TUGAS 1 EKOLOGI HUTAN
PREDATOR AND PREDATION
Disusun oleh : EKA FARMA INDARTO PUTRA (F2A113016) ADI WITOYO EKO .S (F2A113015)
JURUSAN MAGISTER ILMU KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Suatu
ekosistem
dicirikan
dengan
adanya
produsen,
konsumen
dan
dekomposer. produktivitas ekosistem, dan daur unsur diantaranya adalah nitrogen, karbon dan fosfor. Dalam ekosistem, produsen yang berupa tumbuhan merupakan makanan dari hewan-hewan herbivora (konsumen primer). Selanjutnya macammacam herbivora menjadi makanan dari hewan-hewan karnivora (konsumen sekunder). Hewan-hewan karnivora dapat pula menjadi makanan dari hewan karnivora lain (konsumen tersier atau karnivora puncak ). Proses transfer energi makanan dari sumbernya (tumbuhan) melalui serangkaian proses makan dimakan disebut rantai makanan ( food chain). Proses saling memakan ini telah memunculkan hewan sebagai pemangsa (predator) dan hewan s ebagai mangsa (prey). Peran mangsa dan pemangsa serta proses pemangsaan merupakan hal yang sangat penting berkaitan pada kelangsungan suatu ekosistem, 1.2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini ialah untuk mengetahui peran predator dan predasi dalam suatu ekosistem.
BAB II PREDATOR DAN PREDASI
2.1. Interaksi Antar Spesies
Kemungkinan interaksi diantara setiap dua spesies yang hidup bersama-sama dalam suatu komunitas dirangkum dalam tabel di bawah ini.Untukmempermudah, digunakan pasangan tanda seperti +/-, untuk menyatakan pengaruh pada kepadatan populasi kedua spesies yang terlibat dalam masing-masing interaksi. Sebagai contoh simbiosis mutualisme adalah interaksi +/+, yang berarti bahwa kepadatan masingmasing spesies meningkat dengan kehadiran spesies yang lain. Pemangsaan merupakan suatu contoh interaksi +/-, dengan pengaruh positif pada kepadatan populasi satu spesies (pemangsa) dan pengaruh negatif pada kepadatan populasi lain (mangsa). Tabel Interaksi Antar Spesies Interaksi
Pengaruh Pada Kepadatan Populasi
Predasi/Pemangsaan (+/-) Interaksi itu menguntungkan bagi satu (termasuk parasitisme) spesies dan merugikan bagi spesies yang lain Kompetisi (-/-) Komensalisme (+/0)
Mutualisme (+/+)
Interaksi itu merugikan bagi kedua spesies Satu spesies diuntungkan dari interaksi itu akan tetapi spesies yang lainnya tidak terpengaruh Interaksi itu menguntungkan bagi kedua spesies
2.2. Pemangsaan (predasi).
Terdapat banyak makhluk dengan jumlah yang sangat bervariasi dan dengan fungsi yang berbeda-beda dalam suatu ekosistem. Contohnya jika pada suatu tempat ada kawanan singa dan kawanan zebra. Disini kawanan singa berperan sebagai pemangsa atau predator sedangkan kawanan zebra ini beperan sebagai mangsa. Hubungan antara pemangsa (predator) dan mangsa sangat erat kaitannya, jika salah satunya pincang maka fungsi ekosistem akan terganggu. Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita.Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Setiap ekosistem baik di darat maupun perairan memiliki spesies ganas, walaupun tentunya lingkungan mungkin juga kekurangan jenis predator. Predasi merupakan jenis interaksi makan dan dimakan. Pada predasi, umumnya satu spesies memakan spesies lainnya. Ada juga beberapa hewan memangsa sesama jenisnya (sifat kanibalisme). Makhluk hidup yang memakan disebut pemangsa ( predator ), sedangkan makhluk hidup yang dimakan disebut mangsa ( prey). Predasi tidak terbatas antar hewan, tetap juga dapat terjadi pada herbivora dan tumbuhan. Pada predasi antar hewan, predator kebanyakan berukuran lebih besar dari pada mangsanya. Pemangsa
biasanya karnivora (pemakan
daging)
atau omnivora (pemakan
tanaman dan hewan lain).Karnivora adalah jenis binatang yang memakan makanan yang berasal dari tubuh hewan lainnya seperti daging, darah, dan sebagainya.Hewan
ini disebut juga sebagai hewan predator. Contoh hewan karnivora adalah singa, macan, harimau, cheetah, piranha, burung bangkai, burung pemakan serangga, ikan arwana, dan lain sebagainya. Banyak adaptasi penting pencarian makanan pada pemangsa sudah jelas dan kita kenal dengan baik.Sebagian pemangsa memiliki indera yang sangat tajam yang membuat
mereka
dapat
menemukan
dan
mengidentifikasi
mangsa
yang
potensial.Selain itu, banyak pemangsa memiliki adaptasi seperti kuku, geligi, gigi taring, sengat atau racun yang membantu menangkap dan memotong-motong makanan menjadi lebih kecil, atau hanya sekedar mengunyah organisme yang mereka makan. Ular derik dan pit viper lainnya, misalnya, menemukan lokasi mangsanya dengan suatu alat indera perasa panas yang terletak di antar mata dan lubang hidung, dan ular tersebut membunuh burung dan mamalia kecil dengan cara menyuntikan racun melalui giginya. Dengan cara yang sama, banyak serangga herbivora menemukan dengan tepat lokasi tumbuhan yang merupakan makanannya, dengan menggunakan sensor kimiawi pada kakinya, dan bagian mulutnya telah teradaptasi untuk memotong-motong tubuh yang keras. Pemangsa yang mengejar mangsanya umumnya cepat dan gesit, sementara pemangsa yang diam dalam keadaan siap menerkam mangsanya , seringkali menyamarka diri dalam lingkungannya.
Gambar 2.1 Pemangsaan (predasi)
2.3. Parasitisme sebagai bentuk interaksi +/-
Interaksi populasi yang paling jelas terlihat adalah yang melibatkan pemangsaan (predasi), dimana seeokor pemangsa (predator) memakan mangsa (prey) nya. Meskipun sebagian besar banyak yang mehubungkan pemangsaan dengan jenis interaksi yang digambarkan oleh singa memakan zebra, terdapat jenis interaksi +/ penting lainnya yaitu parasitisme. Parasitisme, melibatkan jenis pemangsa khusus yang disebut parasit, yang hidup di bagian luar atau di dalam inangnya. Parasit jarang membunuh inangnya secara langsung. Dalam parasitoidisme, serangga, umumnya adalah tawon kecil, meletakan telurnya di atasinang yang hidup, larva itu kemudian memangsa bagian dalam tubuh inang, yang akhirnya menyebabkan kematian inang tersebut. Herbivori (herbivory) terjadi ketika hewan memakan tumbuhan, dan hal tersebut dimasukan sebagai bentuk pemangsaan. Herbivori dapat membunuh keseluruhan organisme , misalnya jika yang dimakan ialah biji, akan tetapi jenis herbivoru yang disebut
merumput umumnya tidak membunuh tumbuhan dan sesungguhnya lebih mirip dengan parasitisme dibandingkan dengan pemangsaan. Sementara semua interaksi tersebut di atas melibatkan satu jenis organisme yang memakan organisme lain, pengaruh negatif pada beberapa interaksi +/- tidak selalu disebabkan oleh pengambilan atau pencarian makanan, tetapi ada juga jenis parasit pengeraman (breed parasition).
Gambar 2.2. Parasit Kutu Pemakan Lidah Ikan
2.4. Predator Puncak (Apex Predator) Bagi Ekosistem
Predator puncak ( apex predator) pada ekosistem ialah karena mereka hanya memiliki sedikit pemangsa alami. Contohnya ialah ikan hiu sebagai apex predator , hiu memangsa hewan-hewan dibawahnya pada jaring makanan, membantu mengatur dan menjaga keseimbangan ekosistem lautan. Apex predator secara langsung membatasi populasi dari mangsanya, yang mengakibatkan meregulasi spesies yang menjadi makanan mangsa hiu tersebut. Makanan dari kebanyakan pemangsa utama cukup beragam. Ini mengizinkan pemangsa utama untuk berganti mangsa saat
populasi mangsa tertentu rendah, sehingga mengizinkan spesies yang menjadi mangsa hiu tetap ada. Apex predator tidak hanya mempengaruhi dinamika populasi dengan mengkonsumsi mangsanya, tetapi mereka juga mengendalikan distribusi spasial dari potensi mangsanya dengan intimidasi. Ketakutan akan dimangsa oleh hiu menyebabkan beberapa spesies mengubah penggunaan habitat dan tingkat aktivitasnya, menyebabkan perubahan pada jumlah yang banyak pada lower trophic level . Predator utama mempengaruhi hewan lain dengan efek berantai pada
ekosistem, yang akhirnya mempengaruhi struktur komunitas. Dengan mencegah satu spesies memonopoli sebuah sumberdaya yang terbatas, predator meningkatkan keanekaragaman spesies dari ekosistem. Sederhananya, lebih banyak predator menyebabkan keanekaragaman spesies yang lebih besar . Perbandingan daerah dengan dan tanpa apex predator menunjukkan bahwa apex predator memberikan keanekaragaman ( Biodiversity) yang lebih besar dan kepadatan individual yang lebih banyak,
sementara
daerah
tanpa
apex
predator
mengalami
ketidakhadiran/ketidakadaan spesies. Tanpa Apex predator ada potensi kemungkinan pemangsaan oleh spesies predator yang lebih rendah, konsumsi berlebihan oleh mangsa herbivora dan meningkatnya kompetisi yang pada akhirnya mempengaruhi kekayaan dan berlimpahnya spesies pada sistem . Apex predator, termasuk banyak spesies Hiu, adalah komponen yang sangat dibutuhkan untuk menjaga sebuah ekosistem yang kompleks penuh keanekaragaman dan kehidupan. Sebagai tambahan dari fungsi pengaturan berlimpahnya spesies, distibusi dan keanekaragaman, predator utama menyediakan sumber makanan yang
esensial bagi spesies pemakan bangkai dan memangsa individual yang lemah dan sakit dari populasi mangsa . 2.5. Teknik Pertahanan Terhadap Pemangsa
Melalui pertemuan yang berulang-ulang dengan pemangs selama waktu evolusioner, berbagai adaptasi pertahanan telah berkembang pada spesies mangsa. Berikut beberapa sistem pertahanan terhadap pemangsa, yaitu s ebagai berikut: 2.5.1. Pertahanan Tumbuhan terhadap Herbivora
Herbivora tidak selalu mengkonsumsi seluruh tumbuhan, sedemikian rupa sehingga dampaknya pada kepadatan mangsa sangat berbeda dengan yang terjadi pada pemangsa yang mengkonsumsi seluruh mangsanya, namun demikian, jika jaringan tumbuhan; batang, daun, kulit dan getah disingkirkan, biasanya ketahanan hidup dan kemampuan tumbuhan untuk bertahan hidup terpengaruh, dan tumbuhan memperlihatkan berbagai ragam adaptasi pertahanan melawan hewan yang mungkin memakannya. Banyak diantara pertahanan ini bersifat mekanis. Sebagai contoh duri mungkin bisa mengurungkan niat herbivora besar seperti vertebrata untuk memakan tumbuhan tersebut, dan sejumlah tumbuhan memiliki kristal mikroskopis dalam jaringannya, sulur atau duri pada daunnya, yang membuat tumbuhan itu menjadi sulit dimakan, meskipun bagi serangga kecil sekalipun.
Gambar 2.3. Pertahanan Tumbuhan
Banyak tumbuhan menghasilkan zat kimia yang berfungsi dalam pertahanan dengan cara membuat tumbuhan tersebut menjadi tidak enak rasanya atau membahayakan bagi seekor herbivora. Beberapa racun dan obat-obatan yang sudah sangat terkenal, kemungkinan bagi
tumbuhan
penghasilnya
berfungsi
sebagai
senjata
kimiawi
untuk
melawan
herbivora.Striknil yang dihasilkan oleh tumbuhan dari genus Strychnos; morfin dari opium poppy; nikotin yang dihasilkan oleh tembakau; dan digitoksin yang dihasilkan oleh tumbuhan foxylove. Senyawa pertahanan lain yang tidak beracun bagi manusia, tetapi mungkin rasanya tidak enak bagi herbivora, bertanggung jawab atas citarasaumum yang sudah dikenal, seperti pada kayu manis, cengkeh dan papermint. Beberapa tumbuhan bahkan menghasilkan zat kimia yang dapat disamakan dengan hormon serangga dan menyebabkan perkembangan abnormal pada beberapa serangga yang memakannya.
Pertahanan spesifik untuk populasi tumbuhan dapat bertindak sebagai alat selektif yang menimbulkan evolusi kontraadaptasi pada populasi herbivora.Rspon herbivora bisa menghlangkan pertahanan tumbuhan dan memungkinkan generasi herbivora berikutnya untuk memakan keturunan populasi tumbuhan tertuanya. Sebagai contoh , banyak serangga seperti larva Heliconius yang dapat menyerap atau
mendetiksifikasi senyawa tertentu yang dihasilkan oleh tumbuhan. Beberapa serangga bahkan menyimpan racun tumbuhan dan menggunakannya dalam pertahanan melawan pemangsanya sendiri.Meskipun pertahanan suatu tumbuhan bisa membatasi jumlah spesies herbivora yang dapat memakan tumbuhan tersebut, herbivora tersebut harus makan untuk bereproduksi, dan seleksi untuk mengatasi pertahanan tumbuhan itu sangat kuat. Dengan demikian , tidak ada pertahanan tumbuhan yang mungkin menyediakan perlindungan untuk selamanya. 2.5.2. Pertahanan Hewan Melawan Pemangsa
Hewan-hewan dapat menghindar agar tidak dimakan oleh pemangsanya dengan menggunakan pertahanan pasif, seperti bersembunyi, atau pertahanan aktif, seperti melarikan diri atau membela dirinya dari serangan pemangsa. Melarikan diri adalah respon anti pemangsa yang umum, meskipun tindakan itu bisa membutuhkan energi yang sangat banyak. Banyak hewan melarikan diri ke dalam suatu tempat perlindungan dan menghindar supaya tidak tertangkap tanpa mengeluarkan banyak energi yang diperlukan untuk berlari yang lama dan jauh. Pertahanan diri yang aktif agak kurang umum, meskipun banyak mamalia perumput besar, dengan keras akan membela anaknya dari pemangsa seperti singa. Perilaku pertahanan lainnya meliputi suara peringatan, yang seringkali membuat banyak individu spesies mangsa berkumpul,yang membuat pemangsa jadi terkepung. Pengepungan mungkin berupa penggangguan dari jarak yang aman, atau penyerangan langsung. Perilaku pengganggu atau mengalihkan perhatian akan mengarahkan perhatian pemangsa menjauhi seekor mangsa yang sangat rentan, seperti anak burung, menuju mangsa potensial lainnya yang lebihbesar kemungkinannya bisa melarikan diri, seperti induk burung itu.
Banyak pertahanan lain mengandalkan pola pewarnaan adaptif, yang telah dievolusikan secara berualang-ulang di antara hewan. Penyamaran (kamuflase), yang disebut pewarnaan tersamar adalah pertahanan pasif yang membuat calon mangsasulit ditemukan karena warna latar belakangnya yang hampir sama. Seekor hewan yang menyamar hanya perlu tetap diam di atas substrat yang sesuai untuk menghindari ditemukan oleh pemangsanya.Bentuk seekor hewan dapat juga membantu penyamarannya (contoh bentuk penyamaran ikan seperti rumput laut). Penandaan yang mengecoh adalah bentuk lain pewarnaan adaptif. Mata besar palsu, atau kepala bohongan bisa mengelabuhi pemangsa untuk sementara waktu., yang memungkinkan mangsanya melarikan diri, atau mereka bisa menginduksi pemangsa menyerang suatu bagian tubuh yang tak penting. Beberapa hewan memiliki pertahanan mekanis atau pertahanan kimiawi melawan calon pemangsa. Sebagian besar pemangsa enggan memakan sigung dan landak yang sudah terkenal pertahanannya. Beberapa hewan, seperti kecebong dan katak beracun, dapat menghasilkan racun. Hewan lainnya mendapatkan pertahanan kimiawi secara pasif dengan mengumpulkan racun dari tumbuhan yang mereka makan. Larva kupu-kupu raja merupakan satu contoh yang mengumpulkan racun dari tumbuhan. Secara luar biasa, racun itu tetap dipertahankan selama metamorphosis dan tetap ditemukan pada kupu-kupu dewasa. Burung-burung yang memakan kupu-kupu raja akan memuntahkan kembali mangsanya dan dengan segera belajar untuk menghindaqri memakan species serangga tersebut. Akan tetapi perlindungan ini bukanlah merupakan perlindungan yang pasti berhasil; kupu-kupu raja masih tetap rentan terhadap pemangsaan oleh banyak serangga
pemangsa atau serangga parasitoid, dan bahkan oleh beberapa hewan mamalia, seperti mencit. Hewan dengan pertahanan kimiami yang efektif seringkali berwarna sangat cerah, suatu peringatan bagi pemangsa yang dikenal sebagai pewarnaan aposematik (aposematic coloration). Pewarnaan peringatan ini kelihatannya bersifat adaptif; terdapat bukti-bukti bahwa pemangsa lebih waspada menghadapi pola pewarnaan cerah pada calon mangsa, barangkali karena begitu banyak hewan aposematik yang cenderung menjadi mangsa yang sangat membahayakan. Dalam suatu contoh evolusi konvergen, hewan yang tidak enak dimakan dalam beberapa rasa yang berbeda memiliki pola pewarnaan yang serupa – hitam dengan kuning atau garis merah menandakan hewan yang tidak dapat dimakan seperti beragam tawon jaket-kuning dan ular batu. Mimikri. Suatau pemangsa atau spesies mangasa bisa mendapatkan keuntungan yang berarti melalui mimikri, suatau peristiwa dimana peniru menghasilkan kemiripan superficial dengan species lain, species yang menjadi model peniruannya. Mimikri pertahanan pada mangsa seringkali melibatkan model aposematik. Sementara banyak contoh-contoh mimikri di mana peniru dan model berhubungan sepertiseekor kupu-kupu yang meniru kupu-kupu lain, mimikri dapat juga melintasi garis taksonomik yang luas. Dalam mimikri Bastesian, suatu spesies yang dapat dimakan atau yang tidak berbahaya meniru model yang yang tidak dapat dimakan atau yang berbahaya. Dalam suatau contoh yang menarik, larva hawkmoth akan menggelembungkan kepala seekor ular berbisa kecil lengkap dengan matanya. Mimikri itu bahkan
melibatkan perilaku; larva menarik dan memajukan kepalanya dan mendesis seperti ular. Supaya mimikri Batesian menjadi efektif, jumlah model harusnya melebihi jumlah hewaqn peniru; kalau tidak pemangsa akan mengetahui bahwa hewan dengan warna tertentu adalah baik untuk dimakan dan bukannya sebaliknya. Dalam mimikri Mullerian, dua atau lebih spesies yang berwarna aposematik yang tidak dapat dimakan sa;ling menirusatu sama lain. Barangkali setiap spesies memperoleh keuntungan tambahan, karena pengumpulan jumlah menyebabkan pemangsa mempelajari lebih cepat untuk menghindari setiap mangsa dengan suatau penampakan tertentu. Pemengsa juga menggunakan mimikri dalam berbagai cara. Sebagai contoh, beberapa kura-kura penggertak memiliki lidah yang mirip dengan cacing yang menggeliat-geliat, yang dengan demikian akan mengundang kehadiran ikan kecil; setiap ikan yang mencoba memakan “umpan” itu dimakan secara cepat oleh kurakura, karena rahang kura-kura itu akan menutup secara seketika.
Gambar 2.4. Pertahanan Hewan mangsa
DAFTAR PUSTAKA
Bolen, William. Wildlife Ecology And Management . Perason Education, Inc. New Jersey
Reece, Mitchell. 2000. Biologi - Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga.(Diakses pada http://books.google.co.id/books?id=x9OOphMNmxwC&printsec=frontcov er&hl=id#v=onepage&q&f=false http://nursamsirusmidin.blogspot.com/2013/07/predasi-dan-parasitisme.html http://ammarshadiq.web.id/blog/2014/01/13/mengapa-laut-yang-sehat membutuhkan-hiu/ http://www.artikelbagus.com/2012/07/predasi-biologi-sma-kelas12.html#ixzz3IMFscOyg