KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum berjudul “Uji Pematahan pada Benih Saga”. Kendala yang kami alami dalam penulisan ini adalah penyusunan kata yang tepat agar makalah ini mencapai target yang telah disesuaikan. Sebagai penulis sudah sebaik mungkin untuk dapat menyusun makalah. Namun, kami yakin makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kekurangan dan kata yang kurang tepat dalam penulisan laporan ini. Selama penyusunan makalah ini, banyak sekali pihak yang telah membantu kami. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat. Kami berharap pengerjaan laporan ini bukan hanya sebagai bentuk pemenuhan kewajiban atas tugas yang telah diberikan akan tetapi dapat bermanfaat juga sebagai salah satu sumber daripada informasi dan ilmu pengetahuan yang terkait dengan mata kuliah Teknologi Perbrnihan I. Seandainya terdapat kesalahan dan kekurangan mohon dimaklumi dan kami berharap akan kritik dan saran yang membangun agar kelak di kemudian hari dapat memperbaiki segala bentuk kekurangan dan kesalahan tersebut. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Jatinangor , 12 November 2014
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dormansi
benih
berhubungan
dengan
usaha
benih
untuk
menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo. Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh rendahnya/tidak adanya proses imbibisi air, proses respirasi tertekan/terhambat, rendahnya proses mobilisasi cadangan makan, rendahnya proses metabolisme cadangan makan Secara umum, dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu: a.Dormansi fisik, disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji. b.Dormansi fisiologis, pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh. 1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara dormansi benih ini adalah untuk mengetahui periode dormansi benih saga..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dormansi pada benih menggambarkan keadaan benih yang sudah masak secara fisiologis dan hidup tetapi gagal berkecambah dalam kondisi optimum. Dormansi pada benih padi misalnya, merupakan mekanisme untuk melindungi gabah berkecambah pada saat masih dilapang dalam kondisi basah. Berbagai metode pematahan dormansi yang direkomendasikan untuk digunakan dalam pengujian
daya
kecambah
telah
terdokumentasi
dengan
baik,
namun
efektivitasnya sangat dipengaruhi oleh varietas, intensitas dormansi, dan periode after ripening (Seshu, 1986). Dormansi benih dapat disebabkan antara lain adanya impermeabilitas kulit benih terhadap air dan gas (oksigen), embrio yang belum tumbuh secara sempurna. Hambatan mekanis kulit benih terhadap pertumbuhan embrio, belum te rbentuknya zat pengatur tumbuh atau karena ketidakseimbangan antara zat penghambat dengan zat zat pengatur tumbuh di dalam embrio (Villers, 1972 cit. Saleh, 2004). Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embry (Yeni, 2005). Dormansi pada beberapa jenis buah disebabkan oleh: 1) struktur benih, misalnya kulit benih, braktea, gluma, perikarp dan membran, yang mempersulit keluar masuknya air dan udara; 2) kelainan fisiologis pada embrio; 3) penghambat (inhibitor) perkecambahan atau penghalang lain-lainnya; atau 4) gabungan dari faktor-faktor di atas (Justice dan Bass, 1979). Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk
mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo (Yeni, 2005). Biji-biji keras pada spesies tanaman pertanian seringkali diskarifikasi sebelum penanaman untuk mempercepat, menyeragamkan penyerapan air, perkecambahan dan tegaknya tanaman. Mesin skarifikasi atau pelukaan mekanik memanfaatkan gerakan menggiling, mengaduk, atau memecah yang menggosok atau menggesek benih secara bersama-sama dan membenturkan pada permukaan abrasive. Walaupun metode ini meningkatkan permeabilitas air benih, tetapi harus digunakan dengan memperhatikan hal-hal tertentu. Skarifikasi yang ceroboh atau merugikan dapat mrusak benih/biji. Skarifikasi kimiawi dengan asam sulfat, asam hidroklorida, sodium hidroksida, aseton, serta alkohol yang juga telah digunakan. Asam sulfat yang dipakai paling luas dan efektif adalah dalam bentuk murni atau mentah dan terkonsentrasi/pekat. Walaupun demikian, terdapat pengecualian untuk biji-biji kapas, skarifikasi kimiawi tidak banyak dilakukan secara komersial, karena bahan-bahan tersebut sangat berbahaya/merugikan atau berisiko, biji harus benar-benar dibersihkan dan dikeringkan setelah perlakuan itu, serta penurunan perkecambahan dapat terjadi apabila dilakukan secara berlebihan (Copeland, 1976).
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum mengenai pengujian uji viabilitas benih kangkung dengan tetrazolium dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 9 Oktober 2014 pukul 13.00 – 15.00 WIB di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNPAD. 3.2 Alat dan bahan
Alat dan Bahan: a. 40 benih saga b. Kertas merang c. Tali plastik d. Kertas hamplas e. Penyemprot air f. Plastik g. Germinator 3.3 Prosedur
- Siapkan alat dan bahan - Siapkan substrat merang satu buah - Substrat kertas merang dibasahi dengan penyemprot air. - Siapkan 40 benih saga, kemudian dihamplas sampai terlihat bintik hitam pada ujungnya
- Setelah dihamplas benih di letakan di substrat kertas merang dengan metode UKDp benih diletakan zig-zag - Letakkan dalam germinator. - Lakukan pengamatan pada hari ke-8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Setelah benih di simpan dalam germinator selama 8 hari didapatkan hasil
Belum Hari ke-8
Abnormal
39 biji
Normal
0
Mati
1 Biji
Karena Benih masih banyak yang abnormal diamati kembali
Tumbuh
0
Belum Hari ke-11
Abnormal
8 biji
Normal
30 Biji
Mati
1 Biji
Tumbuh
0
4.2 Pembahasan
Benih berdormansi merupakan benih yang sebenarnya hidup, namun tidak berkecambah meskipun ditempatkankan pada kondisi yang memenuhi persyaratan untuk dapat berkecambah. Suatu benih yang mengalami dormansi tidak dapat mengalami pertumbuhan selama benih belum melalui masa dormansinya atau sebelum diberi perlakuan khusus yang dapat mematahkan dormansinya. Dormansi pada benih dapat berlangsung selama kurun waktu tertentu sesuai dengan jenis tanaman dan tipe dari dormansinya. Pada pengujian dormansi benih saga yang sebelumnya mengalami pengamplasan, memiliki daya kecambah lebih besar karena dilakukan perlakuan pematahan dormansi benih saga. Hal ini disebabkan biji saga dalam keadaan dormansi, yaitu impermeabilitas kulit biji terhadap air. Pada pengamatan pertama yaitu pada hari ke-8 setelah penggulungan kertas merang di dapati 39 benih abnormal dan 1 benih mati. Hal ini karena benih belum mengalami pematahan dorman. Kami mengamati kembali 3 hari stelah itu yaitu pada hari ke-11. Didapatkan 30 benih normal, 8 benih abnormal dan 1 benih mati. Pada ke-11 ditetapkan bahwa benih yang kami alami telah mengalami pematahan dorman.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji, keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Benih saga yang memiliki vigor yang baik mampu tumbuh berkecambah walaupun tidak mendapat perlakuan pematahan dormansi. Tipe dormansi pada benih saga termasuk dormansi exogenous. Kami melakukan dua kali pengamatan yaitu pada hari ke-8 setelah benih di simpan dikertas merang dan hari ke-11 yang mana benih mengalami pematahan dorman.
DAFTAR PUSTAKA
https://blog.djarumbeasiswaplus.org/agustian/2010/11/12/pematahandormansi-pada-benih-saga/