BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kegiatan ekonomi yang tidak terlepas dari pasar pada dasarnya mementingkan keuntungan pelaku ekonomi dari pasar tersebut. Sehingga sangat sulit menemukan ekonomi yang menyejahterakan jika dilihat dari mekanisme pasar yang ada. Kesejahteraan adalah salah satu aspek yang cukup penting untuk menjaga dan membina terjadinya stabilitas sosial dan ekonomi, kondisi tersebut juga diperlukan untuk meminimalkan terjadinya kecemburuan sosial dalam masyarakat. Ilmu ekonomi kesejahteraan adalah salah satu cabang ekonomi yang normatif. Bidang bahasan dari dari ekonomi kesejahteraan berkaitan dengan pertanyaan apa yang buruk dan apa yang baik. Bidang kajian tersebut sangat berbeda dengan bidang kajian cabang ilmu ekonomi pasitif. Seperti ilmu ekonomi tenaga kerja, sejarah perekonomian, perdagangan internasional, moneter serta ekonomi makro. Setiap ilmu ekonomi positif mencoba menjelaskan berbagai fenomena empirik (Allan M. Feldman: 2000). Jadi dari pengertian di atas bisa kita temukan bahwa ekonomi kesejahteraan membahas tentang bagaimana akhirnya kegiatan ekonomi bisa berjalan secara optimal. Ekonomi kesejahteraan dalam bahasanya juga akan memikirkan prinsip keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat. Kajian ini mengarahkan kegiatan ekonomi akan memberikan dampak positif terhadap pelaku ekonomi. Yang mana dalam pengertian yang lebih luas pembahasan dalam ekonomi kesejahteraan adalah pembahasan yang tidak terlepas dari konteks ilmu sosial. 1.2 Rumusan Masalah Apa itu teori kesejahteraan ekonomi? Bagaimana teori kesejahteraan ekonomi pada pasar kompetitif dan monopoli? 1.3 Tujuan Untuk mengetahui definisi teori kesejahteraan ekonomi Untuk mengetahui bagaimana teori kesejahteraan ekonomi pada pasar kompetitif dan monopoli
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekonomi Kesejahteraan Ekonomi Kesejahteraan merupakan cabang ilmu ekonomi yang menggunakan teknik ekonomi mikro untuk menentukan secara serempak efisiensi alokasi dari ekonomi makro dan akibat distribusi pendapatan yang berhubungan dengan itu (O’Connel, 1982). Ekonomi kesejahteraan mencoba untuk memaksimalkan tingkatan dari kesejahteraan sosial dengan pengujian kegiatan ekonomi dari individu yang ada dalam masyarakat. Kesejahteraan ekonomi mempunyai kaitan dengan kesejahteraan dari individu, sebagai lawan kelompok, komunitas, atau masyarakat sebab ekonomi kesejahteraan berasumsi bahwa individu adalah unit dasar pengukuran. Ekonomi kesejahteraan juga berasumsi bahwa individu merupakan hakim terbaik bagi kesejahteraan mereka sendiri, yaitu setiap orang akan menyukai kesejahteraan lebih besar daripada kesejahteraan lebih kecil, dan kesejahteraan itu dapat diukur baik dalam terminologi yang moneter atau sebagai suatu preferensi yang relatif. Kesejahteraan sosial mengacu pada keseluruhan status nilai guna bagi masyarakat. Kesejahteraan sosial adalah sering didefinisikan sebagai penjumlahan dari kesejahteraan semua individu di masyarakat. Kesejahteraan dapat diukur baik secara kardinal yang dalam dollar (rupiah), atau diukur secara ordinal dalam terminologi nilai guna yang relatif. Metoda kardinal jarang digunakan sekarang ini oleh karena permasalahan agregat yang membuat ketelitian dari metoda tersebut diragukan. Ada dua sisi dari ekonomi kesejahteraan, yaitu efisiensi ekonomi dan distribusi pendapatan. Efisiensi ekonomi adalah positif, distribusi pendapatan adalah jauh lebih normatif.. 2.2 Ukuran Kesejahteraan Terdapat berbagai perkembangan pengukuran tingkat kesejahteraan dari sisi fisik, seperti Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia), Physical Quality Life Index (Indeks Mutu Hidup), Basic Needs (Kebutuhan Dasar), dan GNP/Kapita (Pendapatan Perkapita). Ukuran kesejahteraan ekonomi ini pun bisa dilihat dari dua sisi, yaitu konsumsi dan produksi (skala 2
usaha). Dari sisi konsumsi maka kesejahteraan bisa diukur dengan cara menghitung seberapa besar pengeluaran yang dilakukan seseorang atau sebuah keluarga untuk kebutuhan sandang, pangan, papan, serta kebutuhan lainnya dalam waktu atau periode tertentu. Ukuran tingkat kesejahteraan manusia selalu mengalami perubahan. Pada 1950-an, sejahtera diukur dari aspek fisik, seperti gizi, tinggi dan berat badan, harapan hidup, serta income. Pada 1980-an, ada perubahan di mana sejahtera diukur dari income, tenaga kerja, dan hak-hak sipil. Pada 1990-an, Mahbub Ul-Haq, sarjana keturunan Pakistan, merumuskan ukuran kesejahteraan dengan yang disebut Human Development Index (HDI). Dengan HDI, kesejahteraan tidak lagi ditekankan pada aspek kualitas ekonomi-material saja, tetapi juga pada aspek kualitas sosial suatu masyarakat. Kesejahteraan hidup seseorang dalam realitanya, memiliki banyak indikator keberhasilan yang dapat diukur. Dalam hal ini Thomas dkk, (2005:15) menyampaikan bahwa kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah dapat di representasikan dari tingkat hidup masyarakat ditandai oleh terentaskannya kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan peningkatan produktivitas masyarakat. Kesemuanya itu merupakan cerminan dari peningkatan tingkat pendapatan masyarakat golongan menengah kebawah. Todaro secara lebih spesifik mengemukakan bahwa fungsi kesejahteraan W (walfare) dengan persamaan sebagai berikut: W = W (Y, I, P) Dimana Y adalah pendapatan perkapital, I adalah ketimpangan dan P adalah kemiskinan absolut. Ketiga variabel ini mempunyai signifikan yang berbeda, dan harus dipertimbangkan secara menyeluruh untuk menilai kesejahteraan negara berkembang. Berkaitan dengan fungsi persamaan kesejahteraan diatas, diasumsikan bahwa kesejahteraan sosial berhubungan positif dengan pendapatan perkapita, namun berhubungan negatif dengan kemiskinan. 2.3 Kriteria Pareto Kriteria yang paling banyak digunakan dalam menilai ekonomi kesejahteraan adalah pareto criteria yang dikemukakan oleh ekonom berkebangsaan Italia bernama Vilfredo Pareto. Kriteria ini menyatakan bahwa suatu perubahan keadaan (eg. Intervention) dikatakan baik atau layak jika
3
dengan perubahan tersebut ada (minimal satu) pihak yang diuntungkan dan tidak ada satu pihakpun yang dirugikan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pareto criteria adalah pareto improvement dan pareto efficient. Kedua hal ini akan mempengaruhi pengambilan keputusan suatu kebijakan ekonomi. Adapun yang dimaksud dengan pareto improvement adalah jika keputusan perubahan masih dimungkinkan menghasilkan minimal satu pihak yang better off tanpa membuat pihak lain worse off. Pareto efficient adalah sebuah kondisi di mana tidak dimungkinkan lagi adanya perubahan yang dapat mengakibatkan pihak yang diuntungkan (bettering off) tanpa menyebabkan pihak lain dirugikan (worsening off). 2.4 Tingkatan Kesejahteraan Menurut Teori Pareto Dalam teori ekonomi mikro ada yang dikenal dengan teori Pareto yang menjelaskan tentang tiga jenis tingkatan kesejahteraan, yaitu pertama pareto optimal. Dalam tingkatan pareto optimal terjadinya peningkatan kesejahteraan seseorang atau kelompok pasti akan mengurangi kesejahteraan orang atau kelompok lain. Kedua, pareto non optimal. Dalam kondisi pareto non-optimal terjadinya kesejahteraan seseorang tidak akan mengurangi kesejahteraan orang lain. Ketiga, pareto superior. Dalam kondisi pareto superior terjadinya peningkatan kesejahteraan seseorang tidak akan mengurangi kesejahteraan tertinggi dari orang lain. Menurut teori pareto tersebut, ketika kondisi kesejahteraan masyarakat sudah mencapai pada kondisi pareto optimal maka tidak ada lagi kebijakan pemerintah yang dapat dilakukan. Kelemahan dari konsep Pareto Optimal adalah tidak dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang mendasar dari distribusi dan redistribusi. Ekonomi kesejahteraan konvensional pada saat mempunyai masalah dalam alokasi dan mencoba memecahkan masalah alokasi tersebut berdasarkan pada pertimbangan nilai yang berubah-ubah dari alokasi tersebut. Pertimbangan nilai yang berubah-ubah tersebut berlaku pada fungsi kesejahteraan konvensional. Pengertian ini bukan dasar yang kokoh dari ilmu ekonomi kesejahteraan (Chowdhury,1999).
4
2.5 Perbandingan Kesejahteraan Ekonomi pada Pasar Kompetitif dan Pasar Monopoli Inti perbedaan antara suatu perusahaan kompetitif dan suatu monopoli adalah kemampuan suatu monopoli untuk mempengaruhi harga pasar dari barang yang dijualnya. Suatu perusahaan kompetitif terhitung relatif kecil terhadap pasar di mana perusahaan tersebut beroperasi, sehingga harus menerima harga sebagaimana diberikan oleh kondisi-kondisi pasar. Sebaliknya, karena suatu monopoli adalah produsen satu-satunya di pasar, monopoli dapat mengubah harga barangnya dengan menyesuaikan jumlah barang yang ditawarkannya pada pasar. Satu cara untuk melihat perbedaan antara perusahaan kompetitif dengan monopoli adalah dengan melihat kurva permintaan untuk kedua jenis perusahaan ini. Ketika kita menganalisis maksimisasi keuntungan di perusahaan kompetitif, kita menggambar harga pasar sebagai garis horizontal. Karena pada perusahaan kompetitif menjual sebanyak yang ia mampu pada tingkat harga ini, kurva permintaan baginya adalah garis lurus. Hasilnya, karena perusahaan kompetitif menjual barang yang memiliki banyak substitusi sempurna lainnya (produk dari perusahaan lain di pasar tersebut), kurva permintaan perusahaan apa pun di pasar itu bersifat elastis sempurna. Harga
Permintaan
0
Jumlah Output
Sebaliknya, karena suatu monopoli adalah satu-satunya produsen di pasarnya, kurva permintaannya adalah kurva permintaan pasar. Karena itu, kemiringan kurva permintaan bagi si pemonopoli adalah negative-atau menurun-akibat semua alasan yang biasa ada. Jika si pemonopoli menaikkan harga barangnya, pembelian barang itu akan menurun. Dari sudut pandang yang berbeda, jika pemonopoli mengurangi jumlah barangnya, harga barang itu akan meningkat. Kurva permintaan pasar memberikan suatu syarat atas kemampuan suatu monopoli untuk menarik keuntungan dari kekuatan pasar yang dimilikinya. Pemonopoli akan memilih, 5
seandainya mungkin, untuk menjual barangnya pada harga tinggi dengan jumlah penjualannya sebanyak mungkin pada tingkat harga yang tinggi itu. Kurva permintaan pasar membuat hasil ini mustahil. Lebih khususnya, kurva permintaan pasar menjelaskan kombinasi harga dan jumlah yang tersedia bagi suatu perusahaan monopoli. Dengan menyesuaikan jumlah barang yang diproduksi (atau sama dengan mengubah harga), si pemonopoli dapat memilih titik mana pun di kurva permintaan tersebut, tapi tidak mampu memilih titik yang tidak dilalui kurva permintaan. Titik mana-pada kurva permintaan tersebut-yang akan dipilih si pemonopoli? Seperti pada perusahaan kompetitif, kita asumsikan bahwa tujuan si pemonopoli adalah mengambil keuntungan sebesar-besarnya. Karena keuntungan perusahaan adalah pendapatan total dikurangi biaya total. Harga
0
Permintaan Jumlah Output
6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Ekonomi kesejahteraan adalah kerangka kerja yang digunakan oleh sebagian besar ekonom publik untuk mengevaluasi penghasilan yang diinginkan masyarakat. Inti perbedaan antara suatu perusahaan kompetitif dan suatu monopoli adalah kemampuan suatu monopoli untuk mempengaruhi harga pasar dari barang yang dijualnya. Suatu perusahaan kompetitif terhitung relatif kecil terhadap pasar di mana perusahaan tersebut beroperasi, sehingga harus menerima harga sebagaimana diberikan oleh kondisi-kondisi pasar. Sebaliknya, karena suatu monopoli adalah produsen satu-satunya di pasar, monopoli dapat mengubah harga barangnya dengan menyesuaikan jumlah barang yang ditawarkannya pada pasar.
7
Daftar Pustaka Drs. Lincoln Arsyad, Msc. Ekonomi Mikro, 1999 Gregory N. Mankiw. 2006. Principle of Economics, 3th ed. Jakarta : Salemba Empat. Dominick Salvatone, Teori Mikroekonomi (Yogyakarta: Erlangga) http://fakhrizajanuardi.blogspot.com/2011/07/teori-ekonomi-kesejahteraan.html
8