KONSEP TREADMILL TEST
Makalah ini ditujukkan untuk memenuhi Mata Kuliah KMB Disusun Oleh Kelompok 2: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Diana Dwi Hartanti Fitria Selviyani Hilman Arif Ramdhani Inav Afiani Irma Mindo Pauline Rianty Anggraeni Selviyanti Setyorini Trisna Widya Susilaningrum
(34403014009) (34403014017) (34403014018) (34403014019) (34403014020) (34403014032) (34403014038) (34403014043) (34403014045)
Tingkat : II-A AKADEMI KEPERAWATAN JAYAKARTA DINKES PROVINSI DKI JAKARTA 2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SAW yang telah memberikan Rahmat beserta Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan Klien Ca. Kandung Kemih” tepat pada waktu yang telah ditentukan. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Koordinator Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah Ns. Siti Nadiroh S,Kep M,Kep Sp.KMB 2. Dosen Mata Kuliah Terkait Ns. Tri Endah Pangastuti S,Kep M,Kep Sp.KMB 3. Teman Tingkat II-A Kami sadar makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna sehingga kami mengharpkan kritik dan saran yang dapat menyempurnakan makalah yang kami buat sehingga dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi seluruh civitas akademi keperawatan jayakarta khususnya mahasiswa dan mahasiswi sehingga dapat menambah wawasan dan informasi bagi mahasiswa dan mahasiswi akademi keperawatan jayakarta.
Jakarta, Februari 2016
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang B Tujuan C Sistematika Penulisan
1 2 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS A Definisi Treatmill Test
4
B Tujuan Treadmill Test
5
C Durasi Treadmill Test
5
D Indikasi dan Kontraindikasi Treadmill Test
8
E Persiapan Treadmill Test
9
F Cara Pelaksanaan Treadmill Test
11
G Protokol yang Digunakan Treadmill Test .............................
13
H Evaluasi Hasil Treadmill Test
15
BAB III PENUTUP A Kesimpulan B Saran
18 18
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pada penatalaksanaan penyakit jantung koroner dewasa ini telah banyak kemajuan, namun tetap saja masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup penting terutama di negara- negara berkembang seperti Indonesia penyakit jantung koroner ini merupakan penyebab kematian nomor wahid. Mengingat banyaknya jumlah penderita penyakit jantung koroner dan kerugian yang ditimbulkan, maka diperlukan diagnosa yang lebih dini. Tes Toleransi Latihan (ETT) merupakan salah satu cara utama untuk menegakkan diagnosa pasien dengan penyakit jantung koroner khususnya dan penyakit jantung pada umumnya. Tes Toleransi Latihan terutama ditujukan untuk menegakkan diagnosa secara dini sehingga pencegahan dapat dilakukan, kematian dapat dihindari dan harapan kualitas hidup dapat ditingkatkan. Tes Toleransi Latihan adalah cara noninvasif untuk mengkaji berbagai aspek fungsi jantung, dengan mengevaluasi aksi jantung selama dilakukan stress fisik, respon jantung terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dapat ditentukan. Tes ini digunakan
untuk berbagai keperluan berikut seperti,
membantu mendiagnosa penyebab nyeri dada, menentukan kapasitas
1
fungsional jantung setelah miokard infak atau pembedahan jantung, mengkaji efektivitas terapi pengobatan antiangina dan antidisritmia, mengidentifikasi disritmia yang terjadi selama latihan fisik, dan membantu mengembangkan latihan fisik selama rehabilitasi. B. Tujuan Penulisan 1 Tujuan Umum Untuk mengetahui tentang konsep Treadmill test dan Pelaksanaan Treadmill test 2
Tujuan Khusus a Mahasiswa mampu memahami Definisi Treadmill Test b Mahasiswa mampu memahami Tujuan Treadmill Test c Mahasiswa mampu memahami Durasi Treadmill Test d Mahasiswa mampu memahami Indikasi dan Kontraindikasi Treadmill e f g
Test Mahasiswa mampu memahami Persiapan Treadmill Test Mahasiswa mampu memahami Cara Pelaksanaan Treadmill Test Mahasiswa mampu memahami Protokol yang Digunakan Treadmill
h
Test Mahasiswa mampu memahami Evaluasi Hasil Treadmill Test
C. Sistematika Penulisan Laporan ini disusun secara sistematis yang terdiridari 4 Bab, yaitu tersusun sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini terdapat Latar belakang, rumusan masalah yang diambil, tujuan dari penulisan makalah ini, dan juga membuat sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORITIS Pada Bab ini menyajikan penjelasan tinjauan teoritis yang berisi Definisi, Tujuan, Durasi, Indikasi dan Kontraindikasi, Persiapan, Cara Pelaksanaan, Protokol yang Digunakan, Evaluasi Hasil Treadmill Test. BAB III PENUTUP Pada Bab ini penulis menuliskan kesimpulan dan saran dari makalah
2
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Definisi Treadmill Test Tes toleransi latihan (ETT) adalah merekam aktivitas kelistrikan jantung selama latihan fisik yang berdampak terhadap peningkatan kebutuhan oksigen pada jantung. Latihan fisik yang dilakukan pasien dapat berupa pasien berjalan pada ban berjalan atau treadmill. Treadmill test adalah uji latih jantung beban dengan cara memberikan stress fisiologi yang dapat menyebabkan abnormalitas kardiovaskuler yang
3
tidak ditemukan pada saat istirahat. Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi apakah jantung Anda memiliki asupan darah dan oksigen dari sirkulasi saat terjadi stres fisik yang mungkin tidak muncul pada EKG saat istirahat. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan informasi penting apabila ada kelainan dari irama jantung dan tekanan darah. Treadmill Test adalah suatu tindakan untuk menguji efek aktivitas stress atau berlatih terhadap jantung seseorang. Test ini memberi suatu pengertian umum tentang kesehatan jantung. Tes beban dengan menggunakan treadmill adalah cara yang paling sering digunakan. Alat tersebut berupa ban berjalan dengan kecepatan mulai 1-10 mil/jam. Sudut ban berjalan bisa diatur mulai dari 0o sampai 20o seperti layaknya jalan yang mendaki. Klien dapat disuruh berjalan atau berlari sesuai kecepatan ban dan mendatar atau mendaki sesuai besar sudut ban. Pada saat tes, dipasang alat pantau tekanan darah dan EKG sadapan ganda. Nama lain dari Treadmill test ini adalah: 1 Exercise ECG 2 ECG - exercise treadmill 3 EKG - exercise treadmill 4 Stress ECG 5 Exercise electrocardiography 6 Stress test - exercise treadmill Sebagaimana tubuh melakukan kerja keras selama latihan/test, hal ini juga membutuhkan oksigen yang lebih banyak, sehingga memaksakan jantung untuk melakukan pompa lebih banyak darah sesuai yang dibutuhkan. Test ini juga dapat menunjukkan jika suplay darah mulai berkurang dalam arteri koroner. B. Tujuan Treadmill Test Adapun tujuan dari pelaksanaan Treadmill Test ini adalah sebagai berikut: 1 Mencari diagnose penyebab sakit dada 2 Menilai fungsi jantung sesudah serangan infark atau pembedahan 3 Mendeteksi penyakit jantung koroner yang tidak/belum menimbulkan 4
gejala (asimtomatik) Mendeteksi aritmia yang timbul pada saat kerja fisik 4
5
Menilai hasil pengobatan dengan obat-obatan antiaritmia atau anti angina.
C. Durasi Treadmill Test Menurut protokol Bruce latihan treadmill diawali dengan kecepatan rendah (1,7 mil perjam), dan tiap 3 menit kecepatan ditingkatkan. Lalu tes dilanjutkan maksimum 27 menit (biasanya dapat dicapai pada individu yang terlatih) atau sampai pasien timbul gejala iskemik dan aritmia. Rata – rata waktu pada usia dewasa muda 8-10 menit. Cara lain untuk mengukur kapasitas fungsional adalah mengukur kebutuhan oksigen selama aktivitas yang dikonversikan kedalam metabolik equivalen (METs), dimana 1 METs sebanding dengan 3.5 mL O2/kg/min. Tes ini memakan waktu sekitar 20-40 menit tergantung dari kapasitas latihan Anda dan waktu munculnya gejala. The Bruce Protocol memakan waktu total 21 menit, periode pemulihan 10 menit, dan persiapan 10 menit. 1 Indikasi penghentian test. a Keluhan subjektif 1 Timbul nyeri dada yang hebat 2 Sesak nafas 3 Vertigo / pusing 4 Nyeri pada persendian kaki 5 Kelelahan/cape sekali 6 Pasien minta agar test dihentikan b Objektif 1 Respon hipertensi/hipotensi 2 Timbul aritmia yang berarti 3 ST depresi/ST elevasi >3 mm 4 Timbul tanda- tanda perfusi yang buruk (pucat,sianotik,ekstremitas
2
dingin). 5 Target HR maximal tercapai Tes dihentikan apabila : a. Klien merasa nyeri dada, sesak napas atau lelah b. Denyut jantung : 1 Umur 20 – 29 th lebih dari 170/menit 2 Umur 30 – 39 th lebih dari 160/menit 3 Umur 40 – 49 th lebih dari 150/menit 4 Umur 50 – 59 th lebih dari 140/menit 5 Umur 60 – 69 th lebih dari 130/menit 5
c. d. e. f. g. h. i. j. k. 3
Timbul tanda permulaan iskemia miokard atau gagal jantung Tekanan darah tidak meninggi atau bahkan menurun Peningkatan TD secara ekstrim (sistolik > 250mmHg) Bradikardi mendadak Timbul aritmia yang membahayakan Kehilangan koordinasi akibat iskemia serebral Insufisiensi sirkulasi perifer (klaudikasio) Blok jantung sistematik Adanya pergeseran segmen S-T
Selain itu Uji latih dihentikan apabila ditemukan beberapa hal berupa hal mutlak dan relative, diantaranya adalah: a. Mutlak: 1 Tekanan darah sistolik turun drastic > 10 mmHg dari hasil pemeriksaan sebelum uji latih disertai bukti lain adanya gejala 2 3
iskemia. Angina sedang ke berat Gejala system saraf meningkat (seperti ataksia, mengantuk dan
gejala sinkop) 4 Rendahnya perfusi (sianosis dan pucat) 5 Sulit untuk mengevaluasi EKG dan TD 6 Pasien meminta berhenti 7 Takikardia ventrikel sustained 8 Segmen ST elevasi (> 0.1 mm) tanpa ada diagnosis gelombang Q b. Relatif: 9 Tekanan darah sistolik turun drastis > 10 mmHg dari hasil pemeriksaan sebelumnya namun tanpa disertai gejala iskemik 10 Perubahan segmen ST dan kompleks QRS seperti ST depresi (> 3 mm) atau perubahan aksis tetap 11 Aritmia selain aritmia ventrikel sustained 12 Lemas, sesak napas, timbul mengi, kram kaki atau gejala klaudikasio 13 Terjadi bundle branch block pada konduksi intraventrikuler 14 Nyeri dada yang meningkat 15 Hipertensi yang meningkat D. Indikasi dan Kontraindikasi Treadmill Test 1. Indikasi
6
Stress test (Treadmill Test) dapat dilakukan pada keadaan-keadaan berikut ini: a. Pasien dengan tanda dan gejala CAD. b. Pasien dengan faktor resiko untuk terjadi CAD. c. Untuk mengevaluasi toleransi aktivitas ketika pasien mengalami kelelahan yang tak dapat dijelaskan serta adanya keluhan shortness of breath (SOB). d. Untuk mengevaluasi respon tekanan darah terhadap aktivitas terutama pada pasien hipertensi borderline. e. Untuk mengetahui heart rate yang tidak teratur secara serius. 2. Kontra Indikasi Sedangkan Kontraindikasi Treadmill Test ini adalah dikelompokka dalam keadaan yang mutlak dan relatif, yaitu: a. Mutlak : 1) Infark miokard akut dalam 2 hari 2) Angina tak stabil yang beresiko tinggi 3) Aritmia jantung tak terkontrol dengan gejala dan gangguan 4) 5) 6) 7)
hemodinamika Stenosis aorta berat dengan gejala Infark paru atau emboli paru akut Perikarditis atau miokarditis akut Diseksi aorta akut
b. Relatif: 1) Stenosis di pembuluh darah koroner left main 2) Penyakit jantung katup stenosis 3) Gangguan elektrolit 4) Hipertensi berat 5) Takiaritmia dan bradiaritmia 6) Kardiomiopati hipertrofi dan bentuk lain hambatan aliran ke luar jantung 7) Gangguan
fisik
dan
mental
yang
mengganggu
jalannya
pemeriksaan 8) Blok atrioventrikular derajat tinggi E. Persiapan Treadmill Test 1. Beberapa hal yang penting diperhatikan oleh perawat dalam melakukan persiapan pasien sebelum Treadmill Test, antara lain:
7
a. Pasien puasa tiga jam sebelum prosedur, dengan tujuan untuk menghindari terjadinya rasa mula muntah. Pasien diabetes yang sedang menjalani terapi insulin akan mendapat instruksi atau pengawasan khusus dari dokter b. Petugas perlu mengetahui obat-obat yang dikonsumsi pasien sebelum melaksanakan tes ini. Obat spesifik jantung sebaiknya dihentikan dua hari sebelum prosedur dimulai. Namun apabila memungkinkan, penggunaan obat penghambat beta sebaiknya tidak dihentikan bila memang sangat diperlukan pasien walau dapat mempengaruhi hasil test. c. Pasien memakai baju dan sepatu yang nyaman untuk melakukan prosedur d. Jelaskan pada pasien bahwa prosedur test ini akan dilakukan selama satu jama, termasuk persiapan. e. Lakukan anamnese tentang riwayat penyakit pasien dan kemampuan aktivitas fisik pasien terakhir. f. Lakukan pemeriksaan TTV awal dalam keadaan istirahat pada pasien dalam posisi yang nyaman. g. Persiapan juga dilakukan terhadap kebersihan kulit agar tidak menimbulkan banyak artefak pada rekaman EKG. h. Lakukan tes awal EKG dengan 12 lead pada posisi berbaring dan berdiri. i. Berikan penjelasan kepada pasien tentang prosedur yang akan dilakukan. Surat informed concern perlu ditandatangi oleh pasien 2. Persiapan Alat a. Satu set alat treadmill b. Kertas printer teradmill c. Emergencytroly lengkap dan defibilator d. Plester e. Elektrode f. Oksigen g. Tensimeter dan stetoscpoe h. Jelly i. Alkohol 70 % dan kassa non steril
8
j. Tissue/Handuk kecil k. Celana, baju dan sepatu yang layak dipakai untuk treadmill. F. Cara Pelaksanaan Treadmill Test Selama latihan, arteri koroner yang sehat mengalami dilatasi daripada arteri koroner yang mengalami gangguan. Hal ini menyebabkan banyaknya darah yang dikirimkan untuk memenuhi kebutuhan koroner hanya disediakan oleh arteri yang masih normal saja. Aliran darah yang terbatas ini akan mengurangi sejumlah darah yang akan dibutuhkan oleh area jantung tersebut. Hal ini menyebabkan otot jantung yang terlibat akan mengalami kekurangan darah (starvasi) selama latihan. "Starvasi" ini akan menghasilkan gejala seperti tidak nyaman pada dada atau shortness of breath (SOB) dan dapat ditemukan kelainan pada gambaran EKG. 1. Tata cara Sebelum Melakukan Treadmill Test : l. Pertama-tama catat Heart Rate dan ukur tekanan darah dalam kondisi istirahat (diam). Hal ini dilakukan di ruang laboratorium dimana kegiatan akan dilaksanakan. m. Rekatkan electroda pada dinding dada, bahu dan pinggul kemudian hubungkan ECG ke bagian mesin. n. 12-LEAD EKG akan direkam secara tertulis. Setiap lead dari EKG akan menunjukkan hasil yang berbeda dari jantung. Sebagai contoh: 1) Lead 2, 3, dan aVF = menunjukan bagian inferior jantung. 2) V1 dan V2 = Septum jantung 3) V3, V4, V5 dan V6 = Anterior jantung. 4) Lead 1 dan aVL = Superior jantung. 5) aVR menunjukan ruang (cavity) jantung dan tidak memberikan nilai klinik yang bermakna dalam mengidentifikasi coronary desease. Komplikasi dapat diketahui segera bila kita tetap melakukan pengawasan pada tekanan darah, mengawasi hasil rekaman EKG, bertanya kepada pasien tentang gejala yang dialami dan gejala keletihan serta melakukan penilaian terhadap semua gejala atau
9
tanda yang muncul saat test. Selama test berlangsung sebaiknya lengan pasien tidak memegang dengan kencang pada tempat pegangan agar tidak menimbulkan hasil yang tidak sesuai dengan kemampuan pasien.
3. Pelaksanaan Treadmill Test : a. Pasien di anamnesa dan menjelaskan tentang tata cara,maksud, manfaat dan resiko dari treadmill. b. Menentukan target HR submaximal dan maximal (target HR max : 220 dikurang umur dan submaximal adalah 85 % dari target HR max) c. Pasien menandatangani formulir informed consent. d. Pasien dipersilahkan ganti pakaian, celana dan sepatu treadmill yang telah disediakan. e. Pasien berbaring denagn tenang di tempat tidur f. Bersihkan tubuh pasien pada lokasi pemasangan electrode dengan g. h. i. j. k. l. m. n.
menggunakan kassa alkohol. Tempelkan electrode sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan. Sambungkan dengan kabel treadmill Fiksasi electrode dengan sempurna Masukkan data pasien ke alat treadmill Ukur tekanan darah Rekam EKG 12 leads Jalankan alat treadmill dengan kecepatan sesuai dengan prosedur. Setiap tiga menit speed dan elevation akan bertambah sesuai dengan
prosedur yang sudah ditentukan. o. Pantau terus perubahan EKG dan keluhan pasien selama tets. p. Rekam EKG 12 leads dan BP setiap tiga menit. q. Hentikan test sesuai dengan prosedur. 4. Recovery a. Rekam EKG 12 leads dan ukur tekanan darah setelah test dihentikan. b. Persilahkan pasien untuk duduk/berbaring. c. Pantau terus gambaran EKG selama pemulihan. d. Rekam EKG 12 leads dan ukur tekanan darah setiap tiga menit.
10
e. Pemulihan biasanya selama enam menit/sembilan menit (hingga f. g. h. i. j.
gambaran EKG ,HR, dan tekanan darah kembali seperti semula) Memberitahukan pada pasien bahwa test sudah selesai. Lepaskan elektrode dan manset BP. Bersihkan jelly yang menempel di dada pasien . Merapihkan kembali alat–alat pada tempatnya. Sebaiknya selama 15 menit pasca treadmill test pasien masih berada
dalam pengawasan petugas. G. Protokol yang Digunakan Treadmill Test Salah satu protokol yang digunakan adalah protokol Bruce. Pada metode ini, selama menjalani uji latih, pasien akan mendapatkan beban dari alat dengan menaikan ban berjalan beberapa derajat disertai penambahan kecepatan setiap peningkatan stage. Metode Bruce dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Ini merupakan suatu test yang maksimum. Artinya bahwa individu harus mengikti latihan test ini sampai individu tersebut merasa lelah. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap parameter-parameter terutama tekanan darah dan membaca hasil pencatatan EKG. Metode Bruce dalam Treadmill Test ini juga untuk mengetahui estimasi penggunaan VO2 maksimum seperti terlihat pada formula dibawah ini. Nilai ini dapat dibandingkan dengan hasil dari analisa gas darah. Meskipun kejadian klien yang meninggal karena tes tersebut sangant jarang sebaiknya selalu dipersiapkan trolli darurat yang berisi obat-obat 11
jantung dan alat resusitasi selama dilakukan tes tersebut. Suatu tes beban dikatakan positif apabila sebelum dicapai standard toleransi untuk tes tersebut telah timbul indikasi untuk menghentikan tes. Perubahan segmen ST dan gelombang T pada waktu tes atau sesudahnya merupakan petunjuk adanya penyakit jantung koroner. Pada saat ini, standard baku tes beban yang positif adalah apabila terdapat salah satu gejala sbb : 1. Depresi segmen ST 1 mm, horisintal, selama 0,08 detik 2. Depresi segmen ST 1mm menurun selama 0.08 detik 3. Depresi segmen ST 1,5 – 2,0 mm menaik selama 0,08 detik Macam-macam Protokol 1. Protokol Bruce Phase Speed Elevation 1 1,7 10 2 2,5 12 3 3,4 14 4 4,2 16 5 5 18 Setiap phase selama tiga menit. 2. Protokol Modifikasi Bruce Phase Speed Elevation 1 1,7 0 2 1,7 5,0 3 1,7 10 4 2,5 12 5 3,4 14 Setiap phase selama tiga menit H. Evaluasi Hasil Treadmill Test Hasil tes beban positif palsu dapat terjadi antara lain karena hiperventilasi, obat-obatan tertentu dan gangguan keseimbangan elektrolit. Tes beban negative palsu dapat terjadi akibat penggunaan obat-obat beta blocker dan nitrat. Selanjutnya perawat melakukan evaluasi terhadap beberapa parameter berikut ini, antara lain: 12
1. Fase pemulihan setelah tes Setelah mencapai kemampuan maksimal, pasien diminta untuk berhenti secara teratur. Setelah alat treadmill berhenti secara sempurna, pasien tetap menggerakkan kakinya seperti sementara berjalan di tempat dengan santai. Hal ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya perubahan gambaran EKG. Setelah dianggap cukup, pasien duduk atau dapat pula berbaring. Perawat tetap melakukan pengawasan dan observasi ketat terhadap rekaman 10 detik pertama setelah kaki berhenti. Pengawasan paska test dilakukan selama 5 menit kadang-kadang bisa lebih, sampai gejala atau gambaran perubahan EKG berkurang atau hilang. 2. Pemullihan denyut jantung Denyut jantung atau frekuensi nadi akan berkurang dengan cepat setelah tes dihentikan. Apabila berkurangnya denyut jantung < 20 kali/menit pada menit pertama dan kedua, maka ini menjadi prediktor meningkatnya resiko kematian. 3. Tekanan darah Tekanan darah sistolik seharusnya naik saat test berlangsung. Bila terjadi penurunan tekanan darah dibawah tekanan darah sebelum test dilakukan, bisa menjadi kriteria yang perlu diwaspadai. Bila terjadi aktivitas yang menyebabkan terjadinya hipotensi, maka dicurigai terjadinya disfungsi ventrikel kiri, iskemia atau obstruksi aliran darah keluar. Peningkatan tekanan darah yang cepat saat test berlangsung juga menjadi penilaian khusus pertanda adanya kemungkinan timbulnya iskemia. 4. Interpretasi EKG Depresi segmen ST menunjukkan adanya iskemia subendokardial. Digunakan gambaran pada lead II, aVF dan V5. Gambaran EKG pada kemampuan maksimal (exercise maximal) dan masa 3 menit saat recovery menjadi waktu yang perlu diwaspadai.
13
Segmen ST elevasi menggambarkan terjadinya iskemia transmural yang bersifat aritmogenik, bisa berhubungan dengan spasme dan lesi yang jelas pada arteri. Segmen ST depresi umumnya berhubungan dengan adanya spasme maupun lokasi lesi.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Treadmill Test merupakan bagian dari Tes Toleransi Latihan dan jenis tindakan non invasive untuk mengevaluasi kerja jantung. Penting bagi perawat untuk memperhatikan persiapan sebelum melakukan treadmill test terutama melakukan pengkajian awal terhadap tanda-tanda vital dan rekaman EKG untjuk mengevaluasi perkembangannya sebelum, selama dan setelah
14
tindakan. Apabila menunjukkan hal-hal yang tidak diinginkan, perlu dipertimbangkan untuk menghentikan tindakan tersebut. Tes ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama yaitu exercise stress test, Anda akan diminta untuk berjalan diatas treadmill dengan prosedur latihan spesifik, dimulai dari langkah lambat. The Bruce Protocol, protokol yang paling sering digunakan, memiliki total 7 tahapan dengan peningkatan kecepatan secara periodik dan inklinasi kecuraman setiap 3 menit. Protokol yang digunakan adalah metode Bruce dimana tindakan ini Ini merupakan suatu test yang maksimum. Artinya bahwa individu harus mengikuti latihan test ini sampai individu tersebut merasa lelah. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap parameter-parameter terutama tekanan darah dan membaca hasil pencatatan EKG. Metode Bruce dalam Treadmill Test ini juga untuk mengetahui estimasi penggunaan VO2 maksimum. B. Saran Treadmill test merupakan test bagi seseorang yang mengalami serangan jantung. Dengan dibuatnya makalah ini dapat menambah wawasan bagi mahasiswa keperawatan untuk mendeteksi beban jantung sejak dini. DAFTAR PUSTAKA Kumpulan Bahan Kuliah. Dasar-Dasar Keperawatan Kardiotorasik. Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta, Materi Tidak Dipublikasikan. Smeltzer, A. C & Bare, B.B. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2. EGC : Jakarta Sudoyo, dkk (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4 Jilid 2. FKUI : Jakarta
15