UNIT 2 SPHYGMOMANOMETER SPHYGMOMANOMETER (TENSIMETER) ANEROID
2.1 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu memahami Pengertian, Fungsi, Gambar dan Bagian bagian, Standard Operational Procedure (SOP), Cara Kerja, Perawatan, Troubleshooting, dan Kalibrasi Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid 2. Mahasiswa mampu mengoperasikan Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid
2.2 Alat dan Bahan
1. Satu set alat diagnostik Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid 2. Stetoskop
2.3 Teori Dasar 1. Pengertian Tekanan Darah dan Skala Nilai Normal Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah merupakan suatu tindakan melakukan pengukuran tekanan darah, yaitu hasil dari curah jantung dan tahanan perifer, menggunakan Sphygmomanometer. Sphygmomanometer. Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sepe rti curah jantung, ketegangan arteri, arter i, dan volume, laju serta kekentalan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi yang disebut tekanan sistolik. Sedangkan tekanan terendah terjadi saat jantung beristirahat yang disebut tekanan diastolik. Tekanan darah digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolic dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80. Pemeriksaan
tekanan
darah
bertujuan
untuk
menilai
system
kardiovaskular/keadaan hemodinamik klien (curah jantung, tahanan vaskuler perifer, volume darah dan viskositas, dan elastisitas arteri). 19
20
Pemeriksaan dilakukan pada setiap pasien yang masuk ke ruang pemeriksaan atau ruang perawatan, secara rutin pada pasien yang dirawat, dan sewktu-waktu sesuai kebutuhan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah, hindari pemeriksaan pada ekstrimitas yang terpasang infus, trauma ataupun gips; apabila akan mengulang prosedur pemeriksaan, tunggu sekitar 30 detik sampai satu menit setelah skala nol; serta periksa terlebih dahulu arteri brachialis dengan tepat. Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan langsung ke dalam arteri. Pengukuran tidak langsung dilakukan dengan sfigmomanometer dan stetoskop.
2. Sphygmomanometer Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid A. Pengertian Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid
Tensimeter (Sphygmomanometer) Aneroid adalah alat diagnostik untuk mengukur tekanan darah yang bekerja secara manual saat memompa maupun mengurangi tekanan pada manset dengan skala ukur manometer
(penunjukkan
jarum)
yang
tentunya
lebih
aman
dibandiingkan tensimeter air raksa. Manset dipasang ‘mengikat’ mengelilingi lengan dan kemudian ditekan dengan tekanan di atas tekanan arteri lengan (brachial) dan kemudian secara perlahan tekanannya diturunkan. Pembacaan membutuhkan stetoskop untuk mendengarkan, denyutan tinggi menunjukkan peak pressure (systolic) dan denyutan rendah menunjukkan lowest pressure (diastolic).
21
B. Gambar dan Bagian-bagian Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid
Gambar 2.1 Gambar dan Bagian-bagian Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid
1. Bulb, berfungsi memompa udara ke manset, pada ujungnya terdapat katup yang mencegah udara keluar. 2. Manometer, bagian tensimeter yang mengukur tekanan udara dalam, pergerakkannya seperti pergerakkan jarum jam yang mengukur tekanan udara dalam manset, Dalam gauge itu ada serangkaian diafragma tembaga / berrylium yang membesar saat diisi dengan udara. Gears mengubah gerakan linier diafragma, mengubah jarum pada dial yang dikalibrasi dalam. 3. Cuff atau manset, berfungsi ber fungsi untuk menampung udara yang dipompa dari bulb dan untuk mendeteksi tekanan darah pasien yang pada penggunaannya dipasang pada pada lengan pasien.
22
4. Bladder, adalah kantong tiup yang, bila diisi, kompres lengan untuk menutup arteri. Bladder harus mengikuti parameter ukuran yang sangat spesifik untuk memastikan kompresi arterial penuh. 5. Valve/ katup, berfungsi menetup/ membuka pompa udara yang ada dalam manset.
C. Standard Operational Procedure (SOP) Sphygmomanometer (Tensimeter) (Tensimeter) Aneroid
Standard operational procedure (SOP) dari Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid adalah sebagai berikut: 1. Kenakan manset pada pergelangan tangan kiri. 2. Stetoskop ditempatkan pada lipatan siku bagian dalam. 3. Kantong karet kemudian dikembangkan dengan cara memompakan udara ke dalamnya. Kantong karet yang membesar akan menekan pembuluh darah lengan (brachial artery) sehingga aliran darah terhenti sementara. 4. Udara kemudian dikeluarkan secara perlahan dengan memutar sumbat udara. 5. Tempatkan lengan kiri membentang di dada dan luruskan manset dekat dengan jantung. 6. Pasien duduk pada kursi dengan badan tegak. te gak. 7. Pasien Mengambil 5 sampai 6 napas dalam kemudian relaks. 8. Mulailah pengukuran. Tahan siku kiri anda dengan tangan kanan untuk menjaga posisi lengan. 9. Jaga posisi dan jangan berbicara selama pengukuran. 10. Saat tekanan udara dalam kantong karet diturunkan, ada dua hal yang harus diperhatikan pemeriksa. Pertama, jarum penunjuk tekanan, kedua bunyi denyut pembuluh darah lengan yang dihantarkan lewat stetoskop. Saat terdengat denyut untuk pertama kalinya, nilai yang ditunjukkan jarum penunjuk tekanan adal ah nilai tekanan sistolik.
23
11. Seiring dengan terus turunnya tekanan udara, bunyi denyut yang terdengar lewat stetoskop akan menghilang. Nilai yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk tekanan saat bunyi denyut menghilang disebut tekanan diastolik.
D. Cara Kerja Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid
Tekanan dalam bellow B didapat dari tekanan pompa udara s ehingga pin P bergerak, gerakan dari pin P menyebabkan gigi G bergerak. Gerakan gigi G ini akan menyebabkan jarum bergerak di seluruh muka manometer. Di bawah jarum penunjuk terdapat pegas tipis yang berfungsi mengembalikan posisi jarum ke nol kembali ketika katup dibuka perlahan – lahan lahan (udara dikeluarkan sedikit demi sedikit). Dengan demikian pembacaan tekanan darah dicatat oleh pengguna.
E. Perawatan Sphygmomanometer Sphygmomanometer (Tensimeter) (Tensimeter) Aneroid
Perawatan sphygmomanometer (tensimeter) aneroid adalah sebagai berikut: 1. Hindarkan dari suhu dan kelembaban yang terlalu tinggi baik dalam penggunaan atau penyimpanan 2. Hindarkan dari zat-zat kimia yang dapat merusak alat. 3. Hindarkan dari benda-benda tajam. 4. Jagalah agar manometer dari benturan benda keras. 5. Simpan tensimeter dalam suhu ruangan yang sesuai untuk menjaga ketahanan tensimeter. 6. Bersihkan kaca dan bagian-bagian tensimeter dari debu dan kotoran.
24
7. Bersihkan valve inlet/klep masuk pada bulb dengan menggunakan kapas yang dibasahi dengan alcohol 8. Didalam valve outlet/klep keluar terdapat filter, le pas dan bersihkan.
F. Troubleshooting Troubleshooting Sphygmomanometer Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid
Troubleshooting sphygmomanometer (tensimeter) aneroid adalah sebagai berikut: 1. Tidak bergeraknya jarum pada manometer, cek manometer atau ganti manomter 2. Kebocran pada valve, manset dan bulb, ganti valve, manset dan bulb
G. Kalibrasi Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid
Kalibrasi sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid adalah sebagai berikut: 1. Sebelum dipakai, manometer harus selalu tetap berada pada level angka nol (0 mmhg). 2. Pompa manset sampai 200mmhg kemudian tutup katup buang rapatrapat. Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari 2mmhg (ke 198mmhg). Disini kita melihat apakah ada bagian yang bocor. 3. Laju penurunan kecepatan dari 200mmhg ke 0 mmhg m mhg harus 1 detik, dengan cara melepas selang dari manometernya. 4. Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih dari 1
detik,
berarti
harus
diperhatikan
keandalan
dari
sphygmomanometer tersebut. Karena jika kecepatan penurunan terlalu lambat, akan mudah untuk terjadi kesalahan dalam menilai. Biasanya tekanan darah sistolic pasien akan terlalu tinggi (tampilan) bukan hasil sebenarnya. Begitu juga dengan dengan diastolik.
25
2.4 Langkah Kerja Praktikum
1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Menggunakan Sphygmomanometer (Tensimeter) Aneroid sesuai dengan SOP yang ada pada teori dasar. 3. Mencatat hasil dari systolic dan diastolic terperiksa
2.5 Hasil Praktikum NO TERPER ERPERIKSA IKSA
SYSTOLIC SYSTOLIC
DIAST DIASTOLIC OLIC
KEADA KEADAAN AN
1
FEBRY
110
80
N O RMAL
2
HAFI
110
60
N O RMAL
3
RIZK Y
150
80
HIPERTEN SI
4
ALFI
110
70
N O RMAL
5
NO N O FAN
140
70
PREHIPERTEN SI
Tabel 2.1 Hasil Praktikum Tensimeter Aneroid
2.6 Analisa
Pada
praktikum
peralatan
diagnostic
dasar
kali
ini
tentang
sphygmomanometer (tensimeter) aneroid yang menggunakan penunjukkan manometer sebagai tolak ukur systolic dan diastolic sama halnya dengan tensimeter air raksa yang harus juga dikombinasikan dengan stetoskop untuk mendengarkan systolic dan diastolic pada arteri terperiksa, tensimeter aneroid ini lebih aman dibandingkan dengan tensimeter air raksa karena tidak memakai air raksa (mercury), bagian-bagiannya sama saja dengan tensimeter air raksa yang hanya membedakan adalah pengukurnya saja, seperti bulb dan valve, cuff (manset) dan alat ukurnya. Pada penggunaan tensimeter aneroid untuk mengecek tekanan darah seseorang harus dikombinasikan dengan stetoskop, pastikan terlebih dahulu tensimeter dalam keadaan baik, pasangkan manset (cuff) kepada lipatan siku terperiksa bagian dalam tangan kiri dengan posisi nyaman, pasang stetoskop dengan mode chest piece lalu tempelkan pada lipatan siku bagian dalam pasien kompa bagian bulb (kantong karet) tensimeter sampai tekanan yang diperlukan untuk kepastian sampai 180, sehingga manset membesar dan akan menekan
26
pembuluh darah lengan (brachial artery) sehingga aliran darah terhenti sementara, kemudian kunci bagian valve (cincin) sehingga udara tetap dalam manset kemudian lepaskan kunci valve (cincin) secara perlahan sambil mendengarkan sistolik dan diastolik dan melihat bagian manometer (unit pengukurnya) tensimeter sampai mendapatkan mendapatkan nilainya, pada percobaan kali ini sistolik dan diastolik terdengar. Tekanan sistolik:
Jumlah yang muncul di bagian atas, dikenal dengan tekanan dara sistolik. Itu adalah jumlah yang diukur dalam setiap detak jantung, ketika jantung berkontraksi dan mendorong darah melalui arteri ke seluruh tubuh. Angka tekanan darah sistolik yang normal adalah sekitar 120 mmHg kebawah, sedangkan tekanan darah sistolik yang menunjukkan angka 140 mmHg keatas dianggap sebagai hipertensi atau tekanan darah tinggi. Tekanan diastolik:
Jumlah tekanan diastolik adalah angka bawah yang ditunjukkan oleh alat monitor tekanan darah. Ini adalah jumlah angka yang menunjukkan tekanan darah didalam arteri, saat jantung sedang tidak berdegup di antara setiap detak jantung. Angka jumlah tekanan darah diastolik yang normal adalah 80 atau kebawah, sedangkan jumlah angka tekanan darah diastolik 90 atau lebih tinggi dianggap sebagai hipertensi. Pada praktikum kali ini terdapat lima kali pemeriksaan yang pertama febry dengan systolic 110 dan diastolic 80 dapat dikatakan tekanan darah febry dalam keadaan normal. Yang kedua hafi dengan systolic 110 dan diastolic 60 dapat dikatakan tekanan darah hafi dalama keadaan normal. Yang ketiga rizky dengan systolic 150 dan diastolic 80 dapat dikatakan tekanan darah rizky dalam keadaan tidak normal hipertensi. Yang ke-empat alfi dengan systolic 110 dan diastolic 70 dapat dikatakan tekanan darah alfi dalam keadaan normal. Yang kelima nofan, dengan systolic 140 dan diastolic 70 dapat dikatakan tekanan darah nofan dalam keadaan tidak normal prehipertensi.
27
2.7 Kesimpulan
Jadi, kesimpulan dari praktikum peralatan diaknostik dasar kali ini adalah penggunaan tensimeter aneroid sama dengan pemakaian tensimeter air raksa yang dikombinasikan dengan stetoskop untuk mendengarkan systolic dan diastolic dari terperiksa, tensimeter aneroid juga memiliki struktur yang sama dengan tensimeter air raksa yang membedakannya hanya measure unit (unit pengukurnya) dimana tensimeter aneroid menggunakan manometer sedangkan tensimeter air raksa menggunakan tabug ukur.