TAMBANG BELERANG
I. DEFINISI BELERANG Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S dan nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak berbau dan multivalent. Belerang dalam bentuk aslinya adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral-mineral sulfida dan sulfat. Ia adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino. Berat jenis dari belerang sendiri adalah 2,05-2,09. Tingkat kekerasan dari belerang adalah 1,5-2,5 Mohs (Skala kekerasan untuk barang tambang). Sifat lain dari belerang adalah mudah larut dalam CS2, CC14, Minyak bumi, Minyak tanah, dan Anilin. Belerang memiliki titik lebur sebesar 129o C dan titik didihnya 446o C, selain itu belerang merupakan penghantar panas dan listrik yang buruk dan apabila dibakar belerang akan mengeluarkan api dengan nyala biru ditambah bau busuk hasil dari gas SO2.
Gambar 1. Salah satu bentuk dari Belerang
II. LOKASI TAMBANG BELERANG Secara umum terdapat beberapa daerah yang memiliki potensi dari belerang, daerah ini tersebar di seluruh Indonesia, adapun daerah tersebut adalah : a) Sumatera Utara : Gunung Namora. b) Jawa Barat : Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Patuha. c) Jawa Tengah : Gunung Dieng. d) Jawa Timur : Gunung Ijen dan Gunung Arjuna. e) Sulawesi Utara : Gunung Soputan. f) Maluku : Pulau Damar. Secara keseluruhan dapat dilihat melalui gambar dibawah ini daerah-daerah yang memiliki potensi dari belerang.
Gambar 2. Daerah persebarang belerang yang ditandai dengan titik berwarna kuning
Secara khusus belerang didapat melalui dua cara yaitu proses vulkanisme dalam bentuk solfatar (uap panas) yang kemudian membeku dan cadangan dalam perut bumi yang terdapat pada lapisan Litosfer hasil kontak dengan bakteri anaerob, pada kedalaman 150-750 meter dengan ketebalan 30 meter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui diagram alir berikut :
Gambar 3. Diagram alir proses pembentukan belerang
Untuk metode penentuan tambang belerang sendiri, untuk daerah vulkanisme pada umumnya digunakan metode penginderaan jauh melalui citra Landsat 7 TM+, dengan mendeteksi rona panas atau titik panas bumi, dikarenakan keberadaan belerang sendiri sangat erat kaitannya dengan daerah penghasil panas bumi. Penginderaan jauh bisa digunakan untuk membantu eksplorasi dari prospek panas bumi menggunakan citra panas. Prinsip dasar dari teknologi ini terletak pada frekuensi 3-5 μm dan 8-14 μm untuk memantau perubahan suhu. Energi panas berasal dari bagian tanah yang mendekati permukaan bumi dengan cara konduksi dan konveksi. Citra panas digunakan untuk menunjukkan karakteristik panas dari suatu wilayah. Lalu keanehan suhu bisa dideteksi menggunakan citra tersebut. Lebih detailnya identifikasi anomali panas dapat dilakukan
dengan menggunakan analisis suhu permukaan sesuai dengan tampilan alami menggunakan band 6, Landsat 7. Band 6 / pita termal yang terdiri dari dua band yaitu band 6H (tinggi) dan 6L (rendah) . Band 6L akan memberikan jangkauan dinamis yang lebar dan resolusi radiometrik yang diperpanjang lebih rendah (sensitivitas), dengan sedikit kejenuhan di nomor digital high (DN) nilai. Band 6H akan memiliki resolusi radiometrik yang lebih tinggi (sensitivitas) meskipun memiliki rentang yang lebih terbatas dinamis (Flynn, 2001) . Setiap keuntungan dari band tersebut bergantung pada jenis tutupan lahan dan sudut matahari dari wilayah eksplorasi.
Gambar 4. Citra penginderaan jauh panas bumi di daerah Gunung Patuha
Keanehan suhu, perwujudan panas dan penampilan permukaan lain dalam eksplorasi geothermal ini menunjukkan kemungkinan potensi panas bumi. Salah satu faktornya adalah kesamaan jenis batuan di daerah penelitian dengan temperatur yang berbeda. Dengan tersedianya citra inframerah Landsat ETM + suhu permukaan dapat diperoleh. Jadi, gambar termal di Landsat ETM + dapat digunakan untuk mendeteksi suhu permukaan yang pada gilirannya dapat menjadi indikator untuk ketersediaan energi panas bumi. Dan dengan membandingkan ke peta geologi, dan peta geomorfologi SRTM kita dapat menyimpulkan bahwa daerah tersebut akan memiliki potensi panas bumi yang erat kaitannya dengan sumber belerang. III. VOLUME TAMBANG BELERANG Potensi dan penyebaran belerang Indonesia saat ini baru diketahui di enam provinsi dengan total cadangan 5,4 juta. Untuk contoh sendiri dapat digunakan kawah Ijen, dengan total produksi tambang mencapai 1.736,318 ton.
Gambar 5. Data statistik tambang belerang dari tahun 1997-2003
IV. KOMPOSISI TAMBANG BELERANG Dialam belerang dapat ditemukan dalam bentuk kristal padat atau dalam bentuk lumpur dengan kadar S mencapai 56%. Dapat juga ditemui belerang dengan bentuk persenyawaan dengan logam lain seperti galena, spalerit, pyrite dengan komposisi 19 % dan dari gas buangan industri minyak bumi dan batu bara sebanyak 25% (H2S, SO2). V. PRODUKSI TAMBANG BELERANG Asam Sulfat merupakan komponen utama dalam industri belerang. Asam Sulfat didapatkan melalui belerang dioksida (SO2) yang dirubah menjadi asam sulfat melalui proses kontak dan bilik timbal. Berikut merupakan diagram hasil produksi dari belerang dalam ranah industri :
Gambar 6. Hasil produksi dari belerang
VI. MANFAAT BELERANG Ada banyak sekali manfaat dari belerang dimulai dari pengobatan penyakit hingga sebagai bahan peledak. Untuk lebih jelasnya berikut merupakan manfaat dari belerang: a) Menghilangkan penyakit kulit dan bekas luka. b) Dapat dipakai dalam industri obat-obatan. c) Bahan pembuat pupuk super fosfat. d) Sebagai bahan insektisida untuk membunuh hama. e) Bahan bubuk mesiu dan korek api. f) Untuk membuat gas SO2 yang digunakan untuk mencuci bahan yang terbuat dari wool dan sutera. g) Pada industri ban, belerang untuk vulkanisasi karet yang berkaitan agar ban bertambah ketegangan serta kekuatannya.