PENDAHULUAN
Fari Faring ngit itis is seca secara ra luas luas meny menyan angk gkut ut tons tonsil illi liti tis, s, naso nasofar farin ingi gitis tis,, dan dan tonsilofaringitis yaitu infeksi pada daerah faring dan sekitarnya yang ditandai dengan dengan keluha keluhan n nyeri nyeri tenggo tenggorok rok.. Virus Virus merupa merupakan kan etiolog etiologii terbany terbanyak ak dari dari faringitis akut terutama pada anak berusia ≤ 3 tahun. Virus penyebab penyakit respiratori respiratori seperti seperti adenovirus adenovirus,, rhinovirus rhinovirus,, dan virus parainfluenza parainfluenza dapat menjadi penyebabnya. Streptococcus beta hemolitikus grup A adalah bakteri terbanyak pen penye yeba bab b peny penyak akit it farin faringi giti tiss atau atau tons tonsil ilof ofari aring ngit itis is akut akut.. Bakt Bakter erii ters terseb ebut ut mencakup 15-30% pada anak Kepentingan kasus kejang demam kompleks dibuat sebagai kasus karena ada banyak alasan, diantaranya adalah : 1. Untuk Untuk meng mengeta etahui hui defin definisi isi tons tonsilo ilofari faringi ngitis tis 2. Untuk Untuk memp mempela elajari jari etiol etiologi ogi tonsi tonsilof lofari aringi ngitis tis 3. Untuk Untuk mempelajari mempelajari patofis patofisiolog iologii dan manifes manifestasi tasi klinis klinis tonsil tonsilofarin ofaringitis gitis 4. Untuk Untuk mempelajari mempelajari cara mendiagno mendiagnosis sis tonsilofari tonsilofaringitis ngitis 5. Untuk Untuk mempela mempelajari jari penatala penatalaksa ksanaa naan n tonsil tonsilofa ofarin ringiti gitiss ss 6. Untuk Untuk menget mengetahu ahuii prognosi prognosiss tonsilo tonsilofari faringi ngitis tis Karena Karena pentin pentingny gnyaa hal tersebu tersebutt kita kita sebaga sebagaii dokter dokter harus harus bisa bisa menega menegakka kkan n diagnosis dan memberikan penatalaksanaan dari tonsilofaringitis.
1
STATUS PENDERITA
I. IDEN IDENTI TITA TAS S PEND PENDER ERIT ITA A
N am a
: An. M
Tanggal Lahir
: 20 Mei 2005
Umur
: 5 tahun 10 bulan
Berat badan
: 17 kg
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Gulon Rt 5/21 Jebres Surakarta
Tanggal Masuk
: 06 April 2011
Tang Tangga gall Pem Pemeri eriks ksaa aan n
: 08 08 Apr April il 2011 2011
No. CM
: 01060279
II. II. ANAM ANAMNE NESI SIS S
Anamn namnes esis is
diper iperol oleh eh
den dengan gan
cara cara
anam anamn nesis esis
terh terhad adap ap
pas pasien ien
dan dan
aloanamnesi aloanamnesiss terhadap terhadap ibu penderita serta dilengkapi dilengkapi dengan rekam medis rumah sakit.
A.
Keluhan Utama
Panas
B.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Pasien merupa merupakan kan rujuka rujukan n dari dari Puskes Puskesmas mas Sibela Sibela dengan dengan keteran keterangan gan Febris hari ke 5. Sejak 5 hari SMRS pasien panas tinggi. Panas dirasakan terus menerus. Panas tidak berkurang berkurang dengan pemberian obat penurun penurun panas. Selain itu pasien juga mengeluh nyeri menelan, batuk berdahak disertai pilek.. Jika batuk kadang – kadang pasien sampai muntah ± satu sendok sendok makan makan berisi berisi makana makanan n dan dahak. dahak. Pasien Pasien tidak tidak mengel mengeluh uhkan kan keluar cairan dari telinga maupun nyeri kepala. Pasien tidak merasa sesak Pasien tidak mengeluh mual. Paisen tidak mau makan tapi masih mau 2
minum. Pasien mimisan 2 kali sedikit-sedikit dan dapat berhenti sendiri. BAB dan BAK dalam batas normal.
C.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat mondok
: disangkal
b. Riwayat alergi
: disangkal
c. Riwayat mimisan
: (+) jika demam dan kelelahan
d. Riwayat sakit tenggorokan
: (+) > 4x/1 tahun
D.
Riwayat Penyakit Keluarga
a.
Riwayat sakit serupa
b.
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat lingkungan menderita DHF
E.
: disangkal
: disangkal
Pohon Keluarga
An M, 5 thn 10 bulan F.
Jenis 1. BCG 2. DPT 3. Polio 4. Campak 5. Hepatiti sB
Riwayat Imunisasi
0
1 bulan
I 1 bulan 2 bulan 2 bulan 9 bulan lahir
II 4 bulan 4 bulan 2 bulan
III 6 bulan 6 bulan 4 bulan
IV 6 bulan
Kesan : lengkap sesuai jadwal
3
G.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Lahir : BB = 3,4 kg ; TB = 51 cm Umur 1 tahun : BB = 10 kg ; TB = 85 cm Umur 2 tahun : BB = 12 kg ; TB = 89 cm Umur 3 tahun : BB = 14 kg ; TB = 95 cm Umur 4 tahun : BB = 16 kg ; TB = 101 cm Umur 5 tahun : BB = 17 kg ; TB = 107 cm
Senyum
: 3 bulan
Miring
: 4 bulan
Tengkurap
: 7 bulan
Duduk
: 9 bulan
Gigi keluar
: 9 bulan
Berdiri
: 11 bulan
Berjalan
: 13 bulan
Bicara
: 18 bulan
Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan umur
H.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah
: baik
Ibu
: baik
I.
Riwayat Makan dan Minum Anak
Sejak lahir penderita menerima ASI dan susu formula merk SGM dengan frekuensi kurang lebih 8 kali perhari, takaran: 3 sendok takar untuk 100 cc air. Bubur sumsum diberikan sejak umur 4 bulan. Penderita menerima bubur susu dengan merk SUN sejak umur 6 bulan dengan frekuensi kurang lebih 3 kali perhari. Nasi tim diberikan sejak umur 8 bulan dengan frekuensi 3 kali perhari.
4
Saat ini pasien makan 3x sehari, dengan nasi, sayur, dan lauk berupa
tempe,
tahu,
ayam,
telur,
kadang
daging.
Pasien
juga
mengkonsumsi buah-buahan dan minum susu. Kesan : kualitas dan kuantitas intake cukup.
J.
Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal
Pemeriksaan di
: bidan setempat
Frekuensi
: 1x perbulan pada trimester I dan II 2x perbulan pada trimester III
Keluhan selama kehamilan
: mual
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin dan tablet penambah darah.
K.
Riwayat kelahiran
Lahir dibantu oleh bidan, umur kandungan 9 bulan, lahir spontan, berat badan lahir 3400 gram, panjang badan 51 cm, menangis kuat setelah lahir.
L.
Pemeriksaan Postnatal
Pemeriksaan di bidan dan puskesmas tiap bulan dan tiap kali ada keluhan.
M.
Riwayat Keluarga Berencana :
Ibu penderita menggunakan KB suntik 3 bulan sekali.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
: Sedang, kompos mentis, gizi kesan baik
B. Tanda vital Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 96 x/menit
Laju Pernapasan
: 30 x/menit, teratur, tipe thorakoabdominal
Suhu
: 37,90C per aksiler
Berat badan
: 17 kg
5
Tinggi badan
: 107 cm
C. Kulit
: warna sawo matang, kelembaban cukup, ujud kelainan kulit (-)
D. Kepala
: bentuk mesosefal, rambut hitam sukar dicabut, lingkar kepala : 54 cm,sutura sudah menutup.
E. Mata
: Oedem palpebra (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), air mata (+/+), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3 mm), bulat, di tengah.
F. Hidung
: Napas cuping hidung (-/-), sekret (+/+), darah (-)
G. Mulut
: bibir sianosis (-), mukosa basah (+), hiperemis (-), gusi berdarah (-)
H. Telinga
: daun telinga dalam batas normal, membrane timpani intake, sekret (-), mastoid pain (-), tragus pain (-)
I. Tenggorok
: uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (+), tonsil T3 – T4 hiperemis, kripte melebar, detruitus (+)
J. Leher
: bentuk
normocolli,
kelenjar
getah
bening
membesar K. Thorax
: bentuk normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan - kiri, nyeri ketok kostovertebra (-)
Cor
: Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis tidak kuat angkat, teraba di linea medioclavicularis sinistra
Perkusi
: batas jantung kesan tidak melebar Kanan atas
: SIC II linea parasternalis dextra
Kiri atas
: SIC II linea parasternalis sinistra
Kanan bawah: SIC IV linea parasternalis dextra
6
Kiri bawah
: SIC V linea medioclavicularis sinistra
Auskultasi
: bunyi jantung I-II intensitas normal, regular bising (-)
Pulmo
: Inspeksi
: pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi
: fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi
: sonor di seluruh lapang paru Batas paru hepar
: SIC VI dextra
Batas paru lambung : spatium intercosta VII sinistra
Auskultasi
Redup relatif
: batas paru hepar
Redup absolut
: hepar
: Suara dasar vesikuler (+/+), Suara tambahan RBK (-/-), RBH (-/-), wheezing (-/-)
L. Abdomen
:
Inspeksi
: dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi
: peristaltik (+) normal
Perkusi
: timpani, pekak beralih (-)
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-), hepar tidak membesar, lien tidak membesar.
M. Ekstremitas Akral dingin
: -
-
-
-
Oedema
-
-
-
-
Capilary refill time < 2 detik a dorsalis pedis teraba kuat
Perhitungan Status Gizi
1.
Secara klinis Kepala
: mesosephal, rambut susah dicabut
7
2.
Mata
: CP (-/-), SI (-/-)
Mulut
: bibir sianosis (-)
Ekstremitas
: clubbing finger (-), sianosis ujung jari (-)
Status gizi secara klinis
: gizi kesan baik
Secara Antropometri BB : 17 kg, TB : 107 cm Weight for age : P 5
3. Analisis Diet : Kesan kualitas dan kuantitas cukup 4. Pemeriksaan Laboratorium Hb
: 10,2 g/dl
Hct
: 32%
AE
: 3,75.106 /μl
AL
: 7,6. 103/μL
AT
: 194. 103/μL
SI
: 15 ug/dl
TIBC
: 287 ug/dl
Saturasi transferin: 5 % Feritin
: 378,7 ng/ml
Kesan gizi kurang (anemia) Isac score
Panas
1
Batuk
0
Pembesaran tonsil
1
Pembesaran limfonodi 1 Umur
1
8
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG A. Laboratorium Darah Tanggal 7 April 2011
Tanggal 6 April 2011 Hb
: 10,8 g/dL
Hb
: 10,2 g/dl
Hct
: 29,5 %
Hct
: 32%
AE
: 3,99.106/μL
AE
: 3,75.106 /μl
AL
: 6,5.103/μL
AL
: 7,6. 10 3/μL
AT
: 207.103/μL
AT
: 194. 10 3/μL
Golongan Darah
:A
MCV
: 83,9 /μm
MCH
: 27,3 pg
MCHC
: 32,6 g/dl
RDW
: 13,5%
HDW
: 2,8 g/dl
MPV
: 5,4 fl
PDW
: 51 %
Eosinofil
: 0,20%
Basofil
: 0,50%
Neutrofil
: 75,90%
Limfosit
: 14,70%
Monosit
: 8,70%
LUC
: 4,30%
SI
: 15 ug/dl
TIBC
: 287 ug/dl
Saturasi transferin: 5 % Feritin
: 378,7 ng/ml
Tanggal 8 April 2011 ( Gambaran Darah Tepi )
Eritrosit
: hipokrom, normosit, akantosit, eritoblast (-)
Leukosit
: jumlah dalam batas normal, dominasi neutrofil, metamielosit netrofil (+) blas (-)
Trombosit
: jumlah dalam batas normal, penyebaran merata
9
Kesimpulan
: Anemia hipokromik normositik dengan netrofilia relatif suspek ec proses infeksi
Saran
B.
: hs CRP
Laboratorium Urin Rutin Tanggal 7 April 2011
Makroskopis Warna
: kuning
Kejernihan
: jernih
Kimia Urin Berat jenis
: 1,015
pH
: 6,0
Leukosit
: negatif
Nitrit
: negatif
Protein
: negatif
Glukosa
: normal
Keton
:5
Urobilinogen
: negatif
Bilirubin
: negatif
Eritrosit
: negatif
Mikroskopis Eritrosit
:
0/LPB
Leukosit
:
1/LPB
Epitel squamous
:
0-1 /LPB
Epitel transisional
:
-
Epitel bulat
:
-
Epitel
Silinder Hyline
: -
Granulated
: -
Leukosit
: -
10
C.
Feces rutin
Tanggal 7 April 2011
Makroskopis : Warna
: coklat
Konsistensi
: lunak
Lendir
: (-)
Pus
: (-)
Darah
: (-)
Makanan tak tercerna
: (+/-)
Cacing
: (-)
Mikroskopis Sel epitel
: (-)
Eritrosit
: (-)
Leukosit
: (-)
Protozoa
: (-)
Telur cacing
: (-)
Kuman
: (+)
Kesimpulan : tinja lunak warna coklat, tidak ditemukan parasit patogen D. Jawaban konsul THT tanggal 7 April 2010
Assessment : tonsilofaringitis kronis eksaserbasi akut. Saran terapi : antibiotik, anti inflamasi, motivasi tonsilektomi jika sudah tenang.
V.
RESUME
5 hari SMRS pasien panas tinggi terus menerus. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak, pilek dan nyeri menelan disertai nafsu makan turun. Keluhan tidak berkurang dengan pemberian obat dari warung. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital peningkatan suhu tubuh subfebril. Ditemukan secret pada hidung, faring hiperemis, tonsil T3 T4 hiperemis dengan kripte melebar dan detruitus serta pembesaran getah bening leher. Isac score : 4
11
Dari
pemeriksaan
laboratorium
darah
rutin
didapatkan
anemia
hipokromik normositik dengan penurunan transferin dan SI. Dari hasil GDT didapatkan anemia hipokromik normositik dengan netrofilia relatif suspek ec proses infeksi
VI.
DAFTAR MASALAH
Demam Nyeri menelan Batuk Nafsu makan menurun Keluhan serupa berulang Suhu 37,9 oC Faring hiperemis Tonsil hiperemis Tonsil membesar T3-T4 Kripte melebar dengan detruitus Kelenjar getah bening leher membesar Anemia hipkromik normositik Penurunan transferin dan serum iron
VII.
DIAGNOSA BANDING
Febris hari ke 5 e/c DD Tonsilofaringitis kronis eksaserbasi akut DF DHF
VII. DIAGNOSIS KERJA
1. Tonsilofaringitis kronis eksaserbasi akut 2. Anemia normositik hipokromik ec proses infeksi dan defisiensi Fe 3. Gizi kurang (anemia)
12
VIII. PENATALAKSANAAN
1) Diet nasi lauk 1500 kalori/hari + ekstra susu 2 gelas perhari 2) IVFD D 1/4 S 14 tpm makro 3) Injeksi ampicilin 400 mg/6 jam 4) Ambroxol 3 x 10 mg peroral 5) Paracetamol syr 4 x cth II 6) Metil prednisolon 3 x 2 mg peroral
IX. PLANNING
1. Swab tenggorok 2.
Keadaan umum dan vital sign tiap 8 jam
3.
Edukasi keluarga tentang penyakit pasien. X.
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia et bonam
Ad sanam
: dubia et bonam
Ad fungsionam : dubia et bonam
XI. FOLLOW UP SUBJEKTIF OBYEKTIF
9 April 2011 Panas (-), nyeri menelan (-), batuk (+), pilek (-), makan (+) sedikit, minum (+), BAK (+), BAB (+) KU: CM, KU sedang VS : T=110/60 mmHg HR=72x/mnt,kuat,teg ckp RR= 28x/ menit S= 36,1o C Kepala : Mesocephal Mata : CA (-/-), SI (-/-) Mulut: faring hiperemis (-), tonsil T3-T4 hiperemis, kripte melebar, detruitus (+) Leher : KGB membesar Thoraks : retraksi (-)
13
Pulmo I : Pengembangan dada kanan=kiri P : fremitus raba kanan=kiri P : sonor/sonor A : SDV (+/+ ), ST (-/-) Jantung Bunyi jantung I-II intensitas normal, reg, bising (-) Abdomen I : dinding dada // dinding perut A : bising usus (+)normal P : tympani, pekak alih(-) P : supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kembali lambat Ekstremitas : Akral dingin - - -
sianosis - - CRT < 2” A. dorsalis pedis teraba kuat LAB
-
ASS
1. Tonsilofaringitis kronis eksaserbasi akut 2. Anemia normositik hipokromik ec defisiensi Fe dan proses infeksi
TERAPI
1) Diet nasi lauk 1500 kalori/hari+2 gelas susu/hari 2) IVFD D 1/4 S 14 tpm makro 3) Injeksi ampicilin 400 mg/6 jam 4) Ambroxol 3 x 10 mg peroral 5) Paracetamol syr 4 x cth II 6) Metil prednisolon 3 x 2 mg peroral
PLANNING MONITOR
Tunggu hasil swab tenggorok KU/VS tiap 8 jam
EDUKASI
Edukasi keluarga tentang penyakit
14
ANALISA KASUS
I.
Analisa diagnosis Pada kasus ini diagnosis tonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut ditegakkan berdasarkan : a. Anamnesis didapatkan : 1. Pasien mengeluhkan badan panas tinggi terus menerus. 2. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak, pilek dan nyeri menelan 3. Keluhan serupa kambuh – kambuhan b. Pemeriksaan Fisik didapatkan : 1. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 96 x/menit, laju pernapasan 30 x/menit, teratur, suhu 37,9 0C per aksiler 2. Didapatkan faring hiperemis, tonsil T3 T4 hiperemis, dengan kripta melebar dan detruitus (+), kelenjar getah bening leher membesar. c.
Pemeriksaan penunjang 1. Dari pemeriksaan GDT didapatkan kesimpulan Anemia hipokromik normositik dengan netrofilia relatif suspek ec proses infeksi Pada kasus ini diagnosis anemia hipokromik normositik ditegakkan berdasarkan : 1.
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb :
10,2 g/dl, Hct : 32%, AE : 3,75.10 6 /μl, MCH : 27,3 pg, MCHC : 32,6 g/dl, SI : 15 ug/dl, TIBC: 287 ug/dl, Saturasi transferin: 5 % 2. Dari pemeriksaan GDT didapatkan kesimpulan Anemia hipokromik normositik dengan netrofilia relatif suspek ec proses infeksi
II.
Analisa penatalaksanaan Pada pasien ini diberikan diet 1500 kkal/hari dan dua gelas susu perhari dari perhitungan kebutuhan kalori anak yaitu 1620 kkal/hari Infus D1/4 S 14 tpm makro sesuai dengan kebutuhan cairan anak dalam satu hari sesuai rumus darrow yaitu 1350 cc/hari. Pemberian injeksi ampicilin 400 mg/6 jam sebagai antibiotic pilihan menunggu hasil swab dan uji sensitivitas karena nilai isac score adalah 4. 15
Streptococcus beta hemolitikus grup A adalah bakteri terbanyak penyebab penyakit faringitis atau tonsilofaringitis akut yang mencakup 15-30% kasus pada anak. Ambroxol 3 x 10 mg peroral diberikan karena pasien menderita batuk sehingga digunakan sebagai mukokinetik dan sekretolitik. Paracetamol syr 4 x cth II diberikan sebagai antipiretik karena pasien demam. Metil prednisolon 3 x 1,5 mg peroral diberikan sebagai antiinflamasi pada tonsilofaringitis kronis eksaserbasi akut sehingga menekan reaksi inflamasi yang berlebihan. Konsultasi ke bagian THT bertujuan untuk mencari penyebab panas. Pada pasien ini direncanakan untuk dilakukan kultur dan uji sensitivitas bakteri dari hasil swab tenggorok untuk menegakkan diagnosa dan menentukan jenis bakteri penyebab serta sensitivitas bakteri penyebab terhadap antibiotik tetapi sampai dengan pasien pulang hasil swab tenggorok belum didapatkan.
16
TONSILO FARINGITIS
Definisi
Faringitis secara luas menyangkut tonsillitis, nasofaringitis, dan tonsilofaringitis. Infeksi pada daerah faring dan sekitarnya yang ditandai dengan keluhan nyeri tenggorok 1.
Etiologi
Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis akut terutama pada anak berusia ≤ 3 tahun. Virus penyebab penyakit respiratori seperti adenovirus, rhinovirus, dan virus parainfluenza dapat menjadi penyebabnya. Streptococcus beta hemolitikus grup A adalah bakteri terbanyak penyebab penyakit faringitis atau tonsilofaringitis akut. Bakteri tersebut mencakup 15-30% pada anak sedangkan pada dewasa hanya sekitar 5-10% kasus.mikroorganisme seperti klamidia dan mikoplasma dilaporkan dapat menyebabkan infeksi, tetapi sangat jarang terjadi1. Faringotonsilitis kronik memiliki faktor predisposisi berupa radang kronik di faring, seperti rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alcohol, inhalasi uap dan debu, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsillitis akut sebelumnya yang tidak adekuat2.
Patogenesis
Nasofaring dan orofaring adalah tempat untuk organisme ini, kontak langsung dengan mukosa nasofaring dan orofaring yang terinfeksi atau dengan benda yang terkontaminasi, serta melalui makanan merupakan cara penularan yang kurang berperan. Penyebaran SBGA memerlukan penjamu yang rentan dan difasilitasi dengan kontak yang erat 1,3. Bakteri maupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring yang kemudian menyebabkan respon peradangan lokal. Sebagian besar peradangan melibatkan nasofaring, uvula, dan palatum mole. Perjalanan penyakitnya ialah
17
terjadi inokulasi dari agen infeksius di faring yang menyebabkan peradangan lokal sehingga menyebabkan eritem faring, tonsil, atau keduanya. Infeksi streptococcus ditandai dengan invasi lokal serta penglepasan toksin ekstraseluler dan protease. Transmisi dari virus dan SBHGA lebih banyak terjadi akibat kontak tangan dengan sekret hidung atau droplet dibandingkan kontak oral. Gejala akan tampak setelah masa inkubasi yang pendek yaitu 24-72 jam 1,2.
Manifestasi Klinik
Gejala faringitis yang khas akibat bakteri streptococcus berupa nyeri tenggorokan dengan awitan mendadak, disfagia, dan demam. Urutan gejala yang biasanya dikeluhkan oleh anak berusia di atas 2 tahun adalah nyeri kepala, nyeri perut, dan muntah. Selain itu juga didapatkan demam tinggi dan nyeri tenggorok. Gejala seperti rhinorrea, suara serak, batuk, konjungtivitis, dan diare biasanya disebabkan oleh virus. Kontak dengan pasien rhinitis dapat ditemukan pada anamnesa. Pada pemeriksaan fisik, tidak semua pasien tonsilofaringitis akut streptococcus menunjukkan tanda infeksi streptococcus yaitu eritem pada tonsil dan faring yang disrtai pembesaran tonsil. Faringitis streptococcus sangat mungkin jika dijumpai gejala seperti awitan akut disertai mual muntah, faring hiperemis,
demam, nyeri tenggorokan, tonsil
bengkak dengan eksudasi, kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri, uvula bengkak dan merah, ekskoriasi hidung disertai impetigo sekunder, ruam skarlatina, petekie palatum mole1,4. Tanda khas faringitis difteri adalah membrane asimetris, mudah berdarah, dan berwarna kelabu pada faring. Pada faringitis akibat virus dapat ditemukan ulkus di palatum mole, dan didnding faring serta eksudat di palatum dan tonsil. Gejala yang timbul dapat menghilang dalam 24 jam berlangsung 4-10 hari dengan prognosis baik 1.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Baku emas penegakan diagnosis faringitis bakteri atau
18
virus adalah melalui pemeriksaan kultur dari apusan tenggorok. Pada saat ini terdapat metode cepat mendeteksi antigen streptococcus grup A dengan sensitivitas dan spesivitas yang cukup tinggi 1,4.
Tata laksana
Tujuan dari pemberian terapi ini adalah untuk mengurangi gejala dan mencegah terjadinya komplikasi4. Faringitis streptococcus grup A merupakan faringitis yang memiliki indikasi kuat dan aturan khusus dalam penggunaan antibiotik. Istirahat cukup dan pemberian cairan yang sesuai merupakan terapi suportif yang dapat diberikan. Pemberian obat kumur dan obat hisap pada anak cukup besar dapat mengurangi gejala nyeri tenggorok. Apabila terdapat nyeri berlebih atau demam dapat diberikan paracetamol atau ibuprofen1. Antibiotik pilihan pada terapi faringitis akut streptococcus grup A adalah penisislin V oral 15-30 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis selama 10 hari atau benzatin penisilin G IM dosis tunggal dengan dosis 600.000 IU (BB<30 kg) dan 1.200.000 IU (BB>30 kg). Amoksisilin dapat digunakan sebagai pengganti pilihan pengganti penisislin pada anak yang lebih kecil karena selain efeknya sama amoksisilin memiliki rasa yang enak. Amoksisilin dengan dosis 50 mg/kgBB/ hari dibagi 2 selama 6 hari1. Selain itu eritromisin 40mg/kgBB/hari, Klindamisin 30 mg/kgBB/hari, atau sefadroksil monohidrat 15 mg/kgBB/hari dapat digunakan untuk pengobatan faringitis streptococcus pada penderita yang alergi terhadap penisilin4. Pembedahan elektif adenoid dan tonsil telah digunakan secara luas untuk mengurangi frekuensi tonsillitis rekuren. Indikator klinis yang digunakan adalah Children’s Hospital of Pittsburgh Study yaitu tujuh atau lebih episode infeksi tenggorokan yang diterapi dengan antibiotik pada tahun sebelumnya, lima atau lebih episode infeksi tenggorok yang diterapi antibiotik setiap tahun selama 2 tahun sebelumnya, dan tiga atau lebih episode infeksi tenggorok yang diterapi dengan
antibiotik
selama
3
tahun
sebelumnya.
Adenoidektomi
sering
direkomendasikan sebagai terapi tambahan pada otitis media kronis dan berulang.
19
Indikasi tonsiloadenektomi yang lain adalah bila terjadi obstructive sleep apneu akibat pembesaran adenotonsil 1,2,4.
Komplikasi
Kejadian komplikasi pada faringitis akut virus sangat jarang. Kompilkasi biasanya menggambarkan perluasan infeksi streptococcus dari nasofaring. Beberapa kasus dapat berlanjut menjadi otitis media purulen bakteri. Pada faringitis bakteri dan virus dapat ditemukan komplikasi ulkus kronik yang luas. Komplikasi faringitis bakteri terjadi akibat perluasan langsung atau secara hematogen. Akibat perluasan langsung dapat terjadi rinosinusitis, otitis media, mastoiditis, adenitis servikal, abses retrofaringeal atau faringeal, atau pneumonia. Penyebaran hematogen SBHGA dapat mengakibatkan meningitis, osteomielitis, atau arthritis septic, sedangkan
komplikasi
non
supuratif
berupa
demam
reumatik
dan
gromerulonefritis1,5
20
DAFTAR PUSTAKA 1
Roni Naning dkk. Faringitis, Tonsillitis, Tonsilofaringitis Akut dalam Respirologi Anak . Jakarta : IDAI. 2008
2
Rusmarjono dkk. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher . Jakarta : FKUI.2007
3
Simon H, Pediatrics, Pharyngitis http://emedicine.medscape.com/article/803258-overview 2010 (diakses tanggal 25 April 2011)
4
Behrma R, Kliegman R, Arvin A . Nelson Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta : EGC. 2000
5
Sudarmo, S dkk. Infeksi Streptococcus grup A dalam Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Jakarta:IDAI.2008
21