MAKALAH SEMINAR DAN DISKUSI
SP BLOK REPRODUKSI
ADAPTASI BAYI BARU LAHIR
Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
NI MADE ARDANINGSIH 115070201111008
INDAH DWI RAHAYU 115070201111016
ERWINA RUSMAWATI 115070201111018
ERVINA AYU M. 115070200111044
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2014
ADAPTASI BAYI BARU LAHIR
Definisi
Bayi baru lahir/newborn/neonatus adalah bayi yang dilahirkan sampai dengan umur 28 hari, biasanya lahir pada usia kehamilan 38 minggu sampai 42 minggu (Wong, 2003). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru dilahirkan pada kehamilan cukup bulan dengan berat badan bayi antara 2500 sampai dengan 4000 gram & tanpa tanda asfiksia & penyakit penyerta lainya.
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Karakteristik Bayi Baru Lahir yaitu pada waktu lahir bayi sangat aktif, pada menit pertama bunyi jantung. Jantung kira-kira 180x/menit kemudian turun sampai 120 – 140x/menit. Pada waktu 30 menit setelah lahir. Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80x/menit biasanya disertai rintihan yang berlangsung 10-15 menit.
Macam-macam Perubahan yang Terjadi
Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah:
Perubahan pada Sistem Pernapasan
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.
Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan (Pusdiknakes,2003).
Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi menurut Leveno (2009) adalah:
Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
Singkatnya rangsangan untuk gerak pernafasan disebabkan oleh:
Tekanan mekanik dari thoraks
Penurunan Pa O2 & kenaikan Pa CO2
Rangsangan dingin pada daerah muka
c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya bernafas pertama seorang bayi berfungsi untuk:
Mengeluarkan cairan dalam paru–paru
Mengembangkan jaringan alveolus paru–paru untuk pertama kali
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan (lemak lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru–paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan (Leveno, 2009).
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu (Leveno,2009).
d. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio cesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah (Behrman,2000).
f. Beberapa penyebab depresi pernapasan pada bayi baru lahir
Hipoksemia atau asidosis janin apapun sebabnya
Obat yang diberikan kepada ibu
Imaturitas janin yang nyata
Obstruksi saluran nafas atas
Pneumotoraks
Kelainan paru lainnya baik intrinsic (mis, hypoplasia) atau ekstrinsik (mis, hernia diafragamatika)
Aspirasi cairan amnion yang tersemar oleh mekonium
Kelainan perkembangan sistem saraf pusat
Septikemia
(Leveno, 2009)
e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia (Farrer, 2009).
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim (Farrer, 2009).
Mekanisme dijelaskan dalam bagan berikut (Varney, 2010):
Penurunan tekanan intersisialPenurunan tekanan intersisialHentakan balik dada (rekoil)Proses Mekanis (penekanan dari thorak pada saat melalui vagina)Rangsangan kimiawi, thermal, mekanikal, sensoriPenggerakan pernafasan pertamaTekanan negative intra thorakKehilangan cairanPermulaan penurunan tekanan permukaan alveolusPeningkatan PO2 alveolusPeningkatan volume pembuluh darah paru-paruPeningkatan sirkulasi limfePeningkatan aliran darah ke dalam paruPembukaan pembuluh darah paruPeningkatan oksigenasi yang adequatHentakan balik dada (rekoil)Proses Mekanis (penekanan dari thorak pada saat melalui vagina)Rangsangan kimiawi, thermal, mekanikal, sensoriPenggerakan pernafasan pertamaTekanan negative intra thorakKehilangan cairanPermulaan penurunan tekanan permukaan alveolusPeningkatan PO2 alveolusPeningkatan volume pembuluh darah paru-paruPeningkatan sirkulasi limfePeningkatan aliran darah ke dalam paruPembukaan pembuluh darah paruPeningkatan oksigenasi yang adequat+Masuknya udara
Penurunan tekanan intersisial
Penurunan tekanan intersisial
Hentakan balik dada (rekoil)
Proses Mekanis (penekanan dari thorak pada saat melalui vagina)
Rangsangan kimiawi, thermal, mekanikal, sensori
Penggerakan pernafasan pertama
Tekanan negative intra thorak
Kehilangan cairan
Permulaan penurunan tekanan permukaan alveolus
Peningkatan PO2 alveolus
Peningkatan volume pembuluh darah paru-paru
Peningkatan sirkulasi limfe
Peningkatan aliran darah ke dalam paru
Pembukaan pembuluh darah paru
Peningkatan oksigenasi yang adequat
Hentakan balik dada (rekoil)
Proses Mekanis (penekanan dari thorak pada saat melalui vagina)
Rangsangan kimiawi, thermal, mekanikal, sensori
Penggerakan pernafasan pertama
Tekanan negative intra thorak
Kehilangan cairan
Permulaan penurunan tekanan permukaan alveolus
Peningkatan PO2 alveolus
Peningkatan volume pembuluh darah paru-paru
Peningkatan sirkulasi limfe
Peningkatan aliran darah ke dalam paru
Pembukaan pembuluh darah paru
Peningkatan oksigenasi yang adequat
+
Masuknya udara
Perubahan pada Sistem Kardiovaskuler
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar:
Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
Penutupan duktus arteriosus antara paru-paru dan aorta
Gambar 2.1 Perubahan kardiovaskuler dari janin ke pola sirkulasi bayi baru lahir ; VKn: ventrikel kanan; VKr : ventrikel kiri, Akn : atrium kanan, Akr : atrium kiri, VKI: vena kava inferior (Henderson, 2006).
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi/meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah (Henderson, 2006). Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam sistem pembuluh darah:
Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang (Henderson, 2006).
Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, toramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen ovali secara fungsional akan menutup (Henderson, 2006).
Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan (Winknjsastro,2005).
Mekanisme dijelaskan dalam bagan berikut (Varney, 2010):
+Masuknya udaraTali Pusat DiklemLepasnya dari plasenta (turunnya sirkulasi darah)Meningkatnya tingkat sirkulasi oksigen dalam sirkulasi pulmonaryTertutupnya ductus arteriosusMeningkatnya system resistensiPerubahan dr kanan ke kiri meninggalkan dr kiri ke kanan dr aliran darahTekanan dari atrium kanan berkurang dibandingkan dg atrium kiriTertutupnya ductus venosusDarah ke hati dan system portalPertama kali bernafasParu-paru mengeluarkan cairanParu-paru berkembangLingkungan yg dinginMenurunnya resistensi vaskuler pulmonaryMeningkatnya tekanan di atrium kiriTertutupnya foramen ovale
+
Masuknya udara
Tali Pusat Diklem
Lepasnya dari plasenta (turunnya sirkulasi darah)
Meningkatnya tingkat sirkulasi oksigen dalam sirkulasi pulmonary
Tertutupnya ductus arteriosus
Meningkatnya system resistensi
Perubahan dr kanan ke kiri meninggalkan dr kiri ke kanan dr aliran darah
Tekanan dari atrium kanan berkurang dibandingkan dg atrium kiri
Tertutupnya ductus venosus
Darah ke hati dan system portal
Pertama kali bernafas
Paru-paru mengeluarkan cairan
Paru-paru berkembang
Lingkungan yg dingin
Menurunnya resistensi vaskuler pulmonary
Meningkatnya tekanan di atrium kiri
Tertutupnya foramen ovale
Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi menurut Farrer (2009):
sirkulasi darah fetus
Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
Vena umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar
Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra ke dalam ventriculus sinistra
Ductus arteriosus : merupakan bypass yang terbentang dari venrtriculuc dexter dan aorta desendens
Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai arteri hypogastica.
Sistem sirkulasi fetus
Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior
Ductus venosus : adalah cabang – cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior
Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke atrium dextrum
Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar, jantung dan serebrum menerima darah baru yang mengalami oksigenase
Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula tricuspidallis masuk ke dalam venriculus dexter
Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke paru - paru yang nonfungsional, yanghanya memerlukan nutrien sedikit
Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventriculus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas inferior
Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung leih banyak oksigen dan nutrien yang dipasok dari peredaran darah maternal
Perubahan pada saat lahir
Penghentian pasokan darah dari plasenta
Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
Penutupan foramen ovale
Fibrosis
a) Vena umbilicalis
b) Ductus venosus
c) Arteriae hypogastrica
d) Ductus arteriosus
Denyut jantung BBL 120-180 kali/menit
Volume darah BBL berkisar 80–110 ml/kg
Perubahan pada Sistem Termoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi (Winknjsastro, 2005).
Mekanisme dijelaskan dalam bagan berikut (Varney, 2010):
Tali Pusat DiklemLepasnya dari plasenta (turunnya sirkulasi darah)Meningkatnya tingkat sirkulasi oksigen dalam sirkulasi pulmonaryTertutupnya ductus arteriosusMeningkatnya system resistensiPerubahan dr kanan ke kiri meninggalkan dr kiri ke kanan dr aliran darahTekanan dari atrium kanan berkurang dibandingkan dg atrium kiriTertutupnya ductus venosusMeningkatnya konsumsi oksigenBAT (metabolisme jaringan adipose coklat)Pembebasan asam lemakMeningkatnya rata-rata pernafasanLebih banyak membutuhkan oksigenHypoksiaMeningkatnya metabolismeMeningkatnya penggunaan glukosaMeningkatnya penggunaan persediaan glikogenMenipisnya persediaan glikogenHypoglikemiaPenurunan berat atau gagal menambah berat (penggunaan kalori untuk energi dan pertumbuhan)pH menurunVasokonstriksi pulmonaryHypoksia lanjutAsidosis metabolismeMenurunnya produksi surfaktan (kebutuhan O2, glukosa, perfusi paru-paru yg adequate)Distress pernafasanStress Dingin
Tali Pusat Diklem
Lepasnya dari plasenta (turunnya sirkulasi darah)
Meningkatnya tingkat sirkulasi oksigen dalam sirkulasi pulmonary
Tertutupnya ductus arteriosus
Meningkatnya system resistensi
Perubahan dr kanan ke kiri meninggalkan dr kiri ke kanan dr aliran darah
Tekanan dari atrium kanan berkurang dibandingkan dg atrium kiri
Tertutupnya ductus venosus
Meningkatnya konsumsi oksigen
BAT (metabolisme jaringan adipose coklat)
Pembebasan asam lemak
Meningkatnya rata-rata pernafasan
Lebih banyak membutuhkan oksigen
Hypoksia
Meningkatnya metabolisme
Meningkatnya penggunaan glukosa
Meningkatnya penggunaan persediaan glikogen
Menipisnya persediaan glikogen
Hypoglikemia
Penurunan berat atau gagal menambah berat (penggunaan kalori untuk energi dan pertumbuhan)
pH menurun
Vasokonstriksi pulmonary
Hypoksia lanjut
Asidosis metabolisme
Menurunnya produksi surfaktan (kebutuhan O2, glukosa, perfusi paru-paru yg adequate)
Distress pernafasan
Stress Dingin
Mekanisme kehilangan panas tubuh BBL:
Konveksi
Radiasi
Evaporasi
Konduksi
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan tenaga kesehatan (perawat dan bidan) berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL (Varney, 2010).
Menurut Varney (2010) metode yang digunakan bayi baru lahir untuk menciptakan panas dapat dilihat pada tabel berikut:
Menggigil
Aktivitas otot volunter
Termogenesis tanpa menggigil ada 2 cara:
Cara pertama
Peningkatan laju metabolik
Cara kedua
Penggunaan lemak coklat untuk menghasilkan panas
Tidak efisien
Hanya terjadi pada stres dingin berat
Manfaatnya terbatas, bahkan pada bayi cukup bulan yang kekuatan ototnya cukup untuk menangis dan tetap dalam posisi fleksi
Norepinefrin mencetuskan pemecahan asam lemak, yang dioksidasi dan dilepas ke sirkulasi darah, menyebabkan peningkatan penggunaan oksigen secara mencolok dan membuat kelelahan meskipun neonatus sudah cukup bulan dan sehat
Jumlah lemak cokelat tergantung pada usia kehamilan dan berkurang pada bayi baru lahir yang mengalami retriksi pertumbuhan
Sumber yang tidak dapat diperbaharui
Penggunaan cadangan lemak cokelat tidak efisien pada bayi baru lahir yang mengalami hipoglikemi atau disfungsi tiroid
Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam) (Winknjsastro, 2005).
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir) (Varney, 2010).
Adapun bayi yang berisiko mengalami hipoglikemia (Varney, 2010):
Bayi baru lahir yang mengalami retriksi pertumbuhan intrauteri
Bayi lewat waktu
Bayi kurang bulan
Bayi yang mengalami gawat napas
Bayi dari ibu penyandang diabetes
Menurut Varney (2010), hipoglikemia pada bayi yaitu:
Kadar glukosa <40-50 mg/dl
Ditentukan dengan tusukan tumit dan setrip tes
Dipastikan dengan mengulang sampel serum jika <45 mg/dl
Gejala hipoglikemi menurut Varney (2010) meliputi; gelisah, sianosis, apneu, tangis lemah, letargi, lunglai dan menolak makan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel otak.
Metode intervensi hipoglikemi (Varney, 2010):
melalui penggunaan ASI/formula
melaui penggunaan cadangan glikogen
melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
Intervensi dilakukan jika <45 mg/dl pada bayi simtomatis dan <35 mg/dl pada bayi simtomatis.
Perubahan pada Sistem Renal
Ginjal bayi baru lahir memperlihatkan penurunan aliran darah dan ginjal dan penurunan laju filtrasi glomerolus. Hal ini dapat menimbulkan dengan mudah retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus masih belum matang, yang dapat menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu melakukan pemekatan (konsentrasi) urin, yang mencerminkan pada berat jenis urin yang rendah (Behrman, 2000).
Bayi baru lahir mengekresi sejumlah kecil urin pada 48 jam pertama kehidupan, sering kali hanya sebanyak 30 – 60 ml. Protein atau darah tidak boleh terdapat di dalam urin bayi baru lahir. Bidan harus senantiasa ingat bahwa masa abdomen yang ditemukan pada pemeriksaan fisik acapkali sebenarnya ginjal dan bisa jadi sebuah tumor, pembesaran atau penyimpangan pertumbuhan ginjal (Behrman, 2000).
Ginjal sudah berfungsi, tetapi belum sempurna.
BBL harus BAK dalam 24 jam pertama, jumlah urin 20–30 ml/hari dan meningkat menjadi 100–200 ml/hari pada akhir minggu pertama
Perubahan pada Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan "gumoh" pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on demand (Behrman, 2000).
Kapasitas lambung BBL 30–90 ml. Pengosongan lambung antara 2–4 jam setelah pemberian makanan. Dipengaruhi oleh:
Waktu dan volume makanan
Jenis dan suhu makanan
Stres fisik
Perubahan pada Sistem Hepar
Fungsi hepar BBL:
penyimpanan zat besi
metabolisme KH
konjugasi bilirubin
koagulasi
Hepar belum matur untuk membentuk glukosa sehingga BBL mudah terkena hipoglikemi. Neonatus telah memiliki kapasitas fungsional untuk mengubah bilirubin, namun sebagian besar BBL ada yg mengalami hiperbilirubinemia fisiologis.
Perubahan pada Sistem Imunitas
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi (Winknjsastro, 2005).
Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
perlindungan oleh kulit membran mukosa
fungsi saringan saluran napas
pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien (Winknjsastro, 2005).
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh (Behrman, 2000).
Perubahan pada Sistem Hematopoiesis
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80-110 ml/kg selama hari pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Nilai rata-rata hemoglobin dan sel darah merah lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa. Hemoglobin bayi baru lahir berkisar antara 14,5-22,5 gr/dl, hematokrit bervariasi dari 44% sampai 72% dan SDM berkisar antara 5-7,5 juta/mm3. Leukosit janin dengan nilai hitungsel daerah putih sekitar 18.000/mm3, merupakan nilai normal saat bayi lahir (Behrman, 2000).
Perubahan pada Sistem Integumen
Stuktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi masih belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Vernik kaseosa juga berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit. Kulit bayi sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang cukup bulan memiliki kulit kemerahan yang akan memucat menjadi normal beberapa jam setelah kelahiran. Kulit sering terlihat bercak terutama sekitar ektremitas. Tangan dan kaki sedikit sianotik (Akrosianotik). Ini disebabkan oleh ketidakstabilan vosomotor. Stasis kapiler dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara dan bertahan selama 7-10 hari. Terutama jika terpajan pada udara dingin (Behrman, 2000). Singkatnya pada sistem integument terjadi perubahan:
Semua struktur kulit sudah ada tapi belum matur
Epidermis & dermis tidak terikat dengan erat dan sangat tipis
Verniks caseosa bersatu dengan epidermis
Bayi aterm memiliki kulit erithemathous
Kulit sering kelihatan berbintik & lurik-lurik
Tangan dan kaki sedikit sianosis (acrosianosis)
Perubahan pada Sistem Reproduksi
Saat lahir ovarium bayi wanita berisi beribu-ribu sel germinal primitif yang akan berkurang sekitar 90% sejak bayi lahir sampai dewasa. Peningkatan kadar estrogen selama masa hamil yang diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir mengakibatkan pengeluaran bercak darah melalui vagina. Genetalia eksterna biasanya edematosa disertai hiperpigmentasi. Pada bayi prematur, klitoris menonjol dan labia mayora kecil dan terbuka (Behrman, 2000).
Testis turun kedalam skrotum pada 90 % bayi baru lahir laki-laki. Prepusium yang ketat sering kali dijumpai pada bayi baru lahir. Muara uretra dapat tertutup prepusium dan tidak dapat ditarik kebelakang selama 3-4 tahun. Sebagai respon terhadap estrogen ibu, ukuran genetalia bayi baru lahir cukup bulan dapat meningkat begitu juga pigmentasinya. Terdapat rugae yang melapisi kantong skrotum. Hidrokel sering terjadi dan akan mengecil tanpa pengobatan.
Pembengkakan payudara pada bayi baru lahir disebabkan oleh peningkatan estrogen selama masa kehamilan. Pada beberapa bayi baru lahir terlihat rabas encer (witch's milk), ini tidak memiliki makna klinis, tidak perlu diobati, akan hilang seiring dengan penurunan hormon ibu dalam tubuh bayi.
Labia mayora & minora mengaburkan vestibulum dan menutupi klitoris pada bayi perempuan
Bayi laki-laki, preputium biasanya tidak sepenuhnya tertarik masuk
Bayi perempuan biasa ditemukan pseudomenstruasi
Perubahan pada Sistem Skeletal
Tubuh BBL kelihatan sedikit tidak proposional
Tangan sedikit lebih panjang dari kaki
Punggung BBL kelihatan lurus dan dapat ditekuk dengan mudah
BBL dapat mengangkat & memutar kepala ketika menelungkup
Perubahan pada Sistem Neuromuskular
Pertumbuhan otak sangat cepat dan membutuhkan glukosa dan O2 yang adekuat. Bayi baru lahir memiliki banyak reflek primitif. Saat reflek muncul dan menghilang menunjukkan kematangan dan perkembangan sistem syaraf yang baik. Berikut beberapa refleks pada BBL:
Refleks Moro/Peluk
Reflek ini ditemukan oleh seorang pediatri bernama Ernst Moro. Reflek ini muncul sejak lahir, paling kuat pada usia satu bulan dan akan mulai menghilang pada usia dua bulan. Reflek ini terjadi jika kepala bayi tiba-tiba terangkat, suhu tubuh bayi berubah secara drastis atau pada saat bayi dikagetkan oleh suara yang keras. Kaki dan tangan akan melakukan gerakan ekstensi dan lengan akan tersentak ke atas dengan telapak tangan keatas dan ibu jarinya bergerak fleksi. Singkatnya, kedua lengan akan terangkat dan tangan seperti ingin mencengkeram atau memeluk tubuh dan bayi menangis sangat keras. Reflek ini normalnya akan menghilang pada usia tiga sampai empat bulan, meskipun terkadangakan menetap hingga usia enam bulan.
Tidak adanya reflek moro ini pada kedua sisi tubuh atau bilateral (kanan dan kiri) menandakan adanya kerusakan pada sistem saraf pusat bayi, sementara tidak adanya reflek moro unilateral (pada satu sisi saja) dapat menandakan adanya trauma persalinan seperti fraktur klavikula atau perlukaan pada pleksus brakhialis. Erbs palsy atau beberapa jenis paralysis kadang juga timbul pada beberapa kasus.
Sebuah cara untuk memeriksa keadaan reflek adalah dengan meletakkan bayi secara horizontal dan meluruskan punggungnya dan biarkan kepala bayi turun secara pelan-pelan atau kagetkan bayi dengan suara yang keras dan tiba-tiba. Reflek moro ini akan membantu bayi untuk memeluk ibunya saat ibu menggendong bayinya sepanjang hari. Jika bayi kehilangan keseimbangan, reflek ini akan menyebabkan bayi memeluk ibunya dan bergantung pada tubuh ibunya. Hilang pada usia 4 tahun.
Refleks rooting
Reflek primitif pada bayi baru lahir ini ditunjukkan pada saat kelahiran dan akan membantu proses menyusui. Reflek ini akan mulai terhambat pada usia sekitar empat bulan dan berangsur-angsur akan terbawa di bawah sadar. Seorang bayi baru lahir akan menggerakkan kepalanya menuju sesuatu yang menyentuh pipi atau mulutnya, dan mencari obyek tersebut dengan menggerakkan kepalanya terus-menerus hingga ia berhasil menemukan obyek tersebut. Setelah merespon rangsang ini (jika menyusui, kira-kira selama tiga minggu setelah kelahiran) bayi akan langsung menggerakkan kepalanya lebih cepat dan tepat untuk menemukan obyek tanpa harus mencari-cari. Dan akan hilang saat dia sudah melihat objek. Apabila tidak terjadi maka sistem pencernaannya belum aktif.
Refleks menghisap & menelan (sucking)
Reflek ini secara umum ada pada semua jenis mamalia dan dimulai sejak lahir. Reflek ini berhubungan dengan reflek rooting dan menyusui, dan menyebabkan bayi untuk secara langsung mengisap apapun yang disentuhkan di mulutnya. Ada 2 tahapan dari reflek ini, yaitu:
a. Tahap expression: dilakukan pada saat puting susu diletakkan diantara bibir bayi dan disentuhkan di permukaan langit-langitnya. Bayi akan secara langsung menekan (mengenyot) puting dengan menggunakan lidah dan langit-langitnya untuk mengeluarkan air susunya.
b. Tahap milking :saat lidah bergerak dari areola menuju puting, mendorong air susu dari payudara ibu untuk ditelan oleh bayi
Refleks blinking
Reflek blinking merupakan reflek yang terjadi bila bayi menutupkan kedua matanya ketika terkena kilatan cahaya atau hembusan udara. Refleks gerakan seperti menutup dan mengejapkan mata berfungsi untuk melindungi mata dari cahaya dan benda-benda asing. Permanen dalam kehidupan.
Refleks grasping
Grasping Reflex adalah refleks gerakan jari-jari tangan mencengkram benda-benda yang disentuhkan ke bayi, indikasi syaraf berkembang normal dan hilang setelah 3-4 bulan. Bayi akan otomatis menggenggam jari ketika Anda menyodorkan jari telunjuk kepadanya. Reflek menggenggam tejadi ketika sesuatu menyentuh telapak tangan bayi. Bayi akan merespons dengan cara menggenggamnya kuat-kuat. Pada akhir bulan ketika, refleks menggenggam berkurang dan bayi memperlihatkan suatu genggaman yang lebih spontan, yang sering dihasilkan dari rangasangan visual. Misalnya, ketika bayi melihat suatu gerakan yang berputar diatas tempat tidurnya, ia akan meraih dan mencoba menggenggamnya. Ketika perkembangan motoriknya semakin lancar, bayi akan menggenggam benda-benda, menggunakannya secara hati-hati, dan mengamati benda-benda tersebut.
Refleks stepping
Reflek walking atau stepping merupakan reflek yang muncul sejak lahir, walaupun bayi tidak dapat menahan berat tubuhnya, namun saat tumit kakinya disentuhkan pada suatu permukaan yang rata, bayi akan terdorong untuk berjalan dengan menempatkan satu kakinya didepan kaki yang lain. Reflek ini akan menghilang sebagai sebuah respon otomatis dan muncul kembali sebagai kebiasaan secara sadar pada sekitar usia delapan bulan hingga satu tahun untuk persiapan kemampuan berjalan.
Refleks neck tonis
Reflek ini disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan dan akan menghilang pada sekitar usia lima bulan. Saat kepala bayi digerakkan ke samping, lengan pada sisi tersebut akan lurus dan lengan yang berlawanan akan menekuk (kadang-kadang pergerakan akan sangat halus atau lemah). Jika bayi baru lahir tidak mampu untuk melakukan posisi ini atau jika reflek ini terus menetap hingga lewat usia 6 bulan, bayi dimungkinkan mengalami gangguan pada neuron motorik atas. Berdasarkan penelitian, reflek tonick neck merupakan suatu tanda awal koordinasi mata dan kepala bayi yang akan menyiapkan bayi untuk mencapai gerak sadar. apabila tidak terjadi maka terjadi kerusakan motorik bagian atas.
Refleks Babinski
Reflek babinsky muncul sejak lahir dan berlangsung hingga kira-kira satu tahun. Reflek ini ditunjukkan pada saat bagian samping telapak kaki digosok, dan menyebabkan jari-jari kaki menyebar dan jempol kaki ekstensi. Reflek disebabkan oleh kurangnya myelinasi traktus corticospinal pada bayi. Reflek babinsky juga merupakan tanda abnormalitas saraf seperti lesi neuromotorik atas pada orang dewasa.
Adaptasi Fisiologis pada Tubuh Bayi Baru Lahir
1. Mata
a. Berkedip atau reflek corneal
Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.
b. Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang hidup.
c. Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
2. Mulut dan tenggorokan (Varney, 2010)
a. Menghisap
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
b. Muntah
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap sepanjang hidup.
c. Rooting
Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada usia kira–kira 3 - 4 bulan
d. Menguap
Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup.
e. Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar harus menghilang pada usia 4 bulan.
f. Batuk
Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir.
g. Reflek deflasi Hering Breur
Pernafasan pertama pada bayi baru lahir normal dalam waktu 30 detik setelah lahir. Tekanan pada rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan kelahiran kehilangan cairan paru 1/3 dari jumlahnya (jumlah pada bayi normal 80-100 ml). Sehingga cairan ini diganti dengan udara. Pola pernapasan tertentu menjadi karakteristik bayi baru lahir normal yang cukup bulan. Setelah pernafasan mulai berfungsi, nafas bayi menjadi dangkaldan tidak teratur, bervariasi 30-60 kali/menit.
3. Ekstremitas (Johson, 2005)
a. Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan fleksi tangan dan jari.
b. Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi
c. Masa tubuh
(1). Reflek moro
Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba serta mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk "C" diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi dengan lemah.
(2). Startle
Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam
(3). Tonik leher
Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi.
(3). Neck – righting
Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis.
(4) Inkurvasi batang tubuh (gallant)
Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang terstimulasi.
Adaptasi bayi baru lahir dikatakan normal ditunjukkan pada tabel di bawah ini (Varney, 2010):
Pengkajian
Nilai normal
Tonus
Refleks menghisap
Perilaku
Bising usus
Nadi
Pernapasan
Suhu
Dextrostrix
Hematokrit
Sebagian besar dalam keadaan fleksi
Sempurna
Terjaga diselingi dengan tidur
Timbul setelah 30 menit
120 hingga 160 denyut per menit; bervariasi pada saat tidur atau menangis, antara 100 hingga 180 denyut per menit
30 hingga 60 kali per menit; pernapasan diafragma disertai gerakan dinding perut
Aksila : 36,5º- 37ºC
Kulit : 36º- 36,5ºC
>45 mg%
65 hingga 70%
Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir
Menurut Stright (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir:
Pengalaman antepartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya, terpajan zat toksik dan sikap orang tua terhadap kehamilan dan pengasuhan anak).
Pengalaman intrapartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya, lama persalinan, tipe analgesik atau anestesia intrapartum).
Kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk melakukan transisi ke kehidupan ekstrauterin
Kemampuan petugas kesehatan untuk mengkaji dan merespons masalah dengan tepat pada saat terjadi
Tanda – Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir
Ciri – ciri bayi BBL Normal
Berat badan 2500 – 4000 gram
panjang badan lahir 48 – 52 cm
Lingkar dada 30 – 38 cm
Lingkar kepala 33 – 35 cm
Bunyi jantung dalam menit-menit pertama cepat kira-kira 180x/menit kemudian turun sampai 120 – 140x/menit pada waktu 30 menit setelah lahir.
Pernapsan pada menit pertama cepat kira-kira 80x /menit kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40x/menit.
Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi vernix caseosa.
Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
Kuku telah agak panjang dan lemas.
Genetalia labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan) sedangkan pada laki-laki testis sudah turun berada di skortum
Reflek menghisap dan menelan, rooting refleks, walking refleks, graft refleks, moro refleks atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik, tonic neck refleks,dll sudah terbentuk dengan baik.
Eliminasi baik, dan mekonium akan keluar 24 jam pertama.
Tanda – Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir
Pernafasan (sulit atau lebih dari 60x/ menit)
Suhu tubuh (lebih dari 380C atau kurang dari 360C)
Warna (kuning terutama pada 24 jam pertama, biru atau pucat memar)
Pemberian makanan (Hisapan lemah, mengantuk berlebihan dan banyak muntah)
Tali pusat (merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk atau berdarah)
Infeksi (suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan nanah, bau busuk dan pernafasan sulit)
Eliminasi (tidak berkemih dalam 24 jam tinja lembek sering hijau tua, terdapat lendir atau darah)
Aktifitas (menggigil atau tangis tidak biasa sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang tidak bisa tenang dan menangis terus menerus).
Penilaian Awal Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal (BBLN) adalah bayi yang baru lahir dengan usia kehamilan atau masa gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36-40 minggu. Bayi baru lahir normal harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Pemahaman terhadap adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat penting sebagai dasar dalam memberikan asuhan. Perubahan lingkungan dari dalam uterus ke luar rahim dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kimiawi, mekanik, dan termik yang menimbulkan perubahan metabolik, pernapasan dan sirkulasi pada bayi baru lahir.
a. Penilaian awal bayi baru lahir
Penilaian awal dilakukan pada bayi baru lahir untuk menilai kondisi bayi apakah:
Bayi dinyatakan cukup bulan, jika usia gestasinya lebih kurang 36–40 minggu. Maturitas bayi mempengaruhi kemampuannya untuk beradaptasi di luar rahim (uterus)
Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium. Tinja bayi pada 24 jam pertama kelahiran hingga 2 atau 3 hari berbentuk mekonium yang berwarna hijau tua yang berada di dalam usus bayi sejak dalam kandungan ibu. Mekonium mengandung sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi saluran pencernaan, empedu, lanugo dan zat sisa dari jaringan tubuh.
Bayi menangis atau bernapas. Sebagian besar bayi bernapas spontan. Perhatikan dalamnya pernapasan, frekuensi pernapasan, apnea, napas cuping hidung, retraksi otot dada. Dapat dikatakan normal bila frekuensi pernapasan bayi jam pertama berkisar 80 kali permenit dan bayi segera menangis kuat pada saat lahir.
Tonus otot bayi baik atau bayi bergerak aktif. Pada saat lahir otot bayi lembut dan lentur. Otot – otot tersebut memiliki tonus, kemampuan untuk berkontraksi ketika ada rangsangan, tetapi bayi kurang mempunyai kemampuan untuk mengontrolnya. Sistem neurologis bayi secara anatomi dan fisiologis belum berkembang sempurna, sehingga bayi menunjukkan gerakan – gerakan tidak terkoordinasi, control otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
Warna kulit bayi normal. Perhatikan warna kulit bayi apakah warna merah muda, pucat, kebiruan, atau kuning, timbul perdarahan dikulit atau adanya edema. Warna kulit bayi yang normal, bayi tampak kemerah – merahan. Kulit bayi terlihat sangat halus dan tipis, lapisan lemak subkutan belum melapisi kapiler. Kemerahan ini tetap terlihat pada kulit dengan pigmen yang banyak sekalipun dan bahkan menjadi lebih kemerahan ketika bayi menangis.
b. Diagnosis bayi baru lahir
Diagnosis bayi baru lahir pada dasarnya berguna untuk mencari atau mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada janin. Kegagalan untuk mendeteksi kelainan janin dapat menimbulkan masalah pada jam–jam pertama kehidupan bayi diluar rahim. Dengan mengetahui kelainan pada janin dapat membantu untuk mengambil tindakan serta memberikan asuhan keperawatan yang tepat sehingga dapat membantu bayi baru lahir sehat untuk tetap sehat sejak awal kehidupannya.
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat essensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernapasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan refleks–refleks primitive seperti menghisap dan mencari putting susu. Bila tidak ditangani secara tepat, cepat dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan bahkan mungkin meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan spontan dalam 10–30 menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk cacat.
Umumnya penilaian pada bayi baru lahir dipakai nilai APGAR (APGAR Score) yang merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5 variabel (pernafasan, frek. Jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek). Penilaian APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran untuk memberi kesempatan kepada bayi memulai perubahan, kemudian menit ke-5 serta pada menit ke-10. Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yang rendah berhubungan dengan kondisi neurologis.
Pelaksanaannya APGAR cukup kompleks karena pada saat bersamaan penolong persalinan harus menilai lima parameter yaitu denyut jantung, usaha napas, tonus otot, gerakan dan warna kulit. Dari lima variable nilai APGAR hanya pernapasan dan denyut jantung yang berkaitan erat dengan terjadinya hipoksia dan anoksia.
APGAR Score
TANDA
0
1
2
Appearance
Biru,pucat
Badan pucat,tungkai biru
Semuanya merah muda
Pulse
Tidak teraba
< 100
> 100
Grimace
Tidak ada
Lambat
Menangis kuat
Activity
Lemas/lumpuh
Gerakan sedikit/fleksi tungkai
Aktif/fleksi tungkai baik/reaksi melawan
Respiratory
Tidak ada
Lambat, tidak teratur
Baik, menangis kuat
Penilaian
Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
Nilai tertinggi adalah 10
Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik
Nilai 4-6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan tindakan resusitasi
Nilai 0–3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi
(Johson, 2005) dan (Pusdinakes, 2003)
c. Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan Antropometri yang meliputi:
Penimbangan berat badan.
Pengukuran panjang badan.
Pengukuran lingkar kepala.
Pengukuran lingkar dada.
Pengukuran lingkar lengan atas.
Menurut Winknjsastro (2005) dan Varney (2010) yang perlu diperhatikan pada bayi baru lahir adalah:
Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling perlu dikenali kurangnya reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit atau suara keras yang mengejutkan atau suara mainan.
Keaktifan
Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan dan kaki yang simetris pada waktu bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis adalah normal, tetapi bila hal ini pada waktu tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan lanjut.
Simetris
Apakah secara keseluruhan badan seimbang.
Kepala
Apakah tidak simetris, berupa tumor lunak dibelakang atas yang menyebabkan kepala tampak lebih panjang, sebagai akibat proses kelahiran, atau tumor lunak hanya dibelahan kiri atau kanan saja, atau dikiri dan kanan tetapi tidak melampoi garis tengah bujur kepala. Ukur lingkar kepala.
Muka wajah
Bayi tanpa ekspresi. Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
Mata
Diperhatikan adanya tanda-tanda perdarahan berupa bercak merah yang akan menghilang pada waktu 6 minggu. Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
Periksa jumlah, posisi atau letak mata
Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea
Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina
Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down
Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini kemungkinan adanya sifilis kongenital
Periksa adanya pernapasan cuping hidung
Mulut
Salivasi tidak terdapat pada bayi normal. Bila terdapat secret yang berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan saluran cerna.
Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia
Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar mulut)
Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras dan lunak
Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibat Epistein's pearl atau gigi
Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote)
Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang
Dauntelinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin)
Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
Leher
Leher bayibiasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.
Melihat adanya cedera akibat persalinan.
Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur
Dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan
Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris
Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal
Abdomen
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan
Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya
Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten
Punggung
Adakah benjolan / tumor atau tulang punggung dengan lekukan yang kurang sempurna.
Bahu, tangan, sendi, tungkai
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke bawah
Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur
Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan
Kulit dan kuku
Dalam keadan normal kulit berwarna kemerahan. Kadang-kadang didapatkan kulit yang mengelupas ringan. Pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan kemungkinan ada kelainan. Waspada dengan kulit atau kuku yang menjadi biru, kulit menjadi pucat atau kuning, bercak-bercak besar biru yang sering terdapat pada sekitar bokong (Mongolian spot).
Kelancaran menghisap dan pencernaan harus diperhatikan.
Genetalia perempuan : Vagina berlubang atau tidak, uretra ada atau tidak, labia mayora sudah menutupi labia minora belum.
Genitalia laki – laki : Apakah testis sudah masuk apa belum, penis berlubang dibagian mana, skrotum besar atau tidak.
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
Periksa adanya hipospadia dan epispadia
Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding)
Tinja dan kemih
Diharapkan keluar 24 jam pertama. Waspada bila terjadi perut yang tiba-tiba membesar,tanpa keluarnya tinja, disertai muntah dan mungkin dengan kulit kebiruan, harap segera konsultasi untukpemeriksaan lebih lanjut.
Anus dan Rektum
Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya. Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan
Tungkai
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan bandingkan
Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki
Spinal
Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra.
Kulit
Perhatikan kondisi kuli bayi.
Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
Periksa adanya pembekakan
Perhatinan adanya vernik kaseosa
Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan
Refleks
Refleks Rooting, bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.
Refleks Hisap, terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang disertai refleks menelan.
Refleks Moro, timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba digerakan.
Refleks Mengeluarkan Lidah, terjadi apabila diletakan benda di dalam mulut, yang sering ditafsirkan bayi menolak makanan/ minuman.
Berat badan
Sebaiknya tiap hari dipantau. Penerunan berat badan lebih dari 5% berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan cairan.(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2001). BBL (Berat badan Bayi) adalah berat badan bayi pada saat lahir yang normalnya berkisar antara 2500 – 3500 gram.
Kondisi atau Masalah yang Mungkin Terjadi pada Bayi Baru Lahir
Hipotermia
Hipotermia adalah suatu keadaan ketika bayi diletakkan di lingkungan yang lebih dingin dari suhu lingkungan netralnya, dan ketika bayi menggigil hal tersebut dapat meningkatkan penggunaan oksigen dan penggunaan glukosa untuk proses fisiologis (Ladewig, 2006).
Klasifikasi Hipotermia
Hipotermia ringan, suhu <36,5oC
Hipotermia sedang, suhu antara 320C – 360C
Hipotermia berat, suhu kurang dari 320C
Gejala dan tanda hipotermia
Gejala hipotermia bayi baru lahir:
Bayi tidak mau menetek, bayi lesu, tubuh bayi teraba dingin
Mottling pada kulit
Bintik-bintik pada kulit
Sianosis
Gelisah
Takipnea
Tanda-tanda hipotermia berdasarkan ringan beratnya:
Hipotermia sedang: Aktivitas berkurang, tangisan melemah, kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata), kemampuan menghisap lemah dan kaki teraba dingin.
Hipotermia berat: sama dengan hipotermia sedang, bibir dan kuku kebiruan, pernafasan tidak teratur, bunyi jantung lambat, selanjutnya timbul hipoglikemi dan asidosis metabolik.
Faktor penyebab
Penyebab utama terjadinya hipotermia, karena kurangnya pengetahuan tentang mekanisme kehilangan panas dari tubuh bayi dan pentingnya mengeringkan bayi secepat mungkin. Dan resiko untuk terjadinya hipotermia dikarenakan perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir, bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir, berat badan bayi yang kurang dan memandikan bayi segera setelah lahir. Dan faktor pencetus terhadap timbulnya hipotermia adalah faktor lingkungan, syok, infeksi, KEP (Kekurangan Energi Protein), gangguan endokrin metabolik, cuaca, dan obat-obatan (Wiwik, 2010).
Mekanisme kehilangan panas
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur suhu tubuhnya, dan dapat dengan cepat kehilangan panas apabila tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami hipotermia beresiko mengalami kematian. Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir terjadi melalui:
Gambar Mekanisme Kehilangan Panas
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi, contohnya bayi ditempatkan dekat jendela yang terbuka.
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, contohnya bayi diletakkan di atas timbangan atau tempat tidur bayi tanpa alas.
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada bayi saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin, contohnya angin dari kipas angin, penyejuk ruangan tempat bersalin.
Evaporasi adalah kehilangan panas karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh tidak segera dikeringkan.
Asfiksia
Oksigen sangatlah penting untuk kehidupan baik sebelum dan sesudah persalinan. Selama didalam rahim, janin mendapatkan oksigen dan nutrien dari ibu melalui mekanisme difusi plasenta dari ibu yang diberikan kepada janin. Sebelum lahir, alveoli paru bayi menguncup dan terisi oleh cairan. Paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen ataupun jalan untuk mengeluarkan CO2 sehingga darah tidak perlu mengaliri paru dalam jumlah besar. Namun, setelah bayi lahir plasenta tidak lagi berhubungan, sehingga bayi akan segera bergantung pada paru sebagai sumber utama oksigen (Depkes, 2005).
Bayi baru lahir dalam masa transisi ke kehidupan ekstrauterin akan mengalami beberapa adaptasi yang fisiologis, salah satunya adalah adaptasi pernapasan. Pernapasan awal bayi baru lahir dipicu oleh faktor-faktor fisik, sensorik, dan kimia. Faktor fisik meliputi usaha yang diperlukan untuk mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang kolaps (misalnya perubahan dalam gradien tekanan). Faktor-faktor sensorik dalam adaptasi pernapasan bayi baru lahir meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara, dan penurunan suhu, sedangkan faktor kimia meliputi perubahan dalam darah misalnya, penurunan kadar O2, peningkatan kadar CO2, dan penurunan pH sebagai akibat asfiksia sementara selama kelahiran. Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar antara 30 sampai 60 kali per menit (Barbara, 2004).
Asfiksia menurut Ilyas (1994), adalah suatu keadaan ketidakmampuan bayi untuk bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir yang mana keadaan tersebut disertai dengan hipoksia, hiperkapnea, dan berakhir dengan asidosis. Faktor-faktor yang timbul pada kehamilan, persalinan, atau segera setelah lahir sangat berhubungan dengan keadaan hipoksia. Asfiksia akan menimbulkan dampak yang buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna, sehingga tujuan dari tindakan yang dilakukan yaitu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala lanjutan yang mungkin timbul. Asfiksia kelahiran merupakan konsekuensi dari hipoksia intrapartum dimana bayi membutuhkan resusitasi lebih lanjut dan berlanjut pada keadaan ensefalopati hipoksik iskemik (hypocix ischemic enshefalophaty, HIE). HIE muncul pada 1-2 kasus pada setiap 1000 kelahiran. Bayi yang dilahirkan setelah hipoksia intrapartum memiliki gambaran yang khas. Bayi menjadi bradikardi, pucat, lemas, dan apnu, dan mengalami asidosis metabolik yang parah, yang telah terakumulasi selama periode glikolisis anaerob. Keadaan ini memerlukan tindakan resusitasi segera (Meadow & Newell, 2002).
Etiologi
Paru-paru neonatus mengalami pengembangan pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernapasan teratur, namun bila terjadi gangguan pertukaran gas atau angkutan oksigen dari ibu ke janin akan memicu terjadinya asfiksia janin atau neonatus. Gangguan tersebut dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan, atau segera setelah lahir.
Towell (1966) dalam Ilyas (1994), menggolongkan penyebab kegagalan pernapasan pada bayi asfiksia yang terdiri dari :
Faktor ibu
Ibu merupakan subjek yang berperan dalam persalinan, berbagai kondisi dan keadaan ibu akan banyak mempengaruhi bayi saat dilahirkan. Berikut beberapa situasi pada ibu yang dapat menimbulkan masalah pada bayi :
Hipoksia pada ibu, hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesia umum.
Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, pertambahan umur akan diikuti oleh perubahan organ dalam rongga pelvis. Keadaan ini akan mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim. Pada wanita usia muda dimana organ-organ reproduksinya belum sempurna secara keseluruhan, disertai kejiwaan yang belum bersedia menjadi seorang ibu (Llewellyn & Jones, 2001).
Usia perempuan untuk hamil dan melahirkan memiliki pengaruh yang berbeda pada kesehatan ibu dan janinnya. Kehamilan dan persalinan di bawah umur 20 tahun memiliki resiko yang sama tingginya dengan kehamilan umur 35 tahun keatas sehingga dapat menimbulkan resiko. Usia berkaitan dengan masalah kesehatan, resiko akan meningkat sejalan dengan usia. Persalinan pada ibu usia tua dapat menimbulkan kecemasan yang mengakibatkan persalinan yang lebih sulit dan lama (Kasdu, 2005)
Gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah, setiap penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin. Contohnya kolesterol tinggi, hipertensi, hipotensi, jantung, paru-paru/tbc, ginjal, gangguan kontraksi uterus dan lain-lain.
Faktor plasenta,
Plasenta merupakan suatu organ serba guna dan vital bagi janin yang berfungsi sebagai alat pernapasan, alat pemenuhan nutrisi, dan alat pertahanan dan pembentukan hormon-hormon. Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Apabila terjadi gangguan mendadak pada plasenta maka akan terjadi asfiksia janin. Gangguan plasenta tersebut seperti solusio plasenta, perdarahan plasenta (plasenta previa).
Plasenta previa ialah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah lahir dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan.
Faktor janin atau neonatus
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, gameli, IUGR (intra uterin growth retardation), premature, kelainan kongenital pada neonatus, dan lain-lain.
Prematur adalah keadaan bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi yang lahir kurang bulan memiliki organ dan alat-alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup diluar rahim. Prognosis bayi prematur tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi maka makin tinggi angka kematian. Terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi seperti asfiksia, pneumonia, perdarahan intra kranial, dan hipoglikemia (Saifuddin, 2002).
Gangguan tali pusat, kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah tersebut dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin (Saifuddin, 2002).
Faktor persalinan
Menurut Saifuddin (2002), persalinan normal adalah poses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Faktor persalinan yang dimaksud adalah meliputi partus lama, persalinan dengan tindakan/buatan.
Partus lama menurut Mochtar (2004), yaitu persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara, dan lebih dari 18 jam pada multipara. Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam daripada multi. Insiden partus lama menurut penelitian berkisar 2,8% sampai 4,9%. Bila persalinan lama, dapat menimbulkan komplikasi baik terhadap ibu maupun bayi, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi.
Persalinan buatan yakni persalinan dengan rangsangan/bantuan tenaga dari luar sehingga terdapat kekuatan untuk persalinan. Misalnya forcep/vakum/SC. Menurut Hamilton (1995), forcep digunakan untuk mempercepat persalinan ketika hidup ibu atau janin terancam, untuk mempersingkat persalinan kala II. Persalinan dengan forcep menyebabkan adanya tekanan pada kepala yang bisa menekan pusat-pusat vital pada medula oblongata dan hal tersebut dapat menyebabkan asfiksia.
Persalinan cesarea adalah kelahiran bayi melalui abdomen dan insisi uterus. Persalinan cesarea dipilih karena indikasi distres janin, posisi sungsang, distosia, dan persalinan cesarea sebelumnya. Tindakan cesarea bisa dilakukan pada kejadian plasenta previa, solutio plasenta, gawat janin, letak lintang. Yang mana hal tersebut berpengaruh terhadap pernapasan bayi (Saifuddin, 2002). Persalinan buatan juga bisa dengan induksi yakni tindakan/langkah untuk memulai persalinan yang sebelumnya belum terjadi. Metode yang digunakan ialah amniotomi, infus oxytocin, dan pemberian prostaglandin. Pemberian prostaglandin akan menimbulkan kontraksi otot rahim yang berlebihan yang mana dapat mengganggu sirkulasi darah sehingga menimbulkan asfiksia janin (Hamilton, 1995).
REFERENSI
Barbara. 2004. Perawatan Medikal Bedah. Volume 2. Bandung: Yayasan IAPK
Behrman,dkk. 2000.Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGC
Depkes RI. 2005. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta
Farrer, Helen.1999. Perawatan Maternitas: Ed. 2. Jakarta : EGC
Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Henderson, Christine. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta. EGC
Ilyas, Yaslis. 1994. Kinerja, Teori, Penilaian dan Penelitian. Depok: Badan Penerbit FKM UI
Johnson dan Taylor. 2005. Buku ajar praktik kebidanan.cetaka I. EGC.Jakarta
Kasdu, D. 2005. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara
Ladewig, Patricia W. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC
Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri William Panduan Ringkas, Ed 21. Jakart: EGC
Llewellyn-Jones, Derek. 2001. Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Edisi 6. Jakarta: Hipokrates
Mochtar, R. 2004. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Edisi III. Jakarta: EGC
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Pusdiknakes. 2003. Asuhan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Pusdiknakes
Saifudin, Abdul B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal. Jakarta: EGC
Stright, Barbara R. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC
Varney, H., Kriebs, J. M., Gegor, C.L. 2010. Buku Saku Asuhan Kebidanan Varney. Jakarta: EGC
Winknjsastro, Hanifa.2005. Ilmu Kebidanan Ed 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwon Prawirohardjo
Wiwik. 2010. Hipotermia. Jakarta: YBS-SP
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC