboni.
Lampiran 16.
Alat-alat yang digunakan selama penelitian
(A)
(B) (C)
(A). Rotavapor, (B). Spektrofotometer uv-vis, (C). Neraca analitik.
RIWAYAT HIDUP
Zulkifly Nurdiansyah Lahir di Gimpu pada tanggal 28 Juni 1993. Anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Tajuddin Kade dan Ibu Hj. Rahma. Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh di SDN Inpres Tompi Bugis dan lulus pada tahun 2005. Pendidikan selanjutnya adalah Sekolah Menengah Pertama ditempuh di SMPN 2 Kulawi dan lulus pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2008 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas ditempuh di SMK NUSANTARA Palu dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis bekerja di Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) Gimpu. Kemudian penulis melanjutkan studi di Perguruan Tinggi Universitas Tadulako Palu pada tahun 2013 dan terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan menyelesaikan studinya pada tahun 2017. Penulis masuk melalui jalur Seleksi Mandiri Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMMPTN) pada tahun 2013. Selama menjalani studi penulis mendapatkan beasiswa BIDIKMISI pada semester 7-8, tahun 2016-2017. Lembaga kemahasiswaan yang penulis ikuti selama studi yaitu TP. Al-Ishlah FMIPA UNTAD (anggota kaderisasi periode 2014), Ukof Science Sports (S2) (ketua umum periode 2015), LPM Didaktikal FMIPA UNTAD (Anggota Humas periode 2015), Himpunan Mahasiswa Farmasi (HIMAFAR) FMIPA UNTAD (anggota advokasi periode 2016) dan DPM FMIPA UNTAD (anggota komisi II periode 2016).