Tugas Kuliah Agama Empat Kesunyataan Mulia
Disusun oleh : Nama
: Jennifer Finnalia Husin Husin
NIM
: 04011381419164
Jurusan
: Pendidikan Dokter
Dosen Pengajar : Drs. Darwis Hidayat, MM
Fakultas Kedokteran Jurusan Pendidikan Dokter Palembang Universitas Sriwijaya
Bab I Pembukaan Hukum alam/universal (hukum kesunyataan) adalah hukum abadi yang berlaku dimana saja dan kapan saja, mengatasi waktu, tempat dan keadaan. Ketertiban alam semesta dan segala isinya tunduk oleh hukum ini. “Apakah Tathagata (Buddha) muncul di dunia ini atau tidak, Dharma (hukum kesunyataan) tetap ada” (Dhammaniyama sutta)
Empat Kesunyataan Mulia ( Cattari Ariya Saccani ) adalah ajaran Sang Buddha mengenai fakta yang tak dapat dibantah yang berhubungan dengan alam kehidupan manusia. Kesunyataan ini dalam bahasa Pali disebut : ARIYA SACCANI. Disebut begitu karena diungkapkan oleh seorang Ariya Agung, Sang Buddha Gotama. Saccani, Sacca, berarti apa yang sesungguhnya. Dalam bahasa sanskerta disebut Satya, artinya fakta yang tak dapat dibantah. Ciri-ciri hukum kesunyataan : 1. Berlaku di semua alam kehidupan (31 alam) 2. Berlaku melintasi ruang dan waktu 3. Berlaku bagi semua orang tanpa kecuali 4. Sanksinya alamiah, sebagai konsekuensi dari perbuatan sesorang Setiap orang akan menerima hasil dari perbuatannya. Tidak seorang pun dapat menyembunyikan diri atau menghindar dari segala akibat perbuatan jahat (Dhp. 127). Dalam buddhisme, tidak menempatkan hukum sebagai pembalasan demi keadilan. Hukum yang baik memiliki dasar moral yang dapat diterima s ecara universal dan mengandung unsur pendidikan. Berdasarkan kemanfaatan, penggunaan cara-cara menyakitkan kadang tak terelakkan. (Percakapan Buddha dengan Pangeran Abhaya, men genai anak yang tersedak. ( M. I, 395). Hukum Kesunyataan Mulia yang diajarkan sang Buddha :
Empat Kebenaran Mulia (Cattari Ariya Saccani)
Tiga Corak Universal (Tilakkhana)
Karma dan Kelahiran Kembali (Kamma dan Punabbhava)
Sebab Akibat Yang Saling Bergantungan (Paticcas amuppada)
Bab II Pembahasan Yang menjadi pokok ajaran Sang Buddha terletak pada Empat Kesunyataan Mulia ini yang Beliau babarkan dalam khotbah-Nya yang pertama kepada lima orang pertapa bekas teman seperjuangan-Nya di Isipatana (sekarang Sarnath) dekat Benares. Dalam khotbah ini yang dapat kita ketahui dari teks aslinya, Empat Kesunyataan Mulia ini dikhotbahkan tidak secara panjang lebar. Tetapi di bagian-bagian lain yang tidak terhitung jumlahnya, ajaran ini dibabarkan dan diterangkan berulang-ulang dengan lebih terperinci dan dengan berbagai macam cara. Kalau kita mempelajari Empat Kesunyataan Mulia dari keterangan dan perincian tersebut di atas, kita akan mendapat gambaran yang baik dan tepat tentang ajar an yang penting ini sesuai dengan teksnya yang asli. Tujuan sang Buddha mengajarkan hukum kesunyataan mulia adalah untuk memahami ajaran Buddha tentang penderitaan dan cara mengatasinya. Hukum Kesunyataan Mulia yang diajarkan sang Buddha :
Empat Kebenaran Mulia (Cattari Ariya Saccani)
Tiga Corak Universal (Tilakkhana)
Karma dan Kelahiran Kembali (Kamma dan Punabbhava)
Sebab Akibat Yang Saling Bergantungan (Paticcas amuppada)
Empat Kebenaran Mulia (Cattari Ariya Saccani) : 1. Ada Penderitaan (dukkha ariyasacca) 2. Ada sebab dari penderitaan (dukkhasamudaya ari ya sacca) 3. Ada akhir dari penderitaan (dukkhanirodha ariyasacca) 4. Ada jalan untuk mengakhiri dari penderitaan (dukkhanirodha gâminî patipadâ ari yasacca) yaitu Jalan Mulia berunsur Delapan (ariya atthangika magga).
Empat Kebenaran Mulia (Cattari Ariya Saccani) 1. Dukkha – dukkha ariyasacca Dukkha adalah penderitaan dan ketidakbahagiaan (dukkha) Setiap orang mengalami dukkha pada suatu saat dalam kehidupan mereka
Tiga Jenis Utama Dukkha: 1. Penderitaan Intrinsik ( Dukkha Dukkha) - Penderitaan badan & batin 2. Penderitaan Karena Perubahan (Viparinama Dukkha) - Penderitaan karena ”Anicca” 3. Penderitaan Karena Kondisi (Sankhara Dukkha) - Lima kelompok kehidupan adalah penderitaan (Samkhittena pancupadanakkhanda dukkha ) 2. Sebab dari dukkha Sebab utama => Tanha – nafsu keinginan (Keserakahan & Keegoisan)
Kami ingin lebih dari segalanya. Kita menjadi tidak bahagia dengan apa yang kita miliki. Selalu ada sesuatu yang lain akan membuat kita merasa lebih baik.
Keinginan (tanha) ada tiga yaitu: 1. Kamma tanha; Keinginan untuk kenikmatan sensual 2. Bhava tanha; Keinginan untuk kenikmatan sensual yang terkait dengan pandangan eternalisme, (keabadian) 3. Vibhava tanha; Keinginan untuk kesenangan sensual dengan pandangan nihilisme, yaitu menikmati kesenangan dengan berpikir bahwa segala sesuatu binasa /lenyap setelah kematian. Adalah sudut pandang materialistik. Nafsu Keinginan adalah alami namun mengatasi nya sangat sulit. Tanha dan avijja merupakan faktor yang paling kuat di lingkaran samsara. Ketidaktahuan ditunjukkan sebagai penyebab dari masa lalu untuk masa saat ini, dan keinginan, penyebab saat ini untuk masa depan. 3. Akhir dari dukkha Melenyapkan tanha => menuju Nibbana
Kemudian Anda akan memiliki kebahagiaan yang sempurna. Ini adalah Pencerahan (Enlightenment-Buddha). 4. Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha Praktikkan jalan Mulia Berunsur Delapan. Jalan ini disebut juga Jalan Tengah. Jalan ini akan membimbingmu menuju kebahagiaan dan terbebas dari derita Jalan Mulia Berfaktor delapan dikelompokan menjadi tiga yaitu:
1. Silā (kemoralan), 2. Samadhi (konsentrasi), 3. Pañña (kebijaksanaan)
Tiga Corak Universal (Tilakkhana) 1. Sabbe Sankhara Anicca Segala yang terkondisi SELALU BERUBAH
2. Sabbe Sankhara Dukkha Segala yang terkondisi TIDAK MEMUASKAN
3. Sabbe Dhamma Anatta Segala fenomena TIADA INTI DIRI (Dhammapada 277, 278, 279 )
Hukum Karma (Vipaka) dan Kelahiran Kembali (Punabbhava) • Kamma = perbuatan/tindakan. Vipaka = akibat/hasil/buah •
Hukum sebab-akibat moral (ada implikasi moralnya).
•
Hukum sebab-akibat umum: Hukum Hetu-Phala
•
Bersifat universal, tak pandang-bulu, tak pilih-kasih, tak peduli percaya atau tidak, beragama atau tidak.
•
Hukum yang tidak memiliki penegak hukum ( impersonal).
•
Akibat tidak muncul sebagai imbalan atau hukuman.
Kamma tidak ditakdirkan sebelumnya. Kamma bukan kartu mati! Tidak semua yang kita alami merupakan karma kita.
Apa yang kita alami merupakan kombinasi aksi-reaksi yang tunduk pada berbagai jenis hukum/kaidah semesta ( Niyama) yang bekerja dalam dunia fisik dan mental: 1. Hukum Musim ( Utu-niyama)
berkaitan dengan asas fisik anorganik: fenomena musim 2. Hukum Benih (Bija-niyama)
berkaitan dengan asas benih/organik 3. Hukum Karma (Kamma-niyama)
berkaitan dengan kausal moral atau asas sebab-akibat 4. Hukum Pikiran (Citta-niyama)
berkaitan dengan proses kesadaran, kekuatan pikiran 5. Hukum Alam (Dhamma-niyama)
berkaitan dengan gravitasi, magnetis, gerakan gelombang
Semua makhluk adalah:
Pemilik karma-nya sendiri (kammassaka)
Pewaris karma-nya sendiri (kammadayada)
Lahir dari karma-nya sendiri (kammayoni)
Berhubungan dengan karma-nya sendiri (kammabhandu)
Terlindung oleh karma-nya sendiri (kammapatisarana)
Perbuatan menentukan apakah seseorang itu hina atau mulia.
( Majjhima Nikaya 135) Mengapa kita mengalami kelahiran berulang?
1. Nafsu keinginan terhadap kesenangan indrawi/duniawi ( Kama-tanha). 2. Nafsu keinginan untuk tetap eksis/hidup selamanya ( Bhava-tanha). 3. Nafsu keinginan untuk tidak eksis/lenyap/mati selamanya (Vibhava-tanha). Kekuatan karma yg dilandasi kegelapan batin (avijja)
Sebab Akibat Yang Saling Bergantungan (Paticcasamuppada) • Paticca = "disebabkan oleh" atau "bergantung pada" •
Samuppada = "kemunculan atau musabab"
• Paticca Samuppada = Musabab Yang Saling Bergantung • Paticca Samuppada adalah doktrin tentang proses kelahiran dan akhir penderitaan. • Paticca Samuppada bukan teori tentang asal mula kehidupan. “ D engan adanya ini, adalah itu. D engan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu. I masmin sati, idam hoti; I masmin asati, idam na hoti. ” PATICCA SAMUPPADA
Bergantung pada ketidaktahuan (avijja), muncul tindakan berkehendak ( sankhara).
Bergantung pada tindakan berkehendak, muncul kesadaran ( vinnana).
Bergantung pada kesadaran, muncul batin-jasmani (nama-rupa).
Bergantung pada batin-jasmani, muncul enam landasan indra ( salayatana).
Bergantung pada enam landasan indra, muncul kontak ( phassa).
Bergantung pada kontak, muncul perasaan (vedana).
Bergantung pada perasaan, muncul nafsu keinginan (tanha).
Bergantung pada nafsu keinginan, muncul kemelekatan ( upadana).
Bergantung pada kemelekatan, muncul proses dumadi ( bhava).
Bergantung pada proses dumadi, muncul kelahiran ( jati).
Bergantung pada kelahiran, muncul penuaan dan kematian ( jara-marana).
Bab III Kesimpulan Kesunyataan Mulia Pertama (Dukkha Ariyasacca) pada umumnya oleh hampir semua sarjana diterjemahkan sebagai “Kesunyataan Mulia Pertama tentang penderitaan” dan ini menurut anggapan mereka harus diartikan bahwa menurut paham Buddhis, penghidupan ini tidak lain daripada penderitaan dan kesakitan. Terjemahan dan arti yang diberikan itu kedua-duanya ternyata tidak memuaskan dan dapat menimbulkan kesalahpahaman. Dengan adanya terjemahan yang singkat dan bebas ini, banyak orang mendapat gambaran salah bahwa agama Buddha adalah pesimistis. Di sini dengan tegas dinyatakan bahwa agama Buddha bukan pesimistis dan juga bukan optimistis, tetapi yang benar adalah bahwa agama Buddha adalah agama yang realistis. Yaitu yang mengajar kita untuk melihat hidup dan kehidupan di dunia ini dengan cara realistis. Agama Buddha melihat benda-benda dan segala sesuatunya dengan obyektif (jathabhutang) dan tidak menggambarkan secara keliru dan bodoh bahwa “penghidupan ini sorga” dan juga tidak ingin menakut-nakutkan umatnya dengan berbagai macam hukuman dan dosa yang tidak masuk akal. Agama Buddha memberitahukan kepada Anda secara wajar dan tanpa tedeng aling-aling tentang siapa sebenarnya Anda dan apakah yang ada di sekeliling Anda dan juga menunjukkan jalan untuk mencapai kebebasan sempurna, ketenangan, keseimbangan dan kebahagiaan. Secara umum, hukum kesunyataan mulia yang diajarkan sang Buddha adalah :
Empat Kebenaran Mulia (Cattari Ariya Saccani) 1. Ada Penderitaan (dukkha ariyasacca) 2. Ada sebab dari penderitaan (dukkhasamudaya ari ya sacca) 3. Ada akhir dari penderitaan (dukkhanirodha ariyasacca) 4. Ada jalan untuk mengakhiri dari penderitaan (dukkhanirodha gâminî
patipadâ ariyasacca)
Tiga Corak Universal (Tilakkhana)
Karma dan Kelahiran Kembali (Kamma dan Punabbhava)
Sebab Akibat Yang Saling Bergantungan (Paticcasamuppada)
Bab IV Daftar Pustaka 1. http://ratnakumara.wordpress.com/2008/11/24/empat-kesunyataan-mulia/ 2. http://intisaribuddha.blogspot.com/2011/06/empat-kebenaran-mulia.html 3. http://www.tripitaka.info/index.php/empat-kesunyataan-mulia 4. http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/bab-iii-kesunyataan-mulia pertama-dukkha/ 5. Yayasan Dana Pendidikan Buddhis Nalanda Cetakan Kesembilan, 1994