TUGAS AKHIR
KELAYAKAN SUMBER MATA AIR BAGI PEMENUHAN AIR BERSIH MASYARAKAT PEDESAAN (Studi Kasus : Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo) Diajukan Kepada Universitas Teknologi Yogyakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Strata Satu Teknik Sipil
Disusun Oleh:
N. TRIO NUGROHO 5105111049
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2014
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak merupakan karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi lain, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, …. Juli 2014 Yang menyatakan,
N. TRIO NUGROHO 5105111049
iii
MOTTO
“FASTABIQUL KHOIROT” “Berlomba-lombalah dalam hal kebaikan” (QS. AL Baqarah : 148)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur atas segala karunia dan rahmat yang telah diberikan Allah SWT, sehingga Tugas Akhir ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu. Karya tulis ini penulis persembahkan untuk : 1) Allah SWT yang senantiasa melindungi dan menyertaiku dalam setiap langkah hidupku 2) Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan spiritual dan material untukku. 3) Kakak dan adikku tercinta. 4) Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil yang selalu mendukung kegiatanku di sipil UTY. 5) Serta teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
v
INTISARI
Air adalah salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting bagi masyarakat. Di wilayah Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo terdapat banyak sumber mata air yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Dengan dimanfaatkannya sumber mata air untuk memenuhi kebutuhan air bersih, maka perlu dilakukan pengujian kualitas air bersih yang bertujuan untuk menjamin kualitas air bersih di Kecamatan Kokap. Selain itu perlu juga dilakukan pengukuran debit mata air yang bertujuan untuk mengetahui mata air mampu untuk mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat Kecamatan Kokap. Penelitian mata air dilakukan dengan survei lokasi. Data yang diambil di lokasi antara lain data koordinat lokasi, keadaan sekitar mata air, pengambilan sampel air dan pengukuran debit pada setiap mata air. Analisis yang digunakan adalah analisis kualitas dan kuantitas mata air. Analisis kualitas mata air dari parameter fisik yaitu suhu, bau, rasa, kekeruhan, dan TDS. Analisis kuantitas yaitu mengacu pada debit mata air dan kebutuhan air bersih untuk domestik masyarakat. Dari hasil analisis keduanya akan dianalisis kelayakan sumber mata air bagi pemenuhan air bersih masyarakat di Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa mata air yang berada di Kecamatan Kokap ada 23 yang terletak di Desa Hargorejo, Hargowilis, Kalirejo, dan Hargotirto. Kualitas sebanyak 20 mata air layak digunakan sebagai penyedia air bersih ditinjau dari parameter fisik yaitu suhu, bau, rasa, kekeruhan, dan TDS. Ada 3 mata air yang memiliki kadar kekeruhan lebih dari 5 NTU yaitu Mata Air Sekandang I, Sekandang II, dan Pancuran. Kuantitas mata air di Kecamatan Kokap tidak layak untuk dijadikan sumber kebutuhan air bersih. Debit mata air yang ada saat ini adalah 14,6627 liter/detik, sedangkan kebutuhan air bersih untuk domestik adalah 45,8789 liter/detik.
Kata Kunci : Mata Air, Kelayakan, Parameter Fisik, Debit, Kebutuhan Air
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala ramat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “Kelayakan Sumber Mata Air Bagi Pemenuhan Air Bersih Masyarakat Pedesaan”. Tugas Akhir ini sesuai dengan kurikulum yang ada di Program Studi Teknik Sipil Fakultas Sains dn Teknologi Universitas Teknologi Yogyakarta sebagai salah satu syarat dalam menempuh jenjang kesarjanaan Strata 1. Selama penyusunan laporan Tugas Akhir penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, dorongan, dan bantuan yang sangat berarti dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1.
Bapak Prof. Bambang Hartadi, MM., PhD., CPA. Selaku Rektor Universitas Teknologi Yogyakarta
2.
Bapak Dr. Arief Hermawan, S.T., M.T, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.
3.
Bapak Adi Setiabudi Bawono, S.T., MT., selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil.
4.
Ibu Ratna Septi Hendrasari, S.T., M.Eng selaku Dosen Pembimbing.
5.
Segenap Dosen dan karyawan Fakultas Sains dan Teknologi.
6.
Bapak Sukijo Hasyim Abdulah dan Ibu Suratun selaku orang tua saya tercinta yang selalu memberikan dukungan finansial, spiritual dan moral dalam perjalanan menempuh gelar S1.
7.
Kakak dan adikku yang selalu memberi semangat dan mendukung segala aktivitasku dalam segala hal.
8.
Temanku Prisma O.G.S, Fendi, Ari, dan Arif yang telah membantuku survei.
9.
Teman-teman Teknik Sipil UTY angkatan 2010, yang selalu membantuku.
10. Teman-teman PARADHE, SELO UNITED, yang selalu memberikan rasa senang dan menjadi obat ketika saya sedang terpuruk. Pada akhirnya segala daya dan upaya serta kemampuan telah penulis curahkan sepenuhnya demi terselesaikannya laporan Tugas Akhir ini, namun vii
semua ini tidak pula terlepas dari segala kekurangan yang ada. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kebaikan laporan ini. Semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat.
Yogyakarta,
Juli 2014
N. TRIO NUGROHO
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................
iii
MOTTO ......................................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
v
INTISARI....................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR.................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1. Latar Belakang .........................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................
2
1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................
2
1.4. ManfaatPenelitian ....................................................................
3
1.5. Batasan Masalah.......................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................
4
2.1. Umum .....................................................................................
4
2.2. Penelitian Terdahulu ................................................................
4
2.3. Pengertian Air Bersih ..............................................................
6
2.4. Sumber Air ..............................................................................
6
BAB IIILANDASAN TEORI .....................................................................
7
3.1. Siklus Hidrologi ......................................................................
7
3.2. Air Tanah ................................................................................
8
3.3. Mata Air ..................................................................................
8
3.4. Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih ................................
9
3.4.1. Persyaratan Kualitas Air ditinjau dari Parameter Fisik ..
9
3.4.2. Persyaratan Kuantitas ...................................................
11
ix
3.5. Debit Mata Air ........................................................................
11
3.6. Kebutuhan Air Domestik .........................................................
12
3.7. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih................................................
13
BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN ...................................................
15
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ....................................................
15
4.2. Waktu Penelitian .....................................................................
17
4.3. Alur Penelitian.........................................................................
17
4.3.1. Studi Pustaka ................................................................
17
4.3.2. Survei Lokasi dan Pengumpulan Data ..........................
17
4.3.2.1.Survei Lokasi ....................................................
17
4.3.2.2. Pengumpulan Data ...........................................
18
4.3.3. Bahan dan Alat Penelitian ............................................
19
4.3.4. Pengolahan Data...........................................................
20
4.3.5. Analisis Kelayakan ......................................................
21
BAB VANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................................
23
5.1.Wilayah Penelitian ...................................................................
23
5.2. Mata Air danKoordinatLokasi .................................................
24
5.3. Situasi Daerah Sekitar Mata Air...............................................
25
5.4. Debit Mata Air ........................................................................
26
5.5. AnalisisKualitas Mata Air........................................................
29
5.6. AnalisisProyeksiKebutuhan Air ...............................................
30
5.6.1. JumlahPenduduk ..........................................................
30
5.6.2. Kebutuhan Air Bersih ...................................................
31
5.7. Pembahasan .............................................................................
32
5.8. Kualitas Mata Air Dari Parameter Fisik ...................................
34
5.9. Kebutuhan Air .........................................................................
37
5.10. Analisis Kelayakan ................................................................
38
5.10.1. KelayakanKualitas......................................................
38
5.10.2. KelayakanKuantitas....................................................
39
5.11. Sebaran Kebutuhan Air..........................................................
40
x
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................
42
6.1. Kesimpulan .............................................................................
42
6.2. Saran .......................................................................................
43
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
xv
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Kebutuhan Air Bersih Domestik Berdasarkan Kategori Kota........... 13 Tabel 5.1. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk .............................................. 23 Tabel 5.2 Mata Air dan Koordinat Lokasi ....................................................... 24 Tabel 5.3. Debit Mata Air ............................................................................... 28 Tabel 5.4. Kualitas Mata Air Ditinjau dari Parameter Fisik ............................. 29 Tabel 5.5. Perkiraan Jumlah penduduk Kecamatan Kokap .............................. 31 Tabel 5.6. Perkiraan Kebutuhan Air Bersih di Kecamatan Kokap.................... 32 Tabel 5.7 Waktu Pengambilan Sampel Air ...................................................... 34 Tabel 5.8 Perkiraan Sebaran Kebutuhan Air Bersih dan Debit Mata Air.......... 40
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Siklus Hidrologi .......................................................................
8
Gambar 4.1. Peta Lokasi Penelitain...............................................................
16
Gambar 4.2. Peta Kecamatan Kokap .............................................................
16
Gambar 4.3. Alur Penelitain..........................................................................
22
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1. Keadaan Sekitar Mata Air 2. Lampiran 2. Tabel Pengukuran Debit 3. Lampiran 3. Tabel Perhitungan Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Air Bersih 4. Lampiran 4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MEN.KES/PER/IX/1990 5. Lampiran 5. Badan Pusat Statistik 6. Lampiran 6. Gambar Pengambilan Sampel 7. Lampiran 7. Gambar Pengukuran Debit 8. Lampiran 8. Hasil Pemeriksaan Laboratorium 9. Lampiran 9. Alat Penelitian 10. Lampiran 10. Surat Izin Penelitian 11. Lampiran 11. Peta Lokasi Mata Air
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Air adalah salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting bagi masyarakat. Air digunakan untuk berbagai keperluan dalam kehidupan, seperti untuk memasak, minum, mencuci, dan mandi. Oleh karena itu, ketersediaan air sangat berpengaruh dalam mencapai kehidupan yang bersih dan sehat. Berdasarkan letaknya ada dua jenis sumber air, yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan adalah air yang berada di permukaan bumi, misalnya sungai, danau, dan waduk. Sedangkan air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah dapat diperoleh dengan cara menggali tanah/bor. Air tanah juga dapat secara alamiah keluar ke permukaan tanah yang disebut dengan mata air. Kabupaten Kulon Progo merupakan Kabupaten yang berada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah 58.627,512 ha yang terdiri dari 12 kecamatan dan 88 desa. Secara geografis Kabupaten Kulon Progo terbagi menjadi tiga bagian wilayah. Bagian utara merupakan wilayah dataran tinggi/pegunungan, meliputi Kecamatan Girimulyo, Kokap, Kalibawang, dan Samigaluh. Bagian tengah merupakan wilayah perbukitan, meliputi Kecamatan Nanggulan, Sentolo, Pengasih, dan sebagian Lendah. Bagian selatan merupakan wilayah dataran rendah, meliputi Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, dan sebagian Lendah.
1
2
Di wilayah Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo terdapat banyak sumber mata air yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Dengan dimanfaatkannya sumber mata air untuk memenuhi kebutuhan air bersih, maka perlu dilakukan pengujian kualitas air bersih yang bertujuan untuk menjamin kualitas air bersih di Kecamatan Kokap. Selain itu perlu juga dilakukan pengukuran debit mata air yang bertujuan untuk mengetahui mata air mampu untuk mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat Kecamatan Kokap. Semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan air bersih juga semakin meningkat. Dengan meningkatnya kebutuhan air bersih pada masyarakat, maka perlu mengadakan pengkajian/perhitungan kembali kebutuhan air bersih untuk Kecamatan Kokap pada saat sekarang dan 5 tahun mendatang (2019).
1.2. Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah : 1. Berapa jumlah dan posisi mata air di Kecamatan Kokap? 2. Bagaimana kelayakan sumber mata air ditinjau dari kualitas airnya? 3. Bagaimana kelayakan sumber mata air ditinjau dari kuantitas airnya? 4. Bagaimana kelayakan sumber mata air ditinjau dari kuantitas airnya pada 5 tahun mendatang (2019)?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah :
3
1. Untuk mengetahui jumlah dan posisi mata air yang ada di Kecamatan Kokap. 2. Untuk mengetahui kelayakan sumber mata air ditinjau dari kualitas airnya. 3. Untuk mengetahui kelayakan sumber mata air ditinjau dari debit airnya. 4. Untuk mengetahui kelayakan sumber mata air ditinjau dari kuantitas airnya pada 5 tahun mendatang (2019).
1.4. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat diantaranya adalah: 1. Memberikan masukan kepada instansi terkait penyediaan sumber mata air yang dilakukan untuk pengembangan pelayanan air bersih terutama di Kabupaten Kulon Progo. 2. Memberikan informasi tentang sumber mata air yang layak digunakan sebagai air bersih di Kabupaten Kulon Progo.
1.5. Batasan Masalah Batasan masalah dalam pembahasan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo. 2. Parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas air bersih adalah parameter fisik, yaitu bau, rasa, suhu, kekeruhan dan TDS.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum Air merupakan bagian dari sumber daya alam sekaligus juga sebagai bagian dari ekosistem. Kuantitas dan kualitasnya pada lokasi dan waktu tertentu tergantung dan dipengaruhi oleh berbagai hal, berbagai kepentingan dan berbagai tujuan. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, berbagai persoalan yang terkait dengan air atau sumber daya air telah dan terus berlangsung. Ketersediaan air cenderung menurun namun di lain pihak kebutuhan air semakin meningkat (Kodoatie dan Sjarief).
2.2. Penelitian Terdahulu Haryono, S., (2013), melakukan penelitian tentang kelayakan sumber mata air ditinjau dari parameter fisik sebagai sumber penyediaan air baku di Kabupaten Klaten. Kualitas mata air diteliti berdasarkan sampel mata air yang telah diambil dari seluruh mata air yang ada di Kabupaten Klaten. Masing-masing mata air dianalisis kualitasnya dari parameter fisik, yaitu suhu, bau, rasa,dan kekeruhan. Hasilnya kualitas mata air di Kabupaten Klaten sebagian besar memiliki kualitas yang baik ditinjau dari parameter fisik. Terdapat 2 mata air yang memiliki bau dan kekeruhan yaitu mata air Waduk Rowo Jombor dan mata air Ngruweng. Setiap tahun kebutuhan domestik masyarakat semakin bertambah. Bertambahnya kebutuhan domestik masyarakat disebabkan karena pertambahan jumlah 4
5
penduduk. Pada tahun 2010 jumlah penduduk adalah 1.129.862 jiwa dengan kebutuhan domestik 2.157,72 liter/detik. Pada tahun perencanaan 2020 perkiraan jumlah penduduk adalah 1.149.217 jiwa sehingga kebutuhan domestik masyarakat diperkirakan 2.194,69 liter/detik. Darmawan, R.A., (2006), potensi ketersediaan air (debit) didapat dengan melakukan pengukuran debit secara langsung pada mata air yang bersangkutan. Pengukuran potensi debit ini dilakukan di mata air Clikutuk Desa Sunyalangu Kecamatan Karanglewas, pada bulan Juni 2006. Dari hasil pengukuran potensi ketersediaan air (debit) di atas, diperoleh kesimpulan bahwa debit mata air Clikutuk Desa Sunyalangu Kecamatan Karanglewas adalah sebesar 3935,78 ml/dt atau sebesar 340.051,4 l/hr. Apabila kebutuhan air bersih masyarakat pedesaan adalah sebesar 30 l/orang/hr (Kimpraswil,2002), maka potensi debit mata air tersebut diperkirakan mampu memenuhi kebutuhan air bersih untuk 4.619 jiwa (2004). Hal ini berarti bahwa ketersediaan air sebesar 340.051,4 lt/hr lebih besar dari kebutuhan air masyarakat Desa Sunyalangu yaitu sekitar 138.570 lt/hr. Marhadiyanto, (2009), data penduduk diproyeksikan untuk memperoleh jumlah penduduk pada tahun yang diinginkan. Jumlah penduduk akan mempengaruhi kebutuhan air bersih. Untuk memproyeksikan penduduk, metode yang digunakan adalah proyeksi dengan metode linear. Dari proyeksi dengan metode linear didapat persamaan y = 83,35x – 16340. Dari persamaan tersebut, y merupakan jumlah penduduk, dan x merupakan tahun. Dengan persamaan tersebut dilakukan proyeksi penduduk sampai tahun 2019 yang. Hasilnya dengan perkiraan jumlah penduduk sebanyak 4.894 orang pada tahun 2019, kebutuhan air bersih
6
yang perlu dipenuhi dengan sistem penampungan air hujan adalah 264.222 liter per hari.
2.3. Pengertian Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik. (Ketentuan Umum Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990).
2.4. Sumber Air Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu sistem penyediaan air bersih tidak akan berfungsi. Macam-macam sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air minum antara lain air laut, air atmosfer (air hujan), air permukaan, air tanah, dan mata air. (Asmadi dkk, 2011 dalam Haryono. S., 2013)
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Siklus Hidrologi Siklus hidrologi merupakan proses kontinyu dimana air bergerak dari bumi ke atmosfer dan kemudian kembali ke bumi lagi. Gambar 2.1 menunjukkan siklus hidrologi. Air di permukaan tanah, sungai, danau dan laut menguap ke udara. Uap air tersebut bergerak dan naik ke atmosfer, yang kemudian mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air yang berbentuk awan. Selanjutnya titik-titik air tersebut jatuh sebagai hujan ke permukaan laut dan daratan. Hujan yang jatuh sebagian tertahan oleh tumbuh-tumbuhan (intersepsi) dan selebihnya sampai ke permukaan tanah. Sebagian air hujan yang sampai ke permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi) dan sebagian lainnya mengalir di atas permukaan tanah (aliran permukaan atau surface runoff) mengisi cekungan tanah, danau, dan masuk ke sungai dan akhirnya mengalir ke laut. Air yang meresap ke dalam tanah sebagian mengalir di dalam tanah (perkolasi) mengisi air tanah yang kemudian keluar sebagai mata air atau mengalir ke sungai. Akhirnya aliran air sungai akan sampai ke laut. Proses tersebut berlangsung terus menerus yang disebut dengan siklus hidrologi (Triatmojo, 2010).
7
8
Gambar 2.1. Siklus Hidrologi (Sumber : Haryono, 2013) 3.2. Air Tanah Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah terutama berasal dari air hujan yang jatuh di permukaan tanah dan sebagian besar meresap ke dalam tanah dan mengisi rongga-rongga di dalam tanah. Kandungan air tanah di dalam tanah tergantung struktur tanahnya. Air tanah terbagi atas air tanah dangkal dan air tanah dalam.
3.3. Mata Air Mata air yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Berdasarkan keluarnya mata air terbagi atas : 1) Rembesan dimana air keluar dari lereng-lereng 2) Umbul, dimana air keluar pada permukaan pada suatu dataran (Asmadi dkk, 2011 dalam Haryono. S., 2013)
9
3.4. Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih Sistem penyedian air bersih harus memenuhi beberapa persyaratan utama. Persyaratan tersebut meliputi persyaratan kualitas dan persyaratan kuantitas.
3.4.1. Persyaratan Kualitas Air ditinjau dari Parameter Fisik Kualitas air adalah karakteristik mutu yang dibutuhkan untuk pemanfaatan tertentu dari sumber-sumber air. Kualitas air yang baik harus memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam standar kualitas. Standar kualitas air bersih di
Indonesia
mengacu
pada
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.416/MEN.KES/PER/IX/1990 (Suryana H, 2013). Parameter fisik yang harus diketahui untuk sumber air yang akan dijadikan air baku atau untuk pengolahan selanjutnya adalah meliputi : 1) Rasa Kualitas air yang baik adalah tidak berasa. Rasa dapat ditimbulkan karena adanya zat organik atau bakteri/unsur lain yang masuk ke badan air. 2) Bau Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berbau karena bau ini dapat ditimbulkan oleh pembusukan zat organik seperti bakteri serta kemungkinan akibat tidak langsung dari pencemaran lingkungan terutama sistem sanitasi. 3) Suhu Secara umum kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan aktivitas biologi sehingga akan membentuk O2 lebih banyak lagi. Kenaikan suhu
10
perairan secara alamiah biasanya disebabkan oleh aktivitas penebangan vegetasi di sekitar sumber air tersebut, sehingga menyebabkan banyaknya cahaya matahari yang masuk tersebut mempengaruhi akuifer yang ada secara langsung atau tidak langsung. 4) Kekeruhan Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik, kekeruhan juga dapat mewakili warna. Sedang dari segi estetika kekeruhan air dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan sedang warna air tergantung pada warna buangan yang memasuki badan air. 5) Total Dissolved Solids (TDS) Total Dissolved Solids adalah bahan padat yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan pada suhu 103°C – 105°C dalam portable water kebanyakan bahan bakar terdapat dalam bentuk terlarut yang terdiri dari garam anorganik selain itu juga gas-gas yang terlarut. Kandungan total solids pada portable water biasanya berkisaran antara 20 sampai dengan 1000 mg/l dan sebagai suatu pedoman kekerasan dari air akan meningkatnya total solids, disamping itu pada semua bahan cair jumlah koloid yang tidak terlarut dan bahan yang tersuspensi akan meningkat sesuai derajat dari pencemaran. (Asmadi dkk, 2011 dalam Haryono S, 2013).
11
3.4.2. Persyaratan Kuantitas Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari debit mata air yang mengalir.
3.5. Debit Mata Air Debit adalah banyaknya air yang mengalir melalui saluran tiap satuan waktu. Secara matematis debit dapat ditulis dengan persamaan (3.1).
ܳ = ܸ ݔ ݇ ݔ ܣ.............................................................................................(3.1) Dimana: Q = debit aliran (liter/dt) A = luas penampang saluran (dm2) K = koefisien pelampung V = kecepatan aliran (dm/dt) Luas penampang saluran diperoleh dengan mengukur elevasi permukaan air dan dasar saluran. Kecepatan aliran diukur dengan menggunakan alat ukur kecepatan seperti pelampung, dihitung dari jarak lintasan dibagi waktu tempuh.
12
Kecepatan rata – rata yang diperoleh harus dikalikan koefisien pelampung. (Triatmojo, 2010). Nilai k tergantung dari jenis pelampung yang dipakai, dan dapat dihitung dengan persamaan (3.2).
k=
……………………………………….......(3.2)
Dimana: h = kedalaman pelampung yang terendam d = kedalaman air
3.6. Kebutuhan Air Domestik Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air bersih untuk pemenuhan kegiatan sehari – hari atau rumah tangga seperti untuk minum, masak, mandi, cuci, menyiram tanaman dan halaman. K Kebutuhan air domestik merupakan bagian terbesar dalam perencanaan kebutuhan air. Jumlah kebutuhan air domesti domestik ini dipengaruhi oleh faktor tor kebiasaan, pola dan tingkat kehidupan yang didukung oleh adanya perkembangan sosial ekonomi (Sirampun dkk, 2013). Kebutuhan air bersih untuk domestik ik dapat dilihat pada Tabel 3.1.
13
Tabel 3.1. Kebutuhan Air Bersih Untuk Domestik Berdasarkan Kategori Kota Jumlah Penduduk
Kebutuhan
(jiwa)
(liter/orang/hari)
No
Kategori Kota
1
Metropolitan
>1.000.000
170 – 190
2
Kota Besar
500.000 – 1.000.000
150 – 170
3
Kota Sedang
100.000 – 500.000
130 – 150
4
Kota Kecil
20.000 – 100.000
100 – 130
5
Kota Kecamatan
< 20.000
90 – 100
(Sumber : Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, 1997)
3.7. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Proyeksi kebutuhan air bersih yang diperlukan untuk suatu daerah pelayanan ditentukan berdasarkan jumlah penduduk dan kebutuhan air. 1) Jumlah Penduduk Dengan menggunakan salah satu metode proyeksi, diantaranya metode geometrik seperti persamaan (3.3). ܲ = ܲ(1 + )ݎ ...........................................................................................(3.3) Dimana: P = jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan (jiwa) Po = jumlah penduduk pada awal tahun perencanaan (jiwa) r = tingkat pertambahan penduduk per tahun (%) n = umur perencanaan (tahun)
14
2) Kebutuhan air Kebutuhan air total dihitung berdasarkan jumlah pemakai air yang telah diproyeksikan untuk 5 tahun mendatang. Kebutuhan total ini dipakai untuk mengetahui apakah sumber air yang dipilih dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Perhitungan
kebutuhan
air
ditentukan
dengan
dengan
persamaan (3.4). ܳ = ݔ q ....................................................................................................(3.4) Dimana : Q = kebutuhan air (liter/hari) q = kebutuhan air perorang per hari (liter/orang/hari) p = jumlah penduduk (jiwa) (Haryono, 2013)
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian sumber mata air dilakukan di Kabupaten Kulon Progo tepatnya di Kecamatan Kokap Kulon Progo Provinsi D.I. Yogyakarta. Kecamatan Kokap merupakan salah satu kecamatan dari 12 kecamatan di wilayah Kabupaten Kulon Progo. Kecamatan Kokap mempunyai luas wilayah 7.379,95 Ha yang terdiri dari 5 desa. Menurut topografi Kecamatan Kokap terletak di dataran tinggi / Perbukitan Menoreh dengan ketinggian 500 - 1000 meter di atas permukaan air laut. Secara geografis Kecamatan Kokap mempunyai batas wilayah sebagai berikut : Utara
: Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo
Timur : Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo Selatan : Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo Barat
: Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah
Peta lokasi penelitian dapat dilahat pada gambar 4.1 dan 4.2.
15
16
Lokasi Penelitian
Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian (Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo)
Gambar 4.2 Peta Kecamatan Kokap (Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo)
17
4.2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan sekitar 3 bulan yaitu pada bulan Februari – Mei 2014. Penelitian dimulai dari tahap persiapan sampai survei lapangan.
4.3. Alur Penelitian Alur penelitian adalah tahapan atau langkah-langkah yang akan dilakukan dengan menguraikan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian. Selain itu juga dilakukan identifikasi terhadap sumber mata air dengan cara mengambil sampel mata air.
4.3.1. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan kegiatan mencari literatur yang berkaitan dengan kelayakan sumber mata air bagi pemenuhan air bersih masyarakat pedesaan ditinjau dari kualitas dan kuantitas/debit. Literatur yang data digunakan adalah jurnal, laporan penelitian dan buku yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian.
4.3.2. Survei Lokasi dan Pengumpulan Data 4.3.2.1. Survei Lokasi Survei lokasi adalah kegiatan mengetahui sumber mata air yang ada di Kecamatan Kokap. Survai lokasi juga bertujuan untuk mengetahui jumlah mata air dan situasi daerah sekitar mata air.
18
4.3.2.2. Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan secara langsung di lokasi. Sedangkan data sekunder merupakan data-data pendukung yang diperoleh dari instansi. 1) Data primer a) Kualitas mata air Kualitas mata air diteliti berdasarkan sampel mata air yang telah diambil dari seluruh mata air yang ada di Kecamatan Kokap. Masing-masing mata air akan dianalisis kualitasnya dari parameter fisik. b) Debit air Debit air didapat dengan melakukan pengukuran debit secara langsung pada mata air yang bersangkutan. Berdasarkan kondisi mata airnya, pengukuran debit dilakukan dengan tiga cara yaitu : Cara 1 : Mengukur kecepatan dan luas penampang basah aliran. Cara 2 : Mengukur volume air dengan dengan cara ditampung dengan wadah. Cara 3 : Mengukur volume air pada kolam mata air. c) Koordinat lokasi Koordinat lokasi dilakukan untuk mengetahui letak mata air yang ada di Kecamatan Kokap.
19
d) Situasi daerah sekitar mata air Daerah sekitar mata air dapat mempengaruhi kualitas mata air sehingga situasi daerah sekitar mata air harus lebih diketahui agar dapat mengetahui penyebab pencemaran sumber mata air. e) Jumlah mata air Pencarian jumlah mata air berdasarkan dari observasi di lapangan. Penelitian dilaksanakan dengan wawancara dengan perangkat desa dan warga sekitar. 2) Data sekunder Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah penduduk. Data jumlah penduduk didapat dari hasil sensus penduduk oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo tahun 2010. Data penduduk digunakan untuk menghitung kebutuhan air masyarakat.
4.3.3. Bahan dan Alat Penelitian 1) Bahan yang digunakan adalah air dari sumber mata air yang ada di Kecamatan Kokap. 2) Alat penelitian a) Botol ukuran 600 ml Botol ukuran 600 ml digunakan untuk mengambil sampel mata air yang akan diteliti di seluruh mata air di Kecamatan Kokap.
20
b) Termometer Termometer digunakan untuk mengukur suhu sumber mata air dengan skala 1:10 c) Meteran Meteran digunakan untuk mengukur dimensi kolam dan saluran mata air. d) Handphone Nokia C1-01 Digunakan sebagai stopwatch untuk mengetahui waktu dalam mengukur debit. e) Handphone Lenovo A390 Handphone digunakan untuk menentukan koordinat letak sumber mata air. f) Kamera Digital BenQ DC C1220 Kamera digunakan untuk mengambil gambar mata air dan keadaan sekitar sumber mata air serta lokasi pengambilan sampel. g) Alat tulis Alat tulis digunakan untuk mencatat kegiatan penelitian dan keadaan sekitar sumber mata air yang mempengaruhinya.
4.3.4. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan cara analisa kualitas mata air dari parameter fisik dan analisis kebutuhan air.
21
1) Analisa Kualitas Mata Air dari Parameter Fisik Analisa yang dilakukan adalah dengan memeriksa sampel sumber mata air dari parameter fisik yaitu bau, rasa, suhu, kekeruhan, dan TDS. 2) Analisa Kebutuhan Air Analisa kebutuhan air dilakukan dengan cara mengetahui tingkat konsumsi air dan jumlah penduduk di Kecamatan Kokap.
4.3.5. Analisa Kelayakan Analisa kelayakan mengacu pada hasil analisa fisik dan kebutuhan air masyarakat di Kecamatan Kokap. Analisa fisik yang digunakan adalah sesuai dengan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.416/MEN.KES/PER/IX/1990. Kelayakan dari segi kuantitas mengacu pada kebutuhan masyarakat dan debit yang tersedia di mata air. Apabila debit air yang ada dapat mencukupi masyarakat, mata air dapat dikatakan layak untuk digunakan tetapi apabila debit air yang ada tidak dapat mencukupi masyarakat, mata air dapat dikatakan tidak layak untuk digunakan. Dari hasil analisa kelayakan dapat diambil suatu kesimpulan tentang kelayakan sumber mata air di Kecamatan Kokap untuk dijadikan sumber penyediaan air bersih.
Alur penelitian sumber mata air dapat dilihat pada Gambar 4.3.
22
MULAI
Studi Pustaka
Survei Lokasi & Pengumpulan Data
DataPrimer Primer Data
1. 2. 3.
Kualitas mata air dari parameter fisik Koordinat lokasi Situasi daerah sekitar
1. 2.
Jumlah mata air Debit
Data Sekunder Jumlah penduduk
Analisis Kebutuhan Air Bersih
Analisis Kualitas Mata Air dari parameter Fisik
Analisis Kuantitas
Analisis Kelayakan
Kesimpulan
Selesai Gambar 4.3 Alur Penelitian
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.1. Wilayah Penelitian Kabupaten Kulon Progo terdiri dari 12 Kecamatan yang memiliki luas wilayah 58.627,512 ha. Jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo adalah 388.755 jiwa pada tahun 2010. Kecamatan Kokap adalah salah satu kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Kulon Progo. Kecamatan Kokap terdiri atas 5 desa yang memiliki luas wilayah 7.379,950 ha. Jumlah penduduk Kecamatan Kokap adalah 31.172 jiwa pada tahun 2010. Luas wilayah dan jumlah penduduk Kecamatan Kokap dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk No
Kecamatan
Luas Wilayah (ha)
Jumlah Penduduk (jiwa)
1
Temon
3.629,890
24.462
2
Wates
3.200,239
43.999
3
Panjatan
4.459,230
33.374
4
Galur
3.291,232
29.107
5
Lendah
3.559,192
36.410
6
Sentolo
5.265,340
44.512
7
Pengasih
6.166,468
45.162
8
Kokap
7.379,950
31.172
9
Girimulyo
5.490,424
21.875
23
24
Lanjutan Tabel 5.1. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk No
Kecamatan
Luas Wilayah (ha)
Jumlah Penduduk (jiwa)
10
Nanggulan
3.960,670
27.221
11
Kalibawang
5.296,368
26.806
12
Samigaluh
6.929,308
24.655
Kab. Kulon Progo
58.627,512
388.755
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo
5.2. Mata Air dan Koordinat Lokasi Data mata air diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat dan perangkat desa yang ada di Kecamatan Kokap. Berdasarkan hasil survei lapangan yang dilakukan, dari 5 desa yang ada di Kecamatan Kokap yaitu Desa Hargomulyo, Hargorejo, Hargowilis, Kalirejo, dan Hargotirto tidak semua terdapat mata air. Desa yang tidak terdapat mata air adalah Desa Hargomulyo. Mata air dan koordinat lokasi yang diambil dapat dilihat pada tabel 5.2, sedangkan lokasi mata air lebih lengkapnya dapat dilihat dalam peta pada Lampiran 11. Tabel 5.2 Mata Air dan Koordinat Lokasi Lokasi No
Desa
Dusun
1
Hargomulyo
-
2
Hargorejo
Mata Air
Koordinat
-
-
Kliripan
Krompakan
7,87567° LS – 110,10985° BT
Kliripan
Sipacar
7,86601° LS – 110,15695° BT
Selo Timur
Klampok
7,86601° LS – 110,15695° BT
Selo Timur
Mbeji
7,86367° LS – 110,10732° BT
25
Lanjutan Tabel 5.2 Mata Air dan Koordinat Lokasi Lokasi No Desa 3
4
5
Hargowilis
Kalirejo
Hargotirto
Dusun
Mata Air
Koordinat
Clapar I
Sumber Rejo
7,86855° LS – 110,28473° BT
Clapar II
Ngringin
7,85660° LS – 110,25878° BT
Sangon II
Slaban
7,86262° LS – 110,06822° BT
Plampang I
Wuluh
7,86608° LS – 110,15476° BT
Plampang I
Gunung Bolong I
7,85715° LS – 110,06022° BT
Plampang III
Gunung Bolong II 7,85629° LS – 110,06743° BT
Plampang III
Sekandang I
7,85692° LS – 110,06736° BT
Plampang III
Sekandang II
7,89873° LS – 110,18640° BT
Plampang III
Cluwek
7,90969° LS – 110,14479° BT
Kalibuko I
Kalibuko
7,88581° LS – 110,37892° BT
Nganti
Pancuran
7,81766° LS – 110,10360° BT
Teganing III
Sewatu
7,98343° LS – 110,16039° BT
Teganing III
Sepasang
7,86538° LS – 110,10763° BT
Teganing III
Panthuran Lor
7,86883° LS – 110,14922° BT
Teganing III
Panthuran Kidul
7,86855° LS – 110,14339° BT
Soropati
Segandrung
7,84687° LS – 110,17036° BT
Soropati
Sepodang
7,86928° LS – 110,10334° BT
Soropati
Seglundung
7,82974° LS – 110,16799° BT
Segajih
Bendo
7,85780° LS – 110,13676° BT
5.3. Situasi Daerah Sekitar Mata Air Situasi daerah sekitar mata air dapat menimbulkan terjadinya pencemaran mata air. Pencemaran mata air dapat mempengaruhi kualitas mata air yang digunakan untuk keperluan air bersih. Pada umumnya mata air dimanfaatkan
26
untuk memenuhi berbagai keperluan dalam kehidupan, seperti memasak, minum, mencuci, dan mandi. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, situasi daerah sekitar mata air pada umumnya masih berupa alam terbuka hijau. Di sekitar mata air banyak tumbuh pohon – pohon besar antara lain pohon beringin, pohon kelapa, pohon jati, dan bambu. Daerah sekitar juga jauh dari pabrik yang menghasilkan limbah sisa produksi. Kondisi ini memungkinkan mata air tidak mengalami pencemaran oleh limbah pabrik. Salah satu mata air yaitu Mata Air Mbeji terletak di belakang rumah warga. Bangunan kolam yang tinggi pada mata air tersebut melindungi mata air dari limbah rumah warga. Sebagian besar mata air terletak di lereng pegunungan. Karakteristik tanah di daerah sekitar mata air cenderung tanah berpasir, terdapat kandungan batu dan kerikil. Tanah seperti ini termasuk jenis tanah litosol. Tanah berwarna merah kecoklatan. Keadaan sekitar mata air lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1
5.4. Debit Mata Air Debit mata air digunakan untuk mengetahui ketersediaan air di mata air. Debit mata air diperoleh dari hasil perhitungan berdasarkan pengukuran langsung di lapangan. Berdasarkan kondisi mata airnya, pengukuran debit dilakukan dengan tiga cara. Cara pertama yaitu dengan mengukur kecepatan aliran dikalikan luas penampang basah aliran atau sesuai dengan persamaan (3.1). Kecepatan aliran diukur dengan menggunakan alat ukur kecepatan yaitu pelampung yang berupa
27
styrofoam. Luas penampang saluran diperoleh dengan mengukur elevasi permukaan air dan dasar saluran. Mata air yang diukur dengan cara ini antara lain Mata Air Gunung Bolong I, Pancuran, Sepasang, Segandrung, dan Sepodang. Cara kedua yaitu dengan mengukur volume air dengan dengan cara ditampung dengan wadah. Debit adalah banyaknya volume air yang mampu ditampung oleh wadah dalam satuan waktu tertentu. Mata Air yang diukur dengan cara ini antara lain Mata Air Sumber Rejo, Ngringin, Gunung Bolong II a, Sekandang I, Sekandang II, Cluwek, Kalibuko, Sewatu, Panthuran Lor, Panthuran Kidul, dan Seglundung. Cara ketiga yaitu dengan mengukur volume air pada kolam mata air. Debit adalah banyaknya air yang bertambah pada kolam dalam satuan waktu tertentu. Air yang bertambah pada kolam didapat dengan mengalikan luas kolam dengan kenaikan muka air. Mata Air yang diukur dengan cara ini antara lain Mata Air Krompakan, Sipacar, Klampok, Mbeji, Slaban, Wuluh, Gunung Bolong II b, dan Bendo. Dari mata air yang ada di Kecamatan Kokap, debit tertinggi ada di Mata Air Sepasang yaitu 7,8864 liter/detik dan debit terendah ada di Mata Air Wuluh yaitu 0,0252 liter/detik . Debit mata air dapat dilihat pada Tabel 5.3 dan perhitungan debit mata air lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
28
Tabel 5.3. Debit Mata Air Lokasi No
Desa
1 Hargomulyo 2 Hargorejo
3 Hargowilis
4 Kalirejo
5 Hargotirto
Mata Air
Dusun -
-
Debit (liter/dt) -
Kliripan
Krompakan
0,0381
Kliripan
Sipacar
0,0539
Selo Timur
Klampok
0,0924
Selo Timur
Mbeji
0,1045
Clapar I
Sumber Rejo
0,0682
Clapar II
Ngringin
0,0255
Sangon II
Slaban
0,0491
Plampang I
Wuluh
0,0252
Plampang I
Gunung Bolong I
1,3070
Plampang III
Gunung Bolong II
0,0707
Plampang III
Sekandang I
0,2343
Plampang III
Sekandang II
0,2286
Plampang III
Cluwek
0,1234
Kalibuko I
Kalibuko
0,4084
Nganti
Pancuran
0,2208
Teganing III
Sewatu
0,2258
Teganing III
Sepasang
7,8864
Teganing III
Panthuran Lor
0,3188
Teganing III
Panthuran Kidul
0,4346
Soropati
Segandrung
1,1911
Soropati
Sepodang
0,9547
Soropati
Seglundung
0,5845
Segajih
Bendo
0,2425
29
5.5. Analisis Kualitas Mata Air Kualitas mata air yang ditinjau adalah kualitas mata air dari parameter fisik yaitu suhu, bau, rasa, kekeruhan, dan TDS. Untuk mengetahui kualitas mata air dari parameter fisik dilakukan dua pengujian yaitu pengujian secara langsung di lapangan dan pengujian di laboratorium. Pengujian yang dilakukan secara langsung di lapangan yaitu meliputi suhu, bau, dan rasa. Sedangkan pengujian di laboratorium yaitu meliputi kekeruhan dan TDS. Pengujian laboratorium dilakukan di UPTD Laboratorium Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo. Hasil pengujian kualitas mata air dari parameter fisik dapat dilihat pada tabel 5.4. Tabel 5.4. Kualitas Mata Air Ditinjau dari Parameter Fisik Parameter Fisik No
Desa
Mata Air Bau
Rasa
Suhu
Kekeruhan
TDS
(°C)
(NTU)
(mg/l)
1
Hargomulyo
-
-
-
2
Hargorejo
Krompakan
tidak berbau
tidak berasa
21
0,18
482
Sipacar
tidak berbau
tidak berasa
22
0,12
500
Klampok
tidak berbau
tidak berasa
23
0,49
500
Mbeji
tidak berbau
tidak berasa
22,5
2,22
423
Sumber Rejo
tidak berbau
tidak berasa
18
0,97
268
Ngringin
tidak berbau
tidak berasa
17
3,98
124
Slaban
tidak berbau
tidak berasa
19
1,47
462
Wuluh
tidak berbau
tidak berasa
17,5
3,88
477
Gunung Bolong I
tidak berbau
tidak berasa
18
1,19
180
Gunung Bolong II
tidak berbau
tidak berasa
17,5
0,59
155
Sekandang I
tidak berbau
tidak berasa
17
5,13
355
Sekandang II
tidak berbau
tidak berasa
17
5,07
244
Cluwek
tidak berbau
tidak berasa
17
1,64
162
3
4
Hargowilis
Kalirejo
-
-
-
30
Lanjutan Tabel 5.4. Kualitas Mata Air Ditinjau dari Parameter Fisik
5
Hargotirto
Kalibuko
tidak berbau
tidak berasa
19
4,00
155
Pancuran
tidak berbau
tidak berasa
20,5
6,55
266
Sewatu
tidak berbau
tidak berasa
19
0,72
176
Sepasang
tidak berbau
tidak berasa
19
0,71
114
Panthuran Lor
tidak berbau
tidak berasa
20
0,30
299
Panthuran Kidul
tidak berbau
tidak berasa
20
0,46
231
Segandrung
tidak berbau
tidak berasa
21
0,16
235
Sepodang
tidak berbau
tidak berasa
19
0,53
262
Seglundung
tidak berbau
tidak berasa
21
0,16
210
Bendo
tidak berbau
tidak berasa
20,5
0,51
358
5.6. Analisis Proyeksi Kebutuhan Air Analisis proyeksi kebutuhan air digunakan untuk menghitung perkiraan kebutuhan air bersih pada 5 tahun mendatang. Proyeksi kebutuhan air bersih dihitung dengan membandingkan perkiraan jumlah penduduk Kecamatan Kokap dan kebutuhan air bersih. 5.6.1. Jumlah Penduduk Proyeksi jumlah penduduk mengacu pada salah satu metode proyeksi yaitu metode geometrik atau sesuai dengan persamaan (3.3). Data penduduk pada awal tahun perencanaan yang digunakan dalam analisis kebutuhan air ini adalah data penduduk Kecamatan Kokap tahun 2010. Berdasarkan sensus penduduk BPS Kulon Progo tahun 2010, jumlah penduduk Kecamatan Kokap adalah 31.172 jiwa. Perkiraan jumlah penduduk sampai akhir tahun masa perencanaan mengacu pada besarnya angka pertumbuhan penduduk Kecamatan Kokap yaitu sebesar
31
-0,55 % per tahun. Perkiraan jumlah penduduk Kecamatan Kokap sampai tahun perencanaan 2019 dapat dilihat pada tabel 5.5. Tabel 5.5. Perkiraan Jumlah penduduk Kecamatan Kokap No
Tahun
Jumlah Penduduk (jiwa)
1
2010
31.172
2
2011
31.001
3
2012
30.830
4
2013
30.660
5
2014
30.492
6
2015
30.324
7
2016
30.157
8
2017
29.991
9
2018
29.827
10
2019
29.663
5.6.2. Kebutuhan Air Bersih Jumlah Penduduk Kabupaten Kulon Progo tahun 2010 adalah 388.755 jiwa. Berdasarkan Ditjen Cipta Karya, Dep. PU, 1997 (Tabel 3.1), Kabupaten Kulon Progo masuk dalam dalam kategori Kota Sedang sehingga kebutuhan air bersih untuk domestik di Kecamatan Kokap adalah 130 liter/orang/hari atau 0,0011505 liter/detik. Angka aini dipakai untuk memperkirakan jumlah kebutuhan air bersih di Kecamatan Kokap sampai tahun 2019, sesuai dengan persamaan (3.4). Perkiraan kebutuhan air bersih di Kecamatan Kokap sampai tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 5.6.
32
Tabel 5.6. Perkiraan Kebutuhan Air Bersih di Kecamatan Kokap No
Tahun
Kebutuhan (liter/detik)
1
2010
46,9023
2
2011
46,6444
3
2012
46,3878
4
2013
46,1327
5
2014
45,8789
6
2015
45,6266
7
2016
45,3757
8
2017
45,1261
9
2018
44,8779
10
2019
44,6311
5.7. Pembahasan Kabupaten Kulon Progo terdiri dari 12 Kecamatan. Kecamatan Kokap adalah salah satu kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Kulon Progo. Hasil survai mata air pada tahun 2014 di Kecamatan Kokap terdapat 23 mata air yang terletak di 4 desa yaitu Desa Hargorejo, Hargowilis, Kalirejo, dan Hargotirto. Desa yang tidak terdapat mata air adalah Desa Hargomulyo, sehingga sebagian besar masyarakat di Desa Hargomulyo dalam mencukupi keperluan air bersih dengan memanfaatkan sumur gali, sumur bor, dan PDAM Kulon Progo. Kecamatan Kokap merupakan wilayah Kulon Progo bagian utara dimana wilayahnya merupakan dataran tinggi Pegunungan Menoreh. Hampir sebagian besar mata air terletak di lereng pegunungan tersebut. Mata air yang terletak di lereng dengan kemiringan tebing mulai dari 35° sampai 80° berada di Desa
33
Hargowilis, Kalirejo dan Hargotirto. Salah satunya yaitu Mata Air Seglundung yang ada di desa Hargotirto. Mata air ini terletak di lereng pegunungan dengan kemiringan tebing sekitar 80°. Berdasarkan cara keluarnya, maka mata air ini termasuk rembesan. Berbeda dengan Desa Hargorejo yang wilayahnya berada di dataran rendah. Mata air berupa umbul dimana air keluar ke permukaan tanah pada dataran dan berbentuk kolam. Mata air yang ada di Desa Hargorejo antara lain Mata Air Krompakan, Sipacar, Klampok, dan Mbeji. Sebagian besar keadaan bangunan mata air yang ada di Kecamatan Kokap masih sederhana. Ada beberapa mata air yang hanya dibangun bangunan permanen yang digunakan untuk menangkap atau menampung air. Namun seperti pada Mata Air Sewatu bak penampungan yang digunakan untuk menampung air hanya menggunakan diligen. Sedangkan pada Mata Air Sepodang, aliran air dari sumber air menuju bak penampungan hanya menggunakan bambu yang dibelah. Berdasarkan survei masyarakat sekitar, sebagian besar mata air mengalami penurunan debit pada saat musim kemarau. Mata air yang mengalami penurunan debit pada musim kemarau antara lain Mata Air Krompakan, Sipacar, Klampok, Mbeji, Ngringin, Wuluh, Gunung Bolong I, Gunung Bolong II, Kalibuko, Sewatu, Sepasang, Panthuran Kidul, Segandrung, Sepodang, dan Bendo. Sedangkan mata air yang debitnya tetap stabil pada musim kemarau antara lain Mata Air Sumber Rejo, Slaban, Sekandang I, Sekandang II, Cluwek, Pancuran, Panthuran Lor, dan Seglundung. Penurunan debit pada mata air tersebut tidak terlalu signifikan sehingga mata air masih bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
34
5.8. Kualitas Mata Air dari Parameter Fisik a. Suhu Pengambilan dan pengujian sampel mata air dilakukan pada 15 April – 20 April 2014. Waktu pengambilan sampel yaitu antara jam 10.04 WIB – 14.37 WIB. Karena selisih waktu pengambilan sampel yang jauh maka pengambilan sampel dibagi menjadi 3 bagian waktu. Pembagian waktu pengambilan sampel dapat dilihat pada tabel 5.7. Tabel 5.7 Waktu Pengambilan Sampel Air < 11.00 WIB
11.00 – 13.00 WIB
> 13.00 WIB
Mbeji
Krompakan
Sumber Rejo
Kalibuko
Sipacar
Ngringin
Pancuran
Klampok
Sepodang
Sepasang
Slaban
Seglundung
Wuluh
Bendo
Gunung Bolong I Gunung Bolong II Sekandang I Sekandang II Cluwek Sewatu Panthuran Lor Panthuran Kidul Segandrung
35
Dari hasil pengujian mata air didapatkan suhu antara 17°C – 23°C. Pada pengujian kurang dari jam 11.00 WIB, suhu terendah terdapat pada Mata Air Kalibuko dan Sepasang yaitu 17°C, sedangkan suhu tertinggi terdapat pada Mata Air Mbeji yaitu 22,5°C. Pada pengujian antara jam 11.00 WIB – 13.00 WIB, suhu terendah terdapat pada Mata Air Sekandang I, Sekandang II dan Cluwek yaitu 17°C, sedangkan suhu tertinggi terdapat pada Mata Air Klampok yaitu 23°C. Pada pengujian lebih dari jam 13.00 WIB, suhu terendah terdapat pada di Mata Ngringin yaitu 17°C, sedangkan suhu tertinggi terdapat pada Mata Air Bendo yaitu 20,5°C. Dari hasil pengujian suhu mata air didapat selisih suhu antara 3,5°C – 6°C, meskipun waktu pengambilan dilakukan pada jam yang hampir sama dan juga cuaca yang sama – sama cerah. Perbedaan suhu disebabkan karena keadaan sekitar mata air. Sebagian mata air terletak di dataran tinggi sehingga mata air memiliki suhu air yang relatif rendah. Suhu udara di dataran tinggi akan lebih rendah dibandingkan dengan suhu udara yang ada di dataran rendah. Hal itu terjadi karena pengaruh gaya gravitasi bumi. Setiap lapisan udara akan menindih lapisan udara di bawahnya sehingga lapisan udara yang di bawah akan lebih mampat. Semakin mampat lapisan udara maka jumlah partikel udara akan semakin banyak. Partikel udara yang lebih banyak akan bisa lebih banyak menyerap sinar matahari sehingga suhu udaranya akan lebih panas. Pada Mata Air Krompakan, Sipacar, Klampok dan Mbeji yang terletak di daerah dataran rendah maka suhu airnya relatif lebih tinggi. Selain itu perbedaan suhu juga disebabkan oleh banyaknya pohon – pohon besar yang ada di sekitar mata air. Mata air sebagian besar berada di antara pohon – pohon besar
36
membuat intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan tidak bisa maksimal. Hal itu bisa terjadi karena pohon tersebut menghalangi panas matahari untuk bisa menembus sampai ke perairan mata air sehingga suhu air relatif rendah. b. Bau Semua mata air di Kecamatan Kokap tidak berbau. Hal itu disebabkan karena tidak terjadi pencemaran dari daerah sekitarnya. Mata air dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan seperti memasak, minum, mencuci, dan mandi. Mata air tidak dimanfaatkan untuk kegiatan yang lain seperti tambak ikan sehingga air tidak tercemar oleh kotoran dan sisa makan ikan. c. Rasa Sebagian besar mata air di Kecamatan Kokap tidak memiliki rasa. Salah satunya disebabkan karena mata air sebelum keluar dari tanah melewati penyaringan – penyaringan oleh lapisan tanah dan mineral sudah tersaring oleh tanah. d. Kekeruhan Sebagian besar kualitas mata air tidak keruh. Kekeruhan dalam air bersih tidak boleh lebih dari 5 NTU. Namun ada 3 mata air yang kekeruhannya lebih dari 5 NTU, yaitu Mata Air Sekandang I, Sekandang II dan Pancuran. Kadar kekeruhan masing – masing mata air tersebut adalah 5,13 NTU, 5,07 NTU, dan 6,55 NTU.
37
Kekeruhan disebabkan adanya kandungan Total Suspended Solid baik yang bersifat organik maupun anorganik. Zat organik berasal dari lapukan tanaman dan hewan, sedangkan zat anorganik berasal dari lapukan batuan dan logam. Kekeruhan pada Mata Air Sekandang I,Sekandang II, dan Pancuran terjadi karena tidak ada bangunan pelindung mata air secara permanen, sehingga tanah di sampingnya mudah longsor masuk ke mata air. Sedangkan untuk mata air yang tidak keruh itu disebabkan karena pada mata air terdapat kolam/bak penampungan permanen yang sudah dibuat dari pasangan batu bata atau semen sehingga kotoran tidak mudah masuk untuk mencemari air. e. Total Dissolved Solids (TDS) Zat padat yang terdapat dalam air dalam jumlah terlalu banyak tidak baik sebagai air bersih. Banyaknya zat padat yang disyaratkan untuk air bersih adalah kurang dari 1000 mg/l. Semua mata air di Kecamatan Kokap mempunyai nilai TDS kurang dari 1000 mg/l. Jumlah zat padat terlarut (TDS) yang melebihi kadar maksimum air bersih akan mengakibatkan pengaruh terhadap kesehatan antara lain rasa tidak enak di lidah dan rasa mual.
5.9. Kebutuhan Air Kebutuhan air bersih masyarakat setiap tahun pasti akan semakin bertambah. Hal itu disebabkan karena pertambahan jumlah penduduk. Berdasarkan sensus penduduk BPS Kabupaten Kulon Progo tahun 2010, angka persentase pertambahan penduduk Kecamatan Kokap adalah -0,55 %. Karena
38
angka persentase pertambahan penduduk di Kecamatan Kokap adalah minus maka penduduk di Kecamatan Kokap setiap tahun akan semakin berkurang. Faktor yang mendorong terjadinya penurunan laju pertambahan penduduk di Kecamatan Kokap adalah karena adanya penduduk yang melakukan transmigrasi untuk membuka usaha baru di tempat lain dan menetap di sana maupun adanya kebutuhan penduduk untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi atau yang sesuai keinginan belum tersedia di Kecamatan Kokap tersebut. Berkurangnya jumlah penduduk maka kebutuhan air bersih juga akan semakin berkurang. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kecamatan Kokap adalah 31.172 jiwa dengan kebutuhan air bersih sebesar 54,1181 liter/detik, sedangkan pada tahun perencanaan 2019 jumlah penduduk Kecamatan Kokap adalah 29.663 jiwa dengan kebutuhan air sebesar 44,6311 liter/detik.
5.10. Analisis Kelayakan 5.10.1. Kelayakan Kualitas Kualitas air yang baik harus memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam standar kualitas. Berdasarkan hasil pengujian secara langsung, semua mata air di Kecamatan Kokap tidak memiliki bau dan rasa sehingga layak digunakan. Mata air memiliki suhu yang berkisar antara 17° C – 22,5° C. Suhu maksimal yang disyaratkan dalam standar kualitas air bersih adalah 30° C sehingga mata air masih layak digunakan. Sedangkan berdasarkan pengujian yang dilakukan di UPTD Laboratorium Kesehatan Kabupaten Kulon Progo sebagian besar mata air mempunyai nilai kekeruhan yang disyaratkan yaitu kurang dari 5 NTU. Hanya
39
ada 3 mata air yang mempunyai nilai kekeruhan lebih dari 5 NTU yaitu Mata Air Sekandang I, Sekandang II, dan Pancuran. Mata air juga layak dari segi TDS karena semua mata air di Kecamatan Kokap memiliki nilai TDS yang disyaratkan yaitu kurang dari 1000 mg/l. Mengacu pada hasil pengujian dan standar kualitas air bersih dari Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.416/MEN.KES/PER/IX/1990, sebagian besar mata air di Kecamatan Kokap layak digunakan sebagai sumber kebutuhan air bersih masyarakat dari parameter fisik yaitu suhu, bau, rasa, kekeruhan, dan TDS. Kecuali Mata Air Sekandang1, Sekandang 2, dan Pancuran yang mempunyai nilai kekeruhan masing – masing mata air adalah 5,13 NTU, 5,07 NTU, dan 6,55 NTU.
5.10.2. Kelayakan Kuantitas Dari hasil pengukuran debit secara langsung di lapangan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa debit mata air total yang terukur adalah 14,6627 liter/detik. Dengan jumlah penduduk sebanyak 30.492 jiwa pada tahun 2014 kebutuhan air bersih untuk domestik di Kecamatan Kokap adalah 45,8789 liter/detik. Berarti dapat disimpulkan bahwa debit tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan air bersih untuk domestik masyarakat di Kecamatan Kokap. Berdasarkan hasil analisis proyeksi kebutuhan air bersih pada Tabel 5.5 dan 5.6 jumlah penduduk Kecamatan Kokap pada tahun 2019 adalah 29.663 jiwa dengan kebutuhan air bersih untuk domestik adalah 44,6311 liter/detik. Dengan debit yang ada saat ini maka dapat disimpulkan bahwa debit tersebut tetap tidak dapat mencukupi
40
kebutuhan air bersih untuk domestik masyarakat di Kecamatan Kokap pada tahun perencanaan 2019. Debit total tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk 9.743 jiwa. Untuk itu agar bisa mencukupi kebutuhan air bersih di Kecamatan Kokap harus ada solusi dengan mencari sumber air yang lain misalnya dengan membuat sumur gali, sumur bor, atau dengan berlangganan pada PDAM Kulon Progo yang mengambil sumber air dari Waduk Sermo yang juga terletak di Kecamatan Kokap.
5.11. Sebaran Kebutuhan Air Kebutuhan air bersih per desa mengacu pada jumlah penduduk tahun 2010. Perkiraan kebutuhan air bersih sesuai dengan persamaan (3.3). Hasil perkiraan sebaran kebutuhan air bersih dapat dilihat pada Tabel 5.8. Berdasarkan survei yang dilakukan pada tahun 2014, di Kecamatan Kokap terdapat 23 mata air yang tersebar di 4 desa yaitu Desa Hargorejo, Hargowilis, Kalirejo, dan Hargotirto. Sebaran debit mata air dapat dilihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8 Perkiraan Sebaran Kebutuhan Air Bersih dan Debit Mata Air
No
Desa
Jumlah
Perkiraan Jumlah
Kebutuhan Air
Penduduk 2010
Penduduk 2014
Besih
Debit
(jiwa)
(jiwa)
(liter/detik)
(liter/detik)
1
Hargomulyo
6867
6717
10,1068
-
2
Hargorejo
8253
8073
12,1468
0,2889
3
Hargowilis
5614
5492
8,2627
0,0937
4
Kalirejo
4045
3957
5,9534
2,4467
5
Hargotirto
6345
6207
9,3386
12,0592
41
Berdasarkan Tabel 5.8 maka dapat disimpulkan bahwa debit yang ada di setiap desa di Kecamatan Kokap tidak semuanya mampu memenuhi kebutuhan air bersih semua penduduknya. Hanya mata air di Desa Hargotirto yang mampu mencukupi kebutuhan air bersih semua penduduknya, sedangkan mata air di ketiga desa yaitu Desa Hargorejo, Hargowilis, dan Kalirejo hanya mampu mencukupi masing – masing 192 jiwa, 62 jiwa, dan 1626 jiwa. Kekurangan air yang ada di Desa Hargorejo dan Kalirejo dapat dipenuhi dengan mencari sumber mata air baru, membuat sumur gali atau berlangganan pada PDAM Kulon Progo, sedangkan untuk kekurangan air di Desa Hargowilis dapat diambilkan dari Desa Hargotirto. Selain itu juga memanfaatkan adanya Waduk Sermo di Hargowilis yang sudah di kelola PDAM Kulon Progo. Sedangkan untuk Desa Hargomulyo yang tidak memiliki debit mata air, untuk memenuhi kebutuhan air bersih dapat memanfaatkan sumur gali, sumur bor, atau berlangganan pada PDAM Kulon Progo.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Jumlah mata air yang ada di Kecamatan Kokap adalah 23 yang terletak di Desa Hargorejo, Hargowilis, Kalirejo, dan Hargotirto. 2) Mata air di Kecamatan Kokap ditinjau dari kualitas parameter fisik yaitu suhu, bau, rasa, kekeruhan dan TDS layak dijadikan sumber kebutuhan air bersih masyarakat kecuali ada 3 mata air yang memiliki kadar kekeruhan lebih dari 5 NTU yaitu Mata Air Sekandang I, Sekandang II, dan Pancuran. 3) Mata air di Kecamatan Kokap ditinjau dari kuantitas tidak layak untuk dijadikan sumber kebutuhan air bersih. Debit mata air yang ada saat ini adalah 14,6627 liter/detik, sedangkan kebutuhan air bersih untuk domestik adalah 45,8789 liter/detik. 4) Kebutuhan air bersih untuk domestik masyarakat di Kecamatan Kokap pada tahun perencanaan 2019 adalah 44,6311 liter/detik sehingga ditinjau dari kuantitas tidak layak untuk dijadikan sumber kebutuhan air bersih.
42
43
6.2 Saran Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian maka dapat diajukan saran penelitian sebagai berikut : 1) Perlu dilakukan penelitian kualitas mata air ditinjau dari parameter kimia dan biologis. 2) Perlu dilakukan penelitian tentang perhitungan distribusi air dari mata air menuju rumah – rumah warga menggunakan pipa.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1990, Peraturan Menteri No.416/MEN.KES/PER/IX/1990.
Kesehatan
Republik
Indonesia
Darmawan, Rio Awan, 2006, Analisis Kelayakan Sumber Mata Air Alami Untuk Perencanaan Jaringan Sumber Air Bersih Pedesaan Studi Kasus Mata Air Alami di Desa Sunyalangu, Karanglewas, Purwokerjo, Kabupaten Purwokerto – Jawa Tengah. Haryono, Setiyawati, 2013, Analisis Kelayakan Sumber Mata Air Ditinjau Dari Parameter Fisik Sebagai Sumber Penyediaan Air Di Kabupaten Klaten, Yogyakarta. Kodoatie, Roberrt J dan Syarief, Roestam, Pengelolaan Sumber Daya Air Terapadu, Andi Offset. Marhadiyanto, 2009, Studi Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Dengan Sistem Penampungan Air Hujan di Pulau Panggang, Bandung. Suryana H, Rifda, 2013, Analisis Kualitas Sumur KecamatanBiringkanayya Kota Makassar, Makassar.
Dangkal
di
Sirampun dkk, 2013, Perencanaan Bak Pengendapan Dan Penampungan Air Yang Berasal Dari Mata Air Di Kecamatan Lamala, Kabupaten Banggai – Sulawesi Tengah. Triatmodjo, Bambang, 2010, Hidrologi Terapan, Beta Offset.
xv
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 KEADAAN SEKITAR MATA AIR
No Mata Air 1 Krompakan
Gambar a)
b)
c)
d)
Keterangan Penelitian dilaksanakan pada Hari : Selasa,15 April 2014 Jam : 11.05 WIB Cuaca : Cerah Sumber mata air dimanfaatkan untuk mandi dan mencuci oleh masyarakat sekitar. Mata air terletak di antara rumah penduduk dan jalan setapak. Bangunan pelindung mata air dibangun dengan seadanya hanya untuk menangkap mata air agar tidak terbuang sia-sia.
2
Sipacar
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Selasa,15 April 2014 Jam : 12.04 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk mandi dan mencuci oleh masyarakat sekitar. Terdapat pompa-pompa air milik warga yang digunakan untuk mengambil air dan dialirkan ke rumahnya. c) Mata air terletak di antara jalan setapak dan kebun warga. d) Bangunan pelindung mata air dibangun kolam untuk menangkap mata air. e) Karena letaknya di bawah pohon, bagian atas kolam ditutup agar daun yang gugur tidak masuk ke kolam den mengotori air.
3
Klampok
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Kamis, 17 April 2014 Jam : 11.08 WIB Cuaca : b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk mandi man mencuci oleh masyarakat setempat. c) Mata air terletak dibawah pohon besar, di antara jalan setapak dan rumah penduduk. d) Bangunan pelindung mata air dibangun kolam untuk menangkap mata air.
4
Mbeji
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Kamis, 17 April 2014 Jam : 10.20 WIB Cuaca : b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk mandi dan mencuci oleh masyarakat sekitar. Terdapat pompa-pompa air milik warga yang digunakan untuk mengambil air dan dialirkan ke rumahnya. c) Mata air terletak di belakang masjid dan rumah warga. d) Bangunan pelindung mata air dibangun kolam untuk menangkap mata air.
5
Sumber Rejo
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Rabu, 16 April 2014 Jam : 14.18 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. c) Mata air terletak di antara jalan setapak di lereng gunung. d) Bangunan pengambilan mata air dibangun dengan seadanya, menggunakan pipa yang ditanam di dalam tanah dan kemudian dialirkan ke kolam penampungan.
6
Ngringin
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Rabu, 16 April 2014 Jam : 14.37 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. c) Mata air terletak di lereng pegunungan. d) Bangunan pengambilan mata air dibuat seadanya dengan menggunahan bambu yang dibelah untuk mengalirkan air, dan ditampung pada kolam penampungan air.
7
Slaban
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Sabtu, 19 April 2014 Jam : 11.50 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. Pengambilan air dilakukan dengan sistem gravitasi dengan menggunakan selang. c) Mata air terletak antara jalan setapak di lereng pegunungan. d) Bangunan pelindung mata air dibangun dengan seadanya hanya untuk menangkap mata air agar tidak terbuang sia-sia.
Lampiran 1.7
8
Wuluh
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : , Minggu, 20 April 2014 Jam : 12.41 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. c) Mata air terletak di aliran sungai kecil di pinggir jalan pedesaan. d) Bangunan pelindung mata air dibangun dengan seadanya hanya untuk menangkap mata air agar tidak terbuang sia-sia.
Lampiran 1.8
9
Gunung Bolong I
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Minggu, 20 April 2014 Jam : 12.15 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. c) Mata air terletak di aliran sungai kecil di pinggir jalan pedesaan. d) Bangunan pelindung mata air dibangun dengan seadanya hanya untuk menangkap mata air agar tidak terbuang sia-sia.
10
Gunung Bolong II
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Minggu, 20 April 2014 Jam : 11.57 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. c) Mata air terletak di antara jalan setapak di lereng pegunungan. d) Bangunan pelindung mata air dibangun dengan seadanya hanya untuk menangkap mata air agar tidak terbuang sia-sia.
11
Sekandang I
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Minggu, 20 April 2014 Jam : 11.20 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. c) Mata air terletak antara jalan setapak di lereng pegunungan. d) Bangunan pengambilan mata air dibangun dengan seadanya, menggunakan pipa yang ditanam di dalam tanah dan kemudian dialirkan ke bak penampungan.
Lampiran 1.11
12
Sekandang II
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Minggu, 20 April 2014 Jam : 11.32 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. c) Mata air terletak pada aliran sungai kecil di lereng pegunungan. d) Bangunan pengambilan mata air dibangun dengan seadanya, menggunakan pipa yang kemudian dialirkan ke kolam penampungan.
13
Cluwek
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Minggu, 20 April 2014 Jam : 11.00 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. c) Mata air terletak di aliran sungai kecil di lereng pegunungan. Berada di pinggir jalan setapak. d) Bangunan pengambilan mata air dibuat seadanya dengan menggunahan bambu yang dibelah untuk mengalirkan air, dan ditampung pada kolam penampungan air.
14
Kalibuko
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Minggu, 20 April 2014 Jam : 10.45 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. c) Mata air terletak di antara jalan setapak di lereng pegunungan. d) Bangunan pengambilan mata air dibangun dengan seadanya, menggunakan pipa yang ditanam di dalam tanah dan kemudian dialirkan ke kolam penampungan.
15
Pancuran
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Rabu, 16 April 2014 Jam : 10.04 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. c) Mata air terletak di antara jalan pedesaan dan bangunan bekas puskesmas. d) Bangunan pengambilan mata air dibangun dengan seadanya, menggunakan pipa yang ditanam di dalam tanah dan kemudian dialirkan ke bak penampungan.
16
Sewatu
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Rabu, 16 April 2014 Jam : 12.15 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. c) Mata air terletak di antara jalan setapak di lereng pegunungan. d) Bangunan pengambilan mata air dibuat seadanya dengan menggunahan bambu yang dibelah untuk mengalirkan air, dan ditampung pada bak penampung yang kemudian dialirkan ke rumah warga dengan sistem gravitasi menggunakan selang.
17
Sepasang
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Rabu, 16 April 2014 Jam : 10.58 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. c) Mata air terletak pada aliran sungai. d) Bangunan pelindung mata air dibangun dengan seadanya hanya untuk menangkap mata air agar tidak terbuang sia-sia.
18
Panthuran Lor
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Rabu, 16 April 2014 Jam : 11.30 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. c) Mata air terletak di pegunungan yang jauh dari rumah warga. d) Bangunan pengambilan mata air dibuat seadanya dengan menggunahan pipa yang ditanam di dalam tanah untuk mengalirkan air, dan ditampung pada bak penampung yang kemudian dialirkan ke rumah warga dengan sistem gravitasi menggunakan selang.
19
Panthutan Kidul
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Rabu, 16 April 2014 Jam : 11.45 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. c) Mata air terletak Mata air terletak di pegunungan yang jauh dari rumah warga. d) Bangunan pengambilan mata air dibuat seadanya dengan menggunahan pipa yang ditanam di dalam tanah untuk mengalirkan air, dan ditampung pada bak penampung yang kemudian dialirkan ke rumah warga dengan sistem gravitasi menggunakan selang.
20
Segandrung
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Rabu, 16 April 2014 Jam : 13.00 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. c) Mata air terletak di belakang rumah warga, di kebun yang ada di lereng pegunungan. d) Bangunan pelindung mata air dibangun dengan seadanya hanya untuk menangkap mata air agar tidak terbuang sia-sia.
Lampiran 1.20
21
Sepodang
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Rabu, 16 April 2014 Jam : 13.21 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. c) Mata air terletak di antara jalan setapak di lereng pegunungan. d) Bangunan pengambilan mata air dibuat seadanya dengan menggunahan bambu yang dibelah untuk mengalirkan air, dan ditampung pada kolam penampungan air.
22
Seglundung
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Rabu, 16 April 2014 Jam : 13.35 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. c) Mata air terletak di lereng pegunungan yang jauh dari rumah penduduk. d) Bangunan pengambilan mata air dibuat seadanya dengan menggunahan pipa untuk mengalirkan air, dan ditampung pada bak penampung yang kemudian dialirkan ke rumah warga dengan sistem gravitasi menggunakan selang.
23
Bendo
a) Penelitian dilaksanakan pada Hari : Rabu, 16 April 2014 Jam : 14.00 WIB Cuaca : Cerah b) Sumber mata air dimanfaatkan untuk kebutuhan air pokok sehari-hari oleh masyarakat sekitar. c) Mata air terletak dilereng pegunungan di bawah jalan setapak. d) Bangunan pelindung mata air dibangun kolam untuk menampung mata air, dan dibuat tertutup agar air tidak kotor oleh longsoran tanah dari atasnya. e) Pengambilan air oleh warga dengan sistem gravitasi menggunakan selang.
LAMPIRAN 2 TABEL PENGUKURAN DEBIT
Pengukuran debit dengan cara 1 Mengukur kecepatan dan luas penampang basah aliran No Mata Air Sketsa Penampang Aliran 1 Gunung Bolong I
Kecepatan (V = s/t) = 1 2.410 dm/dt = 2 1.975 dm/dt = 3 Rata-rata = Waktu = t (dt) 1 = 2 = 3 = Rata-rata =
Jarak (s) =
No Mata Air 2 Pancuran
Sketsa Penampang Aliran
Waktu = t (dt) 1 = 2 = 3 = Rata-rata =
Jarak (s) =
Sketsa Penampang Aliran
3.32 4.05 3.07 3.480
dt dt dt dt
8 dm
Kecepatan (V = s/t) = 1 2.326 dm/dt = 2 2.479 dm/dt = 3 Rata-rata =
No Mata Air 3 Sepasang
2.606 dm/dt 2.330 dm/dt
2.239 dm/dt 2.348 dm/dt
2.58 2.42 2.68 2.560
dt dt dt dt
6 dm
Kecepatan (V = s/t) = 1 3.912 dm/dt = 2 3.279 dm/dt = 3 Rata-rata = Waktu = t (dt) 1 = 2 = 3 = Rata-rata =
Jarak (s) =
4.651 dm/dt 3.947 dm/dt
4.09 4.88 3.44 4.137
dt dt dt dt
16 dm
Luas penampag aliran (A) = 1 0.400 dm2 = 2 0.840 dm2 Rata-rata
=
0.620 dm2
Koefisien pelampung k = h = d = k = Debit Q = V.A.k
=
0.030 dm 0.200 dm 0.905
1.3070 liter/dt
Luas penampag aliran (A) = 1 0.075 dm2 = 2 0.128 dm2 Rata-rata
=
0.102 dm2
Koefisien pelampung k = h = d = k = Debit Q = V.A.k
=
0.030 dm 0.065 dm 0.926
0.2208 liter/dt
Luas penampag aliran (A) = 1 1.890 dm2 = 2 2.560 dm2 Rata-rata
=
2.225 dm2
Koefisien pelampung k = h = d = k = Debit Q = V.A.k
=
0.030 dm 0.750 dm 0.898
7.8864 liter/dt
No Mata Air 4 Segandrung
Sketsa Penampang Aliran
Kecepatan (V = s/t) = 1 1.822 dm/dt = 2 2.247 dm/dt = 3 Rata-rata = Waktu = t (dt) 1 = 2 = 3 = Rata-rata =
Jarak (s) =
No Mata Air 5 Sepodang
Sketsa Penampang Aliran
1.956 dm/dt 2.009 dm/dt
4.39 3.56 4.09 4.013
dt dt dt dt
8 dm
Kecepatan (V = s/t) = 1 2.326 dm/dt = 2 2.479 dm/dt = 3 Rata-rata = Waktu = t (dt) 1 = 2 = 3 = Rata-rata =
Jarak (s) =
2.239 dm/dt 2.348 dm/dt
2.58 2.42 2.68 2.560
dt dt dt dt
6 dm
Luas penampag aliran (A) = 1 0.560 dm2 = 2 0.760 dm2 Rata-rata
=
0.660 dm2
Koefisien pelampung k = h = d = k = Debit Q = V.A.k
=
0.020 dm 0.400 dm 0.899
1.1911 liter/dt
Luas penampag aliran (A) = 1 0.450 dm2 = 2 0.450 dm2 Rata-rata
=
0.450 dm2
Koefisien pelampung k = h = d = k = Debit Q = V.A.k
=
0.020 dm 0.150 dm 0.904
0.9547 liter/dt
Pengukuran debit dengan cara 2 Mengukur volume air dengan cara ditampung dengan wadah Air ditampung dengan wadah berbentuk tabung (terisi penuh) dengan ukuran : Diameter (D) 0.95 dm Tinggi (t) 1.5 dm Volume (V) V = ¼.3,14.D 2 .t 1.063 liter No
Mata Air
1
Sumber Rejo
No
Mata Air
2
Ngringin
No
Mata Air
3
Gunung Bolong II a
No
Mata Air
4
Sekandang I
Volume (liter) V 1.063
Waktu (dt) Debit (liter/dt) t Q = V/t t1 = 15.20 Q1 = 0.0699 t2 = 15.47 Q2 = 0.0687 t3 = 16.13 Q3 = 0.0659 0.0682
Volume (liter) V 1.063
Waktu (dt) Debit (liter/dt) t Q = V/t t1 = 41.55 Q1 = 0.0256 t2 = 42.09 Q2 = 0.0252 t3 = 41.38 Q3 = 0.0257 Q rata2 0.0255
Volume (liter) V 1.063
Waktu (dt) Debit (liter/dt) t Q = V/t t1 = 83.02 Q1 = 0.0128 t2 = 82.53 Q2 = 0.0129 t3 = 83.15 Q3 = 0.0128 2 Q rata 0.0128
Volume (liter) V 1.063
Debit (liter/dt) Waktu (dt) t Q = V/t t1 = 4.60 Q1 = 0.2310 t2 = 4.83 Q2 = 0.2200 t3 = 4.22 Q3 = 0.2518 2 Q rata 0.2343
No
Mata Air
5
Sekandang II a
Volume (liter) V 1.063
Sekandang II b
1.063
Sekandang II c
1.063
Total Sekandang II
Waktu (dt) Debit (liter/dt) t Q = V/t t1 = 10.15 Q1 = 0.1047 t2 = 11.03 Q2 = 0.0963 t3 = 10.48 Q3 = 0.1014 2 Q rata 0.1008 t1 = 15.39 Q1 = 0.0691 t2 = 15.15 Q2 = 0.0701 t3 = 16.58 Q3 = 0.0641 Q rata2 0.0678 t1 = 17.34 Q1 = 0.0613 t2 = 18.14 Q2 = 0.0586 t3 = 17.67 Q3 = 0.0601 Q rata2 0.0600 0.2286
Volume (liter) V 1.063
Waktu (dt) Debit (liter/dt) t Q = V/t t1 = 8.51 Q1 = 0.1249 t2 = 8.32 Q2 = 0.1277 t3 = 9.03 Q3 = 0.1177 Q rata2 0.1234
Kalibuko a
Volume (liter) V 1.063
Kalibuko b
1.063
Waktu (dt) Debit (liter/dt) t Q = V/t t1 = 4.56 Q1 = 0.2330 t2 = 4.28 Q2 = 0.2483 t3 = 4.31 Q3 = 0.2466 Q rata2 0.2426 t1 = 6.35 Q1 = 0.1674 t2 = 6.51 Q2 = 0.1632 t3 = 6.38 Q3 = 0.1666 2 Q rata 0.1657 0.4084
No
Mata Air
6
Cluwek
No
Mata Air
7
Total Kalibuko
No
Mata Air
8
Sewatu a
Volume (liter) V 1.063
Sewatu b
1.063
Sewatu c
1.063
Total Sewatu
No
Mata Air
9
Panthuran Lor
No
Mata Air
10
Panthuran Kidul
No
Mata Air
11
Seglundung
Waktu (dt) Debit (liter/dt) t Q = V/t t1 = 11.75 Q1 = 0.0904 t2 = 12.42 Q2 = 0.0856 t3 = 11.83 Q3 = 0.0898 2 Q rata 0.0886 t1 = 14.80 Q1 = 0.0718 t2 = 13.25 Q2 = 0.0802 t3 = 13.60 Q3 = 0.0781 Q rata2 0.0767 t1 = 17.90 Q1 = 0.0594 t2 = 17.45 Q2 = 0.0609 t3 = 17.39 Q3 = 0.0611 Q rata2 0.0605 0.2258
Volume (liter) V 1.063
Waktu (dt) Debit (liter/dt) t Q = V/t t1 = 3.64 Q1 = 0.2919 t2 = 3.26 Q2 = 0.3260 t3 = 3.14 Q3 = 0.3384 Q rata2 0.3188
Volume (liter) V 1.063
Waktu (dt) Debit (liter/dt) t Q = V/t t1 = 2.48 Q1 = 0.4285 t2 = 2.49 Q2 = 0.4268 t3 = 2.37 Q3 = 0.4484 Q rata2 0.4346
Volume (liter) V 1.063
Waktu (dt) Debit (liter/dt) t Q = V/t t1 = 1.86 Q1 = 0.5713 t2 = 1.69 Q2 = 0.6288 t3 = 1.92 Q3 = 0.5535 2 Q rata 0.5845
Pengukuran debit dengan cara 3 Mengukur volume air pada kolam mata air 1. Mata Air Krompakan Sketsa
Pengukuran 1 Pengukuran 2
Luas (dm2) Kenaikan Air (dm) Volume (liter) Waktu (dt) Debit (liter/dt) Debit rata L h V = L.h t (Q = V/t) Q 208 0.12 24.96 600 0.0416 0.0381 208 0.08 16.64 480 0.0347
2
2. Mata Air Sipacar Sketsa
Pengukuran 1 Pengukuran 2
2 Luas (dm2) Kenaikan Air (dm) Volume (liter) Waktu (dt) Debit (liter/dt) Debit rata L h V = L.h t (Q = V/t) Q 646.25 0.05 32.3125 600 0.0539 0.0539 646.25 0.04 25.85 480 0.0539
3. Mata Air Klampok Sketsa
Pengukuran 1 Pengukuran 2
2 Luas (dm2) Kenaikan Air (dm) Volume (liter) Waktu (dt) Debit (liter/dt) Debit rata L h V = L.h t (Q = V/t) Q 1280 0.07 89.6 900 0.0996 0.0924 1280 0.04 51.2 600 0.0853
4. Mata Air Mbeji Sketsa
Pengukuran 1 Pengukuran 2
Luas (dm2) Kenaikan Air (dm) Volume (liter) Waktu (dt) Debit (liter/dt) Debit rata L h V = L.h t (Q = V/t) Q 522.5 0.18 94.05 900 0.1045 0.1045 522.5 0.12 62.7 600 0.1045
2
5. Mata Air Slaban Sketsa
Pengukuran 1 Pengukuran 2
2 Luas (dm2) Kenaikan Air (dm) Volume (liter) Waktu (dt) Debit (liter/dt) Debit rata L h V = L.h t (Q = V/t) Q 275 0.08 22 420 0.0524 0.0491 275 0.05 13.75 300 0.0458
6. Mata Air Wuluh Sketsa
Pengukuran 1 Pengukuran 2
2 Luas (dm2) Kenaikan Air (dm) Volume (liter) Waktu (dt) Debit (liter/dt) Debit rata L h V = L.h t (Q = V/t) Q 15.125 0.1 1.5125 60 0.0252 0.0252 15.125 0.05 0.75625 30 0.0252
7. Mata Air Gunung Bolong II b Sketsa
Luas (dm2) L Pengukuran 1 Pengukuran 2
Kenaikan Air (dm) Volume (liter) Waktu (dt) Debit (liter/dt) Debit rata h V = L.h t (Q = V/t) Q 37 0.2 7.4 108 0.0685 0.0669 37 0.27 9.99 153 0.0653
2
8. Mata Air Bendo Sketsa
Pengukuran 1 Pengukuran 2
2 Luas (dm2) Kenaikan Air (dm) Volume (liter) Waktu (dt) Debit (liter/dt) Debit rata L h V = L.h t (Q = V/t) Q 97.5 0.3 29.25 120 0.2438 0.2425 97.5 0.24 23.4 97 0.2412
`
LAMPIRAN 3 TABEL PERHITUNGAN JUMLAH PENDUDUK DAN KEBUTUHAN AIR BERSIH
Proyeksi Penduduk dan Kebutuhan Air Bersih Kecamatan Kokap Persamaan 3.2 P = Po(1+r) n Keterangan P = jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan (jiwa) Po = jumlah penduduk pada awal tahun perencanaan (jiwa) r = tingkat pertambahan penduduk per tahun (%) n = umur perencanaan
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Po 31172 31172 31172 31172 31172 31172 31172 31172 31172 31172
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah Penduduk r n -0.0055 -0.0055 -0.0055 -0.0055 -0.0055 -0.0055 -0.0055 -0.0055 -0.0055
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Persamaan 3.3 Q = p.q Keterangan Q = kebutuhan air (liter/detik) p = kebutuhan air bersih per orang per hari (liter/detik/hari) q = jumlah penduduk (jiwa)
P 31172 31001 30830 30660 30492 30324 30157 29991 29827 29663
q 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130
Kebutuhan Air q(dtk) 0.00150463 0.00150463 0.00150463 0.00150463 0.00150463 0.00150463 0.00150463 0.00150463 0.00150463 0.00150463
Q 46.9023 46.6444 46.3878 46.1327 45.8789 45.6266 45.3757 45.1261 44.8779 44.6311
Proyeksi Penduduk dan Kebutuhan Air Bersih Per Desa di Kecamatan Kokap Persamaan 3.2 P = Po(1+r) n Keterangan P = jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan (jiwa) Po = jumlah penduduk pada awal tahun perencanaan (jiwa) r = tingkat pertambahan penduduk per tahun (%) n = umur perencanaan
Persamaan 3.3 Q = p.q Keterangan Q = kebutuhan air (liter/detik) p = kebutuhan air bersih per orang per hari (liter/detik/hari) q = jumlah penduduk (jiwa)
Hargomulyo Po 2010 2011 2012 2013 2014
1 6867 6867 6867 6867 6867
1 1 1 1
Jumlah Penduduk r n -0.0055 -0.0055 -0.0055 -0.0055
1 2 3 4
P 6867 6829 6792 6754 6717
q 130 130 130 130 130
Kebutuhan Air q(dtk) 0.00150463 0.00150463 0.00150463 0.00150463 0.00150463
Q 10.3323 10.2755 10.2189 10.1627 10.1068
P 8253 8208 8162 8118 8073
q 130 130 130 130 130
Kebutuhan Air q(dtk) 0.001505 0.001505 0.001505 0.001505 0.001505
Q 12.4177 12.3494 12.2815 12.2139 12.1468
Hargorejo Po 2010 2011 2012 2013 2014
1 8253 8253 8253 8253 8253
1 1 1 1
Jumlah Penduduk r n -0.0055 -0.0055 -0.0055 -0.0055
1 2 3 4
Hargowilis Po 2010 2011 2012 2013 2014
1 5614 5614 5614 5614 5614
1 1 1 1
Jumlah Penduduk r n -0.0055 -0.0055 -0.0055 -0.0055
1 2 3 4
P 5614 5583 5552 5522 5492
q 130 130 130 130 130
Kebutuhan Air q(dtk) 0.001505 0.001505 0.001505 0.001505 0.001505
Q 8.4470 8.4005 8.3543 8.3084 8.2627
P 4045 4023 4001 3979 3957
q 130 130 130 130 130
Kebutuhan Air q(dtk) 0.001505 0.001505 0.001505 0.001505 0.001505
Q 6.0862 6.0528 6.0195 5.9864 5.9534
P 6345 6310 6275 6241 6207
q 130 130 130 130 130
Kebutuhan Air q(dtk) 0.001505 0.001505 0.001505 0.001505 0.001505
Q 9.5469 9.4944 9.4421 9.3902 9.3386
Kalirejo Po 2010 2011 2012 2013 2014
1 4045 4045 4045 4045 4045
1 1 1 1
Jumlah Penduduk r n -0.0055 -0.0055 -0.0055 -0.0055
1 2 3 4
Hargotirto Po 2010 2011 2012 2013 2014
1 6345 6345 6345 6345 6345
1 1 1 1
Jumlah Penduduk r n -0.0055 -0.0055 -0.0055 -0.0055
1 2 3 4
LAMPIRAN 4 PERMENKES RI NO.416 TAHUN 1990
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanankan pengawasan kualitasa air secara intensif dan terus menerus; b. bahwa kualitas air yang digunakan masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan agar terhindar dari gangguan kesehatan; c. bahwa syarat-syarat kualitas air yang berhubungan dengan kesehatan yang telah ada perlu disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan upaya kesehatan serta kebutuhan masyarakat dewasa ini; d. bahwa sehubungan dengan huruf a,b dan c perlu ditetapkan kembali syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dengan Peraturan Menteri Kesehatan. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan (Lembaran Negara Tamabahan Tahun 1960 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068) 2. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1962 tentang Hygiene Untuk Usaha-usaha Bagi Umum (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2455); 3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintah di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037); 4. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuanketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Kesehatan Kepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3347); 6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 558/Menkes/SK/1984 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan; 7. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor 02/Men.KLH/I/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.
Memutuskan : Menetapkan : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: a. Air adalah air minum, air bersih, air kolam renang, dan air pemandian umum. b. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. c. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. d. Air kolam renang adalah air di dalam kolam renang yang digunakan untuk olah raga renang dan kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan. e. Air Pemandian Umum adalah air yang digunakan pada tempat pemandian umum tidak termasuk pemandian untuk pengobatan tradisional dan kolam renang yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan. f. Kakandep adalah Kepala Kantor Departemen Kesehatan Kabupaten/Kotamadya. g. Kakanwil adalah Kepala Kantor Departemen Kesehatan Propinsi. h. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan. BAB II Syarat-syarat (1) (2)
Pasal 2 Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, Fisika kimia, dan radioaktif. Pengawasan kualitas air sebagaimana dimaksud ayat (1) tercantum dalam lampiran I,II,III, dan IV peraturan ini. BAB III Pengawasan
(1)
pasal 3 Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta meningkatkan kualitas air.
(2)
(1)
(2) (3)
Pengawasan kualitas air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II Pasal 4 Kegiatan pengawasan kualitas air mencakup : a. Pengamatana lapangan dan pengambilan contoh air termasuk pada proses produksi dan distribusi. b. Pemeriksaan contoh air. c. Analisis hasil pemeriksaan. d. Perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul dalam hasil kegiatan a,b, dan c e. Kegiatan tindak lanjut berupa pemantauan upaya penanggulangan/perbaikan termasuk kegiatan penyuluhan. Hasil pengawasankualitas air dilaporkan secara berkala oleh Kepala Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II secara berjenjang dengan tembusan kepada Direktur Jenderal. Tata cara penyelenggaraan pengawasan dan syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) serta kualitas tenaga pengawas ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Pasal 5 Pemeriksaan contoh air dilaksanakan oleh laboratorium yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan (1)
(2)
(1) (2) (3)
Pasal 6 Penyimpanan dari syarat-syarat kualitas air seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri ini tidak dibenarkan, kecuali dalam keadaan khusus di bawah pengawasan Kepala Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II setelah berkonsultasi dengan Kakanwil; Kakanwil dalam Memberikan pertimbangan setelah mendapat petunjuk Direktur Jenderal. Pasal 7 Pembinaan teknis terhadap pengawasan kualitas air di tingkat Pusat dilakukan oleh Direktur Jenderal; Pembinaan teknis terhadap pengawasan kualitas air di tingkat propinsi dilakukan oleh Kakanwil; Pembinaan teknis terhadap pengawasan kualitas air di Daerah Tingkat II dilakukan oleh Kakandep;
Pasal 8 Pembiayaan pemeriksaan contoh air yang dimaksudkan dalam Peraturan Menteri ini di bebankan kepada Pemerintah dan masyarakat termasuk swasta berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 9 Air yang digunakan untuk kepentingan umum wajib diuji kualitas airnya.
BAB IV Penindakan Pasal 10 Barang siapa yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Menteri ini yang dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan dan merugikan bagi kepentingan umum maka dapat dikenakan tindakan administratif dan atau tindakan pidana atau tindakan lainnya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. BAB V Ketentuan Penutup Pasal 11 Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka : a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 01/Birhukmas/I/1975 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum; b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 172/MenKes/Per/VIII/1978 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Kolam Renang; c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 257/MenKes/Per/VI/1982 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Pemandian Umum; Dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 12 Ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan syarat-syarat dalam pengawasan kualitas air yang masih berlaku harus disesuaikan dengan peraturan ini. Pasal 13 Hal-hal yang bersifat teknis yang belum diatur dalam Peraturan Menteri ini, ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Agar setiap orang yang mengetahuinya, memerintahkan perundang Peraturan Menteri ini dengan penempatan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 3 September 1990 Menteri Kesehatan Republik Indonesia ttd Dr. Adhyatma, MPH
LAMPIRAN I Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal : 3 September 1990 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM
Keterangan : mg
= miligram
ml
= milliliter
L
= Liter
Bg
= Beguerel
NTU
= Nepnelometrik Turbidity Units
TCU
= True Colour Units
Logam berat merupakan logam terlarut
Ditetapkan di
: Jakarta
Pada tanggal
: 13 September 1990
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, ttd Dr. Adhyatma, MPH
LAMPIRAN II Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal : 3 September 1990 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR BERSIH
Ditetapkan di
: Jakarta
Pada tanggal
: 13 September 1990
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, ttd Dr. Adhyatma, MPH
LAMPIRAN III Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal : 3 September 1990 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR KOLAM RENANG
Catatan :
Sumber air kolam renang adalah air bersih yang memenuhi persyaratan sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan ini Ditetapkan di
: Jakarta
Pada tanggal
: 13 September 1990
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, ttd Dr. Adhyatma, MPH
LAMPIRAN IV Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal : 3 September 1990 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR PEMANDIAN UMUM
Ditetapkan di
: Jakarta
Pada tanggal
: 13 September 1990
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, ttd
Dr. Adhyatma, MPH
__________________________________
LAMPIRAN 5 BADAN PUSAT STATISTIK
Lampiran 5.1
Lampiran 5.2
Lampiran 5.3
LAMPIRAN 6 GAMBAR PENGAMBILAN SAMPEL
Lampiran 6.1
a. Botol kosong
b. Pengambilan sampel
c. Botol berisi sampel air
d. Pengukuran suhu
Contoh pengambilan sampel pada Mata Air Sipacar
Lampiran 6.2
b. Botol kosong
b. Pengambilan sampel
d. Botol berisi sampel air
d. Pengukuran suhu
Contoh pengambilan sampel pada Mata Air Mbeji
Lampiran 6.3
c. Botol kosong
b. Pengambilan sampel
e. Botol berisi sampel air
d. Pengukuran suhu
Contoh pengambilan sampel pada Mata Air Sumber Rejo
Lampiran 6.4
d. Botol kosong
b. Pengambilan sampel
f. Botol berisi sampel air
d. Pengukuran suhu
Contoh pengambilan sampel pada Mata Air Ngringin
Lampiran 6.5
e. Botol kosong
b. Pengambilan sampel
g. Botol berisi sampel air
d. Pengukuran suhu
Contoh pengambilan sampel pada Mata Air Sepodang
LAMPIRAN 7 GAMBAR PENGUKURAN DEBIT
Lampiran 7.1
a. Pengukuran dimensi kolam
b. Pengukuran dimensi kolam
c. Pengukuran kenaikan air
Contoh pengukuran debit pada Mata Air Sipacar
Lampiran 7.2
b. Pengukuran dimensi kolam
c.
b. Pengukuran dimensi kolam
Pengukuran kenaikan air
Contoh pengukuran debit pada Mata Air Mbeji
Lampiran 7.3
c. Pengukuran Wadah
b. Pengukuran Wadah
d. Pengukuran Debit
Contoh pengukuran debit pada Mata Air Sumber Rejo
Lampiran 7.4
d. Pengukuran Wadah
b. Pengukuran Wadah
e. Pengukuran debit
Contoh pengukuran debit pada Mata Air Ngringin
Lampiran 7.5
e. Pengukuran Luas Penampang
b. Pengukuran Luas Penampang
f. Pengukuran kecepatan dengan pelampung
Contoh pengukuran debit pada Mata Air Sepodang
LAMPIRAN 8 HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
LAMPIRAN 9 ALAT PENELITIAN
Lampiran 9.1
ALAT PENELITIAN
Termometer (untuk mengukur suhu air)
Meteran (untuk mengukur dimensi aliran)
Styrofoam (pelampung untuk megukur debit)
Penggaris (untuk mengukur kenaikan muka air)
Lampiran 9.2
Handphone Nokia C1-01
wadah/toples
(sebagai stoopwatch)
(untuk menampung air dalam mengukur debit)
Botol air mineral (untuk mengambil sampel air)
Handphone Lenovo A390 (untuk menentukan titik koordinat)
LAMPIRAN 10 SURAT IZIN PENELITIAN
LAMPIRAN 11 PETA LOKASI MATA AIR
Lampiran 11
Keterangan : 1. Mata Air Krompakan
18 19
2. Mata Air Sipacar
16 17 6
4. Mata Air Mbeji
22
21
20
3. Mata Air Klampok
5
5. Mata Air Sumber Rejo 6. Mata Air Ngringin
15
7. Mata Air Slaban
23
8. Mata Air Wuluh 9. Mata Air Gunung Bolong I 13
10. Mata Air Gunung Bolong II
12 10 9
11
14
11. Mata Air Sekandang I 12. Mata Air Sekandang II
8
13. Mata Air Cluwek 14. Mata Air Kalibuko
7
15. Mata Air Pancuran 16. Mata Air Sewatu 17. Mata Air Sepasang 18. Mata Air Panthuran Lor 19. Mata Air Panthuran Kidul 2
20. Mata Air Segandrung
4 1 3
21. Mata Air Sepodang 22. Mata Air Seglundung 23. Mata Air Bendo
Gambar Peta Lokasi Mata Air di Kecamatan Kokap