UJI MODEL ALAT PENGERING TIPE TI PE RAK DENGAN KOLEKTOR SURYA (Studi Kasus Untuk Pengeringan Cabai Merah (Capsium annum var. Longum))
SKRIPSI
Oleh : DIAH MUFTI ERLINA NIM. 04540024
JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALIKI MALANG Oktober 2009
UJI MODEL ALAT PENGERING TIPE TI PE RAK DENGAN KOLEKTOR SURYA (Studi Kasus Untuk Pengeringan Pengeringan Cabai Merah (Capsium annum var. Longum))
SKRIPSI
Diajukan Kepada: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh : DIAH MUFTI ERLINA NIM. 04540024
JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALIKI MALANG
Oktober 2009
HALAMAN PERSETUJUAN UJI MODEL ALAT PENGERING TIPE TI PE RAK DENGAN KOLEKTOR SURYA (Studi Kasus Untuk Pengeringan Cabai Merah (Capsium annum var. Longum))
SKRIPSI
Oleh : DIAH MUFTI ERLINA NIM. 04540024
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
Imam Tazi, M.Si NIP. 19740730 200312 1002
Munirul Abidin, M.Ag NIP. 19720420200212 1003
Mengetahui, Ketua Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
Drs. M. Tirono, M.Si NIP. 19641211 199111 1001
HALAMAN PENGESAHAN
UJI MODEL ALAT PENGERING TIPE RAK DENGAN KOLEKTOR SURYA (Studi Kasus Untuk Pengeringan Cabai Merah (Capsium annum var. Longum))
SKRIPSI
OLEH DIAH MUFTI ERLINA NIM 04540024
Telah Dipertahankan di Depan penguji Skripsi dan Dinyatakan Diterima sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Tanggal : 14 Oktober 2009 Susunan Dewan Penguji
Tanda Tangan
1. Penguji Utama : Abd. Basit, M. Si
( ....................................)
2. Ketua Penguji : Dr. Agus Mulyono, M.Kes
(......................................)
3. Sekretaris
: Imam Tazi, M. Si
(......................................)
4. Anggota
: Munirul Abidin, M.Ag
(......................................)
Mengetahui dan Mengesahkan Ketua Jurusan Fisika
Drs. M. Tirono, M. Si NIP. 19641211 199111 1001
Motto
Í p ]9κ ¨ $# πs ƒt #u !$ Ζu ù=y è _ y ρu È≅ø‹ ©9 $# πs ƒt #u !$ Ρt θ ö s y ϑ y sù ( È ÷ Gt ƒt #u ‘$ u p ]9κ ¨ ρ$#u Ÿ≅ ø‹©9 $# $ Ζu ù= è y _ y ρu ‘$ 4 >$ ó 3 ä Î n/ ‘§ ÏiΒ Wξ ôÒùs (#θ äó Gt ö ; Gt Ïj9 Zο Ç z ¡ | :Ït ø $ ρ#u t ÏΖÅb¡ 9$# Šy ‰ y ãt (#θ ßϑ n = ÷è tGÏ9 ρu Ο u Å ö7ãΒ W Š ÁÅ ø ?s çµ o≈ Ψ =ùÁ¢ ùs &ó «x ≅¨ 2 à ρu ∩⊇⊄∪ ξ "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tand a siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun - -tahun tahun dan perhitungan . dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas."
SEBUAH PERSEMBAHAN:
Ku ucap Syukur Hanya PadaMU ROBBY Penguasa Jiwaku Dan Sholawatku Hanya Padamu Muhammad SAW
Karya ini akan Erlina persembahkan kepada: Ibuku Tercinta dan Terkasih Yang Penuh Kasih Sayang, slalu memberiku motivasi dan dorongan, Do'a yang tak pernah lelah, ibu baktiku hanya untukmu love u, Bapak terima kasih Engkau telahmendidik, membimbingku dan memberikan kekuatan jiwa untukku, Adekku Rosikhon celotehmu adalah inspirasiku, Suamiku Muhajir S.S yang Tersayang dan Terkasih, terimakasih atas kasih sayangmu, kesabaranmu, motivasimu yang menguatkanku dan menemaniku dalam perjalanan hidup Kepada Seluruh Guru dan Dosen yang saya hormati, yang telah memberikan ilmunya, terima kasih tak terhingga atas didikan dan bimbingan serta ilmu yang Engkau berikan selama ini yang penuh kesabaran dalam memberikannya. Semoga Allah membalas yang terbaik atas jasanya….Aminn Sahabat-Sahabatku yang menemaniku saat ku senang dan sedih, memberiku semangat dan arti sebuah sahabat: Menyun, Erik, Dani, Dewi, Wahyu, Anti, Titik, Mb Nia, P.Dhe, KHusy, Semoga Kita tidak termasuk Orang-orang yang Merugi. Seluruh Teman-teman Fisika khususnya angkatan 2004 semoga generasi kita berjaya slalu..Amin.. Dan untuk semua yang membantu memberikan motivasi dan inspirasi selama erlina berjuang menyelesaikan karya kecil ini terima kasih banyak El-Muha
[email protected]
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul " Uji Model Alat Pengering
Tipe
Rak
Dengan
Kolektor
Surya
(Studi
Kasus
Untuk
Pengeringan Cabai Merah (Capsium Annum Var. Longum )) "
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada penghulu kita nabi agung Muhammad SAW dan semoga kita termasuk orang yang akan mendapatkan syafaatnya di hari kiamat kelak. Penulis menyadari bahwa baik dalam perjalanan studi maupun dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki malang, dan para pembantu Rektor, atas segala motivasi dan layanan fasilitas yang telah diberikan selama penulis menempuh studi. 2. Prof. Dr. Sutiman Bambang, SU, Dsc. Selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki Malang. 3. Drs. Moh.Tirono, M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika 4. Imam Tazi, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang penuh perhatian, ketelatenan, kesabaran dalam memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 5. Munirul Abidin, M.Ag selaku pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan skripsi di bidang integrasi Sains dan Al-Qur'an. 6. Segenap bapak ibu dosen pengajar UIN Maliki Malang terima kasih atas ilmu yang telah diberikan dengan penuh ketulusan kepada penilis.
7. Ibu dan bapak yang selalu membimbing, mendidik, mengarahkan dan mendo'akan sehingga sampai pada detik-detik penulisan skripsi ini dengan lancar. 8. Suamiku Muhajir S.S yang dengan penuh kesabaran dan kasih sayang memberikan dukungan, do'a dan motivasinya. 9. Teman-teman Fisika, terutama angkatan 2004 beserta semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi in. Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali " Jazaakumullah Ahsanal jazaa" semoga semua amal baiknya diterima oleh Allah SWT.
Dengan bekal dan kemampuan terbatas, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Akhirnya, tiada kata selain harapan semoga skripsi ini bermanfaat sesuai dengan maksud dan tujuannya. Amiin Ya Robbal Alamiin. Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Malang, 05 Oktober 2009 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i HALAMAN PENGAJUAN................................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iv MOTTO ............................................................................................................... v PERSEMBAHAN............................................................................................... vi KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xii DAFTAR GRAFIK...........................................................................................xiii ABSTRAK ........................................................................................................ xiv ABSTRAC ......................................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7 1.5 Batasan Masalah............................................................................................. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 8 2.1 Cabai Merah ................................................................................................... 8 2.1.1 Penanganan Cabai Merah Pasca Panen.................................................. 10 2.2 Pengeringan.................................................................................................. 10 2.3 Kadar Air Bahan .......................................................................................... 13 2.4 Radiasi Matahari .......................................................................................... 14 2.5 Kolektor Plat Datar ...................................................................................... 16 2.6 Sistim Kolektor Surya.................................................................................. 18 2.7 Radiasi Benda-Hitam ................................................................................... 20 2.8 Natrium Metabisulfit................................................................................. 21 2.9 Perpindahan Panas .................................................................................... 22 2.10 Alat Pengering Tipe Rak........................................................................... 25 2.11 Matahari Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Fisika..................................... 29 2.13.1 Manfaat Matahari Dalam Al-Qur'an .................................................... 35 BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 37 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................................... 37 3.2 Alat dan Bahan............................................................................................. 37 3.3 Deskripsi Rancangan Fungsional................................................................. 38 3.4 Prosedur Penelirian ...................................................................................... 39 3.5 Penelitian Pertama........................................................................................ 40 3.4.1 Penelitian Kedua .................................................................................... 41 3.6 Pengambilan data ......................................................................................... 43 3.7 Analisa Data ................................................................................................. 43 3.8 Prinsip Kerja Alat......................................................................................... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 46 4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian................................................................. 46 4.2 Analisa Perhitungan Perpindahan Kalor Selama Proses Penelitian............. 66 4.3 Kecepatan Aliran Udara............................................................................... 73 4.4 Efesiensi Alat Pengering .............................................................................. 73 4.5 Analisa Matahari dalam Perspektif Al-Qur'an dan Fisika ........................... 74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 80 5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 80 5.2 Saran............................................................................................................. 81 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 82
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan gizi cabai merah per 100 g bahan ..................................... 9 Tabel 4.1 Data pengamatan I ............................................................................. 48 Tabel 4.2 Data pengamatan II ............................................................................ 55 Tabel 4.3 Penurunan berat dan penguapan kadar air (%) .................................. 60 Tabel 4.4 Penurunan massa dengan menggunakan alat pengering .................... 61 Tabel 4.5 Penurunan penguapan kadar air (%) dan penurunan massa pada jenis P1................................................................................................ 62 Tebel 4.6 Penurunan penguapan kadar air (%) dan penurunan massa pada jenis P2................................................................................................ 63 Tabel 4.7 Penurunan penguapan kadar air (%) dan penurunan massa pada jenis P3................................................................................................ 63 Tabel 4.8 Penurunan massa dengan pengeringan secara manual....................... 63 Tabel 4.9 Penurunan penguapan kadar air (%) dan penurunan massa pada jenis P1 (secara manual)...................................................................... 64 Tabel 4.10 Penurunan penguapan kadar air (%) dan penurunan massa pada jenis P2 (secara manual)...................................................................... 64 Tabel 4.11 Penurunan penguapan kadar air (%) dan penurunan massa pada jenis P3 (secara manual) .................................................. 64 Tabel 4.12 Sebaran suhu rata-rata perjam pada penelitian kedua...................... 68 Tabel 4.13 Suhu pada alat pengering dalam kondisi kosong ............................. 69 Tabel 4.14 Sebaran suhu rata-rata alat pengering dalam kondisi kosong.......... 72
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Desain Alat....................... Alat .............................................. .............................................. ....................................... ................ 20 Gambar 3.1 Desain Alat....................... Alat .............................................. .............................................. ....................................... ................ 43
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Pengamatan Pengamatan hari pertama pada pada pengamatan pertama....................... pertama ....................... 49 Grafik 4.2 Pengamatan hari ke-2 ke-2 pada pengamatan pertama............................. pertama............................. 49 Grafik 4.3 Pengamatan hari ke-3 ke-3 pada pengamatan pertama............................. pertama............................. 50 Grafik 4.4 Pengamatan hari ke-4 ke-4 pada pengamatan pertama............................. pertama............................. 50 Grafik 4.5 Pengamatan Pengamatan hari ke-1 pada pengamatan kedua kedua ................................ ................................ 56 Grafik 4.6 Pengamatan Pengamatan hari ke-2 pada pengamatan kedua kedua ................................ ................................ 56 Grafik 4.7 Pengamatan Pengamatan hari ke-3 pada pengamatan kedua kedua ................................ ................................ 56 Grafik 4.8 Pengamatan Pengamatan hari ke-4 pada pengamatan kedua kedua ................................ ................................ 57 Grafik 4.9 Pengamatan Pengamatan hari ke-5 pada pengamatan kedua kedua ................................ ................................ 57 Grafik 4.10 Penurunan massa massa perhari dengan dengan jenis sampel P1 ......................... ......................... 65 Grafik 4.11 Sebaran suhu suhu rata-rata perjam pada pengamatan pengamatan ke-2 ................... 69 Grafik 4.12 Sebaran suhu rata-rata perjam dalam kondisi ruang pengering kosong ............................................. .................................................................... ................................... ............ 72
ABSTRAK
Diah Mufti Erlina. 2009. Uji Model Alat Pengering Tipe Rak Dengan Kolektor Surya (Studi Kasus Untuk Pengeringan Cabai Merah (Capsium Annum Var. Longum)). Pembimbing: Imam Tazi, M. Si dan Munirul Abidin, M. Ag. Kata Kunci: Kolektor Surya, Pengering Tipe Rak
Pemanfaatan energi radiasi dari matahari merupakan salah satu bentuk energi alternatif yang dapat menggantikan energi yang dihasilkan oleh minyak bumi. Salah satu bentuk pemanfaatan dari energi radiasi matahari adalah untuk mengeringkan hasil panen dengan menggunakan sebuah perangkat yang disebut dengan kolektor surya. Alat pengering tenaga surya merupakan alat pengering bahan dalam ruang tertutup yang memanfaatkan radiasi matahari secara langsung dengan menggunakan kolektor. Prinsip kerjanya adalah dengan sinar matahari yang masuk menembus tutup yang yang berbahan berbahan kaca kaca dan memanasi pelat kolektor kolektor hitam yang ada di bawahnya. Kolektor didesain dengan diberi lubang-lubang yang bertujuan agar suhu yang ada di dalam ruang kolektor yang mempunyai tekanan besar dapat turun ke tekanan suhu yang lebih rendah melalui lubang-lubang kolektor sehingga udara panas akan mengalir ke bawah dan masuk ke ruang pengering untuk mengeringkan bahan-bahan di dalam ruang pengering tersebut. Pengamatan ini dilakukan di lahan terbuka di belakang gedung Saintek dimulai tanggal 26 April 2009. Pengambilan data dilakukan setiap 60 menit selama 10 jam dari jam 07.00WIB sampai 17.00 WIB. Pengamatan dilakukan untuk memperoleh kualitas cabai merah kering yang baik. Dengan prinsip kerja di atas akan dianalisa seberapa besar manfaat dan efisiennya alat pengering cabai merah ini dibandingkan dengan alat pengering yang lain. Hasil dari penelitian ini adalah suhu yang dihasilkan alat pengering dengan o o kolektor surya tipe rak mencapai 53 C – 59 C selama proses pengeringan. Dan pada saat alat pengering dalam kondisi kosong suhu pada ruang pengering o mencapai 65 C. Proses pengeringan hanya membutuhkan waktu 5 hari dengan penurunan massa dari 500g menjadi 126g. dan dengan penambahan zat warna yang baik sehingga warna cabai tetap baik. Sedangkan pengeringan secara manual membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu sekitar 7 hari dengan penurunan massa dari 500g menjadi 160g, dan cabai yang tidak dicampur dengan natrium metabisulfit kulit cabai terlihat kehitam-hitaman dan timbul bercak-bercak. Kecepatan udara yang masuk alat pengering mencapai 2,01 m/s dan yang keluar mencapai 5,02 m/s hal ini dapat mempengaruhi proses pengeringan. Perpindahan panas yang terjadi selama proses pengeringan yaitu dengan konveksi dan konduksi. Nilai perpindahan panas di dalam ruang kolektor melalui proses o konduksi dengan suhu maksimum yang ada di dalam 57,8 C tepatnya pada jam 13.00 WIB, nilai perpindahan panasnya mencapai 5,28 J/s. Sedangakan di ruang pengering sendiri melalui proses konveksi nilai perpindahan panasnya mencapai 4 15.7x10 J/s. Hal inilah yang mampu mempercepat proses pengeringan. pengeringan.
ABSTRACTION Diah Mufti Erlina. 2009. The Test Of Rack Type Dryer Model With Collector Of Surya (Case Study For The Draining Of Red Chilli ( Capsium Annum Var. Longum)). Mentors: Imam Tazi, M. Si and Munirul Abidin, M. Ag Keyword: Collector of Surya, Dryer Of Rack Type
Exploiting of radiant energy of sun represent one of the form of alternative energy able to replace energy yielded by petroleum. One of the exploiting form of sun radiant energy is to dry result of crop by using a peripheral is called collector of surya. Energy dryer of surya represent materials dryer in room closed exploiting sun radiation directly by using collector. Principal of its activity is with sunshine which enter to penetrate cover which is glass and heat lisp black collector exist in under him. Collector is designed with given by holes which aim to be temperature exist in collector room having pressure big can go down to lower temperature pressure pass holes collector so that hot weather will empty into under and step into room dryer to dry materials in dryer room. This perception is conducted in open farm rear building of Saintek from date 26 April 2009. Intake of data conducted by each every 60 minute during 10 hours from 07.00 WIB until 17.00 WIB. Perception is conducted to obtain get the quality of red chilli run dry good. With that principle work will be analysed how big benefit and is efficient of this red chilli dryer compared to other dryer. The result from this research is temperature dryer with collector of surya rack type is tired 53 0C – 59 0C during draining process. And the dryer at the empty condition a temperature at dryer room tired 65 0C. Draining process only requiring time 5 days with degradation of mass from 500g becoming 126g. and with addition of good colour so that chilli colour remain to goodness. While draining manually require longer time that is around 7 days with degradation of mass from 500g becoming 160g, and chilli which do not be mixed with husk metabisulfit natrium chilli seen blackish and arise pocks. Speed of air which enter tired dryer 2,01 m/s and which go out to reach 5,02 m/s this matter can influence draining process. Transfer of heat that happened during draining process that is with convection and conduction. Assess transfer of heat in collector room through process conduction with maximum temperature exist in 57,8 0C precisely at 13.00 WIB, assess transfer of tired heat 5,28 J/s. While in dryer room through convection process assess transfer of tired heat 15.7x104 J/s. This matter can quicken draining process
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Diah Mufti Erlina
NIM
: 04540024
Fakultas/Jurusan
: Saintek/ Fisika
Judul penelitian
: UJI MODEL ALAT PENGERING TIPE RAK DENGAN KOLEKTOR SURYA (Studi Kasus Untuk Pengeringan Cabai Merah (Capsium annum var. Longum))
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa hasil penelitian saya ini tidak terdapat unsur-unsur penjiplakan karya penelitian atau karya ilmiah yang pernah dilakukan atau dibuat oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata hasil penelitian ini terbukti terdapat unsur-unsur penjiplakan, maka saya bersedia untuk mempertanggungjawabkan, serta diproses sesuai peraturan yang berlaku.
Malang, 14 Oktober 2009 Yang membuat pernyataan,
Diah Mufti Erlina NIM. 04540024
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matahari merupakan salah satu bintang yang ada di jagad raya ini. Matahari adalah bintang yang paling dekat dengan bumi. Matahari memiliki jarak 150 juta km dari bumi, dan dia menyediakan energi yang sangat dibutuhkan oleh kehidupan di bumi ini secara terus-menerus. Dalam al-Qur’an disebutkan:
y 8±t øóƒt # Œs )Î È≅ ø‹©9 ρ#$u ∩⊂∪ $ γ y ‾9 _ = y #Œ s Î) ‘$ Í p ]9κ ¨ ρ#$u ∩⊄∪ $ γ y 9 n ? = s #Œ s )Î Ìϑ y )s ø9 ρ#$u ∩⊇∪ $ γ y 8 p é Ït ρu § Ä ÷Κ¤± 9 ρ#$u $ γ y ϑ y o λ ;ù 'r ùs ∩∠∪ $ γ y 1 θ § y™ $ Βt ρu < § ø Ρt ρu ∩∉∪ $ γ y 8s y Ûs $ Βt ρu Ú $ γ Ç ‘ö F{ $ ρ#u ∩∈∪ $ γ y 9 ⊥t /t $ Βt ρu Ï $!Κu ¡¡ 9 ρ#$u ∩⊆∪ y 9 ¢™Šy Βt >% z {s ô‰ %s ρu ∩∪ $ γ y 8 . © —y Βt x y n= øù &r ô‰ %s ∩∇∪ $ γ y 1 θ u ø) ? s ρu $ δy ‘ u èθ é ∩⊇⊃∪ $ γ g ”Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya , dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS.As-Syams 91 : 1 -10)
Menurut perhitungan para ahli, temperatur di permukaan matahari sekitar 6000 derajat Celsius namun ada juga yang menyebutkan suhu permukaan sebesar 5500 derajat Celsius. Temperatur tertinggi terletak di bagian tengahnya yang diperkirakan tidak kurang dari 25 juta derajat Celsius namun disebutkan juga kalau suhu pada intinya 15 juta derajat Celsius. Ada pula yang menyebutkan temperatur di inti matahari kira kira sekitar 13.889.000°C. Menurut JR Meyer, panas matahari berasal dari batu meteor yang berjatuhan dengan kecepatan tinggi
pada permukaan matahari. Sedangkan menurut teori kontraksi H Helmholz, panas itu berasal dari menyusutnya bola gas. Ahli lain, Dr Bothe menyatakan bahwa panas tersebut berasal dari reaksi-reaksi termonuklir yang juga disebut reaksi hidrogen helium sintetis. Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari energi matahari di antaranya: •
Panas Matahari juga dapat mengeringkan biji-bijan seperti biji jagung, gandum, dan padi. Sebelum ditumbuk, padi perlu dijemur dahulu di bawah panas Matahari.
•
Merupakan sumber energi (sinar panas). Energi yang terkandung dalam batu bara dan minyak bumi sebenarnya juga berasal dari matahari.
•
Mengontrol stabilitas peredaran bumi yang juga berarti mengontrol terjadinya siang dan malam, tahun serta mengontrol planet-planet lainnya. Tanpa matahari, sulit dibayangkan kalau akan ada kehidupan di bumi.
•
Dimanfaatkan sebagai energi alternatif. Sel surya dan panel surya dapat menghasilkan energi listrik. dll. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa energi matahari dapat
dimanfaatkan dalam segala hal salah satu contohnya untuk mengeringkan hasil pertanian seperti cabai merah. Energi radiasi dari matahari merupakan salah satu bentuk energi alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan guna menggantikan energi yang dihasilkan oleh minyak bumi. Salah satu bentuk pemanfaatan dari energi radiasi matahari adalah untuk mengeringkan hasil panen. Suatu karunia yang
indah bahwa Indonesia yang terletak pada katulistiwa bumi mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun, sehingga bentuk energi yang tak terhabiskan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan sebagai bentuk energi alternatif. Agar dapat memanfaatkan energi radiasi matahari untuk mengeringkan hasil panen
digunakan suatu perangkat untuk mengumpulkan energi radiasi
matahari yang sampai ke permukaan bumi dan mengubahnya menjadi energi panas yang berguna. Perangkat ini disebut dengan kolektor surya. Kolektor surya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mengumpulkan energi matahari yang masuk dan diubah menjadi energi thermal dan meneruskan energi tersebut ke fluida. Kolektor surya memiliki beberapa komponen yaitu: transmisi, refleksi dan absorbsi. Komponen transmisi dapat diperoleh dengan menggunakan kaca, refleksi dari elemen cermin dan absorber dari bahan aluminium atau kuningan yang dilapisi dengan permukaan benda hitam. Pengeringan
cabai
dilakukan
sebagai
langkah
alternatif
untuk
menanggulangi produksi cabai yang berlebihan terutama pada saat panen raya Proses pengeringan yang dilakukan oleh petani selama ini masih bersifat sederhana yaitu dengan metode penjemuran secara langsung di bawah sinar matahari. Metode ini kurang efektif karena akan membutuhkan area yang luas, waktu pengeringan yang relatif lama yaitu 10-12 hari, proses pengeringan tergantung pada cuaca, serta efek sinar ultraviolet matahari dapat merusak warna dari
kulit
cabai
yang
tidak
terlihat
cerah
lagi.
Mempertimbangkan
kekurangefektifan metode tersebut maka perlu dicari suatu metode yang dapat menggantikan, namun masih memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai pengering
yang dapat menurunkan kandungan kadar air dalam cabai merah menjadi sekitar 10 %. Pengeringan adalah suatu usaha pengurangan kadar air dari suatu bahan pangan dengan cara mengubah air tersebut menjadi uap. Pada umumnya, media pengeringan menggunakan udara kering panas yang dialirkan dengan laju alir tertentu (mass flow rate). Udara yang semula bersuhu ruang dipanaskan menggunakan electric heating agar suhunya meningkat . Udara kering panas ini akan melewati bahan pangan yang ingin dikeringkan, lalu mengangkat air dari dalam bahan pangan tersebut. Kapasitas udara kering panas dalam mengangkat air diatur oleh suhu yang semula disetting pada pemanasan dengan electric heating. Telah banyak dibuat berbagai macam model pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan hasil pertanian. Di antaranya adalah: •
Teknologi Hybrid Kolektor Sel Surya Sebagai Teknologi Pengering Hasil Panen alat ini mempunyai kelebihan yaitu memanfaatkan efek fotovoltaik untuk merubah energi matahari menjadi energi listrik. Energi thermal yang dihasilkan dari kolektor surya diubah menjadi energi listrik dan disimpan dalam sel surya untuk dapat digunakan sewaktu-waktu dan pada berbagai aplikasi. Akan tetapi alat ini mempunyai kelemahan yaitu masih sangat tergantung dengan cuaca, kendala ketergantungan terhadap waktu penggunaan kolektor surya, dan juga biaya yang relatif mahal. (Anonim, 2008)
•
Pengeringan dengan cara dioven yaitu dengan mengatur panas, kelembaban, dan kadar air, oven dapat digunakan sebagai dehydrator .
waktu yang diperlukan adalah sekitar 5-12 jam. lebih lama dari dehydrator biasa. agar bahan menjadi kering, temperatur oven harus di atas 140
o
derajat Fahrenheit, membutuhkan biaya yang lebih mahal. (Anonim, 2008) •
Sistem pengering hasil panen secara elektrik, alat ini mempunyai kelebihan antara lain dia bekerja selama 4 jam untuk mengeringkan, lebih cepat kering dibandingkan secara manual. Akan tetapi juga mempunyai kelemahan yaitu adanya
membutuhkan daya yang relatif besar, maka perlu
penambahan
rangkaian
penghemat
daya.
Perlu
adanya
penambahan sensor kelembapan dalam menentukan kadar air kering. Biaya yang relatif besar pula. (Anonim, 2008) •
Pengering dengan tenaga surya dan minyak. Kelebihan pada alat ini hampir sama pada umumnya yaitu mampu mengeringkan bahan yang relatif cepat dan tidak megitu tergantung dengan cuaca karena ada bantuan minyak tanah. Akan tetapi kelemahannya adalah membutuhkan banyak biaya untuk minyak tanah. Dari berbagai macam alat pengering yang telah disebutkan di atas yang
mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga berdasarkan hal tersebut dibuatlah alat pengering untuk mengeringkan berbagai macam sayuran dengan memanfaatkan radiasi matahari dan kolektor surya plat tipe rak. Diharapkan dengan pembuatan dan pengujian alat ini, dapat membantu para petani dalam hal pengeringan hasil panen. Karena alat ini sangat ramah lingkungan, murah dan tidak membutuhkan biaya besar dalam proses pengeringan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat permasalahan sebagai berikut : a. Apakah alat pengering tipe rak dengan kolektor surya ini dapat dijadikan salah satu alternatife sebagai alat pengering? b. Seberapa besarkah tingkat keefektifan pengering tipe rak dengan kolektor surya dibandingkan dengan pengeringan secara manual? c. Apakah alat pengering tipe rak dengan kolektor surya ini lebih murah dibandingkan
dengan
alat
pengering
tenaga
surya
dengan
menggunakan minyak?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Menunjukkan bahwa alat pengering tipe rak dengan kolektor surya agar dapat dijadikan sebagai salah satu alternatife alat pengering atau tidak b. Menunjukkan bahwa alat pengering tipe rak dengan kolektor surya lebih efektif dibandingkan dengan pengeringan secara manual c. Menunjukkan bahwa alat pengering tipe rak dengan kolektor surya ini lebih murah bila dibandingkan dengan alat pengering tenaga surya dengan menggunakan minyak
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Memperkecil biaya yang dikeluarkan dalam proses pengeringan. b. Resiko terjadinya pembusukan pada cabai dapat ditekan c. Dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif alat pengering.
E. Batasan Masalah
Penulisan laporan skripsi ini, agar tidak menyimpang dari inti pokok pembahasan, maka diberikan batasan masalah. Batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Cabai yang dikeringkan jenis cabai merah besar 2. Cabai merah yang dikeringkan memiliki berat 1 kg dan 500 g dengan ketentuan telah mengalami proses pembersihan dan perendaman dengan air panas. 3. Tidak membahas masalah jenis dari macam-macam cabai. 4. Hanya membahas masalah pengeringannya. 5. Sebagai pembanding pengering cabai adalah pengering pada cabai tipe rak dengan menggunakan energi minyak.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Cabai Merah
Cabai merah (Capsium annum var. Longum) merupakan suatu komoditas sayuran yang tidak dapat ditinggalkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. tanaman cabai berasal dari daratan Amerika Tengah hingga Amerika Selatan dan Peru. Cabai dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu Cabai besar (Capsicum annum L.) dan Cabai kecil atau rawit (Capsicum frutescens L.). Tanaman cabai dapat tumbuh dengan baik pada suhu sekitar 16° – 23° C. Suhu optimum untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif adalah sekitar 15° – 20° C. Tanaman cabai merah merupakan jenis palawija yang dapat tumbuh dengan baik di daerah tropik dan subtropik. Umumnya tanaman cabai tumbuh di dataran rendah seperti persawahan dan ladang. Jenis dari cabai merah sangat bervariasi, namun yang umum dikonsumsi adalah cabai jenis keriting. Cabai merah keriting ini memiliki banyak keunggulan di antaranya memiliki tekstur kulit yang tipis dan memiliki banyak isi. Buah cabai banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik keperluannya untuk memasak maupun untuk keperluan lainnya. Cabai merah memiliki dua komponen kimia yang penting yaitu capsaicin yang memberikan rasa pedas, dan capsantin yang memberikan warna merah pada cabai.
Tabel 2.1 Kandungan gizi cabai merah besar per 100 g bahan Kandungan Gizi Cabai Merah CabaiMerah Segar
Kering
Kadar air (%)
90,9
10,0
Kalori (kal)
31,0
311
Protein (g)
1,0
15,9
Lemak (g)
0,3
6,2
Karbohidrat (g)
7,3
61,8
Kalsium (mg)
29,0
160
Fosfor (mg)
24,0
370
Besi (mg)
0,5
2,3
Vitamin A (SI)
470
576
Vitamin C (mg)
18,0
50,0
Vitamin B1 (mg)
0,05
0,4
Berat yang dapat
85
85
dimakan/ BBD (%) Cabai memiliki manfaat untuk kesehatan manusia. Antara lain menambah nafsu makan, melarutkan lendir di tenggorokan, mengobati perut kembung, dan mempercepat metabolisme tubuh. Selain itu, cabai yang sudah diolah mengandung vitamin A yang lebih besar daripada kandungan vitamin A pada wortel. Bahkan masakan yang dicampuri cabai mampu membakar kalori hingga 25 persen. Pemanfaatan cabai dalam dunia farmasi yaitu sebagai campuran dalam pembuatan obat luar (obat gosok, penghilang rasa gatal dan pegal-pegal), caranya dengan mencampur bagian dari cabai yang memiliki rasa pedas dengan bahan utama pembuatan obat-obatan. (Prajnanta, Final. 2004)
2.1.1
Penanganan Cabai Merah Pasca Panen
Penangan pasca panen adalah dengan metode pengeringan yang memiliki beberapa keuntungan di antaranya adalah memudahkan pengangkutan, produknya dapat dikemas secara ringkas, dan tahan lama. Untuk mendapatkan kualitas cabai kering yang memenuhi selera konsumen (pasar), pengeringan cabai dilakukan untuk menghindari kebusukan. Cara pengeringan yang biasanya dilakukan oleh para petani ada kalanya menjemurnya di tempat terbuka dengan memanfaatkan sinar matahari. Upaya untuk mendapatkan hasil cabai kering yang berkualitas dan tahan lama yaitu dengan pengeringan. Pengeringan adalah proses pemindahan kandungan air bahan dengan bantuan energi panas dari sumber panas dan dipindahkan dari permukaan bahan. Dasar proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara dari bahan yang dikeringkan. Penguapan ini dilakukan dengan menurunkan kelembapan udara dalam ruangan dan mengalirkan udara panas ke sekeliling bahan sehingga kandungan uap air bahan lebih besar dari pada tekanan uap air udara. Perbedaan tekanan ini menyebabkan terjadinya uap air dari bahan ke udara (terjadi proses penguapan yaitu dari air menjadi gas atau uap air ). (Rukmana, Rahmad. 1996)
2.2 Pengeringan
Selain itu juga bisa didefinisikan sebagai suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang terjadi dalam pemisahan cairan atau kelembaban dari suatu bahan sampai batas kandungan air yang ditentukan dengan menggunakan gas sebagai
fluida sumber panas dan penerima uap cairan (Sumber: Treybal, 1980). (dikutip oleh Saipul Rahman, 2008) Pengeringan merupakan proses mengurangi kadar air bahan sampai batas di mana
perkembangan
mikroorganisme
dan
kegiatan
enzim
yang
dapat
menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Semakin banyak kadar air dalam suatu bahan, maka semakin cepat pembusukannya oleh mikroorganisme. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih lama dan kandungan nutrisinya masih ada. Akan tetapi misalnya pada ikan asin, dilakukan penggaraman terlebih dulu sebelum dikeringkan. Ini dilakukan agar spora yang dapat meningkatkan kadar air dapat dimatikan. (Anonim, 2008) Cabai dikeringkan dengan cara penjemuran atau cara pengeringan mekanis. Pengeringan cabai dapat dilakukan dengan suhu sekitar 60 C dalam waktu 24 -30 o
jam. Cabai dapat dikeringkan dalam bentuk utuh atau dibelah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cabai yang dibelah pengeringannya lebih cepat dibandingkan dengan cabai utuh. Pengeringan dengan oven 60 C lebih baik dibandingkan o
dengan penjemuran. Untuk mencapai kadar air 5 – 8%, cabai utuh membutuhkan waktu pengeringan 20-25 jam, sedangkan cabai belah membutuhkan waktu 10 -15 jam. Hasil cabai kering berkisar antara 40 -50%, susut berat 50 -60% dihitung dari berat cabai bersih.(I. Sandi, Adhi. 2008) Menurut Winarno dan janie (1977) pengeringan secara mekanis atau dengan alat untuk mendapatkan cabai yang kering dengan suhu yang dicapai 54 C maka o
waktu yang dibutuhkan sekitar 5 -7 hari dengan kadar air 10 -13%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu:
1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering Yang termasuk golongan ini adalah: -
Suhu: Makin tinggi suhu udara maka pengeringan akan semakin cepat
-
Kecepatan aliran udara pengering: Semakin cepat udara maka pengeringan akan semakin cepat
-
Kelembaban udara: Makin lembab udara, proses pengeringan akan semakin lambat
-
Arah aliran udara: Makin Makin kecil sudut arah arah udara terhadap posisi bahan, maka bahan semakin cepat kering
2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan Yang termasuk golongan ini adalah: -
Ukuran bahan: b ahan: Makin kecil ukuran benda, pengeringan akan makin cepat
-
Kadar air: Makin sedikit air yang dikandung, pengeringan akan makin cepat.
Laju pengeringan tetap bergantung pada: a. luas permukaan pengeringan b. perbedaan kelembapan antara aliran udara pengeringan dengan permukaan basah. c. Koefisien pindah massa d. Kecepatan aliran udara.
2.3 Kadar Air Bahan
Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan dan biasanya dinyatakan dalam satuan persen. Ada dua metode dalam menyatakan kadar air bahan yaitu kadar air basis basah dan kadar air basis kering. Kadar air basis basis basah merupakan merupakan perbandingan perbandingan antara antara berat air terhadap terhadap berat bahan total (berat bahan kering dan berat air). Sedangkan kadar air basis kering merupakan perbandingan perbandingan berat air terhadap berat bahan kering mutlak.
Dalam penetuan kadar air bahan hasil pertanian biasanya dilakukan berdasarkan basis basah. Namun dalam suatu analisis bahan, biasanya kadar air bahan ditentukan berdasarkan sistem basis kering. Hal ini disebabkan karena perhitungan berdasarkan basis basah mempunyai kelemahan yakni basis basah bahan selalu berubah-ubah setiap saat. Kalau berdasarkan basis kering hal ini tidak akan terjadi karena basis kering bahan selalu tetap. (Taib, 1988 dalam rahmad, 2001)
Persamaan kedua kadar air tersebut adalah sebagai berikut:
m
Wm
=
Wm + Wa
M =
x100%
Wm
x100% Wd
Keterangan: m
= kadar air basis basah (%)
Wm
= berat berat kadar air (kg)
Wa
= bera beratt baha bahan n tota totall (kg) (kg)
2.1)
2.2)
M
= kadar air basis kering (%)
Wd
= bahan kering mutlak (kg)
2.4 Radiasi Matahari
Teori yang paling populer sampai dengan saat ini yang dapat diterima para ahli tentang terbentuknya matahari adalah terjadinya proses konstraksi grafitasi dari partikel-partikel atom hidrogen. Partikel-pertikel atom hidrogen berfusi sesamanya menghasilkan atom-atom helium. Akibat fusi termonuklir ini adalah naiknya temperatur yang sangat tinggi. Dari reaksi fusi atau penggabungan atom-atom hidrogen yang membentuk atom-atom helium yang terjadi pada inti matahari, energi dibebaskan dalam bentuk radiasi gelombang elektromagnetik. Pada reaksi inti ini, reduksi atau pengurangan netto massa inti dapat melepaskan energi yang sangat besar dan disertai perubahan dari satu jenis inti ke inti lain. Perubahan tersebut sebanding dengan perubahan netto massa inti dikalikan dengan kuadrat kecepatan cahaya. Secara matematis ditunjukkan oleh persamaan: E = m.c
2
Keterangan : E
= Energi yang dilepaskan dilepas kan
m
= Netto massa inti yang berkurang
c
= Kecepatan cahaya (3.10 8 )m/s
2.3)
reaksi inti yang terjadi di matahari diperkirakan sebagai berikut: 2 1
H + 13 H → 24 He+ 01 N + Energi
12 6
C + 11 H →137 N + γ + Energi
2.4)
14 7
N + 11 H →158 O + γ + Energi
Matahari merupakan sebuah reaktor fusi kontinyu dan gasnya dikandung oleh gaya grafitasi yang besar sekali dan pada bagian permukaan terdapat lapisan gas tersebut fotosfer yang merupakan sumber radiasi terbanyak. Energi radiasi fusi inti matahari yang dipancarkan dalam bentuk radiasi melalui permukaan matahari mempunyai panjang gelombang dari yang paling panjang yaitu gelombang radio sampai dengan yang paling pendek yaitu gelombang sinar X dan sinar gamma. Radiasi matahari merambat melalui ruang hampa pada panjang gelombang ultra violet, cahaya tampak dan panjang gelombang pendek inframerah dengan perbandingan cahaya ultra violet terdiri dari 7% dari cahaya total yang dipancarkan matahari. Cahaya ultra violet dipancarkan dengan panjang gelombang 0 sampai 0.38 micrometer. Cahaya tampak 47% dari cahaya total. Cahaya tampak ini dipancarkan dengan panjang gelombang berkisar antara 0.38 micrometer samapi 0.78 micrometer, sedangkan cahaya inframerah sekitar 46% dari cahaya total dan dipancarkan dengan panjang gelombang 0.78 micrometer sampai tak terhingga. (jurnal nutrino,2008) Atmosfer bumi menyerap jumlah spektrum matahari yang berbeda dan memodifikasi radiasi matahari lapisan ozon pada atmosfer bagian atas kira-kira terletak 30 km dari permukaan bumi menyerap radiasi ultra violet. Sedangkan uap
air menyerap dengan kuat bagian belakang dari pita radiasi infra merah dan berkondioksida menyerap dengan kuat bagian tengah pita infra merah. Setelah melewati atmosfer bumi, komponen radiasi ultra violet berkurang sampai 4.5%, cahaya tampak 42% sampai 46%, sedangkan infra merah bertambah menjadi 52% sampai 54%.Perubahan jumlah karbon dioksida (CO 2 ) dan uap air yang ada di udara. Penting untuk dicatat bahwa cahaya ultraviolet telah berkurang dari 7% menjadi 4.5%. Cahaya matahari dalam daerah tampak terdiri dari radiasi semua warna yang disebut cahaya putih. Warna-warna spektral tampak terdistribusi dalam ukuran panjang gelombang (0.38-0.45) micrometer cahaya ungu, (0.45-0.48) micrometer cahaya biru, (0.48-0.51) micrometer cahaya biru hijau, (0.51-0.55) micrometer cahaya
hijau,
(0.55-0.57)
micrometer
cahaya
kuning-hijau,
(0.57-0.59)
micrometer cahaya kuning, (0.59-0.63) micrometer cahaya jingga dan (0.63-0.78) micrometer cahaya merah. (Jurnal Nutrino, 2008)
2.5 Kolektor Plat Datar
Kolektor panas merupakan sebuah kotak yang mampu menyerap sinar matahari, sehingga dapat meningkatkan suhu dalam kotak tersebut. Panas di dalam kotak kolektor tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan salah satunya bisa untuk pengering dalam bidang pertanian. Kolektor datar dan konsentrator merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan energi radiasi surya sedemikian sehingga energi termal yang dihasilkan dapat dimanfaatkan secara lebih praktis untuk berbagai proses.
Kolektor datar surya terdiri dari cover (penutup) transparan, absorber dan insulator. Radiasi surya yang jatuh pada permukaan bahan transparan dalam gelombang pendek akan diteruskan oleh bahan transparan untuk kemudian diserap oleh absorber. Warna hitam pada absorber memiliki sifat absorpsi terhadap radiasi yang lebih besar sehingga sebagian besar radias matahari akan diserap. Penyerapan radiasi ini akan membuat suhu absorber menjadi tinggi. Radiasi panas akan dipancarkan oleh absorber akan tetapi dalam bentuk gelombang panjang. Kebanyakan bahan transparan akan memiliki sifat opak terhadap radiasi gelombang panjang dan oleh karena itu sebagian radiasi gelombang panjang ini dipantulkan kembali oleh bahan transparan menuju absorber. Sebagian radiasi yang dipantulkan tersebut akan diserap kembali dan sisanya akan mengalami proses yang sama yaitu sebagian dipantulkan kembali ke absorber. Dengan demikian, kehilangan panas akibat radiasi menjadi minimal dengan menggunakan kolektor datar. Selain itu, penutup transparan juga berfungsi sebagai penahan kehilangan panas yang dibawa oleh udara di atas absorber menuju lingkungan. Panas dari absorber dimanfaatkan melalui penukar panas ke media pembawa panas. Media pembawa panas yang umum digunakan dapat merupakan udara atau
air.
Ketika
menggunakan
air
sebagai
media,
absorber
akan
mengkonduksikan panas menuju ke permukaan pipa-pipa bagian luar. Selanjutnya berlangsung konduksi panas dari permukaan luar ke permukaan dalam. Dengan proses konveksi, panas akan berpindah dari permukaan dalam ke air yang mengalir di dalam pipa tersebut, sehingga suhu air akan meningkat. Air dengan suhu yang tinggi kemudian dimanfaatkan pada di bagian lain di luar
kolektor datar. Proses yang mirip terjadi ketika udara digunakan sebagai media pembawa panas, namun dalam hal ini pipa jarang digunakan. Udara di atas (atau di bawah) absorber dipanaskan melalui proses konveksi akibat kontak langsung dengan absorber. Udara dengan suhu tinggi ini kemudian dialirkan keluar kolektor untuk dimanfaatkan pada proses-proses yang m emerlukan udara panas. Kinerja sebuah kolektor surya akan bergantung dari karakteristik absorptivitas dari absorber, transmisivitas dari bahan transparan, overall heat transfer coefficient (koefisien pindah panas keseluruhan) dari insulator, bahan transparan
serta absorber. Absorbtivitas merupakan porsi cahaya yang diserap oleh suatu objek; transmisivitas merupakan porsi cahaya yang diteruskan oleh suatu objek; sedangkan koefisien pindah panas keseluruhan merupakan daya hantar panas atau kebalikan dari resistansi panas.
2.6 Sistem Kolektor Surya
Dalam kasus plat kolektor surya sebagai perangkap terbaik untuk radiasi matahari adalah permukaan hitam. Pada permukaan ini radiasi diserap dan konversi dari energi cahaya menjadi energi panas. Desain penting yang perlu dipertimbangkan pada kolektor surya adalah meminimalkan kehilangan (rugi) panas pada kolektor. Untuk keperluan ini biasanya digunakan penutup transparan yang dapat dilalui oleh radiasi surya dan dapat
mengurangi
konduksi
dan
konveksi
panas
yang
hilang
dengan
mempertahankan lapisan udara panas di atas plat kolektor dan juga mengurangi
kehilangan panas radiasi kembali dari plat kolektor. Berkurangnya panas yang hilang dari sebuah plat kolektor surya berarti pula peningkatan efisiensi. Peningkatan efisiensi dari kolektor surya ditentukan oleh penutup transparan. Penutup transparan ideal mempunyai permukaan yang transparan terhadap radiasi matahari yang menimpanya, dan memantulkan radiasi panjang gelombang besar kembali ke permukaan kolektor di mana akan diserap kembali. Efisiensi atau randemen penangkap ( η ) dari sebuah plat kolektor surya didefinisikan sebagai rasio jumlah penggunaan energi yang dikumpulkan dengan dengan radiasi yang diterima. η =
Daya yang digunakan Daya yang diterima
Daya termal yang diserap - rugi termal η = Daya termal yang diterima
2.6)
Kerugian termik pada kolektor surya ada pada refleksi, pancaran kembali radiasi, konveksi dan konduksi. Selain itu pada kaca (penutup transparan) juga menyerap sekitar 7 – 8% radiasi yang menimpanya. Perlu diketahui bahwa mayoritas kehilangan panas dari kolektor surya adalah dari permukaan kaca depan (penutup transparan). Sementara kehilangan panas melalui bagian belakang dan samping dari sebuah kolektor yang diisolasi dengan baik kira-kira 10% total kehilangan panas. Oleh karena itu, membangkitkan usaha untuk mengoptimalkan efisiensi kolektor berkaitan dengan permukaan depan (kaca transparan) ini. Mekanisme konduksi, konveksi dan radiasi pada kolektor surya dapat dijelaskan sebagai berikut. Radiasi surya yang menimpa permukaan kaca sebagian
besar ditransmisikan ke permukaan kolektor sehingga terjadi absorbsi pada permukaan hitam. Permukaan itu menjadi panas (terjadi perpindahan panas konduksi) dan memberikan radiasi ke kaca pada panjang gelombang besar. Dalam prakteknya semua radiasi suhu rendah yang dipancarkan oleh benda dalam rumah kaca bersifat panjang gelombang besar, dan karena itu radiasi tetap terkurung dalam rumah kaca sehingga terjadi akumulasi panas dalam ruang. Panas ini kemudian dilepas secara konveksi melalui celah udara, sedangkan permukaan luar kaca melepas kalor melalui radiasi dan konveksi ke lingkungan. Untuk memahami konduksi, konveksi dan radiasi pada kolektor dapat dilihat pada gambar berikut: 8 6
7 9
8 6
4 3 2 1
5
Gambar 2.1 : Desain alat (sumber: Jurnal Neutrino, 2009) Keterangan: (1) isolator terbuat dari tripleks (2) kolektor terbuat dari seng bergelombang dicat hitam (3) celah tempat mengalirnya udara panas ke ruang pengeringan (4) kaca transparan (5) perpindahan kalor konduksi (6) perpindahan kalor konveksi (7) radiasi surya (8) refleksi (9) radiasi termal.
2.7 Radiasi Benda-Hitam
Radiasi (sinaran gelombang elektromagnet) yang dipancarkan oleh suatu benda akibat temperaturnya disebut radiasi termal. Setiap benda selalu
memancarkan radiasi termal ke lingkungannya dan bersama itu juga menyerap rasiasi termal kelingkungannya. Jika sudah dicapai kesetimbangan termal dengan lingkungannya, laju pemancarannya selalu sama dengan laju penyerapannya. Benda hitam didefinisikan sebagai benda yang menyerap seluruh radiasi yang mengenainya. Contoh terbaik benda hitam adalah lubang kecil di dinding benda berongga. Radiasi yang masuk ke dalam rongga melalui lubang tidak dapat keluar lagi dengan segera. Sebab, begitu masuk ke dalam rongga, ia dipantulkan berkalikali oleh dinding rngga sebelum akhirnya menemukan lubang dan lepas keluar. Spektrum radiasi termal benda hitam tidak tergantung pada bahan penyusun benda, melaikan hanya bergantung pada temperatur benda. Akibatnya, pada temperatur yang sama semua benda benda hitam memancarkan radiasi termal dengan spektrum yang sama. (Sutopo, 2005)
2.8 Natrium Metabisulfit
Sulfit dalam makanan mempunyai beberapa fungsi utama yaitu pengendalian atau penghambatan tumbuhnya mikroba, penghambatan reaksi-reaksi pencoklatan enzimatis, antioksidan dan senyawa pemutus ikatan disulfida protein dan sebagai senyawa pemucat untuk pati dan pektin bahan pangan. Garam-garam sulfit seperti natrium metabisulfit memiliki warna putih sampai coklat tergantung kemurniannya. Bersifat mudah larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol. Karena kelarutannya yang tinggi natrium metabisulfit sering digunakan sebagai pengawet makanan dibandingkan dengan garam sulfit lainnya. Natrium metabisulfit mempunyi struktur kimia Na 2 S 2 O5 .
2.9 Perpindahan Panas
Apabila dua logam saling berhimpitan dan suhu-suhu benda itu berbeda, maka akan terjadi proses perpindahan panas dari benda yang panas menuju benda yang lebih dingin, sehingga menyebabkan suhu keduanya menjadi sama. Secara umum, proses perpindahan panas dapat berlangsung dengan beberapa cara, di antaranya : 1) Konduksi perpindahan panas secara konduksi adalah proses di mana panas mengalir dari daerah yang bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam suatu medium. Proses perpindahan panas secara konduksi terjadi karena molekul-molekul suatu bahan saling berbenturan atau bersinggungan, dengan demikian saling meneruskan energi panas yang mereka miliki. Proses perpindahan panas secara konduksi tidak terjadi pada semua bahan, umumnya penghantaran panas hanya terjadi pada bahan yang memiliki daya hantar yang baik (konduktor). Laju perpindahan panas konduksi dapat dinyatakan dengan hukum Fourier sebagai berikut: q
=
k T . A.
− T 1
T 2
2.7)
L
Keterangan: q
= kalor (J/s)
k T = konduktivitas termal (W/m) 2
A = luas penampang (m ) 0
T = suhu ( C) L = tebal bahan (m)
2) Radiasi Perpindahan panas secara radiasi adalah proses di mana mengalirnya panas dari suatu benda bertemperatur tinggi menuju benda bertemperatur lebih rendah tanpa adanya perantara dari benda lain. Pemindahan energi panas
lewat
pancaran
dilakukan
oleh
gelombang
gelombang
elektromagnetik. Cara pemindahan ini juga dapat berlangsung dalam ruang hampa udara, sebagai contohnya adalah perambatan panas pada oven. Perpindahan panas secara pancaran atau radiasi ini kebanyakan dimanfaatkan oleh petani dalam pembudidayaan tanaman pada ruangan kaca. Bila seberkas energi panas mengenai suatu benda maka sebagian energi tersebut akan diserap, dipantulkan, dan sebagian diteruskan melalui benda tersebut. Ciri khas pertukaran energi radiasi yang penting adalah sifatnya yang menyebar secara merata ke segala arah. Ini merupakan hukum Stefan-Boltzman untuk rumus radiasi dapat ditulis: R
4
= eσ AT
2.8)
σ = 5.67 x10
−8
2
4
W / m .K
Keterangan: 2
R = emitansi radian (W/m ) e
= daya pancar permukaan
σ
= tetapan Stefan-Boltzmann (W/m K )
2
2
A = luas penampang (m ) o
T = suhu ( C)
4
3) Konveksi Zat cair dan gas tidak dapat menghantarkan panas dengan baik. Pemindahan panas lewat zat cair dan gas terutama terjadi karena konveksi, yaitu karena adanya perbedaan suhu. Laju perpindahan panas konveksi dapat dinyatakan dengan : q
=
hA.∆T
2.9)
Keterangan: q
= kalor (J/s)
h
= koefisien konveksi (J/sm C)
2o
2
A = luas penampang (m ) ∆T
o
= perubahan suhu ( C)
Perpindahan panas secara konveksi berlangsung dalam beberapa tahap. Tahap pertama panas akan mengalir dengan cara konduksi yaitu dari sumber panas menuju permukaan benda, kemudian energinya berpindah ke benda lainnya sehingga menaikkan suhu dan energi di sekitarnya. Tahap kedua, partikel-partikel bergerak dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah. Udara kemudian akan bercampur dan memindahkan sebagian energinya kepada partikel fluida yang lain. Perpindahan panas yang terjadi dalam ruangan pengering adalah secara konveksi. Perpindahan panas secara konveksi dapat terjadi jika adanya perbedan suhu antara kedua ruangan. Dalam hal ini udara akan bergerak dari daerah yang bersuhu lebih tinggi menuju ke daerah yang bersuhu yang lebih rendah, kemudian akan bercampur dan memindahkan sebagian energinya ke partikel fluida yang
lainnya. Perpindahan panas secara konveksi dikenal dua macam
yaitu : a)
Perpindahan konveksi alamiah Perpindahan konveksi secara alamiah terjadi dengan sendirinya tanpa adanya bantuan dari peralatan lain. b) Perpindahan konveksi paksa Perpindahan konveksi paksa terjadi apabila kalor yang dihasilkan oleh sumber panas disalurkan menuju ke tempat lain (objek) dengan bantuan peralatan lain seperti kipas (fan). ( Nyoman Kertiasa, 1997 :136)
2.10 Alat Pengering Tipe Rak
Mesin pengering tipe rak ( Tray Dryer ) mempunyai bentuk persegi dan didalamnya terdapat rak-rak yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan, bahan diletakkan diatas rak-rak yang diletakkan dalam ruang tertutup dan hanya disediakan lubang-lubang untuk saluran udara masuk, saluran ke luar uap air yang dihembuskan oleh blower (Suharto,1991) Suhu pada proses pengeringan buah dan sayuran yang aman adalah 35 0
0
–
o
63 C. Suhu idealnya adalah 48 C. Pada suhu ini pengeringan berlangsung cukup cepat tetapi sedikit merusak enzim. Enzim yang penting akan rusak bila suhu o
melebihi 60 C. (Kordylas,1991) Mesin pengering tipe rak dengan suatu ruang pengering, dengan sistem pemanasan tidak langsung ( direct drying) dapat digunakan untuk mengeringkan beberapa produk hasil pertanian. Kelebihan pengering ini adalah suhu pengeringan yang lebih seragam, karena bentuk dan ukuran antara ruang pengering dan heat exchanger sama. Sehingga distribusi suhu pada tiap bagian (atas, tengah dan bawah) sama. Rak pada mesin pengering tipe rak ini terbuat dari
stainless steel untuk mengamankan produk dari kontaminasi akibat korosi. (susilo, 2000) Benda padat basah yang diletakkan dalam aliran gas kontinyu akan kehilangan kandungan air sampai suatu saat tekanan uap air di dalam padatan sama dengan tekanan parsial uap air dalam gas. Keadaan ini disebut equilibrium dan kandungan air yang berada dalam padatan disebut equilibrium moisture content . Pada kesetimbangan, penghilangan air tidak akan terjadi lagi kecuali apabila material diletakkan pada lingkungan (gas) dengan relative humidity yang lebih rendah (tekanan parsial uap air yang lebih rendah). Macam-macam alat pengering antara lain: a. Batch Tray Dryer (Batch Drying) Metode batch merupakan metode tray drying yang paling sederhana. Tray dryer terdiri dari bilik pemanasan yang terbuat dari kayu atau
logam-logam tertentu. Tray /kolom yang telah dimasukkan material yang ingin dikeringkan kemudian di letakkan secara bersusun dalam kolom. Setelah ruangan ditutup, maka udara panas dialirkan ke dalam ruang pemanas hingga semua bahan menjadi kering. Udara panas yang masuk dari sebelah bawah ruang menyebabkan material yang ada kolom yang paling bawah menjadi yang paling pertama kering. Setelah tenggat waktu tertentu, tray akan dikeluarkan dan material yang telah kering diambil. Material lain yang ingin dikeringkan dimasukkan dan prosedur terjadi berulang-ulang.
b. Solar Dryer (Continuous Drying) Solar drying merupakan metode pengeringan yang saat ini sering
digunakan untuk mengeringkan bahan-bahan makanan hasil panen. Metode ini bersifat ekonomis pada skala pengeringan besar karena biaya operasinya lebih murah dibandingkan dengan pengeringan dengan mesin. Prinsip dari solar drying ini adalah pengeringan dengan menggunakan bantuan sinar matahari. Perbedaan dari pengeringan dengan sinar matahari biasa adalah solar drying dibantu dengan alat sederhana sedemikian rupa sehingga pengeringan yang dihasilkan lebih efektif. Metode solar drying sering digunakan untuk mengeringkan padi. Namun karena pada prinsipnya pengeringan adalah untuk mengurangi jumlah air (kelembaban) bahan, maka metode ini juga bisa diaplikasikan untuk bahan makanan lain. - Cara kerja solar dryer adalah sebagai berikut: Bahan yang ingin dikeringkan dimasukkan ke dalam bilik yang berada pada ketinggian tertentu dari permukaan tanah. Udara sekitar masuk melalui saluran yang dibuat lebih rendah daripada bilik pemanasan dan secara otomatis terpanaskan oleh sinar matahari secara konveksi pada saat udara tersebut mengalir menuju bilik pemanasan. Udara yang telah terpanaskan oleh sinar matahari kemudian masuk ke dalam bilik pemanas dan memanaskan bahan makanan. Pengeringan bahan makanan jadi lebih efektif karena pemanasan yang terjadi berasal dari
dua arah, yaitu dari sinar matahari secara langsung (radiasi) dan aliran udara
panas
dari
bawah
(konveksi).
( Sumber:
http://
www.appropedia.org/Solar_drying) c. Spray Dryer (Continuous Drying)
Metode mengeringan spray drying merupakan metode pengeringan yang paling banyak digunakan dalam industri terutama industri makanan. Metode ini mampu menghasilkan produk dalam bentuk bubuk atau serbuk dari bahan-bahan seperti susu, buah buahan, dll. Cara kerja spray dryer adalah sebagai berikut: Pertama-tama seluruh air dari bahan yang ingin dikeringkan, diubah ke dalam bentuk butiran-butiran air dengan cara diuapkan menggunakan atomizer . Air dari bahan yang telah berbentuk tetesan-tetesan tersebut
kemudian di kontakan dengan udara panas. Peristiwa pengontakkan ini menyebabkan air dalam bentuk tetesan-tetesan tersebut mengering dan berubah menjadi serbuk. Selanjutnya proses pemisahan antara uap panas dengan serbuk dilakukan dengan cyclone atau penyaring. Setelah di pisahkan, serbuk kemudian kembali diturunkan suhunya sesuai dengan kebutuhan produksi.
2.11 Matahari Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Fisika
Agama Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi alam semesta ini. Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk selalu menggunakan akalnya agar dapat memahami maksud penciptaan alam semesta.
Seperti dalam Firman Allah SWT:
y ù= Ïj9 Zπ q o Ψ ù=™y ‘ö &r !$Βt ρu ∩⊇⊃∠∪ š Ïϑ n = ≈ è Ηt ô ‘y āω Î) š ≈ “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Anbiyaa, 21:107)
Peranan akal dalam menghayati ajaran Islam sangatlah penting. Begitu juga dalam hal memahami isi kandungan al-Qur’an dan al-Hadist., peranan akal sangatlah menentukan kemampuan untuk menyerap pesan-pesan yang terdapat di dalam al-Qur’an dan al-Hadist. Seperti pengkajian tentang penciptaan alam semesta ini, di dalam al-Qur’an telah banyak dijelaskan tentang penciptaan alam semesta dan juga manfaat dari penciptaan itu. Al-Qur’an banyak memberikan informasi-informasi yang merkaitan dengan berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti yang akan dikaji oleh penulis yaitu tentang matahari dalam perspektif al-qur’an dan fisika. Matahari merupakan pusat tata surya dan sumber energi bagi segala bagi kehidupan di bumi. Matahari adalah suatu bola gas panas, merupakan bintang terdekat dengan bumi dengan jarak 149,680,000 kilometer. Matahari dan sembilan buah planet membentuk sistem surya. Matahari mempunyai diameter 1,391,980 kilometer dengan suhu permukaan 5,500 °C dan suhu teras 15 juta °C. Cahaya daripada matahari memakan masa 8 menit untuk sampai ke bumi dan cahaya yang terang ini dapat mengakibatkan kebutaan bagi yang memandang terus kepada matahari. Matahari merupakan satu bola plasma dengan berat sekitar 2 x 10
30
kg. Untuk
terus bersinar, matahari, yang terdiri daripada gas panas menukar unsur hidrogen kepada helium melalui tindak balas gabungan nuklear pada kadar 600 juta ton,
dengan itu kehilangan empat juta ton massa setiap saat. Matahari dipercayai terbentuk pada 5,000 juta tahun lalu. Kepadatan massa matahari adalah 1.41 berbanding massa air. Jumlah tenaga matahari yang sampai ke permukaan bumi dikenali sebagai pemalar solar menyamai 1.37 kilowatt semeter persegi setiap saat. Matahari berputar 25.04 hari bumi setiap putaran dan mempunyai gravitasi 27.9 kali gravitasi bumi. Seperti penjelasan sebelumnya bahwa matahari merupakan salah satu sumber cahaya. Matahari merupakan bintang dengan pengertian bahwa matahari dapat menghasilkan atau memancarkan cahaya sendiri. Hal ini berbeda dengan bulan. Bulan bercahaya bukan dihasilkan oleh bulan sendiri, tetapi cahaya didapatkan dari cahaya matahari. Matahari merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Hidup ini terasa gelap bila di siang hari tidak ada Matahari terbit. Mungkin rasanya, siang hari seperti malam terus tanpa sinar yang menerangi dalam arti gelap. Walaupun di malam hari ada Bulan dan Bintang yang menerangi, tetap saja tidak akan seterang benderang Matahari. Cahaya Matahari lebih terlihat terang dibandingkan dengan Bulan dan Bintang. Matahari mempunyai energi yang besar yang dapat dimanfaatkan oleh alam jagad raya termasuk bulan dan bumi. Di dalam al-Qur’an telah memberikan informasi tentang manfaat dari energi matahari. Walaupun energi matahari tidak secara gamblang disebutkan dalam al-Qur’an, namun tersirat juga bahwa matahari adalah sumber energi:
u Å § } ôϑ¤± 9#$ Ÿ≅ è y _ y ρu Y ‘# çθ Ρ ∩⊇∉∪ [% ` # £ Íκ Ïù t ϑ y )s ø9 #$ Ÿ≅ è y _ y ρu
“Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?” (QS. Nuuh, 71:16)
u Å $ Ζu ù= è y _ y ρu ∩⊇⊂∪ [% `$ ¨δ ρu [% ` # ”Dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari”). (QS. An Naba’, 78: 13)
Penciptaan matahari sebagai pelita adalah bagian dari penciptaan alam semesta oleh Allah SWT yang merupakan tanda-tanda akan kekuasaaNya bagi orang-orang yang mau menggunakan akalnya. Matahari sebagai pelita, berarti di permukaan matahari terdapat sumber energi yang dapat dibakar (dinyalakan) sehingga energinya dapat dikirim sampai bumi. Energi matahari dikirim ke bumi dalam bentuk radiasi gelombang elektromagnetis yang sampai di bumi dalam bentuk panas. Sehingga hal ini dapat dimanfaatkan seperti menjemur, mengeringkan hasil panen, mengawetkan bahan makanan dan lain sebagainya. Sekarang ini energi matahari juga dimanfaatkan sebagai sumber tenaga untuk baterai matahari atau solar cell. Di dalam tafsir nurul qur’an dikatakan bahwasannya ada sejumlah sumpah penting yang ditunjukkan pada permulaan surah asy-Syams. Dan jumlah sumpah dalam surah ini merupakan yang terbesar (terbanyak) di sepanjang al-Qur’an. Itulah sebabnya, ayat-ayat asy-Syams ini memiliki daya tarik yang dirujukkan pada sesuatu yang sangat besar (agung). Seperti begitu pentingnya pengkhidmatan langit, matahari, bumi dan bulan yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia.
Dari penjelasan di atas betapa pentingnya matahari buat seisi alam raya ini salah satu contohnya adalah bumi. Sehingga di dalam al-Qur’an Allah pun bersumpah demi matahari, firman Allah:
t ρu § y 8 p é Ï ∩⊇∪ $ γ Ä ÷Κ¤± 9 ρ#$u “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari”. (QS. Asyams, 91:1)
Sumpah yang diucapkan Allah seperti dalam surah asy-Syams ayat 1 menyimpan makna yang sangat penting. Dalam hal ini, sumpah-sumpah itu menjadikan manusia berpikir dan menghidupkan pemikiranya untuk menjalankan proses tertentu dari objek besar ciptaan Allah, yang melalui proses itu bisa menemukan jalan kepadaNya. Matahari adalah subjek yang memainkan peran penting dalam kehidupan manusia dan semua makhluk hidup dimuka bumi. Ia bukan saja sumber panas dan energi yang merupakan faktor esensial bagi kehidupan, namun ia juga menjadi sumber bagi sejumlah faktor pemberi kehidupan lainnya, seperti angin, hujan, tetumbuhan, sungai-sungai yang mengalir, air terjun, selain itu juga seumbersumber energi lain seperti batu bara, minyak dan lain-lain, semunya tergantung pada cahaya matahari. Sehingga, apabila ” lampu yang menyinari dunia” ini berhenti bersinar satu hari saja maka kegelapan, kebisuan dan kematian akan merajalela di mana-mana. Itulah sebabnya kenapa sampai Allah bersumpah demi matahari di dalam al-Qur’an. Betapa penting dan besarnya pengaruh matahari bagi dunia ini dan juga jagad raya. Matahari banyak memberikan manfaat. Matahari selalu terbit dari sebelah timur dan memantulkan radiasi sinar dengan hangat, mengandung energi dan
sumber vitamin E untuk kesehatan kulit dan tulang. Panas Matahari juga dapat mengeringkan biji-bijan seperti biji jagung, gandum, padi dan cabai. Bahkan pada masa sekarang ini energi Matahari sudah dapat diubah menjadi energi listrik. Selain itu juga dimanfaatkan dalam dunia teknologi yaitu energi matahari digunakan sebagai energi untuk alat pengeringan. Penelitian ilmiah menemukan bahwa matahari adalah bintang , memiliki “sumber panas” berasal dari zona paling inti yang panasnya selalu menyembur. Semburan ini akibat areal-areal magnetis yang menghasilkan partikel-partikel panas yang bergerak sangat cepat kemudian menghantam materi udara matahari terluar yang mengakibatkan bagian ini tertarik ke bagian sumber panasnya. Proses tersebut berulang terus menerus sehingga matahari seolah hidup dari dirinya sendiri. Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan tentang benda-benda yang mengeluarkan cahaya sendiri (dalam Al-Qur’an menggunakan kata dhiya’ seperti matahari. Sedangkan kata nur (cahaya) dan beberapa turunannya menggambarkan makna cahaya yang ditimbulkan akibat pantulan benda yang terkena sinar, seperti bulan. Energi matahari juga mengandung energi panas. Sudah dari zaman dahulu energi panas matahari dimanfaatkan oleh manusia seperti untuk menjemur pakaian, mengeringkan hasil panen dan lain sebagainya. Energi panas matahari sejak 15 abad yang lalu telah disinggung di dalam alQur’an dan para ilmuan banyak yang belum menyadari hal ini. Walaupun energi panas matahari tidak secara nyata disebutkan sebagai energi di dalam al-Qur’an,
akan tetapi tersirat juga bahwa matahari adalah sumber energi. Firman Allah sebagai berikut :
u Å § } ôϑ¤± 9#$ Ÿ≅ è y _ y ρu Y ‘# çθ Ρ ∩⊇∉∪ [% ` # £ Íκ Ïù t ϑ y )s ø9 #$ Ÿ≅ è y _ y ρu “Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?” (QS. Nuuh, 71:16)
u Å $ Ζu ù= è y _ y ρu ∩⊇⊂∪ [% `$ ¨δ ρu [% ` #
”Dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari”). (QS. An Naba’: 13)
Ayat di atas memberikan definisi yang tepat untuk kata dhiya’ (sinar) dan nur (cahaya) yang dalam bahasa arab kedua kata tersebut digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang memancar dari benda yang terang dan membantu manusia untuk dapat melihat benda-benda yang dilalui pancaran itu. Firman Allah yang menyatakan bahwa matahari diciptakan sebagai pelita seperti yang disebutkan dalam dua ayat tersebut di atas, telah menarik para ahli astronomi dan astrofisika untuk memikirkan bagaimana terjadinya sumber panas (pelita) di matahari. Apakah panas matahari mengikuti reaksi kima biasa atau reaksi lainnya sehingga nyalanya dapat bertahan lama sekali. Dengan demikian pengartian bahwa “pelita yang amat terang” itu adalah suatu reaksi yang terjadi di matahari yang dapat menghasilkan sebuah energi yang besar yang amat sangat panas, dan merupakan suatu interpretasi baru karena alQur’an memberikan kemungkinan arti yang tidak terbatas dan ayat-ayatnya selalu terbuka untuk interpretasi baru sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini.
2.11.1 Manfaat Matahari Dalam Al-qur'an
Di dalam al-Qur'an telah banyak disebutkan manfaat dari matahari . Di antara manfaat matahari yang dapat diambil oleh manusia adalah: 1. Petunjuk waktu sholat
Î/ θ ãΖ _ ã 4’ n ? ãt ρu Y#Š θ èãè% ρu $ Vϑ≈ Šu Ï% ©! $# (#ρ ã à2øŒ $$ùs nο θ 4 n= ¢Á 9#$ Ο öΝ çG ΨΡt ù' ϑ y ôÛ $# #Œ s *Î ùs 4 öΝà6 Þ çFøŠ ŸÒ%s #Œ s *Î ùs ∩⊇⊃⊂∪ Y ?$ èθ % θ ö Β¨ Y$ 7 ≈ Ft . Ï š ΖÏ ΒÏ σ ÷ ϑß 9ø #$ ’ n ? ãt M ô Ρt . % x nο θ 4 n= Á¢ 9 #$ β¨ Î) 4 n ο θ 4 n= Á¢ 9 #$ (#θ ϑß Š %Ï 'r ùs "Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman". (QS. An-Nisa : 103)
2. Menentukan perubahan musim
Ì øó p R $ù Q# > ∩⊇∠∪ È ÷ /t ‘u ρu È ÷ %s ³ Î ô p R $ù Q# > ‘u "Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya". (QS. Ar-Rahman : 17) [1442]
[1442] Dua tempat terbit matahari dan dua tempat terbenamnya ialah tempat dan terbenam matahari di waktu musim panas dan di musim dingin. 3. Merupakan sumber energi (sinar panas). Energi yang terkandung dalam batu bara dan minyak bumi sebenarnya juga berasal dari matahari.
∩⊂∪ = Ü Ï%$ ¨W9 #$ ãΝ ôf¨Ψ 9#$ "(yaitu) bintang yang cahayanya menembus". (At-Thoriq: 3)
4. Mengontrol stabilitas peredaran bumi yang juga berarti mengontrol terjadinya siang dan malam, tahun serta mengontrol planet lainnya. Tanpa matahari, sulit membayangkan kalau akan ada kehidupan di bumi.
u Å ö7ãΒ ‘$ (#θ äóGt ö;Gt Ïj9 Zο Ç Í p ]9κ ¨ #$ πs ƒt #u !$Ζu ù=è y _ y ρu È≅ø‹ ©9 #$ πs ƒt #u !$Ρt θ ö s y ϑ y ùs ( È ÷Gt ƒt #u ‘$ u p ]9κ ¨ ρ#$u Ÿ≅ø‹ ©9 #$ $ Ζu ù=è y _ y ρu z ¡ | :Ïtø $ ρ#u t ÏΖ Åb¡9 #$ Šy ‰ y ãt (#θ ßϑ n= ÷èGt Ï9 ρu Ο ρu 4 >$ WξŠ ÅÁø ? s çµ o≈ Ψ ù=¢Á ùs &ó « x ¨≅à2 ó 3 ä Î n/ ‘§ ÏiΒ WξôÒ ùs ∩⊇⊄∪ "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas". (QS. Al Isra : 12)
5. Matahari mempunyai fungsi yang sangat penting bagi bumi. Energi pancaran matahari telah membuat bumi tetap hangat bagi kehidupan, membuat
udara
dan
air
di
bumi
bersirkulasi,
tumbuhan
bisa
berfotosintesis, untuk mengeringkan pakaian, hasil panen dan banyak hal lainnya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi uji model pengeringan cabai merah ( capsium annum var. longum) menggunakan pengering tipe rak dengan kolektor surya dilaksanakan pada lahan terbuka di belakang gedung Saintek Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki Malang. Pengambilan data dilakukan setiap jam selama 10 jam mulai dari pukul 07.00 WIB sampai jam 17.00 WIB.
3.2 Alat Dan Bahan
Alat ukur yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Termoter raksa sejumlah 2 buah untuk mengukur suhu udara dan bahan. b. Timbangan kg dan g untuk mengukur berat cabai merah dan berat natrium metabisulfit 0.2%. c. Anemometer d. Stopkontak yang digunakan sebagai sumber listrik untuk menjalankan blower. e. Triplek digunakan sebagai isolator f. Seng yang dicat hitam digunakan sebagai plat datar yang berfungsi untuk menyerap panas.
g. Kaca transparan yang fungsi agar radiasi matahari dapat masuk menembus kaca menuju plat datar. h. Pipa yang digunakan untuk aliran udara i.
Kawat yang digunakan untuk tempat pengeringan benda yang dibuat rak
j.
Blower (30 Watt/220 V) yang berfungsi untuk mensirkulasikan udara dalam kotak pengering.
k. Nampan yang digunakan untuk tempat pengeringan secara manual. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cabai merah dan natrium metabisulfit 0.2%.
3.3 Deskripsi Rancangan Fungsional
Alat pengering pada penelitian ini memanfaatkan energi matahari untuk diubah menjadi energi panas melalui media kolektor. Selain itu juga menggunakan bantuan energi listrik untuk memperlancar sirkulasi udara yang masuk dan keluar. Unit kolektor sebagai media penangkap radiasi matahari terdiri atas beberapa bagian, yaitu: 1) penutup transparan berupa kaca berfungsi untuk meneruskan radiasi matahari ke permukaan plat penyerap, 2) permukaan penyerap panas berupa plat seng berfungsi untuk menyerap sinar matahari, 3) isolator berfungsi untuk mengurangi kehilangan panas secara konduksi dan 4) kerangka untuk menunjang komponen kolektor.
Rak-rak pengering terletak di dalam ruang pengering dan berfungsi sebagai tempat cabai basah yang akan dikeringkan. Pintu digunakan untuk memasukan atau mengeluarkan rak-rak tersebut. Blower di bagian ujung yang digerakan dengan energi listrik berfungsi untuk
mengatur sirkulasi udara yang masuk dan keluar dan sebagai sumber
tambahan selain energi matahari. Udara akan keluar melalui cerobong pembuangan udara. Kedudukan cerobong lebih tinggi dari pada saluran udara yang masuk.
3.4 Prosedur Penelitian
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: 1. Persiapan bahan dan alat, semua alat dan bahan yang telah disebutkan di atas disiapkan terutama blower, termometer dan sampel yang akan diamati. 2. Pemasangan alat ukur, termometer sebagai pencacat suhu dipasang sebelum pengamatan dilakukan. Yang diletakkan tiap-tiap rak di dalam alat pengering dan dipasang di luar sebagai pencacat suhu yang ada di luar. 3. Penimbangan bahan, cabai merah yang akan dijadikan sampel terlebih dahulu ditimbang untuk mengetahui bobot awalnya. Massa pada pengamatan pertama menggunakan 1 kg sedangkan pada pengamatan yang kedua menggunakan 500 g.
4. Proses pengeringan cabai merah. Setelah semua alat dan bahan telah siap kemudian masuk pada proses pengeringan seperti yang telah dijelaskan pada prinsip kerja alat. 5. Pengukuran dilakukan secara periodik pada setiap parameter teknik (60 menit) dari jam 07.00 WIB sampai 17.00 WIB. Hal ini untuk dilakukan untuk pengambilan data.
3.5 Pengamatan Pertama
pengamatan ini dimulai dengan membuat sampel dengan cabai merah. Sebelum dikeringkan, cabai merah terlebih dahulu harus mengalami beberapa proses yaitu cabai merah ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui beratnya. Kemudian cabai merah dipilih yang baik atau tidak cacat, cabai merah dibersihkan agar kotoran yang ada pada cabai hilang. Baru kemudian lanjut pada tahap pengambilan sampel yaitu dengan: b. Sampel A -
Cabai merah yang sudah dibersihkan kemudian ditimbang dan tanpa belah
-
Cabai merah direndam dalam air panas ( Blancing) dan dicampur dengan natrium metabisulfit 0.2 % atau setara dengan 2 g selama 10 menit.
-
Cabai kemudian ditiriskan dan siap untuk dikeringkan.
c. Sampel B -
Cabai merah yang sudah dibersihkan kemudian ditimbang dan dibelah.
-
Cabai merah direndam dalam air panas ( Blancing) selama 10 menit tidak dicampur dengan natrium metabisulfit 0.2%.
-
Cabai kemudian ditiriskan dan siap untuk dikeringkan.
d. Sampel C -
Cabai merah yang sudah di bersihkan kemudian ditimbang tanpa dibelah
-
Cabai merah tidak direndam dalam air panas ( Blancing) dan dicampur dengan natrium metabisulfit 0.2%.
-
Cabai kemudian ditiriskan dan siap untuk dikeringkan.
e. Sampel D -
Cabai merah yang sudah di bersihkan kemudian ditimbang dan dibelah.
-
Cabai merah tidak direndam dalam air panas dan tidak dicampur dengan natrium metabisulfit.
3.5.1 Pengamatan Kedua
Pada pengamatan kedua dilakukan dengan dua perlakuan yaitu dikeringkan dengan menggunakan alat pengering tipe rak dengan kolektor surya dan dengan dikeringkan secara manual (Dijemur). Masing-masing sampel akan dibagi menjadi dua.
Sampel A -
Cabai yang telah dibersihkan ditimbang kemudian dibelah dan dibuka.
-
Cabai direndam dalam air panas ( Blancing) dan dicampur menggunakan natrium metabisulfit 0.2%.
-
Cabai ditiriskan sebentar di bawah sinar matahari langsung sebelum dimasukan ke alat pengering.
a. Sampel B -
Cabai yang telah dibersihkan ditimbang kemudian dibelah dan dibuka.
-
Cabai direndam dalam air panas ( Blancing) tanpa dicampur menggunakan natrium metabisulfit 0.2%.
-
Cabai ditiriskan sebentar di bawah sinar matahari langsung sebelum dimasukan ke alat pengering
b. Sampel C -
Cabai yang telah dibersihkan ditimbang kemudian dibelah dan dibuka.
-
Cabai tidak direndam dalam air panas ( Blancing) dan juga tidak dicampur dengan natrium metabisulfit 0.2%.
-
Cabai ditiriskan sebentar dibawah sinar matahari langsung sebelum dimasukkan ke alat pengering.
3.6 Pengambilan Data
a. Penurunan kadar air cabai merah selama proses pengeringan (%) b. Berat cabai merah sebelum dan sesudah dikeringkan (kg) c. Suhu udara pengeringan dan bahan (oC) d. Perpindahan panas e. Kecepatan udara f. Efesiensi pengeringan (%)
Gambar 3.1 Desain Alat Keterangan: (1) kaca transparan (2) kolektor surya terbuat dari seng dicat hitam(3) cerobong untuk udara keluar (4) rak-rak untuk tempat cabai (5) isolator terbuat dari tripleks (6) celah untuk udara masuk.
3.7 Analisa Data
Dari data yang telah diperoleh untuk setiap pengamatan akan dianalisa sebagai berikut: a. Untuk menguji alat pengering tipe rak dengan menggunakan kolektor surya agar menjadi salah satu alternatif alat pengering maka perlu menganalisa
data perbandingan suhu yang dihasilkan antara suhu pengeringan secara manual dan dengan suhu yang menggunakan alat pengering. Menganalisa penurunan massa cabai merah baik yang menggunakan alat pengering maupun dengan pengeringan secara manual (penjemuran) dan juga penurunan penguapan kadar air dengan menggunakan kedua perlakuan tersebut. Kemudian dihitung besarnya nilai perpindahan panas baik dengan konveksi maupun dengan konduksi untuk mengetahui besarnya penyerapan panas selama proses pengeringan cabai merah dan penyerapan panas pada saat alat pengering dalam kondisi kosong (tidak ada bahan). Diukur besarnya kecepatan udara yang masuk untuk mengetahui pengaruh udara terdapat proses pengeringan. Dari data-data tersebut di atas maka hasilnya akan dianalisa untuk mengetahui besarnya nilai efesiensinya. b. Dari hasil pengamatan yang kedua, data pengukuran suhu yang ada di luar maupun yang ada di ruang pengering kemudian dibuat grafik. Dari pengukuran tersebut tujuannya untuk mengetahui seberapa besar penyerapan panas alat pengering tipe rang dengan kolektor surya. Yang hasilnya adalah data penurunan massa dan penguapan kadar air dengan menggunakan alat pengering. Kemudian data tersebut dibandingkan dengan data penurunan massa dan penguapan kadar air dengan pengeringan secara manual. c. Membandingkan pengeringan
banyaknya
yang
biaya
menggunakan
yang alat
dikeluarkan pengering
selama
tipe
rak
proses dengan
menggunakan kolektor surya dan yang menggunakan alat pengering surya yang dibantu dengan minyak.
3.8 Prinsip Kerja Alat.
Prinsip kerja pengering tenaga surya ini adalah sinar matahari memanasi kolektor yang dicat hitam dan diberi lubang-lubang yang mengakibatkan suhu di dalam ruang kolektor meningkat. Udara panas di dalam ruang kolektor mengalir melalui lubang-lubang ke ruang pengering dan akan mengeringkan bahan-bahan di dalam ruang tersebut. Untuk pengering sederhana tenaga surya ini ruang kolektor menjadi satu dengan ruang/kotak pengering. Sinar matahari yang masuk menembus tutup kaca dan memanasi pelat kolektor hitam yang ada di bawahnya. Sinar matahari akan masuk dan menembus kaca, mengenai pelat kolektor hitam yang menyebabkan udara di dalam kotak pengering tersebut menjadi panas yang dibantu dengan blower untuk melancarkan sirkulasi udara di dalamnya. Udara yang masuk ke dalam kotak pengering melalui cerobong yang berada di bawah. Jadi bahan yang ada di dalam kotak pengering tersebut akan dikeringkan langsung oleh sinar matahari dari udara panas di dalam kotak pengering yang ditimbulkan akibat radiasi benda hitam dari kolektor. Kemudian uap air yang timbul akan terbawa keluar oleh udara yang masuk dari bawah menuju ke atas dan keluar melalui cerobong. Ketika matahari redup, misalnya tertutup awan atau hujan, udara di dalam kotak pengering tersebut tetap panas karena adanya isolator, meskipun tidak sepanas ketika ada sinar matahari, ketika sinar matahari bersinar kembali, suhu udara di dalam kotak pengering tersebut akan segera meninggi kembali . Kolektor yang digunakan pada alat pengering ini terbuat dari bahan alumunium (seng) yang mudah menyerap panas. Alat pengering ini dibuat atas
dasar konsep sifat radisi benda hitam. Jadi atas dasar tersebut kolektor dari bahan alumunium (seng) tersebut dicat warna hitam dan diberi rongga-rongga yang bertujuan agar udara panas yang dihasilkan dari radiasi matahari dapat turun ke bawah dan mengeringkan bahan yang ada di bawahnya. Hal ini dikarenakan udara panas yang dihasilkan dari radiasi matahari yang menggunakan konsep radiasi benda hitam yang sangat tergantung oleh frekuensi cahaya dan temperatur. Sehingga kolektor hitam ini bersifat menyerap semua radiasi yang diterimanya dari sinar matahari yang masuk. Besarnya energi yang diserap oleh benda hitam dapat menggunakan persamaan empiris hukum stefan: R
=
e.σ . A.T 4 atau
2.10)
Keterangan: 2
R
= emitansi radian (W/m )
e
= daya pancar permukaan
σ
= tetapan Stefan-Boltzmann (W/m 2 K4)
A
= luas penampang (m 2)
T
= suhu ( oC)
Udara panas yang dihasilkan tersebut tidak dapat keluar kotak karena kotak pengering dibuat tertutup. Sehingga udara panas yang melalui lubanglubang pada kolektor tadi akan turun ke bawah. Di bawah kolektor terjadi tekanan panas yang tinggi karena ada udara yang masuk melalui lubang yang tekanannya lebih rendah. Uap air yang dihasilkan dari proses ini yang mampu mengeringkan bahan akan keluar melalui cerobong. Sirkuasi udara di dalam kotak sendiri dibantu dengan blower.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian
Pengujian alat pengering dilakukan dengan menganalisa seberapa besar efesien alat pengering tipe rak dengan menggunakan energi matahari terhadap efek radisi benda hitam. Cabai merah dikeringkan dengan cara pengeringan mekanis yaitu mengunakan alat pengering bertenaga surya. Secara teori o
pengeringan cabai dapat dilakukan dengan suhu sekitar 60 C dalam waktu 24-30 jam. Sementara itu suhu yang dicapai dalam alat pengering model ini mencapai o
55 C dan waktu pengeringan yang dibutuhkan sekitar 5 hari dengan kadar air 13%. Pengambilan data dilakukan setiap jam selama 10 jam dari jam 07.00 WIB sampai jam 17.00 WIB. Pengamatan pertama dilakukan dengan mengambil sampel cabai terdiri atas empat macam jenis sampel seperti yang telah disebutkan pada BAB III untuk pengamatan 1. Penelitian pertama dilakukan pada tanggal 26 April 2009 sampai dengan tanggal 29 April 2009. Pada penelitian pertama ini cabai ada yang dibelah dan ada yang tidak dibelah tetapi hanya dicuci dengan air biasa
yang
bertujuan untuk
membersikan dari kotoran-kotoran yang dapat menurunkan kualitas dari cabai kering. Hasil dari perlakuan tersebut menunjukkan bahwa cabai yang dikeringkan dengan cara dibelah jauh lebih cepat kering dibandingkan dengan cabai yang tidak dibelah.
Berikut adalah data yang diperoleh pada pengamatan pertama: Tabel 4.1 Pengamatan I Tanggal 26 April 2009 Waktu
27 April 2009
28 April 2009
29 April 2009
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
Luar
Dalam
Luar
Dalam
Luar
Dalam
Luar
Dalam
07.00
23
31
26
33
25
32
08.00
27
41
30
43
29
40
09.00
30
45
33
50
32
42
10.00
32
32
32
46
33
44
30
41
11.00
35
51
35
50
34
46
34
46
12.00
41
55
39
51
42
56
37
49
13.00
43
59
40
52
31
39
37
49
14.00
33
39
41
52
34
41
35
43
15.00
31
35
39
50
32
43
32
40
16.00
28
30
30
38
30
35
30
34
17.00
hujan
hujan
25
28
23
30
22
29
Dari data yang diperoleh di atas kemudian dibuat grafik dengan membandingkan antara suhu yang di luar dan suhu dalam kotak. Berikut grafik suhu pada pengeringan cabai merah:
pengamatan hari 1 70 60 u h u s
40 30
43
41
35
32
59
55
51
50
39 33
35 31
30 28
20 10 0 07.00
08.00 09.00 10.00
11.00 12.00 13.00
14.00 15.00 16.00
17.00
ja m s uhu l uar
s uhu dal am
Gambar 4.1 Grafik Pengamatan Hari 1
pengamatan hari ke 2 60 50 41
40 u h 30 u s
20
31 23
27
45 30
46 32
50 35
51
52
52
50
39
40
41
39
38 30
28 25
10 0 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00
jam suhu luar
suhu dalam
Gambar 4.2 Grafik Pengamatan Hari Ke 2
pengamatan hari ke 3 60
56
50
50 43
40 u h u s
30
33 26
30
33
44
46
33
34
42
39 31
41 34
43 32
35 30
20
30 23
10 0 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00
jam suhu luar
suhu dalam
Gambar 4.3 Grafik Pengamatan Hari Ke 3
pengamatan hari ke 4 60 50 40 u h 30 u s
20
40 32 25
29
42 32
46 41 30
34
49
49
37
37
43 35
40 32
34 30
29 22
10 0 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00
jam suhu luar
suhu dalam
Gambar 4.4 Grafik Pengamatan Hari Ke 4 Grafik-grafik di atas dapat kita lihat bahwa pengambilan data dilakukan selama 11 jam dari jam 07.00 WIB sampai jam 17.00 WIB. Suhu tidak teratur, intensitas matahari yang seharusnya naik sampai dengan jam 13.00 WIB kadang dapat juga turun dan sampai jam 17.00 WIB dapat juga naik hal ini disebabkan
karena kondisi cuaca yang berubah atau sebab-sebab lain seperti terhalang awan atau tower yang dekat dengan alat pengering sehingga menghalangi radiasi matahari sampai ke alat pengering. Dari hasil penelitian yang pertama cabai dimasukkan pada jam 10.00 WIB. termometer pada alat pengering menunjukkan suhu di dalam dan di luar sama hal ini disebabkan karena udara yang berada di luar ikut masuk ke dalam sehingga terjadi keseimbangan. Kemudian setelah selang satu jam dari awal memasukkan cabai seperti yang dapat dilihat pada grafik 4.1 bahwa suhu di luar lebih rendah o
dibandingkan dengan suhu yang ada di dalam yaitu suhu luar 35 C dan suhu di o
dalam 51 C. Perbendaan suhu yang ada di dalam dan di luar ini diakibatkan karena adanya pengaruh proses konduksi yang ada di ruang kolektor. Proses konduksi yang terjadi di dalam ruang kolektor sangat mempengaruhi suhu di dalam, sedangkan di luar hanya terjadi pemanasan biasa, oleh karena itu suhu luar dan suhu dalam jauh berbeda. Kemudian pada jam-jam berikutnya seperti yang telah ditunjukkan pada grafik suhu terus mengalami peningkatan. Suhu tertinggi o
o
di hari pertama penelitian ini adalah di luar 43 C dan di dalam 59 C. Pada pengamatan jam berikutnya baik suhu di luar maupun suhu di dalam berlahan mengalami penurunan sampai pada jam 16.00 WIB suhu menjadi paling rendah o
o
yaitu 28 C di luar dan 30 C di dalam. Akan tetapi pada jam 17.00 WIB yang seharusnya menjadi akhir dari setiap penelitian tidak dapat dilakukan karena o
terjadi hujan sehingga diperkirakan suhu turun drastis mencapai di bawah 30 C. Hari kedua pada penelitian pertama seperti yang telah ditunjukkan oleh grafik 4.2 yaitu suhu terus meningkat dan suhu tertinggi terjadi pada jam jam
o
14.00 WIB. Pada jam 14.00 WIB suhu di luar mencapai 41 C dan suhu di dalam o
mencapai 52 C. Antara jam 13.00 WIB sampai jam 14.00 WIB ini dapat dikatakan sebagai suhu tertinggi karena pada jam ini suhu di dalamnya sama yaitu o
o
mencapai 52 C sementara suhu luarnya hanya selisih 1 C saja. Kemudian pada jam-jam berikutnya suhu menurun secara berlahan sampai pada jam 17.00 WIB o
o
suhu mencapai 24 C di luar dan 28 C di dalam, diperkirakan suhu lebih tinggi dibanding kemarin. Hari ketiga pada penelitian pertama yang seperti yang telah ditunjukkan oleh grafik 4.3. Pada pengamatan hari ketiga ini suhu tidak stabil sekalipun suhu pada o
jam 07.00 WIB lebih tinggi 3 C baik di dalam maupun di luar dibandingkan dengan kemarin. Suhu terus meningkat sampai pada jam 09.00 WIB. Akan tetapi pengamatan pada jam 10.00 WIB suhu mengalami penurunan hal ini dikarenakan alat pengering tertutupi oleh tower yang kebetulan dekat dengan tempat alat pengering. Dan pada jam berikutnya suhu terus naik mencapai suhu tertinggi yaitu o
o
42 C untuk suhu luar dan 56 C untuk suhu dalam pada jam 12.00 WIB, namun suhu dalam menurun pada jam 14.00 WIB dan suhu naik lagi pada jam 15.00 o
WIB yaitu mencapai 43 C meskipun suhu luarnya lebih rendah dibanding jam o
14.00 WIB yaitu 32 C. Belum diketahui secara pasti kenapa hal ini terjadi. Pada jam-jam berikutnya sampai jam 17.00 WIB suhu mengalami penurunan mencapai o
o
23 C di luar dan 30 C di dalam. Hari keempat
dari pengeamatan sekaligus hari terakhir dari penelitian
pertama diperoleh hasil yang ditunjukkan dengan grafik 4.4 yaitu suhu dapat dikatakan stabil jika dibandingan dengan hari ketiga. Suhu yang terus meningkat
dari jam 07.00 WIB sampai jam 09.00 WIB, dan pada jam 10.00 WIB terjadi hal yang sama dengan hari sebelumnya yaitu pada jam ini baik suhu di dalam maupun o
suhu di luar mengalami penurunan dan jauh lebih rendah 3 C dibandingkan pengamatan pada hari ketiga. Dan pada pengamatan keempat ini suhu tertinggi baik yang ada di luar maupun yang ada di dalam terjadi pada jam 13.00 WIB dan o
o
jam 14.00 WIB yaitu 37 C di luar dan 49 C untuk yang di dalam. Kemudian pada jam-jam berikutnya pengamatan sampai jam 17.00 WIB suhu menurun dibandingkan pada jam-jam sebelumnya. Dari penelitian yang pertama memberikan hasil yang kurang begitu bagus selain itu cabai merah kering yang dihasilkan masih kurang dari standart. Cabai merah kering yang dihasilkan dari pengamatan yang pertama ini kurang kering dan masih banyak mengandung kadar air. Hal ini dikarenakan kondisi cuaca yang tidak menentu dan juga alat pengering yang masih perlu diperbaiki. Pada waktu terjadi hujan alat pengering tergenang oleh air hujan dan masuk ke dalam alat. Oleh karena itu energi untuk mengeringkan juga besar. Waktu yang dibutuhkan selama pengeringan pada penelitian yang pertama ini lebih dari 5 hari untuk mendapatkan cabai kering yang berkualitas. Dari segi warna, cabai yang dicampur dengan natrium metabisulfit 0.2% dan yang tidak dicampuri dengan natrium metabisulfit belum jelas dapat dibedakan, karena yang dihasilkan hampir sama. Dan dari perlakuan yang diberikan selama proses pengeringan cabai yang dibeah cenderung lebih cepat kering dan cabai yang tidak dibelah membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal ini dapat dilihat ketika hari terakhir dari penelitian massa cabai merah yang dikeringkan dengan
cara dibelah jauh lebih kecil dibandingkan massa cabai merah kering yang tidak dibelah. Jadi pada pengamatan yang pertama memberikan kesimpulan alat pengering tipe rak dengan kolektor surya ini belum efektif jika digunakan dan juga proses pengeringan masih lambat untuk mengeringkan hasil pertanian seperti cabai Hasil penelitian yang kedua tidak sesuai dengan yang diharapkan hal ini dikarenakan terjadi turun hujan setiap hari hasilnya cabai tidak dapat kering seperti yang diharapkan dan akibatnya cabai membusuk. Selain cuaca yang terus hujan alat pengering juga terdapat kebocoran sehingga alat pengering sedikit dimodivikasi dengan menambah fan di luar yang bertujuan untuk membantu kelancaran aliran udara yang keluar. Pada pengamatan kedua jenis sampel yang digunakan seperti yang telah diuraikan di BAB III. Masing-masing sampel digolongkan menjadi 2 yaitu yang pertama dimasukkan ke dalam alat pengering tipe rak dengan kolektor surya dan yang ke dua dijadikan sebagai pembanding dengan pengeringan secara manual. Dan juga untuk sampel yang akan dimasukkan ke dalam alat pengering hendaknya ditiriskan dulu seperti penjemuran secara manual hal ini bertujuan untuk mengungi kandungan air akibat pencucian baru kemudian cabai dibelah dan siap untuk diproses.
Tabel 4.2 Pengamatan Ke-2 21 juni 2009 22 juni 2009 Waktu
23 juni 2009
24 juni 2009 25 juni2009
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu Suhu Suhu
Luar
Dlm
Luar
Dlm
Luar
Dlm
Luar
Dlm
Luar
Dlm
07.00
26
32
25
31
27
33
27
34
26
33
08.00
30
40
29
39
30
39
29
36
29
35
09.00
34
45
33
43
35
46
34
43
33
42
10.00
32
41
31
40
33
45
32
41
31
40
11.00
36
47
37
47
37
49
36
45
35
43
12.00
40
53
41
55
42
56
40
55
40
54
13.00
45
59
44
58
46
59
45
58
43
55
14.00
43
55
40
52
40
49
40
48
39
47
15.00
35
40
33
40
35
45
38
47
35
43
16.00
29
35
28
32
28
33
29
40
32
35
17.00
26
30
25
29
25
30
26
31
26
29
Dari data yang diperoleh di atas kemudian dibuat grafik seberapa besar pengaruh suhu terhadap radiasi benda hitam terhadap pengeringan cabai.
pengamatan ke 2 hari 1 70 60 53
50 u h 40 u s 30
40 32 26
30
45 34
47 41
40
36
32
59
55
45
43
40 35
35 29
30 26
20 10 0 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00
jam suhu luar
suhu dalam
Gambar 4.5 Grafik Pengamatan Ke 2 Hari Ke 1 pengamatan ke 2 hari ke 2 70 60
55
50 u h u s
40 30 20
39 31 25
29
43 33
47 40 31
37
41
58 52 44
40
40 33
32 28
29 25
10 0 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00
jam suh u lu ar
suh u d ala m
Gambar 4.6 Grafik Pengamatan Ke 2 Hari Ke 2 pengamatan ke 2 hari ke 3 70 60
56
50 u h u s
46
40 30
33 27
39 30
35
45 33
49 37
42
59 46
49 40
45 35
20
33 28
30 25
10 0 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00
jam s uh u lu ar
su hu d ala m
Gambar 4.7 Grafik Pengamatan Ke 2 Hari Ke 3
pengamatan ke 2 hari ke 4 70 60
55
50 u h u s
40 30
34 27
36 29
43
41
34
32
45
40
36
58 48 40
45
47 38
40 31 26
29
20 10 0 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00
jam suh u lu ar
su hu da la m
Gambar 4.8 Grafik Pengamatan Ke 2 Hari Ke 4
pengamatan ke 2 hari ke 5 60 54
50 40 u h 30 u s
33 26
35 29
42
40
33
31
43
40
35
55 43
47 39
43 35
35 32
29 26
20 10 0 07 .00 0 8.00 09 .00 10. 00 1 1.0 0 12 .00 1 3.0 0 14 .00 15.00 1 6.0 0 17.00
jam suhu luar
suhu dalam
Gambar 4.9 Grafik Pengamatan Ke 2 Hari Ke 5 Grafik-grafik yang ditunjukkan pada pengamatan kedua dapat dilihat bahwa pengamatan dilakukan selam 11 jam dari jam 07.00 WIB samapi jam 17.00 WIB. pengambilan data suhu dilakukan setian 60 menit. Pada pengamatan kedua ini selama pengamatan sebaran suhu yang terjadi di dalam ruang pengering dapat dikatan stabil. Hasil pengamatan kedua ini jauh lebih baik dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Hal ini dikarenakan pada saat pengamatan
kedua ini cuaca sangat cerah dan tidak terjadi hujan. Sehingga pada siang hari cuaca sangat panas hal ini sangat baik untuk alat pengering yang sedang dalam tahap pengujian. Selain itu juga proses sebelum pengeringan juga sangat membantu mempercepat pengeringan. Sehingga hasil yang didapatkan cukup baik cabai merah sangat kering dan bobot cabai turun mencapai 60% dari bobot basah yaitu 500g. Jadi kondisi cuaca selama pengeringan sangat mempengaruhi proses pengaringan. Seperti yang telah ditunjukkan oleh grafik 4.5, pada pengamatan kedua ini menunjukkan suhu udara di luar dan di dalam ruang pengering terus meningkat. Perbedaan suhu yang ada di luar dan dan di dalam sangat jauh, sama seperti pengamatan pada pengamatan pertama. Hal ini disebabkan karena di dalam ruang pengering terjadi 2 proses perpindahan panas yaitu terjadi proses konduksi yang ada di ruang kolektor dan terjadi proses konveksi di ruang pengering atau rak. Sedangkan suhu di luar lebih rendah hal ini dikarenakan di luar hanya terjadi pemanasan biasa. Akan tetapi selama pengamatan pada setiap jam 10.00 WIB suhu di dalam akan mengalami penurunan yang cukup drastis dibandingkan suhu di luar hal ini dikarenakan alat pengering tertutupi oleh tower yang dekat dengan alat pengering sehingga mempengaruhi proses konduksi dan konveksi yang ada pada alat pengering. Hal ini juga terjadi pada pengamatan-pengamatan sebelumnya. Pada siang hari selama pengamatan kedua ini suhu akan meningkat antara jam 12.00 WIB0
14.00 WIB cuaca sangat panas dan suhu di dalam meningkat berkisar antara 53 C o
sampai 59 C. Oleh karena itu perbedaan suhu yang ada di luar dan di dalam
selisihnya sangat besar, hal ini disebabkan karena pada jam-jam ini intensitas matahari lebih besar dan kolektor dapat menyerap panas jauh lebih besar sehingga selama proses konduksi di dalam ruang kolektor menghasilkan suhu yang besar. Akibatnya pada ruang pengering suhu juga akan meningkan dan juga terjadi proses konveksi yang akan mengeringkan bahan yang juga dibantu dengan blower untuk sirkulasi udara yang ada di dalamnya. Udara yang masuk sangat membantu proses konveksi karena membawa uap air yang dihasilkan dari bahan yang dikeringkan dan keluar lewat cerobong. Dan jika waktu mendekati sore baik suhu o
di luar maupun di dalam mulai turun mencapai 25 C dan suhu di dalam berkisar o
mencapai 30 C. Menurut Kadylas Suhu pada proses pengeringan buah dan sayuran yang o
o
o
aman adalah 35 – 63 C. Suhu idealnya adalah 48 C. Pada suhu ini pengeringan berlangsung cukup cepat tetapi sedikit merusak enzim. Hal ini sesuai pada saat 0
o
pengamatan pada alat pengering suhu ruang mencapai 53 C sampai 59 C sehingga didapat cabai kering yang berkualitas baik. Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan cabai merah yang dikeringkan dengan menggunakan alat pengering tipe rak dengan kolektor surya dan pembandingnya adalah dengan pengeringan secara manual diperoleh hasil massa cabai merah yang menggunakan alat pengering tipe rak dengan kolektor surya berkurang dari 500 g menjadi 126 g. Ini berarti kandungan air yang hilang adalah 75%. sedangkan dengan cara manual massa cabai merah berkurang dari 500 g menjadi 160 g, ini berarti kandungan air yang hilang adalah 68% . Jadi pada pengamatan yang kedua ini dapat disimpulkan dari pengamatan yang telah
dilakukan bahwa alat pengering tipe rak dengan kolektor surya ini proses pengeringannya lebih cepat dibandingkan dengan pengeringan secara manual. Jika proses pengeringan menggunakan alat pengering tipe rak dengan kolektor surya ini membutuhkan waktu selama 5 hari sedangankan dengan pengeringan secara manual membetuhkan waktu yang lebih lama yaitu 7 hari.
-
Penurunan Massa Dan Penurunan Penguapan Kadar Air Pada Cabai Merah Besar Untuk Pengamatan Pertama
Berdasarkan hasil pengamatan, berat cabai merah awal 1 kg untuk masingmasing sampel. Setelah dikeringkan selama 4 hari berdasarkan pengamatan selama 10 jam berat masing-masing sampel adalah : Tabel 4.3 Penurunan Berat dan Penguapan kadar Air (%) Jenis Sampel Massa Awal (g) Massa Akhir (g) Kadar air yang menguap (%) P1
1000
551
44.9
P2
1000
461
53.9
P3
1000
624
37.6
P4
1000
568
43.2
Keterangan : P1 = Cabai merah diberi larutan natrium metabisulfit 0.2%, direndam dalam air panas dan cabai tidak dibelah. P2 = Cabai merah dibelah dan direndam dalam air panas tanpa menggunakan natrium metabisulfit 0.2%.
P3 = Cabai merah telah direndam dalam air panas akan dicampur dengan natrium metabisulfit 0.2% tidak dibelah. P4 = Cabai merah tidak direndam dalam air panas akan tetapi dibelah. Dari tabel 4.3 dapat dilihat perubahan berat cabai merah setelah dikeringkan untuk masing-masing sampel berbeda satu sama lain. Pada penelitian yang pertama ini menunjukkan bahwa cabai yang dikeringkan dengan menggunakan alat pengering selama 4 hari (10 jam), cabai merah yang lebih cepat kering adalah cabai merah yang dibelah dan direndam dalam air panas ( blanching) yaitu 461 g dan kadar air yang berkurang mencapai 53.9 %. Dan cabai merah yang tidak dibelah massanya jauh lebih besar 624 g dengan kandungan kadar air 37.6%. Pada pengamatan kedua dengan perlakuan yang berbeda dibandingkan dengan pengamatan pertama. Yaitu
dengan 3 jenis sampel seperti yang telah
disebutkan di atas yaitu pengeringan dengan menggunakan alat pengering tipe rak dengan kolektor surya dan dengan pengeringan secara manual( penjemuran). Dan diperoleh hasil: Tabel 4.4 Penurunan Massa Dengan Menggunakan Alat Pengering Untuk Penelitian Kedua: Tgl/jam P1 P2 P3 21 jun/17.00
410
405
417
22 jun/17.00
330
332
335
23 jun /17.00
240
255
260
24 jun/17.00
170
192
188
25 jun/ 17.00
126
137
145
Hasil dari pengamatan yang menggunakan alat pengering yaitu seperti yang telah ditunjukkan pada tabel 4.4. Bahwa hasil dari tiap-tiap sampel hanya mempunyai selisih yang tidak terlalu jauh. Dari hasil alat pengering ini yang menunjukkan cabai cepat kering dengan kadar air yang berkurang adalah P1 126 dari bobot awal 500 g. Hal ini dikarenakan perlakuan yang berbeda dibandingkan yang lain. Akan tetapi yang perbedaan yang sangat menonjol adalah dari segi warna cabai. Cabai merah yang dicampur dengan natrium metabisulfit 0.2% jauh lebih terang dibandingkan dengan yang tidak dicampur dengan natrium metabisulfit 0.2 % selain itu juga jika dicampur dengan natrium metabisulfit bercak hitam yang ada dicabai lebih sedikit dibanding yang tidak dicampur dengan natrium metabisulfit 0.2%.
-
Perbandingan Penurunan Massa Dan Penurunan Penguapan Kadar Air Pada Cabai Merah Besar Dengan Menggunakan Alat Pengering dan Pengeringan Secara Manual
Penurunan kadar air dan massa masing-masing sampel pada pengamatan kedua dengan teknik mekanis selama 5 hari : Tabel 4.5 Penurunan Penguapan Kadar Air (%) dan Penurunan Massa Jenis P1 Massa awal (g) Massa akhir (g) Kadar air (%) yang menguap 500
410
18
500
330
38
500
240
52
500
170
66
500
126
75
Tabel 4.6 Penurunan Penguapan Kadar Air (%) dan Penurunan Massa Jenis P2 Massa awal g Massa akhir g Kadar air (%) yang menguap 500
405
19
500
335
33
500
255
49
500
192
62
500
137
73
Tabel 4.7 Penurunan Penguapan Kadar Air (%) dan Penurunan Massa Jenis P3 Massa awal g Massa akhir g Kadar air (%) yang menguap 500
417
17
500
332
34
500
260
48
500
188
63
500
145
71
Hasil dari penelitian dengan menggunakan alat pengering ini dapat dilihat bahwa semakin bertambahnya waktu penurunan massa semakin berkurang dan penurunan kadar air juga semakain berkurang. Tabel 4.8 Penurunan Massa Dengan Pengeringan Secara Manual Tgl/jam P11 P12 P13 21 jun/17.00
415
420
428
22 jun/17.00
345
350
354
23jun/17.00
253
250
245
24 jun/17.00
183
180
205
25 jun/17.00
160
164
175
Hasil dari penelitian yang menggunakan teknik manual ini untuk masingmasing sampel penurunan massanya hanya mempunyai selisih yang sedikit. Yang membedakan juga terletak pada warna cabai yang cenderung lebih gelap
dibandingkan dengan warna cabai yang dicampur menggunakan natrium metabisulfit 0.2%. Penurunan kadar air yang menguap dan massa masing-masing sampel dengan teknik manual selama 5 hari : Tabel 4.9 Penurunan Penguapan Kadar Air (%) dan Penurunan Massa Jenis P1 Massa awal g Massa akhir g Kadar air % yang menguap 500
415
17
500
345
31
500
256
49
500
183
63
500
160
68
Tabel 4.10 Penurunan Penguapan Kadar Air (%) dan Penurunan Massa Jenis P2 Massa awal g Massa akhir g Kadar air % yang menguap 500
420
16
500
350
3
500
250
5
500
180
64
500
164
67
Tabel 4.11 Penurunan Penguapan Kadar Air (%) dan Penurunan Massa Jenis P3 Massa awal g Massa akhir g Kadar air % yang menguap 500
428
14
500
354
29
500
245
51
500
205
59
500
175
65
grafik penurunan massa per hari 450 400
415 410
350
a s s a m
345 330
300 253 240
250 200
183 170
150
160 126
100 50 0 ke 1
ke 2
ke 3
ke 4
ke 5
hari Alat pengering
Manual
Grafik 4.10 Penurunan Massa Perhari Dengan Sampel P1 Grafik 4.10 menunjukkan perbandingan penurunan massa cabai merah dengan cara menggunakan alat pengering dan dengan pengeringan secara manual. Hasilnya adalah bahwa proses pengeringan dengan menggunakan alat pengering tipe rak dengan kolektor surya ini massa jauh lebih banyak berkurang setiap harinya dibandingkan dengan pengeringan secara manual. Pada pengambilan data untuk grafik di atas diambil dengan menggunakan salah satu sampel yang terbaik. Dari pengamatan kedua ini yang menggunakan 2 sampel yang sama perlakuannya memberikan hasil yaitu pengeringan dengan teknik pengeringan menggunakan alat tipe rak hasilnya jauh lebih cepat kering selain itu juga tekstur warna dari cabai merah juga lebih cerang bila dicampur dengan natrium metabisulfit 0.2%. sedangkan menggunakan tenik manual yaitu hanya dijemur langsung proses pengeringan jauh lebih lama dan cabainya sendiri kurang begitu kering dari warnanya cabai merah yang menggunakan natrium metabisulfit lebih
gelap dibandingkan dengan yang ditaruh di alat pengering, selain itu proses pengeringan dengan menggunakan teknik manual ini jika tidak dengan perlakuan khusus cabai dapat timbul jamur karena kandungan air lebih besar dibandingakan dengan menggunakan alat pengering yang kadar air yang turun jauh lebih banyak.
- Perbandingan Biaya Proses Pengeringan Dengan Menggunakan Alat Pengering Tipe Rak Dengan Kolektor Surya dan Alat Pengering Tenaga surya dan Minyak.
Dibandingkan dengan alat pengering yang menggunakan bantuan minyak tanah, alat pengering dengan kolektor surya ini jauh lebih murah karena alat ini hanya mengandalkan energi matahari meskipun dengan bantun blower yang menggunakan listrik akan tetapi penggunaan listriknya kecil sehingga biayanya murah. Jadi biaya selama proses pengeringan dapat ditekan atau lebih murah. Sedangkan dengan menggunakan alat pengering yang menggunakan minyak tanah selama proses pengeringan selain tergantung dengan energi matahari juga tergantung dengan minyak. Semakin banyak bahan yang dikeringkan semakin banyak pula minyak yang dibutuhkan. Sedangkan harga minyak terus mengalami kenaikan.
4.2 Analisa Perhitungan Perpindahan Panas Selama Proses Penelitian
Nilai perpindahan kalor secara konduksi selama proses penelitian diambil dari data penelitian yang kedua. Suhu di luar alat pengering setiap jam 12.00 WIB rata-rata mencapai 40.6Ο C dan suhu yang ada di ruang pengering pada jam yang
sama dapat mencapai 54.6Ο C . Perbedaan antara suhu luar dan suhu di dalam ruang pengering seperti yang telah dijelaskan di atas. Dan pada saat intensitas matahari besar yaitu pada jam 13.00 WIB radiasi yang diserap kolektor lebih besar sehingga suhu di dalam ruang pengering juga lebih besar dibanding jam-jam sebelumnya. Suhu di luar pada jam 13.00 WIB rata-rata mencapai 44.6Ο C dan suhu yang ada diruang pengering pada jam yang sama rata-rata mencapai 57.8Ο C . Sehingga bedasarkan persaman 2.7 dengan pada kondisi puncak pada jam 13.00 WIB diperoleh: Diketahui : A
: 2 m = 200 cm
L
: 1 cm
Ktkaca
: 0.002
T1
: 44.6 C
T2
: 57.8 C
o
o
Ditanya : q Penyelesaian: q
=
0.002.200.
57.8 − 44.6 1
=
5.28 J / s
Dari analisa di atas besarnya perpindahan kalor di ruang kolektor selama proses penelitian rata-rata besarnya adalah 5.28 J/s. Sedangkan perpindahan kalor di ruang pengering bahan yang terjadi dengan proses konveksi besarnya nilai perpindahan kalor pada jam 13.00 WIB dengan menggunakan persamaan 2.9 adalah :
Diketahui: h
: 0.595 x104
A
:2m
∆T
: 13.2Ο C
Ditanya: q Penyelesaian: q
=
0.595 x10 4 x 2 x13.2 = 15.7 x10 4 J/s
Dari analisa di atas diperoleh besarnya perpindahan kalor yang ada pada ruang pengering sebesar 15.7 x104 J/s. Berikut grafik dan tabel sebaran suhu ratarata selama penelitian ke 2: Tabel 4.12 Suhu Rata-rata Perjam Selama Penelitian Ketiga Jam T1 T2 07.00
26.2
32.6
08.00
29.4
37.8
09.00
33.8
43.8
10.00
31.8
41.4
11.00
36.2
46.2
12.00
40.6
54.6
13.00
44.6
57.8
14.00
40.4
50.2
15.00
35.2
43
16.00
29.2
35
17.00
25.6
29.8
Grafik Suhu Rata-rata Perjam 60 50 40 u h u s
30 20 10 0 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00
jam suhu luar
suhu dalam
Grafik 4.11 Sebaran Suhu Rata-rata Perjam Selama Penelitian Ke 3 Dari grafik 4.11 dapat diketahui sebaran suhu perhari 26.2 C dari jam 07.00 WIB akan meningkat sampai pada jam 13.00 WIB yang mencapai 44.6 C. sedangkan suhu maksimum dalam ruang pengering adalah 57.8 C tepatnya pada jam 13.00 WIB. Sedangkan perbedaan suhu antara di dalam dan di luar seperti yang telah dijelaskan di atas. -
Data Suhu Pada Alat Pengering Dalam Kondisi Kosong
Tabel 4.13 Suhu Pada Alat Pengering Dalam Kondisi Kosong Waktu 10 -08- 09 11 -08- 09 12 -08- 09 13 -08-09
14 -08-09
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
luar
dlm
luar
dlm
luar
dlm
luar
dlm
luar
dlm
08.00
27
40
28
42
29
39
30
35
29
35
09.00
30
54
34
49
32
46
35
41
33
42
10.00
38
60
40
58
39
53
39
46
39
45
11.00
45
62
48
63
43
61
43
54
43
54
12.00
47
59
50
64
47
64
46
62
47
63
13.00
38
46
48
60
49
65
38
53
38
60
14.00
35
41
35
52
39
54
32
46
35
53
15.00
30
37
32
41
31
45
30
39
31
46
16.00
28
30
29
35
28
39
29
30
27
35
17.00
24
25
25
29
26
30
25
26
25
30
Tabel 4.13 menunjukkan penyerapan suhu pada alat pengering tipe rak dengan kolektor surya. Diperoleh hasil yaitu suhu yang diserap oleh alat mesin tanpa adanya bahan yang dikeringkan mampu mencapai 65Ο C. Jelas berbeda ketika ada bahan yang harus dikeringkan hal ini dikarenakan ketika alat pengering sedang mengeringkan suatu bahan suhu juga diserap oleh bahan selain itu juga udara yang mengalir dalam ruang pengering membawa uap air sehingga berlangsung proses pengeringan bahan. Begitu juga dengan nilai perhitungan perpindahan panas yang telah diuraikan di bawah. Nilai perpindahan yang diperoleh juga jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai perpindahan panas ketika terdapat bahan di ruang pengering. Suhu maksimum rata-rata yang dihasilkan alat pengering dalam kondisi o
o
kosong mencapai 62,4 C pada jam 12.00 WIB dan suhu luarnya mencapai 47,4 C. Sedangkan nilai perpindahan kalor yang dihasilkan pada saat alat pengering dalam kondisi kosong dengan suhu rata-rata maksimum pada jam 12.00 WIB sesuai persamaan 2.7 adalah: Diketahui : A
: 2 m = 200 cm
L
: 15 cm
-4
-1
-1 o
Ktudara : 0.57x10 k, cal s cm ( C) o
T1
: 62,4 C
T2
: 47,4 C
o
Ditanya : q Penyelesaian: q
=
0,57 x10 − 4.200.
62,4 − 47,4 15
= 1,14 x10
−2
J / s
Dengan menggunakan persamaan 2.7 dipeoleh hasil nilai perpindahan -2
panas di ruang kolektor surya dengan proses konduksi sebesar 1,14x10 J/s. Sedangkan analisa nilai perpindahan panas di ruang pengering pada saat kondisi kosong melalui proses konveksi dengan suhu rata-rata maksimum jam 12.00 WIB menggunakan persamaan 2.9 adalah: Diketahui: h
: 0.595 x104
A
:2m
∆T
: 15 C
o
Ditanya: q Penyelesaian: q
=
0.595 x10 4 x 2 x15 = 17,85 x10 4 J/s
Nilai perpindahan panas di ruang pengering pada kondisi kosong sebesar 4
17.85x10 J/s.
Tabel 4.14 sebaran suhu rata-rata pada saat kondisi alat pengering kosong Waktu T luar T dalam 08.00
28,6
38,2
09.00
32,8
46,4
10.00
39
52,4
11.00
44,4
58,8
12.00
47,4
62,4
13.00
42,2
56,8
14.00
35,2
49,2
15.00
30,8
41,6
16.00
28,2
33,8
17.00
25
28
sebaran suhu rata-rata perjam 70 60 50 u 40 h u s 30
20 10 0 08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
jam T luar
T dalam
Grafik. 4.12 Sebaran suhu rata-rata perjam dalam kondisi alat pengering kosong
4.3 Kecepatan Aliran Udara
Kecepatan udara yang masuk dan yang keluar juga membantu proses dalam mempercepat proses pengeringan. Oleh karena itu dipasang fan/blower yang
dapat membantu mengsirkulasikan udara yang masuk dan yang keluar sehingga membantu mempercepat proses pengeringan. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan kecepatan aliran udara yang masuk sebesar 2.01 m/s kemudian naik sehingga kecepatan aliran udara yang keluar menjadi 5.02 m/s. Hal ini seperti yang telah dijelaskan diatas karena pengering ini menggunakan fan / blower sehingga menghasilkan kecepatan aliran udara sedangkan kecepatan aliran udara yang berada di tengah-tengah lebih rendah. Keadaan ini disebabkan karena aliaran udara dari hembusan maupun hisapan blower akan terhalang oleh rak-rak yang ada di dekat blower serta kemungkinan adanya kebocoran pada pintu-pintu ruang pengering. Keuntungan dari semakin cepatnnya aliran udara akan membantu dalam mempercepat proses pengeringan, karena semakin cepat aliran udara semakin cepat juga udara membawa uap air dari bahan.
4.4 Efesiensi Alat Pengering
Efisiensi pengeringan merupakan perbandingan antara energi yang diserap oleh alat pengering dengan energi yang dipakai selama proses pengeringan. Nilai efisiensi diambil dari nilai suhu yang paling baik selama proses pengamatan. Rumus yang digunakan adalah: η =
η =
qs q p
x100%
5.28 1.14 x10 − 2
x100%
=
4.6%
4.5 Analisa Matahari Dalam Perspektif Al-Qur'an Dan Fisika
Matahari dalam bahasa Al-Quran menggunakan kata Asy-Syams yang berarti matahari. Sebagaimana dalam firman Allah:
š } ôϑ ¤±9 ρ#$u ‘$ u γ y ¨Ψ9 ρ#$u Ÿ≅ ø‹©9 #$ ãΝ à69s t ¤‚™y ρu Î û āχ Î) 3 ÿÍν Ì øΒ Î'r / N7 ≡t ¤‚¡ | ãΒ ãΠθ àf‘Ζ 9 ρ#$u ( t ϑ y )s ø9 ρ#$u § Ï9 ≡Œs ’ ∩⊇⊄∪ š χ èθ = É) ÷èƒt 5 Θ θ ö )s Ïj9 ; M ≈ ƒt Uψ "Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya)." (An-Nahl: 12)
Ilmu pengetahuan juga menerangkan bahwa matahari adalah planet yang berpijar, memancarkan cahayanya kepada planet-planet lain. Termasuk bulan yang pada waktu malam kelihatan bercahaya, sebenarnya bulan bukan sumber cahaya. Tetapi bulan sebagai pemantul sinar yang datang dari matahari ke planet bumi ini. Tepat sekali istilah al-Qur’an yang mengatakan bahwa bulan itu adalah nur (cahaya) bukan siraaj (pelita), karena bulan adalah benda yang tidak
mengeluarkan nyala api, atau dapat dikatakan bahwa bulan adalah satelit bumi yang gelap. Hal ini ditunjukan Allah dalam al-Quran:
u Å § } ôϑ¤± 9#$ Ÿ≅è y _ y ρu Y ‘# çθ Ρ ∩⊇∉∪ [% ` # £ Íκ Ïù t ϑ y )s ø9 #$ Ÿ≅ è y _ y ρu "Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?." (Nuh: 16)
Kata sirojaa (pelita) yang berarti sumber cahaya yang dapat menimbulkan cahaya dengan sendirinya, bukan memantulkan cahaya yang datang dari benda lain. Matahari bagaikan pelita, artinya memproduksi sendiri panas dan cahaya, kemudian menyinari sekelilingnya.
Dalam ayat lain Allah mempertegas ayat tersebut di atas melalui surat AnNaba' ayat 13:
u Å $ Ζu ù= è y _ y ρu ∩⊇⊂∪ [% `$ ¨δ ρu [% ` # ”dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari)” (QS. An-
Naba:13). Ayat di atas memberikan definisi yang tepat untuk kata dhiya' (sinar) dan nur (cahaya) yang dalam bahasa arab kedua kata tersebut digunakan untuk
menunjuk sesuatu yang memancar dari benda yang terang dan membantu manusia untuk dapat melihat benda-benda yang melalui pancaran itu. Seperti matahari sebagai pusat benda angkasa yang berenergi sangat besar, hidrogen terus menerus berubah menjadi helium. Setiap detik 616 milyar ton hidrogen berubah menjadi 612 miliar ton helium. Selama sedetik itu, energi yang dihasilkan sebanding dengan ledakan 500 juta bom atom. Selain itu matahari dianggap benda hitam yang berpijar pada temperatur 6000 kelvin dan energi yang dipancarkannya berupa gelombang elektromagnetik yang menyebar kesegala arah. Karena benda hitam pada temperatur tertentu dapat mengemisikan radiasi dalam jumlah makasimum yang mencakup semua panjang gelombang, maka spektrum sinar matahari merupakan spektrum yang komplit. Matahari merupakan pusat tata surya dan sumber energi bagi segala bagi kehidupan dibumi. Matahari adalah suatu bola gas panas, merupakan bintang terdekat dengan bumi dengan jarak purata 149,680,000 kilometer (93,026,724 batu). Matahari dan sembilan buah planet membentuk sistem surya. Matahari mempunyai diameter 1,391,980 kilometer dengan suhu permukaan 5,500 °C dan
suhu teras 15 juta °C. Cahaya daripada matahari memakan masa 8 menit untuk sampai ke bumi dan cahaya yang terang ini dapat mengakibatkan kebutaan bagi yang memandang terus kepada matahari. Oleh karena itu matahari yang mempunyai energi yang sangat besar dari sinar yang dihasilkannya dan juga dengan temperatur yang sangat tinggi seperti yang disebutkan di atas mempunyai banyak manfaat bagi kelangsungan hidup dibumi ini. Salah satu yang sederhana matahari dapat diambil manfaatnya untuk proses pengeringan hasil pertanian seperti cabai merah. Pada penelitian ini telah dibuktikan manfaat yang dihasilkan oleh matahari yaitu menghasilkan energi radiasi. Pada penelitian ini energi radiasi yang dihasilkan oleh matahari diserap oleh kolektor surya. Kolektor surya merupakan sebuah kotak yang mampu menyerap sinar matahari, sehingga dapat meningkatkan suhu dalam kotak tersebut. Panas di dalam kotak kolektor tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan salah satunya bisa untuk pengering dalam bidang pertanian. Proses pengeringan yang memanfaatkan matahari dengan menggunakan kolektor surya dapat menyerap suhu yang panas sehingga mampu mengeringkan hasil pertanian seperti cabai merah. Alat pengering dengan memanfaatkan energi radiasi matahari yang diserap oleh kolektor surya mampu mengeringkan cabai merah dalam waktu yang relatif singkat dan menghasilkan cabai merah kering berkualitas dibandingkan dengan pengeringan secara manual yang membutuhkan waktu lebih lama atau alat pengeringan dengan bantuan minyak yang mana jauh lebih mahal dibanding dengan alat pengering tipe rak dengan kolektor surya yang jauh lebih murah.
Terkait dengan penelitian karya ilmiah di atas dalam integrasi sains dan Al-Qur'an hendaknya kita dapat menjadi seorang yang ulul albab. Ditinjau dari pengertian lughawi, kata Albab adalah bentuk jamak dari kata lubb yang berarti saripati sesuatu. Sehingga ulul albab adalah orang-orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi oleh ide-ide yang menimbulkan kerancuan dalam berfikir. (Shihab: 2000) Ulul albab adalah intelektual muslim yang tangguh, yang tidak hanya memiliki ketajaman analisis obyektif, tetapi juga subjektif. Atau dapat juga dikatakan bahwa ulul albab adalah intelektual yang memiliki ketajaman analisis terhadap gejala dan proses alamiah dengan metode ilmiah induktif dan dedukatif, serta intelek yang membangun kepribadiannya dengan dzikir dalam keadaan dan situasi apapun, sehingga mampu memanfaatkan gejala, proses, dan sarana alamiah ini untuk kemaslahatan dan kebahagiaan seluruh umat. (Saefuddin,1987) Maka orang yang berzikir dan berfikir (secara murni) atau merenungkan tentang fenomena alam raya, maka akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Allah swt. Kata ulul albab dalam Al-Qur'an terulang sebanyak 16 kali. Salah satu surah yang terkait juga dengan penelitian ini adalah surah Az-Zumar: 21:
$ ¸ Î =Gt ƒ ø’ Y% æ ‘ö —y Îϵ/ ßl Ì ƒ Χ † øä Ο ¢ èO ÚÇ ‘ö F{ $# † Î û ì y ΋ 6 ≈ o Ψ ƒt …µç 3 s n= ¡ | ùs [ $!Βt Ï $!ϑ y ¡¡9 #$ z ÏΒ Αt “ t Ρ&r ©! $# ¨β&r t ?s öΝ 9s &r ∩⊄⊇∪ = É ≈ 7t ø9 F{ $# ’ < ρÍ' {T 3“ t . ø Ï% ! s š Î û ¨β Î) 4 $ ¸ϑ≈ Üs m ã … éã& # è y † øg s Ο ¢ èO #v x óÁ ãΒ çµ 1 I u t ùs ßk Î Šγ ƒt §Ν èO … çµç Ρ θ ≡u ø9&r Ï9 ≡Œs ’ "Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacammacam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal".
Keterkaitan surah az-Zumar ayat 21 dengan penelitian ini adalah di mana manusia ditutut untuk mengetahui dan dapat mengambil manfaat yang telah diciptakan Allah SWT di sekitar kita. Contohnya adalah Allah telah menciptakan Matahari tentunya tidak hanya sekedar diciptakan tanpa ada manfaatnya. Manusia hendaknya berfikir dengan manfaat yang dapat diambil dari matahari betapa besar kekuasaan dan kasih sayang Allah kepada hambanya. Manusia dapat mengambil banyak manfaat matahari salah satunya adalah untuk mengeringkan hasil panen seperti padi, jangung, cabai dan lain sebagainya. Untuk itulah kita sebagi orang yang berilmu hendaknya meneladari ciri-ciri sebagai seorang yang ulul albab dan menerapkannya untuk kemaslahatan umat. Salah satu karakteristik insan ulul Albab adalah orang yang selalu sadar akan kehadiran Tuhan dalam segala situasi dan kondisi, baik saat bekerja mupun beristirahat, dan berusaha mengenali Allah dengan kalbu (dzikir) serta mengenali alam semesta dengan akal (pikir), sehingga sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Allah SWT. Allah berfirman:
t Ï% ©! #$ ∩⊇⊃∪ = É ≈ 6t ø9 F{ $# ’ < ρÍ' [ {T ; M ≈ ƒt Uψ ‘$ Í p ]9κ ¨ ρ#$u È≅ øŠ©9 #$ #≈ É n= ÏF z÷ $ ρ#u ÚÇ ‘ö F{ $ ρ#u NÏ θ≈ ≡u ϑ y ¡¡ 9#$ , È zù= y ’ Î û āχ Î)
Ç ‘ö F{ $ ρ#u NÏ θ≈ ≡u Κu ¡¡9 #$ , È zù= y ’ Î û βt ρ ã¤6 x Gt ƒt ρu öΝ Îγ Î/ θ ãΖ _ ã 4’ n ? ãt ρu Y#Š θ èãè% ρu $ Vϑ≈ Šu Ï% ©! $# βt ρ ã . ä õ‹ ƒt $ Βt $ −Ζu / ‘u Ú | ø) n z ∩⊇⊇∪ ‘$ = y Í ¨Ζ9 #$ >#z ‹ x ãt $ oΨ É) ùs 7 y oΨ ≈ s y ö6ß ™ WξÏÜ ≈ /t #‹ x ≈ δy M "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka." (QS. Ali 'Imron: 190-191)
Dengan adanya penelitian ini bahwasannya kita harus memiliki ciri-ciri seorang yang ulul albab, memikirkan akan kebesaran-kebesaran Allah dengan mengambil manfaat dari ciptaaNya. Karena tak ada satupun ciptaanNya yang siasia di muka bumi ini. Sebagai
sarjana
fisika
hendaknya
mempunyai
atau
meneladani
karakteristik ulul albab. Seperti salah satunya adalah seorang yang giat melakukan kajian dan penelitian sesuai dengan bidangnya dan berusaha menghindari fitnah dan malapetaka dari proses dan hasil kajian atau penelitiannya. Selain itu juga sarjana fisika yang ulul albab ia akan suka merenungkan dan mengkaji ayat-ayat Allah baik yang tanziliyah (Wahyu) maupun yang kauniyah (alam semesta), dan berusaha mengungkapkan pelajaran darinya. Jadi seorang sarjana fisika yang ulul albab ia akan terus mengkaji dan melakukan penelitian-penelitian yang mana hasilnya akan digunakan untuk kemaslahatan umat dan dari hasil kajian atau penelitiannya ia mampu mengungkapkan atau mengintegrasikan dengan al-Qur'an sehingga ia akan mengetahui Kebesaran dan Kekuasaan All ah SWT.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan hasil pembahasan di bab IV, dapat disimpulkan bahwa: 1. Alat pengering tipe rak dengan kolektor surya ini dapat dijadikan sebagai salah satu alat alternatif untuk mengeringkan hasil pertanian seperti cabai selain alat pengering yang sudah ada. 2. Alat pengering tipe rak dengan kolektor surya lebih efektif dibanding dengan pengeringan manual karena alat ini mampu mengeringkan lebih cepat dan memberikan hasil cabai kering yang baik. 3. Alat pengering tipe rak dengan kolektor surya ini lebih murah dibandingkan dengan alat pengering surya dengan minyak. Hal ini dikarenakan alat pengering ini lebih banyak mengandalkan energi matahari. Sedangkan bila dengan minyak, akan jauh lebih mahal karena harga minyak yang mahal. 4. Semakin besar intensitas radiasi matahari yang diterima oleh kolektor surya maka akan menghasilkan suhu yang besar pula sehingga proses pengeringan juga lebih cepat, selain itu juga dipengaruhi oleh kecepatan aliran udara yang dibatu oleh blower.
5.2 Saran
1. Pengambilan data sebaiknya ditambahkan pada pendistribusian panas di dalam ruang pengering dan juga dapat ditambah dengan membuat alat yang dapat mencatat suhu secara otomatis. 2. Untuk mempertahankan warna pada cabai kering dapat menggunakan zat pewarna yang baik selain natrium metabisulfit seperti Mg (OH) 2 0.4% atau dipsol. 3. Perlu diuji kembali dengan metode yang berbeda dan dengan bahan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Metode Pengeringan. http://jut3x.multiply.com/journal/item/5/Metode_Pengeringan. Buletin Teknopro Holtikultura. 2004 edisi 69. Arya Wardhana, Wisnu. 2004. Al-Qur’an dan Energi Nuklir. Pustaka Pelajar. Yogyakarta th Beiser, A. 1995. Concept of Modern Physics. 5 . Edition. Mc Grow Hill, New York.
I. Sandi, Adhi. 2008. Seri Agribisnis Cabai. Penebar Swadaya. Depok Jurnal Neutrino. 2008. Vol 1 No. 1. Fakultas Sains dan Teknologi. UIN malang Kordylas, J. Maud. 1991. Processing and preservation of Tropical and subtropical Foods. ELBS with Macmillan. British Mulyono, A & A. Abtokhi. 2006. Fisika dan Al-Qur’an. UIN Malang Press. Malang Mulyono, Agus. 2007. Cahaya di atas Cahaya. UIN Malang Press. Malang Rahmad, 2002. Uji Performansi Alat Pengering Energi Surya Pada Umbi Kentang. Skripsi jurusan teknik pertanian. Fakultas teknologi pertanian. UB Rohani, 2006. Rancang Bangun Sistem Pengering Cabai Merah Secara Elektrik. Libray Universitas Negeri Semarang Rubatzky, Vincent E. 1999. Sayuran Dunia : Prinsip, Produksi dan Gizi jilid 3. Penerbit ITB, Bandung Rukmana, Rahmad Ir. 1996. Seri Budi Daya Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Kanisius. Yogyakarta Suharto. 1991. Tekninologi Pengawetan pangan. Melton Putra. Jakarta Susilo Bambang dan Bambang D.A. 2002. Mesin Pengering Tipe Rak Dalam Catalog Mesin Pengolahan Hasil Pertanian. “open house” , MP-Fair tahun 2002, Universitas Brawijaya Sutopo. 2005. Pengantar Fisika Kuantum. UM Press
Taib, G Said, W. 1988. Operasi Pengering pada pengolahan Hasil pertanian. P.T Melton putra. Jakarta Tafsir Nurul Qur’an, 2006. Sebuah Tafsir Sederhana Menuju Cahaya alQur’an. Penerbit Al-Huda. Jakarta