VIROLOGI VIRUS DENGUE
Disusun oleh : 1. Khansha Nur Alifa L
A102.09.025
2. Latifah Istiqomah
A102.09.026
3. Liris Widowati Suroto Siwi
A102.09.027
4. Luvena Wanda Valiani
A102.09.028
5. Maria Sagita Putri M
A102.09.029
6. Mega Pujiana W
A102.09.030 2B2
AKADEMI ANALIS KESEHATAN KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA SURAKARTA
2014
PENDAHULUAN Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit akut yang sebabkan oleh virus yang di tularkan oleh nyamuk.
yang di
Penyakit ini sering kali
menyerang daerah yang beriklim tropis dan sub tropis. Terutama pada kawasan Asia Tenggara, Amerika Tengah dan Karibia. Host alami dari DBD adalah manusia dan agent dari DBD adalah virus Dengue. Demam berdarah ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk betina Aedes yang terinfeksi virus Dengue. Penyakit ini tidak dapat ditularkan langsung dari orang ke orang. Penyebar utama virus Dengue yaitu nyamuk Aedes aegypti , namun virus Dengue juga dapat disebarkan oleh spesies lain yaitu
Aedes albopictus. Dengue (DEN)
adalah suatu Arboviridae, Family Flaviviridae yang mempunyai 4 serotipe (DEN1, DEN-2, DEN-3, DEN-4). Masa inkubasi pada manusia (intrinsik) berkisar antara 3 sampai 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada hari keempat sampai hari ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh
nyamuk)
berlangsung sekitar 8-10 hari. Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam Dengue (DD) dan DBD, ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari. Pendarahan diatesis seperti uji tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100 x 10 9/L dan kebocoran plasma akibat
peningkatan
penurunan
jumlah
permeabilitas leukosit,
pembuluh.
limfositosis,
Selain
itu
dapat
Hemokonsentrasi,
ditemukan
hiponatremia,
hipoalbuminemia, PTT dan APTT memanjang, FDP meningkat, peningkatan aspartate transaminase dan alanine transaminase
PEMBAHASAN A. Epidemiologi Gambaran manifestasi klinis yang bervariasi dapat disamakan dengan sebuah gunung es. DHF dan DSS sebagai kasus-kasus yang dirawat dirumah sakit dapat diibaratkan sebagai puncak gunung es yang terlihat diatas permukaan air laut dan kasus-kasus ringan dapat diibaratkan merupakan dasar dari gunung es. Dapat diperkirakan pada setiap kasus di Rumah Sakit ada sekitar 150-200 kasus silent Dengue infection. Di Eropa wabah demam Dengue meledak pertama kali di tahun 1784, di Amerika Selatan sekitar tahun 1830-1870, di Afrika sendiri muncul pada sekitar tahun 1871 -
1873 sedangkan Amerika Serikat
wabah ini muncul pada tahun 1922 dengan jumlah penderita adalah 2 juta. Di Indonesia kasus DBD meningkat setiap waktunya pada kurun 4 tahun yaitu pada tahun 2007-2010. Dengan jumlah kasus pada tahun 2007 ada 158.115 kasus, tahun 2008 ada 137.469 kasus, tahun 2009 ada 158.912 kasus dan pada tahun 2010 ada sekitar 140.000 kasus. Dan untuk provinsi Jawa Tengah dapat dikatakan sebagai provinsi yang endemis untuk penyakit DBD. Penularan virus ini juga dapat dipengaruhi oleh musim, biasanya meningkatnya jumlah kasus meningkat pada saat musim hujan. Tetapi untuk di Indonesia pengaruh musim terhadap DBD tidak begitu jelas. Meskipun DHF dapat menyerang semua umur, namun anak-anak dengan usia dibawah 15 tahun lebih rentan untuk terpapar virus ini. Suroso,1997 menyatakan bahwa penderita demam Dengue di Indonesai terbanyak menyerang anak dengan usia antara 5-14 tahun.
B. Karakteristik Virus Dengue merupakan virus RNA yang termasuk dalam family flaviviridae, genus flavivirus dan memiliki 4 serotipe yang berbeda yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Seperti beberapa flavivirus, virus Dengue dewasa terdiri dari genom single-stranded RNA yang dikelilingi
oleh suatu ikosahedral atau isometric nukleokapsid. Virus Dengue merupakan partikel sferis (spherical) dengan diameter nukleokapsid 30 nm dan ketebalan selubung 10 nm, sehingga diameter virion kira-kira 50 nm. Genom virus Dengue terdiri dari asam ribonukleat berserat tunggal, panjangnya kira-kira 11 kb. Genom terdiri dari protein struktural dan protein non struktural, yaitu gen C mengkode sintesa nukleokapsid (Capsid), gen M mengkode sintesa protein M (Membran) dan gen E mengkode sintesa glikoprotein selubung/envelope. Partikel virus yang belum matang (immature) mengandung lebih banyak protein rekursor (prM) dan kurang infeksius dibandingkan partikel virus yang sudah matang. Virus ini stabil pada ph 7-9 dan pada suhu rendah, namun pada suhu yang relative tinggi infektivitasnya cepat menurun. Sifat Dengue yang lain adalah sangat peka terhadap beberapa zat kimia seperti sodium deoxycholate, eter, kloroform dan garam empedu.
C. Patogenitas Virus Dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti . Setelah nyamuk Aedes aegypti betina menghisap darah pasien terinfeksi (viremia) maka kelenjar ludah nyamuk akan menjadi infeksius dalam 8 – 10 hari. apabila nyamuk aedes sudah terinfeksi virus Dengue, maka virus Dengue tersebut akan tetap infektif selama masa
hidup nyamuk dan akan terus menularkannya ke manusia yang rentan. Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, virus Dengue akan masuk ke organ organ penting seperti hepar, endotel pembuluh darah, nodus limpaticus,sumsum tulang serta paru-paru. Virus Dengue juga dapat ditularkan secara transplasenta, apabila seorang ibu yang hamil terkena virus Dengue maka anaknya juga akan mewarisi virus tersebut melalui plasenta. Jika kondisi anaknya selalu baik maka virus tersebut akan hilang setelah usia bayi 6 bulan. Setelah virus tersebut masuk, sel monosit dan makrofag mempunyai peran pada infeksi ini. Dimulai dengan menempel dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan organel sel dan membentuk komponen perantara dan komponen struktur virus. Setelah komponen struktur dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Infeksi ini menimbulkan reaksi immunitas protektif terhadap serotipe virus tersebut tetapi tidak ada cross protective terhadap serotipe virus lainnya. Dalam sirkulasi, virus akan mengaktivasi sistem komplement. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya
permeabilitas
dinding
pembuluh
darah
yang
akan
menyebabkan kebocoran plasma. Ada 2 teori tentang patogenitas virus Dengue yaitu infeksi sekunder (secondary heterologus infection) dan antibody dependent enhancement (ADE). Pada infeksi sekunder bila seseorang diinfeksi oleh satu serotipe virus Dengue, maka tubuh akan kebal terhadap infeksi serotipe virus Dengue tersebut untuk jangka waktu yang lama. Tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder oleh serotipe virus Dengue lainnya, maka akan menimbulkan infeksi yang lebih berat k arena antibody heterologus yang terbentuk pada infeksi primer, akan membentuk kompleks dengan infeksi virus Dengue serotipe baru yang berbeda yang tidak dapat dinetralisasi bahkan cenderung membentuk kompleks yang infeksius dan bersifat oponisasi internalisasi sedangkan pada teori ADE, jika terdapat antibodi spesifik terhadap jenis virus tertentu, maka dapat mencegah penyakit yang diakibatkan oleh virus tersebut, tetapi
sebaliknya apabila antibodinya tidak dapat menetralisasi virus, justru akan menimbulkan penyakit yang berat. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama
perdarahan
menentukan
beratnya
saluran
gastrointestinal
penyakit
adalah
pada
meningkatnya
DHF.
Yang
permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis homoragik. Renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
D. Diagnosa Laboratorium 1. Kultur Kultur merupakan salah satu metode diagnosa pasti untuk virus Dengue namun jarang digunakan karena periode untuk diagnosanya sangatlah singkat yaitu 2-3 hari setelah demam turun . Spesimen juga harus dijaga dari panas karena virus Dengue bersifat tidak tahan panas. Kultur virus Dengue dapat dilakukan dalam nyamuk, kultur sel mamalia atau pun tikus namun kultur spesimen klinis paling sensitif pada inokulasi ke larva atau nyamuk dewasa. Spesimen yang dapat digunakan adalah serum, plasma, dan cairan tubuh yang steril lainya (CSF), leukosit darah perifer dan homogenat jaringan. Jika tidak tersedia nyamuk dapat menggunakan kultur sel nyamuk (sel C6/36 atau sel AP-61)/veterbrata (misal VERO, LLC-MK) namun kurang sesitif dibandingkan dengan nyamuk hidup. Setelah virus diisolasi antibodi monoklonal serotipe spesifik anti Dengue digunakan untuk identifikasi cairan kepala nyamuk, sel yang terinfeksi, dan otak tikus.
2. Imunofluoresensi Uji imunofluoresensi digunakan untuk mendeteksi adanya antibodi atau antigen dengan menggunakan label fluoresens yang akan berpendar apabila diperiksa dibawah mikroskop ultraviolet. Tes ini dapat membedakan serotipe masing-masing virus Dengue . Deteksi dilakukan dengan menggunakan antibodi monoklonal yang spesifik terhadap virus Dengue, kemudian antibodi akan berikatan dengan protein virus pada baian permukaan atau dalam sel yang terinfeksi. Atibodi yang umum digunakan dalam deteksi virus Dengue adalah : 4G2, 15F3, 3H5, 5D4, dan 1H10. 3. PCR (Polimerase chain reaction) Tes
ini digunkan untuk mendeteksi asam nukleat virus
Dengue dengan cara mengamplifikasikan genom virus. Metode PCR yang digunakan adalah Reverse transcriptase Polimerase Chain Reaction (RT-PCR). Pertama-tama
Reverse transcriptase akan
memperbanyak cDNA dari RNA kemudian cetakan cDNA akan diamplifikasikan oleh DNA polymerase. Hasil dari amplifikasi genom tersebut kemudian di deteksi dan dibedakan serotipenya dengan seminested-multiplex PCR. Virus Dengue
yang
telah
diamplifikasi
divisualisasikan
dengan
menggunakan elektroforesis. Metode tersebut dapat mengurangi waktu pengerjaan dan meminimalisir kontaminasi. 4. Pemeriksaan NS1 NS1 Dengue disekresikan ke dalam sistem darah pada individu-individu
yang
terinfeksi
dengan
virus
Dengue.
NS1
bersirkulasi pada konsentrasi yang tinggi di dalam serum pasien dengan infeksi primer maupun sekunder selama fase klinis sakit dan awal fase pemulihan. Tes ini menggunakan reagen-reagen komersial yang dibuat dalam format ELISA dan imunokromatografi (rapid test) dengan sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda. Sampel yang dapat digunakan adalah serum atau plasma. Digunakan untuk mendeteksi virus Dengue dengan lebih awal, bahkan pada hari pertama onset demam.
5. Tes serologi Diagnosa secara serologi terhadap infeksi virus Dengue dapat dilakukan pada saat terjadi peningkatan antibodi ( 2 – 4 minggu setelah infeksi). Tes serologi yang sering digunakan untuk diagnosis infeksi Dengue adalah : 1. ELISA Test ini digunakan untuk mendeteksi IgG maupun IgM anti-Dengue Tes ini harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat terjadi reaksi silang dengan flavivirus lainya. 2. Hemagglutination-Inhibition (HAI) Merupakan
gold
standar
bagi
uji
serologi.
Membutuhkan 2 spesimen darah /serum, yaitu darah yang diambil pada saat penyakit masih akut dan darah yang diambil minimal 7 hari setelah pengambilan spesimen pertama. Peningkatan titer >4 kali berarti ada infeksi, walaupun titer HAI ≥ 1:2560 untuk spesiman akut didefinisikan sebagai adanya infeksi sekunder dari flavivirus. Pemeriksaan ini didasarkan pada kemampuan antibodi terhadap virus Dengue untuk menghambat terjadinya aglutinasi. 3. Neutralization test (NT) Banyak neutralization tests yang digunakan untuk mendeteksi virus Dengue namun hanya dilusi serum, virusconstant dan uji reduksi plak merupakan metode yang paling sensitif dan spesifik. 4. Complement-fixation test (CF) Uji
complement-fixation
dapat
digunakan
dalam
diagnosis secara serologi meskipun kurang sensitif . Hal ini disebabkan karena antibodi complement-fixing muncul setelah IgM dan antibodi HAI yang biasanya lebih spesifik, namun pemeriksaan ini berguna untuk diagnosa infeksi virus Dengue pada akhir infeksi. Sampel yang digunakan adalah serum.
PENUTUP Dari makalah diatas dapat disimpulkan :
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan melalui nyamuk betina Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Virus Dengue merupakan virus yang mempunyai untas tunggal, Virus Dengue mempunyai 4 jenis serotipe yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN4.
Penularan virus ini juga dapat dipengaruhi oleh musim, biasanya meningkatnya jumlah kasus meningkat pada saat musim hujan. DHF dapat menyerang semua umur, namun anak-anak dengan usia dibawah 15 tahun lebih rentan untuk terpapar virus ini.
Pemeriksaan untuk mendiagnosa virus Dengue dengan menggunakan kultur, imunofluoresensi, PCR, pemeriksaan NS1 dan tes serologi.
DAFTAR PUSTAKA Mutia, Kresna. 2011. Optimasi dan uji imunofluoresensi untuk mendeteksi dan membedakan serotipe virus Dengue. FMIPA Universitas Indanesia : Jakarta Setiawan, Meddy. 20. Demam Berdarah Dengue (DBD) dan NSI antigen untuk deteksi dini inveksi akut virus Dengue. FK Universitas Muhammadyah : Malang Candra, Arya. 2010.Demam Berdarah Dengue : Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor risiko penularan.FK Universitas Diponegoro Semarang Dalam jurnal Aspirator Vol.2No.2 tahun 2010 :110-119 Karyanti, et al. 2009. Perubahan Epidemiologi Demam Berdarah di Indonesia . Departemen Kesehatan Anak FKUI : jakarta dalam jurnal Sari Pediatri, Vol. 10, No. 6, April 2009 Manuaba, et al. 20. Immunopatogenesis Infeksi Virus Dengue. FK Universitas Udayana