BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tuberkuloma adalah suatu massa seperti tumor yang berasal dari penyebaran secara hematogen lesi tuberkulosa pada bagian tubuh yang lain terutama dari paru. Tuberkuloma sering multiple dan paling banyak berlokasi pada fosa posterior pada anak dan orang dewasa tetapi dapat juga pada hemisfer serebri.
2.2 Epidemiologi
Pada awal abad abad 20, tuberc tuberculom ulomaa pada Central Central Nerus Nerus !ystem !ystem "CN!# merupakan $% & dari semua lesi massa intrakranial diidentifikasi pada otopsi. 'asio ini ditemukan sekitar 0,2 & di semua tumor otak yang dibiopsi antara tahun ()** dan ()+0 pada lembaga lembaga neurolo neurologis gis pada pada negara negara maju. maju. rekuen rekuensi si keterl keterliba ibatan tan CN! berdasarkan literature berkisar dari 0,* & sampai *,0 &, dan banyak ditemukan pada Negara berkembang. -anifestasi yang sering dari tuberculosis CN! adalah tuberculosis meningitis, diikuti oleh tuberkuloma dan abses tuberculosis. Tuberkuloma ditemukan hanya (*& sampai $0& dari kasus tuberkulosis CN! dan kebanyakan terjadi pada hemisfer. Tuber Tuberkul kuloma oma biasany biasanyaa lebih lebih banyak banyak pada negara negara berkem berkemban bang g dapat dapat juga juga meningkat meningkat pada negara maju maju dalam kaitan dengan dengan efek infeksi / dari tampakan tampakan klinis T1C.
2.3 Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang ( % 3m dan tebal 0,$ 0,4 3m dan digolongkan dalam basil tahan asam "1T5#. 2.4 F!to" #isi!o aktor risiko dari tuberkuloma diantaranya adalah sistem imun yang lemah, keadaan sosial ekonomi yang rendah, hygiene masyarakat yang rendah, dan faktor genetik. $,% Tuberkuloma dapat terjadi pada berbagai usia, namun +4 & penderita tuberkuloma intrakranial berusia dibawah 2* tahun di negara berkembang. !ebaliknya di 5merika, tuberkuloma terjadi lebih sering pada usia lebih dari 20 tahun. 2.$ Ptogenesis
6etika -. tuberculosis mencapai paru7paru, kuman tersebut di makan oleh makrofag di dalam aleolus dan sebagian dari kuman akan mati atau tetap hidup dan bermultiplikasi. 8aktu yang diperlukan sejak masuknya kuman T1 hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. -asa inkubasi T1 biasanya berlangsung dalam waktu % + minggu. 6uman T1 dalam makrofag yang terus berkembang7biak, akhirnya akan menyebabkan makrofag mengalami lisis, dan kuman T1 membentuk koloni di tempat tersebut. 6oloni kuman di jaringan paru ini disebut fokus primer 9hon. Pada stadium ini belum ada gejala klinis yang muncul. 6emudian kuman T1 menyebar melalui saluran kelenjar getah bening terdekat menuju ke kelenjar getah bening regional secara limfogen. Penyebaran ini
menyebabkan terjadinya limfangitis dan limfadenitis. !ehingga terbentuklah kompleks primer yang terdiri dari fokus primer 9hon, limfangitis, dan limfadenitis. :i daerah ini reaksi jaringan parenkim paru dan kelenjar getah bening sekitar akan menjadi semakin hebat dalam waktu kira7kira 2 (2 minggu, selama kuman7kuman tersebut tumbuh semakin banyak dan hipersensitiitas jaringan terbentuk. !etelah kekebalan tubuh terbentuk, fokus primer akan sembuh dalam bentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. 6elenjar getah bening regional juga mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tapi tidak akan sembuh sempurna. 6uman T1 dapat hidup dan menetap selama bertahun7 tahun dalam kelenjar ini. !elanjutnya kuman menyebar melalui saluran limfe dan pembuluh darah dan tersangkut di berbagai organ tubuh. ;adi T1 primer merupakan suatu infeksi sistemik. Pada saat terjadinya bakteremia yang berasal dari focus infeksi, T1 primer terbentuk beberapa tuberkel kecil pada meningen atau medula spinalis. Tuberkel dapat pecah dan memasuki cairan otak dalam ruang subarachnoid dan sistim entrikel, menimbulkan meningitis dengan proses patologi berupa (# 6eradangan cairan serebrospinal. meningen yang berlanjut menjadi araknoiditis, hidrosefalus dan gangguan saraf pusat 2# askulitis dengan berbagai kelainan serebral, antara lain infark dan edema asogenik. $#
%
2.% &e'l Klinis
9ambaran klinis penderita dibagi menjadi $ fase. Pada fase permulaan gejalanya tidak khas, berupa malaise, apati, anoreksia, demam, nyeri kepala. !etelah minggu kedua, fase meningitis dengan nyeri kepala, mual, muntah dan mengantuk "drowsiness#. 6elumpuhan saraf knanial dan hidrosefalus terjadi karena eksudat yang mengalami organisasi, dan askulitis yang menyebabkan hemiparesis atau kejang7 kejang yang juga dapat disebabkan oleh proses tuberkuloma intrakranial. Pada fase ke tiga ditandai dengan mengantuk yang progresif sampai koma dan kerusakan fokal yang makin berat. 9ejala klinisnya
serupa
dengan
tumor
intrakranial,
dengan
adanya
peningkatan tekanan intracranial, tanda neurologic fokal, dan kejang epileptic, symptom sistemik dari tuberculosis seperti demam, lesu dan keringat berlebihan, terjadi kurang dari *0& dari kasus.
2.( Dignosis
Neuroradiological imaging dengan CT !can and -'/ mempunyai sensitifitas yang tinggi untuk tuberkuloma, tetapi spesifitas untuk diagnose defenifnya
rendah. Pada CT Scan sesudah pemberian kontras, tuberkuloma memberi gambaran sebagai= (# >esi berbentuk cincin dengan area hipodens?isodens di tengah dan dinding yang menyerap kontras.
2# >esi berbentuk nodul? plaque yang menyerap kontras. Tanpa kontras, lesi pada umumnya hipodens?isodens, pada beberapa kasus didapatkan kalsifikasi. 9ambaran tuberkuloma pada CT Scan sukar dibedakan dengan tumor, abses atau granuloma kronik.
-'/ mempunyai peranan penting dalam diagnose tuberkuloma intracranial. -eskipun demikian tumor metastase seperti malignant gliomas, meningiomas, dan neurocysticercosis dapat menunjukan gambaran yang mirip
pada CT maupun -'/. 1eberapa penulis berpendapat bahwa tuberkuloma dapat dipastikan bila pada serial CT Scan atau serial Magnetic Resonance Imaging "-'/# lesi
menghilang sesudah mendapat terapi obat antituberkulosis "@5T#. :iagnosis pasti tuberkuloma ditegakkan dengan operasi. Pemeriksaan histologi akan mengungkapkan suatu tuberkuloma.
2.) Kompli!si 6omplikasi gangguan pendengaran dan keseimbangan dapat muncul akibat
proses penyakit dan pengobatan streptomicin. 9ejala sisa neurologis minor termasuk kelumpuhan saraf kranial, nystagmus, ataksia, gangguan koordinasi ringan. Cacat intelektual dapat ditemukan pada sekitar dua pertiga dari penderita.
2.) Pentl!snn
4
Pada umumnya, tuberkulostatika diberikan dalam bentuk kombinasi, ialah kombinasi antara /N dengan jenis tuberkulostatika yang lain. Terapi tuberkulosis sesuai dengan konsep baku, yaitu 2 bulan fase intensif dengan %7* obat antituberkulosis "isoniaAid, rifampisin, piraAinamid, streptomisin, dan etambutol#, dilanjutkan dengan 2 obat antituberkulosis "isoniaAid dan rifampisin# hingga (2 bulan. Tuberkuloma yang kecil "B2 cm# dapat sembuh deng an terapi medisinal dalam (0 minggu, lesi yang lebih besar memerlukan eksisi. :engan CT Scan dapat terdeteksi lesi kecil "27$ mm# dan dapat diterapi medisinal sehingga mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat operasi 6ortikosteroid, biasanya dipergunakan
prednison
dengan
dosis
(72
mg?kg11?hari "dosis normal 20 mg?hari dibagi dalam $ dosis# selama %74 minggu, setelah itu dilakukan penurunan dosis secara bertahap (tappering off) selama %74 minggu sesuai dengan lamanya pemberian regimen. Pemberian kortikosteroid seluruhnya adalah lebih kurang $ bulan. /ndikasi kortikosteroid antara lain tekanan intrakranial yang meningkat, adanya defisit neurologis, mencegah perlekatan araknoidea pada jaringan otak. Pengobatan optimal adalah ecise tuberkuloma, jika tersebut merupakan region yang dapat di akses dan kemoterapi antituberkulosa.
2.1* P"ognosis :alam studi pada $% kasus tuberkuloma intrakranial menunjukkan *$&
pasien sembuh sempurna, $D& membaik dengan gangguan neurologis ringan dan (0& meninggal.
BAB III KESI+PU,AN 3.1. Kesimp-ln
Tuberkulosis merupakan penyakit endemi di negara berkembang dan $0& dari space occupation lesi adalah tuberkuloma. Tuberkuloma intrakranial berasal dari penyebaran secara hematogen dari lesi tuberkulosa pada bagian tubuh yang lain terutama dari paru. 9ejala klinisnya
serupa
dengan
tumor
intrakranial,
dengan
adanya
peningkatan tekanan intracranial, tanda neurologic fokal, dan kejang epileptic, symptom sistemik dari tuberculosis seperti demam, lesuh dan keringat berlebihan, terjadi kurang dari *0& dari kasus
+
:iagnosis Tuberkoloma intra cranial meliputi penemuan infeksi sistemik dan laboratorium umum Neuroradiological imaging dengan CT and -'/ "mempunyai sensitifitas yang tinggi untuk tuberkuloma, tetapi spesifitas untuk diagnose defenifnya rendah#, radiografi dada, serologis, biopsy. :iagnosis pasti tuberkuloma ditegakkan dengan operasi dan pemeriksaan histologi akan mengungkapkan suatu tuberkuloma. Pengobatan optimal adalah ecise tuberkuloma, jika tersebut merupakan region yang dapat di akses dan kemoterapi antituberkulosa.
DAFTA# PUSTAKA
(. >ee 8E, 6E Pang, C6 8ong, 2002. Case 'eportF Tuber 1rain tuberculoma in ong 6ong6, -; 2002F+=*274
2. -ulyono, :joko, :joko /man !antoso, ())D. Tuberkulosis -ilier dengan Tuberkuloma /ntrakranial >aporan 6asus. PP:! / /lmu Penyakit Paru, akultas 6edokteran Gniersitas 5irlangga 'umah !akit Gmum :aerah :r !utomo, !urabaya.
3.
!hams,
!hahAad.
20((.
/ntracranial
Tuberculoma.
;ail 'oad, >ahore, Pakistan. www 1rain Tuberculomas.html
@mar
ospital,
%. !uslu, ikmet Turan , -ustafa 1oAbuga, Cicek 1ayindir, 20(0. Cerebral Tuberculoma -imicking igh 9rade 9lial Tumor. ;TN.= 2(" $#= %2D7%2)
*. Eanardag, ! Gygun, Eumuk, - Caner, 1 CanbaA, 200*. Cerebral tuberculosis mimicking intracranial tumour. !ingapore -ed ; 200*F %4"(2# = D$(
6.
1oluk 5, Turk G, 5ribas <, 6okrek H. /ntracranial Tuberculoma= clinical and -'/ findings. Turgut @Aal Tip -erkeAi :ergiAi. Turki. ())+=(+07(+%.
(0