BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan sebuah proses menuju tercapainya tujuan pendidikan. Dalam hal ini, proses pembelajaran sangatlah menentukan hendak kemana anak didik itu akan dibawa. Berbagai macam model pembelajaran pun dilaksanakan untuk meraih tujuan yang ideal. Karena proses pembelajaran merupakan bagian yang integral dari pendidikan. pendidikan. Akan menjadi sebuah kesulitan bagi guru apabila kurang memahami teori belajar, proses belajar mengajar yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan. Disinilah sejatinya peran seorang pendidik untuk memilih peran peran penting yang sekiranya akan terwujud ketika mengajar didepan peserta didik. Secara umum kita bisa memahami teori apa yang akan kita gunakan apakah dengan teori behaviorisme atau dengan kognitifisme. Hal itu tergantung dari pemilihan materi yang akan kita berikan kepada anak-anak. Salah satu permasalahan yang menjadi sebab kenapa setiap sistem yang diterapkan tidak berkembang dengan baik, adalah faktor pemahaman para pendidik terhadap teori belajar. Banyaknya teori belajar yang telah tercipta oleh para ahli pendidikan yang menjadi sumber rujukan dalam proses pembelajaran tidak di kuasai dan difahami oleh sebagian guru. Dan hal inilah yang menjadi akar permasalahan suksesnya tujuan pendidikan tercapai. Pada makalah ini akan dikaji tentang pandangan kognitif dalam kegiatan
pembelajaran
dan
bagaimana
penerapannya
dalam
proses
pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah: 1. Apa pengertian teori pembelajaran ?
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
1
2. Apa pengertian kognitivisme ? 3. Siapa sajakah tokoh-tokoh kognitivisme ? 4. Bagaimana aplikasi teori kognitivisme ? 5. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari teori kognitivisme ? 6. Bagaimana pandangan teori kognitif tentang belajar ? 7. Apa saja prinsip-prinsip teori kognitivisme ? 8. Bagaimana implikasi teori kognitif dalam pembelajaran ?
1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian pembelajaran, 2. Untuk mengetahui pengertian kognitivisme, 3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh kognitivisme, 4. Untuk mengetahui aplikasi teori kognitivisme, 5. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan teori kognitivisme, 6. Untuk mengetahui pandangan teori kognitif tentang belajar, 7. Untuk mengetahui prinsip-prinsip teori kognitivisme, 8. Untuk mengetahui implikasi teori kognitif dalam pembelajaran.
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Pembelajaran Teori pembelajaran harus mampu menghubungkan antara hal yang ada sekarang dengan bagaimana menghasilkan hal tersebut. Teori belajar menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi, namun teori pembelajaran ’hanya’ membimbing apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan hal t ersebut. Ada 4 hal yang terkait dengan teori pembelajaran: 1. Teori pembelajaran harus memperhatikan bahwa terdapat banyak kecenderungan cara belajar siswa, dan kecenderungan ini sudah dimiliki siswa jauh sebelum ia masuk ke sekolah. 2. Teori ini juga terkait dengan adanya struktur pengetahuan. Ada 3 hal yang terkait dengan struktur pengetahuan: a. Struktur pengetahuan harus mampu menyederhanakan suatu informasi yang sangat luas. b. Struktur pengetahuan tersebut harus mampu membawa siswa kepada hal-hal yang baru, melebihi informasi yang telah dijelaskan. c. Struktur pengetahuan harus mampu meluaskan cakrawala berpikir siswa, mengkombinasikannya dengan ilmu-ilmu lain. 3. Teori pembelajaran juga terkait dengan hubungan yang optimal. Seorang guru harus mampu mencari hubungan yang mudah tentang sesuatu yang akan diajarkan agar murid lebih mudah menangkap informasi tersebut. 4. Yang terakhir, macam dari teori pembelajaran yang sudah ada, diantaranya a) Teori Pembelajaran Deskriptif dan Perspektif b) Teori Pembelajaran Behavioristik c) Teori Pembelajaran Kognitivistik d) Teori Pembelajaran Humanistik e) Teori Pembelajaran Konstruktivistik
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
3
2.2Pengertian Kognitivisme Secara bahasa Kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia/satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku
mental
memperhatikan,
yang
berhubungan
memberikan,
dengan
menyangka,
masalah
pemahaman,
pertimbangan,
pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Sedangkan secara istilah dalam pendidikan Kognitif adalah salah satu teori diantara teori-teori belajar dimana belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model
ini,
tingkah
laku
seseorang
ditentukan
oleh
persepsi
dan
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan, dan perubahan tingkah laku, sangat dipengaruhi oleh proses belajar berfikir internal yang terjadi selama proses belajar. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari beberapa
tahapan,
(comprehention),
yaitu
penerapan
;
pengetahuan (aplication),
(knowledge), analisa
pemahaman
(analysis),
sintesa
(sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembang kan kemampuan rasional (akal). Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas. Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-menerus sepanjang hayatnya. Kognisi adalah suatu
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
4
perabot dalam benak kita yang merupakan “pusat” penggerak berbagai kegiatan kita: mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisis berbagai masalah, mencari informasi baru, menarik simpulan dan sebagainya. Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Teori kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar yang dilakukan individu adalah hasil interaksi mentalnya dengan lingkungan sekitar sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau tingkah laku. Dalam pembelajaran pada teori ini dianjurkan untuk menggunakan media yang konkret karena anak-anak belum dapat berfikir secara abstrak. Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar, yaitu: 1. Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks (Budiningsih, 2005:34). 2. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan
dengan
lingkungan.
Menurut
psikologi
kognitivistik, belajar dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti sesuatu dengan jalan mengaitkan pengetahuan baru kedalam struktur berfikir yang sudah ada. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sehingga, pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat menentukkan keberhasilan mempelajari informasi pengetahuan yang baru. Teori ini juga menganggap bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model
ini,
tingkah
laku
seseorang
ditentukan
oleh
persepsi
dan
pemahamannya. Sedangkan situasi yang berhubungan dengan tujuan dan perubahan tingkah laku sangat ditentukan oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar. Pada prinsipnya, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
5
(tidak selalu dapat diamati). Dalam teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian dari situasi yang terjadi dalam proses belajar saling berhubungan secara keseluruhan. Sehingga jika keseluruhan situasi tersebut dibagi menjadi komponen-komponen kecil dan mempelajarinya secara terpisah, maka sama halnya dengan kehilangan sesuatu (reilly dan lewis, 1983). Sehingga dalam aliran kognitivistik ini terdapat ciri-ciri pokok. Adapun ciri-ciri dari aliran kognitivistik yang dapat dilihat adalah sebagai berikut: a) Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia b) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian c) Mementingkan peranan kognitif d) Mementingkan kondisi waktu sekarang e) Mementingkan pembentukan struktur kognitif Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan bentuk-bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental,
misalnya
seseorang
menceritakan
pengalamannya
selama
mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri. Tempat-tempat yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak dapat dibawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang bercerita, tetapi semua tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.
2.3 Tokoh-Tokoh Kognitivisme 1. JEAN PIAGET
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmental karena penelitiannya mengenai tahap
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
6
tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi beberapa tahap yaitu: , yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi a. Tahap sensory – motor pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih sederhana. Ciri-ciri tahap sensorimotor : 1. Didasarkan tindakan praktis. 2. Inteligensi bersifat aksi, bukan refleksi. 3. Menyangkut jarak yang pendek antara subjek dan objek. 4. Mengenai periode sensorimotor: 5. Umur hanyalah pendekatan. Periode-periode tergantung pd banyak faktor lingkungan sosial dan kematangan fisik. 6. Urutan periode tetap. 7. Perkembangan gradual dan merupakan proses yang kontinu. b. Tahap pre – oper ational , yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi
pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak. c. Tahap concrete – oper ati onal , yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini
dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis.Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. d. Tahap formal – operational , yakni perkembangan ranah kognitif yang
terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
7
Dalam
pandangan
Piaget,
proses
adaptasi
seseorang
dengan
lingkungannya terjadi secara simultan melalui dua bentuk proses, asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru yang diterima seseorang cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang tersebut. Sebaliknya, akomodasi terjadi jika struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang harus direkonstruksi / di kode ulang disesuaikan dengan informasi yang baru diterima. Dalam teori perkembangan kognitif ini Piaget juga menekankan pentingnya
penyeimbangan
(equilibrasi)
agar
seseorang
dapat
terus
mengembangkan dan menambah pengetahuan sekaligus menjaga stabilitas mentalnya.Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya. Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi Menurut Jean Piaget, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu: a. Asimilasi yaitu proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Contoh, bagi siswa yang
sudah
mengetahui
prinsip
penjumlahan,
jika
gurunya
memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dalam benak siswa), dengan prinsip perkalian (sebagai informasi baru) itu yang disebut asimilasi. b. Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Contoh, jika siswa diberi soal perkalian, maka berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik itu yang disebut akomodasi. c. Equilibrasi (penyeimbangan) yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam dirinya yang memerlukan proses penyeimbangan antara “dunia dalam” dan “dunia luar”.
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
8
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensori motor tentu lain dengan yang dialami seorang anak yang sudah mencapai tahap kedua (pra-operasional) dan lain lagi yang dialami siswa lain yang telah sampai ke tahap yang lebih tinggi (operasional kongrit dan operasional formal). Jadi, secara umum, semakin tinggi tingkat kognitif seseorang, semakin teratur (dan juga semakin abstrak) cara berfikirnya. Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan
dari
guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. 2. AUSUBEL
Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik ji ka “pengatur kemajuan (belajar)” atau advance organizer didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. David Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari.Ausubel menggunakan istilah “pengatur lanjut” (advance organizers) dalam penyajian informasi yang dipelajari peserta didik agar belajar menjadi bermakna. Selanjutnya dikatakan bahwa “pengatur lanjut” itu terdiri dari bahan verbal di satu pihak, sebagian lagi merupakan sesuatu yang sudah diketahui peserta didik di pihak lain. Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa..Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan lebih bermakna dari pada kegiatan belajar. Dengan ceramahpun asalkan
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
9
informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistimatis akan diperoleh hasil belajar yang baik pula. Ausubel mengidentifikasikan empat kemungkinan tipe belajar, yaitu : (1) belajar dengan penemuan yang bermakna, (2) belajar dengan ceramah yang bermakna, (3) Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, dan (4) belajar dengan ceramah yang tidak bermakna. Dia berpendapat bahwa menghafal berlawanan dengan bermakna, karena belajar dengan menghafal, peserta didik tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.Dengan demikian bahwa belajar itu akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari bermakna.
3. BRUNER Menurut Bruner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan adalah pengembangan program program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar. Sebagaimana direkomendasikan Merril, yaitu jenjang yang bergerak dari tahapan mengingat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru di bidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari. Dalam teori belajar, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif
jika siswa dapat menemukan sendiri suatu
aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah: a. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru,
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
10
b. Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan c. Evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil transformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak. Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat ditransformasikan . Perlu Anda ketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada empat tema pendidikan yaitu: a) mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan, b) kesiapan (readiness) siswa untuk belajar, c) nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi, d) motivasi atau keinginan untuk belajar siswa, dan curu untuk memotivasinya. Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan secara efektif dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan manapun. Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun akan dapat mengatasi permasalahannya, asalkan dalam kurikulum berisi tema-tema hidup, yang dikonseptualisasikan untuk menjawab tiga pertanyaan. Berdasarkan uraian di atas, teori belajar Bruner dapat disimpulkan bahwa, dalam proses belajar terdapat tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan minat siswa. Bruner juga memandang belajar sebagai “instrumental conceptualisme” yang mengandung makna adanya alam semesta sebagai realita, hanya dalam pikiran manusia. Oleh karena itu, pikiran manusia dapat membangun gambaran mental yang sesuai dengan pikiran umum pada konsep yang bersifat khusus.Semakin bertambah dewasa kemampuan kognitif seseorang,maka semakin bebas seseorang memberikan respon terhadap stimulus yang dihadapi.Perkembangan itu banyak tergantung kepada peristiwa internalisasi seseorang ke dalam sistem penyimpanan yang sesuai dengan aspek-aspek lingkungan sebagai masukan.
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
11
Teori belajar psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal.Faktor kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan faktor pertama dan utama yang perlu dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan peserta didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauhmana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan optimal melalui sentuhan proses pendidikan. Peranan guru menurut psikologi kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta didik akan mengetahui dan memahami serta menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas. Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu : 1. Pengetahuan (mengingat, menghafal), 2. Pemahaman (menginterpretasikan), 3. Aplikasi / penerapan (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah), 4. Analisis (menjabarkan suatu konsep), 5. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh), 6. Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode dan sebagainya). Oleh karena itu para ahli teori belajar psikologi kognitif berkesimpulan bahwa salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas ialah faktor kognitif yang dimiliki oleh peserta didik. Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri maupun kegiatan belajar secara kelompok.
4. GESTALT
Teori Gestalt dikembangkan oleh Koffka, Kohler, dan Wertheimer. Menurut teori Gestalt belajar adalah proses pengembangan insight. Insight
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
12
adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian dalam suatu situasi permasalahan. Berbeda dengan teori Behavioristik yang menganggap belajar itu bersifat mekanistis, sehingga mengabaikan atau mengingkari peranan insight. Teori Gestalt justru menganggap bahwa insight adalah inti dari pembentukan tingkah laku. Peletak dasar teori belajar Gestalt ialah Max Wertheimer sebagai usaha untuk memperbaiki proses belajar denga rote learning dengan pengertian bukan menghapal. Dalam belajar, menurut teori Gestalt, yang terpenting adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan respons atau tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight. Belajar dengan pengertiian lebih dipentingkan daripada hanya memasukkan sejumlah kesan. Belajar dengan insight adalah sebagai berikut : a.
Insight tergantungg dari kemampuan dasar;
b.
Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan;
c.
Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati;
d.
Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit;
e.
Belajar dengan insight dapat diulangi;
f.
Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi baru.
Prinsip-prinsip Teori belajar Gestalt
Seperti diketahui Teori Belajar gestalt lebih menekankan kepada persepsi. Karena itu prinsip-prinsip atau hukum-hukum yanga ada pada Gestalt pada umumnya menyangkut persepsi. Adapun teori-teori gestalt antara lain :
Belajar berdasarkan keseluruhan
Belajar adalah suatu proses perkembangan
Anak didik sebagai organism keseluruhan
Terjadi transfer
Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
13
Belajar harus dengan insight
Belejar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan.
Belajar berlangsung secara terus-menerus.
2.4 Aplikasi teori Kognitivisme Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran yaitu guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar
menggunakan benda-benda konkret,
keaktifan siswa
sangat
dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa. Berdasarkan prinsip teori pemrosesan informasi dirumuskan beberapa petunjuk aplikasi teori pemrosesan informasi, yaitu a) guru hendaknya yakin bahwa setiap siswa memiliki perhatian terhadap apa yang dipelajari. Karena itu untuk menarik perhatian siswa, guru dapat melakukan tindakan dengan memberikan tanda tertentu misalnya tepuk tangan atau menghentakkan papan tulis, berkeliling ruangan atau berbicara dengan irama, memulai pelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang membangkitkan minat siswa terhadap topik yang dibicarakan, b) membantu siswa membedakan informasi yang penting dengan informasi yang tidak penting untul memusatkan perhatian misalnya dengan menuliskan tujuan pembelajaran, waktu menjelaskan berhenti sejenak dan mengulangi lagi atau meminta siswa mengulangi apa yang dijelaskan, c) membantu siswa menghubungkan informasi yang baru dengan apa yang diketahui misalnya dengan mengulangi hal-hal yang diketahui siswa untuk mengingat kembali dan menghubungkan dengan informasi baru,
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
14
menggunakan diagram atau garis untuk menunnjukkan hubungan informasi baru dengan informasi yang dimiliki, d) sediakan waktu untuk mengulang dan memeriksa kembali informasi dengan
memulai
pelajaran
meninjau
ulang
pekerjaan
rumah,
mengadakan tes-tes pendek yang sering, membuat permainan atau siswa saling berpasangan bertanya jawab, e) sajikan pelajaran secara tersusun dan jelas misalnya menjelaskan tujuan pembelajaran, membuat ikhtisar atau rangkuman, dan f) utamakan pembelajaran bermakna bukan ingatan
misalnya dengan
mengajarkan perbendaharaan kata-kata baru dan mengaitkannya dengan kata-kata yang sudah dimiliki. Strategi mengingat atau menyimpan informasi dalam ingatan dan mengingatnya kembali bila dibutuhkan dapat dilakukan a) untuk menghafal informasi yang tidak membutuhkan pemahaman, gunakan meneumonic (pembantu ingatan, kiat, atau jembatan keledai). Misalnya untuk menghafal kata-kata ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, nasional. b) rumusan kembali dengan kalimat sendiri apa yang telah dipelajari, dan c) untuk mengatasi inhibisi retroaktif dapat dilakukan berbagai cara misalnya mengajarkan konsep serupa tidak dalam waktu yang bersamaan atau mengajarkan materi serupa dengan metode yang berbeda. Dalam proses pembelajaran kita jumpai serial learning dan free recall learning, yaitu belajar fakta menurut urutan tertentu, misalnya urutan rukun iman, rukun islam, atau berwudlu serta urutan warna, urutan peristiwa dalam sejarah. Sedangkan free recall learning ialah mempelajari daftar yang tidak perlu diurut, misalnya nama-nama nabi atau rasul, nama tumbuhan, nama organ tubuh dan sebagainya. Dalam praktiknya serial learning dan free recall learning terdapat beberapa cara
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
15
a. organisasi atau penyusunan misalnya dengan menyusun daftar informasi yang akan dipelajari menjadi kategori yang mempunyai arti dan mudah diingat, b. metode loci, artinya tempat. Ialah metode alat bantu mengingat dimana seorang membuat gambaran pikiran yang berkaitan dengan tempattempat tertentu, c. irama, metode mengingat dalam bentuk nyanyian. Misalnya untuk mengenalkan urutan rukun Islam atau rukun iman dengan nyanyian.
2.5 Kelebihan dan kelemahan teori Kognitivisme a) Kelebihannya yaitu : menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri;
membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah. b) Kekurangannya yaitu : teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat
pendidikan; sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
2.6 Pandangan Teori Kognitif Tentang Belajar Menurut teori kognitif, belajar ialah proses internal yanh tidak dapat diamati langsung. Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu. Perubahan dalam tingkah laku adalah refleksi dari perubahan internal. Seperti halnya teori behavioristik, teori kognitif berpendapat bahwa reinforcement dalam sangat penting. Hanya saja reinforcement dalam teori behavioristik berfungsi memperkuat respon atau tingkah laku, sementara dalam teori kognitif berfungsi sebagai sumber umpan balik. Umpan balik ini memberi tahu tentang apa yang mungkin terjadi kalau tingkah laku diulangulang. Dalam teori ini reinforcement juga berfungsi untuk mengurangi ketidakpastian yang mengarah ke pemahaman dan penguasaan.
2.7 Prinsip-prinsip Kognitivisme
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
16
Teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan memfokuskan pada perubahan proses mental dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya untuk memahami dunia. teori belajar kognitif yang digunakan untuk menjelaskan tugas-tugas yang sederhana seperti mengingat nomor telepon dan kompleks seperti pemecahan masalah yang tidak jelas. Teori belajar kognitif didasarkan pada empat prinsip dasar: 1. Pembelajar aktif dalam upaya untuk memahami pengalaman. 2. Pemahaman bahwa pelajar mengembangkan tergantung pada apa yang telah mereka ketahui. 3. Belajar membangun pemahaman dari pada catatan. 4. Belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang. Apakah Siswa Aktif ?
Teori belajar kognitif didasarkan pada keyakinan bahwa peserta didik aktif dalam upaya untuk memahami bagaimana dunia bekerja, kepercayaan
ini
konsisten
dengan
Piaget
dan
Vygotsky
tentang
pemandangan pengembangan pelajar. Pembelajar melakukan lebih dari sekedar menanggapi. Mereka mencari informasi yang membantu mereka dari jawaban pertanyaan, mereka memodifikasi pemahaman mereka berdasarkan pengetahuan baru, dan perubahan sikap mereka dalam menanggapi peningkatan pemahaman. teori belajar kognitif pandangan manusia sebagai "agen goal-directed yang aktif mencari informasi.
Siswa Memahami Tergantung Pada Apa Yang Dia Tahu
Dalam usaha mereka untuk memahami bagaimana di dunia bekerja, peserta didik menafsirkan pengalaman baru berdasarkan apa yang mereka sudah tahu dan percaya. Sebagai contoh, sering anak-anak tetap percaya bahwa bumi ini datar bahkan setelah guru menjelaskan bahwa itu adalah sebuah bola. Beberapa anak kemudian menggambar permukaan datar seper ti di dalam atau di atas bola. Mereka beralasan bahwa orang tidak dapat berjalan di atas bola, dan ide dari permukaan yang datar tadi anak-anak
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
17
mengetahui dan memahami ide untuk membantu mereka menjelaskan bagaimana orang dapat berdiri atau berjalan di permukaan bumi. Contoh ini juga membantu kita melihat mengapa menjelaskan sering tidak efektif untuk mengubah pemahaman peserta didik
Membangun Pembelajar Memahami dari Rekaman
Pelajar tidak berperilaku seperti tape recorder, merekam dalam ingatan mereka dalam bentuk di mana itu disajikan segalanya, guru mengatakan kepada mereka atau apa yang mereka baca. Sebaliknya, mereka menggunakan
apa
yang
telah
mereka
ketahui
untuk
membangun
pemahaman tentang apa yang mereka dengar atau membaca yang masuk akal bagi mereka. Dalam upaya mereka untuk membuat informasi baru dimengerti, mereka secara dramatis dapat memodifikasi itu, begitu pula anak-anak yang membayangkan serabi pada bola. Kebanyakan peneliti sekarang menerima gagasan bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri (greeno et al,1996).
2.8 Implikasi Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya, yaitu
bagaimana
anak
secara
aktif
mengkontruksi
pengentahuannya.Pengetahuan datang dari tindakan Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis. Pembelajaran dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya dan mengutamakan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran serta memaklumi adanya perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan yang dapat dipegaruhi oleh perkembangan intelektual anak. Teori dasar perkembangan kognitif mewajibkan guru agar pembelajaran diisi dengan kegiatan interaksi
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
18
inderawi antara siswa dengan benda-benda dan fenomema konkrit yang ada di lingkungan serta dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir, antara lain kemampuan berpikir konservasi. Menurut Hunt, seperti yang dikutip oleh Woolfolk (2009) siswa tidak boleh dibuat bosan oleh pekerjaan yang terlalu mudah atau dibiarkan tertinggal oleh pengajaran yang tidak mereka pahami. Disekuilibrium harus dijaga benar-benar pas untuk mendorong pertumbuhan. Inti dari implementasi teori Kognitif dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut : 1. Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya.Disamping kebenaran jawaban siswa,
guru harus
memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3. Tidak
menekankan
pada
praktek-praktek
yang
diarahkan
untuk
menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.
Berikut
ini
adalah
implikasi
teori
Belajar
Kognitif
dalam
pembelajaran: 1. Memaklumi akan adanya perbedaan invidual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
19
melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Ditambah cara berfikir anak kurang logis dibanding dengan orang dewasa, maka guru harus mengerti cara berfikir anak, bukan sebaliknya anak yang beradaptasi dengan guru. 2. Pendidikan disini bertujuan untuk mengembangkan pemikiran anak, artinya ketika anak-anak mencoba memecahkan masalah, penalaran merekalah yang lebih penting daripada jawabannya. Oleh sebab itu guru penting sekali agar tidak menghukum anak-anak untuk jawaban yang salah, tetapi sebaliknya menanyakan bagaimana anak itu memberi jawaban yang salah, dan diberi pengertian tentang kebenarannya atau mengambil langkah-langkah yang tepat untuk untuk menanggulanginya. 3. Anak belajar paling baik dengan menemukan (discovery). Artinya di sini adalah agar pembelajaran yang berpusat pada anak berlangsung efektif, guru tidak meninggalkan anak-anak belajar sendiri, tetapi mereka memberi tugas khusus yang dirancang untuk membimbing para siswa menemukan dan menyelesaikan masalah sendiri.
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari beberapa
tahapan,
(comprehention),
yaitu
penerapan
;
pengetahuan (aplication),
(knowledge), analisa
pemahaman
(analysis),
sintesa
(sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Ciri-ciri dari aliran kognitivisme yang dapat dilihat adalah sebagai berikut: a) Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia b) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian c) Mementingkan peranan kognitif d) Mementingkan kondisi waktu sekarang e) Mementingkan pembentukan struktur kognitif
3.2 Saran Kami menyadari bahwa dalam penyususnan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyusunan makalah selanjutnya.
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
21
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pross Pendidikan. Jakarta, Kencana Prenada Media Group. Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Surya, Muhammad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Pustaka Bani Quraisy Tim Pengembang UPI. 2009. Ilmu Pendidikan Teoritis. Bandung : PT Imperial Bhakti Utama. http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-kognitivisme/ http://bayuwijayama.blogspot.com/2011/06/penerapan-teori-kognitivismedalam.html http://id.scribd.com/doc/56033062/strategi-pembelajaran-kontekstual http://organisasi.org/strategi-pembelajaran-kontekstual-oleh-oleh-dari-plpgslamet-p
Dasar-Dasar Pembelajaran Matematika
22