BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Ilmu kedokteran terus berkembang. Salah satu perkembangannya terjadi adalah terbentuknya percabangan ilmu kedokteran. Jika ilmu kedokteran semula merupakan seni penyembuhan penyakit ( The art Offhealing) yang dilaksanakna oleh dokter yang mampu melayani pasien yang menderita berbagai penyakit maka kemudian sesuaia dengan dengan kebutuhan.
Oleh sebab itu sebagai mahasiswa/i
Fakultas Kedokteran, kami mencoba menyusun sebuah makalah yang berjudul “
Tumbuh Kembang, Geriatri dan Degeneratif
”
. Hal tersebut menurut kami
sangat penting untuk dibahas dalam rangka menciptakan suatu pelayanan dibidang kesehatan yang terbaik pada seluruh masyarakat Indonesia. Kesehatan mempunyai peran besar dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat, maka semua negara berupa menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Dalam makalah ini nantinya akan dibahas tentang Tumbuh Kembang, Geriatri Geriatri dan Denegeratif pada manusia di Indonesia. Perkembangan ilmu kedokteran yang sangat dinamis sehingga menuntut mahasiswa untuk terus belajar dan menggali ilmu tanpa mengenal waktu,hal itu sangat diperlukan terhadap mahasiswa yang menjadi calon dokter masa depan di negara Indonesia, jadi konsep keilmuan yang baik maka lahirlah seorang dokter yang kompeten dan dipercaya oleh masyarakat, itulah merupakan salah satu latar belakang pada penyusunan makalah ini.
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 1
SKENARIO 5
Terjatuh
Seorang perempuan umur 65 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada pangkal paha kanan sehingga mengganggu bila berjalan. Keadaan ini dialami sejak 5 hari yang lalu pada saat penderita berjalan tertatih-tatih lalu jatuh terduduk di dalam kamar mandi. Sejak 7 tahun terakhir ini penderita mengkonsumsi obat-obat kencing manis, tekanan darah tinggi, jantung dan rhematik. Juga pernah serangan stroke 3 tahun lalu.
1.2 Tujuan Pembahasan Pembahasan
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tentunya memiliki tujuan yang yang diharapkan diharapkan berguna bagi para pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Dimana tujuannya dibagi menjadi 2 macam yang pertama secara umum makalah ini bertujuan menambah wawasan mahasiswa/i dalam mengurangi suatu persoalan secara holistik dan tepat, dan melatih pemikiran ilmiah dari seorang mahasiswa/i Fakultas Kedokteran, dimana pemikiran ilmiah tersebut sangat dibutuhkan bagi seorang dokter agar mampu menganalisis suatu persoalan secara cepat dan tepat. Sedangkan secara khusus tujuan penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut : 1. Melengkapi tugas small group discutions skenario 5 modul 20 tentang Tumbuh Kembang, Geriatri dan Degeneratif. 2. Menambah pengetahuan para pembaca tentang Tumbuh Kembang, Geriatri dan Degeneratif. 3. Memahami berbagai pengetahuan tentang Tumbuh Kembang Anak . 4. Menambah khasanah ilmu pengetahuan para pembaca dan penulis.
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 2
5. Sebagai bahan referensi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran UISU semester 6 dalam menghadapi ujian modul. Itulah merupakan tujuan dalam penyusunan makalah ini, dan juga sangat diharapkan dapat berguna bagi setiap orang yang membaca makalah ini. Semoga seluruh tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik.
1.3
Pembatasan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini kami dihadapkan pada suatu sistem yaitu ada 1 masalah yang harus disusun dalam suatu strukturisasi ataupun skema, dimana pembahasan ini juga sekaligus menjadi pembatasan masalah yang akan dibahas pada makalah ini, berikut merupakan pembatasan masalah dari skenario 6 modul 20 tentang Tumbuh Kembang, Geriatri dan Degeneratif: 1. Definisi dan klasifikasi trauma geriatri 2. Etiologi trauma geriatri 3. Tanda dan gejala trauma geriatri 4. Patogenesis trauma geriatri 5. Pemeriksaan trauma geriatri 6. Penatalaksanaan trauma geriatri Berdasarkan di atas kami menyusun pembatasan pada makalah ini secara sistematis dan terarah agar didapatkan suatu penyelesaian masalah yang baik.
1.4
Metode & Tekhnik
Dalam penyusunan makalah
ini kami mengembangkan suatu
metode
yang sering digunakan dalam pembahasan-pembahasan makalah sederhana, dimana kami menggunakan metode & tekhnik secara deskriftif dimana tim penyusun mencari sumber data dan sumber informasi yang akurat lainnya setelah itu dianalisis sehingga diperoleh informasi tentang masalah yang akan dibahas
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 3
setelah itu berbagai referensi yang didapatkan dari berbagai sumber tersebut disimpulkan sesuai dengan pembahasan yang akan dilakukan dan sesuai dengan judul makalah dan dengan tujuan pembuatan makalah ini.
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 SKEMA
Trauma Geriatri
Defi nisi & Klasi fikasi
Etio
Pato
Mani
Peme
Pena
logi
gene
festa
riksa
talak
sis
si
an
sana
klinis
an
2.2 LO ( LEARNING OBJECTIV)
1. Mampu
Menjelaskan dan Memahami Definisi dan klasifikasi trauma
geriatri 2. Mampu Menjelaskan dan Memahami etiologi trauma geriatri 3. Mampu Menjelaskan dan Memahami tanda dan gejala trauma geriatri 4. Mampu Menjelaskan dan Memahami patogenesis trauma geriatri 5. Mampu Menjelaskan dan Memahami pemeriksaan trauma geriatri 6. Mampu Menjelaskan dan Memahami penatalaksanaan trauma geriatri
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 5
2.3 Jatuh 2.3.1 Definisi
1. Dampak dari garis vertikal yang melewati pusat massa tubuh manusia menjadi tergeletak antara fondasi dan tidak tergantung waktu dan tempat. (Isa acs 1985) 2. Jatuh adalah suatu kejadian yang tidak disadari oleh seseorang yang terduduk dilantai/tanah atau tempat yang lebih rendah.( FICSIT tahun 1993) 3. Jatuh adalah kejadian yang tidak diharapkan oleh seseorang terjatuh dari tempat yang lebih rendah atau yang sama tingginya. (ICD 9) Jatuh terjadi ketika sistem kontrol postural tubuh gagal mendeteksi pergeseran dan tidak mereposisi pusat gravitasi terhadap landasan penopang pada waktu yang tepat untuk menghindari hilangnya keseimbangan. Kegagalan ini antara lain disebabkan oleh pergeseran pusat gravitasi tubuh yang besar, cepat dan terjadi tiba-tiba, gangguan lingkungan serta faktor intrinsik maupun ekstrinsik.
2.3.2 Faktor Resiko
Untuk dapat memahami faktor risiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa stabilitas badan ditentukan atau dibentuk oleh: 1.
Sistem Sensorik
Yang berperan di dalamnya adalah visus (penglihatan), pendengaran, fungsi vestibuler, dan propioseptif. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menyebabkan gangguan penglihatan. Semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran. Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia yang diduga karena adanya perubahan fungsi vestibuler akibat proses menua. Neuropati perifer dan penyakit degeneratif leher akan mengganggu fungsi propioseptif. Gangguan sensorik tersebut menyebabkan hamper sepertiga lansia mengalami sensasi abnormal pada saat dilakukan uji klinik.
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 6
2.
Sistem saraf pusat (SSP)
SSP akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, Parkinson, hidrosefalus tekanan normal sering diderita oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik. 3.
Kognitif
Pada beberapa penelitian, demensia diasosiasikan dengan meningkatnya risiko jatuh. 4.
Muskuloskeletal
Faktor ini disebutkan leh beberapa peneliti merupakan faktor yang benar-benar murni milik lansia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh. Gangguan musculoskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis. Gangguan gait yang terjadi akibat proses menua tersebut antara lain disebabkan oleh:
Kekakuan jaringan penghubung
Berkurangnya massa otot
Perlambatan konduksi saraf
Penurunan visus/lapangan pandang
Kerusakan propioseptif
Yang kesemuanya menyebabkan:
Penurunan range of motion (ROM) sendi
Penurunan kekuatan otot, terutama menyebabkan kelemahan ekstremitas bawah
Perpanjangan waktu reaksi
Kerusakan persepsi dalam
Peningkatan postural sway (goyangan badan)
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 7
Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan gerak, langkah yang pendek, penurunan irama, dan pelebaran bantuan basal. Kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah. Perlambatan
reaksi
mengakibatkan
seorang
lansia
susah/terlambat
mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpeleset, tersandung, kejadian tiba-tiba, sehingga memudahkan jatuh. Secara singkat faktor risiko jatuh pada lansia dibagi dalam dua golongan besar, yaitu: a. Intrinsik
Pada lansia terjadi penurunan seistem sensorik : visus, pendengaran, fungsi vestibuler dan propioseptif sehingga akan menimbulkan berbagai gangguan seperti vertigo tipe perifer dan neuropati perifer. Drop attack merupakan kelemahan tungkai bawah yang mendadak yang menyebabkan jatuh tanpa hilang kesadaran.
Kondisi
tersebut
seringkali
dikaitkan
dengan
insufisiensi
vertebrobasiler yang dipicu oleh perubahan posisi kepala. Sekitar 10-20 % orang usia lanjut mengalami hipotensi ortostatik yang sebagian yang tidak bergejala. Namun beberapa kondisi (curah jantung rendah akibat gagal jantung atau hipovolemia, disfungsi otonom, gangguan aliran balik vena, tirah baring lama, dan obat-obatan) dapat menyebabkan hipotensi ortostatik yang berat sehingga memicu timbulnya jatuh. Selain itu, berbagai penyakit terutama kardiovaskular dan neurologis dapat berkaitan dengan jatuh.
b. Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berada di lingkungan yang memudahkan orang usia lanjut mengalami jatuh, antar lain lampu ruangan yang kurang terang, lantai licin, basah atau tidak rata, furniture terlalu rendah atau tinggi, tangga yang tak aman, kamar mandi dengan bak mandi/ closet terlalu rendah atau tinggi, dan tak memiliki alat bantu untuk berpengangan.
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 8
2.3.3 Etiologi
Faktor penyebab jatuh pad lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor-faktor, antara lain : ( Kane, 1994 ; Reuben, 1996 ; Tinetti, 1992 ; Campbell, 1987 ; Brocklehurst, 1987 ). 1.
Kecelakaan Merupakan faktor penyebab jatuh yang utama bagi lansia, yaitu sekitar 3050 % kasus jatuh. a.
Murni kecelakaan, misalnya karena jatuh terpeleset atau tersandung sesuatu.
b. Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat proses menua, misalnya karena penglihatan pada lansia sudah menurun (mata kurang awas), kemudian menabrak benda-benda yang ada di rumah, sehingga akhirnya jatuh. 2.
Nyeri kepala dan atau vertigo
3.
Hipotensi orthostatik a. Hipovolemia (curah jantung rendah) b. Disfungsi otonom c. Penurunan kembalinya darah vena ke jantung d. Terlalu lama berbaring dan kurang bergerak selama berbaring e. Pengaruh obat-obat hipotensi f. Hipotensi sesudah makan
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 9
4. Obat-obatan : a. Anti hipertensi, misalnya alfa-bloker b. Anti depresan trisiklik c. Sedativa d. Antipsikotik e. Obat-obat hipoglikemik dan alkohol 5.
Proses penyakit yang spesifik. Penyakit-penyakit akut seperti : a. kardiovaskuler - aritmia - stenosis aorta - sinkope sinus karotis b. Neurologi -
TIA
-
stroke
-
serangan kejang
- Parkinson - kompresi saraf spinal karena spondilosis - penyakit cerebelum
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 10
6.
Idiopatik ( tidak jelas sebabnya )
7.
Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba a. Drop attack (serangan roboh) b. Penurunan darah ke otak secara tiba-tiba c. Terbakar matahari
8.
Faktor lingkungan a. Alat-alat atau perabot rumah tangga yang sudah tidak layak pakai karena sudah tua, tidak stabil, atau tergeletak di sembarang tempat. b. Tempat tidur atau jamban yang rendah (jongkok) sehingga menyulitkan lansia ketika akan berdiri. c. Tempat berpegangan yang tidak kuat / susah dipegang : - lantai yang tidak datar, baik ada trapnya atau m enurun - karpet yang kurang baik, sehingga bisa membuat jatuh, keset yang tebal,/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin dan mudah tergeser. - lantai yang licin dan basah yang tidak diperhatikan - penerangan yang kurang baik (kurang terang atau terlalu menyilaukan) - alat bantu jalan yang ukuran, berat, maupun penggunaannya yang tidak tepat.
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 11
9.
Faktor situasional a. Aktivitas sebagian besar lansia jatuh saat melakukan aktivitas biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga, dan mengganti posisi. Hanya sedikit (sekitar 5 %) yang jatuh saat melakukan aktivitas berbahaya seperti olahraga berat bahkan mendaki gunung. Sering juga jatuh pada lansia disebabkan karena aktivitas yang berlebihan, mungkin karena kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih banyak. Dapat juga terjadi jatuh pada lansia yang imobil (jarang bergerak) ketika lansia tersebut ingin pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan. b. Lingkungan Sekitar 70 % jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10 % terjadi di tangga, dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik, yang lainnya terjadi karena tersandung / menabrak benda (perabot rumah) yang tergelatak sembarangan, lantai yang licin atau tidak rata, penerangan yang kurang. c. Penyakit akut Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akut dari penyakit kronik yang diderita lansia juga sering menyebabkan jatuh, misalnya sesak napas akut pada penderita penyakit paru obstruktif menahun, nyeri dada tiba-tiba pada penderita penyakit jantung iskemik, dan lain-lain.
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 12
2.3.4 Pemeriksaan
Pada
pasien
geriatri/usia
lanjut,
kita
harus
melakukan
pemeriksaan/assesmen secara holistik/paripurna, berkesinambungan dan tepat. Dengan maksud agar dapat meninjau keseluruhan dari gangguan fisisnya, psikososial
dan
juga
gangguan
fungsional
sehingga
nantinya
dapat
mengidentifikasikan masalah tersebut termasuk mengidentifikasikan faktor resiko yang berperan serta kemudian merencanakan penatalaksa naan menyeluruh dengan penekanan pada kemampuan fungsional pasien atau setidaknya memberikan perhatian yang sama dengan diagnosis dan pengobatan penyakit sebab kompleksitas masalah pada usia lanjut dapat meningkatkan resiko iatrogenik. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi : A.
Anamnesa riwayat penyakit (jatuhnya)
Anamnesa dibuat baik terhadap penderita ataupun saksi mata jatuh atau keluarganya. Anamnesis ini meliputi : 1. Seputar jatuhnya : mencari penyebab jatuhnya misalnya apa karena terpeleset, tersandung, berjalan, perubahan posisi badan, waktu mau berdiri dari jongkok atau sebaliknya, sedang buang air kecil atau besar, sedang batuk atau bersin, sedang menolwh tiba-tiba ataupun aktivitas lainnya. 2. Gejala yang menyertai : seperti nyeri dada, berdebar-debar, nyeri kepala tibatiba, vertigo, pingsan, lemas, konfusio, inkontinens, sesak nafas . 3. Kondisi komorbid yang relevan : pernah menderita hipertensi, diabetes mellitus, stroke, parkinsonisme, osteoporosis, sering kejang, penyakit jantung,
rematik, depresi, deficit rematik dll 4. Review obat-obatan yang diminum : anti hipertensi ( alfa inhibitor non spesifik dll ), diuretic, autonomic bloker, anti depresan, hipnotik, anxiolitik, analgetik, psikotropik , ACE inhibitor dll 5. Review keadaan lingkungan : tempat jatuh apakah licin/bertingkat-tingkat dan tidak datar, pencahayaannya dll
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 13
B.
1.
Pemeriksaan Fisis
Mengukur
tanda
vitalnya
:
Tekanan
darah
(tensi),
nadi,
pernafasan(respirasinya) dan suhu badannya (panas/hipotermi) 2.
Kepala dan leher : apakah terdapat penurunan visus, penurunan pendengaran, nistagmus, gerakan yang menginduksi ketidakseimbangan, bising.
3.
Pemeriksaan jantung : kelainan katup, aritmia, stenosis aorta, sinkope sinus carotis dll
4.
Neurologi : perubahan status mental, defisit fokal, neuropati perifer, kelemahan otot, instabilitas, kekakuan, tremor, dll
5.
Muskuloskeletal : perubahan sendi, pembatasan gerak sendi, problem kaki (podiatrik), deformitas dll
C.
Assesmen Fungsionalnya
Sebaiknya dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebiasaan pasien dan aspek fungsionalnya dalam lingkungannya, ini sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan. Pada assesmen fungsional dilakukan observasi atau pencarian terhadap : 1.
Fungsi gait dan keseimbangan : observasi pasien ketika bangkit dari duduk dikursi, ketika berjalan, ketika membelok atau berputar badan, ketika mau duduk dibawah dll.
2.
Mobilitas : dapat berjalan sendiri tanpa bantuan, menggunakan alat Bantu ( kursi roda, tripod, tongkat dll) atau dibantu berjalan oleh keluarganya.
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 14
3.
Aktifitas kehidupan sehari-hari : mandi, berpakaian, berpergian, kontinens. Terutama kehidupannya dalam keluarga dan lingkungan sekitar ( untuk mendeteksi juga apakah terdapat depresi dll )
2.3.5 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan untuk mencegah terjadinya jatuh berulang dan menerapi komplikasi yang terjadi, mengembalikan fungsi AKS terbaik, dan mengembalikan kepercayaan diri mereka. Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan funsional, terapi difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot sehingga memperbaiki fungsionalnya. Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi penyebabnya/faktor yang mendasarinya. Penderita dengan dissines sindrom, terapi ditujukan pada penyakit kardiovaskular yang mendasari, menghentikan obat-obat yang menyebabkan hipotensi postural : beta bloker, diuretik, antidepresan, dan lain-lain. Selain itu, tidak lupa untuk memperbaiki lingkungan untuk mencegah terjadinya jatuh.
2.3.6 Komplikasi
Komplikasi dapat berupa perlukaan, perawatan di rumah sakit, disabilitas, risiko masuk dalam rumah perawatan dan kematian. Perlukaan yang terjadi dapat berupa rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit (berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena); patah tulang : pelvis, femur (terutama kollum), humerus, lengan bawah, tungkai bawah, kista; hematom subdural. Perawatan rumah sakit menyebabkan komplikasi tidak dapat bergerak (imobilisasi) dan risiko penyakit-penyakit iatrogenic. Disabilitas yaitu berupa penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri dan pembatasan gerak
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 15
2.3.7 Pencegahan
a. Identifikasi faktor risiko
Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor intrinsik risiko jatuh, perlu dialakukan assesmen keadaan sensorik. Neurologis, musculoskeletal dan penyakit sistemik yang sering mendasari/ menyebabkan
jatuh.
Keadaan
lingkungan
rumah
yang
berbahaya
dan
dapatmenyababkan jatuh harus dihilangkan. Obat-obatan yang menyebabkan hipotensi postural, hipoglikemik atau penurunan kewaspadaan harus diberikan sangat selektif dan dengan penjelasan yang komprehensif pada lansia dan kelauarganya tentang risiko terjadinya jatuh akibat minum obat tersebut.
b. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan
Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Bila goyangan badan pada saat berjalan sangan berisiko, maka diperlukan bantuan latihan oleh rebhabilitasi medik.
c. Mengatur/mengatasi faktor situasional
Fator situasional yang bersifat serangan akut/eksaserbasi akut penyakit yang diderita lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lansia secara periodik
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 16
2.4 Fraktur
Untuk bisa terjadi fraktur pada usia lanjut sering terjadi hanya dengan trauma ringan atau bahkan tanpa ada kekerasan yang nyata. Adanya tekanan berat dari lantai saat jatuh hanya merupakan sebagian dari penyebab fraktur tersebut. Pada lansia, stress utama pada tulang justru datang dari daya yang sangat kuat dari otot yang berinsersi di tulang tersebut.
2.4.1. Jenis Fraktur
a. Fraktur sendi koksa (fraktur leher/kollum femur) merupakan jenis fraktur ini merupakan yang terpenting dan sering terjadi. Insiden pada wanita tiga kali dibanding pria dan osteoporosis. Merupakan faktor predisposisi utama. Fraktur femur seringkali menjadi buruk, menyebabkan mortalitas tinggi dan komplikasi berat dan kecacatan.
b. Fraktur pergelangan tangan (fraktur Colle’s) merupakan fraktur pada distal radius biasa terjadi karena terjatuh dengan posisi tangan menahan tubuh, Terapi dilakukan dengan mengadakan reposisi dan fiksasai gips. Tanpa komplikasi akan sembuh dalam 6 – 8 minggu.
c. Fraktur kolumna vertebralis : jenis crush, multiple atau wedge (baji). Fraktur ini sebagai akibat osteoporosis bisa terjadi dalam bentuk crush (wanita pasca menopause) maupun bentuk multiple, seperti baji (wanita / pria sebagai akibat osteoporosis senilis)
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 17
2.4.2. Penatalaksanaan
a.
Tindakan terhadap fraktur : untuk mengetahui perlu tidaknya dilakukan tindakan operatif atau hanya dilakukan tindakan konvesional, perlu dilakukan kerjasama yang erat dengan bagian ortopedi.
b. Tindakan terhadap jatuh : mengurangi faktor risiko te rjadinya jatuh merupakan salah satu cara untuk mengurangi terjadinya fraktur.
c.
Tindakan terhadap kerapuhan tulang : biasanya tidak bisa mengembalikan tulang seperti semula, tetapi bisa membantu mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan fraktur.
d.
Keperawatan dan rehabilitasi saat penderita imobil : berupa pencegahan komplikasi imobilitas (infeksi, dekubitus, konfusio) agar penderita secepat mungkin bisa mandiri lagi.
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 18
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari penyusunan makalah ini ditemukan beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan tujuan pembuatan dan judul dari makalah, berikut merupakan beberapa kesimpulan yang diambil : Pada geriatri terjadi penurunan kemampuan untuk menghadapi berbagai jejas sehingga trauma ringan pun dapat membahayakan diri para geriatri. Jatuh yang dialami pasien disebabkan oleh faktor intrinsik dan ektrinsik. Faktor intrinsik berupa gangguan berjalan dan penurunan penglihatan serta pendengaran. Sedangkan faktor ekstrinsik seperti keadaan rumah yang memiliki banyak tangga.
Fraktur mudah terjadi pada lansia karena penurunan komposisi tulang akibat penuaan dan menopouse. Predileksi fraktur tersering pada lansia yaitu pergelangan tangan, collum femur, dan columna vertebralis.
3.2 Saran
Dalam penyelesaian makalahkan ini kami juga memberikan saran bagi para pembaca dan mahasiswa yang akan melakukan pembuatan makalah berikutnya :
Pembahasan yang lebih mendalam disertai gambaran-gambaran tentang jatuh dan fraktur yang lebih jelas serta mencari solusinya
Pembahasan secara langsung dengan mencari pasien untuk dilakukan suatu penelitian
Kombinasikan metode pembuatan makalah berikutnya
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 19
Beberapa poin diatas merupakan saran yang kami berikan apabila ada pihak pihak yang ingin melanjutkan penelitian terhadap makalah ini, dan demikian makalah ini disusun serta besar harapan nantinya makalah ini dapat berguna bagi pembaca khususnya mahasiswa/i Fakultas Kedokteran UISU semester VI/2012 dalam penambahan wawasan dan ilmu pengetahuan.
Tumbuh Kembang, Geriatri & Degeneratif
Page 20