Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Sumber Energi Pembuatan Bioethanol Oleh : Ihsanata Hamda Hukama 03031181419012
Seiring pertumbuhan penduduk di Indonesia,konsumsi kendaraan baik itu roda dua maupun roda empat semakin besar.Dengan semakin besarnya konsumsi kendaraan,maka membuat konsumsi bahan bakar fosil akan semakin banyak.Padahal telah kita ketahui bahwa bahan bakar fosil merupakan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui,oleh sebab itu seiring banyaknya penggunaan maka ketersediaan bahan bakar tersebut akan semakin menipis. Ketergantungan bahan bakar fosil di Indonesia semakin meningkat,hal ini bisa dilihat pada tahun 2003 bangsa Indonesia mengimpor bahan bakar minyak sebesar 247 juta barel.Hingga saat ini,dapat dihitung bahwa konsumsi bahan bakar di Indonesia mencapai 487 ribu BBM per hari.Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa Indonesia sangat tergantung oleh bahan bakar fosil. Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang melimpah,Indonesia juga memiliki laut yang paling luas di dunia.Hutan,gunung,sawah,dan lautan merupakan sumber kekayaan Indonesia yang apabila dimanfaatkan dengan baik,maka ketergantungan terhadap bahan bakar fosil akan berkurang.Menurut saya,apabila sumber daya manusia yang ada kita tingkatkan dan pemerintah mau membantu secara materil maupun moril.maka sumber daya alam di Indonesia akan mampu dimanfaatkan secara maksimal. Untuk menghadapi masalah tersebut,maka pemerintah seharusnya sudah mulai memikirkan bahan bakar pengganti yang sifatnya dapat diperbaharui dan bersifat ramah lingkungan.Bahan bakar yang dimaksud adalah bioethanol.Bioethanol merupakan bahan bakar yang dipercaya dapat menggantikan penggunaan bensin dan minyak tanah.Bioethanol merupakan
etanol
yang
diproses
melalui
fermentasi
menggunakan
bahan
baku
nabati(BBN).Bioethanol selain dimanfaatkan sebagai pengganti bensin,juga mampu menurunkan emisi CO2. Pada dasarnya pembakaran bioethanol tidak menciptakan CO2 netto ke lingkungan karena zat tersebut akan diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sebagai bahan baku bioethanol. Bioethanol bisa didapat dari tanaman seperti tebu, jagung, gandum, singkong, padi, lobak, gandum hitam.Bioethanol memiliki nilai oktan sebanyak 92 yang dapat dimanfaatkan sebagai
campuran bahan bakar,akibatnya nilai oktan bahan bakar itu meningkat. Bioetanol relatif kompetibel dengan mesin mobil berbahan bakar bensin. Kelebihan lain dari bioetanol ialah cara pembuatannya yang sederhana yaitu fermentasi menggunakan mikroorganisme tertentu (Mursyidin, 2007). Menurut saya,sumber bioethanol berupa tebu,jagung,atau singkong merupakan sumber penghasil ethanol yang baik,namun penggunaannya terbatas karena sumber-sumber tersebut merupakan sumber bahan makanan.Apabila sumber tersebut kita gunakan,maka indonesia bisa kekurangan sumber pangan dan tentu akan berdampak buruk terhadap indonesia.Namun menurut beberapa sumber yang saya baca,terdapat bahan baku yang tepat untuk mengganti sumbersumber tersebut yaitu tandan kelapa sawit yang merupakan hasil limbah yang tidak hanya dimanfatkan sebagai pupuk,namun juga sebagai sumber biodiesel. Indonesia merupakan salah satu penghasil kelapa sawit yang terbesar di dunia.Hal ini terbukti dengan meningkatnya produksi minyak sawit dari tahun ke tahun.Berdasarkan data Food and Agriculture Organization of the United Nations, Indonesian Palm Oil Producers Association (Gapki) and Indonesian Ministry of Agriculture, produksi kelapa sawit pada tahun 2015 mencapai 31.5 juta ton. Menurut data dari Kementerian Pertanian Indonesia, jumlah total luas area perkebunan sawit di Indonesia pada saat ini mencapai sekitar 8 juta hektar; dua kali lipat dari luas area di tahun 2000 ketika sekitar 4 juta hektar lahan di Indonesia dipergunakan untuk perkebunan kelapa sawit. Jumlah ini diduga akan bertambah menjadi 13 juta hektar pada tahun 2020. Dengan jumlah lahan yang besar beserta kelapa sawit merupakan tumbuhan yang dapat diperbaharui,saya sangat setuju apabila kelapa sawit dimanfaatkan sebagai sumber energi pengganti bahan bakar fosil.Alasan saya memilih kelapa sawit sebagai sumber pengganti adalah karena kelapa sawit memiliki limbah buangan yang disebut tandan kosong kelapa sawit dipercaya sebagai limbah saja,ternyata dapat dimanfaatkan menjadi bioethanol.Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) memiliki kandungan lignoselulosa yang cukup tinggi yang dapat didegradasi menjadi bentuk yang lebih sederhana yaitu glukosa sebagai bahan baku bioetanol. Tandan kosong kelapa sawit juga banyak mengandung selulosa yang dapat dihirolisis menjadi glukosa kemudian difermentasi menjadi bioetanol. Kandungan selulosa yang cukup tinggi yaitu sebesar 45% menjadikan kelapa sawit sebagai prioritas untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol (Aryafatta, 2008).
Bioethanol dari tandan kosong kelapa sawit ini memiliki peluang sumber energi yang baik karena 1. Bukan merupakan sumber pangan,sehingga tidak akan mengganggu kebutuhan pangan di indonesia yang merupakan negara berkembang. 2. Bioethanol ini bisa menjadi sumber energi baru yang dapat diaplikasikan menjadi lebih dari satu jenis energi seperti, energi bahan bakar. 3. Bioethanol ini mudah diaplikasikan dalam kehidupan di masyarakat serta ramah lingkungan. 4. Bahan baku bioethanol ini yaitu limbah tandan kosong kelapa sawit sangat melimpah di Indonesia. 5. Mengurangi dampak dari pemanasan global dan mengatasi krisis energi yang semakin parah Namun kita memiliki tantangan terhadap pembuatan bioethanol dari tandan kelapa sawit ini,tantangan itu adalah 1. Kurangnya peran serta pemerintah dan dinas perkebunan mengenai tandan kosong kelapa sawit ini untuk dikembangkan lebih lanjut. 2. Informasi masyarakat terhadap bioethanol masih sangat minim sehingga dibutuhkan sosialisasi proses pembuatan bioethanol ini kepada masyarakat luas baik di pedesaan maupun kota 3. Kurangnya edukasi dan kemampuan pembuatan bioethanol yang masih tergolong rumit dan memerlukan biaya alat yang cukup besar membuat masyarakat kurang tertarik. 4. Dengan kondisi masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan bahan bakar fosil sehingga mereka enggan menggunakan energi alternatif ini Menurut saya,di sinilah peran pemerintah untuk mengupayakan pemanfaatan bioethanol dengan melakukan sosialisasi mengenai bioethanol,cara membuatnya.serta meyakinkan masyarakat bahwa bioethnol ini merupakan sumber energi yang terbaru dan dapat mengganti penggunaan bahan bakar fosil ini.Walaupun awalnya kita membuat campuran bahan bakar tersebut,namun seiring berjalannya waktu kita dapat memanfaatkan bioethanol ini secara penuh. Dalam Perpres No. 5 tahun 2006, pemerintah indonesia mendorong konsumsi biofuel sebesar 5% dari konsumsi minyak Indonesia atau 1,33% dari total energi mix tahun 2025 (Tatang et al, 2005). Sesuai dengan rencana ini, dibutuhkan pengingkatan dalam produksi biofuel
di Indonesia dari kondisi saat ini yang masih mencapai 0,1% dari konsumsi energi mix Indonesia. Salah satu jenis biofuel yang teah dikembangkan adalah bioetanol.Menurut saya,pemerintah haruslah konsisten dalam mendukung penggunaan bioethanol sebagai campuran bahan bakar di Indonesia karena di mata saya pemerintah masih setengah-setengah dalam menerapkan kebijakan tersebut.Saya sangat setuju dengan apa yang dikatakan oleh direktur utama PT.Perkebunan Nusantara X(PTPN X) Subiyono yang mengatakan bahwa "Padahal, potensi bioetanol Indonesia sangat besar. Lagipula, pemanfaatan bioetanol bisa mengurangi beban impor minyak yang selama ini membuat neraca perdagangan kita deficit”.Subiyono juga menambahkan bahwa "Kebijakan mandatory selama ini belum berjalan optimal. Tapi kami optimistis pemerintahan baru punya komitmen untuk terus mendorong energi baru terbarukan, termasuk bioetanol, di tengah menipisnya cadangan energi fosil seperti minyak,".Di sini saya berharap bahwa pemerintah terus mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan ini sehingga indonesia tidak lagi tergantung terhadap pemakaian bahan bakar fosil. Pemanfaatan
bioethanol
di
luar
negeri
sangat
diperhatikan,terlihat
bahwa
di
Brazil,bioethanol telah dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar bahkan hingga 85% .Fhilipina mulai menggencarkan bioethanol sebanyak 10% dan bahkan Thailand meningkatkan penggunaan bioethanol sebanyak 20%.Di Indonesia sendiri,pemanfaatan tandan kosong ini masih dibilang minim,hal ini terlihat dari kebijakan pencampuran bioethanol yang masih setengah hati dilakukan pemerintah,yang terbaru hanyalah Peraturan Menteri ESDM Nomor 20 Tahun 2014, bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi wajib dicampur dengan minimal 1% bioetanol mulai Januari 2015. Hal itu belum termasuk pencampuran BBM nonsubsidi yang harus dicampur dengan minimal 2% bioetanol mulai Januari 2015. Secara bertahap, sesuai Peraturan Menteri ESDM tersebut, pemanfaatan akan ditingkatkan menjadi 5% pada 2020 untuk bahan bakar bersubsidi dan 10% untuk bahan bakar nonsubsidi.Saya sangat menyayangkan hal ini,seharusnya pemerintah harus lebih gencar dalam memanfaatkan sumber energi tersebut mengingat akan kayanya indonesia terhadap sumber daya alam khusunya kelapa sawit ini. Kita harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia terlebih dahulu sehingga masyarakat indonesia dapat memanfaatkan dan mengolah kelapa sawit dengan tangan sendiri,bukan dengan meminta bantuan pihak asing.Hal ini tidak akan berjalan apabila pemerintah tidak mendukung bahkan dikatakan mendukung namun dengan setengah hati.Saya berharap apabila pemerintah mau melihat sektor tersebut dan melatih sumber daya manusia yang
tersedia,maka kualitas sumber daya manusia akan meningkat dan indonesia akan menjadi salah satu pengguna bakar bakar bioethanol terbesar di dunia. Bioethanol
dapat
dibuat
melalui
tiga
cara,yaitu
indirect
hydration,direct
hydration,maupun fermentasi.Dari ketiga hal tersebut,yang paling baik adalah fermentasi.Saya setuju dengan cara fermentasi ini karena pada proses fermentasi ini merupakan proses pada o
kondisi yang aman,yaitu beroperasi pada suhu 32 C dan tekanan standart 1 atm. Proses pembuatan bioetanol dari limbah tandan kosong kelapa sawit dengan proses fermentasi dilakukan melalui empat tahap yaitu : Prehidrolisa, hidrolisa, fermentasi dan distilasi serta dehidrasi.Dari proses pembuatan bioetanol ini akan dihasilkan prosuk samping berupa limbah cair ( slurry) yang dapat digunakan sebagai pupuk organik. Dan juga berupa lignin yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat perekat. Serta gas CO2 yang dapat digunakan dalam pembuatan dry ice. Berdasarkan hal tersebut,saya menyimpulkan bahwa Indonesia dapat mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar fosil.Indonesia dapat mengganti penggunaan bahan bakar fosil dengan memanaatkan potensi sumber daya alam yang ada di dalamnya.Sumber daya alam tersebut salah satunya adalah kelapa sawit dimana hasil limbah kelapa sawit yang kita sebut tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioethanol.Bioethanol ini dapat kita campur dengan bahan bakar seperti bensin,sehingga meningkatkan nilai oktan bahan bakar tersebut.Apabila nilai oktan bahan bakar tersebut naik,maka emisi pembakaran gas CO2 akan sedikit. Pemanfaatan bioethanol ini tidak akan berarti apa-apa apabila pemerintah tidak mendukung secara penuh salah satu sumber energi itu.Pemerintah haruslah mendukung dan memberikan bantuan kepada masyarakat sehingga penggunaan bioethanol di indonesia akan semakin meningkat.Selain dari pemerintah,masyarakat indonesia pun haruslah bekerja sama satu sama lain,menjaga agar jumlah kelapa sawit di indonesia akan tetap bahkan meningkat kapasitas produksinya.Saya berharap apabila masyarakat indonesia dan pemerintah mau bekerja sama satu sama lain,maka penggunaan bioethanol di indonesia akan meningkat dan indonesia akan menjadi salah satu negara yang memanfaatkan bioethanol sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah.2014. Bioetanol dari TKKS .(Online) : https://aisyahnyayu. wordpress.com /2014/04/ 09/ pembuatan – bioetanol – dari-tandan – kosong – kelapa – sawit – sebagai – solusi – dalam - mengurangiketergantungan-ter hadap-bahan-bakar-fosil/ . (Diakses 30 Desember 2015) Anonim.2014. Pemanfaatan Bioetanol harus konsisten.(online) : http://ptpn10.co.id/blog/dukungenergi-terbarukan-pemanfaatan-bioetanol-harus-konsisten. (Diakses 30 Desember 2015)