FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEDIAAN SEMI SOLID SUPPOSITORIA PARACETAMOL
KELOMPOK IV OLEH : FILLIAN LATHIFAH NURHADI PUTRI14065 FRANSISKA GRISELDA MUNDI
14071
INGRIDA FEBRIANI SPRO
14089
LALU YOGI PEBRIAN
14101
MARIANA NERTI
14115
NABILA AULIA KURNIASARI
141!
SITI ROMANA SARI
14176
YOHANES B"LA#I TEMA
14198
AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG $ANUARI !016
BAB 1 PENDAHULUAN
1"1 L%&%' B()%*%+,
Di zaman zaman sekar sekarang ang ini ini semaki semakin n tidak tidak menen menentun tunya ya cuaca cuaca atau atau iklim iklim di negara negara indonesia. Seiring dengan musim yang berjalan tidak menentu mengakibatkan mudahnya terserang penyakit apalagi dengan anak anak yang mudah sekali terserang penyakit akibat perubahan cuaca atau yang biasa di sebut musim pancaroba. Penyakit yang biasanya menyerang anak anak pada saat pergantian musim adalah penyakit demam. Demam adalah kondisi ketika suhu tubuh berada di atas 37,5 derajat celcius. Demam dapat disebabkan oleh infeksi ringan atau parah. Sala Salah h satu satu obat obat untuk untuk indik indikasi asi demam demam adalah adalah paras paraseta etamo mol. l. Para Paraset setam amol ol adala adalah h golongan obat analgesik non opoloid yang dijual secara bebas. Parasetamol relatif aman digunakan untuk anak anak dan ibu hamil karna aman untuk lambung. Di pasaran sediaan parasetamol hanya dalam bentuk tablet dan sirup, jarang sekali kita jumpai dalam bentuk suppositoria. Suppo Supposit sitori oriaa adala adalah h sediaa sediaan n padat padat dalam dalam berbag berbagai ai bobot bobot dalam dalam bentu bentuk, k, yang yang diberikan melalui rectal,aginal rectal,aginal atau uretra.keuntungan uretra.keuntungan sediaan ini adalah !ntuk tujuan lokal seperti pada pengobatan "asir atau hemoroid dan penyakit infeksi lainnya. Suppositoria untuk untuk tujuan tujuan sistemi sistemik k karena karena dapat dapat diserap diserap oleh membran membran mukosa mukosa dalam dalam rektum, rektum,!ntu !ntuk k memperoleh kerja a"al yang lebih cepat,!ntuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati.#Syamsuni, $%%5&. Paraset Parasetamo amoll dibuat dibuat dalam dalam supposit suppositori oriaa bertujua bertujuan n agar agar efek yang diberika diberikan n dapat dapat secara cepat dibandingkan dengan sediaan farmasi yang lain dan cocok untuk pasien yang susah menelan obat serta untuk pasien yang sedang kejang atau pasien yang koma #tidak sadarkan diri&. Dosis parasetamol parasetamol yang kami buat dalam sediaan suppositoria suppositoria adalah $5% mg per suppositoria karna ini di gunakan untuk anak anak.#'( jilid (((&.)leh karena itu kami sebagai tenaga teknis kefarmasian diharapkan bisa membuat formulasi sediaan suppositoria parasetamolyang di gunakan gun akan untuk menurunkan demam pada pa da anak*anak an ak*anak sesuai dengan dosis dan +P) yang benar.
1"! T-.-%+
-. engetah engetahui ui bentuk bentuk sediaan sediaan supposit suppositoria oria $. engetah engetahui ui bahan bahan dasar dasar supposit suppositori oriaa 3. engetah engetahui ui dan memah memahami ami cara cara pembuat pembuatan an supposi suppositori toriaa
1" M%+/%%&
-. Dapat Dapat mema memaham hamii langk langkah ah*la *langk ngkah ah dalam dalam pembua pembuatan tan sedia sediaan an suppo supposit sitori oriaa sesuai sesuai dengan +P) $. !ntuk !ntuk dapat dapat menga mengaplik plikasik asikan an di dunia dunia kerja. kerja. 3. !ntuk !ntuk menam menambah bah "a"a "a"asan san dan ketra ketrampi mpilan lan..
BAB ! TIN$AUAN PUSTAKA
!"1 T+.%-%+ P(+%*& !"1"1 D(/+2 D(3%3
!mumnya dikenal dengan nama demam, adalah suatu reaksi fisiologis tubuh yang kompleks terhadap penyakit yang ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh diatas nilai normal akibat rangsangan zat pirogen terhadap pengatur suhu tubuh di hipotalamus. Suhu normal tubuh manusia berkisar antara 3/.5*37.$ 0+. Suhu subnormal yaitu 13/.5 0+, hipotermia merupakan suhu 135 0+. Demam terjadi jika suhu 237.$ 0+. hiperpireksia merupakan suhu 4-.$ 0+. erdapat perbedaan pengukuran suhu di oral, aksila, dan rectal sekitar %.5 0+6 suhu rectal 2 suhu oral 2 suhu aksila.
!"1"! M(*%+23( D(3%3
ujuan dari pengaturan suhu adalah mempertahankan suhu inti tubuh sebenarnya pada set leel 370+. Demam #pireksia& merupakan keadaan suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal. pabila suhu tubuh mencapai 84%9+ disebut hipertermi. :tiologi ;angguan otak atau akibat zat yang menimbulkan demam #pirogen& yang menyebabkan perubahan at pirogen ini bisa berupa protein, pecahan protein, dan zat lain #terutama kompleks lipopolisakarida atau pirogen hasil dari degenerasi jaringan tubuh yang menyebabkan demam selama keadaan sakit&. Pirogen eksogen merupakan bagian dari patogen, terutama kompleks lipopolisakarida #endotoksin& bakteri gram #*& yang dilepas bakteri toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Patofisiologi ?etika tubuh bereaksi adanya pirogen atau patogen. Pirogen akan diopsonisasi #harfiah@siap dimakan& komplemen dan difagosit leukosit darah, limfosit, makrofag #sel kupffer di hati&. Proses ini melepaskan sitokin, diantaranya pirogen endogen interleukin*-A #(B*-A&, (B*-C, /, , dan --, interferon A$ dan E, Tumor nekrosis factor F'A #kahektin& dan F'C #limfotoksin&, macrophage inflammatory protein (P-. Sitokin ini diduga mencapai organ sirkumventrikular otak yang tidak memiliki sa"ar darah otak. Sehingga terjadi demam pada organ ini atau yang berdekatan dengan area preoptik dan organ vaskulosa lamina terminalis #)GB& #daerah hipotalamus&. Pirogen endogen ini setelah berikatan dengan
reseptornya di daerah preoptik hipotalamus, akan merangsang hipotalamus untuk mengaktiasi fosfolifase*$ yang selanjutnya akan melepaskan asam arakhidonat dari membran fosfolipid dan kemudian oleh enzim siklooksigenase*$ #+)H*$& akan diubah menjdi prostaglandin :$#P;:$&.
Iangsangan prostaglandin inilah baik secara langsung atau melalui penglepasan siklik P menset termostat pada suhu yang lebih tinggi. Jal ini merupakan a"al dari berlangsungnya reaksi terpadu sistem saraf otonom, endokrin dan perubahan perilaku dalam terjadinya demam. ?etika demam meningkat #karena nilai sebenarnya menyimpang dari set leel yang tiba*tiba neningkat&, pengeluaran panas akan dikurangi melalui kulitsehingga kulit menjadi dingin #perasaan dingin&, produksi panas juga meningkat karena menggigil #termor&. ?eadaan ini berlangsung terus sampai nilai sebenarnya mendekati set leel normal #suhu normal&. ila demam turun, aliran darah ke kulit meningkat sehingga orang tersebut akan merasa kepanasan dan mengeluarkan keringat yang banyak. Pada mekanisme tubuh alamiah, demam bermanfaat sebagai proses imun. Pada proses ini, terjadi pelepasan (B*- yang akan mengaktifkan sel . Suhu tinggi #demam& juga berfungsi meningkatkan keaktifan sel dan terhadap organisme patogen. ?onsentrasi logam dasar di plasma #seng, tembaga, besi& yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri dikurangi. Selanjutnya, sel yang rusak karena irus, juga dimusnahkan sehinga replikasi irus dihambat. Famun konsekuensi demam secara umum timbul segera setelah pembangkitan demam #peningkatan suhu&. Perubahan anatomis kulit dan metabolisme menimbulkan konsekuensi berupa gangguan keseimbangan cairan tubuh, peningkatan metabolisme, juga peningkatan kadar sisa metabolism, peningkatan frekuensi denyut jantung #*-$ menit KL0+& ⁻
dan metabolisme energi. Jal ini menimbulkan rasa lemah, nyeri sendi dan sakit kepala, peningkatan gelombang tidur yang lambat #berperan dalam perbaikan fungsi otak&, pada keadaan tertentu demam menimbulkan gangguan kesadaran dan persepsi #delirium karena demam& serta kejang.
!"1" T( D(3%3
Demam Septik. Suhu badan naik ke tingkat tinggi sekali pada malam hari, lalu suhu turun #masih& di atas normal pada pagi hari. Sering terdapat menggigil, berkeringat. Demam Jektik. Suhu badan naik ke tingkat tinggi sekali pada malam hari, lalu suhu turun sampai normal pada pagi hari. Demam Iemiten. Suhu badan dapat turun setiap hari namun tidak pernah sampai suhu badan normal, namun selisih tak pernah sampai 2$ 0+, tidak sebesar penurunan pada demam septik. Demam (ntermiten. Suhu badan dapat turun beberapa jam dalam - hari. ila demam terjadi tiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas diantara dua serangan demam disebut kuartana. Demam ?ontinyu. Gariasi suhu badan yang meningkat sepanjang hari dan tidak berbeda lebih dari - 0+. Mika sampai pada tingkat yang lebih tinggi disebut hiperpireksi. Demam Siklik. Demam ditandai dengan kenaikan suhu selama beberapa hari, kemudian diikuti periode bebas demam selama beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Demam kadang dihubungkan pada suatu penyakit, misal abses, pneumonia, infeksi saluran kencing atau malaria6 kadang idopatik. ila demam disertai dengan sakit otot, rasa lemas, tak nafsu makan, mungkin pilek, batuk dan sakit tenggorok biasanya digolongkan sebagai influenza #common cold &. ?ausa demam selain infeksi, juga bisa akibat toksemia, keganasan, obat, dan gangguan pusat pengatur suhu sentral #heat stroke, perdarahan otak, koma&. Jal*hal khusus yang diperhatikan pada demam seperti cara timbul, lama demam, sifat, tinggi demam, keluhan serta gejala lain demam. Demam yang tiba*tiba tinggi, mungkin diakibatkan irus. Demam elum erdiagnosis merupakan keadaan seseorang yang mengalami demam terus*menerus selama 3 minggu dengan suhu badan 23.3 0+ dan tetap belum ditemukan penyebabnya "alaupun telah diteliti selama seminggu secara intensif dengan menggunakan laboratorium dan penunjang medis lainnya.
Demam Dibuat*uat #'actitius 'eer& merupakan demam yang dibuat seseorang dengan sengaja dengan berbagai cara agar suhu badannya melebihi suhu badan sebenarnya.
!"1"4 P(+%&%)%*2%+%%+ D(3%3
Demam dapat dihambat dengan cara memutus rangkaian reaksi yang terjadi mulai dari pelepasan pirogen endogen dari sel makrofag, monosit, limfosit dan endotel oleh rangsang pirogen eksogen hingga timbulnya demam.Pemberian ntipiretikN dari sekian banyak obat yang telah diteliti obat penghambat siklooksigenase #+yclooOygenation inhibitionL+)H& yang cukup bermakna dan memuaskan sebagai antipiretik.
)bat )(FS seperti aspirin, metamizol, ibuprofen, nimesulid, diclofenak, ketoprofen, indometasin dan sebagainya adalah obat yang dapat menghambat enzim siklioksigenase dak karena itu obat*obat ini dapat digunakan sebagai antipiretik. )(FS selain menghambat +oO* $ juga menghambat +)H*-, sehinga menimbulkan efek samping terhadap lambung, ginjal dan trombosit.
Dari sekian banyak obat*obatan antipiretik asetaminofen #paracetamol& adalah paling aman. Di jaringan perifer asetaminofen adalah penghambat siklooksigenase*$ yang lemah, tetapi di otak oleh sistem sitrokrom p*45%, asetaminofen ini akan dioksidasi sehingga memiliki sifat penghambat enzim siklooksigenase*$ #+)H*$& yang kuat.
!"! T+.%-%+ B%%+ A*&/ !"!"1 D(/+2 P%'%2(&%3)
Parasetamol #asetaminofen& merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat #SSP& . Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik*antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas. #Busiana Darsono $%%$& Parasetamol umumnya digunakan sebagai analgetik dan antipiretik, tetapi tidak antiradang. !mumnya dianggap sebagai antinyeri yang paling aman untuk s"amedikasi #pengobatan mandiri&. Sebagai analgesik, parasetamol bekerja dengan meningkatkan ambang rangsang rasa sakit. Sebagai antipiretik, parasetamol diduga bekerja langsung pada pusat pengatur panas di hipotalamus. anita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi "alaupun mencapai air susu ibu #jay dkk., $%%&.
!"!"! M+,'%/ P%'%2(&%3)
Parasetamol #cetaminophen& mengandung tidak kurang dari Q,% R dan tidak lebih dari -%-,%R +JQF)$, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan #Depkes, -Q7Q&. Struktur dan erat olekul N Struktur kimia N #offat, $%%5&. erat molekul N -5-,-/ Pemerian Jablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit#nonim a, -Q7Q& ?elarutan N Parasetamol agak sukar larut dalam air #- N 7%&, larut dalam air mendidih #- N $%&, mudah larut dalam alkohol #- N 7 atau -N -%&, larut dalam aseton #- N -3&, agak sukar larut dalam gliserol #-N 4%&, mudah larut dalam propilen glikol #-N Q&, sangat sukar larut dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter, larut dalam larutan alkali hidroksida #Ieynolds, -QQ&.
!"!" M(*%+23( K('.% P%'%2(&%3)
ekanisme ?erja Parasetamol dapat menurunkan demam dengan bekerja pada hipotalamus yang mengakibatkan asodilatasi dan pengeluaran keringat #urkoski dkk.,
$%%3&. Pada dosis terapeutik, inhibisi sintesis prostaglandin tidak signifikan pada jaringan peripheral, sehingga parasetamol memiliki efek anti inflamasi yang rendah. eskipun parasetamol menginhibisi dengan lemah isolasi cyclo*oOygenase #+)H&*- dan +)H*$ secara in itro, tetapi bersifat inhibitor kuat dari sintesis prostaglandin didalam system selular pada saat konsentrasi dari asam arachidonat rendah #ashford, $%%7&.
!"!"4 F%'3%**+(&* %' P%'%2(&%3)
'armakokinetik Parasetamol diabsorpsi melalui saluran gastrointestinal dengan konsentrasi puncak plasma menccapai sekitar -%*/% menit dengan rute per oral. Parasetamol didistribusikan ke hampir semua jaringan tubuh. ele"ati plasenta dan mengalir melalui air susu. (katan protein plasma dapat diabaikan pada konsentrasi terapeutik normal, namun dapat meningkat dengan peningkatan konsentrasi. aktu paruh eliminasi dari parasetamol berariasi antara - hingga 3 jam #S"eetman, $%%$&. Pada penggunaan per oral parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. ?adar maksimum dalam plasma dicapai dalam "aktu 3% menit sampai /% menit setelah pemberian. Parasetamol dimetabolisme dalam hati dan diekskresi melalui urine sebagai glukoronide dan sulfat konjugasi. ?urang dari 5R diekskresi sebagai parasetamol. :liminasi terjadi kira*kira -*4 jam. (katan protein plasma dapat diabaikan pada konsentrasi normal tetapi dapat meningkat dengan peningkatan konsentrasi #Ieynolds, -QQ&. Parasetamol sebagian besar dimetabolisme di hati dan disekresi le"at urin terutama dalam bentuk glucoronide dan konjugasi sulfat. ?urang dari 5 R dikeluarkan dalam bentuk tetap parasetamol. Suatu metabolit terhidroksilasi #F* acetyl*p* benzouinoneimine&, selalu diproduksi dengan jumlah yang sedikit oleh isoenzim sitokrom P45% #terutama +TP$:- dan +TP34& didalam hati dan ginjal. etabolit ini selalu terdetoksifikasi melalui konjugasi dengan glutasion, tetapi dapat terjadi akumulasi diikuti dengan oerdosis parasetamol dan menyebabkan kerusakan jaringan #S"eetman, $%%$&.
!""5 F%'3%*+%3* %' P%'%2(&%3)
:fek analgesik Parasetamol dan 'enasetin serupa dengan Salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. ?eduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. :fek anti*inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu Parasetamol dan 'enasetin tidak digunakan
sebagai
antireumatik.
Parasetamol
merupakan
penghambat
biosintesis
prostaglandin #P;& yang lemah. :fek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada
kedua obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa.#ahar ardjono -Q7-& Semua obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan siklooksigenase. Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konersi asam arakhidonat menjadi prostaglandin
terganggu.
Setiap obat
menghambat
siklooksigenase secara
berbeda.
Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan Parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer. (nilah yang menyebabkan Parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini
menunjukkan
bah"a parasetamol menghambat sintesa
prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. )bat ini menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesa prostaglandin, tetapi demam yang ditimbulkan akibat pemberian prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain, seperti latihan fisik. #ris $%%Q&
!"!"6 E/(* S%3+, %' P%'%2(&%3)
:fek samping jarang terjadi le"at dosis sedang seperti mual, muntah, nyeri perut, menggigil. Dosis lebih berkepanjangan dapat mengakibatkan neutropenia, leukopenia, trombositopenia, pensilopenia, agranulositosis, reaksi hipersensitiitas, udem laring, lesi mukosa, eritemia atau ruam, udem angioneurotik dan demam. Ieaksi hipersensitiitas meliputi gejala urtikaria, disponoea, dan hipotensi, hal ini dapat terjadi setelah penggunaan parasetamol baik pada de"asa maupun anak*anak. Muga dilaporkan terdapat angioedema #S"eetman, $%%$&.
!"!"7 D22 %' P%'%2(&%3)
Dosis Dosis obat yang digunakan melalui rectum mungkin lebih besar atau lebih kecil daripada obat yang dipakai secara oral, tergantung kepada faktor*faktor seperti keadaan tubuh pasien, sifat fisika kimia obat dan kemampuan obat mele"ati penghalang fisiologi untuk absorpsi dan sifat basis supositoria serta kemampuannya melepaskan obat supaya siap untuk diabsorpsi #nsel, -QQ&. obot supositoria bila tidak dinyatakan lain adalah 3 gram untuk orang de"asa dan $ gram untuk anak #nief, $%%/&.
!mur Dosis ?eterangan iap 4*/ jam, maks 4O -*5 tahun -$5*$5% mg sehari iap 4*/ jam, maks 4O /*-$ tahun $5%*5%% mg sehari iap 4*/ jam, maks 4O de"asa %,5*- gram sehariF'+ merekomendasikan dosis rektal pada bayi sebagai berikutN
− Feonatus usia $*3$ minggu, $% mgLkg sebagai dosis tunggal, kemudian -5 mgL kg tiap -$ jam bila diperlukan, dengan dosis maksimum 3% mgLkg sehari.
− Feonatus usia diatas 3$ minggu, 3% mgLkg sebagai dosis tunggal, kemudian $% mgLkg tiap jam bila diperlukan, dengan dosis maksimum /% mgLkg sehari.
− ayi usia -*3 bulan, 3%*/% mg tiap jam bila diperlukan, dengan dosis maksimum /% mgLkg sehari.
− ayi usia $*-$ bulan, /%*-$5 mg tiap 4*/ jam bila diperlukan hingga maksimum 4 kali dalam $4 jam.
− nak usia 5*-$ tahun, $5%*5%% mg tiap 4*/ jam bila diperlukan hingga maksimum 4 kali dalam $4 jam.
− Pada gejala yang berat, anak*anak usia -*3 bulan dapat diberikan 3% mgLkg sebagai dosis tunggal, kemudian diikuti dengan $% mgLkg tiap jam hingga maksimum /% mgLkg sehari. nak*anak dengan usia lebih besar dapat diberikan 4% mgLkg dalam dosis tunggal yang diikuti dengan $% mgLkg tiap 4*/ jam hingga maksimum Q% mgLkg sehari dalam 4 jam, bila diperlukan, sebelum diturunkan mencapai -5 mgLkg tiap / jam #S"eetman, $%%$&
!" T+.%-%+ S(%%+ !""1 D(/+2 S-2&'%
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh. #oh. nief. -QQ7& Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, agina atau uretra. #'armakope (ndonesia :disi (G& Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh. # 'armakope (ndonesia :disi (((& Suppositoria adalah sediaan padat, melunak, melumer dan larut pada suhu tubuh, digunakan dengan cara menyisipkan ke dalam rectum, berbentuk sesuai dengan maksud penggunaannya, umumnya berbentuk torpedo. #'ormularium Fasional&
Madi, suppositoria dapat didefinisikan sebagai suatu sediaan padat yang berbentuk torpedo yang biasanya digunakan melalui rectum dan dapat juga melalui lubang di area tubuh, sediaan ini ditujukan pada pasien yang mudah muntah, tidak sadar atau butuh penanganan cepat. !""! M%%33%%3 S-2&'%
a. Suppositoria untuk rectum #rectal& Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. iasanya suppositoria rektum panjangnya 8 3$ mm #-,5 inchi&, dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. entuk suppositoria rektum antara lain bentuk peluru, torpedo atau jari*jari kecil, tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan. eratnya menurut !SP sebesar $ g untuk yang menggunakan basis oleum cacao #nsel, $%%5&. b. Suppositoria untuk agina #aginal& Suppositoria untuk agina disebut juga pessarium biasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai kompendik resmi beratnya 5 g, apabila basisnya oleum cacao. c.
Suppositoria untuk saluran urin #uretra&
Suppositoria untuk untuk saluran urin juuga disebut bougie, bentuknya rampiung seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan kesaluran urin pria atau "anita. Suppositoria saluran urin pria bergaris tengah 3*/ mm dengan panjang 8 -4% mm, "alaupun ukuran ini masih berariasi satu dengan yang lainnya. pabila basisnya dari oleum cacao beratnya 8 4 g. Suppositoria untuk saluran urin "anita panjang dan beratnya U dari ukuran untuk pria, panjang 8 7% mm dan beratnya $ g, inipun bila oleum cacao sebagai basisnya. d.Suppositoia untuk hidung dan telinga Suppositoia untuk hidung dan telinga yang disebut juga kerucut telinga, keduanya berbentuk sama dengan suppositoria saluran urin hanya ukuran panjangnya lebih kecil, biasanya 3$ mm. Suppositoria telinga umumnya diolah dengan suatu basis gelatin yang mengandung gliserin. Seperti dinyatakan sebelumnya, suppositoria untuk obat hidung dan telinga sekarang jarang digunakan.
!"" T-.-%+ P(+,,-+%%+ S-2&'%
-. !ntuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan "asir atau hemoroid dan penyakit infeksi lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat diserap oleh membrane mukosa dalam rectum. Jal ini dilakukan terutama bila penggunaan obat per oral tidak memungkinkan seperti pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.
$. !ntuk memperoleh kerja a"al yang lebih cepat. ?erja a"al akan lebih cepat karena obat diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam sirkulasi pembuluh darah. 3. !ntuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati #Syamsuni, $%%5&.
!""4 K(-+&-+,%+ %+ K('-,%+ S-2&'%
?euntungan SupositoriaN
− Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung. − Dapat menghindari keruskan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung. − )bat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga obat dapat berefek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral.
− aik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar. ?erugian SupositoriaN
− Pemakaiannya tidak menyenangkan. − idak dapat disimpan pada suhu ruang.
!""5 P('2%'%&%+ S-2&'%
Sediaan supositoria memiliki persyaratan sebagai berikutN
− Supositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit pada suhu tubuh atau melarut #persyaratan kerja obat&.
− Pembebasan dan responsi obat yang baik. − Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik #tanpa ketengikan, pe"arnaan, penegerasan, kemantapan bentuk, daya patah yang baik, dan stabilitas yang memadaidari bahan obat&.
− Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil.
!""5 B%22 S-2&'%
Sediaan supositoria ketika dimasukkan dalam lubang tubuh akan melebur, melarut dan terdispersi. Dalam hal ini, basis supositoria memainkan peranan penting. aka dari itu basis supositoria harus memenuhi syarat utama, yaitu basis harus selalu padat dalam suhu ruangan dan akan melebur maupun melunak dengan mudah pada suhu tubuh sehingga zat aktif atau obat yang dikandungnya dapat melarut dan didispersikan merata kemudian
menghasilkan efek terapi lokal maupun sistemik. asis supositoria yang ideal juga harus mempunyai beberapa sifat seperti berikutN
− idak beracun dan tidak menimbulkan iritasi. − Dapat bercampur dengan bermacam*macam obat. − Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan "arna dan bau serta pemisahan obat.
− ?adar air mencukupi. − !ntuk basis lemak, maka bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan penyabunan harus diketahui jelas.
!""6 P('2%%'%&%+ B%22 S-2&'%
-. Secara fisiologi netral #tidak menimbulkan rangsangan pada usus, hal ini dapat disebabkan oleh massa yang tidak fisiologis ataupun tengik, terlalu keras, juga oleh kasarnya bahan obat yang diracik&. $. Secara kimia netral #tidak tersatukan dengan bahan obat&. 3. anpa alotropisme #modifikasi yang tidak stabil&. 4. (nteral yang rendah antara titik lebur dan titik beku #pembekuan dapat berlangsung cepat dalam cetakan, kontraksibilitas baik, mencegah pendinginan mendaak dalam cetakan&. 5. (nteral yang rendah antara titik lebur mengalir denagn titik lebur jernih #ini dikarenakan untuk kemantapan bentuk dan daya penyimpanan, khususnya pada suhu tinggi sehingga tetap stabil&.
!""7 M%%33%%3 B%22 S-2&'%
− asis berlemak, contohnyaN oleum cacao. − asis lain, pembentuk emulsi dalam minyak N campuran t"een dengan gliserin laurat. − asis yang bercampur atau larut dalam air, contohnyaN gliserin*gelatin, P:; #polietienglikol&.
!""8 B%%+ D%2%' S-2&'%
-. ahan dasar berlemakN oleum cacao Bemak coklat merupakan trigliserida ber"arna kekuninagan, memiliki bau yang khas dan bersifat polimorf #mempunyai banyak bentuk krital&. Mika dipanaskan pada suhu sektiras
3%9+ akan mulai mencair dan biasanya meleleh sekitar 349*359+, sedangkan diba"ah 3%9+ berupa massa semipadat. Mika suhu pemanasannya tinggi, lemak coklat akan mencair sempurna seperti minyak dan akan kehilangan semua inti kristal menstabil. ?euntungan oleum cacaoN
− Dapat melebur pada suhu tubuh − Dapat memadat pada suhu kamar. ?erugian oleum cacaoN
− idak dapat bercampur dengan cairan sekresi #cairan pengeluaran&. − itik leburnya tidak menentu, kadang naik dan kadang turun apabila ditambahkan dengan bahan tertentu.
− eleleh pada udara yang panas.
$. P:; #Polietilenglikol& P:; merupakan etilenglikol terpolimerisasi dengan bobot molekul antara 3%%*/%%%. Dipasaran terdapat P:; 4%% #carbo"aO 4%%&. P:; -%%% #carbo"aO -%%%&, P:; -5%% #carbo"aO -5%%&, P:; 4%%% #carbo"aO 4%%%&, dan P:; /%%% #carbo"aO /%%%&. P:; di ba"ah -%%% berbentuk cair, sedangkan di atas -%%% berbentuk padat lunak seperti malam. 'ormula P:; yang dipakai sebagai berikut ahan dasar tidak berairN P:; 4%%% 4R #$5R& dan P:; -%%% Q/R #75R&. ahan dasar berairN P:; -54% 3%R, P:; /%%% 5%R dan auaVobat $%R.itik lebur P:; antara 359*/39+, tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairansekresi tubuh. ?euntungan menggunakan P:; sebagai basis supositoria, antara lainN
− idak mengiritasi atau merangsang. − idak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibandingkan dengan oleum cacao. − etap kontak dengan lapisan mukosa karena tidak meleleh pada suhu tubuh. ?erugian jika digunakan sebagai basis supositoria, antara lainN
− enarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan, sehingga timbul rasa yang menyengat. Jal ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan supositoria ke dalam air dahulu sebelum digunakan.
− Dapat memperpanjang "aktu disolusi sehingga menghambat pelepasan obat. Pembuatan supositoria dengan P:; dilakukan dengan melelehkan bahan dasar, lalu dituangkan ke dalam cetakan seperti pembuatan supositoria dengan bahan dasar lemak coklat.
!""9 N)% T-*%'
Filai tukar adalah nilai yang digunakan untuk mengurangi kadar zat aktif.ujuan dari pengurangan zat aktif adalah meminimalisir oer dosis yang ditimbulkan. ?arena zat aktif yang tertera pada literature merupakan kadar zat aktif yang digunakan secara oral, maka pada penggunaan untuk rectal kadar zat aktif harus dikurangi. Jal ini berkaitan dengan proses farmakokinetik di dalam tubuh. !ntuk obat*obat oral prosesnya melalui D: sedangkan untuk obat*obat lokal #suppo& prosesnya tidak melalui D: melainkan langsung diserap oleh permukaan mukosa rectal, kemudian masuk ke pembuluh darah selanjutnya masuk kedalam sirkulasi darah. )leh karena itu, jika zat aktif masih menggunakan dosis oral, maka dikha"atirkan terjadi oer dosis pada pasien. Pada pembuatan supositoria menggunakan cetakan, olume supositoria harus tetap.etapi, bobotnya beragam tergantung pada jumlah dan bobot jenis yang dapat diabaikan, misalnya ekstrak belladonea dan garam alkaloid. Filai tukar dimaksudkan untuk mengetahui bobot minyak cokelat yang mempunyai olume yang sama dengan -g obat. Dalam praktik, nilai tukar beberapa obat adalah %.7 kecuali untuk garam ismuth dan >incy )Oydum. !ntuk larutan nilai tukarnya dianggap satu. ila supositoria mengandung obat atau zat padat yang banyak, pengisian pada cetakan berkurang dan jika dipenuhi dengan campuran massa, akan diperoleh jumlah obat yang melebihi dosis. )leh sebab itu, untuk membuat supositoria yang sesuai dapat dilakukan dengan cara menggunakan perhitungan nilai tukar. #() Jal -5Q*-/-&
!""10 U. B%%+ A*&/
-. itik lebur itik lebur adalah suhu di mana zat yang kita uji pertama kali melebur atau meleleh seluruhnya yang ditunjukan pada saat fase padat cepat hilang. Dalam analisa farmasi titik lebur untuk menetapkan karakteristik senya"a dan identifikasi adanya pengotor. !ntuk uji titik lebur di butuhkan alat pengukuran titik lebur yaitu, elting Point pparatus #P& alat ini digunakan untuk melihat atau mengukur besarnya titik lebur suatu zat. $. obot jenis obot jenis adalah perbandingan bobot jenis udara pada suhu $5terhadap bobot air dengan olume dan suhu yang sama. obot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan
membagi bobot jenis dengan bobot air dalam piknometer. Balu dinyatakan lain dalam monografi keduanya ditetapkan pada suhu $5. #'( (G hal -3%$&. obot jenis dapat digunakan untukN -. engetahui kepekaan suatu zat $. engetahui kemurniaan suatu zat 3. engetahui jenis zat Piknometer untuk menentukan bobot jenis zat padat dan zat cair. >at padat berbeda dengan zat cair, zat padat memiliki pori dan rongga sehingga berat jenis tidak dapat terdefinisi dengan jelas. erat jenis sejati merupakan berat jenis yang dihitung tanpa pori atau rongga ruang. Sedangkan berat jenis nyata merupakan berat jenis yang di hitung sekaligus degan porinya sehingga nyata.
!""11 M(&( P(3-%&%+
Pembuatan supositoria secara umum yaitu bahan dasar supositoria yang digunakan dipilih agar meleleh pada suhu tubuh atau dapat larut dalam bahan dasar, jika perlu dipanaskan. Mika obat sukar larut dalam bahan dasar, harus dibuat serbuk halus. setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, tuangkan ke dalam cetakan supositoria kemudian didinginkan. ujuan dibuat serbuk halus untuk membantu homogenitas zat aktif dengan bahan dasar. +etakan suppositoria terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau logam lainnya, namun ada juga yang terbuat dari plastik. +etakan ini mudah dibuka secara longitudinal untuk mengeluarkan supositoria. !ntuk mengatasi massa yang hilang karena melekat pada cetakan, supositoria harus dibuat berlebih #8-%R&, dan sebelum digunakan cetakan harus dibasahi lebih dahulu dengan parafin cair atau minyak lemak, atau spiritus sapotanus #Soft Soap Liniment & agar sediaan tidak melekat pada cetakan. Famun, spiritus sapotanus tidak boleh digunakan untuk supositoria yang mengandung garam logam karena akan bereaksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti digunakan oleum recini dalam etanol. ?husus supositoria dengan bahan dasar P:; dan "een bahan pelicin cetakan tidak diperlukan, karena bahan dasar tersebut dapat mengerut sehingga mudah dilepas dari cetakan pada proses pendinginan. etode pembuatan supositoria dibagi menjadi 3 yaituN -. Dengan tangan Taitu dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah dicampur homogen dan mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki. ula*mula basis diiris, kemudian diaduk dengan bahan*bahan aktif dengan menggunakan mortir dan stamper,
sampai diperoleh massa akhir yang homogen dan mudah dibentuk. ?emudian massa digulung menjadi suatu batang silinder dengan garis tengah dan panjang yang dikehendaki. milum atau talk dapat mencegah pelekatan pada tangan. atang silinder dipotong dan salah satu ujungnya diruncingkan. $. Dengan mencetak kompresi Jal ini dilakukan dengan mengempa parutan massa dingin menjadi suatu bentuk yang dikehendaki. Suatu roda tangan berputar menekan suatu piston pada massa suppositoria yang diisikan dalam silinder, sehingga massa terdorong kedalam cetakan.
3. Dengan mencetak tuang Pertama*tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas penangas air atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan, kemudian bahan*bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya. khirnya massa dituang kedalam cetakan logam yang telah didinginkan, yang umumnya dilapisi krom atau nikel.
!""1! P(+,(3%2%+ S-2&'%
a. Supositoria gliserin dan supositoria gelatin gliserin, umumnya dikemas dalam "adah gelas ditutup rapat supaya mencegah perubahan kelembapan dalam isi supositoria. b. Supositoria yang diolah dengan basis oleum cacao biasanya dibungkus terpisah*pisah atau dipisahkan satu sama lain pada celah*celah dalam kotak untuk mencegah perekatan. c. Supositoria dengan kandungan obat yang sedikit lebih pekat biasanya dibungkus satu per satu dalam bahan tidak tembus cahaya seperti lembaran metal #alumunium foil&.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
"1 F'3-)%2
'ormulasi suppositoria parasetamol IL Parasetamol
$5% mg
+etaceum
5R
)l cacao
$g
f supp dtd Fo G( S prn
"! M+,'%/ B%%+
Parasetamol Fama Bain
N cetaminophen
erat molekul N -5-,-/ Struktur kimia N +JQF)$ Pemerian
N Jablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit
?elarutan
N Parasetamol agak sukar larut dalam air #- N 7%&, larut dalam air mendidih #- N $%&, mudah larut dalam alkohol #- N 7 atau -N -%&, larut dalam aseton #- N -3&, agak sukar larut dalam gliserol #-N 4%&, mudah larut dalam propilen glikol #-N Q&, sangat sukar larut dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter, larut dalam larutan alkali hidroksida
itik Bebur
N -/Q% sampai -7
%$)leum +acao #'(*((( hal 453&
Pemerian
N lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatic, rasa khas lemak agak rapuh.
?elarutan
N sukar larut dalam etanol #Q5 R&P, mudah larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P.
Suhu lebur
N 3-% W 34% +.
?hasiat
N zat tambahan
+etaceum pemerian
N massa hablur bening, licin, "arna putih mutiara, bau lemah
kelarutan
N praktis tidak larut dalam air dan etanol, larut dalam $% bagian etanol mendidih, dalam kloroform dan dalam eter karbondisulfida, dalam minyak lemak dan minyak atsiri.
Suhu lebur
N 4$ sampai 5% derajat celcius
Penggunaan
N >at tambahan
" A)%2%+ P(3)%+ B%%+
Parasetamol Sebagai bahan aktif yang berkhasiat untuk mengobati demam, zat aktif ini dibuat dalam bentuk suppositoria karena untuk demam membutuhkan penanganan yang cepat. :fek terapi yang diberikan jika sediaan dalam bentuk suppositoria lebih cepat daripada dalam bentuk oral. Sediaan dalam bentuk oral, kerja obatnya harus melalui absorbsi terlebih dahulu, sedangkan sediaan suppositoria tidak melalui absorbsi sehingga efek terapi yang diberikan akan lebih cepat. )l cacao )leum +acao berdaya guna dalam melepaskan zat aktif daripada yang lain, karena mempunyai titik lebur pada suhu 3-9*349. Dibuat dalam bentuk suppositoria ditujukan untuk melebur pada suhu tubuh, karena oleum cacao digunakan sebagai bahan dasar suppo yang ketambahan zat aktif, jadi titik leburnya akan menjadi 359*379. )bat yang larut dalam air yang dicampur dengan oleum cacao, pada umumnya memberi hasil pelepasan yang baik. #Pengantar entuk Sediaan 'armasiN 5-&. Pada bahan tambahan oleum cacao ini dilebihkan -%R pada basisnya, sebab basis saat dileburkan selain melebur juga menguap, sehingga berkurang. Selain itu saat di dinginkan basis akan menyusut dan berkurang oleh karena itu harus dilebihkan -%R pada basisnya. +etaceum
+etaceum digunakan untuk menaikkan titik lebur dari oleum cacao. Penambahan cetaceum tidak boleh lebih dari /R sebab akan menghasilkan campuran yang mempunyai titik lebur diatas 37 derajat celcius dan tidak boleh kurang dari 4R karena akan diperoleh titik lebur diba"ah titik leburnya #133 derajat celcius&. +etaceum juga berguna dalam mengeluarkan bahan obat pada penyimpanan dan membantu proses melunakkan kembali pada pemakaian setelah masuk kedalam rectum #eOcipient N 5$&.
"4 P('&-+,%+ B%%+
Parasetamol # nilai tukar %,7 & %,$5g O / @ -,5 gr erat suppositoria $ O / @ -$ gr Filai tukar parasetamol -,5 gr O %,7 @ -,%5 gr Bemak coklat yang harus dibutuhkan adalah -$ gr W -,%5 gr @ -%,Q5 gr Bemak coklat ambahan lemak coklat -% R @ -%,Q5 gr O -% R @ -,%Q5 gr otal lemak coklat yang dibutuhkan adalah -%,Q5 gr V -,%Q5 gr @ -$,%45 gr +etaceum +etaceum 5R N 5R O -$ gr @ %,/ gr
"5 A)%& %+ B%%+
A)%& -. imbangan, anak timbangan, penara
B%%+ -. Parasetamol
$. Perkamen
$. )l cacao
3. +a"an porselen
3. cetaceum
4. Sendok tanduk
4. luminium foil
5. Sudip /. atang pengaduk 7. ortir . Stamper Q. Serbet -%. Pencetak supositoria "6 P'2(-' *('.%
enggunakan cara cetak tuang. Pertama*tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas penangas air atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan, kemudian bahan*bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya. khirnya massa dituang kedalam cetakan logam yang telah didinginkan, yang umumnya dilapisi krom atau nikel.
+ara pembuatan N -. Disiapkan alat dan bahan. $. Disetarakan timbangan. 3. Ditimbang parasetamol -,%5 gr 4. Ditimbang ol cacao -$,%5 gr 5. imbang cetaceum %,/ gr /. Dioleskan paraffin dalam cetakan supositoria. 7. Dilebur oleum cacao dan cetaceum hingga berbentuk seperti massa krim, diangkat. . Dimasukkan parasetamol ke dalam hasil leburan, diaduk ad homogen. Q. Dituang ke dalam cetakan supositoria. -%. Dibiarkan dingin dahulu, kemudian dimasukkan kulkas agar memadat #membeku&. --. Disiapkan alumunium foil sebagai kemasan. -$. Dilepas supositoria dari cetakan, dibungkus dengan alumunium foil. -3. Dimasukkan plastik dan diberi etiket biru.
"7 E;%)-%2 S(%%+
Pengujian sediaan supositoria yang dilakukan sebagai berikutN -. !ji homogenitas !ji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan aktif dapat tercampur rata dengan bahan dasar suppo atau tidak, jika tidak dapat tercampur maka akan mempengaruhi proses absorbsi dalam tubuh. )bat yang terlepas akan memberikan terapi yang berbeda. +ara menguji homogenitas yaitu dengan cara mengambil 3 titik bagian suppo #atas*tengah*ba"ah atau kanan*tengah*kiri& masing*masing bagian diletakkan pada kaca objek kemudian diamati diba"ah mikroskop, cara selanjutnya dengan menguji kadarnya dapat dilakukan dengan cara titrasi. $. entuk entuk suppositoria juga perlu diperhatikan karena jika dari bentuknya tidak seperti sediaan suppositoria pada umunya, maka seseorang yang tidak tahu akan mengira bah"a sediaan tersebut bukanlah obat. !ntuk itu, bentuk juga sangat mendukung karena akan memberikan keyakinan pada pasien bah"a sediaa tersebut adalah suppositoria. Selain itu, suppositoria merupakan sediaan padat yang mempunyai bentuk torpedo. 3. !ji "aktu hancur !ji "aktu hancur ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama sediaan tersebut dapat hancur dalam tubuh. +ara uji "aktu hancur dengan dimasukkan dalam air yang di set sama dengan
suhu tubuh manusia, kemudian pada sediaan yang berbahan dasar P:; -%%% "aktu hancurnya 8-5 menit, sedangkan untuk oleum cacao dingin 3 menit. Mika melebihi syarat diatas maka sediaan tersebut belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam tubuh. engapa menggunakan media airX Dikarenakan sebagian besar tubuh manusia mengandung cairan. 4. ?eseragaman bobot ?eseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap sediaan sudah sama atau belum, jika belum maka perlu dicatat. ?eseragaman bobot akan mempengaruhi terhadap kemurnian suatu sediaan karena dikha"atirkan zat lain yang ikut tercampur. +aranya dengan ditimbang saksama -% suppositoria, satu persatu kemudian dihitung berat rata*ratanya. Dari hasil penetapan kadar , yang diperoleh dalam masing*masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing*masing -% suppositoria dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Mika terdapat sediaan yang beratnya melebihi rata*rata maka suppositoria tersebut tidak memenuhi syarat dalam keseragaman bobot. ?arena keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam masing*masing suppositoria tersebut sama dan dapat memberikan efek terapi yang sama pula. 5. !ji titik lebur !ji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui "aktu yang dibutuhkan sediaan supositoria yang dibuat melebur dalam tubuh. Dilakukan dengan cara menyiapkan air dengan suhu 8379+. ?emudian dimasukkan supositoria ke dalam air dan diamati "aktu leburnya. !ntuk basis oleum cacao dingin persyaratan leburnya adalah 3 menit, sedangkan untuk P:; -%%% adalah -5 menit. /. ?erapuhan Supositoria sebaiknya jangan terlalu lembek maupun terlalu keras yang menjadikannya sukar meleleh. !ntuk uji kerapuhan dapat digunakan uji elastisitas. Supositoria dipotong horizontal. ?emudian ditandai kedua titik pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan jarak tidak kurang dari 5%R dari lebar bahan yang datar, kemudian diberi beban seberat $%F #lebih kurang $kg& dengan cara menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan ke dalam tabung. 7. Golume Distribusi Golume distribusi #Gd& merupakan parameter untuk untuk menunjukkan olume penyebaran obat dalam tubuh dengan kadar plasma atau serum. Golume distribusi ini hanyalah perhitungan olume sementara yang menggambarkan luasnya distribusi obat dalam tubuh. ubuh dianggap sebagai - kompartemen yang terduru dari plasma atau serum, dan Gd adalah jumlah obat dalam tubuh dibagi dengan kadarnya dalam plasma atau serum.
FILLIAN LATHIFAH NURHADI PUTRI14065 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4"1 H%2) P'%*&*-3
Dari hasil praktikum yang dilakukan mendapatkan hasil ealuasi sebagai berikutN U. E;%)-%2 )rganoleptis
H%2)
*
entuk
Peluru
*
arna
Putih kekuningan
* au Jomogenitas aktu hancur ?eseragaman bobot
+oklat idak homogeny Bebih dari 5 menit
*
Suppo (
-,3gr
*
Suppo ((
-,3gr
*
Suppo (((
-,3gr
4"! P(3%%2%+
Pada saat pembuatan suppositoria berbahan zat aktif parasetamol ini terjadi kendala yaitu tidak adanya salah satu bahan dalam formulasi rancangan, yaitu cetaceum. Jal ini dikarenakan disaat praktikum dilaksanakan, cetaceum dalam keadaan habis dan tidak ada bahan penggantinya sehingga mengakibatkan suppositoria paracetamol ini tidaklah stabil. ?arena tidak adanya cetaceum ini mengakibatkan "aktu hancur yang seharusnya untuk 3menit menjadi lebih dari 5 menit. Jal ini menyebabkan suppositoria ini gagal dalam absorbsi dalam tubuh manusia. Pada pengujian homogenitas ditemukan suppositoria tidak homogeny. Jal ini disebabkan oleh beberapa factor, misalnya dari suhu antara bahan yang dileburkan dengan pencetakaannya tidak pada suhu yang sama #panas&. dapun factor dimana zat aktif belumlah larut keseluruhan yang mengakibatkan tidak homogeny. +ara penuangan kedalam pencetakannya yang tidak benarpun dapat mengakibatkan suppositoria tidak homogeny. Pada uji organoleptis sangat menarik, dikarenakan bentuk dan tekstur yang sesuai dengan standart. Famun, bau coklat yang sedikit menyengat dapat menimbulkan bahaya
dalam jangkauan anak*anak dikarenakan bisa saja anak*anak akan mengiranya adalah makanan. Pada uji keseragaman bobot ditemukan berat bobot yang sama, yaitu -,3gr. Famun, hal ini juga tidak memenuhi formulasi karena seharusnya bobot dari suppo adalah $gr namun menjadi -,3. Jal ini juga disebabkan alat cetak yang tidak sesuai. Madi, dapat disimpulkan bah"a suppositoria yang dibuat masih sangat jauh dari kata sesuai standart dikarenakan berbagai factor.
BAB V PENUTUP
5"1 K(23-)%+
Suppositoria adalah sediaan padat yang berbentuk torpedo yang biasanya digunakan melalui rectum dan dapat juga melalui lubang di area tubuh, sediaan ini ditujukan pada pasien yang mudah muntah, tidak sadar atau butuh penanganan cepat. Suppositoria ini mempunyai zat aktif yaitu parasetamol yang ditujukan untuk anak*anak disaat demam yang sangat tinggi. Dari hasil praktikum dan uji ealuasi yang dilakukan mendapatkan hasil suppositoria yang dibuat masih jauh dari kata sesuai standar atau tidak sesuai standar. Jal ini dikarenakan berbagai factor, misalnyanya "aktu hancur yang relatie lama yaitu lebih dari 5 menit, suppositoria yang tidak homogeny, dan belum dapat menutupi bau coklat dari oleum cacao.
5"! S%'%+
Seharunya dalam melaksanakan praktikum, seorang farmasis harus mengetahui serta memahami secara detail prosedur kerja pembuatan suppositoria yang benar dan akan menghasilkan suppositoria yang sesuai standart. Dan juga tidak lupa untuk selalu mengecek bahan*bahan yang akan digunakan, tersedia atau tidaknya bahan tersebut.
FRANSISKA GRISELDA MUNDI14071 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4"1 H%2) E;%)-%2 E;%)-%2 2(%%+ !ji )rganoleptis
*
entuk
* arna ?eseragaman bobot Jomogenitas aktu hancur
H%2) -. (;%)-%2
erpedo Putih kekuningan 7%% mg idak homogen Bebih dari 5 menit
4"! P(3%%2%+
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh. #oh. nief. -QQ7& Madi,suppositoria dapat didefinisikan sebagai suatu sediaan padat yang berbentuk torpedo yang biasanya digunakan melalui rectum dan dapat juga melalui lubang di area tubuh, sediaan ini ditujukan pada pasien yang mudah muntah, tidak sadar atau butuh penanganan cepat. lasan pemilihan bahan aktif paracetamol adalah Sebagai bahan aktif yang berkhasiat untuk mengobati demam, zat aktif ini dibuat dalam bentuk suppositoria karena untuk demam membutuhkan penanganan yang cepat. :fek terapi yang diberikan jika sediaan dalam bentuk suppositoria lebih cepat daripada dalam bentuk oral. Sediaan dalam bentuk oral, kerja obatnya harus melalui absorbsi terlebih dahulu, sedangkan sediaan suppositoria tidak melalui absorbsi sehingga efek terapi yang diberikan akan lebih cepat. Jasil ealuasi,untuk organoleptis bentuk terpedo dan "arnanya putih kekuningan,hasil ini sudah sesuai. !ntuk keseragaman bobot, 7%%mg menggunkan cetakan -%. (ni tidak memenuhi syarat. !ntuk uji homogenitas,hasil yan didapat tidak homogen. aktu hancur lebih dari 5 menit,tidak sesui dengan literatur,karena seharusnya,"aktu hancurnya tidak lebih dari - menit. Diusahalan daalma pembuatan sediaan supositoria harus memperhatikan bahan yang digunkaan dan juga harus teliti dalam melkaukan praktikum. Sehinggah mendapakan hasil yang memuaskan.
BAB V PENUTUP
5"1 K(23-)%+
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh. lasan pemilihan bahan aktif paracetamol adalah Sebagai bahan aktif yang berkhasiat untuk mengobati demam, zat aktif ini dibuat dalam bentuk suppositoria karena untuk demam membutuhkan penanganan yang cepat. Pada uji ealuasi tidak memenuhi syarat yang diinginkan.
5"! S%'%+
Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan praktikum,agar mendapatkan hasil yang memuaskan dan sesuai dengan yang diharapkan.
INGRIDA FEBRIANI SPRO
14089 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4"1 H%2) E;%)-%2
F
!ji :aluasi
o -.
)rganoleptis
$. 3.
Sediaan
*
entuk
peluru
*
arna
Putih kekuningan
* au Jomogenitas ?eseragaman bobot
idak berbau idak homogen -. -35% mg $. -35% mg
4.
aktu hancur
3. -35% mg Bebih dari 5 menit
4"! P(3%%2%+
Pada praktikum ini kami membuat sediaan suppositoria dengan zat aktif paracetamol yang mempunyai khasiat sebagai antipiretik. Selain paracetamol juga bahan*bahan lain seperti cetaceum dan oleum cacao sebagai zat tambahan. Setelah sediaan jadi, dilakukan uji ealuasi diantaranya yaitu uji organoleptis, uji homogenitas, uji keseragaman bobot dan uji "aktu hancur. !ntuk uji organoleptois mendapatkan hasil yaitu bentuk peluru, "arna putih kekuningan dan tidak berbau, untuk uji organoleptisnya suda memenuhi standar. Selanjutnya uji homogenitas, hasil yang didapat yaitu tidak homogen, hal ini karena saat peleburan semua bahan belum larut sempurna dan kesalahan pada saat penuangan pada cetakan. erikutnya adalah uji keseragaman bobot, hasil yang didapat untuk semua suppositoria adalah -35% mg, ini sudah memenuhi syarat karena semua beratnya sama. Dan yang terakhir adalah uji "aktu hancur, hasil yang didapat aadaalah lebih dari 5 menit, ini tidak memenuhi syarat.
BAB V PENUTUP
5"1 K(23-)%+
Dari hasil ealuasi yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bah"a sediaan suppositoria yang dibuat tidak memenuhi persyaratan sesuai standar.
5"! S%'%+
Sebaikannya dalam pembuatan suppositoria lebih diperhatikan lagi cara penuangan ke dalam cetakan harus dilakukan dengan hati*hati.
LALU YOGI PEBRIAN
14101 BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN
*
!ji organoleptis arna
N putih kekuningan
entuk
N peluru ,torpedo
au
N bau khas olium cacao
P(3%%2%+ N "arna putih kekuningan dalam sediaan suppo yang kami buat itu di dapat
dari olium cacao dan campuran zat lainnya, sedangkan untuk bentuk pelurunya itu dapat dari mesin cetak suppo. ujuan dari bentuk peluru atau torpedo pada sediaan suppo yaitu agar mudah di masukan dalam dubur, sedangkan untuk bau khas oleum cacao itu di dapat dari oleum cacao sendiri. *
!ji homogenitas N tidak homogen P(3%%2%+ N Pada saat pengujian homogenitas yang dilakukan dengan cara membelah
sediaan suppotoria jika supposotoria yang dibelah dan dilihat tidak ada pertikel yang kasar maka sediaan tersebut homogeny. Sediaan suppositoria yang dibuat ini tidak homogen sehingga tidak memenuhi syarat pertama untuk sediaan suppositoria. (tu di karenakan pada saat peleburan zat masih belum lebur sempurna. *
!ji keseragaman bobot N -,- gram untuk semua suppo beratnya seragam P(3%%2%+ N Pada uji keseragaman bobot sediaan suppositoria ditimbang satu persatu
dalam timbangan gram kasar. etapi sediaan suppositoria yang dibuat beratnya kurang dari yang diinginkan seharusnya sediaan suppositoria berat per suppositoria ini -5%% mg tetapi sediaan yang dibuat beratnya --%% mg. Pada saat "aktu pencetakan suppositoria bisa jadi salah satu faktor yang mempengaruhi berat sediaan masing*masing suppositoria karena saat pencetakan sediaan tegesa*gesa takut sediaan yang sudah dilebur akan menjadi keras. *
!ji "aktu hancur N lebih dari 3 menit P(3%%2%+ N Pada uji "aktu hancur kami menggunakan beaker glass yang diisi air dan
dipanaskan diatas unsen dan diukur suhu sesuai dengan suhu badan karena suppositoria akan meleleh pada suhu tubuh dan mempunyai syarat "aktu hancur yaitu tidak lebih dari 3 menit. Sediaan suppositoria yang dibuat pada uji "aktu hancur tidak memenuhi persyaratan yang "aktu hancur sediaan suppositoria yang dibuat ini lebih dari 3 menit.
BAB V PENUTUP
5"1 K(23-)%+
Suppositoria adalah Sediaan padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh. Menis*jenis SuppositoriaN Suppositoria Gagina #Persarium&, Suppositoria Saluran !rine. Suppositoria untuk Jidung dan elinga .Suppositoria Iektal jadi sediaan supo merupakan sediaan yang digunkan melalui,dubur, agina dan saluran urine.
5"! S%'%+
Dalam pembuatan suppo kita harus lebih teliti lagi dalam mengaduk pada saat melakukan pelburan, dan harus bisa mengatur pada saat memasukan dalam cetakan karan kedua hal tersbut merupkan hal penting dalam pembutan sediaan suppo.
MARIANA NERTI
14115 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4"1 H%2) U. E;%)-%2 NO -
E;%)-%2 S(%%+ S-2&'% !ji )rgonoleptis
H%2) P'%&*-3
$ 3
* entuk !ji Jomogenitas !ji ?eseragaman obot
orpedo idak Jomogen -. 75% mg $. 75% mg 3. 75% mg 4. 75% mg 5. 75% mg
4
!ji aktu Jancur
/. 75% mg Bebih dari 5 menit
4"! P(3%%2%+
Pada pratikum kali ini kami membuat sediaan suppositoria dan kami menggunakan paracetamol sebagai bahan aktif, yang berkhasiat untuk mengobati deman. >at aktif ini dibuat dalam bentuk suppositoria karena untuk demam membutuhkan penanganan yang cepat. :fek terapi yang diberikan jika sediaan dalam bentuk suppositoria lebih cepat dari pada dalam bentuk oral. Sediaan dalam bentuk oral, kerja obatnya harus melalui absorbsi sehingga efek terapi yang diberikan akan lebih cepat. )leum cacao digunakan sebagai zat tambahan, karena berdaya guna dalam melepaskan zat aktif dari pada yang lain, karena mempunyai titik lebur pada suhu 3-% * 34 %. Dibuat dalam bentuk suppositoria ditujukkan untuk melebur pada suhu tubuh, karena oleum cacao digunakan sebagai bahan dasar suppositoria yang ketambahan zat aktif, jadi titik leburnya akan menjadi 35% * 37%. )bat yang larut dalam air yang dicampur dengan oleum cacao ini dilebihkan -%R pada basisnya, sebab basis saat dileburkan selain melebur juga menguap, sehingga berkurang. Setelah itu saat di dinginkan basis akan menyusut dan berkurang oleh karena itu harus dilebihkan -% R pada basisnya. Dan cetaceum digunakan dalam sediaan ini untuk menaikkan titik lebur dari oleum cacao. Penambahan cetaceum tidak boleh lebih dari / R sebab akan menghasilkan campuran
yang mempunyai titik lebur diatas 37%+ dan tidak boleh kurang dari 4R karena akan diperoleh titik lebur diba"ah titik leburnya #133 derajat celcius& Jasil pratikum yang kami peroleh dalam pembuatan sediaan suppositoria parsetamol adalah sediaan tidak memenuhi persyaratan, karena sediaan yang dibuat tidak homogenitas dan "aktu hancur lebih dari 5 menit.. Jal ini disebabkaan karena pada saat mencampur bahan aktif dan bahan dasar supositoria tidak tercampur merata dan kurangnya ketelitian dalam pengadukan bahan obat saat melebur sehingga membuat sediaan tidak homogen. idak homogenitasnya sediaan suppositoria yang kami buat dapat mempengaruhi proses absorbsi dalam tubuh dan memberikan efek terapi yang berbeda. aktu hancur memenuhi persyaratan, hal ini dikarenakan oleum cacao yang sehingga membuat "aktu hancur lebih lama.
suppositoria tidak
berbentuk lemak padat
BAB V PENUTUP
5"1 K(23-)%+
*
Suppositoria yang dibuat berbentuk torpedo.
*
ahan dasar suppositoria yang digunakan adalah oleum +acao.
*
Suppositoria memenuhi persyaratan ealuasi keseragaman bobot dimana tidak ada satu suppositoria pun yang penyimpangannya lebih dari -%R.
*
Suppositoria tidak memenuhi persyaratan uji homogenitas.
5"! S%'%+
* Praktikan hendaknya mengetahui prosedur kerja dari percobaan. *
Praktikan hendaknya melakukan prosedur percobaan dengan baik agar diperoleh hasil yang baik. * Perlu diperlakukan penelitian lebih lanjut dalam pembuatan sediaan suppositoria
NABILA AULIA KURNIASARI
141! BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4"1 H%2)
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada pembuatan sediaan semisolid yaitu suppositoria paracetamol, didapatkan hasil sebagai berikutN N -.
U. 2(%%+ )rganoleptis -
arna
Putih kekuningan
-
au
Bemak coklat
entuk Jomogenitas aktu hancur ?eseragaman bobot -
$. 3. 4.
H%2) -. 2(%%+
Peluru atau torpedo idak homogen 2 5 menit
-
Suppositoria -
- gram
-
Suppositoria $
- gram
-
Suppositoria 3
- gram
4"! P(3%%2%+
Pembuatan suppositoria dengan zat aktif paracetamol dimaksudkan untuk menurunkan demam dengan efek absorbsi yang lebih cepat dibandingkan dengan sediaan*sediaan yang lain. Dalam praktikum pembuatan suppositoria kali ini, untuk uji ealuasi sediaan masih tidak sesuai sehingga sediaan ini tidak layak untuk dipakai. Suppositoria tidak homogen dikarenakan pada saat peleburan kurang pengadukan, uji "aktu hancur didapatkan lebih dari lima menit sediaan belum melebur juga sehingga, sediaan ini kurang praktis apabila digunakan. !ntuk uji keseragaman bobot dilakukan penimbangan tiga suppositoria yang berbeda dan didapatkan berat - gram tiap suppositoria. Padahal saat rencana a"al, akan dibuat suppositoria dengan berat $ gram per suppositoria. ?eadaan ini terjadi dikarenakan pada saat memasukkan kedalam cetakan, sediaan masih ada yang tertumpah dan yang tercetak didalamnya masih kurang padat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5"1 K(23-)%+
Suppositoria adalah sediaan padat berbentuk torpedo yang digunakan melalui dubur yang dapat melunak, meleleh pada suhu tubuh. Pembuatan suppositoria dimaksudkan untuk penyerapan yang lebih cepat didalam tubuh dibandingkan dengan sediaan sediaan yang lain. >at aktif yang terkandung dalam suppositoria yaitu paracetamol aman digunakan untuk anak*anak. Sediaan ini dapat digunakan pada pasien yang tidak sadarkan diri atau koma, maupun dalam keadaan kejang sehingga pasien sulit untuk menelan obat.
5"! S%'%+ -
Bebih berhati*hati dalam pembuatan suppositoria sehingga didapatkan bobot yang ditentukan.
-
Perlu dilakukan modifikasi formula yang lebih tepat agar suppositoria dapat cepat melebur.
SITI ROMANA SARI
14176 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum kali ini di lakukan pembuatan sediaan suppositoria parasetamol yang di tujukan untuk anak anak. ujuan dari praktikum ini adalah agar mahasis"a mampu melakukan tahap praformulasi sediaan suppositoria parasetamol, mengetahui formulasi standart sediaan suppositoria parasetamol, mengetahui tahapan tahapan dalam pembuatan sediaan suppositoria parasetamol dan dapat membuat sediaan suppositoria parasetamol dalam skala laboratorium sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh. #oh. nief. -QQ7&. Sediaan suppositoria yang dibuat pada praktikum ini menggunakan zat aktif parasetamol yang memiliki efek antipiretik. Suppositoria memiliki beberapa keuntungan yaitu dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung, dapat menghindari kerusakan obat karena enzim pencernaan dan asam lambung dan baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar. Parasetamol ditujukan untuk anak anak dibuat dalam bentuk suppositoria memungkinkan absorbsi yang cepat dibandingkan dengan pemberian oral karena sediaan suppositoria akan langsung diabsorbsi oleh membran mukosa rektal menuju sistem sistemik tanpa mengalami metabolisme oleh sistem hepatik sehingga memberikan efek terapik yang cepat. Sediaan suppositoria dibuat dalam / suppositoria dengan berat masing masing $ gram. Sediaan ini ditujukan untuk pasien dengan umur -*5 tahun dengan dosis $5% mg tiap / jam dan umur /*-$ tahun dengan dosis$5% mg tiap 4 jam. Pada formulasi sediaan suppositoriaterdapat basis yang umum digunakan yaitu basis berlemak dan basis yang larut dalam air. Di laboratorium tersedia basis beru pa ol cacao. Pada akhir praktikum dilakukan ealuasi secara fisik yang meliputi uji keseragaman bobot, uji organoleptik, uji "aktu hancur suppositoria.
Pada uji keseragaman bobot, diperoleh hasil bah"a bobot rata*rata supositoria yang dihasilkan adalah %,7 gram. Standar deiasi yang kecil ini mencerminkan bah"a ariasi bobot supositoria tidak terlalu besar. Dalam ritish Pharmacopeia #-Q%& dinyatakan bah"a tidak boleh lebih dari $ suppositoria yang memiliki penyimpangan bobot lebih dari 5R dan tidak ada satupun suppositoria yang memiliki penyimpangan bobot lebih dari -%R. )leh karena itu, suppositoria yang dibuat pada praktikum ini telah memenuhi syarat keseragaman bobot. Dilakukan juga uji organoleptis seperti bau, "arna dan isualnya, hasil yang didapat adalah bau khas minyak coklat Suppositoria yang dihasilkan memiliki "arna putih tulang. Selain itu secara isual bentuknya torpedo untuk mempermudah dalam pemakaian !ji "aktu leleh dilakukan menggunakan media air yang bersuhu 37 derajat celcius yang me"akili suhu tubuh manusia. Suppositoria yang kami buat tidak memehuhi uji "aktu leleh karena sediaan tidak leleh dalam "aktu lebih dari 5 menit. Jal ini terjadi karena oleum cacao dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya pada pemanasan tinggi. Diatas titik leburnya, oleum cacao akan meleleh sempurna seperti minyak dan akan kehilangan inti kristal stabil yang berguna untuk membentuk kristalnya kembali. !ji
homogen
dilakukan
dengan
cara
membelah
suppositoria
dan
diamati
homogenitasnya. Suppositoria yang kami buat tidak homogen hal ini dikarenakan parasetamol yang kami buat berbentuk serbuk hablur dan pada saat pembuatan tidak di gerus terlebih dalulu sehinnga parasetamol tidak dapat larut kedalam basis suppositoria.
BAB V PENUTUP
5"1 K(23-)%+
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh. Dosis yang diberikan sesuai dengan usia pasien agar efek yang diperoleh sesuai. Dari ealuasi yang dilakukan yang memenuhi syarat adalah keseragaman bobot dan organoleptis, sedangkan untuk homogenitas dan "aktu hancurnya tidak memenuhi syarat karena tidak homogen dan "aktu hancurnya lebih dari 5 menit.
5"! S%'%+
− Perlu di perhatikan pemilihan basis suppositoria − Perlu di perhatikan cara pembuatan suppositoria yang baik dan benar
YOHANES B"LA#I TEMA
14198 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4"1 H%2) E;%)-%2
*
!ji )rganoleptis arna
au
entuk
Putih kekuningan
Y
Peluru
*
?eseragaman bobot N -3% mg
*
Jomogenitas N homogen
*
aktu hancur N lebih dari 5 menit
Z 4"! P(3%%2%+
Dari hasil praktikum sediaan suppo, saya melakukan beberapa uji ealuasi di antaranya uji organoleptis, uji homogenitas, keseragaman bobot, dan uji "aktu hancur. !ntuk uji organoleptis mendapatkan hasil yaitu bentuknya peluru, dan "arnanya putih kekuningan. Selanjutnya uji keseragaman bobot, hasil yang di dapat yaitu -3% mg, uji homogenitas hasilnya homogen, dan uji "aktu hancur mendapatkan hasil lebih dari 5 menit.